Anda di halaman 1dari 41

PANDUAN PRAKTIS PENGGALIAN POTENSI

86103 – AKTIVITAS RUMAH SAKIT SWASTA


Direktorat Jenderal Pajak
Direktorat Potensi, Kepatuhan, dan Penerimaan

Desember 2023

RAHASIA, HANYA UNTUK INTERNAL DJP


TIM PENYUSUN PANDUAN PRAKTIS
Pengarah : Ihsan Priyawibawa, Direktur Potensi, Kepatuhan, dan Penerimaan
Penanggung Jawab : Haryo Abduh Suryo Negoro, Kepala Subdirektorat Potensi Perpajakan
Ketua Tim : 1. Sutanto Agustiono, Kepala KPP Pratama Lhokseumawe
2. Mochamad Chanif Fauzan, Kepala Seksi Potensi Sektor Jasa
Tim Penyusun : 1. Leonytha Meriana, Account Representitve KPP Madya Jakarta Timur
2. Taryana, Account Representative KPP Madya Kota Bekasi
3. Usamanto, Kepala Seksi pada Kanwil DJP Jakarta Timur
4. Diana Indriani, Kepala Seksi pada Kanwil DJP Jawa Barat III
5. Bayu Aji setiawan, Pelaksana Kanwil DJP Jakarta Timur
6. Indah Ayu Larasati, Pelaksana Kanwil DJP Jawa Barat III
7. Dimas Candra Pradita, Pelaksana Direktorat Potensi, Kepatuhan, dan Penerimaan
8. Masayu Annisa Ichsani, Pelaksana Direktorat Potensi, Kepatuhan, dan Penerimaan
9. Sevty Fiana, Pelaksana Direktorat Potensi, Kepatuhan, dan Penerimaan
TIM PENYUSUN PANDUAN PRAKTIS
Special Thanks to : 1. Novi Munarianto, Kepala Seksi Analisis Data II, Direktorat Data dan Informasi Perpajakan
2. Endah Sitarasmi, Pelaksana Direktorat Data dan Informasi Perpajakan
3. Tanda Butar Butar, Pelaksana Direktorat Data dan Informasi Perpajakan
4. Winnendra Dwi Saputra, Pelaksana Direktorat Data dan Informasi Perpajakan
5. Rifky Kusuma Wardana dan Tim, Pelaksana Direktorat Peraturan Perpajakan I
6. Kantor Wilayah DJP Jakarta Timur
7. Kantor Wilayah DJP Jawa Barat III
8. KPP Madya Jakarta Timur
9. KPP Madya Kota Bekasi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya kepada kita semua.
Sebagai upaya meningkatkan efektivitas pengawasan dan penggalian potensi pajak berbasis sektoral dalam rangka
memenuhi target penerimaan pajak, kami telah menentukan 445 KLU Dominan Nasional yang berkontribusi sebesar 94,40%
terhadap penerimaan netto nasional tahun 2021 atau lebih dari 80% penerimaan netto tahun 2021 tiap Kanwil DJP. Kami
memandang perlu untuk menyusun Panduan Praktis penggalian potensi pajak atas KLU Dominan tersebut agar menjadi salah
satu referensi dalam melakukan penggalian potensi pajak. Sebanyak 104 KLU Dominan telah disusun pada Batch I tahun 2021
dan 341 KLU Dominan lainnya disusun pada Batch II tahun 2022.
Penyusunan Panduan Praktis penggalian potensi merupakan salah satu program kerja pada Subdirektorat Potensi Perpajakan
untuk mengidentifikasi proses bisnis, aspek perpajakan, modus penghindaran pajak, serta teknik pengawasan/penggalian
potensi atas Wajib Pajak serta melibatkan para Account Representative Kontributor yang berasal dari seluruh Kanwil DJP
sehingga diharapkan dapat merepresentasikan secara aktual pengawasan dan penggalian potensi yang dilakukan oleh fiskus
saat bertugas di lapangan.
Penghargaan dan apresiasi yang tinggi kepada para Account Representative Kontributor yang telah menyusun Panduan Praktis
ini di tengah padatnya pekerjaan dan tugas yang harus diselesaikan. Kami pun menyadari bahwa Panduan Praktis ini masih
jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami membuka diri atas masukan dan saran untuk penyempurnaan Panduan Praktis
penggalian potensi pajak ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, Juli 2022

Ihsan Priyawibawa
LAIN-LAIN

DISCLAIMER
Panduan Praktis ini disusun dalam rangka peningkatan kapasitas dan kompetensi pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal
Pajak dalam memahami proses bisnis, regulasi perpajakan terkait, critical point/modus penghindaran pajak, dan strategi
penggalian potensi pajak serta pengawasan terhadap Wajib Pajak.
Materi dalam panduan praktis ini bersumber dari berbagai literatur, narasumber, regulasi, serta sumber lainnya.
Informasi/bahan yang digunakan dalam modul ini hanya untuk kepentingan internal Direktorat Jenderal Pajak, digunakan
sebagai salah satu referensi/acuan dalam pelaksanaan penggalian potensi pajak dan pelaksanaan tugas lainnya.

