Modul-01/PJ.042/2014
2014
UNTUK KEPENTINGAN DINAS
DISCLAIMER
Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan dalam rangka peningkatan kapasitas dan
kompetensi pegawai Direktorat Jenderal Pajak khususnya Pemeriksa Pajak dalam melakukan
komunikasi dalam kapasitas sebagai Pemeriksa Pajak.
Materi dalam modul ini bersumber dari berbagai literatur, nara sumber, ketentuan formal,
pengalaman tim penyusun dan sumber lainnya.
Informasi/bahan-bahan ajar yang ada dalam modul ini hanya untuk kepentingan internal
Direktorat Jenderal Pajak, digunakan sebagai bahan ajar dan bukan dimaksudkan sebagai
aturan dalam pemeriksaan pajak atau pelaksanaan tugas.
PENGHARGAAN
Ucapan terima kasih diberikan kepada tim penyusun atas segala jerih payah dalam
penyampaian informasi/bahan yang berharga ini, sehingga tersusun modul ini. Semoga hasil
karya ini menjadi bagian amal baik bagi tim penyusun dan membawa manfaat bagi
penggunanya.
TIM PENYUSUN
Penanggungjawab :
Freddy Dwi Artanto - Kepala SubDirektorat Teknik dan Pengendalian Pemeriksaan
Ketua Tim :
Sirmu - Kepala Seksi Teknik Pemeriksaan
Penyusun :
Agus Puguh Triyono-KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Satu
Fritz Jonathan Thenu-KPP Penanaman Modal Asing Satu
Januar Ponco Nugroho-KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu
Julian Ramadhany Saman- KPP Penanaman Modal Asing Lima
Ramles L Situmeang-KPP Perusahaan Masuk Bursa
Editor :
Ramot Immanuel A L Tobing – Pelaksana Seksi Evaluasi dan Kinerja Pemeriksaan
Okta Widayanto – Pelaksana Seksi Teknik Pemeriksaan
Eka Yuliyanto– Pelaksana Seksi Teknik Pemeriksaan
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang
selalu memberikan limpahan rahmat, semangat, dan kekuatan untuk selalu dapat
meningkatkan kapasitas pegawai Direktorat Jenderal Pajak khususnya para Pemeriksa Pajak,
sehingga dapat mendukung pelaksanaan tugas Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan dan
optimalisasi penerimaan pajak yang merupakan tugas utama Direktorat Jenderal Pajak.
Salah satu upaya untuk menjaga komitmen tersebut adalah dengan meningkatkan
kapasitas Pemeriksa Pajak melalui serangkaian pendidikan dan pelatihan berjenjang maupun
In House Training (IHT) yang didukung oleh modul pembelajaran. Materi disesuaikan dengan
perkembangan proses bisnis dunia usaha, telaahan proses bisnis sektor-sektor tertentu, dan
dinamika peraturan perundang-undangan perpajakan.
Akhirnya, ucapan terimakasih dan penghargaan yang tinggi kami sampaikan kepada
Tim Penyusun yang telah menuntaskan tugasnya, ikhlas meluangkan waktu dan mencurahkan
tenaga, pengalaman serta pikiran sehingga modul ini dapat tersusun dengan baik. Semoga
segala upaya Tim Penyusun menjadi amal kebaikan, dan modul ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua.
