Anda di halaman 1dari 38

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

DIREKTORAT PEMERIKSAAN DAN PENAGIHAN

Modul-10/PJ.042/2013
2013
UNTUK KEPENTINGAN DINAS
Modul Pemeriksaan – Industri Barang Galian Bukan Logam 2013

DISCLAIMER
Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan dalam rangka peningkatan kapasitas
dan kompetensi pegawai Direktorat Jenderal Pajak khususnya Pemeriksa Pajak
dalam memahami proses bisnis dari perusahaan yang bergerak di bidang industri
barang galian bukan logam.
Materi dalam modul ini bersumber dari berbagai literatur, narasumber, ketentuan
formal, pengalaman tim penyusun dan sumber lainnya.
Informasi/bahan-bahan ajar yang ada dalam modul ini hanya untuk kepentingan
internal Direktorat Jenderal Pajak, digunakan sebagai bahan ajar dan bukan
dimaksudkan sebagai aturan dalam pemeriksaan pajak atau pelaksanaan tugas.

PENGHARGAAN
Ucapan terima kasih diberikan kepada tim penyusun atas segala jerih payah dalam
penyampaian informasi/bahan yang berharga ini, sehingga tersusun modul ini.
Semoga hasil karya ini menjadi bagian amal baik bagi tim penyusun dan membawa
manfaat bagi penggunanya.

TIM PENYUSUN
Penanggungjawab :
Freddy Dwi Artanto - Kepala Sub Direktorat Teknik dan Pengendalian Pemeriksaan

Ketua Tim :
Sirmu - Kepala Seksi Teknik Pemeriksaan

Penyusun :
Tim Kanwil DJP Jawa Barat II

Editor :
Ahmad Muzaini – Pemeriksa Pajak
Lik Barno – Pemeriksa Pajak
Ramot Immanuel A L Tobing - Pelaksana Seksi Evaluasi dan Kinerja Pemeriksaan
Ivan Putra Panca Sakti – Pelaksana Seksi Teknik Pemeriksaan

Hak Cipta 2013, Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan


Direktorat Jenderal Pajak

Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan i


Kata Pengantar

Alhamdulilah, puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha


Kuasa yang selalu memberikan limpahan rahmat, semangat, dan kekuatan untuk
selalu dapat meningkatkan kapasitas pegawai Direktorat Jenderal Pajak
khususnya para Pemeriksa Pajak. Sehingga diharapkan hal tersebut dapat
mendukung pelaksanaan tugas Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan dan
optimalisasi penerimaan pajak yang merupakan tugas utama Direktorat Jenderal
Pajak.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-
184/PMK.01/2010 tanggal 11 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Keuangan, Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan memiliki tugas
untuk merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di
bidang pemeriksaan. Dalam pelaksanaan tugas, kami berkomitmen untuk selalu
bekerja dengan menjunjung tinggi nilai-nilai Kementerian Keuangan, yaitu
integritas, profesionalisme, sinergi, pelayanan, dan kesempurnaan.
Salah satu upaya untuk menjaga komitmen tersebut adalah dengan
meningkatkan kapasitas Pemeriksa Pajak melalui serangkaian pendidikan dan
pelatihan berjenjang maupun In House Training (IHT) yang didukung oleh modul
pembelajaran yang materinya berasal dari hasil kajian kebutuhan bahan ajar
disesuaikan dengan perkembangan proses bisnis dunia usaha, telaahan proses
bisnis sektor-sektor tertentu, dan dinamika peraturan perundang-undangan
perpajakan. Penyediaan modul pembelajaran diharapkan dapat mendukung
pelaksanaan tugas.
Kami berharap, modul ataupun bahan ajar ini tidak hanya digunakan
dalam rangka mendukung pemeriksaan. Namun, dapat dipergunakan lebih luas
dalam rangka penggalian potensi perpajakan secara umum oleh semua pegawai
Direktorat Jenderal Pajak.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kami
sampaikan kepada Tim Penyusun yang telah menuntaskan tugasnya, ikhlas
meluangkan waktu dan mencurahkan tenaga, pengalaman serta pikiran sehingga
modul ini dapat tersusun dengan baik. Semoga segala upaya Tim Penyusun
menjadi amal kebaikan, dan modul ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.

ii
Daftar Isi

Disclamer.............................................................................................................................i

Kata Pengantar.................................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................................. iii
BAB I .................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
1. Gambaran Umum.................................................................................................... 1
2. Perkembangan Usaha di Sektor Pertambangan Mineral Non Logam dan Batuan . 5
BAB II ................................................................................................................................... 7
PROSES BISNIS..................................................................................................................... 7
1. Proses Bisnis Industri .............................................................................................. 7
1.2 Penjualan......................................................................................................... 8
1.3 Harga Pokok Produksi ..................................................................................... 9
2. Sistem Akuntansi Terkait ...................................................................................... 11
2.1 Sistem Akuntansi yang Digunakan ................................................................ 11
2.2. Analisis Perkiraan-Perkiraan pada Laporan Keuangan dan SPT .................... 12
2.3. Analisis Penghasilan ...................................................................................... 13
2.4. Biaya-biaya yang termasuk Harga Pokok Produksi ....................................... 13
2.5. Biaya Usaha ................................................................................................... 14
3. Peraturan dan Data Terkait................................................................................... 14
3.1. Peraturan dan Aspek Perpajakan terkait Industri/Sektor Usaha ....................... 14
3.3. Data Pihak Ketiga yang Dapat Bermanfaat ................................................... 15
BAB III ................................................................................................................................ 16
PERSIAPAN DAN PROGRAM PEMERIKSAAN ..................................................................... 16
1. Critical Point Pemeriksaan .................................................................................... 16
g.1. Pos Neraca.......................................................................................................... 19
g.2. Pos Rugi-Laba ..................................................................................................... 20
2. Dokumen / Data yang Diperlukan ......................................................................... 20
3. Program Pemeriksaan ........................................................................................... 21
3.1 Pos Neraca .................................................................................................... 22
3.2 Pos Laba Rugi ................................................................................................ 28
BAB IV................................................................................................................................33

iii
PENUTUP..........................................................................................................................33

iv
Modul Pemeriksaan – Industri Barang Galian Bukan Logam 2013

BAB I

PENDAHULUAN

1. Gambaran Umum
Potensi ekonomi dari sektor pertambangan mineral non logam dan batuan
yang dahulu dikatagorikan sebagai Galian Golongan C ini sangatlah besar,
sehingga di beberapa kabupaten/kota penerimaan pajak daerah dari sektor ini
merupakan penerimaan terbesar atau masuk ke 3 besar diantara jenis pajak
daerah dari sektor lainnya. Hal tersebut tentulah menarik banyaknya investor
yang masuk ke sektor ini. Disisi lain potensi fiskal yang ada juga harus diamati
dengan cermat oleh fiskus, sehingga apa yang seharusnya menjadi hak negara
berupa pajak-pajak yang menjadi kewajiban para investor tersebut dapat
dipenuhi dengan maksimal sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
Menurut data Badan Geologi, potensi mineral non logam dan batuan
Indonesia sebenarnya cukup besar. Diantaranya bahan galian aneka industri
seperti seperti Batu Gamping, Fospat, Gypsum dan sebagainya. Kemudian
bahan galian keramik, seperti Lempung, Pasir Kuarsa, Magnesit, dan
sebagainya. Terdapat pula bahan galian untuk bangunan (kontruksi), seperti
Marmer, Granit, Batu Apung, dan sebagainya. Juga ada yang bernilai tinggi yaitu
bahan galian batu mulia (batu hias) seperti Onyks, Kristal Kuarsa, Intan, Zircon
dan sebagainya.
Komoditas pertambangan mineral non logam terdiri dari:

1 Intan 22 Fire clay


2 Korundum 23 Zeolit
3 Grafit 24 Kaolin
4 Arsen 25 Feldspar
5 Pasir Kuarsa 26 Bentonit
6 Fluorspar 27 Gypsum
7 Kriolit 28 Dolomit
8 Yodium 29 Kalsit
9 Brom 30 Rijang

Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 1


Modul Pemeriksaan – Industri Barang Galian Bukan Logam 2013

10 Klor 31 Pirofilit
11 Belerang 32 Kuarsit
12 Fospat 33 Zircon
13 Halit 34 Wolastonit
14 Asbes 35 Tawas
15 Talk 36 Batu kuarsa
16 Mika 37 Perlit
17 Magnesit 38 Garam batu
18 Yarosit 39 Clay
19 Oker 40 Batu gamping
20 Fluorit
21 Ball clay

Sedangkan komoditas pertambangan batuan terdiri :

