Anda di halaman 1dari 5

RESUME LAPORAN KEUANGAN

A. PT ASTRA AGRO LESTARI Tbk


A.1. Kondisi Aset Perusahaan
Nilai aset per 31 Desember 2018 yaitu sebesar Rp 26,856,967 (dalam jutaaan
rupiah), lalu pada 31 Desember 2019 menjadi Rp 26,974,124 (dalam jutaan rupiah)
serta mengalami peningkatan nilai aset pada tahun 2020 senilai Rp 27,781,231 (dalam
jutaan rupiah) per 31 Desember 2020, alias terjadi pertumbuhan aset senilai Rp
807.107(dalam jutaan rupiah) atau setara dengan 800 Milliar Rupiah.Jadi, bisa
disimpulkan bahwa kondisi aset perusahaan PT. Astra Agro Lestari Tbk per 31
Desember 2020 adalah baik jika dilihat dari peningkatan nilai aset perusahaan.

A.2. Kondisi Liabilitas Perusahaan


Secara kesuluruhan, saya melihat bahwa nilai total liabilitas perusahaan Astra
Agro Lestari semenjak tahun 2018 yaitu 7,382,445 (dalam jutaan rupiah) naik pada
akhir 2019 menjadi Rp 7,995,597 (dalam jutaan rupiah) lalu naik kembali menjadi Rp
8,533,437 per 31 Desember 2020 ini artinya ada kenaikan senilai Rp537,840 (dalam
jutaan rupiah). Kondisi ini adalah sebuah pertanda yang kurang baik mengingat total
beban yang harus ditanggung oleh perusahaan pun menjadi semakin bertambah setiap
tahunnya.

Perlu diketahui, perusahaan likuid adalah perusahaan yang mampu membayar


seluruh kewajiban jangka pendek atau hutang yang harus segera dibayar dengan
menggunakan harta atau aset lancarnya. Untuk menghitungnya saya gunakan rumus :
Aset Lancar/Liabilitas Jangka Pendek,
Maka kalau dilihat dari laporan keuangan perusahaan Astra Agro Lestari current
ratio nya per 31 Desember 2020 adalah:
5,937,890/1,792,506 = 3,3
Rasio lancar perusahaan ini nilainya lebih dari 1,0, artinya perusahaan ini dalam
keadaan liquid namun bukan berarti perusahaan ini dalam keadaan keuangan yang
baik. Bisa jadi perusahaan ini tidak mengalokasikan aktiva lancarnya secara optimal,
tidak memanfaatkan aktiva lancarnya secara efisien, dan tidak mengelola modalnya
dengan baik.

A.3. Laporan Laba Rugi


A.3.1. Gross Profit Margin
Jika dilihat darin laporan kuangan AAL per 31 Desember 2020, maka GPM Perusahaan
tersebut adalah :
GPM = Total Laba Bruto / Total Pendapat atau Penjualan Neto
GPM = 2,962,891/18,807,043
GPM = 0,2
Artinya, perusahaan AAL belum terlalu efisien dalam menekan harga pokok penjualannya
(biasa dikenal juga dengan istilah beban pokok penjualan) sehingga hanya bisa menghasilkan
margin laba kotor di angka 0,2 kali atau 20% saja dari total nilai penjualan yang didapatkan oleh
perusahaan.

A.3.2. Net Profit Margin


Margin Laba bersih perusahaan AAL per 31 Desember 2020 adalah :
Margin Laba Bersih = Total Laba Bersih Setelah Pajak / Total Pendapatan atau
Penjualan Neto
Margin Laba Bersih = 893,779/18,807,043
Margin Laba Bersih = 0,048 (0,05)
Artinya, rasio keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan JAPFA terhadap total
penjualan produknya per 31 Desember 2020 adalah senilai 0,05 kali atau sekitar 5%
saja.
Menurut saya ini belum dapat dikatakan bahwa perusahaan mendapat profit yang
tinggi.