MASUKAN DAN SARAN


Dalam rangka penyempurnaan panduan praktis ini, kami mengharapkan masukan, kritik, serta saran dari Bapak/Ibu yang
dapat disampaikan melalui surat elektronik ke Subdirektorat Potensi Perpajakan, Direktorat Potensi, Kepatuhan, dan
Penerimaan melalui e-mail potensi.pkp@kemenkeu.go.id
OUTLINE

1. PROSES BISNIS

2. ASPEK PERPAJAKAN

3. CRITICAL POINT/MODUS PENGHINDARAN PAJAK

4. STUDI KASUS

5. TEKNIK/METODE PENGGALIAN POTENSI

www.pajak.go.id
1. PROSES BISNIS

Rumah sakit menyediakan beberapa Kegiatan Utama Rumah Sakit:


layanan diantaranya adalah sebagai berikut: • Rawat Inap
• Pelayanan Medik • Rawat Jalan
• Pelayanan Kefarmasian
Kegiatan Lain Rumah Sakit:
• Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan
• Sewa Ruangan, Alat Kesehatan,
• Pelayanan Penunjang Klinik
Ambulance, Open Table
• Pelayanan Penunjang Nonklinik
• Pendidikan, Pelatihan, dan Seminar
• Pelayanan Rawat Inap
• Penjualan Aktiva Tetap
• Bagi Hasil (atas KSO)
1. PROSES BISNIS
Rumah Sakit mempunyai proses bisnis yang beragam namun secara umum rumah sakit memiliki proses bisnis terintegrasi
yang sama yaitu proses pendaftaran, proses perawatan (rawat jalan dan rawat inap), dan proses kepulangan

Pendaftaran Perawatan Kepulangan


Rawat Jalan
Rawat Jalan
1
Farmasi/
Pasien Poliklinik Apotik

2 Rawat Inap Radiologi


Operasi
Hemodialisa
dll
Penunjang

Pendaftaran Registrasi
Rawat Inap Kasir

3 Darurat

Pulang

Arus Tindakan
Pasien Unit Gawat Rawat Inap
Darurat Arus Tagihan
1. PROSES BISNIS
Sejak berlakunya sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, hampir 70-80%
pasien Rumah Sakit adalah pasien BJPS Kesehatan dan pembayaran klaim BPJS Kesehatan menjadi salah satu komponen
utama pada pendapatan Rumah Sakit. Berikut adalah alur pengajuan klaim BPJS:

Peserta dengan kondisi gawat darurat dapat


IGD Gawat Darurat/Emergency langsung ke IGD FKRTL/Rumah sakit

Fasilitas Kesehatan
Pasien Sakit
Tingkat Pertama
- Puskesmas Rujuk/Program
- Klinik Pratama Rujuk Balik
- Dokter Perorangan
Rujukan sesuai
yang bekerja sama
indikasi medis
dengan BPJS Kesehatan

Fasilitas Kesehatan
Klaim Rujukan Tingkat
Lanjutan/
Rumah sakit
- Poli Spesialis
1. PROSES BISNIS
Sistem pembayaran dalam program JKN:
Tarif Kapitasi
Besaran pembayaran per bulan yang dibayar di muka oleh BPJS Kesehatan kepada FKTP berdasarkan jumlah
peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan
Jenis FKTP Pembayaran Kapitasi
FKTP BLUD Dibayarkan langsung ke Puskesmas BLUD
FKTP Non BLUD Dibayarkan kepada Bendahara Dana Kapitasi

FKTP Disetorkan langsung ke Kas Negara & dikelola dalam sistem APBN
FKTP Lain milik Pemerintah (FKTP TNI/Polri/Kemenhan)
melalui aplikasi SIMPONI
Dokter Praktik Pribadi (DPP) dan Klinik Pratama Dibayarkan langsung kepada DPP/Klinik Pratama
• Tidak ada pembayaran kapitasi ke jejaring
Jejaring • Pembayaran pelayanan yang termasuk dalam komponen kapitasi
dan dilakukan oleh jejaring dibayarkan oleh FKTP Induk
Pembayaran kapitasi maksimal tanggal 15 setiap bulan
Tarif Non Kapitasi
Besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan berdasarkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh FKTP
Jenis FKTP Pembayaran Kapitasi
FKTP BLUD Dibayarkan langsung ke Puskesmas BLUD

*BPJS Kesehatan FKTP Non BLUD Dibayarkan kepada Dinas Kesehatan


akan dikenakan FKTP Lain milik Pemerintah (FKTP TNI/Polri/Kemenhan) Dibayarkan langsung ke FKTP/FKTP TNI/Polri/Kemenhan
denda 1% dari jumlah
klaim untuk setiap Dokter Praktik Pribadi (DPP) dan Klinik Pratama Dibayarkan langsung kepada DPP/Klinik Pratama
bulan keterlambatan Jejaring Dibayarkan langsung ke Jejaring
Pembayaran non kapitasi dilakukan dengan mekanisme klaim dan pembayaran klaim maksimal 15 hari kerja
setelah klaim diterima lengkap
1. PROSES BISNIS
Sistem pembayaran dalam program JKN:

Tarif INA CBG


Besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan atas paket layanan yang didasarkan pada pengelompokan
diagnosis penyakit dan prosedur, meliputi seluruh komponen sumber daya rumah sakit yang digunakan dalam
pelayanan baik medis maupun non medis

Tarif Non INA CBG


Tarif di luar tarif paket INA CBG untuk beberapa jenis layanan tertentu (alat bantu kesehatan, obat kemoterapi,
FKRTL/ kantong darah, ambulans, dll) dengan proses pengajuan klaim dilakukan secara terpisah dari tarif INA CBG
Rumah sakit
• Pembayaran ke FKRTL dengan mekanisme klaim dan pembayaran klaim paling lambat 15 hari sejak
diterbitkan BA kelengkapan berkas klaim
• BPJS Kesehatan akan dikenakan denda 1% dari jumlah klaim untuk setiap bulan keterlambatan

Bulan Pelayanan Pengajuan Klaim Verifikasi Klaim Pembayaran Klaim


Utang
Pelayanan Peserta Faskes Ajukan Klaim BPJS Memverifikasi BPJS Bayar Maksimal
(tgl 1 s/d 30) (hari ke 1 s/d 10) (hari ke 1 s/d 10) Hari ke 15 Jatuh
Tempo
15 Hari

BA
FPK
Kelengkapan
Berkas Klaim
Hasil Verifikasi
disetujui pada hari
ke 10

• FKRTL mengakui klaim sebagai piutang • BPJS mengakui • BPJS mengakui • BPJS
• BPJS mengakui klaim sebagai Incurred Bu klaim sebagai klaim sebagai Utang melakukan
Not Reported (IBNR) Outstanding Claim pembayaran
(OSC) Utang
2. ASPEK PERPAJAKAN
Kewajiban perpajakan Rumah Sakit

