Anda di halaman 1dari 51

Pemotongan/Pemungutan

Pajak Penghasilan

Oleh : Drs. Chairil Anwar Pohan, M.Si.,MBA

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


1
Chairil Anwar Pohan
Pemotongan/Pemungutan Pajak Penghasilan

 Pajak Penghasilan Pasal 21

 Pajak Penghasilan Pasal 22

 Pajak Penghasilan Pasal 23

 Pajak Penghasilan Pasal 24

 Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


2
Chairil Anwar Pohan
Pajak Penghasilan Pasal 22

Dasar Hukum :

1. Pasal 22 Undang-undang Pajak Penghasilan


2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010 tentang
Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan
Pembayaran atas Penyerahan Barang dan Kegiatan di Bidang Impor
atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 253/PMK.03/2008 tentang Wajib
Pajak Badan Tertentu sebagai Pemungut Pajak Penghasilan dari Pembeli
atas Penjualan Barang yang Tergolong Sangat Mewah

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


3
Chairil Anwar Pohan
Pemungut dan Objek PPh Pasal 22 :
1 Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai atas impor barang
Bendahara Pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak
2 pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Darah, Instansi atau Lembaga Pemerintah dan
lembaga-lembaga negara lainnya berkenaan dengan pembayaran atas pembelian barang

Bendahara Pengeluaran untuk pembayaran yang dilakukan dengan mekanisme uang


3
persediaan (UP)
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang
4 diberi delegasi oleh KPA untuk pembayaran kepada pihak ketiga yang dilakukan dengan
mekanisme pembayaran langsung.
Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas,
5 industri baja dan industri otomotif yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak
atas penjualan hasil produksinya di dalam negeri
6 Produsen atau importir bahan bakar minyak, gas dan pelumas atas penjualan bahan
bakar minyak, gas dan pelumas
Industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian dan
7 perikanan yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak atas pembelian bahan-bahan
untuk keperluan industri atau eskpor mereka dari pedagang pengumpul

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


4
Chairil Anwar Pohan
Pemotongan/Pemungutan PPh Pasal 22

Besarnya Pungutan PPh Pasal 22 :

 Atas Impor (Butir 1)


o Menggunakan Angka Pengenal Impor (API)
 Impor Kedelai, Gandum dan Tepung Terigu 0,5 % dari Nilai Impor *)

 Selain Impor Kedelai, Gandum dan Tepung 2,5 % dari Nilai Impor
Terigu
o Tidak menggunakan Angka Pengenal Impor (API) 7,5 % dari Nilai Impor

o Yang Tidak Dikuasai 7,5 % dari Harga Jual Lelang

*) Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan bea masuk yaitu cost, insurance
dan freight ditambah dengan bea masuk dan pungutan lainnya dengan dikenakan berdasarkan
ketentuan perundang-undangan pabean di bidang impor.

 Atas Pembelian Barang (Butir 2,3 dan 4) 1,5 % dari Harga Pembelian

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


5
Chairil Anwar Pohan
Pemotongan/Pemungutan PPh Pasal 22

 Atas Penjualan Hasil Produksi di dalam negeri oleh badan usaha yang bergerak dalam bidang
usaha industri semen, industri kertas, industri baja dan industri otomotif (Butir 5)
o Penjualan kertas di dalam negeri 0,1% dari Dasar Pengenaan Pajak PPN
o Penjualan semua jenis semen di dalam negeri 0,25% dari Dasar Pengenaan Pajak PPN
o Penjualan semua jenis kendaraan bermotor
0,45% dari Dasar Pengenaan Pajak PPN
beroda dua atau lebih di dalam negeri
o Penjualan baja di dalam negeri 0,3% dari Dasar Pengenaan Pajak PPN

 Atas Penjualan bahan bakar minyak, gas dan pelumas oleh produsen atau importir bahan bakar
minya, gas dan pelumas (Butir 6)
0,25% dari Penjualan tidak termasuk PPN
untuk Penjualan kepada SPBU Pertamina
o Bahan Bakar Minyak
0,3% dari Penjualan tidak termasuk PPN
untuk Penjualan kepada SPBU bukan
Pertamina dan Non SPBU

o Bahan Bakar Gas 0,3% dari Penjualan tidak termasuk PPN

o Pelumas 0,3% dari Penjualan tidak termasuk PPN


PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by
6
Chairil Anwar Pohan
Pemotongan/Pemungutan PPh Pasal 22

 Atas Pembelian bahan-bahan untuk keperluan


industri atau ekspor oleh badan usaha industri
atau eksportir yang bergerak dalam sektor 0,25% dari Harga Pembelian tidak
kehutanan, perkebunan, pertanian dan perikanan termasuk PPN
yang ditujuk sebagai Pemungut PPh Pasal 22 dari
Pedagang Pengumpul (Butir 6)

Dikenakan tarif lebih tinggi 100% untuk


PPh Pasal 22 yang bersifat TIDAK FINAL

Bila Wajib Pajak yang


dipungut tidak mempunyai
NPWP …?
Tidak dikenakan tarif lebih tinggi untuk
PPh Pasal 22 yang bersifat FINAL

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


7
Chairil Anwar Pohan
Pemotongan/Pemungutan PPh Pasal 22

Butir 1, 2, 3, 4, 5 dan 7  Tidak Final


(dapat diperhitungkan sebagai
pembayaran pajak dalam tahun berjalan
Yang Mana Objek PPh Pasal 22 bagi wajib pajak yang dipungut)
Final dan Tidak Final ?

Penjualan bahan bakar minyak, gas dan


pelumas (Butir 6)

Penyalur/ Agen Selain Penyalur/ Agen


 FINAL  TIDAK FINAL

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


8
Chairil Anwar Pohan
Pemotongan/Pemungutan PPh Pasal 22

Dikecualikan dari Pemungutan

Dengan Surat Keterangan Bebas


1. Impor barang atau penyerahan barang di dalam negeri yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan tidak terutang Pajak Penghasilan.
2. Emas batangan yang akan diproses untuk menghasilkan barang perhiasan dari emas
untuk tujuan ekspor.

