Anda di halaman 1dari 47

PROPOSAL TEKNIS

PEKERJAAN :
DED Bangunan Pelengkap Jalan

POKJA PEMILIHAN 7 CV. MEGA MANTRA MANUNGGAL


Satker : Head Office :
Jl. Ligar Rimbun No. 7C, Bandung, 40191, Telp./Fax. (022)2505496
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang E-mail : mantratri@yahoo.com
Kabupaten Bogor

TEGAR BERIMAN DPUPR 2023


Tanggapan Terhadap
Kerangka Acuan Kerja (KAK)

1. PEMAHAMAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)


1.1. Umum
Pada pelaksanaan suatu pekerjaan, seringkali muncul permasalahan berkaitan dengan
kesalahan pemahaman terhadap kerangka acuan kerja. Untuk menghindari kemungkinan
kesalahan interpretasi terhadap kerangka acuan pekerjaan, pada bagian ini salah satu yang
akan dipaparkan adalah mengenai tanggapan konsultan terhadap kerangka acuan pekerjaan.
Tanggapan terhadap kerangka acuan pekerjaan ini merupakan gambaran terhadap
pemahaman sekaligus komentar Konsultan terhadap kerangka acuan pekerjan yang telah
disusun oleh pihak Pemberi Tugas.

1.2. Pemahaman terhadap Latar Belakang


Menurut pemahaman Konsultan, pada dasarnya terdapat beberapa hal yang menjadi latar
belakang kegiatan ini, yaitu:
 Kewenangan yang lebih pada pemerintah yang diwakili oleh Satuan Kerja Dinas
Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Bogor dalam penyediaan prasarana
transportasi. Hal tersebut tentunya didasarkan atas kebutuhan dalam upaya
peningkatan prasarana transportasi.
 Transportasi memiliki peran penting dalam mendongkrak kondisi perekonomian suatu
wilayah, terutama saat kondisi membaik pasca pandemi Covid-19. Pertumbuhan arus
lalulintas di Kabupaten Bogor pada Tahun 2023 diprediksi mengalami kenaikan yang
cukup signifikan, kondisi tersebut perlu diantisipasi dengan menambah kapasitas jalan
raya.
 Sebagai upaya untuk menunjang fungsi jalan baik berkaitan dengan keamanan
konstruksi, maupun berkaitan dengan keamanan dan keselamatan pengguna jalan,
maka jalan harus dilengkapi dengan bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan dan
merupakan satu kesatuan dari konstruksi jalan secara keseluruhan.

DED Bangunan Pelengkap Jalan |D - 1


Secara prinsip, menurut pemahaman konsultan, kegiatan DED Bangunan Pelengkap Jalan
diperlukan dalam upaya melakukan perbaikan sektor transportasi di lokasi studi.

1.3. Pemahaman terhadap Maksud dan Tujuan


Pada intinya menurut pemahaman konsultan maksud dari pekerjaan DED Bangunan
Pelengkap Jalan ini adalah untuk membantu Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kabupaten Bogor untuk melaksanakan pekerjaan perencanaan teknis jalan pada wilayah
Kabupaten Bogor, agar Konsultan perencana memiliki acuan kerja memuat masukan, asas
kriteria dan persyaratan proses yang harus dipenuhi dan diinterprestasikan sebagai pedoman
bagi konsultan perencana dalam melaksanakan pekerjaan untuk mewujudkan hasil
perencanaan teknis jalan yang berkualitas, efisien, efektif, serasi dan selaras dengan
lingkungan.
Tujuan perencanaan ini adalah membuat perencanaan teknik jalan sederhana (simplified
design) yang berfokus kepada bangunan pelengkap jalan baik perencanaan konstruksi baru
maupun peningkatan yang berwawasan lingkungan sesuai dengan rencana menggunakan
standar prosedur yang berlaku guna tercapainya mutu pekerjaan perencanaan, tercapainya
penyelesaian penanganan masalah-masalah yang sifatnya khusus serta memenuhi tingkat
perekonomian yang tinggi sehingga tingkat pelayanan jalan yang diinginkan dapat tercapai.

