Anda di halaman 1dari 48

ASPEK PERPAJAKAN

DALAM KEPAILITAN
oleh Dicky Irvan Nur, S.H., LL.M.

Pendidikan Kurator dan Pengurus


Asosiasi Kurator dan Pengurus Indonesia Angkatan XXXI Tahun 2024

Hotel Ayana Midplaza - Jakarta | Jumat, 3 Mei 2024


Hotel Shangri-La - Surabaya | Jumat, 10 Mei 2024
KERANGKA PAPARAN 2

A PAJAK

B WAJIB PAJAK

C PADA SAAT WAJIB PAJAK PAILIT


A. PAJAK
1. PENGERTIAN & SIFAT

2. PENARIKAN/PEMBEBANAN

3. PENGGUNAAN
A.1.1 PENGERTIAN & SIFAT – PAJAK 4

“Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur
dengan Undang-Undang.”
[Pasal 23A Undang-Undang Dasar 1945]

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
[Pasal 1 angka 1 UU-6/1983 s.t.d.t.d. UU-6/2023]

Pajak Bersifat:

Kontribusi Timbal Balik


Memaksa Kaku
Wajib Tidak Langsung
A.1.2 PENGERTIAN & SIFAT – UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN 5

Pajak yang Dikelola oleh Pemerintah Pusat (Pajak Pusat):

Pajak
Pajak
Bumi dan
Ketentuan Pertambahan Penagihan
Bangunan
Umum dan Pajak Nilai (PPN) Pajak dengan
Perkebunan, Bea Pajak
Tata Cara Penghasilan & Pajak Surat
Perhutanan, Meterai Karbon
Perpajakan (PPh) Penjualan Paksa
Pertambang-an,
(KUP) atas Barang (PPSP)
Lainnya
Mewah (PPnBM)
(PBB P5L)

UU-6/1983 UU-7/1983 UU-8/1983 UU-12/1985 UU-19/1997 UU-7/2021


s.t.d.t.d. s.t.d.t.d. s.t.d.t.d. s.t.d.d. s.t.d.d. UU-10/2020 Bab VI
UU-6/2023 UU-6/2023 UU-6/2023 UU-12/1994 UU-19/2000 Pasal 13
A.2.1 PENARIKAN/PEMBEBANAN – PPh 6

Pajak Penghasilan (PPh) Self Assessment Withholding System

PPh dikenakan terhadap subjek pajak atas PPh Pasal 25/29 PPh Pasal 21/26
penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam
tahun pajak.
PPh Pasal 22
Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu PPh Pasal 4
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang ayat (2) untuk
diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang Pengalihan Hak atas PPh Pasal 23/26
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, Tanah dan/atau
yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk Bangunan (PHTB)*
menambah kekayaan Wajib Pajak yang PPh Pasal 15*
bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa
pun.
PPh Pasal 4 ayat (2)*
Sistem pemungutan, yaitu self assessment
(menghitung, menyetor, melapor pajak terutang
PPh Nonfinal = *) PPh Final =
mandiri) dan withholding system (pajak terutang
Dapat Dikreditkan Tidak Dapat Dikreditkan
dihitung, disetor, dilaporkan oleh pihak lain)
A.2.2 PENARIKAN/PEMBEBANAN – ILUSTRASI PENGHITUNGAN PPh 7

Penghasilan Bruto Pegawai Status K/1 Mei 2024 = Rp50.000.000,00 |


PPh Pasal 21/26 Tarif Efektif Bulanan Kategori B = 18% | PPh Pasal 21 Terutang Mei 2024
= 18% x Rp50.000.000,00 = Rp9.000.000,00 - [PP-58/2023 jo. PMK-168/2023]

PT A Mengimpor Barang dengan Nilai Impor = Rp100.000.000,00 | Tarif PPh


Pasal 22 Impor (API) = 2.5% | PPh Pasal 22 Impor Terutang = 2.5% x
PPh Pasal 22
Rp100.000.000,00 = Rp2.500.000,00 - [PMK-34/2017 s.t.d.t.d. PMK-41/2022]

PT B Memberikan Jasa Hukum kepada PT C = Rp150.000.000,00 | Tarif PPh Pasal


23 atas Jasa Hukum = 2% | PPh Pasal 23 Terutang (Dipotong oleh PT C) = 2% x
PPh Pasal 23/26 Rp150.000.000,00 = Rp3.000.000,00 - [PMK-141/2015]

PT D Menjual Bangunan (Non-Rumah Sederhana/Non-Rusun Sederhana) kepada


PT E = Rp1.000.000.000,00 | Tarif PPh Pasal 4 ayat (2) PHTB = 2.5% | PPh Pasal 4
PPh Pasal 4 ayat (2) ayat (2) Terutang = 2.5% x Rp1.000.000.000,00 = Rp25.000.000,00 - [PP-34/2016
PHTB jo. PMK-261/2016]

