FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM INTERNASIONAL
DEPOK
JULI 2022
KATA PENGANTAR
Pertama-tama, marilah kita berterima kasih dalam Tuhan Yang Maha Esa lantaran tanpa hendak-Nya,
laporan tugas dapat selesai. Adapun tujuan berdasarkan pembuatan laporan ini merupakan buat
memenuhi tugas dosen dalam bidang Etika & Aspek Hukum tahun 2022. Selain itu, laporan ini juga
bertujuan buat menambah wawasan mengenai topik kontrak aturan bersama menggunakan baku
kontrak konstruksi yg digunakan pada bidang teknik sipil. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Yusuf Latief selaku dosen Etika & Aspek Hukum tahun 2022 yg sudah menaruh tugas
ini sebagai akibatnya dapat menambah pengetahuan & wawasan sinkron menggunakan
bidang studi yg ditekuni.
2. Saya juga mengucapkan terima kasih pada seluruh pihak yg terlibat sebagai akibatnya
pembuatan laporan ini bisa dilaksanakan secara baik.
Saya menyadari, laporan yg saya tulis ini masih masih ada beberapa kekurangan yg masih bisa
diperbaiki. Oleh lantaran itu, kritik & saran yang membangun akan sangat membantu dalam
menyempurnakan laporan ini.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
I. PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 4
II. KAJIAN PUSTAKA 5
2.1 Standar Nasional 5
2.1.1 Kontrak 5
2.1.2 Kontrak Kerja Konstruksi 5
2.2 Standar Internasional 6
2.2.1 Kontrak 6
III. METODOLOGI PENELITIAN 7
3.1 Metode 7
3.2 Deskripsi 7
IV. STUDI KASUS 8
4.1 Objek Studi 8
4.2 Analisis 8
4.3 Perbandingan Kontrak Nasional dan Internasional 8
V. TEMUAN DAN BAHASAN 10
5.1 Temuan 10
5.2 Bahasan 10
REFERENSI 12
3
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam semua lingkup, terdapat aturan dan norma yang harus diikuti. Untuk
pembangunan dan perancangan konstruksi, terdapat standar yang harus dipatuhi seperti AIA,
FIDIC, JCT, atau SIA.
Indonesia sedang dalam tahap pembangunan yang berkembang secara pesat. Usaha
konstruksi turut berpartisipasi dalam jasa membangun proyek yang variatif. Usaha yang
bergerak di bidang konstruksi ini memegang andil yang kuat dalam pembuatan fisik
bangunan mulai dari perumahan, fasilitas umum, jembatan, perkantoran, dan lainnya.
Penyelenggaraan infrastruktur ini tentu harus mengikuti pengaturan yang telah
ditetapkan oleh kesepakatan ahli di bidangnya. FIDIC atau Fédération Internationale Des
Ingénieurs-Conseils merupakan salah satu bentuk standar internasional yang ditetapkan pada
tahun 1913 oleh 3 asosiasi konsultan teknik independen dari Eropa.
Sebelum pembangunan dilakukan, perjanjian pekerjaan dibuat oleh pihak
berkepentingan yang mana memuat syarat, hak, dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh para
pihak.
1.3 Tujuan
Perjanjian kerja Pembangunan Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan di Cirebon ini dianalisis dan diselidiki secara objektif berdasarkan acuan FIDIC
untuk kemudian dipertimbangkan unsur-unsur yang harus dimiliki dalam perjanjian
pembangunan terkait.
4
II. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Standar Nasional
2.1.1 Kontrak
Kontrak merupakan pengertian dari perjanjian yang dilakukan ketika peristiwa
tertentu dimana pihak bersangkutan saling bekerja untuk melakukan suatu hal dan terikat
dalam perjanjian dibawah hukum. Apabila salah satu pihak tidak dapat memenuhi, dapat
menimbulkan hasil hukum. Perjanjian ini berbentuk tulisan dari rangkaian kesanggupan
pihak terikat.
