BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan secara umum diartikan sebagai suatu usaha untuk lebih meningkatkan produktifitas
sumber daya alam, sumber daya potensial yang dimiliki oleh suatu negara berupa sumber daya alam
sumber daya manusia maupun sumber daya finansial. Dengan demikian pembangunan pada dasarnya
dapat dikatakan usaha dasar untuk mengubah masa lampau yang buruk menjadi zaman baru yang lebih
baik untuk mewariskan masa depan kepada generasi yang akan datang.
Untuk melaksanakan pembangunan yang berkesinambungan maka daerah / kota lebih dituntut
untuk menggali seoptimal mungkin sumber-sumber keuangannya seperti:Pajak, retribusi atau pungutan
yang merupakan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah, seperti yang tertuang dalam undang-undang
Nomor 32 tahun 2004
a.
1.
2.
3.
4.
b. Dalam perimbangan
c.
Pinjaman daerah
daerah juga merupakan faktor yang dominan peranannya dan kontribusinya untuk menunjang pemarintah
daerah.
Daerah, pengertian retribusi daerah, yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan
retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi
tertentu. Besarnya retribusi yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang menggunakan jasa atau
perizinan tertentu dihitung dengan cara mengalikan tarif retribusi dengan penggunaan jasa (Pasal 1
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
2.
a.
Jasa Umum
Dalam Pasal 109 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, objek Retribusi Jasa Umum adalah
pelayanan yang disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan
umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Jenis retribusi ini dapat tidak dipungut apabila
potensi penerimaannya kecil/dan atau atas kebijakan nasional/daerah untuk memberikan pelayanan secara
cuma-cuma (Pasal 110 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi jasa umum didasarkan pada kebijaksanaan
daerah dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, dan
aspek keadilan.
Terdapat penambahan 4 (empat)
2)
a.
b.
c.
Penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan akhir sampah (Pasal 112 Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009).
3. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil
Objek Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk Dan Akta Catatan Sipil
meliputi KTP, kartu keterangan bertempat tinggal, kartu identitas kerja, kartu penduduk sementara, kartu
identitas penduduk musiman, kartu keluarga, akta catatan sipil yang meliputi akta perkawinan, akta
perceraian, akta pengesahan dan akta pengakuan anak, akta ganti nama bagi warga negara asing dan akta
kematian (Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
Pelayanan pemakaman
meliputi
pelayanan
Daerah dalam bentuk instalasi pengolahan limbah cair (Pasal 121 Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009).
b. Jasa Usaha
Dalam Pasal 126 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, objek Retribusi Jasa Usaha adalah
pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial yang meliputi :
1.
2.
pelayanan oleh pemerintah daerah sepanjang belum disediakan secara memadai oleh pihak swasta.
Prinsip dan sasaran dalam penetapan besarnya tarif retribusi jasa usaha didasarkan pada tujuan
untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha
swasta sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar
Menurut Pasal 127 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2008 Jenis Retribusi Jasa Usaha terdiri
dari :
Retribusi
Tempat
Penginapan/Pesanggrahan/Villa
adalah
pelayanan
tempat
penginapan/pesinggahan/villa yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah (Pasal
133 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
Objek Retribusi Pelayanan Kepelabuhan adalah pelayanan jasa kepelabuhanan, termasuk fasilitas
lainnya di lingkungan pelabuhan yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah
(Pasal 135 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
9. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
Objek Retribusi Rekreasi dan Olahraga adalah pelayanan tempat rekreasi, pariwisata, dan
olahraga yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah (Pasal 136 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009).
10. Retribusi Penyeberangan di Air
Objek Retribusi Penyeberangan di Air adalah pelayanan penyeberangan orang atau barang
dengan menggunakan kendaraan di air yang dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah (Pasal 137
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
11. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
Objek Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah adalah adalah penjualan hasil produksi usaha
Pemerintah Daerah (Pasal 138 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
C. Perizinan Tertentu
Menurut Pasal 140 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi
Daerah, objek Retribusi Perizinan Tertentu adalah pelayanan perizinan tertentu oleh Pemerintah Daerah
kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan
pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna
melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi perizinan tertentu didasarkan pada tujuan
untuk menutup sebagian atau seluruhnya biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan.
Biaya penyelenggaraan izin ini meliputi penerbitan dokumen izin, pengawasan di lapangan, penegakan
hukum, penatausahaan, dan biaya dampak negatif dari pemberian izin tersebut (Ahmad Yani, 2004 : 64).
Menurut Pasal 141 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak dan Daerah Jenis
Retribusi Perizinan Tertentu adalah :
1. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
Objek Retribusi Izin Mendirikan Bangunan adalah pemberian izin untuk mendirikan suatu
bangunan. Pemberian izin meliputi kegiatan peninjauan desain dan pemantauan pelaksanaan
pembangunannya agar tetap sesuai dengan rencana teknis bangunan dan rencana tata ruang, dengan tetap
memperhatikan koefisien dasar bangunan (KDB), koefisien luas bangunan (KLB), koefisien ketinggian
bangunan (KKB), dan pengawasan penggunaan bangunan yang meliputi pemeriksaan dalam rangka
memenuhi syarat keselamatan bagi yang menempati bangunan tersebut (Pasal 142 Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009).
2. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol
Objek Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol adalah pemberian izin untuk
melakukan penjualan minuman beralkohol di suatu tempat tertentu (Pasal 143 Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009).
