Anda di halaman 1dari 74

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS JAMBI

o iinntt
weerr P
P o
PPoow

Oleh:

TIM PENGAJAR HUKUM


PIDANA 1
Pokok Bahasan 1

2
DEFINISI HUKUM PIDANA

Menurut Prof. Moeljatno:


hukum pidana adalah bagian daripada keseluruhan hukum
yang berlaku di suatu negara, yang mengadakan dasar-
dasar dan aturan-­aturan untuk:
 menentukan perbuatan mana yang tidak boleh
dilakukan, yang dilarang, yang disertai ancaman atau
sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barangsiapa
melanggar larangan tersebut;
 menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada
mereka yang telah melanggar larangan-larangan itu
dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana
yang telah diancamkan;
 menentukan dengan cara bagaimana pengenaan
pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang
disangka telah melanggar larangan tersebut.
3
Unusr-unsur dari definisi hukum pidana Menurut
Prof. Moeljatno:

1. menentukan perbuatan mana yang


tidak boleh dilakukan, yang
Perbuatan pidana
dilarang, yang disertai ancaman
atau sanksi yang berupa pidana
(Criminal act)
tertentu bagi barangsiapa Hukum pidana
melanggar larangan tersebut; materil
2. menentukan kapan dan dalam hal- (substantive
hal apa kepada mereka yang telah criminal law)
Pertanggungja-
melanggar larangan-larangan itu
dapat dikenakan atau dijatuhi
waban pidana
pidana sebagaimana yang telah (Criminal liability)
diancamkan;

3. menentukan dengan cara


bagaimana pengenaan pidana itu
Hukum pidana formil (Hukum acara4
dapat dilaksanakan apabila ada
orang yang disangka telah
pidana)
BAGIAN-BAGIAN HUKUM PIDANA
HUKUM PIDANA MATERIL
• perbuatan yang dilarang, yang
disertai ancaman pidana bagi
yang melanggar;
• siapa-siapa yang dapat dihukum;
OBYEKTIF • hukuman
(ius poenale) apa yang dapat
dijatuhkan

HUKUM PIDANA FORMIL


cara pengenaan pidana apabila
HUKUM ada orang yang melanggar
PIDANA larangan.

SUBYEKTIF
hak negara menurut hukum untuk
mengancam, menjatuhkan serta
(ius puniendi)
melaksanakan pidana.
5
Macam-macam Hukum Pidana

HUKUM PIDANA UMUM


Berlaku umum bagi setiap orang
(KUHP, dll)
Umum -
khusus
HUKUM PIDANA KHUSUS
Berlaku untuk golongan orang
tertentau, Mis. militer, fiskal, dll
HUKUM
PIDANA HUKUM PIDANA UMUM
Berlaku umum bagi setiap orang di
seluruh wilyah negara (KUHP, dll)
Umum –
setempat
HUKUM PIDANA SETEMPAT
Berlaku di wilyah tertentu, Mis.
6
ketentuan pidana dalam Perda.
DUA UNSUR POKOK HUKUM PIDANA

1.Norma, Sanksi,

Tindakan,
Pidana
bersifat melindungi dan
berupa derita atau siksa (leed),
memperbaiki pelaku
Pokok: 1.mengembalikan kepada orang tua,
1. pidana mati wali, atau orang tua asuh;
2. pidana penjara 2.menyerahkan kepada negara untuk
3. pidana kurungan mengikuti pendidikan, pembinaan,
4. pidana denda. dan latihan kerja; atau
Tambahan: 3.menyerahkan kepada Departemen
1. Pencabutan hak-hak tertentu Sosial, atau Organisasi Sosial
2. Perampasan barang-barang Kemasyarakatan yang bergerak di
tertentu bidang pendidikan, pembinaan, dan
3. Pengumuman keputusan hakim latihan kerja. 7
CARA MERUMUSKAN NORMA DAN SANKSI
HUKUMPIDANA

CARA MERUMUSKAN NORMA CARA MERUMUSKAN SANKSI


HUKUM PIDANA : HUKUM PIDANA:

1.Menentukan unsur-unsur 1. Disamping norma terdapat


kejadian, mis: Ps. 286 dan 287 sanksinya, Mis: Ps. 338 KUHP.
KUHP. 2. Pertama ditenukan norma, baru
2.Menyebut nama kejahatan. Mis: pada pasal-pasal terakhir
Ps. 351 dan 303 KUHP. ditentukan sanksinya, cara ini
3.Unsur dan nama kejahatan banyak dianut UU hukum
disebut sekaligus, Mis: 285 dan pidana di lauar KUHP
362 KUHP. 3. Sanksinya sudah ditentukan
normanya belum atau ketentuan
hukuman blancko.

8
POLA PERUMUSAN ANCAMAN PIDANA
diancamamkan dua atau lebih
jenis pidana, tapi hanya satu jenis
ALTERNATIF pidana yang dijatuhkan. Dengan
kata hubung “atau”

ILMU diancamamkan dua atau lebih jenis


HUKUM pidana, semua jenis pidana
PIDANA KOMULATIF dijatuhkan. Dengan kata hubung
“dan”

diancamamkan dua atau lebih jenis


ALTERNATIF pidana, dapat dijatuhkan satu
KOMULATIF lebih jenis pidana yang
diancamkan. Dengan kata hubung
“dan/atau”

9
POLA MAKSUMUM DAN MINIMUM ACAMANAN PIDANA

MAKSIMUM MINIMUM

UMUM KHUSUS UMUM KHUSUS


(Buku I KUHP) (Buku II dan III (Buku I KUHP) (Buku II dan III
KUHP dan di KUHP dan di
luar KUHP) luar KUHP)

Batas Batas Batas minimum Batas minimum


maksimum yang maksimum yang yang boleh yang boleh
boleh dijatuhkan boleh dijatuhkan dijatuhkan untuk dijatuhkan untuk
untuk tiap tindak untuk masing- tiap tindak masing-masing
pidana masing tindak pidana tindak pidaan
pidana

10
DAFTAR PERTANYAAN
1. Sebutkan definisi hukum Pidana menurut Prof .
Mulyatno, dan jelaskan unsur-unsur yang terkandung
dalam definsi tersebut!
2. Jelasakan dengan contoh, apakah yang dimaksud
dengan hukum Pidana materil dan hukum pidana formil?
Jelaskan pula hubungan kedua bindang hukum pidana
tersebut!
3. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan hukum pidana
hukum pidana umum dan hukum pidana khusus ?
Berikan contohnya!
4. Sebutkan dua unsur pokok hukum pidana! Jelaskan apa
perbedaan antara pidana dengan tindakan?
5. Ada beberapa cara/metode dalam merumuskan norma
hukum pidana sebutkan dan berikan contohnya!
6. Ada beberapa cara /metode merumuskan sanksi hukum
pidana, sebutkan dan berikan contohnya!
7. Jelaskan batas maksimum dan minimum umum pidana
penjara dan kurungan yang boleh ancamkan/dijatuhkan.
11
Pokok Bahasan 2

12
TUJUAN HUKUM PIDANA

Aliran klasik, Aliran Moderen


 tujuan hukum pidana adalah  tujuan disusunnya hukum
untuk melindungi individu
terhadap kekuasaan pidana adalah untuk
Negara. melindungi masyarakat
 Hukum Pidana harus diatur dari kejahatan.
dalam Undang-Undang,  Dengan adanya hukum
 Pemeriksaan terhadap pidana tertulis, maka
tersangka/terdakwa harus
berkemanusiaan,
diharapkan adanya
 Kekuasaan Raja harus
kepastian hukum,
dibatasi, sehingga sehingga seluruh warga
kepentingan perorangan masyarakat dapat
(individu) dari kekuasaan terhindar dari kejahatan.
Negara dapat dilindungi oleh
hukum. 13
SEJARAH HUKUM PIDANA INODESIA
• KUHP Indonesia berasal dari Wetboek van Strafrecht
voor Indonesie (WvS) peninggalan Pemerintahan
Kolonial Belanda, mulai berlaku di Indonesia pada
tanggal 1 Januari 1918
• Kitab Undang-undang Hukum Pidana/Wvs ini
merupakan salinan dari WvS Belanda yang selesai
dibuat tahun 1881 dan mulai berlaku pada tahun 1886.
• setelah kemerdekaan 17-8-1945 KUHP ini dengan
perubahan tetap berlaku berdasar UU No.1 tahun 1946.
No.73 Tahun 1958 (LN no.127 tahun 1958) dinyatakan
berlaku untuk seluruh wilayah Indonesia.
• Sampai saat ini KUHP tersebut telah mengalami
beberapa kali perubahan untuk menyesuaikan dengan
perkembangan keadaan di Indonesia.
• Pada saat ini (2007) RUU KUHP Indonesia sedang di
bahas di DPR RI
14
SUMBERHUKUM PIDANA

• KUHP (WvS)
• Peraturan hukum pidana di luar KUHP,
seperti UU Tentang Pemberatasan Tindak
Pidana Korupsi, UU Tindak Pidana
Ekonomi.
• Hukum adat yang masih hidup berdasar
UU No 1 Tahun 1951 Paal 5.

15
SISTEMATIKA KUHP
• KUHP Indonesia berasal dari Wetboek van
Strafrecht voor Indonesie (WvS) peninggalan
Pemerintahan Kolonial Belanda.
• KUHP disusun denga sitematika sebagai
berikut:
 Buku I Peraturan-peraturan Umum (algemene
bepalingen), Pasal 1 – 103.
 Buku II Kejahatan (Misdrijven), Pasal 104 – 488.
 Buku III Pelanggaran (Overtredingen) Pasal 489–569.

16
BEDA KEJAHATAN DENGAN PELANGGARAN

KEJAHATAN PELANGGARAN
(Rechtsdelicten) (Wetdelicten)
• Peraturan yang diaggap
bertentangan dengan • Perbuatan- perbuatan
perikeadilan. yang jika tidak dilarang
• sungguhpun andaikata dengan UU tidak akan
perbuatan itu tidak dirasakan oleh umum
diancam dengan hukuman, sebagai perbuatan yang
perbuatan itu oleh umum salah dan patut dilarang.
tetap diasakan sebagai • Mis: pelanggaran lalu
sesuatu yang lintas, dll.
bertentangan dengan
perikeadilan.
• Mis: Membunuh, menipu,
memperkosa, dll
17
ILMU PENGETAHUAN HUKUM PIDANA
Aturan hukum pidana yang
berlaku pada suatu negara
OBYEK (hukum pdiana positif)

Menyelidiki pengertian obyektif


ILMU
hukum pidana positif agar dapat
HUKUM
PIDANA TUJUAN mempergunakan sebaik-baiknya
dan seadil-adilnya

INTERPRESTASI
Untuk mengetahui pegneertian
obyektif dari aturan hukum
METODE KONTRUKSI
Bentukan yuridis yang terdiri dari
unsur-unsur yang tertentu
SISTEMATIK
Sistimatisasi terhadap keseluruhan
18
bagian-bagain hukum pidana.
ILMU HUKUM PIDANA, KRIMINOLOGI DAN
VIKTIMOLOGI

• Kriminologi
Kriminologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari
dan menelaah tentang sebab-sebab terjadinya kejahatan dan
bagaimana penanggulangannya.
• Viktimologi
Viktimologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
kejahatan dari sudut korban kejahatan dengan segala
aspeknya, baik dalam proses interaksi korban dengan pelaku
dalam terjadinya tindak pidana, maupun dalam kaitannya
dengan viktimisasi yaitu mengapa seseorang atau masyarakat
menjadi korban kejahatan, dan juga bagaimana perlindungan
hukum terhadap para korban kejahatan.
• Hubungan Kriminologi dan Viktimologi dengan hukum
pidana adalah bahwa kedua ilmu inimemberikan sumbangan
bagi hukum pidana dalam melakukan kebijakan hukum pidana
sehingga upaya penggunaan hukum pidana untuk
menanggulangi kejahatan dan melindungi masyarakat akan
lebih efektif.
19
DAFTAR PERTANYAAN

1. Jelaskan tujuan hukum pidana menurut aliran klasik dan


aliran moderen.
2. Ceritakan secara singkat sejarah hukum pidana Indonesia!
3. Sebutkan sumber hukum pidana Indonesia.
4. Uraikan sistematika KUHP
5. Apa dasr pembedaan Buku II tentang Kejahatan dan Buku III
KUHP tentang Pelanggaran?
6. Jelaskan obyek dan tujuan serta metode ilmu pengetahuan
hukum pidana!
7. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan Kriminologi dan
viktimologi? Jelaskan persamaan dan perbedaan kedua ilmu
tersebut.
8. Jelaskan kontribusi Kriminologi dan viktimologi dalam
kebijakan hukum pidana. Berikan contohnya.

20
Pokok Bahasan 3

21
ASAS-ASAS BERLAKUNYA HUKUM PIDANA

MENURUT WAKTU MENURUT TEMPAT


Azas legalitas 1. Asas teritorialitas
2. Asas nasionalitas aktif
3. Asas nasionalitas pasif
4. Asas universalitas

22
ASAS BERALKUNYA HUKUM PIDANA MENURUT WAKTU

Azas legalitas:

• Nullum delictum, nulla puna sine praevia lege punali”


• Terdapat dalan Pasal 1 ayat (1) KUHP,
• Aspek asas legalitas :
1. Tidak dapat dipidana, kecuali berdasarkan ketentuan
pidana menurut undang-undang;
2. Tidak ada penerapan Undang-Undang Pidana berdasarkan
analogi;
3. Tidak dapat dipidana hanya berdasarkan kebiasaan;
4. Tidak boleh ada perumusan delik yang kurang jelas,
5. Tidak ada kekuatan berlaku surut dari ketentuan pidana;
6. Tidak ada pidana lain, kecuali yang ditentukan oleh undang-
undang.
7. Penuntutan pidana hanya menurut cara yang ditentukan
oleh undang-undang.
23
ASAS BERLAKUNYA HUKUM PIDANA MENURUT TEMPAT

1. Asas teritorialitas
Berlakunya hukum pidana didasarkan pada tempat
dimana orang melakukan tindak pidana di mana hukum
pidana itu berlaku.(Ps. 2, 3 KUHP)
2. Asas nasionalitas aktif
Berlakunya hukum pidana didasarkan pada kebangsaan
dari orang yang melakukan tindak pidana (Ps. 5 dan 6
KUHP).
3. Asas nasionalitas pasif
Berlakunya hukum pidana didasarkan pada kepentingan
hukum suatu negara, yang hukumnya dilanggar oleh
seseorang (Ps. 4 ke 1e, 2e, 3e Pasal 7 dan 8 KUHP).
4. Asas universalitas
Berlakunya hukum pidana didasarkan pada kepentingan
hukum seluruh dunia (Ps. 4 ke 4e dan 2e kalimat
pertama, dan Pasal 9 KUHP) 24
DAFTAR PERTANYAAN

1. Sebutkan asas berlakunya hukum pidana menurut


waktu dan tempat!
2. Apakah yang dimaksud dengan asas legalitas dan
bagaimana pengaturannya dalam KUHP?
3. Sebutkan 7 aspek yang terkandung dalam asas
legalitas!
4. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan
1. Asas teritorialitas
2. Asas nasionalitas aktif
3. Asas nasionalitas pasif
4. Asas universalitas
5. Jelaskan Bangaimana pengaturan asas-asas tersebut
dalam pertanyaan nomor 4 dalam KUHP?

25
POKOK BAHASAN 3

26
ISITILAH TINDAK PIDANA
• Tindak pidana merupakan terjemahan dari “Strafbaarfeit”

• SelaIn itu disebut pula “delict”


• Dalam literatur dan peraturan-perundang-undangan
ditemukan istilah lain, yaitu :
– Peristiwa pidana
– Perbuatan pidana
– Pelanggaran pidana
– Perbuatan yang dapat dihukum

27
PENGERTIAN TINDAK PIDANA
Menurut Van Hamel :
Tindak pidana adalah perbuatan manusia yang
bertentangan dengan hukum, perbuatan mana
dilakukan oleh seseorang yang dapat
dipertanggungjawabkan dan disalahkan kepada
sipembuat, perbuatan itu harus mengandung sifat yang
patut dihukum.
6 syarat Tindak Pidana Menurut Van Hamel, yaitu :
1. Harus ada suatu perbuatan, tentunya perbuatan manusia;
2. Perbuatan manusia itu harus bertentangan dengan hukum;
3. Perbuatan itu harus dilarang oleh undang-undang, dan
diancam dengan hukuman;
4. Perbuatan itu harus dilakukan oleh seseorang yang dapat
dipertanggungjawabkan;
5. Perbuatan itu harus dipersalahkan kepada sipembuatnya;
6. Perbuatan itu harus mengandung sifat yang patut dihukum 28
UNSUR-UNSUR TINDAK PIDANA

UNSUR OBJEKTIF: UNSUR SUBJEKTIF:


Yaitu perbuatan (een doen yaitu unsur kesalahan dari
of nalaten) dan akibatnya, orang yang melakukan
yang merupakan kejadian tindak pidana.
yang bertentangan dengan
hukum positif sebagai
anasir yang melawan
hukum (onrechtmatig) yang
dapat diancam dengan
pidana.

29
PENGERTIAN TINDAK PIDANA
Menurut Prof. Moeljatno
 Moeljatno menggunakan istilah perbuatan pidana,
 perbuatan pidana adalah perbuatan yang oleh aturan hukum
pidana dilarang dan diancam dengan pidana, barang siapa yang
melanggar larangan tersebut.
 Unsur perbuatan pidana, terdiri dari:
o Kelakuan dan akibat,
o Hal ikhwal keadaaan yang menyertai tindak pidana
o Keadaan tambahan yang memberatkan pidana
o Unsur melawan hukum obyektif
o Unsur melawan hukum subyekti

• Catatan:
• Dalam pengertian yang diberikan Van Hamel, tindak pidana sudah
termasuk di dalamnya pertanggungjawaban pidana.
• Moeljatno memisahkan pengertian perbuatan pidana dari
pertanggungjawaban pidana.
30
PENGERTIAN TINDAK PIDANA MENURUT RUU KUHP
(Pasal 11)

(1) Tindak pidana adalah perbuatan melakukan atau tidak


melakukan sesuatu yang oleh peraturan perundang-
undangan dinyatakan sebagai perbuatan yang dilarang
dan diancam dengan pidana.
(2) Untuk dinyatakan sebagai tindak pidana, selain
perbuatan tersebut dilarang dan diancam pidana oleh
peraturan perundang-undangan, harus juga bersifat
melawan hukum atau bertentangan dengan hukum
yang hidup dalam masyarakat.
(3) Setiap tindak pidana selalu dipandang bersifat melawan
hukum, kecuali ada alasan pembenar.