Penghasilan Neto Fiskal PT F Tahun Pajak 2023 = Rp200.000.000,00 | PPh


Tahunan Badan Tahun 2023 = 22% x Rp200.000.000,00 = Rp44.000.000,00 | PPh
PPh Pasal 25/29 Pasal 25 Dibayar Januari—Desember 2023 = Rp40.000.000,00 | PPh Pasal 29
Terutang = Rp44.000.000,00 – Rp40.000.000,00 = Rp4.000.000,00
A.2.3 PENARIKAN/PEMBEBANAN – PPN 8

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Negative List PPN (non-BKP & non-JKP)

PPN dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak


(BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP), impor BKP, Mekanisme Pengkreditan “PK-PM”:
pemanfaatan BKP tidak berwujud dan/atau Pajak Masukan Mengurangi Pajak Keluaran
pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam
daerah pabean, ekspor BKP, ekspor BKP tidak
berwujud, dan/atau ekspor JKP dan atas Kegiatan Tarif PPN - Impor & Penyerahan = 11%
Membangun Sendiri, serta pengalihan aktiva yang
menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan. Tarif PPN - Ekspor = 0%
Pengusaha Kena Pajak (PKP), Pembeli selaku
Pemungut PPN, dan Pihak Lain wajib memungut,
Besaran Tertentu PPN - Penyerahan
menyetor, dan melaporkan PPN atau PPN dan
PPnBM yang terutang. PKP, yaitu pengusaha dengan
omzet lebih dari Rp4.800.000.000,00 dalam satu
tahun buku atau pengusaha kecil yang memilih untuk Faktur Pajak Elektronik (e-Faktur)
dikukuhkan sebagai PKP.
A.2.4 PENARIKAN/PEMBEBANAN – ILUSTRASI PERHITUNGAN PPN 9

BKP BKP
500 PM = 55 400 PM = 44
Luar Daerah Pabean

Dalam Daerah Pabean


BKP BKP BKP
800 1.500 2.000
PKP Produsen PKP Distributor Konsumen Akhir

PM = 88 PK = 165 PM = 165 PK = 220

Total Penerimaan PPN


pada
PK - PM = 165 – (88 + 55) PK - PM = 220 – (165 + 44) Kas Negara
= 55 + 88 + 22
PPN Kurang Bayar PPN Kurang Bayar + 44 + 11
(Disetor oleh PKP Produsen (Disetor oleh PKP Distributor
ke Kas Negara) ke Kas Negara)
= 220
= 22 = 11
A.3.1 PENGGUNAAN – FUNGSI PAJAK 10

Fungsi Pajak

Fungsi Anggaran Fungsi Mengatur


(Budgetair) (Regulerend)

Fungsi pajak sebagai alat atau sumber untuk Fungsi pajak untuk mencapai tujuan tertentu,
menghimpun uang dari masyarakat berdasarkan melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan
Undang-undang ke kas negara, hasilnya untuk ekonomi dan sosial, seperti memberikan perlindungan
membiayai pengeluaran umum negara terhadap barang produksi dalam negeri, mendorong
ekspor, menarik investasi modal
A.3.2 PENGGUNAAN – PAJAK PUSAT (NON-EARMARKED TAXES) 11

Pajak Pusat Pajak Daerah

PPh PPN PPnBM Pajak Kendaraan Bermotor

PPB P5L BM P-Karbon Pajak Rokok Pajak Penerangan Jalan

Non-earmarked Taxes Earmarked Taxes

Pengelolaan, penggunaan, dan/atau Penerimaan beberapa Pajak Daerah didekasikan untuk


pengalokasian sebagian besar penerimaan mendanai pengeluaran publik atau tujuan tertentu
Pajak Pusat dilakukan melalui mekanisme (earmarking). Contoh, 10% Pajak Kendaraan Bermotor untuk
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. pemeliharaan jalan, 50% Pajak Rokok untuk pelayanan
Penerimaan Pajak Pusat tidak didekasikan kesehatan dan penegakan hukum oleh aparat berwenang,
untuk mendanai pengeluaran publik atau dan sebagian Pajak Penerangan Jalan untuk penyediaan
tujuan tertentu. penerangan jalan.
B. WAJIB PAJAK
1. PENGERTIAN & MACAM/JENISNYA

2. MULAI & BERAKHIRNYA

3. DAPAT DIWAKILKAN ATAU DIKUASAKAN


4. TANGGUNG JAWAB KUASA PAJAK &
PENANGGUNG JAWAB PAJAK TERAKHIR
B.1 PENGERTIAN & MACAM/JENISNYA – SUBJEK PAJAK & WAJIB PAJAK 13

Subjek Pajak

Warisan Belum Terbagi


Orang Pribadi Badan Bentuk Usaha Tetap
sebagai Satu Kesatuan Menggantikan
yang Berhak