3. Retribusi Izin Gangguan
Objek Retribusi Izin Gangguan adalah pemberian izin tempat usaha/kegiatan kepada orang
pribadi atau Badan yang dapat menimbulkan ancaman bahaya, kerugian dan/atau gangguan, termasuk
pengawasan dan pengendalian kegiatan usaha secara terus-menerus untuk mencegah terjadinya gangguan
ketertiban, keselamatan, atau kesehatan umum, memelihara ketertiban lingkungan, dan memenuhi norma
keselamatan dan kesehatan kerja (Pasal 144 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
4. Retribusi Izin Trayek
Objek Retribusi Izin Trayek adalah pemberian izin kepada orang pribadi atau badan untuk
menyediakan pelayanan angkutan penumpang umum pada suatu atau beberapa trayek tertentu (Pasal 145
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
5. Retribusi Izin Usaha Perikanan
Objek Retribusi Izin Usaha Perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 141 huruf e adalah
pemberian izin kepada orang pribadi atau Badan untuk melakukan kegiatan usaha penangkapan dan
pembudidayaan ikan (Pasal 146 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
3.2 saran
Berdasarkan objek jenis sumber-sumber retribusi daerah, pemerintah harus mampu
mengelola sumber-sumber retribusi daerah dengan baik agar berdampak pada penerimaan
Pendapatan Asli Daerah yang optimal.
bagi masyarakat hendaknya selalu mengawasi proses penerimaan retribusi agar tidak
terdapat penyelewengan saat proses pungutan retribusi daerah.
Daftar Putaka
Ahmad Yani. 2004. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
perekonomian dapat berkembang dan tujuan akhirnya adalah kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan
uraian diatas, maka kelompok kami tertarik untuk membuat makalah dengan judul :
PENGARUH PENERIMAAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP
PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI TANGERANG SELATAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada pokok pikiran yang dituangkan dalam latar belakang masalah, yaitu bahwa pajak
daerah mempengaruhi pendapatan asli daerah, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian
ini:
1. Apa pengaruh penerimaan pajak daerah terhadap peningkatan pendapatan asli daerah di Tangerang
Selatan?
2. Apa pengaruh penerimaan retribusi daerah terhadap peningkatan pendapatan asli daerah di
Tangerang Selatan?
3. Apa pengaruh penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap peningkatan pendapatan asli
daerah di Tangerang Selatan?
C. Tujuan Makalah
1.
Untuk mengetahui pengaruh pajak daerah terhadap peningkatan pendapatan asli daerah di
Tangerang Selatan.
2. Untuk mengetahui pengaruh retribusi daerah terhadap peningkatan pendapatan asli daerah di
Tangerang Selatan
3. Untuk mengetahui pengaruh penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap peningkatan
pendapatan asli daerah di Tangerang Selatan.
D. Batasan Makalah
Batasan batasan makalah digunakan agar makalah lebih terarah dan fokus, maka penulis
memberikan batasan makalah yang meliputi:
1. Menganalisis pengaruh pajak dan retribusi daerah terhadap peningkatan pendapatan asli daerah.
2. Analisa hanya dibatasi pada faktor-faktor pajak dan retribusi daerah.
BAB II
LANDASAN TEORI
Ada beberapa landasan teori yang digunakan dalam menyusun makalah ini meliputi :
1. Tinjauan Pajak
2. Retribusi Daerah
3. Pendapatan Asli Daerah
1.Tinjauan Pajak
1.Pajak
Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam
pembiayaan pembangunan adalah menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa
pajak yang digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna untuk kepentingan bersama.
1) Pengertian Pajak
Pajak menurut Rochmat Soemitro adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbal (kontraprestasi) dengan
tidak mendapat jasa imbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk
membayar pengeluaran umum. Dalam pengertian secara umum, pajak merupakan iuran wajib rakyat
kepada negara.Pengertian tersebut kemudian Beliau sempurnakan dalam berpidato di depan Wisuda
Sarjana Universitas Parahyangan, menurut Rochmat Soemitro pajak adalah peralihan kekayaan dari
pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan
untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public invesment.
Definisi lain juga dikemukakan oleh S.I Djajadiningrat adalah pajak sebagai sesuatu
kewajiban menyerahkan sebagian dari pada kekayaan ke kas negara disebabkan suatu keadaan,
kejadian,dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman,
menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa imbal
balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum.
Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pajak sebagai:
a) Iuran dari masyarakat kepada pemerintah.
b) Pajak dipungut oleh pemerintah, berdasarkan Undang-Undang serta aturan-aturan.
c) Tidak ada timbal balik secara langsung dari pemerintah kepada wajib pajak.
d) Sifatnya yang dapat memaksa.
e) Pajak digunakan sebagai pembiayaan pengeluaran negara.
Disamping pajak, ada beberapa pungutan lain yang mirip tetapi mempunyai perlakuan dan sifat yang
berbeda yang dilakukan oleh negara terhadap rakyatnya. Pungutan-pungutan tersebut ialah:
Menurut Muqodim,
a) Bea materai adalah pajak yang dikenakan atas dokumen dengan menggunakan benda materai
ataupun alat lainnya.
b) Bea masuk dan bea keluar. Bea masuk adalah pungutan atas barang-barang yang dimasukkan ke
dalam daerah pabean berdasarkan harga/nilai barang itu atau berdasarkan tarif yang sudah ditentukan
(tarif spesifik). Sedangkan bea keluar adalah pungutan yang dilakukan atas barang yang dikeluarkan
dari daerah pabean berdasarkan tarif yang sudah ditentukan bagi masing-masing golongan barang.
