Modul-10/PJ.042/2013
2013
UNTUK KEPENTINGAN DINAS
Modul Pemeriksaan – Industri Barang Galian Bukan Logam 2013
DISCLAIMER
Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan dalam rangka peningkatan kapasitas
dan kompetensi pegawai Direktorat Jenderal Pajak khususnya Pemeriksa Pajak
dalam memahami proses bisnis dari perusahaan yang bergerak di bidang industri
barang galian bukan logam.
Materi dalam modul ini bersumber dari berbagai literatur, narasumber, ketentuan
formal, pengalaman tim penyusun dan sumber lainnya.
Informasi/bahan-bahan ajar yang ada dalam modul ini hanya untuk kepentingan
internal Direktorat Jenderal Pajak, digunakan sebagai bahan ajar dan bukan
dimaksudkan sebagai aturan dalam pemeriksaan pajak atau pelaksanaan tugas.
PENGHARGAAN
Ucapan terima kasih diberikan kepada tim penyusun atas segala jerih payah dalam
penyampaian informasi/bahan yang berharga ini, sehingga tersusun modul ini.
Semoga hasil karya ini menjadi bagian amal baik bagi tim penyusun dan membawa
manfaat bagi penggunanya.
TIM PENYUSUN
Penanggungjawab :
Freddy Dwi Artanto - Kepala Sub Direktorat Teknik dan Pengendalian Pemeriksaan
Ketua Tim :
Sirmu - Kepala Seksi Teknik Pemeriksaan
Penyusun :
Tim Kanwil DJP Jawa Barat II
Editor :
Ahmad Muzaini – Pemeriksa Pajak
Lik Barno – Pemeriksa Pajak
Ramot Immanuel A L Tobing - Pelaksana Seksi Evaluasi dan Kinerja Pemeriksaan
Ivan Putra Panca Sakti – Pelaksana Seksi Teknik Pemeriksaan
ii
Daftar Isi
Disclamer.............................................................................................................................i
Kata Pengantar.................................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................................. iii
BAB I .................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
1. Gambaran Umum.................................................................................................... 1
2. Perkembangan Usaha di Sektor Pertambangan Mineral Non Logam dan Batuan . 5
BAB II ................................................................................................................................... 7
PROSES BISNIS..................................................................................................................... 7
1. Proses Bisnis Industri .............................................................................................. 7
1.2 Penjualan......................................................................................................... 8
1.3 Harga Pokok Produksi ..................................................................................... 9
2. Sistem Akuntansi Terkait ...................................................................................... 11
2.1 Sistem Akuntansi yang Digunakan ................................................................ 11
2.2. Analisis Perkiraan-Perkiraan pada Laporan Keuangan dan SPT .................... 12
2.3. Analisis Penghasilan ...................................................................................... 13
2.4. Biaya-biaya yang termasuk Harga Pokok Produksi ....................................... 13
2.5. Biaya Usaha ................................................................................................... 14
3. Peraturan dan Data Terkait................................................................................... 14
3.1. Peraturan dan Aspek Perpajakan terkait Industri/Sektor Usaha ....................... 14
3.3. Data Pihak Ketiga yang Dapat Bermanfaat ................................................... 15
BAB III ................................................................................................................................ 16
PERSIAPAN DAN PROGRAM PEMERIKSAAN ..................................................................... 16
1. Critical Point Pemeriksaan .................................................................................... 16
g.1. Pos Neraca.......................................................................................................... 19
g.2. Pos Rugi-Laba ..................................................................................................... 20
