Modul-09/PJ.042/2013
2013
UNTUK KEPENTINGAN DINAS
DISCLAIMER
Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan dalam rangka peningkatan kapasitas dan
kompetensi pegawai Direktorat Jenderal Pajak khususnya Pemeriksa Pajak dalam memahami
proses bisnis dari sektor perkebunan tebu dan gula.
Materi dalam modul ini bersumber dari berbagai literatur, nara sumber, ketentuan formal,
pengalaman tim penyusun dan sumber lainnya.
Informasi/ bahan-bahan ajar yang ada dalam modul ini hanya untuk kepentingan internal
Direktorat Jenderal Pajak, digunakan sebagai bahan ajar dan bukan dimaksud kan sebagai aturan
dalam pemeriksaan pajak atau pelaksanaan tugas.
PENGHARGAAN
Ucapan terima kasih diberikan kepada tim penyusun atas segala jerih payah dalam penyampaian
informasi/ bahan yang berharga ini, sehingga tersusun modul ini. Semoga hasil karya ini menjadi
bagian amal baik bagi tim penyusun dan membawa manfaat bagi penggunanya.
TIM PENYUSUN
Penanggungjawab :
Freddy Dwi Artanto - Kepala SubDirektorat Teknik dan Pengendalian Pemeriksaan
Ketua Tim :
Sirmu - Kepala Seksi Teknik Pemeriksaan
Penyusun :
Tim Kanwil DJP Bengkulu dan Lampung
Editor :
Wahyudi Siswantoro – Pemeriksa Pajak
Ramot Immanuel A L Tobing - Pelaksana Seksi Evaluasi dan Kinerja Pemeriksaan
DISCLAIMER....................................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................................................... iii
BAB I..................................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................... 1
1. Gambaran Umum Perkebunan Tebu dan Pabrik Gula......................................................... 1
2. Jenis dan Manfaat Tanaman Tebu ............................................................................................... 4
3. Macam dan Jenis Gula....................................................................................................................... 7
BAB II ................................................................................................................................................................... 9
PROSES BISNIS ................................................................................................................................................. 9
1. Perkebunan Tebu ............................................................................................................................... 9
1.1. Pengolahan Tanah..................................................................................................................... 9
1.2. Irigasi .......................................................................................................................................... 11
1.3. Penanaman ............................................................................................................................... 13
1.4. Pemeliharaan Tanaman ....................................................................................................... 15
1.5. Pemupukan Tanaman dan Pestisida............................................................................... 17
1.6. Tebang Angkut ........................................................................................................................ 18
2. Proses Pengolahan Tebu menjadi Gula .................................................................................. 21
2.1. Pengiriman dan penimbangan tebu ................................................................................ 21
2.2. Pengendalian operasional peralatan pabrik................................................................ 22
2.3. Penanganan Tebu ................................................................................................................... 22
2.4. Preparasi Tebu ........................................................................................................................ 23
2.5. Ekstraksi .................................................................................................................................... 24
2.6. Pengendapan kotoran dengan kapur (Liming)/Pemurnian ................................. 24
2.7. Penguapan/Evaporasi .......................................................................................................... 25
2.8. Pendidihan/ Kristalisasi ...................................................................................................... 26
2.9. Penyimpanan ........................................................................................................................... 28
2.10. Afinasi (Affination) ............................................................................................................ 28
2.11. Karbonatasi .......................................................................................................................... 28
2.12. Decolorization/Penghilangan warna.......................................................................... 29
2.13. Pendidihan/Pemisahan antara gula dan molasses................................................ 30
2.14. Pengolahan Sisa .................................................................................................................. 31
2.15. Boiler dan Pembangkit Tenaga Listrik ...................................................................... 31
BAB I
PENDAHULUAN
Pada awal abad ke-17 industri gula berdiri di sekitar selatan Batavia, yang dikelola oleh
orang-orang China bersama para pejabat VOC. Pengolahan gula saat itu berjalan
dengan proses yang sederhana. Sebagai gilingan digunakan dua buah silinder kayu
yang diletakkan berhimpitan kemudian diputar dengan tenaga hewan (kerbau) atau
manusia. Tebu dimasukkan diantara kedua silinder, kemudian nira yang keluar
ditampung dalam suatu bejana besar yang terdapat di bawah gilingan. Pada saat panen
tebu, “PG sederhana” ini bisa dipindahkan mendekati kebun.
Pada sejarah indusri gula di Indonesia, khususnya di Jawa penuh dengan pasang surut.
Pada dekade 1930-an industri gula di Indonesia mencapai puncaknya dengan produksi
gula sebesar 3 juta ton dengan areal pertanaman seluas 200.000 ha yang terkonsentrasi
di Jawa. Pada masa itu terdapat kurang lebih 179 pabrik gula yang mampu
memproduksi 14,8 ton gula/ha.
Pada saat ini perkebunan Tebu dan Industri Gula di Indonesia dikelola atau dimiliki oleh
BUMN (PTPN), dan Swasta.
Usaha budidaya tebu di Indonesia dilakukan pada lahan sawah berpengairan dan tadah
hujan serta pada lahan kering/tegalan dengan rasio 65% pada lahan tegalan dan 35%
pada lahan sawah. Sampai saat ini daerah/wilayah pengembangan tebu masih terfokus
di beberapa provinsi yaitu : Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta dan
Jawa Barat yang diusahakan di lahan sawah dan tegalan, sedangkan usaha tani tebu
pada lahan tegalan pengembangannya diarahkan ke Luar Jawa seperti di Provinsi
Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Selatan dan Gorontalo.
Adapun berdasarkan hasil survey P3GI (Pusat Penelitian & Perkebunan Gula Indonesia)
potensi untuk pengembangan industri gula masih terbuka seperti di Provinsi Papua,
Maluku, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur dan Sulawesi Tengah seluas kurang
lebih 800.000 Ha.
Tebu (sugar cane) merupakan tanaman yang merupakan bahan baku dari gula,
tanaman ini hanya bisa tumbuh pada daerah beriklim tropis. Umur tanaman tebu hingga
dapat dipanen berusia sekitar 9 bulan s.d satu tahun lebih. Sedangkan satu bibit
tanaman tebu dapat dipanen sampai dengan dua sampai tiga kali panen.
