Anda di halaman 1dari 45

SOSIALISASI

KEWAJIBAN PERPAJAKAN BENDAHARA DESA

Selasa, 29 November 2016


KPP PRATAMA ARGAMAKMUR
Latar Belakang
• UU No.6 Tahun 2014 tentang Desa
“Desa memperoleh Dana yang bersumber dari APBN, yang dapat digunakan
untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan
masyarakat”

• Permendagri No.113 Tahun 2014, Pasal 31


“Bendahara Desa sebagai Wajib Pungut Pajak Penghasilan dan Pajak
lainnya, wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan pajak yang
dipungutnya ke rekening kas negara sesuai dengan ketentuan..”

Direktorat Jenderal Pajak 2


Dasar Perpajakan
• Beberapa Istilah yang Penting Dipahami :

Wajib Pajak Wajib Pungut

Orang Pribadi / Bendaharawan Pemerintah


Badan usaha yang Pusat Daerah yang
memperoleh Penghasilan mengelola dana dari APBN
dan APBD

Termasuk diantaranya
BENDAHARA DESA

Direktorat Jenderal Pajak 4


Dasar Perpajakan
• Beberapa Istilah yang Penting Dipahami :

E-BILLING SPT
(Surat Pemberitahuan)

Sarana Penyetoran Pajak Sarana Pelaporan Pajak

PBK
(Pemindahbukuan)

Sarana Pembetulan Akibat Salah Setor Pajak


Direktorat Jenderal Pajak 5
Jenis-Jenis Pajak terkait Penggunaan Dana Desa

1. PPh Pasal 21

2. PPh Pasal 22

3. PPh Pasal 23

4. PPh Pasal 4 ayat (2)

5. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Direktorat Jenderal Pajak 8


Jenis-Jenis Pajak terkait Penggunaan Dana Desa

1. PPh Pasal 21
Pajak yang dipotong atas pembayaran berupa gaji,
upah, honorarium, dan pembayaran lain yang
diterima oleh Orang Pribadi

Direktorat Jenderal Pajak 9


Jenis-Jenis Pajak terkait Penggunaan Dana Desa

2. PPh Pasal 22
Pajak yang dipungut dari Pengusaha/Toko atas
pembayaran atas pembelian barang dengan nilai
pembelian diatas Rp. 2.000.000,-

*)Pembayaran Tidak Termasuk PPN


Direktorat Jenderal Pajak 10
Jenis-Jenis Pajak terkait Penggunaan Dana Desa

3. PPh Pasal 23
Pajak yang dipotong dari penghasilan yang diterima
rekanan atas sewa (tidak termasuk sewa tanah dan atau
bangunan), serta imbalan jasa manajemen, jasa teknik,
jasa catering, konsultan dan jasa lain

*)Pembayaran Tidak Termasuk PPN


Direktorat Jenderal Pajak 11
Jenis-Jenis Pajak terkait Penggunaan Dana Desa

4. PPh Pasal 4 ayat 2


Pajak yang dipotong atas pembayaran :
1. Pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan
2. Persewaan tanah dan atau bangunan
3. Jasa Konstruksi
Tarif
Kode Isian pada SSP :
411128 - 402 Pengalihan Hak 5%
411128 - 403 Sewa Tanah dan/atau Bangunan 10%
411128 - 409 Jasa Konstruksi 2%,3%,4%,6%

Direktorat Jenderal Pajak 12


Jenis-Jenis Pajak terkait Penggunaan Dana Desa

PPh Pasal 4 Ayat 2


KECIL
2%
KUALIFIKASI
USAHA
SELAIN KECIL
PELAKSANA 3%

NON
TARIF KUALIFIKASI 4%
KONSTRUKSI USAHA

KUALIFIKASI
USAHA
4%
PERENCANA /
PENGAWAS NON
KUALIFIKASI 6%
USAHA
Jenis-Jenis Pajak terkait Penggunaan Dana Desa

5. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)


Pemungutan atas pembelian Barang/ Jasa Kena Pajak yang
jumlahnya diatas Rp. 1.000.000,-

Direktorat Jenderal Pajak 13


Ketentuan Khusus
• Pembayaran yang tidak dipotong PPh Pasal 22 :
1. Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, bahan bakar gas, pelumas, benda-benda
pos, pemakaian air dan listrik.

