Anda di halaman 1dari 42

Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

MODUL PENGGALIAN
POTENSI PAJAK
PLATFORM PENYELENGGARA UANG
ELEKTRONIK
(E-MONEY)
1|Halaman
RAHASIA, HANYA UNTUK INTERNAL DJP

Direktorat Jenderal Pajak


Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

TIM PENYUSUN
Pengarah
Ihsan Priyawibawa - Diretur Potensi, Kepatuhan, dan Penerimaan
Imam Arifin - Direktur Transformasi Proses Bisnis

Penanggung Jawab
Haryo Abduh Suryo Negoro - Kepala SubDirektorat Potensi Perpajakan
Dudi Efendi Karnawidjaya - Kepala SubDirektorat Pengembangan Ekstensifikasi dan Penilaian

Ketua Tim
Budi Setyo Suhartanto - Kepala Seksi Potensi Sektor Perdagangan
Dony Kurniawan Budi Susilo - Kepala Seksi Pengembangan Pemetaan dan Penilaian

Tim Penyusun
Fardan Ma’ruf Zainudin
Deddy Sismanyudi
Tika Dwita Permatasari
Akmal Setiawan
Iryan Akbari
Sofatul Rachma
Deddy Prayogi
Yohanes Yudha Dwi Saputro
Vensca Audrey
Bakhriar Azzam Lathuf
Dyah Ayu Gita Sabila
Slamet Sugiarto
Muhamad Adhi Nugroho
Septina Putri
Peatty Winona Zerlinda Sinurat

Kontributor
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kami sampaikan kepada pihak-
pihak yang telah berkontribusi aktif dalam penyusunan modul ini, khususnya kepada
C. Lusana Cahya Ratri - Account Representative KPP Madya Jakarta Selatan I
Eka Putriyana - Account Representative KPP Madya Jakarta Selatan II
Hata Laiman - Account Representative KPP Madya Jakarta Selatan II
Danoyo - Account Representative KPP Madya Jakarta Pusat
Candra Surya Adipermana - Account Representative KPP Madya Jakarta Selatan II
2|Halaman
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

DISCLAIMER
Modul penggalian potensi pajak ini disusun dalam rangka peningkatan kapasitas dan
kompetensi pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak dalam memahami proses bisnis,
aspek perpajakan, modus penghindaran pajak, serta teknik penggalian potensi dari platform
uang elektronik (e-money)
Materi dalam modul ini bersumber dari berbagai literatur, narasumber, regulasi, serta sumber
lainnya. Informasi/ bahan yang digunakan dalam modul ini hanya untuk kepentingan internal
Direktorat Jenderal Pajak yang dapat digunakan sebagai salah satu referensi, tetapi bukan
sebagai satu-satunya acuan dalam pelaksanaan penggalian potensi atau pelaksanaan tugas
lainnya.

MASUKAN DAN SARAN


Dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan modul ini, kami sangat mengharapkan
masukan, kritik, serta saran dari Bapak/Ibu yang dapat disampaikan melalui surat elektronik ke
potensi.pkp@pajak.go.id

3|Halaman
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya kepada kita semua.
Dalam rangka memenuhi target penerimaan pajak, perlu dilakukan pengawasan dan
penggalian potensi secara lebih mendalam pada beberapa sektor usaha. Salah satu sektor usaha
yang dipandang perlu untuk dilakukan pendalaman proses bisnis dan penajaman penggalian
potensi adalah sektor usaha platform penyelenggara uang elektronik (e-money). Untuk itu kami
memandang perlu untuk menyusun modul ini agar dapat menjadi salah satu referensi dalam
melakukan penggalian potensi pajak.
Penyusunan modul penggalian potensi adalah salah satu program kerja pada Gugus Tugas
Pelaku Usaha Ekonomi Digital untuk mengenal proses bisnis sektor usaha uang elektronik (e-
money) dan mengidentifikasi modus penghindaran pajak yang terjadi atau berpotensi untuk
dilakukan dengan melibatkan kontribusi dari para fiskus yang bertugas di lapangan. Modul ini
merupakan sarana untuk mengumpulkan pengetahuan penggalian potensi pajak.

Modul ini dapat menjadi salah satu referensi dalam membantu tugas para pegawai di
lapangan dalam melakukan penggalian potensi pajak pada usaha informasi dan komunikasi.
Modul disusun berdasarkan teori, regulasi, dan pengalaman penyusun dengan melibatkan
kontributor yang telah memiliki pengalaman dalam melakukan penggalian potensi,
Kami menyadari bahwa modul yang disusun masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami
membuka diri atas masukan dan saran untuk penyempurnaan panduan ini.
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh

Jakarta, Desember 2022


Direktur Potensi, Kepatuhan, dan Penerimaan selaku
Ketua Gugus Tugas Pelaku Usaha Ekonomi Digital

Ihsan Priyawibawa

4|Halaman
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

DAFTAR ISI
TIM PENYUSUN .......................................................................................................................... 2
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... 4
DAFTAR ISI .................................................................................................................................. 5
DAFTAR TABEL ........................................................................................................................... 7
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................................... 8
I. LATAR BELAKANG DAN PROFIL SEKTORAL ...................................................................... 9
II. PROSES BISNIS ................................................................................................................... 15
A. Proses Bisnis sebagai Penyedia Jasa Pembayaran....................................................... 17
B. Proses Bisnis Kegiatan Lainnya ..................................................................................... 21
III. ASPEK PERPAJAKAN .......................................................................................................... 22
IV. MODUS PENGHINDARAN PAJAK ....................................................................................... 29
A. Tidak Melaporkan atau Melaporkan Penghasilan Tidak Sesuai Sebenarnya ................ 30
1. Modus .......................................................................................................................... 30
2. Ketentuan Perpajakan yang Berlaku............................................................................ 30
B. Tidak Melakukan Pemotongan PPh Potput dan/atau Pemungutan PPN terkait Transaksi
dengan Lawan Transaksi ................................................................................................ 31
1. Modus .......................................................................................................................... 31
2. Ketentuan Perpajakan yang Berlaku............................................................................ 32
C. Penggelembungan biaya promosi/entertainment tanpa disertai Daftar Nominatif .......... 33
1. Modus .......................................................................................................................... 33
2. Ketentuan Perpajakan yang Berlaku............................................................................ 34
D. Modus Penghindaran Pajak Lainnya .............................................................................. 34
1. Penyusutan/Amortisasi belum sesuai ketentuan ......................................................... 34
2. Keterlambatan pembayaran PPN atas pemanfaatan BKPTB dan/atau JKPLN .......... 35
3. Transaksi dengan Pihak Afiliasi ................................................................................... 35
V. TEKNIK PENGGALIAN POTENSI ......................................................................................... 36
A. Tidak Melaporkan atau Melaporkan Penghasilan Tidak Sesuai Sebenarnya ................ 37
1) Ekualisasi Penyerahan PPN dan omzet PPh............................................................... 37
2) Melakukan analisis SPT Tahunan Wajib Pajak............................................................ 37
B. Tidak Melakukan Pemotongan PPh Potput dan/atau Pemungutan PPN terkait Transaksi
dengan Lawan Transaksi ................................................................................................ 38
1) Penggalian Potensi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ................................................... 38
2) Pajak Penghasilan Pasal 21 atau Pasal 23 ................................................................. 38

5|Halaman
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

3) Pajak Penghasilan Pasal 4(2) ...................................................................................... 38


C. Penggelembungan Biaya Promosi/Entertainment Tanpa Disertai Daftar Nominatif ....... 38
D. Teknik Penggalian Potensi Lainnya ................................................................................ 39
1. Penyusutan/Amortisasi belum sesuai ketentuan ......................................................... 39
2. Keterlambatan pembayaran PPN atas pemanfaatan BKPTB dan/atau JKPLN .......... 39
3. Transaksi dengan Pihak Afiliasi ................................................................................... 39
VI. STUDI KASUS ....................................................................................................................... 40
STUDI KASUS I................................................................................................................... 41
STUDI KASUS II.................................................................................................................. 41
STUDI KASUS III................................................................................................................. 42

6|Halaman
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

DAFTAR TABEL

Tabel III. 1 Aspek Perpajakan Platform Uang elektronik (e-money)........................................... 23


Tabel VI.1 Ekualisasi Studi Kasus I ............................................................................................ 41

7|Halaman
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1 Transaksi Uang Elektronik di E-Commerce (2020) ................................................. 11


