Anda di halaman 1dari 43

Pak, maaf saya mau tanya mengenai sewa ruko.

Harga
sewa Rp 100 juta tapi pemilik ruko tidak mau dipotong
pajak final 10% dari biaya sewanya. Maunya kasRp 110
juta gitu. Solusinya bagaimana Pak kalau ada orang pajak
menemui kasus ini? Mohon solusinya. Terima kasih.

Buat orang pajak yang penting ada pajak yang harus


masuk ke kas negara. Lalu sudah benarkah pelaporan atas
transaksi tersebut di Surat Pemberitahuan Tahunan dan
laporan keuangannya.

Saya berasumsi bahwabekerja dalam di suatu


perusahaan. Kebetulan perusahaan Anda mau menyewa
ruko. Maka, sudah menjadi kewajiban perusahaan Ikan
Bawal untuk memotong penghasilan pemilik ruko yang
diterimanya dari persewaan ruko tersebut.

Seperti diketahui bahwa atas penghasilan yang diterima


atau diperoleh orang pribadi atau badan dari persewaan
tanah dan/atau bangunan berupa tanah, rumah, rumah
susun, apartemen, kondominium, gedung perkantoran,
rumah kantor, toko, rumah toko, gudang dan industri,
wajib dibayar Pajak Penghasilan.

Besarnya Pajak Penghasilan yang wajib dipotong atau


dibayar sendiri adalah sebesar 10% (sepuluh persen) dari
jumlah bruto nilai persewaan tanah dan/ atau bangunan
dan bersifat final.

Ikan Bawal, mau tidak mau sebelum bertransaksi Anda


harus terang benderang kejelasan tentang siapa yang
harus membayar pajak. Dalam ketentuan yang ada maka
si penerima penghasilan itu yang wajib membayar pajak.
Pada kenyataannya si penerima penghasilan ingin bahwa
jumlah yang diterima harus net atau bersih dari pajak.

Dengan demikian perusahaan Anda sebelum transaksi


terjadi harus benar-benar memperhitungkan keseluruhan
biaya yang harus dikeluarkan. Anda boleh menggunakan
metode seperti ini jika menemukan kasus seperti ini:

1. Metode Pertama.
Jika si pemilik ruko bersedia menandatangani semua
dokumen yang disodorkan perusahaan Anda karena yang
penting bagi dia menerima duit Rp 100 juta maka Anda
dapat menggunakan metode Gross Up.

Cara penghitungan:

Jurnal akuntansi yang harus dibuat oleh Anda adalah


sebagai berikut:

Biaya Sewa 111.111.111

Kas 100.000.000

Hutang PPh 4 (2) 11.111.111

Lalu pada saat Anda membayar PPh Pasal 4 ayat (2) ke


Bank, Anda mencatatnya begini:
Hutang PPh 4 (2) 11.111.111

Kas 11.111.111

Dengan pencatatan demikian maka pemilik ruko


diasumsikan memberi tarif sewa sebesar
Rp111.111.111,00 yang kemudian dipotong PPh Pasal 4
ayat (2) sebesar Rp11.111.111,00 sehingga ia hanya
menerima Rp100.000.000,00.

    Kalau pemilik ruko tersebut paham pajak dia tidak akan


menerima hal ini. Ia akan rela dipotong PPh Pasal 4 ayat
(2). Biasanya yang seperti ini pemilik rukonya adalah
orang pribadi yang tidak paham pajak.
 
2. Metode Dua
Jika pemilik ruko tidak mau menandatangani semua
dokumen penjualan dengan nilai gross up sebesar
Rp111.111.111,00 dan hanya mau meneken semua
dokumen dengan nilai sebesar Rp100.000.000,00
sedangkan di lain pihak perusahaan Anda dituntut harus
memotong, menyetor ke kas negara, dan melaporkannya
ke kantor pajak maka yang Anda lakukan adalah dengan:

Pada saat menerima tagihan, jurnal yang Anda buat:


100.000.00
Biaya Sewa 0

Hutang Biaya Sewa 100.000.000

Jurnal pada saat pembayaran dan pemotongan pajak:

Hutang Biaya 100.000.00


Sewa 0

Biaya PPh 4 (2) 11.111.111

100.000.00
Kas/Bank 0
Hutang PPh 4
(2) 11.111.111

Kemudian jurnal pada saat pembayaran pajak ke kas


negara via bank:

Hutang PPh 4 (2) 11.111.111

Kas 11.111.111

Catatan: perhitungan di atas dengan mengabaikan PPN


untuk sekadar memudahkan. 

Nanti pada saat pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT)


Tahunan Pajak Penghasilan Badan, Biaya PPh Pasal 4 ayat
(2) sebesar Rp11.111.111,00 harus dilakukan penyesuaian
fiskal positif karena berdasarkan Undang-Undang Pajak
Penghasilan, Pajak Penghasilan merupakan biaya yang
tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.

Sekadar saran untuk bisa dilaksanakan di kemudian hari.