Tanpa Surat Keterangan Bebas


1. Pembayaran oleh Bendaharawan:
- Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp 2.000.000,00 (dua juta rupiah) dan tidak
merupakan jumlah yang terpecah-pecah;
- Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak, listrik, gas,air minum (PDAM), dan
benda-benda pos;
- Pembayaran atau pencairan dana Jaringan Pengaman Sosial (JPS) oleh Kantor
Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN);
- Pembayaran untuk pembelian gabah dan/atau beras oleh BULOG
2. Impor kembali (re-impor), yang meliputi barang-barang yang telah diekspor kemudian
diimpor kembali dalam kualitas yang sama atau barang-barang yang telah diekspor untuk
keperluan perbaikan, pengerjaan dan pengujian, yang telah memenuhi syarat yang
ditentukan Dirjen Bea danPPh
Cukai.
Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by
9
Chairil Anwar Pohan
Pemotongan/Pemungutan PPh Pasal 22

Dikecualikan dari Pemungutan

Yang Dilaksanakan oleh Ditjen Bea dan Cukai:


1. Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan atau Pajak
Pertambahan Nilai.
(18 jenis impor cfm. Ketentuan Kepabeanan dan Ketentuan PPN)
2. Impor sementara jika pada waktu impornya nyata-nyata dimaksudkan untuk diekspor
kembali.

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


10
Chairil Anwar Pohan
Pajak Penghasilan Pasal 23

Dasar Hukum :

1. Pasal 23 Undang-Undang Pajak Penghasilan


2. PMK Nomor 244/PMK.03/2008 tentang Jenis Jasa Lain sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 Ayat (1) huruf c angka 2 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


11
Chairil Anwar Pohan
Pemotongan PPh Pasal 23

Pemotong PPh Pasal 23 :

1. badan pemerintah;
2. subjek pajak badan dalam negeri;
3. penyelenggara kegiatan;
4. bentuk usaha tetap;
5. perwakilan perusahaan luar negeri lainnya;
6. Orang pribadi yang ditunjuk sebagai pemotong.
(yaitu :
a. Akuntan, Arsitek, Dokter, Notaris, Pejabat Pembuat Akte Tanah (PPAT) kecuali PPAT
tersebut adalah Camat, pengacara, dan konsultan, yang melakukan pekerjaan bebas;
b. Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan.
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP - 50/PJ./1994 tentang penunjukan
Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri tertentu sebagai pemotong PPh Pasal 23)

Pihak yang Penghasilannya dipotong PPh Pasal 23 :

1. Wajib Pajak Dalam Negeri


2. Bentuk Usaha Tetap

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


12
Chairil Anwar Pohan
Pemotongan PPh Pasal 23

Tarif dan Objek PPh Pasal 23 :

1. Dividen (kecuali dividen yg 1. Sewa dan penghasilan lain


diterima orang pribadi); sehubungan dengan
penggunaan harta ( exc sewa
2. Bunga;
Pasal 4 ayat 2 )
3. Royalti;
2. Jasa teknik, jasa manajemen,
4. Hadiah, penghargaan, bonus, jasa konsultan, jasa lain*) ( exc
dan sejenisnya ( exc Pasal 21) Pasal 21)

15 % dari Jumlah Bruto 2 % dari Jumlah Bruto

Dalam hal penerima penghasilan tidak ber-NPWP, dikenakan tarif 100 (seratus
persen) lebih tinggi

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


*) Jenis Jasa Lain diatur dalam PeraturanChairil
Menteri 13
AnwarKeuangan
Pohan Nomor 244/PMK/2008
Pemotongan PPh Pasal 23

DEFINISI :
1. Jumlah Bruto atas Penghasilan dari Jasa:
seluruh jumlah penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang dibayarkan,
disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan
pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha
tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri
atau bentuk usaha tetap, tidak termasuk :
a. pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain sebagai
imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dibayarkan oleh Wajib Pajak penyedia
tenaga kerja kepada tenaga kerja yang melakukan pekerjaan, berdasarkan kontrak
dengan pengguna jasa (dibuktikan dgn kontrak kerja dan daftar pembayaran);
b. pembayaran atas pengadaan/pembelian barang atau material (dibuktikan dgn
faktur pembelian barang atau material);
c. pembayaran kepada pihak kedua (sebagai perantara) untuk selanjutnya dibayarkan
kepada pihak ketiga (dibuktikan dgn faktur tagihan dari pihak ketiga disertai
dengan perjanjian tertulis);
d. pembayaran penggantian biaya (reimbursement) yaitu penggantian pembayaran
sebesar jumlah yang nyata-nyata telah dibayarkan oleh pihak kedua kepada pihak
ketiga (dibuktikan dgn faktur tagihan atau bukti pembayaran yang telah dibayarkan
oleh pihak kedua kepada pihak ketiga).

Tidak berlaku untuk:


atas penghasilan yang dibayarkan sehubungan dengan jasa katering

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


14
Chairil Anwar Pohan
Pemotongan PPh Pasal 23
2. Sewa dan Penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta:
penghasilan yang diterima atau diperoleh sehubungan dengan kesepakatan untuk
memberikan hak menggunakan harta selama jangka waktu tertentu baik dengan
perjanjian tertulis maupun tidak tertulis sehingga harta tersebut hanya dapat
digunakan oleh penerima hak selama jangka waktu yang telah disepakati.