ii
DAFTAR ISI
DISCLAIMER .............................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .................................................................................................................. ii
BAB I TEORI KOMUNIKASI................................................................................................... 1
1.1. Pengertian Komunikasi ................................................................................................ 1
1.2. Proses dan Jenis Komunikasi ...................................................................................... 1
1.2.1 Proses Komunikasi ............................................................................................... 1
1.2.2 Jenis Komunikasi.................................................................................................. 4
1.3 Manfaat & Tujuan Komunikasi .................................................................................... 5
1.4 Komunikasi yang efektif ............................................................................................... 6
1.4.1. Komunikasi Efektif, Empatik, Dan Persuasif ......................................................... 6
1.4.2. Memahami Ekspresi Wajah Dan Bahasa Tubuh ................................................. 11
BAB II KARAKTER, KEPRIBADIAN DAN BUDAYA ............................................................. 13
2.1. Karakter dan Kepribadian .......................................................................................... 13
2.2. Budaya ...................................................................................................................... 19
2.3. Bahasa Tubuh ........................................................................................................... 20
2.4. Sosiologi Masyarakat................................................................................................. 24
2.5. Pendekatan Komunikasi ............................................................................................ 26
BAB III KOMUNIKASI DALAM PEMERIKSAAN PAJAK......................................................... 30
3.1. Terminologi Komunikasi Audit.................................................................................... 30
3.2. Komunikasi yang Efektif dalam Pemeriksaan............................................................. 30
3.2.1. Komunikasi Internal Tim ..................................................................................... 31
3.2.2. Komunikasi Antara Pemeriksa Pajak Dengan Wajib Pajak ................................. 33
3.2.3. Komunikasi Pemeriksa Pajak Dengan Pihak Lain Yang Terkait.......................... 37
3.3. Media Komunikasi Dalam Pemeriksaan..................................................................... 39
BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN DALAM PROSES KOMUNIKASI ..................................... 41
4.1. Persiapan Berkomunikasi .......................................................................................... 42
4.2. Mengekpresikan Diri Secara Efektif ........................................................................... 44
4.3. Membangun Hubungan Keakraban Dengan Orang Lain............................................ 46
Bab V STUDI KASUS ........................................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................. 49
iii
MODUL TEKNIK KOMUNIKASI PEMERIKSAAN 2014
BAB I
TEORI KOMUNIKASI
1.1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan kegiatan sehari-hari bagi kita. Tetapi dalam hal ini harus
dibedakan antara berkomunikasi dengan berbicara, karena berkomunikasi tidak hanya
berbicara. Berbicara hanyalah salah satu cara berkomunikasi. Penyandang tuna wicara juga
berkomunikasi tetapi tidak mengunakan ‘wicara’ yaitu kontinum bunyi bahasa yang
dipergunakan untuk berkomunikasi atau tutur kata. Kamus Besar Bahasa Indonesia
mengartikan komunikasi sebagai “pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua
orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami; hubungan; kontak”.
Komunikasi juga merupakan sebuah ilmu pengetahuan sehingga banyak ahli yang
memberikan definisi. Dr. Arni Muhammad terlah merangkum dan mendefinisikan komunikasi
sebagai berikut dalam buku Komunikasi Organisasi sebagai berikut:
“Komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun non verbal antara si pengirim
dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku. Si pengirim bisa berupa seorang
individu, kelompok, atau organisasi. Si penerima bisa berupa seorang anggota organisasi,
seorang kepala bagian, pimpinan, kelompok orang dalam organisasi, atau organisasi secara
keseluruhan”.
1. Sumber komunikasi;
2. Pengkodean;
3. Pesan;
Kemudian pesan tersebut disampaikan melalui berbagai saluran yang disebut media
penyaluran pesan. Penyaluran pesan secara umum dapat dibagi menjadi saluran tatap muka
dan melalui media. Saluran tatap muka terjadi saat komunikator dengan komunikan dapat
bertemu langsung dan bertatap muka tanpa media perantara. Sedangkan contoh komunikasi
melalui media adalah surat, dokumen, telepon, dan email. Pertemuan jarak jauh menggunakan
real-time video atau dikenal dengan teleconference, dapat digolongkan sebagai saluran melalui
media.
Pesan diciptakan dari luar oleh seorang pembicara, sedangkan makna dikembangkan
dalam pikiran orang-orang yang terlibat dalam proses komunikasi tersebut. Mereka melihat
pesan tersebut secara berbeda, tergantung pada pengalaman mereka masing-masing.
Pengalaman ini terdiri atas berbagai macam faktor seperti pengetahuan, sikap dan
keterampilan seseorang. Misalnya, seseorang yang sudah cukup lama bekerja di suatu tempat
dan sudah terbiasa menangani keluhan Wajib Pajak akan lebih sulit tersinggung atau kesal hati
ketika harus berhadapan dengan seorang Wajib Pajak yang tidak puas, dibandingkan dengan
seseorang yang baru saja bekerja dan tidak terbiasa berhubungan langsung dengan Wajib
Pajak.
Berbagai bentuk rintangan komunikasi dapat berasal dari pengalaman dan cara
pandang. Misalnya, jika seseorang datang dari latar belakang budaya di mana berjabat tangan
bukanlah cara yang baik untuk menyapa seseorang, dia dapat saja menolak ketika orang lain
menawarkan tangannya dan cenderung menjadi malas mendengarkan apa yang dikatakan
orang tersebut. Bentuk rintangan komunikasi yang lain adalah jika seseorang menganggap
dirinya superior dibandingkan orang lain, hal ini akan menghalangi mereka untuk saling menilai
apa yang dikatakan satu sama. Rintangan komunikasi lainnya dapat disebabkan oleh suara
berisik yang ada ketika komunikasi tersebut dilakukan. Misalnya, suara bising dari jalan raya
atau bahkan pendingin ruangan yang mengeluarkan suara terlalu keras dapat menyebabkan
orang-orang sulit mendengarkan satu sama lain dan mengakibatkan sulitnya komunikasi.