Kewajiban Pajak
Subjek Pajak Kewajiban Pajak Subjektif Wajib Pajak
Objektif

Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut
pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan. [Pasal 1 angka 2 UU-6/1983 s.t.d.t.d. UU-6/2023]
B.2.1 MULAI & BERAKHIRNYA – KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF 14

Subjek Pajak Dimulai Berakhir

saat dilahirkan; saat meninggal dunia;


Orang Pribadi berada atau berniat meninggalkan indonesia untuk
untuk tinggal di Indonesia selama-lamanya

saat didirikan; saat dibubarkan;


Badan bertempat kedudukan saat tidak lagi bertempat
di Indonesia kedudukan di Indonesia

saat orang pribadi atau badan


Orang Pribadi atau
tersebut menerima atau saat tidak lagi menerima atau
Badan yang Tidak
memperoleh penghasilan memperoleh penghasilan
Berada di Indonesia
dari Indonesia

Warisan yang saat timbulnya warisan


saat warisan selesai dibagi
Belum Terbagi yang belum terbagi
B.2.2 MULAI & BERAKHIRNYA – KEWAJIBAN PAJAK OBJEKTIF 15

Subjek Pajak Dimulai Berakhir

Orang Pribadi

saat saat
Badan menerima atau memperoleh tidak lagi menerima atau memperoleh
penghasilan atau diwajibkan penghasilan atau
untuk melakukan pemotongan tidak lagi diwajibkan untuk melakukan
atau pemungutan sesuai dengan pemotongan atau pemungutan sesuai
Orang Pribadi atau ketentuan Undang-Undang dengan ketentuan Undang-Undang
Badan yang Tidak Pajak Penghasilan 1984 Pajak Penghasilan 1984
Berada di Indonesia dan perubahannya dan perubahannya

Warisan yang
Belum Terbagi
B.3.1 DAPAT DIWAKILKAN ATAU DIKUASAKAN – PENANGGUNG PAJAK 16

Penanggung Pajak

Wajib Pajak Wajib Pajak


Wakil
Orang Pribadi Badan

“Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab
atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban
Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
[Pasal 1 angka 28 UU-6/1983 s.t.d.t.d. UU-6/2023]
B.3.2 DAPAT DIWAKILKAN ATAU DIKUASAKAN – WAKIL 17

Dalam menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, Wajib
Pajak diwakili dalam hal: [Pasal 32 ayat (1) UU-6/1983 s.t.d.t.d. UU-6/2023]

suatu warisan anak yang belum


badan dalam
badan belum terbagi dewasa/orang
pembubaran badan
yang oleh yang berada
oleh dalam
badan dinyatakan salah seorang ahli dalam
orang atau badan likuidasi
oleh pengurus pailit waris, pelaksana pengampuan
yang ditugasi oleh
oleh wasiat, atau yang oleh
untuk melakukan likuidator
kurator mengurus harta wali atau
pemberesan
peninggalannya pengampunya

Wakil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab secara pribadi dan/atau secara renteng
atas pembayaran pajak yang terutang, kecuali apabila dapat membuktikan dan meyakinkan
Direktur Jenderal Pajak bahwa mereka dalam kedudukannya benar-benar tidak mungkin untuk dibebani
tanggung jawab atas pajak yang terutang tersebut. [Pasal 32 ayat (2) UU-6/1983 s.t.d.t.d. UU-6/2023]
B.4 TANGGUNG JAWAB KUASA PAJAK – PENGURUS/PERORANGAN 18

Pengurus/Perorangan yang mewakili badan sebagai Wajib


Pajak bertanggung jawab secara pribadi dan/atau secara
renteng atas pembayaran pajak yang terutang.

Dalam hal Wajib Pajak telah pailit, Penanggung Pajak yang


dapat dimintai pertanggungjawaban pembayaran pajak
tidak terbatas hanya kepada kurator saja, tetapi juga
terhadap pengurus/direktur yang memiliki kewenangan
saat timbulnya kewajiban perpajakan.
C. PADA SAAT WAJIB PAJAK
PAILIT
1. PAJAK YANG MELEKAT PADA WAJIB PAJAK

2. KEDUDUKAN/HAK TAGIH PAJAK

3. KEDUDUKAN DJP ATAS ASET PAILIT


C.1.1 PAJAK YANG MELEKAT PADA WAJIB PAJAK – DASAR HUKUM TERKAIT 20

UU-6/1983
s.t.d.t.d. UU-6/2023
(UU KUP)
UU-19/1997
s.t.d.d. UU-19/2000
(UU PPSP)
UU-37/2004
s.t.d.d. UU-4/2023
(UU Kepailitan)
PUT MK Nomor
41/PUU-XVIII/2020
PMK Nomor 61 Tahun
2023
(Penagihan Pajak atas
Jumlah Pajak yang
Masih Harus Dibayar)
C.1.2 PAJAK YANG MELEKAT PADA WAJIB PAJAK – PAJAK DALAM KEPAILITAN 21

Aspek-aspek yang memiliki keterkaitan antara Kepailitan dan Perpajakan:

Perbuatan Hukum oleh Debitor


Aset/Aktiva/ sebelum dan sesudah Kepailitan
Utang Harta Kekayaan (yang dilakukan oleh Kurator) yang
Debitor menyebabkan timbulnya Utang
Pajak

1 2 3
C.1.3 PAJAK YANG MELEKAT PADA WAJIB PAJAK – UTANG PAJAK 22

Self Assessment System

“Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,
dengan tidak menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak.”