PS-88-19432 - - - -
PS-86-1 - - - -
Varietas yang diunggulkan saat ini adalah BL, mirip dengan varietas POJ 2878 (Terakhir
tanggal 12 Agustus 2013 P3GI telah mensosialisasilakan Tebu klon PS 92-1871 hasil
rakitan P3GI Pasuruan yang telah diputihkan dengan nama PSDK 923 berdasarkan SK
Mentan RI nomor 4570/Kpts/SR.120/8/2013 sebagai varietas unggul). Kedua varietas ini
tahan terhadap penyakit mosaic dan tahan blendok, namun BL agak peka pohkabung
dan serangan hama penggerek pucuk. Potensi produktivitas varietas BL ini bisa
mencapai rata-rata 121,4 kuintal gula per hektar dan hasil hablur tertinggi yang bisa
dicapai adalah 169,2 kuintal per hektar.
Ujicoba pada lahan tegal pun menunjukkan hasil tebu rata-rata 1.250 kuintal per hektar
(tertinggi 2.112 kuintal),rendemen rata-rata 7,58 persen (tertinggi 8,25 persen),dan hasil
hablur rata-rata 97,3 kuintal per hektar (tertinggi 172,3 kuintal).
Produk utama dari tanaman tebu adalah gula, namun terdapat produk derivat tebu
(PDT) sebagai berikut :
Gula sebagai sukrosa diperoleh dari nira tebu, bit gula, atau aren. Meskipun demikian,
terdapat sumber-sumber gula minor lainnya, seperti kelapa. Sumber-sumber pemanis
lain, seperti umbi dahlia, anggir, atau jagung, juga menghasilkan semacam
gula/pemanis namun bukan tersusun dari sukrosa. Proses untuk menghasilkan gula
mencakup tahap ekstrasi (pemerasan) diikuti dengan pemurnian
melalui distilasi (penyulingan).
Teknologi Klarifikasi Gula pada dasarnya adalah proses pemisahan gula (sukrosa) dan
impurities dari kandungan nira / juice (air tebu / beet), pada umumnya di bagi atas tiga
sistem klarifikasi berdasarkan bahan pembantu prosesnya, yaitu sistem defekasi,
sulfitasi dan karbonatasi. Sistem Defekasi adalah sistem klarifikasi yang hanya
menggunakan hidrolisa kapur sebagai bahan pemurniannya, rata rata kualitas gula yang
dihasilkan berwarna coklat dengan kadar warna ± 3000 IU. Sistem Sulfitasi adalah
sistem klarifikasi yang menggunakan hidrolisa kapur dan Sulfur (gas) sebagai bahan
pemurniannya, rata rata kualitas warna yang dihasilkan 150 – 300 IU. Sistem
Karbonatasi adalah sistem klarifikasi yang menggunakan hidrolisa kapur dan gas CO 2
sebagai bahan pemurniannya, sistem ini menghasilkan kualitas gula putih ( lebih baik
dari dua sistem sebelumnya ) dengan kadar warna ≤ 100 IU.
Adapun proses pengolahan tebu menjadi gula dapat digambarkan sebagai berikut :
Plantation Factory
• Tebu ditebang • Penampungan tebu
(Cane Yard)
• Penggilingan Tebu
• Pengolahan gula
BAB II
PROSES BISNIS
1. Perkebunan Tebu
1.1. Pengolahan Tanah
1.2. Irigasi
Produktivitas tebu lahan kering sangat dipengaruhi oleh jumlah dan distribusi curah
hujan setiap tahun. Di Lampung, periode musim kering panjang terjadi setiap 3-5
tahun, hal ini menyebabkan rendahnya produktivitas tebu pada musim kering
panjang tersebut. Pada periode kering, bulan-bulan kering berlangsung selama 4–5
bulan yang menyebabkan tanaman tebu menderita akibat kekurangan air. Dampak
penurunan produktivitas dari musim kering tersebut berlangsung sampai tahun
berikutnya.
Salah satu langkah yang ditempuh untuk menekan laju penurunan produktivitas di
musim kering adalah dengan memberikan air melalui irigasi. Langkah ini diikuti oleh
penambahan jumlah alat irigasi yang cukup dan pemilihan teknik aplikasi irigasi
yang tepat serta pelestarian sumberdaya air melalui peningkatan kapasitas tandon
air. Salah satu langkah yang ditempuh untuk menekan laju penurunan produktivitas
di musim kering adalah dengan memberikan air melalui irigasi. Langkah ini diikuti
oleh penambahan jumlah alat irigasi yang cukup dan pemilihan teknik aplikasi
irigasi yang tepat serta pelestarian sumberdaya air melalui peningkatan kapasitas
tandon air.
Biasanya irigasi yang digunakan adalah sprinkler irrigation systems yang sesuai
dengan kondisi lahan dan ketersediaan air yang ada. Irigasi yang diterapkan
tersebut bersifat supplementary irrigation dengan sasaran aplikasi pada fase
perkecambahan bibit tebu dan fase kritis pertumbuhan vegetatif tanaman di bulan–
bulan kering.
Sprinkler Irrigation
Tipe Sprinkler Irrigation yang ada pada umumnya adalah portable gun dan
travelling gun. Penggunaan masing–masing tipe tersebut didasarkan pada sasaran
aplikasi dengan mempertimbangkan kerataan curah yang banyak dipengaruhi oleh
kecepatan angin pada saat operasi. Pada tanaman plantcane digunakan travelling
gun dimana kecepatan pergerakan sprinkler gun dapat diatur sesuai keperluan. Alat
ini dioperasikan pada malam hari saat angin cukup tenang dan penguapan air
rendah.
Kendala yang dihadapi dalam upaya meningkatkan kapasitas tandon air adalah
biaya yang mahal dan operasi yang sering terganggu oleh cuaca.
1.3. Penanaman
Penanaman dimulai dengan program penataan varietas yang baik dan bijaksana.
Bibit yang sehat dan memiliki penangkaran tinggi mutlak diperlukan dan berasal
dari Kebun Bibit Dataran (KBD) yang ditanam pada bulan Oktober, Nopember dan
Desember. Menanam tebu untuk produksi, idealnya dilakukan pada bulan Juni, Juli
dan Agustus.
Bibit yang telah berumur 7-8 bulan dari KBD, dipotong bagian pangkal batang dan
pucuknya menggunakan golok yang sudah diolesi lysol 20%, bidang potong
pangkal diusahakan rata dengan tanah. Bibit tebu sebanyak 30 batang diikat
dengan menggunakan daun pucuk kemudian dimuat ke atas truk (dengan muatan
tidak lebih dari 5 ton) dan diangkut ke petak tanam. Interval waktu antara tebang
dan angkut tidak diperkenankan lebih dari satu hari.
Pada alur tanam yang telah dibuat, diaplikasikan dolomit sebanyak 1 ton/ha,
selanjutnya bibit didistribusikan di petak tanam. Truk yang membawa bibit langsung
memasuki petak kebun yang sudah siap ditanami, dengan titik masuk berselang
setiap 20 alur tanam, dan sebanyak 11 ikat bibit diturunkan dari truk dengan selang
setiap 25 meter panjang alur tanam. Batang-batang tebu bibit yang telah diturunkan
dari truk, diecer satu persatu di dasar alur tanam. Batang satu tumpang tindih 25%
dengan batang lainnya, bagian pangkal batang tumpang tindih dengan bagian
pucuk bibit. Untuk pekerjaan mengecer bibit ini diperlukan tenaga kerja sebanyak 5
mandays (5 orang per hari) per ha.
Batang tebu bibit yang sudah diecer di alur tanam dipotong-potong sepanjang 2-3
mata dengan menggunakan golok yang sudah diolesi lysol 20% Untuk
mendapatkan barisan tanaman yang rapi setelah tumbuh nanti, ketika melakukan
pemotongan batang bibit sambil diinjak agar tidak berserak ketika dipotong. Untuk
melaksanakan pekerjaan ini diperlukan tenaga kerja 2-3 mandays per ha. Bibit
ditutup dengan menggunakan tanah remah dari sekeliling alur tanaman,
pelaksanaan pekerjaan ini memerlukan tenaga kerja 5 mandays per ha. Tanah
penutup bibit diatur sedemikian rupa agar tidak terlalu tipis atau terlalu tebal karena
dapat mempengaruhi perkecambahan.
Penutupan bibit
Adapun hasil bibit dengan luas satu hektar dapat untuk menghasilkan tanaman tebu
sebesar 5-6 hektar tanaman.
Penyulaman
Pemberian Pupuk
Apabila menggunakan traktor adalah sebagai berikut :
Hasil Kerja /
Kegiatan Implemen Alat Mesin Kedalaman Kerja
ha tanaman
Biaya yang terbesar dalam pemeliharaan tebu adalah biaya pemupukan tanaman.
Cara tebang dan angkut tebu di pada umumnya ada tiga sistem, yakni sistem tebu
ikat, tebu urai, dan tebu potong. Tiga sistem tersebut dikembangkan karena terkait
dengan bentuk wilayah kebun yang memanjang (± 85 km), jumlahnya tebu yang
digiling per hari (11.00–14.00 ton) dan upaya meminimalkan pemampatan tanah
akibat penggunaaan kendaraan angkutan tebu.
Adapun standar pemanenan yang umum adalah satu hektar dapat menghasilkan
rata-rata 8 ton
Pangkal batang tebu ditebang rata dengan permukaan tanah menggunakan golok,
demikian juga pucuknya pada ruas terakhir. Lebih kurang 30 batang tebu diikat di
sekitar bagian pangkal dan ujungnya dengan tali bambu atau kulit tebu.
Sebelum tahun 2002, tali pengikat menggunakan empat daun pucuk tebu, cara ini
membawa sampah ke pabrik sampai sebesar 8%. Namun setelah menggunakan
tali bambu sampah yang terbawa ke pabrik dapat ditekan menjadi hanya sebesar
2,87 %. Tebu yang sudah terikat dimuat ke atas truk menggunakan tenaga
manusia, kemudian diangkut ke pabrik. Kontribusi sistim ini mencapai 55-60 % dari
total pasokan tebu per hari (11.000-14.000 ton). Kecukupan tenaga dan sarana
angkutan berperan penting dalam menjaga kontinuitas pasokan tebu ke pabrik.
Pembayaran bagi para penebang didasarkan kepada bobot tebu yang sudah
ditimbang di pabrik.
Rata-rata setiap orang mampu menebang 2-3 ton per hari. Untuk truk dengan bak
terbuka, muatan-nya dibongkar menggunakan cane stacker, sedangkan truk
dengan bak kotak (box truck) dibongkar menggunakan tipper.
Pangkal batang tebu ditebang rata dengan permukaan tanah menggunaan golok
dan dipotong bagian pucuknya pada ruas terakhir, selanjutnya tanpa diikat tebu
ditumpuk sehingga membentuk onggokan sebesar cakupan mesin pemuat (grab
loader). Perhitungan untuk pembayaran kepada para penebang didasarkan pada
luasan area yang telah ditebang.
Pada kebun yang berjarak relatif dekat dengan pabrik, sarana angkutannya
menggunakan trailer gandeng 1-2 yang ditarik traktor, sedang bagi kebun yang
jaraknya jauh menggunakan truk berdaya besar (head truck) yang menarik trailer
gandeng 4 yang dilengkapi dengan tali pengikat dari karet ban bekas. Seksi yang
bertanggung jawab di bagian ini disebut Cane Transports. Sebelum dimuat ke
dalam trailer besar, tebu dimuat dengan mesin pemuat di dalam petak ke dalam
trailer kecil (infield trailer), trailer ini menggunakan ban lebar, untuk mengurangi
pemampatan tanah. Selanjutnya di terminal muat (transloading area,) tebu
dipindahkan ke trailer besar dan panjang menggunakan mesin pemuat yang disebut
grapple excavator. Di pabrik, tebu ini dibongkar dengan menggunakan gantry dan
electric crane.
Demikian seterusnya sampai dengan petak selesai. Biasanya sistem ini hanya
dioperasikan manakala jumlah tenaga tebang menurun yaitu pada bulan Agustus
dan Hari Raya Idul Fitri.
Kontribusi pengiriman tebu dengan sistem tebu potong sebesar 5% dari total tebu
selama satu musim. Semua sistem tebang angkut ini memiliki standar kualitas yang
harus dipenuhi. Secara umum syarat bakunya adalah : tebu tertinggal di kebun
tidak boleh melebihi 1 ton per ha, seresah (sugarcane trash) yang terangkut ke
pabrik tidak boleh melebihi 5% dan tebu harus sudah dikirim ke pabrik kurang dari 2
x 24 jam.
Tebu dari kebun dikirim ke pabrik menggunakan beberapa model angkutan : trailer
(tebu urai), truk bak dan truk loss bak (tebu ikat), melewati jembatan timbang
dengan sistem komputerisasi untuk pengambilan data berat kotor, nomor petak,
lokasi, jenis tebang, nama pelaksana tebang dan jam ditebang (kesegaran).
Selanjutnya, truk dan trailer yang telah dibongkar, meninggalkan pabrik melewati
jembatan timbang keluar untuk pengambilan data berat kendaraan kosong.
Timbangan Tebu
Hydraulic cane grab pada gantry crane bekerja menumpuk dan mengumpan
pada cross cane carrier.
Wheel loader disamping digunakan untuk membongkar dan menumpuk tebu loss
bak di pelataran juga dipergunakan
sebagai sarana pengumpan dan perata
pada main cane carrier.
Sebelum tebu diperah pada unit gilingan, terlebih dahulu dilakukan preparasi untuk
membuka sel-sel tebu, tebu diumpankan kedalam 1st. main cane carrier dari cross
carrier #1, cross carrier #2 dan Feeder table diangkut menuju unit mesin pemotong
pertama (1st. cane cutter), kemudian dengan 2nd. elevating cane carrier menuju
unit pemotong tebu kedua (2nd. cane cutter), dan selanjutnya menggunakan unit
heavy duty shredder hammer tebu dihancurkan. Tingkat open cell yang dicapai
pada unit preparasi ini 90.92%.
2.5. Ekstraksi
Tahap pertama pembuatan gula tebu adalah ekstraksi jus atau sari tebu. Caranya
dengan menghancurkan tebu dengan mesin penggiling untuk memisahkan ampas
tebu dengan cairannya. Cairan tebu kemudian dipanaskan dengan boiler. Jus yang
dihasilkan masih berupa cairan yang kotor: sisa-sisa tanah dari lahan, serat-serat
berukuran kecil dan ekstrak dari daun dan kulit tanaman, semuanya bercampur di
dalam gula.
Jus dari hasil ekstraksi mengandung sekitar 50 % air, 15% gula dan serat residu,
dinamakan bagasse, yang mengandung 1 hingga 2% gula. Dan juga kotoran
seperti pasir dan batu-batu kecil dari lahan yang disebut sebagai “abu”.
Gilingan jenis 4-roller disusun secara seri digunakan sebagai unit ekstraksi nira,
masing-masing unit
gilingan digerakkan
dengan tenaga turbin
uap.
Tingkat ekstraksi
sukrosa dari unit gilingan
ini pada kisaran 95 -
96%. Nira mentah dari
gilingan dipompa menuju
stasiun pemurnian setelah terlebih dahulu melewati sebuah magnetic flow meter
untuk memonitor dan merekam laju alirannya dalam satuan m3/jam, kemudian
ampas tebu yang disebut bagasse menuju stasiun pembangkit uap untuk
digunakan sebagai bahan bakar pada ketel uap (Boiler).
Jus tebu dibersihkan dengan menggunakan semacam kapur (slaked lime) yang
akan mengendapkan sebanyak mungkin kotoran , kemudian kotoran ini dapat
dikirim kembali ke lahan. Proses ini dinamakan liming.
Kotoran berupa lumpur dari clarifier masih mengandung sejumlah gula sehingga
biasanya dilakukan penyaringan dalam penyaring vakum putar (rotasi) dimana jus
residu diekstraksi dan lumpur tersebut dapat dibersihkan sebelum dikeluarkan, dan
hasilnya berupa cairan yang manis. Jus dan cairan manis ini kemudian
dikembalikan ke proses, sedangkan kotoran dapat dikirim kembali ke lahan.
Pemisahan kotoran dilakukan dalam bejana pengendap single tray SRI clarifier
yang merupakan rangkaian tahapan pengaturan suhu, pH, waktu dan penambahan
bahan pembantu (susu kapur, gas belerang dan flokulan). Tingkat kekeruhan
(turbidity) nira yang dicapai pada level 70 - 100 derajat NTU. Endapan kotoran dari
clarifier dicampur dengan bagacillo kemudian ditapis menggunakan vacuum filter
menghasilkan limbah padat berupa blotong (filter cake) yang kemudian dikirim
kembali ke kebun sebagai pupuk organik.
2.7. Penguapan/Evaporasi
Jus yang sudah jernih mungkin hanya mengandung 15% gula tetapi cairan (liquor)
gula jenuh (yaitu cairan yang diperlukan dalam proses kristalisasi) memiliki
kandungan gula hingga 80%. Evaporasi dalam ‘evaporator majemuk' (multiple
effect evaporator) yang dipanaskan dengan steam merupakan cara yang terbaik
untuk bisa mendapatkan kondisi mendekati kejenuhan (saturasi).
Evaporator
Pada tahap akhir pengolahan, sirup ditempatkan ke dalam wadah yang sangat
besar untuk dididihkan. Di dalam wadah ini air diuapkan sehingga kondisi untuk
pertumbuhan kristal gula tercapai. Pembentukan kristal diawali dengan
mencampurkan sejumlah kristal ke dalam sirup. Sekali kristal terbentuk, kristal
campur yang dihasilkan dan larutan induk (mother liquor) diputar di dalam alat
sentrifugasi untuk memisahkan keduanya, bisa diumpamakan seperti pada proses
mencuci dengan menggunakan pengering berputar. Kristal-kristal tersebut
kemudian dikeringkan dengan udara panas sebelum disimpan.
Sebagai tambahan, karena gula dalam jus tidak dapat diekstrak semuanya, maka
terbuatlah produk samping (byproduct) yang manis: molasses. Produk ini biasanya
diolah lebih lanjut menjadi pakan ternak atau ke industri penyulingan untuk dibuat
alkohol (etanol) . Belakangan ini molases dari tebu di olah menjadi bahan energi
alternatif dengan meningkatkan kandungan etanol sampai 99,5%.
Kristal gula dibuat dalam Vacuum Pans melalui proses pembesaran kristal hingga
mencapai ukuran yang dikehendaki dengan cara memasukkan nira kental (syrup),
gula leburan, molasses kedalam pans pada kondisi temperatur dan vacuum yang
terkendali. Hasil resultan dari kristalisasi adalah berupa massecuite (campuran
kristal gula dengan molasses).
2.9. Penyimpanan
Gula kasar yang dihasilkan akan membentuk gunungan coklat lengket selama
penyimpanan dan terlihat lebih menyerupai gula coklat lunak yang sering dijumpai
di dapur-dapur rumah tangga. Gula ini sebenarnya sudah dapat digunakan, tetapi
karena kotor dalam penyimpanan dan memiliki rasa yang berbeda maka gula ini
biasanya tidak diinginkan orang. Oleh karena itu gula kasar biasanya dimurnikan
lebih lanjut ketika akan digunakan untuk konsumsi sampai di negara pengguna.
Tahap pertama pemurnian gula yang masih kasar adalah pelunakan dan
pembersihan lapisan cairan induk yang melapisi permukaan kristal dengan proses
yang dinamakan dengan “afinasi”. Gula kasar dicampur dengan sirup kental
(konsentrat) hangat dengan kemurnian sedikit lebih tinggi dibandingkan lapisan
sirup sehingga tidak akan melarutkan kristal, tetapi hanya sekeliling cairan (coklat).
Campuran hasil (‘magma') di-sentrifugasi untuk memisahkan kristal dari sirup
sehingga kotoran dapat dipisahkan dari gula dan dihasilkan kristal yang siap untuk
dilarutkan sebelum proses karbonatasi.
Cairan yang dihasilkan dari pelarutan kristal yang telah dicuci mengandung
berbagai zat warna, partikel-partikel halus, gum dan resin dan substansi bukan gula
lainnya. Bahan-bahan ini semua dikeluarkan dari proses.
2.11. Karbonatasi
Salah satu dari dua teknik pengolahan umum dinamakan dengan karbonatasi.
Karbonatasi dapat diperoleh dengan menambahkan kapur/ lime [kalsium
hidroksida, Ca(OH)2] ke dalam cairan dan mengalirkan gelembung gas
karbondioksida ke dalam campuran tersebut.
Selain karbonatasi, teknik yang lain berupa fosfatasi. Secara kimiawi teknik ini
sama dengan karbonatasi tetapi yang terjadi adalah pembentukan fosfat dan
bukan karbonat. Fosfatasi merupakan proses yang sedikit lebih kompleks, dan
dapat dicapai dengan menambahkan asam fosfat ke cairan setelah liming seperti
yang sudah dijelaskan di atas.
Ada dua metoda umum untuk menghilangkan warna dari sirup gula, keduanya
mengandalkan pada teknik penyerapan melalui pemompaan cairan melalui kolom-
kolom medium. Salah satunya dengan menggunakan karbon teraktivasi granular
[granular activated carbon, GAC] yang mampu menghilangkan hampir seluruh zat
warna. GAC merupakan cara modern setingkat “bone char”, sebuah granula
karbon yang terbuat dari tulang-tulang hewan.
Karbon pada saat ini terbuat dari pengolahan karbon mineral yang diolah secara
khusus untuk menghasilkan granula yang tidak hanya sangat aktif tetapi juga
sangat kuat. Karbon dibuat dalam sebuah oven panas dimana warna akan
terbakar keluar dari karbon.
Cara yang lain adalah dengan menggunakan resin penukar ion yang
menghilangkan lebih sedikit warna daripada GAC tetapi juga menghilangkan
beberapa garam yang ada. Resin dibuat secara kimiawi yang meningkatkan
jumlah cairan yang tidak diharapkan.
Cairan jernih dan hampir tak berwarna ini selanjutnya siap untuk dikristalisasi
kecuali jika jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan konsumsi energi
Sejumlah air diuapkan di dalam panci sampai pada keadaan yang tepat untuk
tumbuhnya kristal gula. Sejumlah bubuk gula ditambahkan ke dalam cairan untuk
mengawali/memicu pembentukan kristal. Ketika kristal sudah tumbuh campuran
dari kristal-kristal dan cairan induk yang dihasilkan diputar dalam sentrifugasi
untuk memisahkan keduanya.
Proses ini dapat diumpamakan dengan tahap pengeringan pakaian dalam mesin
cuci yang berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian dikeringkan dengan udara
panas sebelum dikemas dan/ atau disimpan siap untuk didistribusikan.
Bila satu siklus proses masak pembesaran kristal telah selesai, massecuite dari
vacuum pans kristalisasi dituangkan kedalam strike receiver sambil melanjutkan
pertumbuhannya. Kristal gula dipisahkan dari molasses menggunakan sebuah
basket berlubang yang diputar sampai pada kecepatan tertentu sehingga
molasses terlepas dari kristal gula akibat gaya sentrifugal (centrifugals machine).
Pemisahan "A" massecuite menggunakan batch centrifugals menghasilkan kristal
gula SHS (produk) dan "A" moolasses. Pemisahan "B" massecuite menggunakan
continuous centrifugals menghasilkan gula "B" dan "B" molasses, pemisahan "C"
massecuite menggunakan continuous centrifugals menghasilkan gula "C" dan final
molasses.
Proses ini bertujuan untuk membuat gula dengan mutu yang setara dengan gula
kasar hasil pembersihan setelah afinasi. Proses ini menghasilkan Produk yang
biasanya diolah lebih lanjut menjadi pakan ternak atau dikirim ke pabrik fermentasi
seperti misalnya pabrik penyulingan alkohol.
Setelah proses pemisahan kristal gula produk dikondisikan melalui sebuah unit
fluidized bed vibrating cooler dengan maksud untuk menurunkan tingkat
kelembaban serta meningkatkan kualitas penyimpanan, kemudian dilakukan
pemilahan ukuran butiran menggunakan vibrating screen. Kristal gula kemudian
ditampung dalam sugar bin untuk selanjutnya dilakukan penimbangan dan
pengemasan. Sensor pengirim sinyal bobot pada timbangan digunakan jenis load
cell. Untuk menjamin keakuratan berat kristal dalam kemasan, mekanisme kerja
mesin timbangan dan pengemasan bekerja secara integral yang dikendalikan
secara otomatis. Setiap informasi penyimpangan terekam dan secara otomatis
sistem memberi peringatan.
Pada tahun 2004, luas areal tanaman tebu Indonesia mencapai 344 ribu hektar dengan
kontribusi utama adalah Jawa Timur (43.29%), Jawa Tengah (10.07%), Jawa Barat
(5.87%), dan Lampung (25.71%).
Adapun analisis usaha beberapa industri berbasis tebu adalah sebagai berikut :
Jenis usaha Kapasitas Biaya (Rp Milliar)
Investasi Operasional
4-5 ribu TCD (ton
900-
Pabrik Gula sugar cane per 45-50
1000
day)
Untuk pabrik gula (PG) swasta, kebun tebu dikelola dengan menggunakan
manajemen perusahaan perkebunan (estate) dimana PG sekaligus memiliki lahan
HGU untuk pertanaman tebunya, seperti Sweet Indo Lampung dan Gula Putih
Mataram di Sumatera.
Untuk PG milik BUMN, terutama yang berlokasi di Jawa, sebagian besar tanaman
tebu dikelola oleh rakyat. Dengan demikian, PG di Jawa umumnya melakukan
hubungan kemiteraan dengan petani tebu. Secara umum, PG lebih berkonsentrasi
di pengolahan sedangkan petani sebagai pemasok bahan baku tebu. Dengan
sistem bagi hasil, petani memperoleh sekitar 66% dari produksi gula petani,
sedangkan PG sekitar 34%.
Petani tebu di Jawa secara umum didominasi (70%) oleh petani kecil dengan luas
areal kurang dari 1 ha. Proporsi petani dengan areal antara 1-5 ha diestimasi
sekitar 20%, sedangkan yang memiliki areal diatas 5 ha, bahkan sampai puluhan
ha diperkirakan sekitar 10%. Bagi petani yang arealnya luas, sebagaian lahan
mereka pada umumnya merupakan lahan sewa.
Hal-hal yang perlu diketahui dalam kaitannya dengan bagi hasil adalah sebagai
berikut:
1. Ketentuan bagi hasil TRI harus sesuai dengan Sk Menteri Pertanian No.
05/SK/Mentan/Bimas/IV/1990.
2. Petani juga mendapatkan tetes (molasses) 1,5 kg untuk setiap kuintal tebu
yang digiling dan dibayarkan dalam bentuk uang oleh Pabrik Gula pada waktu
penyerahan gula bagian petani dengan harga Rp. 70,- setiap kg.
3. Hasil limbah/samping lainnya merupakan hak pabrik gula.
4. Pada umumnya daftar bagian petani dirinci sebagai berikut :
a. Nama Kelompok
b. Nama-nama petani anggota kelompok
c. Luas Tanaman
d. Macam/kategori tebu
e. Hasil tebu petani/kelompok tani
f. Rendemen hasil tebu seluruhnya dan bagian petani
g. Hasil tetes tebu bagian petani
h. Hutang petani pada Pabrik Gula
i. Jumlah nilai seluruh hasil yang diterima petani.
5. Daftar tersebut dibuat dan diisi oleh Pabrik Gula sebagai dasar pembuatan
Delivery Order (DO) yang kemudian diserahkan ke KUD.
6. Disamping daftar diatas, Pabrik Gula juga membuat Perhitungan Bagai Hasil
Efektif (PBHE) dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Dua persen (2%) dari hasil gula petani diberikan dalam bentuk natura
dan dibebaskan dari pungutan pemerintah (cukai, gula PPN, sewa
gudang, dll).
b. 98% gula petani dijual ke pemerintah dengan harga yang telah
ditetapkan.
7. Bagian gula petani 98% yang diberikan dalam bentuk uang tersebut
diterimakan kepada petani paling lambat 10 hari setelah perhitungan bagi
hasil.
BAB III
BAB IV
Tujuan
Menentukan kewajaran jumlah produksi gula yang dilaporkan oleh Wajib Pajak
karena tanaman tebu secara biologis dapat diperkirakan dengan baik jumlah
produksinya.
Standar Pengujian
Produktivitas rata-rata perkebunan lima tahun terakhir.
Data dari P3GI (pusat penelitian perkebunan gula Indonesia :
http://sugarreseach.org) sebagai data pembanding dan untuk mengetahui hasil
hasil riset terbaru, termasuk jenis varietas yang baru dan teknik dan jenis
pemupukan yang baru.
Data dari dinas perkebunan setempat untuk melihat rata-rata tingkat produksi
dan hama/penyakit yang menyerang tebu di daerah tersebut.
Data dari APEGTI (Asosiasi Pengusaha Gula dan Terigu Indonesia) untuk
mengetahui jumlah rata-rata gula yang diproduksi.
Teknik Pelaksanaan
Dapatkan SPOP dan Daftar Perhitungan PBB
Dapatkan data mengenai varietas dan peta areal tebu untuk menentukan
luasan tebu yang produktif dan luasan tebu bibit, dan dapatkan data rata-rata
tebang angkut per hari.
Bandingkan data dari P3GI, data dinas perkebunan dan APEGTI dengan jenis
varietas tebu Wajib Pajak untuk mengkalkulasi jumlah produktifitas tebu
perhektar per jenis varietas tebu dan bandingkan dengan data Wajib Pajak.
Apabila selisihnya signifikan, pertimbangkan variabel-variabel yang
mempengaruhi produksi. Apabila perbedaan tersebut disebabkan pengaruh
negatif variabel-variabel tersebut, maka produksi yang dilaporkan dapat
diterima kewajarannya. Apabila selisih tersebut tetap dianggap tidak wajar,
maka harus dilaksanakan pemeriksaan yang lebih mendalam atas produksi
tebu.
Tujuan
Menentukan kewajaran produksi gula yang dilaporkan oleh Wajib Pajak dengan
memperhatikan penggunaan bahan baku pembantu dalam proses bagging.
Teknik Pelaksanaan
Dapatkan daftar persediaan bahan baku pembantu seperti karung, plastik
kemasan dsb.
Dapatkan digital report dari mesin bagging.
Hitung jumlah perkiraan gula yang diproduksi, dengan perhitungan :
Jumlah bagging yang dipergunakan atau digital report mesin bagging x
kuantitas gula per bagging
Tujuan
Menentukan kewajaran jumlah produksi gula yang dilaporkan oleh Wajib Pajak
dengan memperhatikan upah panen yang dibebankan.
Teknik pelaksanaan
Dapatkan total upah panen yang terjadi selama periode yang diperiksa
Dapatkan upah panen per hektar
Hitung luas kebun yang dipanen dengan membagi jumlah pembebanan upah
panen dibagi dengan upah panen per hektar.
Jumlah hektar dikalikan dengan berat tebu rata-rata per hektar menghasilkan
jumlah tonase produksi tebu.
Tentukan rendemen gula berdasarkan rata-rata rendemen produksi Wajib
Pajak
Dapatkan jumlah produksi gula dengan mengalikan rendemen gula dengan
jumlah tonase produksi tebu.
Bandingkan antara jumlah produksi gula berdasarkan pendekatan upah
panen dengan jumlah produksi gula yang dilaporkan oleh Wajib Pajak
Apabila terdapat perbedaan yang signifikan, maka harus dilaksanakan
pemeriksaan yang mendalam terhadap pos produksi gula.
Tujuan
Menentukan kewajaran jumlah produksi gula dan tetes tebu/molasses yang
dilaporkan Wajib Pajak.
Pengertian Rendemen
Rendemen tebu adalah kadar kandungan gula didalam batang tebu yang
dinyatakan dengan persen. Bila dikatakan rendemen tebu 8% artinya ialah dari 100
kg tebu yang yang digilingkan di pabrik gula akan diperoleh gula sebanyak 8 kg.
Ada 3 macam rendemen tebu, yakni :
1. Rendemen contoh
Rendemen ini merupakan contoh yang dipakai untuk mengetahui apakah suatu
kebun sudah mencapai masak optimal atau belum. Dengan kata lain rendemen
contoh adalah untuk mengetahui gambaran suatu kebun tebu berapa tingkat
rendemen yang sudah ada sehingga dapat diketahui kapan saat tebang yang tepat
dan kapan tanaman tebu mencapai tingkat rendemen yang memadai.