Tahapan terakhir dari proses komunikasi adalah umpan balik. Tahap ini merupakan
pengecekan atas keberhasilan pentransferan pesan dimaksud. Tahapan ini sangat penting
dalam kegiatan organisasi termasuk kegiatan pelaksanaan pemeriksaan pajak. Pengirim dan
penerima pesan perlu memperoleh umpan balik selama berlangsungnya proses komunikasi.
Dengan melakukan hal ini mereka dapat memastikan bahwa baik pengirim dan penerima pesan
memiliki pengertian yang sama atas pesan yang disampaikan. Umpan balik dapat diperoleh
dengan cara sang pengirim pesan mengajukan pertanyaan untuk memverifikasi bahwa
pengertiannya atas pesan yang disampaikan memang sama dengan pengertian sang penerima
pesan. Sang penerima pesan dapat juga memberitahu kesimpulan dari apa yang dia telah
dengarkan untuk mengecek apakah pengertian kedua pihak sama atau tidak. Bahasa tubuh
juga perlu diamati untuk melihat apakah ada indikasi bahwa sang penerima pesan bingung atau
Klasifikasi komunikasi menurut caranya terdiri dari komunikasi lisan dan tulisan.
Komunikasi lisan adalah komunikasi dimana komunikatornya yang menyampaikan pesan
secara langsung oleh pihak komunikan tanpa media berupa tulisan atau teks. Termasuk dalam
komunikasi lisan adalah komunikasi tatap muka, wawancara, komunikasi lewat telepon,
presentasi dan teleconference. Sedangkan komunikasi tulisan adalah penyampaian pesan
secara tertulis dari komunikator kepada komunikannya. Termasuk dalam komunikasi tulisan
adalah surat-menyurat, dokumentasi kegiatan dalam bentuk tertulis, konfirmasi, sms, dan
penyampaian laporan tertulis.
Komunikasi juga dapat diklasifikasikan menurut kode yang digunakan, yaitu komunikasi
verbal dan non verbal. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan kode-kode
bahasa seperti kata-kata dan kalimat. Contoh komunikasi verbal adalah surat dan percakapan.
Sedangkan komunikasi non verbal adalah komunikasi yang tidak menggunakan kode-kode
bahasa. Contoh komunikasi non verbal adalah foto, gerak tubuh, sirine, dan sebagainya.
1. Komunikasi Efektif,
2. Komunikasi Empatik, dan
3. Komunikasi Persuasif.
Agar komunikasi efektif terjadi terdapat 2 hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
Komunikasi empatik dapat dijadikan sarana untuk menghapus salah persepsi Wajib
Pajak atas tujuan pemeriksaan pajak. Wajib Pajak sering mempersepsikan pekerjaan
pemeriksaan pajak sebagai pekerjaan cari-cari kesalahan. Jika Pemeriksa Pajak berhasil
Komunikasi persuasif dapat dilihat sebagai derajat interaksi yang lebih tinggi
dibanding komunikasi efektif dan empatik. Komunikasi persuasif bertujuan untuk membuat
1. Kejelasan penyampaian pesan. Agar pesan dapat tersampaikan dengan jelas, maka
perlu memperhatikan keselarasan elemen-elemen komunikasi dan meminimalkan
hambatan komunikasi.
2. Pemahaman sudut pandang dan keinginan komunikan. Komunikator dapat meminta
komunikan melakukan sesuatu sesuai keinginan komunikator, hanya jika, komunikan
melihat bahwa tindakan tersebut sesuai dengan keinginan si komunikan sendiri. Untuk
mengetahui sudut pandang komunikan dan keinginan Wajib Pajak, komunikasi empatik
dapat dilaksanakan terlebih dahulu, sebelum meningkatkannya menjadi komunikasi
persuasif.
Dari uraian tentang komunikasi persuasif, kita dapat mengambil suatu kesimpulan
bahwa syarat komunikasi persuasif adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dan
empatik. Komunikasi-komunikasi ini dapat dikembangkan jika pemeriksa memiliki keterampilan
untuk menyusun dan menyampaikan pesan dalam kode verbal dan nonverbal, serta
keterampilan mendengarkan. Dalam pemeriksaan pajak, pemeriksa pajak dapat mempengaruhi
wajib pajak untuk memberikan keterangan yang diperlukan apabila kita dapat menyampaikan
pesan dengan efektif dan dari sudut pandang pemahaman wajib pajak.
