Anda di halaman 1dari 23

PANDUAN PRAKTIS PENGGALIAN POTENSI

63990- Kegiatan Jasa Informasi Lainnya YTDL

Direktorat Jenderal Pajak


Direktorat Potensi, Kepatuhan, dan Penerimaan

Juli 2022

RAHASIA, HANYA UNTUK INTERNAL DJP


TIM PENYUSUN PANDUAN PRAKTIS

Pengarah : Ihsan Priyawibawa, Direktur Potensi, Kepatuhan, dan Penerimaan

Penanggung Jawab : Haryo Abduh Suryo Negoro, Kepala Subdirektorat Potensi Perpajakan

Ketua Tim : Sutanto Agustiono, Kepala Seksi Potensi Sektor Jasa

Tim Penyusun : 1. Ercillia, Account Representitve KPP Madya Tangerang

2. Budiman Abas, Kepala Seksi pada Kanwil DJP Banten

3. Elen Dwi Pradewi, Pelaksana Kanwil DJP Banten

4. M. Iqbal Nabil, Pelaksana Direktorat Potensi, Kepatuhan, dan Penerimaan

Special Thanks to : 1. Kantor Wilayah DJP Banten

2. KPP Mayda Tangerang


KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya kepada kita semua.
Sebagai upaya meningkatkan efektivitas pengawasan dan penggalian potensi pajak berbasis sektoral dalam rangka
memenuhi target penerimaan pajak, kami telah menentukan 445 KLU Dominan Nasional yang berkontribusi sebesar 94,40%
terhadap penerimaan netto nasional tahun 2021 atau lebih dari 80% penerimaan netto tahun 2021 tiap Kanwil DJP. Kami
memandang perlu untuk menyusun Panduan Praktis penggalian potensi pajak atas KLU Dominan tersebut agar menjadi salah
satu referensi dalam melakukan penggalian potensi pajak. Sebanyak 104 KLU Dominan telah disusun pada Batch I tahun 2021
dan 341 KLU Dominan lainnya disusun pada Batch II tahun 2022.
Penyusunan Panduan Praktis penggalian potensi merupakan salah satu program kerja pada Subdirektorat Potensi Perpajakan
untuk mengidentifikasi proses bisnis, aspek perpajakan, modus penghindaran pajak, serta teknik pengawasan/penggalian
potensi atas Wajib Pajak serta melibatkan para Account Representative Kontributor yang berasal dari seluruh Kanwil DJP
sehingga diharapkan dapat merepresentasikan secara aktual pengawasan dan penggalian potensi yang dilakukan oleh fiskus
saat bertugas di lapangan.
Penghargaan dan apresiasi yang tinggi kepada para Account Representative Kontributor yang telah menyusun Panduan Praktis
ini di tengah padatnya pekerjaan dan tugas yang harus diselesaikan. Kami pun menyadari bahwa Panduan Praktis ini masih
jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami membuka diri atas masukan dan saran untuk penyempurnaan Panduan Praktis
penggalian potensi pajak ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, Juli 2022

Ihsan Priyawibawa
LAIN-LAIN

DISCLAIMER
Panduan Praktis ini disusun dalam rangka peningkatan kapasitas dan kompetensi pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal
Pajak dalam memahami proses bisnis, regulasi perpajakan terkait, critical point/modus penghindaran pajak, dan strategi
penggalian potensi pajak serta pengawasan terhadap Wajib Pajak.
Materi dalam panduan praktis ini bersumber dari berbagai literatur, narasumber, regulasi, serta sumber lainnya.
Informasi/bahan yang digunakan dalam modul ini hanya untuk kepentingan internal Direktorat Jenderal Pajak, digunakan
sebagai salah satu referensi/acuan dalam pelaksanaan penggalian potensi pajak dan pelaksanaan tugas lainnya.