1 Pumice 27 Kayu terkersikan


2 Tras 28 Gamet
3 Toseki 29 Giok
4 Obsidian 30 Agat
5 Marmer 31 Diorite
6 Perlit 32 Topas
7 Tanah diatome 33 Batu gunung quarry besar
8 Tanah serap (Fullers earth) 34 Kerikil sungai
9 Slate 35 Batu kali
10 Granit 36 Kerikil sungai ayak tanpa pasir
11 Granodiorit 37 Pasir urug
12 Andesit 38 Pasir pasang
13 Gabro 39 Kerikil berpasir alami (sirtu)
14 Peridotit 40 Bahan timbunan pilihan (tanah)
15 Basalt 41 Urukan tanah setempat
16 Trakhit 42 Tanah merah (laterit)
17 Leusit 43 Batu gamping
18 Tanah liat 44 Onik
19 Tanah urug 45 Pasir laut
20 Batu apung 46 Pasir yang tidak mengandung unsur

Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 2


Modul Pemeriksaan – Industri Barang Galian Bukan Logam 2013

21 Opal mineral logam atau unsur mineral


22 Kalsedon bukan logam dalam jumlah yang
23 Chert berarti ditinjau dari segi ekonomi
pertambangan
24 Kristal kuarsa
25 Jasper
26 Krisoprase

Jenis perusahaan industri galian mineral bukan logam dan batuan yang banyak
terdapat di wilayah KPP Pratama Ciawi adalah galian berupa :
a. Andesit
Batu jenis Andesit setelah proses pengolahan menjadi produk berupa :
- Split (+7-28mm), merupakan bahan baku pembuatan jalan, pengecoran
beton.
- Base Coarse (0-30mm, 0-50mm, 0-70mm)
- Abu Batu (0-7mm) sebagai bahan dasar membuat semen
- Sirdam (Pasir dan makadam) adalah produk sisa
b. Trass
Trass adalah jenis tanah yang dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan batako.
c. Tanah Urug
Tanah yang dapat digunakan untuk mengurug.
d. Pasir
Bahan dasar konstruksi bangunan, biasanya terdapat di dasar sungai.

Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 3


Modul Pemeriksaan – Industri Barang Galian Bukan Logam 2013

Gambar 1. Penambangan batu andesit

Gambar 2. Penambangan pasir kuarsa

Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 4


Modul Pemeriksaan – Industri Barang Galian Bukan Logam 2013

2. Perkembangan Usaha di Sektor Pertambangan Mineral Non


Logam dan Batuan
Perkembangan suatu negara dapat dilihat dari tingkat pembangunan di
berbagai bidang, terutama di bidang perekonomian. Sebagai penunjang sektor
ekonomi, pembangunan infrastruktur sarana dan prasarana sangat penting untuk
dilakukan, sehingga industri galian bukan logam menjadi fakor dominan
mengingat industri tersebut sebagai penyuplai bahan baku dari setiap
pembangunan infrastruktur sarana dan prasarana.
Industri galian bukan logam banyak terdapat di wilayah-wilayah yang
daerahnya mengandung sumber daya alam berupa bukit bebatuan dan bukit
kapur. Di Kabupaten Bogor banyak terdapat di Kecamatan Cigudeg, Rumpin.
Parungpanjang, Cileungsi, Ciseeng, Jonggol, Klapanunggal, Cariu, Citeureup,
dan Gunung Sindur. Namun sumber daya alam tersebut tidak dapat diperbaharui
kembali. Di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur juga banyak daerah penghasil
barang galian bukan logam karena adanya Pegunungan Kapur Utara. Di daerah
ini banyak menghasilkan batu gamping, batu lempung, pasir besi, dan pasir
kuarsa yang merupakan bahan utama industri semen, batu dolomit yang
digunakan untuk pupuk dolomit, tanah liat dan lain-lain.
Pemegang ijin usaha pertambangan mineral non logam dan batuan ini
biasanya merupakan badan usaha (PT/CV), Koperasi, atau Orang Pribadi.
Perusahaan yang bergerak di bidang industri galian mineral bukan logam dan
batuan biasanya ada yang membentuk perusahaan grup. Salah satu
perusahaan bergerak di bidang produksi bahan baku konstruksi dan perusahaan
lainnya bergerak di bidang jasa konstruksi. Selain itu ada juga perusahaan yang
kegiatan usahanya meliputi bidang usaha dari hulu ke hilir, misalnya Industri
semen biasanya kegiatan usaha yang dilakukan dari pengambilan bahan baku,
pemrosesan menjadi barang jadi hingga penjualan berupa konstruksi bangunan.
Selama ini potensi pertambangan mineral non logam dan batuan nyaris
dilupakan oleh Pemerintah Pusat sejak kewenangan pengelolaannya diserahkan
ke daerah. Hasil-hasil pertambangan bahan galian yang dulu dikatagorikan
galian golongan C ini, tidak masuk kas Pemerintah Pusat tetapi masuk kas
daerah. Hal ini diatur dalam UU nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (PDRD). Berdasarkan UU ini, pertambangan mineral non logam
dan batuan (Golongan C), diwajibkan membayar pajak daerah. Besarnya Pajak
Daerah dihitung berdasarkan rumus prosentase dikalikan dasar pengenaan yaitu

Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 5


Modul Pemeriksaan – Industri Barang Galian Bukan Logam 2013

nilai jual (volume/ tonnase kali nilai pasar/harga standar yang ditetapkan
bupati/walikota).

Contoh perhitungan pajak daerah atas mineral non logam dan batuan :

Sebuah perusahaan pada bulan januari 2011 telah melakukan kegiatan


penambangan bahan galian jenis batu kapur dengan volume sebesar 570.922
ton dan tanah liat dengan volume sebesar 108.700 ton, sedangkan tarip pajak
adalah sebesar 10%. Maka pajak daerah yang harus dibayar adalah :

Nilai jual Batu kapur = 570.922 ton x Rp. 18.000 per ton

= Rp. 10.276.596.000

Nilai jual Tanah liat = 108.700 ton x Rp. 25.000 per ton

= Rp. 2.717.500.000

Jumlah nilai jual = Rp. 10.276.596.000 + Rp. 2.717.500.000

= Rp. 12.994.096.000

Pajak daerah yg harus di bayar = 10% x Rp.12.994.096.000

= Rp.1.299.409.600

Meskipun wewenang pengelolaannya sepenuhnya ada di Pemerintah


Daerah, namun tetap ada pembinaan dan pengawasan dari Pemerintah Pusat,
sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.55 Tahun 2010 Tentang Pembinaan
dan Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan mineral
dan Batubara.

Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 6


Modul Pemeriksaan – Industri Barang Galian Bukan Logam 2013

BAB II

PROSES BISNIS

1. Proses Bisnis Industri


1.1 Proses Pengolahan
Proses pengolahan batu mentah yang masih berbentuk gunung sampai
menjadi barang jadi yang siap dijual terdiri dari beberapa tahapan proses
produksi dapat digambarkan dibawah ini, yaitu:
a. Pengelupasan Gunung
Lapisan luar dari gunung batu yang berupa tanah atau semak-semak
dikelupas terlebih dahulu sehingga hanya terlihat gunung batu yang utuh.
b. Pemboran
Proses pemboran adalah pelubangan batu hingga kedalaman tertentu
yang kemudian diisi dengan material bom untuk dilakukan peledakan
(blasting).
c. Pemboman/Blasting
Proses pemboman dilakukan untuk memperoleh bahan baku mentah
berupa batu belah hasil pemboman yang masih berukuran besar.
d. Pengangkutan batu dengan truk
Batu-batu hasil pemboman diangkut dengan menggunakan truk dari atas
gunung/lokasi pemboman ke tempat penampungan.
e. Hooper
Hooper adalah tempat penampungan batu-batu hasil dari pemboman.
Hooper ini menyatu dengan mesin pemrosesan selanjutnya yaitu mesin
pemecah batu.
f. Jaw Crusher
Adalah mesin pemecah batu hingga batu-batu besar hasil pemboman
menjadi berukuran lebih kecil dan tidak sama.
g. Gudang Batu
Dengan roda berjalan/conveyor batu yang telah dipecah ditampung
terlebih dahulu ke gudang batu.
h. Cone Machine
Adalah alat untuk memasukkan batu-batu ke mesin selanjutnya yaitu ke
mesin ayakan.

Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 7


Modul Pemeriksaan – Industri Barang Galian Bukan Logam 2013

i. Mesin Ayakan
Batu-batu dari mesin penampung kemudian diayak menjadi beberapa
ukuran yang berbeda yaitu batu split (+7-28mm), Base Coarse (30mm,
50mm, 70mm), dan abu batu (0-7mm). Batu-batu yang tidak masuk dalam
mesin ayakan karena ukurannya yang terlalu besar akan dipecah lagi dan
kemudian melalui mesin ayakan kembali.
Berdasarkan keterangan dari Wajib Pajak diperoleh data/informasi bahwa
gunung-gunung batu setelah diolah hampir 100% menjadi produk yang dapat
dijual, bahkan produk sisa berupa abu batu mempunyai nilai ekonomis karena
merupakan bahan dasar pembuatan semen. Kecuali bila kondisi gunung batu
yang ada lapisan tanah atau batu jenis lain yang tidak dapat dipergunakan hal ini
dapat mempengaruhi hasil produksi yang diperoleh.

1.2 Penjualan
Pada tahap penjualan, nilai jual produk jadi menggunakan satuan kubikasi.
Satu dump truk Tronton dapat menampung + 27-30 M3. Berdasarkan
pengamatan penjualan dilakukan dengan alat angkut truk tronton. Penjualan
dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :
a. Penjualan berdasarkan pesanan.
Penjualan dilakukan sesuai dengan jenis dan kuantitas barang yang
diminta oleh konsumen. Biasanya konsumen yang memesan sudah
menjadi pelanggan tetap.
b. Pihak konsumen dalam datang langsung ke lokasi untuk membeli produk
yang diinginkan.
Sebagai pembanding nilai penjualan yang dilaporkan oleh Wajib Pajak
apakah telah semua dilaporkan dapat digunakan data dari pihak ke tiga yaitu
data dari Dinas Pendapatan, Keuangan dan Barang Daerah (DPKBD)
Pemerintah Kabupaten Bogor berupa data kuantitas produk mentah dari mulut
tambang dalam satuan tonase dan jumlah pajak daerahnya.
Data kuantitas produk mentah dari mulut tambang yang didapat dari
Pemda Bogor adalah merupakan data yang dilaporkan oleh Wajib Pajak sendiri
ke Pemerintah Daerah (self assessment) berupa Berita Acara Pemakaian Bom
yang ditandatangani oleh pihak kepolisian setiap bulan. Berdasarkan Berita
Acara Pemakaian Bom tersebut Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Energi
dan Sumber Daya Mineral mengkonversi data tersebut dengan rumus tersendiri
menjadi data kuantitas pengambilan bahan baku mentah dari mulut tambang.
Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 8
Modul Pemeriksaan – Industri Barang Galian Bukan Logam 2013

Kemudian data kuantitas tersebut dikalikan dengan tarif pajak pertambangan


daerah yang berlaku saat itu untuk menentukan pajak daerah yang harus dibayar
oleh Wajib Pajak tiap bulannya.
Wajib Pajak menjual produk dalam satuan ukuran kubikasi, sehingga
untuk pembanding/equalisasi omset, kita harus mengkonversi data bahan
mentah dari Pemda yang menggunakan satuan ukuran tonase ke produk bahan
jadi dengan satuan ukuran kubikasi. Dengan demikian dapat diketahui
perbedaan nilai penjualan yang dilaporkan di SPT Tahunan Badan dan
Penjualan yang dihitung menggunakan data kuantitas bahan mentah dari
Pemda yang asalnya dari Wajib Pajak juga.
Dari hasil perbandingan di atas, maka kita dapat menentukan jumlah
potensi PPh Badan dan PPN yang seharusnya terutang. Namun Wajib Pajak
selain menjual produk yang sudah diolah, terkadang juga melakukan penjualan
produk mentah . Dalam hal ini tidak terutang PPN. Oleh karena itu kita juga dapat
menghitung kembali PPN Pajak Masukan yang Tidak Dapat Dikreditkan.
Selain itu biasanya perlu diperhatikan juga adanya transaksi penjualan
yang ada hubungan istimewanya, contoh kasus :
a. Perusahaan A, B, C dan D merupakan satu grup perusahaan yang bergerak
dalam bidang yang sama yaitu industri pengolahan batu. Ketika terjadi
peningkatan permintaan penjualan maka antar perusahaan grup tersebut
bias terjadi transaksi jual beli bahan baku mentah, bahan bakar, atau barang
jadi. Sehingga yang perlu diperhatikan adalah adanya transaksi antar
perusahaan grup/hubungan istimewa yang diluar kewajaran. Atau misalnya
perusahaan D bergerak di bidang jasa konstruksi, ada kemungkinan
transaksi penjualan yang tidak wajar.
b. Contoh lain satu perusahaan yang menguasai kegiatan usaha dari hulu ke
hilir misalnya dari proses pengolahan batu sampai menjadi produs siap
pakai hingga penyediaan jasa konstruksi bangunannya.

1.3 Harga Pokok Produksi


Penentuan harga pokok produksi dilakukan dengan menentukan biaya-biaya
yang menjadi unsur penentu harga pokok secara terinci. Biaya-biaya yang
menjadi unsur harga pokok diantaranya adalah :
1.3.1 Biaya Langsung
a. Biaya Pemakaian Raw Material, nilai penggunaan bahan baku mentah
sebelum diproses yang menjadi bahan dasar produk jadi.
Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 9
Modul Pemeriksaan – Industri Barang Galian Bukan Logam 2013

b. Biaya Upah Langsung, adalah upah yang diberikan kepada tenaga kerja
yang langsung bekerja dilapangan. Biasannya upah dibayar dengan
system harian.
c. Biaya Bahan Peledak, adalah biaya bahan peledak yang digunakan untuk
mengambil bahan baku melalui proses pemboman. Data pembanding
dapat diperoleh dari Berita Acara Pemakaian Bom yang dilaporkan oleh
Wajib Pajak ke Pemerintah Daerah.
1.3.2 Biaya Tidak Langsung
a. Biaya Bahan Bakar, biaya bahan bakar yang dibeli dari Pertamina akan
dikenakan tarif pajak PPh Pasal 22 Migas dengan tarif 0.25% dan selain
Pertamina dengan tariff 0.30% dapat dikreditkan oleh Wajib Pajak, karena
Wajib Pajak bukan bergerak dalam bidang penjualan bahan bakar minyak
dan gas bumi. Oleh karena itu kita dapat mengecek kebenaran biaya
bahan bakar yang dibebankan di Laporan Rugi Laba dengan menghitung
kembali PPh Pasal 22 Migas yang dikreditkan dibagi dengan tarif pajak
atau PPh Pasal 22 berdasarkan Modul Penerimaan Negara dibagi
dengan tarif PPh Pasal 22.
b. Biaya Spare Part/Suku Cadang Mesin, mengingat medan di daerah
industry galian termasuk medan yang cukup berat, biaya suku cadang
mesin sangat penting. Namun kewajaran pembebanan biaya dapat dikaji
dengan menghitung berapa pengeluaran biaya pembelian suku cadang
dalam setahun dibandingkan bila membeli mesin baru.
c. Biaya tetap seperti asuransi dan biaya penyusutan mesin
d. Biaya angkut material, biaya ini perlu dikaji ulang misalnya apabila biaya
tersebut untuk membayar tenaga pengangkut seharusnya masuk ke
biaya upah, atau apabila biaya tersebut untuk sewa truk seharusnya
diperjelas menjadi biaya sewa yang merupakan objek pajak PPh Pasal
23.
e. Biaya pemeliharaan kendaraan dan mesin, merupakan objek PPh Pasal
23 bila tidak dilakukan sendiri atau menggunakan jasa pihak ke tiga.
f. Biaya sewa alat berat, merupakan objek pajak PPh Pasal 23
g. Biaya sewa truk, objek PPh Pasal 23
h. Biaya sewa lahan, merupakan objek pajak PPh Pasal 4 ayat (2)
i. Biaya listrik produksi

Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 10


Modul Pemeriksaan – Industri Barang Galian Bukan Logam 2013

j. Biaya perlengkapan kerja, berupa alat keselamatan kerja


k. Biaya iuran produksi, yaitu iuran/pajak pertambangan yang dibayar Wajib
Pajak ke pihak Pemerintah Daerah
l. Biaya pemakaian pelumas
m. Biaya pemakaian oksigen, acetylene LPG
n. PBB
o. Biaya lainnya misalnya biaya CSR (Corporate Social Rensposibility) biaya
yang dikeluarkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar
sebagai pemenuhan tanggung jawab social.
1.3.3 Biaya Administrasi dan Umum
a. Gaji dan upah, biaya gaji untuk tenaga kerja kantor sebagai objek PPh
Pasal 21
b. Biaya pengobatan
c. Biaya transport dinas
d. Biaya ATK
e. Biaya penyusutan inventaris kantor
f. Biaya bunga
g. Biaya penyusutan gedung kantor
h. Biaya perawatan inventaris kantor
i. Biaya pemeliharaan kendaraan kantor
j. Biaya iuran jamsostek
k. Biaya listrik dan telepon
l. Biaya lainnya misalnya biaya CSR (Corporate Social Rensposibility) biaya
yang dikeluarkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar
sebagai pemenuhan tanggung jawab social.
m. Biaya lainnya (harus dirinci).