(Pasal 3 ayat (1) huruf e PMK-224/PMK.011/2012 stdd PMK-175/PMK.011/2013)


2. Pembayaran dengan Dana BOS
• Pembayaran yang tidak dipungut PPN :
1. Pembelian barang tertentu yang mendapat fasilitas pembebasan PPN, misal :
a. Vaksin polio dalam rangka pelaksanaan Program Pekan Imunisasi Nasional (PIN)
b. Buku Pelajaran/ Agama Kurikulum, Kitab Suci
c. Makanan ternak, unggas dan ikan dan/atau bahan baku untuk pembuatan makanan ternak, unggas
dan ikan, bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan,
penangkaran, atau perikanan
d. Air bersih yang dialirkan melalui pipa oleh Perusahaan Air Minum
e. dll, diatur dlm KMK-563/KMK.03/2003, PP 38 Tahun 2003 dan PP 31 Tahun 2007
2. Pembayaran untuk pembebasan tanah kecuali oleh Real Estate
3. Pembayaran BBM dan bukan BBM oleh Pertamina
4. Pembayaran rekening telepon
5. Pembayaran jasa angkutan udara

Direktorat Jenderal Pajak 17


Jenis Barang yang Dibebaskan PPN
Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil
langsung dari sumbernya meliputi:
• minyak mentah (crude oil);
• gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap
dikonsumsi langsung oleh masyarakat;
• panas bumi;
• asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung,
batu permata, bentonit, dolomit, felspar (feldspar), garam batu
(halite), grafit, granit/andesit, gips, kalsit, kaolin, leusit, magnesit,
mika, marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir dan kerikil, pasir kuarsa,
perlit, fosfat (phospat), talk, tanah serap (fullers earth), tanah
diatome, tanah liat, tawas (alum), tras, yarosif, zeolit, basal, dan
trakkit;
• batubara sebelum diproses menjadi briket batubara; dan
• bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih
perak, serta bijih bauksit.

Direktorat Jenderal Pajak 33


Jenis Barang yang Dibebaskan PPN
Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak meliputi:
• beras; gabah; jagung; sagu; kedelai;
• garam, baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium;
• daging, yaitu daging segar yang tanpa diolah, tetapi telah melalui proses disembelih,
dikuliti, dipotong, didinginkan, dibekukan, dikemas atau tidak dikemas, digarami,
dikapur, diasamkan, diawetkan dengan cara lain, dan/atau direbus;
• telur, yaitu telur yang tidak diolah, termasuk telur yang dibersihkan, diasinkan, atau
dikemas;
• susu, yaitu susu perah baik yang telah melalui proses didinginkan maupun
dipanaskan, tidak mengandung tambahan gula atau bahan lainnya, dan/atau dikemas
atau tidak dikemas;
• buah-buahan, yaitu buah-buahan segar yang dipetik, baik yang telah melalui proses
dicuci, disortasi, dikupas, dipotong, diiris, di-grading, dan/atau dikemas atau tidak
dikemas; dan
• sayur-sayuran, yaitu sayuran segar yang dipetik, dicuci, ditiriskan, dan/atau disimpan
pada suhu rendah, termasuk sayuran segar yang dicacah.

Direktorat Jenderal Pajak 33


Ketentuan Khusus

Apabila rekanan toko/ pengusaha/ penyedia jasa


tidak mempunyai NPWP, maka dipotong 100% lebih
tinggi dari tarif PPh 22 dan PPh 23 seharusnya.

