Desember 2023
Ihsan Priyawibawa
LAIN-LAIN
DISCLAIMER
Panduan Praktis ini disusun dalam rangka peningkatan kapasitas dan kompetensi pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal
Pajak dalam memahami proses bisnis, regulasi perpajakan terkait, critical point/modus penghindaran pajak, dan strategi
penggalian potensi pajak serta pengawasan terhadap Wajib Pajak.
Materi dalam panduan praktis ini bersumber dari berbagai literatur, narasumber, regulasi, serta sumber lainnya.
Informasi/bahan yang digunakan dalam modul ini hanya untuk kepentingan internal Direktorat Jenderal Pajak, digunakan
sebagai salah satu referensi/acuan dalam pelaksanaan penggalian potensi pajak dan pelaksanaan tugas lainnya.
1. PROSES BISNIS
2. ASPEK PERPAJAKAN
4. STUDI KASUS
www.pajak.go.id
1. PROSES BISNIS
Pendaftaran Registrasi
Rawat Inap Kasir
3 Darurat
Pulang
Arus Tindakan
Pasien Unit Gawat Rawat Inap
Darurat Arus Tagihan
1. PROSES BISNIS
Sejak berlakunya sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, hampir 70-80%
pasien Rumah Sakit adalah pasien BJPS Kesehatan dan pembayaran klaim BPJS Kesehatan menjadi salah satu komponen
utama pada pendapatan Rumah Sakit. Berikut adalah alur pengajuan klaim BPJS:
Fasilitas Kesehatan
Pasien Sakit
Tingkat Pertama
- Puskesmas Rujuk/Program
- Klinik Pratama Rujuk Balik
- Dokter Perorangan
Rujukan sesuai
yang bekerja sama
indikasi medis
dengan BPJS Kesehatan
Fasilitas Kesehatan
Klaim Rujukan Tingkat
Lanjutan/
Rumah sakit
- Poli Spesialis
1. PROSES BISNIS
Sistem pembayaran dalam program JKN:
Tarif Kapitasi
Besaran pembayaran per bulan yang dibayar di muka oleh BPJS Kesehatan kepada FKTP berdasarkan jumlah
peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan
Jenis FKTP Pembayaran Kapitasi
FKTP BLUD Dibayarkan langsung ke Puskesmas BLUD
FKTP Non BLUD Dibayarkan kepada Bendahara Dana Kapitasi
FKTP Disetorkan langsung ke Kas Negara & dikelola dalam sistem APBN
FKTP Lain milik Pemerintah (FKTP TNI/Polri/Kemenhan)
melalui aplikasi SIMPONI
Dokter Praktik Pribadi (DPP) dan Klinik Pratama Dibayarkan langsung kepada DPP/Klinik Pratama
• Tidak ada pembayaran kapitasi ke jejaring
Jejaring • Pembayaran pelayanan yang termasuk dalam komponen kapitasi
dan dilakukan oleh jejaring dibayarkan oleh FKTP Induk
Pembayaran kapitasi maksimal tanggal 15 setiap bulan
Tarif Non Kapitasi
Besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan berdasarkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh FKTP
Jenis FKTP Pembayaran Kapitasi
FKTP BLUD Dibayarkan langsung ke Puskesmas BLUD
BA
FPK
Kelengkapan
Berkas Klaim
Hasil Verifikasi
disetujui pada hari
ke 10
• FKRTL mengakui klaim sebagai piutang • BPJS mengakui • BPJS mengakui • BPJS
• BPJS mengakui klaim sebagai Incurred Bu klaim sebagai klaim sebagai Utang melakukan
Not Reported (IBNR) Outstanding Claim pembayaran
(OSC) Utang
2. ASPEK PERPAJAKAN
Kewajiban perpajakan Rumah Sakit
Pajak Penghasilan
Uraian Jenis Pajak