Rumah Sakit Pemerintah Rumah Sakit Swasta


PPh Badan X V
PPh Potput V V
PPN Pemungut V
Keterangan:
• Sesuai Pasal 2 ayat (3) huruf b UU PPh, seluruh pendapatan yang diterima Rumah Sakit Pemerintah (BLU/BLUD)
bukan merupakan objek PPh Badan
• Rumah Sakit Pemerintah tetap memiliki kewajiban sebagai pemotong/pemungut PPh
• Sesuai Pasal 16A UU PPN, Rumah Sakit Pemerintah memiliki kewajiban untuk melakukan pemungutan PPN oleh
bendahara dan atas penyerahan BKP/JKP selain penyerahan jasa pelayanan kesehatan medik

Pajak Penghasilan
Uraian Jenis Pajak

Pemotongan PPh atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang
PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 26
diterima oleh orang pribadi

Pemotongan PPh atas pembelian barang PPh Pasal 22

Pemotongan PPh atas penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta, royalti,
hadiah/penghargaan, dan imbalan sehubungan dengan jasa selain yang telah dipotong PPh Pasal PPh Pasal 23
21
Pemotongan PPh atas penghasilan berupa sewa tanah dan/atau bangunan, pengalihan harta
PPh Pasal 4 ayat (2)
berupa tanah dan/atau bangunan, dan jasa konstruksi
2. ASPEK PERPAJAKAN
Pemotongan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Tenaga Ahli (Dokter)

PER-16/PJ/2016

Bentuk Hubungan Kerja Tenaga Kerja Medis (Dokter) berdasarkan SE-51/PJ.43/1995

Golongan Dokter Penghasilan Sumber Keuangan

Dokter yang menjabat sebagai pengurus atau Gaji, tunjangan, honorarium, dan
Keuangan Entitas Rumah Sakit/Klinik
pimpinan rumah sakit imbalan lainnya
Dokter sebagai pegawai tetap atau pegawai Gaji, tunjangan, honorarium, dan
Keuangan Entitas Rumah Sakit/Klinik
honorer rumah sakit imbalan lainnya
Dokter Tetap, yaitu dokter yang mempunyai
jadwal praktik tetap namun bukan sebagai Fee jasa medis Pembayaran Pasien
pegawai rumah sakit
Dokter Tamu, yaitu dokter yang merawat atau
menitipkan pasiennya untuk dirawat di rumah Fee jasa medis Pembayaran Pasien
sakit
Dokter yang menyewa ruangan di rumah sakit
Fee jasa media Pembayaran Pasien
sebagai tempat praktiknya
2. ASPEK PERPAJAKAN
Pajak Pertambahan Nilai
Rumah Sakit yang melakukan penyerahan BKP/JKP > 4,8 M
Jasa pelayanan kesehatan medis dibebaskan dari pengenaan PPN wajib dikukuhkan sebagai PKP

UU Nomor 7 Tahun 2021 – Pajak Pertambahan Nilai


SE-06/PJ.52/2000
Pasal 16B ayat (1a) huruf j
Penyerahan obat pada instalasi farmasi/apotik di
Rumah Sakit

Kepada pasien rawat inap > tidak terutang PPN

Kepada pasien rawat jalan > terutang PPN

Kegiatan lain yang dilakukan Rumah Sakit yang terutang PPN:


• Penyerahan alat kesehatan kepada pasien rawat jalan
• Komisi penjualan produk supplier (contoh: obat, alat
PP Nomor 49 Tahun 2022 – Pasal 10
kesehatan, susu, dll)
• Penjualan barang di minimarket/toko milik Rumah Sakit
• Penghasilan dari sewa tanah/bangunan (contoh: ATM,
kantin, toko, dll)
• Lain-lain
2. ASPEK PERPAJAKAN
Pengkreditan Pajak Masukan Pasal 9 ayat (8) huruf b
UU Nomor 7 Tahun 2021 – Pajak Pertambahan Nilai
Pasal 9 ayat (6)

Penjelasan:
• Pengeluaran yang memiliki hubungan langsung dengan kegiatan usaha adalah
pengeluaran untuk kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen
• Agar dapat dikreditkan PM juga harus memenuhi syarat bahwa pengeluaran tersebut
berkaitan dengan penyerahan yang terutang PPN
• Oleh karena itu, meskipun suatu pengeluaran berhubungan langsung dengan
kegiatan usaha masih dimungkinkan PM tersebut tidak dapat dikreditkan, yaitu apabila
pengeluaran dimaksud tidak berkaitan dengan penyerahan yang terutang PPN

PMK-186/PMK.03/2022
Pasien Rawat Inap/UGD PM Tidak Dapat Dikreditkan
1. Penyerahan yang Terutang Pajak: Distributor/Instalasi/Unit Farmasi
Misalnya: Penyerahan Obat
• PM yang berkenaan dengan Pasien Rawat Jalan PM Dapat Dikreditkan
penyerahannya dapat dikreditkan *Penyerahan dapat dipisahkan dengan pasti

