DASAR
MODUL
METODE, TEKNIK, DAN
PROSEDUR PEMERIKSAAN
Oleh:
Suwadi
Widyaiswara Madya Pusdiklat Pajak
Mengingat bahwa modul sebagaimana terlampir telah diseminarkan, dengan ini kami
nyatakan bahwa modul dimaksud telah sah dan layak untuk digunakan sebagai modul Diklat
Fungsional Pemeriksa Dasar.
Terima kasih kami ucapkan kepada penyusun dan semua pihak yang telah membantu
penyelesaian materi modul tersebut.
ttd.
Hario Damar
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi ii
DAFTAR ISI
KEGIATAN BELAJAR 1:
OVERVIEW PEMERIKSAAN................................................................................................. 3
A. Pengertian dan Tujuan Pemeriksaan ………………………………………………….... 3
B. Jenis Pemeriksaan ……………………………………..…………………………………... 3
C. Ruang Lingkup Pemeriksaan ………………………………………………………....…… 4
D. Kriteria Pemeriksaan ……………………………………………………..…..…………….. 4
E. Standar Pemeriksaan ……………………………………………………..……………..…. 6
F. Jangka Waktu Pemeriksaan ………………………………………………...…..………... 11
G. Unit Pelaksana Pemeriksaan (UP2) ……………………………………………………... 16
H. Pemeriksa Pajak ……………………………………..…………………………………….. 17
I. Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) dan SP2 Perubahan ………………………….….. 18
J. Alur Kegiatan Pemeriksaan untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban
Perpajakan …………………………………………….………………………..………….. 19
K. Latihan ....................................................................................................................... 21
L. Rangkuman ................................................................................................................ 22
M. Tes Formatif ................................................................................................................ 23
N. Umpan Balik ............................................................................................................... 25
KEGIATAN BELAJAR 2:
ASERSI MANAJEMEN (MANAGEMENT ASSERTIONS) DAN
TUJUAN AUDIT TERKAIT ASERSI MANAJEMEN …………………………………..……….. 26
A. Asersi Manajemen ...................................................................................................... 26
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi iii
1. Pengertian Asersi Manajemen …………………………………..…………………… 26
2. Kategori Asersi Manajemen ………………………………………………….………. 27
3. Pentingnya Pemeriksa Pajak Memahami Asersi Manajemen untuk Keperluan
Pemeriksaan Pajak …………………………………………….……………………… 29
B. Tujuan Audit Terkait Asersi Manajemen versus Tujuan Audit atas Pos-pos yang
Diperiksa untuk Keperluan Pemeriksaan Pajak ………………….………………….…. 31
1. Tujuan Audit Terkait dengan Transaksi ………..…………………………………….. 31
2. Tujuan Audit Terkait Saldo Akun …………………………………….....…………….. 33
3. Tujuan Audit yang Berkaitan dengan Penyajian dan Pengungkapan ………......... 38
C. Latihan ....................................................................................................................... 38
D. Rangkuman ............................................................................................................... 38
E. Tes Formatif .............................................................................................................. 39
F. Umpan Balik .............................................................................................................. 41
KEGIATAN BELAJAR 3:
BUKTI PEMERIKSAAN (AUDIT EVIDENCE) ……….....…………………..…………………. 42
A. Bukti Pemeriksaan Berdasarkan Standar Pemeriksaan Pajak …...…………………. 42
B. Jenis Bukti Pemeriksaan ………………………………………….………………….….. 43
C. Latihan ...................................................................................................................... 48
D. Rangkuman .............................................................................................................. 49
E. Tes Formatif .............................................................................................................. 49
F. Umpan Balik .............................................................................................................. 51
KEGIATAN BELAJAR 4:
METODE, TEKNIK, DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN …………………………….………. 52
A. Metode Pemeriksaan ……………………………………………………..….……………. 52
1. Pengertian Metode Pemeriksaan …………………………………………................. 52
2. Jenis Metode Pemeriksaan ………………………………………………….………... 53
B. Teknik dan Prosedur Pemeriksaan …………………….………………………………... 63
1. Pengertian Teknik dan Prosedur Pemeriksaan ……………………………….…..... 63
2. Jenis Teknik Pemeriksaan Beserta Prosedur Pemeriksaannya ……………......... 64
C. Pengumpulan Data Pemeriksaan Terkait PBB P3 dan Bea Meterai ……..…............ 91
D. Latihan ....................................................................................................................... 92
E. Rangkuman ............................................................................................................... 93
F. Tes Formatif .............................................................................................................. 94
G. Umpan Balik ............................................................................................................. 96
PENUTUP ........................................................................................................................... 97
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi iv
TES SUMATIF ................................................................................................................... 101
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF DAN TES SUMATIF ................................................. 107
DAFTAR ISTILAH .............................................................................................................. 108
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 111
LAMPIRAN ………………………………………………………………………..……………… 112
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi v
DAFTAR TABEL
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi vi
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
Disclaimer:
Beberapa pendapat penyusun modul dalam dalam kegiatan belajar 4 modul ini semata-mata
hanya penyusun modul maksudkan untuk memberikan penjelasan saja untuk hal-hal yang
terdapat dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-65/PJ/2013 yang menurut
penyusun modul belum begitu jelas dan pendapat penyusun modul tersebut tidak mewakili
pendapat Direktorat Jenderal Pajak.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi vii
PETA KONSEP MODUL
Penugasan/
Persetujuan/ SKP/ STP
Instruksi Tahap
Pemeriksan/ Tahap Tahap
Permintaan Persiapan Pelaporan
Pelaksanaan
Pemeriksaan WP Pemeriksaan Hasil
Pemeriksaan Nota
Lokasi/ Pemeriksaan
Pengalihan Penghitungan
Pemeriksaan
Metode,
Teknik,dan
Prosedur
Pemeriksaan
Overview Asersi
Pemeriksaan Manajemen
Bukti
Pemeriksaan
Metode Pemeriksaan
Teknik Pemeriksaan
Prosedur Pemeriksaan
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi viii
PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
Pembahasan dalam modul ini diawali dengan pembahasan materi overview
pemeriksaan yang menguraikan gambaran pemeriksaan secara umum. Materi overview
pemeriksaan dibahas dalam modul ini karena mata diklat Metode, Teknik, dan Prosedur
Pemeriksaan disampaikan paling awal dari rangkaian proses/tahapan pemeriksaan.
Penyampaian materi mata diklat Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan dilakukan paling
awal dari rangkaian proses/tahapan pemeriksaan agar peserta diklat lebih mudah dalam
mengerjakan penugasan pada saat pembelajaran mata diklat Persiapan Pemeriksaan.
Pembahasan berikutnya adalah pembahasan materi asersi manajemen dan tujuan
audit terkait asersi manajemen. Pembahasan ini dilakukan agar peserta diklat memahami
asersi manajemen dan dapat mengembangkan tujuan pemeriksaan atas pos-pos yang
diperiksa.
Selanjutnya, dalam modul ini juga dibahas mengenai bukti pemeriksaan yang meliputi
bukti pemeriksaan berdasarkan standar pemeriksaan pajak dan jenis bukti pemeriksaan agar
peserta diklat dalam melakukan penugasan pemeriksaan dapat memilih dan mengumpulkan
bukti kompeten yang cukup untuk mendukung temuannya.
Terakhir, dilakukan pembahasan materi inti mengenai metode, teknik dan prosedur
pemeriksaan yang dapat digunakan oleh pemeriksa pajak dalam melakukan pengujian atas
pos-pos yang diperiksa. Dalam pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan, ketentuan mengenai metode, teknik dan prosedur pemeriksaan diatur dalam
Surat Edaran Nomor SE-65/PJ/2013 tanggal 31 Desember 2013 tentang Pedoman
Penggunaan Metode dan Teknik Pemeriksaan untuk selanjutnya disebut SE-65/PJ/2013.
Berdasarkan SE-65/PJ/2013 tersebut, diuraikan metode pemeriksaan yang terdiri dari metode
langsung dan metode tidak langsung dan diuraikan enam belas jenis teknik pemeriksaan,
namun teknik pemeriksaan tidak dibatasi pada enam belas jenis teknik pemeriksaan tersebut.
Adapun prosedur pemeriksaan dibuat berdasarkan teknik pemeriksaan yang dipilih oleh
pemeriksa pajak.
B. Prasyarat Kompetensi
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 1
undang KUP.
Standar Kompetensi
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat mampu menerapkan metode, teknik
dan prosedur pemeriksaan yang tepat dalam melaksanakan penugasan pemeriksaan yang
diembankan kepadanya.
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat dapat:
a. menerapkan metode pemeriksaan dengan tepat; dan
b. menerapkan teknik dan prosedur pemeriksaan dengan tepat.
D. Relevansi Modul
Modul ini bermanfaat bagi peserta diklat untuk melakukan pengujian atas pos-pos
yang diperiksa dalam melaksanakan penugasan pemeriksaan dengan tujuan menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 2
Kegiatan Belajar 1
OVERVIEW PEMERIKSAAN
Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat dapat:
1. menjelaskan pengertian dan tujuan pemeriksaan;
2. menjelaskan jenis pemeriksaan;
3. menjelaskan ruang lingkup pemeriksaan;
4. menjelaskan kriteria pemeriksaan;
5. menjelaskan standar pemeriksaan;
6. menjelaskan jangka waktu pemeriksaan;
7. menjelaskan unit pelaksana pemeriksaan;
8. menjelaskan pemeriksa pajak;
9. menjelaskan Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) dan SP2 Perubahan; dan
10. menjelaskan alur kegiatan pemeriksaan.
B. Jenis Pemeriksaan
Terdapat dua jenis pemeriksaan, baik pemeriksaan untuk tujuan menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan maupun untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
1
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 (selanjutnya disebut
Undang-undang KUP), Pasal 25
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 3
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, yaitu pemeriksaan lapangan dan
pemeriksaan kantor.2
Yang dimaksudkan pemeriksaan lapangan adalah pemeriksaan yang dilakukan di
tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas Wajib Pajak, dan/atau tempat lain yang dianggap perlu oleh Pemeriksa Pajak,
sedangkan pemeriksaan kantor adalah pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat
Jenderal Pajak.3
Ruang lingkup pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan dapat meliputi penentuan, pencocokan, atau
pengumpulan materi yang berkaitan dengan tujuan pemeriksaan.5
D. Kriteria Pemeriksaan
2
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2015 (selanjutnya disebut PMK Tata Cara
Pemeriksaan), Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 71
3
PMK Tata Cara Pemeriksaan, Pasal 1 angka 3 dan angka 4
4
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-06/PJ/2016 tentang Kebijakan Pemeriksaan (selanjutnya
disebut SE-06/PJ/2016), butir F angka 1 huruf a
5
PMK Tata Cara Pemeriksaan, Pasal 69 dan SE-06/PJ/2016, butir G angka 1 huruf a
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 4
1. Kriteria Pemeriksaan untuk Tujuan Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban
Perpajakan
Terdapat dua kriteria yang merupakan alasan dilakukannya pemeriksaan, yaitu:6
a. Pemeriksaan rutin, merupakan pemeriksaan yang dilakukan sehubungan dengan
pemenuhan hak dan/atau pelaksanaan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, tanpa
memerlukan analisis risiko ketidakpatuhan Wajib Pajak;
b. Pemeriksaan khusus, meliputi:
1) Pemeriksaan khusus berdasarkan keterangan lain berupa data konkret, merupakan
pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak yang berdasarkan keterangan lain
berupa data konkret menunjukkan adanya indikasi ketidakpatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan; dan
2) Pemeriksaan khusus berdasarkan analisis risiko (risk based audit), merupakan
pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak yang berdasarkan hasil analisis
risiko menunjukkan adanya indikasi ketidakpatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan.
6
SE-06/PJ/2016, butir F angka 1 huruf b
7
PMK Tata Cara Pemeriksaan, Pasal 4 ayat (1)
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 5
i. Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan yang terpilih untuk dilakukan
pemeriksaan berdasarkan analisis risiko.
E. Standar Pemeriksaan
Pemeriksaan baik untuk tujuan menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
maupun untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan perundang-undangan
perpajakan harus dilaksanakan sesuai dengan standar pemeriksaan. Standar pemeriksaan
digunakan sebagai ukuran mutu pemeriksaan, yang merupakan capaian minimum yang harus
dicapai dalam melaksanakan pemeriksaan. Standar pemeriksaan meliputi standar umum
pemeriksaan, standar pelaksanaan pemeriksaan, dan standar pelaporan hasil pemeriksaan.9
8
SE-06/PJ/2016, butir G angka 1 huruf b
9
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-23/PJ/2013 tentang Standar Pemeriksaan (selanjutnya disebut
PER-23/PJ/2013), Pasal 2 ayat (2) dan ayat (3)
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 6
Standar umum pemeriksaan berikut ini berlaku untuk pemeriksaan baik untuk tujuan
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan maupun untuk tujuan lain dalam
rangka melaksanakan ketentuan perundang-undangan perpajakan.
Standar umum pemeriksaan merupakan standar yang bersifat pribadi dan berkaitan
dengan persyaratan pemeriksa pajak. 10 Pemeriksaan dilaksanakan oleh pemeriksa pajak
yang memenuhi syarat sebagai berikut:11
a. Telah mendapat pendidikan dan pelatihan teknis yang cukup serta memiliki keterampilan
sebagai pemeriksa pajak.
1) Persyaratan ini merupakan syarat kompetensi untuk dapat menjadi seorang pemeriksa
pajak, baik sebagai individu maupun sebagai tim pemeriksa pajak (kompetensi kolektif).
2) Pemeriksa pajak harus memiliki pengetahuan dan keahlian yang memadai di bidang
perpajakan, akuntansi, dan pemeriksaan.
3) Pemeriksa pajak diharuskan memiliki pengetahuan umum tentang lingkungan dan
proses bisnis Wajib Pajak, termasuk di antaranya adalah kemampuan menerapkan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku.
4) Pemeriksa pajak harus memiliki keterampilan berkomunikasi secara jelas dan efektif,
baik secara lisan maupun tulisan.
5) Pemeriksa pajak harus memelihara dan meningkatkan keahlian dan kompetensinya
melalui pendidikan berkelanjutan. Pendidikan dimaksud dapat berupa diklat-diklat,
kursus singkat, maupun seminar, baik yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal
Pajak, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, maupun oleh instansi lainnya, di
dalam maupun di luar negeri.
b. Menggunakan keterampilannya secara cermat dan seksama.
1) Dalam pelaksanaan pemeriksaan dan penyusunan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP),
pemeriksa pajak harus menggunakan keterampilannya secara profesional, cermat dan
seksama, objektif, dan independen, serta selalu menjaga integritas.
2) Pemeriksa pajak dianggap telah menggunakan keterampilannya secara cermat dan
seksama apabila dalam melaksanakan pemeriksaan didasarkan pada iktikad baik dan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
c. Jujur dan bersih dari tindakan-tindakan tercela serta senantiasa mengutamakan
kepentingan negara.
1) Pemeriksa pajak dituntut untuk selalu jujur dan bersih dari tindakan tercela serta
mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi ataupun golongan.
2) Pemeriksa pajak harus tunduk pada kode etik yang telah ditetapkan oleh Direktorat
10
PER-23/PJ/2013, Pasal 3 ayat (2)
11
PER-23/PJ/2013, Pasal 3 ayat (3)
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 7
Jenderal Pajak.
3) Dalam semua hal yang berkaitan dengan pemeriksaan, pemeriksa pajak harus bersikap
independen, yaitu tidak mudah dipengaruhi oleh keadaan, kondisi, perbuatan dan/atau
Wajib Pajak yang diperiksanya. Gangguan independensi yang dapat dialami oleh
pemeriksa pajak selama pemeriksaan meliputi hal-hal berikut:
a) memiliki hubungan pertalian darah ke atas, ke bawah, atau semenda sampai dengan
derajat kedua dengan Wajib Pajak;
b) memiliki kepentingan keuangan, baik secara langsung maupun tidak langsung
dengan Wajib Pajak;
c) pernah bekerja atau memberikan jasa di bidang yang berhubungan dengan masalah
perpajakan, akuntansi, ataupun keuangan kepada Wajib Pajak dalam kurun waktu
dua tahun terakhir;
d) memiliki teman dekat/keluarga yang dapat berposisi sebagai wakil Wajib Pajak yang
diperiksa; atau
e) keadaan, kondisi, dan perbuatan tertentu lainnya yang menurut pertimbangan
pemeriksa pajak dapat mengganggu independensi.
4) Dalam hal pemeriksa pajak mengalami gangguan maka pemeriksa pajak harus
memberitahukan kepada Kepala UP2 tentang adanya gangguan independensi tersebut.
Selanjutnya, Kepala UP2 harus segera mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk
mengatasi gangguan independensi tersebut.
d. Taat terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
Dalam hal diperlukan, pemeriksaan dapat dilaksanakan oleh tenaga ahli dari luar
Direktorat Jenderal Pajak yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak.12
12
PER-23/PJ/2013, Pasal 3 ayat (4)
13
PER-23/PJ/2013, Pasal 4 dan PMK Tata Cara Pemeriksaan, Pasal 8
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 8
b. Pemeriksaan dilaksanakan dengan melakukan pengujian berdasarkan metode
pemeriksaan dan teknik pemeriksaan sesuai dengan program pemeriksaan (audit
program) yang telah disusun;
c. Temuan hasil pemeriksaan harus didasarkan pada bukti kompeten yang cukup dan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;
d. Pemeriksaan dilakukan oleh suatu tim pemeriksa pajak yang terdiri dari seorang
supervisor, seorang ketua tim, dan seorang atau lebih anggota tim, dan dalam keadaan
tertentu ketua tim dapat merangkap sebagai anggota tim;
Keadaan tertentu ketua tim dapat merangkap sebagai anggota tim adalah:
1) terbatasnya jumlah pemeriksa pajak pada UP2; dan/atau
2) berdasarkan pertimbangan Kepala UP2.
e. Tim pemeriksa pajak dapat dibantu oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian tertentu,
baik yang berasal dari Direktorat Jenderal Pajak maupun yang berasal dari instansi di luar
Direktorat Jenderal Pajak yang telah ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak sebagai tenaga
ahli, seperti penerjemah bahasa, ahli di bidang teknologi informasi, dan pengacara;
f. Apabila diperlukan, pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dapat dilakukan secara bersama-sama dengan tim pemeriksa dari instansi lain;
g. Pemeriksaan dapat dilaksanakan di kantor Direktorat Jenderal Pajak, tempat tinggal atau
tempat kedudukan Wajib Pajak, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak,
dan/atau tempat lain yang dianggap perlu oleh pemeriksa pajak;
h. Pemeriksaan dilaksanakan pada jam kerja dan apabila diperlukan dapat dilanjutkan di luar
jam kerja; dan
i. Pelaksanaan pemeriksaan didokumentasikan dalam bentuk Kertas Kerja Pemeriksaan
(KKP).
14
PMK Tata Cara Pemeriksaan, Pasal 74 dan PER-23/PJ/2013, Pasal 7
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 9
bahwa pelaksanaan pemeriksaan sejalan dengan tujuan dan kriteria pemeriksaan.
b. Luas pemeriksaan disesuaikan dengan kriteria dilakukannya pemeriksaan untuk tujuan
lain.
c. Pemeriksaan dilakukan oleh tim pemeriksa pajak yang terdiri dari 1 orang supervisor, 1
orang ketua tim, dan 1 orang atau lebih anggota tim, dan dalam keadaan tertentu ketua tim
dapat merangkap sebagai anggota tim.
Keadaan tertentu ketua tim dapat merangkap sebagai anggota tim adalah:
1) terbatasnya jumlah pemeriksa pajak pada UP2; dan/atau
2) berdasarkan pertimbangan Kepala UP2.
d. Pemeriksaan dapat dilaksanakan di kantor Direktorat Jenderal Pajak, tempat tinggal atau
tempat kedudukan Wajib Pajak, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak,
dan/atau di tempat lain yang dianggap perlu oleh Pemeriksa Pajak.
e. Pemeriksaan dilaksanakan pada jam kerja dan apabila diperlukan dapat dilanjutkan di luar
jam kerja.
f. Pelaksanaan pemeriksaan didokumentasikan dalam bentuk Kertas Kerja Pemeriksaan
(KKP).
15
PMK Tata Cara Pemeriksaan, Pasal 6 dan PER-23/PJ/2013, Pasal 10
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 10
5) data/informasi yang tersedia;
6) buku dan dokumen yang dipinjam;
7) materi yang diperiksa;
8) uraian hasil pemeriksaan;
9) ikhtisar hasil pemeriksaan;
10) penghitungan pajak terutang; dan
11) simpulan dan usul pemeriksa pajak.
c. LHP disusun dan ditandatangani oleh tim pemeriksa pajak.
d. LHP ditandatangani oleh Kepala UP2 untuk mengetahui apakah:
1) Pos-pos yang diperiksa telah sesuai dengan rencana pemeriksaan dan perubahannya.
2) Dasar hukum koreksi telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan.
3.2. Standar Pelaporan Hasil Pemeriksaan untuk Tujuan Lain dalam Rangka
Melaksanakan Ketentuan Perundang-undangan Perpajakan
Kegiatan Pemeriksaan untuk tujuan lain harus dilaporkan dalam bentuk LHP yang
disusun sesuai standar pelaporan hasil pemeriksaan, yaitu:16
a. LHP disusun secara ringkas dan jelas, memuat ruang lingkup atau pos-pos yang diperiksa
sesuai dengan tujuan pemeriksaan, memuat simpulan pemeriksa pajak dan memuat pula
pengungkapan informasi lain yang terkait.
b. LHP untuk tujuan lain sekurang-kurangnya memuat :
1) identitas Wajib Pajak;
2) penugasan pemeriksaan;
3) dasar (tujuan) pemeriksaan;
4) buku dan dokumen yang dipinjam;
5) materi yang diperiksa;
6) uraian hasil pemeriksaan; dan
7) simpulan dan usul pemeriksa.
c. LHP disusun dan ditandatangani oleh tim pemeriksa pajak.
d. LHP ditandatangani oleh Kepala UP2 untuk mengetahui apakah:
1) hasil pemeriksaan telah sesuai kriteria pemeriksaan tujuan lain.
2) simpulan, usul, dan/atau rekomendasi yang diberikan telah memiliki dasar hukum yang
tepat.
16
PMK Tata Cara Pemeriksaan, Pasal 76 dan PER-23/PJ/2013, Pasal 7
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 11
1. Jangka Waktu Pemeriksaan untuk Tujuan Menguji Kepatuhan Pemenuhan
Kewajiban Perpajakan
17
PMK Tata Cara Pemeriksaan, Pasal 15 ayat (1)
18
PMK Tata cara Pemeriksaan, Pasal 15 ayat (2)
19
PMK Tata Cara Pemeriksaan, Pasal 16 ayat (1) dan ayat (2)
20
PMK Tata Cara Pemeriksaan, Pasal 16 ayat (3)
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 12
Wajib Pajak, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak datang
memenuhi Surat Panggilan dalam Rangka Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal
SPHP disampaikan kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang
telah dewasa dari Wajib Pajak.21
Apabila pemeriksaan atas keterangan lain berupa data konkret dilakukan dengan
Pemeriksaan Kantor, jangka waktu pengujian paling lama satu bulan, yang dihitung sejak
tanggal Wajib Pajak, wakil, atau kuasa Wajib Pajak datang memenuhi Surat Panggilan Dalam
Rangka Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal SPHP disampaikan kepada Wajib
Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak.22
Jangka waktu pengujian pemeriksaan kantor, dapat diperpanjang untuk jangka waktu
paling lama dua bulan, kecuali untuk pemeriksaan atas keterangan lain berupa data konkret
yang dilakukan dengan pemeriksaan kantor tidak dapat diperpanjang.23
21
PMK Tata Cara Pemeriksaan, Pasal 15 ayat (3)
22
PMK Tata Cara Pemeriksaan, Pasal 15 ayat (4)
23
PMK Tata Cara Pemeriksaan, Pasal 17 ayat (1)
24
PMK Tata Cara Pemeriksaan, Pasal 17 ayat (2)
25
PMK Tata Cara Pemeriksaan, Pasal 18
26
PMK Tata Cara Pemeriksaan, Pasal 19 ayat (1)
27
SE-06/PJ/2016, butir F angka 1 huruf k
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 13
a. Jangka waktu pengujian pemeriksaan khusus berdasarkan keterangan lain berupa data
konkret paling lama satu bulan dan tidak dapat diperpanjang.
b. Jangka waktu pengujian pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama
adalah:
1) Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi, paling lama tiga bulan dan tidak dapat diperpanjang.