5
2.2 Standar Internasional
2.2.1 Kontrak
Berdasarkan FIDIC atau Fédération Internationale des Ingénieurs- Conseils,
Kontrak berisikan Perjanjian, Surat Penunjukan, Surat Penawaran, Persyaratan, Spesifikasi,
Gambar, Jadwal/Daftar, dan dokumen tercantum lainnya yang termasuk dalam Perjanjian
Kontrak. Surat Penunjukan mengacu kepada surat penunjukan resmi yang ditandatangani
oleh pengguna jasa berdasarkan Surat Penawaran yang telah disetujui oleh kedua belah pihak.
Surat Penawaran merupakan surat penawaran dari kontraktor berisi penawaran pekerjaan
yang ditandatangani dan ditujukan pengguna jasa. Spesifikasi memuat berkas spesifikasi
sesuai kontrak dengan tambahan dan perubahan berupa detail pekerjaan. Gambar pekerjaan
diterbitkan melalui pengguna jasa sesuai kontrak dengan tambahan dan perubahan gambar.
Dokumen jadwal dan daftar disisipkan melalui Surat Penawaran yang memuat Daftar
Kuantitas dan Harga, data, daftar tarif dan/atau harga. Data Kontrak diterbitkan oleh
pengguna jasa yang berisi data kontrak dari syarat khusus bagian A.
Urutan dokumen perjanjian kontrak dapat dilihat sebagai berikut:
1. Surat Penunjukan
2. Surat Penawaran
3. Persyaratan Khusus – Bagian A
4. Persyaratan Khusus – Bagian B
5. Persyaratan Umum
6. Spesifikasi
7. Gambar-Gambar, dan
8. Daftar-Daftar dan dokumen lain yang menjadi bagian dari Kontrak.
6
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode
Data yang digunakan merujuk kepada data sekunder yang berupa dokumen
terpublikasi yang dikumpulkan. Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dengan
mendeskripsikan data.
3.2 Deskripsi
PT. Bangun Sarana Mandiri merupakan perusahaan jasa konstruksi yang berlokasi di
Jalan Rajawali no. 14, Kelurahan Bima, Kecamatan Garawangi, Kabupaten/Kota Cirebon.
Pelaksanaan pembangunan berdasarkan surat perjanjian kerja yang telah dinegosiasi dan
disepakati oleh kedua pihak dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
7
IV. STUDI KASUS
4.1 Objek Studi
Objek yang dipilih adalah Pekerjaan Pembangunan Perpustakaan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan di Kota Cirebon dengan PT. Bangun Sarana Mandiri sebagai
Kontraktor Pelaksana untuk proyek ini . Pembangunan ini merupakan gedung dengan 5 lantai
dan berlokasi di Jalan Siliwangi no. 159, Kelurahan Lengkong, Kota/Kabupaten Cirebon.
4.2 Analisis
Pengerjaan konstruksi perpustakaan oleh PT. Bangun Sarana Mandiri didasari oleh
surat perjanjian kerja yang melibatkan pihak pertama dan pihak kedua. Pihak pertama
bertindak sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PKK) yaitu Tuan Kurniawan, S.Pd dan Pihak
kedua adalah PT. Bangun Sarana Mandiri yang bertugas sebagai kontraktor pelaksana.
Surat perjanjian kerja ini memuat definisi, dasar pembuatan surat perjanjian kerja,
tugas pekerjaan, hubungan lisan para pihak, hak dan kewajiban para pihak, pengawasan
pekerjaan, bahan dan alat, tenaga kerja dan upah, keselamatan kerja, keadaan kahar, jangka
waktu pelaksanaan, masa pemeliharaan, sub kontraktor, jaminan pelaksanaan, harga
borongan, cara pembayaran, kenaikan harga, pekerjaan tambah kurang, penyerahan
pekerjaan, laporan, sanksi dan denda, resiko, pembatalan perjanjian, bea materai dan pajak,
penyelesaian perselisihan, tempat dan kedudukan, lain-lain, ketentuan penutup, dan penutup
yang dilengkapi oleh tanda tangan dari pihak berwenang yaitu Pejabat Pembuat Komitmen
serta Direktur Utama PT. Bangun Sarana Mandiri.