2. Dokumen / Data yang Diperlukan ......................................................................... 20
3. Program Pemeriksaan ........................................................................................... 21
3.1 Pos Neraca .................................................................................................... 22
3.2 Pos Laba Rugi ................................................................................................ 28
BAB IV................................................................................................................................33
iii
PENUTUP..........................................................................................................................33
iv
Modul Pemeriksaan – Industri Barang Galian Bukan Logam 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1. Gambaran Umum
Potensi ekonomi dari sektor pertambangan mineral non logam dan batuan
yang dahulu dikatagorikan sebagai Galian Golongan C ini sangatlah besar,
sehingga di beberapa kabupaten/kota penerimaan pajak daerah dari sektor ini
merupakan penerimaan terbesar atau masuk ke 3 besar diantara jenis pajak
daerah dari sektor lainnya. Hal tersebut tentulah menarik banyaknya investor
yang masuk ke sektor ini. Disisi lain potensi fiskal yang ada juga harus diamati
dengan cermat oleh fiskus, sehingga apa yang seharusnya menjadi hak negara
berupa pajak-pajak yang menjadi kewajiban para investor tersebut dapat
dipenuhi dengan maksimal sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
Menurut data Badan Geologi, potensi mineral non logam dan batuan
Indonesia sebenarnya cukup besar. Diantaranya bahan galian aneka industri
seperti seperti Batu Gamping, Fospat, Gypsum dan sebagainya. Kemudian
bahan galian keramik, seperti Lempung, Pasir Kuarsa, Magnesit, dan
sebagainya. Terdapat pula bahan galian untuk bangunan (kontruksi), seperti
Marmer, Granit, Batu Apung, dan sebagainya. Juga ada yang bernilai tinggi yaitu
bahan galian batu mulia (batu hias) seperti Onyks, Kristal Kuarsa, Intan, Zircon
dan sebagainya.
Komoditas pertambangan mineral non logam terdiri dari:
10 Klor 31 Pirofilit
11 Belerang 32 Kuarsit
12 Fospat 33 Zircon
13 Halit 34 Wolastonit
14 Asbes 35 Tawas
15 Talk 36 Batu kuarsa
16 Mika 37 Perlit
17 Magnesit 38 Garam batu
18 Yarosit 39 Clay
19 Oker 40 Batu gamping
20 Fluorit
21 Ball clay
Jenis perusahaan industri galian mineral bukan logam dan batuan yang banyak
terdapat di wilayah KPP Pratama Ciawi adalah galian berupa :
a. Andesit
Batu jenis Andesit setelah proses pengolahan menjadi produk berupa :
- Split (+7-28mm), merupakan bahan baku pembuatan jalan, pengecoran
beton.
- Base Coarse (0-30mm, 0-50mm, 0-70mm)
- Abu Batu (0-7mm) sebagai bahan dasar membuat semen
- Sirdam (Pasir dan makadam) adalah produk sisa
b. Trass
Trass adalah jenis tanah yang dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan batako.
c. Tanah Urug
Tanah yang dapat digunakan untuk mengurug.
d. Pasir
Bahan dasar konstruksi bangunan, biasanya terdapat di dasar sungai.
nilai jual (volume/ tonnase kali nilai pasar/harga standar yang ditetapkan
bupati/walikota).
Contoh perhitungan pajak daerah atas mineral non logam dan batuan :
Nilai jual Batu kapur = 570.922 ton x Rp. 18.000 per ton
= Rp. 10.276.596.000
Nilai jual Tanah liat = 108.700 ton x Rp. 25.000 per ton
= Rp. 2.717.500.000
= Rp. 12.994.096.000
= Rp.1.299.409.600
BAB II
PROSES BISNIS
i. Mesin Ayakan
Batu-batu dari mesin penampung kemudian diayak menjadi beberapa
ukuran yang berbeda yaitu batu split (+7-28mm), Base Coarse (30mm,
50mm, 70mm), dan abu batu (0-7mm). Batu-batu yang tidak masuk dalam
mesin ayakan karena ukurannya yang terlalu besar akan dipecah lagi dan
kemudian melalui mesin ayakan kembali.
Berdasarkan keterangan dari Wajib Pajak diperoleh data/informasi bahwa
gunung-gunung batu setelah diolah hampir 100% menjadi produk yang dapat
dijual, bahkan produk sisa berupa abu batu mempunyai nilai ekonomis karena
merupakan bahan dasar pembuatan semen. Kecuali bila kondisi gunung batu
yang ada lapisan tanah atau batu jenis lain yang tidak dapat dipergunakan hal ini
dapat mempengaruhi hasil produksi yang diperoleh.
