Anda di halaman 1dari 18

Optimalisasi

penerimaan
PKB dan
BBNKB

AZWIRMAN, S.STP., M.SI


KASUBDIT WILAYAH II
DIREKTORAT PENDAPATAN DAERAH
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

FOKUS TAHUN 2023


KEMENTERIAN DALAM NEGERI
ISU STRATEGIS UU NO. 1 TAHUN 2022
REPUBLIK INDONESIA

PENYUSUNAN RANPERDA PDRD


1. Perda mengenai Pajak dan Retribusi yang disusun Pajak Retribusi
berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah masih tetap • Jenis • Jenis
• Subyek • Subyek
berlaku paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak • •
Wajib Wajib
tanggal diundangkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun • Obyek • Obyek
2022; dan • Dasar • Tingkat
Pengenaan Penggunaan
• Saat Terutang Jasa
2. Jenis Pajak dan Retribusi, Subjek Pajak dan Wajib Pajak, • Wilayah • Tarif
Subjek Retribusi dan Wajib Retribusi, objek Pajak dan Pemungutan
Retribusi, dasar pengenaan Pajak, tingkat penggunaan jasa • Tarif
Retribusi, saat terutang Pajak, wilayah pemungutan Pajak,
serta tarif Pajak dan Retribusi, untuk seluruh jenis Pajak
dan Retribusi ditetapkan dalam 1 (satu) Perda dan
menjadi dasar pemungutan Pajak dan Retribusi di Daerah.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

Data Ditjen Bina Keuangan Daerah pertanggal 10 November 2023


STRUKTUR PAJAK DALAM UU HKPP

Kementerian Dalam Negeri mendorong Gubernur untuk


melakukan program optimalisasi penerimaan Pendapatan Asli
Daerah yang bersumber darii PKB dan BBNKB melalui surat
Plh. Dirjen Bina Keuangan Daerah nomor
900.1.13/17040/Keuda tanggal 7 November 2023.

Program relaksasi perpajakan antara lain berupa:


a. Pembebasan sanksi administratif berupa denda PKB;
b. Pembebasan pokok dan sanksi administratif berupa denda
BBNKB atas penyerahan kedua dan seterusnya;
c. Pembebasan pokok tunggakan PKB pada tahun tertentu;
d. Pemberian pengurangan sebagian pokok PKB bagi Wajib
Pajak yang melakukan pembayaran PKB sebelum jatuh
tempo masa pajak; dan
e. Pemberian pengurangan sebagian pokok BBNKB I kepada
masyarakat yang melakukan pembelian kendaraan bermotor
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

FOKUS TAHUN 2024


STRUKTUR PAJAK DALAM UU HKPP

KEWENANGAN KEWENANGAN
PROVINSI KABUPATEN/KOTA Restrukturisasi Pajak dilakukan melalui
1. Pajak Kendaraan Bermotor; reklasifikasi 5 (lima) jenis Pajak yang
1. Pajak Bumi dan Bangunan
2. Bea Balik Nama Kendaraan
Perdesaan dan Perkotaan; berbasis konsumsi menjadi satu jenis Pajak,
Bermotor;
2. Pajak Barang Jasa Tertentu yaitu PBJT
3. Pajak Alat Berat; a. Hotel
4. Pajak Bahan Bakar Kendaraan b. Restoran
Bermotor; c. Hiburan Pemerintah memberikan kewenangan
d. Listrik pemungutan Opsen Pajak antara level
5. Pajak Air Permukaan;
e. Parkir pemerintahan provinsi dan kabupaten/kota,
6. Pajak Rokok; dan 3. .Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan
yaitu PKB, BBNKB, dan Pajak MBLB.
7. Opsen Pajak MBLB.
4. Pajak MBLB Opsen atas PKB dan BBNKB sejatinya
5. Pajak Reklame merupakan pengalihan dari bagi hasil
6. Pajak Air Tanah pajak provinsi.
7. Pajak Sarang Burung Walet
8. Opsen PKB dan Opsen BBNKB
Sementara itu, Penambahan Opsen Pajak
MBLB untuk provinsi sebagai sumber
penerimaan baru diharapkan dapat
memperkuat fungsi penerbitan izin dan
pengawasan kegiatan pertambangan di
Daerah.
STRUKTUR RETRIBUSI DALAM UU HKPP

Retribusi Jasa Retribusi Jasa Retribusi Perizinan


Umum Usaha Tertentu Rasionalisasi jenis retribusi daerah
(5 jenis pelayanan) (10 jenis pelayanan) (3 jenis pelayanan izin) ditujukan untuk peningkatan kualitas
1. pelayanan kesehatan 1. Pemakaian 1. PBG (Persetujuan Bangunan
2. pelayanan kebersihan Kekayaan Daerah Gedung) pelayanan yang diberikan kepada
3. pelayanan parkir di tepi jalan 2. Pasar 2. PTKA (Perpanjangan IMTA)
umum Grosir/Pertokoan 3. PPR (Pengelolaan Pertambangan masyarakat dan menciptakan ekosistem
4. pelayanan pasar 3. Tempat Pelelangan
4. Tempat Khusus Rakyat) iklim usaha yang kondusif.
5. pengendalian lalu lintas 4. Izin Tempat Penjualan Minuman
6. Biaya Cetak KTP dan Akta Parkir Beralkohol
5. Penginapan/Villa 5. Izin Trayek
Catatan Sipil 6. Rumah Retribusi Daerah bersifat closed list yaitu
7. Pelayanan Pemakaman 6. Izin Usaha Perikanan
Potong tidak dapat dilakukan penambahan oleh
8. Pelayanan Pengujian Hewan
Kendaraan Bermotor 7. Pelayanan Pemerintah Daerah diluar yang telah diatur
9. Pemeriksaan Alat Pemadam Kepelabuhanan
Kebakaran 8. Tempat Rekreasi dalam UU No. 1 Tahun 2022.
dan Olahraga
10.Biaya Cetak Peta 9. Penyeberangan di Namun, penambahan jenis retribusi
11.Penyediaan /Penyedotan Air
Kakus 10. Penjualan dimungkinkan dengan ditetapkan dalam
Produksi Usaha
12.Pengolahan Limbah Cair Daerah Peraturan Pemerintah sesuai amanat Pasal
13.Pelayanan Tera/Tera Ulang 11. Terminal 88 ayat (8) UU No. 1 Tahun 2022.
14.Pelayanan Pendidikan
15.Pengendalian Menara
Telekomunikasi
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

ARAH PEMUNGUTAN OPSEN PAJAK


1) Besaran pokok Opsen PKB dan Opsen BBNKB terutang ditetapkan oleh gubernur untuk wilayah kabupaten/kota dalam wilayah
administrasi bersangkutan.
2) Besaran pokok opsen PKB dan Opsen BBNKB terutang sebagaimana dimaksud pada angka 1) ditetapkan bersamaan dengan
besaran pokok PKB dan BBNKB dalam Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau dokumen yang dipersamakan yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan mengenai sistem administrasi manunggal satu atap kendaraan bermotor .
3) Berdasarkan SKPD atau dokumen yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada angka 2), wajib pajak membayar Opsen
PKB dan Opsen BBNKB bersamaan dengan pembayaran PKB dan BBNKB, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah
(SSPD) atau dokumen yang dipersamakan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan mengenai sistem administrasi
manunggal satu atap kendaraan bermotor.
4) Pembayaran sebagaimana dimaksud angka 3) dilakukan melalui Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT).
5) SAMSAT sebagimana dimaksud pada angka 4) melakukan penyetoran Opsen PKB dan Opsen BBNKB ke kas daerah
kabupaten kota bersamaan dengan penyetoran PKB dan BBNKB ke kas daerah provinsi.
6) Dalam hal wajib pajak tidak melakukan pembayaran sebagaimana dimaksud pada angka 4), gubernur melakukan penagihan
PKB sekaligus opsen PKB, dan/atau penagihan BBNKB sekaligus opsen BBNKB, dengan menerbitkan Surat Tagih Pajak
Daerah (STPD).
7) Berdasarkan STPD sebagaimana dimaksud pada angka 6), wajib pajak membayar dengan menggunakan Surat Setoran Pajak
Daerah (SSPD) atau dokumen yang dipersamakan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan mengenai sistem
administrasi manunggal satu atap kendaraan bermotor.
8) Pembayaran sebagaimana dimaksud angka 7) dilakukan melalui Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT).
9) SAMSAT sebagaimana dimaksud pada angka 8) melakukan penyetoran Opsen PKB dan Opsen BBNKB ke kas daerah
kabupaten kota bersamaan dengan penyetoran PKB dan BBNKB ke kas daerah provinsi.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

Tarif BBNKB: maks


Opsen BBNKB = 66% 12%
dari BBNKB

UU 1/2022
Tarif PMBLB maks 20%
. Bagian Kab/Kota = Tarif PMBLB : maks 20%
Opsen PMBLB = 25% dan PMBLB
. Bagian Provinsi = maks (25% * 20%) = maks 5%

Beban WP: maks 25% (20%+5%)


KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

SIMULASI PENERIMAAN BAGI HASIL PKB DAN OPSEN PKB


Mobil dengan Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB) Rp200.000,000,-

UU 1/2022
Tarif PKB : 1,2%
Opsen PKB : 66% dari PKB (0,792%)

UU 28/2009 Pembayaran yang dilakukan oleh WP yaitu:


Tarif PKB : 2%
 PKB : Rp2.400.000,-  (Rp200.000.000,- x 1,2%)
Pembayaran PKB yang dibayarkan oleh WP sebesar Rp4.000.000,-  Opsen : Rp1.584.000,-  (Rp2.400.000,- x 66%)
 Total PKB terutang : Rp2.400.000,- + Rp1.584.000,- =
Di bagi hasilkan kepada Kabupaten/Kota sebesar 30% yaitu Rp3.984.000,-
Rp1.200.000,-
 Atau 1,2% + 0,792% = 1,992%
 1,992% x Rp200.000.000,- = Rp3.984.000,-
Sehingga yang diterima oleh Provinsi sebesar Rp2.800.000,-

