Anda di halaman 1dari 44

Ekspos Draf

Pedoman Penilaian Indonesia 04


(PPI 04)
Penilaian Terhadap Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
Untuk Kepentingan Umum

Dipublikasikan tanggal : 10 April 2023

Masukan dan/atau tanggapan atas Ekspos Draf ini diharapkan selambat-lambatnya tanggal 10
Juli 2023 dapat diterima secara tertulis ke KPSPI – MAPPI melalui email:
kpspi.web102@gmail.com atau dikirim langsung ke sekretariat MAPPI, 18 Office Park 3rd Floor
Suit F, Jln. TB Simatupang Kav.18, Jakarta Selatan; Ph.: +622122783000, 22783111

Masyarakat Profesi Penilai Indonesia (MAPPI)


Komite Penyusun Standar Penilaian Indonesia (KPSPI)
Kantor Pusat MAPPI, 18 Office Park 3rd Floor Suit F, Jln. TB Simatupang Kav.18, Jakarta Selatan;
Telepon: +622122783000, 22783111
Email: kpspi.web102@gmail.com; info@mappi.or.id
Website: www.mappi.or.id
PENDAHULUAN
Penilaian dan Profesi Penilai telah semakin berperan penting dalam perkembangan aspek
perekonomian dan pembangunan Negara, salah satunya dalam bidang infrastruktur yang dapat
dimulai dari pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang termaktub dalam UU No. 2 Tahun
2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, berikut peraturan
perubahan sebagaimana diatur dalam UU Nomo6 6 tahun 2023 tentang Cipta Kerja.

Dalam Peratiran Pemirintah Nomor 19 tahun 2021, penentuan besarnya ganti kerugian dilakukan
oleh Penilai Pertanahan yang merupakan Penilai Publik sebagai Penilai independen yang
profesional. Penilai harus mengikuti perkembangan pasar dan regulasi yang ada. Perkembangan
standar penilaian mengharuskan Penilai untuk ikut beradaptasi dengan kebutuhan profesi dalam
memenuhi kepentingan penilaian terkait Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum.

Ekspos Draf (ED) PPI-04 ini merupakan pedoman Penilaian yang bisa disebut juga dengan petunjuk
teknis dari SPI 204 – Penilaian Terhadap Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan
Umum Tahun 2022. Pedoman ini dipersiapkan untuk mengantisipasi kebutuhan Penilai dalam
melakukan praktek penilaian di sektor Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum.

ED PPI 04 disusun sebagai revisi dari PPI 04 tahun 2018 dalam merespon tantangan dan
perkembangan peraturan dan praktek penilaian yang semakin hari membutuhkan pembaharuan.
Penyusunan pedoman ini telah melalui prosedur penyusunan standar oleh KPSPI MAPPI sehingga
layak untuk disebarluaskan dalam rangka memperoleh masukan atau feedback.

Masukan dari berbagai pihak terhadap pedoman ini sangat penting bagi KPSPI MAPPI dalam
rangka menjelaskan lebih teknis atas SPI 204 yang berlaku, disamping memperdalam informasi
terkait dengan kebutuhan Penilai dan Pengguna Jasa di lapangan. Masukan dari semua pemangku
kegiatan yang berkepentingan dengan SPI 204 dan PPI 04 dapat memberikan makna
penyempurnaan dan kesepakatan agar terselenggaranya praktek penilaian yang prosedural
dengan hasil yang dapat dipercaya.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam memberikan komentar,
masukan dan usulan atas penyempurnaan pedoman ini.

Hormat kami,

KPSPI - MAPPI

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) i


Daftar Pertanyaan dan Komentar
1. Pengaturan penilaian yang berhubungan dengan Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum diatur
dalam SPI 204 tahun 2022 dan PPI 04 yang terakhir terbit tahun 2018. Dalam pengaturan kepada
kedua rujukan ini menurut anda cakupan lingkup pengaturan meliputi:
a. pengaturan Penilaian terkait Pengadaan Tanah,
b. pengaturan Penilaian terkait Pengadan Tanah dan Pertanahan dalam arti luas,
c. pengaturan Penilaian terkait Pengadan Tanah, Pertanahan dan Tata Ruang,
d. tidak berpendapat.
2. Penilai dapat berperan pada penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah (DPPT) untuk
memberikan informasi terkait dengan Perkiraan Nilai Tanah yang sesuai dengan PP Nomor 19 tahun
2021 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum.
Menurut anda, apakah SPI 204 dan PPI 04 seharusnya perlu merumuskan pedoman terkait DPPT
dimaksud?
a. ya perlu, karena berhubungan
b. tidak perlu, karena penyusunan DPPT bukan jasa Penilaian tetapi lebih kepada jasa konsultansi,
c. perlu diatur dalam pedoman tersendiri,
d. tidak bependapat.
3. Berdasarkan Permen ATR/BPN Nomor 17 Tahun 2022 tentang Penilai Pertanahan, bahwa salah satu
kategori Penilai Pertanahan yang diberikan lisensi dapat melakukan objek Pengadaan Tanah adalah
Penilai Properti Sederhana. Kewenangan yang diberikan meliputi penilaian objek Pengadaan Tanah
Skala Kecil, yang dilakukan secara langsung oleh instansi yang memerlukan tanah dengan pihak yang
berhak, dengan cara jual beli, tukar menukar, atau cara lain yang disepakati. Terkait kewenangan
cakupan penugasan ini, pendapat anda:
a. seharusnya Penilai Properti Sederhana tidak berwenang melakukan,
b. Penilai Properti Sederhana dapat melakukan tetapi harus tetap merujuk kepada PMK yang
mengatur tentang Penilai Publik dan Permen ATR No. 17 tahun 2022,
c. Penilai Properti Sederhana dapat melakukan tetapi hanya sebatas objek Pengadan Tanah skala
kecil dengan dasar nilai Nilai Pasar,
d. Penilai Properti Sederhana dapat melakukan dalam arti seluas-luas nya tidak hanya sebatas objek
Pengadan Tanah skala kecil yang dilakukan secara langsung dengan dasar nilai Nilai Pasar, namun
dapat juga Nilai Pengganti Wajar sepanjang masih dalam batas ketentuan PMK terkait,
e. pendapat lain ………..
4. Dalam draf PPI ini, salah satu yang diusulkan untuk diatur adalah terkait data pembanding. Pernyataan
sebagai berikut ini: “Dalam hal penilaian menggunakan sejumlah data pembanding dalam menerapkan
metode perbandingan data pasar, maka data yang akan digunakan terlebih dahulu diserahkan untuk
diklarifikasi kepada Asosiasi Profesi Penilai”. Pengaturan dimaksud untuk dapat membantu Penilai
Pertanahan agar lebih teliti dalam merujuk kepada data pembanding yang akan digunakan. Apakah
anda setuju dengan ketentuan ini?

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) ii


1. ya, setuju,
2. tidak setuju, karena Asosiasi Profesi Penilai akan menjadi pihak yang mengambil alih tanggung
jawab atas kebenaran data,
3. setuju sepanjang kriteria klarifikasi dimaksud dapat diatur batasannya oleh Asosiasi Profesi Penilai,
4. tidak setuju, karena akan menjadi beban bagi Penilai Pertanahan,
5. pendapat lain: ………
5. Komentar dan/atau usulan lain: ………………………..

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) iii


Daftar Isi

PENDAHULUAN ..................................................................................................................................................... i
Daftar Pertanyaan dan Komentar ................................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................................................................... iv
1.0 Pendahuluan .............................................................................................................................................1
2.0 Definisi dan Pengertian .........................................................................................................................2
3.0 Lingkup Penugasan (merujuk kepada SPI 103-5.3) ........................................................................3
4.0 Implementasi (merujuk kepada SPI 104) ........................................................................................ 11
5.0 Pelaporan Penilaian (merujuk kepada SPI 105-5.1) ................................................................... 23
6.0 Ketentuan Lain ...................................................................................................................................... 24
7.0 Penutup ................................................................................................................................................... 27
LAMPIRAN .......................................................................................................................................................... 28

Kalimat yang bercetak biru merupakan kalimat perubahan/perbaikan/edit yang baru akan
dipertimbangkan berlaku untuk edisi 2023

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) iv


Ekspos Draf
Pedoman Penilaian Indonesia 04
(PPI 04)
Penilaian Terhadap Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan untuk Kepentingan Umum
1.0 Pendahuluan

1.1 Pedoman Penilaian Inonesia (PPI) atau dikenal dengan petunjuk teknis (Juknis) ini membahas mengenai
pedoman penilaian tanah terkait dengan pemberian ganti kerugian dalam rangka pengadaan tanah
bagi pembangunan untuk kepentingan umum. Juknis ini memberikan panduan mengenai Lingkup
Penugasan, Implementasi dan Pelaporan Penilaian untuk tujuan penilaian pengadaan tanah
sebagaimana diatur pada SPI 204 tahun 2022 (revisi).

1.2 Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) dapat dipahami sama dengan petunjuk teknis (juknis)
sebagaimana yang disebutkan dalam pedoman ini. PPI 04 tidak mengatur cara penulisan, namun
memberikan petunjuk dan prosedur terkait dengan hal-hal teknis dalam proses penilaian atas
pendiskripsian Lingkup Penugasan, hal-hal yang perlu dipertimbangkan pada proses Implementasi
dan Pelaporan Penilaian.
1.3 Jenis, isi dan kedalaman Pelaporan Penilaian sesuai dengan yang dinyatakan di dalam LIngkup
Penugasan yang disepakati dengan Pemberi Tugas dan tertuang di dalam kontrak atau perjanjian
kerja.
1.4 Penilai harus memiliki kompetensi didalam melaksanakan pekerjaan penilaian untuk pengadaan tanah
bagi pembangunan untuk kepentingan umum sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam KEPI dan
SPI. Dalam pemenuhan dasar kompetensi tersebut, Penilai secara terus menerus menjaga dan
meningkatkan pengetahuannya melalui program CPD (Continuing Professional Development) yang
diselenggarakan oleh Asosiasi Profesi Penilai dan lembaga kompeten lainnya yang diakui oleh
Asosiasi Profesi Penilai.
1.5 Sepanjang sesuai, relevan dan tidak diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya,
SPI 204 revisi tahun 2022 berikut PPI ini bersifat mandatori sebagai rujukan bagi Penilai dalam
melaksanakan penilaian properti terkait dengan pengadaan tanah untuk kepentingan umum, apakah
dalam pelaksanaannya menerapkan atau tidak tahapan sebagaimana ketentuan UU No. 2 tahun
2012 berikut peraturan perubahan dan peraturan pelaksanaanya.
1.6 Pedoman penilaian ini juga harus dibaca dan mengikuti kepada standar umum dan standar teknis
lainnya yang berhubungan. Standar dimaksud antara lain yaitu SPI 101 s/d SPI 106, SPI 300 dan
PPI terkait lainnya.
1.7 PPI 04 tahun 2022 ini merupakan hasil revisi PPI 04 tahun 2018 dan mengikat kepada SPI 204.
Penulisan SPI 204 dalam PPI 04 ini diartikan SPI 204 tahun 2022 (revisi)
1.8 Pedoman penilaian ini dapat dipergunakan mulai tanggal …. 2023 dengan masa efektif berlaku
pada tanggal ………. 2023

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) 1


2.0 Definisi dan Pengertian
2.1 Implementasi; merupakan prosedur yang harus dilaksanakan oleh Penilai meliputi tahapan Investigasi,
penerapan pendekatan penilaian dan penyusunan kertas kerja penilaian (SPI 104).
2.2 Laporan Penilaian; merupakan suatu dokumen yang mencantumkan instruksi penugasan, tujuan dan
Dasar Nilai, dan hasil analisis yang menghasilkan opini nilai. Suatu laporan penilaian dapat juga
menjelaskan proses analisis yang dilakukan dalam pelaksanaan penilaian, dan menyatakan informasi
penting yang digunakan dalam analisis (SPI 105).
2.3 Lingkup Penugasan; merupakan dasar dalam pengaturan kesepakatan penugasan penilaian, tingkat
kedalaman investigasi, penentuan asumsi dan batasan penilaian (SPI 103).
2.4 Nilai Penggantian Wajar; adalah nilai untuk kepentingan pemilik yang didasarkan kepada
kesetaraan dengan Nilai Pasar atas suatu Properti, dengan memperhatikan unsur luar biasa berupa
kerugian non fisik yang diakibatkan adanya pengambilalihan hak atas Properti dimaksud (SPI 102 –
3.10).
Nilai Penggantian Wajar (NPW) diartikan sama dengan Nilai Ganti Kerugian sebagaimana
dimaksud dalam UU No. 2 tahun 2012.
NPW dapat dihasilkan dari kombinasi kerugian fisik dan kerugian non fisik atas suatu objek penilaian.
Kombinasi ini dapat digambarkan sebagai penjumlahan indikasi Nilai Pasar atas kerugian fisik
ditambah indikasi nilai atas kerugian non fisik (lihat lampiran 1).
2.5 Nilai Pasar; didefinisikan sebagai estimasi sejumlah uang yang dapat diperoleh dari hasil penukaran
suatu aset atau liabilitas pada tanggal penilaian, antara pembeli yang berminat membeli dengan
penjual yang berminat menjual, dalam suatu transaksi bebas ikatan, yang pemasarannya dilakukan
secara layak, di mana kedua pihak masing-masing bertindak atas dasar pemahaman yang
dimilikinya, kehati-hatian dan tanpa paksaan (SPI 101 – 3.1).
2.6 Pemanfatan Tertinggi dan Terbaik (Higest and Best Use) yang selanjutnya disebut HBU, didefinisikan
sebagai penggunaan yang paling mungkin dan optimal dari suatu aset, yang secara fisik
dimungkinkan, telah dipertimbangkan secara memadai, secara hukum diizinkan, secara finansial
layak, dan menghasilkan nilai tertinggi dari aset tersebut (KPUP -12.1).
2.7 Pengadaan Tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti kerugian yang
layak dan adil kepada pihak yang berhak (UU No. 2/2012, Pasal 1 Butir 2).
2.8 Penilaian untuk keperluan ganti kerugian meliputi:
a) Ganti kerugian fisik (material) tanah dan/atau bangunan dan/atau tanaman dan/atau benda-
benda lain yang berkaitan dengan tanah.
b) Ganti kerugian non fisik (immaterial) terdiri dari penggantian terhadap kerugian pelepasan hak
dari pemilik tanah yang akan diberikan dalam bentuk uang (premium), serta kerugian lainnya
yang dapat dihitung meliputi biaya transaksi, bunga (kompensasi masa tunggu), kerugian sisa
tanah, dan jenis kerugian lainnya yang dinyatakan dan disepakati oleh pemberi tugas dalam
Lingkup Penugasan.
Objek Pengadaan Tanah yang dimaksud diatas diartikan sama dengan istilah Properti atau Properti
Pertanahan sesuai dengan Standar Penilaian Indonesia (SPI) 204 tahun 2022.
2.9 Penilai Pertanahan yang selanjutnya disebut Penilai adalah Penilai Publik yang telah mendapat
lisensi dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agraria/pertanahan