Pejabat Pembuat Komitmen bertugas untuk mengawasi pengerjaan secara objektif.
Perencana konstruksi mengambil peran dalam mengganti rugi bila terjadi kegagalan dalam
pembangunan akibat kesalahan perencanaan konstruksi. Pelaksana konstruksi mengganti rugi
apabila kesalahan dilakukan dalam pembangunan.
8
internasional dapat diaplikasikan di Indonesia. Menurut Pasal 47 Ayat (1) UUJK menyatakan
bahwa Kontrak Kerja Konstruksi harus mencakup sebagai berikut; identitas para pihak,
rumusan pekerjaan, masa pertanggungan, hak dan kewajiban, penggunaan tenaga kerja
konstruksi, cara pembayaran, wanprestasi, penyelesaian perselisihan, pemutusan kontrak,
keadaan memaksa, kegagalan, perlindungan pekerja, perlindungan pihak ketiga, aspek
lingkungan, jaminan resiko, pilihan penyelesaian sengketa.
Dalam FIDIC, dijelaskan bahwa perjanjian kontrak harus didasarkan oleh formulir
yang dilampirkan dalam persyaratan khusus. FIDIC berisi 20 pasal 179 ayat yang berisikan
ketentuan umum, penyedia jasa, sub penyedia jasa tertentu, pelaksanaan;keterlambatan; dan
penangguhan, tanggung jawab kecacatan, perubahan dan penyesuaian, nilai kontrak dan
pembayaran, pemutusan kontrak oleh pengguna jasa, penangguhan dan pemutusan oleh
penyedia jasa, keadaan memaksa, klaim;sengketa; dan arbitrase.
9
V. TEMUAN DAN BAHASAN
5.1 Temuan
Pengerjaan pembangunan gedung perpustakaan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan di Kota Cirebon berjangka waktu 200 hari kalender sejak Surat Perintah Mulai
Kerja diterbitkan oleh PPK dengan masa pemeliharaan 90 hari kalender terhitung ketika
SKST I.
Dalam surat perjanjian kerja pembangunan gedung perpustakaan, tidak ditemukan
pembahasan mengenai klaim;arbitrase;dan sengketa. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa
faktor. Pekerjaan pembangunan perpustakaan diselenggarakan oleh lembaga pemerintah
tepatnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang menjadikan lahan yang digunakan
untuk proyek ini menjadi milik negara. Faktor lain adalah proses administrasi tanah yang
berjalan dengan kondusif dan seimbang sehingga para pihak terikat merasa tidak perlu
menerbitkan ketentuan apabila terjadi sengketa di lahan pembangunan.
5.2 Bahasan
Klausa mengenai penyelesaian sengketa untuk kontrak nasional dapat dilakukan
secara musyawarah. Musyawarah dilakukan hingga keputusan sudah memuaskan seluruh
pihak. Apabila keputusan tidak sesuai, alternatif yang digunakan adalah melalui pengadilan
atau arbitrase. Arbitrase dilakukan oleh BANI atau Badan Arbitrase Nasional Indonesia.
Diterangkan dalam Pasal 32 Peraturan Prosedur BANI bahwa sifat putusan yang diambil
adalah final dan mengikat semua pihak bersangkutan. Keputusan ini tidak dapat diganggu
gugat oleh peradilan negeri. Apabila salah satu pihak meminta pembatalan putusan BANI,
perkara dapat diajukan ke Pengadilan Negeri untuk dilanjutkan. Putusan permohonan
pembatalan ditetapkan dalam kurun waktu paling lama tiga puluh hari sejak permintaan
permohonan. Apabila pihak terkait merasa putusan masih tidak sesuai, permohonan banding
dapat diajukan ke Mahkamah Agung. Pasal 1 Ayat 3 Undang-Undang Arbitrase menjelaskan
Perjanjian arbitrase adalah suatu kesepakatan berupa klausula arbitrase tercantum dalam
suatu perjanjian tertulis dibuat oleh para pihak terkait sebelum terjadinya sengketa.
Menurut FIDIC, penyelesaian sengketa dilakukan melalui arbitrase. Klausa mengenai
arbitrase dalam standar FIDIC dijelaskan melalui klausa 20.3 tentang Kegagalan
Menyepakati Komposisi Dewan Sengketa, 20.4 tentang Memperoleh Keputusan Dewan
Sengketa, 20.5 Penyelesaian secara Musyawarah, 20.6 Arbitrase, 20.7 Kegagalan untuk
Mematuhi Keputusan Dewan Sengketa, dan 20.8 Berakhirnya Penunjukan Dewan Sengketa.
Dewan sengketa berjumlah tiga orang yang mendapat rujukan pada tanggal referensi yang
diterima oleh ketua Dewan Sengketa. Pihak terkait harus memberi Dewan Sengketa akses
10
terhadap fasilitas, informasi tambahan, dan izin lapangan. Dewan Sengketa tidak bertindak
sebagai arbiter dalam memberikan keputusan. Apabila di antara pihak tidak menerima
putusan tersebut, pihak lain dapat diberitahukan ketidakpuasannya dan memulai arbitrase
dengan masa waktu 28 hari setelah mendapatkan keputusan.
Dalam pekerjaan pembangunan, segala unsur harus diperhitungkan secara matang dan
berkelanjutan. Setelah masa pembangunan dan pemeliharaan, akan muncul masalah yang
apabila tidak diatur dari awal akan menimbulkan isu yang membahayakan pihak
bersangkutan.
11
REFERENSI
https://fidic.org/
https://sibima.pu.go.id/
Surat Perjanjian Kerja Pekerjaan Pembangunan Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan di Kota Cirebon
12
IDIK SAEFUL BAHRI, S.H., M.H.
Nomor : 17/KBP-RI/198/VI/2011
Pada hari ini di Cirebon, Rabu tanggal 1 (satu) bulan Juni (bulan ke enam) tahun
2011 (dua ribu sebelas), telah bersepakat yang bertanda tangan dibawah ini:
NIK : 44719394909301345
1
IDIK SAEFUL BAHRI, S.H., M.H.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA telah
sepakat untuk melakukan perjanjian kerja dalam pekerjaan pembangunan gedung
perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Kota Cirebon, dengan
ketentuan dan syarat-syarat sebagai berikut:
Pasal 1
DEFINISI
5. SKST I adalah Surat Keterangan Serah Terima pertama yang diberikan ketika
pekerjaan sudah 100% (seratus persen) selesai, namun kemudian masuk di
masa pemeliharaan.
6. PIHAK KETIGA adalah pihak-pihak yang tidak ada sangkut pautnya dalam
perjanjian ini.
Pasal 2
4. Pasal 22 Anggaran Dasar PT. Bangun Sarana Mandiri tentang aturan jika PT
akan mengikatkan diri untuk melaksanakan pekerjaan dengan nilai diatas 100
Milyar harus persetujuan Dewan Komisaris;
Pasal 3
TUGAS PEKERJAAN
3
IDIK SAEFUL BAHRI, S.H., M.H.
Pasal 4
1. PIHAK PERTAMA harus mengirimkan minimal satu orang wakil yang ditunjuk
untuk menjelaskan isi tugas pekerjaan sesuai dengan dokumen rancangan
yang telah dibuat oleh PIHAK PERTAMA, dengan tujuan memberikan
kesepahaman dengan PIHAK KEDUA.
2. PIHAK KEDUA harus memiliki minimal satu orang wakil yang ditunjuk untuk
menerima penjelasan dari wakil PIHAK PERTAMA, dengan tujuan
memberikan kesepahaman dengan PIHAK PERTAMA.
3. Syarat wakil yang akan diajukan baik oleh PIHAK PERTAMA maupun PIHAK
KEDUA, harus memiliki kecakapan sebagai berikut:
a. Minimal merupakan lulusan sarjana ilmu komunikasi dan/atau sarjana
teknik;
b. Memiliki pengalaman dibidang komunikasi perusahaan dan/atau dibidang
kontraktor minimal 1 (satu) tahun.