• PM yang berkenaan dengan


penyerahannya tidak dapat dikreditkan Pasien Rawat Inap/UGD PM dihitung berdasarkan
Distributor/Instalasi/Unit Farmasi
(Pasal 9A UU PPN) Misalnya: Penyerahan Obat Pedoman Pengkreditan Pajak
Pasien Rawat Jalan Masukan (PMK-186/PMK.03/2022)
2. Penyerahan yang Tidak Terutang Pajak
(Pasal 4A dan 16B UU PPN) Tidak berkaitan dengan
Distributor Alat Kesehatan penyerahan yang terutang PM Tidak Dapat Dikreditkan
PPN
2. ASPEK PERPAJAKAN
Jenis Aspek
No. Uraian Keterangan
Usaha/Kegiatan Perpajakan
1 Rawat Jalan Terdiri dari:
(Pendapatan a. Obat dan perlengkapan - PPN Keluaran Obat Rawat Jalan dikenakan PPN.
Rawat Jalan) medis - PPN Masukan Pengakuan PM yang dapat
- PPh Pasal 17 dikreditkan >> apabila WP tidak
dapat memisahkan secara spesifik
pembelian atas obat rawat jalan
dengan pembelian lainnya
b. Layanan poliklinik - PPh Pasal 17 Penghasilan Usaha
c. Layanan penunjang - PPh Pasal 21
medis dan diagnostic - PPh Pasal 29
d. Jasa medis
e. Layanan Instalasi Gawat
Darurat
f. Administrasi dan lainnya - PPh Pasal 17 Penghasilan Lainnya
2 Rawat Inap Terdiri dari:
(Pendapatan a. Obat dan perlengkapan - PPh Pasal 17 Penghasilan Usaha
Rawat Inap) medis
b. Layanan rawat inap - PPh Pasal 17
c. Layanan penunjang - PPh Pasal 21
medis dan diagnostic - PPh Pasal 29
d. Jasa medis
e. Administrasi dan lainnya - PPh Pasal 17 Penghasilan Lainnya
2. ASPEK PERPAJAKAN
Jenis Aspek
No.
Usaha/Kegiatan Uraian Perpajakan Keterangan
4 Aktiva Tetap Terdiri dari:
a. Pembelian/ Penjualan Aktiva Tetap - PPN Masukan Laba atas penjualan Aktiva Tetap
- PPN Keluaran
- PPh Pasal 17
b. Pembangunan Rumah Sakit - PPN KMS Dibangun Sendiri
- Pasal 4 ayat Jasa Konstruksi
(2)
c. Renovasi/ Perbaikan Rumah Sakit - PPh Pasal 21 Dilakukan Sendiri
- PPh Pasal 23 Dilakukan Pihak Lain
d. Perawatan Aktiva Tetap - PPh Pasal 23 Dilakukan Pihak Lain
e. Penyusutan - PPh Pasal 29
5 Pembelian Obat dan Terdiri dari:
Jasa (Jasa Dokter, Penghitungan HPP dan Beban atas - PPh Pasal 21 (Dasar Penghitungan PPh Pasal 21
Jasa Tenaga Medis Pegawai Tetap dan Bukan Pegawai - PPh Pasal 23 Bukan Pegawai >> Sesuai ketentuan
Lainnya, Jasa - PPh Pasal 29 yang berlaku adalah jumlah
Administrasi) - PPN Masukan penghasilan bruto)
Tenaga Kerja Asing -PPh Pasal 26 Berdomisili ≤ 183 hari dalam 12 bulan
-PPh Pasal 21 Berdomisili > 183 hari dalam 12 bulan
6 Transaksi dengan Terdiri dari:
Pihak Berelasi a. Utang dan Beban Bunga - PPh Pasal 23
b. Jasa Manajemen - PPh Pasal 29
c. Pendapatan dari Kerja Sama - PPN Keluaran
Operasi
7 Dividen Pembagian Dividen - PPh Pasal 23 WP Badan
- PPh Pasal 4 WP Orang Pribadi
2. ASPEK PERPAJAKAN
Jenis
No. Uraian Aspek Perpajakan Keterangan
Usaha/Kegiatan
3 Kegiatan Lain-lain Terdiri dari:
(Pendapatan Lain- a. Pendaftaran Pasien - PPh Pasal 17 Penghasilan Lain dari probis
Lain) Registrasi, Misal: Buku Pasien, Kartu
Pasien, Gelang Pasien
b. Reklame/ Papan Iklan Penghasilan Lainnya
c. Komisi dari Industri Penghasilan Lain dari Industri Misal:
Susu dan Obat
d. Residu Obat Penghasilan Lainnya
e. Penerimaan Kembali Pembayaran Penghasilan Lainnya
dari Penghapusan Piutang
f. Sewa Ruangan, Tanah dan - PPh Pasal 4 ayat (2) Pendapatan Sewa Misal ATM, Kantin,
Bangunan, Open Table - PPN Restoran, Café, Toko, dsb
g. Bagi Hasil (Pendapatan Lain-Lain - PPh Pasal 23 Misal dilakukan dengan RS
atas Kerja Sama Operasi) - PPh Pasal 4 ayat (2) Pemerintah, Penghasilan yang
- PPh Pasal 29 diterima RS Pemerintah Bukan
- PPN atas sewa alat Objek PPh
h. Jasa Pengelolaan Parkir - PPh Pasal 21 Dilakukan Sendiri
- PPh Pasal 23 Dilakukan Pihak Lain
i. Pendidikan dan Pelatihan - PPh Pasal 21 Dilakukan Sendiri
(Pendapatan Pendidikan dan - PPh Pasal 23 Dilakukan Pihak Lain
Pelatihan/ Seminar)
j. Kerja Sama Koperasi Rumah Sakit -PPh Pasal 17 PPh diterima Koperasi
dengan Pihak Swasta -PPh Pasal 23 PPh diterima Swasta
dan/atau Pasal 4
ayat (2)
2. ASPEK PERPAJAKAN
No. Jenis Usaha/Kegiatan Uraian Aspek Perpajakan Keterangan
8 Koreksi Fiskal Terdiri dari:
a. Pemberian natura - PPh Pasal 21
b. Cadangan Piutang Usaha - PPh Pasal 29
c. Cadangan liabilitas imbalan
kerja (realisasinya)
d. Sumbangan
e. Penghitungan Penyusutan
f. Pajak Penghasilan
g. Lain-lain
9 Pemakaian Jasa Audit/ Dilaksanakan oleh:
Konsultan WP DN PPh Pasal 21/23
WP LN PPh Pasal 26
10 Bea Meterai Pengenaan bea meterai atas Bea Meterai
dokumen dengan nilai transaksi
tertentu
11 Pembayaran Royalti WP DN - PPh Pasal 23
atas Jasa Manajemen Management Fee - PPN
Marketing Fee
Technical Fee
Advisory Fee, Royalti
WP LN - PPh Pasal 26 atau
Management Fee berdasar P3B
Marketing Fee - PPN Jasa Luar
Technical Fee Negeri
Advisory Fee, Royalti
3. CRITICAL POINT/MODUS PENGHINDARAN PAJAK
1. Memperkecil omset/penghasilan
2. Membebankan biaya penyisihan nilai persediaan
3. Tidak melaksanakan kewajiban witholding tax
4. Pemotongan PPh Pasal 21 atas penghasilan Dokter
• Memotong PPh Pasal 21 atas dokter yang melakukan praktik di rumah sakit dan/atau klinik
dengan menggunakan NPWP 000
• Tidak menggunakan penghasilan bruto dalam memotong PPh Pasal 21 atas dokter yang
melakukan praktik di rumah sakit dan/atau klinik
• FKTP tidak melakukan pemotongan PPh Pasal 21 atas dana kapitasi yang dialokasikan untuk
pembayaran jasa pelayanan kesehatan (dokter dan karyawan FKTP)
6. Pembebanan biaya
• Biaya natura tidak berhubungan dengan 3M
• Pembebanan biaya akreditasi yang tidak benar
• Pembebanan biaya listrik yang tidak benar
• Pemberian under table money
• Kewajaran dan eksistensi biaya manajemen
7. Pemungutan PPN
• Tidak melakukan pemungutan PPN atas penyerahan selain jasa pelayanan kesehatan medik
• Kegiatan membangun sendiri
• Tidak melakukan pemungutan PPN atas obat rawat jalan pasien peserta BPJS
8. Kesalahan penghitunganan kembali pengkreditan pajak masukan
Tidak menggunakan penyerahan seluruhnya sebagai penyebut dalam penghitungan kembali pajak
masukan yang dikreditkan
4. TEKNIK/METODE PENGGALIAN POTENSI
Secara umum, Teknik/metode penggalian potensi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Melakukan Analisis Laporan Keuangan