1.4. Pemahaman terhadap Ruang Lingkup Pekerjaan


1.4.1. Ruang Lingkup Substansial
Merujuk pada Kerangka Acuan Kerja (KAK) kegiatan DED Bangunan Pelengkap Jalan serta
pada saat tahapan Pemberian Penjelasan bahwa fokus kegiatan adalah melakukan
perencanaan teknis pada beberapa Dinding Penahan Tanah (DPT) yang terletak di beberapa
wilayah Kabupaten Bogor.
Adapun Lingkup Kegiatan Konsultan meliputi : Tahap Persiapan, Tahap Pengumpulan Data,
Tahap Analisis, dan Tahap Finalisasi. Penyusunan tahapan pekerjaan ini disesuaikan dengan
kebutuhan pelaporan, dimana tujuan dari setiap tahapan adalah sebagai berikut :
a) Tahap Persiapan, ditujukan untuk menyelesaikan masalah administrasi dan
menyiapkan kerangka pelaksanaan studi berupa pemantapan metodologi, rencana dan
persiapan survey, kajian literatur, kajian studi terdahulu dan pengenalan awal wilayah
studi. Hasil Tahap Persiapan ini akan disampaikan pada Laporan Pendahuluan.
b) Tahap Pengumpulan Data, ditujukan untuk memperoleh data sekunder maupun primer
yang dibutuhkan dalam kegiatan DED Bangunan Pelengkap Jalan. Hasil

DED Bangunan Pelengkap Jalan |D - 2


pengumpulan data dan analisis awalnya akan disampaikan pada Laporan Antara.
Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap pengumpulan data antara lain :
 Identifikasi kondisi eksisting
 Kondisi topografi
 Identifikasi kondisi struktur tanah.
c) Tahap Analisis, ditujukan untuk menghasilkan dokumen perencanaan teknis dan hasil
perhitungan kuantitas dan biaya pengembangan infrastruktur Bangunan Pelengkap
Jalan.
d) Tahap Finalisasi Studi, ditujukan untuk melengkapi laporan studi sesuai dengan hasil
diskusi dengan pihak pemberi kerja dan masukan dari berbagai instansi untuk
dijadikan hasil akhir dari studi ini. Hasil Tahap Finalisasi Studi ini akan disampaikan
pada Laporan Akhir.

1.4.2. Ruang Lingkup Lokasi


Kegiatan DED Bangunan Pelengkap Jalan ini akan dilaksanakan pada wilayah Kabupaten
Bogor.

Gambar D.1. Lokasi Pelaksanaan Pekerjaan

DED Bangunan Pelengkap Jalan |D - 3


2. PENDEKATAN NORMATIF SERTA DASAR PENGEMBANGAN
2.1. Pendekatan Normatif
Pendekatan normatif dalam konteks ini bersumber dari peraturan perundang-undangan
tentang jalan yang berlaku adalah Undang-undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan
Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan, serta norma-norma lain yang
berkaitan, berikut beberapa landasan yang menjadi acuan dalam kegiatan ini :
 Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan;
 Peraturan Pemerintah Nomor: 14 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor: 22 Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang - Undang
Nomor: 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;
 Peraturan Presiden Nomor: 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor: 12 Tahun 2021 tentang
Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor: 16 Tahun 2018;
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 19/PRT/2011, tentang Persyaratan Teknis
Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan;
 Surat Edaran Direktur Jendral Bina Marga Nomor: 16.1/SE/Db/2020 tentang Spesifikasi
Umum Bina Marga 2018 untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan Jembatan (Revisi 2);
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 1 Tahun 2022 tentang
Pedoman Penyusunan Perkiraan Biaya Pekerjaan Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat;
 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor: 280/ M/ KPTS/ 2022
tentang Tim Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri Keputusan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Tahun 2022 – 2024;
 Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah Republik Indonesia
Nomor: 4 Tahun 2021 tentang Pembinaan Pelaku Usaha Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah;
 Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah Republik Indonesia
Nomor: 12 Tahun 2021 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Melalui Penyedia;
 Keputusan Bupati Bogor Nomor: 620/451/Kpts/Per-UU/2018 tentang Penetapan Ruas Jalan
Menurut Statusnya sebagai Jalan Kabupaten;
 Keputusan Bupati Bogor Nomor: 601/190/Kpts/Per-UU/2022 tentang Standar Satuan Harga
Jasa Konstruksi Dan Jasa Konsultansi Kabupaten Bogor Tahun Anggaran 2023;