3. Jasa Teknik:
pemberian jasa dalam bentuk pemberian informasi yang berkenaan dengan
pengalaman dalam bidang industri, perdagangan dan ilmu pengetahuan yang dapat
meliputi :
a. pemberian informasi dalam pelaksanaan suatu proyek tertentu, seperti pemetaan
dan/atau pencarian dengan bantuan gelombang seismik;
b. pemberian informasi dalam pembuatan suatu jenis produk tertentu, seperti
pemberian informasi dalam bentuk gambar-gambar, petunjuk produksi,
perhitungan-perhitungan dan sebagainya; atau
c. pemberian informasi yang berkaitan dengan pengalaman di bidang manajemen,
seperti pemberian informasi melalui pelatihan atau seminar dengan peserta dan
materi yang telah ditentukan oleh pengguna jasa.

4. Jasa Manajemen:
pemberian jasa dengan ikut serta secara langsung dalam pelaksanaan atau pengelolaan
manajemen.

5. Jasa Konsultan:
pemberian advice (petunjuk, pertimbangan, atau nasihat) profesional dalam suatu
bidang usaha, kegiatan, atau pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga ahli atau
perkumpulan tenaga ahli, yang tidak disertai dengan keterlibatan langsung para tenaga
ahli tersebut dalam pelaksanaannya.
PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by
15
Chairil Anwar Pohan
Pemotongan PPh Pasal 23

Jenis Jasa Lain sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
244/PMK/2008 :

a) Jasa penilai (appraisal);


b) Jasa aktuaris;
c) Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;
d) Jasa perancang (design);
e) Jasa pengeboran di bidang penambangan migas, kecuali yang dilakukan oleh BUT;
f) Jasa penunjang di bidang penambangan migas;
g) Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan selain migas;
h) Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;
i) Jasa penebangan hutan;
j) Jasa pengolahan limbah;
k) Jasa penyedia tenaga kerja (outsourcing services)
l) Jasa perantara dan/atau keagenan;
m) Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan oleh Bursa
Efek, KSEI dan KPEI;
n) Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh KSEI

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


16
Chairil Anwar Pohan
Pemotongan PPh Pasal 23

o) Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;


p) Jasa mixing film;
q) Jasa sehubungan dengan software komputer, termasuk perawatan, pemeliharaan dan
perbaikan;
r) Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, dan/atau TV
kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang
konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
s) Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC,
TV kabel, alat transportasi/kendaraan dan/ atau bangunan, selain yang dilakukan oleh
Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau
sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
t) Jasa maklon;
u) Jasa penyelidikan dan keamanan;
v) Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer;
w) Jasa pengepakan;
x) Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media masa, media luar ruang atau
media lain untuk penyampaian informasi;
y) Jasa pembasmian hama;
z) Jasa kebersihan atau cleaning service;
aa) Jasa katering atau tata boga.

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


17
Chairil Anwar Pohan
Pemotongan PPh Pasal 23

Dikecualikan dari Pemotongan

1. penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank;


2. sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan leasing dengan hak opsi;
3. dividen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f dan dividen yang
diterima oleh orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2c)
4. bagian laba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf i;
5. sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya;
6. penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan yang
berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


18
Chairil Anwar Pohan
Pajak Penghasilan Pasal 24 (Kredit Pajak Luar
Negeri)

Wajib pajak dalam negeri terutang pajak atas Penghasilan Kena Pajak yang berasal dari
seluruh penghasilan termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri.

Pajak penghasilan sehubungan dengan penghasilan dari luar negeri atau yang lebih dikenal
dengan PPh Pasal 24 dapat dikreditkan terhadap PPh yang terutang pada akhir tahun atas
seluruh penghasilan termasuk penghasilan dari luar negeri.

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


19
Chairil Anwar Pohan
PAJAK LUAR NEGERI YANG DAPAT DIKREDITKAN

Pajak dari luar negeri yang dapat dikreditkan adalah pajak yang dikenakan dari penghasilan yang
secara langsung diterima oleh wajib pajak luar negeri dan atas penghasilan dari luar negeri yang
diterima atau diperoleh dalam tahun pajak yang sama.

Contoh
PT A di Indonesia merupakan pemegang saham tunggal dari Z Inc. di Negara X. Z Inc. tersebut dalam
tahun 2005 memperoleh keuntungan sebesar US$100,000.00. Pajak Penghasilan yang berlaku di
negara X adalah 48% dan Pajak Dividen adalah 38%.
Penghitungan pajak atas dividen tersebut adalah sebagai berikut:
Keuntungan Z Inc US$ 100,000.00
Pajak Penghasilan (Corporate income tax)
atas Z Inc.: (48%) US$ 48,000.00 (-) US$
52,000.00
Pajak atas dividen (38%) US$ 19,760.00 (-)
Dividen yang dikirim ke Indonesia US$ 32,240.00

Pajak Penghasilan yang dapat dikreditkan terhadap seluruh Pajak Penghasilan yang terutang atas PT
A adalah pajak yang langsung dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar
negeri, dalam contoh di atas yaitu jumlah sebesar US$19,760.00.
Pajak Penghasilan (Corporate income tax) atas Z Inc. sebesar US$48,000.00 tidak dapat dikreditkan
terhadap Pajak Penghasilan yang terutang atas PT A, karena pajak sebesar US$48,000.00 tersebut
tidak dikenakan langsung atas penghasilan yang diterima atau diperoleh PT A dari luar negeri,
melainkan pajak yang dikenakan atas keuntungan Z Inc. di negara X.
PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by
20
Chairil Anwar Pohan
BATAS MAXIMUM PAJAK LUAR NEGERI YANG
DAPAT DIKREDITKAN

Jumlah kredit pajak yang dapat dikreditkan adalah paling tinggi sama dengan jumlah pajak
yang dibayar atau terutang di luar negeri, tetapi tidak boleh melebihi jumlah tertentu. Jumlah
tertentu dimaksud dihitung menurut perbandingan antra penghasilan dari luar negeri
terhadap Penghasilan Kena Pajak dikalikan dengan pajak yang terutang atas Penghasilan Kena
Pajak.