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) 2


dan tata ruang untuk menghitung nilai objek kegiatan Pengadaan Tanah bagi pembangunan untuk
Kepentingan Umum, atau kegiatan pertanahan dan penataan ruang lainnya (Pasal 1 Angka 13 PP
Nomor 19/2021).
2.10 Penilai Publik adalah orang perseorangan yang melakukan penilaian secara independen dan
profesional yang telah mendapat izin praktik penilaian dari menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang keuangan negara (Pasal 1 Angka 14 PP Nomor 19/2021).
2.11 Penilai dapat berperan pada penyusunan Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah untuk
memberikan informasi terkait dengan Perkiraan Nilai Tanah yang sesuai dengan PP Nomor 19
tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan
Umum adalah perkiraan Ganti Kerugian Objek Pengadaan Tanah yang meliputi:
a. Tanah;
b. Ruang Atas Tanah dan Ruang Bawah Tanah;
c. Bangunan;
d. Tanaman;
e. Benda yang berkaitan dengan tanah; dan
f. Kerugian lain yang dapat dinilai.
Proses penentuan perkiraan nilai tanah dimaksud jika secara mendasar menerapkan prosedur
penilaian maka penugasan yang dilakukan adalah penugasan penilaian. Hal ini konsisten dengan
definisi Penilaian sebagaimana tercantum pada Konsep dan Prinsip Umum Penilaian. Dengan
demikian maka proses utama penilaian yang terdiri dari penentuan Lingkup Penugasan, penerapan
Implementasi dan Pelaporan Penilaian merujuk pada SPI yang relevan. Istilah Indikasi atas besaran
Perkiraan Nilai Tanah digunakan karena sangat mungkin belum terdapat data maupun informasi
detil dan spesifik terkait dengan rincian objek penilaian. Disamping itu penerapan teknik penilaian
melalui metode sampling atau teknik lain yang bersifat lebih terbatas jika dibandingkan dengan
proses penilaian pada tahapan pelaksanaan pengadaan tanah juga menjadi latar belakangnya.
Penilai dapat merujuk pada pedoman ini dalam penentuan besaran komponen Non Fisik untuk
Perkiraan Nilai Tanah, (sebagaimana tercantum pada lampiran) atau menerapkan teknik lainnya
sepanjang didasarkan pada referensi serta didukung oleh data dan informasi yang memadai.
2.12 Pengertian atas Asosiasi Profesi Penilai pada PPI ini adalah Masyarakat Profesi Penilai Indonesia
(MAPPI) sebagaimana yang tercantum dalam bagian Pendahuluan SPI.
2.13 Merujuk kepada SPI 204 – 2.1 bahwa pedoman ini membahas mengenai penilaian tanah terkait
dengan pemberian Ganti Kerugian dalam rangka pengadaan tanah bagi pembangunan untuk
kepentingan umum yang diatur dalam UU Nomor 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 6 tahun 2023
tentang Cipta Kerja bagian Pengadaan Tanah berikut dan peraturan pelaksanaannya, selanjutnya
dalam pedoman ini disebut Peraturan dan Perundangan-undangan Pengadaan Tanah.

3.0 Lingkup Penugasan (merujuk kepada SPI 103-5.3)


3.1 Penugasan penilaian pada tahap awal dimulai dengan memahami Lingkup Penugasan sesuai dengan
tujuan penilaian yang akan dilaksanakan. Lingkup Penugasan merupakan dasar dalam penyusunan
perikatan diantara Penilai dan Pemberi Tugas. Persyaratan dari Lingkup Penugasan sebagaimana
dimaksud oleh SPI 103 – 5.3 harus digunakan Penilai secara konsisten, dimana sistematika dan isinya
dijelaskan sebagai berikut:

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) 3


Referensi
Hal Penjelasan
SPI 103
1. Status Penilai 5.3.a).1 Sebuah pernyataan yang menyatakan apakah :
a) Identitas Penilai sebagai individu atau instansi/Kantor Jasa
Penilai Publik yang telah memenuhi syarat dalam
melaksanakan penugasan penilaian untuk Pengadaan
Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum;
b) Penilai dalam posisi untuk memberikan penilaian objektif
dan tidak memihak;
c) Penilai tidak mempunyai atau mempunyai potensi benturan
kepentingan dengan subyek dan/atau objek penilaian;

d) Penilai harus memiliki kompetensi untuk melakukan


penilaian. Jika Penilai memerlukan bantuan tenaga ahli
atau Tenaga Penilai lainnya, maka sifat bantuan dan sejauh
mana pekerjaan dilakukan akan disepakati dan
diungkapkan dalam Lingkup Penugasan.
Jika Penilai memperoleh bantuan tenaga ahli dan/atau
Penilai lain dalam kaitannya penugasan penilaian untuk
tujuan sebagaimana diatur oleh SPI, maka sifat bantuan
dan sejauh mana pekerjaan dilakukan, disampaikan dalam
laporan. Contoh pernyataan yang dapat dinyatakan
adalah, ”Seluruh Penilai, ahli dan staf pelaksana dalam
penugasan ini adalah satu kesatuan tim penugasan di
bawah kordinator Penilai berizin atau penanggung jawab
laporan penilaian”
Penjelasan:
1. Bila terdapat ketentuan lain sebagaimana yang disebutkan
pada hurup a), b) dan c), sepanjang dibenarkan
berdasarkan ketentuan dan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku, maka Penilai harus
menyatakannya dalam Lingkup Penugasan.
2. Pemahaman Kompetensi dalam pernyataan di atas merujuk
kepada Prinsip Etik dan khusus untuk Penilai Pertanahan
berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Penilai sebagai penanggung jawab penugasan adalah
Penilai Pertanahan yang masih aktif,
b. Penilai selalu mengikuti pengembangan atau
pendidikan profesional berkelanjutan yang
berhubungan dengan Pengadaan Tanah dan/atau
Pertanahan termasuk pemahaman SPI terbaru,
c. Memastikan dirinya memiliki pengalaman dalam

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) 4


Referensi
Hal Penjelasan
SPI 103
penugasan untuk objek penilaian sejenis.

2. Pemberi Tugas 5.3.a).2 Bila tidak dinyatakan lain oleh Ketentuan dan Perundang-
undangan yang berlaku, maka Pemberi tugas adalah Lembaga
Pertanahan (UU No. 2 tahun 2012).
Dalam hal penilaian dilakukan untuk tujuan pengadaan tanah
bagi pembangunan untuk kepentingan umum bukan ditujukan
kepada Lembaga Pertanahan (misalnya tanah untuk skala
kecil), maka ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam
KEPI dan SPI harus diberlakukan, dan nama Pemberi Tugas
harus diungkapkan secara jelas serta dilengkapi dengan
alamat resmi.

3. Pengguna Laporan 5.3.a).3 Bila tidak dinyatakan lain oleh Ketentuan dan Perundang-
undangan yang berlaku, maka Pengguna Laporan adalah
Lembaga Pertanahan (UU No. 2 tahun 2012).
Dalam hal penilaian dilakukan untuk tujuan pengadaan tanah
bagi pembangunan untuk kepentingan umum bukan ditujukan
kepada Lembaga Pertanahan (misalnya tanah untuk skala
kecil), maka ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam
KEPI dan SPI harus diberlakukan, dan nama Pengguna Laporan
harus diungkapkan secara jelas serta dilengkapi dengan
alamat resmi.

4. Objek penilaian 5.3.a).4 Penilai harus mendapatkan informasi secara jelas dari Pemberi
dan kepemilikan Tugas mengenai objek penilaian yang akan dinilai.
Objek penilaian yang dicantumkan dalam Lingkup Penugasan
harus berdasarkan kepada Penetapan Lokasi, Daftar Nominatif
dan Peta Bidang Tanah yang diperoleh dari ketua pelaksana
Pengadaan Tanah.
Penilai melaksanakan penilaian sesuai dengan identifikasi
objek penilaian yang diperoleh, dan membatasi dirinya untuk
tidak melakukan pekerjaan selain yang diatur dalam Lingkup
Penugasan.
Dalam hal terdapat perubahan objek penilaian dari daftar
nominatif yang ditentukan sebelumnya dalam Lingkup
Penugasan, Penilai dapat memperhitungkannya dalam
penilaian dengan terlebih dahulu memperoleh persetujuan dari
pemberi tugas melalui revisi Lingkup Penugasan atau berita
acara persetujuan.
Bukti penguasaan dan/atau kepemilikan properti harus
dinyatakan sesuai dengan informasi dari Lembaga Pertanahan
atau instansi yang berwenang. Informasi tentang penguasaan

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) 5


Referensi
Hal Penjelasan
SPI 103
dan/atau kepemilikan terdapat dalam Daftar Nominatif
berdasarkan hasil inventarisasi dan identifikasi yang dilakukan
Lembaga Pertanahan atau instansi lainnya sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Ketersediaan salinan Dokumen Perencanaan Pengadan Tanah
(DPPT), Daftar Nominatif dan Peta Bidang dalam kegiatan
Pengadaan Tanah menjadi persyaratan yang harus dipenuhi
Penilai. Dalam hal ketersediaan Daftar Nominatif dan Peta
Bidang tidak terpenuhi, maka Penilai harus mengambil opsi
mundur untuk tidak melaksanakan penugasan.

5. Mata uang yang 5.3.a).5 Hasil penilaian harus dinyatakan dalam mata uang Rupiah.
digunakan
6. Maksud dan 5.3.a).6 Maksud dan Tujuan Penilaian adalah untuk memberikan opini
Tujuan Penilaian Nilai Penggantian Wajar (NPW) yang akan digunakan untuk
tujuan Pengadaaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum.
Tujuan penilaian dapat disebutkan secara lebih spesifik
sehingga dapat memberikan informasi yang lebih jelas.
Untuk objek Pengadaan Tanah skala kecil sesuai SPI 204 – 5.27
dapat menggunakan Nilai Pasar atau Nilai Penggantian
Wajar.

7. Dasar Nilai 5.3.a).7 Dasar nilai sebagaimana yang dimaksud dalam Maksud dan
Tujuan Penilaian harus dikutip dan didefinisikan sesuai SPI yang
berlaku.
Definisi dasar nilai yang digunakan dapat dilengkapi dengan
penjelasan sepanjang merujuk kepada SPI 204.

8. Tanggal penilaian 5.3.a).8 a) Nilai Penggantian Wajar menggunakan tanggal


pengumuman penetapan lokasi pembangunan untuk
kepentingan umum,
b) Nilai Pasar dapat menggunakan tanggal pelaksanaan
inspeksi,
c) Pada umumnya dalam penilaian untuk Pengadaan Tanah,
tanggal penilaian berbeda tanggal inspeksi. Dalam kondisi
seperti ini, Penilai perlu membuat pernyataan dalam
Lingkup Penugasan terkait keharusan Penilai untuk
mendapatkan konfirmasi tertulis dari Pemberi Tugas
terhadap adanya potensi perbedaan kondisi objek
penilaian pada saat tanggal penilaian dengan pada saat
tanggal inspeksi dilakukan.

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) 6


Referensi
Hal Penjelasan
SPI 103
9. Tingkat 5.3.a).9 Penilai harus mengungkapkan bahwa investigasi yang
kedalaman dilakukan dibatasi hal-hal sebagai berikut:
investigasi a. Data dan informasi menyangkut fisik dan legal (termasuk
kepemilikan/penguasaan hak) atas objek penilaian
diperoleh dari hasil inventarisasi dan identifikasi yang
dilakukan oleh Lembaga Pertanahan selaku pihak yang
memiliki wewenang dalam pengadaan tanah sesuai
peraturan dan ketentuan yang berlaku;
b. Penilai harus memastikan sampai sejauhmana investigasi
dapat dilaksanakan dan perlu menyaratkan pemberi tugas
dan/atau pemilik objek penilaian:
• Untuk memberikan surat tugas atau persetujuan inspeksi;
dan
• Menandatangani berita acara inspeksi yang mengikat
perjanjian kerja atau Lingkup Penugasan
c. Verififikasi yang dilakukan Penilai terhadap keseluruhan
atau bagian dari objek penilaian, merupakan bagian dari
keperluan dan kepentingan pelaksanaan penilaian;
d. Pelaksanaan penilaian dibatasi penyelesaiannya dalam
masa 30 (tiga puluh) hari kerja sebagaimana diatur oleh
peraturan dan perundangan yang berlaku;
e. Penilai harus mengikuti prosedur yang diatur SPI 300 – 5.7
apabila penilaian dilaksanakan tanpa adanya informasi
yang biasanya tersedia atau terbatas dalam pelaksanaan
penilaian.

10. Sifat dan sumber 5.3.a).10 Data dan informasi lain yang dianggap dapat dipercaya
informasi yang dalam mendukung pelaksanaan penilaian dalam PPI ini dapat
dapat diandalkan bersumber dari:
a. Pemerintah Daerah sebagai instansi rujukan data dan
informasi terkait dengan peraturan daerah;
b. Lembaga Pertanahan sebagai instansi pemberi tugas dan
pengguna laporan sebagai sumber rujukan data, informasi
dan hal-hal terkait kepada pertanahan;
c. Bank Indonesia sebagai rujukan kurs bila ada;
d. Badan Pusat Statistik (BPS);
e. Dokumen perencanaan sebagai bagian dari Penetapan
Lokasi
11. Asumsi dan 5.3.a).11 a. Asumsi umum harus dinyatakan dalam setiap penugasan.

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) 7


Referensi
Hal Penjelasan
SPI 103
asumsi khusus b. Salah satu asumsi yang perlu dinyatakan oleh Penilai
adalah: ”Setiap informasi yang berasal dari Data Pribadi
yang diperoleh dan/atau digunakan Penilai dalam
penugasan ini hanya digunakan untuk kepentingan sesuai
tujuan penilaian, dan selanjutnya data dan informasi yang
dimaksud dikecualikan sebagai Data Pribadi sebagaimana
yang diatur dalam ketentuan dan perundang-undangan
yang terkait Perlindungan Data Pribadi.”
c. Asumsi khusus harus dinyatakan secara jelas apabila
terdapat ketidakpastian informasi berkaitan karakteristik
fisik, legal atau ekonomi dari properti, atau mengenai
kondisi eksternal properti seperti kondisi pasar atau tren
atau integritas data yang digunakan dalam analisis.
d. Apabila penilaian dilakukan dengan informasi yang
terbatas, maka Penilai mengikuti prosedur yang dimaksud
dalam ketentuan Tingkat Kedalaman Investigasi (9) butir e.
e. Seluruh penyimpangan dari standar dinyatakan dan
dijelaskan (bila ada).

12. Persyaratan atas 5.3.a).12 Harus dinyatakan secara jelas kepada pemberi tugas pada
Persetujuan untuk saat penugasan diterima, bahwa persetujuan Penilai harus
Publikasi didapatkan atas setiap publikasi terhadap keseluruhan atau
sebagian dari laporan, atau referensi yang dipublikasikan.
Lingkup Penugasan harus memuat persyaratan mengenai hal
tersebut.

13. Konfirmasi 5.3.a).13 Pernyataan bahwa pekerjaan penilaian dilakukan


bahwa penilaian berdasarkan Kode Etik Penilai Indonesia (KEPI) dan Standar
dilakukan Penilaian Indonesia (SPI) yang berlaku.
berdasarkan
KEPI dan SPI

14. Laporan 5.3.b) Laporan penilaian yang akan disampaikan adalah laporan
Penilaian terinci (lengkap) dalam bahasa Indonesia.
Jumlah, susunan dan kelengkapan dokumen laporan penilaian
disesuaikan dengan kesepakatan Pemberi Tugas dan
seharusnya dicantumkan pada Lingkup Penugasan.