a. Analisis Posisi Keuangan
• Analisis Kas
Membandingkan nilai Kas dan Setara Kas pada Laporan Keuangan dengan Data Saldo Keuangan yang
bersumber dari Exchange of Information (EoI)
• Analisis Persediaan
➢ Melakukan analisis detil faktur pembelian dan reklasifikasi faktur pajak masukan untuk tiap jenis barang
➢ Dalam hal faktur pajak masukan lebih besar dari penambahan aset ada kemungkinan aset yang dijadikan
sebagai beban tahun berjalan (HPP)
➢ Dalam hal faktur pajak masukan lebih kecil dari penambahan aset ada kemungkinan faktur pajak yang
belum terbit atau adanya penggelembungan aset oleh WP
• Analisis Aset Tetap
Membandingkan jumlah pembelian aset tetap pada Laporan Keuangan dengan jumlah aset tetap yang
diidentifikasi menurut faktur pajak masukan
• Analisis Piutang
Melakukan uji arus piutang menggunakan data SPT Masa PPN, CaLK, Laporan Laba Rugi, Laporan Arus Kas,
dan General Ledger
• Analisis Pinjaman
• Analisis Biaya Cadangan/Penyisihan
• Analisis Imbalan Pasca Kerja
4. TEKNIK/METODE PENGGALIAN POTENSI
b. Analisis Laba Rugi
• Analisis Peredaran Usaha
• Analisis Pendapatan
➢ Membandingkan Laporan Keuangan Konsolidasi dengan Laporan Keuangan Wajib Pajak
➢ Membandingkan Pendapatan Jasa Media pada Laporan Keuangan dengan Penghasilan Bruto PPh Pasal 21
dengan kode 07 dan 04
➢ Membandingkan Pendapatan Farmasi Rawat Jalan pada Laporan Keuangan dengan DPP PPN PK
• Analisis Diskon/Rebate
• Analisis Beban Gaji
Membandingkan beban gaji pegawai tetap dan tenaga ahli (dokter) pada Laporan Keuangan dengan penghasilan
pada SPT Masa PPh Pasal 21
c. Perbandingan Horizontal dan Vertikal
• Melakukan perbandingan horizontal untuk melihat kewajaran beban yang diakui Wajib Pajak dari tahun ke tahun
• Melakukan perbandingan vertikal untuk melihat kewajaran pendapatan dengan beban terkait dibandingkan
dengan tahun yang berbeda

2. Memanfaatkan Data Pihak Ketiga


Memanfaatkan data pihak ketiga seperti data saldo keuangan yang bersumber dari EoI, data ILAP, data KJPP, dan
data/informasi dari internet.
4. TEKNIK/METODE PENGGALIAN POTENSI
3. Penghitungan kembali Pajak Masukan PMK-78/PMK.03/2010 jo PMK-135/PMK.011/2014 >> PMK-186/PMK.03/2022
STEP 1: PKP MENGHITUNG PAJAK MASUKAN YANG DAPAT DIKREDITKAN BERDASARKAN PERKIRAAN

Mengalikan jumlah Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dengan persentase yang
sebanding dengan perkiraan Penyerahan yang Terutang Pajak dan Pajak Masukan yang Berkenaan dengan
Penyerahannya Dapat Dikreditkan terhadap perkiraan penyerahan seluruhnya.

P : jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan berdasarkan perkiraan


P = PM x Z PM : jumlah Pajak Masukan atas perolehan BKP dan/atau JKP
Z : Persentase (%) yang sebanding dengan perkiraan Penyerahan yang Terutang Pajak dan
Pajak Masukan yang Berkenaan dengan Penyerahannya Dapat Dikreditkan terhadap perkiraan penyerahan
seluruhnya

STEP 2:​ PKP MELAKUKAN PENGHITUNGAN KEMBALI PAJAK MASUKAN YANG DAPAT DIKREDITKAN BERDASARKAN
REALISASI

Mengalikan alokasi Pajak Masukan atas perolehan BKP dan/atau JKP dengan persentase yang sebanding dengan realisasi
Penyerahan yang Terutang Pajak dan Pajak Masukan yang Berkenaan dengan Penyerahannya Dapat Dikreditkan
terhadap realisasi penyerahan seluruhnya dalam setiap tahun pajak.
P’ : jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan berdasarkan realisasi penyerahan pada suatu Tahun Pajak
PM
P’ = × Z’ PM : jumlah Pajak Masukan atas perolehan BKP dan/atau JKP
T T : masa manfaat BKP dan/atau JKP
Z : Persentase (%) yang sebanding dengan realisasi Penyerahan yang Terutang Pajak dan Pajak Masukan
yang Berkenaan dengan Penyerahannya Dapat Dikreditkan terhadap realisasi penyerahan seluruhnya

Penghitungan kembali Pajak Masukan dilakukan pada tahun-tahun pajak setelah Tahun Pajak dilakukannya pengkreditan
Pajak Masukan berdasarkan perkiraan
4. TEKNIK/METODE PENGGALIAN POTENSI
3. Penghitungan kembali Pajak Masukan PMK-78/PMK.03/2010 jo PMK-135/PMK.011/2014 >> PMK-186/PMK.03/2022

MASA MANFAAT BKP/JKP UNTUK KEPERLUAN PENGHITUNGAN KEMBALI PM

1 4 10
1 (satu) tahun 4 (empat) tahun
untuk BKP dan JKP yang masa untuk BKP selain tanah dan/atau 10 (sepuluh) tahun
bangunan dan JKP, yang masa untuk BKP berupa tanah
manfaatnya tidak lebih dari 1
manfaatnya lebih dari 1 (satu) dan/atau bangunan
(satu) tahun
tahun

STEP 3:​ PKP MELAKUKAN PENYESUAIAN JUMLAH PAJAK MASUKAN YANG TELAH DIKREDITKAN

menghitung selisih antara Pajak Masukan yang dapat dikreditkan berdasarkan realisasi penyerahan dengan alokasi Pajak
Masukan yang dapat dikreditkan berdasarkan perkiraan
P : besarnya penyesuaian Pajak Masukan yang telah dikreditkan
P P’ : jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan berdasarkan realisasi penyerahan pada suatu Tahun
P =P’ -
T Pajak
P : jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan berdasarkan perkiraan
T : masa manfaat BKP dan/atau JKP

Besarnya penyesuaian Pajak Masukan yang dapat dikreditkan diperhitungkan dengan Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan pada suatu Masa Pajak paling lambat pada Masa Pajak ketiga dalam tahun-tahun pajak dilakukannya
penghitungan kembali.
5. STUDI KASUS
Memperkecil omset/penghasilan
Berdasarkan mirroring dengan Hasil Pemeriksaan diketahui pencatatan Pendapatan berdasarkan Rekonsiliasi Arus
Piutang adalah sebagai berikut

Berdasarkan mirroring dengan Hasil Pemeriksaan


diketahui pencatatan Pendapatan berdasarkan
Rekonsiliasi Arus Piutang adalah sebagai berikut

Catatan: Selisih peredaran usaha ini selanjutnya akan mempengaruhi


penghitungan PM yang dapat dikreditkan

Catatan: Selisih peredaran usaha ini selanjutnya akan mempengaruhi penghitungan PM yang dapat dikreditkan
5. STUDI KASUS
Memperkecil omset/penghasilan
PENAMBAHAN ASET PADA LAPORAN KEUANGAN PENAMBAHAN ASET FAKTUR PAJAK MASUKAN
NAMA BARANG DPP
NAMA ASET 2019 2018 PERUBAHAN
ASET TETAP ALKES 34,003,257,288
TANAH 13,812,482,837 13,812,482,837 - ASET TETAP BANGUNAN 6,365,514,645
BANGUNAN 65,717,925,016 40,438,470,486 25,279,454,530
JASA 64,494,877
INVENTARIS KANTOR 55,951,943,520 40,401,424,070 15,550,519,450
JASA KALIBRASI 221,762,480
KENDARAAN 1,393,552,176 1,403,552,634 (10,000,458)
INSTALASI 11,610,989,084 7,856,512,634 3,754,476,450 JASA KSO 284,196,832
EMPLASEMENT 2,750,210,869 2,750,210,869 - Selisih ekualisasi JASA PEMELIHARAAN ASET MOBIL 3,281,769
NILAI PEROLEHAN ASET 151,237,103,502 106,662,655,548 44,574,449,972 dengan FPM SPT Masa JASA PENGELOAAN HAMA 25,454,487
PENYUSUTAN 69,752,031,126 61,351,821,526 8,400,209,600 PPN
JASA PENGELOLAAN LIMBAH 307,665,000
NSB ASET 81,485,072,376 45,310,834,022 36,174,238,354 4.480.790.936
JASA PENILAI 10,000,000
KEMUNGKINAN OBAT 36,286,128,457
PENAMBAHAN ASET PADA LAMPIRAN IA SPT TAHUNAN PERSEDIAAN DAPUR 442,133,010
PERSEDIAAN FARMASI RAWAT INAP 20,806,783,885
NAMA BARANG
HARGA PEROLEHAN Selisih ekualisasi
PERSEDIAAN GAS 1,010,154,793
PADA SPT TAHUNAN dengan SPT Tahunan
PPh Badan PERSEDIAAN KANTOR 3,672,000
BANGUNAN 1,615,375,714
INSTALASI 4,014,476,450 14.993.866.726 PERSEDIAAN PASIEN RAWAT INAP 714,630,033
Grand Total 100,549,129,557
Mesin kantor 14,057,291
PERALATAN MEDIS 12,792,361,364
PERALATAN UMUM 2,744,100,809
Grand Total 21,180,371,628
Keterangan:
1. Lakukan pengecekan dan pengelompokan sehubungan dengan FPM wajib pajak kedalam kelompok tertentu seperti; persediaan, aset tetap, jasa
pemeliharaan dsb, dan atau biaya dan aset lainnya;
2. Bandingkan jumlah antara pembelian aset tetap pada LK dengan jumlah aset tetap yang diidentifikasi menurut faktur pajak masukan;
3. Dalam hal faktur pajak masukan lebih besar dari penambahan aset ada kemungkinan aset yang dijadikan sebagai beban tahun berjalan (HPP);
4. Dalam hal faktur pajak masukan lebih kecil dari penambahan aset ada kemungkinan faktur yang belum terbit/dikreditkan atau adanya
penggelembungan aset oleh WP.
5. Konfirmasi kepada WP atas selisih ekualisasi
5. STUDI KASUS
Membebankan biaya penyisihan persediaan
5. STUDI KASUS
Tidak melaksanakan kewajiban witholding tax

