(DIN) Perpajakan Dalam Kepailitan - Jumat, 3 Mei 2024
(DIN) Perpajakan Dalam Kepailitan - Jumat, 3 Mei 2024
DALAM KEPAILITAN
oleh Dicky Irvan Nur, S.H., LL.M.
A PAJAK
B WAJIB PAJAK
2. PENARIKAN/PEMBEBANAN
3. PENGGUNAAN
A.1.1 PENGERTIAN & SIFAT – PAJAK 4
“Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur
dengan Undang-Undang.”
[Pasal 23A Undang-Undang Dasar 1945]
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
[Pasal 1 angka 1 UU-6/1983 s.t.d.t.d. UU-6/2023]
Pajak Bersifat:
Pajak
Pajak
Bumi dan
Ketentuan Pertambahan Penagihan
Bangunan
Umum dan Pajak Nilai (PPN) Pajak dengan
Perkebunan, Bea Pajak
Tata Cara Penghasilan & Pajak Surat
Perhutanan, Meterai Karbon
Perpajakan (PPh) Penjualan Paksa
Pertambang-an,
(KUP) atas Barang (PPSP)
Lainnya
Mewah (PPnBM)
(PBB P5L)
PPh dikenakan terhadap subjek pajak atas PPh Pasal 25/29 PPh Pasal 21/26
penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam
tahun pajak.
PPh Pasal 22
Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu PPh Pasal 4
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang ayat (2) untuk
diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang Pengalihan Hak atas PPh Pasal 23/26
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, Tanah dan/atau
yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk Bangunan (PHTB)*
menambah kekayaan Wajib Pajak yang PPh Pasal 15*
bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa
pun.
PPh Pasal 4 ayat (2)*
Sistem pemungutan, yaitu self assessment
(menghitung, menyetor, melapor pajak terutang
PPh Nonfinal = *) PPh Final =
mandiri) dan withholding system (pajak terutang
Dapat Dikreditkan Tidak Dapat Dikreditkan
dihitung, disetor, dilaporkan oleh pihak lain)
A.2.2 PENARIKAN/PEMBEBANAN – ILUSTRASI PENGHITUNGAN PPh 7
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Negative List PPN (non-BKP & non-JKP)
BKP BKP
500 PM = 55 400 PM = 44
Luar Daerah Pabean
Fungsi Pajak
Fungsi pajak sebagai alat atau sumber untuk Fungsi pajak untuk mencapai tujuan tertentu,
menghimpun uang dari masyarakat berdasarkan melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan
Undang-undang ke kas negara, hasilnya untuk ekonomi dan sosial, seperti memberikan perlindungan
membiayai pengeluaran umum negara terhadap barang produksi dalam negeri, mendorong
ekspor, menarik investasi modal
A.3.2 PENGGUNAAN – PAJAK PUSAT (NON-EARMARKED TAXES) 11
Subjek Pajak
Kewajiban Pajak
Subjek Pajak Kewajiban Pajak Subjektif Wajib Pajak
Objektif
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut
pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan. [Pasal 1 angka 2 UU-6/1983 s.t.d.t.d. UU-6/2023]
B.2.1 MULAI & BERAKHIRNYA – KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF 14
Orang Pribadi
saat saat
Badan menerima atau memperoleh tidak lagi menerima atau memperoleh
penghasilan atau diwajibkan penghasilan atau
untuk melakukan pemotongan tidak lagi diwajibkan untuk melakukan
atau pemungutan sesuai dengan pemotongan atau pemungutan sesuai
Orang Pribadi atau ketentuan Undang-Undang dengan ketentuan Undang-Undang
Badan yang Tidak Pajak Penghasilan 1984 Pajak Penghasilan 1984
Berada di Indonesia dan perubahannya dan perubahannya
Warisan yang
Belum Terbagi
B.3.1 DAPAT DIWAKILKAN ATAU DIKUASAKAN – PENANGGUNG PAJAK 16
Penanggung Pajak
“Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab
atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban
Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