1.2 Penjualan
Pada tahap penjualan, nilai jual produk jadi menggunakan satuan kubikasi.
Satu dump truk Tronton dapat menampung + 27-30 M3. Berdasarkan
pengamatan penjualan dilakukan dengan alat angkut truk tronton. Penjualan
dilakukan dengan beberapa cara, antara lain :
a. Penjualan berdasarkan pesanan.
Penjualan dilakukan sesuai dengan jenis dan kuantitas barang yang
diminta oleh konsumen. Biasanya konsumen yang memesan sudah
menjadi pelanggan tetap.
b. Pihak konsumen dalam datang langsung ke lokasi untuk membeli produk
yang diinginkan.
Sebagai pembanding nilai penjualan yang dilaporkan oleh Wajib Pajak
apakah telah semua dilaporkan dapat digunakan data dari pihak ke tiga yaitu
data dari Dinas Pendapatan, Keuangan dan Barang Daerah (DPKBD)
Pemerintah Kabupaten Bogor berupa data kuantitas produk mentah dari mulut
tambang dalam satuan tonase dan jumlah pajak daerahnya.
Data kuantitas produk mentah dari mulut tambang yang didapat dari
Pemda Bogor adalah merupakan data yang dilaporkan oleh Wajib Pajak sendiri
ke Pemerintah Daerah (self assessment) berupa Berita Acara Pemakaian Bom
yang ditandatangani oleh pihak kepolisian setiap bulan. Berdasarkan Berita
Acara Pemakaian Bom tersebut Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Energi
dan Sumber Daya Mineral mengkonversi data tersebut dengan rumus tersendiri
menjadi data kuantitas pengambilan bahan baku mentah dari mulut tambang.
Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 8
Modul Pemeriksaan – Industri Barang Galian Bukan Logam 2013
b. Biaya Upah Langsung, adalah upah yang diberikan kepada tenaga kerja
yang langsung bekerja dilapangan. Biasannya upah dibayar dengan
system harian.
c. Biaya Bahan Peledak, adalah biaya bahan peledak yang digunakan untuk
mengambil bahan baku melalui proses pemboman. Data pembanding
dapat diperoleh dari Berita Acara Pemakaian Bom yang dilaporkan oleh
Wajib Pajak ke Pemerintah Daerah.
1.3.2 Biaya Tidak Langsung
a. Biaya Bahan Bakar, biaya bahan bakar yang dibeli dari Pertamina akan
dikenakan tarif pajak PPh Pasal 22 Migas dengan tarif 0.25% dan selain
Pertamina dengan tariff 0.30% dapat dikreditkan oleh Wajib Pajak, karena
Wajib Pajak bukan bergerak dalam bidang penjualan bahan bakar minyak
dan gas bumi. Oleh karena itu kita dapat mengecek kebenaran biaya
bahan bakar yang dibebankan di Laporan Rugi Laba dengan menghitung
kembali PPh Pasal 22 Migas yang dikreditkan dibagi dengan tarif pajak
atau PPh Pasal 22 berdasarkan Modul Penerimaan Negara dibagi
dengan tarif PPh Pasal 22.
b. Biaya Spare Part/Suku Cadang Mesin, mengingat medan di daerah
industry galian termasuk medan yang cukup berat, biaya suku cadang
mesin sangat penting. Namun kewajaran pembebanan biaya dapat dikaji
dengan menghitung berapa pengeluaran biaya pembelian suku cadang
dalam setahun dibandingkan bila membeli mesin baru.
c. Biaya tetap seperti asuransi dan biaya penyusutan mesin
d. Biaya angkut material, biaya ini perlu dikaji ulang misalnya apabila biaya
tersebut untuk membayar tenaga pengangkut seharusnya masuk ke
biaya upah, atau apabila biaya tersebut untuk sewa truk seharusnya
diperjelas menjadi biaya sewa yang merupakan objek pajak PPh Pasal
23.