Cari pemilik ruko yang mau dipotong pajaknya.

Itu saja kali yah, semoga jawabannya memuaskan dan


bermanfaat. Terima kasih.

Rujukan yang bisa dipakai:

1. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2002;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1996.

***

Riza Almanfaluthi

dedaunan di ranting cemara

29 September 2014
Advertisements
Report this ad
Report this ad
Bagikan Tulisan Ini Jika Bermanfaat:

 Facebook24
 WhatsApp
 Email
 Twitter
 Google
 Tumblr
 Pinterest
 LinkedIn
 Print

Related
SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi 1770 SS
(KEDUA)
Penghasilan 60 Juta Rupiah ke Bawah Boleh Pakai SPT Tahunan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi 1770 SS Dulu saya pernah menulis
tentang Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi
bentuk Formulir 1770 SS di sini. Dalam tulisan itu disebutkan bahwa yang
diperkenankan untuk memakai Formulir 1770 SS salah…
In "Masalah Perpajakan"
SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi 1770 SS
Tahun 2009 (Ketiga)
Karena adanya peraturan yang berubah-ubah tentang SPT Tahunan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi 1770 SS, di bawah ini akan saya tulis
kronologis peraturan yang mengatur masalah ini. Perlu saya beritahukan
terlebih dulu, bahwa artikel ini berkaitan dengan artikel saya terdahulu di blog
ini. Tepatnya di sini dan di sini.…
In "Masalah Perpajakan"
PEKERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI
In "Masalah Perpajakan"
Posted in Masalah PerpajakanTagged bagaimana jika pemilik ruko tidak mau
bayar pajak sewa, Konsultasi Pajak Gratis, masalah pajak, pajak
penghasilan, pajak penghasilan final, pajak penghasilan ruko, pph final
sewa, pph pasal 4 ayat (2), pph sewa66 Comments
Post navigation
Rihlah Riza #44: Bukan Rahasia, Perhatikan Iluminasi Dalam
Mushaf Ini
Kesulitan Keuangan, Lalai Bayar Pajak
66 thoughts on “Bagaimana Jika
Pemilik Ruko Tidak Mau
Dipotong PPh Sewa?”

1. Ahmad Fajar Septian says:


Monday, 29 September 2014 at 3:48 pm
 
2
 
1
 
Rate This
Wah, sampe ada penjurnalannya segala, lengkap nih!
Terima kasih Pak Riza

Like
REPLY

1. dirantingcemara says:

Monday, 29 September 2014 at 3:53 pm


 
0
 
0
 
Rate This

Sama-sama Akhi…. 

Like

REPLY

2. armi says:

Tuesday, 30 June 2015 at 2:51 pm


 
0
 
0
 
Rate This
Assalamualaikum pak riza. pak saya mau tanya, ada yang
melakukan sewa menyewa, untuk pajak sudah dibayar pak cuma
diformulir pembayaran pajaknya/SSP tercantum NPWP pihak kedua
atau pihak penyewa. Seharusnyakan tercantum NPWP’nya atas
nama pihak pertama/pemilik/yang menyewakan kan pak ? apabila
sudah terlanjur seperti itu apa yang harus saya lakukan pak riza
agar bisa dirubah npwpnya jadi npwp sipemilik ?

Liked by 1 person

REPLY

1. dirantingcemara says:

Sunday, 5 July 2015 at 6:53 am


 
0
 
0
 
Rate This
Wa’alaikumussalam. Yang motong adalah yg ngasih penghasilan
berarti pihak penyewa. Yang dipotong yang menerima
penghasilan berarti yang menyewakan. Kalau di bukti
pemotongan maka nama yang tertulis adalah YANG
MENYEWAKAN. dengan tanda tangan si pemotong yakni si
penyewa. Sedangkan urusan ssp adalah urusan si penyewa juga
karena dia yang menyetorkannya. Jadi BUKAN SI PEMILIK. Pihak
penyewa sudah betul melakukan atau membuat ssp itu.
Demikian.

Like

REPLY

3. C Budi Nugraha (@cavenagie) says:


Wednesday, 5 August 2015 at 9:52 pm
 
0
 
0
 
Rate This
assalamualaikum.
Pak seandainya ada selisih penghasilan sewa yang belum dipotong
oleh pihak penyewa (pemotong), itu menjadi tanggung jawab siapa?
apakah tetap tanggung jawab penyewa sebagai pemotong, atau
menjadi tanggung jawab pemilik sebagai kosekwensi pembuktian
penghasilan yang diterima merupakan penghasilan yang bersifat
final?
kalau ada disertai dengan dasar hukumnya.

Terima kasih

Like

REPLY

1. dirantingcemara says:

Thursday, 6 August 2015 at 10:57 am


 
0
 
0
 
Rate This
wa’alaikumussalam. Tetap tanggung jawab Pemotong pajak
dalam hal ini adalah penyewa. Demikian.