[Pasal 12 (1) UU-6/1983 s.t.d.t.d. UU-6/2023]

“Jumlah Pajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan


yang disampaikan oleh Wajib Pajak adalah jumlah pajak yang terutang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.”

[Pasal 12 (2) UU-6/1983 s.t.d.t.d. UU-6/2023]


C.1.4 PAJAK YANG MELEKAT PADA WAJIB PAJAK – UTANG PAJAK [2] 23

Ketetapan Pajak

“Apabila Direktur Jenderal Pajak mendapatkan bukti jumlah pajak yang terutang
menurut Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak benar,
Direktur Jenderal Pajak menetapkan jumlah pajak yang terutang.”

[Pasal 12 (3) UU-6/1983 s.t.d.t.d. UU-6/2023]

Surat Ketetapan Pajak


(berdasarkan hasil pemeriksaan)
C.1.5 PAJAK YANG MELEKAT PADA WAJIB PAJAK – PERBUATAN HUKUM 24

Perbuatan Hukum Debitor


sebelum dan sesudah Kepailitan (yang dilakukan oleh Kurator)
yang Menimbulkan Utang Pajak

PPh PPh PPh PPh


Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 25

PPN & PPnBM


PPh
(Jika Debitor PBB P5L Pajak Karbon
Pasal 4 ayat (2)
Berstatus PKP)
C.1.6 PAJAK YANG MELEKAT PADA WAJIB PAJAK – PERBUATAN HUKUM [2] 25

Pengaturan dalam Regulasi PPN yang Berkaitan dengan Kepailitan

1. Pasal 1A ayat (1) huruf e UU-8/1983 s.t.d.t.d. UU-6/2023:


“Yang termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak adalah Barang Kena Pajak berupa
persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa
pada saat pembubaran perusahaan.”

Catatan: Pengaturan mengenai “pembubaran perusahaan” dapat merujuk pada UU-40/2007 tentang
Perseroan Terbatas cfm. Bab X Pasal 142 ayat (1)

2. Pasal 1A ayat (2) huruf b UU-8/1983 s.t.d.t.d. UU-6/2023:


“Yang tidak termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak adalah penyerahan Barang Kena
Pajak untuk jaminan utang-piutang.”

Catatan: Dalam ketentuan PPN tidak hanya memperhatikan contractual, tetapi juga conduct
C.1.7 PAJAK YANG MELEKAT PADA WAJIB PAJAK – PERBUATAN HUKUM TERKAIT PENGALIHAN ASET 26
YANG TERUTNG PAJAK [3]

3. Pasal 10 PP-44/2022 jo. PMK-41/2023:


“Penyerahan agunan yang diambil alih oleh kreditur untuk penyelesaian kredit, pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah, atau pinjaman atas dasar hukum gadai kepada pembeli agunan, termasuk dalam pengertian
penyerahan hak atas BKP yang dikenai PPN dengan besaran tertentu sebesar 11% x 10% x Harga Jual
agunan.” (mulai berlaku sejak tanggal 1 Mei 2023)

Penyerahan BKP Agunan yang Diambil


Penyerahan BKP Agunan Alih oleh Kreditur
(Tidak Dikenai PPN) (Dikenai/Terutang PPN)

Harga Jual Agunan =


Debitur
Pemberiaan Kredit, Pembiayaan PKP Rp1.000.000.000,00 Pembeli
Berdasarkan Prinsip Syariah, Kreditur Agunan
Pinjaman Besaran Tertentu PPN =
atas Dasar Hukum Gadai 11% x 10% x Rp1.000.000.000,00
C.1.8 PAJAK YANG MELEKAT PADA WAJIB PAJAK – PERBUATAN HUKUM [4] 27

4. Pasal 16D UU-8/1983 s.t.d.t.d. UU-6/2023:


“Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak, kecuali atas penyerahan aktiva yang Pajak
Masukannya tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c.”
Catatan: Syarat Pengenaan PPN Pasal 16D, antara lain:
a. penyerahan BKP dilakukan oleh PKP;
b. BKP yang diserahkan atau dialihkan merupakan aktiva, antara lain berupa mesin, bangunan, peralatan,
perabotan, atau BKP lain, yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan; dan
c. BKP sebagaimana dimaksud pada huruf b bukan merupakan aktiva yang Pajak Masukan atas perolehannya
tidak dapat dikreditkan karena tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha cfm. Pasal 9 ayat
(8) huruf b dan c Undang-Undang PPN.

