PENDAHULUAN
II.
TINJAUAN PUSTAKA
peragaan, reklame selebaran, reklame melekat, reklame film, reklame udara, reklame
apung, dan reklame suara.
II.6. Dasar Pengenaan, Tarif, dan Cara Perhitungan Pajak Reklame
Menurut Peraturan Walikota Surabaya Nomor 70 tahun 2010 Tentang
PerhitunganNilai Sewa Reklame, dasar pengenaan pajak reklame adalah sebesar Nilai
Sewa Reklame, yang dihitung berdasarkan penjumlahan nilai jual objek pajak reklame
yang meliputi, nilai perolehan harga/biaya pembuatan reklame; biaya pemasangan reklame;
dan biaya pemeliharaan reklame terhadap nilai strategis penyelenggaraan reklame yang
meliputi, gunalahan; ukuran reklame; sudut pandang; kelas jalan; dan harga titik/lokasi
pemasangan reklame. Tarif pajak reklame ditetapkan sebesar 25% dari nilai sewa reklame.
Berdasarkan Peraturan Walikota Surabaya Nomor 70 tahun 2010 Tentang Perhitungan
Nilai
Sewa
Reklame,
adapun
Rumus
Nilai
Sewa
Reklame
(NSR)
adalah
denganmenjumlahkan NJOR (Nilai Jual Objek Pajak Reklame) yaitu seluruh pembayaran
atau pengeluaran biaya-biaya oleh pemilik dan/atau penyelenggara reklame dengan NSPR
(NilaiStrategis Pemasangan Reklame) yaitu ukuran nilai yag ditetapkan pada titik lokasi
pemasangan reklame. Adapun cara perhitungan besarnya pajak reklame yang terutang yaitu
dengan cara mengalikan tarif pajak reklame dengan dasar pengenaan pajak reklame yang
dirumuskan sebagai berikut:
Pajak Reklame = Tarif Pajak Reklame x Dasar Pengenaan Pajak
Pajak Reklame = 25% x (NJOR + NSPR)
Untuk mengetahui tinggi rendahnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor
pajakreklame dapat dilihat dari hasil jumlah keseluruhan realisasi pendapatan pajak
reklame dari masing-masing tahun. Sedangkan untuk mengetahui besarnya kontribusi
pajak reklameterhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surabaya selama satu tahun,
dapat dihitung dengan mengunakan rumus (Abdul Halim:2001, dalam Agus dan
Suhartiningsih: 2008):
pajak daerah dikatakan efektif jika 100 %. Efektifitas dapat diukur dengan menggunakan
rumus (Abdul Halim:2001, dalam Agus dan Suhartiningsih: 2008):
II.7. Tata
Cara
yang ditentukan setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dengan dikenakan bunga
2% (dua persen) sebulan dari jumlah pajak yangbelum atau kurang dibayar. Ketentuan
lebih lanjut mengenai persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran serta
tata cara pembayaran angsuran dan menunda pembayaran pajak diatur dengan Peraturan
Kepala Daerah.
II.8. Sanksi Atas Penyelenggaraan Pajak Reklame
Wajib pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTD atau mengisi
dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keteranagan yang tidak benar
sehingga merugikan keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana kurung paling lama 1
(satu) tahun danatau denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak yang terutang. WP
yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah di ancam
pidana kurungan paling lama 3 (tiga) kali jumlah Retribusi terutang yang tidak atau kurang
di bayar. Dalam penyelenggaraan reklame sendiri ada beberapa sanksiyang akan diberikan
pada badan atau orang pribadi jika melanggaraturan. Pemberian sanksi tidak hanya di
berikan untuk pelanggaran penggunaan tapi juga pada badan atau orang pribadi yang izin
reklamenya telah di cabut dan tidak berlaku lagi.Izin penyelenggaraan reklame di cabut
dan di nyatakan tidak berlaku lagi apabila pada reklame tersebut terdapat perubahan jenis,
ukuran, ketinggian, titikdan konstruksi sehingga tidak sesuai dengan izin yang diberikan.
Penyelenggara reklame tidak mengasuransikan reklame sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 ayat (7), 3 (tiga) bulan setelah izin diterbitkan. Sebelum pencabutan izin, Kepala
Daerah terlebih dahulu menerbitkan Surat Peringatan kepada penyelenggara reklame.