Pada 5 Agustus 2015 21.52, Blog Riza Almanfaluthi menulis:

>
Like

REPLY

4. Pingback: Bagaimana Jika Pemilik Ruko Tidak Mau Dipotong


PPh Sewa? | aryantoanawa

5. Hendro DennisDad says:

Thursday, 12 November 2015 at 4:00 pm


 
0
 
0
 
Rate This
Assalammu ‘alaikum wr. wb.
Maaf Pak, jika melihat ulasan contoh di atas, saya melihat
ujung2nya kita sebagai Penyewa yang dirugikan. Mau dengan
metode gross up atau bukan, tetap saja kita yang harus
menyetorkan pajak si Pemilik Gedung. Padahal intinya adalah
sebagai Penyewa kita tentu juga ingin menekan biaya namun tetap
taat aturan. Di sisi ini justru saya melihat ketidak-adilan atas
penegakan aturan perpajakan, terlepas dari apapun alasan
kesulitan yg dihadapi Dirjen Pajak. Saya yakin, meskipun paham
pajak, orang belum tentu rela dipotong pendapatannya untuk
membayar pajak Pak, apalagi jumlahnya cukup besar. Lebih adil jika
baik penyewa dan pemilik sewa mencari kesepakatan untuk saling
menanggung pajaknya 50-50 jika memang harga yang ditawarkan
adalah harga terbaik untuk lokasi yang disewakan walaupun
penyewa akan mengeluarkan biaya tambahan untuk aturan yang
tidak dia langgar. Hal seperti ini pernah saya tanyakan ke KPP dan
jawabannya adalah “Kantor anda sajalah yang bayar”. Mudah sekali
mengatakan sesuatu terkait uang. Justru saya mempertanyakan
bagaimana Dirjen Pajak seharusnya menggunakan otoritas yang
dimilikinya dengan tetap bersikap adil kepada Wajib Pajak dimana
jika kondisi tersebut terjadi, seharusnya Pemilik Sewa juga
mendapatkan teguran dan diminta bertanggung jawab, bukan
malah mengalihkan beban kepada Penyewa yang ingin mengikuti
aturan. Jika PPh dikenakan kepada yang menerima Penghasilan,
kenapa orang yang tidak menerima penghasilan yang terkena
imbasnya?? Mohon maaf jika penyampaian saya kurang sopan.

Like

REPLY

1. dirantingcemara says:

Thursday, 12 November 2015 at 5:36 pm


 
0
 
0
 
Rate This
Semua adalah kesepakatan antara penyewa dan pemilik
bangunan. DJP hanya melihat penyewa sebagai pemotong pajak.
Just it.

http://rizaalmanfaluthi.com ~~~sharing is caring. On Nov 12,


2015 4:00 PM, “Blog Riza Almanfaluthi” wrote:
>

Like

REPLY

6. aryantoright says:

Friday, 27 November 2015 at 9:27 am


 
0
 
0
 
Rate This
izin share. thx

Like

REPLY

1. dirantingcemara says:

Friday, 27 November 2015 at 12:02 pm


 
0
 
0
 
Rate This
Silakan….

http://rizaalmanfaluthi.com ~~~sharing is caring. On Nov 27,


2015 9:27 AM, “Blog Riza Almanfaluthi” wrote:
>

Like

REPLY

7. azka says:

Monday, 14 December 2015 at 2:00 pm


 
0
 
0
 
Rate This
Assalamualaikum, Pak RIza.
Ulasannya sungguh bermanfaat sekali,
Kami ada contoh kasus, ketika hendak menyewa apartemen dengan
biaya sewa 120jt / tahun dan si pemilik mau nilai tersebut dipotong
pajak.
Apakah bisa invoice diterbitkan dengan model berikut,
Subtotal = 120jt
PPN = 12jt
Pph 4(2) = (12jt)
TOTAL = 120jt
Mohon pencerahannya,pak.
Wassalam.

Like

REPLY

1. dirantingcemara says:

Monday, 14 December 2015 at 2:43 pm


 
0
 
0
 
Rate This
Emang betul seperti itu. Demikian.

http://rizaalmanfaluthi.com ~~~sharing is caring. On Dec 14,


2015 2:00 PM, “Blog Riza Almanfaluthi” wrote:
>

Like

REPLY
1. azka says:

Tuesday, 2 February 2016 at 7:24 am


 
0
 
0
 
Rate This
apabila si pemilik mau menerima 120 jt nett dan meminta
bukti potongnya apakah harus kita berikan? mengingat yang
memotong adalah pihak penyewa dan si pemilik maunya
terima nett.
mohon bimbingannya,pak.
terima kasih.

Like

2. budi says:

Saturday, 16 January 2016 at 3:10 pm


 
0
 
0
 
Rate This
Pa azka, itu brrti pajaknya 20% gitu? Ga dipotong biaya2 renov
dll?

Like

REPLY
8. dirantingcemara says:

Saturday, 16 January 2016 at 6:14 pm


 
0
 
0
 
Rate This
Bukan 20% pak budi. Itu diinvoice, PPh pasal 4 ayat 2 nya jadi
pengrang. Lihat ada notasi dalam dan tutup kurung.