A.3.3. Return of Equity (ROE)


ROE = Laba Bersih/Ekuitas
Jika kita melihat laporan keuangan perusahaan AAL di atas, maka kita pun bisa
menghitun ROE dari perusahaan tersebut, yakni:
ROE = 893,779/19,247,794
ROE = 0,046 (0,05)
Dengan demikian, PT. Astra Agro Lestari Tbk mampu menghasilkan keuntungan 5%
atau senilai Rp800 Miliar dari modal Rp 19 triliun.

B. PT BANK MASPION INDONESIA Tbk


B.1. Kondisi Aset Perusahaan
Setiap tahunnya perusahaan ini mengalami peningkatan nilai asset, per 31
Desember 2018 yaitu sebesar Rp 6.694.023.677 (dalam ribuan rupiah), lalu pada 31
Desember 2019 sebesar Rp 7.569.580.138 (dalam ribuan rupiah) dan pada tahun 2020
menjadi Rp 10.110.519.691 (dalam ribuan rupiah) ini artinya terjadi pertumbuhan asset
pada tahun 2020 senilai Rp 2.531.939.553 (dalam jutaan rupiah) atau setara dengan 2,5
Triliun Rupiah. Jadi, bisa disimpulkan bahwa kondisi aset perusahaan PT. Bank Maspion
Indonesia Tbk per 31 Desember 2020 adalah baik jika dilihat dari peningkatan nilai aset
perusahaan.

B.2. Kondisi Liabilitas Perusahaan


Secara kesuluruhan, saya melihat bahwa nilai total liabilitas perusahaan Bank
Maspion Indonesia (BMAS) semenjak tahun 2018 yaitu 5.493.283.082 (dalam ribuan
rupiah) naik pada akhir 2019 menjadi Rp 6.340.648.554 (dalam ribuan rupiah) lalu naik
kembali menjadi Rp 8.826.257.598 (dalam ribuan rupiah) per 31 Desember 2020 ini
artinya ada kenaikan senilai Rp 2.485.609.044 (dalam ribuan rupiah). Kondisi ini
menunjukan bahwa perusahaan mempunyai beban yang nilainya triliunan dan
bertambah setiap tahunnya.

B.3. Laporan Laba Rugi


B.3.1. Gross Profit Margin
Jika dilihat darin laporan kuangan BMAS per 31 Desember 2020, maka GPM
Perusahaan tersebut adalah :
GPM = Total Laba Bruto / Total Pendapat atau Penjualan Neto
GPM = 2,962,891/18,807,043
GPM = 0,2
Artinya, perusahaan AAL belum terlalu efisien dalam menekan harga pokok penjualannya
(biasa dikenal juga dengan istilah beban pokok penjualan) sehingga hanya bisa menghasilkan
margin laba kotor di angka 0,2 kali atau 20% saja dari total nilai penjualan yang didapatkan oleh
perusahaan.

B.3.2. Net Profit Margin


Margin Laba bersih perusahaan BMAS per 31 Desember 2020 adalah :
Margin Laba Bersih = Total Laba Bersih Setelah Pajak / Total Pendapatan atau
Penjualan Neto
Margin Laba Bersih = 66.986.471/229.134.099
Margin Laba Bersih = 0,29 (0,29)
Artinya, rasio keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan BMAS terhadap total
penjualan produknya per 31 Desember 2020 adalah senilai 0,29 kali atau sekitar 30%.
Menurut saya ini merupakan profit yang tinggi yang diperoleh oleh perusahaan

B.3.3. Return of Equity (ROE)


ROE = Laba Bersih/Ekuitas
Jika kita melihat laporan keuangan perusahaan BMAS di atas, maka kita pun bisa
menghitun ROE dari perusahaan tersebut, yakni:
ROE = 66.986.471/ 1.284.262.093
ROE = 0,047 (0,05)

Dengan demikian, PT. Bank Maspion Indonesia Tbk mampu menghasilkan keuntungan
5% atau senilai Rp 60 Miliar dari modal Rp 1,2 triliun.