Tarif Tarif
Jenis Pajak
(Punya NPWP) (Tidak Punya NPWP)
PPh Pasal 22 1,5% 3%
PPh Pasal 23 2% 4%

Direktorat Jenderal Pajak 18


PPh Pasal 21
Jenis Pembayaran Tarif PPh Pasal 21
PEMBAYARAN HONOR PANITIA/PEJABAT 1. Gol. IV, 15%,
PENGADAAN, BENDAHARA, DAN STAF 2. Gol. III, 5%,
PROYEK (PNS) 3. Gol. II dan I, 0%

PEMBAYARAN HONOR ANGGOTA DALAM 5% x Honor yang dibayar


KEPANITIAAN (NON PNS) (untuk honor sebesar 50 Juta ke bawah)

UPAH TENAGA KERJA LEPAS YANG Tidak dilakukan Pemotongan PPh Pasal 21
MENERIMA UPAH HARIAN, UPAH Sepanjang Upah Diterima Tidak Melebihi
MINGGUAN, UPAH SATUAN ATAU UPAH Rp 450.000,- (Empat Ratus Lima Puluh
BORONGAN Ribu Rupiah) Sehari dan Penghasilan
Kumulatif Yang Diterimanya dalam 1 (Satu)
Bulan Kalender Tidak Melebihi Rp 4.500.000,-
(Empat Juta Lima Ratus Ribu Rupiah)

UPAH TENAGA AHLI (NON- PNS) 5% x 50% x Jumlah Upah yg Dibayar

Direktorat Jenderal Pajak 20


PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK
PPh Pasal 21

PTKP 2016
STATUS PTKP SETAHUN PTKP SEBULAN
TK 0 54.000.000 4.500.000
TK 1 58.500.000 4.875.000
TK 2 63.000.000 5.250.000
TK 3 67.500.000 5.625.000
K0 58.500.000 4.875.000
K1 63.000.000 5.250.000
K2 67.500.000 5.625.000
K3 72.000.000 6.000.000

PMK Nomor 101/PMK.010/2016


Direktorat Jenderal Pajak 33
Batas Waktu Setor dan Lapor Pajak
Batas Waktu
Jenis Pajak Batas Waktu Penyetoran
Pelaporan
PPh Pasal 21 Tgl. 10 bulan berikutnya Tgl. 20 bulan berikutnya

7 hari setelah pembayaran Tgl. 14 bulan berikutnya


PPh Pasal 22
atas penyerahan

PPh Pasal 23 Tgl. 10 bulan berikutnya Tgl. 20 bulan berikutnya

PPh Pasal 4 ayat (2) Tgl. 10 bulan berikutnya Tgl. 20 bulan berikutnya

Pajak Pertambahan Nilai Pemungut 7 hari setelah pembayaran Akhir bulan berikutnya
atas penyerahan

* Pelaporan SPT Masa wilayah Kab. Bengkulu Utara bisa melalui KPP Pratama Argamakmur
(Anggut Atas), Kantor Pos, dan Pos Pelayanan KPP Pratama Argamakmur (Rama Agung)

Direktorat Jenderal Pajak 29


PPN
Rp 500.000,-
TIDAK/TERLAMBAT
LAPOR
SELAIN PPN
SANKSI Rp 100.000,-

TIDAK/TERLAMBAT SELURUH PAJAK


SETOR 2% per BULAN

Direktorat Jenderal Pajak


Cara Penulisan/ Pengisian di E-Billing

Identitas NPWP dan Masa Aktif


Jenis Pajak Kode
Nama Wajib Pajak ID Billing
411121 - 100
PPh Pasal 21 Bendahara 7 hari
411121 - 402
PPh Pasal 22 Rekanan 411122 – 930 7 hari

PPh Pasal 23 Bendahara 411124 - 104 7 hari

411128 - 402
PPh Pasal 4 ayat (2) Bendahara 411128 - 403 7 hari
411128 - 409
Pajak Pertambahan Nilai Rekanan 411211 - 930 7 hari

Direktorat Jenderal Pajak 30


PERHATIAN !!!

Untuk memudahkan pengadministrasian baik itu penyetoran dan


pelaporan pajak, dianjurkan kepada bendaharawan untuk bekerja
sama/berbelanja HANYA dengan rekanan yang telah memiliki
NPWP DAN telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP).

Mintalah Faktur Pajak dari rekanan yang telah dikukuhkan sebagai


PKP, setiap melakukan transaksi pembelian barang. Faktur Pajak
dibuat/diterbitkan oleh rekanan bukan oleh bendaharawan.