Like

REPLY

9. Tari says:

Sunday, 17 January 2016 at 10:47 am


 
0
 
0
 
Rate This
Pagi pak….sy tari .mau tanya klo yg menyewakan rmh tdk
mempunyai npwp apa bisa membayar pph ke kantor pajak?.selain
pph apa lagi kewajiban pajak yg hrs di bayar bagi( yg menyewakan
rumah). Klo penyewa apa ada kewajiban membayar pajak
seandainya pph sdh dibayar oleh yg menyewakan rumah.maafpak
pertanyaanya panjang.mks
Liked by 1 person

REPLY
1. dirantingcemara says:

Sunday, 17 January 2016 at 11:03 am


 
0
 
0
 
Rate This
Jadi begini Tari.
1. Yang menyewakan rumah tentu yang menerima penghasilan.
Sekarang pertanyannya adalah siapa yang berkewajiban motong
PPh? Tentu yang sewa rumah. Yang sewa rumah wajib motong,
wajib setor ke bank atas nama yg menyewa rumah (yg
ngontrak), dan wajib lapor ke kantor pajak serta wajib kasih bukti
pemotongan ke yg menyewakan rumah. Tak peduli yg
menyewakan rumah punya npwp atau tidak. Jadi jawaban atas
pertanyaan tadi, yg menyewakan rumah tak bisa bayar pph baik
dia punya npwp ataupun tidak.

Like

REPLY

2. dirantingcemara says:

Sunday, 17 January 2016 at 11:04 am


 
0
 
0
 
Rate This
2. Ingat yg menyewakan rumah berarti pemilik rumah bukan.
Tidak ada lagi kewajiban. Dia punya kewajiban lapor spt tahunan
saja. Pph yg dipotong dilaporkan dalam spt nya. Sebagai pph
final.

Like

REPLY

1. Tari says:

Sunday, 17 January 2016 at 1:46 pm


 
0
 
0
 
Rate This
Terimakasih pak tuk penjelasanya

Like

2. dirantingcemara says:

Sunday, 17 January 2016 at 2:32 pm


 
0
 
0
 
Rate This
sama-sama.

2016-01-17 13:46 GMT+07:00 Blog Riza Almanfaluthi :

>
Like

3. dirantingcemara says:

Sunday, 17 January 2016 at 11:05 am


 
0
 
0
 
Rate This
3. Jawabannya ada di nomor satu tuh. Lengkap.

Like

REPLY

10. mudrik says:

Sunday, 24 January 2016 at 7:05 am


 
0
 
0
 
Rate This
Pagi pak Riza, ada yg melakukan sewa menyewa tempat usaha…
dari awal kesepakatan keluar angka sewa misal 20 jt bersih… dan
sudah di buat dalam MOU… tapi tiba2 setelah jalan beberapa bulan
pihak penyewa meminta pembayaran PPN 10% kepada penyewa….
dan jelas itu diluar perjanjian yg tertuang dalam MOU yg sdh
disepakati. dalam masalah ini apa yg harus dilakukan penyewa?

Like
REPLY

1. dirantingcemara says:

Sunday, 24 January 2016 at 1:48 pm


 
0
 
0
 
Rate This
Pagi.

1. Tentu itu di luar kesepakatan. Tuntut aja dia. Hehehe

2. Btw. UU PPN derajatnya lebih tinggi daripada sekadar


perjanjian antara dua entitas bisnis. Salah satu syarat perjanjian
sesuai kuh perdata adalah tidak boleh melanggar UU. Nah dalam
uu ppn ada ketentuan memungut ppn atas penjualan barang dan
jasa serta persewaan. Nah pihak yang menyewakan tempat
usaha kalau dia adalah pengusaha kena pajak maka wajib
mungut PPN sebesar 10%. Sedangkan perusahaan Anda atau
Anda sebagai orang pribadi yg punya npwp sebagai pihak
penyewa wajib memotong pajak penghasilan dari pihak yang
menyewakan sebesar 10% dengan membuat bukti pemotongan.

Jadi tetap anda setor 10% ppn kepadanya dan minta faktur
pajaknya. Demikian.

http://rizaalmanfaluthi.com ~~~sharing is caring. On Jan 24,


2016 7:05 AM, “Blog Riza Almanfaluthi” wrote:
>

Like

REPLY
1. mudrik says:

Monday, 25 January 2016 at 7:09 am


 
0
 
0
 
Rate This
Hehe…tapi yg masih bingung didalam kotrak tsb ada 1pasal
yg memuat :
1. Hal yg belum diatur dalam perjanjian akan diselesaikan
secara musyawarah oleh kedua pihak, dan berpedoman pada
ketentuan perjanjian.
2. Didalam semua serta yang bertalian dengan perjanjian dan
segala akibatnya maka para pihak telah memilih domisili
hukun setempat.
Nah… itu bagaimana pak. Trims

Like

2. dirantingcemara says:

Monday, 25 January 2016 at 2:53 pm


 
0
 
0
 
Rate This
Berarti memang musyawarah jalan utamanya. Kemampuan
lobi harus dikerahkan tuh. Hehehe jadi dengan kesepakatan
masing2 pihak ini semua urusan dikembalikan. Itu saran saya.
http://rizaalmanfaluthi.com ~~~sharing is caring. On Jan 25,
2016 7:09 AM, “Blog Riza Almanfaluthi” wrote:
>

Like

3. mudrik says:

Monday, 25 January 2016 at 9:51 pm


 
0
 
0
 
Rate This
Hmm… ok. Trims pak reza….