PPh Pasal 24 sesuai perhitungan = (Jumlah Penghasilan dari Luar Negeri : Penghasilan Kena
Pajak x Total PPh Terutang

Apabila jumlah pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri melebihi jumlah
kredit pajak yang diperkenankan, maka kelebihan tersebut tidak dapat diperhitungkan
dengan PPh yang terutang tahun berikutnya dan tidak boleh dibebankan sebagai biaya atau
pengurang penghasilan serta tidak dapat dimintakan restitusi.

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


21
Chairil Anwar Pohan
Contoh
PT Majutakgentar di Jakarta dengan peredaran usaha sebesar Rp 60 Milyar, memperoleh
penghasilan netto dalam tahun 2009 sebagai berikut :
Penghasilan dalam negeri Rp 1.000.000.000
Penghasilan dari luar negeri (dikenakan tarif 20%) Rp 1.000.000.000

Penghitungan jumlah maksimum kredit pajak luar negeri adalah :


Pajak atas penghasilan dari luar negeri yang terutang Rp 200.000.000
Penghasilan dalam negeri Rp 1.000.000.000
Penghasilan dari luar negeri Rp 1.000.000.000
Jumlah Penghasilan Netto Rp 2.000.000.000

Apabila jumlah Penghasilan Netto sama dengan Penghasilan Kena Pajak, maka :
PPh Terutang (28% x Rp 2.000.000.000) Rp 560.000.000

Batas maksimum kredit pajak luar negeri adalah :


= Rp 1.000.000.000 x Rp 560.000.000 = Rp 280.000.000
Rp 2.000.000.000

Kredit pajak atas penghasilan dari luar negeri terhitung sebesar Rp 280.000.000 lebih besar
dari jumlah pajak luar negeri yang terutang atau dibayar di luar negeri sebesar Rp
200.000.000. Sehingga jumlah kredit pajak luar negeri yang diperkenankan adalah sebesar
Rp 200.000.000.

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


22
Chairil Anwar Pohan
Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2

• Bunga Deposito dan Tabungan


• Transaksi Penjualan Saham di Bursa Efek
• Penghasilan dari Hadiah atas Undian

• Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan

• Persewaan Tanah dan/atau Bangunan


• Bunga Simpanan Anggota Koperasi bagi Orang Pribadi

• Jasa Konstruksi

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


23
Chairil Anwar Pohan
Bunga Deposito dan Tabungan

Dasar Hukum : PP Nomor 131 Tahun 200 jo. KMK No.51/KMK.04/2011

Bunga Deposito, Tabungan, SBI dan diskonto yang dibayarkan oleh Perbankan kepada
nasabahnya dikenakan PPh Pasal 4 ayat 2 – Final sebesar 20% dari bunga yang
dibayarkan.
Bunga dan diskonto yang dibayarkan oleh Perbankan yang tidak dipotong PPh
Pasal 4 ayat 2 :
•Deposito, tabungan dan SBI tidak lebih dari Rp 7.500.000
• Bunga atau diskonto yang diperoleh bank yang didirikan di Indonesia atau
cabang bank luar negeri di Indonesia
• Diperoleh oleh dana pensiun yang pendiriannya disahkan oleh Menteri
Keuangan dengan mengajukan Surat Keterangan Bebas
• Bunga Tabungan pada bank yang ditunjuk pemerintah dalam rangka pemilikan
rumah sederhana, sangat sederhana, kavling siap bangun untuk rumah
sederhana dan sangat sederhana atau rumah susun sederhana sesuai dengan
ketentuan yang berlaku untuk dihuni

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


24
Chairil Anwar Pohan
Transaksi Penjualan Saham di Bursa Efek

Dasar Hukum : PP Nomor 14 Tahun 1997 jo. KMK Nomor 282/KMK.04/1997

Penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dari transaksi
penjualan saham di bursa efek terutang PPh Pasal 4 ayat 2 – Final sebesar 0,1% x
Jumlah Bruto Nilai Transaksi Penjualan.
Bagi pemilik saham pendiri dikenakan PPh Pasal 4 ayat 2 – Final sebesar 0,1% X Nilai
Transaksi + (0,5% x Nilai Saham pada saat IPO)

Penghasilan dari Hadiah atas Undian

Dasar Hukum : PP Nomor 132 Tahun 2000


Hadiah dengan nama dan dalam bentuk apapun melalui cara undian yang diterima atau
diperoleh orang orang pribadi/badan dalam negeri dan orang pribadi atau badan luar
negeri dikenakan PPh Pasal 4 ayat 2 – Final sebesar 25% x jumlah bruto nilai undian.

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


25
Chairil Anwar Pohan
Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan
Dasar Hukum : PP Nomor 71 Tahun 2008

Penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan yang berasal
dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, baik dalam kegiatan usahanya
maupun diluar kegiatan usahanya dengan tarif :
• sebesar 5% (lima persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan,
• kecuali atas pengalihan hak atas Rumah Sederhana dan Rumah Susun
Sederhana yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dikenai Pajak Penghasilan
sebesar 1% (satu persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan.
• Dalam hal pembayaran atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
dilakukan dengan cara angsuran, maka Pajak Penghasilan dihitung berdasarkan
jumlah setiap pembayaran angsuran termasuk uang muka, bunga, pungutan
dan pembayaran tambahan lainnya yang dipenuhi oleh pembeli, sehubungan
dengan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan tersebut.
• Tarif PPh tidak final 5% x jumlah bruto nilai pengalihan, bagi WP Badan
termasuk koperasi yang bukan usaha pokoknya mengalihkan hak atas tanah dan
/ atau bangunan.

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


26
Chairil Anwar Pohan
Persewaan Tanah dan/atau Bangunan
Dasar Hukum : PP Nomor 5 Tahun 2002

Penghasilan atas persewaan tanah dan/atau bangunan dikenakan PPh Pasal 4 ayat 2 -
Final sebesar 10% dari jumlah bruto nilai persewaan, baik untuk wajib pajak badan,
BUT maupun wajib pajak orang pribadi

Bunga Simpanan Anggota Koperasi bagi Orang Pribadi

Dasar Hukum : PP Nomor 15 Tahun 2009


Bunga simpanan Koperasi yang dibayar oleh Koperasi yang didirikan di Indonesia
kepada anggota orang pribadi dikenakan PPh Pasal 4 ayat 2 – Final sebesar :
• 0% untuk penghasilan bunga simpanan sampai dengan Rp 240.000,00 per bulan;
atau
• 10% dari jumlah bruto bunga simpanan lebih dari Rp 240.000, per bulan.

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


27
Chairil Anwar Pohan
Jasa Konstruksi

Dasar Hukum : PP Nomor 51 Tahun 2008 jo. PP Nomor 40 Tahun 2009

Definisi :
Jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi,
layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultansi
pengawasan pekerjaan konstruksi.

Tarif pajak :
• 2% untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang memiliki
kualifikasi usaha kecil;
• 4% untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang tidak
memiliki kualifikasi usaha;
• 3% untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa selain
Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b;
• 4% untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi yang dilakukan
oleh Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usaha; dan
• 6% untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi yang dilakukan
oleh Penyedia Jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha.

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


28
Chairil Anwar Pohan
on
cti
f se
do
en

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


29
Chairil Anwar Pohan
Contoh Soal 1 – PPh Pasal 22 :
PT Wiratama adalah importir yang sudah memiliki API, mengimpor barang dari Belanda dengan
harga FOB US$ 40.000. Asuransi yang dibayar di luar negeri sebesar 2,5% dari FOB sedangkan biaya
angkut sebesar 5% dari FOB. Bea masuk dan bea masuk tambahan masing-masing sebesar 15% dan
5% dari CIF. Barang yang diimpor termasuk barang mewah dengan taris 20%.
Kurs yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan untuk pelunasan bea masuk dan PPh adalah UU$ 1 =
Rp 8.500.
Diminta :
1. Hitunglah besarnya CIF sebagai dasar penghitungan bea masuk !
2. Hitung nilai impor dan PPh Pasal 22 yang dipungut oleh DJBC !
3. Berapa besarnya uang yang harus dibayarkan kepada Bank Devisa atas impor tersebut ?
Jawab :
1. Menghitung CIF
Harga Cost (FOB) = US$ 40.000
Insurance (2,5% x US$ 40.000) = 1.000
Freight (5% x US$ 40.000) = 2.000
CIF = US$ 43.000
Kurs x Rp 8.500
CIF sebagai dasar penghitungan Bea Masuk = Rp 365.500.000

2. Menghitung Nilai Impor dan PPh Pasal 22


Nilai Impor= CIF + Bea Masuk + Bea Masuk Tambahan
= Rp 365.500.000 + (15% x Rp 365.500.000) + (5% x Rp 365.500.000)
= Rp 438.600.000
PPh Pasal 22 Impor = 2,5% x Nilai Impor
= 2,5% x Rp 438.600.000 PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by
30
= Rp 10.965.000 Chairil Anwar Pohan
3. Uang yang Harus Dibayarkan :
- Bea Masuk = Rp 54.825.000
- Bea Masuk Tambahan = 18.275.000
- PPN Impor = 43.860.000
- PPnBM = 87.720.000
- PPh Pasal 22 = 10.965.000
Jumlah = Rp 215.645.000

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


31
Chairil Anwar Pohan
Contoh Soal 2 – PPh Pasal 22 :

PT Importir mempunyai Angka Pengenal Impor. PT Importir melakukan kegiatan impor kemudian
dijual kepada perusahaan di Jakarta. PT Importir selama bulan Nopember 2010 melakukan
kegiatan impor sebagai berikut :

No. Nama Barang Nilai Impor (Rp) Tarif PPh Pasal 22

1 Laptop komputer 150.000.000    

2 Kedelai 150.000.000    

3 Printer 150.000.000    

4 Tepung Terigu 150.000.000    

5 Lampu Kristal 150.000.000    


Jawab :
6 Buku Pelajaran Umum 60.000.000    
No. Nama Barang Nilai Impor (Rp) Tarif PPh Pasal 22 Dasar Hukum
7 Komik Anak dari Jepang 50.000.000    
1 Laptop komputer 150.000.000 2,50% 3.750.000 154/PMK/2010

2 Kedelai 150.000.000 0,50% 750.000 154/PMK/2010

3 Printer 150.000.000 2,50% 3.750.000 154/PMK/2010

4 Tepung Terigu 150.000.000 0,50% 750.000 154/PMK/2010


PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by
32
Chairil Anwar Pohan
Contoh Soal 3 – PPh Pasal 22 :
Pada bulan April 2010, PT Teknika menerima pembayaran dari Bendaharawan Dit. Jend. Cipta
Karya atas pembelian berbagai spare part alat berat. Nilai tagihan yang diajukan oleh PT Teknika
sebesar Rp 424.600.000 (bersih setelah memperhitungkan semua pajak yang terutang).

Hitunglah PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Bendaharawan tersebut !

Jawab :

Nilai tagihan setelah dipungut PPh Pasal 22 adalah Rp 424.600.000.


Nilai penjualan sebelum dipungut PPh Pasal 22 adalah :
= Rp 424.600.000 x 100/98,5
= Rp 431.065.990

PPh Pasal 22 yang dipungut adalah :


= 1,5% x Rp 431.065.990
= Rp 6.465.990

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


33
Chairil Anwar Pohan
Contoh Soal 4 – PPh Pasal 22 :
PT ABC telah ditunjuk sebagai pemungut PPh Pasal 22 sejak tanggal 25 Februari 2009 oleh Kepala KPP
Medan Belawan. PT ABC adalah perusahaan eksportir ikan laut yang membeli langsung bahan baku
udang untuk keperluan industri. Pada bulan Mei 2010, PT ABC membeli bahan baku udang sebesar Rp
100.000.000 dari seorang pedagang pengumpul yang juga terdaftar di KPP Medan Belawan. PT ABC juga
membeli senilai Rp. 100.000.000 langsung dari penambak yang memelihara sendiri budidaya udang dari
benur sampai menjadi udang siap panen.
Hitunglah PPh pasal 22 yang terutang pada bulan Mei 2010 !
Jawab :
PPh Pasal 22 atas pembelian dari pedagang pengumpul = 0,25% dari pembelian
PPh Pasal 22 = 0,25% x Rp 100.000.000 = Rp 250.000
Dasar Hukum : Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


34
Chairil Anwar Pohan
Contoh Soal 5 – PPh Pasal 22 :

Penjualan pelumas yang dilakukan oleh Pertamina kepada agen penyalur Pertamina merupakan
objek PPh Pasal ….?