2. Sistem Akuntansi Terkait

2.1 Sistem Akuntansi yang Digunakan


Sistem akuntansi pokok pada perusahaan adalah adanya organisasi formulir
dan pencatatan yang dikoordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan
informasi yang dibutuhkan oleh manajemen guna mengelola perusahaan secara
efektif dan efisien. Secara umum prusahaan industry tidak berbeda dengan
perusahaan perdagangan lainnya, namun demikian terdapat kebijakan akuntansi

Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 11


Modul Pemeriksaan – Industri Barang Galian Bukan Logam 2013

yang spesifik terhadap perkiraan-perkiraan tertentu, sehubungan kegiatan yang


dilakukan perusahaan. Perkiraan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Persediaan
Nilai persediaan bahan baku dan barang jadi dinilai dengan metode FIFO
(First In First Out). Persediaan yang pertama masuk ke gudang adalah
persediaan yang dikeluarkan terlebih dahulu.
b. Pendapatan
Pendapatan dapat diakui berdasarkan cash basis atau akrual.
c. Biaya-biaya produksi
Biaya diakui berdasarkan cash yang dikeluarkan atau akrual untuk biaya
sewa.

2.2. Analisis Perkiraan-Perkiraan pada Laporan Keuangan dan SPT


Analisa laporan keuangan dimaksudkan untuk menilai perubahan
(kenaikan/penurunan) yang terjadi pada pos-pos dalam laporan keuangan yang
terkait dengan kewajiban perpajakan yang timbul dari perubahan - perubahan
tersebut.
Analisis laporan keuangan dapat dilakukan antara lain dengan cara :
1. Analisis rasio
Hubungan matematis antara dua kuantitas agar memiliki arti. Rasio
dalam laporan keuangan harus mengacu pada hubungan yang
penting secara ekonomi. Rasio ini antara lain rasio likuiditas, rasio
solvabilitas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, dan rasio pasar.
2. Analisis common size
Analisa data-data keuangan untuk beberapa periode (untuk mencari
tren tertentu). Analisa common size disusun dengan cara mengitung
tiap-tiap pos dalam laporan laba rugi menjadi proporsi dengan total
penjualan dan laporan posisi keuangan/neraca menjadi proporsi
dengan total aktiva.
3. Analisis du pont
Analisis yang digunakan untuk mempertajam analisis rasio dengan
memisahkan profitabilitas dengan pemanfaatan aset.
4. Analisa time series dan forcasting data keuangan
Analisis terhadap data historis untuk melihat tren yang mungkin
timbul.

Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 12


Modul Pemeriksaan – Industri Barang Galian Bukan Logam 2013

5. Analisis cross section


Perbandingan data keuangan suatu perusahaan dengan
perusahaan atau industri yang sejenis (industri kimia/plastik).

Analisis laporan keuangan dan SPT yang dimaksud untuk melakukan


equalisasi antara laporan keuangan menurut komersial dengan laporan fiskal.
Sehingga langkah selanjutnya dapat mudah ditelusuri perbedaan yang terjadi
antara laporan komersial dengan laporan fiskal. Perbedaan yang terjadi dapat
dihubungkan atas pos-pos biaya apa saja yang berupa hasil koreksi intern
perusahaan. Dalam Analisis laporan keuangan dan SPT sekaligus dapat
ditentukan titik kritis yang lebih memerlukan pendalaman atas biaya-biaya
tertentu. Pengujian dan Analisis juga diperlukan adanya laporan pajak tahun
sebelumnya berupa catatan-catatan penting atas temuan/permasalahan
pemeriksaan tahun sebelumnya, serta ketetapan pajak yang belum dibayar.

2.3. Analisis Penghasilan


Perbandingan penjualan dalam laporan komersial dengan peredaran usaha
yang dilaporkan di SPT Tahunan PPh WP Badan digunakan untuk meyakini
angka yang dilaporkan dalam SPT. Selain itu dilakukan equalisasi antara omset
yang dilaporkan di SPT Tahunan PPh WP Badan dengan Penyerahan di SPT
Masa PPN. Penyerahan yang dilakukan di Industri Galian bukan logam dapat
terdiri dari penyerahan dipungut PPN atas batu yang telah diolah atau
Penyerahan yang tidak terutang PPN yaitu atas batu dari hasil pemboman dijual
langsung tanpa melalui proses pengolahan (diambil dari sumbernya). Oleh
karena itu di akhir tahun harus ada penghitungan Pajak Masukan yang tidak
dapat dikreditkan, karena ada bagian dari pengeluaran yang ada PM-nya
menghasilkan output yang tidak terutang PPN.

2.4. Biaya-biaya yang termasuk Harga Pokok Produksi


Biaya-biaya yang termasuk Harga Pokok Produksi terdiri dari:
a. Biaya upah langsung karyawan pabrik
b. Biaya bahan baku mentah
c. Biaya overhead pabrik, diantaranya biaya bahan peledak, dan bahan
pendukungnya.

Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 13


Modul Pemeriksaan – Industri Barang Galian Bukan Logam 2013

2.5. Biaya Usaha


Pos-pos Biaya Usaha sebagai berikut :
a. Gaji, Upah, Bonus, Tunjangan, dll
b. Penyusutan dan amortisasi
c. Bunga pinjaman
d. Biaya lain-lain

Analisis biaya dilakukan dengan merinci semua biaya-biaya tersebut hingga


dapat ditentukan jenis biayanya. Tujuan analisis ini untuk menentukan objek PPh
dan biaya-biaya deductible dan non-deductible.

3. Peraturan dan Data Terkait


3.1. Peraturan dan Aspek Perpajakan terkait Industri/Sektor Usaha
a. Undang-undang No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan.
b. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat
Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.
c. Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga Atas
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.
d. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 78/PMK.03/2010 tentang
Pedoman Penghitungan Pengkreditan Pajak Masukan bagi PKP yang
Melakukan Penyerahan yang Terutang Pajak dan Penyerahan Tidak
Terutang Pajak.
3.2. Peraturan dan Instansi Terkait Lainnya pada Industri/Sektor Usaha
a. Undang Undang No.4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan
Batubara
b. Undang Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (PDRD).
c. Peraturan pemerintah No. 22 ahun 2010 tentang wilayah pertambangan
d. Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara

Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 14


Modul Pemeriksaan – Industri Barang Galian Bukan Logam 2013

e. Peraturan Pemerintah No.55 Tahun 2010 Tentang Pembinaan dan


Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara
f. Peraturan Bupati Bogor Nomor 34 Tahun 2009 tentang Pengambilan
Bahan Galian Golongan C.
g. Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 19 Tahun 2002 tentang
Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C.

3.3. Data Pihak Ketiga yang Dapat Bermanfaat


a. Rekapitulasi Hasil Pendataan Pajak Pengambilan Bahan Galian
Golongan C dari Dinas Pendapatan Pemda.
b. Berita Acara Pemakaian Bahan Peledak yang disampaikan ke Pemda.
c. SSP PPh Pasal 22 Migas ( Pembelian bahan bakar migas).

Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 15


Modul Pemeriksaan – Industri Barang Galian Bukan Logam 2013

BAB III

PERSIAPAN DAN PROGRAM PEMERIKSAAN

1. Critical Point Pemeriksaan


Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,
keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan professional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Pemeriksaan dimulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan,
pemberitahuan hasil pemeriksaan, pembahasan hingga pelaporan. Persiapan
pemeriksaan merupakan hal yang sangat penting dalam melakukan suatu
kegiatan.