4. PIHAK PERTAMA maupun PIHAK KEDUA memiliki hak untuk meminta pihak
lainnya mengganti wakil dari masing-masing pihak dengan cara musyawarah.
5. Kesalahan pengerjaan yang disebabkan karena kesalahpahaman dalam
memahami isi dokumen rancangan yang telah dibuat oleh PIHAK PERTAMA,
murni merupakan tanggung jawab PIHAK KEDUA.
Pasal 5
Pasal 6
PENGAWASAN PEKERJAAN
5
IDIK SAEFUL BAHRI, S.H., M.H.
Pasal 7
6
IDIK SAEFUL BAHRI, S.H., M.H.
Pasal 8
Pasal 9
KESELAMATAN KERJA
Pasal 10
KEADAAN KAHAR
1. Yang dimaksud dengan Keadaan Kahar dalam perjanjian ini adalah peristiwa-
peristiwa sebagai berikut:
a. Bencana Alam, PIHAK KEDUA wajib membuktikan dengan melampirkan
pernyataan yang dikeluarkan oleh pejabat/instansi pemerintah yang
berwenang.
b. Kerusuhan yang mengganggu jalannya pembangunan gedung, PIHAK
KEDUA wajib membuktikan dengan melampirkan pernyataan yang
dikeluarkan oleh Kepolisian Resort (Polres) Cirebon.
7
IDIK SAEFUL BAHRI, S.H., M.H.
Pasal 11
8
IDIK SAEFUL BAHRI, S.H., M.H.
3. Hal-hal darurat lain yang tidak diatur dalam Pasal 10 dari perjanjian ini seperti
hujan terus menerus, atau keadaan lainnya yang mengganggu ketepatan
waktu pengerjaan pembangunan gedung, maka PIHAK KEDUA bisa
mengkonsultasikan dengan wakil PIHAK PERTAMA dan/atau tim pengawas
secara musyawarah, untuk selanjutnya bisa diberikan penambahan waktu
penyelesaian secara tertulis yang dikeluarkan oleh PIHAK PERTAMA.
Pasal 12
MASA PEMELIHARAAN
Pasal 13
SUB KONTRAKTOR
9
IDIK SAEFUL BAHRI, S.H., M.H.
Pasal 14
JAMINAN PELAKSANAAN
Pasal 15
HARGA BORONGAN
10
IDIK SAEFUL BAHRI, S.H., M.H.
Pasal 16
CARA PEMBAYARAN
1. Pembayaran biaya borongan tersebut pada Pasal 15 ayat (1) akan dilakukan
dengan perincian sebagai berikut:
a. Pembayaran sebesar 30% (tiga puluh persen) yaitu sebesar Rp.
647.340.000.000,- (enam ratus empat puluh tujuh milyar tiga ratus empat
puluh juta rupiah) diberikan atas permintaan dari PIHAK KEDUA sebagai
uang muka pekerjaan.
b. Pembayaran pertama sebesar 60% (enam puluh persen) setelah dikurangi
uang muka, yaitu sebesar Rp. 906.276.000.000,- (sembilan ratus enam
milyar dua ratus tujuh puluh enam juta rupiah) diberikan atas permintaan
PIHAK KEDUA.
c. Pembayaran kedua sebesar 95% (sembilan puluh lima persen) setelah
dikurangi pada pembayaran di sub ayat (a) dan sub ayat (b) Pasal ini yaitu
sebesar Rp.573.974.800.000,- (lima ratus tujuh puluh tiga milyar sembilan
ratus tujuh puluh empat juta delapan ratus ribu rupiah), dengan ketentuan
diberikan pada Serah Terima Pekerjaan Pertama apabila hasil pekerjaan
telah dilaksanakan 100% (seratus persen) oleh PIHAK KEDUA.
d. Pembayaran ketiga adalah sisa harga dari seluruh harga borongan yang
telah diatur dalam Pasal 15 ayat (1) dengan dikurangi angka di sub ayat
(a), sub ayat (b), sub ayat (c) dalam Pasal ini, yaitu sebesar Rp.
