Anda di halaman 1dari 53

PROGRAM RECOGNITION OF PRIOR LEARNING

CERTIFIED PUBLIC ACCOUNTANT OF INDONESIA


FOR
REGISTER NEGARA AKUNTAN (RNA)

Materi :
PERPAJAKAN
Mulyono, CPA

KAMIS, 12 AGUSTUS 2019


HOTEL PURI DENPASAR - JAKARTA
P E R
Mulyono,
CPA
P A J A K A N

Kamis, 12 Agustus 2019


Hotel Puri Denpasar - Jakarta
ix. Menjelaskan persyaratan kepatuhan perpajakan dan
sistem pelaporannya di Indonesia.

Learning x. Menyiapkan perhitungan perpajakan bagi individu


Outcomes atau organisasi.

xi. Mampu menganalisis isu-isu perpajakan internasional


yang tidak kompleks

xii. Menjelaskan perbedaan antara perencanaan pajak,


penghindaran pajak dan tax evasion
PENGERTIAN PAJAK

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh


orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat.
(Pasal 1 angka 1 UU No. 28 Tahun 2007)
PENGERTIAN PAJAK

a) kontribusi wajib kepada Negara


b) terutang oleh orang pribadi atau badan
c) bersifat memaksa berdasarkan Undangundang
d) tidak mendapat imbalan secara langsung
e) digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat
JENIS PAJAK

Pajak

Golongan Sifat Lemb.


Pemungutnya

Pajak Pajak
Subyektif Obyektif

Pajak pajak tdk Pajak Pajak


Langsung langsung Pusat Daerah
MENURUT SASARAN/ OBYEKNYA

• PAJAK SUBYEKTIF • PAJAK OBYEKTIF

BERDASARKAN SUBYEK BARU BERDASARKAN OBYEK BARU DICARI


SUBYEKNYA
DICARI OBYEKNYA

PPN, PPnBM
PPh
MENURUT SIFATNYA
• PAJAK LANGSUNG • PAJAK TIDAK LANGSUNG

PEMBEBANANYA DAPAT DILIMPAHKAN


PEMBEBANANNYA TIDAK DAPAT KEPADA PIHAK LAIN
DILIMPAHKAN KPD PIHAK LAIN
PPN
PPh
MENURUT PEMUNGUTANNYA

• PAJAK PUSAT • PAJAK DAERAH

PPh,PPN PPnBM, PBB, Bea Pajak Reklame, Pajak


Materai Hiburan, Pajak Rumah
Makan/Restoran dan Hotel
PAJAK PENGHASILAN
.
Pengenaan pajak di Indonesia

Negara Daerah

PPH : UU. No. 7 Th. 1983 Dasar hukum Pajak Daerah & Retribusi:
diubah UU. No. 36Th 2008 UU No. 18 Th. 1997
diubah UU. No. 34 Th. 2000
PPN dan PPnBM: UU. No. 8 Th. 1983
diubah UU. No. 42 Th. 2009

Bea Meterai: UU. No. 13 Th. 1985

PBB: UU. No. 12 Th. 1985


diubah UU. No. 12 Th 1994

BPHTB: UU. No. 21 Th. 1997


diubah UU. No. 20 Th. 2000
JENIS-JENIS PAJAK
• Pajak Penghasilan
• Pajak Pertambahan Nilai & PPn BM
• Bea Meterai
PAJAK PUSAT
• Pajak Bumi dan Bangunan
• Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan

PAJAK • Bea Balik Nama


PROPINSI • Pajak Kendaraan
PAJAK DAERAH
• Pajak Hotel & Restoran
PAJAK
• Pajak Hiburan
KABUPATEN
• Pajak Radio
UNDANG-UNDANG Perpajakan Indonesia

BPHTB
Bea
PBB
Materai

PPn &
PPSP
PPnBM

BPSP
PPh
& PP
KUP
SISTEM PERPAJAKAN
1. Seperti kita ketahui bahwa sistem perpajakan yang berlaku di Indonesia
adalah Self Assessment
2. Sehingga pada wajib pajak diberikan kebebasan dan kepercayaan untuk
menghitung sendiri besarnya pajak terhutang, membayar dan menyetorkan ke
Kas Negara / bank Persepsi yang ditunjuk dan melaporkan ke KPP dimana
WP domisili dalam bentuk SPT baik masa maupun tahunan.

• Karena WP telah diberikan suatu kepercayaan maka sebagai otoritas pajak


Ditjen Pajak akan melakukan pemeriksaan atas pemenuhan pajak tersebut
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau tidak.
KEWAJIBAN WP DALAM PERPAJAKAN
1. Bila WP telah mempunyai NPWP maka mempunyai kewajiban yang harus
dilakukan :
a) Membayar dan melapor PPh. Ps. 25 (Bagi badan/orang pribadi yang
mempunyai usaha yg. Hanya satu pemberi kerja dibebaskan dari
kewajiban melapor ps. 25 tiap bulan)
b) Bagi badan wajib memotong / memungut PPh. Dari pihak lain (PPh. Ps.
21/26, PPh. Ps. 23/26, ps. 4 ayat 2) dan melaporkan paling lambat tgl. 20
bulan berikutnya.
2. Bila sudah PKP wajib memungut PPN (kalau ada), membuat perhitungan
dan melaporan SPT PPN walau nihil.
KEWAJIBAN WP DALAM PERPAJAKAN
3. Badan-badan tertentu dapat ditunjuk sebagai pemotong PPh. Ps. 22
sedangkan untuk PPN hanya bendaharawan pemerintah, perusahaan
kerja sama migas dan BUMN
a) Yang wajib laporan : ps. 21 (nihil tidak lapor) kecuali akhir tahundan
PPN walau nihil dan ps 25 Nihil dan kalau sudah dapat NTPN tidak
perlu lapor
b) Yang lainnya kalau tidak ada transaksi tidak perlu lapor jadi tdak
ada laporan nihil
KRITERIA PEMERIKSAAN PAJAK
(PMK. 17/2013 DAN PMK.18/2013)
Kriteria pemeriksaan pajak dikelompokan :
1. Pemeriksaan rutin
2. Pemeriksaan kriteria seleksi
3. Pemeriksaan khusus
4. Pemeriksaan tahun berjalan
5. Pemeriksaan WP lokasi
6. Pemeriksaan terintegrasi
7. Pemeriksan Bukti Permulaan (PMK 18/2013)
JENIS PEMERIKSAAN PAJAK
1. Pemeriksaan Kantor (PK)
Pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak.

2. Pemeriksaan Lapangan (PL)


Pemeriksaan yang dilakukan di tempat tinggal atau tempat
kedudukan Wajib Pajak, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas Wajib Pajak, dan/atau tempat lain yang dianggap perlu oleh
Pemeriksa Pajak.
KEWAJIBAN WP DALAM
PEMERIKSAAN PAJAK
1. Memberikan tanggapan/sanggahan hasil pemeriksaan jangka waktu
ditentukan.
2. Sebelum pembahasan akhir wajib pajak diberitahu hasil
pemeriksaan dengan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan
(SPHP)
3. Lalu menandatangani Berita Acara Hasil Pemerikan
Menandatangani setuju / tidak setuju hasil pemeriksaan.
4. Kalau setuju berarti kalau keberatan pasti ditolak.
HAL – HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
Biasakan membuat rincian yang diperlukan berupa :
1. Arus Kas dan Bank.
2. Arus piutang dan hutang.
3. Ekualisasi SPT Tahunan dan SPT PPN (bila PKP)
4. Berikan rincian bila terjadi selisihantara SPT tahunan dengan SPT PPN.
5. Buatkan rincian biaya yang diperlukan bila perlu dibuat rincian per
bulan biasanya ada pemeriksa yang meminta.
6. Hati-hati bila ada transaksi hubungan istimewa.
PAJAK PENGHASILAN

Pajak penghasilan final


1. Penghasilan tidak digabungkan dengan penghasilan lainnya.
2. PPh yang telah dipotong atau dibayar sendiri tidak dapat dikreditkan.
3. Biaya-biaya terkait dengan penghasilan final tidak dapat diperhitungkan.

• Pajak tidak final


Pajak yang dihitung berdasarkan tarif pasal 17 dan pasal 31 E
KARAKTERISTIK PPH FINAL

▪ Penghasilan tidak digabungkan dengan penghasilan lainnya.


▪ PPh yang telah dipotong atau dibayar sendiri tidak dapat
dikreditkan.
▪ Biaya-biaya terkait dengan penghasilan final tidak dapat
diperhitungkan.
TARIF PAJAK UNTUK PPH BADAN 15

Tarif untuk PPH badan


1. Yang beromset < = Rp. 4.800.000.000,-- per tahun berlaku PP 23
tahun 2018 yaitu 0,5% dari omset.
2. Yang beromset < = Rp. 50.000.000.000,-- per tahun berlaku tarif
ps. 17 B dan ps. 31 E
3. Yang beromset > Rp. 50.000.000.000,-- per tahun berlaku tarif
pasal 17 B.
PERHITUNGAN PAJAK UNTUK ORANG PRIBADI
• s/d 50.000.000 5 %
• Di atas 50 jt s/d 250 jt 15%
• Di atas 250 jt s/d 500 jt 25%
• Di atas 500 jt 30%
• Terhitung 1 Juli 2018 hanya diperuntuk bagi orang pribadi yang punya
usaha omset lebih dari Rp. 4.8 M, atau mempunyai pekerjaan bebas.
Sedangkan yang omset kurang dari Rp. 4.8 M dapat memilih pajaknya
dikenakan 0,5% dari omset final atau menggunakan pasal 17.
KOREKSI FISKAL
KARENA ADANYA PERBEDAAN
ANTARA AKUNTANSI DAN FISKAL
Yang menggunakan pembukuan

KOREKSI POSITIF KOREKSI NEGATIF

Adanya pendapatan menurut: Adanya pendapatan menurut:


Fiskal > Komersial Fiskal < Komersial
Biaya menurut: Biaya menurut:
Fiskal < Komersial Fiskal > Komersial

BERSIFAT TETAP /
SEMENTARA
KONSEP AKUNTANSI V.S. PAJAK
Konservatif
❑ Akuntansi menganut prinsip konservatif yang mengakui kerugian yang mungkin timbul (belum
direalisasi) yang dapat diperkirakan atau ditaksir dengan membentuk penyisihan.
❑ Sedangkan di dalam pasal 9 (1) c UU PPh-2008 tidak memperbolehkan untuk membentuk atau
memupuk dana cadangan kecuali dengan beberapa hal.

Penghasilan
❑ Akuntansi hanya membedakan penghasilan dari usaha pokok dan penghasilan diluar usaha pokok,
❑ Sedangkan PPh membedakan:
a. Penghasilan yang bukan objek pajak (Pasal 4 (3) UU No. 36/2008)
b. Penghasilan yang merupakan objek pajak yang dikenakan PPh final (pasal 4 (2) UU No.
36/2008)
c. Penghasilan yang merupakan objek pajak yang dikenakan tarif umum atau tidak final
PERBEDAAN PAJAK DAN AKUNTANSI -1

PSAK Undang-Undang

AKUNTANSI PAJAK

PERBEDAAN

Permanen Temporer

Penelitian: Pajak Tangguhan:


Book tax Gap ▪ Aktiva/utang
▪ Beban/Pendapatan
Eff Tax Rate
26
TRADE OFF AKUNTANSI DAN PAJAK

▪ Pajak → Penghasilan Kena Pajak besar akan menyebabkan pajak


yang harus dibayarkan besar.
▪ Akuntansi : Laba sebelum pajak besar akan menyebabkan laba
yang dilaporkan besar
▪ Trade off ini akan semakin kecil untuk perusahaan terbuka,
karena kepentingan pemegang saham menginginkan laba yang
tinggi → sehingga pajak tidak dapat dikecilkan.

27
KONSEP AKUNTANSI V.S. PAJAK
• Biaya
❑ Tidak semua biaya dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, PPh membedakannya:
❑ Biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (deductible expense)
(Pasal 6 UU no. 17/2000)
❑ Biaya yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (non deductible expense) (pasal 9 UU No. 17/
2000)
❑ Biaya yang merupakan objek pemotongan PPh pasal 21, 23, 26, dan 4 (2) final
❑ Biaya yang bukan objek pemotongan PPh

• Laba Bruto Usaha


❑ Penjualan atau peredaran dihitung berdasarkan Akrual Stelsel, walaupun WP menggunakan Kas Stelsel,
tapi Kas Stelsel yang mendekati Akrual
❑ Potongan penjualan diakui kalau sudah direalisasi, penyisihan potongan penjualan tidak diakui
KONSEP AKUNTANSI V.S. PAJAK
• Laba Bruto Usaha (lanjutan)
❑ Retur penjualan yang tidak diganti barang, diakui berdasarkan realisasi, penyisihan
tidak diakui.
❑ Pasal 10 ayat (6) UU PPh
a. Penilaian persediaan berdasarkan harga perolehan
b. Metode penilaian persediaan dengan FIFO atau rata-rata
c. Tidak diperkenankan untuk penilaian berdasarkan Harga pokok atau harga pasar
mana yang lebih rendah dan LIFO
d. Kerugian atas barang hilang atau kecurian harus didukung dengan laporan polisi
e. Pemusnahan barang harus dibuat berita acara dan diotorisasi oleh pejabat yang
berwenang
f. Hilang dalam proses produksi, dalam penyimpanan atau penguapan harus sesuai
dengan rendemen yang wajar
KONSEP AKUNTANSI V.S. PAJAK
• Biaya SDM
❑ Pengeluaran-pengeluaran atau pemberian imbalan kepada karyawan (orang pribadi), perlakuan
perpajakannya dibedakan:
a. Bagi perusahaan merupakan deductible expenses dan bagi karyawan merupakan objek PPh 21
b. Bagi perusahaan non deductible dan bagi karyawan bukan Objek PPh 21
c. Bagi perusahaan deductible expenses tapi bagi karyawan bukan Objek PPh 21
d. Bagi perusahaan non deductible expenses tapi bagi karyawan merupakan Objek PPh 21

• Pemberian natura dan kenikmatan


❑ Akuntansi tidak membedakan pemberian imbalan kepada karyawan baik dalam bentuk uang atau
natura (yang dapat diketahui harganya) diakui sebagai biaya.
❑ Akan tetapi Pasal 9 (1) e UU No. 36/2008, menyebutkan bahwa pemberian natura dan kenikmatan
kepada karyawan tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, kecuali penyediaan makanan dan
minuman bagi seluruh karyawan di tempat kerja. Hal ini diatur didalam PMK.83/PMK.03/2009 dan
PER-51/PJ/2009
KARAKTERISTIK LEGAL PPN

1. Pajak tidak langsung


2. Dikenakan secara bertingkat
3. Pajak konsumsi
4. Bersifat netral
5. Pajak obyektif
6. Menggunakan sistem faktur
OBYEK PPN

Obyek PPN adalah keadaan, peristiwa atau perbuatan hukum


tertentu yang ditetapkan oleh undang-undang yang berkaitan
dengan barang dan jasa.
OBYEK PPN DALAM PASAL 4
1. Penyerahan BKP dalam daerah pabean
2. Impor BKP
3. Penyerahan JKP dalam daerah pabean
4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud
5. Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean
6. Ekpor BKP
7. Ekspor BKP tidak berwujud
8. Ekspor Jasa Kena Pajak
PENGERTIAN BKP/JKP
• Dalam aturannya mengenal negative list berarti bahwa pada dasarnya semua
barang adalah BKP/JKP kecuali ditetapkan lain
• Seperti yang tertuang dalam UU PPN No. 42 Tahun 2009
• Pasal 4A ayat 2 termasuk kelompok barang yang dikecualikan dari
pengenaan PPN
• Dan dengan peraturan pemerintah BKP/JKP dapat dibebaskan atau tidak
dipungut PPN
PRINSIP PPN
• Prinsip utama PPN menganut bahwa semua penyerahan BKP yang
berakibat pindahnya hak penguasaan dan kepemilikan atas suatu
barang merupakan penyerahan BKP yang terutang PPN
• Kecuali dalam peraturan menetapkan lain
SUBYEK PAJAK

Subyek PPN biasa disebut pengusaha, baik orang pribadi


maupun badan yang menyerahkan atau memanfaatkan.
DAERAH PABEAN
• Dalam pemungutan PPN mengenal daerah pabean
• Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi
wilayah darat, perairan, dan ruang udara di atasnya, serta tempat-
tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen
yang di dalamnya berlaku Undang-Undang yang mengatur mengenai
kepabeanan.
AKSES KEUANGAN UNTUK KEPENTINGAN
PERPAJAKAN PMK. 19/PMK.03/2018
• Perjanjian Internasional di Bidang Perpajakan, yang selanjutnya disebut
Perjanjian Internasional adalah perjanjian, dalam bentuk dan nama tertentu,
yang diatur dalam hukum internasional, yang antara lain mengatur pertukaran
informasi mengenai hal yang berkaitan dengan perpajakan, meliputi:
a. Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda;
b. Persetujuan untuk Pertukaran Informasi Berkenaan dengan Keperluan
Perpajakan (Tax Information Exchange Agreement);
c. Konvensi tentang Bantuan Administratif Bersama di Bidang Perpajakan
(Convention on Mutual Administrative Assistance in Tax Matters);
PERJANJIAN INTERNASIONAL
PERPAJAKAN
d. Persetujuan Multilateral Antar-Pejabat yang Berwenang untuk Pertukaran Informasi
Rekening Keuangan Secara Otomatis (Multilateral Competent Authority Agreement
on Automatic Exchange of Financial Account Information);
e. Persetujuan Bilateral Antar-Pejabat yang Berwenang untuk Pertukaran Informasi
Rekening Keuangan Secara Otomatis (Bilateral Competent Authority Agreement on
Automatic Exchange of Financial Account Information);
f. Persetujuan Antar-Pemerintah untuk Mengimplementasikan Undang-Undang
Kepatuhan Perpajakan Rekening Keuangan Asing (Intergovernmental Agreement for
Foreign Account Tax Compliance Act); atau perjanjian bilateral atau multilateral
lainnya.
PERTUKARAN INFORMASI KEUANGAN

• Pertukaran Informasi Keuangan yang selanjutnya disebut Pertukaran Informasi


adalah kegiatan untuk menyampaikan, menerima, dan/atau memperoleh
informasi keuangan yang berkaitan dengan perpajakan berdasarkan Perjanjian
Internasional, yang bertujuan untuk:
a. mencegah penghindaran pajak;
b. mencegah pengelakan pajak;
c. mencegah penyalahgunaan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda oleh
pihak-pihak yang tidak berhak; dan/atau
d. mendapatkan informasi terkait pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.
PERTUKARAN INFORMASI

• Pertukaran Informasi Secara Otomatis adalah Pertukaran Informasi


yang dilakukan pada waktu tertentu, secara periodik, sistematis, dan
berkesinambungan atas informasi keuangan yang diperoleh dari
lembaga keuangan.
YURISDIKSI
1. Yurisdiksi Asing adalah negara atau yurisdiksi selain Indonesia.
2. Yurisdiksi Partisipan adalah Yurisdiksi Asing yang terikat dengan
Pemerintah Indonesia dalam Perjanjian Internasional yang memiliki
kewajiban untuk menyampaikan informasi keuangan secara
otomatis.
3. Yurisdiksi Tujuan Pelaporan adalah Yurisdiksi Partisipan yang
merupakan tujuan bagi Pemerintah Indonesia dalam melaksanakan
kewajiban penyampaian informasi keuangan secara otomatis.
PASAL 2 AYAT 1
Direktur Jenderal Pajak berwenang mendapatkan akses informasi
keuangan untuk kepentingan perpajakan dari LJK, LJK Lainnya,
dan/atau Entitas Lain.
JENIS AKSES KEUANGAN

Akses informasi keuangan meliputi:


a. penyampaian laporan yang berisi informasi keuangan secara
otomatis; dan
b. pemberian informasi dan/atau bukti atau keterangan berdasarkan
permintaan, untuk pelaksanaan ketentuan peraturan
perundangundangan di bidang perpajakan dan pelaksanaan
Perjanjian Internasional.
JENIS LEMBAGA KEUANGAN PELAPOR
1. LJK di sektor perbankan.
2. LJK di sektor Pasar Modal.
3. LJK di sektor Perasuransian.
4. LJK Lainnya.
5. Entitas Lain,
6. LJK, LJK Lainnya, dan Entitas Lain.
CRS

Standar Pelaporan Umum (Common Reporting Standard), yang


selanjutnya disebut CRS adalah standar yang berisi pelaporan,
prosedur identifikasi Rekening Keuangan, dan Pertukaran Informasi
yang dirujuk atau diatur dalam Perjanjian Internasional untuk
melakukan Pertukaran Informasi antarnegara.
PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
1. Laporan yang berisi informasi keuangan untuk pelaksanaan
Perjanjian Internasional disusun berdasarkan CRS. (International)
2. Laporan yang berisi informasi keuangan untuk pelaksanaan
ketentuan peraturan perundangundangan di bidang perpajakan
disusun berdasarkan CRS, kecuali Peraturan Menteri ini mengatur
lain. (Dalam daerah pabean)
PERTANYAAN MENDASAR

▪ Bagaimana Anda membayar pajak ??


▪ Bagaimana mencatat ?
– Penjualan
– Pembayaran gaji
– Pembayaran sewa
– Penerimaan pendapatan jasa?
▪ Dari mana pos-pos pajak dalam Laporan
Keuangan diperoleh ?
– Beban pajak penghasilan
– Utang pajak penghasilan / pajak dibayar dimuka
– Aset dan liabilitas pajak tangguhan
▪ Bagaimana pengungkapan dalam laporan
keuangan?

48
PAJAK DALAM LAPORAN KEUANGAN
Aktiva

Kewajiban

Beban Pajak

Arus kas

49
ILUSTRASI PAJAK PERUSAHAAN
LABA RUGI
Laba sebelum pajak xxx
Pajak kini (current tax) (xxx)
Pajak tangguhan (deferred tax) xxx
Laba tahun bjln dari operasi dilanjutkan xxx
Kerugian/pendapan operasi dihentikan xxx
Laba tahun berjalan xxx
Pendapatan komprehensif xxx
Pajak penghasilan terkait (xxx)
Total laba komprehensif xxx
Laba yang dapat diatribusikan kepada:
Pemilik entitas induk xxx
Kepentingan non pengendali xxx

NERACA
Aktiva Pajak Tangguhan xxx atau
Kewajiban Pajak Tangguhan xxx

50
PAJAK PERUSAHAAN
Dipotong
PPh 23 atas
penghasilan jasa
Badan
Memotong
PPh 21
atas gaji

PPN atas
PBB penyerahan
Penghasilan Meterai barang/jasa
BPHTB
Beban yang dapat dikurangkan Pajak Daerah
Penghasilan kena pajak
X tarif pajak
Pajak terutang 1thn fiskal Lapor
Kredit pajak KPP
• Angsuran pajak (PPh25)
• Dipotong pihak lain (22,23) Setor
• Pajak luar negeri (24) Kas negara
Pajak kurang/lebih bayar (29/28
PAJAK DALAM PERUSAHAAN
▪ Pajak atas Penghasilan Perusahaan
– Dibayar langsung oleh perusahaan :
• Angsuran pajak (PPh 25)
• Pembayaran pajak akhir tahun (PPh 28/29)
– Dipotong oleh pihak lain (final, tidak final, 22, 23)
– Laporan laba rugi akan mempengaruhi jumlah beban pajak dan di Neraca →
utang pajak / pajak dibayar dimuka
▪ Kewajiban memotong pajak pihak lain (with holding tax)
– Pajak atas penghasilan yang diterima pihak lain (21, 23, 26)
– PPN → pajak atas penyerahan barang / jasa kena pajak
– Tidak muncul dalam laporan laba rugi, tetapi di Neraca sebagai utang atau
pajak dibayar dimuka
▪ Pajak Lainnya
– PBB, pajak daerah, PPnBM → beban
– Pajak atas pengalihan hak atas tanah dan bangunan (BPHTP)
– Pajak Daerah
– Bea Materai
52

Anda mungkin juga menyukai