Materi :
PERPAJAKAN
Mulyono, CPA
Pajak
Pajak Pajak
Subyektif Obyektif
PPN, PPnBM
PPh
MENURUT SIFATNYA
• PAJAK LANGSUNG • PAJAK TIDAK LANGSUNG
Negara Daerah
PPH : UU. No. 7 Th. 1983 Dasar hukum Pajak Daerah & Retribusi:
diubah UU. No. 36Th 2008 UU No. 18 Th. 1997
diubah UU. No. 34 Th. 2000
PPN dan PPnBM: UU. No. 8 Th. 1983
diubah UU. No. 42 Th. 2009
BPHTB
Bea
PBB
Materai
PPn &
PPSP
PPnBM
BPSP
PPh
& PP
KUP
SISTEM PERPAJAKAN
1. Seperti kita ketahui bahwa sistem perpajakan yang berlaku di Indonesia
adalah Self Assessment
2. Sehingga pada wajib pajak diberikan kebebasan dan kepercayaan untuk
menghitung sendiri besarnya pajak terhutang, membayar dan menyetorkan ke
Kas Negara / bank Persepsi yang ditunjuk dan melaporkan ke KPP dimana
WP domisili dalam bentuk SPT baik masa maupun tahunan.
BERSIFAT TETAP /
SEMENTARA
KONSEP AKUNTANSI V.S. PAJAK
Konservatif
❑ Akuntansi menganut prinsip konservatif yang mengakui kerugian yang mungkin timbul (belum
direalisasi) yang dapat diperkirakan atau ditaksir dengan membentuk penyisihan.
❑ Sedangkan di dalam pasal 9 (1) c UU PPh-2008 tidak memperbolehkan untuk membentuk atau
memupuk dana cadangan kecuali dengan beberapa hal.
Penghasilan
❑ Akuntansi hanya membedakan penghasilan dari usaha pokok dan penghasilan diluar usaha pokok,
❑ Sedangkan PPh membedakan:
a. Penghasilan yang bukan objek pajak (Pasal 4 (3) UU No. 36/2008)
b. Penghasilan yang merupakan objek pajak yang dikenakan PPh final (pasal 4 (2) UU No.
36/2008)
c. Penghasilan yang merupakan objek pajak yang dikenakan tarif umum atau tidak final
PERBEDAAN PAJAK DAN AKUNTANSI -1
PSAK Undang-Undang
AKUNTANSI PAJAK
PERBEDAAN
Permanen Temporer
27
KONSEP AKUNTANSI V.S. PAJAK
• Biaya
❑ Tidak semua biaya dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, PPh membedakannya:
❑ Biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (deductible expense)
(Pasal 6 UU no. 17/2000)
❑ Biaya yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (non deductible expense) (pasal 9 UU No. 17/
2000)
❑ Biaya yang merupakan objek pemotongan PPh pasal 21, 23, 26, dan 4 (2) final
❑ Biaya yang bukan objek pemotongan PPh
48
PAJAK DALAM LAPORAN KEUANGAN
Aktiva
Kewajiban
Beban Pajak
Arus kas
49
ILUSTRASI PAJAK PERUSAHAAN
LABA RUGI
Laba sebelum pajak xxx
Pajak kini (current tax) (xxx)
Pajak tangguhan (deferred tax) xxx
Laba tahun bjln dari operasi dilanjutkan xxx
Kerugian/pendapan operasi dihentikan xxx
Laba tahun berjalan xxx
Pendapatan komprehensif xxx
Pajak penghasilan terkait (xxx)
Total laba komprehensif xxx
Laba yang dapat diatribusikan kepada:
Pemilik entitas induk xxx
Kepentingan non pengendali xxx
NERACA
Aktiva Pajak Tangguhan xxx atau
Kewajiban Pajak Tangguhan xxx
50
PAJAK PERUSAHAAN
Dipotong
PPh 23 atas
penghasilan jasa
Badan
Memotong
PPh 21
atas gaji
PPN atas
PBB penyerahan
Penghasilan Meterai barang/jasa
BPHTB
Beban yang dapat dikurangkan Pajak Daerah
Penghasilan kena pajak
X tarif pajak
Pajak terutang 1thn fiskal Lapor
Kredit pajak KPP
• Angsuran pajak (PPh25)
• Dipotong pihak lain (22,23) Setor
• Pajak luar negeri (24) Kas negara
Pajak kurang/lebih bayar (29/28
PAJAK DALAM PERUSAHAAN
▪ Pajak atas Penghasilan Perusahaan
– Dibayar langsung oleh perusahaan :
• Angsuran pajak (PPh 25)
• Pembayaran pajak akhir tahun (PPh 28/29)
– Dipotong oleh pihak lain (final, tidak final, 22, 23)
– Laporan laba rugi akan mempengaruhi jumlah beban pajak dan di Neraca →
utang pajak / pajak dibayar dimuka
▪ Kewajiban memotong pajak pihak lain (with holding tax)
– Pajak atas penghasilan yang diterima pihak lain (21, 23, 26)
– PPN → pajak atas penyerahan barang / jasa kena pajak
– Tidak muncul dalam laporan laba rugi, tetapi di Neraca sebagai utang atau
pajak dibayar dimuka
▪ Pajak Lainnya
– PBB, pajak daerah, PPnBM → beban
– Pajak atas pengalihan hak atas tanah dan bangunan (BPHTP)
– Pajak Daerah
– Bea Materai
52