Rumus : Nilai nira x faktor rendemen = rendemen
2. Rendemen sementara
Perhitungan sementara dilaksanakan untuk menentukan bagi hasil gula, namun
sifatnya masih sementara. Hal ini untuk memenuhi ketentuan yang
menginstruksikan agar penentuan bagi hasil gula dilakukan secepatnya setelah
tebu petani digiling sehingga petani tidak menunggu terlalu lama sampai selesai
giling namun diberitahu lewat perhitungan rendemen sementara.
Cara mendapatkan rendemen sementara ini adalah dengan mengambil nira
perahan pertama tebu yang digiling untuk dianalisis di laboratorium untuk
mengetahui berapa besar rendemen sementara tersebut.
Rumus : Rendemen sementara = faktor rendemen x nilai nira
3. Rendemen efektif
Rendemen efektif disebut juga rendemen nyata atau rendemen terkoreksi.
Rendemen efektif adalah rendemen hasil perhitungan setelah tebu digiling habis
dalam jangka waktu tertentu. Perhitungan rendemen efektif ini dapat dilaksanakan
dalam jangka waktu 15 hari atau disebut 1 periode giling sehingga apabila pabrik
gula mempunyai hari giling 170 hari, maka jumlah periode giling adalah 170/15 = 12
periode. Hal ini berarti terdapat 12 kali rendemen nyata/efektif yang bisa
diperhitungkan dan diberitahukan kepada petani tebu.
Tebu yang digiling di suatu pabrik gula jelas hanya sebagian kecil saja yang akan
menjadi gula. Kalau 1 kuintal tebu mempunyai rendemen 8% maka hanya 8 kg gula
yang didapat dari 1 kuintal tebu tersebut. Hal ini dapat dijelaskan sbb :
Tebu / 100%
Untuk pabrik gula yang tanaman tebunya dikelola oleh rakyat, pendekatan ini dapat
dipergunakan untuk memperoleh tingkat produksi gula.
Tujuan
Menentukan kewajaran jumlah produksi gula yang dilaporkan oleh Wajib Pajak
dengan memperhatikan bagi hasil antara perusahaan gula dengan petani tebu.
Teknik pelaksanaan
Dapatkan Peraturan terakhir dari Departemen Pertanian mengenai ketentuan
bagi hasil antara perusahaan gula dengan pabrik tebu
Dapatkan Dokumen bagi hasil antara kelompok tani dengan pabrik gula
Hitung bagian kuantitas gula yang seharusnya diterima petani dari dokumen
bagi hasil
Lakukan wawancara dengan petani tebu
Berdasarkan beberapa hal diatas, lakukan perhitungan jumlah produksi gula
dengan perhitungan sebagai berikut :
Hal ini digunakan untuk menghitung kewajaran produksi molasses (by product).
Variabel yang diperhatikan
Apabila pengujian produksi molasses didasarkan pada kapasitas tangki
penyimpanan, maka variable yang perlu diperhatikan adalah :
Volume tangki penyimpanan
Laporan pengisian dan pengosongan tangki
Laporan produksi mollases
Teknik pelaksanaan
Adakan inspeksi serta dapatkan spesifikasi volume dan alat ukur tiap tangki
mollases
Hitung turn over pengisian tangki, yaitu volume penjualan molasses dengan
jumlah kapasitas tangki penampungan
Apabila turn-over terlalu rendah menurut ukuran kapasitas tangki, mungkin
ada indikasi ketidakwajaran jumlah produksi. (catatan : semakin kecil volume
tangki maka turn overnya harus makin besar).
2. Persiapan Pemeriksaan
Dalam tahap pemeriksaan, selain memperhatikan persiapan yang telah diatur dalam
Pedoman Pelaksanaan Pemeriksaan Lengkap, pemeriksa perlu melakukan persiapan
tambahan sebagai berikut:
Sistem pengendalian internal perkebunan dan industri gula terbagi dalam dua hal :
Secara umum, akuntansi perkebunan menekankan pada cost center dan profit
center. Didalam pemeriksaan, hendaknya diingat bahwa praktek akuntansi di sektor
perkebunan tidak selalu sama dengan ketentuan yang diatur oleh Undang-undang
Pajak, misalnya penilaian persediaan dan tarif penyusutan.
Biaya dan penghasilan ditampung dalam cost center dan profit center.
1) Cost center
Biaya pra operasi meliputi biaya kegiatan survey, perencanaan dan termasuk
pula perijinan yang harus di kapitalisasi. Pembebanannya dalam Laporan
Rugi/Laba dilakukan melalui amortisasi.
Biaya pembukaan lahan, seperti biaya pembukaan lahan, pematangan tanah,
dan land clearing. Biaya ini dikapitalisasi dan diamortisasi.
2) Profit Center
Penghasilan utama perusahaan adalah penjualan gula, dalam berbagai macam
bentuk gula, namun terdapat beberapa penghasilan lain seperti penjualan
produk sampingan seperti penjualan molasses atau penjualan baggase,
penjualan bahan pembantu, atau memanfaatkan kapasitas idle mesin dengan
mengolah tebu milik perusahaan lain (jasa maklon) atau penjualan asset
perusahaan.
Pada tahap pembibitan, bibit tebu dapat diperjual belikan walaupun jarang
terjadi.
Pada tahap land clearing terdapat potensi penerimaan sehubungan dengan
adanya IPK di lahan HGU seperti jasa penebangan kayu.
Tujuan
Untuk memperoleh gambaran umum tentang :
Luas seluruh areal perkebunan baik yang sudah ditanami atau belum. Kegiatan
ini dilakukan dalam rangka menilai kewajaran biaya perencanaan dan survey
yang dilaporkan oleh WP, dan Pajak Bumi dan Bangunan yang telah dibayar
WP.
Luas areal untuk pembibitan dan luas areal untuk lahan tanam.
Luas areal perkebunan yang sedang dalam tahap land clearing dan proses
pertumbuhan tanaman tebu dalam rangka menilai kewajaran pos standing
crops/growing crops atau biaya tanaman yang ditangguhkan.
Luas areal yang telah dipanen dalam satu periode, atau tahun pajak, untuk
mengetahui kewajaran pembebanan dan alokasi biaya dalam harga pokok.
Luas areal yang digunakan untuk kebutuhan non perkebunan guna menilai
kewajaran investasi infrastruktur,dan fasilitas-fasilitas yang digunakan untuk
karyawan/ buruh.
Topografi areal perkebunan untuk menilai kewajaran pembangunan
infrastruktur.
Pelaksanaan
Minta dan pelajari peta/areal tanam perkebunan sesuai dengan HGU.