e. Biaya pemeliharaan kendaraan dan mesin, merupakan objek PPh Pasal
23 bila tidak dilakukan sendiri atau menggunakan jasa pihak ke tiga.
f. Biaya sewa alat berat, merupakan objek pajak PPh Pasal 23
g. Biaya sewa truk, objek PPh Pasal 23
h. Biaya sewa lahan, merupakan objek pajak PPh Pasal 4 ayat (2)
i. Biaya listrik produksi
BAB III
d. Pelajari dan telaah harga gunung batu, biaya pengurusan ijin pemerintah,
biaya analisis dampak lingkungan, imbalan untuk ahli pertanahan, gaji
karyawan harian.
e. Pelajari aktiva tetap berupa alat-alat berat yang dimiliki perusahaan yang
tercantum dalam daftar aktiva tetap sebagai lampiran SPT Tahunan PPh WP
Badan. Hal ini untuk mengetahui apakah alat-alat berat wajib pajak milik
sendiri atau menyewa dari pihak lain. Kalau menyewa dari pihak lain apakah
sudah dipungut PPh Pasal 23-nya.
f. Pelajari dan dapatkan buku masuk dan keluar kendaraan truk tronton di lokasi
Hooper untuk menentukan jumlah kendaraan masuk yang mengangkut bahan
baku dan tronton keluar untuk menghitung barang jadi yang dikirim ke
pembeli.
g. Pelajari pernyataan standarakuntansi terkait dengan industri barang galian
bukan logam terutama terkait dengan pengakuan pendapatan dan biaya.
h. Buat identifikasi masalah dari hasil mempelajari data dan informasi yang
tersedia.
i. Lakukan penyusunan Rencana Pemeriksaan (Audit Plan), tentukan pos-pos
yang akan diperiksa berdasarkan identifikasi masalah. Dalam melakukan
kegiatan pemeriksaan Industri bahan galian bukan logam perlu pendalaman
laporan keuangan dan pembukuan sebagai berikut :
Dari sisi Pos Neraca
Dari sisi pos Rugi laba
3. Program Pemeriksaan
Program pemeriksaan (audit program) adalah pernyataan pilihan Metode
Pemeriksaan, Teknik Pemeriksaan, dan Prosedur Pemeriksaan yang akan
dilaksanakan oleh Pemeriksa Pajak dalam melakukan pemeriksaan sesuai
dengan Rencana Pemeriksaan.
Metode Pemeriksaan adalah Teknik Pemeriksaan dan Prosedur yang
dilakukan terhadap buku, catatan, dan dokumen serta data, informasi, dan
keterangan lain.
Teknik Pemeriksaan adalah cara-cara pengumpulan bukti, pengujian,
dan/atau pembuktian yang dikembangkan oleh Pemeriksa Pajak untuk menyakini
kebenaran pos-pos yang diperiksa.
Prosedur Pemeriksaan adalah serangkaian langkah dalam suatu Teknik
Pemeriksaan berupa petunjuk rinci yang biasanya tertulis dalam bentuk perintah
untuk dilakukan oleh Pemeriksa Pajak.
Dalam menyusun program pemeriksaan industri kimia/plastik, metode
pemeriksaan yang digunakan adalah metode langsung dan metode tidak
langsung sesuai dengan ketersediaan data. Sesuai dengan ketentuan yang ada
bahwa metode tidak langsung dapat digunakan dalam hal metode langsung tidak
dapat dilakukan atau untuk mendukung penggunaan metode langsung.
Metode langsung secara ringkas adalah melakukan pengujian atas pos-pos
yang direncanakan untuk diperiksa dengan menggunakan buku, catatan, dan
dokumen yang terkait langsung dengan pos yang diperiksa, baik yang berasal
dari wajib pajak maupun yang berasal bukan dari wajib pajak.