Di antara kegiatan persiapan pemeriksaan yang dilakukan adalah sebagai


berikut :
a. Mengumpulkan dan mempelajari berkas wajib pajak (data internal dan
eksternal);
Diperoleh dari seksi pelayanan dan seksi PDI. Setelah itu dilakukan
konfirmasi PPN Masukan, bukti potong PPh Pasal 23 yang dikreditkan
oleh wajib pajak, konfirmasi SSP ke bank persepsi apabila data
pembayaran SSP belum masuk dalam aplikasi MPN, dan lain-lain.
Melakukan pencarian data melalui internet atau cara lain untuk
mendapatkan informasi mengenai harga per ton barang-barang galian di
perusahaan lain atau di wilayah lain.
b. Identifikasi Wajib Pajak (tax payer profile);
Seluruh data dan informasi yang didapat baik dari internal maupun
eksternal dirangkum dalam bentuk tax payer profile yang biasanya sudah
dapat dilihat di SIDJP. Pada tahap ini juga Pemeriksa dapat melakukan
pengenalan lokasi Wajib Pajak untuk mendapatkan kepastian mengenai
keadaan Wajib Pajak antara lain alamat Wajib Pajak, lokasi usaha, denah
lokasi, dan kebiasaan kebiasaan lain yang perlu diketahui, misalnya jam
kerja, arus keluar masuk barang, keadaan terkini business WP, sistem

Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 16


Modul Pemeriksaan – Industri Barang Galian Bukan Logam 2013

informasi yang digunakan, cara penjualan, pembelian lokasi tambang,


penyewaan alat-alat berat yang digunakan. Pelajari cara pemasaran
apakah secara langsung atau melalui pihak ketiga, cara pembayaran atas
penjualan apakah melalui tunai atau melalui bank.
c. Mempelajari aturan-aturan perpajakan terkait dengan bisnis industri
barang galian bukan logam.
d. Analisis kuantitatif dan kualitatif;
Untuk data-data berupa laporan keuangan wajib pajak dilakukan analisis
kuatitatif untuk menentukan hal-hal yang harus diperhatikan pada waktu
melakukan pemeriksaan serta untuk menentukan beberapa perkiraan
buku besar yang diprioritaskan dan/atau akan dikembangkan
pemeriksaannya. Langkah-langkah:
- Komparasi laporan keuangan,
- Identifikasi perubahan material,
- Analisis rasio
e. Mengidentifikasi masalah dan menentukan cakupan (ruang lingkup)
pemeriksaan;
Untuk menentukan pos-pos dan rekening yang perlu didalami serta
menentukan luas dan arah pemeriksaan secara tepat. Setelah dilakukan
analisis data baik kuantitatif maupun kualitatif Pemeriksa akan
mengetahui pos-pos apa saja yang memerlukan perhatian khusus dan
masalah-masalah apa saja yang mungkin ada pada Wajib Pajak.
Identifikasi masalah dan cakupan pemeriksaan yang telah ditentukan
akan digunakan sebagai bahan untuk membuat program pemeriksaan.
f. Menyusun program pemeriksaan dan menentukan buku-buku dan
dokumen yang akan dipinjam;
Agar pemeriksaan dapat mencapai hasil yang optimal dan juga dijadikan
sebagai alat untuk mengawasi, membimbing, dan mengarahkan
pelaksanaan pemeriksaan serta dapat dijadikan sebagai referensi untuk
pemeriksaan berikutnya. Program pemeriksaan disusun berdasarkan
cakupan pemeriksaan dan hasil penelaahan yang diperoleh pada tahap
tahap persiapan pemeriksaan sebelumnya. Program pemeriksaan harus
merujuk kepada identifikasi permasalahan serta cakupan (ruang lingkup)
yang telah ditentukan. Hal ini perlu dilakukan agar arah pemeriksaan tidak
terlalu melebar sehingga tidak fokus. Program pemeriksaan meliputi

Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 17


Modul Pemeriksaan – Industri Barang Galian Bukan Logam 2013

prosedur-prosedur yang perlu dilaksanakan oleh pemeriksa dalam


melakukan pemeriksaan. Sebagai pedoman pemeriksa dalam
melaksanakan pemeriksaan lapangan maupun pemeriksaan kantor,
program pemeriksaan yang meliputi program pemeriksaan umum,
program pemeriksaan pos-pos neraca, program pemeriksaan pos-pos
Laba/Rugi dengan pendekatan untuk menghitung PPh Pasal 25 terutang,
dan program pemeriksaan perhitungan PPh pemotongan dan
pemungutan, serta program pemeriksaan perhitungan PPN dan PPn BM
terutang. Berdasarkan program pemeriksaan dapat diidentifikasi buku-
buku atau catatan yang akan dipinjam kepada Wajib Pajak.
g. Menyediakan sarana dan prasarana pemeriksaan;
Agar pelaksanaan pemeriksaan dapat yang berjalan dengan lancar, maka
sebelum melakukan pemeriksaan perlu dipersiapkan sarana dan
prasarana pemeriksaan. “Persiapan yang matang berarti setengah
pekerjaan telah selesai”

Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Pemeriksaan Industri Barang Galian


Bukan Logam (Critical Point) :
a. Pelajari ijin-ijin yang dibutuhkan perusahaan untuk melakukan penambangan
barang galian bukan logam. Terdapat beberapa ijin baik yang berhubungan
dengan pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Untuk mengetahui ijin
apa yang harus dibutuhkan perusahaan lakukan wawancara mendalam
dengan wajib pajak.
b. Mendapatkan dan mempelajari Rekapitulasi Hasil Pendataan Pajak
Pengambilan Bahan Galian Golongan C dari Dinas Pendapatan Pemda dan
Berita Acara Pemakaian Bahan Peledak yang disampaikan ke Pemda.
Dengan data tersebut sudah diperoleh data bahan baku yang didapat oleh
perusahaan untuk menentukan barang jadi yang dijual. Bahan baku yang
diambil dari gunung hampir 100% dapat menghasilkan barang jadi yang siap
dijual.
c. Pelajari tahap pembebasan dan penyiapan lahan sebelum dan sesudah
mengelupasan gunung. Fokuskan usaha untuk mendapatkan informasi terkait
dengan luas lahan yang yang akan diekploitasi. Bagaimana jenis dan status
lahan sebelum dibebaskan akan mempengaruhi harga beli dari gunung batu
tersebut.

Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 18


Modul Pemeriksaan – Industri Barang Galian Bukan Logam 2013

d. Pelajari dan telaah harga gunung batu, biaya pengurusan ijin pemerintah,
biaya analisis dampak lingkungan, imbalan untuk ahli pertanahan, gaji
karyawan harian.
e. Pelajari aktiva tetap berupa alat-alat berat yang dimiliki perusahaan yang
tercantum dalam daftar aktiva tetap sebagai lampiran SPT Tahunan PPh WP
Badan. Hal ini untuk mengetahui apakah alat-alat berat wajib pajak milik
sendiri atau menyewa dari pihak lain. Kalau menyewa dari pihak lain apakah
sudah dipungut PPh Pasal 23-nya.
f. Pelajari dan dapatkan buku masuk dan keluar kendaraan truk tronton di lokasi
Hooper untuk menentukan jumlah kendaraan masuk yang mengangkut bahan
baku dan tronton keluar untuk menghitung barang jadi yang dikirim ke
pembeli.
g. Pelajari pernyataan standarakuntansi terkait dengan industri barang galian
bukan logam terutama terkait dengan pengakuan pendapatan dan biaya.
h. Buat identifikasi masalah dari hasil mempelajari data dan informasi yang
tersedia.
i. Lakukan penyusunan Rencana Pemeriksaan (Audit Plan), tentukan pos-pos
yang akan diperiksa berdasarkan identifikasi masalah. Dalam melakukan
kegiatan pemeriksaan Industri bahan galian bukan logam perlu pendalaman
laporan keuangan dan pembukuan sebagai berikut :
 Dari sisi Pos Neraca
 Dari sisi pos Rugi laba

g.1. Pos Neraca


Pemeriksaan Industri bahan galian bukan logam pada sisi pos neraca
dibatasi pada perkiraan-perkiraan yang berhubungan pada hal-hal yang
berkaitan dengan kewajiban perpajakan yang akan terutang. Pos neraca yang
jadi critical point adalah sebagai berikut :
 Kas/bank
 Piutang usaha
 Persediaan
 Biaya dibayar di muka
 Aktiva tetap
 Utang usaha
 Utang lain-lain

Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 19


Modul Pemeriksaan – Industri Barang Galian Bukan Logam 2013

g.2. Pos Rugi-Laba


Pos rugi-laba yang jadi critical point adalah sebagai berikut :
 Peredaran Usaha
 Harga pokok penjualan
 Biaya usaha