Secara nominal penerimaan untuk Provinsi turun sebesar Rp400.000,- atau sebesar 1,43%, namun
penambahan penerimaan untuk Kabupaten/Kota tempat kendaraan bermotor terdaftar lebih besar.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

SIMULASI PENERIMAAN BAGI HASIL BBNKB DAN OPSEN BBNKB


Mobil dengan Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB) Rp200.000,000,-

UU 1/2022
Tarif BBNKB : 6%
Opsen BBNKB : 66% dari BBNKB (3.96%)

UU 28/2009 Pembayaran yang dilakukan oleh WP yaitu:


Tarif BBNKB : 10%  BBNKB : Rp12.000.000,-  (Rp200.000.000,- x 6%)
Pembayaran BBNKB yang dibayarkan oleh WP sebesar Rp20.000.000,-  Opsen : Rp7.920.000,-  (Rp12.000.000,- x 66%)
 Total BBNKB terutang : Rp12.000.000,- + Rp7.920.000,- =
Di bagi hasilkan kepada Kabupaten/Kota sebesar 30% yaitu Rp19.920.000,-
Rp6.000.000,-
 Atau 6% + 3.96% = 9.96%
Sehingga yang diterima oleh Provinsi sebesar Rp14.000.000,-  9.96% x Rp200.000.000,- = Rp19.920.000,-

Secara nominal penerimaan untuk Provinsi turun sebesar Rp2.000.000,- atau sebesar 1,43%, namun
penambahan penerimaan untuk Kabupaten/Kota tempat kendaraan bermotor terdaftar lebih besar.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

BAGI HASIL PAJAK PROVINSI SKEMA OPSEN


 Opsen dikenakan atas Pajak terutang dari:
Hasil penerimaan Pajak provinsi sebagian diperuntukkan bagi a. PKB;
kabupaten/kota di wilayah provinsi yang bersangkutan dengan b. BBNKB; dan
ketentuan sebagai berikut: c. Pajak MBLB.
a. hasil penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea  Tarif Opsen ditetapkan sebagai berikut:
Balik Nama Kendaraan Bermotor diserahkan kepada a. Opsen PKB sebesar 66% (enam puluh enam persen);
kabupaten/kota sebesar 30% (tiga puluh persen); b. Opsen BBNKB sebesar 66% (enam puluh enam persen);
b. Bagian kabupaten/kota ditetapkan dengan memperhatikan dan
aspek pemerataan dan/atau potensi antarkabupaten/kota; c. Opsen Pajak MBLB sebesar 25% (dua puluh lima
dan persen), dihitung dari besaran Pajak terutang.
c. Ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Daerah Provinsi.  Besaran tarif Opsen ditetapkan dengan Perda.
 Opsen dipungut secara bersamaan dengan Pajak yang
dikenakan Opsen.
 Opsen PKB dan Opsen BBNKB bertujuan untuk shifting
skema bagi hasil menjadi opsen agar terwujud kepastian
penerimaan, ketepatan waktu dan jumlah penerimaan PKB dan
BBNKB bagian kab/kota oleh provinsi dengan cara men-split
pembayaran PKB dan BBNKB oleh WP ke masing-masing
RKUD provinsi dan kab/kota melalui bank system.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

Dalam rangka optimalisasi penerimaan:


a. PKB dan Opsen PKB; dan
b. BBNKB dan Opsen BBNKB,
Pemerintah Daerah provinsi bersinergi dengan
SINERGI Pemerintah Daerah kabupaten/kota.

Sinergi berupa sinergi pendanaan untuk biaya yang


muncul dalam Pemungutan PKB, Opsen PKB, BBNKB,
Opsen BBNKB, Pajak MBLB, dan Opsen Pajak MBLB,
atau bentuk sinergi lainnya.

Ketentuan lebih lanjut mengenai Pemungutan Opsen


PKB dan Opsen BBNKB dan bentuk sinergi antara
provinsi dan kabupaten/kota dalam implementasi
kebijakan yang berdampak pada Pemungutan PKB,
Opsen PKB, BBNKB, dan Opsen BBNKB, diatur dalam
Perkada provinsi di wilayah kabupaten / kota tersebut
berada.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
FAKTOR PENDUKUNG KEBERHASILAN
REPUBLIK INDONESIA

REGULASI

KOMITMEN

PA
Pendapatan KONSISTEN

D
Asli Daerah
SDM DAN
STRUKTUR
ORGANISASI

SARANA DAN PRA SARANA


KEMENTERIAN DALAM NEGERI
LANGKAH OPTIMALISASI PAD
REPUBLIK INDONESIA

Pendataan Analisa Tindak


Kebijakan
Ulang Data Lanjut

1. Survey lapangan 1. Penyelesaian Piutang


1. Ekstensifikasi
2. Pemeliharaan basis data 1. Verifikasi Data 2. Penagihan Aktif
2. Intensifikasi
3. Kerja sama dengan 2. Klarifikasi Data 3. Implementasi ETPD
3. Diversifikasi
intansi lain ( pertukaran 3. Pemeriksaan 4. Kerjasama dan
Data) 4. Digitalisasi
pengembangan
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai