Anda di halaman 1dari 30

UNIVERSITAS INDONESIA

PERBANDINGAN KONTRAK KONSTRUKSI PEKERJAAN PEMBANGUNAN


TUGAS ETIKA DAN ASPEK HUKUM KONSTRUKSI

Savitri Alia Wibowo 2006488266

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM INTERNASIONAL

DEPOK

JULI 2022
KATA PENGANTAR

Pertama-tama, marilah kita berterima kasih dalam Tuhan Yang Maha Esa lantaran tanpa hendak-Nya,
laporan tugas dapat selesai. Adapun tujuan berdasarkan pembuatan laporan ini merupakan buat
memenuhi tugas dosen dalam bidang Etika & Aspek Hukum tahun 2022. Selain itu, laporan ini juga
bertujuan buat menambah wawasan mengenai topik kontrak aturan bersama menggunakan baku
kontrak konstruksi yg digunakan pada bidang teknik sipil. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Yusuf Latief selaku dosen Etika & Aspek Hukum tahun 2022 yg sudah menaruh tugas
ini sebagai akibatnya dapat menambah pengetahuan & wawasan sinkron menggunakan
bidang studi yg ditekuni.
2. Saya juga mengucapkan terima kasih pada seluruh pihak yg terlibat sebagai akibatnya
pembuatan laporan ini bisa dilaksanakan secara baik.
Saya menyadari, laporan yg saya tulis ini masih masih ada beberapa kekurangan yg masih bisa
diperbaiki. Oleh lantaran itu, kritik & saran yang membangun akan sangat membantu dalam
menyempurnakan laporan ini.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
I. PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 4
II. KAJIAN PUSTAKA 5
2.1 Standar Nasional 5
2.1.1 Kontrak 5
2.1.2 Kontrak Kerja Konstruksi 5
2.2 Standar Internasional 6
2.2.1 Kontrak 6
III. METODOLOGI PENELITIAN 7
3.1 Metode 7
3.2 Deskripsi 7
IV. STUDI KASUS 8
4.1 Objek Studi 8
4.2 Analisis 8
4.3 Perbandingan Kontrak Nasional dan Internasional 8
V. TEMUAN DAN BAHASAN 10
5.1 Temuan 10
5.2 Bahasan 10
REFERENSI 12

3
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam semua lingkup, terdapat aturan dan norma yang harus diikuti. Untuk
pembangunan dan perancangan konstruksi, terdapat standar yang harus dipatuhi seperti AIA,
FIDIC, JCT, atau SIA.
Indonesia sedang dalam tahap pembangunan yang berkembang secara pesat. Usaha
konstruksi turut berpartisipasi dalam jasa membangun proyek yang variatif. Usaha yang
bergerak di bidang konstruksi ini memegang andil yang kuat dalam pembuatan fisik
bangunan mulai dari perumahan, fasilitas umum, jembatan, perkantoran, dan lainnya.
Penyelenggaraan infrastruktur ini tentu harus mengikuti pengaturan yang telah
ditetapkan oleh kesepakatan ahli di bidangnya. FIDIC atau Fédération Internationale Des
Ingénieurs-Conseils merupakan salah satu bentuk standar internasional yang ditetapkan pada
tahun 1913 oleh 3 asosiasi konsultan teknik independen dari Eropa.
Sebelum pembangunan dilakukan, perjanjian pekerjaan dibuat oleh pihak
berkepentingan yang mana memuat syarat, hak, dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh para
pihak.

1.2 Rumusan Masalah


Salah satu pembangunan yang dilakukan dapat terlihat di Pembangunan Perpustakaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang terletak di Cirebon. Pengerjaan konstruksi
terlihat secara langsung. Mengikuti standar FIDIC, perjanjian kerja dibuat sebagai dasar
kesepakatan antara pihak sebelum memulai pekerjaan. Dasar FIDIC kemudian dikomparasi
dengan perjanjian yang telah dibuat untuk dievaluasi agar bisa diaplikasikan secara tepat di
masa depan. Perumusan masalah dapat dikerucutkan menjadi :
1. Apakah surat perjanjian kerja Pembangunan Perpustakaan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan di Cirebon sudah sesuai dengan standar FIDIC?

1.3 Tujuan
Perjanjian kerja Pembangunan Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan di Cirebon ini dianalisis dan diselidiki secara objektif berdasarkan acuan FIDIC
untuk kemudian dipertimbangkan unsur-unsur yang harus dimiliki dalam perjanjian
pembangunan terkait.

4
II. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Standar Nasional
2.1.1 Kontrak
Kontrak merupakan pengertian dari perjanjian yang dilakukan ketika peristiwa
tertentu dimana pihak bersangkutan saling bekerja untuk melakukan suatu hal dan terikat
dalam perjanjian dibawah hukum. Apabila salah satu pihak tidak dapat memenuhi, dapat
menimbulkan hasil hukum. Perjanjian ini berbentuk tulisan dari rangkaian kesanggupan
pihak terikat.

2.1.2 Kontrak Kerja Konstruksi


Kontrak kerja konstruksi mengacu pada Pasal 1 butir 8 Undang-Undang Jasa
Konstruksi (UUJK) yang mengatur hubungan hukum antara pengguna dan penyedia jasa
dalam penyelenggaraan pembangunan. Perjanjian tender atau pemborongan dibahas melalui
Pasal 1604 dan 1615 KUH Perdata Buku keTiga mengenai Perikatan pada Bagian keEnam.
Pasal 1320 KUH Perdata menyatakan bahwa syarat sahnya suatu kontrak ada
4; kesepakatan yang mengikat dirinya, kecakapan membuat perikatan, suatu hal tertentu, dan
suatu sebab tidak terlarang. Selain 4 syarat yang harus terpenuhi, ada pula unsur subjektif dan
objektif. Unsur subjektif termasuk kesepakatan secara bebas dan kecakapan membuat
perikatan. Untuk unsur objektif, unsur ini mencakup objek yang dijanjikan dan kewajiban
yang harus dilaksanakan sesuai kesepakatan.
Dalam perjanjian kerja Pembangunan Perpustakaan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan di Cirebon, berikut dasar yang digunakan :
1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 tahun 20101 mengenai pengadaan
barang/jasa Pemerintah.
2. Surat Keputusan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 27/Kementerian/I/2010 berisi Penunjukan Pejabat Pembuat Komitmen.
3. Surat Keputusan Panitia Tender Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 2/II/T/2010 merujuk Penetapan Pemenang Tender.
4. Pasal 22 Anggaran Dasar PT. Bangun Sarana Mandiri tentang aturan jika PT akan
mengikatkan diri untuk melaksanakan pekerjaan dengan nilai diatas 100 Milyar harus
melalui persetujuan Dewan Komisaris.

5
2.2 Standar Internasional
2.2.1 Kontrak
Berdasarkan FIDIC atau Fédération Internationale des Ingénieurs- Conseils,
Kontrak berisikan Perjanjian, Surat Penunjukan, Surat Penawaran, Persyaratan, Spesifikasi,
Gambar, Jadwal/Daftar, dan dokumen tercantum lainnya yang termasuk dalam Perjanjian
Kontrak. Surat Penunjukan mengacu kepada surat penunjukan resmi yang ditandatangani
oleh pengguna jasa berdasarkan Surat Penawaran yang telah disetujui oleh kedua belah pihak.
Surat Penawaran merupakan surat penawaran dari kontraktor berisi penawaran pekerjaan
yang ditandatangani dan ditujukan pengguna jasa. Spesifikasi memuat berkas spesifikasi
sesuai kontrak dengan tambahan dan perubahan berupa detail pekerjaan. Gambar pekerjaan
diterbitkan melalui pengguna jasa sesuai kontrak dengan tambahan dan perubahan gambar.
Dokumen jadwal dan daftar disisipkan melalui Surat Penawaran yang memuat Daftar
Kuantitas dan Harga, data, daftar tarif dan/atau harga. Data Kontrak diterbitkan oleh
pengguna jasa yang berisi data kontrak dari syarat khusus bagian A.
Urutan dokumen perjanjian kontrak dapat dilihat sebagai berikut:
1. Surat Penunjukan
2. Surat Penawaran
3. Persyaratan Khusus – Bagian A
4. Persyaratan Khusus – Bagian B
5. Persyaratan Umum
6. Spesifikasi
7. Gambar-Gambar, dan
8. Daftar-Daftar dan dokumen lain yang menjadi bagian dari Kontrak.

6
III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode
Data yang digunakan merujuk kepada data sekunder yang berupa dokumen
terpublikasi yang dikumpulkan. Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dengan
mendeskripsikan data.

3.2 Deskripsi
PT. Bangun Sarana Mandiri merupakan perusahaan jasa konstruksi yang berlokasi di
Jalan Rajawali no. 14, Kelurahan Bima, Kecamatan Garawangi, Kabupaten/Kota Cirebon.
Pelaksanaan pembangunan berdasarkan surat perjanjian kerja yang telah dinegosiasi dan
disepakati oleh kedua pihak dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.

7
IV. STUDI KASUS
4.1 Objek Studi
Objek yang dipilih adalah Pekerjaan Pembangunan Perpustakaan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan di Kota Cirebon dengan PT. Bangun Sarana Mandiri sebagai
Kontraktor Pelaksana untuk proyek ini . Pembangunan ini merupakan gedung dengan 5 lantai
dan berlokasi di Jalan Siliwangi no. 159, Kelurahan Lengkong, Kota/Kabupaten Cirebon.

4.2 Analisis
Pengerjaan konstruksi perpustakaan oleh PT. Bangun Sarana Mandiri didasari oleh
surat perjanjian kerja yang melibatkan pihak pertama dan pihak kedua. Pihak pertama
bertindak sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PKK) yaitu Tuan Kurniawan, S.Pd dan Pihak
kedua adalah PT. Bangun Sarana Mandiri yang bertugas sebagai kontraktor pelaksana.
Surat perjanjian kerja ini memuat definisi, dasar pembuatan surat perjanjian kerja,
tugas pekerjaan, hubungan lisan para pihak, hak dan kewajiban para pihak, pengawasan
pekerjaan, bahan dan alat, tenaga kerja dan upah, keselamatan kerja, keadaan kahar, jangka
waktu pelaksanaan, masa pemeliharaan, sub kontraktor, jaminan pelaksanaan, harga
borongan, cara pembayaran, kenaikan harga, pekerjaan tambah kurang, penyerahan
pekerjaan, laporan, sanksi dan denda, resiko, pembatalan perjanjian, bea materai dan pajak,
penyelesaian perselisihan, tempat dan kedudukan, lain-lain, ketentuan penutup, dan penutup
yang dilengkapi oleh tanda tangan dari pihak berwenang yaitu Pejabat Pembuat Komitmen
serta Direktur Utama PT. Bangun Sarana Mandiri.
Pejabat Pembuat Komitmen bertugas untuk mengawasi pengerjaan secara objektif.
Perencana konstruksi mengambil peran dalam mengganti rugi bila terjadi kegagalan dalam
pembangunan akibat kesalahan perencanaan konstruksi. Pelaksana konstruksi mengganti rugi
apabila kesalahan dilakukan dalam pembangunan.

4.3 Perbandingan Kontrak Nasional dan Internasional


Kontrak Pekerjaan dapat bersifat kontrak Nasional maupun Internasional. Hal ini
disesuaikan dengan pihak terkait. Parameter yang digunakan dapat terlihat dalam kebangsaan,
domisili, pilihan hukum asing, penyelesaian sengketa, letak objek, bahasa, mata uang,
termasuk juga penandatanganan kontrak yang terjadi di negara asing.
FIDIC didirikan pada tahun 1913 dan bertempat di Lausanne, Swiss. Sistem FIDIC
menjadi salah satu acuan standar kontrak untuk proyek internasional. Kontrak konstruksi di
Indonesia tidak bertentangan dengan FIDIC sehingga kontrak konstruksi nasional maupun

8
internasional dapat diaplikasikan di Indonesia. Menurut Pasal 47 Ayat (1) UUJK menyatakan
bahwa Kontrak Kerja Konstruksi harus mencakup sebagai berikut; identitas para pihak,
rumusan pekerjaan, masa pertanggungan, hak dan kewajiban, penggunaan tenaga kerja
konstruksi, cara pembayaran, wanprestasi, penyelesaian perselisihan, pemutusan kontrak,
keadaan memaksa, kegagalan, perlindungan pekerja, perlindungan pihak ketiga, aspek
lingkungan, jaminan resiko, pilihan penyelesaian sengketa.
Dalam FIDIC, dijelaskan bahwa perjanjian kontrak harus didasarkan oleh formulir
yang dilampirkan dalam persyaratan khusus. FIDIC berisi 20 pasal 179 ayat yang berisikan
ketentuan umum, penyedia jasa, sub penyedia jasa tertentu, pelaksanaan;keterlambatan; dan
penangguhan, tanggung jawab kecacatan, perubahan dan penyesuaian, nilai kontrak dan
pembayaran, pemutusan kontrak oleh pengguna jasa, penangguhan dan pemutusan oleh
penyedia jasa, keadaan memaksa, klaim;sengketa; dan arbitrase.

9
V. TEMUAN DAN BAHASAN
5.1 Temuan
Pengerjaan pembangunan gedung perpustakaan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan di Kota Cirebon berjangka waktu 200 hari kalender sejak Surat Perintah Mulai
Kerja diterbitkan oleh PPK dengan masa pemeliharaan 90 hari kalender terhitung ketika
SKST I.
Dalam surat perjanjian kerja pembangunan gedung perpustakaan, tidak ditemukan
pembahasan mengenai klaim;arbitrase;dan sengketa. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa
faktor. Pekerjaan pembangunan perpustakaan diselenggarakan oleh lembaga pemerintah
tepatnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang menjadikan lahan yang digunakan
untuk proyek ini menjadi milik negara. Faktor lain adalah proses administrasi tanah yang
berjalan dengan kondusif dan seimbang sehingga para pihak terikat merasa tidak perlu
menerbitkan ketentuan apabila terjadi sengketa di lahan pembangunan.
5.2 Bahasan
Klausa mengenai penyelesaian sengketa untuk kontrak nasional dapat dilakukan
secara musyawarah. Musyawarah dilakukan hingga keputusan sudah memuaskan seluruh
pihak. Apabila keputusan tidak sesuai, alternatif yang digunakan adalah melalui pengadilan
atau arbitrase. Arbitrase dilakukan oleh BANI atau Badan Arbitrase Nasional Indonesia.
Diterangkan dalam Pasal 32 Peraturan Prosedur BANI bahwa sifat putusan yang diambil
adalah final dan mengikat semua pihak bersangkutan. Keputusan ini tidak dapat diganggu
gugat oleh peradilan negeri. Apabila salah satu pihak meminta pembatalan putusan BANI,
perkara dapat diajukan ke Pengadilan Negeri untuk dilanjutkan. Putusan permohonan
pembatalan ditetapkan dalam kurun waktu paling lama tiga puluh hari sejak permintaan
permohonan. Apabila pihak terkait merasa putusan masih tidak sesuai, permohonan banding
dapat diajukan ke Mahkamah Agung. Pasal 1 Ayat 3 Undang-Undang Arbitrase menjelaskan
Perjanjian arbitrase adalah suatu kesepakatan berupa klausula arbitrase tercantum dalam
suatu perjanjian tertulis dibuat oleh para pihak terkait sebelum terjadinya sengketa.
Menurut FIDIC, penyelesaian sengketa dilakukan melalui arbitrase. Klausa mengenai
arbitrase dalam standar FIDIC dijelaskan melalui klausa 20.3 tentang Kegagalan
Menyepakati Komposisi Dewan Sengketa, 20.4 tentang Memperoleh Keputusan Dewan
Sengketa, 20.5 Penyelesaian secara Musyawarah, 20.6 Arbitrase, 20.7 Kegagalan untuk
Mematuhi Keputusan Dewan Sengketa, dan 20.8 Berakhirnya Penunjukan Dewan Sengketa.
Dewan sengketa berjumlah tiga orang yang mendapat rujukan pada tanggal referensi yang
diterima oleh ketua Dewan Sengketa. Pihak terkait harus memberi Dewan Sengketa akses

10
terhadap fasilitas, informasi tambahan, dan izin lapangan. Dewan Sengketa tidak bertindak
sebagai arbiter dalam memberikan keputusan. Apabila di antara pihak tidak menerima
putusan tersebut, pihak lain dapat diberitahukan ketidakpuasannya dan memulai arbitrase
dengan masa waktu 28 hari setelah mendapatkan keputusan.
Dalam pekerjaan pembangunan, segala unsur harus diperhitungkan secara matang dan
berkelanjutan. Setelah masa pembangunan dan pemeliharaan, akan muncul masalah yang
apabila tidak diatur dari awal akan menimbulkan isu yang membahayakan pihak
bersangkutan.

11
REFERENSI

https://fidic.org/
https://sibima.pu.go.id/
Surat Perjanjian Kerja Pekerjaan Pembangunan Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan di Kota Cirebon

12
IDIK SAEFUL BAHRI, S.H., M.H.

SURAT PERJANJIAN KERJA

PEKERJAAN PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KEMENTERIAN


PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DI KOTA CIREBON

Nomor : 17/KBP-RI/198/VI/2011

Pada hari ini di Cirebon, Rabu tanggal 1 (satu) bulan Juni (bulan ke enam) tahun
2011 (dua ribu sebelas), telah bersepakat yang bertanda tangan dibawah ini:

I. Nama : Tuan Kurniawan, S.Pd.

NIP : 19720804567 08 9945

Jabatan : Pejabat Pembuat Komitmen (PKK)

Alamat : Jalan Hayam Wuruk No.18, Mangga Besar, Jakarta Pusat.

–selaku Pejabat Pembuat Komitmen (PKK) dalam pembangunan gedung


perpustakaan berlantai 5 (lima) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang akan
dibangun di Jalan Siliwangi No. 159, Kelurahan Lengkong, Kabupaten/Kota Cirebon,
dengan landasan bertindak sesuai SK No.27/Kementerian/I/2010 yang telah
dikeluarkan oleh Pejabat Pengguna Anggaran (PPA) Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, selanjutnya dalam perjanjian ini disebut sebagai
PIHAK PERTAMA.

II. Nama : Tuan Akhmad Hakim, S.T.

NIK : 44719394909301345

Jabatan : Direktur Utama

Nama Perusahaan : PT. Bangun Sarana Mandiri

Alamat : Jalan Padjadjaran No.127, Kelurahan Angkasa,

Kecamatan Garawangi, Kabupaten/Kota Cirebon.

–menurut keterangannya merupakan Direktur Utama dari PT. Bangun Sarana


Mandiri, berkedudukan di Jalan Rajawali No.14, Kelurahan Bima, Kecamatan
Garawangi, Kabupaten/Kota Cirebon, yang kemudian bertindak Selaku Kontraktor

1
IDIK SAEFUL BAHRI, S.H., M.H.

Pelaksana pada pekerjaan pembangunan gedung perpustakaan Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan di Kota Cirebon, dengan landasan bertindak sesuai SK
Dewan Komisaris No.3/I/I/2010 tertanggal 24 Desember 2010, yang didasarkan pada
ketentuan Pasal 22 Anggaran Dasar PT. Bangun Sarana Mandiri, selanjutnya dalam
perjanjian ini disebut sebagai PIHAK KEDUA.

