MODUL PENGGALIAN
POTENSI PAJAK
PLATFORM PENYELENGGARA UANG
ELEKTRONIK
(E-MONEY)
1|Halaman
RAHASIA, HANYA UNTUK INTERNAL DJP
TIM PENYUSUN
Pengarah
Ihsan Priyawibawa - Diretur Potensi, Kepatuhan, dan Penerimaan
Imam Arifin - Direktur Transformasi Proses Bisnis
Penanggung Jawab
Haryo Abduh Suryo Negoro - Kepala SubDirektorat Potensi Perpajakan
Dudi Efendi Karnawidjaya - Kepala SubDirektorat Pengembangan Ekstensifikasi dan Penilaian
Ketua Tim
Budi Setyo Suhartanto - Kepala Seksi Potensi Sektor Perdagangan
Dony Kurniawan Budi Susilo - Kepala Seksi Pengembangan Pemetaan dan Penilaian
Tim Penyusun
Fardan Ma’ruf Zainudin
Deddy Sismanyudi
Tika Dwita Permatasari
Akmal Setiawan
Iryan Akbari
Sofatul Rachma
Deddy Prayogi
Yohanes Yudha Dwi Saputro
Vensca Audrey
Bakhriar Azzam Lathuf
Dyah Ayu Gita Sabila
Slamet Sugiarto
Muhamad Adhi Nugroho
Septina Putri
Peatty Winona Zerlinda Sinurat
Kontributor
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kami sampaikan kepada pihak-
pihak yang telah berkontribusi aktif dalam penyusunan modul ini, khususnya kepada
C. Lusana Cahya Ratri - Account Representative KPP Madya Jakarta Selatan I
Eka Putriyana - Account Representative KPP Madya Jakarta Selatan II
Hata Laiman - Account Representative KPP Madya Jakarta Selatan II
Danoyo - Account Representative KPP Madya Jakarta Pusat
Candra Surya Adipermana - Account Representative KPP Madya Jakarta Selatan II
2|Halaman
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)
DISCLAIMER
Modul penggalian potensi pajak ini disusun dalam rangka peningkatan kapasitas dan
kompetensi pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak dalam memahami proses bisnis,
aspek perpajakan, modus penghindaran pajak, serta teknik penggalian potensi dari platform
uang elektronik (e-money)
Materi dalam modul ini bersumber dari berbagai literatur, narasumber, regulasi, serta sumber
lainnya. Informasi/ bahan yang digunakan dalam modul ini hanya untuk kepentingan internal
Direktorat Jenderal Pajak yang dapat digunakan sebagai salah satu referensi, tetapi bukan
sebagai satu-satunya acuan dalam pelaksanaan penggalian potensi atau pelaksanaan tugas
lainnya.
3|Halaman
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)
KATA PENGANTAR
Modul ini dapat menjadi salah satu referensi dalam membantu tugas para pegawai di
lapangan dalam melakukan penggalian potensi pajak pada usaha informasi dan komunikasi.
Modul disusun berdasarkan teori, regulasi, dan pengalaman penyusun dengan melibatkan
kontributor yang telah memiliki pengalaman dalam melakukan penggalian potensi,
Kami menyadari bahwa modul yang disusun masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami
membuka diri atas masukan dan saran untuk penyempurnaan panduan ini.