30.209.200.000,- (tiga puluh milyar dua ratus sembilan juta dua ratus ribu
rupiah), dibayarkan setelah Serah Terima Pekerjaan Kedua apabila telah
selesai masa pemeliharaan yang telah diatur dalam Pasal 12 perjanjian ini.
2. Pembayaran dilakukan melalui KPPN Cirebon dan ditransfer ke nomor
rekening 3112447789198 atas nama PT. Bangun Sarana Mandiri pada Bank
Rakyat Indonesia (BRI) cabang Cirebon.
11
IDIK SAEFUL BAHRI, S.H., M.H.
Pasal 17
KENAIKAN HARGA
1. Kenaikan harga yang terjadi pada bahan-bahan, alat-alat, dan upah selama
masa pelaksanaan pekerjaan borongan ini ditanggung sepenuhnya oleh
PIHAK KEDUA.
2. PIHAK KEDUA tidak dapat mengajukan tuntutan klien atas kenaikan harga
bahan-bahan, alat-alat, dan upah, kecuali apabila terjadi kebijakan dari
pemerintah Republik Indonesia dalam bidang moneter, yang diatur dalam
peraturan pemerintah tentang pekerjaan pemborongan.
3. Untuk ketentuan yang terjadi dalam ayat (2) Pasal ini, PIHAK KEDUA dapat
mengajukan kenaikan biaya tambahan kepada PIHAK PERTAMA disertai
dengan lampiran peraturan pemerintah yang didalamnya memuat tentang
perubahan aturan pekerjaan borongan.
Pasal 18
12
IDIK SAEFUL BAHRI, S.H., M.H.
Pasal 19
PENYERAHAN PEKERJAAN
Pasal 20
LAPORAN
Pasal 21
Pasal 5, dan Pasal 20 surat perjanjian ini, maka untuk setiap kali melakukan
kelalaian PIHAK KEDUA wajib membayar denda kelalaian sebesar 1‰ (satu
permil) dari harga borongan, sampai dengan sebanyak-banyaknya sebesar
5% (lima persen) dari harga borongan, dengan ketentuan bahwa PIHAK
KEDUA tetap berkewajiban untuk memenuhi ketentuan penyelesaian proyek.
2. Jika PIHAK KEDUA tidak dapat menyelesaikan pekerjaan borongan sesuai
dengan jangka waktu pelaksanaan yang tercantum pada Pasal 11 surat
perjanjian ini, maka untuk setiap hari keterlambatan PIHAK KEDUA wajib
membayar denda kelalaian 1‰ (satu permil) dari harga borongan, sampai
dengan sebanyak-banyaknya sebesar 5% (lima persen). Denda-denda
tersebut dalam ayat (1) dan (2) Pasal ini, akan diperhitungkan dengan
kewajiban pembayaran PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA.
3. Apabila PIHAK KEDUA terbukti tidak memberitahukan secara tertulis
keterlibatan sub kontraktor kepada PIHAK PERTAMA sebagaimana telah
diatur dalam Pasal 13 ayat (1), maka PIHAK PERTAMA memiliki hak untuk
meminta bayaran denda sebesar Rp.25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah).
Pasal 22
RESIKO
1. Jika hasil pekerjaan PIHAK KEDUA musnah dengan cara apapun sebelum
diserahkan kepada PIHAK PERTAMA, maka PIHAK KEDUA bertanggung
jawab sepenuhnya atas segala kerugian yang timbul, kecuali jika PIHAK
PERTAMA telah lalai dalam menerima hasil pekerjaan tersebut.
2. Jika hasil pekerjaan PIHAK KEDUA sebagian atau seluruhnya musnah diluar
kesalahan kedua belah pihak (akibat Keadaan Kahar sebagaimana tersebut
dalam Pasal 10 perjanjian ini) sebelum pekerjaan diserahkan kepada PIHAK
PERTAMA dan PIHAK PERTAMA tidak lalai untuk menerima/menyetujui
hasil pekerjaan tersebut, maka segala kerugian yang timbul akibat keadaan itu
akan ditanggung oleh kedua belah pihak secara musyawarah dan mufakat.