Gambar I.2 Tren Penggunaan Alat Bayar Digital (2020 - 2021) ................................................ 12
Gambar I.3 Grafik Setoran Pajak (Dalam Milyar Rp) ................................................................. 14
Gambar II.1 Peran Payment Gateway........................................................................................ 16
Gambar II.2 Proses bisnis E-money secara offline .................................................................... 17
Gambar II.3 Proses bisnis E-money secara online .................................................................... 19
Gambar VI.1 Rincian Biaya Studi Kasus II ................................................................................. 41
Gambar VI.2 Rincian Biaya Studi Kasus III ................................................................................ 42

8|Halaman
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

LATAR BELAKANG &


PROFIL SEKTORAL

9|Halaman
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

I. LATAR BELAKANG DAN PROFIL SEKTORAL

Industri digital di Indonesia selalu mengalami perkembangan setiap tahun. Jumlah pelaku
industri digital juga semakin banyak sehingga menyebabkan timbulnya lini bisnis baru yang
berbasis teknologi. Era industri digital ini membawa banyak pemain di belakang layar yang
seringkali pelaku tidak menyadari keberadaannya. Perkembangan industri digital saat ini turut
mengubah perilaku pembayaran masyarakat yang mulai beralih dari pembayaran tunai menuju
non-tunai atau cashless society. Hal ini akan membentuk kebiasaan cara membayar baru dimana
masyarakat akan cenderung melakukan pembayaran secara digital terutama pada generasi
milenial. Pembayaran secara digital (cashless) telah memberikan kemudahan bagi masyarakat
untuk melakukan pembayaran dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Salah satu instrumen pembayaran secara digital adalah payment gateway atau gerbang
pembayaran. Secara umum payment gateway adalah layanan untuk memproses, memverifikasi,
menerima/atau menolak pembayaran digital. Dalam transaksi perdagangan elektronik, teknologi
ini dapat membantu pengguna untuk menghadirkan proses pembayaran yang aman dan efisien.
Teknologi payment gateway digunakan oleh penjual atau pemilik bisnis untuk mengotorisasi atau
menerima pembayaran dari pelanggan melalui kartu debit/kredit, dompet digital, uang elektronik,
dan lain-lain. Payment gateway sebenarnya tidak hanya digunakan oleh website e-commerce
namun juga berbagai bisnis offline (toko fisik) yang memfasilitasi pembayaran dengan transaksi
digital yang aman. Oleh karena itu, dengan adanya payment gateway memungkinkan konsumen
bisa memilih berbagai metode pembayaran diantaranya melalui kartu debit, kartu kredit, uang
elektronik, dan jenis pembayaran lainnya. Namun saat ini jenis pembayaran yang paling banyak
digunakan oleh konsumen ketika mereka akan melakukan pembayaran adalah dengan
menggunakan uang elektronik (e-money).
Uang elektronik (e-money) yang dimaksud adalah uang elektronik yang menggunakan
server based artinya media penyimpanannya berbasis server seperti Ovo, Gopay, LinkAja, dan
uang elektronik sejenisnya. Ada juga uang elektronik yang berbasis chip artinya uang elektronik
tersebut berbentuk kartu dan sering digunakan oleh konsumen saat melakukan transaksi akses
jalan tol atau juga saat melakukan pembayaran di parkiran mall. Pada modul ini pembahasan
terkait uang elektronik merujuk kepada uang elektronik berbasis server bukan chip/kartu.
Pada awalnya, rata-rata pengguna uang elektronik adalah perusahaan perbankan,
perusahaan yang bergerak di bidang jasa, perusahaan telekomunikasi dan informasi. Pada saat
itu, uang elektronik tidak banyak dikenal. Namun, saat ini masyarakat sudah mulai banyak yang
menggunakan uang elektronik atau bahkan menggunakan QRIS (Quick Response Code
Indonesian Standard) untuk melakukan transaksi. Gagasan transaksi non-tunai kembali diperkuat
10 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

dengan dicanangkannya Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) oleh Bank Indonesia pada tahun
2014.
Penggunaan uang elektronik memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan layanan
uang elektronik memudahkan konsumen untuk melakukan transaksi dan serta konsumen dapat
memonitor pengeluaran secara detail. Untuk mengisi saldo uang elektronik dapat dilakukan
melalui mobile banking dan internet banking sehingga memudahkan akses penggunanya.
Kekurangan penggunaan uang elektronik adalah penggunaannya yang terbatas dalam artian
belum semua penjual/pedagang dapat menerima pembayaran uang elektronik. Sebagian besar
konsumen merasakan bahwa dengan adanya uang elektronik memiliki banyak kelebihan
sehingga banyak konsumen yang beralih untuk menggunakan uang elektronik dalam melakukan
pembayaran. Banyaknya pengguna uang elektronik di Indonesia dibuktikan dengan posisi
Indonesia yang menempati peringkat tertinggi di ASEAN pada tahun 2020 dalam hal besarnya
transaksi uang elektronik di e-commerce yang dapat dilihat pada Gambar I.1.

Gambar I.1 Transaksi Uang Elektronik di E-Commerce (2020)

Sumber: databoks.katadata.co.id

perMenurut data
16 November 2022,statistik
diolah Bank Indonesia tahun 2021, rata-rata volume transaksi uang
elektronik selama tahun 2017 hingga tahun 2021 sebanyak 6,99 miliar transaksi dengan rata-rata
nilai transaksi sebesar Rp 381,9 triliun. Adapun transaksi uang elektronik pada tahun 2021
sebanyak 8,26 miliar transaksi dengan nilai transaksi sebesar Rp 786,5 triliun. Dibandingkan
tahun 2020, terjadi pertumbuhan nilai transaksi sebesar 56% (yoy). Terlebih adanya kasus
Pandemi Covid-19, meningkatkan penggunaan platform dan layanan digital sehingga semakin
menarik minat masyarakat untuk menggunakan uang elektronik yang dapat dilihat pada Gambar
I.2.

11 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

Gambar I.2 Tren Penggunaan Alat Bayar Digital (2020 - 2021)

Sumber: data.tempo.co

Dari data statistik tersebut, penggunaan transaksi non-tunai termasuk e-money dari tahun
ke tahun selalu mengalami peningkatan. Beberapa hal yang menjadi pemicu pertumbuhan
transaksi non-tunai adalah sebagai berikut:
1. Perubahan perilaku pembayaran masyarakat yang mulai beralih menuju cashless society.
2. Pergeseran bentuk transaksi dari transaksi perdagangan konvensional ke transaksi
perdagangan melalui sistem elektronik (e-commerce)
3. Meningkatnya penggunaan platform dan layanan digital di masa pandemi.
4. Pemerintah sedang menggalakkan transaksi non-tunai bagi pelaku UMKM, contoh
penggunaan QRIS.
Meningkatnya kebutuhan masyarakat untuk menggunakan uang elektronik di Indonesia
ini seiring dengan meningkatnya penyediaan sarana transaksi nontunai melalui pemanfaatan
teknologi informasi sehingga model bisnis penyelenggaraan uang elektronik juga semakin
berkembang. Oleh karena itu Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Bank Indonesia Nomor
20/6/PBI/2018 tentang Uang Elektronik sebagai sarana untuk memastikan penyelenggaraan
uang elektronik yang aman, efisien, lancar dan andal, dan untuk mengatur mekanisme
pengawasan yang lebih terstruktur, terintegrasi dan menyeluruh.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia tersebut dapat disajikan informasi sebagai berikut:
1. Berdasarkan lingkup penyelenggaraannya, Uang Elektronik dibedakan menjadi:
a. Closed loop, yaitu Uang Elektronik yang hanya dapat digunakan sebagai instrumen
pembayaran kepada Penyedia Barang dan/atau Jasa yang merupakan Penerbit Uang
Elektronik tersebut.

12 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

b. Open loop, yaitu Uang Elektronik yang dapat digunakan sebagai instrumen pembayaran
kepada Penyedia Barang dan/atau Jasa yang bukan merupakan Penerbit Uang
Elektronik tersebut.
2. Media penyimpanan nilai uang elektronik berupa:
a. Server based, yaitu Uang Elektronik dengan media penyimpan berupa server.
b. Chip based, yaitu Uang Elektronik dengan media penyimpan berupa chip.
3. Pencatatan data identitas pengguna uang elektronik berupa:
a. Unregistered, yaitu Uang Elektronik yang data identitas Penggunanya tidak terdaftar dan
tidak tercatat pada Penerbit.
b. Registered, yaitu Uang Elektronik yang data identitas Penggunanya terdaftar dan
tercatat pada Penerbit.
4. Batas nilai uang elektronik yang dapat disimpan pada uang elektronik ditetapkan sebagai
berikut:
a. Untuk uang elektronik unregistered paling banyak Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah).
b. Untuk uang elektronik registered paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
5. Batas nilai transaksi Uang Elektronik dalam 1 (satu) bulan paling banyak Rp20.000.000,00
(dua puluh juta rupiah).
6. Fitur Uang Elektronik yang dapat disediakan oleh Penerbit berupa:
a. Pengisian Ulang (Top Up)
b. Pembayaran transaksi pembelanjaan
c. Pembayaran tagihan
d. Transfer dana dan tarik tunai, untuk Uang Elektronik open loop dan yang registered;
e. Fitur lain berdasarkan persetujuan Bank Indonesia
Berdasarkan pemetaan bidang usaha platform penyelenggara uang elektronik yang paling
banyak digunakan di Indonesia pada tahun 2021, kami menetapkan 5 (lima) Wajib Pajak sebagai
sampel analisis dalam panduan penggalian potensi pajak ini. Lima Wajib Pajak sebagai platform
penyelenggara uang elektronik tersebut adalah OVO, Gopay, ShopeePay, Dana, dan LinkAja.
Berikut adalah perkembangan rata-rata pembayaran pajak dari sampel data tersebut:

13 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

Gambar I.3 Grafik Setoran Pajak (Dalam Milyar Rp)

350,00

200,00
50,00

-100,00 2017 2018 2019 2020 2021

-250,00

-400,00

-550,00

-700,00

PPN Dalam Negeri PPh Final PPh Pasal 21 PPh Pasal 23


PPh Pasal 25/29 Badan PPh Pasal 26 Total

Sumber: Basis Data Consolidated Report per 16 November 2022, diolah

Data penyetoran pajak dari perusahaan sampel menunjukkan bahwa penerimaan pajak
cenderung meningkat selama tahun 2017 hingga 2019. Namun, pada tahun 2020 terjadi
penurunan penerimaan pajak secara drastis untuk jenis pajak PPN Dalam Negeri. Kondisi ini
disebabkan karena adanya restitusi PPN Dalam Negeri yang cukup besar dari perusahaan
sampel. Penerimaan pajak dari sektor ini kembali meningkat pada tahun 2021. Jenis pajak yang
mendominasi dari total jumlah setoran pajak sejak tahun 2017 hingga 2021 yakni setoran PPh
Pasal 21. Selain itu, Wajib Pajak selama 5 tahun terakhir masih melaporkan kondisi keuangan
dalam keadaan rugi karena penyetoran jenis pajak PPh Pasal 25/29 Badan tidak terlihat dalam
Gambar I.3.
Melihat perkembangan dari platform uang elektronik yang sangat signifikan setiap
tahunnya dan juga sebagai bagian dari pelaksanaan tugas dan fungsi pada Kantor Pusat DJP,
Gugus Tugas Penanganan Pelaku Usaha Ekonomi Digital melakukan pendalaman proses bisnis
dan penyusunan panduan penggalian potensi maka disusunlah panduan ini yang diharapkan
dapat menjadi pengetahuan untuk pengawasan kewajiban perpajakan bagi Account
Representative.

14 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

PROSES BISNIS

15 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

II. PROSES BISNIS

Secara umum banyak jenis pembayaran yang dapat dipilih oleh konsumen ketika mereka
akan berbelanja karena merchant/platform memanfaatkan peran payment gateway (gerbong
pembayaran). Berikut ini pada gambar II.1 disajikan peran dari payment gateway.

Gambar II.1 Peran Payment Gateway

Sumber: www.logique.co.id/

Ketika konsumen akan membeli suatu produk di marketplace kemudian saat akan membayar
akan ada beberapa pilihan metode pembayaran hal ini karena marketplace memanfaatkan
payment gateway (gerbong pembayaran) sehingga konsumen bisa memilih berbagai macam
metode pembayaran, salah satunya e-wallet (dompet elektronik). Namun perlu diketahui bahwa
berdasarkan informasi dari Bank Indonesia, metode pembayaran menggunakan uang elektronik
lebih tepat menggunakan istilah e-money daripada e-wallet (dompet elektronik), karena e-wallet
memiliki cakupan yang lebih luas yaitu selain berperan sebagai uang elektronik juga menyimpan
data instrumen pembayaran seperti data kartu kredit dan kartu debit. Maka dalam pembahasan
modul ini kami menggunakan istilah e-money (uang elektronik) bukan e-wallet (dompet
elektronik). Melanjutkan dari transaksi dalam marketplace tadi, apabila konsumen memilih
pembayaran dengan e-money (platform penyelenggara e-money yang sudah bekerja sama
dengan marketplace) transaksi pembayaran bisa berjalan dengan otomatis, tanpa harus ada
campur tangan manusia dalam memverifikasi pembayaran.
E-money selain dapat melakukan transaksi dengan marketplace atau merchant (unit
bisnis), juga dapat melakukan transaksi ke sesama penggunanya (jenis e-money yang sama).
Hal ini mengurangi batasan-batasan penggunaan uang elektronik karena dapat mentransfer ke
pengguna lain. Transaksi antar pengguna memungkinkan penggunanya melakukan transaksi
secara personal dan tanpa ada biaya tambahan lainnya. Selain dapat mentransfer ke sesama
pengguna, pemilik e-money juga dapat mentransfer saldonya ke bank lain sehingga

16 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

memudahkan penggunanya untuk menarik kembali saldo yang mengendap dalam uang
elektronik tersebut. Setiap mentransfer saldo e-money ke bank dikenakan biaya administrasi
sebesar Rp2.500. biaya ini cukup murah jika dibandingkan biaya transfer pada bank melalui ATM
Bersama, yaitu sebesar Rp6.500.
Proses bisnis e-money secara garis besar dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu proses
bisnis terkait kegiatan utama penyelenggara uang elektronik dalam hal sebagai penyedia jasa
pembayaran dimana transaksi pembayaran tersebut dapat dilakukan secara offline maupun
online (melalui marketplace) dan proses bisnis kegiatan lainnya yang juga dijalankan oleh
platform penyelenggara e-money. Berikut penjelasannya:

A. Proses Bisnis sebagai Penyedia Jasa Pembayaran

Kegiatan utama platform penyelenggara e-money adalah berperan sebagai penyedia


jasa pembayaran dalam transaksi pembayaran, dimana transaksi pembayaran tersebut
dapat dilakukan secara offline maupun online (marketplace).
1. Transaksi Offline
Pada transaksi ini, penyelenggara platform e-money berperan sebagai penyedia jasa
pembayaran antara pelanggan dengan merchant/toko offline. Seperti kita ketahui,
bahwa saat ini banyak merchant/toko offline yang menyediakan media pembayaran
non-tunai, salah satunya menggunakan uang elektronik.
Berikut proses bisnis dalam transaksi offline:
Gambar II.2 Proses bisnis E-money secara offline

17 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

Pada gambar di atas merupakan proses bisnis e-money secara offline, adapun alur
transaksi yang terjadi sebagai berikut:
1. Pengguna melakukan pembelian barang/jasa dari merchant.
2. Atas transaksi tersebut sistem memunculkan jumlah yang harus dibayar oleh pengguna.
3. Pengguna melakukan konfirmasi di akun e-money miliknya untuk melakukan
pembayaran dengan nominal tertentu.
4. Setelah melakukan konfirmasi pembayaran maka saldo pada akun e-money pelanggan
akan ditransfer sesuai nominal transaksi ke saldo pada akun e-money merchant.
5. Dari alur ini e-money mengenakan tarif tertentu atas saldo e-money yang ditransfer
sesuai dengan nominal transaksi, tarif tertentu dikenal dengan istilah Merchant Discount
Rate (MDR). MDR yang dikenakan pada merchant bervariasi, sesuai dengan negosiasi.
MDR yang dikenakan berkisar antara 0,5% – 2%. Tarif ini dikenakan kepada entitas yang
memiliki kerja sama dengan e-money yang digunakan oleh pelanggan terkait dengan
transaksi tersebut.
6. Atas transaksi pada nomor 5, potensi pajak yang dapat terutang ada Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) dan PPh Pasal 25/29 Badan.
Atas penghasilan dari MDR, terdapat mekanisme pembayaran baik melalui kanal QRIS
maupun kanal yang tersedia dari sistem platform penyelenggara uang elektronik itu sendiri.
Pembayaran yang dilakukan melalui kanal QRIS, Bank Indonesia telah menerapkan aturan
persentase MDR yang wajib diterapkan oleh seluruh penyelenggara uang elektronik kepada
merchant/mitra sebagaimana diatur pada Keputusan Deputi Gubernur Bank Indonesia
Nomor: 21/1.KEP.DG/2019 tentang Penetapan Skema dan Biaya Pemrosesan Transaksi
Pembayaran yang difasilitasi dengan Quick Response Code Pembayaran Berdasarkan
Standar Nasional Quick Response Code Pembayaran Merchant Presented Mode dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Transaksi Reguler (Transaksi Pembelian Barang) = 0,7% MDR
b. Transaksi Bidang Pendidikan = 0,6% MDR
c. Transaksi di SPBU = 0,4%
d. Transaksi Yayasan/Organisasi 0% MDR

18 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

2. Transaksi Online
Pada transaksi ini, penyelenggara platform e-money berperan sebagai penyedia jasa
pembayaran antara pelanggan dengan merchant dalam platform marketplace. Seperti
kita ketahui, bahwa sebagian besar platform marketplace menyediakan metode
pembayaran menggunakan uang elektronik untuk memudahkan transaksi
pelangannya. Berikut proses bisnis dalam transaksi online:
Gambar II.3 Proses bisnis E-money secara online

Pada gambar di atas merupakan proses bisnis e-money secara online, adapun alur
transaksi yang terjadi sebagai berikut:
1. Pengguna melakukan pembelian barang/jasa melalui platform marketplace.
2. Atas transaksi tersebut sistem memunculkan jumlah yang harus dibayar oleh pengguna.
3. Pengguna bisa memilih berbagai metode pembayaran yang tersedia salah satunya bisa
dengan menggunakan uang elektronik (e-money) sepanjang e-money yang digunakan
bekerja sama dengan platform marketplace.
4. Pengguna berikutnya bisa melakukan konfirmasi pembayaran dengan memasukkan pin
dari e-moneynya.
5. Setelah melakukan konfirmasi pembayaran maka saldo pada akun e-money pelanggan
akan berkurang.

19 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

6. Pembayaran tersebut akan diteruskan ke merchant atau penjual ketika pembeli sudah
mengkonfirmasi bahwa pembeli telah menerima barang tersebut.
7. Di sisi platform e-money, mereka akan mendapatkan fee (MDR) setiap transaksi yang
terjadi di platform marketplace tersebut sebesar perjanjian antara platform e-money
dengan platform marketplace. Mekanisme fee ini dapat berupa proporsi bagi hasil.
8. Atas transaksi pada nomor 7, potensi pajak yang dapat terutang ada Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) dan PPh Pasal 25/29 Badan.

Dari kedua jenis transaksi pembayaran tersebut baik offline maupun online, pihak platform
penyelenggara uang elektronik (e-money) sering memberikan reward berupa cashback
kepada konsumennya ketika konsumen membayar menggunakan uang elektronik tersebut,
cashback yang diberikan biasanya berbentuk poin cashback yang memiliki masa expired.
Artinya konsumen ketika mendapatkan poin cashback tersebut harus menggunakannya
untuk berbelanja kembali apabila tidak digunakan sampai masa expired maka poin cashback
tersebut akan hangus atau tidak dapat digunakan lagi oleh konsumen. Adapun platform
penyelenggara elektronik dalam melakukan pencatatan terkait pemberian poin cashback
kepada konsumen memiliki berbagai macam metode pencatatan, tetapi secara garis besar
bisa dikelompokkan menjadi dua metode pencatatan, yaitu:
1. Metode pertama, platform penyelenggara uang elektronik mencatat pemberian
cashback kepada konsumen sebagai biaya atau beban. Artinya semua cashback
yang diberikan kepada konsumen saat awal pemberian langsung dimasukkan
sebagai biaya oleh platform penyelenggara uang elektronik meskipun belum
digunakan oleh konsumen, namun konsekuensi dari pencatatan ini nantinya ketika
ada poin cashback dari konsumen yang hangus atau kadaluarsa maka platform uang
elektronik akan mencatatnya sebagai penghasilan.
2. Metode kedua, platform uang elektronik akan mencatat biaya atau beban ketika
konsumen benar-benar menggunakan poin cashback yang diberikan oleh platform.
Artinya, ketika platform memberikan cashback kepada konsumen maka platform
belum mencatatnya sebagai biaya atau beban karena pemberian tersebut hanya
berupa poin yang muncul di aplikasi konsumen tetapi akan menjadi beban atau biaya
ketika konsumen menggunakan poin cashback tersebut untuk berbelanja. Oleh
karena itu, ketika platform uang elektronik menggunakan metode pencatatan ini,
tidak akan ada pengakuan penghasilan atas poin cashback yang hangus karena
memang sejak awal mereka belum mencatatnya sebagai biaya atau beban.

20 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

B. Proses Bisnis Kegiatan Lainnya


MDR merupakan sumber utama penghasilan dari e-money tetapi selain mendapatkan
penghasilan dari MDR, potensi penghasilan yang didapatkan oleh penyelenggara uang
elektronik bisa dari berbagai sumber kegiatan lainnya diantaranya:
1. Penghasilan dari biaya administrasi saat pelanggan melakukan top up saldo maupun
melakukan withdrawal. Penyelenggara uang elektronik memiliki aturan jika ingin
melakukan isi ulang/top up saldo, pengguna dikenakan biaya administrasi sebesar
Rp. 1.000 atau Rp. 2.000. Begitu juga saat pelanggan akan melakukan withdrawal
akan dikenakan biaya administrasi yang ditentukan oleh masing-masing e-money.
2. Penghasilan kerjasama dengan mitra atau pihak ketiga, misalnya ketika e-money
melakukan kerjasama dengan PLN agar konsumen dapat membeli token
menggunakan jasa platform e-money maka akan ada penghasilan atas jasa
perantara yang disediakan oleh platform e-money.
3. Penghasilan atas jual beli yang dilakukan oleh e-money yakni contohnya pulsa,
sebagian e-money melakukan kegiatan jual beli pulsa. E-money bertindak sebagai
distributor tingkat 1 atau tingkat 2 sehingga mereka memperoleh penghasilan dari
selisih nilai jual dan beli atas penjualan pulsa tersebut.
4. Penghasilan lain-lain.

21 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

ASPEK
PERPAJAKAN

22 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

III. ASPEK PERPAJAKAN

Berdasarkan proses bisnis yang telah dipetakan, dapat diketahui aspek-aspek perpajakan
yang ada pada bisnis platform penyelenggara uang elektronik (e-money). Berikut adalah daftar
aspek perpajakan secara umum yang dapat dikenakan berdasarkan proses bisnis platform e-
money. Perlu dicatat bahwa terdapat aspek perpajakan lainnya tergantung dari kondisi subjek
dan objek pajak pada saat terjadinya transaksi.

Tabel III. 1 Aspek Perpajakan Platform Uang elektronik (e-money)

No Jenis Penghasilan
1.1 Pendapatan Atas Biaya Layanan Administrasi Saldo (Top-Up, Transfer, dan
Withdrawal) e-money
Pajak Penghasilan Objek Pajak:
(PPh) Penghasilan atas biaya layanan administrasi e-money yang
dikenakan kepada pengguna yang dibayarkan melalui bank,
saldo pengguna, atau merchant, seperti:
- Biaya isi ulang (top-up)
- Biaya tarik tunai (withdrawal)
- Biaya transfer saldo antar pengguna
- Biaya transfer saldo ke rekening bank

Jenis dan Tarif Pajak:


PPh Pasal 25/29 atas Penghasilan WP Badan (tarif PPh
Pasal 17)*

Pajak Pertambahan Objek Pajak:


Nilai (PPN) Penyerahan JKP oleh platform e-money di dalam Daerah
Pabean.

Dasar Pengenaan Pajak:


Penggantian, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh platform e-money.

Tarif Pajak:
11%

1.2 Pendapatan Atas Jasa Penyediaan Transaksi Pembayaran Melalui Platform e-


money
Pajak Penghasilan Objek Pajak:
(PPh) Penghasilan atas penyediaan jasa pembayaran oleh e-
money yang dibayarkan oleh mitra e-money atau merchant,
seperti:

23 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

- Service fee atas pembayaran online menggunakan e-


money saat transaksi di marketplace (e-commerce).
- Komisi dari merchant atau merchant discount rate (MDR).
- Service fee atas pembelian pulsa atau token PLN.
- Service fee atas pembayaran tagihan listrik, pasca bayar,
PDAM, telepon, atau internet TV kabel.

Jenis dan Tarif Pajak:


PPh Pasal 25/29 atas Penghasilan WP Badan (tarif PPh
Pasal 17)*

Pajak Pertambahan Objek Pajak:


Nilai (PPN) Penyerahan JKP oleh platform e-money di dalam Daerah
Pabean.

Dasar Pengenaan Pajak:


Penggantian, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh platform e-money.

Tarif Pajak:
11%

1.3.1 Pendapatan Bunga Bank atas Saldo Pengguna yang Mengendap


Objek Pajak:
Penghasilan bunga atas saldo pengguna yang mengendap/
ditempatkan pada rekening bank tertentu yang dibayarkan
oleh bank.

Jenis dan Tarif Pajak:


PPh Pasal 25/29 atas Penghasilan WP Badan (tarif PPh
Pasal 17)*

1.3.2 Pendapatan Bunga Pay Later


Objek Pajak:
Penghasilan bunga dari layanan pay later yang dibayarkan
oleh pengguna.

Jenis dan Tarif Pajak:


PPh Pasal 25/29 atas Penghasilan WP Badan (tarif PPh
Pasal 17)*

24 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

1.4 Pendapatan Atas Jasa Penempatan Iklan Produk dan Layanan Dari Mitra
Merchant
Pajak Penghasilan Objek Pajak:
(PPh)
Penghasilan atas jasa penempatan iklan produk dan layanan
yang dibayarkan oleh mitra merchant.

Jenis dan Tarif Pajak:


PPh Pasal 25/29 atas Penghasilan WP Badan (tarif PPh
Pasal 17)*

Pajak Pertambahan Objek Pajak:


Nilai (PPN) Penyerahan JKP oleh platform e-money di dalam Daerah
Pabean.

Dasar Pengenaan Pajak:


Penggantian, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh platform e-money.

Tarif Pajak:
11%

1.5 Pendapatan Atas Jasa Pay Later


Pajak Penghasilan Objek Pajak:
(PPh) Penghasilan atas jasa pay later yang dibayarkan oleh
pengguna.

Jenis dan Tarif Pajak:


PPh Pasal 25/29 atas Penghasilan WP Badan (tarif PPh
Pasal 17)*

Pajak Pertambahan Objek Pajak:


Nilai (PPN) Penyerahan JKP oleh platform e-money di dalam Daerah
Pabean.

Dasar Pengenaan Pajak:


Penggantian, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh platform e-money.

Tarif Pajak:
11%

25 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

2.1 Biaya Gaji Pegawai Tetap


Pemotongan/ Objek Pajak:
Pemungutan PPh Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik
berupa penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak
teratur

Jenis Pajak:
PPh Pasal 21/26
2.2.1 Biaya Sewa Tanah dan/atau Bangunan
Pemotongan/ Objek Pajak:
Pemungutan PPh Jumlah bruto atas sewa tanah/atau bangunan yang
dibayarkan platform e-money selaku penyewa

Jenis dan Tarif Pajak:


PPh Pasal 4 ayat (2) atas persewaan tanah/bangunan (tarif
10%)
2.2.2 Biaya Sewa Penggunaan Harta (selain tanah dan/atau bangunan)
Pemotongan/ Objek Pajak:
Pemungutan PPh Jumlah bruto atas sewa dan penghasilan lain yang berkaitan
dengan penggunaan harta kecuali sewa tanah dan/atau
bangunan yang dibayarkan penyewa (platform e-money)

Jenis dan Tarif Pajak:


PPh Pasal 23 atas persewaan dan penghasilan lain
sehubungan dengan penggunaan harta
(tarif 2%)
2.3.1 Biaya Jasa terkait Aplikasi dan Pemeliharaannya
Pemotongan/ Objek Pajak:
Pemungutan PPh Jumlah bruto yang diterima oleh penyedia jasa terkait aplikasi
e-money dan pemeliharaannya yang dibayar oleh platform e-
money, seperti:
- Jasa penempatan aplikasi e-money pada platform e-
commerce (Contoh penempatan Shopeepay pada
Shopee).
- Jasa penyimpanan digital (cloud server)
- Jasa pengelolaan pembayaran
- Jasa layanan
- Jasa pengembangan aplikasi
- Jasa pemeliharaan aplikasi
- Jasa dukungan teknis
- Jasa administrator sistem

26 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

Jenis dan Tarif Pajak:


PPh Pasal 23

Dalam hal penyedia jasa adalah Subjek Pajak Luar Negeri:


PPh Pasal 26
PPN Jasa Luar Negeri
2.3.2 Biaya Jasa Konsultan/Audit
Pemotongan/ Objek Pajak:
Pemungutan PPh Jumlah bruto yang diterima oleh jasa profesional, seperti:
- Jasa audit laporan keuangan
- Jasa konsultan hukum
- Jasa konsultan manajemen
- Jasa manajemen pembangunan gedung tempat
usaha/operasional selain konsultan teknik dan konstruksi.

Jenis dan Tarif Pajak:


PPh Pasal 23
2.4 Biaya Royalti
Pemotongan/ Objek Pajak:
Pemungutan PPh Jumlah bruto royalti yang dibayarkan sebagai imbalan atas
penggunaan hak cipta, hak kekayaan intelektual, hak-hak lain
pemberian pengetahuan atau informasi di bidang teknikal,
industri, atau komersial dll, seperti:
- Pemanfaatan lisensi

Jenis dan Tarif Pajak:


PPh Pasal 23 atas royalti (tarif 15%)

Dalam hal penyedia jasa adalah Subjek Pajak Luar Negeri:


PPh Pasal 26 (tarif 20%)
PPN Jasa Luar Negeri
2.5.1 Biaya Pemasaran/Promosi
Pemotongan/ Objek Pajak:
Pemungutan PPh Jumlah bruto yang diterima oleh penyedia jasa pemasaran,
seperti:
- Jasa promosi/ pemasaran
- Jasa iklan

Jenis dan Tarif Pajak:


PPh Pasal 23

Dalam hal penyedia jasa adalah Subjek Pajak Luar Negeri:


PPh Pasal 26
PPN Jasa Luar Negeri

27 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

2.5.2 Biaya Pemasaran/Promosi yang dibayarkan kepada pengguna


Pemotongan/ Objek Pajak:
Pemungutan PPh Jumlah bruto yang diterima oleh pengguna
- Jasa promosi/ pemasaran

Jenis dan Tarif Pajak:


PPh Pasal 21

2.5.3 Pemberian Hadiah Undian


Pemotongan/ Objek Pajak:
Pemungutan PPh Jumlah bruto hadiah undian yang dibayarkan

Jenis dan Tarif Pajak:


PPh Pasal 4(2)

Pajak Pertambahan Jenis Pajak:


Nilai (PPN) PPN Pemberian Cuma-cuma

2.6 Biaya terkait perolehan aset tetap gedung


Secara borongan:
Jasa konsultan, teknik, konstruksi: PPh Pasal 4(2)
Penyerahan bangunan: PPh Pasal 4(2)

Membangun sendiri:
Gaji/upah harian: PPh Pasal 21
Bangunan selesai dibangun: PPN Membangun Sendiri
Catatan:
* 1) Sesuai PP23/2018, Wajib Pajak yang baru terdaftar dengan peredaran bruto tertentu
(UMKM) berhak atas fasilitas PPh Final dengan tarif 0,5% dari peredaran usaha bruto selama
periode tertentu.
2) Sesuai Pasal 17 ayat (2b), WP Badan dalam negeri berbentuk PT yang memenuhi
persyaratan tertentu dapat memperoleh tarif 3% lebih rendah.

28 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

MODUS
PENGHINDARAN PAJAK

29 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

IV. MODUS PENGHINDARAN PAJAK

A. Tidak Melaporkan atau Melaporkan Penghasilan Tidak Sesuai Sebenarnya


1. Modus
Pada bagian proses bisnis telah dijelaskan bahwa Wajib Pajak sebagai platform
penyelenggara e-money memperoleh penghasilan dari berbagai sumber. Salah satu
sumber penghasilan terbesar yang diperoleh oleh Wajib Pajak berupa Merchant
Discount Rate (MDR). Namun terdapat keterbatasan memperoleh informasi terkait
persentase MDR yang dikenakan oleh setiap platform penyelenggara e-money
kepada tiap merchant/mitranya. Hal ini memunculkan isu modus penghindaran pajak
yaitu Wajib Pajak bersikap tertutup dan tidak memberikan informasi besaran
persentase yang mereka terapkan kepada merchant/mitra nya dengan alasan bahwa
persentase berikut sangat beragam karena bergantung pada tiap perjanjian
kerjasama antara platform dengan merchant/mitranya. Tujuan dari modus ini adalah
untuk menyembunyikan jumlah penghasilan yang sebenarnya mereka peroleh
sehingga dapat memperkecil pajak penghasilan terutang.

Disamping itu, terhadap penghasilan lain berupa biaya admin sebagai


tambahan biaya atas fitur-fitur yang disediakan oleh platform e-money seperti
pengisian pulsa, pembayaran air, pembayaran listrik, dan sejenisnya seharusnya juga
dikenakan PPN dan dilaporkan sebagai tambahan penghasilan pada SPT Tahunan
PPh Badan. Untuk fitur pengisian pulsa, terdapat skema beli-putus atau skema jasa
penjualan saja. Dalam skema beli-putus tentu akan muncul akun persediaan pada
laporan keuangan Wajib Pajak. Isu modus penghindaran yaitu terjadi inkonsistensi
nilai persediaan. Dalam hal ini terdapat selisih atas persediaan akhir tahun
sebelumnya dengan persediaan awal tahun berjalan. Hal ini akan mempengaruhi nilai
biaya persediaan pada tahun berjalan.

2. Ketentuan Perpajakan yang Berlaku


Pasal 3 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang
Nomor 7 Tahun 2022 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan menyatakan bahwa
setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPT dengan benar, lengkap, dan jelas. Artinya
Wajib Pajak harus melaporkan penghasilan dari MDR ini sesuai dengan keadaan
sebenarnya yaitu MDR sebesar tarif yang dikenakan oleh platform e-money kepada
merchant. MDR ini merupakan objek pemotongan/pemungutan karena merupakan
30 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

fee yang dibayarkan oleh merchant kepada platform e-money terkait penggunaan
jasa pembayaran Oleh karena itu, apabila merchant merupakan Wajib Pajak Badan
wajib memotong PPh 23 atas fee yang dibayarkan kepada platform e-money. Dari
sisi pihak platform e-money, mereka melaporkan atas penghasilan MDR pada SPT
Tahunan dan mengkreditkan PPh Pasal 23 apabila ada transaksinya yang sudah
dipotong oleh merchant yang merupakan WP Badan.
Penghasilan Wajib Pajak yang diperoleh dari pihak ketiga karena adanya kerja
sama misalnya dengan PLN atau penyelenggara jasa telekomunikasi maka atas
penghasilan tersebut merupakan penghasilan atas jasa sebagai perantara maka
platform cukup melaporkan penghasilannya tersebut di SPT Tahunan sebagai
penghasilan dan melaporkan kredit pajaknya apabila atas penghasilannya tersebut
dipotong pajak. Apabila Wajib Pajak melakukan jual-beli misalnya kegiatan jual-beli
pulsa, Wajib Pajak tersebut pastinya melakukan pembelian pulsa kemudian
menjualnya ke konsumen akhir (sebagai distributor tingkat 1 atau tingkat 2). Atas
kegiatan jual-beli tersebut, ketika melaporkan SPT Tahunan seharusnya Wajib Pajak
melaporkan penjualan pada isian peredaran usaha, dan juga melaporkan pembelian
pulsa/barang dagang yang dibeli dan yang berhasil dijual pada isian Harga Pokok
Penjualan, dan apabila terdapat persediaan pulsa yang belum terjual maka dilaporkan
di persediaan akhir (neraca).

B. Tidak Melakukan Pemotongan PPh Potput dan/atau Pemungutan PPN terkait


Transaksi dengan Lawan Transaksi
1. Modus
Platform e-money merupakan badan sehingga memiliki kewajiban untuk
melakukan pemotongan dan/atau pemungutan atas penghasilan yang mereka
berikan dan juga melakukan pemungutan PPN atas barang/jasa yang mereka
serahkan apabila mereka sebagai PKP. Namun, beberapa transaksi yang dilakukan
oleh platform e-money dengan lawan transaksinya tidak dilakukan
pemotongan/pemungutan secara tepat, seperti:
a) Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Beberapa platform e-money masih memiliki anggapan bahwa layanan yang
diberikannya merupakan kategori jasa keuangan sehingga merupakan jasa yang
tidak dikenakan PPN sebagaimana dimaksud Pasal 4A Undang-undang nomor 42
Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan Pajak Penjualan
31 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

Atas Barang Mewah. Persepsi Wajib Pajak tersebut mengakibatkan mereka tidak
melakukan pemungutan pajak atas jasa Kena Pajak terkait penyelenggaraan
teknologi finansial yang dilakukannya. Tujuan dari modus ini yaitu dengan tidak
mengenakan PPN atas setiap jasa yang mereka serahkan kepada konsumen
akhir.
b) Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 23
Isu yang muncul terkait pemotongan PPh pasal 21 atau PPh pasal 23 adalah
atas pemberian cashback yang diberikan platform e-money kepada pelanggannya.
Platform e-money dalam menarik minat dari konsumen menawarkan reward
berupa cashback. Pemberian cashback ini sangat variatif kategorinya tetapi
secara sederhana bisa dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu yang pertama
cashback yang diberikan kepada semua customer sedangkan kategori kedua yaitu
cashback yang hanya diberikan kepada customer tertentu saja (persyaratan
tertentu). Wajib Pajak pada cashback kategori kedua harusnya melakukan
pemotongan PPh pasal 21 atau PPh pasal 23, tetapi kenyataannya mereka
memperlakukannya sebagai bukan objek pemotongan/pemungutan. Tujuan
modus ini yaitu tidak memotong atas pemberian cashback yang diberikan kepada
konsumen akhir (cashback yang diberikan hanya kepada sebagian konsumen).
c) PPh pasal 4 ayat 2
Modus terkait pemotongan PPh pasal 4(2) yang sering terjadi yaitu atas
sewa peralatan atau server yang melekat seharusnya masuk ke dalam kategori
sewa tanah/bangunan yang dikenakan PPh pasal 4(2) tetapi wajib pajak
mengenakan PPh pasal 23 atas sewa. Tujuan modus ini yaitu agar pajak yang
dipotong lebih kecil karena tarif PPh pasal 23 lebih rendah untuk sewa
dibandingkan dengan PPh pasal 4(2).
2. Ketentuan Perpajakan yang Berlaku
a) Pajak Pertambahan Nilai
Perlakuan perpajakan terhadap teknologi finansial sudah diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan No PMK 69/PMK.03/2022 tentang Pajak
Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai Atas Penyelenggaraan Teknologi
Finansial. Pasal 6 dan 7 mengatur ruang lingkup kegiatan usaha dari teknologi
finansial termasuk platform e-money. Pasal 9 menyatakan bahwa atas jenis
kegiatan usaha yang dilakukan oleh pengusaha yang melakukan kegiatan
penyelenggaraan jasa sistem pembayaran yang telah dikukuhkan sebagai

32 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

Pengusaha Kena Pajak wajib memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak


Pertambahan Nilai yang terutang atas penyerahan Jasa Kena Pajak. Oleh karena
itu, PMK 69/PMK.03/2022 mempertegas bahwa layanan yang diberikan oleh
platform e-money dikenakan PPN apabila platform tersebut telah dikukuhkan
sebagai PKP.
b) Pajak Penghasilan Pasal 21 atau Pasal 23
Pemberian hadiah dan penghargaan sudah diatur dalam Per-11/PJ/2015
tentang Pengenaan Pajak Hadiah dan Penghargaan. Cashback merupakah salah
satu bentuk hadiah yang diberikan platform e-money kepada customernya. Pasal
3 menjelaskan bahwa hadiah merupakan objek pemotongan, hadiah undian
merupakan objek pemotongan PPh pasal 4(2) sedangkan hadiah atau
penghargaan perlombaan dikenakan PPh pasal 21 atau PPh pasal 23 tergantung
pihak penerimanya orang pribadi atau badan. Tetapi pada pasal 4 dijelaskan
bahwa Wajib Pajak tidak melakukan pemotongan apabila hadiah tersebut
diberikan langsung kepada konsumen akhir dan tanpa diundi. Oleh karena itu,
cashback yang diberikan kepada semua konsumen dan tanpa diundi tidak menjadi
objek pemotongan sedangkan untuk cashback yang tidak memenuhi syarat
tersebut misalnya hanya diberikan ke pihak-pihak tertentu harus dilakukan
pemotongan pajak.
c) Pajak Penghasilan Pasal 4(2)
Penghasilan dari persewaan tanah dan/atau Bangunan merupakan objek
potput PPh pasal 4(2), bangunan disini memiliki arti sesuatu yang melekat ke tanah
baik berbentuk konstruksi dan lain sebagainya. Oleh karena itu, untuk sewa alat
yang dia melekat ke tanah maka bisa dikategorikan sebagai sewa tanah/bangunan
bukan PPh pasal 23.

C. Penggelembungan biaya promosi/entertainment tanpa disertai Daftar Nominatif


1. Modus
Ketika Wajib Pajak sebagai platform e-Money seringkali memberikan promosi
atau mengadakan event tertentu dalam rangka memperkenalkan dan/atau
menganjurkan pemakaian suatu produk baik langsung maupun tidak langsung untuk
mempertahankan dan/atau meningkatkan penjualan. Atas pencatatan biaya-biaya
tersebut, Wajib Pajak mengklasifikasikannya sebagai biaya promosi. Namun, tidak
memperhatikan apakah biaya promosi tersebut dilengkapi dengan daftar nominatif,

33 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

apakah biaya tersebut relevan dengan kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan (3M), maupun apakah biaya tersebut benar-benar terjadi
(exist). Tujuan dari modus ini yaitu untuk memperbesar biaya usaha sehingga dapat
menurunkan penghasilan neto fiskal yang berdampak pada menurunnya penghasilan
kena pajak.

2. Ketentuan Perpajakan yang Berlaku


Pencatatan biaya promosi/entertainment sendiri telah diatur di dalam PMK-
02/PMK.03/2010 tentang Biaya Promosi yang Dapat Dikurangkan dari Penghasilan
Bruto. Pasal 2 PMK tersebut telah mengatur ruang lingkup biaya promosi yang
meliputi: biaya periklanan di media elektronik/cetak/lainnya, biaya pameran produk,
biaya pengenalan produk baru, dan biaya sponsorship terkait promosi produk. Pasal
6 ayat (1) mewajibkan Wajib Pajak untuk membuat Daftar Nominatif atas pengeluaran
Biaya Promosi. Apabila Wajib Pajak tidak membuat daftar nominatif atas pengeluaran
biaya promosi dan tidak dilaporkan sebagai lampiran saat Wajib Pajak
menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan maka biaya promosi tidak dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto.
Berdasarkan Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan, untuk dapat
dibebankan sebagai biaya, pengeluaran atas biaya promosi harus mempunyai
hubungan langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan usaha atau kegiatan
untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek
pajak. Dengan demikian, pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang bukan merupakan objek pajak tidak boleh dibebankan
sebagai biaya.
D. Modus Penghindaran Pajak Lainnya
1. Penyusutan/Amortisasi belum sesuai ketentuan
Biaya penyusutan/amortisasi yang dilaporkan oleh Wajib Pajak perlu diteliti
kebenaran harga perolehan/harga wajarnya, pemanfaatannya, dan perhitungan
penyusutannya. Salah satu modus penghindaran pajak terkait dengan biaya
penyusutan/amortisasi ini yaitu Wajib Pajak melakukan pembebanan biaya yang
seharusnya disusutkan sesuai dengan masa manfaat namun dibebankan sekaligus.
Kondisi ini tentu akan meningkatkan beban usaha sehingga laba perusahaan akan
menurun.

34 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

2. Keterlambatan pembayaran PPN atas pemanfaatan BKPTB dan/atau JKPLN


Seringkali pembayaran PPN atas pemanfaatan BKPTB dan/atau JKPLN
terlambat, sehingga terdapat potensi STP PPN. Perlu dilakukan penelitian secara
manual, dengan melakukan penyandingan pembayaran PPN atas pemanfaatan
BKPTB dan/atau JKPLN (MPN-Info) vs SPT PPN.
Berdasarkan PMK No.40/PMK.03/2010, dijelaskan PPN yang terutang atas
pemanfaatan BKP tidak berwujud dan/atau JKP dari luar Daerah Pabean wajib
dipungut dan disetorkan seluruhnya ke Kas Negara melalui Kantor Pos atau Bank
Persepsi dengan menggunakan Surat Setoran Pajak oleh orang pribadi atau badan
yang memanfaatkan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak
dari luar Daerah Pabean, paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah saat
terutangnya pajak.
3. Transaksi dengan Pihak Afiliasi
Wajib Pajak memiliki transaksi dengan pihak afiliasi yang perlu dilakukan
pengujian untuk mengetahui eksistensinya. Misalnya, eksistensi hutang usaha
dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa dalam kaitannya dengan biaya
bunga. Modus penghindaran pajak lainnya yaitu terdapat transaksi dengan Afiliasi
yang tidak berhubungan dengan kegiatan mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan namun dijadikan biaya usaha sebagai pengurang penghasilan bruto.

35 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

TEKNIK PENGGALIAN
POTENSI

36 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

V. TEKNIK PENGGALIAN POTENSI

A. Tidak Melaporkan atau Melaporkan Penghasilan Tidak Sesuai Sebenarnya


Ada dua langkah yang dapat dilakukan untuk memastikan apakah Wajib Pajak sudah
melaporkan keseluruhan penghasilannya atau belum, yaitu:

1) Ekualisasi Penyerahan PPN dan Omzet PPh


Ekualisasi adalah langkah awal untuk memastikan untuk memastikan apabila ada
penghasilan yang belum dilaporkan di SPT Tahunan atau belum dilaporkan di SPT
Masa PPN. Apabila ada selisih antara omzet di SPT Tahunan dan Total Penyerahan
di SPT Masa PPN maka ini menjadi indikasi ada penghasilan/penyerahan yang belum
dilaporkan sehingga harus dikonfirmasi lebih lanjut kepada Wajib Pajak.

2) Melakukan analisis SPT Tahunan Wajib Pajak


Wajib Pajak khususnya platform e-money memiliki beberapa jenis penghasilan
diantaranya yang mayoritas ada di setiap platform e-money adalah:
a. Penghasilan dari MDR
b. Penghasilan dari biaya admin (fee top up, fee withdrawal, dll)
c. Penghasilan dari iklan
Selain tiga jenis penghasilan tersebut, dimungkinkan Wajib Pajak memiliki
penghasilan dari sumber lainnya. Oleh sebab itu, langkah awal adalah mempelajari
proses bisnis dari Wajib Pajak agar mengetahui lebih detail penghasilan Wajib Pajak
dari mana saja. Langkah berikutnya setelah mengetahui jenis penghasilan dari Wajib
Pajak melakukan analisis pada laporan keuangannya. Misalnya untuk penghasilan
MDR dengan melakukan analisis total transaksi yang dilakukan oleh Wajib Pajak.
Dalam hal meneliti berapa persentase MDR yang diterapkan oleh Wajib Pajak,
pertama harus dilakukan identifikasi terlebih dahulu apakah dalam mekanisme
proses bisnis pembayaran tersebut melalui kanal QRIS atau tidak. Apabila melalui
kanal QRIS, persentase MDR sudah diatur dalam Keputusan Deputi Gubernur Bank
Indonesia nomor 21/1/KEP.DG/2019 yang dibedakan sesuai jenis kategori. Namun
apabila terdapat pembayaran yang tidak melalui kanal QRIS, maka perlu dilakukan
MDR benchmarking, hal ini karena untuk MDR tidak ada regulasi yang mengatur
besaran persentase MDR yang wajib diterapkan oleh platform e-money.
Selanjutnya membandingkan apakah selisih penghasilan yang dilaporkan WP
dengan perhitungan menggunakan MDR benchmarking memiliki selisih yang jauh
atau tidak. Selain tiga jenis penghasilan Wajib Pajak platform e-money dimungkinkan

37 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

ada penghasilan lain misalnya jual-beli pulsa maka apabila sudah diketahui ada jenis
penghasilan lain ini perlu dilakukan penelitian apakah di SPT Tahunan sudah
dilaporkan atau belum dengan menelusuri rincian peredaran usaha dan meneliti
apakah dalam unsur perhitungan Harga Pokok Penjualan terdapat persediaan pulsa.

B. Tidak Melakukan Pemotongan PPh Potput dan/atau Pemungutan PPN terkait


Transaksi dengan Lawan Transaksi
1) Penggalian Potensi Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Teknik penggalian potensi untuk PPN yaitu dengan Melakukan ekualisasi antara
omzet PPh dan penyerahan PPN, apabila terdapat selisih maka bisa dilakukan
pengecekan apakah memang atas selisih tersebut bukan merupakan objek
pemungutan PPN.
2) Pajak Penghasilan Pasal 21 atau Pasal 23
a) Melakukan pengecekan apakah ada biaya cashback yang telah diberikan WP
kepada konsumen
b) Melakukan penelitian apakah cashback tersebut telah dilakukan
pemotongan/pemungutan
c) Apabila tidak ada pemotongan yang dilakukan maka dilakukan penelitian apakah
memang cashback yang diberikan kepada konsumen tersebut telah memenuhi
pasal 4 pada Per-11/PJ/2015.
3) Pajak Penghasilan Pasal 4(2)
a) Mempelajari proses bisnis Wajib Pajak dan melakukan pengecekan pada laporan
keuangannya apakah ada biaya atas sewa alat atau server.
b) Meneliti pelaporan atas sewa server atau alat tersebut dilaporkan pada SPT masa
PPh pasal 4(2) atau PPh pasal 23.
c) Apabila Wajib Pajak melakukan pemotongan PPh pasal 23 maka perlu dilakukan
visit untuk memastikan bahwa server atau alat tersebut merupakan objek PPh
pasal 23 bukan PPh pasal 4(2).

C. Penggelembungan Biaya Promosi/Entertainment Tanpa Disertai Daftar Nominatif


1) Mempelajari proses bisnis Wajib Pajak terutama terkait biaya promosi
2) Sandingkan lampiran daftar nominatif atas pengeluaran biaya promosi yang
disampaikan WP dengan biaya promosi yang disampaikan dalam SPT Tahunan
PPh Badan. Nilai biaya promosi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
adalah nilai pada lampiran dafnom.

38 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

3) Perlu dilakukan penelitian kebenaran biaya promosi yang dikeluarkan pada lampiran
daftar nominatif yang disampaikan oleh Wajib Pajak.
- Apakah biaya promosi tersebut benar-benar sesuai dengan
peruntukan/tujuannya atau relevan dengan kegiatan 3M?
- Apakah biaya promosi tersebut benar-benar terjadi (exist)?
Apabila biaya promosi tersebut tidak relevan dengan kegiatan 3M atau biaya
promosi tidak benar-benar terjadi maka dapat dilakukan koreksi fiskal positif
sehingga dapat meningkatkan penerimaan pajak penghasilan pasal 25/29.

D. Teknik Penggalian Potensi Lainnya


1. Penyusutan/Amortisasi belum sesuai ketentuan
Penggalian potensi yang dapat dilakukan dengan melakukan penelusuran
terhadap rincian penyusutan/amortisasi pada form Lampiran Khusus 1A SPT
Tahunan dan/atau CALK Laporan Keuangan, apabila terdapat penyusutan yang tidak
sesuai ketentuan perlu menelusuri kembali rincian koreksi fiskal WP pada form 1771-
I SPT Tahunan (untuk memastikan WP belum melakukan koreksi atas penyusutan
tsb). Termasuk atas biaya promosi yang merupakan biaya yang memiliki masa
manfaat lebih dari satu tahun harus dibebankan melalui amortisasi (tidak bisa
dibebankan sekaligus dalam tahun pengeluaran).

2. Keterlambatan pembayaran PPN atas pemanfaatan BKPTB dan/atau JKPLN


Penggalian potensi dapat dilakukan dengan melakukan ekualisasi atas
pemanfaatan BKPTB dan/atau JKPLN pada lampiran B1 SPT PPN dengan PPh
Pasal 26 (untuk menguji kesesuaian pembayaran dan pelaporan transaksi
pemanfaatan jasa luar negeri).

3. Transaksi dengan Pihak Afiliasi


Penggalian potensi yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan identifikasi
pemasok dan pelanggan terbesar serta hubungan afiliasi dan Analisa TP Doc.
Pengujian penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha (PKKU) untuk
transaksi yang dipengaruhi hubungan istimewa tertentu harus dilakukan dengan
tahapan pendahuluan dan enam tahapan penerapan PKKU sebagaimana PMK-
22/PMK.03/2020.

39 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

STUDI KASUS

40 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

VI. STUDI KASUS

STUDI KASUS I: Tidak Melaporkan Penghasilan Sepenuhnya


Diketahui bahwa Wajib Pajak yang bergerak di platform e-money merupakan PKP, jadi
Wajib Pajak ketika menyerahkan BKP atau JKP wajib memungut PPN. Berikut ini data peredaran
usaha pada SPT Tahunan dan penyerahan berdasarkan SPT Masa PPN selama 2021.

Tabel VI.1 Ekualisasi Studi Kasus I

Peredaran Usaha Menurut SPT Tahunan PPH 145.654.048.453


Total Penyerahan Menurut SPT Masa PPN 148.176.070.000
Selisih 2.522.021.547
Dari data diatas maka terdapat selisih sebesar Rp2.522.021.547 atas selisih ini dapat
dilakukan penelitian lebih lanjut karena tidak dilaporkan pada SPT Tahunan Wajib Pajak. Teknik
equalisasi ini dapat dimanfaatkan untuk memperoleh indikasi apabila ada penghasilan yang
belum dilaporkan oleh Wajib Pajak sepenuhnya.

STUDI KASUS II: Tidak Melakukan Pemotongan dan/atau Pemungutan


Diketahui data terkait platform e-money Goo dalam SPT Tahunannya di tahun 2021
terdapat biaya cashback atau poin cashback seperti gambar di bawah ini :

Gambar VI.1 Rincian Biaya Studi Kasus II

Biaya poin cashback ini merupakan bagian dari biaya pemasaran dan promosi, berikutnya
setelah dilakukan pengecekan/penelitian terhadap biaya cashback tersebut (dengan melihat SPT
Masa PPh 23 dan SPT Masa PPH 21) Wajib Pajak tidak melakukan pemotongan sama sekali
atas biaya promosi berupa cashback tersebut terhadap konsumen akhir. Maka bisa dilakukan
konfirmasi ke Wajib Pajak apakah memang atas semua cashback yang diberikan kepada
konsumen memenuhi syarat pada pasal 4 PER 11 Tahun 2015. Apabila tidak memenuhi
ketentuan tersebut maka Wajib Pajak Wajib memungut PPH Pasal 21 atau PPH Pasal 23 atas
cashback yang diberikannya.

41 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)

STUDI KASUS III: Melaporkan Biaya Terlalu Besar


Wajib Pajak pada tahun 2019 menyatakan rugi, berdasarkan laporan keuangan Wajib
Pajak diketahui beberapa informasi salah satunya terkait biaya-biaya Wajib Pajak. Pada gambar
di bawah ini ditampilkan rincian biaya Wajib Pajak pada tahun 2019.

Gambar VI.2 Rincian Biaya Studi Kasus III

Dari rincian biaya tersebut terdapat biaya-biaya yang cukup signifikan yaitu biaya gaji dan
tunjangan serta biaya promosi (point cashback). Maka bisa dilakukan analisa lebih detail terhadap
dua biaya tersebut apakah memang nilai yang disampaikan Wajib Pajak sudah valid atau tidak.
• Gaji dan Tunjangan, dengan melakukan pengecekan jumlah karyawan dan rekapan
absensi untuk memastikan bahwa memang tidak ada pegawai fiktif yang bertujuan
memperbesar biaya.
• Biaya promosi, dengan melakukan penelitian dokumen pendukung yaitu daftar nominatif
yang dibuat oleh Wajib Pajak. Apabila tidak ada daftar nominatif maka harus dilakukan
koreksi fiskal positif.

42 | H a l a m a n

Anda mungkin juga menyukai