5. Pasal 8A, Pasal 9A, Pasal 11 dan Pasal 13 UU-8/1983 s.t.d.t.d. UU-6/2023:
Terkait Mekanisme Pengenaan PPN, Saat Terutang, dan Saat Menerbitkan Faktur Pajak.
C.1.9 PAJAK YANG MELEKAT PADA WAJIB PAJAK – PENGAKHIRAN KEPAILITAN 28

PMK Nomor 147/PMK.03/2017 jo. PER-04/PJ/2020

“Penghapusan NPWP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam hal:
a. Wajib Pajak dilikuidasi atau dibubarkan karena penghentian atau penggabungan usaha;
b. Wajib Pajak bentuk usaha tetap yang telah menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia; atau
c. Wajib Pajak yang memiliki lebih dari 1 (satu) NPWP, tidak termasuk NPWP cabang.”

[Pasal 30 PMK-147/PMK.03/2017 jo. PER-04/PJ/2020]

“Penghapusan NPWP atas permohonan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
berdasarkan hasil Pemeriksaan.”
“Berdasarkan hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (6), Kepala KPP menerbitkan keputusan
atas permohonan tersebut paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal permohonan Wajib Pajak
diterima secara lengkap.”

[Pasal 31 ayat (6) dan ayat (7) PMK-147/PMK.03/2017 jo. PER-04/PJ/2020]


C.2.1 KEDUDUKAN/HAK TAGIH – KLASIFIKASI KREDITUR DALAM KEPAILITAN 29

5 Klasifikasi Kreditur dalam Kepailitan

Pasal 1131—Pasal 1138 KUHPerdata jo. UU-6/1983 s.t.d.t.d. UU-6/2023 jo. UU-37/2004

1. Kreditur Istimewa berdasarkan Pasal 21 UU-6/1983 s.t.d.t.d. UU-6/2023 jo. Pasal 1137 KUHPerdata)

2. Kreditur Separatis berdasarkan Pasal 1134 (2) KUHPerdata (H. Gadai, Fidusia, Hipotik, H. Tanggungan)

3. Utang Harta Pailit (biaya kepailitan, fee kurator, upah buruh), berdasarkan Pasal 39 ayat (2)

4. Kreditur Preferen Khusus berdasarkan Pasal 1139 KUHPerdata

5. Kreditur Preferen Umum berdasarkan Pasal 1149 KUHPerdata

6. Kreditur Konkuren berdasarkan Pasal 1131 jo. Pasal 1132 KUHPerdata


C.2.2 KEDUDUKAN/HAK TAGIH – PUTUSAN MK NOMOR 67/PUU-XI/2013 30

Pengujian Pasal 95 ayat (4) Undang-Undang 13 Tahun 2003


tentang Ketenagakerjaan. Hierarki kreditor dalam hal terjadi
1. Upah Buruh kepailitan/likuidasi.

“Dalam hal perusahaan dinyatakan pailit atau dilikuidasi


2. Separatis berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
maka upah dan hak-hak lainnya dari pekerja/buruh merupakan
utang yang didahulukan pembayarannya.” [Pasal 95 ayat (4) UU
3. Hak Buruh Lainnya Ketenagakerjaan]

4. Pajak Kedudukan buruh berada lebih tinggi dari negara dalam hal
perusahaan dinyatakan pailit. Pembayaran upah yang terutang
didahulukan atas semua jenis kreditur termasuk atas tagihan
5. Kreditor Lainnya kreditur separatis, tagihan hak negara, kantor lelang, dan
badan umum yang dibentuk pemerintah. Pembayaran hak-hak
buruh lainnya didahulukan atas semua tagihan hak negara,
kantor lelang, dan badan umum yang dibentuk pemerintah,
kecuali tagihan dari kreditur separatis.
C.2.3 KEDUDUKAN/HAK TAGIH – HAK TAGIH/HAK MENDAHULU PAJAK 31

UTANG TIMBUL KARENA PERJANJIAN ATAU UNDANG-UNDANG


UTANG PAJAK LAHIR DARI UNDANG-UNDANG

Pasal 1137 KUHPerdata


Hak dari Kas Negara, Kantor Lelang, dan lain-lain badan umum yang dibentuk oleh Pemerintah, untuk
didahulukan, tertibnya melaksanakan hak itu, dan jangka waktu berlangsungnya hak tersebut, diatur
dalam berbagai undang-undang khusus mengenai hal-hal itu.