DED Bangunan Pelengkap Jalan |D - 4


2.2. Sistem Klasifikasi Jalan Umum di Indonesia
Dalam UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, menyebutkan klasifikasi jalan umum berdasarkan
sistem, fungsi, status dan kelas jalan. Maksud dilakukannya klasifikasi jalan umum tersebut,
selain untuk efisiensi jaringan, juga dalam rangka pembagian kewenangan pembinaan jalan,
sehingga jelas pihak yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan suatu ruas jalan
tertentu. Bentuk kegiatan penyelenggaraan sebagaimana yang disebutkan dalam UU No. 38
Tahun 2004 tentang jalan tersebut meliputi Pengaturan, Pembinaan, Pembangunan dan
Pengawasan (TURBINBANGWAS).
PENGATURAN JALAN adalah kegiatan perumusan kebijakan perencanaan, penyusunan
perencanaan umum dan penyusunan peraturan perundang-undangan jalan. Pengaturan
penyelenggaraan jalan bertujuan untuk:
a. Mewujudkan ketertiban dan kepastian hukum dalam penyelenggaraan jalan;
b. Mewujudkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan jalan;
c. Mewujudkan peran penyelenggara jalan secara optimal dalam pemberian layanan
kepada masyarakat;
d. Mewujudkan pelayanan jalan yang andal dan prima serta berpihak pada kepentingan
masyarakat;
e. Mewujudkan sistem jaringan jalan yang berdaya guna dan berhasil guna untuk
mendukung terselenggaranya sistem transportasi yang terpadu; dan
f. Mewujudkan pengusahaan jalan tol yang transparan dan terbuka.
Pengaturan jalan secara umum meliputi:
a. Perumusan kebijakan perencanaan,
b. Penyusunan perencanaan umum,
c. Pengendalian penyelenggaraan jalan secara makro.
PEMBINAAN JALAN adalah kegiatan penyusunan pedoman dan standar teknis, pelayanan,
pemberdayaan sumber daya manusia, serta penelitian dan pengembangan jalan. Pembinaan
jalan secara meliputi:
a. Penyusunan dan penetapan norma, standar, kriteria, dan pedoman penyelenggaraan
jalan;
b. Pengembangan sistem bimbingan, penyuluhan, serta pendidikan dan pelatihan di
bidang jalan; dan
c. Pengkajian serta penelitian dan pengembangan teknologi bidang jalan dan yang terkait.
PEMBANGUNAN JALAN adalah kegiatan pemrograman dan penganggaran, perencanaan
teknis, pelaksanaan konstruksi, serta pengoperasian dan pemeliharaan jalan. Pembangunan
jalan meliputi kegiatan:

DED Bangunan Pelengkap Jalan |D - 5


a. Pemrograman dan penganggaran;
b. Perencanaan teknis;
c. Pengadaan tanah;
d. Pelaksanaan konstruksi; dan
e. Pengoperasian dan pemeliharaan jalan.
PENGAWASAN JALAN adalah kegiatan yang dilakukan untuk mewujudkan tertib
pengaturan, pembinaan dan pembangunan jalan. Pengawasan jalan secara umum meliputi:
a. Kegiatan evaluasi dan pengkajian pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan jalan;
b. Pengendalian fungsi dan manfaat hasil pembangunan jalan; dan
c. Pemenuhan standar pelayanan minimal yang ditetapkan.

2.3. Klasifikasi Jalan Menurut Peruntukan


Sesuai pasal 6 (1) UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, disebutkan bahwa jalan sesuai
peruntukkannya terdiri atas jalan umum dan jalan khusus.
Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum (pasal 1 UU No. 38 Tahun
2004). Termasuk ke dalam jalan umum ini adalah jalan tol.
Jalan khusus adalah jalan yang bukan diperuntukkan bagi lalu lintas umum, dalam rangka
distribusi barang dan jasa yang dibutuhkan (pasal 6 (3) UU No. 38 Tahun 2004). Yang
dimaksud dengan jalan khusus (penjelasan pasal 6 (3) UU No. 38 Tahun 2004), antara lain:
jalan di dalam kawasan pelabuhan, jalan kehutanan, jalan perkebunan, jalan inspeksi
pengairan, jalan di kawasan industri dan jalan di kawasan permukiman yang belum diserahkan
kepada pemerintah.