Para pihak terlebih dahulu menerangkan beberapa landasan dalam mewujudkan


perjanjian ini, antara lain:

1. Bahwa PIHAK PERTAMA memiliki program “Mewujudkan Masyarakat


Cerdas” yang merupakan implementasi dari program pemerintah dalam
mewujudkan visi “Indonesia Pintar”, sehingga atas dasar pertimbangan
tersebut, PIHAK PERTAMA memiliki misi membangun perpustakaan di 19
daerah di seluruh wilayah Indonesia, salah satunya di Kota Cirebon;
2. Bahwa dalam misi pembangunan perpustakaan yang berada di Kota Cirebon,
PIHAK PERTAMA telah membentuk panitia tender untuk memilih badan
usaha yang akan bertindak selaku penyedia jasa;
3. Bahwa pemenang tender yang dimaksud di poin (2) adalah PIHAK KEDUA.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA telah
sepakat untuk melakukan perjanjian kerja dalam pekerjaan pembangunan gedung
perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Kota Cirebon, dengan
ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut:

Pasal 1

DEFINISI

1. Gedung adalah gedung berlantai 5 (lima) yang akan dibangun sebagai


perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Jalan Siliwangi
No. 159, Kelurahan Lengkong, Kabupaten/Kota Cirebon.
2. Dokumen rancangan adalah dokumen tentang rancangan pembangunan
gedung yang mengatur dalam hal spesifikasi bahan, ukuran, dan desain
gedung yang dibuat oleh PIHAK PERTAMA.
3. KPPN merupakan singkatan dari Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara.
4. SKST merupakan singkatan dari Surat Keterangan Serah Terima.
2
IDIK SAEFUL BAHRI, S.H., M.H.

5. SKST I adalah Surat Keterangan Serah Terima pertama yang diberikan ketika
pekerjaan sudah 100% (seratus persen) selesai, namun kemudian masuk di
masa pemeliharaan.
6. PIHAK KETIGA adalah pihak-pihak yang tidak ada sangkut pautnya dalam
perjanjian ini.

Pasal 2

DASAR PEMBUATAN SURAT PERJANJIAN KERJA

1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang


Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
2. Surat Keputusan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia No. 27/Kementerian/I/2010 tentang Penunjukan Pejabat Pembuat
Komitmen.
3. Surat Keputusan Panitia Tender Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia No. 2/II/T/2010 tentang Penetapan Pemenang Tender.

4. Pasal 22 Anggaran Dasar PT. Bangun Sarana Mandiri tentang aturan jika PT
akan mengikatkan diri untuk melaksanakan pekerjaan dengan nilai diatas 100
Milyar harus persetujuan Dewan Komisaris;

Pasal 3

TUGAS PEKERJAAN

1. PIHAK PERTAMA memberikan tugas pekerjaan dalam bentuk dokumen


rancangan dengan ketentuan dan rincian yang spesifik untuk kemudian
diberikan kepada PIHAK KEDUA.
2. PIHAK KEDUA menerima tugas pekerjaan yang disusun oleh PIHAK
PERTAMA dan melaksanakan seluruh ketentuan dan rincian yang ada dalam
dokumen rancangan tersebut dengan maksimal.
3. Ketentuan dan rincian yang kurang dipahami oleh PIHAK KEDUA, akan
dijelaskan dengan mekanisme lisan antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK
KEDUA, yang akan diatur lebih rinci dalam Pasal 4.

3
IDIK SAEFUL BAHRI, S.H., M.H.

Pasal 4

HUBUNGAN LISAN PARA PIHAK

1. PIHAK PERTAMA harus mengirimkan minimal satu orang wakil yang ditunjuk
untuk menjelaskan isi tugas pekerjaan sesuai dengan dokumen rancangan
yang telah dibuat oleh PIHAK PERTAMA, dengan tujuan memberikan
kesepahaman dengan PIHAK KEDUA.
2. PIHAK KEDUA harus memiliki minimal satu orang wakil yang ditunjuk untuk
menerima penjelasan dari wakil PIHAK PERTAMA, dengan tujuan
memberikan kesepahaman dengan PIHAK PERTAMA.
3. Syarat wakil yang akan diajukan baik oleh PIHAK PERTAMA maupun PIHAK
KEDUA, harus memiliki kecakapan sebagai berikut:
a. Minimal merupakan lulusan sarjana ilmu komunikasi dan/atau sarjana
teknik;
b. Memiliki pengalaman dibidang komunikasi perusahaan dan/atau dibidang
kontraktor minimal 1 (satu) tahun.
4. PIHAK PERTAMA maupun PIHAK KEDUA memiliki hak untuk meminta pihak
lainnya mengganti wakil dari masing-masing pihak dengan cara musyawarah.
5. Kesalahan pengerjaan yang disebabkan karena kesalahpahaman dalam
memahami isi dokumen rancangan yang telah dibuat oleh PIHAK PERTAMA,
murni merupakan tanggung jawab PIHAK KEDUA.

Pasal 5

HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK

1. PIHAK PERTAMA memiliki hak dan kewajiban sebagai berikut:


a. Berhak untuk menyusun dokumen rancangan pembangunan gedung.
b. Berhak untuk meminta laporan pertanggungjawaban dari PIHAK KEDUA.
c. Berhak untuk memerintahkan PIHAK KEDUA untuk mengeluarkan
sebagian/seluruh bahan yang tidak memenuhi spesifikasi yang telah diatur
dalam dokumen rancangan dari tempat pekerjaan.
d. Berkewajiban untuk menyerahkan biaya pembangunan kepada PIHAK
KEDUA sejumlah angka yang telah disepakati di Pasal 15 ayat (1).
4
IDIK SAEFUL BAHRI, S.H., M.H.

e. Berkewajiban untuk memfasilitasi pelaksanaan yang diatur dalam Pasal 4


tentang Hubungan Lisan Para Pihak.
2. PIHAK KEDUA memiliki hak dan kewajiban sebagai berikut:
a. Berhak untuk menerima biaya pembayaran dari PIHAK PERTAMA
sejumlah angka yang telah disepakati di Pasal 15 ayat (1).
b. Berhak untuk memutuskan sendiri asal pembelian barang-barang dan alat-
alat yang akan digunakan dalam pembuatan gedung.
c. Berkewajiban untuk menyelesaikan seluruh ketentuan dan rincian yang
ada dalam dokumen rancangan tentang pembangunan gedung dengan
maksimal.
d. Berkewajiban untuk menyelesaikan proyek pembangunan gedung sesuai
target dan waktu yang telah disepakati.
e. Berkewajiban untuk menjaga kelestarian lingkungan disekitar tempat
pekerjaan.
3. Hak-hak dan kewajiban-kewajiban lain yang tidak diatur dalam Pasal ini tetap
berlaku bagi kedua belah pihak.