[Pasal 1 angka 28 UU-6/1983 s.t.d.t.d. UU-6/2023]
B.3.2 DAPAT DIWAKILKAN ATAU DIKUASAKAN – WAKIL 17
Dalam menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, Wajib
Pajak diwakili dalam hal: [Pasal 32 ayat (1) UU-6/1983 s.t.d.t.d. UU-6/2023]
Wakil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab secara pribadi dan/atau secara renteng
atas pembayaran pajak yang terutang, kecuali apabila dapat membuktikan dan meyakinkan
Direktur Jenderal Pajak bahwa mereka dalam kedudukannya benar-benar tidak mungkin untuk dibebani
tanggung jawab atas pajak yang terutang tersebut. [Pasal 32 ayat (2) UU-6/1983 s.t.d.t.d. UU-6/2023]
B.4 TANGGUNG JAWAB KUASA PAJAK – PENGURUS/PERORANGAN 18
UU-6/1983
s.t.d.t.d. UU-6/2023
(UU KUP)
UU-19/1997
s.t.d.d. UU-19/2000
(UU PPSP)
UU-37/2004
s.t.d.d. UU-4/2023
(UU Kepailitan)
PUT MK Nomor
41/PUU-XVIII/2020
PMK Nomor 61 Tahun
2023
(Penagihan Pajak atas
Jumlah Pajak yang
Masih Harus Dibayar)
C.1.2 PAJAK YANG MELEKAT PADA WAJIB PAJAK – PAJAK DALAM KEPAILITAN 21
1 2 3
C.1.3 PAJAK YANG MELEKAT PADA WAJIB PAJAK – UTANG PAJAK 22
Ketetapan Pajak
“Apabila Direktur Jenderal Pajak mendapatkan bukti jumlah pajak yang terutang
menurut Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak benar,
Direktur Jenderal Pajak menetapkan jumlah pajak yang terutang.”
Catatan: Pengaturan mengenai “pembubaran perusahaan” dapat merujuk pada UU-40/2007 tentang
Perseroan Terbatas cfm. Bab X Pasal 142 ayat (1)
Catatan: Dalam ketentuan PPN tidak hanya memperhatikan contractual, tetapi juga conduct
C.1.7 PAJAK YANG MELEKAT PADA WAJIB PAJAK – PERBUATAN HUKUM TERKAIT PENGALIHAN ASET 26
YANG TERUTNG PAJAK [3]
5. Pasal 8A, Pasal 9A, Pasal 11 dan Pasal 13 UU-8/1983 s.t.d.t.d. UU-6/2023:
Terkait Mekanisme Pengenaan PPN, Saat Terutang, dan Saat Menerbitkan Faktur Pajak.
C.1.9 PAJAK YANG MELEKAT PADA WAJIB PAJAK – PENGAKHIRAN KEPAILITAN 28
“Penghapusan NPWP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam hal:
a. Wajib Pajak dilikuidasi atau dibubarkan karena penghentian atau penggabungan usaha;
b. Wajib Pajak bentuk usaha tetap yang telah menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia; atau
c. Wajib Pajak yang memiliki lebih dari 1 (satu) NPWP, tidak termasuk NPWP cabang.”
“Penghapusan NPWP atas permohonan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
berdasarkan hasil Pemeriksaan.”
“Berdasarkan hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (6), Kepala KPP menerbitkan keputusan
atas permohonan tersebut paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal permohonan Wajib Pajak
diterima secara lengkap.”
Pasal 1131—Pasal 1138 KUHPerdata jo. UU-6/1983 s.t.d.t.d. UU-6/2023 jo. UU-37/2004
1. Kreditur Istimewa berdasarkan Pasal 21 UU-6/1983 s.t.d.t.d. UU-6/2023 jo. Pasal 1137 KUHPerdata)
2. Kreditur Separatis berdasarkan Pasal 1134 (2) KUHPerdata (H. Gadai, Fidusia, Hipotik, H. Tanggungan)
3. Utang Harta Pailit (biaya kepailitan, fee kurator, upah buruh), berdasarkan Pasal 39 ayat (2)
4. Pajak Kedudukan buruh berada lebih tinggi dari negara dalam hal
perusahaan dinyatakan pailit. Pembayaran upah yang terutang
didahulukan atas semua jenis kreditur termasuk atas tagihan
5. Kreditor Lainnya kreditur separatis, tagihan hak negara, kantor lelang, dan
badan umum yang dibentuk pemerintah. Pembayaran hak-hak
buruh lainnya didahulukan atas semua tagihan hak negara,
kantor lelang, dan badan umum yang dibentuk pemerintah,
kecuali tagihan dari kreditur separatis.