2. Dokumen / Data yang Diperlukan


Pengumpulan bukti pemeriksaan dapat dilakukan melalui pengamatan
langsung, pemeriksaan di tempat wajib pajak, wawancara, konfirmasi pihak
ketiga, serta melalui berbagai sumber di luar pemeriksaan. Dalam rangka
pemeriksaan Industri Bahan Galian Bukan Logam dokumen/data yang diperlukan
adalah sebagai berikut :

a. Laporan Keuangan Manajemen Bulanan


b. Laporan Keuangan Akuntan Publik
c. Rekapitulasi Hasil Pendataan Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
dari Dinas Pendapatan Pemda
d. Berita Acara Pemakaian Bahan Peledak yang disampaikan ke Pemda
e. Laporan pajak daerah yang disampaiakan oleh wajib pajak ke Dinas
Pendapatan Pemda
f. Buku Kas dan Bank
g. Rekening Koran dan Rekening Tabungan pada tahun yang diperiksa
h. Buku Piutang Usaha
i. Buku Produksi
j. Buku Penjualan
k. Buku Pembelian
l. Buku Biaya
m. Buku Besar Lainnya
n. Buku Persediaan/Kartu Persediaan
o. Daftar Aktiva Tetap dan Penyusutannya
p. Daftar gaji karyawan yang ditandatangani oleh penerima gaji
q. Laporan ketenagakerjaan perusahaan ke Dinas Tenaga Kerja
r. Kertas Kerja Stock Opname dari KAP saat menyusun Laporan Keuangan
s. SPT PPh WP Badan, PPh Pasal 21, SPT PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26,
PPh Pasal 4 ayat (2), SPT Masa PPN/PPnBM, SPPT PBB dan STTS

Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 20


Modul Pemeriksaan – Industri Barang Galian Bukan Logam 2013

t. Surat - surat perjanjian


u. Akte pendirian perusahaan
v. Data elektronik
w. Akte pembelian gunung batu
x. Dokumen pendukung lainnya.

3. Program Pemeriksaan
Program pemeriksaan (audit program) adalah pernyataan pilihan Metode
Pemeriksaan, Teknik Pemeriksaan, dan Prosedur Pemeriksaan yang akan
dilaksanakan oleh Pemeriksa Pajak dalam melakukan pemeriksaan sesuai
dengan Rencana Pemeriksaan.
Metode Pemeriksaan adalah Teknik Pemeriksaan dan Prosedur yang
dilakukan terhadap buku, catatan, dan dokumen serta data, informasi, dan
keterangan lain.
Teknik Pemeriksaan adalah cara-cara pengumpulan bukti, pengujian,
dan/atau pembuktian yang dikembangkan oleh Pemeriksa Pajak untuk menyakini
kebenaran pos-pos yang diperiksa.
Prosedur Pemeriksaan adalah serangkaian langkah dalam suatu Teknik
Pemeriksaan berupa petunjuk rinci yang biasanya tertulis dalam bentuk perintah
untuk dilakukan oleh Pemeriksa Pajak.
Dalam menyusun program pemeriksaan industri kimia/plastik, metode
pemeriksaan yang digunakan adalah metode langsung dan metode tidak
langsung sesuai dengan ketersediaan data. Sesuai dengan ketentuan yang ada
bahwa metode tidak langsung dapat digunakan dalam hal metode langsung tidak
dapat dilakukan atau untuk mendukung penggunaan metode langsung.
Metode langsung secara ringkas adalah melakukan pengujian atas pos-pos
yang direncanakan untuk diperiksa dengan menggunakan buku, catatan, dan
dokumen yang terkait langsung dengan pos yang diperiksa, baik yang berasal
dari wajib pajak maupun yang berasal bukan dari wajib pajak.
Sedangkan metode tidak langsung adalah melakukan pengujian atas pos-
pos yang direncanakan untuk diperiksa berdasarkan suatu pendekatan tertentu
yaitu pendekatan :
a. Transaksi Tunai dan Bank
b. Sumber dan Penggunaan Dana
c. Penghitungan Rasio
d. Satuan dan/atau Volume
Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 21
Modul Pemeriksaan – Industri Barang Galian Bukan Logam 2013

e. Pertambahan Kekayaan Bersih (Net Worth)

Sedangkan teknik pemeriksaan yang dapat digunakan dalam melakukan


pemeriksaan tetap berpedoman pada ketentuan tentang penggunaan metode
dan teknik pemeriksaan. Terdapat teknik-teknik pemeriksaan yang harus
digunakan supaya disesuaikan dengan ketentuan tentang pedoman penyusunan
program pemeriksaan.
Pemeriksaan untuk industri bahan galian bukan logam memiliki kekhususan
tersendiri, terutama untuk pemeriksaan pos peredaran usaha/penghasilan
lain-lain, pos harga pokok penjualan dan pos biaya usaha lainnya. Selain ketiga
pos tersebut, secara umum pemeriksaan untuk industri bahan galian bukan
logam tidak jauh berbeda dengan industri lainnya. Berikut ini program
pemeriksaan yang umumnya dilakukan.
3.1 Pos Neraca
a. Kas/bank
Tujuan:

- Meyakinkan bahwa seluruh transaksi kas dan bank adalah benar dan
telah dicatat dalam pembukuan WP.
- meyakinkan bahwa seluruh transaksi kas dan bank yang terkait
dengan pemotongan dan pemungutan pajak telah dilakukan
pemotongan dan telah disetor ke Kas Negara.

Prosedur Pemeriksaan:
- Bandingkan saldo awal kas dan/atau bank ledger dengan saldo kas
dan/atau bank laporan keuangan tahun sebelumnya.
- Pastikan bahwa pengeluaran kas, khususnya yang material, benar-
benar digunakan dalam rangka usaha Wajib Pajak.
- Pilih transaksi-transaksi kas pada periode tertentu secara sampling.
Periksa keabsahan sample bukti-bukti kas tersebut, kemudian lacak
bukti-bukti yang bersangkutan ke buku harian dan buku besarnya.
- Teliti kemungkinan adanya objek pajak yang terutang dari
transaksi penerimaan/pengeluaran kas dan/atau bank.

b. Piutang Usaha
Tujuan :

Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 22


Modul Pemeriksaan – Industri Barang Galian Bukan Logam 2013

Untuk meyakinkan:
- Piutang usaha telah dicatat dan disajikan secara benar dalam neraca.
- Piutang yang dihapuskan didukung oleh bukti-bukti sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan.
- Piutang usaha yang dijaminkan maupun peranjakan piutang (factoring
atau piutang yang ditunaikan kepada pihak ketiga sebelum jatuh
tempo) telah diungkapkan secara jelas.
Prosedur Pemeriksaan:
- Dapatkan daftar rincian piutang usaha per tanggal neraca minimal
dengan informasi berikut ini:
- Nama debitur ( travel agent dan sejenisnya)
- Travel agent / biro perjalanan dinas
- Bandingkan pula rasio dibawah ini dengan rasio yang sama pada
tahun yang lalu dan dapatkan penjelasan jika terdapat perbedaan yang
material:
a) Tingkat perputaran piutang
b) Rasio piutang yang dihapuskan terhadap total piutang usaha
- Kirimkan permintaan konfirmasi positif atas saldo piutang usaha.
- Untuk permintaaan konfirmasi yang tidak diterima jawabannya,
periksa bukti-bukti pendukung piutang tersebut atau pelunasan
piutang setelah tanggal neraca.
- Periksa piutang yang dihapuskan selama tahun berjalan apakah
sudah sesuai dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan
Perpajakan.
- Periksa perjanjian kredit, risalah rapat, jawaban konfirmasi dan
dokumen lain untuk menentukan apakah ada piutang usaha yang
digunakan sebagai jaminan dan cadangan peranjakan piutang dengan
tanggung jawob penuh pada Wajib Pajak.
- Lakukan pengujian arus piutang:
Piutang usaha awal tahun + penjualan kredit - pelunasan piutang -
piutang yang dihapuskan - / + nota kredit = piutang usaha akhir tahun.
c. Persediaan
Tujuan :
Meyakinkan bahwa :

- Semua persediaan baik yang ada dalam gudang Wajib Pajak,


Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 23
Modul Pemeriksaan – Industri Barang Galian Bukan Logam 2013

maupun yang ada dalam perjalanan, ataupun yang ada ditempat pihak
ketiga sebagai barang konsinyasi (consignment out) benar-benar ada
secara fisik pada tanggal neraca dan dimiliki oleh Wajib Pajak.
- Pisah batas (cut-off) atas persediaan telah dilakukan secara tepat.
- Penilaian atas persediaan telah dilakukan dengan menggunakan
metode rata-rata ataupun dengan mendahulukan persediaan yang
didapat pertama (first-in, first-out).
- Persediaan barang yang dihapuskan didukung oleh Berita Acara
penghapusan.
Prosedur Pemeriksaan :

- Minta keterangan tentang lokasi penyimpanan persediaan.