Pasal 21 ayat (3a) UU-6/1983 s.t.d.t.d. UU-6/2023


Dalam hal Wajib Pajak dinyatakan pailit, bubar, atau dilikuidasi maka kurator, likuidator, atau orang atau
badan yang ditugasi untuk melakukan pemberesan dilarang membagikan harta
Wajib Pajak dalam pailit, pembubaran atau likuidasi kepada pemegang saham atau kreditur lainnya
sebelum menggunakan harta tersebut untuk membayar utang pajak Wajib Pajak tersebut.
C.2.4 KEDUDUKAN/HAK TAGIH – HAK TAGIH/HAK MENDAHULU PAJAK [2] 32

Pasal 21
UU-6/1983 s.t.d.t.d. UU-6/2023

Negara mempunyai hak mendahulu untuk utang pajak atas barang-barang milik Penanggung Pajak,
meliputi pokok pajak, sanksi administrasi berupa bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan pajak

Hak mendahulu untuk utang pajak melebihi segala hak mendahulu lainnya, kecuali terhadap:
a. biaya perkara yang hanya disebabkan oleh suatu penghukuman untuk melelang suatu barang
bergerak dan/atau barang tidak bergerak;
b. biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang dimaksud; dan/atau
c. biaya perkara, yang hanya disebabkan oleh pelelangan dan penyelesaian suatu warisan.

Dalam hal Wajib Pajak dinyatakan pailit, bubar, atau dilikuidasi maka kurator, likuidator, atau orang atau
badan yang ditugasi untuk melakukan pemberesan dilarang membagikan harta Wajib Pajak dalam pailit,
pembubaran atau likuidasi kepada pemegang saham atau kreditur lainnya sebelum menggunakan harta
tersebut untuk membayar utang pajak Wajib Pajak tersebut.
C.2.5 KEDUDUKAN/HAK TAGIH – HAK TAGIH/HAK MENDAHULU PAJAK [3] 33

Pasal 21
UU-6/1983 s.t.d.t.d. UU-6/2023

Hak mendahulu hilang setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun sejak tanggal diterbitkan Surat Tagihan
Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali
yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah.

Perhitungan jangka waktu hak mendahulu ditetapkan sebagai berikut:


a. dalam hal Surat Paksa untuk membayar diberitahukan secara resmi, jangka waktu 5 (lima) tahun
dihitung sejak pemberitahuan Surat Paksa; atau
b. dalam hal diberikan penundaan pembayaran atau persetujuan angsuran pembayaran, jangka waktu 5
(lima) tahun tersebut dihitung sejak batas akhir penundaan diberikan.

Pasal 21 ayat (1) ini menetapkan kedudukan negara sebagai kreditur preferen yang dinyatakan mempunyai
hak mendahulu atas barang-barang milik Penanggung Pajak yang akan dilelang di muka umum.
Pembayaran kepada kreditur lain diselesaikan setelah utang pajak dilunasi.
C.2.6 KEDUDUKAN/HAK TAGIH – HAK TAGIH/HAK MENDAHULU PAJAK [4] 34

Kepailitan Tidak Menghapus Kewajiban Perpajakan!

Kepailitan tidak dapat diartikan bahwa Wajib Pajak telah terbebas dari kewajiban pembayaran pajak yang telah
ada sebelum Wajib Pajak dinyatakan pailit. Wajib Pajak pailit masih terdaftar dan tetap dilakukan tindakan
penagihan sampai Wajib Pajak melunasi seluruh utang pajak.

PMK-68/PMK.03/2012 - Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak dan Penetapan Besarnya Penghapusan

Piutang pajak yang dapat dihapuskan untuk Wajib Pajak badan adalah piutang pajak yang tidak dapat ditagih
lagi karena:
a. Wajib Pajak bubar, likuidasi, atau pailit, dan Penanggung Pajak tidak dapat ditemukan;
b. hak untuk melakukan penagihan pajak sudah daluwarsa;
c. dokumen sebagai dasar penagihan pajak tidak ditemukan dan telah dilakukan penelusuran secara optimal
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang perpajakan; atau
d. hak negara untuk melakukan penagihan pajak tidak dapat dilaksanakan karena kondisi tertentu
sehubungan dengan adanya perubahan kebijakan dan/atau berdasarkan pertimbangan yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan.
C.3.1 KEDUDUKAN DJP ATAS ASET PAILIT – PENAGIHAN PAJAK 35

Serangkaian tindakan juru sita terhadap …

… Penanggung Pajak agar melunasi utang pajak


dan biaya penagihan …

… dengan menegur/memperingatkan,
melaksanakan Penagihan Seketika dan Sekaligus,
memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan,
melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan,
menjual barang sitaan
C.3.2 KEDUDUKAN DJP ATAS ASET PAILIT – ALUR PENAGIHAN PAJAK 36

1 bulan
Jatuh 7 hari Setelah Surat Paksa dapat
Dasar Tempo Surat Teguran dilakukan pencegahan
Penagihan apabila:
- objek sita tidak
ditemukan
- mendekati daluwarsa