C.2.3 KEDUDUKAN/HAK TAGIH – HAK TAGIH/HAK MENDAHULU PAJAK 31
Pasal 21
UU-6/1983 s.t.d.t.d. UU-6/2023
Negara mempunyai hak mendahulu untuk utang pajak atas barang-barang milik Penanggung Pajak,
meliputi pokok pajak, sanksi administrasi berupa bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan pajak
Hak mendahulu untuk utang pajak melebihi segala hak mendahulu lainnya, kecuali terhadap:
a. biaya perkara yang hanya disebabkan oleh suatu penghukuman untuk melelang suatu barang
bergerak dan/atau barang tidak bergerak;
b. biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang dimaksud; dan/atau
c. biaya perkara, yang hanya disebabkan oleh pelelangan dan penyelesaian suatu warisan.
Dalam hal Wajib Pajak dinyatakan pailit, bubar, atau dilikuidasi maka kurator, likuidator, atau orang atau
badan yang ditugasi untuk melakukan pemberesan dilarang membagikan harta Wajib Pajak dalam pailit,
pembubaran atau likuidasi kepada pemegang saham atau kreditur lainnya sebelum menggunakan harta
tersebut untuk membayar utang pajak Wajib Pajak tersebut.
C.2.5 KEDUDUKAN/HAK TAGIH – HAK TAGIH/HAK MENDAHULU PAJAK [3] 33
Pasal 21
UU-6/1983 s.t.d.t.d. UU-6/2023
Hak mendahulu hilang setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun sejak tanggal diterbitkan Surat Tagihan
Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali
yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah.
Pasal 21 ayat (1) ini menetapkan kedudukan negara sebagai kreditur preferen yang dinyatakan mempunyai
hak mendahulu atas barang-barang milik Penanggung Pajak yang akan dilelang di muka umum.
Pembayaran kepada kreditur lain diselesaikan setelah utang pajak dilunasi.
C.2.6 KEDUDUKAN/HAK TAGIH – HAK TAGIH/HAK MENDAHULU PAJAK [4] 34
Kepailitan tidak dapat diartikan bahwa Wajib Pajak telah terbebas dari kewajiban pembayaran pajak yang telah
ada sebelum Wajib Pajak dinyatakan pailit. Wajib Pajak pailit masih terdaftar dan tetap dilakukan tindakan
penagihan sampai Wajib Pajak melunasi seluruh utang pajak.
PMK-68/PMK.03/2012 - Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak dan Penetapan Besarnya Penghapusan
Piutang pajak yang dapat dihapuskan untuk Wajib Pajak badan adalah piutang pajak yang tidak dapat ditagih
lagi karena:
a. Wajib Pajak bubar, likuidasi, atau pailit, dan Penanggung Pajak tidak dapat ditemukan;
b. hak untuk melakukan penagihan pajak sudah daluwarsa;
c. dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak ditemukan dan telah dilakukan penelusuran secara optimal
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang perpajakan; atau
d. hak negara untuk melakukan penagihan pajak tidak dapat dilaksanakan karena kondisi tertentu
sehubungan dengan adanya perubahan kebijakan dan/atau berdasarkan pertimbangan yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan.