2) Untuk Wajib Pajak Badan, paling lama empat bulan dan tidak dapat diperpanjang.
c. Jangka waktu pengujian pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang terdaftar di KPP selain
KPP Pratama adalah:
1) Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi, paling lama empat bulan dan dapat diperpanjang
paling lama satu bulan dan hanya dapat dilakukan satu kali.
2) Untuk Wajib Pajak Badan, paling lama empat bulan dan dapat diperpanjang paling lama
satu bulan dan hanya dapat dilakukan satu kali.
d. Jangka waktu pengujian pemeriksaan khusus Bea Meterai terhadap Wajib Pajak yang
mendapatkan izin pelunasan Bea Meterai dengan sistem komputerisasi paling lama dua
bulan dan tidak dapat diperpanjang.
e. Jangka waktu pemeriksaan terhadap objek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sektor
Perkebunan, Perhutanan, dan Pertambangan (P3) atas Wajib Pajak yang tidak
mengembalikan Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) sesuai dengan ketentuan Tata
Cara Pemeriksaan dan Penelitian PBB.
f. Jangka waktu pemeriksaan selain pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada huruf a
sampai dengan huruf d sesuai dengan ketentuan Tata Cara Pemeriksaan Pajak yang
berlaku.
g. Jangka waktu pengujian untuk pemeriksaan lapangan yang terkait dengan:
1) Wajib Pajak KKKS Migas,
2) Wajib Pajak dalam satu grup, atau
3) Wajib Pajak yang terindikasi melakukan transaksi yang terkait dengan transfer pricing
dan/atau transaksi khusus lain yang berindikasi adanya rekayasa transaksi keuangan
dapat diperpanjang paling lama satu bulan dan paling banyak dua kali.
h. Khusus untuk pemeriksaan dengan ruang lingkup pemeriksaan satu atau beberapa jenis
pajak, maka jangka waktu pengujian pemeriksaan paling lama dua bulan dan tidak dapat
diperpanjang.
i. Prosedur perpanjangan jangka waktu pengujian diatur sebagai berikut:
1) Pemeriksa Pajak harus mengajukan permohonan perpanjangan jangka waktu
pengujian kepada Kepala UP2.
2) Permohonan perpanjangan jangka waktu pengujian harus disampaikan sebelum jangka
waktu pengujian berakhir.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 14
3) Persetujuan atau penolakan perpanjangan jangka waktu pengujian harus disampaikan
oleh Kepala UP2 kepada pemeriksa pajak sebelum jangka waktu pengujian berakhir.
4) Dalam hal permohonan perpanjangan jangka waktu pengujian disetujui, pemeriksa
pajak harus menyampaikan pemberitahuan perpanjangan tersebut kepada Wajib Pajak.
5) Dalam hal perpanjangan jangka waktu pengujian terkait pemeriksaan Wajib Pajak selain
sebagaimana dimaksud pada huruf a s.d. d, perpanjangan jangka waktu pengujian
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a) prosedur perpanjangan jangka waktu pengujian harus dilakukan setiap kali akan
dilakukan perpanjangan jangka waktu pengujian; dan
b) dilakukan sebelum jangka waktu perpanjangan sebelumnya berakhir.
j. Dalam hal pemeriksaan lapangan atau pemeriksaan kantor dilakukan berdasarkan
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak, jangka waktu pemeriksaan
harus tetap memperhatikan jangka waktu penyelesaian permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B UU KUP.
Jangka waktu Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dan pelaporan baik untuk
pemeriksaan lapangan maupun pemeriksaan kantor paling lama dua bulan, yang dihitung
sejak tanggal Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) disampaikan kepada Wajib
Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota yang telah dewasa dari Wajib Pajak sampai
dengan tanggal LHP.28
Apabila pemeriksaan atas keterangan lain berupa data konkret dilakukan dengan
pemeriksaan kantor, jangka waktu Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dan pelaporan
paling lama sepuluh hari kerja, yang dihitung sejak tanggal SPHP disampaikan kepada Wajib
Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota yang telah dewasa dari Wajib Pajak sampai
dengan tanggal LHP.29
28
PMK Tata Cara Pemeriksaan, Pasal 15 ayat (5)
29
PMK Tata Cara Pemeriksaan, Pasal 15 ayat (6)
30
PMK Tata Cara Pemeriksaan, Pasal 19 ayat (2)
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 15
2. Jangka Waktu Pemeriksaan untuk Tujuan Lain dalam Rangka Melaksanakan
Ketentuan Perundang-undangan Perpajakan
Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis Pemeriksaan Lapangan dilakukan dalam
jangka waktu paling lama empat bulan yang dihitung sejak tanggal Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan Lapangan disampaikan kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau
anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak sampai dengan tanggal LHP.
Sedangkan untuk jenis pemeriksaan kantor dilakukan dalam jangka waktu paling lama empat
belas hari yang dihitung sejak tanggal Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota
keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak, datang memenuhi Surat Panggilan dalam
Rangka Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal dalam LHP. Dalam hal jangka waktu
pemeriksaan baik untuk jenis pemeriksaan lapangan maupuan pemeriksaan kantor berakhir,
pemeriksaan harus diselesaikan.31
Dalam hal pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka permohonan penghapusan
Nomor Pokok Wajib Pajak, jangka waktu pemeriksaan baik untuk jenis pemeriksaan lapangan
maupun pemeriksaan kantor harus memperhatikan jangka waktu penyelesaian permohonan
penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (7)
Undang-Undang KUP.32
Selanjutnya, dalam hal pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka pencabutan
pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, jangka waktu pemeriksaan baik untuk jenis
pemeriksaan lapangan maupun pemeriksaan kantor harus memperhatikan jangka waktu
penyelesaian permohonan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sebagaimana
dimaksud Pasal 2 ayat (9) Undang-Undang KUP.33
31
PMK Tata Cara Pemeriksaan, Pasal 81 ayat (1) s.d. ayat (3)
32
PMK Tata Cara Pemeriksaan, Pasal 81 ayat (4)
33
PMK Tata Cara Pemeriksaan, Pasal 81 ayat (5)
34
SE-06/PJ/2016, butir F angka 1 huruf e
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 16
UP2 Domisili adalah UP2 yang melakukan pemeriksaan dalam rangka menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan domisili. Adapun UP2 Lokasi adalah UP2 yang
melakukan pemeriksaan terhadap kewajiban perpajakan dalam rangka menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan lokasi dan/atau terhadap kegiatan usaha di lokasi selain
domisili Wajib Pajak.
Dalam hal UP2 bertindak sebagai UP2 Domisili, UP2 tersebut dapat melakukan
pemeriksaan seluruh jenis pajak atau pemeriksaan satu atau beberapa jenis pajak. Dalam hal
UP2 bertindak sebagai UP2 Lokasi, UP2 tersebut hanya dapat melakukan pemeriksaan satu
atau beberapa jenis pajak. Selanjutnya, dalam hal UP2 Lokasi sedang melakukan
pemeriksaan lokasi, UP2 Lokasi berdasarkan permintaan UP2 Domisili juga melakukan
penghitungan besarnya peredaran usaha Wajib Pajak yang berada di tempat kegiatan usaha
Wajib Pajak di lokasi UP2 Lokasi, dan mengirimkan hasil perhitungannya dalam bentuk Alat
Keterangan kepada UP2 Domisili.
H. Pemeriksa Pajak
Pemeriksa Pajak untuk pemeriksaan dengan tujuan menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan adalah sebagai berikut:36
1. Pemeriksa Pajak pada UP2 terdiri dari:
a. Pejabat Fungsional Pemeriksa Pajak;
b. Petugas Pemeriksa Pajak yang diangkat oleh Kepala UP2; dan/atau
c. Tenaga ahli yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak (Dirjen Pajak) dan diberi tugas,
wewenang, dan tanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan.
2. Pemeriksa Pajak diberikan kartu tanda pengenal pemeriksa pajak.
3. Tim Pemeriksa Pajak dapat terdiri dari:
a. Pejabat Fungsional Pemeriksa Pajak;
b. Petugas Pemeriksa Pajak;
c. Gabungan antara Pejabat Fungsional Pemeriksa Pajak dan Petugas Pemeriksa Pajak.
4. Petugas Pemeriksa Pajak
35
SE-06/PJ/2016, butir G angka 1 huruf c
36
SE-06/PJ/2016, butir F angka 1 huruf f
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 17
a. Petugas Pemeriksa Pajak adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan DJP, selain
Pejabat Fungsional Pemeriksa Pajak, yang ditunjuk oleh Kepala KPP atau Kepala
Kanwil DJP, yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab oleh Dirjen Pajak untuk
melaksanakan pemeriksaan.
b. Penunjukan Petugas Pemeriksa Pajak di KPP ditetapkan sebagai berikut:
1) Kepala Seksi Pemeriksaan dan Pelaksana pada Seksi Pemeriksaan di setiap KPP
harus ditunjuk sebagai Petugas Pemeriksa Pajak;
2) Petugas Pemeriksa Pajak selain dimaksud pada angka 1) ditunjuk sesuai dengan
pertimbangan Kepala KPP.
c. Penunjukan Petugas Pemeriksa Pajak di Kanwil DJP dilakukan sesuai dengan
pertimbangan Kepala Kanwil DJP.
d. Penunjukan Petugas Pemeriksa Pajak di KPP atau Kanwil DJP dilakukan dengan
menggunakan surat keputusan Kepala KPP atau Kepala Kanwil DJP.
e. Terhadap Petugas Pemeriksa Pajak yang ditunjuk harus diberikan pelatihan teknis
sehingga memiliki keterampilan sebagai Pemeriksa Pajak.
f. Seluruh dokumentasi kegiatan pemeriksaan yang dilakukan oleh Petugas Pemeriksa
Pajak dilakukan di Seksi Pemeriksaan.
1. SP2 dan SP2 Perubahan untuk Pemeriksaan dengan Tujuan Menguji Kepatuhan
Pemenuhan Kewajiban Perpajakan37
SP2 diterbitkan berdasarkan:
a. instruksi/persetujuan/penugasan pemeriksaan dari Kepala Kanwil DJP atau Direktur P2;
b. persetujuan pemeriksaan dari Kepala KPP;
c. surat permintaan pemeriksaan lokasi oleh UP2 Domisili; atau
d. surat persetujuan pengalihan pemeriksaan.
Susunan tim Pemeriksa Pajak paling sedikit terdiri dari dua orang, yaitu
1 orang supervisor dan 1 orang ketua tim yang merangkap sebagai anggota tim. Dalam hal
susunan tim pemeriksa pajak diubah, Kepala UP2 harus menerbitkan SP2 Perubahan.
Pemeriksa pajak wajib memperlihatkan SP2 Perubahan kepada Wajib Pajak.
2. SP2 dan SP2 Perubahan untuk Pemeriksaan dengan Tujuan Lain dalam Rangka
Melaksanakan Ketentuan Perundang-undangan Perpajakan38
37
SE-06/PJ/2016, butir F angka 1 huruf g
38
SE-06/PJ/2016, butir G angka 1 huruf d
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 18
SP2 diterbitkan berdasarkan instruksi pemeriksaan dari Direktur P2,
instruksi/penugasan pemeriksaan dari Kepala Kanwil DJP, atau persetujuan dari Kepala KPP.
Kepala UP2 harus menerbitkan SP2 Perubahan dalam hal susunan tim pemeriksa pajak
diubah. Pemeriksa pajak harus menyerahkan atau mengirimkan tembusan SP2 Perubahan
kepada Wajib Pajak.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 19
g. Permintaan penjelasan kepada Wajib Pajak dan permintaan keterangan kepada pihak
ketiga;
h. Perubahan rencana pemeriksaan dan program pemeriksaan;
i. Tindak lanjut pemeriksaan setelah pengujian di tempat Wajib Pajak dan pemeriksaan atas
buku, catatan dan dokumen;
j. Kegiatan apabila terdapat pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT;
k. Pembahasan temuan sementara hasil pemeriksaan, pemberitahuan hasil pemeriksaan,
dan tanggapan Wajib Pajak atas pemberitahuan hasil pemeriksaan; dan
l. Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan.
Dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksan, bisa saja terjadi pembahasan sampai pada
tingkat pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan.
Gambar 1.1.
Alur Kegiatan Pemeriksaan Lapangan Untuk Tujuan Menguji
Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 20
2. Alur Kegiatan Pemeriksaan Kantor untuk Tujuan Menguji Kepatuhan Pemenuhan
Kewajiban Perpajakan
Gambar 1.2.
Alur Kegiatan Pemeriksaan Kantor untuk Tujuan Menguji
Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
K. Latihan
Instruksi:
Jawablah pertanyaan-peratnyaan di bawah ini dengan jelas dan lugas!
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 21
1. Jelaskan pengertian dan tujuan pemeriksaan pajak!
2. Jelaskan jenis pemeriksaan pajak!
3. Jelaskan ruang lingkup pemeriksaan pajak!
4. Jelaskan kriteria pemeriksaan pajak!
5. Jelaskan standar pemeriksaan pajak!
6. Jelaskan jangka waktu pemeriksaan pajak!
7. Jelaskan UP2 dalam pemeriksaan pajak!
8. Jelaskan siapa yang menjadi pemeriksa pajak dalam pemeriksaan untuk tujuan menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan!
9. Jelaskan atas dasar apa SP2 diterbitkan dalam pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan!
10. Jelaskan alur kegiatan pemeriksaan untuk tujuan menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan baik untuk pemeriksaan lapangan maupun pemeriksaan kantor!
L. Rangkuman
Pemeriksaan pajak merupakan keniscayaan dalam sistem pemungutan pajak di
Indonesia yang menganut sistem self assessment. Adapun tujuan pemerksaan pajak adalah
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan (selanjutnya disebut untuk
menguji kepatuhan) dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan (selanjutnya disebut untuk tujuan lain).
Dilihat dari sisi ruang lingkup pemeriksaannya, pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
mencakup pemeriksaan untuk satu atau beberapa masa pajak baik untuk satu atau beberapa
masa pajak, satu bagian tahun pajak atau tahun pajak, baik tahun-tahun lalu maupun tahun
berjalan atau pemeriksaan untuk seluruh jenis pajak untuk bagian tahun pajak atau tahun
pajak, baik tahun-tahun lalu maupun tahun berjalan. Adapun ruang lingkup pemeriksaan untuk
tujuan lain dapat meliputi penentuan, pencocokan, atau pengumpulan materi yang berkaitan
dengan tujuan pemeriksaan.
Dari sisi kriterianya, terdapat dua kriteria yang merupakan alasan dilakukannya
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan yaitu pemeriksaan rutin dan pemeriksaan khusus.
Pemeriksaan khusus dapat dilakukan berdasarkan keterangan lain berupa data konkret atau
berdasarkan analisis risiko (risk based audit). Pemeriksaan untuk tujuan lain dilakukan
dengan kriteria antara lain penerbitan NPWP dan/atau Pengukuhan PKP secara jabatan,
penghapusan NPWP baik atas permohonan Wajib Pajak maupun secara jabatan, pencabutan
pengukuhan PKP baik atas permohonan Wajib Pajak maupun secara jabatan, Wajib Pajak
mengajukan keberatan, dan lain-lain.
Pemeriksaan pajak baik untuk tujuan menguji kepatuhan dan/atau untuk tujuan lain
harus dilakukan berdasarkan standar pemeriksaan yang meliputi standar umum pemeriksaan,
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 22
standar pelaksanaan pemeriksaan, dan standar pelaporan hasil pemeriksaan. Standar
pemeriksaan digunakan sebagai ukuran mutu pemeriksaan, yang merupakan capaian
minimum yang harus dicapai dalam melaksanakan pemeriksaan.
Selanjutnya, pemeriksaan pajak harus dilaksanakan sesuai dengan jangka waktu yang
ditetapkan. Jangka waktu pemeriksaan untuk menguji kepatuhan dibagi menjadi dua bagian,
yaitu jangka waktu pengujian dan jangka waktu pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan
pelaporan. Jangka waktu pengujian berbeda antara pemeriksaan khusus berdasarkan
keterangan lain berupa data konkret dengan jangka waktu pengujian untuk pemeriksaan
selainnya. Jangka waktu pengujian selain berdasarkan keterangan lain berupa data konkret
dibedakan antara yang dilakukan oleh KPP Pratama dan KPP selain KPP Pratama yang
jangka waktunya juga berbeda untuk pemeriksaan terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi dan
Wajib Pajak Badan. Jangka waktu pemeriksaan untuk tujuan lain tidak dibedakan menjadi
jangka waktu pengujian dan jangka waktu pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan
pelaporan karena dalam pemeriksaan untuk tujuan lain tidak ada pembahasan akhir hasil
pemeriksaan.
Dari sisi yang melakukan pemeriksaan pajak, yang bertindak sebagai UP2 baik
pemeriksaan untuk tujuan menguji kepatuhan maupun tujuan lain adalah KPP, Kanwil DJP,
atau Direktorat P2. Adapun pemeriksa pajaknya adalah pemeriksa pajak pada UP2 yang
terdiri dari Pejabat Fungsional Pemeriksa Pajak, Petugas Pemeriksa Pajak yang diangkat oleh
Kepala UP2, dan/atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Dirjen Pajak dan diberi tugas,
wewenang, dan tanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan. Dalam menjalankan
tugasnya pemeriksa pajak tersebut tergabung dalam tim pemeriksa pajak yang dapat terdiri
dari Pejabat Fungsional Pemeriksa Pajak, Petugas Pemeriksa Pajak, dan gabungan antara
Pejabat Fungsional Pemeriksa Pajak dan Petugas Pemeriksa Pajak.
Pemeriksa pajak dalam menjalankan tugasnya harus berdasarkan SP2 yang
diterbitkan oleh Kepala UP2. SP2 diterbitkan berdasarkan instruksi/persetujuan/penugasan
pemeriksaan dari Kepala Kanwil DJP atau Direktur P2, persetujuan pemeriksaan dari Kepala
KPP, surat permintaan Pemeriksaan Lokasi oleh UP2 Domisili; atau surat persetujuan
pengalihan pemeriksaan.
M. Tes Formatif
Instruksi:
Lingkarilah huruf B apabila pernyataan berikut ini benar atau huruf S apabila pernyataan
berikut ini salah.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 23
1. B-S Tujuan pemeriksaan pajak adalah untuk mendapatkan temuan pemeriksaan
yang digunakan untuk melakukan koreksi atas pos-spos SPT yang diperiksa.
2. B-S Pemeriksaan lapangan adalah pemeriksaan yang seluruh pengujian atas
pos-pos yang diperiksa dilakukan di tempat Wajib Pajak.
3. B-S Dilihat dari sisi cakupan jenis pajak yang diperiksa, cakupan pemeriksaan
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan meliputi
pemeriksaan satu atau beberapa jenis pajak atau pemeriksaan seluruh jenis
pajak.
4. B-S Jenis pemeriksaan pajak terdiri dari pemeriksaan rutin dan pemeriksaan
khusus.
5. B-S Pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang dilakukan berdasarkan hasil
analisis risiko menunjukkan adanya indikasi ketidakpatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan merupakan pemeriksaan khusus.
6. B-S Pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang mengajukan permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17B Undang-Undang KUP merupakan pemeriksaan rutin.
7. B-S Pemeriksaan terhadap Wajib Pajak dalam rangka penerbitan NPWP
dan/atau Pengukuhan PKP secara jabatan merupakan pemeriksaan dalam
rangka untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan.
8. B-S Salah satu standar pemeriksaan adalah pemeriksa pajak harus
menggunakan keterampilannya secara cermat dan seksama. Standar ini
termasuk standar umum pemeriksaan.
9. B-S Salah satu standar pemeriksaan adalah temuan hasil pemeriksaan harus
didasarkan pada bukti kompeten yang cukup dan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan. Standar ini termasuk standar
umum pemeriksaan.
10. B-S Jangka waktu pengujian untuk pemeriksaan kantor dalam rangka menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dimulai sejak disampaikannya
Surat Panggilan dalam Rangka Pemeriksaan Kantor kepada Wajib Pajak.
11. B-S Jangka waktu pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan pelaporan untuk
pemeriksaan dalam rangka menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan selain pemeriksaan data konkret adalah dua bulan sejak tanggal
penyampaian SPHP sampai dengan tanggal LHP.
12. B-S Jangka waktu pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan perundang-undangan perpajakan meliputi jangka waktu pengujian
dan jangka waktu pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan pelaporan.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 24
13. B-S Yang dapat bertindak sebagai UP2 untuk pemeriksaan dalam rangka
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan hanya KPP dan
Direktorat P2.
14. B-S Tenaga ahli dapat ditunjuk oleh Dirjen Pajak dan diberi tugas, wewenang,
dan tanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan.
15. B-S Susunan tim Pemeriksa Pajak paling sedikit terdiri dari tiga orang, yaitu
1 orang supervisor, 1 orang ketua tim, dan 1 orang anggota tim.
N. Umpan Balik
Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban yang tersedia. Hitunglah jawaban
Anda yang benar kemudian gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat pemahaman
Anda terhadap materi kegiatan belajar ini.
Catatan:
TP = Tingkat Pemahaman
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 25
Kegiatan Belajar 2
Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat dapat:
1. menjelaskan asersi manajemen;
2. menjelaskan tujuan audit terkait asersi manajemen.
A. Asersi Manajemen
Pembahasan asersi manajemen dalam modul ini menggunakan buku yang ditulis oleh
Arens, Elder, dan Beasly yang berjudul Auditing and Assurance Services, An Integrated
Approach pada tahun 2012 dari halaman 173 sampai dengan halaman 176. Walaupun buku
tersebut lebih ditujukan penggunaannya untuk audit tujuan umum (general audit) namun
pemeriksa pajak perlu juga memahami asersi manajemen tersebut yang nantinya dapat
digunakan untuk mengembangkan tujuan audit atas pos-pos SPT yang diperiksa beserta pos-
pos turunannya sehingga pemeriksa pajak dapat memilih teknik pemeriksaan beserta
prosedur pemeriksaannya yang tepat untuk menguji pos-pos SPT yang diperiksa beserta pos-
pos turunannya.
Selain itu Arens, Elder, dan Beasly juga menyatakan bahawa asersi manajemen
secara langsung berkaitan dengan kerangka kerja pelaporan keuangan/prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum yang digunakan oleh perusahaan, karena asersi ini merupakan
bagian dari kriteria yang digunakan manajemen untuk mencatat dan mengungkapkan
informasi akuntansi dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, auditor harus memahami
asersi manajemen untuk melakukan audit yang memadai.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 26
2. Kategori Asersi Manajemen
Standar auditing internasional mengklasifikasi asersi manajemen ke dalam tiga
kategori, yaitu:
a. Asersi tentang kelas transaksi dan peristiwa selama periode yang diaudit;
b. Asersi tentang saldo akun pada akhir periode; dan
c. Asersi tentang penyajian dan pengungkapan.