Komunikasi Secara
A. Mendengarkan Persuasif
Aktif= Komunikasi Efektif + Komunikasi Empatik
1. Memahami.
Mendengarkan untuk pemahaman adalah pendekatan utama dalam menerima, memahami,
dan mengingat pesan secara akurat dan lengkap. Tujuan mendengarkan untuk
pemahaman adalah untuk berkonsentrasi pada pesan atau umpan balik agar mengerti
dan tetap obyektif, serta menghindari sikap menilai. Berikut ini panduan mendengarkan
untuk pemahaman:
a. Dengarkan pertanyaan dengan seksama, sebelum menjawab dan sebaliknya, dengarkan
jawaban, sebelum mengajukan pertanyaan berikutnya.
b. Tenang, tidak terburu-buru.
c. Dengarkan isi dan ide pesan atau umpan balik.
d. Catat hal-hal penting untuk mempertahankan informasi.
e. Gunakan pertanyaan untuk mengklarifikasi informasi.
2. Empati.
Mendengarkan untuk empati adalah suatu cara untuk menunjukkan perhatian yang tulus,
pengertian, dan keterlibatan. Mendengarkan untuk empati adalah usaha untuk
memosisikan diri kita dalam sudut pandang komunikan guna mengerti dan mengapresiasi
apa yang dipikir dan dialami komunikan. Panduan mendengarkan untuk empati, sebagai
berikut:
a. Tunjukkan ketertarikan.
b. Jangan memotong pembicaraan.
c. Tetap tenang, meskipun menangkap ungkapan emosi yang kuat.
d. Tetap tidak evaluatif, kecuali jika sangat diperlukan.
e. Saat mendengarkan tetap awas pada isyarat permintaan pilihan atau saran.
f. Menjawablah dengan taktis dan penuh pengertian.
3. Evaluasi.
Mendengarkan untuk evaluasi bertujuan untuk menilai apa yang didengar dan dilihat saat
berkomunikasi. Mendengarkan untuk evaluasi adalah tingkatan berikut dari
mendengarkan untuk pemahaman dan empati, karena kita tidak siap untuk menilai
sebelum kita memahami dengan benar pesan verbal dan nonverbal dari mitra komunikasi
kita. Panduan mendengarkan untuk evaluasi adalah sebagai berikut:
a. Dengarkan secara seksama seluruh pesan dan umpan balik sebelum menilai.
BAB II
KARAKTER, KEPRIBADIAN DAN BUDAYA
2.1. Karakter dan Kepribadian
Secara etimologis karakter berasal dari Bahasa Inggris yaitu character yang berarti
watak, sifat, peran, akhlak, sifat-sifat kejiwaan akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dari yang lain (Hassan Shadily, J. Echol & KBBI). Karakter dapat di gambarkan
sebagai sifat manusia, dimana manusia memiliki banyak sifat dan tergantung dari
kehidupannya sendiri contoh karakter: pemalas, pemarah, sabar, ceria, pemaaf, penakut, tidak
percaya diri, bijaksana, pendiam dll. Setiap manusia pasti mempunyai karakter yang berbeda.
Manusia sebagai makhluk individu-sosialis mempunyai karakter sosial yang kuat berbeda
dengan makhluk-makhluk hidup lainnya. Karakter bisa disebut juga (Karakteristik), ataupun
dalam bahasa inggris (charateristic). Untuk menunjukan eksistensi dirinya manusia pasti
mempunyai ciri khas karakter sendiri-sendiri.
W.B. Saunders, (1977: 126) menjelaskan bahwa karakter adalah sifat nyata dan
berbeda yang ditunjukkan oleh individu, sejumlah atribut yang dapat diamati pada individu.
Gulo W, (1982: 29) menjabarkan bahwa karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak
etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang, biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat
yang relatif tetap. Kamisa, (1997: 281) mengungkapkan bahwa karakter adalah sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak.
Berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai kepribadian.
Sedangkan istilah kepribadian secara etimologis, berasal dari kata “pribadi” yang berarti
manusia sebagai perseorangan, yang meliputi keseluruhan sifat-sifat dan watak yang
dimilikinya. Bila kata pribadi diawali dengan afiks “ke” akhiran “an”, yakni “ke-pribadi-an”, maka
pengertiannya adalah sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang secara individu.
Kartini Kartono dan Dali Gulo dalam Sjarkawim (2006) mendefinisikan kepribadian
sebagai sifat dan tingkah laku khas seseorang yang membedakannya dengan orang lain;
integrasi karakteristik dari struktur-struktur, pola tingkah laku, minat, pendiriran, kemampuan
Jadi berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karakter dan kepribadian
saling berkaitan dan mempengaruhi. Kepribadian seseorang yang baik sangat mendukung
terbentuknya karakter yang baik dan sebaliknya. Jika karakter mewarnai semua aktivitas yang
dilakukan seseorang, maka kepribadian adalah akibat dari semua aktivitas itu.
