Pajak Penghasilan
Dasar Hukum :
Selain Impor Kedelai, Gandum dan Tepung 2,5 % dari Nilai Impor
Terigu
o Tidak menggunakan Angka Pengenal Impor (API) 7,5 % dari Nilai Impor
*) Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan bea masuk yaitu cost, insurance
dan freight ditambah dengan bea masuk dan pungutan lainnya dengan dikenakan berdasarkan
ketentuan perundang-undangan pabean di bidang impor.
Atas Pembelian Barang (Butir 2,3 dan 4) 1,5 % dari Harga Pembelian
Atas Penjualan Hasil Produksi di dalam negeri oleh badan usaha yang bergerak dalam bidang
usaha industri semen, industri kertas, industri baja dan industri otomotif (Butir 5)
o Penjualan kertas di dalam negeri 0,1% dari Dasar Pengenaan Pajak PPN
o Penjualan semua jenis semen di dalam negeri 0,25% dari Dasar Pengenaan Pajak PPN
o Penjualan semua jenis kendaraan bermotor
0,45% dari Dasar Pengenaan Pajak PPN
beroda dua atau lebih di dalam negeri
o Penjualan baja di dalam negeri 0,3% dari Dasar Pengenaan Pajak PPN
Atas Penjualan bahan bakar minyak, gas dan pelumas oleh produsen atau importir bahan bakar
minya, gas dan pelumas (Butir 6)
0,25% dari Penjualan tidak termasuk PPN
untuk Penjualan kepada SPBU Pertamina
o Bahan Bakar Minyak
0,3% dari Penjualan tidak termasuk PPN
untuk Penjualan kepada SPBU bukan
Pertamina dan Non SPBU
Dasar Hukum :
1. badan pemerintah;
2. subjek pajak badan dalam negeri;
3. penyelenggara kegiatan;
4. bentuk usaha tetap;
5. perwakilan perusahaan luar negeri lainnya;
6. Orang pribadi yang ditunjuk sebagai pemotong.
(yaitu :
a. Akuntan, Arsitek, Dokter, Notaris, Pejabat Pembuat Akte Tanah (PPAT) kecuali PPAT
tersebut adalah Camat, pengacara, dan konsultan, yang melakukan pekerjaan bebas;
b. Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan.
Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP - 50/PJ./1994 tentang penunjukan
Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri tertentu sebagai pemotong PPh Pasal 23)
Dalam hal penerima penghasilan tidak ber-NPWP, dikenakan tarif 100 (seratus
persen) lebih tinggi
DEFINISI :
1. Jumlah Bruto atas Penghasilan dari Jasa:
seluruh jumlah penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang dibayarkan,
disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan
pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha
tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri
atau bentuk usaha tetap, tidak termasuk :
a. pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain sebagai
imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dibayarkan oleh Wajib Pajak penyedia
tenaga kerja kepada tenaga kerja yang melakukan pekerjaan, berdasarkan kontrak
dengan pengguna jasa (dibuktikan dgn kontrak kerja dan daftar pembayaran);
b. pembayaran atas pengadaan/pembelian barang atau material (dibuktikan dgn
faktur pembelian barang atau material);
c. pembayaran kepada pihak kedua (sebagai perantara) untuk selanjutnya dibayarkan
kepada pihak ketiga (dibuktikan dgn faktur tagihan dari pihak ketiga disertai
dengan perjanjian tertulis);
d. pembayaran penggantian biaya (reimbursement) yaitu penggantian pembayaran
sebesar jumlah yang nyata-nyata telah dibayarkan oleh pihak kedua kepada pihak
ketiga (dibuktikan dgn faktur tagihan atau bukti pembayaran yang telah dibayarkan
oleh pihak kedua kepada pihak ketiga).
3. Jasa Teknik:
pemberian jasa dalam bentuk pemberian informasi yang berkenaan dengan
pengalaman dalam bidang industri, perdagangan dan ilmu pengetahuan yang dapat
meliputi :
a. pemberian informasi dalam pelaksanaan suatu proyek tertentu, seperti pemetaan
dan/atau pencarian dengan bantuan gelombang seismik;
b. pemberian informasi dalam pembuatan suatu jenis produk tertentu, seperti
pemberian informasi dalam bentuk gambar-gambar, petunjuk produksi,
perhitungan-perhitungan dan sebagainya; atau
c. pemberian informasi yang berkaitan dengan pengalaman di bidang manajemen,
seperti pemberian informasi melalui pelatihan atau seminar dengan peserta dan
materi yang telah ditentukan oleh pengguna jasa.