Setiap rekanan yang telah memiliki NPWP BELUM TENTU berhak


menerbitkan Faktur Pajak . PASTIKAN rekanan tersebut telah
dikukuhkan sebagai PKP.

Direktorat Jenderal Pajak


Review...

1. PPh Pasal 21

2. PPh Pasal 22 1,5% > Rp 2.000.000

3. PPh Pasal 23 2%
Sewa Tanah/ Bangunan 10%
4. PPh Pasal 4 ayat (2) Jasa Konstruksi 2%, 3%, 4%, 6%

5. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 10%


> Rp 1.000.000
Direktorat Jenderal Pajak 14
Contoh Terkait Belanja Barang (1)

• Pembelian Barang untuk Sarana dan Prasarana Desa senilai


Rp 3.500.000,- (belum termasuk PPN)

Karena sudah Karena sudah


melebihi Rp
PPN melebihi Rp PPh Pasal 22 2juta
1juta
10% 1,5%
Rp 52.000
Rp 350.000

Direktorat Jenderal Pajak 15


Contoh Terkait Belanja Barang (2)

• Pembelian Barang untuk Sarana dan Prasarana Desa senilai


Rp 3.500.000,- (sudah termasuk PPN)

Karena sudah Karena sudah


melebihi Rp
PPN melebihi Rp PPh Pasal 22 2juta
1juta
10% 1,5%
Rp 47.727
Rp 318.182

Direktorat Jenderal Pajak 16


CONTOH KASUS
PENGHITUNGAN PAJAK

Direktorat Jenderal Pajak 21


CONTOH KASUS PPH PASAL 21 #1
Bendahara Desa Lubuk Durian membayar gaji dan
tunjangan (siltap) bulan Agustus 2016 bagi Kepala Desa
dan Sekretaris Desa masing-masing sebesar Rp 2.800.000,-
dan Rp 2.100.000,-
Bagaimana pemotongan pajak atas siltap tersebut?

Jawab :
Untuk Penghasilan Tetap yang diterima, tidak dikenakan pajak
karena masih di bawah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
2016 sebesar Rp 4.500.000,- per bulan
CONTOH KASUS PPH PASAL 21 #2

Seorang Bendahara Desa Gunung Alam pada bulan Oktober


2016 menerima penghasilan sebesar Rp 660.000,-
Bagaimana penerapan perpajakannya ?

Jawab :
Terkait penghasilan yang diterima Bendahara Desa tiap bulan,
maka penerapan perpajakannya sama dengan penerapan pada
SILTAP yaitu tidak ada pengenaan pajak karena masih di bawah
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) 2016 sebesar :
Rp 4.500.000,- per bulan
CONTOH KASUS PPH PASAL 21 #3
Desa Marga Sakti pada tanggal 10 September 2016 mengadakan
sosialisasi mengenai penyakit demam berdarah kepada masyarakat
dengan nara sumber 3 orang PEGAWAI dari RSUD Bengkulu Utara
dengan rincian sebagai berikut:
NAMA PANGKAT/GOLONGAN HONORARIUM
AHMAD II.B Rp2.000.000
Dr. SUHAIMI III.B Rp3.000.000
Dr. RACHMAN IV.B Rp4.000.000
Jawab :
PERHITUNGAN PEMOTONGAN PPH PASAL 21
Honorarium PPH
NAMA Golongan Tarif
diterima Dipotong
Dr. Ahmad II.B 2.000.000 0% -
Dr. Suhaimi III.B 3.000.000 5% 150.000
Dr. Rachman IV.B 4.000.000 15% 600.000
PPH Pasal 21 yang harus disetorkan oleh Bendahara 750.000
CONTOH KASUS PPH PASAL 21 #4
Ucok (status belum menikah) pada bulan Mei 2016 bekerja selama 11
hari pada Desa Lembah Duri yaitu pembangunan jalan desa dengan
menerima upah Rp. 190.000 perhari.

Jawab :
Penghitungan PPh 21 nya adalah sbb:
* Penghasilan perhari Rp 190.000
* Batas penghasilan atas upah yang tidak dikenakan PPh 21 (PTKP 2016)
adalah Rp 450.000,- perhari sehingga tidak terutang PPh 21
CONTOH KASUS PPH PASAL 22 dan PPN #1
Bendahara Desa Air Simpang, Kab. Bengkulu Utara pada bulan Maret 2016
membeli ATK untuk keperluan kantor sebesar Rp1.500.000 (termasuk PPN)
dari Sdr. Supriyadi (Toko Laris) dengan NPWP 06.123.456.7-328.000

PERHITUNGAN PPN
Harga barang : 1.500.000
Dasar Pengenaan Pajak : 100/110 x Rp 1.500.000
= Rp 1.363.636
PPN dipungut : 10% x Rp 1.363.636
= Rp 136.364

PERHITUNGAN PPH Pasal 22


Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010 Pasal 3
ayat 1 huruf e angka 1, pemungutan PPH Pasal 22 dilakukan hanya pada
Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp 2.000.000,00 (dua juta rupiah)
dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah
PPH Pasal 22 dipungut : -

Pembayaran ke rekanan adalah harga barang - PPN - PPH Pasal 22


: Rp 1.500.000 - Rp 136.364 - Rp 0
: Rp 1.363.636
Jadi di kuitansi pembayaran : Rp 1.500.000
CONTOH KASUS PPH PASAL 22 dan PPN #2
Bend Desa Lembah Duri, Kab. Bengkulu Utara pada bulan Juni 2016 membeli
bahan pakaian untuk pakaian dinas desa sebesar Rp 3.500.000 (tidak
termasuk PPN) dari Sdr. Supriyadi (Toko Laris) dengan NPWP 06.123.456.7-
328.000

MENCARI DASAR PENGENAAN PAJAK (DPP)


Karena dalam harga pembelian tidak termasuk PPN, maka Harga Beli = DPP

PERHITUNGAN PPN
PPN dipungut : 10% x 3.500.000 = 350.000

PERHITUNGAN PPH Pasal 22


PPH Pasal 22 Dipungut : 1,5% x 3.500.000 = 52.500

Pembayaran ke rekanan adalah harga barang - PPH Pasal 22


: 3.500.000 - 52.500 = 3.447.500

Jadi di kuitansi pembayaran adalah harga barang + PPN


: 3.500.000 + 350.000 = 3.850.000
CONTOH KASUS PPH PASAL 22 dan PPN #3
Bendahara Desa Bukit Berlian, Kab. Bengkulu Utara pada bulan Juli 2016
membeli ATK untuk keperluan kantor sebesar Rp 900.000 dari Sdr. Supriyadi
(Toko Laris) dengan NPWP 06.123.456.7-328.000

Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 563/KMK.06/2003 Pasal 4


Ayat 1 poin 1, PPN tidak dipungut oleh bendaharawan pemerintah dalam hal
pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah)
dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah.

PERHITUNGAN PPH Pasal 22


Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010 Pasal 3
ayat 1 huruf e angka 1, pemungutan PPH Pasal 22 dilakukan hanya pada
Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp 2.000.000,00 (dua juta rupiah)
dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah

PPN dipungut = -
PPH Pasal 22 dipungut = -

Pembayaran/pencairan kepada rekanan = 900.000


Jadi di kuitansi pembayaran : 900.000
CONTOH KASUS PPH PASAL 22 dan PPN #4
Bendahara Desa Purwodadi membeli 10 unit komputer pada CV. Maju Terus
NPWP 01.234.567.8-328.000 dengan total harga sebesar Rp 110.000.000
(termasuk PPN) pada bulan Maret 2016.