Bea keluar ini di Indonesia juga dikenal dengan nama Pajak Ekspor dan Pajak Ekspor Tambahan.
c) Cukai merupakan pungutan dikenakan atas barang-barang tertentu yang sudah ditetapkan untuk
masing-masing jenis barang tertentu, misalnya tembakau, gula, bensin, minuman keras, dan lain-lain.
d) Retribusi merupakan pungutan yang dilakukan sehubungan dengan sesuatu jasa atau fasilitas yang
diberikan oleh pemerintah secara langsung dan nyata kepada pembayar (misalnya: parkir, pasar, jalan
tol).
e) Iuran adalah pungutan yang dilakukan sehubungan dengan sesuatu jasa atau fasilitas yang
diberikan pemerintah secara langsung dan nyata kepada kelompok atau golongan pembayar.
f) Lain-lain pungutan yang sah/legal berupa sumbangan wajib.
2.Pengklasifikasian Pajak
Menurut Achmad Tjahjono dan Muhammad F. Husain, terdapat berbagai jenis pajak, yang dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu menurut golongan, menurut sifat, dan menurut lembaga
pemugutnya.
a) Menurut golongan
Menurut golongan, pajak dikelompokan menjadi dua yaitu pajak langsung dan pajak tidak langsung:
(1) Pajak langsung
Pajak langsung adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak
bisa dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Pajak harus menjadi beban
sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan.
Contoh: Pajak Penghasilan. Pajak Penghasilan dibayar atau ditanggung oleh pihak-pahak tertentu
yang memperoleh penghasilan tersebut.
(2) Pajak tidak langsung
Pajak tidak langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan
kepada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung terjadi jika terdapat suatu kegiatan,
peristiwa, perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misal terjadi penyerahan barang atau
jasa. Contoh: Pajak Pertambahan nilai.Manfaat pembedaan pajak kedalam pajak langsung dan pajak
tidak langsung adalah:
(a) Untuk keperluan sistematik dalam ilmu pengetahuan, misalnya untuk menentukan : saatnya
timbulnya hutang pajak, kadaluarsa, tagihan susulan.
(b) Untuk menentukan cara pengadakan proses peradilan karena perselisihan.
b) Menurut sifat
Menurut sifatnya, pajak dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu pajak subjektif dan pajak objektif.
(1) Pajak subjektif
Pajak subjektif adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan pada keadaan pribadi wajib
pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan keadaan subjeknya. Contoh: pajak penghasilan.
(2) Pajak obyektif
Pajak yang pengenaannya memperhatikan pada objeknya baik berupa, benda, keadaan,
perbuatan, atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa
memperhatikan keadaan pribadi subjek pajak (wajib pajak) maupun tempat tinggal. Contoh: Pajak
pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah.
c) Menurut Lembaga Pemungutan
(1) Pajak Negara atau Pajak Pusat
Pajak negara atau pajak pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
(a) Pajak yang dipungut oleh Dirjen Pajak:
(1)) Pajak penghasilan
(2)) PPN
(3)) Pajak bumi dan bangunan
2.Pajak Daerah
daerah tentang pajak restoran yang akan menjadi landasan hukum operasional dalam teknis
pelaksanaan pengenaan dan pemungutan pajak restoran didaerah kabupaten atau kota yang
bersangkutan.
(b) Objek pajak restoran
Objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan restoran dengan pembayaran. Yang
termasuk dalam objek pajak restoran adalah rumah makan, cafe, bar, dan sejenisnya. Pelayanan di
restoran/rumah makan meliputi penjualan makanan dan atau minuman direstoran/rumah makan,
termasuk penyediaan penjualan makanan/minuman yang diantar/dibawa pulang.
(c) Subjek pajak dan wajib pajak restoran.
Pada pajak restoran yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang
melakukan pembayaran kepada restoran. Secara sederhana yang menjadi subjek pajak adalah
konsumen yang menikmati dan membayar pelayannan yang diberikan oleh pengusaha restoran.
Sementara itu yang menjadi wajib pajak adalah pengusaha restoran, yaitu orang pribadi atau badan
dalam bentuk apapun yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya melakukan
usaha dibidang rumah makan. Dengan demikian, subjek pajak dan wajib pajak pada pajak restoran
tidak sama.
(3) Pajak Hiburan.
(a) Pengertian
Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Selain itu, pajak hiburan dapat
diartikan sebagai pungutan daerah atas penyelenggaraan hiburan. Pengenaan pajak hiburan tidak
mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten atau kota yang ada di Indonesia. Ini berkaitan dengan
kewenangan yang diberikan kepada pemerintah kabupaten atau kota untuk mengenakan atau tidak
mengenakan suatu jenis pajak kabupaten/kota.
(b) Objek Pajak Hiburan
Objek pajak hiburan adalah penyelenggaraan hiburan yang dipungut bayaran. Yang dimaksud
hiburan antara lain berupa tontonan film, kesenian, pagelaran musik dan tari, diskotik, karaoke, klub
malam, permaianan biliar, permainan ketangkasan, panti pijat, mandi uap, pertandingan olahraga.
Dengan demikian, objek pajak hiburan meliputi: pertunjukan film, pertunjukan kesenian, pertunjukan
pagelaran, penyelenggaraan diskotik dan sejenisnya, penyelenggaraan tempat-tempat wisata dan
sejenisnya pertandingan olahraga, pertunjukan dan keramaian umum lainnya.