Like

4. mudrik says:

Monday, 25 January 2016 at 10:21 pm


 
0
 
0
 
Rate This
Pak Riza…. saya berniat mencoba sewa foodcourt di tempat
wisata… hal2 apa saja yg harus saya perhatikan supaya tertib
dalam administrasi, Kontrak dan pajak? rencana saya baru
akan membuat SKU…. bagaimana baiknya pak? Terima kasih

Like
11. Herman says:

Tuesday, 16 February 2016 at 1:54 pm


 
0
 
0
 
Rate This
Halo Pak Riza,
Mohon maaf mau tanya, jika A sbg pemilik rumah tanpa npwp dan B
sbg penyewa berupa badan usaha kemungkinan besar ada NPWP.
Pihak B mau menyewa rumah dan bilang mau menanggung seluruh
pajaknya. Pertanyaan saya :
1. Apakah pihak A bisa dicari oleh kantor pajak untuk bayar pajak
sewa sementara dia tidak punya NPWP ?
2. Apakah bisa sewa menyewa dilakukan tanpa pajak meskipun
pihak B adalah badan usaha ?
Terima kasih Pak.

Like

REPLY

1. dirantingcemara says:

Tuesday, 16 February 2016 at 2:58 pm


 
0
 
0
 
Rate This
1. kEWAJIBAN pemotongan ada di Perusahaan B. Tidak peduli A
punya NPWP atau tidak.Jadi tidak masalah kalau A tidak punya
NPWP, B harus memotong Pajak sewanya;
2. Terserah. Yang kena tetap adalah perusahaan B. B yang
ditagih dan dikejar oleh kantor pajak. demikian.

Pada tanggal 16/02/16, Blog Riza Almanfaluthi

Like

REPLY

1. Herman says:

Tuesday, 16 February 2016 at 3:06 pm


 
0
 
0
 
Rate This
Terima kasih Pak

Like

2. dirantingcemara says:

Wednesday, 17 February 2016 at 9:14 am


 
0
 
0
 
Rate This
sama-sama.
Pada tanggal 16/02/16, Blog Riza Almanfaluthi

Like

12. evaa says:

Wednesday, 27 April 2016 at 8:50 am


 
0
 
0
 
Rate This
Selamat pagi pak, saya mau tanya saya menyewa kantor disalah
satu kota jakarta dengan harga sewa 12.830.400 dan saya
diharuskan bayar 14.256.000 karena pihak gedung memintai PPn
10% karena saya kurang paham dengan hal itu jadi yang saya
bayarkan 14.256.000. Nah yang saya mau tanyakan sebenarnya
yang saya bayarkan itu hanya 12jt saja atau benar yang 14jt? Lalu
bagaimana dengan pembayaran dan pelaporan PPh pasal 4 ayat 2?
Maaf pak saya masih belum paham tentang pajak, mohon
pencerahannya yaa pak. Terimakasih.

Like

REPLY

1. dirantingcemara says:

Friday, 13 May 2016 at 3:01 pm


 
0
 
0
 
Rate This
Evaa apa kabar?
Jadi begini Eva, Anda penyewa. Bertindak sebagai orang pribadi
atau perusahaan? saya anggap Anda sebagai orang pribadi yah
bukan pegawai perusahaan. Jadi ketika Anda menyewa kantor,
maka betul Anda sebagai pembeli harus bayar PPN 10%. Jadi
total yang dibayarkan adalah 12.830.000 +1.283.000 =
14.113.000. saya enggak tahu kenapa bisa jadi 14.256.000.
Kemudian dalam transaksi wajar maka si penyewa kantor akan
memotong PPh pasal 4 ayat (2) sebesar 10% dari yang
menyewakan kantor itu. Namun karena Anda adalah orang
pribadi maka tak punya kewajiban memotong, jadi si pemilik
kantor itu yang bayar pphnya sendiri dan akan setor sendiri ke
bank serta melaporkannya ke kantor pajak. demikian.

Like

REPLY

13. David says:

Tuesday, 10 May 2016 at 6:42 pm


 
0
 
0
 
Rate This
salam kenal pak… ada yang mau saya tanyakan. orang tua
termasuk PKP & ayah saya punya RuKO yang di sewakan ke BANk 3
tahun sebesar 360 jt . apakah ayah saya perlu setor PPN tsb, karena
bank sudah membayar PPN jg sebelumnya ? terima kasih mohon
pencerahan nya.