Sedangkan metode tidak langsung adalah melakukan pengujian atas pos-
pos yang direncanakan untuk diperiksa berdasarkan suatu pendekatan tertentu
yaitu pendekatan :
a. Transaksi Tunai dan Bank
b. Sumber dan Penggunaan Dana
c. Penghitungan Rasio
d. Satuan dan/atau Volume
Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 21
Modul Pemeriksaan – Industri Barang Galian Bukan Logam 2013
- Meyakinkan bahwa seluruh transaksi kas dan bank adalah benar dan
telah dicatat dalam pembukuan WP.
- meyakinkan bahwa seluruh transaksi kas dan bank yang terkait
dengan pemotongan dan pemungutan pajak telah dilakukan
pemotongan dan telah disetor ke Kas Negara.
Prosedur Pemeriksaan:
- Bandingkan saldo awal kas dan/atau bank ledger dengan saldo kas
dan/atau bank laporan keuangan tahun sebelumnya.
- Pastikan bahwa pengeluaran kas, khususnya yang material, benar-
benar digunakan dalam rangka usaha Wajib Pajak.
- Pilih transaksi-transaksi kas pada periode tertentu secara sampling.
Periksa keabsahan sample bukti-bukti kas tersebut, kemudian lacak
bukti-bukti yang bersangkutan ke buku harian dan buku besarnya.
- Teliti kemungkinan adanya objek pajak yang terutang dari
transaksi penerimaan/pengeluaran kas dan/atau bank.
b. Piutang Usaha
Tujuan :
Untuk meyakinkan:
- Piutang usaha telah dicatat dan disajikan secara benar dalam neraca.
- Piutang yang dihapuskan didukung oleh bukti-bukti sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan.
- Piutang usaha yang dijaminkan maupun peranjakan piutang (factoring
atau piutang yang ditunaikan kepada pihak ketiga sebelum jatuh
tempo) telah diungkapkan secara jelas.
Prosedur Pemeriksaan:
- Dapatkan daftar rincian piutang usaha per tanggal neraca minimal
dengan informasi berikut ini:
- Nama debitur ( travel agent dan sejenisnya)
- Travel agent / biro perjalanan dinas
- Bandingkan pula rasio dibawah ini dengan rasio yang sama pada
tahun yang lalu dan dapatkan penjelasan jika terdapat perbedaan yang
material:
a) Tingkat perputaran piutang
b) Rasio piutang yang dihapuskan terhadap total piutang usaha
- Kirimkan permintaan konfirmasi positif atas saldo piutang usaha.
- Untuk permintaaan konfirmasi yang tidak diterima jawabannya,
periksa bukti-bukti pendukung piutang tersebut atau pelunasan
piutang setelah tanggal neraca.
- Periksa piutang yang dihapuskan selama tahun berjalan apakah
sudah sesuai dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan
Perpajakan.
- Periksa perjanjian kredit, risalah rapat, jawaban konfirmasi dan
dokumen lain untuk menentukan apakah ada piutang usaha yang
digunakan sebagai jaminan dan cadangan peranjakan piutang dengan
tanggung jawob penuh pada Wajib Pajak.
- Lakukan pengujian arus piutang:
Piutang usaha awal tahun + penjualan kredit - pelunasan piutang -
piutang yang dihapuskan - / + nota kredit = piutang usaha akhir tahun.
c. Persediaan
Tujuan :
Meyakinkan bahwa :
maupun yang ada dalam perjalanan, ataupun yang ada ditempat pihak
ketiga sebagai barang konsinyasi (consignment out) benar-benar ada
secara fisik pada tanggal neraca dan dimiliki oleh Wajib Pajak.
- Pisah batas (cut-off) atas persediaan telah dilakukan secara tepat.
- Penilaian atas persediaan telah dilakukan dengan menggunakan
metode rata-rata ataupun dengan mendahulukan persediaan yang
didapat pertama (first-in, first-out).