Pasal 6

PENGAWASAN PEKERJAAN

1. Untuk melakukan pengawasan pekerjaan agar tetap sesuai dengan dokumen


rancangan, maka PIHAK PERTAMA menunjuk CV. Sentosa Rakyat
Consultant sebagai pengawas pekerjaan yang bertindak untuk dan atas nama
PIHAK PERTAMA dan akan diberitahukan secara tertulis kepada PIHAK
KEDUA.
2. Apabila pihak yang ditunjuk dalam ayat (1) Pasal ini tidak dapat menjalankan
kewajibannya, maka PIHAK PERTAMA akan menunjuk penggantinya dan
akan memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK KEDUA.
3. Tim pengawas yang sudah ditunjuk sesuai dengan ayat (1) Pasal ini atau tim
pengawas pengganti sesuai ayat (2) Pasal ini, akan berkoordinasi dengan
wakil PIHAK PERTAMA dan wakil PIHAK KEDUA dalam menjamin
kesesuaian pekerjaan sesuai dengan dokumen rancangan.

5
IDIK SAEFUL BAHRI, S.H., M.H.

4. Tim pengawas berkewajiban untuk memberikan laporan pada setiap


pengawasan yang dilakukan dalam kurun waktu minimal satu bulan sekali.
Laporan tersebut harus disampaikan secara tertulis kepada PIHAK
PERTAMA.

Pasal 7

BAHAN-BAHAN DAN ALAT-ALAT

1. Bahan-bahan, alat-alat dan segala sesuatu yang diperlukan dalam pengerjaan


pembangunan gedung, merupakan tanggung jawab PIHAK KEDUA.
2. Pembelian bahan-bahan yang akan digunakan dalam pengerjaan
pembangunan gedung harus sesuai dengan spesifikasi standar dalam
dokumen rancangan.
3. PIHAK KEDUA memiliki hak bebas untuk membeli bahan-bahan dan alat-alat
yang akan digunakan dalam pengerjaan pembangunan gedung kepada pihak
manapun.
4. Jika bahan yang dibeli PIHAK KEDUA tidak sesuai dengan dokumen
rancangan, maka PIHAK PERTAMA dan/atau tim pengawas yang telah diatur
dalam Pasal 6 berhak untuk menolak bahan-bahan yang telah dibeli oleh
PIHAK KEDUA tersebut.
5. Terhadap bahan-bahan yang ditolak oleh PIHAK PERTAMA dan/atau tim
pengawas, PIHAK KEDUA wajib untuk menyingkirkannya dalam kurun waktu
2 x 24 jam, dan menggantinya dengan bahan yang sesuai spesifikasi di
dokumen rancangan.
6. Kerugian dalam pembelian bahan-bahan yang ditolak oleh PIHAK PERTAMA
dan/atau tim pengawas, murni merupakan tanggung jawab PIHAK KEDUA.
7. Alat-alat pengerjaan dalam pembuatan gedung harus sesuai dengan standar
keselamatan kerja yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum.
8. Tidak tersedianya bahan-bahan dan alat-alat tidak dijadikan alasan untuk
keterlambatan pekerjaan.

6
IDIK SAEFUL BAHRI, S.H., M.H.

Pasal 8

TENAGA KERJA DAN UPAH

1. Pemilihan jumlah dan spesifikasi keahlian tenaga kerja merupakan


kewenangan dan tanggung jawab PIHAK KEDUA.
2. Ongkos dan upah kerja dalam melaksanaan pekerjaan pembangunan gedung
seluruhnya ditanggung oleh PIHAK KEDUA.

Pasal 9

KESELAMATAN KERJA

1. Selama pelaksanaan pekerjaan, PIHAK KEDUA wajib memperhatikan


tanggung jawab atas keselamatan kerja, baik di lingkungan pekerjaan maupun
keamanan umum dan ketertiban di tempat kerja.
2. PIHAK KEDUA berkewajiban mengasuransikan tenaga kerja borongan/harian
lepas, yang dipekerjakan untuk paket pekerjaan ini.
3. PIHAK KEDUA berkewajiban membayar asuransi bagi tenaga kerja
borongan/harian lepas, yang dipekerjakan untuk paket pekerjaan ini sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 10

KEADAAN KAHAR

1. Yang dimaksud dengan Keadaan Kahar dalam perjanjian ini adalah peristiwa-
peristiwa sebagai berikut:
a. Bencana Alam, PIHAK KEDUA wajib membuktikan dengan melampirkan
pernyataan yang dikeluarkan oleh pejabat/instansi pemerintah yang
berwenang.
b. Kerusuhan yang mengganggu jalannya pembangunan gedung, PIHAK
KEDUA wajib membuktikan dengan melampirkan pernyataan yang
dikeluarkan oleh Kepolisian Resort (Polres) Cirebon.

7
IDIK SAEFUL BAHRI, S.H., M.H.

c. Kebakaran, PIHAK KEDUA wajib membuktikan dengan melampirkan


pernyataan yang dikeluarkan oleh Kepolisian Resort (Polres) Cirebon
tentang penyebab kebakaran.
d. Kebijakan Pemerintah yang dapat mengakibatkan keterlambatan
pelaksanaan/penyelesaian pekerjaan, PIHAK KEDUA wajib membuktikan
dengan melampirkan Kebijakan Pemerintah yang dimaksud.
e. Gangguan Industri, PIHAK KEDUA wajib membuktikan dengan
melampirkan keputusan Menteri Keuangan.
2. Apabila terjadi Keadaan Kahar yang dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini, maka
PIHAK KEDUA harus memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK
PERTAMA paling lambat 14 (empat belas) hari sejak Keadaan Kahar terjadi.
PIHAK KEDUA juga wajib melampirkan bukti pernyataan atas Keadaan Kahar
yang dimaksud.
3. Atas pemberitahuan PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA dapat menyetujui
atau menolak secara tertulis atas Keadaan Kahar tersebut dalam jangka
waktu 3 x 24 jam sejak diterimanya pemberitahuan dari PIHAK KEDUA.
4. Jika dalam jangka waktu 3 x 24 jam sejak diterimanya pemberitahuan
Keadaan Kahar PIHAK PERTAMA tidak memberikan tanggapan tertulis,
maka PIHAK PERTAMA dianggap menyetujui Keadaan Kahar tersebut.