Like

REPLY
1. dirantingcemara says:

Wednesday, 11 May 2016 at 10:33 am


 
0
 
0
 
Rate This
Jadi kalau orang tua adalah PKP maka wajib mengeluarkan faktur
pajak. DPP PPN adalah sebesar 360 juta. PPN nya sebesar Rp36
juta. Bank sebagai pemotong PPH final atas sewa memotong
penghasilan orang tua Anda sebesar 36 juta juga. Ini adalah PPh
pasal 4 ayat (2) bukan PPN. PPh ini yang disetor ke kas negara
oleh bank itu sendiri. Uang yang dibayarkan pihak bank ke orang
tua Anda adalah sebesar uang sewa sebesar 360 juta dikurangi
36 juta dan PPN sebesar 36 juta. Jadi orang tua anda tetap wajib
setor PPN ke kas negara, segera setor, kalau telat setor dan telat
lapor akan dikenakan denda dan sanski yang besar. Demikian.

Like

REPLY

1. Icha says:

Tuesday, 30 August 2016 at 11:51 am


 
0
 
0
 
Rate This
Selamat siang, Pak. Mohon penjelasannya atas tulisan Bapak
yg ini, sy masih bingung:

Kalau pemilik ruko tersebut paham pajak dia tidak akan
menerima hal ini. Ia akan rela dipotong PPh Pasal 4 ayat (2).
Biasanya yang seperti ini pemilik rukonya adalah orang
pribadi yang tidak paham pajak.
___
Apa konsekuensi yg diterima pemilik ruko jika menggunakan
metode itu, Pak?

Mohon koreksi pemahaman sy setelah baca artikel ini, Pak. Jd


contoh:
Sewa ruko: 40jt.
Penyewa (orang pribadi pemilik npwp) bayar ke pemilik ruko:
40jt + 4jt – 4jt = 40jt.
Pemilik (pkp, umkm pembayar pp 46) setor ke djp: ppn 4jt +
pph 4jt = 8jt. Sehingga penerimaan bersih pemilik: 32jt.

Pemilik wajib berikan faktur ppn ke penyewa.


Lapor ppn di spt masa bulanan.
Bagaimana n di mana mencantumkan pph sewa ini di laporan
spt pph taunan buat pembayar pp 46? Terimakasih, mohon
dikoreksi, Pak Riza…

Liked by 1 person

2. dirantingcemara says:

Tuesday, 30 August 2016 at 1:15 pm


 
0
 
0
 
Rate This
Ada di bagian spt tahunan penghasilan yang dipotong final.

Like
3. Icha says:

Wednesday, 31 August 2016 at 12:28 am


 
0
 
0
 
Rate This
Ada di bagian spt tahunan penghasilan yang dipotong final.
—-
di 1770-III bagian A Penghasilan yg dikenakan pajak final
jenis penghasilan no. 9: sewa atas tanah dan atau bangunan
ya pak..

dan ini kutipan dari artikel di atas, saya masih bingung Pak,
mohon penjelasannya:
——–
Dengan pencatatan demikian maka pemilik ruko diasumsikan
memberi tarif sewa sebesar Rp111.111.111,00 yang
kemudian dipotong PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar
Rp11.111.111,00 sehingga ia hanya menerima
Rp100.000.000,00.

Kalau pemilik ruko tersebut paham pajak dia tidak akan


menerima hal ini. Ia akan rela dipotong PPh Pasal 4 ayat (2).
Biasanya yang seperti ini pemilik rukonya adalah orang
pribadi yang tidak paham pajak.
——–

Apa konsekuensi yg diterima pemilik ruko jika menggunakan


metode itu, Pak? Terima kasih sekali lagi..

Like
14. leo says:

Tuesday, 11 October 2016 at 11:33 am


 
0
 
0
 
Rate This
Kalau bukan sistem Gross up bisa juga ya?
karena di formulir pph pasal 4 ayat 2 no: 5
menyebutkan “persewaan tanah dan bangunan pemotong pajak
a.penyewa sebagai pemotong pajak
b.orang pribadi/badan yang menyetor sendiri pph
jadi tidak perlu di gross up karena akan merugikan .
mohon tanggapannya.

Like

REPLY

1. dirantingcemara says:

Tuesday, 18 October 2016 at 4:20 pm


 
0
 
0
 
Rate This
Yang rugi tetap penyewa (yang bayar duit sewa) karena butuh
kesadaran dari pemilik orang pribadi atau badan yang menyetor
sendiri itu.
Kasus orang pribadi/badan yang menyetor sendiri pph adalah jika
ada dua kondisi:
a. jika pemilik adalah orang pribadi yang menyewakan kepada
orang pribadi, maka pemilik orang pribadi itu harus setor sendiri
PPh nya. Sekali lagi jika orang pribadi ini sadar tentang kewajiban
pajaknya.

b. jika pemilik adalah badan yang menyewakan kepada orang


pribadi, maka badan itu juga harus setor sendiri. Itu kalau
badannya juga sadar. Demikian.