Jawab :

PPh Pasal 22 bersifat final dengan tarif 0,25 dari Penjualan.


Dasar Hukum : Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


35
Chairil Anwar Pohan
Contoh Soal 6 – PPh Pasal 23 :
Rahardika (belum ber-NPWP), seorang pengarang, membuat novel yang menjadi best seller di awal
tahun 2010. PT Pena Mas, perusahaan penerbit memberikan royalti kepada Rahardika sebesar Rp
500.000.000.
Hitunglah PPh pasal 23 yang wajib dipotong oleh PT Pena Mas !
Jawab :
PPh Pasal 23 atas royalti = 15% dari jumlah penghasilan
Karena Rahardika belum memiliki NPWP, maka dikenakan tarif 100% lebih tinggi,
Sehingga PPh Pasal 23 atas Royati yang diterima Rahardika = 15% x 200% x Rp 500.000.000
= Rp 150.000.000
Dasar Hukum : Pasal 23 UU PPh

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


36
Chairil Anwar Pohan
Contoh Soal 7 – PPh Pasal 23 :
PT Rama pada tahun pajak 2009 membayarkan deviden sejumlah Rp 80.000.000 kepada pemegang
sahamnya, yaitu :
- PT Amar sebesar Rp 24.000.000 atas penyertaan modal 30%,
- PT Amor sebesar Rp 8.000.000 atas penyertaan modal 10%,
- Tuan Romo sebesar Rp 48.000.000 atas penyertaan modal 60%.

Hitunglah objek pemotongan/pemungutan PPh yang terutang !

Jawab :

Pembayaran dividen kepada PT Amar  Tidak terutang PPh Pasal 23, karena bukan objek pajak,
Pembayaran dividen kepada PT Amor  Terutang PPh Pasal 23 sebesar 15%, Rp 1.200.000,

Pembayaran dividen kepada Tn. Romo  Terutang PPh Pasal 4 ayat 2 sebesar 10%, Rp 4.800.000.

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


37
Chairil Anwar Pohan
Contoh Soal 8 – PPh Pasal 23 :
Pada tanggal 20 September 2009, PT Permata Mirah membayar tagihan kepada CV Boga Rasa atas
penyediaan Jasa Katering dengan perincian sebagai berikut :
- Material/bahan baku makanan = Rp 70.000.000
- Jasa Memasak/Katering = Rp 30.000.000
Hitunglah PPh Pasal 23 yang terutang !

Jawab :

PPh Pasal 23 atas Jasa Katering


= 2% x Jumlah penghasilan bruto
= 2% x Rp 100.000.000
(Lihat definisi Jumlah Bruto atas Penghasilan dari Jasa)
= Rp 2.000.000
Dasar Hukum : PMK Nomor 244/PMK.03/2010 jo. SE-53/PJ/2009

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


38
Chairil Anwar Pohan
Contoh Soal 9 – PPh Pasal 23 :
Tn. Parto mempunyai usaha di bidang perdagangan alat kosmetik. Untuk penghitungan PPhnya, Tn.
Parto menggunakan norma perhitungan penghasilan netto. Selama bulan Februari 2009, Tn. Parto
menyewa sebuah pick up dari PT Mobnas yang digunakan mengangkut peralatan toko dengan nilai
sewa Rp 5.500.000 termasuk PPN.
Hitunglah PPh Pasal 23 yang terutang !

Jawab :

Tn. Parto menghitung PPh Orang Pribadinya dengan menggunaka norma penghitungan
penghasilan netto  bukan merupakan Pemotong PPh Pasal 23
Sehingga Tn. Parto tidak wajib memotong PPh Pasal 23 atas sewa, dan PT Mobnas tidak
melakukan penyetoran sendiri atas PPh Pasal 23 tersebut.
Dasar Hukum : Pasal 28 ayat 2 UU PPh

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


39
Chairil Anwar Pohan
Contoh Soal 10 – PPh Pasal 23 :

PT Transindo memesan 500 pakaian kepada CV Berbaju, perusahaan jahit dan konvesi. Bahan
mentah (kain) dan desain disediakan oleh PT Tranindo. CV Berbaju mendapat imbalan jasa atas
pembuatan pakaian tersebut. Biaya yang dikeluarkan oleh PT Transindo adalah sebagai berikut :
- Biaya bahan mentah (kain, desain, dll) Rp 80.000.000
- Biaya Jasa Rp 10.000.000
Hitunglah Objek Pemotongan/pemungutan PPh atas transaksi di atas.

Jawab :

PPh Pasal 23 sebesar 2% x Rp 10.000.000 = Rp 200.000 (Jasa Maklon)


Dasar Hukum : PMK-244/PMK.03/2008

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


40
Chairil Anwar Pohan
Contoh Soal 11 – PPh Pasal 23 :
Bulan Agustus 2010, PT Sabun Colek (pihak pertama) melakukan kontrak kerja dengan PT
Advertising, perusahaan pengiklanan (pihak kedua), untuk membuat iklan radio sabun colek dan
memasang iklannya pada perusahaan PT Media (pihak ketiga). Nilai kontrak yang telah disepakati
adalah sebesar Rp 50.000.000.
Pada saat membuat invoice, rincian tagihan PT Advertising kepada PT Sabun Colek adalah :
-Penggunaan 2 orang tenaga pemberi suara Rp 10.000.000
- jasa konsultan (terkait pembuatan iklan) Rp 8.000.000
- jasa keagenan iklan Rp 2.000.000
- biaya pemasangan iklan ke perusahaan media Rp 30.000.000
Atas transaksi di atas, berapa PPh Pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Sabun Colek jika semua
bukti pendukung telah dilampirkan dalam invoice tersebut.