MENCARI DASAR PENGENAAN PAJAK (DPP)


: 100/110 x 110.000.000 = 100.000.000

PERHITUNGAN PPN
PPN dipungut : 10% x 100.000.000 = 10.000.000

PERHITUNGAN PPH Pasal 22


PPH Pasal 22 dipungut : 1,5% x 100.000.000 = 1.500.000

Pembayaran ke rekanan adalah harga barang - PPN - PPH Pasal 22


: 110.000.000 - 10.000.000 - 1.500.000 = 98.500.000

Jadi di kuitansi pembayaran : 110.000.000


CONTOH KASUS PPH PASAL 22 dan PPN #4
Pada bulan Maret 2016, Bendahara Desa Kemumu berencana membeli 5 unit
komputer pada CV. Kurnia Jaya NPWP 01.299.567.8-328.000 dengan dana di
Pagu Anggaran sebesar Rp 30.000.000 (termasuk PPN).

Pagu Anggaran : 30.000.000

MENCARI DASAR PENGENAAN PAJAK (DPP)


: (100/110) x 30.000.000 = 27.272.727
Maka yang bisa dibelanjakan untuk membeli 5 unit komputer adalah Rp 27.272.727

PERHITUNGAN PPN
PPN dipungut (10% x 27.272.727) : 2.727.273 (pembulatan ke atas)

PERHITUNGAN PPH Pasal 22


PPH Pasal 22 dipungut ( 1,5% x 27.272.727) : 409.091

Pembayaran ke rekanan adalah harga barang - PPH Pasal 22


: 27.272.727 - 409.091 = 26.863.636

Jadi di kuitansi pembayaran adalah harga barang + PPN


: 27.272.727 + 2.727.273 = 30.000.000
CONTOH KASUS PPH PASAL 22 dan PPN #5
Pada bulan Maret 2016, B endahara Desa Gunung Selan membeli beberapa bahan
material di toko bangunan milik Sdr. Yusuf NPWP 01.234.567.8-328.000 dengan total harga
sebesar Rp 100.000.000 (tidak termasuk PPN). Adapun rincian pembelian bahan material
tersebut yaitu :
Bahan Material Harga
Semen Rp 70.000.000
Pasir Rp 10.000.000
Batu Kali Rp 10.000.000
Batu Split Rp 10.000.000
Berdasarkan pembelian tersebut, maka yang tidak termasuk objek PPN adalah Pasir dan Batu Kali.
Dasar Pengenaan PPN = Harga Barang Tanpa Pasir dan Batu Kali = 80.000.000
Dasar Pengenaan PPh Pasal 22 = Harga Barang Termasuk Pasir dan Batu Kali = 100.000.000

PERHITUNGAN PPN
PPN dipungut ( 10% x 80.000.000 ) : 8.000.000
PERHITUNGAN PPH Pasal 22
PPH Pasal 22 dipungut (1,5% x 100.000.000) : 1.500.000

Pembayaran ke rekanan adalah harga barang - PPH Pasal 22


: 100.000.000 - 1.500.000 = 98.500.000
Jadi di kuitansi pembayaran adalah harga barang + PPN
: 100.000.000 + 8.000.000 = 108.000.000
CONTOH KASUS PPH PASAL 23 dan PPN #1
Bendahara Desa Talang Baru, Kab. Bengkulu Utara pada Oktober 2016
menyewa alat berat dalam rangka pembangunan siring sebesar Rp 30.600.000
(termasuk PPN) kepada CV Purnama NPWP 06.123.456.7-328.000

PERHITUNGAN PPN
Nilai Jasa : 30.600.000
Dasar Pengenaan PPN [ (100/110) x Nilai Jasa ] : 27.818.182
PPN dipungut ( 10% x Dasar Pengenaan ) : 2.781.818

PERHITUNGAN PPH Pasal 23


Nilai Jasa : 30.600.000
Dasar Pengenaan PPH Pasal 23 [ (100/110) x Nilai Jasa ] : 27.818.182
PPh Pasal 23 dipotong ( 2% x Dasar Pengenaan ) : 556.364

Pembayaran ke rekanan adalah nilai jasa - PPN - PPH Pasal 23


30.600.000 - 2.781.818 - 556.364 : 27.261.818

Jadi di kuitansi pembayaran : 30.600.000


CONTOH KASUS PPH PASAL 23 dan PPN #2
Bendahara Desa Tambak Rejo, Kab. Bengkulu Utara pada April 2016
melakukan servis AC yang rusak sebesar Rp1.500.000 (tidak termasuk PPN)
yang dikerjakan oleh Sdr. Purwanto NPWP 06.332.456.7-328.000