15. Batasan atau 5.3.c) Penilai dapat mencantumkan klausul bahwa Penilai tidak
pengecualian memiliki tanggung jawab kepada pihak ketiga, selama tidak
atas tanggung menyimpang dari Peraturan dan Perundangan-undangan
jawab kepada Pengadaan Tanah .
pihak selain

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) 8


Referensi
Hal Penjelasan
SPI 103
pemberi tugas

16. Persyaratan 5.3.d) Penilai harus mensyaratkan adanya pernyataan tertulis


adanya berupa surat representasi dari pemberi tugas mengenai
pernyataan kebenaran dan sifat informasi yang diberikan oleh pemberi
tertulis berupa tugas dan/atau pihak terikat lainnya.
surat representasi

17. Biaya Jasa 5.3.e) Biaya jasa Penilaian diperhitungkan dengan merujuk kepada
Penilaian standar fee/biaya yang ditetapkan Asosiasi Profesi Penilai

18. Lain-Lain - Untuk hal-hal yang diperlukan melengkapi kesepakatan


dengan Pemberi Tugas, maka Penilai dapat menambahkan
persyaratan atau ketentuan lain dalam Lingkup Penugasan,
seperti antara lain:
a) dalam hal adanya potensi revisi laporan penilaian,
b) adanya kemungkinan perubahan data objek penilaian
atau informasi lainnya sehingga membutuhkan revisi
Lingkup Penugasan,
c) batasan keikutsertaan Penilai dalam kegiatan musyawarah
penetapan bentuk ganti rugi

Lingkup Penugasan sebagaimana dimaksud di atas harus dituangkan menjadi bagian dari kontrak
atau perjanjian pekerjaan diantara Penilai dan Pemberi Tugas.
Prosedur dan dasar nilai untuk penilaian yang objeknya masuk kategori skala kecil sebagaimana
yang dimaksud dalam Peraturan Perudang-undangan sekurang-kurangnya harus memenuhi prosedur:

Tanah Skala Kecil (< 5 hektar)


No. Elemen Penugasan UU Nomor 6 Tahun 2023 Tentang Cipta Kerja
Nilai Pasar NPW
1 Status Penilai • Penilai Pertanahan kategori Penilai • Penilai Pertanahan kategori Penilai
Properti Sederhana atau Properti Properti Sederhana atau Properti
Umum Umum
2 Pemberi Tugas/Pengguna • Instansi yang memerlukan tanah • Instansi yang memerlukan tanah
Laporan
3 Mata Uang • Rupiah • Rupiah
4 Tujuan Penilaian • Untuk Kepentingan Pengadaan • Untuk Kepentingan Pengadaan
Tanah Bagi Pembangunan Untuk Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum atas Objek Kepentingan Umum atas Objek
Penilaian Penilaian
5 Dasar Nilai • Nilai Pasar • Nilai Penggantian Wajar

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) 9


6. Objek penilaian • Real Properti dengan luas tanah di • Real Properti dengan luas tanah di
bawah 5 hektar bawah 5 hektar,
• berdasarkan Penetapan Lokasi
dari Bupati/Walikota
7. Tanggal penilaian • dapat bersamaan dengan inspeksi • bersamaan dengan tanggal
atau sesuai dengan kesepakatan pengumuman penetapan lokasi
pemberi tugas
8. Asumsi • didasarkan kepada data pasar • diperhitungkan setara Nilai Pasar,
secara terbuka, • premis HBU,
• premis HBU • kerugian non fisik diperhitungkan
sebagai kompensasi
9. Jangka waktu pelaksanaan • tidak ditentukan • 30 hari kerja

10. Sesuai PP 19/2021 dan • dalam rangka efisiensi dan • diperkirakan akan mendapat
Permen ATR 19/2021 efektifitas, dapat dilakukan secara penolakan dari masyarakat, dan
langsung oleh Instansi yang • lokasi Pengadaan Tanah tidak
memerlukan tanah dengan Pihak memungkinkan untuk dipindah.
yang Berhak,
• dengan cara jual beli, tukar
menukar, atau cara lain yang
disepakati

3.3. Pemilihan dasar nilai dalam pemenuhan prosedur pada butir 3.2 di atas sekurang-kurangnya harus
memenuhi kriteria:

Lingkup Penugasan NPW NP


• Pengadaan Tanah Kriteria: Kriteria:
Skala Kecil Bagi 1. Objek penilaian dapat terikat atau 1. Objek penilaian terdiri bidang
Pembangunan Untuk tidak dalam suatu wilayah tertentu. tunggal atau tidak termasuk objek
Kepentingan Umum 2. Objek penilaian memiliki jumlah yang kompleks, tidak memiliki potensi
(kurang dari 5 hektar) bidang yang relatif banyak, masalah atau pemilik tanah
penggunaan yang beragam berkeinginan untuk menjual.
dan/atau masuk ke permukiman 2. Lokasi objek penilaian tidak terikat
atau sejenis. pada lokasi tertentu, hanya sebagai
• Contoh, objek pengadaan tanah salah satu opsi yang menjadi pilihan
telah berdiri permukiman, dihuni instansi yang memerlukan tanah.
oleh sejumlah keluarga dan dapat 3. Dalam hal butir 1 dan 2 tidak dapat
juga wilayah dimaksud beraneka terpenuhi, maka alternatif dasar nilai
ragam penggunaan. Untuk dapat yang digunakan menjadi NPW. Untuk
memenuhi kepentingan pemilik tanah pemenuhan NPW maka dibutuhkan
maka diperlukan besaran ganti Penlok yang diterbitkan oleh
kerugian yang dapat memenuhi Bupati/Walikota
kepentingan pemilik agar dapat • Contoh, instansi yang memerlukan
pindah ke lokasi lain dengan tanah ingin membangunan kantor atau
kebutuhan yang mencukupi. fasilitas kesehatan pada suatu
wilayah. Namun pemilihan lokasi tanah
dapat terdiri beberapa opsi, tidak
hanya pada suatu lokasi tertentu.

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) 10


3.4. Berdasarkan Permen ATR/BPN Nomor 17 Tahun 2022 tentang Penilai Pertanahan, bahwa salah satu
kategori Penilai Pertanahan yang diberikan lisensi dapat melakukan objek Pengadaan Tanah adalah
Penilai Properti Sederhana.
3.5. Berdasarkan PMK No. 228/2018, bahwa cakupan kewenangan Penilai Properti Sederhana
mencakup bidang jasa penilaian Properti Sederhana sebagai berikut:
a) tanah kosong untuk permukiman paling luas 5.000 (lima ribu) meter persegi yang diperuntukkan
untuk 1 (satu) unit rumah tinggal;
b) 1 (satu) unit apartemen, rumah tinggal, rumah toko, rumah kantor, atau kios;
c) peralatan dan perlengkapan bangunan yang merupakan bagian yang terikat pada apartemen,
rumah tinggal, rumah toko, rumah kantor, atau kios;
d) 1 (satu) unit mesin individual yang digunakan pada rumah tinggal, rumah toko, atau rumah kantor,
termasuk pembangkit tenaga listrik (genset) dan pompa air;
e) 1 (satu) unit alat transportasi dengan klasifikasi mobil penumpang, mobil beban, dan sepeda
motor, yang bukan merupakan suatu armada angkutan; dan
f) 1 (satu) unit gudang tunggal dengan luas tanah dan bangunan masing-masing paling luas 500
(lima ratus) meter persegi.
3.6. Dalam hal objek penilaian Pengadaan Tanah dijumpai di luar atau terdapat kelengkapan objek di
luar tanah dan bangunan sebagaimana yang dimaksud pada butir 3.5. di atas maka, Penilai Properti
Sederhana tetap dapat melakukan penilaian Pengadaan Tanah sepanjang memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
a) objek penilaian memenuhi luas dan peruntukan yang sama sebagaimana dimaksud peraturan
perundang-undang yang terkait Penilai Publik,
b) Bagian dari objek penilaian yang merupakan bagian yang tidak terpisah dari tanah, seperti
tanaman,
c) objek non fisik sebagaimana diatur dalam SPI 204, seperti kehilangan usaha atau pekerjaan
dalam skala usaha rumah tinggal, kerugian emosional (solatium), beban transaksi dan masa
tunggu.
Contoh: Penilai Properti Sederhana mendapatkan penugasan penilaian untuk Pengadaan Tanah skala
kecil dimana luas tanah sebesar 4.000 m2, peruntukan permukiman, terdapat bangunan rumah tinggl,
pohon durian 3 batang, warung usaha rumahan. Dengan memperhatikan cakupan objek penilaian
utamanya adalah tanah dan bangunan rumah tinggal ditambah sejumlah pelengkap lainnya dalam
batas sederhana, maka Penilai Properti Sederhana dapat melaksanaan penugasan penilaian
dimaksud termasuk kerugian non fisik lainnya seperti kompensasi transaksi. dan beban masa tunggu.
4.0 Implementasi (merujuk kepada SPI 104)
4.1 Investigasi
Investigasi yang dilakukan dalam tugas penilaian harus didasarkan kepada tujuan penilaian sesuai
dengan Lingkup Penugasan yang diatur dalam perjanjian tugas dan sesuai dengan Dasar Nilai yang
akan dilaporkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur Investigasi ini antara lain:
a) Proses pengumpulan data yang cukup dapat dilakukan dengan cara inspeksi, penelaahan,
penghitungan dan analisis yang dilakukan dengan cara yang benar. Penilai harus menentukan
batasan, sejauh mana data yang dibutuhkan adalah cukup untuk tujuan penilaian.

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) 11


b) Sebelum inspeksi dilakukan, Penilai harus memperoleh data awal berupa daftar nominatif, peta
bidang, dokumen perencanaan dan data terkait lainnya yang relevan. Untuk pengadaan tanah
skala kecil data awal dapat berupa daftar aset objek penilaian.

c) Dalam pelaksanaan inspeksi, Penilai harus membuat berita acara inspeksi yang ditandatangani
oleh Penilai dan Pemberi Tugas dan/atau pemilik objek penilaian. Berita acara sekurang-
kurangnya berisikan ringkasan hasil inspeksi yang telah dilakukan. Dalam hal Pemberi Tugas
dan/atau pemilik objek penilaian tidak bersedia menandatangani berita acara inspeksi, maka
Penilai tidak meneruskan penugasan dimaksud atau penugasan dihentikan.

d) Apabila setelah dilakukan Investigasi ternyata dijumpai hal-hal yang tidak sesuai dengan apa
yang diatur dalam Lingkup Penugasan yang telah disepakati; seperti data dari pemberi tugas
maupun pihak lain tidak sesuai atau tidak memadai yang akan mengakibatkan hasil penilaian
tidak dapat diyakini dan dipercaya (credible), maka Lingkup Penugasan harus disesuaikan dan
didiskusikan kepada pemberi tugas. Perubahan atau penyesuaian terhadap adanya perbedaan
data dan informasi, harus dinyatakan dalam berita acara yang disetujui oleh pemberi tugas.

e) Objek penilaian dalam penugasan ini diperhitungkan berdasarkan besarnya kerugian yang
akan terkena kepada properti bersangkutan. Kerugian dimaksud terdiri dari kerugian fisik dan
kerugian non fisik. Kebutuhan data masukan penilaian dalam menentukan besaran kerugian harus
menjadi pertimbangan dan kehati-hatian Penilai, dimana penggunaan dan prosedurnya dapat
merujuk kepada standar yang berlaku dengan tujuan dapat menghasilkan penilaian yang
kredibel.

4.2 Pendekatan dan Metode Penilaian

Pendekatan penilaian dengan metode penerapannya secara prinsip merujuk kepada SPI 106 dan
teknik perhitungan menjadi bagian yang dijelaskan pada PPI ini. Diharapkan Penilai dapat
menerapkan secara berhati-hati dan konsisten sehingga memiliki pola yang seragam dalam praktek
penilaian dan dapat menghasilkan penilaian yang dapat dipercaya.
Pendekatan dan metode penilaian yang sesuai untuk digunakan tergantung kepada pertimbangan
seperti, dasar nilai dan tujuan penilaian, tersedianya informasi dan data, serta metode yang
diterapkan oleh para pelaku dalam pasar yang relevan.
a) Tujuan penilaian seperti yang dimaksud oleh SPI 204 dan PPI ini adalah untuk pengadaan tanah
bagi pembangunan untuk kepentingan umum, dimana objek penilaian dimaksud akan diganti
rugi mencakup kerugian fisik dan kerugian non fisik.
b) Objek penilaian dalam penentuan kerugian fisik meliputi:
1. Tanah; dengan peruntukan seperti pertanian, permukiman, industri atau komersial
2. Ruang atas tanah dan bawah tanah; (lihat Hak Guna Ruang Atas Tanah meliputi hak atas
permukaan bumi tempat pondasi bangunan dan hak untuk menguasai ruang udara seluas
bangunan tersebut serta hak kepemilikan bangunan, dan Hak Guna Ruang Bawah Tanah
meliputi hak atas permukaan bumi yang merupakan pintu masuk/keluar tubuh bumi dan hak
membangun dan memakai ruang dalam tubuh bumi, serta hak milik atas bangunan yang
berbentuk ruang dalam tubuh bumi)
3. Bangunan; dapat terdiri bangunan residensial, industri, komersil
4. Tanaman; dapat terdiri dari tanaman semusim, hortikultura atau tanaman keras/tahunan

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) 12


5. Benda yang berkaitan dengan tanah; seperti utilitas dan sarana pelengkap bangunan.
c) Objek penilaian dalam penentuan kerugian non fisik yang diasumsikan meliputi:
1. Penggantian terhadap kerugian pelepasan hak dari pemilik tanah yang akan diberikan
premium serta diukur dalam bentuk uang berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan yang dimaksud dalam PPI ini. Penggantian ini dapat meliputi hal-hal yang
berkaitan dengan:
a. adanya potensi kehilangan pekerjaan atau kehilangan bisnis (pendapatan) termasuk alih
profesi dengan mempertimbangkan kondisi pemilik baik individu maupun badan usaha
atau entitas.
b. kerugian emosional (solatium), merupakan kerugian tidak berwujud yang dikaitkan dengan
pengambilalihan tanah yang digunakan sebagai tempat tinggal dari pemilik.
c. hal-hal yang belum diatur (bentuk kerugian) pada butir a dan b di dapat ditentukan
berdasarkan dokumen perencanaan.
2. Kompensasi transaksi, dapat meliputi beban perpindahan, pengosongan, pajak/BPHTB, PPAT
dan kebutuhan lain yang dapat disesuaikan dengan objek penilaian.
3. Kompensasi masa tunggu, yaitu sejumlah dana yang diperhitungkan sebagai pengganti
adanya perbedaan waktu antara tanggal penilaian dengan perkiraan tanggal pembayaran
ganti kerugian.
4. Kerugian sisa tanah, adalah turunnya nilai tanah akibat pengambilan sebagian bidang tanah.
Dalam hal sisa tanah tidak lagi dapat difungsikan sesuai dengan peruntukannya, maka dapat
diperhitungkan penggantian atas keseluruhan bidang tanahnya.
5. Kerusakan fisik lain, misalnya bagian bangunan yang terpotong akibat pengadaan tanah
sehingga membutuhkan biaya perbaikan agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
d) Cakupan metode dan analisis untuk menghitung kerugian fisik atas objek penilaian, sebagai
berikut:
Objek
Pasar Pendapatan Biaya/DRC Keterangan
Penilaian
Tanah Tanah kosong Tanah kawasan yang - -
memiliki potensi komersial

Tanah & Dihitung sebagai satu Properti komersial seperti, Indikasi Nilai Pasar tanah -
Bangunan kesatuan dengan perkantoran, hotel dan dalam keadaan kosong
menggunakan data yang sebagainya ditambah Biaya Pengganti
sejenis dan sebanding Baru (RCN) bangunan yang
kondisinya dapat disesuaikan

Bangunan - - RCN yang kondisinya dapat terdapat


& SPL disesuaikan pengecualian
dalam butir
4.2.g).3.5)

Tanah & Dihitung sebagai satu Digunakan pada tanaman Indikasi Nilai Pasar tanah -
Tanaman kesatuan dengan yang menghasilkan secara dalam keadaan kosong
menggunakan data yang komersial seperti, kelapa ditambah RCN yang
sejenis dan sebanding, sawit, karet, jagung, kondisinya dapat disesuaikan
seperti kelapa sawit dan tanaman hortikultura, dan
sebagainya sebagainya 

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) 13


Objek
Pasar Pendapatan Biaya/DRC Keterangan
Penilaian
Tanaman Dihitung sebagai tegakan Digunakan pada tanaman RCN tanaman belum Penggantian
tanaman menggunakan (tanpa tanah) yang menghasilkan yang kondisinya tanaman
data yang sejenis dan menghasilkan secara dapat disesuaikan produktif yang
sebanding, seperti pohon komersial seperti kopi, batang kayunya
mangga, durian dan jagung, tanaman  bernilai
sebagainya hortikultura dan ekonomis
sebagainya dapat/tidak
dihitung yang
ditentukan oleh
Lingkup
Penugasan

Personal Dihitung menggunakan  RCN personal properti yang -


Properti data yang sejenis dan kondisinya dapat disesuaikan
yang sebanding, seperti instalasi
melekat ke pipa, instalasi listrik, 
tanah/ elevator dan sebagainya
bangunan

Penjelasan a. Data-data yang Data-data ekonomi yang a. Data dan informasi yang
digunakan merupakan digunakan merupakan data digunakan adalah data
data pasar yang sejenis pasar yang sejenis dan pasar yang relevan dan
dan sebanding. sebanding. wajar.

b. Gunakan jumlah data a. Gunakan tingkat b. Dalam hal penilaian


yang cukup dan hindari kapitalisasi dan/atau menggunakan sejumlah
penggunaan data yang tingkat diskonto yang data pembanding dalam
bias dan kurang relevan. sesuai dan relevan menerapkan metode
perbandingan data
c. Dalam hal penilaian b. Pertimbangkan umur pasar, maka data yang
menggunakan sejumlah ekonomis, masa proyeksi akan digunakan terlebih
data pembanding dalam sesuai karateristik dahulu diserahkan untuk
menerapkan metode masing-masing properti diklarifikasi kepada
perbandingan data
c. Dalam kondisi tertentu Asosiasi Profesi Penilai.
pasar, maka data yang
Penilai dapat
akan digunakan terlebih c. Biaya Pengganti Baru
mempertimbangkan
dahulu diserahkan untuk (RCN) atas bangunan
teknik/analisis dalam
diklarifikasi kepada dapat menggunakan
pendekatan penilaian
Asosiasi Profesi Penilai. Biaya dan Teknis
yang menghasilkan nilai Bangunan yang
d. Dalam kondisi tertentu kerugian dalam kondisi dikeluarkan Asosiasi
Penilai dapat hipotetis dimana kondisi Profesi Penilai atau dari
mempertimbangkan keekonomian atas tanah sumber pasar yang
teknik/analisis dalam sebelum dan sesudah dipercaya
pendekatan penilaian pembebasan
yang menghasilkan nilai d. Umur ekonomis
kerugian dalam kondisi bangunan dan properti
hipotetis dimana kondisi lainnya dapat
keekonomian atas tanah menggunakan informasi
sebelum dan sesudah dari Asosiasi Profesi
pembebasan Penilai atau sumber
informasi lainnya yang
handal.

e. Pengukuran kondisi
properti dapat
menggunakan PPI terkait
Inspeksi
f. Penyesuaian kondisi
objek penilaian dapat
menggunakan
penyusutan fisik
berdasarkan umur atau

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) 14


Objek
Pasar Pendapatan Biaya/DRC Keterangan
Penilaian
teknik lainnya yang
sesuai.
g. Dalam kondisi tertentu
Penilai dapat
mempertimbangkan
teknik/analisis dalam
pendekatan penilaian
yang menghasilkan nilai
kerugian dalam kondisi
hipotetis dimana kondisi
keekonomian atas tanah
sebelum dan sesudah
pembebasan

e) Penerapan pendekatan penilaian dalam konteks Nilai Pasar sangat terkait kepada
pertimbangan Penggunaan Tertinggi dan Terbaik (HBU). Pertimbangan HBU dapat dilihat dari
kondisi tanah dalam keadaan kosong (as vacant) atau tanah dalam kondisi telah dikembangkan
(as improved). Dalam analisisnya, Penilai harus mempertimbangkan kriteria yang meliputi:
▪ Secara hukum diizinkan;
▪ Secara fisik dimungkinkan;
▪ Secara finansial menguntungkan;
▪ Menghasilkan nilai tertinggi (produktifitas maksimum) dari properti.
f) Penerapan penggantian kerugian non fisik atas atas objek penilaian, sebagai berikut:
Beban
Objek Penilaian Premium Transaksi Masa Keterangan
Tunggu
Tanah * Untuk  • Biaya pindah dan solatium tidak
yang diperhitungkan.
sesuai dan
relevan. • Premium dapat diperhitungkan
tergantung tersedianya dokumen
pendukung
Tanah &    Solatium hanya untuk rumah tinggal
Bangunan atau bangunan berfungsi sebagai
rumah tinggal
Bangunan & SPL    Solatium hanya untuk bangunan rumah
tinggal
Tanah & -   Solatium dan biaya pindah tidak
Tanaman diperhitungkan
a. Solatium dan transaksi tidak
Tanaman -  
diperhitungkan.
b. Untuk penugasan tertentu dimana
tegakan tanaman tidak diberikan
ganti kerugian, maka kompensasi
penggantian yang dapat

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) 15


diperhitungkan hanya beban
penebangan dan mobilisasi batang
kayu yang menjadi hak pihak yang
berhak.
Personal - -  Solatium dan transaksi tidak
Properti yang diperhitungkan. Kecuali mesin &
melekat ke peralatan yang dapat dipindahkan
tanah/bangunan dapat diperhitungkan biaya
pemindahan
Kerugian lain   Solatium, biaya pindah tidak
diperhitungkan
(Ilustrasi terlampir)
g) Penerapan penghitungan asumsi kerugian non fisik diatur sebagai berikut:
Seluruh aspek yang diperhitungkan sebagai bagian dari potensi kerugian non fisik agar
dikordinasikan kepada Pemberi Tugas. Bila Penilai tidak menerima atau ragu atas adanya
potensi kerugian non fisik tersebut, maka Penilai dapat memberikan usulan dan/atau konfirmasi
tertulis atau membuat kesepakatan dalam suatu berita acara diantara Penilai dengan Pemberi
Tugas.
Penghitungan besaran kerugian non fisik harus memperhatikan kesesuaian dan kewajaran
pembebanan biaya secara ekonomi yang proporsional. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1. Penerapan kerugian kehilangan pekerjaan atau bisnis termasuk alih profesi berdasarkan:
a. Kegiatan usaha atau bisnis yang dilakukan:
1) permanen; seperti tempat jualan, warung, rumah makan atau sejenisnya;
2) pribadi atau profesi: seperti penjahit pakaian, pertukangan, ahli potong rambut atau
sejenis lainnya;
3) badan usaha atau entitas, seperti pabrik atau kawasan industri yang sedang dalam
pengembangan atau telah dikembangkan.
b. Keharusan pemilik usaha atau pekerja pindah ke tempat lain:
1) Untuk kategori butir 1.a.1), kerugian non fisik dapat dihitung berdasarkan potensi
pendapatan usaha (pendapatan bersih ditambah dengan kewajiban beban biaya
usaha yang perlu ditanggung selama perpindahan, seperti biaya karyawan tetap) Bila
tidak diatur lain, lamanya kehilangan potensi usaha tersebut dapat dipertimbangkan
selama rata-rata 3 bulan.
2) Untuk kategori butir 1.a).2), kerugian non fisik dapat dihitung didasarkan potensi
penghasilan dari pekerja/profesi pada bulan terakhir, yang diperkirakan akan hilang
selama kepindahan/mencari tempat baru. Bila tidak diatur lain, lamanya kehilangan
potensi usaha tersebut dapat dipertimbangkan selama rata-rata 6 bulan.
3) Untuk kategori butir 1.a.3), tidak termasuk kawasan perumahan atau industri, kerugian
non fisik dapat dihitung berdasarkan potensi penghasilan rata-rata periode terakhir
atau keuntungan yang diperkirakan akan hilang selama kepindahan, dan didasarkan

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) 16


kepada analisis yang wajar sesuai dengan jenis kegiatan yang dijalankan. Lama masa
kepindahan bila tidak diatur lain selama rata-rata 6 bulan.
2. Penerapan kerugian emosional (solatium) diatur sebagai berikut :
a. Solatium merupakan kompensasi yang diberikan kepada pemilik rumah tinggal atas
kerugian non-finansial dikarenakan harus pindah, akibat adanya pengambil alihan tanah
untuk kepentingan umum.
b. Besaran solatium dalam bentuk persentase dari indikasi Nilai Pasar rumah tinggal (tanah
dan bangunan) sebagaimana diatur dalam juknis ini dengan diketahui pemberi tugas.
c. Dalam menilai jumlah kompensasi kerugian, kondisi yang relevan harus diperhitungkan,
termasuk:
• kepentingan pemilik atas rumah yang dimiliki berhubungan adanya hubungan
emosional;
• jangka waktu kepemilikan rumah;
• ketidaknyamanan pemilik karena keharusan pindah rumah (bila ditempati sendiri).
d. Kriteria penghitungan solatium dapat dilakukan dengan memperhatikan:
• kriteria lama masa tinggal dan/atau fungsi bangunan rumah (termasuk ruko yang
ditinggali sebagai rumah) sebagai sarana hunian berdasarkan keyakinan Penilai
sesuai data dan informasi yang wajar dan disepakati para pihak yang terkait;
• luas tapak tanah yang wajar dan seimbang;
• potensi HBU.
Besaran Kompensasi
Kriteria Solatium
(dari nilai kerugian fisik)
Masa Tinggal < 4 tahun 5%

Masa Tinggal 4-9 tahun 10%

Masa Tinggal 10-19 tahun 15%

Masa Tinggal 20-30 tahun 20%

Masa Tinggal >30 tahun 30%


• indikasi Nilai Pasar Rumah Tinggal (tanah dan bangunan)
Dasar Perhitungan
dengan luas tanah yang seimbang, peruntukan lokasi
permukiman maupun non permukiman memenuhi HBU
• Indikasi Nilai Pasar tanah berlebih tidak diperhitungkan
(Ilustrasi perhitungan lihat lampiran 3)
3. Penerapan kerugian non fisik lainnya diatur sebagai berikut:
a. Bila tidak dinyatakan berbeda maka biaya transaksi dapat meliputi biaya perpindahan
dan pengosongan, BPHTB dan biaya beban PPAT. Pengenaan beban kerugian tersebut:
1) Biaya perpindahan dan pengosongan dikenakan secara proporsional terhadap nilai
kerugian fisik dari rumah tinggal, tempat usaha dan industri yang dihuni/digunakan.
Tanah kosong dan tanaman (tanaman produktif dikecualikan) tidak diperhitungkan.
2) Beban BPHTB dan biaya PPAT dikenakan secara proporsional terhadap nilai kerugian
fisik dari tanah, tanah dan bangunan (al. tanah, rumah tinggal, tempat usaha, industri,
perkebunan). Untuk personal properti, seperti mesin dan peralatan tidak

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) 17


diperhitungkan. Beban ini diasumsikan sebagai potensi biaya yang akan timbul pada
saat pengadaan properti baru di tempat lain. Apabila ada beban pajak saat
pengambil alihan hak properti eksisting, dapat diperhitungan bila sesuai dengan
ketentuan dan Peraturan yang berlaku atau sesuai instruksi pemberi tugas.
3) Asumsi beban transaksi yang termasuk beban perpindahan, BPHTB dan PPAT bila tidak
diatur lain dapat disetarakan dengan beban sebesar 8% dari nilai fisik real estate
(tanah dan bangunan) berupa rumah tinggal.
b. Kompensasi masa tunggu diperhitungkan karena adanya tenggang waktu antara tanggal
penilaian (tanggal penetapan lokasi) dengan tanggal pembayaran ganti kerugian.
Dalam memperhitungkan kompensasi atas masa tunggu, Penilai dapat memberi
kompensasi dengan ketentuan sebagai berikut :
1) sebesar pendapatan rata-rata dari simpanan (deposito) dari bank
konvesional/syariah milik pemerintah untuk masa tunggu kurang dari 6 (enam) bulan
atas indikasi NPW sebelum masa tunggu meliputi kerugian fisik ditambah dengan
kerugian non fisik (premium mencakup solatium, beban transaksi, dan kerugian lainnya
bila ada). Lamanya masa tunggu sesuai dengan rencana jadwal pembayaran ganti
kerugian selama 6 bulan;
2) dalam hal pelaksanaan penilaian yang dilakukan telah melewati 6 (enam) bulan dari
tanggal penetapan lokasi, maka besaran beban kerugian masa tunggu diambil
sebesar selisih indikasi Nilai Pasar fisik tanah pada saat tanggal pelaksanaan
penilaian terhadap tanggal penilaan sesuai penetapan lokasi. Selanjutnya, hasil
selisih tersebut menjadi penambah dalam penetapan indikasi NPW untuk posisi
tanggal penilaian pada penetapan lokasi. Untuk menentukan NPW yang sebenarnya,
estimasi masa tunggu setelah tanggal pelaksanaan penilaian hingga rencana masa
pembayaran, dapat ditambahkan sebagaimana ketentuan pada butir 3) a 4) (a) di
atas (Ilustrasi lihat lampiran).
c. Pada kasus tertentu, penilaian untuk keperluan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan
untuk Kepentingan Umum, yang menyebabkan penerapan besaran depresiasi pada
Pendekatan Biaya untuk bangunan rumah tinggal dianggap belum dapat memenuhi unsur
besaran ganti kerugian yang layak dan adil. Hal ini dengan pertimbangkan khusus bahwa
pemilik tanah dan bangunan rumah tinggal tidak mendapatkan ganti kerugian yang
mencukupi untuk membangun kembali rumah tinggalnya di tempat lain. Untuk memenuhi
unsur kelayakan dan keadilan tersebut maka jumlah beban depresiasi yang diperoleh
dari perhitungan kerugian fisik bangunan dapat dikonversi menjadi premium pada
kerugian non fisik. Premium dimaksud selanjutnya dapat disebut “premium kerugian non
fisik atas beban depresiasi” yang besarnya adalah sebesar beban depresiasi.
Pengenaan premium ini hanya bisa diterapkan sepanjang terdapat alasan tertulis yang
melandasinya, dan dicantumkan dalam Lingkup Penugasan. Alasan dimaksud dapat
berupa ketentuan dan peraturan yang berlaku atau dokumen perencanaan atau daftar
nominatif atau dokumen yang sah lainnya yang diberikan instansi yang memerlukan tanah.
d. Kerugian non fisik lainnya yang dapat diperhitungkan oleh Penilai akibat pengadaan
tanah untuk kepentingan umum dengan merujuk kepada Nilai Penggantian Wajar, antara
lain:

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) 18


1) kerugian sisa tanah yang dapat diganti (maksimal luas 100 m2), dimana sisa tanah
tidak lagi dapat difungsikan sesuai dengan peruntukannya dan terjadi penurunan
nilai.
2) Untuk luasan melebihi 100 m2 ketentuan penggantian harus mengikuti ketentuan dan
peraturan pertanahan yang berlaku (lihat PP No. 19/2021 dan Permen ATR/BPN
No. 19/2021)
3) kerusakan fisik pada bangunan yang terpotong dan membutuhkan biaya perbaikan
untuk dapat berfungsi kembali.
4) Penggantian sisa tanah dihitung menggunakan metode penilaian yang sesuai dengan
asumsi luas bidang tanah sesuai dengan sebelum terpotong. Sedangkan penggantian
kerusakan bangunan yang terpotong dihitung dengan analisis anggaran biaya untuk
memperoleh estimasi besar biaya perbaikan.
h) Terdapat kondisi dimana pemilik tanah untuk rumah tinggal, juga memliki:
1. tapak tanah yang tidak diusahakan;
2. tapak tanah yang diusahakan, seperti untuk lahan pertanian yang menghasilkan bagi pemilik.
Untuk kondisi di atas, Penilai dapat mengikuti pedoman sebagai berikut:
a. Tapak tanah yang tidak diusahakan, dinilai sebagai tanah kosong dengan
memperhitungkan HBU pada tanggal penilaian (sebaiknya telah dimasukan ke dalam
komponen fisik).
b. Tapak tanah yang diusahakan sebagai lahan pertanian diperhitungkan sebagai berikut:
1) Tanaman perkebunan/tanaman tahunan yang dibudidayakan secara komersial dapat
dinilai sebagai satu kesatuan usaha perkebunan yang terdiri dari tanah, tanaman dan
sarana pendukung lainnya (sebagai real properti) untuk satu periode siklus tanam;
2) tanah dengan tanaman semusim yang dibudidayakan secara individu, tetapi HBU atas
tanah dalam keadaan kosong (tanpa lahan pertanian) telah berkembang, maka tanah
dapat dinilai terpisah sebagai tanah kosong dengan HBU sesuai tanggal penilaian,
ditambah dengan nilai kini dari tanaman dengan asumsi diproyeksikan untuk satu
periode siklus tanam atau tidak melebihi 1 (satu) tahun;
Contoh, tanaman semusim seperti padi dapat dihitung menggunakan metode
perbandingan data pasar atau teknik penyisaan tanaman dengan asumsi
diproyeksikan untuk satu periode siklus tanam atau selama-lamanya 1 (satu) tahun.
3) tanah dengan tanaman semusim yang dibudidayakan secara individu, tetapi HBU atas
tanah dalam keadaan kosong (tanpa lahan pertanian) tetap sebagai lahan pertanian
atau penggunaan sesuai dengan peruntukan pada tanggal penilaian, maka tanah
dapat dinilai terpisah sebagai tanah kosong dengan HBU sesuai dengan
penggunaannya, ditambah dengan nilai kini dari tanaman dengan asumsi
diproyeksikan lebih dari satu periode siklus tanam atau selama-lamanya 2 (dua) tahun;
Contoh, tanaman semusim seperti padi dapat dihitung menggunakan metode
perbandingan data pasar atau teknik penyisaan tanaman dengan asumsi
diproyeksikan lebih dari satu periode siklus tanam atau atau selama-lamanya 2 (dua)
tahun.

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) 19


4) dalam hal dijumpai kondisi di luar poin 2) dan 3) di atas, maka kompensasi
penggantian dapat dihitung berdasarkan data yang relevan dan wajar, dengan
menyampaikan sumber dan alasannya.
i) Untuk tanaman produktif yang terdiri dari batang kayu bernilai ekonomis seperti tanaman
meranti, jati dan sejenisnya, maka perlakuan perhitungannya memiliki opsi:
a. untuk diberikan ganti kerugian. Penentuan indikasi nilai dapat merujuk kepada data pasar
atau penggantian berdasarkan ketentuan dan peraturan yang ditetapkan instansi terkait;
b. dinyatakan menjadi bagian yang dimiliki pihak yang berhak. Kompensasi yang
diperhitungan hanya terhadap beban biaya penebangan dan mobilisasi pemindahan
batang kayu.
c. Pilihan huruf b di atas perlu didasarkan kepada Lingkup Penugasan atau berita acara yang
mengikat kepada Lingkup Penugasan.
j) Ketentuan yang berlaku menetapkan hasil penilaian ditentukan bidang per bidang tanah
berdasarkan hak kepemilikan/penguasaan tanah. SPI 204 - 5.20 mengatur bahwa penilaian
tidak hanya didasari kepada hak saja, tetapi terdapat sejumlah pertimbangan lain yang harus
diperhatikan, seperti faktor fisik, ekonomi dan pemanfaatan atau kegunaan.
Penilai harus mempertimbangkan tanah bidang perbidang dalam suatu
kepemilikan/penguasaan yang sama, apakah perorangan atau per entitas. Untuk hal ini, Penilai
perlu memperhatikan kegunaan optimal tanah (HBU) yang dapat dilihat dari satuan bidang per
bidang atau dalam keseluruhan bidang tanah dalam hamparan yang menyambung. Untuk
memenuhi pertimbangan dimaksud, maka dapat mengikuti prosedur sebagai berikut:
a) mengidentifikasi dan memastikan apakah bidang-bidang tanah bersambungan dalam satu
hamparan sama, termasuk pengembangan yang terikat atas tanah;
b) mengidentifikasi dan memastikan bidang-bidang tanah dalam hamparan yang dimaksud
butir 1 di atas berada pada satu tanggal penilaian yang sama atau didasari oleh tanggal
penetapan lokasi yang sama;
c) menentukan indikasi Nilai Pasar (kesetaraan) fisik tanah sesuai metode dan teknik penilaian
yang sesuai (lihat penjelasan pendekatan dan metode penilaian pada uraian sebelumnya);
d) menentukan indikasi nilai tanah bidang per bidang secara proporsional.
k) Dalam hal objek pengadaan tanah berhubungan dengan hak ulayat atau tanah yang dikuasai
sekelompok masyarakat adat yang memiliki hubungan historis terhadap tanah yang
dimiliki/dikuasai, Penilai dapat mempertimbangkan kompensasi kerugian ekonomi (premium)
berdasarkan dokumen perencanaan (DPPT) yang ada atau berdasarkan kajian dari pendapat
ahli atas bentuk penggantian secara wajar yang dapat diperhitungkan.
Beberapa catatan yang dapat dirujuk sebagai dasar dalam menentukan besaran premium atas
tanah adat atau tanah hak ulayat antara lain:
1. Tersedianya dokumen kepemilikan terhadap tanah adat/hak ulayat yang dikeluarkan dari
pihak yang berwenang.
2. Tersedianya data fisik atas tanah dan objek terikat dengan tanah yang disediakan oleh
Pemberi Tugas. Data fisik dimaksud dimaksud seperti luas, ukuran, spesifikasi dan informasi
relevan lainnya.

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) 20


3. Dalam hal informasi non teknis sebagai dasar menghitung premium sebagaimana yang
tercatum dalam DPPT tidak memadai atau terbatas, maka diperlukan kajian atau studi
secara khusus yang harus disediakan Pemberi Tugas. Kajian atau studi dimaksud harus
berdasarkan pendapat atau studi yang dilakukan oleh ahli terkait.
4. Parameter yang dapat digunakan oleh ahli dalam penyusunan kajian atau studi terdiri
sekurang-kurangnya ada informasi tentang faktor dan besaran kerugian yang timbul bagi
kepentingan pihak yang berhak, elemen penggantian apa saja yang perlu diperhitungkan
dalam proses penggantian yang berbentuk fisik/material atau non fisik/imaterial (contoh,
pesta adat).
5. Dalam hal tanah adat atau tanah hak ulayat dijumpai satu kesatuan dari beberapa bidang
tanah (tanah komunal), maka Penilai dapat menentukan nilainya dalam satuan kesatuan dan
selanjutnya dibagi rata secara terpisah bidang-per bidang sesuai kepemilikan atau
penguasaan dari pihak yang berhak. Prosedur ini dapat dilakukan sepanjang diketahui dan
disetujui Pemberi Tugas.
l) Untuk kepentingan objek penilaian seperti tanah kas desa (TKD), tanah atau aset wakaf dan
objek sejenis lain yang dalam kententuannya tidak dapat diganti dengan uang namun harus
diganti dengan objek yang sama atau setara pada tempat lain sebagai pengganti aset (tukar
guling). Menghadapi objek penilaian seperti ini, prosedur yang dapat diikuti Penilai adalah
(ilustrasi penghitungan terlampir):
1. Tanah dinilai berdasarkan kesetaraan Nilai Pasar apakah pada lokasi pembebasan maupun
lokasi pengganti yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang dengan sepengetahuan
Pemberi Tugas.
2. Bangunan aset wakaf yang bersifat khusus yang akan digantikan di tempat lain seperti masjid
atau fasilitas ibadah lainnya, dapat dihitung dengan menggunakan kesetaraan Nilai
Pembangunan Kembali (Reinstament Value)
3. Bangunan dan sarana pelengkap dari TKD atau bangunan lainnya yang penggantiannya
menggunakan prinsip tukar guling, maka Penilai dapat menghitung dengan menggunakan
prinsip perhitungan yang sama dengan penilaian objek aset atau tanah wakaf.
4. Data dan informasi yang berhubungan dengan dokemen rencana pembangunan dan rencana
anggaran biaya bangunan pengganti di tempat baru perlu disediakan oleh Pemberi Tugas
atau pihak terkait yang berhubungan dengan objek penilaian dimaksud.
5. Penilai perlu memperhatikan ketentuan dan peraturan yang berlaku terhadap objek
penilaian dimaksud, termasuk pertimbangan dalam penggunaan kewajaran informasi yang
diterima.
6. Penilaian terhadap objek TKD dan tanah wakaf, terdapat kondisi dimana objek penilaian
meliputi lokasi pembebasan dan lokasi pengganti di tempat lain yang ditentukan oleh pihak
yang berkepentingan. Sehubungan dengan hal itu, Penilai dapat melakukan penilaian kedua
objek tersebut secara independen dan objektif sepanjangn telah diatur dalam kesepakatan
penugasan yang resmi.
7. Khusus penilaian untuk objek tanah/harta benda wakaf, berlaku ketentuan sebagaimana
diatur dalam:
a. PP No. 25 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun
2006 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) 21


bahwa, untuk menetapkan nilai dan manfaat harta benda penukar harus memenuhi
ketentuan 1. dinilai oleh Penilai atau Penilai Publik; dan 2. harta benda penukar berada
di wilayah yang strategis dan mudah untuk dikembangkan sesuai dengan peruntukannya
(pasal 50 ayat (3)).
b. PP No. 19 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan
untuk Kepentingan Umum bahwa: Nilai Ganti Kerugian atas Objek Pengadaan Tanah
berupa harta benda wakaf ditentukan sama dengan nilai hasil penilaian Penilai atas
harta benda wakaf yang diganti (pasal 84 ayat (6)).
c. Atas pertimbangan ketentuan sebagaimana diatur pada huruf a dan b pada uraian
sebelumnya, maka Penilai harus memperhatikan:
1) lokasi pengganti harta benda wakaf yang menjadi objek penilaian ditetapkan oleh
pihak yang berwenang dan diketahui oleh Pemberi Tugas;
2) harta benda wakaf ditentukan sama dengan nilai hasil penilaian Penilai atas harta
benda wakaf yang diganti. Hasil penilaian yang ditentukan Penilai harus dilakukan
secara objektif dan independen. Pedoman ini memahami bahwa pemenuhan ”sama”
dimaksud seharusnya dilihat dalam batasan relatif bahwa hasil penilaian sekurang-
kurangnya sama dengan nilai hasil penilaian pada objek yang diganti, atau nilai
objek pada lokasi pengganti dapat sama atau relatif lebih baik.
m) Seluruh asumsi yang digunakan dalam menghitung satuan biaya kerugian fisik atau kerugian non
fisik harus dilakukan secara wajar dengan rujukan antara lain dari:
• Data pasar yang relevan dan wajar;
• Studi kelayakan yang telah disetujui pada tahap perencanaan;
• Kajian dari pendapat ahli;
• Ketentuan dan peraturan yang berlaku (di tingkat pusat maupun daerah).
Contoh satu, salah satu kerugian fisik yang menjadi objek penilaian adalah tegakan tanaman
produktif seperti pohon meranti, jati dan tanaman sejenis lainnya, dimana asumsi harga satuan
yang akan digunakan dalam menghitung indikasi kerugian atas tanaman tersebut dapat berasal
dari harga satuan berdasarkan ketentuan pemerintah setempat atau instansi terkait.
Contoh dua, Penilaian untuk pengadaan tanah melibatkan kerugian non fisik berupa potensi
kerugian sosial atau adat istiadat pada suatu wilayah tertentu. Penilai tidak memiliki kompetensi
untuk memberikan pendapat atas kerugian sosial dimaksud. Namun Penilai dapat menggunakan
sumber dari pendapat ahli yang profesional sebagai dasar untuk mengukur potensi kerugian
terkait. Dalam hal Penilai tidak dapat melakukan pengukuran dalam bentuk uang, karena
kerugian tersebut dimungkinkan untuk dikompensasikan tidak dalam bentuk uang (misal diganti
dengan upacara adat), Penilai dapat memberikan saran dan rekomandasi.
Untuk menentukan asumsi, Penilai membuat kesepakatan awal dengan pemberi tugas yang
dituangkan dalam Lingkup Penugasan atau berita acara tersendiri terkait biaya satuan dalam
penghitungan kerugian fisik atau kerugian non fisik di atas.
n) Penilai perlu memberikan perhatian kepada kepastian dan keterbatasan dalam mencari data
pembanding pasar. Hal ini dikarenakan tidak adanya lembaga yang mengelola data transaksi,
khususnya data transaksi properti. Kualitas data pembanding akan bergantung kepada data

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) 22


penawaran/transaksi, jumlah, waktu, sumber data dan proses pengumpulan data. Dalam hal
Penilai menghadapi permasalahan data, maka Penilai seharusnya dapat menginformasikan
seluruh keterbatasan yang dimaksud termasuk potensi dampak yang ada dalam Laporan
Penilaian. Contoh, Penilai pelaksana kadang kala mengumpulkan informasi data pembanding
pasar dengan menggunakan teknik investigasi tanpa mengungkapkan identitas sebenarnya
(sebagai upaya agar informasi dapat diperoleh, sehingga Penilai pelaksana memposisikan
dirinya seolah-olah menjadi calon Pembeli).
4.3 Kertas Kerja Penilaian
a) Kertas kerja penilaian baik dalam bentuk hardcopy atau sofcopy harus disimpan untuk jangka
waktu yang wajar sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
b) Kertas kerja penilaian mencakup semua dokumen utama termasuk dokumen investigasi dan
analisis yang digunakan untuk memperoleh kesimpulan akhir, serta salinan dari setiap draft atau
laporan akhir yang diberikan kepada pemberi tugas.
5.0 Pelaporan Penilaian (merujuk kepada SPI 105-5.1)
5.1 Penugasan penilaian pada tahap akhir akan memberikan hasil dalam bentuk laporan penilaian.
Uraian berikut ini merupakan penjelasan Pelaporan Penilaian yang merujuk kepada Lingkup
Penugasan sebagaimana dimaksud oleh SPI yang harus digunakan Penilai secara konsisten.

Referensi
Hal Penjelasan
SPI 105
Bagian yang telah 5.1.a) Bagian 3.1 dalam PPI ini pada Referensi SPI 103 butir
diatur dalam Lingkup 5.3.a).1 s/d 13.
Penugasan dicatatkan
kembali secara
kosisten dalam
Pelaporan Penilaian
Pendekatan Penilaian 5.1.b) Pendekatan penilaian yang digunakan dan alasan
pemilihannya pada proses implementasi, harus
diungkapkan secara jelas di dalam laporan penilaian.
• Pengutipan istilah dan rujukan penggunaannya
mengikuti sebagaimana diatur oleh SPI 106, PPI ini
dan teori yang relevan.
Metode Penilaian 5.1.c) Dalam implementasi pendekatan penilaian selalu
diperlukan metode penilaian yang sesuai. Pemilihan
metode penilaian dapat merujuk kepada pedoman ini dan
SPI 106
Kesimpulan Penilaian 5.1.d) Hasil penilaian dapat disusun per objek penilaian, dengan
masing-masing dicantumkan jumlah nominal dalam mata
uang rupiah.
Kesimpulan penilaian ditampilkan secara jelas, mudah
dimengerti dan tidak menimbulkan kesalahpahaman.

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) 23


Referensi
Hal Penjelasan
SPI 105
Diskripsi uraian objek 5.1.e) Uraian objek penilaian didiskripsikan secara jelas dalam
penilaian dan analisis mendukung analisis, opini dan kesimpulan dalam laporan.
pasar
Penilai juga harus memberikan gambaran mengenai
tingkat permintaan/penawaran, tren harga dan indikator
pasar lainnya untuk memberikan gambaran pasar dari
properti yang dinilai.
Pernyataan Penilai 5.1.f) Lembar Pernyataan Penilai harus mencantumkan nama
(Compliance semua Penilai dan tenaga ahli yang terlibat (termasuk
Statement) penanggung jawab laporan), nomor izin Penilai Publik
(bagi Penilai Publik), nomor keanggotaan asosiasi (bagi
semua tim Penilai), kualifikasi profesional (bagi tenaga
ahli) dan jabatan dalam penugasan (termasuk tim dari
konsorsium bila ada).
Pernyataan Penilai dapat merujuk kepada SPI 105
dan/atau petunjuk teknis ini (Lampiran 5).
Kondisi dan Syarat 5.1.g) Menyatakan ada batasan dalam penyampaian
Pembatas kesimpulan penilaian.
Petunjuk teknis ini memberikan acuan rujukan yang dapat
dijadikan dasar kutipan dalam menentukan Kondisi dan
Syarat Pembatas (Lampiran 6).
Nama, kualifikasi 5.1.h) Lembar Surat Pengantar perlu mencantumkan nama
profesional dan tanda penanggung jawab laporan, nomor izin Penilai Publik dan
tangan Penilai jabatannya.
Lembar surat pengantar harus ditandatangani oleh
penanggung jawab laporan (Penilai Publik) dan lembar
Pernyataan Penilai harus ditandatangani oleh semua
Penilai dan tenaga ahli yang terlibat (termasuk
penanggung jawab laporan), yang merupakan bukti
personal yang mengindikasikan keaslian penilaian yang
dilaksanakan dan bersifat sebagai pernyataan tanggung
jawab atas isi, analisis dan kesimpulan penilaian.
Tanda tangan dimaksud berupa tulisan tangan (tanda
tangan basah).
Rujukan sistematika dan isi laporan penilaian dapat dilihat pada lampiran…..

6.0 Ketentuan Lain

6.1 Hasil penilaian yang diopinikan Penilai menurut SPI 204 - 3.17 tidak memperhitungkan adanya
pengenaan pajak atas pelepasan objek pengadaan tanah (contoh PPN). Dalam hal adanya
kepentingan yang mengharuskan adanya pengenaan pajak berdasarkan peraturan dan perundang-
undangan terkait, maka Penilai dapat:

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) 24


a) menginformasikan bahwa hasil penilaian tidak memperhitungan pajak (disebutkan jenis
pajaknya) yang menjadi beban instansi yang memerlukan tanah;

b) untuk kepentingan pihak atau perusahaan tertentu sebagai pihak yang menyerahkan hak objek
pengadaan tanah, maka Penilai dapat menambahkan informasi khusus adanya pengenaan
pajak dimaksud sesuai permintaan dan besaran dari Pemberi Tugas. Namun penambahan
informasi adanya pengenaan pajak dimaksud tidak merubah opini nilai yang dihasilkan oleh
Penilai;

c) pemenuhan proses sebagaimana yang dimaksud pada hurup b) di atas hanya berlaku bila ada
permintaan tertulis dari Pemberi Tugas dan digunakan hanya kepada pihak yang membutuhkan.

6.2 Dalam proses finalisasi, Penilai harus memastikan bahwa hasil penilaian telah sesuai sebagaimana
yang dimaksud dalam Lingkup Penugasan dan tetap memperhatikan proses kaji ulang internal
(review). Proses konfirmasi hasil penilaian kepada pemberi tugas dapat dilaksanakan paa tahap
finalisasi laporan penilaian.

6.3 Revisi Laporan Penilaian yang disampaikan kepada pemberi tugas sebagai bagian dari
tanggungjawab profesional Penilai merupakan hal yang dapat diterima dalam praktek penilaian
dalam hal terdapat kekeliruan dalam penilaian. Kekeliruan dalam penilaian sehingga memunculkan
revisi laporan penilaian dapat disebabkan oleh dua hal, pertama kekeliruan terkait penugasan yang
disebabkan oleh pemberi tugas penilaian dan kedua kekeliruan terkait proses penilaian yang
merupakan tanggungjawab penilai. Revisi laporan penilaian dapat dilakukan sebagian atau
keseluruhan dari laporan penilaian dengan memenuhi hal sebagai berikut:

a) Revisi dilakukan dengan memenuhi ketentuan peraturan perundangan yang berlaku;

b) Revisi terkait penugasan sehubungan dengan perubahan data dan asumsi yang berpengaruh
secara signifikan terhadap nilai sehingga memungkinkan laporan penilaian dapat direvisi
termasuk berubahnya periode masa tunggu. Revisi laporan penilaian dalam kondisi ini harus
didasarkan pada kesepakatan/permintaan tertulis dengan pemberi tugas sebagai bagian
dari Lingkup Penugasan;

c) Revisi terkait kekeliruan pada proses penilaian dapat disebabkan oleh kesalahan yang
dilakukan penilai baik dalam perhitungan maupun interpretasi terhadap ketentuan dan standar
penilaian yang berlaku;

d) Seluruh proses revisi harus didokumentasikan dan dilaporkan terpisah dari laporan penilaian
sebelumnya. Hal ini harus mengikuti Peraturan dan Perundang-undangan yang berlaku terkait
jasa Penilai Publik.

6.4. Dalam kondisi tertentu terdapat pertanyaan Pemberi Tugas dan/atau Pengguna Laporan tentang
masa berlaku nilai dan/atau laporan penilaian untuk tujuan Pengadaan Tanah. Menjawab hal ini
maka berlaku:
a) Tanggal penilaian diartikan dalam SPI sebagai tanggal pada saat nilai dinyatakan dan
diberlakukan, sehingga semua asumsi yang digunakan adalah bersamaan dengan tanggal
penilaian. Perubahan tanggal penilaian memiliki dampak terjadinya perubahan asumsi sehingga
kesimpulan nilai juga berpotensi berubah.

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) 25


b) Tanggal laporan penilaian adalah tanggal dimana hasil penilaian diterbitkan yang artinya tidak
berpengaruh dengan nilai yang dihasilkan sepanjang tanggal penilaian tidak berubah.
c) Penjelasan dari angka a) dan b) memberikan pengertian masa berlaku nilai dan/atau laporan
penilaian untuk kepentingan Pengadaan Tanah tidak termasuk diatur oleh SPI 204 atau PPI ini.
d) Untuk kepentingan Pengadaan Tanah terdapat pemberian kompensasi beban masa tunggu yang
dalam proses pelaksanaannya dapat melebihi dari asumsi beban masa tunggu selama 6 (enam)
bulan, maka diperkirakan terdapat potensi perubahan terhadap besaran NPW. Dalam
menghadapi hal ini prosedur yang berlaku dapat menggunakan proses revisi laporan penilaian
mengikuti prosedur dalam PPI ini pada poin 5.3.
6.5. Untuk kepentingan penilaian terkait dampak sosial merujuk kepada Peraturan Presiden nomor 62
tahun 2018 tentang Penangan Dampak Sosial Kemasyarakatan Dalam Rangka Penyediaan Tanah
Untuk Pembangunan Nasional dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Penanganan Dampak Sosial Kemasyarakatan adalah penanganan masalah sosial berupa
pemberian santunan untuk pemindahan masyarakat yang menguasai tanah yang akan digunakan
untuk pembangunan nasional (pasal 1 ayat 3).
b) Lingkup Penanganan Dampak Sosial Kemasyarakatan yang diatur dalam Peraturan Presiden ini,
diselenggarakan untuk pelaksanaan pembangunan (pasal 2 ayat (1)) :
1. proyek strategis nasional;
2. non proyek strategis nasional.
c) Besaran nilai santunan dihitung berdasarkan penilaian pihak independen dengan memperhatikan
(pasal 7 ayat (3)):
a. biaya pembersihan segala sesuatu yang berada di atas tanah
b. mobilisasi;
c. sewa rumah paling lama 12 (dua belas) bulan; dan/atau
d. tunjangan kehilangan pendapatan dari pemanfaatan tanah.
d) Dalam penentuan besaran nilai santuan sebagaimana yang dimaksud huruf c) di atas, diatur
prosedur sebagai berikut:
1. Dasar nilai yang digunakan adalah Nilai Penggantian Wajar sebagaimana dimaksud dalam
SPI 102 dan SPI 204 dimana tanah tidak termasuk sebagai objek penilaian sehingga yang
diperhitungkan adalah kompensasi selain tanah.
2. Komponen objek santunan yang dapat diperhitungkan sebagaimana yang dimaksud huruf c)
di atas dapat mengikuti prosedur sebagai berikut:
1) asumsi biaya pembersihan segala sesuatu yang berada di atas tanah dihitung secara
wajar sesuai dengan apa yang ada dan terikat dengan tanah pada tanggal penilaian;
2) asumsi beban mobilisasi dapat menggunakan komponen yang relevan dengan beban
transaksi sebagaimana diatur dalam PPI 04 – 4.2.g.3.1);
3) sewa rumah ditentukan sesuai kondisi yang ada di lapangan secara wajar;

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) 26


4) tunjangan kehilangan pendapatan dari pemanfaatan tanah dapat dihitung
mengggunakan format yang sama sebagaimana diatur dalam PPI 04 - 4.2.g.1- b.1) dan
2);
5) Hal lain yang dapat diperhitungkan (bila relevan) seperti kompensasi masa tunggu
sebagai diatur format penghitungannya dalam PPI 04 – 3.4) - (a).
3. Seluruh objek santunan yang dapat diperhitungkan oleh Penilai ditentukan oleh Pemberi
Tugas atau pihak terikat lainnya dan menjadi bagian dari Lingkup Penugasan.

7.0 Penutup
Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) ini diberlakukan sebagai petunjuk teknis SPI 204 terkait
penilaian Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Uumum. Pada prakteknya, terdapat potensi objek
penilaian dan permasalahan pengadaan tanah saling memengaruhi bagaimana penilaian dilaksanakan.
Penilai diharapkan untuk dapat bijaksana dan berhati-hati dalam menghadapi permasalahan dimaksud.
Hal-hal yang belum diatur dalam SPI 204 dan/atau PPI 04, maka KPSPI MAPPI akan berupaya untuk
mengantisipasinya melalui penjelasan atau menerbitkan ketentuan khusus bila diperlukan.

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) 27


LAMPIRAN

Lampiran 1 : Komponen Dasar Pembentukan Dasar Nilai Penggantian Wajar

Penggantian Setara Kompensasi Keterangan


Nilai Pasar*
A. Kerugian Fisik:
- Real Properti + Tanah; tanah & bangunan; tanah & tanaman
B. Kerugian Non FIsik
1. Kerugian Ekonomi:
• Kerugian Binis + Tergantung objek
• Kehilangan Pekerjaan + Tergantung objek
• Kerugian hasil pertanian + Tergantung objek
2. Kerugian Emosional + untuk rumah tinggal
3. Biaya Transaksi
• Pindah + Tergantung objek
• Perizinan/Notaris + untuk lokasi yg baru
• Pajak Properti + untuk lokasi yg baru
4. Kerugian Lain :
• Kerugian sisa tanah + Kelebihan tanah (bila ada)
• Kerugian fisik lain + Kerusakan bangunan (bila ada)
5. Beban masa tunggu + Sd 6 bulan dan/atau > 6 bulan
Kesimpulan Nilai Penggantian Wajar Setara dengan Nilai Ganti Kerugian

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) 28


1. Ilustrasi Penghitungan NPW atas Rumah Tinggal Biasa (masa tinggal 8 tahun)
Rp. Rp.
a.1 Indikasi Nilai Pasar Rumah Tinggal (Tanah dan Bangunan) 100.000.000
a.2 Kerugian non fisik
- Solatium 20% x Rp. 100.000 (masa tinggal 20 tahun) 20.000.000
- Transaksi (8%):
asumsi biaya pindah 2% 2.000.000
asumsi pajak 5% (potong NPOPTKP* Rp. 3 juta) 4.850.000
asumsi biaya PPAT 1% 1.000.000
Sub total a.2 27.850.000
a.3 Beban masa tunggu (6 bulan) @6% pa 3.835.500
3% x Rp. 127.850.000
a.4 Sub total kerugian non fisik (a.2+a.3) 31.685.500
Nilai Penggantian Wajar 131.685.500
*) tergantung ketentuan masing-masing daerah, secara umum Rp. 60 juta

2. Ilustrasi Penghitungan NPW atas Rumah Tinggal Biasa dan Tanah Berlebih (untuk masa tinggal 20 tahun)
Rp. Rp.
a.1 Indikasi Nilai Pasar Rumah Tinggal (Tanah dan Bangunan) 200.000.000
Indikasi Nilai Pasar Rumah Tinggal (Tanah dan Bangunan) 100.000.000
Indikasi Nilai Pasar Tanah Berlebih 100.000.000
a.2 Kerugian non fisik
- Solatium 20% x Rp. 100.000 (masa tinggal 20 tahun) 20.000.000
- Transaksi (8%):
asumsi biaya pindah 2% 2.000.000
asumsi pajak 5% (potong NPOPTKP* Rp. 3 juta) 9.850.000
asumsi biaya PPAT 1% 2.000.000
Sub total a.2 33.850.000
a.3 Beban masa tunggu (6 bulan) @6% pa 7.015.500
3% x Rp. 233.350.000
a.4 Sub total kerugian non fisik (a.2+a.3) 40.865.500
Nilai Penggantian Wajar 240.865.500
*) tergantung ketentuan masing-masing daerah, secara umum Rp. 60 juta

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) 29


3. Ilustrasi Penghitungan NPW atas Properti dan Tempat Usaha
Rp. Rp.
a.1 Indikasi Nilai Pasar Properti (Tanah dan Bangunan) 100.000.000
a.2 Kerugian non fisik
- Kehilangan pendapatan usaha 15.000.000
Rp. 5.000.000/bulan, selama 3 bulan
- Transaksi:
asumsi biaya pindah 2% 2.000.000
asumsi pajak 5% (potong NPOPTKP* Rp. 3 juta) 4.850.000
asumsi biaya PPAT 1% 1.000.000
Sub total a.2 22.850.000
a.3 Beban masa tunggu (6 bulan) @6% pa 3.685.500
( 3% x Rp. 122.850.000)
a.4 Sub total kerugian non fisik (a.2+a.3) 26.535.500
Nilai Penggantian Wajar 126.535.500
*) tergantung ketentuan masing-masing daerah, secara umum Rp. 60 juta