MASUKAN DAN SARAN


Dalam rangka penyempurnaan panduan praktis ini, kami mengharapkan masukan, kritik, serta saran dari Bapak/Ibu yang
dapat disampaikan melalui surat elektronik ke Subdirektorat Potensi Perpajakan, Direktorat Potensi, Kepatuhan, dan
Penerimaan melalui e-mail potensi.pkp@kemenkeu.go.id
OUTLINE 2

1. PROSES BISNIS

2. ASPEK PERPAJAKAN

3. CRITICAL POINT/MODUS PENGHINDARAN PAJAK

4. STUDI KASUS

5. TEKNIK/METODE PENGGALIAN POTENSI

www.pajak.go.id
PROFIL
3

PT. APE didirikan pada tanggal 10 Februari 2000 berlokasi di Graha Artajasa Jl.
Letjen Sutopo, Serpong Kota Tangerang Selatan. Kegiatan usaha bergerak di bidang
Jasa Layanan Elektronik yaitu penyedia / pengelola jaringan infrastruktur bagi
perbankan dan penyedia layanan transaksi elektronik. Jenis layanannya antara lain
ATM Bersama, Debit Bersama, Outsource Switching (OSSW), Layanan Electronic
Chanel (terminal ATM dan EDC), Card Issuing, Billing Provider.
Pemegang saham antara lain :
1. PT. ANL (55%) merupakan anak perusahaan PT Indosat TBK
2. Yayasan KKBI (35%)
3. PT. MK (10%)
1. PROSES BISNIS 4

Penandatanganan Survey dan Pengadaan Software, Perawatan dan


Proses Pengerjaan
kontrak/ perjanjian Perencanaan Hardware, Server Pemeliharaan

www.pajak.go.id
1. PROSES BISNIS – Pilar Bisnis 5

www.pajak.go.id
1. PROSES BISNIS – Pilar Bisnis 6

www.pajak.go.id
1. PROSES BISNIS – Pilar Bisnis 7

www.pajak.go.id
2. ASPEK PERPAJAKAN 8

NO TAHAP KEGIATAN KETERANGAN POTENSI PAJAK


1. Penandatanganan kontrak/ perjanjian - -
Dilaksanakan sendiri atau pihak ketiga (Jasa Engineering, PPh Pasal 21, PPh Pasal 23,
2. Survey dan Perencanaan
Professional IT) PPN Masukan
3. Pengadaan software, hardware, server Impor Software, Hardware, Server PPN Masukan
Lisensi Software PPh 23/26 Royalti, PPN
Sewa mesin ATM, EDC PPh Pasal 23, PPN Masukan
Sewa gudang PPh Pasal 4(2), PPN Masukan
Biaya pengiriman barang/ ekspedisi PPh Pasal 23, PPN Masukan
4. Proses pengerjaan Gaji/ Tunjangan PPh Pasal 21
Outsourcing PPh Pasal 23
Jasa Instalasi/ Pemasangan dan Setting PPh Pasal 23, PPN Masukan
Sewa lokasi terminal ATM PPh Pasal 4(2), PPN Masukan
Jasa Database Tunning PPh Pasal 23, PPN Masukan
Jasa Perantara PPh Pasal 23, PPN Masukan
Jasa Channel, Biaya Transaksi Interkoneksi PPh Pasal 23, PPN Masukan
Jasa Virtual Account PPh Pasal 23, PPN Masukan
Jasa Layanan QR PPh Pasal 23, PPN Masukan
Jasa Inkaso PPh Pasal 23, PPN Masukan
Jasa Teknik PPh Pasal 23, PPN Masukan
Jasa Aplikasi PPh Pasal 23, PPN Masukan
Jasa Layanan Telekomunikasi PPh Pasal 23, PPN Masukan
Jasa Desain kartu PPh Pasal 23, PPN Masukan
Jasa Maklon PPh Pasal 23, PPN Masukan
Pendapatan Switch Fee PPh Badan, PPN
Pendapatan Debit PPh Badan, PPN
Pendapatan transfer PPh Badan, PPN
Komisi atas pembayaran transaksi PPh Badan, PPN
www.pajak.go.id
2. ASPEK PERPAJAKAN 9

NO TAHAP KEGIATAN KETERANGAN POTENSI PAJAK


5. Perawatan dan Pemeliharaan Jasa Layanan Pemeliharaan dan Perbaikan Mesin ATM PPh Pasal 23, PPN Masukan
Hardware & Software Maintenance PPh Pasal 23, PPN Masukan
Jasa Perbaikan/ Service PPh Pasal 23, PPN Masukan
Biaya Maintenance UPS PPh Pasal 23, PPN Masukan
Jasa Pengembangan Sistem PPh Pasal 23, PPN Masukan
Pekerjaan Pengadaan Upgrade Storage System PPh Pasal 23, PPN Masukan
Biaya Renewal System Monitoring Prognosis dan Jasa PPh Pasal 23, PPN Masukan
Biaya Marketing PPh Pasal 23, PPN Masukan
Jasa Konsultan PPh Pasal 23, PPN Masukan
Jasa Manajemen PPh Pasal 23, PPN Masukan
Jasa Pembasmian Hama PPh Pasal 23, PPN Masukan

www.pajak.go.id
3. CRITICAL POINT/MODUS PENGHINDARAN PAJAK 10

 Mark Up Biaya
 Menyembunyikan atau memperkecil omset/penghasilan
 Faktur Pajak yang sudah approve namun belum dilaporkan
 Tidak melaksanakan kewajiban perpajakan terutama Witholding tax
 Mengkreditkan Faktur Pajak Masukan yang tidak seharusnya dikreditkan karena
tidak memiliki hubungan langsung dengan kegiatan usaha WP
 Faktur Pajak kode 02/03 atas transaksi dengan Pemungut tanpa pembayaran PPN
 Biaya atas jasa yang belum dilakukan pemungutan PPh Pasal 23/26
 Biaya atas sewa yang belum dilakukan pemungutan PPh Pasal 23/ Pasal 4 ayat 2

www.pajak.go.id
4. STUDI KASUS 1 11

Critical Point / Modus Penghindaran Pajak yang mungkin dilakukan oleh Wajib Pajak
adalah Mark Up Biaya. Salah satu cara untuk mengetahui pembelian yang sebenarnya adalah
dengan melakukan pengecekan dokumen Wajib Pajak.
Sumber data yang diperlukan antara lain:
1. Kontrak atau perjanjian pembelian
Selisih nilai pembelian SPT Tahunan PPh cfm SPT Masa PPN
2. Dokumen Impor (PIB, B/L, dll) 1 Pembelian Cfm SPT Tahunan 115,409,351,227
3. Dokumen pembelian lokal (invoice) 2 DPP PM Impor 15,337,597,149
3 DPP PM Dlm Negeri Dikreditkan di Tahun ini 394,212,002,004
4. Surat pengantar barang (DO)
4 DPP PM Dlm Negeri dari pembelian Tahun sebelumnya 1,582,885,857
5. Nota tagihan 5 DPP PM Dlm Negeri Tahun ini Dikreditkan di Tahun berikutnya 102,754,994

Hal yang dapat dilakukan oleh untuk mendeteksi 6 Unsur PM terkait dengan Biaya dan Pembelian Asset /selain HPP 363,394,280,388

fraud pada pos pembelian tersebut adalah 7 Pajak Masukan Unsur HPP (b2 + b3 - b4 + b5 - b6) 44,675,187,902
8 Selisih Pembelian Cfm SPT Tahunan dan Masa PPN 70,734,163,325
dengan cara melakukan equalisasi antara pos
pembelian yang ada pada laporan laba rugi
dengan pos pajak masukan pada SPT Masa Klarifikasi
PPN. Sebagian besar pembelian Wajib Pajak ke WP
adalah pembelian electronic voucher dari
Indosat, fee transaksi dan jasa perantara.
www.pajak.go.id
4. STUDI KASUS 1 12

Hal yang dapat dilakukan oleh petugas untuk mendeteksi fraud pada biaya gaji/upah, biaya penyusutan,
dan biaya lainnya adalah :
• Melakukan equalisasi biaya gaji berdasarkan SPT Masa PPh Pasal 21 dengan Laporan Keuangan
• Melakukan perhitungan biaya penyusutan sesuai ketentuan. Menyandingkan data bulan/tahun
perolehan aset pada Lampiran Khusus 1A SPT Tahunan PPh Badan dengan SPT Tahunannya.
Apabila terdapat penyusutan atas aset/harta yang sudah daluarsa namun biaya penyusutan masih
dibiayakan oleh wajib pajak, maka akan menjadi koreksi negatif terhadap biaya.
• Melakukan pengujian biaya sesuai prinsip 3M

Berdasarkan Laporan Keuangan Wajib Pajak diketahui terdapat biaya Tour dan Sponsorship sebesar Rp
763.882.259,- yang tidak berhubungan dengan kegiatan operasional perusahaan. Selain itu juga
terdapat Biaya Promosi yang belum dilengkapi dengan daftar nominatif. Atas hal ini telah diklarifikasi
kepada Wajib Pajak dan dilakukan koreksi positif.

www.pajak.go.id
4. STUDI KASUS 2 13

Critical Point / Modus Penghindaran Pajak yang mungkin dilakukan oleh Wajib Pajak
adalah melaporkan omset yang lebih rendah dari seharusnya.

PT. APE adalah Wajib Pajak yang bergerak di bidang Jasa Penyedia Layanan Transaksi
Elektronik dimana sebagian besar penghasilannya adalah pendapatan atas Fee transaksi ATM
Bersama dan Online Payment. Salah satu cara untuk mengetahui omset yang sebenarnya selain
melakukan pengujian atas dokumen penjualan juga dengan melakukan permintaan data
eksternal misalnya data transaksi transfer dana melalui ATM Bersama kepada Bank Indonesia.

www.pajak.go.id
4. STUDI KASUS 3 14

Critical Point / Modus Penghindaran Pajak yang mungkin dilakukan oleh Wajib Pajak
adalah tidak melaporkan Faktur Pajak Keluaran yang sudah approve. Salah satu cara
untuk mengetahui adalah dengan melakukan penelitian data Approweb, data Apportal dan
PKPM dengan SPT Masa PPN Wajib Pajak Formulir 1111 A2.

Menyandingkan data faktur pajak yang diterbitkan melalui aplikasi efaktur yang telah
mendapat persetujuan (approve) pada suatu masa pajak dengan data faktur pajak keluaran
yang dilaporkan pada SPT Masa PPN masa pajak tersebut.

www.pajak.go.id
4. STUDI KASUS 4 15

Critical Point / Modus Penghindaran Pajak yang mungkin BIAYA PENGIRIMAN MESIN ATM 2,000,000
Sewa Lokasi 3 Bulan 27,476,270
dilakukan oleh Wajib Pajak adalah Tidak melaksanakan
Biaya Pengiriman Barang / Dokumen 4,999,280
kewajiban perpajakan terutama witholding tax. Salah satu cara FEE TRANSAKSI 157,601,455
untuk mengetahui Wajib Pajak telah / tidak melaksanakan Jasa Desain dan Produksi 24,890,000
kewajiban perpajakan terutama witholding tax adalah dengan Training IT Project Management 55,200,000
Biaya Transaksi - Interconnection Transfer 6,287,429,961
meneliti dan menyandingkan akun biaya di laporan keuangan REKAP FEE TRANSAKSI FIF 44,798,281,134
dengan pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21, SPT Masa Pasal 4 FEE JASA PEMAKAIAN TRANSAKSI DEBIT NASIONAL 139,128
ayat (2), SPT Masa Pasal 23/26 dan SPT Masa PPN . FEE BIAYA PENGEMBANGAN EDCR 17,392,010
FEE TRANSAKSI ( PRE PAID ) 1,360,796
Commission fee Trx Allianz via Indomaret 138,019,500
Salah satu cara adalah :
- Menyandingkan antara Faktur Pajak Masukan yang diterima oleh
Wajib Pajak (yang diterbitkan oleh Wajib Pajak Badan yang
melakukan penyerahan JKP yang termasuk dalam objek PPh
Pasal 23) dengan Bukti Potong PPh Pasal 23 yang diterbitkan oleh
Wajib Pajak untuk mengidentifikasi Wajib Pajak yang belum
melakukan pemotongan PPh Pasal 23.

www.pajak.go.id
4. STUDI KASUS 4 16

- membandingkan antara Total nilai DPP PPN pada SPT Masa PPN Formulir 1111 B1 yang telah
divalidasi memiliki setoran PPN atas Royalti (Kode Setor 411211-101) dan setoran PPN atas
JKPLN (Kode Setor 411211-102) dibandingkan dengan Total DPP PPh Pasal 26 pada SPT Masa
PPh Pasal 26 bagian induk atas Royalti (Kode Objek Pajak 27-103-01), atas Sewa dan
Penghasilan Lain sehubungan dengan penggunaan harta (Kode Objek Pajak 27-100-01), dan
atas Imbalan sehubungan dengan Jasa Pekerjaan dan Kegiatan (Kode Setor 27-104-01) dalam
satu Tahun Pajak (Januari s.d Desember).
- Menyandingkan antara Faktur Pajak dengan Bukti Potong PPh Pasal 4 ayat 2, yang seharusnya
memiliki jumlah Dasar Pengenaan Pajak (DPP) yang sama. Selisih data yang terbentuk adalah
Potensi PPh Final 4(2), menampilkan jumlah Bukti Potong yang kurang dibuat atau belum
dilaporkan.

www.pajak.go.id
4. STUDI KASUS 5 17

Critical Point / Modus Penghindaran Pajak yang mungkin dilakukan oleh Wajib Pajak adalah
Mengkreditkan Faktur Pajak Masukan (PM) yang tidak seharusnya dikreditkan karena tidak
memiliki hubungan langsung dengan kegiatan usaha WP.

Salah satu cara untuk mengetahui yaitu dengan menyandingkan data dari detil e-Faktur yang
disajikan di menu aplikasi Appportal atau data Lolipop dengan SPT Masa PPN Wajib Pajak
Formulir 1111 B2. Apabila data Faktur PM detil e-faktur bagian jenis barang tidak ada hubungan
langsung dengan kegiatan usaha WP dan atas Faktur PM tersebut dilaporkan di SPT Masa PPN
Formulir 1111 B2 maka perlu dilakukan permintaan penjelasan ke Wajib Pajak

Berdasarkan Laporan Keuangan Tahun 2018 diketahui terdapat Biaya Tour dan Sponsorship sebesar
Rp 763.882.259,- yang tidak berhubungan dengan kegiatan operasional perusahaan. Atas hal ini
telah diklarifikasi kepada Wajib Pajak dan dilakukan koreksi.

www.pajak.go.id
4. STUDI KASUS 6 18

Critical Point / Modus Penghindaran Pajak yang NO


1
NPWP PEMBELI
01.061.343.8-093.000
NAMA PEMBELI
BANK BNI SYARIAH
MASA PAJAK
201801
NO FAKTUR
21849510807
PPN
43,500,000

mungkin dilakukan oleh Wajib Pajak adalah 2


3
01.001.606.1-093.000
01.001.606.1-093.000
BANK NEGARA INDONESIA
BANK NEGARA INDONESIA
201801
201802
21849510897
21849511333
21,055,620
8,738,160
4 01.001.606.1-093.000 BANK NEGARA INDONESIA 201802 21849511361 973,700
Faktur Pajak kode 02/03 atas transaksi dengan 5 01.001.606.1-093.000 BANK NEGARA INDONESIA 201803 21849511755 4,522,640
6 01.001.606.1-093.000 BANK NEGARA INDONESIA 201803 21849511783 1,236,500
Pemungut tanpa pembayaran 7 01.001.606.1-093.000 BANK NEGARA INDONESIA 201804 31849041771 8,266,020
8 01.001.606.1-093.000 BANK NEGARA INDONESIA 201804 31849041823 1,162,400
9 01.001.606.1-093.000 BANK NEGARA INDONESIA 201805 31849042200 4,413,720
10 01.001.608.7-093.000 BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK 201805 31849042371 1,367,300
Salah satu cara untuk mengetahui yaitu 11
12
01.001.606.1-093.000
01.001.606.1-093.000
BANK NEGARA INDONESIA
BANK NEGARA INDONESIA
201805
201806
31849042230
31849042620
1,396,800
927,900
menyandingkan data total nilai PPN pada faktur 13
14
01.001.606.1-093.000
01.001.606.1-093.000
BANK NEGARA INDONESIA
BANK NEGARA INDONESIA
201806
201806
31849042603
31849042633
3,646,320
1,495,400
pajak dengan kode transaksi 02 dan/atau 03 15
16
01.001.606.1-093.000
01.001.606.1-093.000
BANK NEGARA INDONESIA
BANK NEGARA INDONESIA
201807
201807
31849043114
31849042933
1,068,700
1,633,300
dengan total data pembayaran PPN KJS 9xx pada 17
18
01.001.606.1-093.000
01.001.606.1-093.000
BANK NEGARA INDONESIA
BANK NEGARA INDONESIA
201808
201808
51805696404
51805696391
1,825,500
1,218,700

suatu tahun pajak, sehingga dapat diketahui Wajib 19


20
01.061.173.9-093.000
01.001.606.1-093.000
BANK MANDIRI (PERSERO)
BANK NEGARA INDONESIA
201808
201809
51805696440
51805696830
7,232,500
1,881,700

Pajak penerbit Faktur Pajak 02/03 yang total nilai 21


22
01.001.606.1-093.000
01.001.606.1-093.000
BANK NEGARA INDONESIA
BANK NEGARA INDONESIA
201810
201810
51805697252
51805697267
1,438,200
1,939,800
23 01.001.606.1-093.000 BANK NEGARA INDONESIA 201811 51885984386 1,928,500
PPN pada faktur pajak lebih besar dari total data 24 01.001.606.1-093.000 BANK NEGARA INDONESIA 201812 51885984781 2,183,400
25 01.001.606.1-093.000 BANK NEGARA INDONESIA 201812 61847378572 1,506,100
penyetoran PPN 9xx sehingga diindikasikan ada 26 01.001.606.1-093.000 BANK NEGARA INDONESIA 201812 61847378571 1,276,550
27 01.001.606.1-093.000 BANK NEGARA INDONESIA 201812 51885984842 6,375,600
PPN yang belum disetorkan oleh pihak pemungut. TOTAL 134,211,030

www.pajak.go.id
5. TEKNIK/METODE PENGGALIAN POTENSI 19

Teknik dan langkah penggalian potensi serta pengawasan yang dapat digunakan yaitu:
1. Meminta dokumen kontrak kepada Wajib Pajak.
Dengan meminta dokumen kontrak dapat mengidentifikasi pendapatan Fee Wajib Pajak.
2. Penelitian pemotongan PPh Pasal 23 atas Jasa.
Penelitian PPh Pasal 23 atas biaya-biaya jasa seperti jasa tehnik, jasa virtual account, jasa channel,
jasa interkoneksi dan jasa-jasa lainnya yaitu meneliti dan menyandingkan akun biaya di laporan
keuangan dengan pelaporan SPT Masa PPh Pasal 23
3. Penelitian pemotongan PPh Pasal 4 ayat 2 atas Sewa
Melakukan equalisasi biaya sewa pada Laporan Laba Rugi dengan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat 2.
Menyandingkan antara Faktur Pajak dengan Bukti Potong PPh Pasal 4 ayat 2, yang seharusnya
memiliki jumlah Dasar Pengenaan Pajak (DPP) yang sama.
4. Melakukan penelitian atas koreksi fiskal yang telah dilakukan oleh Wajib Pajak.
5. Melakukan pengujian biaya sesuai prinsip 3M.
6. Melakukan kunjungan kerja untuk mengetahui dengan pasti proses bisnis dan potensi Wajib Pajak.

www.pajak.go.id
www.pajak.go.id

Anda mungkin juga menyukai