Bandingkan luas areal cfm HGU dan cfm SPPT PBB Wajib Pajak
Minta dan pelajari peta status terakhir perkebunan untuk mendapatkan
gambaran mengenai luas tanah yang telah disiapkan, luas tanaman yang telah
dipanen dalam satu tahun dan luas tanaman yang dari awal dilakukan
pembibitan dan luas tanaman yang merupakan tanaman patoon.
Pelajari kebijakan Wajib Pajak dalam menentukan alokasi biaya yang
dibebankan ke harga pokok penjualan atas biaya tanaman yang ditangguhkan,
apakah berdasarkan luas areal yang dipanen ataukah dengan cara lainnya,
misalnya jumlah ton tebu digiling dibandingkan dengan total perkiraan seluruh
hasil tanaman tebu, dan sebagainya.
Tujuan
Untuk mengetahui besarnya upah per hari pada masing-masing kegiatan,
seperti upah buruh penanaman, perawatan, panen, pengangkutan.
Untuk mengetahui perkiraan luas lahan dan rata-rata kapasitas produksi per
hari.
Pelaksanaan
Lakukan analisis Laporan Keuangan dan SPT untuk menentukan pos-pos yang
perlu dilakukan penelitian yang mendalam dan untuk penerapan audit sampling.
Perhatikan laporan pemeriksaan pajak terdahulu (jika ada), lakukan pencatatan
masalah-masalah dan temuan-temuan pada pemeriksaan terdahulu tersebut, serta
ketetapan pajak yang belum dibayar.
3. Prosedur Pemeriksaan
3.1. Prosedur Pemeriksaan Perkebunan Tebu
Pembibitan
Dikarenakan pembibitan tebu langsung ke lahan, bukan melalui bag plastic, maka
biasanya biaya untuk pembibitan dialokasikan kedalam biaya penanaman dan
biaya-biaya lainnya, seperti fertilization, irigasi dan sebagainya. Namun apabila
pembibitan awal melalui pembelian bibit, maka perlu diperhatikan biaya pembelian
bibit, biaya pengangkutan dari pembeli.
Prosedur pemeriksaan:
Dapatkan kontrak pembelian dan bandingkan dengan Berita Acara Serah
Terima untuk meyakini jumlah bibit yang dibeli
Dapatkan voucher pengeluaran dan bandingkan pencatatannya ke buku
kas/bank. Cek kebenaran pembebannya ke buku besar biaya tanaman yang
ditangguhkan.
Irrigation
Meliputi biaya upah bagian irigasi, biaya solar untuk alat irigasi, biaya sewa alat
irigasi apabila menyewa, biaya pemeliharaan alat irigasi.
Prosedur pemeriksaan :
Dapatkan daftar upah dan bandingkan dengan slip upah, cocokkan
pembayarannya ke buku kas/bank.
Trasir biaya-biaya yang berkaitan dengan irigasi dengan voucher
pengeluarannya dan cek jumlah pembayarannya dalam buku kas/bank.
Bandingkan dengan buku besar biaya tanaman ditangguhkan.
Apabila terdapat biaya-biaya yang penggunaannya bersama-sama, misalnya
solar untuk alat irigasi, trasir dengan dokumen pengeluaran material tersebut
seperti material requisition untuk irrigation. Jika dimungkinkan uji arus barang
untuk pemakaian bahan bakar dan sparepart.
Fertilization
Meliputi biaya pemupukan tanaman baik dalam bentuk bibit maupun tanaman
bukan bibit, termasuk upah untuk pemupukan.
Prosedur Pemeriksaan :
Dapatkan daftar upah dan bandingkan dengan slip upah, cocokkan
pembayarannya ke buku kas/bank.
Trasir dokumen pemakaian pupuk seperti material requisition dengan buku
besar pemakaian pupuk, dan jika dimungkinkan dilakukan pengujian arus
barang atas pemakaian pupuk.
Trasir pembelian pupuk dengan voucher dan cek pembayarannya dalam buku
kas/bank. Bandingkan dengan persediaan pupuk di neraca.
Pemeliharaan tanaman
Meliputi biaya untuk weed control (pengendalian gulma), pest and disease control
(pengendalian penyakit), termasuk fertilization (pemupukan) apabila tidak
dipisahkan secara khusus dalam account tertentu. Adapun dalam weed control dan
pest and disease control terdapat pesediaan obat-obatan, dan upah untuk
pemeliharaan tanaman.
Prosedur Pemeriksaan :
Dapatkan daftar upah dan bandingkan dengan slip upah, cocokkan
pembayarannya ke buku kas/bank.
Biaya Lainnya
Meliputi biaya pemeliharaan alat-alat pertanian, pembelian alat-alat pertanian, biaya
penelitian tanaman tebu, biaya gaji pada bagian administrasi perkebunan.
Prosedur pemeriksaan :
Dapatkan daftar upah/gaji dan bandingkan dengan slip upah/gaji, cocokkan
pembayarannya ke buku kas/bank.
Trasir dokumen pemakaian sparepart seperti material requisition dengan buku
besar pemakaian sparepart, dan jika dimungkinkan dilakukan pengujian arus
barang atas pemakaian sparepart.
Trasir pembelian alat-alat perkebunan dan labolatorium dengan voucher dan
cek pembayarannya dalam buku kas/bank. Bandingkan dengan persediaan
alat-alat perkebunan/ labolatorium di neraca.
Hitung penyusutan atas aktiva tetap atas bagian perkebunan dan administrasi
perkebunan tebu.
Untuk pengolahan tebu menjadi gula dimana Wajib Pajak memiliki perkebunan
sendiri adalah sebagai berikut :
Harga Pokok Penjualan
Harga pokok penjualan untuk perusahaan gula yang terintegrasi dengan
perkebunan tebu maka harga pokoknya terbagi atas tiga :
a. Harga pokok atas perkebunan tebu/plantation cost
Yakni berupa alokasi biaya dari biaya perkebunan yang ditangguhkan dalam
neraca yang dibebankan pada laporan laba rugi secara proporsional.
Prosedur pemeriksaan :
Pelajari kebijakan pembebanan biaya Wajib Pajak dari Neraca ke Laporan
Laba Rugi, yakni saat tanaman tumbuh (growing crop/standing crop)
Adapun potensi pajak yang harus diperhatikan dalam kegiatan pemeriksaan di sektor
industri gula adalah sebagai berikut :
80% kebun
20% prasarana
Teliti peta PPB-nya dan
peta lahan
b. Kerjasama dgn PIR Bunga bank untuk PIR
(perkebunan inti tidak dibebankan kepada
rakyat) perusahaan
5. Tahap pembibitan
a. Dilakukan sendiri a. Upah harian PPh Pasal 21
b. Upah borongan
c. Jasa rekruitmen
buruh borongan
d. Harga pasar wajar