4 Karakter Manusia
Kiri Kanan
Depan Depan
Koleris Sanguini
High s
Profile Agresif
Kiri Kiri
Belakang Belakang
Plegmatis Melankoli
Low s
Profile Defensif
Kekuatan Kelemahan
Suka bicara. Suara dan tertawa yang keras (bahkan terlalu
keras).
Secara fisik memegang pendengar, Membesar-besarkan suatu hal / kejadian.
emosional dan demonstratif.
Antusias dan ekspresif. Susah untuk diam.
Ceria dan penuh rasa ingin tahu. Mudah ikut-ikutan atau dikendalikan oleh
keadaan atau orang lain (suka ikutan Gank).
Hidup di masa sekarang. Sering minta persetujuan, termasuk hal-hal yang
sepele.
Mudah berubah (banyak kegiatan / RKP (Rentang Konsentrasi Pendek) alias pelupa.
keinginan).
Berhati tulus dan kekanak-kanakan. Dalam bekerja lebih suka bicara dan melupakan
kewajiban (awalnya saja antusias).
Senang kumpul dan berkumpul (untuk Mudah berubah-ubah.
bertemu dan bicara).
Umumnya hebat di permukaan. Susah datang tepat waktu jam kantor.
Mudah berteman dan menyukai orang lain. Prioritas kegiatan kacau.
Senang dengan pujian dan ingin menjadi Mendominasi percakapan, suka menyela dan
perhatian. susah mendengarkan dengan tuntas.
Menyenangkan dan dicemburui orang lain. Sering mengambil permasalahan orang lain,
menjadi seolah-olah masalahnya.
Mudah memaafkan (dan tidak menyimpan Egoistis alias suka mementingkan diri sendiri.
dendam).
Mengambil inisiatif/ menghindar dari hal-hal Sering berdalih dan mengulangi cerita-cerita yg
atau keadaan yang membosankan. sama.
Menyukai hal-hal yang spontan. Konsentrasi ke "How to spend money" daripada
"How to earn/save money".
KOLERIS
Kekuatan Kelemahan
Senang memimpin, membuat keputusan, Tidak sabar dan cepat marah (kasar dan tidak
dinamis dan aktif. taktis).
Sangat memerlukan perubahan dan harus Senang memerintah.
mengoreksi kesalahan.
Berkemauan keras dan pasti untuk mencapai Terlalu bergairah dan tidak/susah untuk
sasaran/ target. santai.
Bebas dan mandiri. Menyukai kontroversi dan pertengkaran.
Berani menghadapi tantangan dan masalah. Terlalu kaku dan kuat/ keras.
MELANKOLIS
Kekuatan Kelemahan
Analitis, mendalam, dan penuh pikiran. Cenderung melihat masalah dari sisi negatif
(murung dan tertekan).
Serius dan bertujuan, serta berorientasi Mengingat yang negatif & pendendam.
jadwal.
Artistik, musikal dan kreatif (filsafat & puitis).
Mudah merasa bersalah dan memiliki citra diri
rendah.
Sensitif. Lebih menekankan pada cara daripada
tercapainya tujuan.
Mau mengorbankan diri dan idealis. Tertekan pada situasi yg tidak sempurna dan
berubah-ubah.
Standar tinggi dan perfeksionis. Melewatkan banyak waktu untuk menganalisa
dan merencanakan.
Senang perincian/memerinci, tekun, serba Standar yang terlalu tinggi sehingga sulit
tertib dan teratur (rapi). disenangkan.
Hemat. Hidup berdasarkan definisi.
Melihat masalah dan mencari solusi Sulit bersosialisasi (cenderung pilih-pilih).
pemecahan kreatif (sering terlalu kreatif).
Kalau sudah mulai, dituntaskan. Tukang kritik, tetapi sensitif terhadap kritik/ yg
menentang dirinya.
Berteman dengan hati-hati. Sulit mengungkapkan perasaan (cenderung
menahan kasih sayang).
Puas di belakang layar, menghindari Rasa curiga yg besar (skeptis terhadap
perhatian. pujian).
Mau mendengar keluhan, setia dan mengabdi. Memerlukan persetujuan.
Sangat memperhatikan orang lain.