C.3.1 KEDUDUKAN DJP ATAS ASET PAILIT – PENAGIHAN PAJAK 35
… dengan menegur/memperingatkan,
melaksanakan Penagihan Seketika dan Sekaligus,
memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan,
melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan,
menjual barang sitaan
C.3.2 KEDUDUKAN DJP ATAS ASET PAILIT – ALUR PENAGIHAN PAJAK 36
1 bulan
Jatuh 7 hari Setelah Surat Paksa dapat
Dasar Tempo Surat Teguran dilakukan pencegahan
Penagihan apabila:
- objek sita tidak
ditemukan
- mendekati daluwarsa
3 hari
SPSS
- Penanggung Pajak akan
meninggalkan Indonesia
- tanda-tanda dibubarkan
atau perubahan bentuk
Pengumuman - tanda-tanda pailit/pailit
Lelang/Pbk/ 14 hari SPMP/ 2 x 24 jam Surat
Penjualan Penyitaan Paksa
30 hari sebelum
pencegahan apabila:
berakhir - mendekati daluwarsa
- tanda-tanda dibubarkan
atau perubahan bentuk
Lelang Pencegahan Penyanderaan - tanda-tanda pailit/pailit
C.3.3 KEDUDUKAN DJP ATAS ASET PAILIT – PMK NOMOR 61 TAHUN 2023 37
Pengusulan pencegahan dapat dilakukan setelah Penyanderaan dapat dilakukan setelah lewat
tanggal Surat Paksa diberitahukan tanpa waktu 14 hari sejak tanggal Surat Paksa
didahului penerbitan SPMP, pelaksanaan diberitahukan dalam hal terdapat tanda-tanda
penyitaan, atau penjualan barang sitaan dalam kepailitan dan/atau dalam keadaan pailit
hal terdapat tanda-tanda kepailitan dan/atau
dalam keadaan pailit
Urutan Penanggung Pajak atas Wajib Pajak Badan Penagihan pajak dapat dilakukan terhadap
untuk dilakukan tindakan penagihan Pajak tidak Penanggung Pajak dari Wajib Pajak yang
berlaku dalam hal terdapat tanda-tanda dinyatakan pailit
kepailitan dan/atau dalam keadaan pailit
Dalam hal untuk harta Juru Sita Pajak melaksanakan Pemberitahuan Surat Paksa
kekayaan Wajib Pajak yang Penagihan Seketika dan atas Wajib Pajak yang
dinyatakan pailit tidak Sekaligus berdasarkan SPPSS dinyatakan pailit dilakukan
mencukupi melunasi Utang dalam hal terdapat tanda- kepada kurator, hakim
Pajak, tindakan penagihan tanda kepailitan pengawas, atau balai harta
Pajak dilakukan kepada peninggalan
Penanggung Pajak
Kondisi Sebelumnya (PMK-242/2014) Oleh karena itu, dalam hal Wajib Pajak
telah mendapatkan keputusan
“Permohonan angsuran/penundaan pengangsuran pembayaran pajak, harus
pembayaran pajak harus diajukan paling dilakukan:
lama 9 hari kerja sebelum jatuh tempo
pembayaran.” Pencabutan Blokir;
Pejabat membuat kesepakatan dengan pihak yang memiliki hak tanggungan atau jaminan fidusia,
dengan ketentuan:
1 Pejabat melakukan lelang melalui Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL),
lalu menyetor ke Kas Negara atau Pejabat membuat pernyataan bersedia mengangkat
Penyitaan, Bank melakukan lelang, lalu menyetor ke Kas Negara.
2 Kesepakatan harus dibuat dengan memperhatikan pembayaran Utang Pajak dan Biaya
Penagihan Pajak secara optimal.
2 Utang pajak tidak dibayar sepenuhnya oleh kurator, tetapi berdasarkan pembagian proporsional
5 Pengurus badan melepas seluruh tanggung jawab pelunasan utang pajak kepada kurator
C.3.8 KEDUDUKAN DJP ATAS ASET PAILIT – PENYEBAB UTANG PAJAK TIDAK DIAKUI 42
2 Wajib Pajak sedang diperiksa dan SKP terbit setelah jangka waktu verifikasi utang pajak
3 Terdapat utang pajak yang tidak diakui dalam proses verifikasi pajak
4 Penerbitan STP Bunga Penagihan setelah lewat jangka waktu verifikasi utang pajak
C.3.9 KEDUDUKAN DJP ATAS ASET PAILIT – PENAGIHAN PAJAK WAJIB PAJAK PAILIT 43
Kriteria:
untuk Tahun Pajak 2008 dan setelahnya, yaitu 5 (lima) tahun sejak penerbitan Surat Tagihan Pajak
(STP)/SKPKB/SKPKBT/Surat Keputusan (SK)/Putusan atau Tahun Pajak yang bersangkutan, tertangguh apabila:
Pengakuan Langsung:
Diterbitkan Surat Paksa
- Wajib Pajak menyatakan masih mempunyai Utang Pajak
- Mengajukan angsuran/penundaan
PMK-61/2023 Pengajuan keberatan atau banding atas SKP yang pajak terutangnya tidak
disetujui, merupakan pengakuan tidak langsung dari Wajib Pajak.
[khusus untuk STP Pasal 14 ayat (4) UU KUP]
Catatan: Daluwarsa Penagihan Pajak untuk STP Pasal 14 ayat (4) UU KUP yang terkait dengan jumlah pajak dalam SKP yang tidak disetujui
dalam PAHP, dihitung sejak tanggal diterbitkan Surat Keputusan Keberatan atau Putusan Banding.
TERIMA KASIH