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh
Ihsan Priyawibawa
4|Halaman
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)
DAFTAR ISI
TIM PENYUSUN .......................................................................................................................... 2
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... 4
DAFTAR ISI .................................................................................................................................. 5
DAFTAR TABEL ........................................................................................................................... 7
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................................... 8
I. LATAR BELAKANG DAN PROFIL SEKTORAL ...................................................................... 9
II. PROSES BISNIS ................................................................................................................... 15
A. Proses Bisnis sebagai Penyedia Jasa Pembayaran....................................................... 17
B. Proses Bisnis Kegiatan Lainnya ..................................................................................... 21
III. ASPEK PERPAJAKAN .......................................................................................................... 22
IV. MODUS PENGHINDARAN PAJAK ....................................................................................... 29
A. Tidak Melaporkan atau Melaporkan Penghasilan Tidak Sesuai Sebenarnya ................ 30
1. Modus .......................................................................................................................... 30
2. Ketentuan Perpajakan yang Berlaku............................................................................ 30
B. Tidak Melakukan Pemotongan PPh Potput dan/atau Pemungutan PPN terkait Transaksi
dengan Lawan Transaksi ................................................................................................ 31
1. Modus .......................................................................................................................... 31
2. Ketentuan Perpajakan yang Berlaku............................................................................ 32
C. Penggelembungan biaya promosi/entertainment tanpa disertai Daftar Nominatif .......... 33
1. Modus .......................................................................................................................... 33
2. Ketentuan Perpajakan yang Berlaku............................................................................ 34
D. Modus Penghindaran Pajak Lainnya .............................................................................. 34
1. Penyusutan/Amortisasi belum sesuai ketentuan ......................................................... 34
2. Keterlambatan pembayaran PPN atas pemanfaatan BKPTB dan/atau JKPLN .......... 35
3. Transaksi dengan Pihak Afiliasi ................................................................................... 35
V. TEKNIK PENGGALIAN POTENSI ......................................................................................... 36
A. Tidak Melaporkan atau Melaporkan Penghasilan Tidak Sesuai Sebenarnya ................ 37
1) Ekualisasi Penyerahan PPN dan omzet PPh............................................................... 37
2) Melakukan analisis SPT Tahunan Wajib Pajak............................................................ 37
B. Tidak Melakukan Pemotongan PPh Potput dan/atau Pemungutan PPN terkait Transaksi
dengan Lawan Transaksi ................................................................................................ 38
1) Penggalian Potensi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) ................................................... 38
2) Pajak Penghasilan Pasal 21 atau Pasal 23 ................................................................. 38
5|Halaman
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)
6|Halaman
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)
DAFTAR TABEL
7|Halaman
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)
DAFTAR GAMBAR
8|Halaman
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)
9|Halaman
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)
Industri digital di Indonesia selalu mengalami perkembangan setiap tahun. Jumlah pelaku
industri digital juga semakin banyak sehingga menyebabkan timbulnya lini bisnis baru yang
berbasis teknologi. Era industri digital ini membawa banyak pemain di belakang layar yang
seringkali pelaku tidak menyadari keberadaannya. Perkembangan industri digital saat ini turut
mengubah perilaku pembayaran masyarakat yang mulai beralih dari pembayaran tunai menuju
non-tunai atau cashless society. Hal ini akan membentuk kebiasaan cara membayar baru dimana
masyarakat akan cenderung melakukan pembayaran secara digital terutama pada generasi
milenial. Pembayaran secara digital (cashless) telah memberikan kemudahan bagi masyarakat
untuk melakukan pembayaran dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Salah satu instrumen pembayaran secara digital adalah payment gateway atau gerbang
pembayaran. Secara umum payment gateway adalah layanan untuk memproses, memverifikasi,
menerima/atau menolak pembayaran digital. Dalam transaksi perdagangan elektronik, teknologi
ini dapat membantu pengguna untuk menghadirkan proses pembayaran yang aman dan efisien.
Teknologi payment gateway digunakan oleh penjual atau pemilik bisnis untuk mengotorisasi atau
menerima pembayaran dari pelanggan melalui kartu debit/kredit, dompet digital, uang elektronik,
dan lain-lain. Payment gateway sebenarnya tidak hanya digunakan oleh website e-commerce
namun juga berbagai bisnis offline (toko fisik) yang memfasilitasi pembayaran dengan transaksi
digital yang aman. Oleh karena itu, dengan adanya payment gateway memungkinkan konsumen
bisa memilih berbagai metode pembayaran diantaranya melalui kartu debit, kartu kredit, uang
elektronik, dan jenis pembayaran lainnya. Namun saat ini jenis pembayaran yang paling banyak
digunakan oleh konsumen ketika mereka akan melakukan pembayaran adalah dengan
menggunakan uang elektronik (e-money).
Uang elektronik (e-money) yang dimaksud adalah uang elektronik yang menggunakan
server based artinya media penyimpanannya berbasis server seperti Ovo, Gopay, LinkAja, dan
uang elektronik sejenisnya. Ada juga uang elektronik yang berbasis chip artinya uang elektronik
tersebut berbentuk kartu dan sering digunakan oleh konsumen saat melakukan transaksi akses
jalan tol atau juga saat melakukan pembayaran di parkiran mall. Pada modul ini pembahasan
terkait uang elektronik merujuk kepada uang elektronik berbasis server bukan chip/kartu.
Pada awalnya, rata-rata pengguna uang elektronik adalah perusahaan perbankan,
perusahaan yang bergerak di bidang jasa, perusahaan telekomunikasi dan informasi. Pada saat
itu, uang elektronik tidak banyak dikenal. Namun, saat ini masyarakat sudah mulai banyak yang
menggunakan uang elektronik atau bahkan menggunakan QRIS (Quick Response Code
Indonesian Standard) untuk melakukan transaksi. Gagasan transaksi non-tunai kembali diperkuat
10 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)
dengan dicanangkannya Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) oleh Bank Indonesia pada tahun
2014.