4. Ilustrasi Penghitungan NPW atas Rumah Tinggal Biasa dengan masa tunggu di atas 6 bulan
(Pelaksanaan penilaian lebih dari 6 bulan setelah penetapan lokasi atau tanggal penilaian)
Rp. Rp.
a.1 Indikasi Nilai Pasar Rumah Tinggal (Tanah dan Bangunan) 100.000.000
a.2 Kerugian non fisik
- Solatium 20% x Rp. 100.000 (masa tinggal 20 tahun) 20.000.000
- Transaksi (8%):
asumsi biaya pindah 2% 2.000.000
asumsi pajak 5% (potong NPOPTKP* Rp. 3 juta) 4.850.000
asumsi biaya PPAT 1% 1.000.000
Sub total a.2 27.850.000
a.3 Beban masa tunggu :
- Indikasi NP (pada tanggal pelaksanaan penilaian) Rp. 110 juta
Selisih kenaikan nilai (Rp. 110 juta - Rp. 100 juta) 10.000.000
- Masa tunggu (6 bulan) @6% pa 4.135.500
(3% x Rp. 114.135.000)
a.4 Sub total kerugian non fisik (a.2+a.3) 41.985.500
Nilai Penggantian Wajar 141.985.500
*) tergantung ketentuan masing-masing daerah, secara umum Rp. 60 juta

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) 30


5. Ilustrasi Penghitungan NPWP pada Rumah Tinggal Biasa (Premium Kerugian Non Fisik atas Beban Depresiasi)
Rp. (1.000)
1 Kerugian fisik :
Indikasi Nilai Pasar Rumah Tinggal 120.000.000
- Indikasi Nilai Pasar Tanah 56.000.000 -
- Indikasi Nilai Bangunan 64.000.000
2 Kerugian non fisik :
a. Kerugian Usaha 0% - -
b. Solatium 30% 120.000.000 36.000.000
c. Transaksi:
- Asumsi biaya pindah 2,0% 120.000.000 2.400.000
- Asumsi beban BPHTB (potong NPOPTKP* Rp. 3 juta)** 5,0% 120.000.000 5.850.000
- Asumsi beban PPAT 1,0% 120.000.000 1.200.000
d. Premium atas beban depresiasi*
- Indikasi RCN Bangunan 120.000.000
- Indikasi Nilai Bangunan 56.000.000
Sub Total a+b+c 101.450.000
3 Sub Total 1+2 221.450.000
4 Beban masa tunggu (6% pa) 6 bulan 3% 221.450.000 6.643.500
Nilai Penggantian Wajar (NPW) 228.093.500
*) Hanya untuk perlakuan khusus sesuai dokumen perencanaan atau permintaan
**) tergantung ketentuan masing-masing daerah, secara umum Rp. 60 juta

6. Ilustrasi NPW Untuk Tanah Wakaf (Contoh Penilaian atas Masjid)

No. Komponen Perhitungan Rp. Rp. Rp.


1 Kerugian Fisik:
- Indikasi Nilai Pasar Tanah 300.000.000 300.000.000
- Indikasi Nilai Pasar Bangunan & Fasilitas 220.000.000
- Indikasi Biaya Penggantian Baru Bangunan & Fasilitas Masjid*** 836.250.000
2 Kerugian Non FIsik
a. Kerugian Usaha - - -
b. Solatium - - -
c. Transaksi:
Asumsi Biaya Perpindahan:
- pencarian tanah pengganti* 2,50% 300.000.000 7.500.000
- biaya pindah 2,00% 520.000.000 10.400.000
- biaya administrasi* 2,00% 1.136.250.000 22.725.000
Asumsi beban BPHTB** 0,00% - -
Asumsi beban PPAT**** 1,00% 300.000.000 3.000.000
d. d. Premium atas beban depresiasi* -
- Indikasi Biaya Penggantian Baru Bangunan -
- Indikasi Nilai Bangunan -
Sub. Total a+b+c+d 43.625.000
3 Sub. Total 1 + 2 1.179.875.000
4 Beban masa tunggu (asumsi 6 bulan) 3,00% 1.179.875.000 35.396.250
Nilai Penggantian Wajar (NPW) 1.215.271.250
*) Hanya untuk perlakuan khsusus aset atau tanah wakaf sesesuai dokumen perencanaan atau permintaan
**) Tergantung kondisi masing-masing peraturan yang berlaku
***) Setara dengan Nilai Pembangunan Kembali
***) Asumsi dasar dapat disesuaikan apakah sebagai tanah & bangunan atau hanya tanah pengganti sebagai tanah kosong

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) 31


7. Ilustrasi NPW Untuk Tanah Kas Desa (Objek Tanah dan Gudang)
No. Komponen Perhitungan Rp. Rp. Rp.
1 Kerugian Fisik: 1.000.000.000
- Indikasi Nilai Pasar Tanah ###########
- Indikasi Nilai Pasar Bangunan Gudang 220.000.000 220.000.000
2 Kerugian Non FIsik
a. Kerugian Usaha - - -
b. Solatium - - -
c. Transaksi:
Asumsi Biaya Perpindahan:
- pencarian tanah pengganti* 2,50% ########### 36.000.000
- biaya pindah 1,00% ########### 12.200.000
- biaya administrasi* 1,50% ########### 21.600.000
Asumsi beban BPHTB** 0,00% - -
Asumsi beban PPAT*** 1,00% ########### 10.000.000
d. d. Premium atas beban depresiasi* 220.000.000
- Indikasi Biaya Penggantian Baru Bangunan 440.000.000
- Indikasi Nilai Bangunan 220.000.000
Sub. Total a+b+c+d 299.800.000
3 Sub. Total 1 + 2 1.519.800.000
4 Beban masa tunggu (asumsi 6 bulan) 3,00% ########### 45.594.000
Nilai Penggantian Wajar (NPW) 1.565.394.000
*) Hanya untuk perlakuan khsusus aset kas desa atau aset lain yang hanya boleh diganti atau dipindah
**) Tergantung kondisi masing-masing peraturan yang berlaku
***) Asumsi dasar dapat disesuaikan apakah sebagai tanah & bangunan atau hanya tanah pengganti sebagai tanah kosong

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) 32


Lampiran 3:

Sistematika dan Isi Laporan Penilaian (bentuk penomoran tidak terikat)

Sistematika Laporan Gambaran Isi


Bagian I - Pendahuluan 1. Halaman Judul (cover)
1. Halaman Judul Halaman judul memuat nama pekerjaan, nama Pemberi Tugas dan nama
2. Surat Pengantar kantor dan alamat Penilai.
3. Daftar Isi 2. Surat Pengantar
4. Pernyataan Penilai Surat Pengantar secara formal menghantar laporan Penilaian kepada Pemberi
5. Ringkasan Penilaian Tugas dan merupakan bagian tak terpisahkan dari Laporan Penilaian. Surat
Pengantar dimaksudkan sebagai catatan permanen yang mengidentifikasikan
Penilai dan Pengguna Laporan. Surat ini seharusnya ditulis dalam format surat
formal yang layak dan seringkas mungkin serta dapat meliputi elemen sebagai
berikut:
• Tanggal surat adalah tanggal laporan penilaian diterbitkan
• Nama pekerjaan dan alamatnya dalam deskripsi ringkas
• Dasar penugasan merujuk kepada perjanjian kerja/kontrak berikut dengan
amandemen/adendumnya (bila ada)
• Deskripsi ringkas bahwa Penilai telah melakukan investigasi atas properti
yang diperlukan
• Referensi bahwa surat tersebut diiikuti oleh laporan Penilaian dan identifikasi
jenis Penilaian dan format laporan
• Dasar Nilai yang digunakan di dalam laporan dan definisinya
• Tanda tangan Penilai Publik sebagai penanggung jawab Laporan
3. Daftar Isi
Menyatakan pembagian utama dari laporan diikuti dengan sub-bagiannya
4. Pernyataan Penilai
Lembar Pernyataan Penilai penempatannya adalah setelah Surat Pengantar,
dengan mencantumkan tanda tangan Penilai dan tanggalnya (lihat pada
lampiran 5).
Pernyataan Penilai ini penting karena menjelaskan posisi Penilai, sehingga
melindungi baik integritas Penilai maupun validitas penilaian.
5. Ringkasan Penilaian
Apabila laporan penilaian panjang dan kompleks, ringkasan dari hal utama
dan kesimpulan penting di dalam penilaian menjadi berguna. Ringkasan ini
sering disebut juga sebagai Ringkasan Eksekutif (Executive Summary) yang
akan memudahkan pengguna laporan dan memungkinkan Penilai untuk
memberi penekanan kepada hal-hal utama yang dipertimbangkan dalam
mencapai opini nilai final.
Berikut adalah pedoman isi dari Ringkasan Penilaian (Eksekutif) :
• Identifikasi ringkas dari properti (lokasi, fisik dan legal)
• Tanggal penilaian dan tanggal inspeksi, tanggal laporan
• Asumsi khusus (bila ada)
• Deskripsi properti secara ringkas dan informasi relevan lainnya
• Kesimpulan nilai (dapat dirinci sesuai kebutuhan)
Bagian II – Definisi dan Lingkup Penugasan merupakan penjelasan atas sejauhmana suatu
Definisi & Lingkup pekerjaan penilaian berikut pelaporannya telah dilakukan oleh Penilai. Definisi
Penugasan dan Lingkup Penugasan dimaksud diuraikan sebagaimana yang diatur pada SPI
1. Status Penilai 105 butir 5.1.a) s/d h) (secara bersamaan dapat dibaca pada bagian ke-3 juknis
2. Pemberi Tugas ini) sebagai berikut :
3. Pengguna Laporan 1. Status Penilai
4. Maksud dan Tujuan Penilai harus mencatumkan statusnya berikut dengan KJPP atau institusinya.
Penilaian Prosedur lengkap dapat dilihat pada uraian tentang Laporan Penilaian Untuk
5. Objek Penilaian Tujuan Pengadaan Tanah pada juknis ini (bagian 5).

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) 33


Sistematika Laporan Gambaran Isi
6. Hak Kepemilikan 2. Pemberi Tugas
7. Dasar Nilai Laporan ditujukan kepada Pemberi Tugas yaitu pihak yang memberikan
8. Tanggal Penilaian penugasan kepada Penilai. Pemberi Tugas dapat berupa individu atau entitas
9. Penggunaan Mata atau sekelompok orang secara bersama-sama. Apabila berupa entitas, harus
Uang disertai dengan nama individu yang berhak mewakili. Secara umum pemberi
10. Tingkat Kedalaman tugas dapat berupa instans yang memerlukan tanah namun pada sisi lain
Investigasi Penetpan Penilaian Pertanahan ditetapkan oleh Lembaga Pertanahan.
11. Sifat dan sumber 3. Pengguna Laporan
informasi Selain Pemberi Tugas, laporanselanjutnya akan digunakan oleh Pengguna
12. Asumsi Umum dan Lapran, yaitu pihak yang berdasarakan ketentuan adalah pihak yang
Khusus menggunakan hasil laporan penilaian. Apabila berupa entitas, harus disertai
13. Pendekatan Penilaian dengan nama individu yang berhak mewakili. Secara umum pengguna laporan
14. Standar Penilaian adalah Lembaga Pertanahan.
4. Objek Penilaian dan Kepemilikan
Dapat disusun secara informatif dimana minimal terdapat informasi tentang
jenis properti, lokasi dan volume (ukuran dan jumlah).
Objek penilaian dimaksud harus didasarkan data dan/atau Daftar Nominatif
yang diberikan oleh Pemberi Tugas (bila ada perubahan lakukan penyesuaian
pada Laporan Penilaian dan pada Lingkup Penugasan). Sedangkan copy
dokumen kepemilikan tanah:
• Rincian dokumen kepemilikan yang merujuk kepada Daftar Nominatif yang
dikeluarkan oleh Lembaga Pertanahan
• Sifat hubungan kepemilikan atas properti.
5. Penggunaan Mata Uang
Dinyatakan sebagaimana yang disebutkan dalam LIngkup Penugasan.
6. Maksud dan Tujuan Penilaian
Maksud dan Tujuan Penilaian harus dijelaskan sehingga Pengguna Laporan
memahami konteks dilakukannya penilaian.
7. Dasar Nilai
(lihat penjelasan pada butir 3)
8. Tanggal Penilaian
Bila tidak diatur berbeda, tanggal penilaian yang digunakan harus konsisten
sebagaimana yang diinstruksikan dalam Lingkup Penugasan.

9. Tingkat Kedalaman Investigasi


Diungkapkan berdasarkan apa yang telah diatur pada Lingkup Penugasan.
Bila ada penyesuaian dan perubahan, Penilai harus menngungkapkan pada
Laporan Penilaian.
10. Sifat dan Sumber Informasi
Dapat dirujuk sebagaimana telah diungkapkan dalam Lingkup Penugasan.
11. Asumsi Umum dan Khusus
Pengungkapan seluruh asumsi dan asumsi khusus selain harus konsisten dengan
apa yang tertera di dalam Lingkup Penugasan, Penilai juga dapat
menyampaikan hal-hal yang dianggap relevan dalam Laporan Penilaian.
12. Pendekatan Penilaian dan alasan penggunaannya
Penggunaan pendekatan penilaian yang digunakan agar diuraikan secara
lengkap, wajar dan beralasan.
13. Metode Penilaian
Penerapan metode penilaian disesuaikan dengan pendekatan penilaian yang
digunakan.
14. Penggunaan Standar
Penilaian untuk kepentingan pada Juknis ini menggunakan KEPI dan SPI

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) 34


Sistematika Laporan Gambaran Isi
Bagian III – 1. Tinjauan Properti sebagai Objek Penilaian
Presentasi Data Uraian umum properti sebagai objek penilaian diuraikan secara informatif.
1. Tinjauan Properti sebagai Uraian tersebut didasarkan hasil identifikasi dan investigasi Penilai yang dapat
Objek Penilaian memberikan gambaran secara lengkap dari properti yang dinilai.
2. Analisis Lingkungan 2. Analisis Lingkungan
3. Deskripsi Tapak Fakta berkaitan dengan kota dan lingkungan sekitarnya (Neighborhood
4. Deskripsi Bangunan dan Analysis) yang dalam anggapan Penilai berkaitan dengan masalah penilaian
Pengembangan lainnya seharusnya dipertimbangkan dan dilaporkan.
5. Deskripsi Personal Analisis lingkungan dapat meliputi gambaran dari lokasi properti, aksesibilitas
Properti dan fasilitas yang tersedia pada lingkungan dimana objek properti berada.
6. Deskripsi Kerugian Non
Fisik Penilai selalu mendasari analisnya dengan data dan informasi yang
7. Tinjauan Pasar mendukung pernyataan opini penilaian secara umum. Hal-hal yang yang
8. Karateristik Ekonomi dan berpengaruh secara positif dan negatif yang dapat mempengaruhi opini nilai
Keuangan (disesuaikan harus disertakan dalam proses analisis dan pelaporan penilaian.
dengan Pendekatan Informasi lainnya yang perlu disampaikan, seperti parameter pengembangan
Pendapatan yg (eksisting dan batasan) meliputi peruntukan, KLB, KDB, GSB dan batas
digunakan) ketinggian bangunan.
9. Informasi relevan lainnya 3. Deskripsi Tapak
(bila ada) • Karakteristik fisik
• Situasi dan tata letak tanah, luas tanah dan bentuk
• Kondisi tanah
• Fasilitas
• Pengembangan yang menguntungkan maupun merugikan tapak
• Karakteristik Legal
• Peruntukan, restriksi pengembangan, kemungkinan perubahan peruntukan
4. Deskripsi Bangunan dan Pengembangan lainnya
Tidak hanya terbatas kepada bangunan, namun objek penilaian lainnya
seperti ruang atas tanah dan bawah tanah dan Tanaman merupakan bagian
seharusnya diuraikan. Uraian masing-masing objek penilaian antara lain :
• Jenis aset (untuk masing-masing bangunan, tanaman atau lainnya)
• Spesifikasi
• Jumlah dan ukuran unit
• Fasilitas pendudukung
• Kondisi dan umur (bila ada)
• Fasilitas dan servis (listrik, gas, telpon, air bersih, drainasi)
5. Deskripsi Personal Properti
Dapat meliputi benda yang berkaitan dengan tanah, seperti utilitas dan
sarana pelengkap bangunan (Personal Properti yang melekat ke
tanah/bangunan),
6. Deskripsi Kerugian Non Fisik
Uraian aset non fisik dapat meliputi:
• Kehilangan pekerjaan atau kehilangan bisnis termasuk alih profesi dan
kerugian emosional (solatium)
• Biaya transaksi;
• Kompensasi masa tunggu (bunga); kerugian sisa tanah;
• Kerusakan fisik lain, misalnya bagian bangunan yang terpotong akibat
pengadaan tanah.
7. Tinjauan Pasar
Uraian dan kajian pasar dapat meliputi:
• Pasar real estat tertentu atau submarket yang ada
• Tingkat permintaan dan trendnya (prediksi peningkatan atau penurunan)
• Keseimbangan permintaan dan penawaran.