Untuk lebih mengetahui kecenderungan anda termasuk sebagai kepribadian sanguinis, koleris,
melankolis atau plegmatis maka anda dapat mengisi pernyataan berikut yang anda rasa paling
cocok dengan diri anda:
Manusia Ki Manusia Ka
Disiplin Spontan
Rencana Tindakan
Semestinya Flamboyan
Tidak Emosional Emosional
Kaku Malu-Malu
Prosedural Tidak Selalu Prosedural
Cenderung "Dingin" Cenderung "Hangat"
Ber-orientasi Pekerjaan Ber-orientasi Orang
Formal Informal
Melihat Kenyataan Suka Mendramatisir
Sistematis Impulsif
Pengendalian Diri Reaktif/Responsif
Senang Berpikir Penuh Perasaan
Terstruktur Santai
Mementingkan Bukti Mementingkan Pengalaman
Jumlah Jumlah
Manusia Dp Manusia Bk
Jumlah Jumlah
Sumber : Bahan IHT Ikhwan Sofa
Keterangan :
2.2. Budaya
Kata budaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pikiran, akal budi
atau adat-istiadat. Secara tata bahasa, pengertian kebudayaan diturunkan dari kata budaya
yang cenderung menunjuk pada pola pikir manusia. Kebudayaan sendiri diartikan sebagai
segala hal yang berkaitan dengan akal atau pikiran manusia, sehingga dapat menunjuk pada
pola pikir, perilaku serta karya fisik sekelompok manusia.
Pengertian kebudayaan tersebut dapat disimpulkan bahwa; akal adalah sumber budaya,
apapun yang menjadi sumber pikiran, masuk dalam lingkup kebudayaan. Karena setiap
manusia berakal, maka budaya identik dengan manusia dan sekaligus membedakannya
dengan makhluk hidup lain. Dengan akal manusia mampu berfikir, yaitu kerja organ sistem
syaraf manusia yang berpusat di otak, guna memperoleh ide atau gagasan tentang sesuatu.
Dengan demikian, budaya dan kebudayaan telah ada sejak manusia berpikir, berkreasi
dan berkarya sekaligus menunjukkan bagaimana pola berpikir dan interpretasi manusia
terhadap lingkungannya. Dalam kebudayaaan terdapat nilai-nilai yang dianut masyarakat
setempat dan hal itu memaksa manusia berperilaku sesuai budayanya. Antara kebudayaan
satu dengan yang lain terdapat perbedaan dalam menentukan nilai-nilai hidup sebagai tradisi
atau adat istiadat yang dihormati. Adat istiadat yang berbeda tersebut, antara satu dengan
lainnya tidak bisa dikatakan benar atau salah, karena penilaiannya selalu terikat pada
kebudayaan tertentu.
Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang saling berkaitan. Manusia dengan
kemampuan akalnya membentuk budaya, dan budaya dengan nilai-nilainya menjadi landasan
moral dalam kehidupan manusia. Seseorang yang berperilaku sesuai nilai-nilai budaya,
khususnya nilai etika dan moral, akan disebut sebagai manusia yang berbudaya. Selanjutnya,
perkembangan diri manusia juga tidak dapat lepas dari nilainilai budaya yang berlaku.
Dibawah ini adalah beberapa bahasa tubuh yang perlu anda perhatikan ketika berbicara
dengan seseorang :
1. Jangan silangkan kaki dan tangan anda.
Anda mungkin sudah sering mendengar bahwa menyilangkan tangan atau kaki dapat
menunjukkan bahwa anda tertutup terhadap lawan bicara anda dan ini tidak menciptakan
hubungan pembicaraan yang baik. Bukalah selalu posisi tangan dan kaki anda.
2. Lakukan kontak mata, namun bukan menatapnya.
Dengan melakukan kontak mata pada lawan bicara anda dapat membuat hubungan
pembicaraan menjadi lebih baik dan anda dapat melihat apakah mereka sedang
mendengarkan anda atau tidak. Namun juga bukan dengan menatapnya (terus menerus),
karena akan membuat lawan bicara anda menjadi gelisah. Jika anda tidak terbiasa
melakukan kontak mata pada lawan bicara anda, memang anda akan merasakan
ketidaknyamanan pada saat pertama kali. Namun lakukan saja terus dan anda akan
terbiasa suatu saat nanti.
Fokus pada 2-3 bahasa tubuh yang menjadi prioritas anda dan perbaiki terus menerus
selama 3-4 minggu. Setelah waktu tersebut anda akan menciptakan suatu kebiasaan yang
baru. Kemudian anda dapat melanjutkannya lagi untuk 2-3 bahasa tubuh berikutnya.
Sebagai ilmu sosial yang objek kajiannya masyarakat, sosiologi mempunyai ciri-ciri utama
sebagai berikut :
Berikut adalah tiga bentuk masyarakat berdasarkan ciri-ciri struktur sosial dan
budayanya seperti yang dikemukakan oleh Selo Soemardjan.
