Anda di halaman 1dari 13

T U G A S 1 0

“RETRIBUSI DAERAH”

Disusun Oleh :

Nama : Bokiloho Tualeka

NIM : 202030306

Matkul : Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON – 2023
RANGKUMAN VIDEO 1

RETRIBUSI DAERAH

A. Teori Retribusi
Menurut WINDHU (2018:185) Retribusi Daerah adalah iuran yang
dibayarkan oleh rakyat kepada daerah yang dapat dipaksakan yang mendapat prestasi
kembalinya secara langsung.

Menurut YOYO (2017:108) Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai


pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau
diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Menurut MARIHOT (2016:616) Retribusi Daerah adalah pungutan daerah


sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau badan.

Berdasarkan beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa retribusi daerah


adalah daerah provinsi, kabupaten/kota diberi peluang untuk menggali potensi sumber
– sumber keuangan dengan menetapkan jenis retribusi selain yang telah ditetapkan.

 Teori Dasar Hukum Retribusi Daerah :


1. Undang – Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah
2. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah
3. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah

 Ciri – ciri Retribusi Daerah :


1. Retribusi dipungut oleh pemerintah daerah
2. Didalam pemungutan tersebut terdapat paksaaan secara ekonomis
3. Terdapatnya kontrasepsi yang secara langsung dapat ditunjukan.
4. Retribusi tersebut dikenakan pada setiap orang atau suatu badan yang
menggunakan atau mengenyam jasa – jasa yang disiapkan negara.
 Objek Retribusi Daerah :
Menurut UU No. 18 Tahun 1997 mengenai pajak daerah dan retribusi daerah
sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 34 Tahun 2000 serta peraturan
pemerintah No. 66 Tahun 2001 mengenai retribusi menjadi 3, yaitu :

B. Retribusi Jasa Umum


Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 dan Peraturan daerah
Provinsi Maluku Nomor 13 Tahun 2013 tentang Retribusi Jasa Umum. Maka objek
retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat
dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

Tarif retribusi jasa umum ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan


jasa yang bersangkutan. Kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan efektivitas
pengendalian atas biaya pelayanan tersebut.

C. Retribusi Jasa Usaha


Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 dan Peraturan Daerah
Provinsi Maluku Nomor 14 Tahun 2013. Maka Objek Retribusi Jasa usaha adalah
pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip
komersial karena pelayanan tersebut belum cukup disediakan oleh swasta. Dasar
Hukum, Perda Kota Ambon Provinsi Maluku Nomor 14 Tahun 2013 tentang Retribusi
Jasa Usaha.

Tarif retribusi jasa usaha sendiri didasarkan pada tujuan untuk memperoleh
keuntungan yang layak, dalam artian keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan
jasa usaha tersebut dilakukan secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.

D. Retribusi Perizinan
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 dan Peraturan Daerah
Provinsi Maluku Nomor 14 Tahun 2013. Maka retribusi perizinan tertentu merupakan
pungutan atas pelayanan perizinan tertentu oleh pemerintah daerah kepada pribadi
atau badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan
pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, sarana, atau fasilitas
tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
Dasar Hukum, Perda Kota Ambon Provinsi Maluku Nomor 15 Tahun 2013 tentang
Retribusi Perizinan Tertentu.

Tarif retribusi perizinan didasarkan pada tujuan untuk menutup Sebagian atau
seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan. Biayanya meliputi
dokumen izin, pengawasan dilapangan, penegakan hukum, tata usaha, dan biaya
dampak negative dari pemberian izin tersebut.

E. Retribusi Lainnya/Retribusi Berdasarkan Kewenangan Daerah


Dasar Hukum, Perda Kota Ambon Provinsi Maluku Nomor 12 Tahun 2013
dan Pergub Maluku Nomor 08 Tahun 2010 Tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan
Daerah. Objek Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas pemakaian kekayaan daerah yang khusus disediakan
dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan.

