Anda di halaman 1dari 2

Perlakuan Pajak Atas Bisnis Online Travel Agent

Oleh Flazztax

Februari, 20 2020

Online travel agent atau agen perjalanan wisata adalah bisnis jasa pemesanan tiket pesawat,
pemesanan tiket kereta api, pemesanan akomodasi, dan sebagainya yang terkait dengan
kebutuhan konsumen dalam melakukan perjalanan wisata. Pemesanan dan pembayarannya
pun dilakukan secara online, tanpa tatap muka.

Bisnis online travel agent wajib berbentuk badan hukum, yaitu Perseroan Terbatas dan wajib
mendapatkan Tanda Daftar Usaha Pariwisata (TDUP) sebagaimana diatur dalam Peraturan
Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. PMK.85/HK.501./MKP/2010 tentang Tata Cara
Pendaftaran Usaha Jasa Perjalanan Wisata. Masih dalam regulasi yang sama, untuk
memperoleh TDUP, harus melakukan permohonan pendaftaran usaha pariwisata kepada
Walikota tempat kedudukan kantor online travel agent (khusus untuk wilayah Jakarta diajukan
kepada Gubernur). Setelah mengajukan permohonan pendaftaran pariwisata, dilakukan
pemeriksaan berkas permohonan pendaftaran usaha pariwisata dan pencantuman ke dalam
daftar usaha pariwisata. Setelah seluruh tahapan tersebut dilakukan akan terbit Tanda Daftar
Usaha Pariwisata (TDUP).

Salah satu dokumen yang dibutuhkan untuk mendapatkan TDUP adalah Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP) Badan yang digunakan sebagai sarana administrasi perpajakan. Kewajiban
perpajakan badan dimulai saat badan tersebut berdiri sesuai ketentuan Undang-Undang No. 36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan dengan tarif PPh Badan yaitu 25% (tarif Pasal 17 UU
PPh).

Pada umumnya, online travel agent memberikan jasa perantara untuk melakukan booking tiket


pesawat dari berbagai maskapai penerbangan melalui internet. Transaksi tersebut apakah
terutang PPh Pasal 23 (pajak atas penghasilan yang diperoleh melalui jasa) dan kapan saat
terutang PPh Pasal 23? Mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-70/PJ/2007
dan Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor S-09/PJ.032/2008 bahwa jasa online travel agent tidak
dikenakan PPh Pasal 23 karena tidak ada unsur sewa maupun penggunaan harta.

Selain itu, dilihat dari model bisnis online travel agent masih ada pajak yang harus disetor ke kas
negara, yaitu Pajak Penghasilan untuk karyawan (PPh 21) apabila mempekerjakan karyawan
serta Pajak Pertambahan Nilai (PPN) apabila Perseroan Terbatas online travel agent sudah
berstatus sebagai Pengusaha Kena Pajak dan terdapat penyerahan Barang Kena Pajak dan Jasa
Kena Pajak. Berikut penjabarannya:
Pertama, untuk Pajak Penghasilan untuk karyawan, terdapat tiga metode dalam menghitung
PPh 21 yaitu gross method (gaji pekerja tidak dipotong perusahaan, pekerja yang membayarkan
sendiri pajak atas penghasilan yang diperoleh), nett method (gaji bersih dengan pajak
ditanggung perusahaan), serta gross up (tunjangan pajak dengan cara gaji pekerja dinaikkan
senilai pajak yang terutang, setelah itu dilakukan pemotongan). Setelah mengetahui metode
penghitungan PPh 21, perusahaan memiliki kewajiban untuk menyampaikan SPT Masa PPh 21
dan membayar pajak terutang. Untuk menghemat waktu, Anda dapat menggunakan fitur
hitung otomatis PPh 21 pada kanal OnlinePajak mulai dari membuat data karyawan,
memasukkan PTKP, memilih metode penghitungan gaji, hingga finalisasi penghitungan. Tidak
hanya itu, OnlinePajak juga melayani pembuatan ID billing dan menyetorkan PPh 21 via Pajak
Pay. Sebagai informasi, SPT Masa PPh 21 paling lambat dilaporkan pada tanggal 20 bulan
berikutnya.

Kedua, apabila perusahaan berstatus sebagai Pengusaha Kena Pajak (memiliki omzet dalam
satu tahun buku melebihi Rp4.800.000.000.000), maka perusahaan wajib mengajukan
permohonan ke KPP terdaftar untuk mendapatkan status PKP (Pengusaha Kena Pajak) atau jika
tidak diajukan, maka PKP dapat dikukuhkan secara jabatan.

Perusahaan yang sudah berstatus PKP tersebut, jika melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
dan Jasa Kena Pajak memiliki kewajiban untuk menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai ke kas
negara dan menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa PPN. Lalu, kapan saat terutangnya PPN?
Terutangnya PPN yaitu saat dilakukan penyerahan barang. Penyerahan yang dimaksud yaitu
saat terbitnya faktur penjualan, barang sudah tersedia untuk penerima barang, pengalihan
barang, serta pembayaran barang.

Bagaimana cara memenuhi kewajiban Pajak Pertambahan Nilai? Untuk melaporkan Surat
Pemberitahuan Masa PPN dapat dilakukan melalui fitur e-Filing PPN pada kanal
OnlinePajak dan pembayaran dapat dilakukan via PajakPay pada aplikasi OnlinePajak.

Ditulis oleh Desni Sensini (Flazztax.com)

Anda mungkin juga menyukai