- Minta daftar persediaan yang akan dihitung.
- Sebelum penghitungan dilakukan, dapatkan data pisah batas (cut-off)
secara terinci untuk dibandingkan dengan catatan yang terdapat
pada bagian akuntansi.
- Bandingkan hasil penghitungan persediaan dengan pencatatan
persediaan di gudang dan di bagian akuntansi.
- Lakukan pengujian arus barang.
- Teliti dokumen-dokumen, seperti bukti penerimaan barang/retur
penjualan, surat jalan pengiriman barang/retur pembelian dan
dokumen lainnya untuk transaksi selama 7 hari sesudah tanggal
neraca dan yakinkan bahwa transaksi tersebut telah dicatat dalam
periode yang tepat.
- Teliti bahwa metode penilaian persediaan telah dilakukan sesuai
dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.
- Periksa harga perolehan persediaan sebagai berikut :
a) Bahan baku
- Bandingkan volume bahan baku dengan laporan produksi
bahan galian bukan logam dan dokumen lain yang
mendukung.
- Apabila digunakan biaya standar, bandingkan harganya
dengan daftar biaya standar.
b) Barang dalam proses
- Pelajari sistem akuntansi biaya yang digunakan.
- Evaluasi metode yang digunakan dalam mengalokasikan
Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 24
Modul Pemeriksaan – Industri Barang Galian Bukan Logam 2013

biaya tidak langsung.


- Periksa kebenaran perhitungan biaya bahan baku, upah
langsung dan biaya produksi tidak langsung, yang
dialokasikan pada barang dalam proses.
c) Barang jadi
- Dapatkan laporan produksi dan lakukan langkah-langkah
seperti pada butir b di atas.
- Yakinkan bahwa penghapusan persediaan didukung oleh Berita
Acara yang diotorisasi oleh Pejabat yang berwenang.
- Yakinkan bahwa prosentase persediaan yang susut adalah wajar,
antara lain dengan memperhatikan perbandingannya dengan
perusahaan sejenis.
d. Biaya dibayar di Muka
Tujuan :
- Meyakinkan bahwa biaya dibayar di muka telah dicatat dan
dilaporkan sesuai ketentuan yang berlaku.
- Untuk meyakinkan bahwa pemotongan dan pemungutan PPh
terutang telah dipotong dan disetor sesuai ketentuan yang
berlaku.
Prosedur Pemeriksaan :
- Periksa tambahan biaya dibayar di muka ke dokumen pendukungnya.
- Teliti masa manfaat biaya dibayar dimuka dan pastikan jumlah
biaya dibayar dimuka yang seharusnya dibebankan pada tahun pajak
yang diperiksa.
- Yakinkan bahwa atas pembayaran biaya dibayar di muka telah
dipotong Pajak Penghasilan Pasal 23/26/Pasal 4 (2) dan PPh Pasal
15 dengan memeriksa Surat Setoran Pajak dan Bukti Pemotongan.
e. Aktiva tetap
Tujuan :
Untuk meyakinkan:
- Harta tetap yang dimiliki oleh Wajib Pajak telah tercatat semuanya.
- Harta yang dapat disusutkan dikelompokkon ke dalam golongon
yang sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan nomor
96/PMK.03/2009 tentang Jenis-jenis Harta yang Termasuk Dalam
Kelompok Harta Berwujud Bukan Bangunan Untuk Keperluan

Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 25


Modul Pemeriksaan – Industri Barang Galian Bukan Logam 2013

Penyusutan.
- Penambahan harta tetap telah dicatat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan dan pengeluaran
yang besar yang seharusnya dikapita1isasi tidak dibebankan sebagai
biaya.
- Penarikan harta yang dapat disusutkan dilakukan sesuai dengan
Pasal 11 ayat 7 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
- Dasar Penyusutan dan tarif penyusutan telah dihitung sesuai dengan
Pasal 11 ayat 6 dan Pasal 11 A ayat 2 Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008.
- Harta yang tidak dapat disusutkan dikeluarkan dari
penghitungan penyusutan.
- Rugi Penjualan harta yang tidak dapat disusutkan tidak diakui,
sedangkan laba diakui.
- Harta tetap yang digunakan sebagai jaminan di luar usaha Wajib
Pajak telah diungkapkan secara jelas dalam Penjelasan Laporan
Keuangan.
- Tidak terjadi kemungkinan adanya mark-up atas nilai aktiva.
Prosedur Pemeriksaan
- Dapatkan daftar harta tetap yang dirinci menurut golongannya
dengan informasi sebagai berikut:
a) Nilai buku pada awal tahun
b) Penambahan selama tahun berjalan
c) Pemindahan dari bangunan dalam pengerjaan, bila ada
d) Penarikan selama tahun berjalan, karena sebab biasa dan luar
biasa
e) Akumulasi penyusutan (khusus untuk golongan bangunan)
f) Dasar Penyusutan
g) Tarif Penyusutan
h) Penyusutan Tahun berjalan
i) Nilai buku pada akhir tahun
- Periksa penambahan harta tetap dalam tahun berjalan mengenai
hal-hal berikut:
a) Tambahan harta tersebut benar ada secara fisik dan telah
dikelompokkan sesuai dengan golongannya.

Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 26


Modul Pemeriksaan – Industri Barang Galian Bukan Logam 2013

b) Tambahan tersebut dicatat sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan perpajakan.
c) Kelengkapan surat-surat atau dokumen kepemilikan misalnya
sertifikat tanah, BPKB, akta jual beli dan lain-lain.
d) Periksa Pembayaran tambahan harta tetap ke dokumen
pendukungnya, misalnya bukti pembayaran kas/bank, kwitansi,
faktur den sebagainya.
f. Hutang Usaha
Tujuan :
meyakinkan apakah utang yang dicatat dan dilaporkan telah sesuai
dngan keadaan yang sebenarnya dan apakah prosedur pisah batas (cut-
off) telah dilakukan dengan baik.
Prosedur Pemeriksaan :
- Buat daftar utang usaha per tanggal neraca yang menunjukan :
a) Nama, alamat dan NPWP suplier
b) jumlah utang usaha
c) denda keterlambatan pembayaran utang usaha, bila ada
- Periksa dokumen berikut dan pencatatannya untuk transaksi
selama 7 hari sesudah tanggal neraca :
a) Laporan penerimaan barang.
b) Faktur pembelian barang/jasa.
c) Retur pembelian barang.
- Periksa pencatatan pembelian dan pengeluaran kas untuk transaksi
selama 7 hari setelah tanggal neraca untuk meyakinkan bahwa
faktur, debet memo atau kredit memo yang tercatat atau dibayar pada
tanggal-tanggal tersebut bukan merupakan transaksi sehubungan untuk
tahun yang diperiksa.
- Apabila pembelian telah dicatat untuk barang-barang yang masih
berada pada gudang penjual, teliti kontrak pembeliannya.
- Apabila terdapat saldo utang usaha dalam mata uang asing,
yakinkan bahwa jumlah tersebut telah dikonversi dengan
menggunakan kurs pada tanggal neraca sesuai ketentuan
perpajakan yang berlaku.
- Pastikan bahwa penghapusan utang, jika ada, telah dilaporkan
sebagai pendapatan pada Perhitungan Laba/Rugi.

Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 27


Modul Pemeriksaan – Industri Barang Galian Bukan Logam 2013

g. Hutang lainnya
Tujuan
meyakinkan apakah hutang lainnya telah dicatat dan dilaporkan dengan
benar.

Prosedur Pemeriksaan
- Buat rincian utang lainnya per tanggal neraca menurut jenisnya.
- Pastikan bahwa utang lainnya benar-benar diterima dan bunga
yang terutang, bila ada, telah dipotong PPh sesuai ketentuan
perpajakan yang berlaku.
- Bilamana Wajib Pajak mempunyai utang lainnya dalam mata uang
asing, yakinkan bahwa jumlah tersebut telah dikonversi dengan
menggunakan kurs pada tanggal neraca sesuai ketentuan perpajakan
yang berlaku.
3.2 Pos Laba Rugi
a. Peredaran Usaha
Tujuan :
meyakinkan bahwa seluruh peredaran usaha telah dilaporkan dalam SPT
Tahunan WP.
Prosedur Pemeriksaan :
- Pahami kegiatan usaha/pekerjaan Wajib Pajak dan jenis
barang/jasa yang dihasilkan.
- Pelajari kebijakan dan prosedur penjualan, retur penjualan dan
potongan penjualan lainnya, kebijakan pemberian kredit, dan lain-lain.
- Lakukan penelaahan analitis atas peredaran usaha, antara lain
dengan menggunakan metode pengujian arus piutang, arus
barang jadi, perhitungan persentase, satuan dan volume, dan
pendekatan laba kotor.
- Bandingkan peredaran usaha tahun yang diperiksa dengan
peredaran usaha tahun sebelumnya dan buat penjelasan bila
terdapat perbedaan yang material.
- Yakinkan bahwa peredaran usaha selama tahun yang diperiksa
(termasuk retur penjualan dan potongan penjualan) meliputi
seluruh penjualan baik yang tunai maupun yang bukan tunai.
Pastikan jumlah peredaran usaha baik berupa penyerahan barang
maupun jasa harus didukung dengan bukti yang memadai antara lain,
Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 28
Modul Pemeriksaan – Industri Barang Galian Bukan Logam 2013