C. PT JAPFA COMFEED INDONESIA Tbk


C.1. Kondisi Aset Perusahaan
Nilai aset per 31 Desember 2018 yaitu sebesar Rp 24.827.355 (dalam jutaaan
rupiah), mengalami peningkatan pada tahun 2019 menjadi Rp 26.650.895 (dalam
jutaan rupiah) lalu mengalami penurunan nilai aset kembali pada tahun 2020 dengan
nilai Rp 25.951.760 (dalam jutaan rupiah) per 31 Desember 2020, alias terjadi
penurunan aset senilai Rp 699.135 (dalam jutaan rupiah) atau setara dengan 700
Milliar Rupiah. Menjadi catatan untuk kondisi aset perusahaan PT. Japfa Comfeed
Indonesia Tbk per 31 Desember 2020 yang mengalami penurunan walaupun sempat
mengalami kenaikan nilai aset sebesar Rp 1.823.540 (dalam jutaan rupiah) pada tahun
2019.

C.2. Kondisi Liabilitas Perusahaan


Secara kesuluruhan, saya melihat bahwa nilai total liabilitas perusahaan JAPFA
semenjak tahun 2018 yaitu 14.061.678 (dalam jutaan rupiah) naik pada akhir 2019
menjadi Rp 14.754.081 (dalam jutaan rupiah) lalu turun kembali menjadi Rp 14.539.790
per 31 Desember 2020. Pada tahun 2020 perusahaan berhasil menurunkan kembali
beban perusahaan yang sempat naik pada tahun 2019.

Lalu untuk menghitung tingkat liquiditas perusahaan dari laporan keuangan


perusahaan JAPFA dengan current ratio nya per 31 Desember 2020 adalah:
11.745.138/6.007.679 = 1,9
Rasio lancar perusahaan ini nilainya lebih dari 1,0, artinya pada tahun ini
perusahaan dalam keadaan liquid dan dalam keadaan baik.

C.3. Laporan Laba Rugi


C.3.1. Gross Profit Margin
Jika dilihat darin laporan kuangan JAPFA per 31 Desember 2020, maka GPM
Perusahaan tersebut adalah :
GPM = Total Laba Bruto / Total Pendapat atau Penjualan Neto
GPM = 7.429.209/36.964.948
GPM = 0,2
Artinya, perusahaan JAPFA belum terlalu efisien dalam menekan harga pokok penjualannya
(biasa dikenal juga dengan istilah beban pokok penjualan) sehingga hanya bisa menghasilkan
margin laba kotor di angka 0,2 kali atau 20% saja dari total nilai penjualan yang didapatkan oleh
perusahaan.

C.3.2. Net Profit Margin


Margin Laba bersih perusahaan JAPFA per 31 Desember 2020 adalah :
Margin Laba Bersih = Total Laba Bersih Setelah Pajak / Total Pendapatan atau
Penjualan Neto
Margin Laba Bersih = 1.042.361/36.964.948
Margin Laba Bersih = 0,028 (0,03)
Artinya, rasio keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan JAPFA terhadap total
penjualan produknya per 31 Desember 2020 adalah senilai 0,03 kali atau sekitar 3%
saja.
Menurut saya ini belum dapat dikatakan bahwa perusahaan mendapat profit yang
tinggi.
C.3.3. Return of Equity (ROE)
ROE = Laba Bersih/Ekuitas
Jika kita melihat laporan keuangan perusahaan AAL di atas, maka kita pun bisa
menghitun ROE dari perusahaan tersebut, yakni:
ROE = 1.042.361/11.411.970
ROE = 0,09
Dengan demikian, PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Sebenarnya mampu menghasilkan
keuntungan hingga 9% atau senilai Rp 1.042.361 Triliun dari modal Rp 11 triliun.

Anda mungkin juga menyukai