Pasal 11

JANGKA WAKTU PELAKSANAAN

1. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan pembangunan gedung hingga tuntas


100% ditetapkan selama 200 (dua ratus) hari kalender terhitung sejak
diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) yang dikeluarkan oleh
PIHAK PERTAMA.
2. Waktu penyelesaian yang telah ditetapkan dalam ayat (1) Pasal ini tidak dapat
diubah oleh PIHAK KEDUA, kecuali adanya Keadaan Kahar seperti yang
dijelaskan di Pasal 10 perjanjian ini atau adanya perintah penambahan jangka
waktu pekerjaan sesuai dengan keadaan yang diatur dalam Pasal 18 dari
perjanjian ini.

8
IDIK SAEFUL BAHRI, S.H., M.H.

3. Hal-hal darurat lain yang tidak diatur dalam Pasal 10 dari perjanjian ini seperti
hujan terus menerus, atau keadaan lainnya yang mengganggu ketepatan
waktu pengerjaan pembangunan gedung, maka PIHAK KEDUA bisa
mengkonsultasikan dengan wakil PIHAK PERTAMA dan/atau tim pengawas
secara musyawarah, untuk selanjutnya bisa diberikan penambahan waktu
penyelesaian secara tertulis yang dikeluarkan oleh PIHAK PERTAMA.

Pasal 12

MASA PEMELIHARAAN

1. Masa pemeliharaan atau hasil pekerjaan ditetapkan selama 90 (sembilan


puluh) hari kalender terhitung dari tanggal diterimanya SKST I oleh PIHAK
PERTAMA dari PIHAK KEDUA.
2. Dalam hal adanya perbaikan-perbaikan di masa pemeliharaan yang dimaksud
dalam ayat (1) Pasal ini, maka batas akhir masa pemeliharaannya secara
otomatis berubah hingga waktu perbaikan selesai.
3. Seluruh biaya yang keluar dalam masa pemeliharaan ini ditanggung oleh
PIHAK KEDUA.

Pasal 13

SUB KONTRAKTOR

1. Apabila suatu bagian pekerjaan akan diserahkan kepada suatu sub


kontraktor, maka PIHAK KEDUA harus memberitahukan secara tertulis
kepada PIHAK PERTAMA.
2. Hubungan antara PIHAK KEDUA dengan sub kontraktor menjadi tanggung
jawab PIHAK KEDUA.
3. Jika setelah proyek pembangunan gedung ini selesai, PIHAK KEDUA terbukti
tidak memberitahukan secara tertulis keterlibatan sub kontraktor kepada
PIHAK PERTAMA, maka PIHAK PERTAMA memiliki hak untuk meminta
bayaran denda sebagai sanksi atas pelanggaran terhadap ayat (1) Pasal ini.
Besarnya denda akan dijelaskan di Pasal 21 ayat (4).

9
IDIK SAEFUL BAHRI, S.H., M.H.

4. Pengawasan terhadap sub kontraktor dilakukan bersama-sama antara PIHAK


KEDUA dan tim pengawas yang sudah dibentuk menurut Pasal 6 perjanjian
ini.

Pasal 14

JAMINAN PELAKSANAAN

1. PIHAK KEDUA sebagai pemenang tender dalam pembangunan gedung ini,


sebelum menandatangani kontrak diwajibkan memberikan jaminan
pelaksanaan sebesar 10% dari seluruh nilai kontrak yang telah ditetapkan di
Pasal 15 ayat (1), yaitu sebesar Rp.215.780.000.000,- (dua ratus lima belas
milyar tujuh ratus delapan puluh juta rupiah).
2. Jaminan pelaksanaan harus diberikan maksimal 1 menit sebelum kontrak
ditandatangani oleh kedua belah pihak.
3. Penyerahan jaminan dari PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA harus
disaksikan oleh minimal 3 orang saksi.
4. Jaminan pelaksanaan akan dikembalikan oleh PIHAK PERTAMA kepada
PIHAK KEDUA setelah pembangunan gedung selesai 100% sesuai dengan
jangka waktu penyelesaian yang diatur dalam Pasal 11.

Pasal 15

HARGA BORONGAN

1. Jumlah harga kontrak pekerjaan yang harus diberikan PIHAK PERTAMA


kepada PIHAK KEDUA adalah sebesar Rp. 2.157.800.000.000,- (dua triliyun
seratus lima puluh tujuh milyar delapan ratus juta rupiah).
2. Dalam jumlah harga borongan tersebut dalam ayat (1) Pasal ini adalah sudah
termasuk segala pengeluaran pemborongan dan biaya-biaya lain yang harus
dibayar PIHAK KEDUA sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati dalam
perjanjian ini, serta biaya-biaya lain yang menyangkut perizinan bangunan.

10
IDIK SAEFUL BAHRI, S.H., M.H.

Pasal 16

CARA PEMBAYARAN

1. Pembayaran biaya borongan tersebut pada Pasal 15 ayat (1) akan dilakukan
dengan perincian sebagai berikut:
a. Pembayaran sebesar 30% (tiga puluh persen) yaitu sebesar Rp.
647.340.000.000,- (enam ratus empat puluh tujuh milyar tiga ratus empat
puluh juta rupiah) diberikan atas permintaan dari PIHAK KEDUA sebagai
uang muka pekerjaan.
b. Pembayaran pertama sebesar 60% (enam puluh persen) setelah dikurangi
uang muka, yaitu sebesar Rp. 906.276.000.000,- (sembilan ratus enam
milyar dua ratus tujuh puluh enam juta rupiah) diberikan atas permintaan
PIHAK KEDUA.
c. Pembayaran kedua sebesar 95% (sembilan puluh lima persen) setelah
dikurangi pada pembayaran di sub ayat (a) dan sub ayat (b) Pasal ini yaitu
sebesar Rp.573.974.800.000,- (lima ratus tujuh puluh tiga milyar sembilan
ratus tujuh puluh empat juta delapan ratus ribu rupiah), dengan ketentuan
diberikan pada Serah Terima Pekerjaan Pertama apabila hasil pekerjaan
telah dilaksanakan 100% (seratus persen) oleh PIHAK KEDUA.
d. Pembayaran ketiga adalah sisa harga dari seluruh harga borongan yang
telah diatur dalam Pasal 15 ayat (1) dengan dikurangi angka di sub ayat
(a), sub ayat (b), sub ayat (c) dalam Pasal ini, yaitu sebesar Rp.
30.209.200.000,- (tiga puluh milyar dua ratus sembilan juta dua ratus ribu
rupiah), dibayarkan setelah Serah Terima Pekerjaan Kedua apabila telah
selesai masa pemeliharaan yang telah diatur dalam Pasal 12 perjanjian ini.
2. Pembayaran dilakukan melalui KPPN Cirebon dan ditransfer ke nomor
rekening 3112447789198 atas nama PT. Bangun Sarana Mandiri pada Bank
Rakyat Indonesia (BRI) cabang Cirebon.

