0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
52 tayangan5 halaman
Laporan keuangan tiga perusahaan, yaitu PT Astra Agro Lestari Tbk, PT Bank Maspion Indonesia Tbk, dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk menunjukkan:
1) Kondisi aset dan liabilitas ketiga perusahaan mengalami peningkatan dan penurunan dari tahun ke tahun
2) Margin laba kotor dan bersih ketiga perusahaan sekitar 20% dan 3-5%
3) Rasio pengembalian ekuitas (ROE) ketiga perusahaan antara 5
Laporan keuangan tiga perusahaan, yaitu PT Astra Agro Lestari Tbk, PT Bank Maspion Indonesia Tbk, dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk menunjukkan:
1) Kondisi aset dan liabilitas ketiga perusahaan mengalami peningkatan dan penurunan dari tahun ke tahun
2) Margin laba kotor dan bersih ketiga perusahaan sekitar 20% dan 3-5%
3) Rasio pengembalian ekuitas (ROE) ketiga perusahaan antara 5
Laporan keuangan tiga perusahaan, yaitu PT Astra Agro Lestari Tbk, PT Bank Maspion Indonesia Tbk, dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk menunjukkan:
1) Kondisi aset dan liabilitas ketiga perusahaan mengalami peningkatan dan penurunan dari tahun ke tahun
2) Margin laba kotor dan bersih ketiga perusahaan sekitar 20% dan 3-5%
3) Rasio pengembalian ekuitas (ROE) ketiga perusahaan antara 5
A.1. Kondisi Aset Perusahaan Nilai aset per 31 Desember 2018 yaitu sebesar Rp 26,856,967 (dalam jutaaan rupiah), lalu pada 31 Desember 2019 menjadi Rp 26,974,124 (dalam jutaan rupiah) serta mengalami peningkatan nilai aset pada tahun 2020 senilai Rp 27,781,231 (dalam jutaan rupiah) per 31 Desember 2020, alias terjadi pertumbuhan aset senilai Rp 807.107(dalam jutaan rupiah) atau setara dengan 800 Milliar Rupiah.Jadi, bisa disimpulkan bahwa kondisi aset perusahaan PT. Astra Agro Lestari Tbk per 31 Desember 2020 adalah baik jika dilihat dari peningkatan nilai aset perusahaan.
A.2. Kondisi Liabilitas Perusahaan
Secara kesuluruhan, saya melihat bahwa nilai total liabilitas perusahaan Astra Agro Lestari semenjak tahun 2018 yaitu 7,382,445 (dalam jutaan rupiah) naik pada akhir 2019 menjadi Rp 7,995,597 (dalam jutaan rupiah) lalu naik kembali menjadi Rp 8,533,437 per 31 Desember 2020 ini artinya ada kenaikan senilai Rp537,840 (dalam jutaan rupiah). Kondisi ini adalah sebuah pertanda yang kurang baik mengingat total beban yang harus ditanggung oleh perusahaan pun menjadi semakin bertambah setiap tahunnya.
Perlu diketahui, perusahaan likuid adalah perusahaan yang mampu membayar
seluruh kewajiban jangka pendek atau hutang yang harus segera dibayar dengan menggunakan harta atau aset lancarnya. Untuk menghitungnya saya gunakan rumus : Aset Lancar/Liabilitas Jangka Pendek, Maka kalau dilihat dari laporan keuangan perusahaan Astra Agro Lestari current ratio nya per 31 Desember 2020 adalah: 5,937,890/1,792,506 = 3,3 Rasio lancar perusahaan ini nilainya lebih dari 1,0, artinya perusahaan ini dalam keadaan liquid namun bukan berarti perusahaan ini dalam keadaan keuangan yang baik. Bisa jadi perusahaan ini tidak mengalokasikan aktiva lancarnya secara optimal, tidak memanfaatkan aktiva lancarnya secara efisien, dan tidak mengelola modalnya dengan baik.
A.3. Laporan Laba Rugi
A.3.1. Gross Profit Margin Jika dilihat darin laporan kuangan AAL per 31 Desember 2020, maka GPM Perusahaan tersebut adalah : GPM = Total Laba Bruto / Total Pendapat atau Penjualan Neto GPM = 2,962,891/18,807,043 GPM = 0,2 Artinya, perusahaan AAL belum terlalu efisien dalam menekan harga pokok penjualannya (biasa dikenal juga dengan istilah beban pokok penjualan) sehingga hanya bisa menghasilkan margin laba kotor di angka 0,2 kali atau 20% saja dari total nilai penjualan yang didapatkan oleh perusahaan.
A.3.2. Net Profit Margin
Margin Laba bersih perusahaan AAL per 31 Desember 2020 adalah : Margin Laba Bersih = Total Laba Bersih Setelah Pajak / Total Pendapatan atau Penjualan Neto Margin Laba Bersih = 893,779/18,807,043 Margin Laba Bersih = 0,048 (0,05) Artinya, rasio keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan JAPFA terhadap total penjualan produknya per 31 Desember 2020 adalah senilai 0,05 kali atau sekitar 5% saja. Menurut saya ini belum dapat dikatakan bahwa perusahaan mendapat profit yang tinggi.
A.3.3. Return of Equity (ROE)
ROE = Laba Bersih/Ekuitas Jika kita melihat laporan keuangan perusahaan AAL di atas, maka kita pun bisa menghitun ROE dari perusahaan tersebut, yakni: ROE = 893,779/19,247,794 ROE = 0,046 (0,05) Dengan demikian, PT. Astra Agro Lestari Tbk mampu menghasilkan keuntungan 5% atau senilai Rp800 Miliar dari modal Rp 19 triliun.
B. PT BANK MASPION INDONESIA Tbk
B.1. Kondisi Aset Perusahaan Setiap tahunnya perusahaan ini mengalami peningkatan nilai asset, per 31 Desember 2018 yaitu sebesar Rp 6.694.023.677 (dalam ribuan rupiah), lalu pada 31 Desember 2019 sebesar Rp 7.569.580.138 (dalam ribuan rupiah) dan pada tahun 2020 menjadi Rp 10.110.519.691 (dalam ribuan rupiah) ini artinya terjadi pertumbuhan asset pada tahun 2020 senilai Rp 2.531.939.553 (dalam jutaan rupiah) atau setara dengan 2,5 Triliun Rupiah. Jadi, bisa disimpulkan bahwa kondisi aset perusahaan PT. Bank Maspion Indonesia Tbk per 31 Desember 2020 adalah baik jika dilihat dari peningkatan nilai aset perusahaan.
B.2. Kondisi Liabilitas Perusahaan
Secara kesuluruhan, saya melihat bahwa nilai total liabilitas perusahaan Bank Maspion Indonesia (BMAS) semenjak tahun 2018 yaitu 5.493.283.082 (dalam ribuan rupiah) naik pada akhir 2019 menjadi Rp 6.340.648.554 (dalam ribuan rupiah) lalu naik kembali menjadi Rp 8.826.257.598 (dalam ribuan rupiah) per 31 Desember 2020 ini artinya ada kenaikan senilai Rp 2.485.609.044 (dalam ribuan rupiah). Kondisi ini menunjukan bahwa perusahaan mempunyai beban yang nilainya triliunan dan bertambah setiap tahunnya.
B.3. Laporan Laba Rugi
B.3.1. Gross Profit Margin Jika dilihat darin laporan kuangan BMAS per 31 Desember 2020, maka GPM Perusahaan tersebut adalah : GPM = Total Laba Bruto / Total Pendapat atau Penjualan Neto GPM = 2,962,891/18,807,043 GPM = 0,2 Artinya, perusahaan AAL belum terlalu efisien dalam menekan harga pokok penjualannya (biasa dikenal juga dengan istilah beban pokok penjualan) sehingga hanya bisa menghasilkan margin laba kotor di angka 0,2 kali atau 20% saja dari total nilai penjualan yang didapatkan oleh perusahaan.