3 hari
SPSS
- Penanggung Pajak akan
meninggalkan Indonesia
- tanda-tanda dibubarkan
atau perubahan bentuk
Pengumuman - tanda-tanda pailit/pailit
Lelang/Pbk/ 14 hari SPMP/ 2 x 24 jam Surat
Penjualan Penyitaan Paksa

14 hari setelah SP dapat


dilakukan penyanderaan
14 hari

30 hari sebelum
pencegahan apabila:
berakhir - mendekati daluwarsa
- tanda-tanda dibubarkan
atau perubahan bentuk
Lelang Pencegahan Penyanderaan - tanda-tanda pailit/pailit
C.3.3 KEDUDUKAN DJP ATAS ASET PAILIT – PMK NOMOR 61 TAHUN 2023 37

Pengusulan pencegahan dapat dilakukan setelah Penyanderaan dapat dilakukan setelah lewat
tanggal Surat Paksa diberitahukan tanpa waktu 14 hari sejak tanggal Surat Paksa
didahului penerbitan SPMP, pelaksanaan diberitahukan dalam hal terdapat tanda-tanda
penyitaan, atau penjualan barang sitaan dalam kepailitan dan/atau dalam keadaan pailit
hal terdapat tanda-tanda kepailitan dan/atau
dalam keadaan pailit

Pasal 6 ayat (8) huruf e Pasal 6 ayat (10) huruf d

Urutan Penanggung Pajak atas Wajib Pajak Badan Penagihan pajak dapat dilakukan terhadap
untuk dilakukan tindakan penagihan Pajak tidak Penanggung Pajak dari Wajib Pajak yang
berlaku dalam hal terdapat tanda-tanda dinyatakan pailit
kepailitan dan/atau dalam keadaan pailit

Pasal 9 ayat 10 huruf g Pasal 10 ayat (1) huruf a


C.3.4 KEDUDUKAN DJP ATAS ASET PAILIT – PMK NOMOR 61 TAHUN 2023 [2] 38

Dalam hal untuk harta Juru Sita Pajak melaksanakan Pemberitahuan Surat Paksa
kekayaan Wajib Pajak yang Penagihan Seketika dan atas Wajib Pajak yang
dinyatakan pailit tidak Sekaligus berdasarkan SPPSS dinyatakan pailit dilakukan
mencukupi melunasi Utang dalam hal terdapat tanda- kepada kurator, hakim
Pajak, tindakan penagihan tanda kepailitan pengawas, atau balai harta
Pajak dilakukan kepada peninggalan
Penanggung Pajak

Pasal 10 ayat (2) Pasal 12 huruf f Pasal 15 ayat (5)


C.3.5 KEDUDUKAN DJP ATAS ASET PAILIT – MENGANGSUR UTANG PAJAK 39

Kondisi Sebelumnya (PMK-242/2014) Oleh karena itu, dalam hal Wajib Pajak
telah mendapatkan keputusan
“Permohonan angsuran/penundaan pengangsuran pembayaran pajak, harus
pembayaran pajak harus diajukan paling dilakukan:
lama 9 hari kerja sebelum jatuh tempo
pembayaran.” Pencabutan Blokir;

Kondisi Saat Ini (PMK-18/2021)


Pencabutan Sita;
“Wajib Pajak dapat mengajukan
permohonan angsuran setelah Surat Paksa
Pencabutan Pencegahan; atau
diberitahukan dengan syarat memberikan
jaminan aset berwujud sebesar utang
pajak.”
Pelepasan Sandera
C.3.6 KEDUDUKAN DJP ATAS ASET PAILIT – BARANG SITAAN TIDAK BISA DILELANG 40
KARENA DIBEBANI HAK TANGGUNGAN/JAMINAN FIDUSIA

Pejabat membuat kesepakatan dengan pihak yang memiliki hak tanggungan atau jaminan fidusia,
dengan ketentuan:

1 Pejabat melakukan lelang melalui Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL),
lalu menyetor ke Kas Negara atau Pejabat membuat pernyataan bersedia mengangkat
Penyitaan, Bank melakukan lelang, lalu menyetor ke Kas Negara.

2 Kesepakatan harus dibuat dengan memperhatikan pembayaran Utang Pajak dan Biaya
Penagihan Pajak secara optimal.

[Pasal 51 ayat (3) PMK-61/2023]


C.3.7 KEDUDUKAN DJP ATAS ASET PAILIT – PENYEBAB SENGKETA PAJAK (PAILIT) 41

1 Pelunasan tagihan pajak tidak didahulukan dalam kepailitan

2 Utang pajak tidak dibayar sepenuhnya oleh kurator, tetapi berdasarkan pembagian proporsional

3 Utang pajak tidak diakui oleh debitor/kurator

4 Kurator meminta sita pajak diangkat

5 Pengurus badan melepas seluruh tanggung jawab pelunasan utang pajak kepada kurator
C.3.8 KEDUDUKAN DJP ATAS ASET PAILIT – PENYEBAB UTANG PAJAK TIDAK DIAKUI 42