 Jenis – jenis Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah :


1. Pemakaian Tanah dan Bangunan
2. Pemakaian Ruangan untuk Pesta
3. Pemakaian Kendaraan/alat – alat berat/alat – alat besar milik Daerah

 Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA)


Objek Retribusi Perpanjangan IMTA merupakan pembayaran atas pemberian
perpanjangan izin mempekerjakan tenaga kerja asing oleh Bupati atau Pejabat yang
ditunjuk kepada pemberi kerja tenaga kerja asing yang telah memiliki IMTA dari
Menteri yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan atau Pejabat yang
ditunjuk. Subjek Retribusi Perpanjangan IMTA adalah Pemberi Kerja.

F. Tata Cara Perhitungan, Pemungutan dan Penyetoran Retribusi


 Tata Cara Perhitungan Retribusi
Tata cara pemungutan retribusi menurut UU Nomor 28 Tahun 2009
1. Besarnya retribusi yang terutang dihitung berdasarkan perkalian antara tingkat
penggunaan jasa dengan tarif retribusi.
2. Tingkat penggunaan jasa adalah jumlah penggunaan jasa yang dijadikan dasar
alokasi beban biaya yang dipikul pemerintah daerah untuk penyelenggaraan jasa
yang bersangkutan.
3. Apabila tingkat penggunaan jasa sulit diukur maka tingkat penggunaan jasa
dapat ditaksir berdasarkan rumus yang dibuat pemerintah daerah.
4. Rumus harus mencerminkan beban yang dipikul oleh pemerintah daerah dalam
penyelenggaraan jasa tersebut.
5. Tarif retribusi dapat ditentukan seragam atau berfariasi menurut golongan sesuai
dengan prinsip dan sasaran penetapan tarif retribusi.

 Tata Cara Pemungutan Retribusi


Tata cara pemungutan retribusi menurut UU Nomor 28 Tahun 2009
1. Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan. Dokumen yang dipersamakan dapat berupa karcis, kupon, dan
kartu langganan.
2. Dalam hal wajib retribusi tertentu tidak membayar tepat waktunya atau kurang
membayar dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% setiap bulan
dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan
menggunakan STRD. Penagihan retribusi terutang didahului dengan surat
teguran.
3. Tata cara pelaksanaan pemungutan retribusi ditetapkan dengan peraturan Kepala
Daerah.

 Tata Cara Penyetoran Retribusi


1. Pembayarn retribusi dilakukan pada instansi pemungutan objek retribusi atau
tempat lain yang ditunjuk.
2. Kepala unit pasar atau mantra pasar menetapkan lebih lanjut tempat – tempat
pemungutan retribusi.
3. Setiap pemungutan retribusi, wajib retribusi mendapatkan bukti pungut berupa
Surat Setoran Retribusi Daerah (SSRD) atau karcis atau kupon yang sudah di
porforasi atau dokumen lain yang dipersamakan
4. Pemungutan retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus
5. Hasil pemungutan dan penyetoran retribusi langsung dilaporkan kepada Dinas
Pasar Kabupaten.
RANGKUMAN VIDEO 2

RETRIBUSI DAERAH

Retribusi Daerah merupakan Pungutan Dearah sebagai bayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemda untuk
kepentingan pribadi atau badan.

Retribusi daerah terbagi menjadi 3 golongan, yaitu :

1. Retribusi Jasa Umum


Pungutan atau layanan yang disediakan atau diberikan pemerintah
daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umun serta dapat dinikmati
orang pribadi atau badan.