Pemotongan PPh atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang
PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 26
diterima oleh orang pribadi
Pemotongan PPh atas penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta, royalti,
hadiah/penghargaan, dan imbalan sehubungan dengan jasa selain yang telah dipotong PPh Pasal PPh Pasal 23
21
Pemotongan PPh atas penghasilan berupa sewa tanah dan/atau bangunan, pengalihan harta
PPh Pasal 4 ayat (2)
berupa tanah dan/atau bangunan, dan jasa konstruksi
2. ASPEK PERPAJAKAN
Pemotongan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Tenaga Ahli (Dokter)
PER-16/PJ/2016
Dokter yang menjabat sebagai pengurus atau Gaji, tunjangan, honorarium, dan
Keuangan Entitas Rumah Sakit/Klinik
pimpinan rumah sakit imbalan lainnya
Dokter sebagai pegawai tetap atau pegawai Gaji, tunjangan, honorarium, dan
Keuangan Entitas Rumah Sakit/Klinik
honorer rumah sakit imbalan lainnya
Dokter Tetap, yaitu dokter yang mempunyai
jadwal praktik tetap namun bukan sebagai Fee jasa medis Pembayaran Pasien
pegawai rumah sakit
Dokter Tamu, yaitu dokter yang merawat atau
menitipkan pasiennya untuk dirawat di rumah Fee jasa medis Pembayaran Pasien
sakit
Dokter yang menyewa ruangan di rumah sakit
Fee jasa media Pembayaran Pasien
sebagai tempat praktiknya
2. ASPEK PERPAJAKAN
Pajak Pertambahan Nilai
Rumah Sakit yang melakukan penyerahan BKP/JKP > 4,8 M
Jasa pelayanan kesehatan medis dibebaskan dari pengenaan PPN wajib dikukuhkan sebagai PKP
Penjelasan:
• Pengeluaran yang memiliki hubungan langsung dengan kegiatan usaha adalah
pengeluaran untuk kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen
• Agar dapat dikreditkan PM juga harus memenuhi syarat bahwa pengeluaran tersebut
berkaitan dengan penyerahan yang terutang PPN
• Oleh karena itu, meskipun suatu pengeluaran berhubungan langsung dengan
kegiatan usaha masih dimungkinkan PM tersebut tidak dapat dikreditkan, yaitu apabila
pengeluaran dimaksud tidak berkaitan dengan penyerahan yang terutang PPN
PMK-186/PMK.03/2022
Pasien Rawat Inap/UGD PM Tidak Dapat Dikreditkan
1. Penyerahan yang Terutang Pajak: Distributor/Instalasi/Unit Farmasi
Misalnya: Penyerahan Obat
• PM yang berkenaan dengan Pasien Rawat Jalan PM Dapat Dikreditkan
penyerahannya dapat dikreditkan *Penyerahan dapat dipisahkan dengan pasti
Mengalikan jumlah Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dengan persentase yang
sebanding dengan perkiraan Penyerahan yang Terutang Pajak dan Pajak Masukan yang Berkenaan dengan
Penyerahannya Dapat Dikreditkan terhadap perkiraan penyerahan seluruhnya.
STEP 2: PKP MELAKUKAN PENGHITUNGAN KEMBALI PAJAK MASUKAN YANG DAPAT DIKREDITKAN BERDASARKAN
REALISASI
Mengalikan alokasi Pajak Masukan atas perolehan BKP dan/atau JKP dengan persentase yang sebanding dengan realisasi
Penyerahan yang Terutang Pajak dan Pajak Masukan yang Berkenaan dengan Penyerahannya Dapat Dikreditkan
terhadap realisasi penyerahan seluruhnya dalam setiap tahun pajak.