Penggunaan uang elektronik memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan layanan
uang elektronik memudahkan konsumen untuk melakukan transaksi dan serta konsumen dapat
memonitor pengeluaran secara detail. Untuk mengisi saldo uang elektronik dapat dilakukan
melalui mobile banking dan internet banking sehingga memudahkan akses penggunanya.
Kekurangan penggunaan uang elektronik adalah penggunaannya yang terbatas dalam artian
belum semua penjual/pedagang dapat menerima pembayaran uang elektronik. Sebagian besar
konsumen merasakan bahwa dengan adanya uang elektronik memiliki banyak kelebihan
sehingga banyak konsumen yang beralih untuk menggunakan uang elektronik dalam melakukan
pembayaran. Banyaknya pengguna uang elektronik di Indonesia dibuktikan dengan posisi
Indonesia yang menempati peringkat tertinggi di ASEAN pada tahun 2020 dalam hal besarnya
transaksi uang elektronik di e-commerce yang dapat dilihat pada Gambar I.1.
Sumber: databoks.katadata.co.id
perMenurut data
16 November 2022,statistik
diolah Bank Indonesia tahun 2021, rata-rata volume transaksi uang
elektronik selama tahun 2017 hingga tahun 2021 sebanyak 6,99 miliar transaksi dengan rata-rata
nilai transaksi sebesar Rp 381,9 triliun. Adapun transaksi uang elektronik pada tahun 2021
sebanyak 8,26 miliar transaksi dengan nilai transaksi sebesar Rp 786,5 triliun. Dibandingkan
tahun 2020, terjadi pertumbuhan nilai transaksi sebesar 56% (yoy). Terlebih adanya kasus
Pandemi Covid-19, meningkatkan penggunaan platform dan layanan digital sehingga semakin
menarik minat masyarakat untuk menggunakan uang elektronik yang dapat dilihat pada Gambar
I.2.
11 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)
Sumber: data.tempo.co
Dari data statistik tersebut, penggunaan transaksi non-tunai termasuk e-money dari tahun
ke tahun selalu mengalami peningkatan. Beberapa hal yang menjadi pemicu pertumbuhan
transaksi non-tunai adalah sebagai berikut:
1. Perubahan perilaku pembayaran masyarakat yang mulai beralih menuju cashless society.
2. Pergeseran bentuk transaksi dari transaksi perdagangan konvensional ke transaksi
perdagangan melalui sistem elektronik (e-commerce)
3. Meningkatnya penggunaan platform dan layanan digital di masa pandemi.
4. Pemerintah sedang menggalakkan transaksi non-tunai bagi pelaku UMKM, contoh
penggunaan QRIS.
Meningkatnya kebutuhan masyarakat untuk menggunakan uang elektronik di Indonesia
ini seiring dengan meningkatnya penyediaan sarana transaksi nontunai melalui pemanfaatan
teknologi informasi sehingga model bisnis penyelenggaraan uang elektronik juga semakin
berkembang. Oleh karena itu Bank Indonesia menerbitkan Peraturan Bank Indonesia Nomor
20/6/PBI/2018 tentang Uang Elektronik sebagai sarana untuk memastikan penyelenggaraan
uang elektronik yang aman, efisien, lancar dan andal, dan untuk mengatur mekanisme
pengawasan yang lebih terstruktur, terintegrasi dan menyeluruh.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia tersebut dapat disajikan informasi sebagai berikut:
1. Berdasarkan lingkup penyelenggaraannya, Uang Elektronik dibedakan menjadi:
a. Closed loop, yaitu Uang Elektronik yang hanya dapat digunakan sebagai instrumen
pembayaran kepada Penyedia Barang dan/atau Jasa yang merupakan Penerbit Uang
Elektronik tersebut.
12 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)
b. Open loop, yaitu Uang Elektronik yang dapat digunakan sebagai instrumen pembayaran
kepada Penyedia Barang dan/atau Jasa yang bukan merupakan Penerbit Uang
Elektronik tersebut.
2. Media penyimpanan nilai uang elektronik berupa:
a. Server based, yaitu Uang Elektronik dengan media penyimpan berupa server.
b. Chip based, yaitu Uang Elektronik dengan media penyimpan berupa chip.