Dikarenakan harga servis AC tidak termasuk PPN, maka Harga Servis (Nilai Jasa) = Dasar Pengenaan Pajak

PERHITUNGAN PPN
Nilai Jasa : 1.500.000
Dasar Pengenaan PPN : 1.500.000
PPN dipungut ( 10% x Dasar Pengenaan ) : 150.000

PERHITUNGAN PPH Pasal 23


Nilai Jasa : 1.500.000
Dasar Pengenaan PPH Pasal 23 : 1.500.000
PPH Pasal 23 dipotong ( 2% x Dasar Pengenaan ) : 30.000

Pembayaran ke rekanan adalah nilai jasa - PPH Pasal 23


1.500.000 - 30.000 : 1.470.000

Jadi di kuitansi pembayaran adalah harga barang + PPN


: 1.500.000 + 150.000 = 1.650.000
CONTOH KASUS PPH PASAL 23 dan PPN #3
Bendahara Desa Bukit Harapan, Kab. Bengkulu Utara pada bulan Juli 2016
melakukan penggandaan berkas desa (fotokopi) sebesar Rp500.000 yang
dikerjakan oleh Sdr. Purwanto NPWP 06.332.456.7-328.000

PERHITUNGAN PPN
Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 563/KMK.06/2003 Pasal 4 Ayat 1 poin
1, PPN tidak dipungut oleh bendaharawan pemerintah dalam hal pembayaran yang
jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan tidak merupakan
pembayaran yang terpecah-pecah.

PERHITUNGAN PPH Pasal 23


Nilai Jasa : 500.000
Dasar Pengenaan PPH Pasal 23 : 500.000
PPH Pasal 23 dipotong ( 2% x Dasar Pengenaan ) : 10.000

Pembayaran ke rekanan adalah nilai jasa - PPH Pasal 23


500.000 - 10.000 : 490.000
Jadi di kuitansi pembayaran : 500.000
CONTOH KASUS PPH PASAL 23 dan PPN #4
Bendahara Desa Tanjung Harapan, Kab. Bengkulu Utara pada bulan Juni
2016 menyediakan makan dan minum beberapa kegiatan rapat desa sebesar
Rp 4.500.000 yang disediakan oleh Sdri. Yanti (ber-NPWP)

PERHITUNGAN PPN
Sesuai dengan UU No 42 Tahun 2009 tentang PPN Pasal 4A Ayat 3 Huruf q, jasa boga atau
katering merupakan jasa yang tidak dikenakan PPN

PERHITUNGAN PPH Pasal 23


Nilai Jasa : 4.500.000
Dasar Pengenaan PPH Pasal 23 : 4.500.000
PPH Pasal 23 dipotong (2% x Dasar Pengenaan ) : 90.000

Pembayaran ke rekanan adalah nilai jasa - PPH Pasal 23


1.500.000 - 90.000 : 4.410.000

Jadi di kuitansi pembayaran : 4.500.000


CONTOH KASUS PPH PASAL 4(2) dan PPN #1
Bendahara Desa Urai, Kab. Bengkulu Utara pada bulan Oktober 2016
mengadakan perbaikan pagar balai desa sebesar Rp 900.000 yang dikerjakan
oleh CV. Maju Terus (SIUJK kecil) NPWP 01.499.567.8-328.000

PERHITUNGAN PPN
Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 563/KMK.06/2003 Pasal 4 Ayat 1 poin
1, PPN tidak dipungut oleh bendaharawan pemerintah dalam hal pembayaran yang
jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan tidak merupakan
pembayaran yang terpecah-pecah.

