Anda di halaman 1dari 3

Sebagai salah satu wujud dari pelaksanaan desentralisasi fiskal adalah Jenis-jenis Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa

Retribusi Jasa Usaha, dan Retribusi 1I. Kriteria Retribusi Daerah


pemberian sumber-sumber penerimaan bagi daerah yang dapat digali dan Perizinan Tertentu sebagaimana dimaksud di atas sebagai berikut:
digunakan sendiri sesuai dengan potensinya masing-masing. Sumber- Retribusi Jasa Umum Retribusi Jasa Usaha
Retribusi Perizinan
Tertentu
sumber penerimaan tersebut dapat berupa pajak atau retribusi. Sesuai
Retribusi Perizinan 1. Retribusi Jasa Umum bersifat bukan pajak 1. Retribusi Jasa Usaha 1. Perizinan tersebut
dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945, setiap pungutan yang Retribusi Jasa Umum Retribusi Jasa Usaha
Tertentu
membebani masyarakat baik berupa pajak atau retribusi harus diatur dan bersifat bukan Retribusi Jasa Usaha bersifat bukan pajak termasuk kewenangan
1. Retribusi Pelayanan 1. Retribusi Pemakaian 1. Retribusi Izin Mendirikan atau Retribusi Perizinan Tertentu; dan bersifat bukan pemerintahan yang
dengan Undang- Undang (UU). Kesehatan; Kekayaan Daerah; Bangunan; 2. Jasa yang bersangkutan merupakan Retribusi Jasa Umum diserahkan kepada
2. Retribusi Pelayanan 2. Retribusi Pasar Grosir 2. Retribusi Izin Tempat kewenangan Daerah dalam rangka atau Retribusi Perizinan Daerah dalam rangka
DASAR HUKUM Persampahan/ dan/atau Pertokoan; Penjualan Minuman pelaksanaan desentralisasi; Tertentu; dan asas desentralisasi;
1. UU No. 34 Tahun 2000 yang merupakan penyempurnaan dari Kebersihan; 3. Retribusi Tempat Beralkohol; 3. Jasa tersebut memberi manfaat khusus 2. Jasa yang bersangkutan 2. Perizinan tersebut
3. Retribusi Penggantian Pelelangan; 3. Retribusi Izin Gangguan; bagi orang pribadi atau badan yang adalah jasa yang benar-benar diperlukan
UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; Biaya Cetak Kartu Tanda dan diharuskan membayar Retribusi, bersifat komersial yang guna melindungi
4. Retribusi Terminal;
2. PP No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah; dan Penduduk dan Akte 5. Retribusi Tempat Khusus 4. Retribusi Izin Trayek. disamping untuk melayani kepentingan seyogianya disediakan kepentingan umum; dan
3. PP No. 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah. Catatan Sipil; Parkir; dan kemanfaatan umum; oleh sektor swasta 3. Biaya yang menjadi
4. Retribusi Pelayanan 6. Retribusi Tempat 4. Jasa tersebut layak untuk dikenakan tetapi belum memadai beban Daerah dalam
JENIS PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH Pemakaman dan Penginapan/ Retribusi; atau terdapatnya harta penyelenggaraan izin
Pengabuan Mayat; Pesanggrahan/Villa; 5. Retribusi tidak bertentangan dengan yang dimiliki/dikuasai tersebut dan biaya
(PDRD) 5. Retribusi Pelayanan 7. Retribusi Penyedotan kebijakan nasional mengenai Daerah yang belum untuk menanggulangi
Parkir di Tepi Jalan Kakus; penyelenggaraannya; dimanfaatkan secara dampak negatif dari
1. Pajak Daerah penuh oleh Pemerintah
Umum; 8. Retribusi Rumah Potong 6. Retribusi dapat dipungut secara efektif dan pemberian izin tersebut
Pajak Provinsi Pajak Kabupaten/Kota 6. Retribusi Pelayanan Hewan; efisien, serta merupakan salah satu sumber Daerah. cukup besar sehingga
Pasar; 9. Retribusi Pelayanan pendapatan Daerah yang potensial; dan layak dibiayai dari
1. Pajak Kendaraan Bermotor dan 1. Pajak Hotel;
7. Retribusi Pengujian Pelabuhan Kapal; 7. Pemungutan Retribusi memungkinkan Retribusi perizinan.
Kendaraan di Atas Air; 2. Pajak Restoran;
Kendaraan Bermotor; 10.Retribusi Tempat penyediaan jasa tersebut dengan tingkat
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 3. Pajak Hiburan;