Setiap kategori asersi manajemen tersebut terdiri dari asersi-asersi khusus. Asersi-
asersi khusus ini dikelompokkan sehingga asersi yang berkaitan di antara kategori asersi
dimasukkan ke dalam baris tabel yang sama. Asersi-asersi khusus dalam setiap kategori
transaksi disajikan dalam Tabel 2.1 berikut ini.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 27
Tabel 2.1
Asersi Manajemen untuk Setiap Kategori Asersi
Asersi tentang Kelas Transaksi Asersi tentang Saldo Akun Asersi tentang Penyajian dan
dan Peristiwa Pengungkapan
Keterjadian (occurrence) – Eksistensi/keberadaan Keterjadian dan hak serta
transaksi dan peristiwa yang (existence) – aset, kewajiban, kewajiban (occurrence and
dicatat telah terjadi dan dan ekuitas ada rights and obligations) –
berkaitan dengan entitas peristiwa dan transaksi yang
diungkapkan telah terjadi dan
berkaitan dengan entitas
Kelengkapan (completeness) – Kelengkapan (completeness) – Kelengkapan (completeness) –
semua transaksi dan peristiwa semua aset, kewajiban, dan semua pengungkapan yang
yang seharusnya telah dicatat, ekuitas yang seharusnya telah seharusnya dimasukkan dalam
telah dicatat dicatat, telah dicatat laporan keuangan, telah
dimasukkan
Keakuratan (accuracy) – Penilaian dan alokasi (valuation Keakuratan dan penilaian
jumlah dan data lain yang and allocation) – aset, (accuracy and valuation) –
berkaitan dengan transaksi kewajiban, dan ekuitas informasi keuangan dan
dan peristiwa yang dicatat, dimasukkan dalam laporan informasi lainnya telah
telah dicatat dengan tepat keuangan pada jumlah yang diungkapkan secara tepat
tepat dan setiap hasil pada jumlah yang tepat
penyesuaian penilaian dicatat
dengan tepat
Klasifikasi (classification) – Klasifikasi dan dapat dipahami
transaksi dan peristiwa telah (classification and
dicatat dalam akun yang tepat understandability) – informasi
keuangan dan informasi
lainnya telah disajikan dan
diuraikan secara tepat serta
pengungkapan telah
dinyatakan secara jelas
Pisah batas (cutoff) – transaksi
dan peristiwa telah dicatat
dalam periode akuntansi yang
benar
Hak dan kewajiban (rights and
obligations) – entitas memiliki
atau mengendalikan hak atas
aset, dan kewajiban
merupakan kewajiban entitas
tersebut
Diterjemahkan dari Tabel 6-2 dari buku Arens, Elder, dan Beasly (2012: 174)
Dalam tabel tersebut di atas tampak bahwa terdapat lima asersi manajemen
mengenai transaksi dan asersi tersebut juga diterapkan terhadap peristiwa lain yang
dicerminkan di dalam catatan akuntansi, seperti pencatatan penyusutan dan pengakuan
kewajiban pensiun. Sebagai contoh, begitu entitas melaporkan penjualan di Laporan Laba
Rugi Komprehensif sebesar Rp500.000.000.000, maka manajemen telah menyatakan bahwa
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 28
penjualan tersebut memang benar-benar terjadi (asersi keterjadian), tidak ada penjualan yang
terjadi tidak dimasukkan dalam jumlah penjualan tersebut (asersi kelengkapan), tidak terdapat
kesalahan perhitungan atau pencatatan jumlah dalam bukti atau pembukuan yang
mendukung penjualan tersebut (asersi keakuratan), transaksi penjualan telah diklasifikasikan
dalam akun yang tepat sehingga tidak ada transaksi penjualan yang dicatat dalam akun
pendapatan lainnya (asersi klasifikasi), dan transaksi penjualan tersebut memang telah
dicatat dalam periode akuntansi yang tepat (asersi pisah batas).
Selanjutnya, dalam tabel tersebut di atas tampak bahwa terdapat empat jenis asersi
manajemen mengenai saldo akun pada akhir periode akuntansi. Sebagai contoh, begitu
entitas melaporkan mesin sebesar Rp5.000.000.000 dalam Laporan Posisi Keuangan, maka
manajemen telah menyatakan bahwa mesin tersebut memang benar-benar ada (asersi
eksistensi/keberadaan), tidak ada mesin yang memang ada tapi belum dilaporkan dalam
jumlah tersebut (asersi kelengkapan), mesin yang dilaporkan tersebut dinilai/diukur dalam
jumlah yang tepat dan apabila terdapat penyesuaian karena penilaian berdasarkan standar
akuntansi keuangan maka hasil penyesuaian penilaian dicatat dengan tepat (asersi penilaian
dan alokasi), dan mesin yang dilaporkan tersebut memang merupakan milik entitas atau
entitas memiliki hak untuk mengendalikan mesin tersebut (asersi hak dan kewajiban).
Terakhir, dalam tabel tersebut di atas tampak bahwa terdapat empat jenis asersi yang
dinyatakan manajemen mengenai penyajian dan pengungkapan. Seiring dengan semakin
meningkatnya kompleksitas transaksi, asersi manajemen tentang penyajian dan
pengungkapan telah meningkat juga. Peristiwa dan transaksi yang diungkapkan dalam
laporan keuangan memang telah terjadi dan berkaitan dengan entitas (asersi keterjadian dan
hak serta kewajiban), semua pengungkapan yang seharusnya dimasukkan dalam laporan
keuangan, telah dimasukkan (asersi kelengkapan), informasi keuangan dan informasi lainnya
telah diungkapkan secara tepat pada jumlah yang tepat (asersi keakuratan dan penilaian) dan
informasi keuangan dan informasi lainnya telah disajikan dan diuraikan secara tepat serta
pengungkapan telah dinyatakan secara jelas (asersi klasifikasi dan dapat dipahami).
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 29
aset dilaporkan terlalu rendah atau kewajiban dilaporkan terlalu tinggi, berarti kekayaan bersih
dilaporkan terlalu rendah sehingga terdapat tambahan kekayaan neto yang berasal dari
penghasilan yang belum dilaporkan. Hal ini merupakan Objek Pajak berdasarkan Pasal 4 ayat
(1) Undang-undang PPh. Hal lain yang perlu diwaspadai juga oleh Pemeriksa Pajak adalah
Wajib Pajak melaporkan kewajibannya terlalu tinggi, namun diimbangi dengan melaporkan
asetnya terlalu tinggi sehingga seolah-olah kekayaan netonya dilaporkan secara wajar.
Dengan aset dan kewajiban dilaporkan terlalu tinggi bisa berdampak pada adanya biaya yang
dilaporkan terlalu tinggi namun biaya tersebut tidak terjadi, misalnya biaya pemeliharaan,
biaya penyusutan, dan biaya bunga. Berdasarkan Pasal 12 ayat (3) Undang-undang KUP
disebutkan bahwa apabila Direktur Jenderal Pajak mendapatkan bukti jumlah pajak yang
terutang menurut Surat Pemberitahuan tidak benar, Direktur Jenderal Pajak menetapkan
jumlah pajak yang terutang.
Untuk pengujian penghasilan bruto, pemeriksa pajak perlu memahami asersi
manajemen terkait dengan kelas transaksi berupa asersi kelengkapan, asersi keakuratan,
asersi klasifikasi, dan asersi pisah batas. Selain itu, Pemeriksa Pajak perlu juga untuk
memahami asersi manajemen terkait dengan penyajian dan pengungkapan berupa asersi
kelengkapan, asersi keakuratan dan penilaian, dan asersi klasifikasi dan dapat dipahami. Hal
ini penting untuk mengembangkan tujuan audit atas pos-pos penghasilan bruto yang terpilih
untuk diperiksa berdasarkan identifikasi masalah pada tahap persiapan pemeriksaan dan
sekaligus menentukan teknik pemeriksaan beserta prosedur pemeriksaan yang tepat untuk
menguji pos-pos penghasilan bruto yang terpilih untuk diperiksa tersebut. Selain itu, juga
berguna untuk mengembangkan tujuan audit terkait Objek PPN, PPh Pasal 22, dan PPh Final
atas pengalihan hak atas tanah dan bangunan.
Untuk pengujian biaya, pemeriksa pajak perlu memahami asersi manajemen terkait
dengan kelas transaksi berupa asersi keterjadian, asersi keakuratan, asersi klasifikasi, dan
asersi pisah batas. Selain itu, Pemeriksa Pajak perlu juga untuk memahami asersi manajemen
terkait dengan penyajian dan pengungkapan berupa asersi keterjadian dan hak serta
kewajiban, asersi keakuratan dan penilaian, dan asersi klasifikasi dan dapat dipahami. Hal ini
penting mengembangkan tujuan audit atas pos-pos biaya yang terpilih untuk diperiksa
berdasarkan identifikasi masalah pada tahap persiapan pemeriksaan dan sekaligus
menentukan teknik pemeriksaan beserta prosedur pemeriksaan yang tepat untuk menguji
pos-pos biaya yang terpilih untuk diperiksa tersebut.
Untuk pengujian apakah aset dinyatakan terlalu rendah di laporan posisi keuangan
yang berdampak pada adanya tambahan kemampuan ekonomis (penghasilan neto)
dilaporkan terlalu rendah, pemeriksa pajak perlu memahami asersi manajemen terkait saldo
akun berupa asersi eksistensi/keberadaan, asersi kelengkapan, asersi penilaian dan alokasi,
dan asersi hak dan kewajiban. Selain itu, pemeriksa pajak perlu juga untuk memahami asersi
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 30
manajemen terkait dengan penyajian dan pengungkapan berupa asersi kelengkapan, asersi
keakuratan dan penilaian, dan asersi klasifikasi dan dapat dipahami. Hal ini penting
mengembangkan tujuan audit untuk menguji tambahan kemampuan ekonomis (penghasilan
neto) yang belum dilaporkan oleh Wajib Pajk di SPT.
Untuk pengujian apakah kewajiban dinyatakan terlalu tinggi di laporan posisi keuangan
yang berdampak pada adanya tambahan kemampuan ekonomis (penghasilan neto)
dilaporkan terlalu rendah, pemeriksa pajak perlu memahami asersi manajemen terkait saldo
akun berupa asersi eksistensi/keberadaan, asersi penilaian dan alokasi, dan asersi hak dan
kewajiban. Selain itu, pemeriksa pajak perlu juga untuk memahami asersi manajemen terkait
dengan penyajian dan pengungkapan berupa asersi keterjadian dan hak serta kewajiban,
asersi keakuratan dan penilaian, dan asersi klasifikasi dan dapat dipahami. Hal ini penting
mengembangkan tujuan audit untuk menguji tambahan kemampuan ekonomis (penghasilan
neto) yang belum dilaporkan oleh Wajib Pajk di SPT.
B. Tujuan Audit Terkait Asersi Manajemen versus Tujuan Audit atas Pos-pos yang
Diperiksa untuk Keperluan Pemeriksaan Pajak
Pembahasan tujuan audit terkait asersi manajemen untuk audit menggunakan buku
yang ditulis oleh Arens, Elder, dan Beasly (2012) dari halaman dari halaman 176 sampai
dengan halaman 181. Walaupun buku tersebut lebih ditujukan penggunaannya untuk audit
umum (general audit) namun perlu juga Pemeriksa Pajak memahami tujuan audit terkait
asersi manajemen yang nantinya berguna untuk memilih tujuan audit yang tepat untuk
menguji pos-pos SPT beserta pos-pos turunannya yang akan diperiksa. Auditor harus
memutuskan tujuan audit yang tepat dan bukti yang harus dikumpulkan untuk memenuhi
tujuan tersebut pada setiap audit.
Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi mengikuti dan berhubungan erat
dengan asersi manajemen tentang kelas transaksi. Ada enam tujuan audit yang secara umum
berkaitan dengan transaksi yang dapat diterapkan pada setiap kelas transaksi, yaitu:
- Keterjadian (occurance) – transaksi yang dicatat memang ada.
- Kelengkapan (completeness) – transaksi yang ada/terjadi telah dicatat.
- Keakuratan (accuracy) – transaksi yang dicatat dinyatakan pada jumlah yang benar.
- Pemindahan dan pengikhtisaran (posting and summarization) – transaksi yang dicatat
dimasukkan ke dalam file induk (master files) secara tepat dan diikhtisarkan dengan benar.
- Klasifikasi (classification) – transaksi yang dicatat dalam jurnal telah diklasifikasikan secara
tepat.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 31
- Penetapan waktu (timing) – transaksi dicatat pada tanggal yang benar.
Berikut ini uraian dari masing-masing tujuan audit umum yang berkaitan dengan
transaksi.
a. Keterjadian (Occurance) – Transaksi yang Dicatat Memang Ada
Tujuan ini berkaitan dengan apakah transaksi dicatat memang benar-benar terjadi.
Pencatatan transaksi penjualan ke dalam jurnal penjualan ketika tidak ada penjualan
merupakan pelanggaran atas tujuan keterjadian. Tujuan ini merupakan imbangan
(counterpart) auditor terhadap asersi manajemen tentang keterjadian untuk kelas transaksi.
Tujuan keterjadian berkaitan dengan kemungkinan transaksi lebih dicatat (lebih saji).
Untuk keperluan pemeriksaan pajak, tujuan audit keterjadian terkait asersi manajemen
tentang kelas transaksi ini cocok untuk menguji biaya yang dilaporkan di SPT Tahunan PPh
dan kredit pajak.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 32
d. Pemindahan dan Pengikhtisaran (Posting and Summarization) – Transaksi yang
Dicatat Dimasukkan kedalam File Induk (Master Files) dan Diikhtisarkan dengan
Benar
Tujuan ini berkaitan dengan keakuratan transfer informasi dari transaksi yang dicatat
dalam jurnal ke buku pembantu dan buku besar. Ini merupakan bagian dari asersi keakuratan
untuk kelas transaksi. Sebagai contoh, jika transaksi penjualan dicatat dalam catatan
pelanggan yang salah atau pada jumlah yang salah dicatat dalam file induk, jumlah seluruh
transaksi penjualan dipindahkan dari jurnal penjualan ke buku besar tidak akurat, maka tujuan
ini dilanggar.
Untuk keperluan pemeriksaan pajak, tujuan audit pemindahan dan pengikhtisaran
terkait asersi manajemen tentang kelas transaksi ini cocok untuk menguji penghasilan bruto
dan biaya yang dilaporkan di SPT Tahunan PPh.
Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo serupa dengan tujuan audit yang berkaitan
dengan transaksi . Tujuan tersebut juga mengikuti asersi manajemen dan memberikan
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 33
kerangka kerja untuk membantu auditor mengumpulkan bukti yang tepat yang cukup yang
berkaitan dengan saldo akun. Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo diterapkan pada
saldo akun, seperti piutang usaha dan persediaan, bukan kelas transaksi seperti penjualan
dan pembelian persediaan.
Terdapat delapan tujuan audit yang secara umum yang berkaitan dengan saldo, yaitu:
- Eksistensi/keberadaan (existence) – jumlah yang tercantum memang ada;
- Kelengkapan (completeness) – jumlah yang ada telah dicantumkan;
- Keakuratan (accuracy) – jumlah yang tercantum telah dinyatakan pada jumlah benar;
- Klasifikasi (classification) – jumlah yang tercantum telah diklasifikasikan dengan tepat;
- Pisah batas (cutoff) - transaksi yang mendekati tanggal neraca telah dicatat pada periode
yang tepat;
- Hubungan yang rinci (detail tie-in) – rincian saldo akun sesuai dengan jumlah pada file
induk (master file) yang berkaitan, sesuai dengan total saldo akun, dan sesuai dengan total
di buku besar;
- Nilai yang dapat direalisasi (realizable value) – aset dicantumkan pada jumlah yang
diestimasi akan direalisasi; dan
- Hak dan kewajiban (rights and obligations).
Berikut ini adalah uraian dari masing-masing tujuan audit yang secara umum berkaitan
dengan saldo.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 34
b. Kelengkapan (Completeness) – Jumlah yang Ada Telah Dicantumkan
Tujuan ini bersangkutan dengan apakah semua jumlah yang harus tercatat pada suatu
akun benar-benar telah dicatat. Kelalaian untuk mencantumkan piutang usaha pelanggan
dalam neraca apabila piutang usaha itu memang ada merupakan pelanggaran terhadap
tujuan kelengkapan. Tujuan ini adalah imbangan auditor atas asersi manajemen tentang
kelengkapan untuk saldo akun.
Untuk keperluan pemeriksaan pajak, tujuan audit kelengkapan terkait asersi
manajemen tentang saldo akun pada tanggal neraca cocok untuk menguji apakah aset
dinyatakan terlalu rendah (understated) di laporan posisi keuangan yang berdampak pada
adanya tambahan kemampuan ekonomis (penghasilan neto) dilaporkan terlalu rendah. Selain
itu, juga cocok untuk menguji apakah aset dinyatakan terlalu tinggi di laporan posisi keuangan
untuk mengimbangi kewajiban yang dinyatakan terlalu tinggi yang berdampak pada adanya
biaya-biaya ikutan yang sebetulnya tidak terjadi, misalnya biaya pemeliharaan, biaya
penyusutan, dan biaya lainnya yang mengakibatkan penghasilan kena pajak dilaporkan terlalu
rendah.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 35
dan pengungkapan, yaitu bagaimana saldo-saldo itu diklasifikasikan dalam akun-akun buku
besar sehingga dapat disajikan dan diungkapkan secara tepat dalam laporan keuangan.
Untuk keperluan pemeriksaan pajak, tujuan audit klasifikasi terkait asersi manajemen
tentang saldo akun pada tanggal neraca cocok untuk menguji apakah aset dan kewajiban
diklasifikasikan dalam jumlah yang benar yang dapat digunakan untuk mendukung pengujian
penghasilan neto yang diaporkan oleh Wajib Pajak.
e. Pisah Batas (Cutoff) - Transaksi yang Mendekati Tanggal Neraca Telah Dicatat pada
Periode yang Tepat
Dalam menguji pisah batas atas saldo akun, tujuan auditor adalah menentukan
apakah transaksi-transaksi telah dicatat dan dimasukkan dalam saldo akun pada periode
yang tepat. Pengujian pisah batas bisa dipandang sebagai bagian dari pemeriksaan akun
neraca atau transaksi yang berkaitan, tetapi demi kemudahan biasanya auditor melakukannya
sebagai bagian dari audit atas akun-akun neraca. Tujuan penetapan waktu untuk transaksi
berkaitan dengan penetapan waktu yang tepat untuk pencatatan transaksi selama tahun
berjalan, dimana tujuan pisah batas untuk tujuan audit terkait saldo hanya berkaitan dengan
transaksi menjelang akhir tahun. Sebagai contoh, dalam audit per 31 Desember, transaksi
penjualan yang dicatat pada bulan Maret padahal barangnya dikirimkan pada bulan Februari
merupakan kekeliruan yang bertentangan dengan tujuan audit yang berkaitan dengan
transaksi, tetapi bukan kekeliruan tujuan audit yang berkaitan dengn saldo.
Untuk keperluan pemeriksaan pajak, tujuan audit pisah batas terkait asersi
manajemen tentang saldo akun pada tanggal neraca cocok untuk menguji apakah aset dan
kewajiban dilaporkan pada tanggal yang tepat untuk menghindari apakah aset dinyatakan
terlalu rendah (understated) atau kewajiban dinyatakan terlalu tinggi (overstated) yang
berdampak pada tambahan kemampuan ekonomis (penghasilan neto) dilaporkan terlalu
rendah atau aset dinyatakan terlalu tinggi di laporan posisi keuangan untuk mengimbangi
kewajiban yang dinyatakan terlalu tinggi yang berdampak pada adanya biaya-biaya ikutan
yang sebetulnya tidak terjadi, misalnya biaya pemeliharaan, biaya penyusutan, dan biaya
lainnya yang mengakibatkan penghasilan kena pajak dilaporkan terlalu rendah.
f. Hubungan yang Rinci (Detail Tie-In) – Rincian Saldo Akun Sesuai dengan Jumlah
pada File Induk (Master Files) yang Berkaitan, Sesuai dengan Total Saldo Akun, dan
Sesuai dengan Total Buku Besar
Saldo akun dalam laporan keuangan didukung oleh rincian pada file induk dan skedul
yang dibuat oleh klien. Tujuan hubungan yang rinci ini memastikan rincian dalam daftar telah
disiapkan secara akurat, ditambahkan dengan benar, dan sesuai dengan buku besar. Sebagai
contoh, setiap piutang usaha yang tertera dalam daftar piutang usaha seharusnya sama
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 36
dengan yang ada dalam file induk piutang usaha, dan totalnya harus sama dengan akun
pengendalian buku besar. Hubungan yang rinci juga merupakan bagian dari asersi penilaian
dan alokasi untuk saldo akun.
Untuk keperluan pemeriksaan pajak, tujuan audit hubungan yang rinci terkait asersi
manajemen tentang saldo akun pada tanggal neraca cocok untuk menguji apakah aset dan
kewajiban dilaporkan pada jumlah yang tepat untuk menghindari apakah aset dinyatakan
terlalu rendah (understated) atau kewajiban dinyatakan terlalu tinggi (overstated) yang
berdampak pada adanya tambahan kemampuan ekonomis (penghasilan neto) dilaporkan
terlalu rendah atau aset dinyatakan terlalu tinggi di laporan posisi keuangan untuk
mengimbangi kewajiban yang dinyatakan terlalu tinggi yang berdampak pada adanya biaya-
biaya ikutan yang sebetulnya tidak terjadi, misalnya biaya pemeliharaan, biaya penyusutan,
dan biaya lainnya yang mengakibatkan penghasilan kena pajak dilaporkan terlalu rendah.
g. Nilai yang Dapat Direalisasi (Realizable Value) – Aset Dicantumkan pada Jumlah
yang Diestimasi Akan Direalisasi
Tujuan ini terkait dengan apakah saldo akun telah dikurangi untuk penurunan biaya
historis ke nilai realisasi bersih atau ketika standar akuntansi mensyaratkan perlakuan
akuntansi berdasarkan nilai pasar wajar. Contoh penerapan tujuan ini mempertimbangkan
kecukupan penyisihan piutang tak tertagih dan penghapusan persediaan yang usang. Tujuan
ini hanya diterapkan pada akun aset serta merupakan bagian dari asersi penilaian dan alokasi
untuk saldo akun.
Untuk keperluan pemeriksaan pajak, tujuan audit nilai yang dapat direalisasi terkait
asersi manajemen tentang saldo akun pada tanggal neraca cocok untuk mewaspadai adanya
rugi penurunan nilai yang berdampak pada pengakuan rugi penurunan nilai dalam laporan
laba rugi/laporan laba rugi komprehensif yang tidak boleh dikurangkan dalam menghitung
penghasilan kena pajak.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 37
dilaporkan terlalu rendah atau aset dinyatakan terlalu tinggi di laporan posisi keuangan untuk
mengimbangi kewajiban yang dinyatakan terlalu tinggi yang berdampak pada adanya biaya-
biaya ikutan yang sebetulnya tidak terjadi, misalnya biaya pemeliharaan, biaya penyusutan,
dan biaya lainnya yang mengakibatkan penghasilan kena pajak dilaporkan terlalu rendah.
C. Latihan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan asersi manajemen!
2. Jelaskan asersi manajemen tentang kelas transaksi dan peristiwa!
3. Jelaskan asersi manajemen tentang saldo akun!
4. Jelaskan asersi manajemen tentang penyajian dan pengungkapan!
5. Mengapa pemeriksa pajak penting untuk memahami asersi manajemen dalam
pemeriksaan pajak?
6. Jelaskan tujuan audit terkait dengan transaksi!
7. Jelaskan tujuan audit terkait dengan saldo akun!
8. Jelaskan tujuan audit terkait dengan penyajian dan pengungkapan!
D. Rangkuman
Asersi manajemen adalah pernyataan yang tersirat atau diekspresikan oleh
manajemen tentang kelas transaksi, akun terkait, dan pengungkapan di laporan keuangan.
Pemeriksa pajak perlu memahami asersi manajemen dan tujuan audit terkait asersi
manajemen agar pemeriksa dapat mengembangkan tujuan audit untuk keperluan
pemeriksaan pajak dalam rangka menguji pos-pos SPT yang diperiksa dan sekaligus dapat
memilih metode pemeriksaan dan teknik pemeriksaan yang tepat.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 38
Asersi manajemen dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu asersi tentang
kelas transaksi dan peristiwa selama periode yang diaudit, asersi tentang saldo akun pada
akhir periode, dan asersi tentang penyajian dan pengungkapan. Asersi tentang kelas
transaksi dan peristiwa selama periode yang diaudit mencakup keterjadian, kelengkapan,
keakuratan, klasifikasi, dan pisah batas. Adapun asersi tentang saldo akun pada akhir periode
mencakup eksistensi, kelengkapan, penilaian dan alokasi, dan hak dan kewajiban.
Sedangkan asersi tentang penyajian dan pengungkapan mencakup keterjadian dan hak serta
kewajiban, kelengkapan, keakuratan dan penilaian, dan klasifikasi dan dapat dipahami .