31
Jenis Tindak pidana
1. Misdrijven (Kejahatan) dan Overtredingen (Pelanggaran ).
2. Dolus/Opzet delicten (Sengaja ) Culpose delicten (Kelalaian).
3. Comissie Delicten (Pelanggaran terhadap larangan) dan Omnissie
Delicten (pelenggaran terhadap keharusan).
4. Formele Delicten (perbuatan yang dilarang) dan Meteriale Delicten
(Akibatnya yang dilarang).
5. Zelstandige Delicten (terdiri atas satu perbutan) dan Voorgezette
Delicten (terdiri dari rangkaian perbuatan sebagai kesatuan).
6. Aflonpendie (Ogenlijke) (terdiri atas satu perbutan) Delicten dan
Voordurendie Delicten (perbuatan yang dilakukan untuk melakukan
perbuatan terlarang).
7. Eenkelvoudige delicten (terdiri atas satu perbutan) dan
Samengestelde delicten (terdiri atas beberapa perbutan).
8. Eeenvoudige Delicten (sederhana) dan Gequalifecende Delicten
(dengan kualifikasi).
9. klacht Delicten (pengaduan) dan Commune Delicten (biasa).
10. Delicta Propria (dilakukan oleh orang-orang tetentu saja) dan
Commune Delicten (dilakukan oleh umum) .
32
AJARAN SEBAB-AKIBAT

ConditioSine Quanon Adequate Theorie Teori Relevansi


(vonBuri); (Traiger)
dimulai dengan
Dari rangkaian peristiwa menginterprestasikan
• perbuatan harus dicari yang manakah yang rumusan delik yang
dianggap sebagai seimbang dengan akibat yang
ditimbulkan bersangkutan. Dari
sebab dari suatu Individualeserende Theori. rumusan delik yang
akibat, apabila apabila akibat yang dilarang hanya memuat akibat
perbuatan itu dan diancam dengan pidana yang dilarang dicoba
merupakan syarat dari oleh undang-undang itu telah untuk menentukan
timbul, maka dicarilah kelakuan-kelakuan
akibat itu. hubungannya dengan salah apakah kiranya yang
• Karena itu perlu satu dari perbuatan secara dimaksud pada waktu
diselidiki dulu kongkrit dengan akibat yang
telah ditimbulkan.
membuat larangan itu.
perbuatan mana yang Pada waktu dirumuskan
Generaleserende Theori
merupakan akibat. delik dalam undang-
menentukan sebab dari undang, kelakuan-
• Teori ini juga akibat yang timbul adalah
kelakuan yang manakah
dinamakannya teori memilih perbuatan yang
yang dibayangkan
ekuivalensi, yaitu tiap-tiap menurut perhitungan secara
umum layak berdasarkan olehnya dapat
syarat adalah sama nilainya pengalaman manusia, menimbulkan akibat yang
(equivalent), dilarang. 33
SIFAT MELAWAN HUKUM TINDAK PIDANA
(wederrechttelijkheid)

SIFAT MELAWAN HUKUM SIFAT MELAWAN


FORMIL MATERIL
• Apabila perbuatan telah • Belum tentu perbuatan telah
mencocoki UU maka disitu mencocoki UU bersifat
telah ada kekeliruan. melawan hukum.
• Letak melawan hukumnya • Hukum bukan hanya UU,
perbuatan sudah nyata dari juga hukum tidak tertulis,
sifat melanggarnya UU, yaitu norma-norma dan
kecuali jika termasuk kenyataan-kenyataan yang
pengecualian yang ditetapkan berlaku dalam masyarakat.
oleh UU pula.
• Melawan hukum sama
dengan melawan UU
34
TEMPAT DAN WAKTU TERJADINYA TINDAK PIDANA

De leer van de De leer van het


lichamelijkedaad; instrument
tempat terjadinya suatu tempat terjadinya suatu
tindak pidana didasarkan tindak pidana didasarkan
pada tempat di mana pada tempat di mana alat
perbuatan pidana itu digunakan untuk melakukan
dilakukan. perbuatan pidana.

De leer van het gevolg De leer van het


tempat terjadinya suatu meervoudige plaats.
tindak pidana adalah di
mana akibat dari perbuatan tempat tindak pidana terjadi
pidana itu timbul, walaupun adalah seluruh tempat di
perbuatan itu dilakukan di mana perbuatan pidana
35
tempat lain. itu dilakukan.
DAFTAR PERATANYAAN

1. jelasakan pengertian tindak pidana menurut Van Hammel dan Prof.


Mulyatno. Dan Jelaskan perbedaan pendapat antara dua ahli
tersebut!
2. Sebutkan pengertian tindak pidana menurut RUU KUHP Tahun
2005!
3. Sebutkan syarat-syarat tindak pidana menurut Van Hammel!
4. Sebutkan unsur-unsur perbutan pidanamenurut Prof. Mulyatno!
5. Sebutkan dan jelaskan dengan contoh kasus tentang jenis-jenis
tindak pidana!
6. Sebautkan dan jelaskan tiga teori tentang ajaran kausalitas.
7. Jelaskan empat macan ajaran tempat dan waktu terjadinya tindak
pidana, dengan contoh kasus.
8. Apakah yang dimaksud sifat melawan hukum materil dan sifat
melawan hukum materil, dan bagaimana perumusan sifat melawan
hukum dalam hukum pidana?

36
Pokok Bahasan 4

37
ASAS PERTANGGUNGJWABAN PIDANA

Asas tiada pidana tanpa Leer van het materiil feit


kesalahan Pertanggungjawaban
(Geen straft zonder schuld, atau pidana tanpa adanya
Actus non facit reumnisi men sit kesalahan pelaku.
rea).
Dijatuhkannya ancaman
pidana kepada orang yang
melakukan tindak pidana,
didasarkan kesalahan
pelaku.
Absolut Vicarios
liability liability

38
PENGERTIAN KESALAHAN
• Ada kesalahan jika perbuatan yang dilakukan oleh
terdakwa dapat dicela (verwijtbaar) dan dapat
dihindari (vermijdbaar) (Pompe).
• Kesalahan adanya keadaan fisikhis yang tertentu
pada orang yangmelakukan perbuatan pidana dan
adanya hubungan antara keadaan tersebut dengan
perbuatan yang dilakukan sedemikian rupa hingga
orang itu dapat dicela karena melakukan perbuatan
tadi.(Simon, Mulyatno).
• Untuk adanya kesalahan harus memenuhi:
– Melakukan tindak pidana (sifat melawan hukum)
– Di atas umur tertentu mampu bertanggungjawab)
– Mempunyai satu bentuk kesalahan berupa
kesengajaan atau kealpaan.
– Tidak adanya alasan pemaaf ( Moelljatno).
39
PENGERTIAN KESENGAJAAN
(Opzet, Dolus)

MvT. Pidana hendaknya dijatuhkan hanya pada barang


siapa melakukan perbutan yang dilarang dengan
dikehendaki dan diketahui .

TEORI KEHENDAK TEORI PENGETAHUAN


(Wilstheorie) (Wilstheorie)
Kesengajaan adalah Kesengajaan adalah
kehendak yang diarahkan kehendak untuk berbuat
pada terwujudnya denganmengetahui unsur-
perbuatan seperti unsur yang diperlukan
dirumuskan dalam UU. menurut perumusan dalam
UU.
40
BENTUK KESENGAJAAN

Opzet Opzet Bijmagelijkheid


Opzet Als Oogmerk Bijzekenheidsbewustzijn Bewustzijn
(maksud) (kepastian keharusan) (kemungkinan)
melakukan suatu
melakukan perbuatan melakukan perbuatan perbuatan dengan
tertentu dengan dengan maksud untuk maksud untuk
sengaja, dan dengan menimbulkan suatu melakukan suatu akibat
maksud untuk akibat tertentu dan juga tertentu, akan tetapi
menimbulkan akibat menginsafi bahwa pasti disamping itu ia insyaf,
tertentu. ia menimbulkan akibat bahwa ia mungkin akan
lain pula yang tidak mengakibatkan suatu
dikehendakinya akibat lain yang
menimbulkan suatu
akibat lain yang tidak
41
dikehendakinya.
PENGERTIAN DAN SYARAT KELALAIAN (Culpa)

• Memorie van Toelichting :


Kelalaian (Culpa) adalah kekurangan pengetahuan dan kekurangan
kebijaksanaan. Artinya seseorang itu tidak mempergunakannya
atau kurang kebijaksanaan.
• Van Hamel,
kealpaan itu mengandung dua syarat, yaitu :
– tidak mengadakan penduga-dugaan sebagaimana yang
diharuskan oleh hukum;
– Tidak melakukan kehati-hatian sebagaimana yang diharuskan
oleh hukum;
• Simons,
kealpaan adalah tidak adanya kehati-hatian disamping dapat
diduga-duganya akan timbul akibatnya.
42
JENIS KELALAIAN (CULPA)

Culpa Lata Culpa Levis


(kelalaian berat) (kelalaian ringan);
Untuk mengukur atau Untuk mengukur atau
menilainya dipakai menilainya dipakai
perbandingan dengan perbadingan dengan
orang yang setingkat orang yang terpandai
dengan golongannya dari golongan
sipembuat; sipembuat.

43
KESALAHPAHAMAN DIBIDANG HUKUM
(Rechtdwaling)

Error in Objecto, Error In Persona


kekeliruan kekeliruan
mengenai mengenai orang
barang/objek yang (persoon), yang
menjadi tujuan menjadi tujuan
perbuatan yang perbuatan yang
dilarang. terlarang.

44
KESENGAJAAN DAN KEALPAAN
MENURUT RUU KUHP TAHUN 2005

Pasal 39
(1) Seseorang hanya dapat dipertanggungjawabkan jika
orang tersebut melakukan tindak pidana dengan
sengaja atau karena kealpaan.
(2) Perbuatan yang dapat dipidana adalah perbuatan yang
dilakukan dengan sengaja, kecuali peraturan
perundang‑undangan menentukan secara tegas bahwa
suatu tindak pidana yang dilakukan dengan kealpaan
dapat dipidana.
(3) Seseorang hanya dapat dipertanggungjawabkan
terhadap akibat tindak pidana tertentu yang oleh
Undang-Undang diperberat ancaman pidananya, jika ia
sepatutnya mengetahui kemungkinan terjadinya akibat
tersebut atau sekurang-kurangnya ada kealpaan.
45
KEMAMPUAN BERTANGGUNGJAWAB
• Seseorang dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatannya
apabila orang tersebut mempunyai kesalahan (Schuld) dan
mempunyai jiwa yang sehat serta kesadaran jiwa atas
perbuatannya itu.
• Pasal 44 KUHP, ada 2 hal yang dasar untuk menentukan dapat
dipertanggungjawabkan atau tidak, yaitu :
1) Bila keadaan jiwa seseorang diganggu oleh suatu penyakit;
2) Bila jiwa seseorang tidak tumbuh dengan sempurna, dan
perbuatan itu tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya
• Menurut doktrin untuk menentukan orang mampu atau tidak
bertanggungjawab dengan cara :
– mengambil sebab keadaan jiwa yang sakit (De biologische
Methode)
– Dengan menunjukkan hubungan antara jiwa seseorang dengan
orangnya (De Psychologische Methode)
• Seseorang yang melakukan tindak pidana, tapi kesehatan (jiwanya)
berkurang, tidak dapat dipertanggungjawabkan sepenuhnya, tetapi
dikurangi, keadaan ini dinamakan “Vermindende
Toerelekeningsvaat bearheid”
46
ORANG YANG PERTANGGUNGJAWABANNYA AGAK
BERKURANG

• orang yang pertanggungjawabannya agak


berkurang, seseorang jiwanya sebagian
dihinggapi penyakit disebut Monomanen
• Bentuk-bentuk Monomanen
– Kleptomanie, yaitu gemar terhadap perbuatan
tertentu, tetapi ia tidak sadar akan perbuatan itu.
– Pyicomanie yaitu gemar membakar sesuatu, ketika ia
melakukan membakar sesuatu ia tidak sadar.
– Mymphomanie yaitu seorang laki-laki yang suka
melakukan perbuatan yang tidak senonoh dengan
perempuan .

47
KEMAMPUAN BERTANGGUNGJAWAB ANAK
• Batas umur Anak Nakal yang dapat diajukan ke Sidang
Anak adalah sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun
tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun
dan belum pernah kawin (Pasal 4 ayat (1) UU No. 3
Tahun 1997)
• Dalam hal anak belum mencapai umur 8 (delapan) tahun
melakukan tindak pidana, maka terhadap anak tersebut
dapat dilakukan pemeriksaan oleh Penyidik. Apabila
menurut hasil pemeriksaan masih dapat dibina oleh
orang tua, wali, atau orang tua asuhnya, Penyidik
menyerahkan kembali anak tersebut kepada orang tua,
wali, atau orang tua asuhnya. (3) Apabila tidak dapat
dibina lagi oleh orang tua, wali, atau orang tua asuhnya,
menyerahkan anak tersebut kepada Departemen Sosial
setelah mendengar pertimbangan dari Pembimbing
Kemasyarakatan (Pasal 5 ayat (1,2,3) UU No. 3 Tahun
1997)
48
KEMAMPUAN BERTANGGUNG JAWAB
MENURUT RUU KUHP

• Pasal 40
Setiap orang yang pada waktu melakukan tindak
pidana menderita gangguan jiwa, penyakit jiwa
atau retardasi mental, tidak dapat diper­
tanggungjawabkan dan dijatuhi pidana, tetapi
dapat dikenakan tindakan.
• Pasal 41
Setiap orang yang pada waktu melakukan tindak
pidana kurang dapat dipertanggungjawabkan
karena menderita gangguan jiwa, penyakit jiwa,
atau retardasi mental, pidananya dapat diku­
rangi atau dikenakan tindakan.
49
KEMAMPUAN BERTANGGUNGJAWAB ANAK
MENURUT RUU KUHP

Pasal 113
(1) Anak yang belum mencapai umur 12 (dua
belas) tahun melakukan tindak pidana tidak
dapat dipertanggungjawabkan.
(2) Pidana dan tindakan bagi anak hanya berlaku
bagi orang yang berumur antara 12 (dua
belas) tahun dan 18 (delapan belas) tahun
yang melakukan tindak pidana.

50
DAFTAR PERTANYAAN

1. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan pertanggungjawaban


pidana?
2. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan asas Geen straft zonder
schuld, atau Actus non facit reumnisi men sit rea?
3. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan ajaran Leer van het
materiil feit dalampertanggungjawaban hukum pidana?
4. Jelaskah apakah yang dumaksud dengan kesalahan dalam hukum
pidana?
5. Syarat apa yang harus dipenuhi untuk adanya kesalahan dalam
hukum pidana.
6. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan opzet/dolus, dan
sebutkan dua teori tentang kesengajaan opzet/dolus!
7. Sebutkan tiga bentuk dolus/kesenganjaan!
8. Jelaskan pengertian kelalaian/culpa!
9. Syarat apa yang harus dipenuhi untuk adanya kelalaian/culpa!
10.Jelaskan apakah yang dimaksud dengan : Cula lata, Culpa levis,
eror inpersona, eror inobjekto.
11.Kapan seseorang itu dikatakan mampu bertanggung jawab?
51
Pokok Bahasan 5

52
HAL-HAL YANG MENIADAKAN PIDANA

ALASAN PEMAAF ALASAN ALASAN


alasan yang PEMBENAR PENGHAPUS
menghapuskan PENUNTUTAN
kesalahan terdakwa. alasan yang
menghapuskan sifat Tidaka adalah
Perbuatan yang melawan hukumnya
dilakukan oleh tetap alasan pemaaf
bersifat melawan perbuatan, sehingga maupun pembenar,
hukum. Jadi tetap apa yang dilakukan
oleh terdakwa itu tapi pemerintah
perbuatan pidana,
tetapi tidak dipidana, menjadi perbuatan berdasar
karena tidak ada yang patut dan kepentingan tertentu
kesalahan. benar. atau manfaat pada
masayarakat
sebaiknya tidak
diadakan penuntutan

53
HAL-HAL YANG MENIADAKAN PIDANA

ALASAN PEMAAF ALASAN PEMBENAR

1. Overmacht, Pasal 48 1. melaksanakan ketentuan


KUHP. undang-undang. Ps. 50
2. Noodweer Exces 49 KUHP.
ayat (2) KUHP. 2. Noodweer. Ps. 49 ayat
3. melaksanakan perintah (1) KUHP.
jabatan, tanpa
wewenang Ps 51 (1) 3. melaksanakan perintah
KUHP. jabatan Ps 51 (1) KUHP.

54
Overmacht
• Pasal 48 KUHP “Barangsiapa melakukan perbuatan pidana karena
pengaruh daya paksa tidak dipidana”. “overmacht”, yang artinya
kekuatan atau daya yang lebih besar.
• Menurut M.v.T, “Overmacht” adalah tiap-tiap
kekuatan/paksaan/tekanan yang sedemikian rupa, sehingga
kekuatan/paksaan/tekanan tersebut tidak dapat dielakan.
• Overmacht merupakan Physhische dwang/Vis Compulsiva.
• Physhische dwang/Vis Compulsiva terdiri dari:
– overmacht dalam arti sepit ( Paksaan berasal dari orang lain)
– Keadaan Daerurat (Notoestand) (Paksaan berasal dari suatu
keadaan)
• Noodtoestand, adalah keadaan dimana suatu kepentingan hukum
dalam keadaan bahaya, dan untuk menghindarkan bahaya tersebut,
terpaksa dilanggar kepentingan hukum yang lain.
• Noodtoestand (keadaan darurat) dapat berupa :
– Konflik dalam kepentingan hukum;
– Konflik antar kepentingan hukum dan keharusan hukum;
– konflik antara dua keharusan hukum.
55
Noodweer
• Pasal 49 KUHP (1)
• Barangsiapa melakukan perbuatan pembelaan terpaksa untuk diri
sendiri maupun untuk orang lain, kehormatan kesusilaan atau harta
benda sendiri atau orang lain, karena serangan atau ancaman
serangan yang sangat dekat pada saat itu yang melawan hukum.
• Syarat pokok Noodweer terdiri atas 2 hal, yaitu;
1. harus ada serangan; dan
2. terhadap serangan itu perlu diadakan pembelaan;
 Sifat syarat-syarat pokok tersebut adalah :
 serangan harus timbul secara mendadak atau serangan
itu harus mengancam secara langsung;
 serangan itu harus bersifat bertentangan dengan hukum;
 sifat pembelaan itu harus benar-benar diperlukan
(noodzakelijke);
 Disamping noodzakelijke, pembelaan itu harus ada
kesinambungan antara kepentingan hukum yang
dilanggar dan dibela.
 Kepentingan yang dibela itu hanya mengenai
badan/tubuh seseorang (lijf), kessilaan atau sentuhan
badan berkaitan dengan kelamin (Eee baar heid). 56
Noodweer Exes
 Pasal 49 ayat (2) KUHP, orang yang melampaui batas
pembelaan yang perlu, jika perbuatan itu dilakukan
karena sangat panas hatinya yang disebabkan oleh
serangan itu, maka orang itu tidak dipidana. J
 Noodweer Exes, adalah cara pembelaan diri yang
melampaui batas-batas keperluan pembelaan
(Noodzakelijke Verdedingin).
 Pembelaan melampaui batas, harus memenuhi syarat-
syarat :
 Pembelaan tidak perlu noodzakelijke, artinya tidak ada jalan lain
yang mungkin untuk menghindarkan serangan itu;
 Pembelaan itu tidak perlu geboden, artinya tidak harus ada
keseimbangan antara kepentingan hukum yang diancam
dengan kepentingan hukum yang dilanggar karena pembelaan.
 Serangan itu harus melawan hukum (wederrechtelijke) dan tiba-
tiba langsung mengancam.
 Tekanan jiwa dan serangan itu harus ada hubungan causal
(Causal verband). 57
MELAKSANAKAN PERINTAH JABATAN

• Melaksanakan perintah jabatan jabatan (Ps. 51


(1) KUHP):
Barang siapa melakukan perbuatan untuk
melaksanakan perintah jabatan yang diberikan
oleh penguasa yang berwenang, tidak dipidana.

• Perintah jabatan tanpa wewenang jabatan (Ps.


51 (2) KUHP):
Perintah jabatan tanpa wewenang, tidak
menyebabkan hapusnya pidana, kecuali jika
yang diperintah dengan itikad baik mengira
bahwa perintah diberikan dengan wewenang
dan pelaksanaannya termasuk dalam
lingkungan pekerjaannya 58
DAFTAR PERTANYAAN

1. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan alasan pemaaf,


alasan pembenar dan alasan penghapus penuntutan?
2. Sebutkan hal-hal apa saja yang termasuk dalam alasan
pemaaf dan hal-hal apa saja yang termasuk dalam
alasan pembenar?
3. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan overmact dan
apapula notoestand? Berikan contoh kasus!
4. Jelaskan pengertian nodweer, apa syarat yang harus
dipenuhi untuk dapat dikatakan nodweer?
5. Jelaskan perbedaan antara nodweer degan nodweer
exes!
6. Jelaskan bagaimana pengaturan alasan pemaaf dan
pembenar dalam KUHP.

59
Pokok Bahasan 6

60
PENGERTIAN PIDANA
Prof. Sudarto, SH :
Yang dimaksud dengan pidana adalah penderitaan yang sengaja
dibebankan kepada orang yang melalakukan perbuatan yang
memenuhi syarat-syarat tertentu.
Prof. Roeslan Saleh:
Pidana adalah reaksi atas delik, dan ini berwujud suatu nestapa
yang dengan sengaja ditimpakan negara pada pembuat delik itu.
Menurut Muladi dan Barda Nawawi:
pidana mengandung unsur-unsur atau ciri-ciri sebagai berikut :
 pidana itu pada,hakekatnya merupakan suatu pengenaan
penderitaan atau nestapa atau akibat-akibat lain yang tidak
menyenangkan;
 pidana itu diberikan dengan sengaia oleh orang atau badan
yang mempurix-al kekuasaan (oleh yang berwe­nang);
 pidana itu dikenakan kepada seseorang yang telah melakukan
tindak pidana menurut undang-undang;
61
PENGERTIAN PEMIDANAAN

Prof. Sudarto
• "peng­hukuman" berasal dari kata dasar
"hukum", sehingga dapat diartikan sebagai
"menetapkan hukum" atau "memutuskan
tentang hukumnya" ("berechten"). "menetapkan
hukum" untuk suatu peristiwa.
• penghukuman dalam perkara pidana, yang
kerap kali sinonim dengan "pemidanaan" atau
"pemberian/penjatuhan pidana" oleh Hakim.
"Penghukuman" dalam arti yang demikian
menurut Prof. Sudarto mempunyai makna sama
dengan "sentence" atau "veroordeling",
62
Jenis-jenis pidana
KUHP DI LUAR RUU
(Ps. 10)
Pokok: Pokok:
• pidana mati • pidana mati
• pidana penjara • pidana penjara
• pidana kurungan • pidana tutupan
• pidana denda. • pidana kurungan
Tambahan: • pidana pengawasan
• Pencabutan hak-hak tertentu • pidana denda.
• Perampasan barang-barang Tambahan:
tertentu • Pencabutan hak-hak tertentu
• Pengumuman keputusan • Perampasan barang-barang
hakim tertentu
• Pengumuman keputusan
hakim
• Pembayaran ganti rugi
63
JENIS PIDANA MENURUT RUU KUHP

Untuk dewasa Untuk anak


Pasal 65 - 67 Pasal 116
Pidana pokok terdiri atas: Pidana pokok bagi anak terdiri atas:
a. pidana penjara; a. Pidana verbal :
b. pidana tutupan; 1. pidana peringatan; atau
c. pidana pengawasan; 2. pidana teguran keras;
d. pidana denda; dan b. Pidana dengan syarat:
e. pidana kerja sosial. 1. pidana pembinaan di luar lembaga;
Pidana mati merupakan pidana pokok 2. pidana kerja sosial; atau
yang bersifat khusus dan selalu 3. pidana pengawasan;
diancamkan secara alternatif. c. Pidana denda; atau
Pidana tambahan terdiri atas : d. Pidana pembatasan kebebasan:
a. pencabutan hak tertentu; 1. pidana pembinaan di dalam
lembaga;
b. perampasan barang
tertentudan/atau tagihan; 2. pidana penjara; atau
c. pengumuman putusan hakim; 3. pidana tutupan.
d. pembayaran ganti kerugian; dan Pidana tambahan terdiri atas:
a. perampasan barang‑barang tertentu
e. pemenuhan kewajiban adat dan/atau tagihan;
setempat dan/atau kewajiban
menurut hukum yang hidup dalam b. pembayaran ganti kerugian; atau
masyarakat. c. pemenuhan kewajiban adat.
64
TEORI-TEORI PEMIDANAAN
(Dasar-dasar Pembenaran dan Tujuan Pidana)

Teori absolut atau pembalasan Teori relatif atau teori tujuan


(retributive/vergeldings theorieen) (utilitarian/doeltheorieen).

• pidana dijatuhkan semata-mata • Pidana bukanlah,sekedar untuk


karena orang telah melakukan pembalasan, tetapi mempunyai
suatu kejahatan. tujuan-tujuan tertentu yang
• Pidana merupakan akibat mutlak bermanfaat.
yang harus ada sebagai suatu • dasar pembenaran adanya
pembalasan kepada orang yang pidana terletak pada tujuannya,
melakukan kejahatan. yaitu supaya orang jangan
• dasar pembenaran dari pidana melakukan keja­hatan.
terletak pada adanya atau
terjadinya kejahatan itu sendiri.