3. Pencatatan data identitas pengguna uang elektronik berupa:
a. Unregistered, yaitu Uang Elektronik yang data identitas Penggunanya tidak terdaftar dan
tidak tercatat pada Penerbit.
b. Registered, yaitu Uang Elektronik yang data identitas Penggunanya terdaftar dan
tercatat pada Penerbit.
4. Batas nilai uang elektronik yang dapat disimpan pada uang elektronik ditetapkan sebagai
berikut:
a. Untuk uang elektronik unregistered paling banyak Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah).
b. Untuk uang elektronik registered paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
5. Batas nilai transaksi Uang Elektronik dalam 1 (satu) bulan paling banyak Rp20.000.000,00
(dua puluh juta rupiah).
6. Fitur Uang Elektronik yang dapat disediakan oleh Penerbit berupa:
a. Pengisian Ulang (Top Up)
b. Pembayaran transaksi pembelanjaan
c. Pembayaran tagihan
d. Transfer dana dan tarik tunai, untuk Uang Elektronik open loop dan yang registered;
e. Fitur lain berdasarkan persetujuan Bank Indonesia
Berdasarkan pemetaan bidang usaha platform penyelenggara uang elektronik yang paling
banyak digunakan di Indonesia pada tahun 2021, kami menetapkan 5 (lima) Wajib Pajak sebagai
sampel analisis dalam panduan penggalian potensi pajak ini. Lima Wajib Pajak sebagai platform
penyelenggara uang elektronik tersebut adalah OVO, Gopay, ShopeePay, Dana, dan LinkAja.
Berikut adalah perkembangan rata-rata pembayaran pajak dari sampel data tersebut:
13 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)
350,00
200,00
50,00
-250,00
-400,00
-550,00
-700,00
Data penyetoran pajak dari perusahaan sampel menunjukkan bahwa penerimaan pajak
cenderung meningkat selama tahun 2017 hingga 2019. Namun, pada tahun 2020 terjadi
penurunan penerimaan pajak secara drastis untuk jenis pajak PPN Dalam Negeri. Kondisi ini
disebabkan karena adanya restitusi PPN Dalam Negeri yang cukup besar dari perusahaan
sampel. Penerimaan pajak dari sektor ini kembali meningkat pada tahun 2021. Jenis pajak yang
mendominasi dari total jumlah setoran pajak sejak tahun 2017 hingga 2021 yakni setoran PPh
Pasal 21. Selain itu, Wajib Pajak selama 5 tahun terakhir masih melaporkan kondisi keuangan
dalam keadaan rugi karena penyetoran jenis pajak PPh Pasal 25/29 Badan tidak terlihat dalam
Gambar I.3.
Melihat perkembangan dari platform uang elektronik yang sangat signifikan setiap
tahunnya dan juga sebagai bagian dari pelaksanaan tugas dan fungsi pada Kantor Pusat DJP,
Gugus Tugas Penanganan Pelaku Usaha Ekonomi Digital melakukan pendalaman proses bisnis
dan penyusunan panduan penggalian potensi maka disusunlah panduan ini yang diharapkan
dapat menjadi pengetahuan untuk pengawasan kewajiban perpajakan bagi Account
Representative.
14 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)
PROSES BISNIS
15 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)
Secara umum banyak jenis pembayaran yang dapat dipilih oleh konsumen ketika mereka
akan berbelanja karena merchant/platform memanfaatkan peran payment gateway (gerbong
pembayaran). Berikut ini pada gambar II.1 disajikan peran dari payment gateway.
Sumber: www.logique.co.id/
Ketika konsumen akan membeli suatu produk di marketplace kemudian saat akan membayar
akan ada beberapa pilihan metode pembayaran hal ini karena marketplace memanfaatkan
payment gateway (gerbong pembayaran) sehingga konsumen bisa memilih berbagai macam
metode pembayaran, salah satunya e-wallet (dompet elektronik). Namun perlu diketahui bahwa
berdasarkan informasi dari Bank Indonesia, metode pembayaran menggunakan uang elektronik
lebih tepat menggunakan istilah e-money daripada e-wallet (dompet elektronik), karena e-wallet
memiliki cakupan yang lebih luas yaitu selain berperan sebagai uang elektronik juga menyimpan
data instrumen pembayaran seperti data kartu kredit dan kartu debit. Maka dalam pembahasan
modul ini kami menggunakan istilah e-money (uang elektronik) bukan e-wallet (dompet
elektronik). Melanjutkan dari transaksi dalam marketplace tadi, apabila konsumen memilih
pembayaran dengan e-money (platform penyelenggara e-money yang sudah bekerja sama
dengan marketplace) transaksi pembayaran bisa berjalan dengan otomatis, tanpa harus ada
campur tangan manusia dalam memverifikasi pembayaran.
E-money selain dapat melakukan transaksi dengan marketplace atau merchant (unit
bisnis), juga dapat melakukan transaksi ke sesama penggunanya (jenis e-money yang sama).
Hal ini mengurangi batasan-batasan penggunaan uang elektronik karena dapat mentransfer ke
pengguna lain. Transaksi antar pengguna memungkinkan penggunanya melakukan transaksi
secara personal dan tanpa ada biaya tambahan lainnya. Selain dapat mentransfer ke sesama
pengguna, pemilik e-money juga dapat mentransfer saldonya ke bank lain sehingga
16 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)
memudahkan penggunanya untuk menarik kembali saldo yang mengendap dalam uang
elektronik tersebut. Setiap mentransfer saldo e-money ke bank dikenakan biaya administrasi
sebesar Rp2.500. biaya ini cukup murah jika dibandingkan biaya transfer pada bank melalui ATM
Bersama, yaitu sebesar Rp6.500.
Proses bisnis e-money secara garis besar dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu proses
bisnis terkait kegiatan utama penyelenggara uang elektronik dalam hal sebagai penyedia jasa
pembayaran dimana transaksi pembayaran tersebut dapat dilakukan secara offline maupun
online (melalui marketplace) dan proses bisnis kegiatan lainnya yang juga dijalankan oleh
platform penyelenggara e-money. Berikut penjelasannya:
17 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)
Pada gambar di atas merupakan proses bisnis e-money secara offline, adapun alur
transaksi yang terjadi sebagai berikut:
1. Pengguna melakukan pembelian barang/jasa dari merchant.
2. Atas transaksi tersebut sistem memunculkan jumlah yang harus dibayar oleh pengguna.
3. Pengguna melakukan konfirmasi di akun e-money miliknya untuk melakukan
pembayaran dengan nominal tertentu.
4. Setelah melakukan konfirmasi pembayaran maka saldo pada akun e-money pelanggan
akan ditransfer sesuai nominal transaksi ke saldo pada akun e-money merchant.
5. Dari alur ini e-money mengenakan tarif tertentu atas saldo e-money yang ditransfer
sesuai dengan nominal transaksi, tarif tertentu dikenal dengan istilah Merchant Discount
Rate (MDR). MDR yang dikenakan pada merchant bervariasi, sesuai dengan negosiasi.
MDR yang dikenakan berkisar antara 0,5% – 2%. Tarif ini dikenakan kepada entitas yang
memiliki kerja sama dengan e-money yang digunakan oleh pelanggan terkait dengan
transaksi tersebut.
6. Atas transaksi pada nomor 5, potensi pajak yang dapat terutang ada Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) dan PPh Pasal 25/29 Badan.
Atas penghasilan dari MDR, terdapat mekanisme pembayaran baik melalui kanal QRIS
maupun kanal yang tersedia dari sistem platform penyelenggara uang elektronik itu sendiri.
Pembayaran yang dilakukan melalui kanal QRIS, Bank Indonesia telah menerapkan aturan
persentase MDR yang wajib diterapkan oleh seluruh penyelenggara uang elektronik kepada
merchant/mitra sebagaimana diatur pada Keputusan Deputi Gubernur Bank Indonesia
Nomor: 21/1.KEP.DG/2019 tentang Penetapan Skema dan Biaya Pemrosesan Transaksi
Pembayaran yang difasilitasi dengan Quick Response Code Pembayaran Berdasarkan
Standar Nasional Quick Response Code Pembayaran Merchant Presented Mode dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Transaksi Reguler (Transaksi Pembelian Barang) = 0,7% MDR
b. Transaksi Bidang Pendidikan = 0,6% MDR
c. Transaksi di SPBU = 0,4%
d. Transaksi Yayasan/Organisasi 0% MDR
18 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)
2. Transaksi Online
Pada transaksi ini, penyelenggara platform e-money berperan sebagai penyedia jasa
pembayaran antara pelanggan dengan merchant dalam platform marketplace. Seperti
kita ketahui, bahwa sebagian besar platform marketplace menyediakan metode
pembayaran menggunakan uang elektronik untuk memudahkan transaksi
pelangannya. Berikut proses bisnis dalam transaksi online:
Gambar II.3 Proses bisnis E-money secara online
Pada gambar di atas merupakan proses bisnis e-money secara online, adapun alur
transaksi yang terjadi sebagai berikut:
1. Pengguna melakukan pembelian barang/jasa melalui platform marketplace.
2. Atas transaksi tersebut sistem memunculkan jumlah yang harus dibayar oleh pengguna.
3. Pengguna bisa memilih berbagai metode pembayaran yang tersedia salah satunya bisa
dengan menggunakan uang elektronik (e-money) sepanjang e-money yang digunakan
bekerja sama dengan platform marketplace.
4. Pengguna berikutnya bisa melakukan konfirmasi pembayaran dengan memasukkan pin
dari e-moneynya.
5. Setelah melakukan konfirmasi pembayaran maka saldo pada akun e-money pelanggan
akan berkurang.
19 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)
6. Pembayaran tersebut akan diteruskan ke merchant atau penjual ketika pembeli sudah
mengkonfirmasi bahwa pembeli telah menerima barang tersebut.
7. Di sisi platform e-money, mereka akan mendapatkan fee (MDR) setiap transaksi yang
terjadi di platform marketplace tersebut sebesar perjanjian antara platform e-money
dengan platform marketplace. Mekanisme fee ini dapat berupa proporsi bagi hasil.
8. Atas transaksi pada nomor 7, potensi pajak yang dapat terutang ada Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) dan PPh Pasal 25/29 Badan.
Dari kedua jenis transaksi pembayaran tersebut baik offline maupun online, pihak platform
penyelenggara uang elektronik (e-money) sering memberikan reward berupa cashback
kepada konsumennya ketika konsumen membayar menggunakan uang elektronik tersebut,
cashback yang diberikan biasanya berbentuk poin cashback yang memiliki masa expired.
Artinya konsumen ketika mendapatkan poin cashback tersebut harus menggunakannya
untuk berbelanja kembali apabila tidak digunakan sampai masa expired maka poin cashback
tersebut akan hangus atau tidak dapat digunakan lagi oleh konsumen. Adapun platform
penyelenggara elektronik dalam melakukan pencatatan terkait pemberian poin cashback
kepada konsumen memiliki berbagai macam metode pencatatan, tetapi secara garis besar
bisa dikelompokkan menjadi dua metode pencatatan, yaitu:
1. Metode pertama, platform penyelenggara uang elektronik mencatat pemberian
cashback kepada konsumen sebagai biaya atau beban. Artinya semua cashback
yang diberikan kepada konsumen saat awal pemberian langsung dimasukkan
sebagai biaya oleh platform penyelenggara uang elektronik meskipun belum
digunakan oleh konsumen, namun konsekuensi dari pencatatan ini nantinya ketika
ada poin cashback dari konsumen yang hangus atau kadaluarsa maka platform uang
elektronik akan mencatatnya sebagai penghasilan.
2. Metode kedua, platform uang elektronik akan mencatat biaya atau beban ketika
konsumen benar-benar menggunakan poin cashback yang diberikan oleh platform.
Artinya, ketika platform memberikan cashback kepada konsumen maka platform
belum mencatatnya sebagai biaya atau beban karena pemberian tersebut hanya
berupa poin yang muncul di aplikasi konsumen tetapi akan menjadi beban atau biaya
ketika konsumen menggunakan poin cashback tersebut untuk berbelanja. Oleh
karena itu, ketika platform uang elektronik menggunakan metode pencatatan ini,
tidak akan ada pengakuan penghasilan atas poin cashback yang hangus karena
memang sejak awal mereka belum mencatatnya sebagai biaya atau beban.
20 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)
21 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)
ASPEK
PERPAJAKAN
22 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)
Berdasarkan proses bisnis yang telah dipetakan, dapat diketahui aspek-aspek perpajakan
yang ada pada bisnis platform penyelenggara uang elektronik (e-money). Berikut adalah daftar
aspek perpajakan secara umum yang dapat dikenakan berdasarkan proses bisnis platform e-
money. Perlu dicatat bahwa terdapat aspek perpajakan lainnya tergantung dari kondisi subjek
dan objek pajak pada saat terjadinya transaksi.
No Jenis Penghasilan
1.1 Pendapatan Atas Biaya Layanan Administrasi Saldo (Top-Up, Transfer, dan
Withdrawal) e-money
Pajak Penghasilan Objek Pajak:
(PPh) Penghasilan atas biaya layanan administrasi e-money yang
dikenakan kepada pengguna yang dibayarkan melalui bank,
saldo pengguna, atau merchant, seperti:
- Biaya isi ulang (top-up)
- Biaya tarik tunai (withdrawal)
- Biaya transfer saldo antar pengguna
- Biaya transfer saldo ke rekening bank
Tarif Pajak:
11%
23 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)
Tarif Pajak:
11%
24 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)
1.4 Pendapatan Atas Jasa Penempatan Iklan Produk dan Layanan Dari Mitra
Merchant
Pajak Penghasilan Objek Pajak:
(PPh)
Penghasilan atas jasa penempatan iklan produk dan layanan
yang dibayarkan oleh mitra merchant.