1 Tagihan diajukan setelah melewati jangka waktu verifikasi utang pajak

2 Wajib Pajak sedang diperiksa dan SKP terbit setelah jangka waktu verifikasi utang pajak

3 Terdapat utang pajak yang tidak diakui dalam proses verifikasi pajak

4 Penerbitan STP Bunga Penagihan setelah lewat jangka waktu verifikasi utang pajak
C.3.9 KEDUDUKAN DJP ATAS ASET PAILIT – PENAGIHAN PAJAK WAJIB PAJAK PAILIT 43

Dalam hal KPP


Pengajuan Tagihan
Mengajukan
dan Verifikasi Pajak
Prosedur Renvoi

KOORDINASI Pencoretan Sita Wajib Pajak Pailit


terhadap Barang sedang Dilakukan
KURATOR Sitaan Pajak Pemeriksaan
C.3.10 KEDUDUKAN DJP ATAS ASET PAILIT – PENCABUTAN SITA/BLOKIR 44

1. Penanggung Pajak telah melunasi biaya


penagihan pajak dan utang pajak

2. Putusan Pengadilan (dalam penjelasan yang


dimaksud adalah putusan peradilan umum,
misal: putusan atas sanggahan pihak ketiga
terhadap kepemilikan barang yang disita) atau
Putusan Pengadilan Pajak

3. Adanya Kondisi tertentu

[Pasal 23 dan Pasal 33 PMK-61/2023]


C.3.11 KEDUDUKAN DJP ATAS ASET PAILIT – PENCABUTAN SITA/BLOKIR [2] 45

Kriteria:

1. Penanggung Pajak melunasi Utang Pajak dan BPP;


2. Penanggung Pajak membayar dengan harta yang
diblokir/disita;
3. Adanya Putusan Pengadilan atau Pengadilan Pajak;
4. Barang sitaan musnah;
5. Penanggung Pajak menyerahkan barang lain untuk disita;
6. Penanggung Pajak membuktikan tidak dapat dibebani utang
pajak dan BPP;
7. Penanggung Pajak membuktikan barang sitaan tidak dapat
digunakan untuk melunasi utang pajak dan BPP;
8. Barang sitaan digunakan untuk kepentingan umum;
9. Barang sitaan digunakan untuk kepentingan umum;
10. Barang sitaan telah dijual/lelang/pindahbukukan;
11. Pejabat mendapatkan barang lain untuk disita;
12. Wajib Pajak mendapatkan keputusan angsuran;
13. Pemblokiran melebihi Utang Pajak dan BPP.
[Pasal 23 dan Pasal 33 PMK-61/2023]
C.3.12 KEDUDUKAN/HAK TAGIH – DALUWARSA PENAGIHAN PAJAK 46

Daluwarsa Penagihan Pajak

untuk Tahun Pajak 2008 dan setelahnya, yaitu 5 (lima) tahun sejak penerbitan Surat Tagihan Pajak
(STP)/SKPKB/SKPKBT/Surat Keputusan (SK)/Putusan atau Tahun Pajak yang bersangkutan, tertangguh apabila:

Pengakuan Langsung:
Diterbitkan Surat Paksa
- Wajib Pajak menyatakan masih mempunyai Utang Pajak
- Mengajukan angsuran/penundaan

Pengakuan dari Wajib Pajak


Pengakuan Tidak Langsung:
- Permohonan pengurangan/penghapusan sanksi administrasi;
- Permohonan pengurangan/pembatalan SKP/STP yang tidak
Dilakukan Penyidikan benar;
Tindak Pidana Perpajakan - Permohonan pembatalan hasil pemeriksaan; dan/atau
- Mengajukan gugatan ke Pengadilan Pajak
C.3.13 KEDUDUKAN/HAK TAGIH – DALUWARSA PENAGIHAN PAJAK [2] 47

STP Pasal 14 ayat (4) UU KUP

PP-50/2022 Pasal 48 ayat (1):


“Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan, jumlah pajak yang tidak
disetujui dalam PAHP bukan merupakan utang pajak sampai dengan
diterbitkannya SK Keberatan.”
Pasal 48 ayat (3):
“Ketentuan tersebut juga berlaku atas sanksi administratif sebagaimana diatur
dalam Pasal 14 ayat (4) UU KUP.”

PMK-61/2023 Pengajuan keberatan atau banding atas SKP yang pajak terutangnya tidak
disetujui, merupakan pengakuan tidak langsung dari Wajib Pajak.
[khusus untuk STP Pasal 14 ayat (4) UU KUP]

Catatan: Daluwarsa Penagihan Pajak untuk STP Pasal 14 ayat (4) UU KUP yang terkait dengan jumlah pajak dalam SKP yang tidak disetujui
dalam PAHP, dihitung sejak tanggal diterbitkan Surat Keputusan Keberatan atau Putusan Banding.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai