Anda di halaman 1dari 44

Pertemuan 7– Pemeriksaan Pajak

Ketentuan khusus CIRCUMNAVIGATION UU KUP


32, 34, 35, 35A, 36, 36A,
36B, 36C, 36D, 37, 37A

Tindak pidana perpajakan


38, 39, 39A, 40, 41, 41A, 41B, 41C, 43, 43A, 44, 44A

Subjektif objektif

Pembukuan Pembayaran pajak Pelaporan pajak


Ketentuan
& pencatatan 9, 10, 11 3, 4, 5, 6, 7, 8
Umum 28

1
NPWP/PKP
2, 2A Pemeriksaan pajak
29, 29A, 30, 31
Wajib Pajak

Ketetapan
12, 13, 13A, 14,
15, 16
Ketentuan
Penutup
48, 49, 50 Imbalan bunga Sumber: modul
Restitusi Upaya Hukum Penagihan pajak
27A DTS Pusdiklat
17, 17A, 17B, 17C, 17D, 17E 16, 25, 26, 26A, 27, 36 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24
Pajak
Skema Pajak Berkeadilan dari perspektif Self-Assessment System

SK
SPT SKP
Keberatan
pemeriksaan Keberatan
banding

Putusan Putusan
PK Banding
Peninjauan
kembali
Definisi Pemeriksaan

Pemeriksaan adalah serangkaian


kegiatan menghimpun dan mengolah
data, keterangan, dan/atau bukti yang
dilaksanakan secara objektif dan
profesional berdasarkan suatu standar
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan
dan/atau untuk tujuan lain dalam
rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Tujuan Pemeriksaan

1 Menguji
kepatuhan

2
Tujuan lain
Tujuan Pemeriksaan

1 Menguji
kepatuhan

❑ SPT menyatakan Lebih bayar (Pasal 17B UU KUP)


❑ Telah diberikan pengembalian pendahuluan
❑ SPT menyatakan rugi
❑ WP melakukan restrukturisasi bisnis atau akan meninggalkan Indonesia untuk selama-
lamanya
❑ WP melakukan perubahan tahun buku atau metode pembukuan karena dilakukan revaluasi
❑ WP tidak menyampaikan SPT, atau menyampaikan SPT tetapi melebihi jangka waktu
berdasarkan analisis risiko
❑ Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan yang terpilih untuk dilakukan Pemeriksaan
berdasarkan analisis risiko.
Tujuan Pemeriksaan

2
Tujuan lain

a. pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan


b. penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak;
c. pengukuhan atau pencabutan PKP
d. Wajib Pajak mengajukan keberatan;
e. pengumpulan bahan guna penyusunan norma penghitungan penghasilan neto;
f. pencocokan data dan/atau alat keterangan;
g. penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil;
h. penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai;
i. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak;
j. penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang jangka waktu kompensasi
kerugian sehubungan dengan pemberian fasilitas perpajakan; dan/atau
k. memenuhi permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian Penghindaran Pajak
Berganda.
Ruang Lingkup Pemeriksaan

Ruang lingkup Pemeriksaan untuk menguji


kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dapat
meliputi satu, beberapa, atau seluruh jenis pajak,
baik untuk satu atau beberapa Masa Pajak, Bagian
Tahun Pajak, atau Tahun Pajak dalam tahun-tahun
lalu maupun tahun berjalan.

Ruang lingkup Pemeriksaan untuk tujuan lain


dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan dapat meliputi
penentuan, pencocokan, atau pengumpulan materi
yang berkaitan dengan tujuan Pemeriksaan.
Standar Pemeriksaan

Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan


pemenuhan kewajiban perpajakan dan tujuan
lain harus dilaksanakan sesuai dengan standar
Pemeriksaan.

1
Standar Umum

2 Standar
Pelaksanaan

3 Standar
Pelaporan
Standar Pemeriksaan

1
Standar Umum Berlaku untuk semua tujuan pemeriksaan

1. Standar umum Pemeriksaan merupakan standar yang bersifat pribadi dan berkaitan
dengan persyaratan Pemeriksa Pajak.
2. Pemeriksaan dilaksanakan oleh Pemeriksa Pajak yang memenuhi syarat sebagai
berikut:
a. telah mendapat pendidikan dan pelatihan teknis yang cukup serta memiliki
keterampilan sebagai Pemeriksa Pajak;
b. menggunakan keterampilannya secara cermat dan seksama;
c. jujur dan bersih dari tindakan-tindakan tercela serta senantiasa mengutamakan
kepentingan negara; dan
d. taat terhadap berbagai ketentuan peraturan perundangundangan di bidang
perpajakan.
3. Dalam hal diperlukan, Pemeriksaan dapat dilaksanakan oleh tenaga ahli dari luar
Direktorat Jenderal Pajak yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak.
Standar Pemeriksaan

2 Standar
Untuk menguji kepatuhan
Pelaksanaan

a. pelaksanaan Pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik sesuai


dengan tujuan Pemeriksaan, yang paling sedikit meliputi kegiatan mengumpulkan
dan mempelajari data Wajib Pajak, menyusun rencana Pemeriksaan (audit plan), dan
menyusun program Pemeriksaan (audit program), serta mendapat pengawasan yang
seksama;
b. Pemeriksaan dilaksanakan dengan melakukan pengujian berdasarkan metode dan
teknik Pemeriksaan sesuai dengan programPemeriksaan (audit program) yang telah
disusun;
c. temuan hasil Pemeriksaan harus didasarkan pada bukti kompeten yang cukup dan
berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan;
d. Pemeriksaan dilakukan oleh suatu tim Pemeriksa Pajak yang terdiri dari seorang
supervisor, seorang ketua tim, dan seorang atau lebih anggota tim, dan dalam
keadaan tertentu ketua tim dapat merangkap sebagai anggota tim;
Standar Pemeriksaan

2 Standar
Untuk menguji kepatuhan
Pelaksanaan

e. tim Pemeriksa Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf d dapat dibantu oleh
seorang atau lebih yang memiliki keahlian tertentu, baik yang berasal dari Direktorat
Jenderal Pajak, maupun yang berasal dari instansi di luar Direktorat Jenderal Pajak
yang telah ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak, sebagai tenaga ahli seperti
penerjemah bahasa, ahli di bidang teknologi informasi, dan pengacara;
f. apabila diperlukan, Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dapat dilakukan secara bersama-sama dengan tim pemeriksa dari
instansi lain;
g. Pemeriksaan dapat dilaksanakan di kantor Direktorat Jenderal Pajak, tempat tinggal
atau tempat kedudukan Wajib Pajak, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
Wajib Pajak, dan/atau atau tempat lain yang dianggap perlu oleh Pemeriksa Pajak;
h. Pemeriksaan dilaksanakan pada jam kerja dan apabila diperlukan dapat dilanjutkan
di luar jam kerja; dan
i. pelaksanaan Pemeriksaan didokumentasikan dalam bentuk KKP.
Standar Pemeriksaan

2 Standar
Untuk tujuan lain
Pelaksanaan

a. pelaksanaan Pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik, sesuai


dengan tujuan Pemeriksaan, dan mendapat pengawasan yang seksama;
b. luas Pemeriksaan disesuaikan dengan kriteria dilakukannya Pemeriksaan untuk
tujuan lain;
c. Pemeriksaan dilakukan oleh tim Pemeriksa Pajak yang terdiri dari 1 (satu) orang
supervisor, 1 (satu) orang ketua tim, dan 1 (satu) orang atau lebih anggota tim, dan
dalam keadaan tertentu ketua tim dapat merangkap sebagai anggota tim;
d. Pemeriksaan dapat dilaksanakan di kantor Direktorat Jenderal Pajak, tempat tinggal
atau tempat kedudukan Wajib Pajak, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
Wajib Pajak, dan/atau di tempat lain yang dianggap perlu oleh Pemeriksa Pajak;
e. Pemeriksaan dilaksanakan pada jam kerja dan apabila diperlukan dapat dilanjutkan
di luar jam kerja; dan
f. pelaksanaan Pemeriksaan didokumentasikan dalam bentuk KKP.
Standar Pemeriksaan

3 Standar Untuk pengujian kepatuhan


Pelaporan

Kegiatan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus


dilaporkan dalam bentuk LHP yang disusun sesuai standar pelaporan hasil Pemeriksaan, yaitu:
a. LHP disusun secara ringkas dan jelas, memuat ruang lingkup atau pos-pos yang diperiksa
sesuai dengan tujuan Pemeriksaan, memuat simpulan Pemeriksa Pajak yang didukung temuan
yang kuat tentang ada atau tidak adanya penyimpangan terhadap peraturan perundang-
undangan perpajakan, dan memuat pula pengungkapan informasi lain yang terkait dengan
Pemeriksaan.
b. LHP untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan sekurang-kurangnya
memuat:
1) penugasan Pemeriksaan; 6) buku dan dokumen yang dipinjam;
2) identitas Wajib Pajak; 7) materi yang diperiksa;
3) pembukuan atau pencatatan Wajib Pajak; 8) uraian hasil Pemeriksaan;
4) pemenuhan kewajiban perpajakan; 9) ikhtisar hasil Pemeriksaan;
5) data/informasi yang tersedia; 10) penghitungan pajak terutang; dan
11) simpulan dan usul Pemeriksa Pajak.
Standar Pemeriksaan