Teori gabungan (Vergelding theorieen)


Sekalipun is tetap menganggap pembalasan sebagai asas dari pidana dan bahwa
beratnya pidana tidak boleh melampaui suatu pembalasan yang adil, namun
pidana mempunyai pelbagai pengaruh antara lain perbaikan sesuatu yang rusak
65
dalam masyarakat dan prevensi general.
TEORI-TEORI PEMIDANAAN
(Dasar-dasar Pembenaran dan Tujuan Pidana)

Teori absolut atau pembalasan Teori relatif atau teori tujuan


(retributive/vergeldings theorieen) (utilitarian/doeltheorieen).

teori retributif teori retributif Prevensi general/ Prevensi special/


yang murni tidak murni general deterrence special deterrence

• retributif yang • teori retributif


terbatas yang distributif

Teori gabungan
(Vergelding theorieen).
66
CIRI-CIRI POKOK TEORI RETRIBUTIVE DAN TEORI UTILITARIAN
Menurut Karl. O. Christiansen

Teori absolut atau pembalasan Teori relatif atau teori tujuan


(retributive/vergeldings theorieen) (utilitarian/doeltheorieen).
• tujuan pidana adalah semata-mata • tujuan pidana adalah pencegahan
untuk pem­balasan; • pencegahan bukan tujuan akhir tetapi
• pembalasan adalah tujuan utama dan hanya sebagai sarana untuk mencapai
di dalamnya tidak mengandung tujuan yang lebih tinggi yaltu
kesejahteraan masyarakat;
sarana-sarana untuk tujuan lain • hanya pelanggaran-pelanggaran hukum
misalnya untuk kesejahteraan yang dapat dipersalahkan kepada si
masyarakat; pelaku saja yang memenuhi syarat untuk
• kesalahan merupakan satu-satunya adanya pidana;
syarat untuk adanya pidana; • pidana harus ditetapkan berdasar
• pidana harus disesuaikan dengan tujuannya sebagai alat untuk pencegahan
kesalahan si pe­langgar; kejahatan;
• pidana melihat kemuka (bersifat
• pidana melihat ke belakang; ia prospektif); pidana dapat mengandung
merupakan pen­celaan yang murni dan unsur pencelaan, tetapi baik unsur
tujuannya tidak untuk memperbaiki, pencelaan maupun unsur pembalasan
mendidik atau memasyarakatkan tidak dapat diterima apabila tidak
kembali si pelanggar.. membantu pencegahan kejahatan untuk
kepentingan kesejahteraan ma­syarakat.
67
Tujuan Pemidanaan Menurut RUU KUHP 2005
(Pasal 54 RUU KUHP)

(1) Pemidanaan bertujuan:


a. mencegah dilakukannya tindak pidana dengan
menegak­kan norma hukum demi pengayoman
masyarakat;
b. memasyarakatkan terpidana dengan mengadakan
pembinaan sehingga menjadi orang yang baik dan
berguna;
c. menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak
pidana, memulihkan keseimbangan, dan
mendatangkan rasa damai dalam masyarakat;
d. membebaskan rasa bersalah pada terpidana; dan
e. memaafkan terpidana.
(2) Pemidanaan tidak dimaksudkan untuk menderitakan dan
merendah­kan martabat manusia.
68
DAFTAR PERTANYAAN

1. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan pidana


menurut Prof. Ruslan Saleh, dan sebutkan ciri-ciri
pidana menurut Prof. Muladi!
2. Jelaskan pengertian pemidanaan!
3. Sebutkan jenis-jenis pidana dalam KUHP dan di luar
KUHP.
4. Sebutkan jenis-jenis pidana menurut RUU KUHP tahun
2005!
5. Buat uraian tentang teori-teori pemidanaan!
6. Sebutkan perbedaan ciri-ciri antara teori teori absolut
dan teori relatif.
7. Sebutkan tujuan pidan menurut RUU KUHP Tahun
2005.

69
Pokok Bahasan 7

70
BENTUK-BENTUK PENAFSIRAN HUKUM PIDANA

1. Penafsiran otentik (Auentike Interpretatie)


penafsiran yang diberikan sendiri oleh undang-undang, dalam hal
ini penafsiran lain tidak boleh digunakan.
2. Penafsiran Menurut Tata Bahasa (Gramatical Taalkumde
Interpretatie)
penafsiran dengan cara mencari kata-kata dari suatu ketentuan
undang-undang menurut tata bahasa.
3. Penafsiran Sistimatis (Systematiche Interpretatie)
Penafsiran berdasarkan maksud daripada undang-undang dengan
menghubungkan bagian dari undang-undang yang satu dengan
yang lain dari undang-undang.
4. Penafsiran Logis (Logische Interpretatie)
Penafsiran yang menyandarkan pada pikiran yang sehat dan logis,
yaitu mencari maksud peraturan perundang-undangan tersebut
dengan menghubungkannya dengan undang-undang lain.

71
BENTUK-BENTUK PENAFSIRAN HUKUM
PIDANA
5. Penafsiran Sejarah (Historische Interpretatie)
Penafsiran yang didasarkan pada riwayat dari pembentukan
undang-undang tersebut:
A. Rechtshistorische Interpretatie,
penafsiran dengan cara mempelajari riwayat dari perkembangan
tentang hal yang diatur dalam undang-undang.
B. Wetshistorische Interpretatie,
penafsiran dengan cara mempelajari riwayat proses
pembentukan undang-undang.
6. Penafsiran Analogis (Analogische Interpretatie)
Penafsiran yang disandarkan pada alam pikiran secara analogi,
dimana bila dalam ketentuan undang-undang itu kita kenal hal lain
yang sejenis, dalam artian bahwa sifat hal itu adalah sama dengan
sifat hal yang diatur oleh undang-undang itu, maka peraturan yang
tegas itu diperlakukan terhadap perbuatan yang tidak diatur dengan
tegas. Penafsiran ini tidak diperbolehkan dalam hukum pidana
karean bertentangan dengan asas legalitas.
72
BENTUK-BENTUK PENAFSIRAN HUKUM
PIDANA
7. Penafsiran Teologis (Teologische Interpretatie)
penafsiran yang disandarkan pada maksud dari pembentuk undang-
undang. dengan menyelidiki ketika pembentukan undang-undang tersebut,
apakah maksud pembentuk undang-undang itu. Karena harus menyelidiki
ketika pembentukan undang-undang tersebut, apakah maksud pembentuk
undang-undang untuk mengadakan undang tersebut.
8. Penafsiran Ekstensif (Ectencive Interpretatie)
penafsiran secara memperluas peraturan yang termaktub dalam suatu
undang-undang.
9. Penafsiran Restrictif (Restrictive Interpretatie)
penafsiran undang-undang dengan cara mempersempit arti peraturan-
peraturan yang terdapat dalam undang-undang.
10. Penafsiran Secara Tegas (Redemering Acontracio)
penafsiran untuk undang-undang yang pada hakekatnya sama dengan
penafsiran Restrictive. Apabilila dalam peraturan undang-undang itu diatur
suatu hal, peraturan itu hanya berlaku bagi hal-hal yang diatur secara tegas,
tidak dapat diperlakukan terhadap hal-hal yang lain

73
DAFTAR PERTANYAAN

• Sebutkan dan jelaskan macam-macam penafsiran


hukum pidana!
• Jelaskan mengapa penafsiran analogi tidak boleh
digunakan dalam hukum pidana?

74

Anda mungkin juga menyukai