Yang termasuk dalam retribusi jasa umum yaitu :

 Retribusi Pelayanan Kesehatan,


 Retribusi Persampahan/Kebersihan
 Retribusi Kartu Tanda Penduduk dan Akte Catatan Sipil
 Retribusi Pemakaman/pengabuan Mayat
 Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum
 Retribusi Pelayanan Pasar
 Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
 Retribusi Alat Pemadam Kebakaran
 Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
 Retribusi Pelayaran Lera/Tera Ulang
 Retribusi Penyedotan Kakus
 Retribusi Pengolahan Limbah Cair
 Retribusi Pelayanan Pendidikan
 Retribusi Pengendalian Menara Komunikasi

2. Retribusi Jasa Usaha


Pungutan atas pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah
dengan menganut prinsip komersial, yang meliputi pelayanan daerah dengan
menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan,
dan/atau pelayanan oleh pemda sepanjang belum disediakan secara memadai
oleh swasta.

Yang termasuk dalam retribusi jasa usaha yaitu :

1. Retribusi Jasa Usaha Pemakaian Kekayaan Daerah


2. Retribusi Pasar Grosir/Pertokoan
3. Retribusi Tempat Pelelangan
4. Retribusi Terminal
5. Retribusi Tempat Khusus Parkir
6. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa
7. Retribusi Rumah Potong Hewan
8. Retribusi Pelayanan Kepelabuhan
9. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
10. Retribusi Penyeberangan di Air
11. Retribusi Penjualan Produk Usaha Daerah

3. Retribusi Perizinan Tertentu


Pungutan atau pelayanan perizinan tertentu oleh pemerintah daerah
kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan
pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya ayam,
barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan
umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

Yang termasuk dalam retribusi jasa perizinan tertentu :

1. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan


2. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol
3. Retribusi Izin Gangguan
4. Retribusi Izin Trayek
5. Retribusi Izin Usaha Perikanan
RANGKUMAN VIDEO 3

PERBEDAAN PAJAK DAN RETRIBUSI

Membahas tentang perbedaan pajak dan retribusi dengan pertanyaan “apakah bayar
parkir itu juga termasuk pajak?”

Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 disebutkan bahwa pajak parkir


merupakan pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan
berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk
penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.

Secara umum, pajak parkir merupakan bagian dalam Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (PDRD) dengan subjek pajak parkir adalah, orang pribadi atau badan yang melakukan
parkir kendaraan bermotor. Sementara, wajib pajak parkir adalah, orang pribadi atau badan
yang menyelenggarakan tempat parkir.

Pajak

Adalah upeti kepada pemerintah atau iuran wajib yang harus bayarkan masyarakat
kepada pemerintah yang digunakan untuk kemasalahatan umum yang digunakan fasilitas
umum untuk masyakat umumnya.

Berdasarkan pada Undang-Undangan Pasal 1 No 28 Tahun 2007, pajak merupakan


kontribusi wajib pada negara terutang oleh orang pribadi ataupun badan yang sifatnya
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak dapatkan imbalan langsung serta
dipakai untuk keperluan negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak dibagi jadi
dua, yakni pajak pusat yang dipungut langsung oleh pemerintah pusat lewat DirJen Pajak dan
Kementerian Keuangan, serta yang kedua adalah pajak daerah. 

Retribusi

Pungutan yang dikenakan kepada masyarakat yang menggunakan fasilitas dari negara
secara langsung.
Retribusi dan pajak mempunyai fungsi sama yakni masyarakat harus membayar
beberapa kontribusi. Namun pada hal satu ini, pihak dibayar bukan negara tapi ke pihak
tertentu seperti badan usaha atau perorangan atas fasilitas umum yang dipakai. Sesuai dengan
peraturan dan yang UU No.28 Tahun 2009 tetapkan, pengelolaan retribusi diatur menurut
keputusan Peraturan Pemerintah, Menteri, atau Daerah terkait badan usaha maupun
perorangan terlibat di dalamnya. 