8. Retribusi Pemeriksaan Rekreasi dan Olah Raga; dan/atau kualitas pelayanan yang lebih baik.
dan Kendaraan di Atas Air; 4. Pajak Reklame;
Alat Pemadam 11.Retribusi Penyeberangan
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan 5. Pajak Penerangan Jalan;
Kebakaran; di Atas Air;
Bermotor; dan 6. Pajak Pengambilan Bahan Galian
9. Retribusi Penggantian 12.Retribusi Pengolahan Materi Peraturan Daerah (Perda)
4. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Golongan C; dan
Biaya Cetak Peta; dan Limbah Cair; dan
Air Bawah Tanah dan Air Permukaan. 7. Pajak Parkir.
10.Retribusi Pengujian Kapal 13.Retribusi Penjualan Peraturan Daerah tentang
Peraturan Daerah tentang Pajak sekurang-kurangnya Retribusi
mengatur sek
ketentua
Perikanan. Produksi Usaha Daerah. nama, objek, dan subjek pajak; nama, objek, dan subjek Retribusi;
 Besarnya tarif, untuk pajak provinsi ditetapkan secara seragam di seluruh golongan pajak;
dasar pengenaan, tarif, dan cara penghitungan Retribusi sebagaimana dimaksud d
Indonesia sebagaimana diatur dalam PP No. 65 Tahun 2001. wilayah pemungutan; cara mengukur tingkat penggunaan jasa yan
PERSYARATAN PDRD masa pajak; prinsip yang dianut dalam penetapan strukt
 Besarnya tarif definitif untuk pajak kabupaten/kota ditetapkan dengan Peraturan struktur dan besarnya tarif Retribusi;
penetapan;
Daerah (Perda), namun tidak boleh lebih tinggi dari tarif maksimum yang 1. Kriteria Pajak Daerah, adalah: tata cara pembayaran dan penagihan; wilayah pemungutan;
telah ditentukan dalam UU. kadaluwarsa; tata cara pemungutan;
a. Bersifat pajak, dan bukan retribusi; sanksi administrasi;
2. Retribusi Daerah sanksi administrasi; dan
b. Obyek pajak terletak atau terdapat di wilayah daerah kabupaten/kota yang tanggal mulai berlakunya. tata cara penagihan; dan
Retribusi daerah terdiri atas 3 golongan, yaitu: bersangkutan dan mempunyai mobilitas cukup rendah serta hanya melayani tanggal mulai berlakunya.
a. Retribusi Jasa Umum, yaitu retribusi atas jasa yang disediakan atau masyarakat di wilayah daerah kabupaten/kota yang bersangkutan;
diberikan oleh pemerintah daerah (pemda) untuk tujuan kepentingan dan c. Obyek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan Peraturan Daerah tentang Retribusi jug
kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan; umum; masa Retribusi;
b. Retribusi Jasa Usaha, yaitu retribusi atas jasa yang disediakan oleh pemberian keringanan, pengurangan, dan p
d. Potensinya memadai. Hasil penerimaan pajak harus lebih besar dari biaya
pemda dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat tata cara penghapusan piutang Retribusi ya
pemungutan;
pula disediakan oleh sektor swasta; dan Peraturan Daerah tentang Pajak juga dapat mengatur ketentuan mengen
e. Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif. Pajak tidak pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan dalam hal-hal tertentu ata
c. Retribusi Perizinan Tertentu, yaitu retribusi atas kegiatan tertentu mengganggu alokasi sumber-sumber ekonomi dan tidak merintangi arus tata cara penghapusan piutang pajak yang kadaluwarsa.
pemda dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang sumber daya ekonomi antar daerah maupun kegiatan ekspor-impor;
dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan f. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat; dan
atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang,
prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum g. Menjaga kelestarian lingkungan, yang berarti bahwa pengenaan pajak tidak
dan menjaga kelestarian lingkungan. memberikan peluang kepada pemda atau Pemerintah atau masyarakat luas
untuk merusak lingkungan.