- Persediaan barang yang dihapuskan didukung oleh Berita Acara
penghapusan.
Prosedur Pemeriksaan :
Penyusutan.
- Penambahan harta tetap telah dicatat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan dan pengeluaran
yang besar yang seharusnya dikapita1isasi tidak dibebankan sebagai
biaya.
- Penarikan harta yang dapat disusutkan dilakukan sesuai dengan
Pasal 11 ayat 7 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
- Dasar Penyusutan dan tarif penyusutan telah dihitung sesuai dengan
Pasal 11 ayat 6 dan Pasal 11 A ayat 2 Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008.
- Harta yang tidak dapat disusutkan dikeluarkan dari
penghitungan penyusutan.
- Rugi Penjualan harta yang tidak dapat disusutkan tidak diakui,
sedangkan laba diakui.
- Harta tetap yang digunakan sebagai jaminan di luar usaha Wajib
Pajak telah diungkapkan secara jelas dalam Penjelasan Laporan
Keuangan.
- Tidak terjadi kemungkinan adanya mark-up atas nilai aktiva.
Prosedur Pemeriksaan
- Dapatkan daftar harta tetap yang dirinci menurut golongannya
dengan informasi sebagai berikut:
a) Nilai buku pada awal tahun
b) Penambahan selama tahun berjalan
c) Pemindahan dari bangunan dalam pengerjaan, bila ada
d) Penarikan selama tahun berjalan, karena sebab biasa dan luar
biasa
e) Akumulasi penyusutan (khusus untuk golongan bangunan)
f) Dasar Penyusutan
g) Tarif Penyusutan
h) Penyusutan Tahun berjalan
i) Nilai buku pada akhir tahun
- Periksa penambahan harta tetap dalam tahun berjalan mengenai
hal-hal berikut:
a) Tambahan harta tersebut benar ada secara fisik dan telah
dikelompokkan sesuai dengan golongannya.
g. Hutang lainnya
Tujuan
meyakinkan apakah hutang lainnya telah dicatat dan dilaporkan dengan
benar.
Prosedur Pemeriksaan
- Buat rincian utang lainnya per tanggal neraca menurut jenisnya.
- Pastikan bahwa utang lainnya benar-benar diterima dan bunga
yang terutang, bila ada, telah dipotong PPh sesuai ketentuan
perpajakan yang berlaku.
- Bilamana Wajib Pajak mempunyai utang lainnya dalam mata uang
asing, yakinkan bahwa jumlah tersebut telah dikonversi dengan
menggunakan kurs pada tanggal neraca sesuai ketentuan perpajakan
yang berlaku.
3.2 Pos Laba Rugi
a. Peredaran Usaha
Tujuan :
meyakinkan bahwa seluruh peredaran usaha telah dilaporkan dalam SPT
Tahunan WP.
Prosedur Pemeriksaan :
- Pahami kegiatan usaha/pekerjaan Wajib Pajak dan jenis
barang/jasa yang dihasilkan.
- Pelajari kebijakan dan prosedur penjualan, retur penjualan dan
potongan penjualan lainnya, kebijakan pemberian kredit, dan lain-lain.
- Lakukan penelaahan analitis atas peredaran usaha, antara lain
dengan menggunakan metode pengujian arus piutang, arus
barang jadi, perhitungan persentase, satuan dan volume, dan
pendekatan laba kotor.
- Bandingkan peredaran usaha tahun yang diperiksa dengan
peredaran usaha tahun sebelumnya dan buat penjelasan bila
terdapat perbedaan yang material.
- Yakinkan bahwa peredaran usaha selama tahun yang diperiksa
(termasuk retur penjualan dan potongan penjualan) meliputi
seluruh penjualan baik yang tunai maupun yang bukan tunai.