(c) Subjek Pajak dan Wajib Pajak Hiburan
Pada pajak hiburan subjek pajak adalah konsumen yang menikmati hiburan. Sementara itu,
wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan. Dengan demikian,
subjek pajak dan wajib pajak pada pada pajak hiburan tidak sama.
3.Objek Pajak Daerah
Undang-undang nomor 18 tahun 1997 maupun undang-undang nomor 34 tahun 2000 tidak
secara tegas dan jelas menentukan apa yang menjadi objek pajak pada setiap jenis pajak daerah,
tetapi menyerahkannya pada peraturan pemerintah. Penentuan yang menjadi objek pajak daerah
pada saat ini dapat dilihat pada Peraturan Pemerintah nomor 65 tahun 2001 tentang pajak daerah,
yang merupakan pengganti dari Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 1997 tentang pajak daerah.
Hal ini merupakan penentuan objek pajak secara umum, mengingat pemberlakuan suatu jenis pajak
daerah pada suatu propinsi atau kabupaten/kota ditetapkan dengan peraturan daerah untuk
mengetahui apa yang menjadi objek pajak harus dilihat apa yang ditetapkan peraturan daerah
dimaksud sebagai objek pajak.
4.Subjek Pajak dan Wajib Pajak Daerah
Dalam pemungutan pajak daerah, terdapat istilah yang kadang disamakan walaupun
sebenarnya memiiki pengertian yang berbeda yaitu subjek pajak dan wajib pajak. Subjek pajak
adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan pajak daerah. Dengan demikian, siapa saja
baik orang pribadi atau badan, yang memenuhi syarat objektif yang ditentukan dalam suatu peraturan
daerah tentang pajak daerah, akan menjadi subjek. Sementara itu, wajib pajak adalah orang pribadi
atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan perpajakan daerah diwajibkan untuk
melakukan pembayaran pajak yang terutang, termasuk pemungut atau pemotong pajak tertentu. Oleh
sebab itu, seseorang atau suatu badan menjadi wajib pajak apabila telah ditentukan oleh peraturan
daerah untuk melakukan pembayaran pajak, serta orang atau badan yang diberi kewenangan untuk
memungut pajak dari subjek pajak. Hal ini menunjukkan bahwa wajib pajak dapat merupakan subjek
pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak maupun pihak lain yang bukan merupakan
merupakan subjek pajak, yang berwenang memungut pajak dari subjek wajib pajak.
C.Retribusi Daerah
1)
2)
3)
4)
5)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
Retribusi jasa umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi jasa usaha atau retribusi
perizinan tertentu.
Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Jasa tersebut memberikan manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan yang diharuskan membayar
retribusi, disamping untuk melayani kepentingan dan kemanfatan umum.
Jasa terebut layak untuk dikenakan retribusi
Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai penyelenggaraannya.
Retribusi dapat dipanggul secara efektif dan efisien, serta merupakan salah satu sumber pendapatan
daerah yang potensial dan,
Pemungutan retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan tingkat dan atau kualitas
pelayanan yang baik.
Jenis-jenis retribusi jasa umum adalah:
a) Retribusi pelayanan kesehatan
b) Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan
c) Retribusi penggantian biaya cetak KTP dan akte cacatan sipil
d) Retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat
e) Retribusi parkir ditepi jalan umum
f) Retribusi pasar
g) Retribusi pengujian kendaraan bermotor
h) Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran
i) Retribusi biaya cetak peta
j) Retribusi pengujian kapal perikanan
2.Retribusi Jasa Usaha
Retribusi Jasa Usaha ditetapkan dengan peraturan pemerintah dengan kriteri-kreteria:
a) Retribusi jasa usaha yang bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi jasa umum atau retribusi
perizinan tertentu.
b) Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang seyogyanya disediakan oleh sektor
swasta tetapi belum memadai atau terdapatnya harta yang dimiliki/dikuasai daerah yang belum
dimanfaatkan secara penuh oleh pemerintah daerah.
Jenis retribusi Jasa Usaha adalah:
a) Retribusi pemakaian kekayaan daerah
b) Retribusi pasar grosir dan/atau pertokoan
c) Retribusi tempat pelelangan
d) Retribusi terminal
e) Retribusi tempat khusus parkir
f) Retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/villa
g) Retribusi penyedotan kakus
h) Retribusi rumah potong hewan
i) Retribusi pelayanan pelabuhan kapal
j) Retribusi tempat rekreasi dan olah Raga
k) Retribusi penyeberangan diatas Air
Perizinan tersebut tersebut termasuk kewenangan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah
dalam rangka desentralisasi.
b. Perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi kepentingan umum
c.
Biaya yang menjadi beban daerah dalam penyelenggaraan izin tersebut dari biaya untuk
menanggulangi dampak negatif dari perizinan tersebut cukup besar sehingga layak dibiayai dari
retribusi perizinan.
Jenis retribusi Perizinan Tertentu adalah:
a) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
b) Retribusi Tempat Penjualan Minuman Beralkohol
c) Retribusi Izin Trayek
C.Objek Retribusi Daerah
Objek Retribusi daerah terdiri dari:
1. Jasa Umum yaitu berupa pelayanan yang disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk tujuan
kepentingan dan kemanfatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
2. Jasa Usaha yaitu berupa layanan yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip
komersial.
3. Perizinanan tertentu yaitu kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada
orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendaian, dan
pengawasan atas kegiatan pemanfatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana,
sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian
lingkungan.