Jawab :

PPh Pasal 23 sebesar 2% x Objek PPh Pasal 23.


Objek PPh Pasal 23 = Jasa Konsultan + Jasa Keagenan Iklan
= Rp 8.000.000 + Rp 2.000.000
= Rp 10.000.000
PPh Pasal 23 = Rp 200.000
Dasar Hukum : PMK-244/PMK.03/2008

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


41
Chairil Anwar Pohan
Contoh Soal 12 – PPh Pasal 4 ayat 2 :

PT Teknika membayar sewa gedung dan sewa gudang masing-masing sebesar Rp 240.000.000 dan Rp
300.000.000 kepada PT Gedung Baru dan Haji Rawai pada tanggal 1 Juni 2005. Nilai sewa tersebut adalah
untuk masa sewa 18 bulan terhitung mulai tanggal 1 Juli 2005. Atas nilai sewa tersebut telah dibebankan
sebagai biaya pada SPT PPh Badan Tahun 2005 masing-masing Rp 80.000.000 dan Rp 100.000.000.
Sebagian gudang disewakan kembali pada pihak lain senilai Rp 10.000.000 per bulan selama 3(tiga) bulan
di tahun 2005 kepada Haji Somad, seorang petani, untuk menimbun kacang hasil panennya.

Hitunglah PPh yang wajib dipotong oleh Pemotong !

Jawab :
Sesuai PP Nomor 5/2002 atas penghasilan dari sewa tanah dan atau bangunan dikenakan PPh yang
bersifat final dengan tarif 10% dari jumlah bruto nilai persewaan. Saat terutang atas PPh ini adalah
pada akhir bulan dilakukannya pembayaran atau akhir bulan dilakukannya pembebanan, man yang
terjadi lebih dahulu.
Sehingga PPh Final atas sewa bangunan yang harus dipotong oleh PT Teknika adalah sebagai berikut :
• PT Gedung Baru
PPh Final (Pasal 4 ayat 2) = 10% x Rp 240.000.000
= Rp 24.000.000
• Haji Rawai
PPh Final (Pasal 4 ayat 2) = 10% x Rp 300.000.000
= Rp 30.000.000

PPh Final tersebut harus dipotong oleh PT Teknika pada bulan Juni 2005 ketika melakukan
pembayaran sewa secara sekaligus.
PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by
42
Chairil Anwar Pohan
Atas penyewaan kembali sebagian gudang ke Haji Somad terutang PPh Final sebesar :
PPh Final (Pasal 4 ayat 2) = 10% x Rp 30.000.000
= Rp 3.000.000

PPh Final tersebut disetor sendiri oleh PT Teknika dikarenakan Haji Somad adalah orang pribadi
yang bukan pemotong PPh Final atas penghasilan dari sewa sesuai dengan KEP-50/PJ./1996.

(Orang pribadi yang ditunjuk sebagai pemotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 394/KMK.04/1996 adalah :
a. Akuntan, arsitek, dokter, Notaris, Pejabat Pembuat Akte Tanah (PPAT) kecuali PPAT tersebut
adalah Camat, pengacara, dan konsultan, yang melakukan pekerjaan bebas;
b. Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan;
yang telah terdaftar sebagai Wajib Pajak dalam negeri.)

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


43
Chairil Anwar Pohan
Contoh Soal 13 – PPh Pasal 4 ayat 2 :
Pengembang PT Rilistit di bulan Mei 2010 menjual satu unit rumah sederhana yang mendapat
fasilitas dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai senilai Rp 30.000.000.
Hitunglah PPh yang terutang !
Jawab :
PPh Pasal 22 pengalihan atas tanah dan/atau bangunan terutang PPh Pasal 4 ayat 2 – Final sebesar 5%
kecuali atas pengalihan hak atas rumah sederhana dan rumah susun sederhana sebesar 1% dari jumlah
bruto nilai pengalihan
PPh Pasal 4 ayat 2 – Final = 1% x Rp 30.000.000 = Rp 300.000
(disetor sendiri oleh PT Rilistis)
Dasar Hukum : PP Nomor 48 Tahun 1994 stdtd PP Nomor 71 Tahun 2010

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


44
Chairil Anwar Pohan
Contoh Soal 14 – PPh Pasal 4 ayat 2 :
Sehubungan kebutuhan dana yang sangat mendesak, PT Mobankroot menjual sebidang tanah
miliknya kepada Tn. Abdul Rauf (belum ber-NPWP) seharga Rp 400.000.000 (NJOP atas tanah
tersebut sebesar Rp 500.000.000)
Hitunglah PPh yang terutang !
Jawab :

PPh Pasal 4 ayat 2 – Final atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sebesar 5% dari
jumlah bruto nilai pengalihan yaitu nilai tertinggi antara nilai pengalihan dengan nilai jual objek
pajak tanah dan/atau bangunan.
PPh Pasal 4 ayat 2 – Final = 5% x Rp 500.000.000 = Rp 25.000.000
Dasar Hukum : PP Nomor 48 Tahun 1994 stdtd PP Nomor 71 Tahun 2010

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


45
Chairil Anwar Pohan
Contoh Soal 15 – PPh Pasal 4 ayat 2 :
Ny. Ling Ling (NPWP ikut suami) mempunyai 1.000.000 lembar saham PT Burayut Tbk. Pada tahun 2009,
PT Burayut Tbk. membukukan laba bersih per lembar saham sebesar Rp 100. Dalam RUPS, diputuskan
bahwa 50% laba bersih perseroan tahun 2009 akan dibagikan sebagai deviden pada bulan Maret 2010.
Berapakah jumlah penghasilan deviden setelah pajak yang diterima Ny. Ling Ling ?
Jawab :