3. Jika hasil pekerjaan PIHAK KEDUA sebagian atau seluruhnya musnah
disebabkan pekerjaannya tidak sesuai dengan dokumen rancangan, maka
PIHAK KEDUA bertanggung jawab sepenuhnya atas segala kerugiannya.
14
IDIK SAEFUL BAHRI, S.H., M.H.
Pasal 23
PEMBATALAN PERJANJIAN
15
IDIK SAEFUL BAHRI, S.H., M.H.
Pasal 24
1. Bea materai dan pajak-pajak yang timbul akibat dari perjanjian ini seluruhnya
dibebankan kepada PIHAK KEDUA.
2. Bea Materai dan Pajak dilunasi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia.
Pasal 25
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
1. Jika terjadi perselisihan antara kedua belah pihak, maka pada dasarnya akan
diselesaikan secara musyawarah.
2. Jika perselisihan itu tidak dapat diselesaikan secara musyawarah, maka akan
diselesaikan oleh suatu “Panitia Perdamaian” yang berfungsi sebagai
Juri/wasit, yang dibentuk dan diangkat oleh kedua belah pihak yang terdiri
dari:
a. Seorang wakil dari PIHAK PERTAMA sebagai anggota.
b. Seorang wakil dari PIHAK KEDUA sebagai anggota.
c. Seorang PIHAK KETIGA yang ahli, sebagai ketua yang terpilih dan
disetujui kedua anggota tersebut.
3. Keputusan "Panitia Perdamaian" ini mengikat kedua belah pihak, dan biaya
penyelesaian perselisihan yang dikeluarkan akan dipikul bersama.
4. Jika keputusan sebagaimana dimaksud ayat (3) Pasal ini tidak dapat diterima
oleh salah satu pihak, maka perselisihan akan diteruskan melalui Pengadilan
Negeri Cirebon.
16
IDIK SAEFUL BAHRI, S.H., M.H.
Pasal 26
Segala akibat yang terjadi dari pelaksanaan pekerjaan ini, kedua belah pihak telah
memilih tempat kedudukan (domisili) hukum yang tetap dan sepakat memilih
Pengadilan Negeri Cirebon.
Pasal 27
LAIN-LAIN
Segala sesuatu yang belum diatur dalam Surat Perjanjian ini atau perubahan yang
dipandang perlu oleh kedua belah pihak akan diatur lebih lanjut dalam Surat
Perjanjian Tambahan (Addendum) dan merupakan perjanjian yang tidak
terpisahkan dari perjanjian ini.
Pasal 28
KETENTUAN PENUTUP
1. Dengan telah ditandatangani Perjanjian ini oleh kedua belah pihak pada hari
dan tanggal sebagaimana tersebut diatas, maka seluruh ketentuan yang
tercantum dalam pasal-pasal dan lampiran-lampiran perjanjian ini mempunyai
kekuatan hukum mengikat kedua belah pihak sebagaimana telah diatur dalam
ketentuan Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
2. Dengan ditandatanganinya Surat Perjanjian ini oleh PIHAK PERTAMA dan
PIHAK KEDUA, maka seluruh ketentuan yang tercantum dalam pasal-pasal
perjanjian ini dan seluruh dokumen, merupakan satu kesatuan dan bagian
yang tak terpisahkan dari perjanjian ini.
3. Yang dimaksud dengan dokumen tersebut dalam ayat (2) Pasal ini adalah
dokumen yang ada pada saat mulai, selama dan sesudah surat perjanjian ini
berlaku bagi PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA meliputi :
a. Dokumen pengadaan beserta perubahaannya (Addendum).
b. Surat penawaran.
4. Perjanjian ini dibuat dalam rangkap 6 (enam) bermaterai cukup, masing-
masing untuk PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA serta masing-masing
17
IDIK SAEFUL BAHRI, S.H., M.H.
Pasal 29
PENUTUP
Surat Perjanjian ini ditandatangani oleh kedua belah pihak hari ini pada tanggal
tersebut diatas, dan dinyatakan sah serta mengikat sejak tanggal ditandatangani.
Diketahui oleh,
18