Tarif Pajak:
11%
Tarif Pajak:
11%
25 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)
Jenis Pajak:
PPh Pasal 21/26
2.2.1 Biaya Sewa Tanah dan/atau Bangunan
Pemotongan/ Objek Pajak:
Pemungutan PPh Jumlah bruto atas sewa tanah/atau bangunan yang
dibayarkan platform e-money selaku penyewa
26 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)
27 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)
Membangun sendiri:
Gaji/upah harian: PPh Pasal 21
Bangunan selesai dibangun: PPN Membangun Sendiri
Catatan:
* 1) Sesuai PP23/2018, Wajib Pajak yang baru terdaftar dengan peredaran bruto tertentu
(UMKM) berhak atas fasilitas PPh Final dengan tarif 0,5% dari peredaran usaha bruto selama
periode tertentu.
2) Sesuai Pasal 17 ayat (2b), WP Badan dalam negeri berbentuk PT yang memenuhi
persyaratan tertentu dapat memperoleh tarif 3% lebih rendah.
28 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)
MODUS
PENGHINDARAN PAJAK
29 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)
fee yang dibayarkan oleh merchant kepada platform e-money terkait penggunaan
jasa pembayaran Oleh karena itu, apabila merchant merupakan Wajib Pajak Badan
wajib memotong PPh 23 atas fee yang dibayarkan kepada platform e-money. Dari
sisi pihak platform e-money, mereka melaporkan atas penghasilan MDR pada SPT
Tahunan dan mengkreditkan PPh Pasal 23 apabila ada transaksinya yang sudah
dipotong oleh merchant yang merupakan WP Badan.
Penghasilan Wajib Pajak yang diperoleh dari pihak ketiga karena adanya kerja
sama misalnya dengan PLN atau penyelenggara jasa telekomunikasi maka atas
penghasilan tersebut merupakan penghasilan atas jasa sebagai perantara maka
platform cukup melaporkan penghasilannya tersebut di SPT Tahunan sebagai
penghasilan dan melaporkan kredit pajaknya apabila atas penghasilannya tersebut
dipotong pajak. Apabila Wajib Pajak melakukan jual-beli misalnya kegiatan jual-beli
pulsa, Wajib Pajak tersebut pastinya melakukan pembelian pulsa kemudian
menjualnya ke konsumen akhir (sebagai distributor tingkat 1 atau tingkat 2). Atas
kegiatan jual-beli tersebut, ketika melaporkan SPT Tahunan seharusnya Wajib Pajak
melaporkan penjualan pada isian peredaran usaha, dan juga melaporkan pembelian
pulsa/barang dagang yang dibeli dan yang berhasil dijual pada isian Harga Pokok
Penjualan, dan apabila terdapat persediaan pulsa yang belum terjual maka dilaporkan
di persediaan akhir (neraca).
Atas Barang Mewah. Persepsi Wajib Pajak tersebut mengakibatkan mereka tidak
melakukan pemungutan pajak atas jasa Kena Pajak terkait penyelenggaraan
teknologi finansial yang dilakukannya. Tujuan dari modus ini yaitu dengan tidak
mengenakan PPN atas setiap jasa yang mereka serahkan kepada konsumen
akhir.
b) Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 23
Isu yang muncul terkait pemotongan PPh pasal 21 atau PPh pasal 23 adalah
atas pemberian cashback yang diberikan platform e-money kepada pelanggannya.
Platform e-money dalam menarik minat dari konsumen menawarkan reward
berupa cashback. Pemberian cashback ini sangat variatif kategorinya tetapi
secara sederhana bisa dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu yang pertama
cashback yang diberikan kepada semua customer sedangkan kategori kedua yaitu
cashback yang hanya diberikan kepada customer tertentu saja (persyaratan
tertentu). Wajib Pajak pada cashback kategori kedua harusnya melakukan
pemotongan PPh pasal 21 atau PPh pasal 23, tetapi kenyataannya mereka
memperlakukannya sebagai bukan objek pemotongan/pemungutan. Tujuan
modus ini yaitu tidak memotong atas pemberian cashback yang diberikan kepada
konsumen akhir (cashback yang diberikan hanya kepada sebagian konsumen).
c) PPh pasal 4 ayat 2
Modus terkait pemotongan PPh pasal 4(2) yang sering terjadi yaitu atas
sewa peralatan atau server yang melekat seharusnya masuk ke dalam kategori
sewa tanah/bangunan yang dikenakan PPh pasal 4(2) tetapi wajib pajak
mengenakan PPh pasal 23 atas sewa. Tujuan modus ini yaitu agar pajak yang
dipotong lebih kecil karena tarif PPh pasal 23 lebih rendah untuk sewa
dibandingkan dengan PPh pasal 4(2).