Deviden sebelum pajak yang diperoleh Ny. Ling Ling


(1.000.000 lb. x Rp 100/lb. x 50%) = Rp 50.000.000
PPh Pasal 4 ayat 2 atas Deviden = Rp 5.000.000
Jumlah penghasilan deviden setelah pajak = Rp 45.000.000
Dasar Hukum : PP Nomor 19 Tahun 2009

Contoh Soal 16 – PPh Pasal 4 ayat 2 :

Bulan Maret 2010, Koperasi “Maju Jaya” membayar bunga simpanan sebesar Rp 225.000 kepada
Ibu Anceu, anggota koperasi yang belum memiliki NPWP.
Berapakah PPh yang terutang?
Jawab :
PPh Pasal 4 ayat 2 – Final = 0% x Rp 225.000
= 0 (kurang dari batas pemotongan Rp 240.000)
Dasar Hukum : PP Nomor 15 Tahun 2009
PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by
46
Chairil Anwar Pohan
Contoh Soal 17 – PPh Pasal 4 ayat 2 :
PT Rental memiliki beberapa ruko. Pada bulan Mei 2010, dua ruko disewakan kepada Tn. Ariel
(Pedagang Kecil yang menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Netto, Non PKP) dan Tn.
Peter (seorang Notaris yang belum ditunjuk sebagai pemotong pajak) masing-masing sebesar Rp
50.000.000 per tahun dengan ketentuan sewa dibayar dimuka.
Hitunglah PPh Pasal pasal 4 ayat 2 yang terutang !

Jawab :

Tn. Ariel dan Tn. Peter bukan Pemotong PPh Pasal 4 ayat 2.
PPh Pasal 4 ayat 2 = 2 x 10% x Rp 50.000.000
= Rp.10.000.000
PPh Pasal 4 ayat 2 tersebut disetor sendiri oleh PT Rental
Dasar Hukum : PP Nomor 29 Tahun 1996 stdtd PP Nomor 5 Tahun 2002

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


47
Chairil Anwar Pohan
Contoh Soal 18 – PPh Pasal 4 ayat 2 :

Pada tanggal 30 Juni 2010, PT Koral (memiliki sertifikat kualifikasi menengah) menerima
pembayaran jasa konstruksi yang dilaksanakannya senilai Rp 5.000.000.000. Atas pembayaran ini
terutang PPh sebesar….?

Jawab :

Terutang PPh Pasal 4 ayat 2 – Final sebesar 3% x Rp 5.000.000.000 = Rp 150.000.000

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


48
Chairil Anwar Pohan
Contoh Soal 19 – PPh Pasal 4 ayat 2 :
Koperasi Sepatu Cibaduyut, pada bulan Nopember 2010 melakukan pembayaran SHU koperasi
kepada anggotanya antara lain :
-Tn. Asep (belum ber-NPWP) sebesar Rp 100.000
- Tn. Iwan (NPWP. 05.098.786.7-027.000) sebesar Rp 300.000
PPh terutang atas pembayaran SHU di atas terutang PPh…?

Jawab :

SHU koperasi yang diberikan kepada anggota koperasi orang pribadi termasuk pengertian deviden
(Pasal 4 ayat 1 huruf g UU PPh)
Tn. Atep PPh Pasal 4 ayat 2 – Final sebesar 10% x Rp 100.000 = Rp 10.000
Tn. Iwan PPh Pasal 4 ayat 2 – Final sebesar 10% x Rp 300.000 = Rp 30.000

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


49
Chairil Anwar Pohan
TERIMA KASIH

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


50
Chairil Anwar Pohan end of section
Soal Ujian 1 :
PT Baja Hitam, produsen baja, dalam bulan April 2011 menjual kepada agen CV Dagang Baja senilai US$ 72.000 (dengan
Kurs Menteri Keuangan yang berlaku US$ 1 = Rp 8.760). Pada bulan yang sama CV Dagang Baja menjual baja produk PT
Baja Hitam kepada Bangun Rumah senilai Rp 132.000.000 (termasuk PPN) dan Toko Bangunan Mujur Jaya sebesar Rp
99.000.000 (termasuk PPN) serta melakukan penyerahan kepada Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta sebesar Rp
80.000.000 (belum termasuk PPN).

Berdasarkan fakta di atas, siapa yang harus melakukan pemungutan PPh Pasal 22 dan berapa besarnya ?

Soal Ujian 2 :

PT Adhi Karya (Persero) selama Bulan Juli 2010 melakukan pembayaran yang bersumber dari APBN, sebagai berikut :
1. Membayar pembelian alat tulis kantor sebesar Rp 1.500.000 dari PT Atekindo.
2. Membayar pembelian meja dan kursi kantor sebesar Rp 143.000.000 (termasuk PPN) dari PT Meubelindo.
3. Membayar biaya jasa pemasangan partisi kepada PT Partisindo dengan kontrak sebesar Rp 70.000.000 yang terdiri
dari Jasa sebesar Rp 10.000.000 dan Material sebesar Rp 60.000.000
4. Membayar biaya jasa sewa sebesar Rp 220.000.000 termasuk service charge sebesar Rp 20.000.000 kepada PT
Rawatindo.

Untuk transaksi di atas hitunglah objek pemotongan dan pemungutan PPh yang terutang.

Soal Ujian 3 :
CV Demplon (Non PKP) melakukan transaksi berupa jasa perancang ruangan kepada PT Bautiful. Pada awal perjanjian
kerja, CV Demplon meminta imbalan bersih setelah pajak sebesar Rp 2.000.000.

Berapakah PPh Pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Bautiful ?

PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by


51
Chairil Anwar Pohan

Anda mungkin juga menyukai