B.3.2. Net Profit Margin
Margin Laba bersih perusahaan BMAS per 31 Desember 2020 adalah : Margin Laba Bersih = Total Laba Bersih Setelah Pajak / Total Pendapatan atau Penjualan Neto Margin Laba Bersih = 66.986.471/229.134.099 Margin Laba Bersih = 0,29 (0,29) Artinya, rasio keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan BMAS terhadap total penjualan produknya per 31 Desember 2020 adalah senilai 0,29 kali atau sekitar 30%. Menurut saya ini merupakan profit yang tinggi yang diperoleh oleh perusahaan
B.3.3. Return of Equity (ROE)
ROE = Laba Bersih/Ekuitas Jika kita melihat laporan keuangan perusahaan BMAS di atas, maka kita pun bisa menghitun ROE dari perusahaan tersebut, yakni: ROE = 66.986.471/ 1.284.262.093 ROE = 0,047 (0,05)
Dengan demikian, PT. Bank Maspion Indonesia Tbk mampu menghasilkan keuntungan 5% atau senilai Rp 60 Miliar dari modal Rp 1,2 triliun.
C. PT JAPFA COMFEED INDONESIA Tbk
C.1. Kondisi Aset Perusahaan Nilai aset per 31 Desember 2018 yaitu sebesar Rp 24.827.355 (dalam jutaaan rupiah), mengalami peningkatan pada tahun 2019 menjadi Rp 26.650.895 (dalam jutaan rupiah) lalu mengalami penurunan nilai aset kembali pada tahun 2020 dengan nilai Rp 25.951.760 (dalam jutaan rupiah) per 31 Desember 2020, alias terjadi penurunan aset senilai Rp 699.135 (dalam jutaan rupiah) atau setara dengan 700 Milliar Rupiah. Menjadi catatan untuk kondisi aset perusahaan PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk per 31 Desember 2020 yang mengalami penurunan walaupun sempat mengalami kenaikan nilai aset sebesar Rp 1.823.540 (dalam jutaan rupiah) pada tahun 2019.
C.2. Kondisi Liabilitas Perusahaan
Secara kesuluruhan, saya melihat bahwa nilai total liabilitas perusahaan JAPFA semenjak tahun 2018 yaitu 14.061.678 (dalam jutaan rupiah) naik pada akhir 2019 menjadi Rp 14.754.081 (dalam jutaan rupiah) lalu turun kembali menjadi Rp 14.539.790 per 31 Desember 2020. Pada tahun 2020 perusahaan berhasil menurunkan kembali beban perusahaan yang sempat naik pada tahun 2019.
Lalu untuk menghitung tingkat liquiditas perusahaan dari laporan keuangan
perusahaan JAPFA dengan current ratio nya per 31 Desember 2020 adalah: 11.745.138/6.007.679 = 1,9 Rasio lancar perusahaan ini nilainya lebih dari 1,0, artinya pada tahun ini perusahaan dalam keadaan liquid dan dalam keadaan baik.
C.3. Laporan Laba Rugi
C.3.1. Gross Profit Margin Jika dilihat darin laporan kuangan JAPFA per 31 Desember 2020, maka GPM Perusahaan tersebut adalah : GPM = Total Laba Bruto / Total Pendapat atau Penjualan Neto GPM = 7.429.209/36.964.948 GPM = 0,2 Artinya, perusahaan JAPFA belum terlalu efisien dalam menekan harga pokok penjualannya (biasa dikenal juga dengan istilah beban pokok penjualan) sehingga hanya bisa menghasilkan margin laba kotor di angka 0,2 kali atau 20% saja dari total nilai penjualan yang didapatkan oleh perusahaan.
C.3.2. Net Profit Margin
Margin Laba bersih perusahaan JAPFA per 31 Desember 2020 adalah : Margin Laba Bersih = Total Laba Bersih Setelah Pajak / Total Pendapatan atau Penjualan Neto Margin Laba Bersih = 1.042.361/36.964.948 Margin Laba Bersih = 0,028 (0,03) Artinya, rasio keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan JAPFA terhadap total penjualan produknya per 31 Desember 2020 adalah senilai 0,03 kali atau sekitar 3% saja. Menurut saya ini belum dapat dikatakan bahwa perusahaan mendapat profit yang tinggi. C.3.3. Return of Equity (ROE) ROE = Laba Bersih/Ekuitas Jika kita melihat laporan keuangan perusahaan AAL di atas, maka kita pun bisa menghitun ROE dari perusahaan tersebut, yakni: ROE = 1.042.361/11.411.970 ROE = 0,09 Dengan demikian, PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Sebenarnya mampu menghasilkan keuntungan hingga 9% atau senilai Rp 1.042.361 Triliun dari modal Rp 11 triliun.