4. Jasa Manajemen:
pemberian jasa dengan ikut serta secara langsung dalam pelaksanaan atau pengelolaan
manajemen.
5. Jasa Konsultan:
pemberian advice (petunjuk, pertimbangan, atau nasihat) profesional dalam suatu
bidang usaha, kegiatan, atau pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga ahli atau
perkumpulan tenaga ahli, yang tidak disertai dengan keterlibatan langsung para tenaga
ahli tersebut dalam pelaksanaannya.
PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by
15
Chairil Anwar Pohan
Pemotongan PPh Pasal 23
Jenis Jasa Lain sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
244/PMK/2008 :
Wajib pajak dalam negeri terutang pajak atas Penghasilan Kena Pajak yang berasal dari
seluruh penghasilan termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri.
Pajak penghasilan sehubungan dengan penghasilan dari luar negeri atau yang lebih dikenal
dengan PPh Pasal 24 dapat dikreditkan terhadap PPh yang terutang pada akhir tahun atas
seluruh penghasilan termasuk penghasilan dari luar negeri.
Pajak dari luar negeri yang dapat dikreditkan adalah pajak yang dikenakan dari penghasilan yang
secara langsung diterima oleh wajib pajak luar negeri dan atas penghasilan dari luar negeri yang
diterima atau diperoleh dalam tahun pajak yang sama.
Contoh
PT A di Indonesia merupakan pemegang saham tunggal dari Z Inc. di Negara X. Z Inc. tersebut dalam
tahun 2005 memperoleh keuntungan sebesar US$100,000.00. Pajak Penghasilan yang berlaku di
negara X adalah 48% dan Pajak Dividen adalah 38%.
Penghitungan pajak atas dividen tersebut adalah sebagai berikut:
Keuntungan Z Inc US$ 100,000.00
Pajak Penghasilan (Corporate income tax)
atas Z Inc.: (48%) US$ 48,000.00 (-) US$
52,000.00
Pajak atas dividen (38%) US$ 19,760.00 (-)
Dividen yang dikirim ke Indonesia US$ 32,240.00
Pajak Penghasilan yang dapat dikreditkan terhadap seluruh Pajak Penghasilan yang terutang atas PT
A adalah pajak yang langsung dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar
negeri, dalam contoh di atas yaitu jumlah sebesar US$19,760.00.
Pajak Penghasilan (Corporate income tax) atas Z Inc. sebesar US$48,000.00 tidak dapat dikreditkan
terhadap Pajak Penghasilan yang terutang atas PT A, karena pajak sebesar US$48,000.00 tersebut
tidak dikenakan langsung atas penghasilan yang diterima atau diperoleh PT A dari luar negeri,
melainkan pajak yang dikenakan atas keuntungan Z Inc. di negara X.
PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by
20
Chairil Anwar Pohan
BATAS MAXIMUM PAJAK LUAR NEGERI YANG
DAPAT DIKREDITKAN
Jumlah kredit pajak yang dapat dikreditkan adalah paling tinggi sama dengan jumlah pajak
yang dibayar atau terutang di luar negeri, tetapi tidak boleh melebihi jumlah tertentu. Jumlah
tertentu dimaksud dihitung menurut perbandingan antra penghasilan dari luar negeri
terhadap Penghasilan Kena Pajak dikalikan dengan pajak yang terutang atas Penghasilan Kena
Pajak.
PPh Pasal 24 sesuai perhitungan = (Jumlah Penghasilan dari Luar Negeri : Penghasilan Kena
Pajak x Total PPh Terutang
Apabila jumlah pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri melebihi jumlah
kredit pajak yang diperkenankan, maka kelebihan tersebut tidak dapat diperhitungkan
dengan PPh yang terutang tahun berikutnya dan tidak boleh dibebankan sebagai biaya atau
pengurang penghasilan serta tidak dapat dimintakan restitusi.