3 Standar Untuk tujuan lain


Pelaporan

Kegiatan Pemeriksaan untuk tujuan lain harus dilaporkan dalam bentuk LHP yang
disusun sesuai standar pelaporan hasil Pemeriksaan, yaitu:
a. LHP disusun secara ringkas dan jelas, memuat ruang lingkup atau pos-pos yang
diperiksa sesuai dengan tujuan Pemeriksaan, memuat simpulan Pemeriksa Pajak dan
memuat pula pengungkapan informasi lain yang terkait;
b. LHP untuk tujuan lain sekurang-kurangnya memuat:
1) Identitas Wajib Pajak;
2) Penugasan Pemeriksaan;
3) Dasar (tujuan) Pemeriksaan;
4) Buku dan dokumen yang dipinjam;
5) Materi yang diperiksa;
6) Uraian hasil Pemeriksaan; dan
7) Simpulan dan usul Pemeriksa.
Hak dan Kewajiban Wajib Pajak (1)
Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan, Wajib Pajak berhak:
a. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak
dan SP2;
b. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan
Lapangan dalam hal Pemeriksaan dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan;
c. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan surat yang berisi perubahan tim
Pemeriksa Pajak apabila susunan keanggotaan tim Pemeriksa Pajak mengalami
perubahan;
d. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan
tujuan Pemeriksaan;
e. menerima SPHP;
f. menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan pada waktu yang telah ditentukan;
g. mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan dengan Tim Quality Assurance
Pemeriksaan, dalam hal masih terdapat hasil Pemeriksaan yang belum disepakati antara
Pemeriksa Pajak dengan Wajib Pajak pada saat Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan; dan
h. memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa Pajak
melalui pengisian Kuesioner Pemeriksaan.
Hak dan Kewajiban Wajib Pajak (1)
Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak wajib:
a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku, catatan, dan/atau dokumen yang
menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain yang berhubungan
dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak,
atau objek yang terutang pajak;
b. memberikan kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola
secara elektronik;
c. memberikan kesempatan untuk memasuki dan memeriksa tempat atau ruang,
barang bergerak dan/atau tidak bergerak yang diduga atau patut diduga digunakan
untuk menyimpan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan
atau pencatatan, dokumen lain, uang, dan/atau barang yang dapat memberi
petunjuk tentang penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha,pekerjaan bebas Wajib
Pajak, atau objek yang terutang pajak serta meminjamkannya kepada Pemeriksa
Pajak;
Hak dan Kewajiban Wajib Pajak (1)
Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak wajib:
d. memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan, yang dapat berupa:
1) menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya Wajib Pajak apabila dalam
mengakses data yang dikelola secara elektronik memerlukan peralatan dan/atau
keahlian khusus;
2) memberikan bantuan kepada Pemeriksa Pajak untuk membuka barang bergerak
dan/atau tidak bergerak; dan/atau
3) menyediakan ruangan khusus tempat dilakukannya Pemeriksaan Lapangan
dalam hal Pemeriksaan dilakukan di tempat Wajib Pajak;
e. menyampaikan tanggapan secara tertulis atas SPHP; dan
f. memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.
Hak dan Kewajiban Wajib Pajak (1)
Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Kantor, Wajib Pajak wajib:
a. memenuhi panggilan untuk datang menghadiri Pemeriksaan sesuai dengan waktu
yang ditentukan;
b. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku, catatan, dan/atau dokumen yang
menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain termasuk data yang
dikelola secara elektronik, yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh,
kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak;
c. memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan;
d. menyampaikan tanggapan secara tertulis atas SPHP;
e. meminjamkan KKP yang dibuat oleh akuntan publik; dan
f. memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.
Hak dan Kewajiban Wajib Pajak (2)

Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain, Wajib Pajak berhak:


a. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa
Pajak dan SP2 kepada Wajib Pajak pada waktu Pemeriksaan;
b. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan Lapangan, dalam hal Pemeriksaan dilakukan dengan jenis Pemeriksaan
Lapangan;
c. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan
tujuan Pemeriksaan;
d. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan surat yang berisi
perubahan tim Pemeriksa Pajak apabila terdapat perubahan susunan Tim Pemeriksa
Pajak; dan/atau
e. memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa
Pajak melalui pengisian Kuesioner Pemeriksaan.
Hak dan Kewajiban Wajib Pajak (2)

1. Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis Pemeriksaan Lapangan,Wajib
Pajak wajib:
a. memperlihatkan dan meminjamkan buku, catatan, dan/atau dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain, yang berhubungan dengan tujuan
Pemeriksaan;
b. memberi kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara
elektronik;
c. memberi kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang penyimpanan buku, catatan,
dan/atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dokumen lain,
dan/atau barang, yang berkaitan dengan tujuan Pemeriksaan serta meminjamkannya
kepada Pemeriksa Pajak; dan/atau
d. memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis serta memberikan data dan/atau keterangan
lain yang diperlukan.
2. Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan Jenis Pemeriksaan Kantor, Wajib
Pajak wajib:
a. memperlihatkan dan meminjamkan buku, catatan, dan/atau dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain, yang berhubungan dengan tujuan
Pemeriksaan; dan/atau
b. b. memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis serta memberikan data dan/atau
keterangan lain yang diperlukan.
Produk Hukum Pemeriksaan

SKPKB
SKP SKPKBT
SKPN
SKPLB

STP Berkaitan dengan pengenaan sanksi administrasi


karena telat setor/bayar, kurang bayar/setor, dan
telat lapor
Alur Dugaan Tindak Pidana

Pemeriksaan Pemeriksaan
----------------- Bukti Penyidikan
IDLP Permulaan
Pemeriksaan
Pemeriksaan Bukti
Permulaan

Dasar Hukum Pemeriksaan Bukti Permulaan:


1. UU KUP
2. PP 74/2011
3. PMK 239 Tahun 2014
4. SE 23 Tahun 2015
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan
menghimpun dan mengolah data, keterangan,
dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan
profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.

Bukti Permulaan adalah keadaan, perbuatan,


dan/atau bukti berupa keterangan, tulisan, atau
benda yang dapat memberikan petunjuk adanya
dugaan kuat bahwa sedang atau telah terjadi suatu
Tindak Pidana di Bidang Perpajakan yang dilakukan
oleh siapa saja yang dapat menimbulkan kerugian
pada pendapatan negara.
Pemeriksaan Bukti
Permulaan adalah
Pemeriksaan yang dilakukan
untuk mendapatkan Bukti
Permulaan tentang adanya
Penyelidikan ?
dugaan telah terjadi Tindak
Pidana di Bidang Perpajakan.
(Pasal 1 Angka 8 PP 74/2011
Dilakukan
oleh
Penyelidikan adalah
serangkaian tindakan
penyelidik untuk mencari dan
menemukan suatu peristiwa
yang diduga sebagai tindak
pidana guna menentukan dapat
atau tidaknya dilakukan
penyidikan menurut cara yang
diatur dalam undang-undang
ini. (Pasal 1 Angka 5 KUHAP)
Sumber: https://www.kompas.com/
Penyelidik adalah pejabat
polisi negara Republik
Indonesia yang diberi
wewenang oleh undang-
undang ini untuk
melakukan penyelidikan.
(Pasal 1 Angka 4 KUHAP)

Sumber: https://pontianak.tribunnews.com/2016/11/17/foto-foto-polisi-lakukan-penyelidikan-
di-spbu-jalan-hos-cokroaminoto
B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Pemeriksaan
Bukti Permulaan yaitu dugaan
suatu Peristiwa Pidana yang
ditentukan dalam Surat
Perintah Pemeriksaan Bukti
Permulaan.

Surat Perintah Pemeriksaan Bukti Permulaan (SPPBP) adalah surat perintah yang diterbitkan oleh kepala Unit
Pelaksana Pemeriksaan Bukti Permulaan untuk melakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan berdasarkan instruksi
dari Direktur Intelijen dan Penyidikan atau Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak.
*) SE-49 Tahun 2013 telah diganti dengan SE-23
Tahun 2015
C. Jenis Pemeriksaan Bukper
a. Pemeriksaan Bukti Permulaan terkait dengan permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud
Terbuka dalam Pasal 17B Undang-Undang KUP; atau
b. Pemeriksaan Bukti Permulaan merupakan tindak lanjut dari
Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan

Pemeriksaan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka dilakukan dengan


Bukper pemberitahuan secara tertulis perihal Pemeriksaan Bukti
Permulaan kepada orang pribadi atau badan yang dilakukan
Pemeriksaan Bukti Permulaan.

Tertutup Pemeriksaan Bukti Permulaan secara tertutup dilakukan tanpa


pemberitahuan tentang adanya Pemeriksaan Bukti Permulaan
kepada orang pribadi atau badan yang dilakukan Pemeriksaan Bukti
Permulaan
Pemberitahuan Pemeriksaan Bukti Permulaan
D. Jangka Waktu Pemeriksaan Bukper
Jangka Waktu Pemeriksaan Bukper
E. Laporan Pemeriksaan Bukper dan
Tindak Lanjut
Laporan Pemeriksaan Bukper
Tindak Lanjut Pemeriksaan Bukper
F. Bukti Permulaan Yang Cukup dan
Laporan Kejadian
Bukti Permulaan yang Cukup dan
Laporan Kejadian

Anda mungkin juga menyukai