1. Masyarakat Sederhana
Ciri-ciri struktur sosial dan budaya pada masyarakat sederhana adalah sebagai berikut :
a. Ikatan Keluarga dan masyarkatnya sangat kuat.
b. Organisasi sosial berdasarkan tradisi turun-temurun.
c. Memiliki kepercayaan yang kuat terhadap kekuatan gaib
d. Hukum yang berlaku tidak tertulis.
e. Sebagian besar produksi hanya untuk keperluan keluarga sendiri atau pasaran dalam
skala kecil.
f. Kegiatan ekonomi dan sosial dilakukan dengan gotong royong.
2. Masyarakat Madya
Ciri-ciri struktur sosial dan budaya pada masyarakat madya adalah sebagai berikut:
a. Ikatan keluarga masih kuat, tetapi hubungan dengan masyarakat setempat sudah
mengendur.
b. Adat-istiadat masih dihormati, tetapi mulai terbuka dengan pengaruh dari luar.
c. Timbulnya rasionalitas dalam cara berpikir sehingga kepercayaan-kepercayaan
pada kekuatan-kekuatan gaib baru timbul apabila orang mulai kehabisan akal untuk
menanggulangi suatu masalah.
d. Timbulnya lembaga-lembaga pendidikan formal sampai tingkat lanjutnya.
Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada kemampuan komunikasi yang efektif
ini, maka kita dapat menjadi seorang komunikator yang handal dan pada gilirannya dapat
membangun jaringan hubungan dengan orang lain yang penuh dengan penghargaan (respect),
karena inilah yang dapat membangun hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan
dan saling menguatkan.
BAB III
KOMUNIKASI DALAM PEMERIKSAAN PAJAK
3.1. Terminologi Komunikasi Audit
Komunikasi merupakan bagian yang sangat penting dalam proses audit. Audit
atau pemeriksaan dalam arti luas bermakna evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem,
proses, atau produk. Definisi yang lain menyebutkan audit adalah suatu kegiatan menyerap,
mengolah, dan merespon data yang dilakukan oleh pihak yang dapat dipercaya dan
disampaikan kepada pihak yang berkepentingan untuk ditindaklanjuti. Tujuan audit adalah
untuk melakukan verifikasi bahwa subjek dari audit telah diselesaikan atau berjalan sesuai
dengan standar, regulasi, dan praktik yang telah disetujui dan diterima.
Sesuai dengan tujuan audit yaitu menilai apakah suatu subjek telah berjalan dengan
standar, dan praktik yang berjalan telah sesuai dengan peraturan yang berlaku; maka dalam
audit diperlukan data yang akan dinilai dan standar atau aturan yang akan digunakan untuk
menilai.
Secara umum manfaat atau hasil yang diperoleh dengan diterapkannya komunikasi
audit adalah : diperolehnya data dan informasi yang memadai, untuk mengendalikan dan
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan tim audit, pelaporan hasil audit, meningkatkan mutu audit
serta dengan keterampilan komunikasi yang lebih terbuka dapat memperbaiki citra auditor yang
selama ini dicitrakan sebagai kurang ramah, tertutup dan sewenang-wenang.
Keberhasilan komunikasi internal dalam satu tim pemeriksaan pajak sangat menunjang
kelancaran pelaksanaan pemeriksaan pajak sehingga kegiatan pemeriksaan pajak dapat
diselesaikan tepat waktu dan berkualitas. Untuk mencapai keberhasilan tersebut, masing-
masing pemeriksa dalam tim pemeriksaan pajak perlu memerhatikan aturan perilaku antar
Pemeriksa Pajak berikut ini.
1. Komunikasi pada awal pelaksanaan pemeriksaan pajak. Komunikasi pada tahap ini
terutama dimaksudkan untuk memperoleh kesamaan persepsi mengenai mekanisme
pelaksanaan pemeriksaan pajak dan memperoleh kesediaan Wajib Pajak untuk bekerja
sama selama pelaksanaan pemeriksaan pajak. Dalam melakukan komunikasi pada
tahap ini Pemeriksa Pajak perlu berusaha menimbulkan kesan positif dari Wajib Pajak.
Kesan positif ini penting didapat agar keengganan Wajib Pajak untuk bekerjasama
dapat diminimalkan.
Agar dapat menimbulkan kesan positif tersebut, pemeriksa, antara lain, perlu
memerhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Wawancara.
Wawancara merupakan suatu proses interaksi yang dilakukan secara lisan dengan
metode tanya jawab yang mempunyai tujuan. Wawancara digunakan oleh Pemeriksa
Pajak untuk memperoleh data ataupun fakta yang diperlukan. Wawancara merupakan
alat yang sangat baik untuk memperoleh informasi, pendapat, keyakinan, perasaan,
motivasi, masa depan ataupun tanggapan seseorang mengenai sesuatu hal, karena
Pemeriksa Pajak dapat menangkap aksi, reaksi seseorang dalam bentuk gerak-gerik
dan ekspresi saat wawancara berlangsung.