Terhadap pencabutan izin maka atas pajak dan retribusi yangsudah dibayar tidak boleh
dilakukan kompensasi atau restitusi. Apabila izin telah dicabut maka perizinan lainnya
yang berkaitan dengan penyelenggaraan reklame dinyatakan tidak berlaku.Kepala Daerah
berwenang untuk memberikan sanksi berupa pemberian tanda silang pada materi reklame
dan/atau mempublikasikan di media massa bagi :
a. penyelenggaraan reklame yang telah dicabut izinnya;
b. penyelenggaraan reklame yang tidak memiliki izin atautelah berakhir masa izinnya.
Kepala Daerah dapat melimpahkan kewenangan pencabutan izin, pemberian
sanksi tanda silang dan publikasi kepada Pimpinan UnitKerja terkait. Reklame yang telah
dicabut izinnya atau yang telahberakhir masa izinnya harus sudah dibongkar oleh
penyelenggara dalam jangka waku 7 (tujuh) hari setelah izin dicabut atau setelah masa
izinnya
berakhir. Jika
dalam
hal
penyelenggara
reklame
tidak
melaksanakan
oleh Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009, nilai peredaran Rp.300.000.000 menjadi batas
wajib pembukuan. Kepala daerah berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan kewajiban retribusi yang di
periksa wajib:
a. Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku catatan, dokumen yang menjadi
dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan objek pajak atau objek retribusi
yang terutang;
b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atauruang yang di anggap perlu dan
memberi bantuan guna memberi kelancaran pemeriksaan;
c. Memberikan keterangan yang diperlukan.
III.
II.11.
PEMBAHASAN
2009 2013:
Dari tabel di atas, bisa diketahui tingkat efektifitas pajak reklame terhadap
Pendapatan Asli Daerah Kota Surabaya pada tahun 2009 sebesar 88,71%, pada tahun 2010
tingkat efektifitasnya sebesar 82,95%, pada tahun 2011 tingkat efektifitasnya sebesar
71,61%. Dengan kriteria belum efektif untuk kurun waktu tahun 2009 2011. Sementara
tingkat efektifitas pada tahun 2012 sebesar 104,07%, dan pada tahun 2013 tingkat
efektifitasnya sebesar 100,44%. Dengan kriteria Sangat efektif untuk kurun waktu tahun
2012 2013. Perhitungan efektivitas berdasarkan target dilakukan dengan cara
membandingkan realisasi pemungutan Pajak Reklame dengan target pemungutan Pajak
Reklame. Pertumbuhan Pajak Reklame di Kota Surabaya dapat fluktuatif jika dilihat dari
tabel di atas. Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa dari tahun 2009 sampai
dengan tahun 2013 target tertinggi didapatkan pada tahun 2012 yaitu 104,07% dengan
kategori sangat efektif. Sedangkan pencapaian minimum pada tahun 2011 yaitu 71,61%
dengan kategori belum efektif. Untuk rata-rata efektivitas Reklame yaitu sebesar 89,13%
yang menurut kriteria berarti belum efektif pemungutannya.
II.12.
Pajak
reklame
dapat
pula
diartikan
sebagai
pungutan
daerah
atas
11
terbesar terjadi pada tahun 2010 yakni sebesar 9.19% dan terendah pada tahun 2013 yakni
sebesar 5.22%. Sedangkan rata-rata kontribusi pajak reklame adalah sebesar 6.56% yang
menurut kriteria berarti sangat kurang atau rendah. Hal ini dikarenakan dalam kurun waktu
2011 sampai dengan tahun 2013 terjadi peningkatan signifikan dalam penerimaan pajak
BPHTB yang disebabkan oleh pengalihan BPHTB dari Pemerintah Pusat kepada
Pemerintah Daerah/ Pemerintahan Kota berdasarkan UU No. 28 Tahun 2009, yang mulai
diberlakukan sejak 1 Januari 2011.
II.13.
Rekomendasi
Dilihat dari potensinya, seharusnya pajak reklame dapat memberikan kontribusi
yang besar terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surabaya. Namun karena masih
banyak Wajib Pajak yang belum memiliki kesadaran untuk membayar pajak reklame
menyebabkan penerimaan dari pajak reklame tersebut kurang maksimal, atau tidak sesuai
dengan yang ditargetkan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak
daerah dari sektor pajak reklame yaitu adanya penataan kembali ruang milik jalan (jalur
hijau) yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya sehingga mengakibatkan
penerimaan pajak reklame turun pada tahun 2011. Penataan kembali ruang milik jalan
tersebut bertujuan untuk mengurangi reklame-reklame yang tidak memiliki ijin ataupun
reklame yang sudah habis masa pajaknya.