PT. XYZ

PT. XYZ membayar Jasa Pengolahan limbah, memotong


PPh Pasal 23 dan membayar PPN atas Jasa pengolahan PT. ABC
limbah

Limbah
Medis/infectius

PT ABC menerbitkan Faktur Pajak kepada PT XYZ


Limbah Non
Medis

Retribusi

PEMDA/
Dinas
Kebersihan
5. STUDI KASUS
Pemotongan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Dokter
Memotong PPh Pasal 21 atas dokter yang melakukan praktik di rumah sakit dan/atau klinik dengan menggunakan
NPWP 000

Modus Penghindaran :
Terdapat Rumah Sakit yang memotong PPh 21 dengan nama “pegawai/Karyawan PT. XX”, “Tim Dokter ABC”, “NN”,
dan lain-lain.

Pengawasan Pemotongan PPh Pasal 21 atas Dokter :


Penghasilan/DPP PPh Pasal 21 terindikasi tidak dihitung secara akumulasi untuk setiap bulannya, sehingga tarif pajak
PPh Pasal 21 selalu dihitung dengan tarif terendah dari Pasal 17 UU PPh (5%).

Pengawasan atas pelaporan SPT Tahunan Dokter :


Identitas Dokter yang dipotong dengan NPWP ‘000000000’ agar diminta ke Rumah Sakit pemotong, dan dijadikan
alat keterangan ke KPP tempat Dokter terdaftar.
5. STUDI KASUS
Pemotongan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Dokter
Tidak menggunakan penghasilan bruto dalam memotong PPh Pasal 21 atas dokter yang melakukan praktik di rumah
sakit dan/atau klinik
Contoh 1
CFM WP - Penghitungan PPh Pasal 21 untuk Bukan Pegawai menggunakan pendapatan neto.

Berdasarkan PER-16/PJ/2016 >> jumlah penghasilan bruto adalah sebesar jasa dokter yang dibayar oleh pasien melalui
RS sebelum dipotong biaya-biaya atau bagi hasil oleh RS/klinik.
5. STUDI KASUS
Pemotongan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Dokter
Tidak menggunakan penghasilan bruto dalam memotong PPh Pasal 21 atas dokter yang melakukan praktik di rumah
sakit dan/atau klinik
Contoh 2 GAJI PEGAWAI TETAP
KOMPILASI PPH PASAL 21
JUMLAH
JENIS AKUN
= MASA DESEMBER TOTAL

JML PEGAWAI TETAP = 442 425


JML PH BRUTO PEGAWAI TETAP = 8,450,250,151 53,942,899,976
JML PPH PEGAWAI TETAP = 1,540,125,980 6,764,782,808
JML BKN PGW TENAGA AHLI = 153 155
=
JML PH BRUTO BKN PGW TENAGA AHLI 7,018,255,294 73,956,330,759
JML PPH BKN PGW TENAGA AHLI = 744,662,636 7,025,064,527
JML TOTAL PENERIMA PH = 595 580
JML TOTAL PH BRUTO = 15,468,505,445 127,899,230,735 GAJI DOKTER (TENAGA AHLI)
JML TOTAL PPH 2,284,788,616 13,789,847,335

Besarnya penghasilan bruto tenaga ahli (07) pada SPT PPh


Pasal 21 WP hanya sebesar biaya praktek dokter bukan
penghasilan atas praktek dokter
5. STUDI KASUS
Pemotongan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Dokter

Misal :
Persentase sharing
Rumah Sakit : 25%
Dokter : 75%

Berapa DPP Pasal 21 atas Jasa Medis ?


5. STUDI KASUS
Berdasarkan Keputusan Ketua Eksekutif Komisi Akreditasi RS Nomor
Pembebanan biaya 1640/SK/KARS/XI/2019, tarif kegiatan survey akreditasi nasional Komisi
Akreditasi RS sbb:
• Pembebanan biaya akreditasi

Tarif paling tinggi untuk rumah sakit dengan jumlah tempat tidur 101-
Wajib Pajak mencatatkan biaya akreditasi sebesar
300 adalah sebesar Rp47.600.000
Rp213.842.338
Oleh karena itu, perlu dilakukan koreksi biaya fiskal sbb:
Berdasarkan data, RSN merupakan rumah sakit tipe C,
menurut Permenkes Nomor 340/MENKES/PER/III/2010, Nama Akun/ Perkiraan cfm Wajib Pajak cfm Analis Koreksi
jumlah tempat tidur yang dimiliki adalah 100-200 unit. Biaya Akreditasi Rp213.842.338 Rp47.600.000 Rp166.242.338
5. STUDI KASUS
Pembebanan biaya
• Pembebanan biaya listrik
a.Wajib
Beban Pajak
Listrik mencatatkan beban listrik pada Laporan Keuangan sebesar Rp5.506.804.162
a. Beban Listrik

Berdasarkan penelusuran
Berdasarkan penelusuran
Berdasarkan penelusuran data ILAP,pada data
data ILAP, diperoleh
diperoleh data ILAP,
sebagaidiperoleh
data sebagai berikut :
berikut : data sebagai berikut:

Pemakaian Listrik
Pemakaian Listrik
Rp 426,122,424
Rp Rp426,122,424
415,267,944
Jumlah
Rp pemakaian
385,227,024 listrik data ILAP Rp 5.089.229.964
Rp 415,267,944
Beban
Rp listrik cfm Laporan Keuangan
450,866,052 Rp 5.506.804.162
Rp Rp385,227,024
457,615,704
Selisih/koreksi
Rp Rp450,866,052
451,768,044
Rp 417.574.198
Rp Rp457,615,704
403,205,712
Rp Rp451,768,044
403,916,604

Rp Rp403,205,712
401,959,740
Rp 402,211,992
Rp 403,916,604
Rp 461,154,876
Rp Rp401,959,740
429,913,848
Jumlah Rp Rp402,211,992
5,089,229,964
Beban Listrik cfm. Laporan Keuangan Rp Rp461,154,876
5,506,804,162
Selisih / Koreksi Rp Rp429,913,848
417,574,198

Jumlah Rp 5,089,229,964
5. STUDI KASUS
Pembebanan biaya
• Terdapat jasa manajemen yang perlu dipertimbangkan eksistensi dan kewajarannya

• Koreksi biaya natura dan biaya yang tidak berhubungan dengan 3M yang kerap muncul pada industri rumah sakit,
seperti biaya perayaan HUT dan gathering, biaya makan dokter, biaya makan rapat
• Indikasi pemberian under table money kepada pihak-pihak tertentu.
5. STUDI KASUS
Pengkreditan Pajak Masukan
• Tidak menggunakan penyerahan seluruhnya sebagai penyebut dalam penghitungan kembali pajak masukan
yang dikreditkan

Surat Direktur Peraturan Perpajakan I Nomor S-417/PJ.02/2016 tanggal 4 Mei 2016, yang dimaksud dengan
‘penyerahan seluruhnya’ dalam Pasal 3 PMK-78/PMK.03/2010 >> PMK-186/PMK.03/2022 :
a) Rumah sakit merupakan satu kesatuan entitas Subjek Pajak/PKP yang melakukan penyerahan jasa pelayanan
kesehatan medis oleh unit perawatan, penyerahan obat oleh unit farmasi/apotek dan penyerahan barang atau jasa
lainnya.
b) Keseluruhan penyerahan yang dilakukan oleh rumah sakit sebagai satu entitas PKP tersebut dilaporkan sebagai
‘Jumlah Seluruh Penyerahan’ dalam SPT Masa PPN.

PM Mengalikan alokasi Pajak Masukan atas perolehan BKP dan/atau JKP dengan persentase yang
P’ = × Z’ sebanding dengan realisasi Penyerahan yang Terutang Pajak dan Pajak Masukan yang Berkenaan
T
dengan Penyerahannya Dapat Dikreditkan terhadap realisasi penyerahan seluruhnya dalam setiap
tahun pajak.

P’ : jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan berdasarkan realisasi penyerahan pada suatu Tahun Pajak
PM : jumlah Pajak Masukan atas perolehan BKP dan/atau JKP
T : masa manfaat BKP dan/atau JKP
Z : Persentase (%) yang sebanding dengan realisasi Penyerahan yang Terutang Pajak dan Pajak Masukan yang
Berkenaan dengan Penyerahannya Dapat Dikreditkan terhadap realisasi penyerahan seluruhnya
5. STUDI KASUS
Pengkreditan Pajak Masukan
• Analis melakukan analisa terhadap PM yang telah dikreditkan, namun terindikasi tidak memiliki kaitan dengan
penyerahan yang terutang PPN (penyerahan obat-obatan oleh instalasi farmasi kepada pasien rawat jalan) sbb:
5. STUDI KASUS
Pengkreditan Pajak Masukan
• Rekapitulasi Pelaporan SPT Masa PPN (Tahun 2017) sebagai berikut :
5. STUDI KASUS
Pengkreditan Pajak Masukan
• Berdasarkan analisis detil faktur pajak masukan pada 1111-B2, kesemuanya merupakan obat. Analis meyakini pajak
masukan yang ada merupakan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak yang masa manfaatnya 1 (satu) tahun
atau kurang. Sehingga, rumus yang digunakan untuk menghitung adalah :

• Atas, semua data-data di atas, maka penghitungan pajak masukan yang dapat dikreditkan adalah sebagai
Keterangan 2017
berikut
Penyerahan yang: Terutang Pajak Rp 35,780,622,322
Seluruh Penyerahan 1 Tahun Buku Rp 215,349,437,988
Prosentase (Z') 16.62%
Jumlah Pajak Masukan (PM) Rp 5,321,444,621
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dalam 1 (satu) tahun buku (P') Rp 884,165,763

Dengan demikian, penghitungan PPN dan koreksi adalah sebagai berikut :


Penghitungan PPN 2017 (Rp)
SPT Analis Koreksi
Pajak Keluaran Dipungut Sendiri 3,562,136,083 3,562,136,083 -
PPN Disetor Dimuka - - -
Penghitungan Pajak Masukan yang Dapat Dikreditkan 2,175,224,855 884,165,763 (1,291,059,092)
a. Pajak Masukan atas Perolehan yang Dapat Dikreditkan 5,321,444,621 5,321,444,621 -
b. Pajak Masukan Lainnya (3,146,219,766) (4,437,278,858) (1,291,059,092)
- Kompensasi kelebihan PPN Masa Pajak sebelumnya - - -
- Kompensasi kelebihan PPN karena pembetulan SPT - - -
PPN Masa Pajak ...
- Hasil Penghitungan Kembali Pajak Masukan yang (3,146,219,766) (4,437,278,858) (1,291,059,092)
telah dikreditkan sebagai penambah (pengurang)
Pajak Masukan
PPN Kurang / (Lebih) Bayar 1,386,911,228 2,677,970,320 1,291,059,092
5. STUDI KASUS
Pemanfaatan Data Pihak Ketiga
• Data KJPPInformasi Klien KJPP
www.pajak.go.id

Anda mungkin juga menyukai