PERHITUNGAN PPH Pasal 4(2)


Nilai Jasa : 900.000
Dasar Pengenaan PPH Pasal 4(2) : 900.000
PPH Pasal 4(2) dipotong (2% x Dasar Pengenaan) : 18.000

Pembayaran ke rekanan adalah nilai jasa - PPH Pasal 4(2)


600.000 - 18.000 : 882.000
Jadi di kuitansi pembayaran : 900.000
CONTOH KASUS PPH PASAL 4(2) dan PPN #2
Bendahara Desa Talang Pungguk, Kab. Bengkulu Utara pada bulan
September 2016 memperbaiki lantai kantor desa sebesar Rp 16.500.000
(tidak termasuk PPN) yang dikerjakan oleh CV. Mundur Terus (tidak punya
SIUJK) NPWP 01.234.888.8-328.000
Dikarenakan Nilai Jasa yang dibayarkan tidak termasuk PPN, maka Nilai Jasa = Dasar Pengenaan Pajak

PERHITUNGAN PPN
Nilai Jasa : 16.500.000
Dasar Pengenaan PPN : 16.500.000
PPN dipungut (10% x Dasar Pengenaan) : 1.650.000

PERHITUNGAN PPH Pasal 4(2)


Nilai Jasa : 16.500.000
Dasar Pengenaan PPH Pasal 4(2) : 16.500.000
PPH Pasal 4(2) dipotong (4% x Dasar Pengenaan) : 660.000

Pembayaran ke rekanan adalah nilai jasa - PPH Pasal 4(2)


16.500.000 - 660.000 : 15.840.000
Jadi di kuitansi pembayaran adalah harga barang + PPN
: 16.500.000 + 1.650.000 = 18.150.000
CONTOH KASUS PPH PASAL 4(2) dan PPN #3
Bendahara Desa Air Napal, Kab. Bengkulu Utara pada bulan April 2016
membangun balai desa sebesar Rp 1.500.000.000 (termasuk PPN) yang
dikerjakan oleh PT. Wijaya Karya (SIUJK besar) NPWP 01.555.567.8-328.000

PERHITUNGAN PPN
Nilai Jasa : 1.500.000.000
Dasar Pengenaan PPN [ (100/110) x Nilai Jasa ] : 1.363.636.364
PPN dipungut (10% x Dasar Pengenaan ) : 136.363.636

PERHITUNGAN PPH Pasal 4(2)


Nilai Jasa : 1.500.000.000
Dasar Pengenaan PPH Pasal 4(2) [ (100/110) x Nilai Jasa ) : 1.363.636.364
PPH Pasal 4(2) dipotong (3% x Dasar Pengenaan) : 40.909.091

Pembayaran ke rekanan adalah nilai jasa - PPN - PPH Pasal 4(2)


1.500.000.000 - 136.363.636 - 40.909.091 : 1.322.727.273

Jadi di kuitansi pembayaran : 1.500.000.000


CONTOH KASUS PPH PASAL 4(2) dan PPN #4

Bendahara Desa Ulak Tanding, Kab. Bengkulu Utara pada bulan Mei 2016
menyewa sebuah rumah sebagai kantor sementara sebesar Rp 25.000.000
(tidak termasuk PPN) dari Sdr. Derry (PKP) 74.236.578.9-328.000

Dikarenakan harga sewa tidak termasuk PPN, maka Harga Sewa (Nilai Jasa) = Dasar Pengenaan

PERHITUNGAN PPN
Nilai Jasa : 25.000.000
Dasar Pengenaan PPN : 25.000.000
PPN dipungut (10% x Dasar Pengenaan) : 2.500.000

PERHITUNGAN PPH Pasal 4(2)


Nilai Jasa : 25.000.000
Dasar Pengenaan PPH Pasal 4(2) : 25.000.000
PPH Pasal 4(2) dipotong (10% x Dasar Pengenaan): 2.500.000

Pembayaran ke rekanan adalah nilai sewa - PPH Pasal 4(2)


25.000.000 - 2.500.000 : 22.500.000
Jadi di kuitansi pembayaran adalah harga barang + PPN
: 25.000.000 + 2.500.000 = 27.500.000
 CONTACT : 0852-1046-4887
 EMAIL : STEVANORICHARD@GMAIL.COM
Terima Kasih
Semoga Bermanfaat

KPP Pratama Argamakmur


Direktorat Jenderal Pajak 33

Anda mungkin juga menyukai