P’ : jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan berdasarkan realisasi penyerahan pada suatu Tahun Pajak
PM
P’ = × Z’ PM : jumlah Pajak Masukan atas perolehan BKP dan/atau JKP
T T : masa manfaat BKP dan/atau JKP
Z : Persentase (%) yang sebanding dengan realisasi Penyerahan yang Terutang Pajak dan Pajak Masukan
yang Berkenaan dengan Penyerahannya Dapat Dikreditkan terhadap realisasi penyerahan seluruhnya
Penghitungan kembali Pajak Masukan dilakukan pada tahun-tahun pajak setelah Tahun Pajak dilakukannya pengkreditan
Pajak Masukan berdasarkan perkiraan
4. TEKNIK/METODE PENGGALIAN POTENSI
3. Penghitungan kembali Pajak Masukan PMK-78/PMK.03/2010 jo PMK-135/PMK.011/2014 >> PMK-186/PMK.03/2022
1 4 10
1 (satu) tahun 4 (empat) tahun
untuk BKP dan JKP yang masa untuk BKP selain tanah dan/atau 10 (sepuluh) tahun
bangunan dan JKP, yang masa untuk BKP berupa tanah
manfaatnya tidak lebih dari 1
manfaatnya lebih dari 1 (satu) dan/atau bangunan
(satu) tahun
tahun
STEP 3: PKP MELAKUKAN PENYESUAIAN JUMLAH PAJAK MASUKAN YANG TELAH DIKREDITKAN
menghitung selisih antara Pajak Masukan yang dapat dikreditkan berdasarkan realisasi penyerahan dengan alokasi Pajak
Masukan yang dapat dikreditkan berdasarkan perkiraan
P : besarnya penyesuaian Pajak Masukan yang telah dikreditkan
P P’ : jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan berdasarkan realisasi penyerahan pada suatu Tahun
P =P’ -
T Pajak
P : jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan berdasarkan perkiraan
T : masa manfaat BKP dan/atau JKP
Besarnya penyesuaian Pajak Masukan yang dapat dikreditkan diperhitungkan dengan Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan pada suatu Masa Pajak paling lambat pada Masa Pajak ketiga dalam tahun-tahun pajak dilakukannya
penghitungan kembali.
5. STUDI KASUS
Memperkecil omset/penghasilan
Berdasarkan mirroring dengan Hasil Pemeriksaan diketahui pencatatan Pendapatan berdasarkan Rekonsiliasi Arus
Piutang adalah sebagai berikut
Catatan: Selisih peredaran usaha ini selanjutnya akan mempengaruhi penghitungan PM yang dapat dikreditkan
5. STUDI KASUS
Memperkecil omset/penghasilan
PENAMBAHAN ASET PADA LAPORAN KEUANGAN PENAMBAHAN ASET FAKTUR PAJAK MASUKAN
NAMA BARANG DPP
NAMA ASET 2019 2018 PERUBAHAN
ASET TETAP ALKES 34,003,257,288
TANAH 13,812,482,837 13,812,482,837 - ASET TETAP BANGUNAN 6,365,514,645
BANGUNAN 65,717,925,016 40,438,470,486 25,279,454,530
JASA 64,494,877
INVENTARIS KANTOR 55,951,943,520 40,401,424,070 15,550,519,450
JASA KALIBRASI 221,762,480
KENDARAAN 1,393,552,176 1,403,552,634 (10,000,458)
INSTALASI 11,610,989,084 7,856,512,634 3,754,476,450 JASA KSO 284,196,832
EMPLASEMENT 2,750,210,869 2,750,210,869 - Selisih ekualisasi JASA PEMELIHARAAN ASET MOBIL 3,281,769
NILAI PEROLEHAN ASET 151,237,103,502 106,662,655,548 44,574,449,972 dengan FPM SPT Masa JASA PENGELOAAN HAMA 25,454,487
PENYUSUTAN 69,752,031,126 61,351,821,526 8,400,209,600 PPN
JASA PENGELOLAAN LIMBAH 307,665,000
NSB ASET 81,485,072,376 45,310,834,022 36,174,238,354 4.480.790.936
JASA PENILAI 10,000,000
KEMUNGKINAN OBAT 36,286,128,457
PENAMBAHAN ASET PADA LAMPIRAN IA SPT TAHUNAN PERSEDIAAN DAPUR 442,133,010
PERSEDIAAN FARMASI RAWAT INAP 20,806,783,885
NAMA BARANG
HARGA PEROLEHAN Selisih ekualisasi
PERSEDIAAN GAS 1,010,154,793
PADA SPT TAHUNAN dengan SPT Tahunan
PPh Badan PERSEDIAAN KANTOR 3,672,000
BANGUNAN 1,615,375,714
INSTALASI 4,014,476,450 14.993.866.726 PERSEDIAAN PASIEN RAWAT INAP 714,630,033
Grand Total 100,549,129,557
Mesin kantor 14,057,291
PERALATAN MEDIS 12,792,361,364
PERALATAN UMUM 2,744,100,809
Grand Total 21,180,371,628
Keterangan:
1. Lakukan pengecekan dan pengelompokan sehubungan dengan FPM wajib pajak kedalam kelompok tertentu seperti; persediaan, aset tetap, jasa
pemeliharaan dsb, dan atau biaya dan aset lainnya;
2. Bandingkan jumlah antara pembelian aset tetap pada LK dengan jumlah aset tetap yang diidentifikasi menurut faktur pajak masukan;
3. Dalam hal faktur pajak masukan lebih besar dari penambahan aset ada kemungkinan aset yang dijadikan sebagai beban tahun berjalan (HPP);
4. Dalam hal faktur pajak masukan lebih kecil dari penambahan aset ada kemungkinan faktur yang belum terbit/dikreditkan atau adanya
penggelembungan aset oleh WP.