Kebijakan pungutan pajak atas penyelenggaraan reklame di Kota Surabaya pada
dasarnya telah memberikan kontribusi terhadap Penerimaaan Asli Daerah walaupun masih
rendah. Penerimaan pajak reklame dalam kurun waktu tahun 2009 sd. 2013 terjadi trend
penurunan dari 7-9 % menjadi 5-6 %. Walapun dari sisi nilai rupiah yang diterima
Pemerintah Kota Surabaya terjadi kenaikan hampir 2 kali lipat sejak tahun 2009. Oleh
karena itu, untuk meningkatkan kontribusi pajak reklame terhadap pendapatan asli daerah
kota Surabaya, maka efektivitas penerimaan pajak reklame melalui kebijakan pungutan
pajak dari reklame ini sebaiknya tetap dilaksanakan dan ditingkatkan pelaksanaannya.
12
7. Serta hambatan-hambatan intern antara lain: masih kurangnya sumber daya manusia,
kurang optimalnya koordinasi dengan dinas yang saling terkait, kurangnya sarana dan
prasarana yang menunjang pelaksanaan pemungutan pajak reklame, belum semua titiktitik reklame yang dilelangkan berhasil terjual, masih banyaknya tingkat kebocoran
akibat pemasangan reklame ilegal.
Untuk memenuhi target yang diharapkan dan menghadapi kendala-kendala
diatas, pemerintah Kota Surabaya harus terus berusaha untuk menggali potensi-potensi
yang bisa dijadikan sebagai objek pajak reklame, selain itu pemerintah harus lebih bersikap
proaktif dalam usaha pemungutannya. Upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak
reklame, antara lain sebagai berikut :
1. DPPK kota Surabaya lebih intensif melakukan pengawasan dan secara berkala
melakukan pendataan objek-objek reklame serta menindaklanjuti hasil pendataan
dengan memberikan surat pemberitahuan atas reklame yang sudah habis masa pajaknya
atau yang terutang.
2. Memberikan pemberitahuan baik melalui surat tertulis atau melalui surat eletronik
(SMS, Email) untuk reklame permanen maupun terbatas yang akan habis masa
berlakunya (expired) dalam jangka waktu tertentu misalnya 3 (tiga) bulan sebelum
reklame habis berlaku (reminder) sebagai upaya meminimalisir wajib pajak lupa akan
kewajibannya.
3. Melakukan peninjauan kembali atas ukuran reklame yang didaftarkan dengan realitas
reklame yang sesungguhnya. Serta memberikan sanksi atau peringatan terhadap reklame
yang telah habis masa pajaknya, tidak memiliki ijin serta tidak membayar pajak.
Apabila surat pemberitahuan/peringatan tersebut tidak ada tanggapan dari wajib pajak,
maka akan diberikan surat teguran sebanyak tiga kali kemudian bisa dilakukan upaya
penyitaan terhadap WP.
4. Masih kurangnya petugas atau tenaga dari DPPK untuk melakukan pengawasan
dibanding jumlah reklame yang tersebar di Kota Surabaya maka perlu melakukan
koordinasi dengan dinas- dinas terkait seperti Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang
(DKCTR), Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Dinas Perhubungan, dan Dinas
Kebersihan dan Pertamanan (DKP) dengan melakukan survey bersama-sama (joint
15
16
IV.
DAFTAR PUSTAKA
17
Arditia, R. Analisis Kontribusi Dan Efektivitas Pajak Daerah Sebagai Sumber Pendapatan Asli
Daerahkota Surabaya. Universitas Negeri Surabaya
Gunawan, AM. 2015. Studi Deskriptif Tentang Efektifitas Pengawasan Perizinan Reklame di
Kota Surabaya. Universitas Airlangga. Surabaya
Rinawati, R. Analisis Pengaruh Pemungutan Pajak Reklame Terhadap Upaya Peningkatan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surabaya. Universitas Negeri Surabaya
Triantoro, A. 2010. Efektifitas Pemungutan Pajak Reklame Dan Kontribusinya Terhadap
Penerimaan Pajak Daerah Di Kota Bandung. Bandung
18