2. Daftar pertanyaan (kuesioner).
Daftar pertanyaan adalah metode pengumpulan informasi yang mengajukan pertanyaan
secara tertulis dan mengharapkan jawaban secara tertulis pula. Apabila tim
Bab IV
Bab V
STUDI KASUS
Contoh Kasus :
1. Pada saat dilaksanakan pemeriksaan, Wajib Pajak memberikan kewenangan kepada salah
seorang pegawainya. Selama jalannya pemeriksaan, komunikasi antara Wajib Pajak
(diwakili oleh Direktur) dan pemeriksa berjalan dengan baik. Semua temuan dan koreksi
pemeriksa telah disampaikan kepada Wajib Pajak dan Wajib Pajak menerima dasar
koreksi pemeriksa. Oleh karenanya pemeriksa menyampaikan Surat Pemberitahuan Hasil
Pemeriksaan. Pada saat pembahasan, Wajib Pajak diwakili oleh Direktur Utama dan
menyatakan tidak setuju atas koreksi pemeriksa.
2. Pada saat peminjaman data dalam rangka pemeriksaan, seringkali Wajib Pajak diwakili
oleh pegawai yang secara teknis mengerti pekerjaannya tetapi tidak memahami/didampingi
oleh pihak yang mengerti tentang perpajakan. Sehingga antara wakil WP dan fiskus
memandang permasalahan dari sudut pandang yang berbeda. Pegawai melihat dari sudut
pandang teknis pekerjaannya sementara petugas pajak melihat dari sudut pandang pajak.
Hal ini bisa mengakibatkan timbulnya bias. Baik dalam peminjaman dokumen ataupun
dalam pembahasan materi-materi perpajakan.
3. Pada saat akan melakukan pemeriksaan, pemeriksa memperoleh informasi dari tim
pemeriksa terdahulu bahwa Wajib Pajak tidak kooperatif. Pemeriksa menjalankan proses
pemeriksaan sesuai dengan ketentuan. Selama pemeriksaan berlangsung ternyata Wajib
Pajak kooperatif. Permintaan peminjaman data dan dokumen dipenuhi, koreksi dan temuan
pemeriksa juga dapat diterima oleh Wajib Pajak dengan baik. Setelah selesai
Pemeriksaan, Wajib Pajak mengungkapkan bahwa dia merasa diperlakukan dengan baik
selama proses pemeriksaan kali ini dibandingkan dengan pemeriksa terdahulu. Menurut
Wajib Pajak, komunikasi pemeriksa terdahulu terkesan kaku dan tidak ramah.
4. Pemeriksa KPP PMA melakukan pemeriksaan terhadap perusahaan asing. Pada saat
closing Wajib Pajak diwakili oleh Direktur yang hanya menguasai bahasa Inggris.
Sementara kemampuan bahasa Inggris pemeriksa sangat terbatas. Sehingga pemeriksa
tidak dapat menjelaskan koreksi dengan bahasa yang dimengerti oleh Wajib Pajak.
Cangara, Hafied. 1998. Ilmu Komunikasi dalam Lintasan Sejarah dan Filsafat. Karya Anda,
Surabaya.
Effendy, Onong Uchjana. 2006. Komunikasi Teori dan Praktek. Remaja Rosdakarya, Bandung
H.A.R. Tilaar. 2002. Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia ; Strategi
Reformasi Pendidikan Nasional. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Liliweri, Alo. 1994. Komunikasi Verbal dan Non Verbal. Citra Aditya Bakti, Bandung.
Suharso dan Retnoningsih, Ana. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Widya Karya,
Bandung.
Suharsono, Agus. 2013. Bahan Ajar Komunikasi dan Negosiasi, Diklat Fungsional Dasar 2013,
Widyaiswara Madya Pusdiklat Pajak.
Soemardjan, Selo dan Soemardi Soelaiman. 1986. Setangkai Bunga Sosiologi. LEMBAGA
PENERBIT FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA, Jakarta.
http://www.akuinginsukses.com/16-cara-menggunakan-bahasa-tubuh-yang-baik
http://evi-susanti82.blogspot.com/2012/06/pengertian-kepribadiankarakterpotensida.html
http://pustaka.pandani.web.id/2013/03/pengertian-karakter.html
http://riedwhan.pun.bz/pengertian-karakter-kepribadian.xhtml
http://bbagusdp.blogspot.com/2013/04/kepribadian-dan-karakter.html
http://arie5758.blogspot.com/2011/10/4-kepribadian-manusia-sanguin-koleris.html
http://www.qacomm.com
Sopa, Ikhwan. Bahan IHT Teknik Komunikasi Audit.