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) 35


Sistematika Laporan Gambaran Isi
8. Karakteristik Ekonomi dan Keuangan (bila ada)
• Data keuangan yang meliputi pendapatan dan pengeluaran serta seluruh
parameter yang mempengaruhi
• Pajak properti
• Asuransi properti
• CAPEX
• Kewajiban pengembangan.
9. Informasi Relevan Lainnya
Fakta lainnya yang terjadi dan mempengaruhi analisis, estimasi atau
kesimpulan penilaian dapat dinyatakan di dalam laporan
Bagian IV – 1. Penggunaan Tertinggi dan Terbaik (Highest & Best Use - HBU)
Analisis Data dan Ke-4 kriteria yaitu secara legal, fisik, kelayakan keuangan dan produktifitas
Kesimpulan maksimum dibahas dalam kaitannya dengan properti yang dinilai. Pola
1. Penggunaan Tertinggi penggunaan tanah, regulasi peruntukan, profitabilitas dari pengembangan
dan Terbaik yang ada atau alternatif seharusnya dibahas di dalam laporan.
2. Nilai tanah Analisis dan penulisan HBU dapat disesuikan dengan standar teknis tentang
3. Implementasi Penggunaan HBU (PPI 10).
Pendekatan Penilaian 2. Nilai Tanah
4. Rekonsiliasi dan Pada bagian penilaian tanah di dalam laporan penilaian, data pasar
Kesimpulan disajikan bersamaan dengan analisis data dan alasan yang mengarah kepada
5. Kondisi dan Syarat opini nilai tanah. Faktor yang mempengaruhi nilai tanah seharusnya disajikan
Pembatas dalam cara yang jelas dan akurat.
3. Implementasi Penggunaan Pendekatan Penilaian
Penilai mengembangkan pendekatan yang sesuai diterapkan dalam
penugasan dan penentuan indikasi nilai. Penerapan dari setiap pendekatan
dijelaskan berikut data faktual, analisis dan alasan yang mengarah kepada
indikasi nilai yang dinyatakan di dalam laporan. Ketiga pendekatan penilaian
yang meliputi, Pendekatan Pasar, Pendekatan Pendapatan dan Pendekatan
Biaya diuraikan secara ringkas dan jelas untuk memberikan pemahaman
kepada pengguna laporan.
4. Rekonsiliasi dan Kesimpulan
Apabila Penilai menggunakan lebih dari satu pendekatan penilaian maka
Penilai perlu melakukan rekonsiliasi dalam pengambilan kesimpulan hasil
penilaian (nilai).
5. Kondisi dan Syarat Pembatas
Menyatakan semua adanya pembatasan yang mendasari kesimpulan nilai
(lihat lampiran 6).
Lampiran
• Deskripsi properti terinci (apabila belum dimasukkan dalam bagian presentasi data)
• Rincian hasil penilaian
• Foto
• Peta
• Informasi dan data pendukung lain yang relevan

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) 36


Lampiran 4:

Pernyataan Penilai

Setiap laporan Penilaian properti harus memuat Pernyataan Penilai (compliance statement) yang ditandatangani
dengan bentuk kurang lebih sebagai berikut:
Dalam batas kemampuan dan keyakinan kami sebagai Penilai, kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan
bahwa:
1. Pernyataan dalam laporan Penilaian ini, sebatas pengetahuan kami, adalah benar dan akurat.
2. Analisis, opini, dan kesimpulan yang dinyatakan di dalam Laporan Penilaian ini dibatasi oleh asumsi dan batasan-
batasan yang diungkapkan di dalam Laporan Penilaian, yang mana merupakan hasil analisis, opini dan kesimpulan
Penilai yang tidak berpihak dan tidak memiliki benturan kepentingan.
3. Kami tidak mempunyai kepentingan baik sekarang atau di masa yang akan datang terhadap properti yang dinilai,
maupun memiliki kepentingan pribadi atau keberpihakan kepada pihak-pihak lain yang memiliki kepentingan
terhadap properti yang dinilai.
4. Penunjukan dalam penugasan ini tidak berhubungan dengan opini Penilaian yang telah disepakati sebelumnya dengan
Pemberi Tugas
5. Biaya jasa profesional tidak dikaitkan dengan nilai yang telah ditentukan sebelumnya atau gambaran nilai yang
diinginkan oleh Pemberi Tugas, besaran opini nilai, pencapaian hasil yang dinyatakan, atau adanya kondisi yang
terjadi kemudian (subsequent event) yang berhubungan secara langsung dengan penggunaan yang dimaksud.
6. Penilai telah mengikuti persyaratan pendidikan profesional yang dipersyaratkan dalam KEPI dan SPI. .
7. Penilai memiliki pengetahuan yang memadai sehubungan dengan properti dan/atau jenis industri yang dinilai.
8. Penilai telah melaksanakan ruang lingkup sebagai berikut:
▪ Identifikasi masalah (identifikasi batasan, tujuan dan objek, definisi Penilaian, dan tanggal Penilaian);
▪ Pengumpulan data dan wawancara;
▪ Analisis data;
▪ Estimasi nilai dengan menggunakan pendekatan Penilaian;
▪ Penulisan laporan.
9. Penilai telah/tidak melakukan inspeksi lapangan yang merupakan objek Penilaian (apabila lebih dari 1 orang
menandatangani pernyataan ini, harus dibuat terinci mengenai individu mana yang melakukan inspeksi lapangan).
10. Tidak seorangpun selain yang bertandatangan di bawah ini, yang telah terlibat dalam pelaksanaan inspeksi, analisis,
pembuatan kesimpulan, dan opini sebagaimana yang dinyatakan dalam laporan Penilaian ini.
11. Analisis, opini, dan kesimpulan yang dibuat oleh Penilai, serta laporan Penilaian telah dibuat dengan memenuhi
ketentuan Kode Etik Penilai Indonesia (KEPI) dan SPI yang berlaku.
Pernyataan Penilai yang ditandatangani merupakan bagian integral dari laporan Penilaian. Penilai yang menandatangani
bagian lainnya dari laporan Penilaian, termasuk surat pengantar (letter of transmittal) juga harus menandatangani
pernyataan ini.
Apabila Penilai yang menandatangani laporan bergantung kepada pekerjaan yang dilakukan oleh Penilai/tenaga ahli
lainnya yang tidak menandatangani pernyataan Penilai, maka Penilai yang menandatangani bertanggung jawab atas
keputusan untuk bergantung kepada pekerjaan mereka, dan disyaratkan untuk memiliki alasan yang kuat untuk
mempercayai kompetensi dari Penilai/tenaga ahli lainnya tersebut.
Nama dari individu yang terlibat dalam Penilaian namun tidak menandatangani lembar Pernyataan Penilai harus
dinyatakan.

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) 37


Lampiran 5:
Syarat Pembatas
Berikut adalah contoh dari syarat pembatas yang harus disesuaikan dengan maksud dan tujuan penilaian :
1. Informasi yang telah diberikan oleh pihak lain kepada Penilai seperti yang disebutkan dalam laporan Penilaian dianggap
layak dan dipercaya, tetapi Penilai tidak bertanggung jawab jika ternyata informasi yang diberikan itu terbukti tidak
sesuai dengan hal yang sesungguhnya. Informasi yang dinyatakan tanpa menyebutkan sumbernya merupakan hasil
penelaahan kami terhadap data yang ada, pemeriksaan atas dokumen ataupun keterangan dari instansi pemerintah
yang berwenang. Tanggung jawab untuk memeriksa kembali kebenaran informasi tersebut sepenuhnya berada dipihak
Pemberi Tugas.
2. Kecuali diatur berbeda oleh peraturan dan perundangan yang ada, maka penilaian dan laporan Penilaian bersifat
rahasia dan hanya ditujukan terbatas untuk Pemberi Tugas yang dimaksud dan penasehat profesionalnya dan disajikan
hanya untuk maksud dan tujuan sesuai dengan yang dicantumkan pada laporan Penilaian. Kami tidak bertanggung jawab
kepada pihak lain selain Pemberi Tugas dimaksud. Pihak lain yang menggunakan laporan ini bertanggung jawab atas
segala risiko yang timbul.
3. Nilai yang dicantumkan dalam laporan ini serta setiap nilai lain dalam Laporan yang merupakan bagian dari properti
yang dinilai hanya berlaku sesuai dengan maksud dan tujuan Penilaian. Nilai yang digunakan dalam laporan Penilaian
ini tidak boleh digunakan untuk tujuan Penilaian lain yang dapat mengakibatkan terjadinya kesalahan.
4. Kami telah mempertimbangkan kondisi properti dimaksud, namun demikian tidak berkewajiban untuk memeriksa struktur
bangunan ataupun bagian-bagian dari properti yang tertutup, tidak terlihat dan tidak dapat dijangkau. Kami tidak
memberikan jaminan bila ada pelapukan, rayap, gangguan hama lainnya atau kerusakan yang tidak terlihat. Penilai
tidak berkewajiban untuk melakukan pemeriksaan terhadap fasilitas lingkungan dan lainnya. Kecuali diinformasikan lain,
Penilaian kami didasarkan pada asumsi bahwa seluruh aspek ini dipenuhi dengan baik.
5. Kami tidak melakukan penyelidikan atas kondisi tanah dan fasilitas lingkungan lainnya, untuk suatu pengembangan baru.
Apabila tidak diinformasikan lain, Penilaian kami didasarkan pada kewajaran, dan untuk suatu rencana pengembangan
tidak ada pengeluaran tidak wajar atau keterlambatan dalam masa pembangunan.
6. Kami tidak melakukan penyelidikan atas masalah lingkungan yang berkaitan dengan pencemaran. Apabila tidak
diinformasikan lain, Penilaian kami didasarkan pada asumsi mengenai tidak adanya pencemaran yang dapat
berpengaruh terhadap nilai.
7. Gambar, denah ataupun peta yang terdapat dalam laporan ini disajikan hanya untuk kemudahan visualisasi saja. Kami
tidak melaksanakan survei/pemetaan dan tidak bertanggung jawab mengenai hal ini.
8. Keterangan mengenai rencana tata kota diperoleh dari Rencana Umum Tata Ruang Kota dan Pernyataan Tertulis yang
dikeluarkan oleh instansi yang berwenang. Kecuali diinstruksikan lain, kami beranggapan bahwa properti yang dinilai
tidak terpengaruh oleh berbagai hal yang bersifat pembatasan-pembatasan dan properti maupun kondisi penggunaan
baik saat ini maupun yang akan datang tidak bertentangan dengan peraturan-peraturan yang berlaku.
9. Semua bukti kepemilikan, legalitas dan perijinan yang ada didasarkan kepada informasi dan data yang diberikan
Lembaga Petanahan selaku pemberi tugas/pengguna laporan (bila dinyatakan lain sebutkan). Oleh karena itu, kami
tidak melakukan pengukuran ulang terhadap luasan properti secara detail, melainkan data dari sertifikat & gambar
bangunan yang diterima dari Pemberi Tugas.

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) 38


Lampiran 6:
Surat Representasi (contoh dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan)
Penilai harus memperoleh surat representasi dari Pemberi Tugas yang ditujukan kepada Penilai untuk menyatakan
kebenaran informasi yang diberikan. Surat representasi dimaksud diterima Penilai setelah investigasi dilakukan atau
sebelum laporan diterbitkan.

No. .......................
............., (tanggal surat)

Kepada Yth.
(sebutkan nama dan alamat KJPP/Instansi Penilai)

Up. (sebutkan nama rekan penanggung jawab laporan)

Perihal: Surat Pernyataan atas penugasan penilaian (sebutkan objek penilaian) yang berlokasi (sebutkan alamat
lokasi) milik (sebutkan nama pemilik properti)

Merujuk kepada kontrak (sebutkan nomor kontrak) tanggal (sebutkan tanggal kontrak) mengenai perjanjian/kontrak
Pekerjaan Penilaian ………. yang disebutkan di atas maka berikut adalah pernyataan dari (sebutkan nama Pemberi
Tugas) atas penugasan dimaksud, sebagai berikut :
a. Bahwa seluruh informasi dan pernyataan baik secara lisan maupun tulisan serta dokumen baik dalam bentuk asli
maupun foto copy dan/atau salinan yang kami sampaikan kepada (sebutkan nama KJPP) yang kemudian
digunakan dalam analisis dalam pemberian opini nilai adalah benar-benar berasal dari (sebutkan nama Pemberi
Tugas), lengkap dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada tanggal penilaian sampai dengan
dikeluarkannya laporan penilaian.
b. Bahwa atas isi dan segala sesuatu yang terdapat dan/atau yang digunakan dalam penugasan penilaian, kami
(sebutkan nama Pemberi Tugas) memberikan pembebasan tanggung jawab sepenuhnya kepada (sebutkan nama
KJPP) termasuk didalamnya anggota rekan dan seluruh staff yang ada dari tuntutan kerugian harta, gugatan
dan tanggung jawab (semuanya dalam bentuk apapun juga) baik secara sendiri-sendiri maupun institusi yang timbul
secara langsung maupun tidak langsung terhadap pihak manapun juga apabila hal itu diakibatkan oleh kesalahan
penyampaian data dan informasi apakah yang disampaikan secara verbal dan/atau dalam bentuk asli, foto
kopi, dan/atau salinan dari kami.

Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya untuk kepentingan penilaian yang dibuat oleh (sebutkan
nama KJPP).

Hormat kami,
(nama Pemberi Tugas)

(nama lengkap dan tanda tangan dilengkapi stempel instansi/perusahaan)


(jabatan)

Ekpos Draf Pedoman Penilaian Indonesia 04 (PPI 04) 39

Anda mungkin juga menyukai