2. Ketentuan Perpajakan yang Berlaku
a) Pajak Pertambahan Nilai
Perlakuan perpajakan terhadap teknologi finansial sudah diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan No PMK 69/PMK.03/2022 tentang Pajak
Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai Atas Penyelenggaraan Teknologi
Finansial. Pasal 6 dan 7 mengatur ruang lingkup kegiatan usaha dari teknologi
finansial termasuk platform e-money. Pasal 9 menyatakan bahwa atas jenis
kegiatan usaha yang dilakukan oleh pengusaha yang melakukan kegiatan
penyelenggaraan jasa sistem pembayaran yang telah dikukuhkan sebagai
32 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)
33 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)
apakah biaya tersebut relevan dengan kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan (3M), maupun apakah biaya tersebut benar-benar terjadi
(exist). Tujuan dari modus ini yaitu untuk memperbesar biaya usaha sehingga dapat
menurunkan penghasilan neto fiskal yang berdampak pada menurunnya penghasilan
kena pajak.
34 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)
35 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)
TEKNIK PENGGALIAN
POTENSI
36 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)
37 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)
ada penghasilan lain misalnya jual-beli pulsa maka apabila sudah diketahui ada jenis
penghasilan lain ini perlu dilakukan penelitian apakah di SPT Tahunan sudah
dilaporkan atau belum dengan menelusuri rincian peredaran usaha dan meneliti
apakah dalam unsur perhitungan Harga Pokok Penjualan terdapat persediaan pulsa.
38 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)
3) Perlu dilakukan penelitian kebenaran biaya promosi yang dikeluarkan pada lampiran
daftar nominatif yang disampaikan oleh Wajib Pajak.
- Apakah biaya promosi tersebut benar-benar sesuai dengan
peruntukan/tujuannya atau relevan dengan kegiatan 3M?
- Apakah biaya promosi tersebut benar-benar terjadi (exist)?
Apabila biaya promosi tersebut tidak relevan dengan kegiatan 3M atau biaya
promosi tidak benar-benar terjadi maka dapat dilakukan koreksi fiskal positif
sehingga dapat meningkatkan penerimaan pajak penghasilan pasal 25/29.
39 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)
STUDI KASUS
40 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)
Biaya poin cashback ini merupakan bagian dari biaya pemasaran dan promosi, berikutnya
setelah dilakukan pengecekan/penelitian terhadap biaya cashback tersebut (dengan melihat SPT
Masa PPh 23 dan SPT Masa PPH 21) Wajib Pajak tidak melakukan pemotongan sama sekali
atas biaya promosi berupa cashback tersebut terhadap konsumen akhir. Maka bisa dilakukan
konfirmasi ke Wajib Pajak apakah memang atas semua cashback yang diberikan kepada
konsumen memenuhi syarat pada pasal 4 PER 11 Tahun 2015. Apabila tidak memenuhi
ketentuan tersebut maka Wajib Pajak Wajib memungut PPH Pasal 21 atau PPH Pasal 23 atas
cashback yang diberikannya.
41 | H a l a m a n
Modul Penggalian Potensi Pajak – Platform Penyelenggara Uang Elektronik (E-Money)
Dari rincian biaya tersebut terdapat biaya-biaya yang cukup signifikan yaitu biaya gaji dan
tunjangan serta biaya promosi (point cashback). Maka bisa dilakukan analisa lebih detail terhadap
dua biaya tersebut apakah memang nilai yang disampaikan Wajib Pajak sudah valid atau tidak.
• Gaji dan Tunjangan, dengan melakukan pengecekan jumlah karyawan dan rekapan
absensi untuk memastikan bahwa memang tidak ada pegawai fiktif yang bertujuan
memperbesar biaya.
• Biaya promosi, dengan melakukan penelitian dokumen pendukung yaitu daftar nominatif
yang dibuat oleh Wajib Pajak. Apabila tidak ada daftar nominatif maka harus dilakukan
koreksi fiskal positif.
42 | H a l a m a n