surat perintah pengeluaran/penyerahan barang, tanda terima


pengiriman barang, atau dokumen lain sesuai dengan syarat
penjualan, berita acara pelaksanaan/penerimaan jasa, atau sesuai
perjanjian atau faktur tagihan.
- Periksa kebenaran perhitungan PPN Keluaran untuk penjualan
Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak.
- Pastikan retur penjualan dicatat pada periode disetujuinya
pengembalian barang dan tidak boleh dicadangkan. Retur
penjualan harus didukung dengan bukti penerimaan barang retur,
surat jalan dari pembeli, berita acara retur atau persetujuan retur.
Yakinkan bahwa harga yang tercantum pada nota kredit sesuai
dengan harga penjualan semula.
- Pastikan potongan tunai diakui pada saat realisasinya dan dilaporkan
dalam Perhitungan Laba/Rugi Fiskal sebagai pengurang
terhadap jumlah penjualan dalam masa potongan diberikan dan telah
sesuai dengan kebijakan penjualan/perjanjian penjualan
- Bandingkan keterangan pada faktur penjualan/nota kredit
mengenai jumlah, harga dan syarat penjualan lainnya ke pesanan
pembelian, Bukti pengiriman barang dan surat perjanjian penjualan dan
dokumen pengembalian barang.
- Yakinkan bahwa harga pada faktur penjualan sesuai dengan
daftar harga atau surat perjanjian penjualan.
- Lakukan prosedur pisah batas (cut-off) atas penjualan dan retur
penjualan untuk tujuh hari sesudah tanggal neraca dan yakinkan
bahwa transaksi tersebut telah dicatat pada periode yang tepat.
- Apabila terdapat penjualan kepada pihak-pihak yang mempunyai
hubungan istimewa dengan Wajib Pajak, periksa dasar
penetapanharga jual yang digunakan dan volume transaksi selama
tahun yang diperiksa.
- Buat ekualisasi peredaran usaha menurut SPT Tahunan PPh
dengantotal penyerahan pada SPT Masa PPN.
b. Harga Pokok Penjualan
Tujuan :
meyakinkan bahwa harga pokok penjualan telah dicatat dan dilaporkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan.

Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 29


Modul Pemeriksaan – Industri Barang Galian Bukan Logam 2013

Prosedur Pemeriksaan :
1. Pemeriksaan Harga Pokok Produksi
- Bandingkan harga pokok tahun yang diperiksa dengan tahun
sebelumnya dan minta penjelasan bila terdapat perubahan yang
material.
- Lakukan analisis atas arus barang.
- Yakinkan bahwa harga pokok produksi dicatat berdasarkan
perhitungan yang didukung bukti-bukti sebagai berikut :
a) Bukti pemakaian bahan
b) Bukti pembayaran gaji/upah dan catatan penggunaan waktu
c) Laporan produksi, dan sebagainya.
2. Pemeriksaan bahan baku yang digunakan
- Bandingkan saldo akhir bahan baku dengan saldo pada buku
besar.
- Lakukan pemeriksaan atas saldo akhir bahan baku (lihat tata cara
pemeriksaan persediaan).
- Lakukan pemeriksaan atas pembelian (lihat pedoman pemeriksaan
pembelian).
3. Pemeriksaan upah langsung
- Bandingkan jumlah upah langsung yang tercatat dengan kartu
kerja karyawan pada tiap-tiap departemen, bukti pembayaran
gaji/upah, catatan penggunaan waktu, dan sebagainya.
- Teliti jumlah karyawan dan bandingkan dengan SPT PPh Pasal 21.
4. Pemeriksaan biaya produksi tak langsung
- Dapatkan rincian biaya produksi tak langsung.
- Periksa setiap komponen biaya produksi tak langsung ke
dokumen pendukungnya.
c. Biaya Usaha
Tujuan :
- Biaya-biaya telah dicatat dan dilaporkan secara benar.
- Pajak Penghasilan telah dihitung, dipotong dan disetorkan dengan
benar.
- Biaya-biaya telah dialokasikan dengan benar.
Prosedur Pemeriksaan :
- Dapatkan kebijakan penggajian dan daftar gaji untuk

Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 30


Modul Pemeriksaan – Industri Barang Galian Bukan Logam 2013

seluruh pegawai/karyawan.
- Lakukan penelaahan analitis dan dapatkan penjelasan jika
terdapat perbedaan yang material.
- Buat rincian biaya-biaya selama tahun yang diperiksa.
- Lakukan pemeriksaan atas kebenaran jumlah penghasilan bruto
karyawan yaitu :
a) Bagi karyawan tetap maupun harian, periksa surat perjanjian
kerja.
b) Bagi karyawan dengan upah satuan, bandingkan jumlah upahnya
dengan Laporan produksi.
c) Bagi karyawan borongan, bandingkan jumlah upahnya dengan
kontrak kerja (surat perintah kerja).
d) Bagi karyawan honorer, bandingkan jumlah honorariumnya
dengan surat perjanjian kerja.
e) Upah lembur dihitung berdasarkan daftar hadir/kartu jam kerja
dan perhitungannya harus sesuai dengan yang ditetapkan oleh
pemerintah
f) Komisi untuk para salesman dihitung berdasarkan laporan
penjualan.
g) Bandingkan jumlah tunjangan-tunjangan lainnya ke buku
besar/buku pembantu.
- Cocokkan jumlah keseluruhan gaji bruto selama setahun dengan
jumlah yang tercantum pada Formulir Surat Pemberitahuan PPh
Pasal 21 (Formulir1721) dan Formulir 1771.
- Pastikan bahwa gaji, upah, bonus dan honorarium didukung dengan
bukti yang memadai seperti bukti pengeluaran kas/bank dan bukti
pembayaran.
- Periksa kebenaran penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21
yang dipungut/ dipotong oleh Wajib Pajak selama tahun yang diperiksa.
- Yakinkan bahwa untuk keperluan penghitungan PPh Pasal 21,
penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam bentuk mata uang
asing telah dikonversi sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku.
- Yakinkan bahwa honorarium yang diberikan kepada tenaga ahli,
misalnya honorarium akuntan, notaris, pengacara dan sebagainya
telah dipungut dan dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 sesuai

Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 31


Modul Pemeriksaan – Industri Barang Galian Bukan Logam 2013

ketentuan perpajakan yang berlaku.


- Apabila Wajib Pajak menggunakan tahun buku berbeda dengan
tahun takwim lakukan rekonsiliasi antara jumlah objek PPh Pasal 21
yang dicatat pada perhitungan Laba/Rugi dengan jumlah yang
tercantum pada SPT PPh Pasal 21 (Form 1721).
- Yakinkan bahwa pembebanan biaya telah sesuai dengan
ketentuan perpajakan yang berlaku.

Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 32


Modul Pemeriksaan – Industri Barang Galian Bukan Logam 2013

BAB IV

PENUTUP

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa


kegiatan pada industri barang galian bukan logam sesungguhnya cukup
sederhana, namun demikian harus disadari bahwa potensi pajak yang bisa digali
dari industri ini cukup besar, baik dari jumlah perusahaan (penambang) yang
terus bertambah jumlahnya maupun dari segi dana/ kapitalisasi yang berputar
pada industri ini. Potensi pajak yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan di
sektor industri barang galian bukan logam adalah sebagai berikut:

No. Tahap Kegiatan Permasalahan Potensi Pajak


1 Perijinan dan Pembelian gunung PPh Perolehan
pengelupasan dan pembebasan tanah, BPHTB, PPh
gunung tanah Pasal 23

2 Pemboran dan Dilaksanakan oleh PPh Pasal 21, PPh


pemboman kontraktor atau Pasal 23
outsourcing tenaga
kerja
3 Pengangkutan Kendaraan tronton PPh Pasal 23
bahan baku atau bukan milik sendiri/
barang jadi kendaraan sewa
4 Penjualan/peredaran Wajib pajak juga PPh Pasal 23
usaha melakukan jasa PPN
pengerasan jalan
yang dilaporkan
sebagai penjualan
barang galian
mentah (Non BKP)

Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 33

Anda mungkin juga menyukai