5. Konfirmasi kepada WP atas selisih ekualisasi
5. STUDI KASUS
Membebankan biaya penyisihan persediaan
5. STUDI KASUS
Tidak melaksanakan kewajiban witholding tax
PT. XYZ
Limbah
Medis/infectius
Retribusi
PEMDA/
Dinas
Kebersihan
5. STUDI KASUS
Pemotongan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Dokter
Memotong PPh Pasal 21 atas dokter yang melakukan praktik di rumah sakit dan/atau klinik dengan menggunakan
NPWP 000
Modus Penghindaran :
Terdapat Rumah Sakit yang memotong PPh 21 dengan nama “pegawai/Karyawan PT. XX”, “Tim Dokter ABC”, “NN”,
dan lain-lain.
Berdasarkan PER-16/PJ/2016 >> jumlah penghasilan bruto adalah sebesar jasa dokter yang dibayar oleh pasien melalui
RS sebelum dipotong biaya-biaya atau bagi hasil oleh RS/klinik.
5. STUDI KASUS
Pemotongan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Dokter
Tidak menggunakan penghasilan bruto dalam memotong PPh Pasal 21 atas dokter yang melakukan praktik di rumah
sakit dan/atau klinik
Contoh 2 GAJI PEGAWAI TETAP
KOMPILASI PPH PASAL 21
JUMLAH
JENIS AKUN
= MASA DESEMBER TOTAL
Misal :
Persentase sharing
Rumah Sakit : 25%
Dokter : 75%
Tarif paling tinggi untuk rumah sakit dengan jumlah tempat tidur 101-
Wajib Pajak mencatatkan biaya akreditasi sebesar
300 adalah sebesar Rp47.600.000
Rp213.842.338
Oleh karena itu, perlu dilakukan koreksi biaya fiskal sbb:
Berdasarkan data, RSN merupakan rumah sakit tipe C,
menurut Permenkes Nomor 340/MENKES/PER/III/2010, Nama Akun/ Perkiraan cfm Wajib Pajak cfm Analis Koreksi
jumlah tempat tidur yang dimiliki adalah 100-200 unit. Biaya Akreditasi Rp213.842.338 Rp47.600.000 Rp166.242.338
5. STUDI KASUS
Pembebanan biaya
• Pembebanan biaya listrik
a.Wajib
Beban Pajak
Listrik mencatatkan beban listrik pada Laporan Keuangan sebesar Rp5.506.804.162
a. Beban Listrik
Berdasarkan penelusuran
Berdasarkan penelusuran
Berdasarkan penelusuran data ILAP,pada data
data ILAP, diperoleh
diperoleh data ILAP,
sebagaidiperoleh
data sebagai berikut :
berikut : data sebagai berikut:
Pemakaian Listrik
Pemakaian Listrik
Rp 426,122,424
Rp Rp426,122,424
415,267,944
Jumlah
Rp pemakaian
385,227,024 listrik data ILAP Rp 5.089.229.964
Rp 415,267,944
Beban
Rp listrik cfm Laporan Keuangan
450,866,052 Rp 5.506.804.162
Rp Rp385,227,024
457,615,704
Selisih/koreksi
Rp Rp450,866,052
451,768,044
Rp 417.574.198
Rp Rp457,615,704
403,205,712
Rp Rp451,768,044
403,916,604
Rp Rp403,205,712
401,959,740
Rp 402,211,992
Rp 403,916,604
Rp 461,154,876
Rp Rp401,959,740
429,913,848
Jumlah Rp Rp402,211,992
5,089,229,964
Beban Listrik cfm. Laporan Keuangan Rp Rp461,154,876
5,506,804,162
Selisih / Koreksi Rp Rp429,913,848
417,574,198
Jumlah Rp 5,089,229,964
5. STUDI KASUS
Pembebanan biaya
• Terdapat jasa manajemen yang perlu dipertimbangkan eksistensi dan kewajarannya
• Koreksi biaya natura dan biaya yang tidak berhubungan dengan 3M yang kerap muncul pada industri rumah sakit,
seperti biaya perayaan HUT dan gathering, biaya makan dokter, biaya makan rapat
• Indikasi pemberian under table money kepada pihak-pihak tertentu.
5. STUDI KASUS
Pengkreditan Pajak Masukan
• Tidak menggunakan penyerahan seluruhnya sebagai penyebut dalam penghitungan kembali pajak masukan
yang dikreditkan
Surat Direktur Peraturan Perpajakan I Nomor S-417/PJ.02/2016 tanggal 4 Mei 2016, yang dimaksud dengan
‘penyerahan seluruhnya’ dalam Pasal 3 PMK-78/PMK.03/2010 >> PMK-186/PMK.03/2022 :
a) Rumah sakit merupakan satu kesatuan entitas Subjek Pajak/PKP yang melakukan penyerahan jasa pelayanan
kesehatan medis oleh unit perawatan, penyerahan obat oleh unit farmasi/apotek dan penyerahan barang atau jasa
lainnya.
b) Keseluruhan penyerahan yang dilakukan oleh rumah sakit sebagai satu entitas PKP tersebut dilaporkan sebagai
‘Jumlah Seluruh Penyerahan’ dalam SPT Masa PPN.
PM Mengalikan alokasi Pajak Masukan atas perolehan BKP dan/atau JKP dengan persentase yang
P’ = × Z’ sebanding dengan realisasi Penyerahan yang Terutang Pajak dan Pajak Masukan yang Berkenaan
T
dengan Penyerahannya Dapat Dikreditkan terhadap realisasi penyerahan seluruhnya dalam setiap
tahun pajak.
P’ : jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan berdasarkan realisasi penyerahan pada suatu Tahun Pajak
PM : jumlah Pajak Masukan atas perolehan BKP dan/atau JKP
T : masa manfaat BKP dan/atau JKP
Z : Persentase (%) yang sebanding dengan realisasi Penyerahan yang Terutang Pajak dan Pajak Masukan yang
Berkenaan dengan Penyerahannya Dapat Dikreditkan terhadap realisasi penyerahan seluruhnya
5. STUDI KASUS
Pengkreditan Pajak Masukan
• Analis melakukan analisa terhadap PM yang telah dikreditkan, namun terindikasi tidak memiliki kaitan dengan
penyerahan yang terutang PPN (penyerahan obat-obatan oleh instalasi farmasi kepada pasien rawat jalan) sbb:
5. STUDI KASUS
Pengkreditan Pajak Masukan
• Rekapitulasi Pelaporan SPT Masa PPN (Tahun 2017) sebagai berikut :
5. STUDI KASUS
Pengkreditan Pajak Masukan
• Berdasarkan analisis detil faktur pajak masukan pada 1111-B2, kesemuanya merupakan obat. Analis meyakini pajak
masukan yang ada merupakan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak yang masa manfaatnya 1 (satu) tahun
atau kurang. Sehingga, rumus yang digunakan untuk menghitung adalah :
• Atas, semua data-data di atas, maka penghitungan pajak masukan yang dapat dikreditkan adalah sebagai
Keterangan 2017
berikut
Penyerahan yang: Terutang Pajak Rp 35,780,622,322
Seluruh Penyerahan 1 Tahun Buku Rp 215,349,437,988
Prosentase (Z') 16.62%
Jumlah Pajak Masukan (PM) Rp 5,321,444,621
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dalam 1 (satu) tahun buku (P') Rp 884,165,763