“RETRIBUSI DAERAH”
Disusun Oleh :
NIM : 202030306
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON – 2023
RANGKUMAN VIDEO 1
RETRIBUSI DAERAH
A. Teori Retribusi
Menurut WINDHU (2018:185) Retribusi Daerah adalah iuran yang
dibayarkan oleh rakyat kepada daerah yang dapat dipaksakan yang mendapat prestasi
kembalinya secara langsung.
Tarif retribusi jasa usaha sendiri didasarkan pada tujuan untuk memperoleh
keuntungan yang layak, dalam artian keuntungan yang diperoleh apabila pelayanan
jasa usaha tersebut dilakukan secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.
D. Retribusi Perizinan
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 dan Peraturan Daerah
Provinsi Maluku Nomor 14 Tahun 2013. Maka retribusi perizinan tertentu merupakan
pungutan atas pelayanan perizinan tertentu oleh pemerintah daerah kepada pribadi
atau badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan
pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, sarana, atau fasilitas
tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
Dasar Hukum, Perda Kota Ambon Provinsi Maluku Nomor 15 Tahun 2013 tentang
Retribusi Perizinan Tertentu.
Tarif retribusi perizinan didasarkan pada tujuan untuk menutup Sebagian atau
seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan. Biayanya meliputi
dokumen izin, pengawasan dilapangan, penegakan hukum, tata usaha, dan biaya
dampak negative dari pemberian izin tersebut.
RETRIBUSI DAERAH
Retribusi Daerah merupakan Pungutan Dearah sebagai bayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemda untuk
kepentingan pribadi atau badan.
Membahas tentang perbedaan pajak dan retribusi dengan pertanyaan “apakah bayar
parkir itu juga termasuk pajak?”
Secara umum, pajak parkir merupakan bagian dalam Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (PDRD) dengan subjek pajak parkir adalah, orang pribadi atau badan yang melakukan
parkir kendaraan bermotor. Sementara, wajib pajak parkir adalah, orang pribadi atau badan
yang menyelenggarakan tempat parkir.
Pajak
Adalah upeti kepada pemerintah atau iuran wajib yang harus bayarkan masyarakat
kepada pemerintah yang digunakan untuk kemasalahatan umum yang digunakan fasilitas
umum untuk masyakat umumnya.
Retribusi
Pungutan yang dikenakan kepada masyarakat yang menggunakan fasilitas dari negara
secara langsung.
Retribusi dan pajak mempunyai fungsi sama yakni masyarakat harus membayar
beberapa kontribusi. Namun pada hal satu ini, pihak dibayar bukan negara tapi ke pihak
tertentu seperti badan usaha atau perorangan atas fasilitas umum yang dipakai. Sesuai dengan
peraturan dan yang UU No.28 Tahun 2009 tetapkan, pengelolaan retribusi diatur menurut
keputusan Peraturan Pemerintah, Menteri, atau Daerah terkait badan usaha maupun
perorangan terlibat di dalamnya.
Berikut ini, sejumlah perbedaan dari pajak dan retribusi berdasarkan pada balas jasa,
objektif, sifat, dan juga tujuannya, yakni:
1. Balas Jasa
Pajak dipakai menjadi sarana untuk pemerataan ekonomi negara. Maka dari
itu, pembayaran yang wajib pajak lakukan belum tentu bisa dirasakan secara langsung
karena pajak yang dipungut nantinya dialokasikan untuk maksud lebih luas seperti
fasilitas umum, subsidi pendidikan, perbaikan jalan, dan lain sebagainya. Sedangkan
di dalam retribusi, manfaat bisa dirasakan secara langsung oleh wajib retribusi seperti
pembayaran retribusi untuk kebersihan lingkungan. Kamu yang sudah bayar retribusi
kebersihan lingkungan akan dapatkan manfaat pada bentuk pengangkutan sampah tiap
hari.
2. Objek
Objek dipajakkan adalah objek yang sifatnya umum seperti pajak barang
mewah, pajak penghasilan, pajak kendaraan bermotor, sampai bea materai. Sementara
retribusi berdasarkan pada badan yang dapatkan izin pemerintah untuk ditujukan ke
masyarakat.
3. Sifat
Setiap wajib pajak wajib bayar pajak yang sesuai peraturan yang telah
ditentukan dan jika wajib pajak tak bayar pajak dan tak melapor ke kantor pajak,
maka akan dikenakan sanksi. Sifat dari retribusi ini tak wajib, tapi bisa dipaksakan
sesuai ketentuan pemerintah.
4. Tujuan
Secara umum, ada dua pajak penjualan tanah yang akan muncul dari sebuah
transaksi jual beli tanah, yakni PPh (Pajak Penghasilan) untuk penjual dan Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) untuk pembeli.
Dasar hukum pajak penjualan tanah yang dikenakan kepada penjual, yakni
PPh. Adapun berdasarkan aturan ini, besarnya PPh yang dikenakan adalah sebesar
2,5% dari total (bruto) nilai pengalihan hak atas tanah yang ditransaksikan.
Yang perlu diperhatikan, PPh harus dibayarkan oleh pihak penjual sebelum
memperoleh AJB (Akta Jual Beli). Bila transaksi dipaksakan berjalan tanpa
pembayaran PPh yang menimbulkan tidak adanya AJB, maka akan menimbulkan
sengketa atas tanah di masa mendatang sekalipun ada kwitansi jual beli tanah
tersebut.
Dengan demikian, bagi penjual yang belum melunasi pajak penjualan tanah
PPh maka transaksi tak bisa dilakukan. Pasalnya, PPAT pun tidak akan mau
membuatkan akta jual beli tanah yang dilakukan. Pajak penjualan tanah PPH
merupakan bagian dari pajak jual beli tanah yang menjadi kewajiban pihak penjual.
Pajak apasaja Ketika kita transaksi jual beli tanah dan bangunan atau jual beli
rumah . Ketika ada transaksi jual beli tanah dan jual beli tanah atau bangunan
diatasnya atau jual beli rumah ada beberapa cek yang harus dibayarkan oleh penjual
dan pembeli. Ada 3 pajak yang harus di bayar oleh penjual dan pembeli yaitu :
1. Pajak Penghasilan
Artinya, jika rumah memiliki harga jual senilai Rp100 juta, PPh yang
harus dibayarkan adalah 2,5% dari angka tersebut atau sekitar Rp2,5 juta.
Pembayaran PPh harus dilakukan sebelum Akta Jual Beli diterbitkan sesuai
dengan harga rumah yang disepakati penjual dan pembeli.
3. PPN
Biaya pajak jual rumah dari pihak pembeli yang terakhir yakni Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) atas penjualan properti dikenakan terhadap kegiatan
penjualan bangunan baik berupa rumah, apartemen, kondominium maupun
jenis-jenis lainnya.
PPN terutang pada saat pembayaran uang muka maupun pada saat
pelunasan pembelian. Perhitungan PPN akan dikenakan kepada pembeli,
dipungut oleh penjual dengan catatan penjual adalah Pengusaha Kena Pajak.
Pajak rumah yang menjadi dasar pengenaan PPN tersebut adalah nilai
transaksi sebenarnya, namun apabila nilai transaksi tersebut di bawah Nilai
Jual Objek Pajak (NJOP) maka yang menjadi dasar pengenaannya adalah
NJOP tersebut.