D.Subjek Retribusi Daerah
Subjek Retribusi Daerah:
Retribusi Jasa Umum adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa
umum yang bersangkutan.
Retribusi Jasa Usaha adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin tetentu dari perintah
daerah.
Retribusi Perizinan Tertentu adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin tertentu dari
pemerintah daerah.
Pajak Daerah
Pajak daerah merupakan pungutan daerah menurut peraturan daerah yang dipergunakan untuk
membiayai urusan rumah tangga daerah sebagai badan hukum publik.
b. Retribusi Daerah
Retribusi daerah merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau karena
memperoleh jasa atau pekerjaan atau pelayanan pemerintah daerah dan jasa usaha milik daerah bagi
yang berkepentingan atas jasa yang diberikan oleh daerah baik langsung maupun tidak langsung.
c. Bagian Laba Badan Usaha Milik Daerah
Bagian Badan Usaha Milik Daerah ialah bagian keuntungan atau laba bersih dari perusahaan daerah
atas badan lain yang merupakan badan usaha milik daerah. Sedangkan perusahaan daerah adalah
perusahaan yang modalnya sebagian atau seluruhnya merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan.
BAB III
PEMBAHASAN
Hambatan-hambatan yang dialami oleh para pegawai dalam menarik pajak daerah adalah:
1. Baik pajak dan retribusi apabila prosentasi tarif pembayaran dinaikkan akan terbentur dengan SKPD
(Surat Ketetapan Pajak Daerah), juga akan memberatkan wajib pajak daerah dan masyarakat yang
membayar retribusi daerah. Ini berkebalikan dengan keinginan pemerintah daerah yang ingin
menaikkan pendapatan asli daerah melalui pajak dan retribusi daerah tetapi tidak memberatkan
masyarakat.
2. Kurangnya tenaga penarikan pajak daerah menjadi hambatan untuk meningkatkan jumlah
penerimaan pajak daerah. Bidang pendapatan dibagi menjadi tiga bagian:
a. Kasi Retribusi dan lain-lain.
b. Kasi Dana perimbangan, pajak hotel, pajak parkir.
c. Kasi Perencanaan dan pelaporan.
3. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak menjadi hambatan yang dialami oleh
pemerintah daerah. Masyarakat kurang patuh dalam membayar pajak daerah karena menganggap
pajak daerah memberatkan mereka. Pegawai yang melakukan penarikan pajak juga mengeluhkan
sulitnya menarik pajak daerah. Upaya yang dilakukan oleh pegawai dengan menjemput konsumen
masih kurang efektif karena kesadaran masyarakat masih kurang.
Kepala daerah (pemerintah) mempunyai kekuasaan dan kewenangan untuk mewajibkan menarik
pajak kepada masyarakat atas dasar pembiayaan anggaran yang dikeluarkan pemerintah. Tujuan dari
adanya penarikan pajak harus diarahkan untuk kebaikan untuk masyarakat juga atas pengenaan pajak
tersebut.
Sebagai rakyat kita harus menaati peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemimpin, salah satu
peraturannya adalah pajak dan retribusi daerah. Pajak dan retribusi daerah merupakan salah satu
peraturan yang menarik iuran kepada rakyat, yang tujuan dari adanya pajak tersebut adalah untuk
kemakmuran, kesejahteraan masyarakat dan tujuan adanya penarikan tersebut juga baik.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pajak daerah berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan asli
daerah, karena peranan pajak daerah sangat penting untuk sumbangan keuangan daerah sehingga
bisa digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran daerah. Pengeluaran tersebut berdampak
pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pajak daerah mempunyai pengaruh yang lebih besar
dari pada retribusi daerah walaupun
jumlahnya lebih sedikit dari retribusi daerah. Sehingga pengaruhnya pajak daerah paling besar
dibanding retribusi daerah.
Hasil dari retribusi daerah berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan asli daerah. Retribusi daerah
mempunyai jumlah sumbangan paling besar terhadap pendapatan asli daerah, hal ini akan
menyebabkan peningkatan pendapatan asli daerah cukup besar. Walaupun pengaruhnya terhadap
peningkatan pendapatan asli daerah lebih kecil tetapi peran retribusi daerah terhadap jumlah
pendapatan asli daerah sanagat penting.
Pada kasus pajak dan retribusi daerah di Kota Tangerang Selatan menunjukkan bahwa keduanya
berpangaruh terhadap peningkatan pendapatan asli daerah. Ini menunjukkan bahwa keduanya samasama berperan untuk meningkatkan peningkatan pendapatan asli daerah.
B. Saran
1. Pajak daerah merupakan komponen yang berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan asli daerah,
oleh karena itu pajak daerah harus terus ditingkatkan. Prosentasi kenaikan tarif pajak daerah bukan
merupakan solusi yang tepat untuk meningkatkan jumlah pendapatan karena kenaikan tarif pajak
daerah akan memberatkan wajib pajak dan mematikan sektor ekonomi. Jumlah pendapatan dari pajak
daerah dapat ditingkatkan dengan mengawasi penarikan yang lebih baik. Contohnya pajak parkir,
jumlah pajak parkir sebetulnya sangat banyak tetapi kurang dimaksimalkan sehingga perolehan tidak
dapat ditingkatkan.