Apabila jumlah Penghasilan Netto sama dengan Penghasilan Kena Pajak, maka :
PPh Terutang (28% x Rp 2.000.000.000) Rp 560.000.000
Kredit pajak atas penghasilan dari luar negeri terhitung sebesar Rp 280.000.000 lebih besar
dari jumlah pajak luar negeri yang terutang atau dibayar di luar negeri sebesar Rp
200.000.000. Sehingga jumlah kredit pajak luar negeri yang diperkenankan adalah sebesar
Rp 200.000.000.
• Jasa Konstruksi
Bunga Deposito, Tabungan, SBI dan diskonto yang dibayarkan oleh Perbankan kepada
nasabahnya dikenakan PPh Pasal 4 ayat 2 – Final sebesar 20% dari bunga yang
dibayarkan.
Bunga dan diskonto yang dibayarkan oleh Perbankan yang tidak dipotong PPh
Pasal 4 ayat 2 :
•Deposito, tabungan dan SBI tidak lebih dari Rp 7.500.000
• Bunga atau diskonto yang diperoleh bank yang didirikan di Indonesia atau
cabang bank luar negeri di Indonesia
• Diperoleh oleh dana pensiun yang pendiriannya disahkan oleh Menteri
Keuangan dengan mengajukan Surat Keterangan Bebas
• Bunga Tabungan pada bank yang ditunjuk pemerintah dalam rangka pemilikan
rumah sederhana, sangat sederhana, kavling siap bangun untuk rumah
sederhana dan sangat sederhana atau rumah susun sederhana sesuai dengan
ketentuan yang berlaku untuk dihuni
Penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dari transaksi
penjualan saham di bursa efek terutang PPh Pasal 4 ayat 2 – Final sebesar 0,1% x
Jumlah Bruto Nilai Transaksi Penjualan.
Bagi pemilik saham pendiri dikenakan PPh Pasal 4 ayat 2 – Final sebesar 0,1% X Nilai
Transaksi + (0,5% x Nilai Saham pada saat IPO)
Penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan yang berasal
dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, baik dalam kegiatan usahanya
maupun diluar kegiatan usahanya dengan tarif :
• sebesar 5% (lima persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan,
• kecuali atas pengalihan hak atas Rumah Sederhana dan Rumah Susun
Sederhana yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dikenai Pajak Penghasilan
sebesar 1% (satu persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan.
• Dalam hal pembayaran atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
dilakukan dengan cara angsuran, maka Pajak Penghasilan dihitung berdasarkan
jumlah setiap pembayaran angsuran termasuk uang muka, bunga, pungutan
dan pembayaran tambahan lainnya yang dipenuhi oleh pembeli, sehubungan
dengan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan tersebut.
• Tarif PPh tidak final 5% x jumlah bruto nilai pengalihan, bagi WP Badan
termasuk koperasi yang bukan usaha pokoknya mengalihkan hak atas tanah dan
/ atau bangunan.
Penghasilan atas persewaan tanah dan/atau bangunan dikenakan PPh Pasal 4 ayat 2 -
Final sebesar 10% dari jumlah bruto nilai persewaan, baik untuk wajib pajak badan,
BUT maupun wajib pajak orang pribadi
Definisi :
Jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi,
layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultansi
pengawasan pekerjaan konstruksi.
Tarif pajak :
• 2% untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang memiliki
kualifikasi usaha kecil;
• 4% untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa yang tidak
memiliki kualifikasi usaha;
• 3% untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa selain
Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b;
• 4% untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi yang dilakukan
oleh Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usaha; dan
• 6% untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi yang dilakukan
oleh Penyedia Jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha.
PT Importir mempunyai Angka Pengenal Impor. PT Importir melakukan kegiatan impor kemudian
dijual kepada perusahaan di Jakarta. PT Importir selama bulan Nopember 2010 melakukan
kegiatan impor sebagai berikut :
2 Kedelai 150.000.000
3 Printer 150.000.000
Jawab :
Penjualan pelumas yang dilakukan oleh Pertamina kepada agen penyalur Pertamina merupakan
objek PPh Pasal ….?