Perbedaan Dari Pajak Dan Retribusi

Berikut ini, sejumlah perbedaan dari pajak dan retribusi berdasarkan pada balas jasa,
objektif, sifat, dan juga tujuannya, yakni:

1. Balas Jasa

Pajak dipakai menjadi sarana untuk pemerataan ekonomi negara. Maka dari
itu, pembayaran yang wajib pajak lakukan belum tentu bisa dirasakan secara langsung
karena pajak yang dipungut nantinya dialokasikan untuk maksud lebih luas seperti
fasilitas umum, subsidi pendidikan, perbaikan jalan, dan lain sebagainya. Sedangkan
di dalam retribusi, manfaat bisa dirasakan secara langsung oleh wajib retribusi seperti
pembayaran retribusi untuk kebersihan lingkungan. Kamu yang sudah bayar retribusi
kebersihan lingkungan akan dapatkan manfaat pada bentuk pengangkutan sampah tiap
hari. 

2. Objek

Objek dipajakkan adalah objek yang sifatnya umum seperti pajak barang
mewah, pajak penghasilan, pajak kendaraan bermotor, sampai bea materai. Sementara
retribusi berdasarkan pada badan yang dapatkan izin pemerintah untuk ditujukan ke
masyarakat. 

3. Sifat

Setiap wajib pajak wajib bayar pajak yang sesuai peraturan yang telah
ditentukan dan jika wajib pajak tak bayar pajak dan tak melapor ke kantor pajak,
maka akan dikenakan sanksi. Sifat dari retribusi ini tak wajib, tapi bisa dipaksakan
sesuai ketentuan pemerintah. 

4. Tujuan

Pajak serta retribusi pastinya mempunyai tujuan berbeda. Pemungutan pajak


memiliki tujuan untuk tingkatkan perekonomian negara dan naikkan kesejahteraan
masyarakat Indonesia. sedangkan retribusi memiliki tujuan untuk berikan jasa ataupun
izin supaya wajib retribusi dapatkan pelayanan dari pemerintah.  Berbicara mengenai
pajak, ada sejumlah hal lain yang perlu untuk kamu ketahui seperti pembuatan NPWP
online, pajak berganda, hingga cara penghapusan NPWP online.
RANGKUMAN VIDEO 4

PAJAK – PAJAK DALAM JUAL BELI TANAH

Pajak penjualan tanah merupakan konsekuensi dari kegiatan


ekonomi transaksi jual beli tanah. Transaksi jual beli tanah ini juga melibatkan biaya-
biaya lain yang muncul dan harus dipenuhi oleh pihak penjual maupun pembeli sesuai
peraturan yang berlaku.

Pajak penjualan tanah secara ringkas merupakan pungutan yang harus


dibayarkan penjual atau pembeli atas tanah yang menjadi objek jual beli.

Secara umum, ada dua pajak penjualan tanah yang akan muncul dari sebuah
transaksi jual beli tanah, yakni PPh (Pajak Penghasilan) untuk penjual dan Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) untuk pembeli.

Dasar hukum pajak penjualan tanah yang dikenakan kepada penjual, yakni
PPh. Adapun berdasarkan aturan ini, besarnya PPh yang dikenakan adalah sebesar
2,5% dari total (bruto) nilai pengalihan hak atas tanah yang ditransaksikan. 

Yang perlu diperhatikan, PPh harus dibayarkan oleh pihak penjual sebelum
memperoleh AJB (Akta Jual Beli). Bila transaksi dipaksakan berjalan tanpa
pembayaran PPh yang menimbulkan tidak adanya AJB, maka akan menimbulkan
sengketa atas tanah di masa mendatang sekalipun ada kwitansi jual beli tanah
tersebut.

Sebelum mendapatkan akta jual beli, penjual terlebih dahulu harus


membayarkan pajak penjualan tanah berupa PPh. Tanpa ada pembayaran PPh, maka
penjual dianggap melanggar aturan sehingga Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)
dapat menolak membuat akta jual beli.

Dengan demikian, bagi penjual yang belum melunasi pajak penjualan tanah
PPh maka transaksi tak bisa dilakukan. Pasalnya, PPAT pun tidak akan mau
membuatkan akta jual beli tanah yang dilakukan. Pajak penjualan tanah PPH
merupakan bagian dari pajak jual beli tanah yang menjadi kewajiban pihak penjual. 