11
IDIK SAEFUL BAHRI, S.H., M.H.

Pasal 17

KENAIKAN HARGA

1. Kenaikan harga yang terjadi pada bahan-bahan, alat-alat, dan upah selama
masa pelaksanaan pekerjaan borongan ini ditanggung sepenuhnya oleh
PIHAK KEDUA.
2. PIHAK KEDUA tidak dapat mengajukan tuntutan klien atas kenaikan harga
bahan-bahan, alat-alat, dan upah, kecuali apabila terjadi kebijakan dari
pemerintah Republik Indonesia dalam bidang moneter, yang diatur dalam
peraturan pemerintah tentang pekerjaan pemborongan.
3. Untuk ketentuan yang terjadi dalam ayat (2) Pasal ini, PIHAK KEDUA dapat
mengajukan kenaikan biaya tambahan kepada PIHAK PERTAMA disertai
dengan lampiran peraturan pemerintah yang didalamnya memuat tentang
perubahan aturan pekerjaan borongan.

Pasal 18

PEKERJAAN TAMBAH KURANG

1. Perubahan-perubahan yang merupakan penambahan atau pengurangan


pekerjaan dianggap sah setelah mendapat perintah tertulis dari PIHAK
PERTAMA dengan menyebutkan jenis dan perincian pekerjaan secara jelas.
2. Perhitungan penambahan atau pengurangan pekerjaan dilakukan atas dasar
yang disetujui oleh kedua belah pihak.
3. Adanya pekerjaan tambah kurang tidak bisa dijadikan alasan untuk merubah
waktu penyelesaian pekerjaan, kecuali mendapat persetujuan secara tertulis
dari PIHAK PERTAMA.
4. Hal-hal secara rinci tentang pekerjaan tambah kurang dibuat dengan
perjanjian tambahan (Addendum).

12
IDIK SAEFUL BAHRI, S.H., M.H.

Pasal 19

PENYERAHAN PEKERJAAN

1. Sebelum pekerjaan diserahkan kepada PIHAK PERTAMA, maka PIHAK


KEDUA berkewajiban untuk memberitahukan secara tertulis terlebih dahulu
kepada PIHAK PERTAMA.
2. Penyerahan pekerjaan harus dilakukan dan dinyatakan dalam Berita Acara
Penyerahan Pekerjaan, apabila PIHAK KEDUA sudah menyelesaikan 100%
(seratus persen) seluruh pekerjaan sesuai persyaratan dan ketentuan yang
dikehendaki oleh PIHAK PERTAMA di dalam dokumen rancangan.

Pasal 20

LAPORAN

1. PIHAK KEDUA wajib membuat laporan berkala baik mengenai pelaksanaan


pekerjaan secara keseluruhan dan/atau segala sesuatu yang berhubungan
dengan pembangunan proyek gedung.
2. Laporan berkala yang dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini adalah laporan yang
dibuat minimal 30 hari sekali.
3. PIHAK KEDUA wajib membuat catatan yang jelas jika diminta sewaktu-waktu
oleh PIHAK PERTAMA.
4. Segala laporan dan catatan yang dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) Pasal
ini dibuat berbentuk buku harian rangkap 3 (tiga) diisi formulir yang telah
disetujui pengawas dan perwakilan pekerja.
5. PIHAK KEDUA wajib menyerahkan dokumentasi foto perkembangan
pembangunan, dibuat dalam album khusus proyek dan diserahkan kepada
PIHAK PERTAMA setelah pembangunan 100% (seratus persen) selesai.

Pasal 21

SANKSI DAN DENDA

1. Apabila terjadi keterlambatan yang disebabkan kelalaian PIHAK KEDUA


setelah mendapat peringatan 3 (tiga) kali berturut-turut tidak mengindahkan
dari tugas kewajibannya sebagaimana tercantum dalam Pasal 3, Pasal 4,
13
IDIK SAEFUL BAHRI, S.H., M.H.

Pasal 5, dan Pasal 20 surat perjanjian ini, maka untuk setiap kali melakukan
kelalaian PIHAK KEDUA wajib membayar denda kelalaian sebesar 1‰ (satu
permil) dari harga borongan, sampai dengan sebanyak-banyaknya sebesar
5% (lima persen) dari harga borongan, dengan ketentuan bahwa PIHAK
KEDUA tetap berkewajiban untuk memenuhi ketentuan penyelesaian proyek.
2. Jika PIHAK KEDUA tidak dapat menyelesaikan pekerjaan borongan sesuai
dengan jangka waktu pelaksanaan yang tercantum pada Pasal 11 surat
perjanjian ini, maka untuk setiap hari keterlambatan PIHAK KEDUA wajib
membayar denda kelalaian 1‰ (satu permil) dari harga borongan, sampai
dengan sebanyak-banyaknya sebesar 5% (lima persen). Denda-denda
tersebut dalam ayat (1) dan (2) Pasal ini, akan diperhitungkan dengan
kewajiban pembayaran PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA.
3. Apabila PIHAK KEDUA terbukti tidak memberitahukan secara tertulis
keterlibatan sub kontraktor kepada PIHAK PERTAMA sebagaimana telah
diatur dalam Pasal 13 ayat (1), maka PIHAK PERTAMA memiliki hak untuk
meminta bayaran denda sebesar Rp.25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah).

Pasal 22

RESIKO

1. Jika hasil pekerjaan PIHAK KEDUA musnah dengan cara apapun sebelum
diserahkan kepada PIHAK PERTAMA, maka PIHAK KEDUA bertanggung
jawab sepenuhnya atas segala kerugian yang timbul, kecuali jika PIHAK
PERTAMA telah lalai dalam menerima hasil pekerjaan tersebut.
2. Jika hasil pekerjaan PIHAK KEDUA sebagian atau seluruhnya musnah diluar
kesalahan kedua belah pihak (akibat Keadaan Kahar sebagaimana tersebut
dalam Pasal 10 perjanjian ini) sebelum pekerjaan diserahkan kepada PIHAK
PERTAMA dan PIHAK PERTAMA tidak lalai untuk menerima/menyetujui
hasil pekerjaan tersebut, maka segala kerugian yang timbul akibat keadaan itu
akan ditanggung oleh kedua belah pihak secara musyawarah dan mufakat.
3. Jika hasil pekerjaan PIHAK KEDUA sebagian atau seluruhnya musnah
disebabkan pekerjaannya tidak sesuai dengan dokumen rancangan, maka
PIHAK KEDUA bertanggung jawab sepenuhnya atas segala kerugiannya.