Religius Kompeten Transparan Integritas Inovatif Profesional


PENYEBAB PERDA PDRD BERMASALAH DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
 Pungutan dilakukan oleh Daerah berdasarkan keputusan/peraturan kepala
daerah.
 Muatan/materi yang diatur dalam Perda tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan.
 Tumpang tindih dengan pungutan Pusat.
 Retribusi bersifat pajak.
 Pajak/Retribusi merintangi arus lalu lintas manusia, barang/jasa antar daerah.
 Pungutan sumbangan pihak ketiga.

PENGAWASAN PDRD
1. REPRESIF (UU 34 Tahun 2000)
 Dalam rangka pengawasan, Perda-perda tentang Pajak dan Retribusi yang
diterbitkan oleh pemda harus disampaikan kepada Pemerintah paling lambat
15 hari sejak ditetapkan.
 Dalam hal Perda-perda dimaksud bertentangan dengan kepentingan

pdrd
umum dan/atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, Menteri
Keuangan merekomendasikan kepada Menteri Dalam Negeri untuk dapat
membatalkan perda dimaksud. Pemda dapat mengajukan keberatan kepada
Mahkamah Agung (MA) segera setelah mengajukan keberatannya kepada
Pemerintah.

ARAH KE DEPAN KEBIJAKAN PDRD


 Kebijakan PDRD ke depan lebih diarahkan pada penguatan taxing power daerah,
yaitu dengan meningkatkan basis pajak daerah dan diskresi dalam
pajak daerah dan
menetapkan tarif pajak daerah.
 Peningkatan basis pajak daerah dilakukan dengan memperluas basis pajak yang
retribusi daerah
sudah ada, seperti katering untuk Pajak Restoran dan permainan golf untuk Pajak
Hiburan. Di samping itu juga dilakukan penambahan jenis pajak baru, pajak
lingkungan (green tax). Penetapan tarif pajak daerah diserahkan sepenuhnya
kepada daerah. UU hanya menetapkan tarif pajak maksimum untuk menghindari
pembebanan pajak yang berlebihan.
 Untuk menjamin agar daerah tidak menciptakan pungutan yang bermasalah dan
2. PREVENTIF (UU 32 Tahun 2004)
sekaligus untuk meningkatkan pengawasan pungutan daerah, maka mekanisme
 Rancangan perda kabupaten/kota dievaluasi oleh provinsi dengan pengawasan PDRD dilakukan secara preventif dan diterapkan sanksi bagi daerah
dikoordinasikan terlebih dahulu dengan Menteri Keuangan. yang melanggar, antara lain dapat berupa penundaan dana perimbangan.
 Rancangan perda provinsi dievaluasi oleh Departemen Dalam Negeri  Untuk menghindari adanya pungutan-pungutan daerah yang menghambat
dengan dikoordinasikan terlebih dahulu dengan Menteri Keuangan. perkembangan ekonomi nasional dan sekaligus menjamin daerah dapat
memenuhi kebutuhan pengeluarannya, akan ditingkatkan kegiatan penguatan
kapasitas SDM melalui bimbingan teknis dan sosialisasi kepada berbagai pihak
terkait.
Gedung Sutikno Slamet Lantai 16
Jl. DR. Wahidin No. 1 Jakarta Pusat 10710
Telp. 021-350.3442
Faks. 021-350.3443
Gedung Sutikno Slamet Lantai 16
Jl. DR. Wahidin No. 1 Jakarta Pusat 10710 • Te p. 021-3 0.3442 • Faks. 021-3 0.3443
Nasionalis Produktif
www.djpk.depkeu.go.id

Anda mungkin juga menyukai