Jawab :
Jawab :
Pembayaran dividen kepada PT Amar Tidak terutang PPh Pasal 23, karena bukan objek pajak,
Pembayaran dividen kepada PT Amor Terutang PPh Pasal 23 sebesar 15%, Rp 1.200.000,
Pembayaran dividen kepada Tn. Romo Terutang PPh Pasal 4 ayat 2 sebesar 10%, Rp 4.800.000.
Jawab :
Jawab :
Tn. Parto menghitung PPh Orang Pribadinya dengan menggunaka norma penghitungan
penghasilan netto bukan merupakan Pemotong PPh Pasal 23
Sehingga Tn. Parto tidak wajib memotong PPh Pasal 23 atas sewa, dan PT Mobnas tidak
melakukan penyetoran sendiri atas PPh Pasal 23 tersebut.
Dasar Hukum : Pasal 28 ayat 2 UU PPh
PT Transindo memesan 500 pakaian kepada CV Berbaju, perusahaan jahit dan konvesi. Bahan
mentah (kain) dan desain disediakan oleh PT Tranindo. CV Berbaju mendapat imbalan jasa atas
pembuatan pakaian tersebut. Biaya yang dikeluarkan oleh PT Transindo adalah sebagai berikut :
- Biaya bahan mentah (kain, desain, dll) Rp 80.000.000
- Biaya Jasa Rp 10.000.000
Hitunglah Objek Pemotongan/pemungutan PPh atas transaksi di atas.
Jawab :
Jawab :
PT Teknika membayar sewa gedung dan sewa gudang masing-masing sebesar Rp 240.000.000 dan Rp
300.000.000 kepada PT Gedung Baru dan Haji Rawai pada tanggal 1 Juni 2005. Nilai sewa tersebut adalah
untuk masa sewa 18 bulan terhitung mulai tanggal 1 Juli 2005. Atas nilai sewa tersebut telah dibebankan
sebagai biaya pada SPT PPh Badan Tahun 2005 masing-masing Rp 80.000.000 dan Rp 100.000.000.
Sebagian gudang disewakan kembali pada pihak lain senilai Rp 10.000.000 per bulan selama 3(tiga) bulan
di tahun 2005 kepada Haji Somad, seorang petani, untuk menimbun kacang hasil panennya.
Jawab :
Sesuai PP Nomor 5/2002 atas penghasilan dari sewa tanah dan atau bangunan dikenakan PPh yang
bersifat final dengan tarif 10% dari jumlah bruto nilai persewaan. Saat terutang atas PPh ini adalah
pada akhir bulan dilakukannya pembayaran atau akhir bulan dilakukannya pembebanan, man yang
terjadi lebih dahulu.
Sehingga PPh Final atas sewa bangunan yang harus dipotong oleh PT Teknika adalah sebagai berikut :
• PT Gedung Baru
PPh Final (Pasal 4 ayat 2) = 10% x Rp 240.000.000
= Rp 24.000.000
• Haji Rawai
PPh Final (Pasal 4 ayat 2) = 10% x Rp 300.000.000
= Rp 30.000.000
PPh Final tersebut harus dipotong oleh PT Teknika pada bulan Juni 2005 ketika melakukan
pembayaran sewa secara sekaligus.
PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by
42
Chairil Anwar Pohan
Atas penyewaan kembali sebagian gudang ke Haji Somad terutang PPh Final sebesar :
PPh Final (Pasal 4 ayat 2) = 10% x Rp 30.000.000
= Rp 3.000.000
PPh Final tersebut disetor sendiri oleh PT Teknika dikarenakan Haji Somad adalah orang pribadi
yang bukan pemotong PPh Final atas penghasilan dari sewa sesuai dengan KEP-50/PJ./1996.
(Orang pribadi yang ditunjuk sebagai pemotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 394/KMK.04/1996 adalah :
a. Akuntan, arsitek, dokter, Notaris, Pejabat Pembuat Akte Tanah (PPAT) kecuali PPAT tersebut
adalah Camat, pengacara, dan konsultan, yang melakukan pekerjaan bebas;
b. Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan;
yang telah terdaftar sebagai Wajib Pajak dalam negeri.)