2. Retribusi daerah mempunyai jumlah yang besar akan tetapi tingkat pengaruh lebih kecil dibanding
pajak daerah. Hal ini dikarenakan rumah sakit umum hanya melakukan pelaporan kepada kantor
Kota Tangerang Selatan saja, sementara pemasukan dan pengeluaran di tangani sendiri. Ini dilakukan
untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang menyangkut kesehatan yang diterima oleh masyarakat
dari rumah sakit umum.Walaupun pengaruhnya lebih kecil bukan berarti retribusi tidak penting,
retribusi harus tetap ditingkatkan melalui penerimaan penerimaannya karena retribusi tetap
mempunyai pengaruh terhadap peningkatan pendapatan asli daerah.
3. Pajak dan retribusi daerah secara bersama-sama berpengaruh, oleh karena itu pajak dan retribusi
daerah harus ditingkatkan. Peningkatan pajak dan retribusi daerah dapat dilakukan dengan
menambah jumlah tenaga kerja, hal ini dapat membantu penarikan yang datang langsung kepada
wajib pajak dengan sistem door to door. Penambahan tenaga kerja ini dilakukan agar tidak memakan
waktu yang banyak, mengingat jangkauan wilayah yang sangat luas. Pajak dan retribusi dapat
ditingkatakan dengan memperbaiki sistem penarikan dan pengelolaan, perbaikan sistem dan
pengelolaan diharapkan akan mampu menambah jumlah pajak dan retribusi daerah. Perbaikan sistem
dan pengelolaan akan meminim alisir adanya korupsi.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini kita sering mendengar istilah pembangunan nasional baik dalam mata kuliah
atau media. Kita juga mengetahui bahwa pembangunan tersebut pastilah memerlukan dana yang
tidak sedikit. Dalam makalah ini kita akan mempelajari salah satu sumber pemasukan negara
bagi pembangunan, yakni pajak. Secara umum persepsi kita mengenai pajak adalah wujud dari
seorang warga negara untuk memberikan kontribusi dalam membangun negara dengan mendapat
imbalan
tidak
langsung.
Belajar tentang pajak dianggap rumit oleh kebanyakan orang. Hal ini disebabkan oleh
jumlah peraturan perpajakan yang cukup banyak. Belajar pajak memerlukan pemahaman secara
garis besar tentang pajak sebelum belajar mengenai detil-detil perpajakan. Pemahaman
perpajakanan secara garis besar diharapkan dapat membantu menghadapi sebuah permasalahan
apabila kita dapat mengetahui pada posisi mana sebenarnya masalah perpajakan tersebut berada.
Dasar hukum paling utama bagi berlakunya pajak di Indonesia adalah Pasal 23A UUD
1945 (Amandemen IV) yang berbunyi Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk
keperluan Negara diatur dengan undang-undang. Itu berarti semua peraturan perpajakan
haruslah menunjuk pada suatu undang-undang termasuk perangkat hukum di bawahnya
sepanjang terdapat pelimpahan dari undang-undang yang mengaturnya.
Pajak adalah Sesuai dengan Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007,
pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersfat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Retribusi adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang ( yang dapat
dipaksakan ) dengan mendapatkan jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan
oleh pemerintah. Sedangkan Sumbangan ialah iuran yang dibayar oleh golongan tertentu saja,
kontraprestasi dapat dinikmati oleh golongan tersebut.
Dalam makalah ini kita akan mempelajari sebagian hal yang berkaitan dengan pajak,
mulai dari pengertian, landasan perpajakan dan retribusi serta sumbangan.
1.2 Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang berkaitan dengan makalah ini antara lain:
1. Apa pengertian pajak?
2. Apa saja yang menjadi landasan perpajakan?
3. Apa perbedaan retribusi dan sumbangan?
4. Apa Contoh permasalahan atau kasus dari landasan perpajakan retribusi dalam pembahasan ini?
1.3 Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup yang dibahas oleh penulis dalam makalah ini yaitu hanya dalam
lingkup masalah mengenai Landasan Perpajakan dan Retribusi serta Sumbangan.
1.4 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud penulisan dalam makalah ini yaitu sebagai salah satu tugas pemenuhan
syarat dari mata kuliah Hukum Dagang dan Pajak.
Dalam melakukan penulisan makalah ini, hal yang menjadi tujuan penulisan adalah sebagai
berikut:
Secara umum, penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan bagi kami dan
pembaca tentang Pajak.
Secara khusus, penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui landasan perpajakan dan
retribusi serta sumbangan.
BAB II
PERMASALAHAN
Kasus A :
PT Aqilah Propertindo membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebesar Rp 3 milyar atas
lahan Perumahan yang masih dalam proses pembangunan.
Kasus B
PT Aqilah Propertindo membayar retribusi sebesar Rp 2 milyar kepada Pemerintah Provinsi DKI
atas izin usaha.
Analisis
Pada kasus A PT Aqilah Propertindo membayar pajak karena ada kontribusi wajib berupa uang
Rp 3 milyar, terutang oleh PT Aqilah Propertindo, ketentuannya diatur di UU PBB, PT Aqilah
Propertindo juga tidak menerima manfaat secara langsung atas pembayaran Rp 3 milyar tersebut,
dan atas Rp 3 milyar tersebut juga digunakan oleh Negara untuk membiayai kegiatan
pemerintahan dan pembangunan, sedangkan pada kasus B PT Aqilah Propertindo tidak
membayar pajak karena tidak memenuhi syarat menerima imbalan secara tidak langsung karena
sesudah membayar retribusi tersebut PT Aqilah Propertindo menerima manfaat yaitu dapat
beroperasi di Provinsi DKI.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Pajak
Pajak itu sendiri adalah iuran wajib yang wajib dibayar oleh wajib pajak berdasarkan
Undang-undang. Adapun beberapa pengertian lainnya mengenai pajak, yaitu:
Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran rutin. Surplusnya digunakan untuk investasi pada barang-barang publik
misalnya, jalan raya, dan jembatan.
Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan UU No.
9 Tahun 1994 dan terakhir dengan UU No. 16 Tahun 2000, pajak adalah iuran wajib yang
dibayarkan oleh wajib pajak berdasarkan norma-norma hukum untuk membiayai kolektif guna
meningkatkan kesejahteraan umum yang balas jasanya tidak diterima secara langsung.1[1][1]
Menurut IAI, 2007 Pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan
kepada pemerintah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan
peraturan
perundang-undangan
yang
berlaku,
yang
digunakan
untuk
membiayai
1.
pajak maupun fiskus. Untuk memudahkan dalam memahami ketentuan formal tersebut.
Landasan Hukum Pemungutan Pajak
Dasar Hukum
Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 23, Ayat (2): Segala pajak untuk keperluan negara
berdasarkan undang-undang
2.
Landasan Undang-Undang Perpajakan Nasional
a. Undang-Undang No.6, Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
b. Undang-Undang No.7, Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
c. Undang-Undang No.8, Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah.
d. Undang-Undang No.12, Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan.
e. Undang-Undang No.13, Tahun 1985 tentang Bea Materai.
3.3 Retribusi
Retribusi adalah suatu pungutan yang dilakukan oleh pemerintah dengan imbalan (kontra
prestasi) yang langsung dapat ditunjuk.4[4][4] Jadi, jika disimpulkan retribusi adalah iuran atau
pembayaran yang dilakukan oleh pemerintah karena memakai fasilitas negara secara langsung.
2
3
4
Adapun contoh dari restribusi misalnya pembayaran listrik, pembayaran air ledeng (PAM), karcis
masuk tempat wisata, karcis pasar, karcis parkir dan lain-lain.
Retribusi agak berbeda dengan pajak. Dalam retribusi, hubungan antara prestasi yang
dilakukan (dalam wujud pembayaran) dengan kontraprestasi itu bersifat langsung. Pembayar
retribusi justru menginginkan adanya jasa timbal balik langsung dari pemerintah. Contohnya,
pembayaran air minum pada PAM, retribusi listrik, telepon, gas, uang kuliah, dan sebagainya.
Pengenaan retribusi berlaku umum dan dapat dipaksakan. Misalnya retribusi terhadap listrik,
apabila rakyat tidak membayar retribusi listrik, maka akan ada tindakan-tindakan tertentu yang
bertujuan sebagai pemaksaan seperti pengenaan denda, pemutusan hubungan sementara, dan
sebagainya.
Berdasarkan hal tersebut, maka karakteristik retribusi adalah:
a. Retribusi dipungut dengan berdasarkan peraturan-peraturan (yang berlaku umum).
b. Dalam retribusi, prestasi yang berupa pembayaran dari warga masyarakat akan mendapatkan
jasa timbal langsung yang ditujukan pada individu yang membayarnya.
c. Uang hasil retribusi digunakan bagi pelayanan umum berkait dengan retribusi yang
bersangkutan.
d. Pelaksanaannya dapat dipaksakan, biasanya bersifat ekonomis.
Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian
izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan pribadi atau badan.
Menurut Undang Undang No. 34 Tahun 2000, retribusi dibagi atas 3 golongan yaitu :
a) Retribusi Jasa Umum.
Objek retribusi ini berupa pelayanan yang disediakan Pemerintah Daerah untuk tujuan
kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
Subjeknya adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa umum
yang bersangkutan. Prinsip dan sasaran penetapan tarif jenis Retribusi Daerah adalah
berdasarkan kebijakan daerah dengan mempertimbangkan biaya penyediaan jasa yang
bersangkutan, kemampuan masyarakat, dan aspek keadilan. Retribusi jenis ini misalnya:
Retribusi Pelayanan Kesehatan, Retribusi Pelayanan Kebersihan, Retribusi Biaya Cetak KTP dan
Akte Catatan Sipil, Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat, Retribusi Pelayanan
Parkir di Tepi Jalan Umum, Retribusi Pelayanan Pasar, Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor,
Retribusi Pemerikasaan Alat Pemadam Kebakaran, Retribusi Biaya Cek Peta, dan Retribusi
Pengujian Kapal Perikanan.
b) Retribusi Jasa Usaha
Objek retribusi ini berupa pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut
prinsip komersial. Subjeknya adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati
pelayanan jasa umum yang bersangkutan. Prinsip dan sasaran penetapan tarif jenis Retribusi
Daerah adalah berdasarkan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana
keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha swasta sejenis yang beroperasi secara efisien
dan berorientasi pada harga pasar. Retribusi jenis ini misalnya: Retribusi Pemakaian Kekayaan
Daerah, Retribusi Pasar Grosir/Pertokoan, Retribusi Tempat Pelelangan, Retribusi Terminal,
Retribusi Tempat Khusus Parkir, Retribusi Tempat Penginapan, Retribusi Penyedotan Kakus,
Retribusi Rumah Potong Hewan, Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal, Retribusi Tempat
Rekreasi dan Olah Raga, Retribusi Penyeberangan di Atas Air, Retribusi Pengolahan Limbah
Cair, dan Retribusi Penjualan Produksi Limbah.
c) Retribusi Perizinan Tertentu
Objek retribusi ini yaitu kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin
kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian,
dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan SDA, barang, prasarana, sarana,
atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
Subjeknya adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin tertentu dari Pemerintah
Daerah. Prinsip dan sasaran penetapan tarif jenis Retribusi Daerah adalah berdasarkan pada
tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang
bersangkutan.