Pajak apasaja Ketika kita transaksi jual beli tanah dan bangunan atau jual beli
rumah . Ketika ada transaksi jual beli tanah dan jual beli tanah atau bangunan
diatasnya atau jual beli rumah ada beberapa cek yang harus dibayarkan oleh penjual
dan pembeli. Ada 3 pajak yang harus di bayar oleh penjual dan pembeli yaitu :

1. Pajak Penghasilan

Pajak Penghasilan (PPh) menjadi tanggung jawab penjual sebagai


penerima uang hasil transaksi. Menurut Peraturan Pemerintah nomor 34 tahun
2016 tentang Tarif Baru PPh Final atas Pengalihan Hak Atas Tanah/Bangunan,
besar PPh yang dikenakan untuk penjualan rumah adalah 2,5%.

Artinya, jika rumah memiliki harga jual senilai Rp100 juta, PPh yang
harus dibayarkan adalah 2,5% dari angka tersebut atau sekitar Rp2,5 juta.
Pembayaran PPh harus dilakukan sebelum Akta Jual Beli diterbitkan sesuai
dengan harga rumah yang disepakati penjual dan pembeli.

2. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

Komponen biaya pajak rumah yang pertama ialah BPHTB. Hal


tersebut didasarkan pada Pasal 85 ayat (1) dan ayat (2) huruf a angka 1) UU
28/2009 yang mengatur bahwa objek pajak BPHTB adalah perolehan hak atas
tanah dan/atau bangunan. Pihak pembeli dikenakan Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan (BPHTB) yaitu, pungutan atas perolehan hak atas tanah
dan/atau bangunan.

Besarnya tarif pajak rumah (bea) ditetapkan sebesar 5% yang


dikenakan kepada pemilik atau pembeli rumah. Nilai yang diwajibkan
membayar pajak dibatasi di atas Rp30 juta. Jenis pajak ini diatur oleh Undang-
Undang No. 21 Tahun 1997 dan terhitung efektif mulai 1 Januari 1998.

Dalam undang-undang di atas, yang menjadi objek pajak rumah adalah


perolehan hak atas tanah dan bangunan oleh pribadi atau badan, yang meliputi
jual beli, tukar-menukar, hibah, hibah wasiat, hadiah, pemasukan dalam
perseroan atau badan hukum lainnya, pemisahan hak yang mengakibatkan
peralihan, penunjukan pembeli dalam lelang, pelaksanaan putusan hakim yang
mempunyai kekuatan hukum tetap, pemberian hak baru karena kelanjutan
pelepasan pajak dan di luar pelepasan hak. Perhitungkan komponen ini
sebagai salah satu bagian dari pajak rumah Anda.

3. PPN

Biaya pajak jual rumah dari pihak pembeli yang terakhir yakni Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) atas penjualan properti dikenakan terhadap kegiatan
penjualan bangunan baik berupa rumah, apartemen, kondominium maupun
jenis-jenis lainnya.

PPN terutang pada saat pembayaran uang muka maupun pada saat
pelunasan pembelian. Perhitungan PPN akan dikenakan kepada pembeli,
dipungut oleh penjual dengan catatan penjual adalah Pengusaha Kena Pajak.

Pajak rumah yang menjadi dasar pengenaan PPN tersebut adalah nilai
transaksi sebenarnya, namun apabila nilai transaksi tersebut di bawah Nilai
Jual Objek Pajak (NJOP) maka yang menjadi dasar pengenaannya adalah
NJOP tersebut.

Besar biaya pajak rumah seperti penyerahan bangunan tersebut tidak


seluruhnya terutang PPN. Rumah sederhana, rumah sangat sederhana, rumah
susun sederhana, pondok boro, asrama mahasiswa dan pelajar serta perumahan
lainnya, yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan setelah
mendengar pertimbangan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah
dibebaskan dari pengenaan PPN

Anda mungkin juga menyukai