14
IDIK SAEFUL BAHRI, S.H., M.H.

4. Jika hasil pekerjaan PIHAK KEDUA sebagian atau seluruhnya musnah


disebabkan karena kesalahan perubahan penggunaan/fungsi, maka segala
kerugian yang timbul ditanggung PIHAK KEDUA.
5. Jika waktu pelaksanaan pekerjaan terjadi kemacetan-kemacetan yang
diakibatkan tidak masuknya atau tidak tersedianya bahan-bahan dan alat-alat
karena semata-mata kesalahan dari PIHAK KEDUA, maka segala resiko
akibat kemacetan pekerjaan tersebut pada dasarnya menjadi tanggung jawab
PIHAK KEDUA.
6. Segala persoalan dan tuntutan tenaga kerja maupun kontraktor menjadi
beban dan tanggung jawab sepenuhnya PIHAK KEDUA.
7. Bilamana selama PIHAK KEDUA melaksanakan pekerjaan pemborongan ini
menimbulkan kerugian bagi PIHAK KETIGA, maka segala kerugian
ditanggung sepenuhnya oleh PIHAK KEDUA.

Pasal 23

PEMBATALAN PERJANJIAN

1. PIHAK PERTAMA berhak memutuskan perjanjian secara sepihak, dengan


pemberitahuan secara tertulis 7 (tujuh) hari sebelumnya setelah melakukan
peringatan/teguran tertulis 3 (tiga) kali berturut-turut dalam hal PIHAK
KEDUA:
a. Dalam waktu 1 bulan berturut-turut terhitung sejak tanggal keluarnya Surat
Perintah Mulai Kerja (SPMK) dari PIHAK PERTAMA, tidak atau
belum memulai pekerjaan pemborongan.
b. Dalam waktu 1 bulan berturut-turut tidak melanjutkan pekerjaan
pemborongan yang telah dimulai.
c. Secara langsung ataupun tidak langsung sengaja memperlambat
penyelesaian pekerjaan pemborongan ini.
d. Memberikan keterangan tidak benar yang merugikan atau dapat
merugikan PIHAK PERTAMA sehubungan dengan pekerjaan
pemborongan ini.
e. Telah dikenakan denda keterlambatan sebesar 5% dari harga borongan.

15
IDIK SAEFUL BAHRI, S.H., M.H.

2. Jika terjadi pemutusan perjanjian PIHAK PERTAMA sebagaimana dimaksud


ayat (1) Pasal ini, maka PIHAK PERTAMA dapat menunjuk pemborong lain
atas kehendak dan berdasarkan pilihannya sendiri untuk menyelesaikan
pekerjaan tersebut.

Pasal 24

BEA MATERAI DAN PAJAK

1. Bea materai dan pajak-pajak yang timbul akibat dari perjanjian ini seluruhnya
dibebankan kepada PIHAK KEDUA.
2. Bea Materai dan Pajak dilunasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia.

Pasal 25

PENYELESAIAN PERSELISIHAN

1. Jika terjadi perselisihan antara kedua belah pihak, maka pada dasarnya akan
diselesaikan secara musyawarah.
2. Jika perselisihan itu tidak dapat diselesaikan secara musyawarah, maka akan
diselesaikan oleh suatu “Panitia Perdamaian” yang berfungsi sebagai
Juri/wasit, yang dibentuk dan diangkat oleh kedua belah pihak yang terdiri
dari:
a. Seorang wakil dari PIHAK PERTAMA sebagai anggota.
b. Seorang wakil dari PIHAK KEDUA sebagai anggota.
c. Seorang PIHAK KETIGA yang ahli, sebagai ketua yang terpilih dan
disetujui kedua anggota tersebut.
3. Keputusan "Panitia Perdamaian" ini mengikat kedua belah pihak, dan biaya
penyelesaian perselisihan yang dikeluarkan akan dipikul bersama.
4. Jika keputusan sebagaimana dimaksud ayat (3) Pasal ini tidak dapat diterima
oleh salah satu pihak, maka perselisihan akan diteruskan melalui Pengadilan
Negeri Cirebon.

16
IDIK SAEFUL BAHRI, S.H., M.H.

Pasal 26

TEMPAT DAN KEDUDUKAN

Segala akibat yang terjadi dari pelaksanaan pekerjaan ini, kedua belah pihak telah
memilih tempat kedudukan (domisili) hukum yang tetap dan sepakat memilih
Pengadilan Negeri Cirebon.

Pasal 27

LAIN-LAIN

Segala sesuatu yang belum diatur dalam Surat Perjanjian ini atau perubahan yang
dipandang perlu oleh kedua belah pihak akan diatur lebih lanjut dalam Surat
Perjanjian Tambahan (Addendum) dan merupakan perjanjian yang tidak
terpisahkan dari perjanjian ini.

Pasal 28

KETENTUAN PENUTUP

1. Dengan telah ditandatangani Perjanjian ini oleh kedua belah pihak pada hari
dan tanggal sebagaimana tersebut diatas, maka seluruh ketentuan yang
tercantum dalam pasal-pasal dan lampiran-lampiran perjanjian ini mempunyai
kekuatan hukum mengikat kedua belah pihak sebagaimana telah diatur dalam
ketentuan Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
2. Dengan ditandatanganinya Surat Perjanjian ini oleh PIHAK PERTAMA dan
PIHAK KEDUA, maka seluruh ketentuan yang tercantum dalam pasal-pasal
perjanjian ini dan seluruh dokumen, merupakan satu kesatuan dan bagian
yang tak terpisahkan dari perjanjian ini.
3. Yang dimaksud dengan dokumen tersebut dalam ayat (2) Pasal ini adalah
dokumen yang ada pada saat mulai, selama dan sesudah surat perjanjian ini
berlaku bagi PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA meliputi :
a. Dokumen pengadaan beserta perubahaannya (Addendum).
b. Surat penawaran.
4. Perjanjian ini dibuat dalam rangkap 6 (enam) bermaterai cukup, masing-
masing untuk PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA serta masing-masing
17
IDIK SAEFUL BAHRI, S.H., M.H.

rangkap mempunyai kekuatan hukum yang sama dan dinyatakan berlaku


sejak diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).

Pasal 29

PENUTUP

Surat Perjanjian ini ditandatangani oleh kedua belah pihak hari ini pada tanggal
tersebut diatas, dan dinyatakan sah serta mengikat sejak tanggal ditandatangani.

PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA,


PT. Bangun Sarana Mandiri Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

Akhmad Hakim, S.T. Tuan Kurniawan, S.Pd.


Direktur Utama NIP : 19720804567 08 9945

Diketahui oleh,

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh, DEA

18

Anda mungkin juga menyukai