3.4 Sumbangan
Sumbangan adalah pungutan yang dilakukan pemerintah kepada segolongan orang
tertentu untuk pengumpulan dana dalam mencapai suatu tujuan dan hasilnya dimasukkan ke
dalam kas negara atau daerah.5[5][5] Jadi, yang mendapatkan fasilitas dari sumbangan adalah
golongan tertentu saja yang terkait dalam pembayaran sumbangan.
Adapun contoh dari sumbangan yaitu Sumbangan Wajib Perbaikan Jalan atau Sumbangan Wajib
Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan.
Menurut Santoso Brotodiharjo, dalam sumbangan itu terkandung pemikiran bahwa biayabiaya yang dikeluarkan untuk prestasi pemerintah tertentu tidak boleh dikeluarkan dari kas
5
umum, karena prestasi itu tidak ditujukan kepada penduduk seluruhnya, melainkan hanya
sebagian penduduk saja. Oleh karena itu, maka hanya golongan tertentu dari penduduk ini
sajalah yang diwajibkan membayar sumbangan ini. Sumbangan memang hampir sama dengan
retribusi, tapi keduanya memiliki perbedaan. Pada retribusi dapat ditunjuk seseorang yang
mengenyam kenikmatan kontraprestasi dari pemerintah, sedangkan pada sumbangan, yang
mendapat kontraprestasi ini hanya satu golongan.
Apabila dikaitkan dengan pajak dan retribusi, maka sumbangan memiliki karakteristik
tertentu, antara lain:
a. Sumbangan dipungut berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan mengikat umum
b. Dalam sumbangan, kontraprestasi diperoleh bukan karena membayarnya secara individual
c.
3.5
Persamaan
Bentuk
Sifat
Tujuan
Pajak
pungutan
Dapat dipaksakan
Kesejahteraan
Retribusi
Pungutan
Dapat dipaksakan
Kesejahteraan
Sumbangan
Pungutan
Dapat dipaksakan
Kesejahteraan
Perbedaan
Dasar Hukum
Pajak
Undang-undang
Retribusi
Peraturan
pemerintah,
peraturan menteri,
atau
pejabat
Sumbangan
Pemerintah daerah
Balas jasa
Tidak langsung
rendah
Langsung
nyata
Objek
dan
Langsung kepada
kepada
golongan tertentu
individu tersebut
Umum (seperti orang-orang
penghasilan,
tertentu
golongan tertentu.
yang
kekayaan, laba
menggunakan jasa
perusahaan dan Pemerintah
kendaraan).
Sifat
Dapat
Dapat
dipaksakan
Akan
dipaksaan. Dapat
dipaksakan.
Paksaan
maka berlaku
kepada kepada
golongan-
akan
mendapatkan
menggunakan jasa
Lembaga
sanksi
Pemerintah
pemerintah.
Pemerintah
Pemungut
pusat
Tujuan
Lembaga-lembaga
maupun daerah.
tertentu.
daerah (negara).
Kesejahteraan
Kesejahteraan
untuk umum.
untuk
Kesejahteraan
tersebut
yang tertentu.
menggunakan jasa
pemerintah.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
hanya
Pajak adalah iuran wajib yang dibayarkan oleh wajib pajak berdasarkan norma-norma hukum
untuk membiayai kolektif guna meningkatkan kesejahteraan umum yang balas jasanya tidak
4.2 Saran
Setelah mempelajari materi ini hendaklah kita sadar akan kewajiban kita untuk membayar
pajak, agar pembangunan dapat terus berjalan.
DAFTAR PUSTAKA
Soemarso S.R. 2007. Perpajakan: Pendekatan Komprehensif. Jakarta: Salemba Empat.
Ali, Chidir. 1993. Hukum Pajak Elementer. Cet. 1. Bandung: PT ERESCO.
Deliarnov. 2007. Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi untuk SMP dan MTs Kelas VIII. t.tp: esis.
Purnama, Ridwan & Komar Rudianto. 1999. DEKO 3303 2 SKS/Modul 1-6 Buku Materi Pokok
Perpajakan. Cet. 1. Jakarta: Universitas Terbuka.
S, Alam. 2003. Ekonomi. Editor; Tulus Sihombing, Rizal Pahlevi Hilabi, Subianto, Ricky. G,
Henry Raymond. S. Jilid. 2. Jakarta: esis.
Raharjda, Prathama. 1995. Ekonomi 2; Disusun Sesuai dengan Kurikulum 1994 untuk Kelas 2
Sekolah Menengah Umum. Edisi. 1. Klaten Utara: PT Intan Pariwara.
Tim Pendidikan Akuntansi FPEB UPI. 2010. Akuntansi. t.tp: t.p.
Mardiasmo. 2011. Perpajakan; Edisi Revisi 2011. Ed. XVII. Yogyakarta: ANDI.
Kosim. 2001. Ekonomi untuk SMU Kelas II. Ed. 2. Cet. 1. Jakarta Timur: Grafindo Media
Pratama.
http://wijiraharjo.wordpress.com/2008/02/02/pajak-retribusi-dan-sumbangan/