PPh Pasal 4 ayat 2 – Final atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sebesar 5% dari
jumlah bruto nilai pengalihan yaitu nilai tertinggi antara nilai pengalihan dengan nilai jual objek
pajak tanah dan/atau bangunan.
PPh Pasal 4 ayat 2 – Final = 5% x Rp 500.000.000 = Rp 25.000.000
Dasar Hukum : PP Nomor 48 Tahun 1994 stdtd PP Nomor 71 Tahun 2010
Bulan Maret 2010, Koperasi “Maju Jaya” membayar bunga simpanan sebesar Rp 225.000 kepada
Ibu Anceu, anggota koperasi yang belum memiliki NPWP.
Berapakah PPh yang terutang?
Jawab :
PPh Pasal 4 ayat 2 – Final = 0% x Rp 225.000
= 0 (kurang dari batas pemotongan Rp 240.000)
Dasar Hukum : PP Nomor 15 Tahun 2009
PPh Ps. 22/23/24 dan PPh4(2) presented by
46
Chairil Anwar Pohan
Contoh Soal 17 – PPh Pasal 4 ayat 2 :
PT Rental memiliki beberapa ruko. Pada bulan Mei 2010, dua ruko disewakan kepada Tn. Ariel
(Pedagang Kecil yang menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Netto, Non PKP) dan Tn.
Peter (seorang Notaris yang belum ditunjuk sebagai pemotong pajak) masing-masing sebesar Rp
50.000.000 per tahun dengan ketentuan sewa dibayar dimuka.
Hitunglah PPh Pasal pasal 4 ayat 2 yang terutang !
Jawab :
Tn. Ariel dan Tn. Peter bukan Pemotong PPh Pasal 4 ayat 2.
PPh Pasal 4 ayat 2 = 2 x 10% x Rp 50.000.000
= Rp.10.000.000
PPh Pasal 4 ayat 2 tersebut disetor sendiri oleh PT Rental
Dasar Hukum : PP Nomor 29 Tahun 1996 stdtd PP Nomor 5 Tahun 2002
Pada tanggal 30 Juni 2010, PT Koral (memiliki sertifikat kualifikasi menengah) menerima
pembayaran jasa konstruksi yang dilaksanakannya senilai Rp 5.000.000.000. Atas pembayaran ini
terutang PPh sebesar….?
Jawab :
Jawab :
SHU koperasi yang diberikan kepada anggota koperasi orang pribadi termasuk pengertian deviden
(Pasal 4 ayat 1 huruf g UU PPh)
Tn. Atep PPh Pasal 4 ayat 2 – Final sebesar 10% x Rp 100.000 = Rp 10.000
Tn. Iwan PPh Pasal 4 ayat 2 – Final sebesar 10% x Rp 300.000 = Rp 30.000
Berdasarkan fakta di atas, siapa yang harus melakukan pemungutan PPh Pasal 22 dan berapa besarnya ?
Soal Ujian 2 :
PT Adhi Karya (Persero) selama Bulan Juli 2010 melakukan pembayaran yang bersumber dari APBN, sebagai berikut :
1. Membayar pembelian alat tulis kantor sebesar Rp 1.500.000 dari PT Atekindo.
2. Membayar pembelian meja dan kursi kantor sebesar Rp 143.000.000 (termasuk PPN) dari PT Meubelindo.
3. Membayar biaya jasa pemasangan partisi kepada PT Partisindo dengan kontrak sebesar Rp 70.000.000 yang terdiri
dari Jasa sebesar Rp 10.000.000 dan Material sebesar Rp 60.000.000
4. Membayar biaya jasa sewa sebesar Rp 220.000.000 termasuk service charge sebesar Rp 20.000.000 kepada PT
Rawatindo.
Untuk transaksi di atas hitunglah objek pemotongan dan pemungutan PPh yang terutang.
Soal Ujian 3 :
CV Demplon (Non PKP) melakukan transaksi berupa jasa perancang ruangan kepada PT Bautiful. Pada awal perjanjian
kerja, CV Demplon meminta imbalan bersih setelah pajak sebesar Rp 2.000.000.