Tujuan audit terkait asersi manajemen dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu tujuan
audit terkait dengan transaksi, tujuan audit terkait saldo akun, dan tujuan audit yang berkaitan
dengan penyajian dan pengungkapan. Tujuan audit terkait dengan transaksi mencakup
keterjadian, kelengkapan, keakuratan, posting dan pengikhtisaran, klasifikasi, dan penetapan
waktu. Keenam tujuan audit terkait transaksi tersebut dapat digunakan untuk keperluan
pemeriksaan pajak, Adapun tujuan audit terkait saldo akun mencakup eksistensi,
kelengkapan, keakuratan, klasifikasi, pisah batas, hubungan yang rinci, nilai yang dapat
direalisasi, dan hak dan kewajiban. Dari kedelapan tujuan audit terkait saldo akun tersebut
ada satu yang tidak digunakan untuk keperluan pemeriksaan pajak yaitu nilai yang dapat
direalisasi (net realizable value) karena pengukuran pada akhir tahun pajak dalam ketentuan
Pajak Penghasilan menggunakan biaya historis (historical cost), namun Pemeriksa Pajak
harus memahami pengukuran dengan menggunakan nilai yang dapat direalisasi untuk
menguji penyesuaian fiskal yang telah dilakukan Wajib Pajak. Sedangkan tujuan audit yang
berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan identik dengan asersi manajemen untuk
penyajian dan pengungkapan. Untuk keperluan pemeriksaan pajak, penyajian dan
pengungkapan Wajib Pajak dalam laporan keuangan penting untuk dipahami agar pemeriksa
pajak melihat penyimpangan atau kepatuhan terhadap ketentuan perpajakan yang berlaku.
E. Tes Formatif
Instruksi:
Lingkarilah huruf B apabila pernyataan berikut ini benar atau huruf S apabila pernyataan
berikut ini salah.
1. B-S Asersi manajemen adalah pernyataan yang tersirat atau diekspresikan oleh
manajemen tentang kelas transaksi, akun terkait, dan pengungkapan di
laporan keuangan.
2. B-S Perusahan melaporkan penjualan di laporan laba rugi sebesar
Rp100.000.000.000, berarti manajemen telah menyatakan bahwa semua
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 39
penjualan yang terjadi telah dilaporkan. Asersi manajemen tersebut
merupakan asersi keterjadian.
3. B-S Terkait soal nomor 2, manajemen juga telah menyatakan bahwa penjualan
yang terjadi dicatat pada akun penjualan, bukan pada akun yang lain dan
jumlah yang dicatat pada akun penjualan tersebut memang benar-benar dari
transaksi penjualan, bukan dari transaksi yang lain. Asersi manajemen
tersebut merupakan asersi pisah batas.
4. B-S Terkait soal nomor 2, manajemen juga telah menyatakan bahwa penjualan
yang terjadi dicatat dan dilaporkan pada jumlah yang tepat, tidak terjadi
kesalahan penghitungan/penjumlahan baik di bukti, pembukuan, maupun
pada laporan laba rugi. Asersi manajemen tersebut merupakan asersi
keakuratan.
5. B-S Terkait soal nomor 2, manajemen juga telah menyatakan bahwa penjualan
yang terjadi dicatat dan dilaporkan pada periode akuntansi yang tepat. Asersi
manajemen tersebut merupakan asersi pisah batas.
6. B-S Perusahan melaporkan biaya promosi di laporan laba rugi sebesar
Rp500.000.000, berarti manajemen telah menyatakan bahwa biaya promosi
tersebut memang benar-benar terjadi. Asersi manajemen tersebut
merupakan asersi kelengkapan.
7. B-S Perusahaan melaporkan mesin sebesar Rp4.000.000.000 dalam laporan
posisi keuangan, berarti manajemen telah menyatakan bahwa mesin
tersebut memang benar-benar ada. Asersi manajemen tersebut merupakan
kelengkapan.
8. B-S Terkait soal nomor 7, manajemen juga telah menyatakan bahwa tidak ada
mesin yang memang ada tapi belum dilaporkan dalam jumlah tersebut.
Asersi manjemen tersebut merupakan asersi keberadaan.
9. B-S Terkait soal nomor 7, manajemen juga telah menyatakan bahwa mesin yang
dilaporkan tersebut dinilai/diukur dalam jumlah yang tepat dan apabila
terdapat penyesuaian karena penilaian berdasarkan standar akuntansi
keuangan maka hasil penyesuaian penilaian dicatat dengan tepat. Asersi
manajemen tersebut merupakan asersi penilaian dan alokasi.
10. B-S Terkait soal nomor 7, manajemen juga telah menyatakan bahwa mesin yang
dilaporkan tersebut memang merupakan milik perusahaan atau perusahaan
memiliki hak untuk mengedalikan mesin tersebut. Asersi manajemen
tersebut merupakan asersi hak dan kewajiban.
11. B-S Perusahaan melaporkan utang bank di laporan posisi keuangan sebesar
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 40
Rp2.000.000.000, berarti manajemen telah menyatakan bahwa utang bank
tersebut memang benar-benar utang perusahaan tersebut, bukan utang
pihak lain. Asersi manajemen tersebut merupakan asersi hak dan kewajiban.
12. B-S Tujuan audit untuk menguji apakah transaksi yang telah dicatat dan
dilaporkan memang benar-benar terjadi disebut tujuan audit kelengkapan.
13. B-S Tujuan audit untuk menguji apakah semua transaksi yang benar-benar
terjadi telah dicatat dan dilaporkan disebut tujuan audit keterjadian.
14. B-S Tujuan audit untuk menguji apakah jumlah yang tercantum dalam laporan
posisi keuangan memang ada disebut tujuan audit eksistensi/keberadaan.
15. B-S Tujuan audit untuk menguji apakah semua jumlah yang ada benar-benar
telah dicatat dan dilaporkan pada laporan posisi keuangan disebut tujuan
audit kelengkapan.
F. Umpan Balik
Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban yang tersedia. Hitunglah jawaban
Anda yang benar kemudian gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat pemahaman
Anda terhadap materi kegiatan belajar ini.
Catatan:
TP = Tingkat Pemahaman
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 41
Kegiatan Belajar 3
Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat dapat:
1. menjelaskan bukti pemeriksaan untuk pemeriksaan pajak; dan
2. menjelaskan jenis bukti pemeriksaan.
Definisi tersebut menyatakan bahwa bukti adalah segala informasi yang digunakan
oleh auditor untuk menentukan apakah informasi yang sedang diaudit dinyatakan sesuai
dengan kriteria yang telah ditetapkan. Dalam konteks pemeriksaan laporan keuangan untuk
tujuan umum (pemberian opini) tentunya kriteria yang telah ditetapkan adalah Standar
Akuntasi Keuangan. Sedangkan dalam konteks pemeriksaan pajak, kriteria yang ditetapkan
adalah Undang-undang Perpajakan beserta peraturan pelaksanaannya.
Pasal 6 ayat (1) PMK Tata Cara Pemeriksaan menyebutkan bahwa pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus dilaksanakan sesuai dengan
Standar Pemeriksaan. Selanjutnya, Standar Pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan sebagaimana diatur dalam Pasal 8 huruf c PMK
Nomor 17/KMK.03/2013 menyebutkan bahwa “temuan hasil pemeriksaan harus didasarkan
pada bukti kompeten yang cukup dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.” Hal ini juga di tegaskan di PER-23/PJ/2013 Pasal 4 huruf c. Ketentuan tersebut
menyebutkan bahwa yang dimaksud bukti kompeten adalah adalah bukti yang valid dan
relevan dengan tetap mempertimbangkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha atas
transaksi Wajib Pajak yang memiliki hubungan istimewa.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 42
Valid berarti bukti dapat diandalkan untuk menyimpulkan suatu fakta. Tingkat validitas
bukti dipengaruhi oleh tiga hal sebagai berikut:
a. Independensi dan kualifikasi sumber diperolehnya bukti.
Bukti yang diperoleh dari pihak yang independen tingkat validitasnya lebih tinggi
dibandingkan bukti yang diperoleh dari pihak yang tidak independen. Selain independensi,
perlu juga memperhatikan hubungan pihak yang memberikan bukti dengan bukti yang
diberikan.
b. Kondisi di mana bukti diperoleh.
Tingkat kesulitan mendapatkan bukti yang dipengaruhi situasi dan/atau kondisi dapat
menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan tingkat validitas bukti.
c. Cara bukti diperoleh.
Bukti yang diperoleh secara langsung oleh pemeriksa pajak (misalnya observasi) tingkat
validitasnya lebih tinggi dibandingkan bukti yang diperoleh secara tidak langsung (misalnya
bukti yang disediakan oleh Wajib Pajak). Cara memperoleh bukti juga harus
memperhatikan legalitas cara perolehan bukti.
Adapun yang dimaksud relevan adalah bahwa bukti harus berkaitan dengan pos-pos
yang akan diperiksa sebagaimana tercantum dalam program pemeriksaan, sedangkan yang
dimaksud bukti yang cukup adalah bukti yang memadai untuk mendukung temuan hasil
pemeriksaan. Kecukupan bukti terkait dengan pertimbangan profesional (professional
judgement) pemeriksa pajak.
Pembahasan Bukti Pemeriksaan dalam bahan ajar ini menggunakan buku yang ditulis
oleh Arens, Elder, dan Beasly (2012) dari halaman 199 sampai dengan halaman 204. Arens,
Elder, dan Beasly (2012: 199) menyebutkan bahwa dalam memutuskan prosedur audit mana
yang akan digunakan, auditor dapat memilih dari delapan kategori bukti, yang disebut jenis-
jenis bukti audit (types of audit evidence), yaitu:
- Pemeriksaan fisik (physical examination);
- Konfirmasi (confirmation);
- Dokumentasi (documentation);
- Prosedur analitis (analytical procedures);
- Wawancara dengan klien (inquiries of the client);
- Penghitungan kembali (recalculation);
- Pelaksanaan ulang (Reperformance); dan
- Observasi (observation).
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 43
Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing kategori atau jenis bukti audit
tersebut.
2. Konfirmasi (Confirmation)
3. Dokumentasi (Documentation)
Dokumentasi adalah inspeksi auditor atas dokumen-dokumen dan catatan-catatan
yang digunakan auditee untuk mendukung informasi yang tersaji atau seharusnya tersaji
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 44
dalam laporan keuangan. Dokumen yang diperiksa oleh auditor adalah catatan-catatan yang
digunakan auditee untuk menyediakan informasi bagi pelaksanaan bisnis dengan cara
terorganisasi, yang mungkin berbentuk kertas, elektronik, atau media lain. Karena setiap
transaksi dalam organisasi auditee secara normal didukung paling tidak oleh selembar
dokumen, sejumlah besar jenis bukti audit ini biasanya tersedia. Sebagai contoh, klien
seringkali menyimpan pesanan pelanggan (customer order), dokumen pengiriman (shipping
document), serta salinan faktur penjualan (sales invoice) atas setiap transaksi penjualan.
Dokumen yang sama ini adalah bukti yang berguna bagi auditor untuk memverifikasi
keakuratan catatan klien tentang transaksi penjualan. Dokumentasi digunakan secara luas
sebagai bukti audit karena jenis bukti ini biasanya secara mudah tersedia dengan biaya yang
relatif rendah.
Dokumen eksternal dianggap sebagai bukti yang lebih dapat diandalkan ketimbang
dokumen internal. Beberapa dokumen ekternal seperti sertifikat tanah, polis asuransi,
perjanjian utang, dan kontrak memiliki reliabilitas yang sangat tinggi karena dokumen tersebut
hampir selalu disiapkan dengan penuh pertimbangan dan seringkali telah di-review oleh
pengacara atau pakar lainnya yang memenuhi syarat. Dokumen asli dipandang lebih dapat
diandalkan ketimbang fotocopy atau faks.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 45
internal tidak valid. Sebagai contoh bukti pengeluaran kas menjadi valid kalau ada tanda
tangan pihak yang membuat, memverifikasi, dan mengotorisasi.
Auditor harus memperoleh pengetahuan tentang industri dan bisnis auditee sebagai
bagian dari perencanaan audit dengan melakukan prosedur analitis di mana informasi tahun
berjalan yang belum diaudit dibandingkan dengan informasi tahun sebelumnya yang sudah
diaudit atau data industri, perubahannya disoroti. Perubahan ini bisa merupakan trend yang
penting atau peristiwa khusus, yang semuanya akan mempengaruhi perencanaan audit.
Sebagai contoh, penurunan persentase marjin kotor selama waktu bersangkutan bisa
menunjukkan meningkatnya persaingan di area pasar perusahaan dan kebutuhan untuk
mempertimbangkan penetapan harga persediaan secara lebih cermat selama audit. Secara
serupa, kenaikan saldo aset tetap dapat menunjukkan akuisisi penting yang harus di-review.
Perbedaan signifikan yang tidak diharapkan antara data keuangan tahun berjalan yang
belum diaudit dan data lainnya yang digunakan dalam perbandingan biasanya disebut
fluktuasi tidak biasa (unusual fluctuations). Fluktuasi tidak biasa terjadi apabila perbedaan
yang signifikan tidak diperkirakan terjadi tetapi terjadi atau apabila perbedaan yang signifikan
diperkirakan terjadi tetapi pada kenyataannya tidak terjadi. Dalam kedua kasus, keberadaan
salah saji akuntansi adalah salah satu alasan yang mungkin bagi terjadinya fluktuasi tidak
biasa. Jika fluktuasi tidak biasa cukup besar, auditor harus menentukan alasannya dan yakin
bahwa penyebabnya adalah peristiwa ekonomi yang sah, dan bukan salah saji.
Untuk keperluan pemeriksaan pajak, jenis bukti prosedur analitis dapat dilakukan
dengan melakukan analisis horisontal, baik menggunakan analisis komparatif maupun anaisis
trend, analisis vertikal, maupun analisis rasio. Namun demikian, hasil dari analisis tersebut
baru merupakan early warning yang masih harus didalami lebih lanjut dalam rangka
mendapatkan bukti lainnya untuk mendukung temuan pemeriksaan.
Wawancara dengan klien (auditee) yaitu upaya untuk memperoleh informasi baik
seraca tertulis maupun lisan dari auditee atas respon terhadap pertanyaan yang diajukan oleh
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 46
auditor. Walaupun bukti yang dapat dipertimbangkan diperoleh dari auditee melalui
wawancara, biasanya tidak dapat dianggap sebagai bukti yang meyakinkan karena bukan
dari sumber yang independen dan mungkin bias. Karena itu, apabila auditor memperoleh bukti
melalui wawancara, auditor juga perlu memperoleh bukti pendukung tambahan melalui
prosedur lainnya. Sebagai ilustrasi, apabila auditor ingin memperoleh informasi tentang
metode pencatatan dan pengendalian transaksi akuntansi auditee, auditor biasanya memulai
dengan menanyakan auditee bagaimana pengendalian internal dioperasikan. Selanjutnya,
auditor akan melakukan pengujian audit dengan menggunakan dokumentasi dan observasi
untuk menentukan apakah transaksi telah dicatat (tujuan kelengkapan) dan diotorisasi (tujuan
keterjadian) dengan cara yang telah ditentukan.
Pelaksanaan ulang adalah pengujian independen oleh auditor atas prosedur akuntansi
atau pengendalian yang dibuat oleh auditee, yang dijalankan sebagai bagian dari sistem
akuntansi dan sistem pengendalian intern entitas (auditee). Jika rekalkulasi melibatkan
pengecekan ulang atas suatu perhitungan, pelaksanaan ulang melibatkan pengecekan atas
prosedur lain. Sebagai contoh, auditor dapat membandingkan harga yang tertera pada suatu
faktur pada daftar harga yang resmi, atau dapat melaksanakan kembali penentuan umur
piutang usaha. Jenis pelaksanaan ulang lainnya adalah mengecek ulang transfer informasi
dengan menelusuri informasi yang tercantum dalam lebih dari satu tempat untuk
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 47
memverifikasi bahwa hal itu dicatat pada jumlah yang sama setiap waktu. Sebagai contoh,
auditor melakukan pengujian yang terbatas guna memastikan bahwa informasi dalam jurnal
penjualan telah dicatat untuk pelanggan yang tepat dan pada jumlah yang benar dalam buku
tambahan piutang usaha dan secara akurat diikhtisarkan dalam buku besar.
8. Observasi (Observation)
Observasi adalah penggunaan indera untuk menilai aktivitas klien (auditee). Auditor
dapat mengunjungi lokasi pabrik untuk memperoleh kesan umum atas fasilitas auditee, atau
mengamati para individu yang melaksanakan tugas-tugas akuntansi untuk menentukan
apakah orang yang diserahi tanggung jawab telah melaksanakan tugasnya dengan baik.
Dalam observasi terdapat risiko personel auditee akan mengubah perilakunya akibat
kehadiran auditor. Mereka mungkin melaksanakan tanggung jawabnya sesuai dengan
kebijakan perusahaan di hadapan auditor, tetapi kembali melakukan hal yang biasa dilakukan
setelah auditor tidak ada. Karena itu perlu untuk menindaklanjuti kesan pertama yang
diperoleh dengan jenis bukti pendukung lainnya. Namun demikian, observasi berguna dalam
pelaksanaan sebagian besar audit.
C. Latihan
1. Jelaskan pengertian bukti pemeriksaan!
2. Temuan hasil pemeriksaan harus didasarkan pada bukti kompeten yang cukup dan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Jelaskan apa yang
dimaksud dengan bukti kompeten yang cukup!
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan bukti pemeriksaan fisik (physical examination) dan
sejauh mana pentingya bukti tersebut untuk keperluan pemeriksaan pajak!
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan bukti konfirmasi (confirmation) dan sejauh mana
pentingya bukti tersebut untuk keperluan pemeriksaan pajak!
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan bukti dokumentasi (documentation) dan sejauh mana
pentingya bukti tersebut untuk keperluan pemeriksaan pajak!
6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan bukti prosedur analitis (analytical procedures) dan
sejauh mana pentingya bukti tersebut untuk keperluan pemeriksaan pajak!
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 48
7. Jelaskan apa yang dimaksud dengan bukti wawancara dengan klien (auditee) (inquiries of
the client) dan sejauh mana pentingya bukti tersebut untuk keperluan pemeriksaan pajak!
8. Jelaskan apa yang dimaksud dengan bukti penghitungan kembali (recalculation) dan
sejauh mana pentingya bukti tersebut untuk keperluan pemeriksaan pajak!
9. Jelaskan apa yang dimaksud dengan bukti pelaksanaan ulang (reperformance) dan sejauh
mana pentingya bukti tersebut untuk keperluan pemeriksaan pajak!
10. Jelaskan apa yang dimaksud dengan bukti observasi (observation) dan sejauh mana
pentingya bukti tersebut untuk keperluan pemeriksaan pajak!
D. Rangkuman
Bukti pemeriksaan dalam pemeriksaan pajak memegang peranan yang sangat penting
untuk mendukung temuan pemeriksaan. Bukti pemeriksaan tersebut harus merupakan bukti
yang kompeten dan cukup dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Bukti kompeten adalah bukti yang valid dan relevan dengan tetap
mempertimbangkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha atas transaksi Wajib Pajak yang
memiliki hubungan istimewa. Tingkat validitas suatu bukti dipengaruhi oleh tigal hal, yaitu
indepedensi dan kualifikasi sumber diperolehnya bukti, kondisi di mana bukti diperoleh, dan
cara bukti diperoleh. Adapun yang dimaksud relevan adalah bahwa bukti harus berkaitan
dengan pos-pos yang akan diperiksa. Sedangkan yang dimaksud bukti yang cukup adalah
bukti yang memadai untuk mendukung temuan hasil pemeriksaan dan kecukupan bukti
didasarkan pada pertimbangan profesional pemeriksa pajak.
Adapun jenis bukti pemeriksaan (audit evendence) dapat dikelompokkan dalam
delapan jenis, yaitu pemeriksaan fisik, konfirmasi, dokumentasi, prosedur analitis, wawancara
dengan klien, penghitungan kembali, pelaksanaan ulang, dan observasi. Untuk keperluan
pemeriksaan pajak, jenis bukti pemeriksaan fisik, konfirmasi, dokumentasi, penghitungan
kembali, pelaksanaan ulang dapat digunakan untuk mendukung temuan pemeriksaan.
Adapun jenis bukti prosedur analitis, wawancara dengan klien [wawancara], dan observasi
harus didampingi bukti pemeriksaan lainnya untuk mendukung temuan pemeriksaan.
E. Tes Formatif
Instruksi:
Lingkarilah huruf B apabila pernyataan berikut ini benar atau huruf S apabila pernyataan
berikut ini salah.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 49
1. B-S Temuan hasil pemeriksaan harus didasarkan pada bukti kompeten yang
cukup dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
2. B-S Yang dimaksud bukti kompeten adalah adalah bukti yang valid dan relevan
dengan tetap mempertimbangkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha
atas transaksi Wajib Pajak yang memiliki hubungan istimewa.
3. B-S Tingkat validitas bukti hanya dipengaruhi oleh indepedensi dan kualifikasi
sumber diperolehnya bukti.
4. B-S Apabila bukti transaksi dibuat oleh internal perusahaan/entitas, maka bukti
tersebut tidak valid.
5. B-S Bukti dikatakan relevan apabila bukti tersebut diperoleh dari sumber
eksternal perusahaan/entitas.
6. B-S Bukti yang cukup adalah bukti yang memadai untuk mendukung temuan
hasil pemeriksaan.
7. B-S Bukti berupa inspeksi atau penghitungan oleh auditor atas suatu aset
berwujud perusahaan/entitas disebut rekalkulasi.
8. B-S Bukti berupa penerimaan respon tertulis secara langsung dari pihak ketiga
yang memverifikasi keakuratan informasi yang diminta oleh auditor disebut
konfirmasi.
9. B-S Bukti berupa inspeksi auditor atas dokumen-dokumen dan catatan-catatan
yang digunakan auditee untuk mendukung informasi yang tersaji atau
seharusnya tersaji dalam laporan keuangan disebut dokumentasi.
10. B-S Untuk keperluan pemeriksan pajak, bukti prosedur analisis dapat berdiri
sendiri sehingga tidak perlu didalami lebih lanjut dalam rangka mendapatkan
bukti lainnya untuk mendukung temuan pemeriksaan.
11. B-S Untuk keperluan pemeriksaan pajak, bukti wawancara merupakan bukti
yang dapat berdiri sendiri sehingga tidak perlu didalami lebih lanjut dalam
rangka mendapatkan bukti lainnya untuk mendukung temuan pemeriksaan.
12. B-S Untuk keperluan pemeriksaan pajak, bukti penghitungan kembali dapat
digunakan untuk mendukung temuan pemeriksaan.
13. B-S Untuk keperluan pemeriksaan pajak, bukti observasi dapat berdiri sendiri
untuk mendukung temuan pemeriksaan.
14. B-S Untuk keperluan pemeriksaan pajak, bukti pemeriksaan fisik dapat
digunakan untuk mendukung temuan pemeriksaan.
15. B-S Untuk keperluan pemeriksaan pajak, bukti konfirmasi dapat digunakan untuk
mendukung temuan pemeriksaan.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 50
F. Umpan Balik
Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban yang tersedia. Hitunglah jawaban
Anda yang benar kemudian gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat pemahaman
Anda terhadap materi kegiatan belajar ini.
Catatan:
TP = Tingkat Pemahaman
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 51
Kegiatan Belajar 4
Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat dapat:
1. menjelaskan metode pemeriksaan dan menerapkan metode pemeriksaan yang tepat
dalam setiap penugasan pemeriksaan;
2. menjelaskan teknik dan prosedur pemeriksaan dan menerapkan teknik dan prosedur
pemeriksaan yang tepat dalam setiap penugasan pemeriksaan; dan
3. menjelaskan pengumpulan data pemeriksaan terkait PBB P3 dan Bea Meterai.
Ketentuan mengenai metode, teknik, dan prosedur pemeriksaan diatur dalam Surat
Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-65/PJ/2013 tanggal 31 Desember 2013 tentang
Pedoman Penggunaan Metode dan Teknik Pemeriksaan (selanjutnya disebut SE-
65/PJ/2013). Ketetentuan mengenai metode, teknik, dan prosedur pemeriksaan sebelumnya
diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-04/PJ/2012 tanggal 3 Februari
2012 tentang Pedoman Penggunaan Metode dan Teknik Pemeriksaan untuk Menguji
Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan (selanjutnya disebut PER-04/PJ/2012). Pada
tanggal 10 Maret 2014, PER-04/PJ/2012 tersebut dicabut dengan Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nomor PER-07/PJ/2014.
A. Metode Pemeriksaan
Pembahasan metode pemeriksaan dalam modul ini seluruhnya mengacu pada
SE-65/PJ/2013.
39
SE-65/PJ/2013, butir E angka 2
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 52
2. Jenis Metode Pemeriksaan
Terdapat dua jenis metode pemeriksaan yaitu metode langsung dan metode tidak
langsung. Penjelasan masing-masing jenis metode pemeriksaan tersebut diuraikan berikut
ini.
40
SE-65/PJ/2013, butir E angka 3
41
SE-65/PJ/2013, butir E angka 4
42
SE-65/PJ/2013, butir F angka 2 huruf b,c, dan d
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 53
bukti kompeten yang cukup. Pengujian dengan Pendekatan Biaya Hidup dan Pendekatan
Pertambahan Kekayaan Bersih dapat digunakan walaupun pemeriksa pajak dapat
menggunakan metode langsung].
43
SE-65/PJ/2013, butir F angka 2 huruf e
44
SE-65/PJ/2013, butir F angka 2 huruf f
45
SE-65/PJ/2013, Lampiran I paragraph pertama
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 54
Pendekatan Transaksi Tunai dan Bank dalam Lampiran I SE-65/PJ/2013 diuraikan
dalam butir 1. Berikut ini uraian Pendekatan Transaksi Tunai dan Bank sebagaimana
dimaksud dalam butir 1 tersebut.
Dalam pencatatan Wajib Pajak semua penghasilan dicatat di sisi debit dan
pengeluaran dicatat di sisi kredit, termasuk penghasilan-penghasilan yang bukan merupakan
objek pajak dan pengeluaran-pengeluaran yang tidak boleh dikurangkan menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
Apabila jumlah sisi kredit melebihi jumlah sisi debit, selisihnya merupakan penghasilan
bruto Wajib Pajak yang perlu dipastikan apakah telah dilaporkan atau tidak. Namun apabila
jumlah sisi debit melebihi jumlah sisi kredit, diperlukan keyakinan yang lebih mendalam karena
ada kemungkinan Wajib Pajak tidak melaporkan seluruh pengeluarannya.
Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 berikut ini mengilustrasikan pengujian penghasilan bruto
melalui Pendekatan Transaksi Tunai dan Bank.
Tabel 4.1
Contoh Penerimaan dan Pengeluaran Wajib Pajak
Debet Kredit
a. Kas/bank pada awal tahun a. Biaya-biaya usaha (tidak termasuk biaya
b. Penerimaan bruto (SPT) termasuk upah penyusutan dan/atau amortisasi)
bruto*) (sebelum dipotong PPh Pasal 21) b. Biaya sewa (tidak termasuk sewa dibayar di
c. Sewa yang diterima (bruto)*) dan muka)
penghasilan-penghasilan lain c. Biaya bunga (tidak termasuk bunga dibayar
d. Bunga yang diterima dan dividen (bruto)*) di muka)
e. Penerimaan pinjaman d. Biaya-biaya keperluan pribadi
e. Pembelian aktiva
f. Pelunasan pinjaman
g. Kas/bank pada akhir tahun
*) Untuk dipastikan dalam hal Wajib Pajak mencatat dalam jumlah neto
[Penyusun modul berpendapat bahwa apabila mutasi debet tersebut merupakan penerimaan
yang berasal dari penghasilan yang telah dipotong/dipungut pajak pajak, maka dalam
melakukan pengujian penghasilan bruto yang dikenakan pajak dengan tarif umum harus
ditambahkan dengan pajak yang dipotong/dipungut pihak lain. Adapun mutasi kreditnya
seharusnya adalah biaya-biaya atau pengeluaran melalui kas dan/atau bank]
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 55
Tabel 4.2
Penghitungan Penghasilan Bruto dengan Pendekatan Transaksi Tunai dan Bank
*) Misal pencairan pinjaman, pencairan deposito, mutasi antar rekening sendiri, pembatalan
transaksi, dan sebagainya.
**) PPN dipungut sendiri diisi hanya apabila pemeriksa pajak dapat meyakini terdapat PPN
yang dipungut dalam mutasi kredit bank dan penerimaan kas.
Pengeluaran dan penerimaan tunai Wajib Pajak dalam suatu tahun dapat diketahui melalui:
a. data SPT;
b. data bukti pemotongan/pemungutan PPh pihak lain;
c. data rekening bank dan buku kas; dan/atau
d. wawancara dengan Wajib Pajak.
Jumlah penerimaan bank diambil dari mutasi kredit bank [rekening koran bank] dan
[pengeluaran bank dapat dilihat dari mutasi debit rekening koran bank atau mutasi kredit buku
bank], sedangkan penerimaan dan pengeluaran lainnya diambil dari buku kas Wajib Pajak.
Terkait formula penghitungan penghasilan bruto dengan Pendekatan Transaksi Tunai dan
Bank menurut SE-65/PJ/2013 sebagaimana tersebut dalam Tabel 4.2. di atas, penyusun
modul berpendapat sebagai berikut:
Penghitungan penghasilan bruto dengan Pendekatan Transaksi Tunai dan Bank dapat
dilakukan dengan formula sebagai berikut:
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 56
Penerimaan melalui kas *) +
Penerimaan melalui bank **) ++
Jumlah penerimaan kas dan bank +++
Dikurangi penerimaan kas dan bank yang bukan berasal dari penghasilan -
Penerimaan kas dan bank yang berasal dari penghasilan ++
Dikurangi :
- Penerimaan kas dan bank yang berasal dari penghasilan
yang bukan objek pajak -
- Penerimaan kas dan bank yang berasal dari penghasilan
dikenakan PPh final -
Penerimaan kas dan bank yang merupakan penghasilan yang dikenakan
pajak dengan tarif umum ++
Penyesuaian:
- PPh dipotong/dipungut pihak lain +
- PPN dipungut sendiri -
Penghasilan bruto yang dikenakan pajak dengan tarif umum xxx
*) Penerimaan melalui kas datanya dapat diambil dari buku kas dengan menjumlahkan mutasi
debet buku kas atau dari arus kas dengan formula: penerimaan kas = saldo kas akhir +
pengeluaran kas – saldo kas awal.
**) Penerimaan melalui bank datanya dapat diambil dari buku bank dengan menjumlahkan
mutasi debet buku bank atau dari rekening koran bank dengan menjumlahkan mutasi kredit
rekening koran bank atau dari arus bank dengan formula: penerimaan bank = saldo bank
akhir + pengeluaran bank – saldo bank awal.
Untuk menghitung penghasilan neto yang dikenakan pajak dengan tarif umum, penghasilan
bruto tersebut dikurangi dengan pengeluaran/biaya untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan dan pengeluaran lain yang diperkenankan berdasarkan Undang-
undang PPh dan peraturan pelaksanaannya.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 57
Apabila semua penghasilan dan pengeluaran dilaporkan dengan benar, minimal
jumlah sumber dana akan sama besarnya dengan jumlah penggunaan dana. Setiap
penggunaan dana selalu didukung oleh adanya sumber dana. Dengan demikian, bila
penggunaan dana lebih besar daripada sumber dana berarti ada sejumlah sumber dana yang
tidak dilaporkan oleh Wajib Pajak. Sumber dana perlu diyakini apakah sumber dana itu
berasal dari penghasilan atau bukan.
Untuk memudahkan penghitungan, maka dibuat suatu perkiraan, dimana di sisi debit
memuat sumber dana dan di sisi kredit memuat penggunaannya.
Saldo awal kas/bank + Sumber dana = Saldo akhir kas/bank + Penggunaan dana
atau
Sumber dana = Penggunaan dana
(dalam hal data mengenai saldo awal kas/bank dan/atau saldo
akhir kas/bank tidak ada dan/atau tidak diyakini kebenarannya)
Sumber dana = Saldo akhir kas/bank+ Penggunaan dana – Saldo awal kas/bank
Penghasilan bruto = Sumber dana
(dalam hal terdapat penambahan dan/atau pengurangan harta
dan/atau utang yang belum termasuk dalam sumber dana maka
supaya diperhitungkan)
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 58
- kenaikan dalam pos-pos utang;
- penambahan modal oleh pemilik; dan
- penghasilan dari operasional/usaha dan pengasilan lainnya.
Apabila sumber dana tidak digunakan seluruhnya maka sisanya adalah saldo akhir kas/bank
sehingga sumber dana = penggunaan dana + saldo akhir kas/bank.
Pendekatan ini merupakan cara untuk menguji dan menghitung kembali peredaran
usaha, harga pokok penjualan, laba bruto, laba bersih, ataupun penghasilan bruto secara
keseluruhan, dengan cara mengalikan basis data dengan persentase atau rasio-rasio
pembanding. Demikian pula dengan objek-objek atau pos-pos SPT lainnya.
Basis data adalah data awal yang dimiliki oleh pemeriksa pajak baik yang berasal dari
internal Wajib Pajak pada tahun pajak yang sedang diperiksa atau tahun pajak yang lain,
maupun yang berasal dari pihak eksternal, misalnya:
a. peraturan perpajakan yang mengatur mengenai benchmarking;
b. publikasi komersial;
c. hasil pemeriksaan;
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 59
d. dan lain-lain.
Pendekatan Satuan dan/atau Volume adalah cara untuk menentukan atau menghitung
kembali jumlah penghasilan bruto Wajib Pajak atau pos SPT lainnya dengan menerapkan
harga atau jumlah laba terhadap jumlah satuan dan/atau volume usaha yang direalisasi oleh
Wajib Pajak.
Satuan adalah segala sesuatu atau variabel dalam kuantum yang memberikan
petunjuk besarnya volume usaha. Pengertian satuan atau unit tidak hanya mengacu pada
jumlah barang yang diproduksi atau terjual saja tetapi segala variabel (dalam kuantum) yang
memberi petunjuk besarnya volume usaha.
Contoh satuan:
a. Perdagangan = kuantitas barang dagangan terjual.
b. Pabrikasi = kuantitas barang jadi yang diproduksi, kuantitas pemakaian bahan baku,
bahan pembantu, upah satuan, rendemen.
c. Jasa = variabel yang mengidentifikasikan penghasilan tergantung karakteristik
usaha Wajib Pajak,misalnya:
1) jasa dokter yaitu jumlah kunjungan pasien;
2) jasa pengacara yaitu jumlah jam konsultasi;
3) hotel yaitu hari penggunaan kamar, penggunaan sabun, atau barang
pembantu lainnya.
Pendekatan ini digunakan untuk menguji dan menghitung kembali pos-pos SPT yang
terkait dengan penghitungan kuantitas, dan sangat tepat digunakan apabila jenis barang
dan/atau jasa yang dikelola Wajib Pajak terbatas dan harga relatif stabil sepanjang tahun atau
terstandardisasi/ditetapkan pada suatu harga tertentu.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 60
Data atau informasi mengenai jumlah dan harga satuan dapat diperoleh baik dari
pembukuan, catatan, dan dokumen yang ada pada Wajib Pajak maupun dari pihak lainnya.
b. Dalam hal volume usaha yang dapat diidentifikasi hanya untuk periode tertentu, maka
volume usaha sebagaimana rumus di atas diproyeksikan dengan cara sebagai berikut:
Volume pada periode Setahun
Proyeksi Volume Usaha = yang diidentifikasi x Periode yang
teridentifikasi
c. Dalam hal variabel yang dapat diidentifikasikan berupa input atau proses maka volume
pada periode yang diidentifikasikan dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
Persentase
Volume pada periode yang Volume input pada untuk
= x
diidentifikasi periode tertentu menghasilkan
output
Formula di atas dibentuk dengan dasar pemikiran Sales = Quantity x Price. Namun
disadari bahwa informasi/data dari kedua faktor tadi tidak selalu tersedia sehingga diperlukan
formula tambahan untuk memproyeksikan atau memperkirakan kuantitas penjualan
setahun/volume dan harga jual per unit.
Biaya hidup adalah seluruh pengeluaran Wajib Pajak tidak termasuk pengeluaran
yang digunakan untuk menambah kekayaan. Setidaknya apabila Wajib Pajak tidak memiliki
utang maka penghasilan Wajib Pajak minimal sama dengan biaya hidup. Penghasilan bruto
tersebut merupakan titik impas (break even point) bagi Wajib Pajak untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya tanpa adanya penambahan harta kekayaannya.
Dalam penerapan pendekatan ini, jumlah tanggungan Wajib Pajak serta pola dan gaya
hidup dan keadaan tempat tinggal Wajib Pajak perlu diperhatikan untuk mendapatkan jumlah
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 61
biaya hidup yang sewajarnya.
Penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dapat digunakan untuk
konsumsi (biaya hidup) dan/atau untuk menambah kekayaan, sehingga penghasilan Wajib
Pajak orang pribadi dihitung dengan menjumlahkan pertambahan kekayaan bersih dengan
biaya hidup.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 62
[Penyusun modul berpendapat bahwa terkait formula tersebut di atas maka dalam biaya hidup
termasuk biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan. Untuk Wajib
Pajak Orang Pribadi pegawai, di dalam biaya hidup tersebut termasuk biaya transportasi ke
dan dari tempat kerja]
Dalam hal pendekatan ini digunakan oleh Wajib Pajak orang pribadi yang memiliki
kegiatan usaha maka penghitungannya yaitu sebagai berikut:
Untuk melengkapi metode pemeriksaan terutama untuk Pendekatan Biaya Hidup dan
Pendekatan Pertambahan Kekayaan Bersih, Lampiran IV SE-65/PJ/2013 memberikan contoh
format formulir yang dapat digunakan untuk melakukan pengumpulan bukti dan pengujian
atas pos-pos yang diperiksa sebagai berikut:
- Surat Pernyataan Sumber Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi;
- Surat Pernyataan Biaya Hidup;
- Surat Pernyataan Pertambahan/Pengurangan Kekayaan Bersih;
- Surat Pernyataan Kepemilikan Rekening Koran, Deposito, Tabungan, dan Rekening
Lainnya; dan
- Surat Pernyataan Laporan Keuangan Tidak Diaudit Oleh Akuntan Publik.
Format formulir-formulir tersebut dapat dilihat pada lampiran bahan ajar ini.
46
SE-65/PJ/2013, butir D angka 6
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 63
langkah dalam suatu teknik pemeriksaan, berupa petunjuk rinci yang biasanya tertulis dalam
bentuk perintah, untuk dilakukan oleh pemeriksa pajak.47
Berdasar pengertian teknik pemeriksaan dan prosedur pemeriksaan tersebut di atas,
maka begitu teknik pemeriksaan dipilih untuk menguji pos-pos yang diperiksa, maka prosedur
pemeriksaannya harus disusun dalam petunjuk rinci secara tertulis dalam bentuk perintah
yang menjadi pedoman bagi pemeriksa pajak untuk menguji pos-pos yang diperiksa.
Untuk meyakini kebenaran pos-pos SPT yang diperiksa, pemeriksa pajak dapat
menggunakan satu atau lebih teknik pemeriksaan sesuai pertimbangan profesional pemeriksa
pajak, kecuali ditentukan lain oleh suatu ketentuan. Dalam hal pemeriksa pajak menggunakan
lebih dari satu teknik pemeriksaan, hasil penggunaan suatu teknik pemeriksaan dapat
digunakan untuk mendukung teknik pemeriksaan yang lainnya. Pemeriksa pajak harus
menuangkan setiap teknik pemeriksaan dan prosedur pemeriksaan yang ditempuh dalam
pemeriksaan pada kertas kerja pemeriksaan.49
47
SE-65/PJ/2013, butir D angka 7
48
SE-65/PJ/2013, butir F angka 3 huruf a
49
SE-65/PJ/2013, butir F angka 3 huruf b, c, dan d
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 64
Uraian dari masing-masing teknik pemeriksaan dan prosedur pemeriksaan terdapat
pada Lampiran II SE-65/PJ/2013 dan contoh hasil penggunaan suatu teknik pemeriksaan
yang dapat digunakan untuk mendukung teknik pemeriksaan lainnya terdapat pada Lampiran
III SE-65/PJ/2013. 50 Berikut ini uraian dari masing-masing teknik pemeriksaan berikut
prosedur pemeriksaannya sebagaimana diuraikan dalam Lampiran II dan Lampiran III SE-
65/PJ/2013.
Informasi internal DJP adalah informasi yang berasal dari dalam DJP, sedangkan
informasi eksternal DJP adalah informasi yang berasal dari luar DJP. Informasi yang diperoleh
dari berbagai pihak sangat bermanfaat dalam pemeriksaan.
50
SE-65/PJ/2013, butir F angka 3 huruf e dan f
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 65
c. pengolahan [lakukan pengolahan] data, informasi, dokumen, dan/atau pihak yang
berhubungan dengan Wajib Pajak yang sedang diperiksa.
2.3. Evaluasi
Teknik pemeriksaan berupa evaluasi beserta prosedur pemeriksaannya dalam
Lampiran II SE-65/PJ/2013 diuraikan dalam butir 3. Berikut ini uraiannya.
Evaluasi adalah proses penilaian atas dokumen, kegiatan, sistem, dan sejenisnya
berdasarkan kriteria tertentu. Evaluasi dapat dilakukan dalam dua tahap, yaitu sebelum
proses pemeriksaan (pre test) dan sesudah proses pemeriksaan (post test). Evaluasi yang
dilakukan sebelum proses pemeriksaan berguna untuk mengukur tingkat kepatuhan Wajib
Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan dan sebagai cara untuk mengukur keefektifan
rencana pemeriksaan yang telah disusun sebelumnya.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 66
d. identifikasi jenis-jenis pajak yang menjadi kewajiban Wajib Pajak berdasarkan master file
saat terdaftar, pengukuhan sebagai PKP, KLU, dan/atau profil Wajib Pajak;
e. buat checklist prosedur formal tata cara pemeriksaan;
f. pelajari hasil pemeriksaan pajak tahun-tahun sebelumnya;
g. lakukan penilaian kepatuhan Wajib Pajak berdasarkan informasi-informasi yang tersedia;
h. bandingkan hasil pemeriksaan dengan rencana pemeriksaan;
i. bandingkan checklist prosedur formal tata cara pemeriksaan dengan pelaksanaan
pemeriksaan;
j. dan sebagainya.
Misalnya kenaikan beban penyusutan mesin dengan penambahan jumlah atau nilai
aktiva mesin, hubungan biaya pemasaran dengan jumlah penjualan, hubungan biaya
pengangkutan dengan penjualan, hubungan biaya bunga dengan pinjaman, dan sebagainya.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 67
angkaangka dalam suatu pos sesuai dengan rekam jejak pemeriksaan (audit trail).
Penelusuran bukti adalah pemeriksaan bukti yang mendukung suatu transaksi yang
telah dicatat (vouching) atau yang seharusnya dicatat (tracing). Tujuannya yaitu untuk menguji
apakah suatu transaksi yang telah dilaporkan didukung oleh bukti kompeten yang cukup
(vouching) atau apakah bukti kompeten yang cukup tersebut telah dicatat dan dilaporkan
(tracing) oleh Wajib Pajak.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 68
yang diperiksa, misalnya:
▪ apabila terdapat selisih dari hasil penghitungan dengan pengujian keterkaitan atas
penghasilan bruto, tidak serta-merta dapat disimpulkan sebagai penjualan/peredaran
usaha. Sehingga perlu dipastikan berdasarkan bukti yang diperoleh apakah selisih tersebut
merupakan penjualan/peredaran usaha, penghasilan bruto luar usaha, atau tambahan
kemampuan ekonomis lainnya sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 [ayat (1)] UU PPh.
▪ apabila terdapat selisih dari pengujian keterkaitan atas penyerahan kena pajak, tidak serta-
merta dapat disimpulkan sebagai penyerahan kena pajak. Sehingga perlu dipastikan
berdasarkan bukti yang diperoleh apakah selisih tersebut merupakan penyerahan kena
pajak atau tidak kena pajak.
Pos-pos yang saling terkait dalam rangka pengujian keterkaitan antara lain:
▪ Penghasilan bruto (tunai) terkait dengan penerimaan kas/bank, uang muka penjualan;
▪ Penghasilan bruto (akrual) terkait dengan pelunasan piutang usaha;
▪ Pembelian terkait dengan pelunasan utang usaha;
▪ Barang masuk/keluar terkait dengan mutasi persediaan.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 69
goods), sampel, pemberian cuma-cuma, retur pembelian, barang dalam pengiriman (FOB
Destination)/perjalanan (in transit).
Nilai unit ini dapat digunakan untuk meyakini atau menghitung nilai dari harga pokok barang
atau penjualan apabila harga barang tersebut bernilai sama setiap unitnya, yang dilakukan
dengan cara mengalikan unit dengan harga barang.
Formula:
Saldo Akhir Kas/Bank +/+
Pengeluaran Kas/Bank +/+
Saldo Awal Kas/Bank -/-
Penyesuaian non penghasilan +/-
Penerimaan Kas/Bank xxx
Pengujian arus uang selain menggunakan formula tersebut dapat juga dilakukan dengan
melakukan penghitungan atas sisi penerimaan saja.
Khusus untuk penghitungan PPN dipungut sendiri yang harus dikeluarkan dari
penghitungan penerimaan kas/bank perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 70
1) Nilai PPN dipungut sendiri yang dikurangkan dapat diperoleh dari:
a) nilai yang dilaporkan pada SPT Masa PPN;
b) penelusuran jurnal setiap transaksi PPN; atau
c) mutasi hutang PPN pada buku besar. [Penyusun modul berpendapat bahwa untuk
mutasi hutang PPN pada buku besar kurang tepat kalau digunakan untuk
menghitung nilai PPN yang dipungut sendiri karena hutang PPN terjadi karena
adanya selisih PPN Keluaran di atas PPN Masukan atau adanya PPN atas
pemanfaatan Jasa Kena Pajak atau Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari Luar
Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean atau PPN atas kegiatan membangun
sendiri yang belum dibayar PPN-nya]
2) Apabila PPN dipungut sendiri yang tercantum di SPT Masa PPN yang digunakan
sebagai pengurang, maka perlu dipastikan bahwa jumlah tersebut tidak termasuk PPN
yang telah dilaporkan di SPT Masa tetapi tidak terdapat aliran uang yang masuk ke kas
maupun bank, diantaranya meliputi:
a) PPN yang ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak, seperti pemberian cuma-cuma,
pemakaian sendiri, sampel, dll;
b) PPN yang dipungut beda waktu, faktur telah diterbitkan pelunasan belum diterima,
atau sebaliknya;
c) dan transaksi lainnya yang secara nyata tidak terdapat titipan PPN dalam
penerimaan uang yang dihitung.
Penyusun modul berpendapat bahwa kalau Wajib Pajak meminjamkan buku, catatan, dan
dokumen yang diminta oleh pemeriksa pajak, maka pengujian arus uang hanya dapat
dipakai untuk melengkapi pengujian arus piutang usaha. Dengan demikian, penerimaan
kas/bank harus benar-benar yang berasal dari pelunasan piutang usaha, tidak termasuk
penerimaan yang berasal dari uang muka penjualan dan penerimaan kas/bank yang bukan
berasal dari penghasilan.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 71
2) menggabungkan hasil pengujian arus uang dan utang-piutang sekaligus, untuk
mendapatkan penghasilan bruto baik dari tunai maupun non tunai. Hal ini dilakukan
dengan cara menggunakan penerimaan uang/tunai dan non tunai (seperti offset utang-
piutang, bukti potong, bukti pungut) sebagai unsur pelunasan piutang usaha, dan juga
memperhatikan saldo-saldo uang muka pelanggan ataupun pendapatan ditangguhkan.
Penyusun modul berpendapat bahwa pengujian arus piutang digunakan untuk menguji
penjualan kredit dan hanya dapat dilakukan dengan cara yang pertama, sedangkan cara
yang kedua hanya dapat digunakan untuk menguji penghasilan bruto dan hal ini mungkin
hanya merupakan best practice karena dalam praktiknya sulit memilah-memilah
penerimaan kas/bank dari mana asalnya, baik yang berasal dari pelunasan piutang usaha,
yang berasal dari uang muka penjualan/pendapatan ditangguhkan (pendapatan diterima
di muka), maupun yang berasal dari penerimaan lainnya.
Formula:
Pelunasan/Penerimaan melalui Kas/Bank +/+
Pelunasan Non Kas/Bank +/+
Saldo Akhir Piutang Usaha +/+
Saldo Awal Piutang Usaha -/-
Penyesuaian +/-
Peredaran Usaha xxx
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 72
Penyusun modul berpendapat bahwa sebetulnya penjualan/peredaran usaha itu berasal
dari tiga tipe penjualan, yaitu:
- Penjualan tunai;
- Penjualan kredit dapat diuji dengan pengujian arus piutang usaha; dan
- Realisasi penjualan yang berasal dari uang muka penjualan kalau konteksnya penjualan
barang atau pendapatan jasa yang berasal dari pendapatan ditangguhkan kalau
konteksnya dari penjualan/penyerahan jasa dapat diuji dengan arus uang muka
penjualan atau pendapatan ditangguhkan]
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 73
Formula [pengujian pembelian dengan arus utang usaha]:
Saldo Akhir Utang Usaha +/+
Pembelian Tunai +/+
Pelunasan Utang Usaha +/+
Saldo Awal Utang Usaha -/-
Penyesuaian +/-
Pembelian xxx
Formula [pengujian realisasi penjualan yang berasal dari arus uang muka penjualan]:
Saldo Awal Uang Muka Penjualan/Pelanggan +/+
Penambahan Uang Muka Penjualan/Pelanggan +/+
Saldo Akhir Uang Muka Penjualan/Pelanggan -/-
Penyesuaian +/-
Penjualan/Pendapatan terkait Uang Muka Penjualan/Pelanggan xxx
Penyusun modul berpendapat bahwa sebetulnya pembelian berasal dari tiga tipe
pembelian, yaitu:
- Pembelian tunai;
- Pembelian kredit dapat diuji dengan pengujian arus utang usaha; dan
- Realisasi penjualan yang berasal dari uang muka pembelian dapat diuji dengan arus
uang muka pembelian]
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 74
e. Gabungan Pengujian Arus Uang dan Utang Piutang
2. Akrual
a. Saldo awal piutang usaha -/-
b. Saldo akhir piutang usaha +/+
c. Saldo awal uang muka pelanggan +/+
d. Saldo akhir uang muka pelanggan -/-
e. Saldo awal pendapatan ditangguhkan +/+
f. Saldo akhir pendapatan ditangguhkan -/-
+/+
3. Penghasilan bruto termasuk PPN +/+
4. PPN Dipungut Sendiri *)
a. PPN Dipungut Sendiri diambil dari SPT Masa PPN +/+
Wajib Pajak atau PPN Dipungut Sendiri dapat dihitung
sendiri;
b. PPN Dipungut Sendiri yang tidak terdapat aliran uang +/-
masuk ke kas maupun bank dan PPN yang difakturkan
antar waktu.
-/-
5. Penghasilan bruto menurut Pemeriksa +/+
6. Penghasilan bruto menurut SPT Wajib Pajak -/-
7. Selisih **) +/-
*) Harus dapat diyakini bahwa didalam uang yang diterima,terkandung PPN. Bandingkan
dengan PPN yang dipungut sendiri pada SPT Masa PPN.
**) Harus diyakini merupakan penjualan atau penghasilan lain sebagai tambahan kemampuan
ekonomis.
Dalam pengujian aliran uang dan barang atas suatu transaksi misalnya pembuktian
kebenaran faktur pajak atas transaksi pembelian Barang Kena Pajak (BKP) atau
pemanfaatan Jasa Kena Pajak (JKP) maka pengujian arus uang dan barang dilakukan
untuk membuktikan berdasarkan bukti kompeten yang cukup terjadi pembayaran dari pihak
pembeli kepada pihak penjual dan penyerahan BKP/JKP dari pihak penjual kepada pihak
pembeli, serta BKP/JKP tersebut benar-benar diterima atau dimanfaatkan.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 75
Contoh penggabungan pengujian keterkaitan (arus uang dan utang piutang):
Dari hasil pemeriksaan Wajib Pajak tahun pajak 2008 diperoleh data-data sebagai berikut:
1. Mutasi debet dan mutasi kredit rekening koran dan buku kas:
No. Nama [Rekening Koran] Bank dan Debet (Rp) Kredit (Rp)
Buku Kas
a. [Rekening Koran] Bank:
1. Bank Freddy 75.000.000 50.000.000
2. Bank Sirmu 50.000.000 35.000.000
3. Bank Marulli & Wendi 25.000.000 30.000.000
b. Buku kas 85.000.000 75.000.000
3. Kutipan sebagian Neraca Komparasi Wajib Pajak per 31 Desember yaitu sebagai berikut:
Tahun Pajak
No. Uraian
2008 (Rp) 2007 (Rp)
Harta
a. Piutang Usaha Pihak Ketiga 15.000.000 10.000.000
b. Tanah dan Bangunan 170.000.000 160.000.000
c. Aktiva Tetap Lainnya 115.000.000 111.000.000
d. Dikurangi: Akumulasi Penyusutan 50.000.000 49.000.000
Terdapat piutang Wajib Pajak yang dibayar dengan utang (offset) kepada pembeli yang sama
sebesar Rp19.610.000,00.
4. Penghasilan bruto yang dilaporkan di SPT PPh Badan Wajib Pajak (dalam Rp):
a. Peredaran usaha = 90.000.000
b. Penghasilan dari Luar Usaha:
1) Sewa kendaraan = 11.000.000
2) Keuntungan penjualan aktiva mesin = 1.000.000
c. Penghasilan yang dikenakan PPh Final:
Jasa giro = 1.000.000
Jumlah 103.000.000
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 76
5. Data pada SPT Masa PPN Wajib Pajak (dalam Rp):
Terutang PPN
a. Ekspor = 36.000.000
b. Penyerahan yang PPN-nya harus dipungut sendiri = 90.000.000
c. Penyerahan yang PPN-nya dipungut oleh Pemungut PPN = 15.000.000
Jumlah Seluruh Penyerahan = 141.000.000
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 77
Uraian Jumlah (Rp)
1. Penerimaan
a. Tunai
1) Penerimaan kas dan bank 200.000.000
2) Penerimaan non penghasilan/non objek pajak:
a) Mutasi antar rekening sendiri -/- (46.000.000)
b) Pencairan pinjaman -/- (45.000.000)
c) Penggantian biaya yang Pajak
Masukannya telah dikreditkan -/- (5.000.000)
(96.000.000)
b. Non Tunai:
1) Bukti potong PPh Pasal 23 sewa kendaraan +/+ 165.000
2) Bukti pungut PPh Pasal 22 Bendaharawan
diterima +/+ 225.000
3) Piutang yang dilunasi dengan utang (offset ) +/+ 19.610.000
20.000.000
124.000.000
2. Akrual
a. Saldo awal piutang usaha -/- (10.000.000)
b. Saldo akhir piutang usaha +/+ 15.000.000
c. Saldo awal uang muka pelanggan +/+ 5.000.000
d. Saldo akhir uang muka pelanggan -/- (10.000.000)
e. Saldo awal pendapatan ditangguhkan +/+ 15.000.000
f. Saldo akhir pendapatan ditangguhkan -/- (20.000.000)
(5.000.000)
Penghasilan bruto akrual termasuk PPN 119.000.000
PPN Dipungut Sendiri:
1. PPN Dipungut Sendiri pada SPT Masa PPN WP 9.000.000
2. PPN Dipungut Sendiri yang tidak ada aliran uang
masuk ke kas/bank dan PPN Dipungut Sendiri
yang difakturkan antar waktu:
a. PPN atas pemberian cuma-cuma dan sampel (1.250.000)
b. PPN atas pemakaian sendiri (850.000)
c. PPN atas penggantian biaya yang difakturkan (500.000)
d. PPN atas penyerahan antar cabang (400.000)
e. PPN [atas] penyerahan tahun sebelumnya yang
difakturkan tahun ini*) (500.000)
f. PPN [atas] penyerahan tahun ini yang difakturkan tahun
berikutnya*) 1.000.000
(6.500.000)
Penghasilan bruto menurut Pemeriksa 112.500.000
Penghasilan bruto menurut SPT PPh Badan:
1. Peredaran usaha = 90.000.000
2. Penghasilan sewa kendaraan = 11.000.000
3. Keuntungan penjualan aktiva mesin = 1.000.000
4. Nilai buku penjualan aktiva mesin = 4.000.000
5. Penghasilan jasa giro = 1.000.000
(107.000.000)
Koreksi penghasilan bruto 5.500.000
*) PPN Dipungut Sendiri yang berasal dari faktur pajak yang dibuat tidak sesuai dengan masa
dilakukannya penyerahan perlu dipastikan tahun pajaknya sesuai ketentuan yang berlaku.
Koreksi ini harus dibuktikan dengan pengujian lainnya apakah [merupakan] peredaran
usaha, penghasilan dari luar usaha, atau tambahan kemampuan ekonomis lainnya.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 78
[Penyusun modul berpendapat bahwa:
- PPN [atas] penyerahan tahun ini yang difakturkan tahun berikutnya seharusnya tidak
diikutkan karena PPN-nya belum termasuk dalam PPN yang dipungut sendiri yang
dilaporkan dalam SPT Masa PPN tahun ini
- Nilai buku penjualan aktiva mesin seharusnya tidak diikutkan dalam menghitung
penghasilan bruto menurut SPT Tahunan PPh Badan, tetapi mengurangi Penghasilan
bruto menurut Pemeriksa, karena penerimaan hasil penjualan adalah sebesar harga
penjualan padahal penghasilannya sebesar keuntungan penjualan mesin saja dan
yang diuji bukan nilai penyerahan yang merupakan Objek PPN]
- Pengujian gabungan tersebut lebih tepat dinamai pengujian gabungan arus uang dan
arus piutang usaha, bukan pengujian arus uang dan utang piutang karena utang
dimaksud adalah uang muka penjualan atau pendapatan diterima di muka/pendapatan
ditangguhkan.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 79
1. Penerimaan melalui kas dan bank yang berasal dari penghasilan
yang merupakan objek pajak:
- Total penerimaan kas dan bank +/+
- Dikurangi:
- penerimaan yang bukan berasal dari penghasilan -/-
- penerimaan yang berasal dari penghasilan yang
bukan merupakan objek pajak -/-
- Penerimaan yang berasal dari penghasilan yang
dikenakan PPh bersifat final -/-
- Penyesuaian:
- PPh yang dipotong/dipungut pihak lain +/+
- Penerimaan kas dan bank yang berasal dari PPN
dipungut sendiri -/-
- Penerimaan melalui kas dan bank yang berasal dari
penghasilan yang merupakan objek pajak +/+
3. Ditambah (dikurangi) :
- Saldo akhir piutang usaha *) +/+
- Saldo awal uang muka penjualan/pendapatan ditangguhkan +/+
- Saldo awal piutang usaha *) -/-
- Saldo akhir uang muka penjualan/pendapatan ditangguhkan -/-
- Jumlah +/+
*) Kalau di dalam saldo awal dan saldo akhir piutang usaha termasuk PPN dipungut sendiri maka
PPN dipungut sendiri tersebut harus dikeluarkan.
Ekualisasi atau rekonsiliasi adalah pencocokan saldo dua atau lebih angka yang
mempunyai hubungan satu dengan yang lainnya. Apabila hasilnya terdapat perbedaan, maka
perbedaan tersebut harus dapat dijelaskan.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 80
1) peredaran usaha dan penghasilan lain-lain dengan jumlah penyerahan menurut SPT
Masa PPN;
2) peredaran usaha dengan objek PPh Pasal 22 kegiatan usaha di bidang lain;
3) pembelian (bahan baku, barang jadi, dan aktiva) dengan Dasar Pengenaan Pajak PPN
Masukan;
4) pembelian dengan objek PPh Pasal 22 pedagang pengumpul;
5) biaya yang merupakan objek pemotongan dan pemungutan Pajak Penghasilan dengan
objek PPh Pemotongan Pemungutan;
6) objek pemotongan PPh dengan DPP PPN Masukan;
7) objek PPh Pasal 26 dengan objek PPN jasa luar negeri;
8) buku besar bank dengan rekening koran;
9) dan sebagainya,
untuk meyakini kebenaran angka dengan melakukan penghitungan berdasarkan formula;
c. lakukan permintaan data/keterangan Wajib Pajak atas perbedaan yang terjadi;
d. pastikan pemfakturan antar waktu telah dilakukan tepat waktu;
e. dan sebagainya.
Ekualisasi Objek PPh Badan dan Objek PPN Dalam Negeri dalam rangka menghitung
Objek PPN Dalam Negeri dapat dilakukan sebagai berikut:
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 81
Objek PPN Dalam Negeri terdiri dari :
Peredaran usaha +/+
Ditambah:
a. Uang muka pelanggan akhir +/+
b. Pendapatan ditangguhkan akhir (PPN dibayar tahun ini) +/+
c. Penyerahan antar cabang (dalam hal tidak terdapat pemusatan
PPN terutang) +/+
d. Harga jual aktiva Pasal 16D UU PPN +/+
e. Penyerahan tahun sebelumnya difakturkan tahun ini +/+
f. Penggantian biaya yang pajak masukannya telah dikreditkan +/+
g. Pemakaian sendiri +/+
h. Pemberian cuma-cuma +/+
i. Penyerahan BKP/JKP lainnya +/+
j. ......... dsb +/+
Jumlah +/+
Dikurangi:
a. Uang muka pelanggan awal (pastikan telah difakturkan
masa sebelumnya) -/-
b. Pendapatan ditangguhkan awal (pastikan telah difakturkan
tahun sebelumnya) -/-
c. Penyerahan difakturkan tahun berikutnya -/-
d. ..... dsb -/-
Jumlah -/-
Jumlah Penyerahan Seluruhnya +/+
Penyerahan non BKP/JKP -/-
Penyerahan BKP/JKP Menurut Pemeriksa Pajak xxx
Ekualisasi pos-pos PPh Badan dan Objek PPh Pemotongan dapat dilakukan sebagai
berikut:
Objek PPh Pemotongan 21/23/26/Final:
a. Macam-macam objek Pos Laba Rugi/Pos Neraca/Pos SPT/Turunan Terkait +/+
b. Objek-objek lainnya +/+
c. Objek dari masa sebelumnya +/+
d. Dipotong/disetor/dilaporkan masa berikutnya -/-
e. Diperhitungkan sebagai objek PPh Pemotongan lain -/-
f. Dipotong/disetor/dilaporkan di KPP lain -/-
Objek Pajak Menurut Pemeriksa Pajak xxx
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 82
Uraian Jumlah (Rp)
1. Peredaran usaha menurut Pemeriksa Pajak*) 95.500.000
2. Ditambah :
a. Pemberian cuma-cuma dan sampel +/+ 12.500.000
b. Pemakaian sendiri +/+ 8.500.000
c. Penggantian biaya telah difakturkan +/+ 5.000.000
d. Penyerahan antar cabang +/+ 4.000.000
e. Penyerahan tahun sebelumnya yang
difakturkan tahun ini +/+ 5.000.000
f. Saldo akhir uang muka penjualan +/+ 10.000.000
g. Saldo akhir pendapatan ditangguhkan +/+ 20.000.000
h. Penghasilan sewa kendaraan +/+ 11.000.000
i Harga jual aktiva mesin +/+ 5.000.000
Jumlah 81.000.000
3. Dikurangi :
a. Penyerahan tahun ini yang difakturkan tahun
berikutnya -/- (10.000.000)
b. Saldo awal uang muka penjualan -/- (5.000.000)
c. Saldo awal pendapatan ditangguhkan -/- (15.000.000)
Jumlah (30.000.000)
Jumlah penyerahan seluruhnya 146.500.000
Penyerahan non BKP/JKP 0
Penyerahan BKP/JKP menurut Pemeriksa Pajak 146.500.000
Penyerahan BKP/JKP menurut Wajib Pajak 141.000.000
Koreksi Penyerahan BKP/JKP 5.500.000
*) Sesuai hasil pemeriksaan peredaran usaha.
Teknik pemeriksaan berupa permintaan keterangan atau bukti dalam Lampiran II SE-
65/PJ/2013 diuraikan dalam butir 9. Berikut ini uraiannya.
Permintaan keterangan atau bukti adalah kegiatan untuk meminta keterangan atau
bukti kepada pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak secara tertulis.
Dalam pelaksanaan pemeriksaan diperlukan keterangan atau bukti dari bank, akuntan
publik, notaris, konsultan pajak, kantor administrasi, dan/atau pihak ketiga lainnya. pemeriksa
pajak melalui Kepala UP2, dapat meminta keterangan dan/atau bukti yang berkaitan dengan
pemeriksaan yang sedang dilakukan.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 83
e. tuangkan hasil pemberian keterangan atau bukti dalam berita acara;
f. dan sebagainya.
2.10. Konfirmasi
2.11. Inspeksi
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 84
b. tentukan tempat di mana data dan/atau informasi tersebut berada;
c. tentukan waktu pelaksanaan inspeksi;
d. dan sebagainya.
2.14. Wawancara
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 85
dalam butir 14. Berikut ini uraiannya.
Wawancara adalah proses tanya jawab yang dilakukan untuk memperoleh keterangan
yang lebih lengkap mengenai hal-hal terkait dengan pos-pos yang diperiksa dan/atau untuk
mengumpulkan data dan/atau informasi lain yang diperlukan dalam pemeriksaan baik dengan
Wajib Pajak maupun dengan pihak lain.
Uji petik (sampling) menurut ketentuan ini adalah suatu teknik pemeriksaan yang
dilakukan dengan cara menguji sebagian bukti atau transaksi, yang dipilih berdasarkan
metode statistik tertentu, yang tujuannya bukan untuk mendapatkan koreksi namun untuk
memperoleh keyakinan atas pos-pos SPT dan/atau pos-pos turunannya.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 86
memanfaatkan aplikasi-aplikasi pada suatu komputer maupun suatu sistem informasi untuk
mendapatkan keyakinan terhadap kebenaran suatu transaksi yang dicatat/diolah/dibukukan
dengan menggunakan suatu aplikasi tertentu.
3.1. Teknik Pemeriksaan yang Harus Dilakukan untuk Wajib Pajak yang
Menyelenggarakan Pembukuan
Teknik Pemeriksaan yang harus dilakukan untuk Wajib Pajak yang menyelenggarakan
pembukuan sebagaimana dimaksud dalam SE-04/PJ/2012 dapat disimak dalam Tabel 4.3
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 87
dan Tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.3
Teknik Pemeriksaan yang Harus Dilakukan untuk Kewajiban
PPh Badan/ Orang Pribadi dan PPh Pemotongan dan Pemungutan
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 88
Tabel 4.4
Teknik Pemeriksaan yang Harus Dilakukan
untuk Kewajiban PPN dan Kredit Pajak
Kewajiban PPN
PPN PPN
Pemanfaatan Kredit
Teknik Pemeriksaan PPN Dalam Kegiatan
Negeri BKP TB/JKP Pajak
dari Luar Membangun
Daerah
Sendiri
Pabean
1. Pemanfaatan Informasi Internal
dan/atau Eksternal DJP
√ √ √ √
2. Pengujian Keabsahan Dokumen √
3. Evaluasi
4. Analisis Angka-Angka
5. Penelusuran Angka-Angka √ √ √
(Tracing)
6. Penelusuran Bukti √ √ √ √
7. Pengujian Keterkaitan :
a. Pengujian arus barang
b. Pengujian arus uang
c. Pengujian arus piutang
d. Pengujian arus utang
8. Ekualisasi atau Rekonsiliasi √ √ √
9. Permintaan Keterangan atau Bukti
10. Konfirmasi √
11. Inspeksi
12. Pengujian Kebenaran Fisik
13. Pengujian Kebenaran
Penghitungan Matematis
√ √ √ √
14. Wawancara
15. Uji Petik (Sampling)
16. Teknik Audit Berbantuan Komputer
(TABK)
17. Teknik-teknik Pemeriksaan
lainnya.
3.2. Teknik Pemeriksaan yang Harus Dilakukan untuk Wajib Pajak yang
Menyelenggarakan Pencatatan
Teknik Pemeriksaan yang harus dilakukan untuk Wajib Pajak yang menyelenggarakan
pencatatan sebagaimana dimaksud dalam SE-04/PJ/2012 dapat disimak dalam Tabel 4.5 dan
Tabel 4.6 berikut ini.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 89
Tabel 4.5
Teknik Pemeriksaan yang Harus Dilakukan untuk Kewajiban
PPh Orang Pribadi dan PPh Pemotongan dan Pemungutan
*) Peredaran bruto diuji untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha
dan/atau pekerjaan bebas.
**) Penghasilan diuji untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang memiliki penghasilan dari
pekerjaan dan/atau penghasilan lain.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 90
Tabel 4.6
Teknik Pemeriksaan yang Harus Dilakukan
untuk Kewajiban PPN dan Kredit Pajak
Kewajiban PPN
PPN
PPN Dalam Pemanfaatan PPN Kredit
Teknik Pemeriksaan
Negeri BKP TB/JKP Kegiatan Pajak
dari Luar Membangun
Daerah Sendiri
Pabean
1. Pemanfaatan Informasi Internal
dan/atau Eksternal DJP
√ √ √ √
2. Pengujian Keabsahan Dokumen
3. Evaluasi
4. Analisis Angka-Angka
5. Penelusuran Angka-Angka
(Tracing)
6. Penelusuran Bukti √ √ √ √
7. Pengujian Keterkaitan :
a. Pengujian arus barang
b. Pengujian arus uang
c. Pengujian arus piutang
d. Pengujian arus utang
8. Ekualisasi atau Rekonsiliasi √ √ √
9. Permintaan Keterangan atau Bukti
10. Konfirmasi √
11. Inspeksi
12. Pengujian Kebenaran Fisik
13. Pengujian Kebenaran
Penghitungan Matematis
√ √ √ √
14. Wawancara
15. Uji Petik (Sampling)
16. Teknik Audit Berbantuan Komputer
(TABK)
17. Teknik-teknik Pemeriksaan
lainnya.
Catatan:
Apabila suatu teknik pemeriksaan yang dipilih tidak dapat dilakukan atau diputuskan untuk
tidak dilakukan dalam pemeriksaan maka pemeriksa pajak harus mendokumentasikan
alasannya dalam KKP pengujian pos SPT/pos turunan terkait.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 91
Keuangan Nomor 256/PMK.03/2014 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Penelitian Pajak
Bumi dan Bangunan. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata jumlah PBB yang
terutang lebih besar dari jumlah pajak yang dihitung berdasarkan Surat Pemberitahuan Objek
Pajak yang disampaikan oleh Wajib Pajak, maka berdasarkan Pasal 10 ayat (2) Undang-
undang PBB Direktur Jenderal Pajak dapat mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) atas
Objek PBB tersebut.
D. Latihan
Instruksi:
Jawablah pertanyaan latihan berikut ini dengan jelas dan lugas!
1. Jelaskan pengertian metode pemeriksaan, teknik pemeriksaan, dan prosedur pemeriksaan
dalam pemeriksaan pajak!
2. Jelaskan perbedaan metode langsung dan metode tidak langsung dalam pemeriksaan
pajak dan dalam kondisi yang bagaimana metode langsung dan metode tidak langsung
diterapkan!
3. Jelaskan apa yang dimaksud Pendekatan Transaksi Tunai dan Bank dalam metode tidak
langsung!
4. Jelaskan apa yang dimaksud Pendekatan Sumber dan Penggunaan Dana dalam metode
tidak langsung!
5. Jelaskan apa yang dimaksud Pendekatan Penghitungan Rasio dalam metode tidak
langsung!
6. Jelaskan apa yang dimaksud Pendekatan Satuan dan/atau Volume dalam metode tidak
langsung!
7. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Pendekatan Biaya Hidup dalam metode tidak
langsung!
8. Jelaskan apa yang dimaksud Pendekatan Pertambahan Kekayaan Bersih dalam metode
tidak langsung!
9. Sebutkan tekinik pemeriksaan yang dapat digunakan dalam pemeriksaan pajak!
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 92
10. Jelaskan apa yang dimaksud teknik pemeriksaan analisis angka-angka beserta
kegunaannya dalam pemeriksaan pajak!
11. Jelaskan perbedaan teknik pemeriksaan penelusuran angka-angka dan penelusuran
bukti beserta kegunaanya dalam pemeriksaan pajak!
12. Jelaskan teknik pemeriksaan pengujian keterkaitan berupa pengujian arus barang, arus
uang, arus piutang usaha, arus uang muka penjualan/pendapatan ditangguhkan, dan
arus utang usaha beserta kegunaannya dalam pemeriksaan pajak!
13. Jelaskan teknik ekualisasi atau rekonsiliasi beserta kegunaannya dalam pemeriksaan
pajak!
14. Jelaskan perbedaan teknik pemeriksaan konfirmasi dan permintaan keterangan atau
bukti beserta kegunaannya dalam pemeriksaan pajak!
E. Rangkuman
Dalam pemeriksaan untuk tujuan menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan Wajib Pajak dikenal dua metode pemeriksaan, yaitu metode langsung dan metode
tidak langsung. Metode langsung dapat digunakan pemeriksa pajak apabila Wajib Pajak
meminjamkan buku, catatan, dan dokumen yang diminta oleh pemeriksa pajak. Sedangkan
metode tidak langsung dapat digunakan oleh pemeriksa pajak dalam kondisi apabila Wajib
Pajak tidak meminjamkan seluruhnya atau sebagian buku, catatan, dan dokumen yang
diminta oleh pemeriksa pajak sehingga pemeriksa pajak tidak dapat menguji penghasilan
kena pajak yang dilaporkan oleh Wajib Pajak. Metode tidak langsung juga dapat digunakan
oleh pemeriksa pajak untuk mendukung penggunaan metode langsung atau untuk melakukan
identifikasi masalah.
Dalam metode tidak langsung terdapat enam pendekatan yang dapat digunakan oleh
pemeriksa pajak, yaitu pendekatan transaksi tunai dan bank, pendekatan sumber dan
penggunaan dana, pendekatan penghitungan rasio, pendekatan satuan dan/atau volume,
pendekatan penghitungan biaya hidup, dan pendekatan pertambahan kekayaan bersih (net
worth). Pendekatan penghitungan biaya hidup dan pendekatan pertambahan kekayaan bersih
dapat digunakan oleh pemeriksa pajak untuk menguji penghasilan yang dilaporkan Wajib
Pajak walaupun pemeriksa pajak dapat melakukan pengujian dengan menggunakan metode
langsung karena pendekatan penghitungan biaya hidup dan pendekatan pertambahan
kekayaan bersih merupakan pendekatan untuk menguji penghasilan yang dilaporkan oleh
Wajib Pajak dari sisi penggunaannya.
Selanjutnya, dalam pemeriksaan pajak untuk tujuan menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan Wajib Pajak, baik pengujiannnya dilakukan dengan menggunakan
metode langsung dan/atau metode tidak langsung harus ditentukan teknik pemeriksaannya.
Dalam pemeriksan pajak, terdapat enam belas teknik pemeriksaan yang dapat digunakan
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 93
oleh pemeriksa pajak, yaitu pemanfaatan informasi internal dan/atau eksternal DJP, pengujian
keabsahan dokumen, evaluasi, analisis angka-angka, penelusuran angka-angka,
penelusuran bukti, pengujian keterkaitan, ekualisasi atau rekonsiliasi, permintaan keterangan
atau bukti, konfirmasi, inspeksi, pengujian kebenaran fisik, pengujian kebenaran
penghitungan matematis, wawancara, uji petik (sampling), dan Teknik Audit Berbantuan
Komputer (TABK). Selain itu, apabila terdapat teknik pemeriksaan lain di luar yang enam belas
teknik tersebut juga dapat digunakan. Untuk menguji suatu pos SPT dan turunannya yang
diperiksa, pemeriksa pajak boleh menggunakan lebih dari satu teknik pemeriksaan. Pemilihan
teknik pemeriksaan tergantung pada tujuan pemeriksaan atas pos SPT dan turunannya yang
diperiksa dan metode pemeriksaan yang digunakan. Begitu teknik pemeriksaan ditentukan
maka harus ditentukan prosedur pemeriksaan dari suatu teknik pemeriksaan tersebut.
F. Tes Formatif
Instruksi:
Lingkarilah huruf B apabila pernyataan berikut ini benar atau huruf S apabila pernyataan
berikut ini salah.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 94
6. B-S Apabila dalam pemeriksaan, Wajib Pajak yang diperiksa dalam melakukan
transaksi kegiatan usahanya menggunakan kas dan bank dan pemeriksa
pajak hanya mendapatkan buku kas/bank dan rekening koran bank Wajib
Pajak maka pemeriksa pajak dapat menggunakan Pendekatan Transaksi
Tunai dan Bank untuk menguji penghasilan bruto Wajib Pajak.
7. B-S Apabila dalam pemeriksaan, Wajib Pajak badan yang diperiksa tidak
meminjamkan buku, catatan dan dokumen kepada pemeriksa pajak namun
pemeriksa pajak mempunyai basis data, maka pemeriksa pajak tidak dapat
menggunakan Pendekatan Penghitungan Rasio.
8. B-S Apabila dalam melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi,
pemeriksa pajak mendapatkan data mengenai harta dan kewajiban Wajib
Pajak dan pemeriksa pajak mendapatkan data pembukuan beserta dokumen
pendukungnya dari Wajib Pajak secara lengkap, maka pemeriksa pajak tidak
dapat menggunakan Pendekatan Pertambahan Kekayaan Bersih karena
pemeriksa pajak dapat menerapkan metode langsung.
9. B-S Apabila pemeriksa pajak menjalankan prosedur pemeriksaan dengan
meneliti pembubuhan tanda tangan pihak yang berwenang, cap/stempel,
dan tanggal dokumen maka pemeriksa pajak sedang menggunakan teknik
pemeriksaan berupa tracing.
10. B-S Apabila pemeriksa pajak menjalankan prosedur pemeriksaan dengan
melakukan penilaian atas sistem pengendalian internal Wajib Pajak, maka
pemeriksa pajak menggunakan teknik pemeriksaan berupa vouching.
11. B-S Apabila pemeriksa pajak menelaah jumlah biaya pemasaran dibandingkan
dengan jumlah penjualan maka pemeriksa pajak menggunakan teknik
pemeriksaan berupa analisis angka-angka.
12. B-S Apabila pemeriksa pajak melakukan penelaahan secara mundur untuk
mentrasir angka-angka dalam suatu pos sesuai dengan rekam jejak
pemeriksaan (audit trail) maka pemeriksa pajak menggunakan teknik
pemeriksaan berupa penelusuran angka-angka.
13. B-S Apabila pemeriksa pajak melakukan pengujian arus piutang usaha dan
mengambil angka pelunasan piutang usaha dari mutasi kredit rekening koran
bank, maka kalau ada penghapusan piutang usaha maka jumlah piutang
usaha yang dihapuskan tersebut harus dikurangkan.
14. B-S Apabila pemeriksa pajak menguji penyerahan kena pajak yang dilaporkan
oleh Wajib Pajak di SPT Masa PPN dengan menggunakan teknik ekualisasi
dengan peredaran usaha yang dilaporkan di SPT Tahunan PPh Badan,
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 95
maka apabila ada uang muka penjualan akhir tahun, maka uang muka
penjualan akhir tahun tersebut harus dikurangkan dari peredaran usaha
tersebut.
15. B-S Apabila pemeriksa pajak menguji penyerahan kena pajak yang dilaporkan
oleh Wajib Pajak di SPT Masa PPN dengan menggunakan teknik ekualisasi
dengan peredaran usaha yang dilaporkan di SPT Tahunan PPh Badan,
maka apabila ada pemberian cuma-cuma barang kena pajak, maka
pemberian cuma-cuma tersebut harus ditambahkan pada peredaran usaha
tersebut.
Catatan:
TP = Tingkat Pemahaman
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 96
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada bagian penutup ini, disimpulkan apa yang telah dibahas dalam Kegiatan Belajar
1 s.d. Kegiatan Belajar 4.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 97
Pemeriksa Pajak.
Pemeriksa pajak dalam menjalankan tugasnya harus berdasarkan SP2 yang
diterbitkan oleh Kepala UP2. SP2 diterbitkan berdasarkan instruksi/persetujuan/penugasan
pemeriksaan dari Kepala Kanwil DJP atau Direktur P2, persetujuan pemeriksaan dari Kepala
KPP, surat permintaan Pemeriksaan Lokasi oleh UP2 Domisili, atau surat persetujuan
pengalihan pemeriksaan.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 98
3. Kesimpulan dari Kegiatan Belajar 3
Bukti pemeriksaan dalam pemeriksaan pajak memegang peranan yang sangat penting
untuk mendukung temuan pemeriksaan. Bukti pemeriksaan tersebut harus merupakan bukti
yang kompeten dan cukup dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Bukti kompeten adalah bukti yang valid dan relevan dengan tetap
mempertimbangkan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha atas transaksi Wajib Pajak yang
memiliki hubungan istimewa. Tingkat validitas suatu bukti dipengaruhi oleh tigal hal, yaitu
indepedensi dan kualifikasi sumber diperolehnya bukti, kondisi di mana bukti diperoleh, dan
cara bukti diperoleh. Adapun yang dimaksud relevan adalah bahwa bukti harus berkaitan
dengan pos-pos yang akan diperiksa. Sedangkan yang dimaksud bukti yang cukup adalah
bukti yang memadai untuk mendukung temuan hasil pemeriksaan dan kecukupan bukti
didasarkan pada pertimbangan profesional pemeriksa pajak.
Jenis bukti pemeriksaan (audit evendence) dapat dikelompokkan dalam delapan jenis,
yaitu pemeriksaan fisik, konfirmasi, dokumentasi, prosedur analitis, wawancara dengan klien,
penghitungan kembali, pelaksanaan ulang, dan observasi. Untuk keperluan pemeriksaan
pajak, jenis bukti pemeriksaan fisik, konfirmasi, dokumentasi, penghitungan kembali,
pelaksanaan ulang dapat digunakan untuk mendukung temuan pemeriksaan. Adapun jenis
bukti prosedur analitis, wawancara dengan klien [wawancara], dan observasi harus
didampingi bukti pemeriksaan lainnya untuk mendukung temuan pemeriksaan.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 99
langsung karena pendekatan penghitungan biaya hidup dan pendekatan pertambahan
kekayaan bersih merupakan pendekatan untuk menguji penghasilan yang dilaporkan oleh
Wajib Pajak dari sisi penggunaannya.
Pemeriksaan pajak untuk tujuan menguji kepatuhan, baik pengujiannnya dilakukan
dengan menggunakan metode langsung dan/atau metode tidak langsung harus ditentukan
teknik pemeriksaannya. Terdapat enam belas teknik pemeriksaan yang dapat digunakan oleh
pemeriksa pajak, yaitu pemanfaatan informasi internal dan/atau eksternal DJP, pengujian
keabsahan dokumen, evaluasi, analisis angka-angka, penelusuran angka-angka,
penelusuran bukti, pengujian keterkaitan, ekualisasi atau rekonsiliasi, permintaan keterangan
atau bukti, konfirmasi, inspeksi, pengujian kebenaran fisik, pengujian kebenaran
penghitungan matematis, wawancara, uji petik (sampling), dan Teknik Audit Berbantuan
Komputer (TABK). Namun demikian, apabila terdapat teknik pemeriksaan lain di luar yang
enam belas teknik tersebut juga dapat digunakan oleh pemeriksa pajak. Untuk menguji suatu
pos SPT dan turunannya yang diperiksa, pemeriksa pajak boleh menggunakan lebih dari satu
teknik pemeriksaan. Pemilihan teknik pemeriksaan tergantung pada tujuan pemeriksaan atas
pos SPT dan turunannya yang diperiksa dan metode pemeriksaan yang digunakan. Begitu
teknik pemeriksaan ditentukan maka harus ditentukan prosedur pemeriksaan dari suatu teknik
pemeriksaan tersebut.
B. Implikasi
Dalam melakukan pemeriksaan terhadap buku, catatan dan dokumen serta data,
informasi, dan keterangan lain terkait Wajib Pajak yang diperiksa, pemeriksa pajak harus
mengacu pada Rencana Program Pemeriksaan yang telah dibuat pada tahap persiapan
pemeriksaan dan perubahannya karena di dalam Rencana Program Pemeriksaan dan
perubahannya telah ditentukan tujuan pemeriksaan atas pos-pos SPT yang diperiksa dan
telah ditentukan pula metode, teknik, dan prosedur pemeriksaan yang dianggap tepat untuk
menguji pos-pos SPT yang diperiksa.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 100
TES SUMATIF
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 101
d. kecukupan bukti
6. Bukti audit berupa inspeksi auditor atas dokumen-dokumen dan catatan-catatan yang
digunakan auditee untuk mendukung informasi yang tersaji atau seharusnya tersaji dalam
laporan keuangan disebut ....
a. pemeriksaan fisik
b. observasi
c. dokumentasi
d. pelaksanaan ulang
7. Ketentuan yang mengatur Pedoman Penggunaan Metode dan Teknik Pemeriksaan
adalah ....
a. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-56/PJ/2013
b. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-65/PJ/2013
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-56/PJ/2014
d. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-65/PJ/2014
8. Metode pemeriksaan adalah … yang dilakukan terhadap buku, catatan, dan dokumen serta
data, informasi, dan keterangan lain. Jawaban yang benar untuk bagian yang dikosongkan
tersebut adalah ….
c. program dan teknik pemeriksaan
d. program dan prosedur pemeriksaan
e. teknik dan prosedur pemeriksaan
f. program, teknik dan prosedur pemeriksaan
9. Cara-cara pengumpulan bukti, pengujian, dan/atau pembuktian yang dikembangkan oleh
Pemeriksa Pajak untuk menyakini kebenaran pos-pos yang diperiksa disebut ….
a. program pemeriksaan
b. pendekatan pemeriksaan
c. teknik pemeriksaan
d. prosedur pemeriksaan
10. Dari keempat kegiatan pemeriksaan yang dilakukan oleh Pemeriksa Pajak berikut ini,
mana yang tidak termasuk metode pemeriksaan langsung?
a. Mentrasir jumlah pos SPT yang sedang diperiksa ke buku besar
b. Mentrasir pos SPT yang diperiksa ke buku tambahan (subsidiary ledger)
c. Melakukan rekapitulasi invoice untuk menguji pos Peredaran Usaha
d. Menguji pos Peredaran Usaha berdasarkan Gross Profit Margin Ratio yang datanya
bersumber dari rata-rata industri.
11. Pendekatan dalam metode pemeriksaan tidak langsung berikut ini mana yang tidak
semuanya benar?
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 102
a. Pendekatan Transaksi Tunai dan Bank, Pendekatan Sumber dan Penggunaan Dana,
Pendekatan Penghitungan Rasio
b. Pendekatan Sumber dan Penggunaan Dana, Pendekatan Penghitungan Rasio,
Pendekatan Satuan dan/atau Volume
c. Pendekatan Penghitungan Rasio, Pendekatan Satuan dan/atau Volume, Pendekatan
Pertambahan Kekayaan Bersih
d. Pendekatan Penghitungan Biaya Hidup, Pendekatan Kewajaran Harga
12. Pernyataan terkait dengan metode pemeriksaan tidak langsung berikut ini yang tidak
benar adalah ….
a. Metode tidak langsung digunakan dalam hal metode langsung tidak dapat diterapkan
b. Metode tidak langsung dapat digunakan untuk mendukung penggunaan metode
langsung
c. Metode tidak langsung dapat digunakan untuk melakukan identifikasi masalah
d. Pemeriksa Pajak hanya dapat menggunakan satu pendekatan metode tidak langsung
dalam melakukan pemeriksaan
13. Pendekatan Transaksi Tunai dan Bank digunakan untuk menguji ….
a. Peredaran usaha Wajib Pajak
b. Penghasilan bruto Wajib Pajak
c. Penghasilan neto Wajib Pajak
d. Penerimaan neto Wajib Pajak
14. Pendekatan Penghitungan Rasio dapat digunakan untuk menguji pos-pos berikut ini,
kecuali ….
a. Peredaran usaha Wajib Pajak
b. Harga pokok penjualan Wajib Pajak
c. Laba bersih Wajib Pajak
d. Piutang usaha Wajib Pajak
15. Pernyataan terkait dengan Pendekatan Satuan dan/atau Volume dalam metode
pemeriksaan tidak langsung berikut ini yang tidak benar adalah ….
a. Pendekatan Satuan dan/atau Volume dapat digunakan untuk menguji Peredaran
Usaha
b. Pendekatan Satuan dan/atau Volume dapat digunakan untuk menguji Harga Pokok
Penjualan
c. Apabila berdasarkan data yang ada, satuan dan/atau volume hanya teridentifikasi
untuk sejumlah bulan tertentu maka satuan dan/atau volume tersebut disetahunkan
d. Satuan dan/atau volume yang dapat digunakan untuk melakukan pengujian harus
berupa kuantitas/jumlah unit dari suatu barang
16. Apabila dalam pelaksanaan pemeriksaan, pemeriksa pajak hanya mendapatkan buku
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 103
kas/bank dan rekening koran bank maka pendekatan dalam metode tdak langsung yang
paling tepat digunakan adalah ….
a. Pendekatan Transaksi Tunai dan Bank
b. Pendekatan Sumber dan Penggunaan Dana
c. Pendekatan Perhitungan Rasio
d. Pendekatan Pertambahan Kekayaan Bersih
17. Apabila dalam pelaksanaan pemeriksaan, pemeriksa pajak hanya mendapatkan buku
kas/bank, rekening koran bank dan catatan mutasi penambahan atau pengurangan harta
atau utang, maka pendekatan dalam metode tidak langsung yang paling tepat digunakan
adalah ….
a. Pendekatan Transaksi Tunai dan Bank
b. Pendekatan Sumber dan Penggunaan Dana
c. Pendekatan Perhitungan Rasio
d. Pendekatan Pertambahan Kekayaan Bersih
18. Apabila dalam pemeriksaan ditemukan kondisi bahwa Wajib Pajak tidak mempunyai
catatan kas dan bank yang lengkap dan dapat diandalkan, namun terdapat data yang
dapat digunakan sebagai pembanding dan/atau penghitungan rasio baik dari Direktorat
Jenderal Pajak, Wajib Pajak, maupun dari pihak lain, maka pendekatan dalam metode
tdak langsung yang paling tepat digunakan adalah ….
a. Pendekatan Transaksi Tunai dan Bank
b. Pendekatan Sumber dan Penggunaan Dana
c. Pendekatan Perhitungan Rasio
d. Pendekatan Pertambahan Kekayaan Bersih
19. Apabila dalam pemeriksaan pajak terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi hanya ditemukan
data berupa harta dan kewajiban/hutang awal dan akhir tahun saja, maka pendekatan
dalam metode tdak langsung yang paling tepat digunakan adalah ....
a. Pendekatan Transaksi Tunai dan Bank
b. Pendekatan Sumber dan Penggunaan Dana
c. Pendekatan Pertambahan Kekayaan Bersih
d. Pendekatan Biaya Hidup
20. Sdr. Anton, pemeriksa pajak muda pada KPP Pratama Jakarta XYZ, ditugaskan untuk
memeriksa PT ABC. Sdr. Anton sedang mengumpulkan, mengidentifikasi, dan mengolah
data, informasi, dokumen, dan/atau pihak yang berhubungan dengan Wajib Pajak yang
sedang diperiksa. Dengan demikian, teknik pemeriksaan yang digunakan Sdr. Anton
adalah ….
a. pemanfaatan informasi internal dan/atau eksternal Direktorat Jenderal Pajak
b. pengujian keabsahan dokumen
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 104
c. penelusuran angka-angka
d. penelusuran bukti
21. Sdr. Badrun, pemeriksa pajak pertama pada KPP Pratama Jakarta KLM, ditugaskan
untuk memeriksa PT XYZ sedang meneliti keabsahan dokumen, misalnya pembubuhan
tanda tangan pihak yang berwenang, cap/stempel, dan tanggal dokumen. Dengan
demikian, teknik pemeriksaan yang digunakan Sdr. Badrun adalah ….
a. konfirmasi
b. pengujian keabsahan dokumen
c. penelusuran angka-angka
d. penelusuran bukti
22. Teknik pemeriksaan berupa proses penilaian atas dokumen, kegiatan, sistem, dan
sejenisnya berdasarkan kriteria tertentu disebut ….
a. konfirmasi
b. penelusuran angka-angka
c. evaluasi
d. penelusuran bukti
23. Teknik pemeriksaan berupa penelaahan dan penguraian atas angka-angka dan bagian-
bagiannya serta hubungannya dengan angka pada pos lain untuk mengetahui kewajaran
jumlah suatu pos disebut ....
a. konfirmasi
b. analisis angka-angka
c. evaluasi
d. penelusuran bukti
24. Teknik pemeriksaan berupa penelaahan secara mundur untuk mentrasir angka-angka
dalam suatu pos sesuai dengan rekam jejak pemeriksaan (audit trail) disebut ....
a. rekonsiliasi
b. evaluasi
c. penelusuran bukti
d. penelusuran angka-angka
25. Teknik pemeriksaan berupa pemeriksaan bukti yang mendukung suatu transaksi yang
telah dicatat atau yang seharusnya dicatat disebut ....
a. rekonsiliasi
b. evaluasi
c. penelusuran bukti
d. penelusuran angka-angka
26. Teknik pemeriksaan berupa pengujian yang dilakukan untuk meyakini suatu transaksi
berdasarkan pengujian atas mutasi pos-pos lain yang terkait atau berhubungan dengan
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 105
transaksi tersebut disebut ....
a. rekonsiliasi
b. evaluasi
c. ekualisasi
d. pengujian keterkaitan
27. Teknik pemeriksaan berupa mencocokkan saldo dua atau lebih angka yang mempunyai
hubungan satu dengan yang lainnya dan apabila hasilnya terdapat perbedaan, maka
perbedaan tersebut harus dapat dijelaskan disebut ....
a. ekualisasi
b. evaluasi
c. pengujian keterkaitan
d. Konfirmasi
28. Teknik pemeriksaan berupa kegiatan untuk memperoleh penegasan atas kebenaran dan
kelengkapan data dan/atau informasi yang telah dimiliki kepada pihak lain yang terkait
suatu transaksi yang dilakukan Wajib Pajak disebut ....
a. ekualisasi
b. evaluasi
c. pengujian keterkaitan
d. konfirmasi
29. Teknik pemeriksaan berupa kegiatan peninjauan secara langsung ke tempat kedudukan,
tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal Wajib Pajak, dan/atau
tempat lainnya disebut ....
a. rekonsiliasi
b. evaluasi
c. inspeksi
d. konfirmasi
30. Teknik pemeriksaan berupa pengujian yang dilakukan untuk meyakini keberadaan,
kuantitas, dan kondisi aktiva yang dilaporkan Wajib Pajak disebut ....
a. rekonsiliasi
b. evaluasi
c. inspeksi
d. pengujian kebenaran fisik
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 106
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF DAN TES SUMATIF
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 107
DAFTAR ISTILAH
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 108
11. Prosedur analitis adalah prosedur yang menggunakan perbandingan dan hubungan
untuk menilai apakah saldo akun atau data lain tampak secara masuk akal dibandingkan
terhadap ekspektasi auditor. Dalam pemeriksaan pajak, teknik analisis angka-angka
adalah penelaahan dan penguraian atas angka-angka dan bagian-bagiannya serta
hubungannya dengan angka pada pos lain untuk mengetahui kewajaran jumlah suatu
pos.
12. Wawancara yaitu upaya untuk memperoleh informasi baik seraca tertulis maupun lisan
dari auditee atas respon terhadap pertanyaan yang diajukan oleh auditor. Dalam
pemeriksaan pajak, teknik wawancara adalah proses tanya jawab yang dilakukan untuk
memperoleh keterangan yang lebih lengkap mengenai hal-hal terkait dengan pos-pos
yang diperiksa dan/atau untuk mengumpulkan data dan/atau informasi lain yang
diperlukan dalam pemeriksaan baik dengan Wajib Pajak maupun dengan pihak lain.
13. Penghitungan kembali/rekalkulasi adalah pengecekan kembali suatu sampel
penghitungan/kalkulasi yang dibuat oleh auditee yang terdiri dari pengujian atas
keakuratan penghitungan auditee. Dalam pemeriksaan pajak, teknik pengujian
kebenaran penghitungan matematis adalah pengujian yang dilakukan untuk meyakini
kebenaran penghitungan matematis, seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian atas objek yang diperiksa.
14. Pelaksanaan ulang adalah pengujian independen oleh auditor atas prosedur akuntansi
atau pengendalian yang dibuat oleh auditee, yang dijalankan sebagai bagian dari sistem
akuntansi dan sistem pengendalian intern entitas (auditee).
15. Observasi adalah penggunaan indera untuk menilai aktivitas klien (auditee).
16. Metode pemeriksaan adalah teknik pemeriksaan dan prosedur pemeriksaan yang
dilakukan terhadap buku, catatan, dan dokumen serta data, informasi, dan keterangan
lain.
17. Metode langsung adalah teknik pemeriksaan dan prosedur pemeriksaan untuk menguji
kebenaran pos-pos diperiksa yang dilakukan secara langsung terhadap buku, catatan,
dan dokumen terkait dengan pos-pos yang diperiksa.
18. Metode tidak langsung adalah teknik pemeriksaan dan prosedur pemeriksaan untuk
menguji kebenaran pos-pos diperiksa yang dilakukan secara tidak langsung melalui suatu
pendekatan penghitungan tertentu.
19. Teknik pemeriksaan adalah cara-cara pengumpulan bukti, pengujian, dan/atau
pembuktian yang dikembangkan oleh pemeriksa pajak untuk meyakini kebenaran pos-
pos yang diperiksa.
20. Informasi internal DJP adalah informasi yang berasal dari dalam DJP.
21. Iinformasi eksternal DJP adalah informasi yang berasal dari luar DJP.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 109
22. Pengujian keabsahan dokumen adalah pengujian yang dilakukan untuk meyakini
keabsahan suatu dokumen yang akan digunakan dalam pemeriksaan.
23. Evaluasi adalah proses penilaian atas dokumen, kegiatan, sistem, dan sejenisnya
berdasarkan kriteria tertentu.
24. Penelusuran angka-angka adalah penelaahan secara mundur untuk mentrasir
angkaangka dalam suatu pos sesuai dengan rekam jejak pemeriksaan (audit trail).
25. Penelusuran bukti adalah pemeriksaan bukti yang mendukung suatu transaksi yang telah
dicatat (vouching) atau yang seharusnya dicatat (tracing).
26. Pengujian keterkaitan adalah pengujian yang dilakukan untuk meyakini suatu transaksi
berdasarkan pengujian atas mutasi pos-pos lain yang terkait atau berhubungan dengan
transaksi tersebut.
27. Ekualisasi atau rekonsiliasi adalah pencocokan saldo dua atau lebih angka yang
mempunyai hubungan satu dengan yang lainnya. Apabila hasilnya terdapat perbedaan,
maka perbedaan tersebut harus dapat dijelaskan.
28. Permintaan keterangan atau bukti adalah kegiatan untuk meminta keterangan atau bukti
kepada pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak secara tertulis.
29. Inspeksi adalah kegiatan peninjauan secara langsung ke tempat kedudukan, tempat
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal Wajib Pajak, dan/atau tempat
lainnya.
30. Uji petik (sampling) adalah suatu teknik pemeriksaan yang dilakukan dengan cara
menguji sebagian bukti atau transaksi, yang dipilih berdasarkan metode statistik tertentu,
yang tujuannya bukan untuk mendapatkan koreksi namun untuk memperoleh keyakinan
atas pos-pos SPT dan/atau pos-pos turunannya.
31. Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK) adalah teknik pemeriksaan yang
memanfaatkan aplikasi-aplikasi pada suatu komputer maupun suatu sistem informasi
untuk mendapatkan keyakinan terhadap kebenaran suatu transaksi yang
dicatat/diolah/dibukukan dengan menggunakan suatu aplikasi tertentu.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 110
DAFTAR PUSTAKA
Arens, Alvin A., Randal J. Elder, Mark S. Beasley. 2012. Auditing and Assurance Services:
An Integrated Approach. Fourteenth Edition. England: Pearson Education
Limited.
Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009.
___________. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994.
Direktorat Jenderal Pajak. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-23/PJ/2013 tentang
Standar Pemeriksaan.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 111
LAMPIRAN
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 112
Lampiran 1
SURAT PERNYATAAN
SUMBER PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
Sehubungan dengan pemeriksaan pajak berdasarkan Surat Perintah Pemeriksaan nomor …(10) tanggal … (11),
dengan ini memberikan pernyataan mengenai sumber penghasilan sebagai berikut:
1. Penghasilan dari Usaha
Nama dan Alamat Jenis Jumlah Jumlah
No.
Usaha Usaha Modal Penghasilan
(12) (13) (14) (15) (16)
4. Penghasilan dari Pengalihan atau Persewaan Harta (misal tanah, rumah, mobil, dsb)
Nama dan Alamat Nomor dan Tanggal Jumlah
No. Jenis Harta
Pemberi Hasil Bukti Kepemilikan Penghasilan
(29) (30) (31) (32) (33)
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 113
5. Penghasilan dari Bunga Deposito, Tabungan, dsb (termasuk rekening keluarga yang menjadi tanggungan
sepenuhnya)
Nomor Nama dan Alamat Jumlah Nominal
No. Ket.
Rekening/Bilyet Bank Bunga
(34) (35) (36) (37) (38)
7. …dst
Demikian Surat Pernyataan Sumber Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi ini dibuat dan ditandatangani sesuai
keadaan yang sebenarnya dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun, berdasarkan kejujuran
yang berlandaskan asas Ketuhanan Yang Maha Esa. Kami bertanggung jawab atas segala akibat yang timbul dari
pernyataan ini.
(Meterai)
......................(44)
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 114
PETUNJUK PENGISIAN
SURAT PERNYATAAN SUMBER PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
Angka 1 : Diisi dengan nama Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari Wajib Pajak yang
menandatangani Surat Pernyataan Sumber Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi.
Angka 2 : Diisi dengan NPWP Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari Wajib Pajak yang
menandatangani Surat Pernyataan Sumber Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi.
Angka 3 : Diisi dengan pekerjaan/jabatan Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari Wajib
Pajak yang menandatangani Surat Pernyataan Sumber Penghasilan Wajib Pajak orang
pribadi.
Angka 4 : Diisi dengan alamat Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari Wajib Pajak yang
menandatangani Surat Pernyataan Sumber Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi.
Angka 5 : Diisi dengan tanda √ pada kotak yang sesuai.
Angka 6 : Diisi dengan nama Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 7 : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 8 : Diisi dengan pekerjaan Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 9 : Diisi dengan alamat Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 10 : Diisi dengan nomor Surat Perintah Pemeriksaan.
Angka 11 : Diisi dengan tanggal Surat Perintah Pemeriksaan.
Angka 12 : Cukup jelas.
Angka 13 : Diisi dengan nama dan alamat usaha Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 14 : Diisi dengan jenis usaha sesuai dengan Klasifikasi Lapangan Usaha.
Angka 15 : Diisi dengan jumlah modal usaha yang disetorkan seluruhnya.
Angka 16 : Diisi dengan jumlah nominal penghasilan dari usaha yang diperoleh sesuai masa/tahun
pajak yang diperiksa.
Angka 17 : Cukup jelas.
Angka 18 : Diisi dengan nama dan alamat Pemberi Kerja Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 19 : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak Pemberi Kerja.
Angka 20 : Diisi dengan jumlah nominal penghasilan dari pekerjaan yang diperoleh sesuai
masa/tahun pajak yang diperiksa.
Angka 21 : Diisi apabila diperlukan.
Angka 22 : Cukup jelas.
Angka 23 : Diisi dengan nama dan alamat tempat usaha Wajib Pajak yang diperiksa menyertakan
modal.
Angka 24 : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak usaha tempat Wajib Pajak yang diperiksa
menyertakan modal.
Angka 25 : Diisi dengan jumlah lembar modal disetor.
Angka 26 : Diisi dengan nilai penyertaan.
Angka 27 : Diisi dengan jumlah nominal penghasilan yang diperoleh dari penyertaan modal sesuai
masa/tahun pajak diperiksa.
Angka 28 : Diisi apabila diperlukan.
Angka 29 : Cukup jelas.
Angka 30 : Diisi dengan jenis harta yang dialihkan atau disewakan.
Angka 31 : Diisi dengan nama dan alamat pihak yang memberikan penghasilan.
Angka 32 : Diisi dengan nomor dan tanggal bukti kepemilikan.
Angka 33 : Diisi dengan jumlah penghasilan yang diperoleh dari pengalihan atau persewaan harta.
Angka 34 : Cukup jelas.
Angka 35 : Diisi dengan nomor bilyet/rekening deposito, tabungan, dsb yang menghasilkan bunga.
Angka 36 : Diisi dengan nama dan alamat bank tempat penghasilan bunga diperoleh.
Angka 37 : Diisi dengan jumlah nominal penghasilan bunga yang diperoleh sesuai masa/tahun pajak
yang diperiksa.
Angka 38 : Diisi apabila diperlukan.
Angka 39 : Cukup jelas.
Angka 40 : Diisi dengan nama penghasilan dari luar usaha lainnya yang diperoleh.
Angka 41 : Diisi dengan jumlah nominal penghasilan dari luar usaha lainnya yang diperoleh sesuai
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 115
masa/tahun pajak diperiksa.
Angka 42 : Diisi apabila diperlukan.
Angka 43 : Diisi dengan tempat, tanggal, bulan, dan tahun Surat Pernyataan Sumber Penghasilan
Wajib Pajak orang pribadi dibuat.
Angka 44 : Diisi dengan nama dan tanda tangan Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari
Wajib Pajak yang menandatangani Surat Pernyataan Sumber Penghasilan Wajib Pajak
orang pribadi.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 116
Lampiran 2
Sehubungan dengan pemeriksaan pajak berdasarkan Surat Perintah Pemeriksaan nomor … (10) tanggal …(11),
dengan ini memberikan pernyataan mengenai biaya hidup Wajib Pajak termasuk keluarga yang menjadi
tanggungan sepenuhnya sebagai berikut:
2. Pengeluaran
Jenis Nama Pengeluaran Pengeluaran
No.
Pengeluaran Pengeluaran Per Bulan Per Tahun
(18) (19) (20) (21) (22)
1. Konsumsi 1. .........................
Rumah Tangga 2. .........................
3. dst.
2. Transportasi 1. .........................
2. .........................
3. dst.
3. Pendidikan 1. .........................
2. .........................
3. dst.
4. Kesehatan 1. .........................
2. .........................
3. dst.
5. Rekreasi 1. .........................
2. .........................
3. dst.
6. Gaya Hidup (lifestyle) 1. .........................
2. .........................
3. dst.
7. Sumbangan 1. .........................
2. .........................
3. dst.
8. Olahraga 1. .........................
2. .........................
3. dst.
9. Pemeliharaan Harta 1. .........................
2. .........................
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 117
3. dst.
10. PPh Penghasilan 1. .........................
2. .........................
3. dst.
11. Pajak dan Retribusi lainnya 1. .........................
2. .........................
3. dst.
12. Pengeluaran lainnya 1. .........................
2. .........................
3. dst.
Demikian Surat Pernyataan Biaya Hidup ini dibuat dan ditandatangani sesuai keadaan yang sebenarnya dengan
penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun, berdasarkan kejujuran yang berlandaskan asas
Ketuhanan Yang Maha Esa. Kami bertanggung jawab atas segala akibat yang timbul dari pernyataan ini.
(Meterai)
......................(24)
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 118
PETUNJUK PENGISIAN
SURAT PERNYATAAN BIAYA HIDUP
Angka 1 : Diisi dengan nama Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari Wajib Pajak yang
menandatangani Surat Pernyataan Biaya Hidup.
Angka 2 : Diisi dengan NPWP Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari Wajib Pajak yang
menandatangani Surat Pernyataan Biaya Hidup
Angka 3 : Diisi dengan pekerjaan/jabatan Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari Wajib
Pajak yang menandatangani Surat Pernyataan Biaya Hidup
Angka 4 : Diisi dengan alamat Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari Wajib Pajak yang
menandatangani Surat Pernyataan Biaya Hidup
Angka 5 : Diisi dengan tanda √ pada kotak yang sesuai.
Angka 6 : Diisi dengan nama Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 7 : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 8 : Diisi dengan pekerjaan Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 9 : Diisi dengan alamat Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 10 : Diisi dengan nomor Surat Perintah Pemeriksaan.
Angka 11 : Diisi dengan tanggal Surat Perintah Pemeriksaan.
Angka 12 : Diisi dengan tahun pajak diperiksa.
Angka 13 : Cukup jelas.
Angka 14 : Diisi dengan nama tanggungan Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 15 : Diisi dengan status hubungan keluarga dengan Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 16 : Diisi dengan tanggal lahir tanggungan Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 17 : Diisi dengan pekerjaan tanggungan Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 18 : Cukup jelas.
Angka 19 : Diisi dengan jenis pengeluaran Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 20 : Diisi dengan nama pengeluaran Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 21 : Diisi dengan jumlah nominal pengeluaran per bulan.
Angka 22 : Diisi dengan jumlah nominal pengeluaran per tahun.
Angka 23 : Diisi dengan tempat, tanggal, bulan, dan tahun Surat Pernyataan Biaya Hidup dibuat.
Angka 24 : Diisi dengan nama dan tanda tangan Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari
Wajib Pajak yang menandatangani Surat Pernyataan Biaya Hidup
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 119
Lampiran 3
SURAT PERNYATAAN
PERTAMBAHAN/PENGURANGAN KEKAYAAN BERSIH
Sehubungan dengan pemeriksaan pajak berdasarkan Surat Perintah Pemeriksaan nomor … (10) tanggal …(11),
dengan ini memberikan pernyataan mengenai biaya hidup Wajib Pajak termasuk keluarga yang menjadi
tanggungan sepenuhnya sebagai berikut:
1. Pertambahan/Pengurangan Kekayaan Bersih (termasuk kekayaan isteri yang tidak dikenai pajak secara
terpisah dan anak yang belum dewasa)
a. Pertambahan/Pengurangan Harta Tahun …(12)
Nilai Perolehan/Nilai
No. Nama Harta Letak Harta Ket.
Pengurangan
(13) (14) (15) (16) (17)
(dilampiri dengan fotokopi dokumen transaksi, bukti pembayaran BPHTB, akte Pejabat Pembuat Akta Tanah,
dsb)
2. Data Kartu Kredit (termasuk yang telah ditutup dalam satu tahun terakhir)
No. Nama Bank Penerbit Nomor Kartu Kredit Pagu Kartu Kredit Ket.
(25) (26) (27) (28) (29)
3. ...... dst
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 120
Demikian Surat Pernyataan Pertambahan/Pengurangan Kekayaan Bersih ini dibuat dan ditandatangani sesuai
keadaan yang sebenarnya dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun, berdasarkan kejujuran
yang berlandaskan asas Ketuhanan Yang Maha Esa. Kami bertanggung jawab atas segala akibat yang timbul dari
pernyataan ini.
(Meterai)
......................(31)
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 121
PETUNJUK PENGISIAN
SURAT PERNYATAAN PERTAMBAHAN/PENGURANGAN KEKAYAAN BERSIH
Angka 1 : Diisi dengan nama Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari Wajib Pajak yang
menandatangani Surat Pernyataan Pertambahan/Pengurangan Kekayaan Bersih.
Angka 2 : Diisi dengan NPWP Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari Wajib Pajak yang
menandatangani Surat Pernyataan Pertambahan/Pengurangan Kekayaan Bersih.
Angka 3 : Diisi dengan pekerjaan/jabatan Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari Wajib
Pajak yang menandatangani Surat Pernyataan Pertambahan/Pengurangan Kekayaan
Bersih.
Angka 4 : Diisi dengan alamat Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari Wajib Pajak yang
menandatangani Surat Pernyataan Pertambahan/Pengurangan Kekayaan Bersih.
Angka 5 : Diisi dengan tanda √ pada kotak yang sesuai.
Angka 6 : Diisi dengan nama Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 7 : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 8 : Diisi dengan pekerjaan Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 9 : Diisi dengan alamat Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 10 : Diisi dengan nomor Surat Perintah Pemeriksaan.
Angka 11 : Diisi dengan tanggal Surat Perintah Pemeriksaan.
Angka 12 : Diisi dengan tahun pajak diperiksa.
Angka 13 : Cukup jelas.
Angka 14 : Diisi dengan namaharta Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 15 : Diisi dengan letak harta Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 16 : Diisi dengan jumlah nominal perolehan atau pengurangan harta.
Angka 17 : Diisi apabila diperlukan.
Angka 18 : Diisi dengan tahun pajak diperiksa.
Angka 19 : Cukup jelas.
Angka 20 : Diisi dengan nama dan alamat Pemberi utang.
Angka 21 : Diisi dengan jumlah nominal utang.
Angka 22 : Diisi dengan jumlah nominal bunga beserta persentasenya.
Angka 23 : Diisi dengan jangka waktu pelunasan utang.
Angka 24 : Diisi apabila diperlukan.
Angka 25 : Cukup jelas.
Angka 26 : Diisi dengan nama bank penerbit kartu kredit.
Angka 27 : Diisi dengan nomor kartu kredit.
Angka 28 : Diisi dengan pagu kartu kredit
Angka 29 : Diisi apabila diperlukan.
Angka 30 : Diisi dengan tempat, tanggal, bulan, dan tahun Surat Pernyataan
Pertambahan/Pengurangan Kekayaan Bersih dibuat.
Angka 31 : Diisi dengan nama dan tanda tangan Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari
Wajib Pajak yang menandatangani Surat Pernyataan Pertambahan/Pengurangan
Kekayaan Bersih.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 122
Lampiran 4
SURAT PERNYATAAN
KEPEMILIKAN REKENING KORAN, DEPOSITO, TABUNGAN, DAN REKENING LAINNYA
Sehubungan dengan pemeriksaan pajak berdasarkan Surat Perintah Pemeriksaan nomor … (12) tanggal
…(13),dengan ini menyatakan bahwa Wajib Pajak (termasuk keluarga yang masih menjadi tanggungan Wajib Pajak
sepenuhnya) hanya mempunyai rekening bank, deposito, tabungan dan sejenisnya (termasuk yang telah ditutup
dalam satu masa/tahun pajak yang sedang diperiksa), baik yang ada di Indonesia maupun yang ada di luar negeri
yaitu:
Demikian Surat Pernyataan Kepemilikan Rekening Koran, Deposito, Tabungan, Dan Rekening Lainnya ini dibuat
dan ditandatangani sesuai keadaan yang sebenarnya dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak
manapun, berdasarkan kejujuran yang berlandaskan asas Ketuhanan Yang Maha Esa. Kami bertanggung jawab
atas segala akibat yang timbul dari pernyataan ini.
(Meterai)
......................(19)
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 123
PETUNJUK PENGISIAN
SURAT PERNYATAANKEPEMILIKAN REKENING KORAN BANK, DEPOSITO, TABUNGAN,
DAN REKENING LAINNYA
Angka 1 : Diisi dengan nama Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari Wajib Pajak yang
menandatangani Surat Pernyataan Kepemilikan Rekening Koran Bank, Deposito,
Tabungan, dan Rekening Lainnya.
Angka 2 : Diisi dengan NPWP Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari Wajib Pajak yang
menandatangani Surat Pernyataan Kepemilikan Rekening Koran Bank, Deposito,
Tabungan, dan Rekening Lainnya.
Angka 3 : Diisi dengan pekerjaan/jabatan Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari Wajib
Pajak yang menandatangani Surat Pernyataan Kepemilikan Rekening Koran Bank,
Deposito, Tabungan, dan Rekening Lainnya.
Angka 4 : Diisi dengan alamat Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari Wajib Pajak yang
menandatangani Surat Pernyataan Pertambahan/Pengurangan Kekayaan Bersih.
Angka 5 : Diisi dengan tanda √ pada kotak yang sesuai.
Angka 6 : Diisi dengan nama Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 7 : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 8 : Diisi dengan tempat dan tanggal lahir Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 9 : Diisi dengan nomor KTP/paspor Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 10 : Diisi dengan pekerjaan Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 11 : Diisi dengan alamat Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 12 : Diisi dengan nomor Surat Perintah Pemeriksaan.
Angka 13 : Diisi dengan tanggal Surat Perintah Pemeriksaan.
Angka 14 : Cukup jelas.
Angka 15 : Diisi dengan nama bank dan nama negara tempat rekening koran bank, deposito,
tabungan, dan rekening lainnya dibuka, termasuk yang telah ditutup dalam masa/tahun
pajak yang sedang diperiksa.
Angka 16 : Diisi dengan nomor dan jenis rekening Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 17 : Diisi apabila diperlukan.
Angka 18 : Diisi dengan tempat, tanggal, bulan, dan tahun Surat Pernyataan Kepemilikan Rekening
Koran Bank, Deposito, Tabungan, dan Rekening Lainnya dibuat.
Angka 19 : Diisi dengan nama dan tanda tangan Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari
Wajib Pajak yang menandatangani Surat Pernyataan Kepemilikan Rekening Koran Bank,
Deposito, Tabungan, dan Rekening Lainnya.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 124
Lampiran 5
SURAT PERNYATAAN
LAPORAN KEUANGAN TIDAK DIAUDIT OLEH AKUNTAN PUBLIK
Sehubungan dengan pemeriksaan pajak berdasarkan Surat Perintah Pemeriksaan nomor… (9) tanggal
…(10),dengan ini menyatakan bahwa laporan keuangan perusahaan untuk periode yang berakhir pada tanggal …….
(11) tidak diaudit oleh Akuntan Publik.
Demikian Surat Pernyataan Laporan Keuangan Tidak Diaudit oleh Akuntan Publik ini dibuat dan ditandatangani
sesuai keadaan yang sebenarnyadengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun, berdasarkan
kejujuran yang berlandaskan asas Ketuhanan Yang Maha Esa.Kami bertanggung jawab atas segala akibat yang
timbul dari pernyataan ini.
(Meterai)
......................(13)
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 125
PETUNJUK PENGISIAN
SURAT PERNYATAAN LAPORAN KEUANGANTIDAK DIAUDIT OLEH AKUNTAN PUBLIK
Angka 1 : Diisi dengan nama Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari Wajib Pajak yang
menandatangani Surat Pernyataan Laporan Keuangan Tidak Diaudit oleh Akuntan Publik.
Angka 2 : Diisi dengan NPWP Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari Wajib Pajak yang
menandatangani Surat Pernyataan Laporan Keuangan Tidak Diaudit oleh Akuntan Publik.
Angka 3 : Diisi dengan pekerjaan/jabatan Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari Wajib
Pajak yang menandatangani Surat Pernyataan Laporan Keuangan Tidak Diaudit oleh
Akuntan Publik.
Angka 4 : Diisi dengan alamat Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari Wajib Pajak yang
menandatangani Surat Pernyataan Pertambahan/Pengurangan Kekayaan Bersih.
Angka 5 : Diisi dengan tanda √ pada kotak yang sesuai.
Angka 6 : Diisi dengan nama Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 7 : Diisi dengan Nomor Pokok Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 8 : Diisi dengan alamat Wajib Pajak yang diperiksa.
Angka 9 : Diisi dengan nomor Surat Perintah Pemeriksaan.
Angka 10 : Diisi dengan tanggal Surat Perintah Pemeriksaan.
Angka 11 : Diisi dengan tanggal berakhirnya periode Laporan Keuangan perusahaan.
Angka 12 : Diisi dengan tempat, tanggal, bulan, dan tahun Surat Pernyataan Laporan Keuangan
Tidak Diaudit oleh Akuntan Publik dibuat.
Angka 13 : Diisi dengan nama dan tanda tangan Wajib Pajak, wakil dari Wajib Pajak, atau kuasa dari
Wajib Pajak yang menandatangani Surat Pernyataan Laporan Keuangan Tidak Diaudit
oleh Akuntan Publik.
Pusdiklat Pajak Modul Metode, Teknik, dan Prosedur Pemeriksaan @DFD by Suwadi 126