Pastikan jumlah peredaran usaha baik berupa penyerahan barang
maupun jasa harus didukung dengan bukti yang memadai antara lain,
Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 28
Modul Pemeriksaan – Industri Barang Galian Bukan Logam 2013
Prosedur Pemeriksaan :
1. Pemeriksaan Harga Pokok Produksi
- Bandingkan harga pokok tahun yang diperiksa dengan tahun
sebelumnya dan minta penjelasan bila terdapat perubahan yang
material.
- Lakukan analisis atas arus barang.
- Yakinkan bahwa harga pokok produksi dicatat berdasarkan
perhitungan yang didukung bukti-bukti sebagai berikut :
a) Bukti pemakaian bahan
b) Bukti pembayaran gaji/upah dan catatan penggunaan waktu
c) Laporan produksi, dan sebagainya.
2. Pemeriksaan bahan baku yang digunakan
- Bandingkan saldo akhir bahan baku dengan saldo pada buku
besar.
- Lakukan pemeriksaan atas saldo akhir bahan baku (lihat tata cara
pemeriksaan persediaan).
- Lakukan pemeriksaan atas pembelian (lihat pedoman pemeriksaan
pembelian).
3. Pemeriksaan upah langsung
- Bandingkan jumlah upah langsung yang tercatat dengan kartu
kerja karyawan pada tiap-tiap departemen, bukti pembayaran
gaji/upah, catatan penggunaan waktu, dan sebagainya.
- Teliti jumlah karyawan dan bandingkan dengan SPT PPh Pasal 21.
4. Pemeriksaan biaya produksi tak langsung
- Dapatkan rincian biaya produksi tak langsung.
- Periksa setiap komponen biaya produksi tak langsung ke
dokumen pendukungnya.
c. Biaya Usaha
Tujuan :
- Biaya-biaya telah dicatat dan dilaporkan secara benar.
- Pajak Penghasilan telah dihitung, dipotong dan disetorkan dengan
benar.
- Biaya-biaya telah dialokasikan dengan benar.
Prosedur Pemeriksaan :
- Dapatkan kebijakan penggajian dan daftar gaji untuk
seluruh pegawai/karyawan.
- Lakukan penelaahan analitis dan dapatkan penjelasan jika
terdapat perbedaan yang material.
- Buat rincian biaya-biaya selama tahun yang diperiksa.
- Lakukan pemeriksaan atas kebenaran jumlah penghasilan bruto
karyawan yaitu :
a) Bagi karyawan tetap maupun harian, periksa surat perjanjian
kerja.
b) Bagi karyawan dengan upah satuan, bandingkan jumlah upahnya
dengan Laporan produksi.
c) Bagi karyawan borongan, bandingkan jumlah upahnya dengan
kontrak kerja (surat perintah kerja).
d) Bagi karyawan honorer, bandingkan jumlah honorariumnya
dengan surat perjanjian kerja.
e) Upah lembur dihitung berdasarkan daftar hadir/kartu jam kerja
dan perhitungannya harus sesuai dengan yang ditetapkan oleh
pemerintah
f) Komisi untuk para salesman dihitung berdasarkan laporan
penjualan.
g) Bandingkan jumlah tunjangan-tunjangan lainnya ke buku
besar/buku pembantu.
- Cocokkan jumlah keseluruhan gaji bruto selama setahun dengan
jumlah yang tercantum pada Formulir Surat Pemberitahuan PPh
Pasal 21 (Formulir1721) dan Formulir 1771.
- Pastikan bahwa gaji, upah, bonus dan honorarium didukung dengan
bukti yang memadai seperti bukti pengeluaran kas/bank dan bukti
pembayaran.
- Periksa kebenaran penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21
yang dipungut/ dipotong oleh Wajib Pajak selama tahun yang diperiksa.
- Yakinkan bahwa untuk keperluan penghitungan PPh Pasal 21,
penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam bentuk mata uang
asing telah dikonversi sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku.
- Yakinkan bahwa honorarium yang diberikan kepada tenaga ahli,
misalnya honorarium akuntan, notaris, pengacara dan sebagainya
telah dipungut dan dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 sesuai
BAB IV
PENUTUP