Like

REPLY

15. arfan says:

Saturday, 29 October 2016 at 6:36 am


 
1
 
0
 
Rate This
maaf pak mau tanya…
kantor kami mau menyewa sebuah ruko
terus dari kontraknya yg membayar PPh adalah pihak kami..
tapi masalahnya ruko tersebut sertifikatnya a.n anak dari pemilik
ruko dan tidak memiliki NPWP..
dan maunya si pemilik ruko PPH nya disetorkan A.n pemilik ruko yg
adalah PKP..
apakah bisa PPH nya dusetorkan A.n pemilik ruko??

mohon penjelasannya
terima kasih

Liked by 1 person

REPLY
1. dirantingcemara says:

Saturday, 29 October 2016 at 1:55 pm


 
2
 
0
 
Rate This
Itu pada dasarnya memang pemilik ruko gak mau bayar pph. Dia
maunya bersih. Jadinya kantor anda yg bayar pphnya. Tidak
masalah yg di sertifikat. Yang penting siapa penerima
penghasilannya. Btw, ketika nulis di SSP maka disetor atas nama
kantor dong. Kan kantor yang motong. Pemilik ruko hanya dapat
bukti potong yang di dalam bukti potong itu nama yg dipotong
adalah pemilik ruko yg pKP itu. Jadi pph disetor atas nama kantor
yg wajib memotong pph final. Demikian.

Like

REPLY

1. arfan says:

Saturday, 29 October 2016 at 6:02 pm


 
0
 
0
 
Rate This
terima kasih banyak pak atas penjelasannya…

sungguh sangat membantu🖒


Liked by 1 person

2. dirantingcemara says:

Thursday, 3 November 2016 at 3:22 am


 
0
 
0
 
Rate This
Sama-sama.

Like

16. trince says:

Wednesday, 25 January 2017 at 9:26 am


 
0
 
0
 
Rate This
Pak, saya mau tanya, misalkan pihak yg menyewakan adalah
perusahaan, terus menyewakan ruko kepada pihak yang tidak
mempunyai npwp…bagaimana perhitungannya

Like

REPLY

1. dirantingcemara says:
Wednesday, 25 January 2017 at 2:11 pm
 
0
 
0
 
Rate This
Tetep 10%. Yg motong adalah perusahaan. Kasih bukti
pemotongan ke pihak yg tak punya npwp itu.

Like

REPLY

17. Alesha says:

Thursday, 2 February 2017 at 1:32 pm


 
0
 
0
 
Rate This
Pak Riza…..

Saya (Perusahaan memiliki NPWP) baru akan sewa kantor senilai


100.000.000 dan Si pemilik gedung tidak mau keluarin uang segala
bentuk Pajak apapun, Dampak bagi saya apa jika tidak ada pajak
PPN/PPH?
Dan kalau pun dari Saya (Penyewa) kantor tersebut yang membayar
Pajak apa saya mengeluarkan untuk PPN dan PPH nya?
Berarti kami mengeluarkan biaya tambah sebesar 10 % PPN dan
10% PPH, jadi 20 JT?
Terima kasih.

Like
REPLY

1. dirantingcemara says:

Thursday, 2 February 2017 at 1:47 pm


 
0
 
0
 
Rate This
Betul. Untuk lebih tepatnya coba gunakan metode pertama
dalam artikel itu. terima kasih.

Jabat erat.

*Riza Almanfaluthi*

rizaalmanfaluthi.com
Pada 2 Februari 2017 13.32, Blog Riza Almanfaluthi menulis:

>

Like

REPLY

18. harry says:

Tuesday, 21 February 2017 at 10:39 am


 
0
 
0
 
Rate This
pak, mau tanya klo sewa 3 tahun atau 5 tahun.. psl 4 ayat 2 tetap
sekaligus atau dibayarkan per tahun? terima kasih sebelumnya?

Like

REPLY

1. dirantingcemara says:

Wednesday, 22 February 2017 at 1:50 pm


 
0
 
0
 
Rate This
Dibayarkan sekaligus.

Jabat erat.

*Riza Almanfaluthi*

rizaalmanfaluthi.com
Pada 21 Februari 2017 10.39, Blog Riza Almanfaluthi menulis:

>

Like

REPLY

19. Angel says:

Thursday, 23 February 2017 at 5:34 pm


 
0
 
0
 
Rate This
mau bertanya Pak, jika orang tua memiliki rumah yang disewakan
selama beberapa tahun ini ke perorangan juga. Misal 70 juta perthn,
tetapi cut off sewanya agustus 2015-agustus2016, begitu
seterusnya. Selama ini tidak pernah membayar pajak sewa ini. tapi
kemarin sudah ikut TA dan mau jalankan pajak yg benar
kedepannya.
Jika utk spt 2017 ini baru mau melakukan kewajibannya, apa beliau
sebagai pemilik dikenakan sangsi krn selama ini tidak tau harus
membayar sendiri? Mekanismenya apa dengan bayar final dg form
SSP utk sewa dan berapa yg harus dibayar? selama ini tidak ada
perjanjian sewa hanya lisan saja. mohon pencerahannya Pak.
Terima kasih sebelumnya.

Liked by 1 person

REPLY

1. dirantingcemara says:

Thursday, 23 February 2017 at 6:51 pm


 
0
 
0
 
Rate This
Kewajiban tahun 2016 sudah dibayar belum? Kalau belum, maka
bayarlah tapi nanti kena sanksi untuk yg 2016nya itu. Sedangkan
Yg 2017 bayarlah segera, pada saat penerimaan uang. Sebesar
10%. Agar tidak kena denda lagi.
Like

REPLY

1. Angel says:

Thursday, 23 February 2017 at 8:53 pm


 
0
 
0
 
Rate This
Jadi yg membayar dan melapor yg pemilik rumah ya Pak? Bkn
penyewa. Pengenaan dendanya brp % / rp. ya Pak? Terima
kasih utk pencerahan dan tanggapannya.

Liked by 1 person

2. dirantingcemara says:

Sunday, 26 February 2017 at 9:50 pm


 
0
 
0
 
Rate This
Kalau penyewa gak ada npwp, maka yg bayar swndiri dan
melapor adlah pemilim rumah. Dendanya 2% perbulan.
Demikian.

Like
20. syaiful anam says:

Wednesday, 5 April 2017 at 9:52 am


 
0
 
0
 
Rate This
saya mau tanya…kantor saya sewa gedung harga 50jt dan dalam
kontraknya nilai tersebut sudah termasuk pajak..kira kira
bagaimana perhitungannya

Like

REPLY

1. syaiful anam says:

Wednesday, 5 April 2017 at 9:54 am


 
0
 
0
 
Rate This
maksud saya perhitungan pajaknya

Liked by 1 person

REPLY

1. dirantingcemara says:
Wednesday, 5 April 2017 at 11:57 am
 
0
 
0
 
Rate This
Termasuk pajak itu PPN atau pajak apanya?

Jabat erat.

*Riza Almanfaluthi*

rizaalmanfaluthi.com
Pada 5 April 2017 09.54, Blog Riza Almanfaluthi menulis:

>

Like

21. albert says:

Thursday, 8 June 2017 at 2:23 pm


 
0
 
0
 
Rate This
assalamualaikum,
selamat sore pak/ibu: saya mau tanya: Misalnya si A (PKP)
menyewakan sebuah tempat bagi si B dgn harga
Rp.6.600.000/bulan including PPN dan penyewa minta pph 4(2) 2%,
jadi yg dibayarkan penyewa bersih adalah Rp 6.480.000,
bagaimanakah jurnal yg dibuat oleh si A? terima kasih atas
jawabannya
Like

REPLY

1. dirantingcemara says:

Thursday, 8 June 2017 at 4:56 pm


 
0
 
0
 
Rate This
Pendapatan Sewa 6.000.000
PPN Masukan 600.000

Pada

PPh Final 4(2) 120.000


Kas 6.480.000

Like

REPLY

1. albert says:

Friday, 9 June 2017 at 9:31 am


 
0
 
0
 
Rate This
Assalamualaikum,
selamat pagi pak: saya mau tanya lagi: Misalnya si A (PKP)
menyewakan sebuah tempat bagi si B dgn harga
Rp.6.000.000/bulan, jumlah PPN dan PPh sama2 10% jadi yg
dibayarkan penyewa bersih adalah Rp 6.000.000,
bagaimanakah jurnal yg dibuat oleh si A? terima kasih atas
jawabannya

Like

22. Aryo says:

Sunday, 13 August 2017 at 3:46 pm


 
0
 
0
 
Rate This
Pak kalau misalnya kita tidak tau npwp pemilik aset sedangkan kita
ingin menyetor potongannya, isi bagian npwp nya gimana ya pak?

Liked by 1 person

REPLY

1. dirantingcemara says:

Monday, 21 August 2017 at 12:32 pm


 
0
 
0
 
Rate This
Kalau di ssp yg kita isi adalah ssp milik kita sendiri. Bukan
pemilik aset.

Like
REPLY

23. Soedisno says:

Tuesday, 3 October 2017 at 11:21 am


 
0
 
0
 
Rate This
Untuk yang metode ke 2, Biaya PPh 4 (2) bukannya sebesar
10.000.000 ya? karena pemilik bangunan tidak mau mnandatangani
dokumen (invoice/kwitansi/kontrak) senilai gross up, jadi biaya pph
4 (2) 10% dari Beban Sewa 100.000.000 = 10.000.000.

Liked by 1 person

REPLY

24. Jajang says:

Tuesday, 14 November 2017 at 3:49 pm


 
0
 
0
 
Rate This
terimakasih pak,,

Liked by 1 person

REPLY
1. dirantingcemara says:

Tuesday, 14 November 2017 at 6:01 pm


 
0
 
0
 
Rate This
Sama-sama.

Like

REPLY

Anda mungkin juga menyukai