2.4. Klasifikasi Jalan Umum di Indonesia


Dalam rangka efisiensi penyelenggaraan jaringan jalan, maka pada pasal 7 s.d pasal 10 UU
No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, maka jalan umum dikelompokkan lebih lanjut menurut:
1. SISTEM JARINGAN, yang terdiri atas: sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan
jalan sekunder.
2. FUNGSI JALAN, yang dikelompokkan menjadi: Jalan arteri, Jalan kolektor, Jalan lokal,
Jalan lingkungan.
3. STATUS JALAN, yang dikelompokkan menjadi: Jalan Nasional, Jalan Provinsi, Jalan
Kabupaten, Jalan Kota dan Jalan Desa.
4. KELAS JALAN, yang dikelompokan menjadi: jalan bebas hambatan, jalan raya, jalan
sedang dan jalan kecil.

DED Bangunan Pelengkap Jalan |D - 6


Pada Tabel D.1 disampaikan definisi untuk masing-masing istilah pengelompokkan jalan
umum tersebut di atas. Secara umum dapat diperoleh kesimpulan bahwa landasan dalam
UU No. 38 Tahun 2004 dalam mengklasifikasi jalan adalah sbb:

Tabel D.1 Definisi Istilah Dalam Klasifikasi Jalan Umum di Indonesia

No Pembagian Klasifikasi Definisi

sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi


Sistem jaringan barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat
Menurut jalan primer nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi
1 yg berwujud pusat kegiatan
sistem
Sistem jaringan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi
jalan sekunder barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan

jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan ciri


Jalan arteri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan
masuk dibatasi secara berdaya guna

jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul atau


Jalan kolektor pembagi dengan ciri perjalananjarak sedang, kecepatan rata-
Menurut rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi
2
fungsi jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan
Jalan lokal ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan
jumlah jalan masuk tidak dibatasi

jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan


Jalan lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata
rendah

jalan arteri & jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer
Jalan Nasional yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan strategis
nasional, serta jalan tol

jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang


menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota
Jalan Provinsi
kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupaten/kota, dan jalan
strategis provinsi

jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak


termasuk Jalan Nasional maupun Jalan Provinsi, yang
menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan,
Menurut
3 Jalan Kabupaten antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat
status
kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum
dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten,
dan jalan strategis kabupaten

jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang


menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota,
Jalan Kota menghubungkan pusat pelayanan dengan persil,
menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan antarpusat
permukiman yang berada di dalam kota

jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau


Jalan Desa
antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan

DED Bangunan Pelengkap Jalan |D - 7


No Pembagian Klasifikasi Definisi

Jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui kendaraan dengan


Jalan kelas I ukuran: lebar maks 2.500 mm, tinggi maks 4.200 mm, muatan
sumbu maks 10 t

Jalan arteri, kolektor, lokal dan lingkungan yang dapat dilalui


Jalan Kelas II kendaraan dengan ukuran: lebar maks 2.500 mm, panjang maks
Menurut 12.000, tinggi maks 4.200 mm, muatan sumbu maks 8 t.
4
Kelas Jalan arteri, kolektor, lokal dan lingkungan yang dapat dilalui
Jalan Kelas III kendaraan dengan ukuran: lebar maks 2.100 mm, panjang maks
9.000, tinggi maks 3.500 mm, muatan sumbu terberat 8 t.

Jalan arteri yang dpat dilalui kendaraan dengan ukuran: lebar


Jalan kelas
melebihi dari 2.500 mm, panjang melebihi dari 18.000, tinggi
khusus
melebihi 4.200 mm, muatan sumbu melebihi 10 t.

Sumber: UU No. 38 Tahun 2004 dan UU No. 22 Tahun 2009

2.5. Hirarki Fungsi Jalan Pada Jaringan Jalan Primer


Sesuai pasal 7 PP No. 34 Tahun 2006 sistem jaringan jalan primer melayani distribusi barang
dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat nasional yang menghubungkan
semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-pusat kegiatan (kota). Lebih lanjut pada
pasal 9 (3) PP No. 34 Tahun 2006 fungsi jalan pada sistem jaringan primer dibedakan atas
jalan arteri primer (JAP), jalan kolektor primer (JKP), jalan lokal primer (JLP), dan jalan
lingkungan primer (JLingkP). Adapun pusat-pusat kegiatan yang dihubungkan oleh masing-
masing fungsi jalan primer tersebut disampaikan pada pasal 10 PP No. 34 Tahun 2006.

Tabel D.2. Matriks Hubungan Fungsi Jalan Pada Sistem Jaringan Jalan Primer

Pusat Kegiatan Pusat Kegiatan


Pusat Kegiatan Pusat Kegiatan
Nasional Lingkungan
Wilayah (PKW) Lokal (PKL)
(PKN) (PKLingk)

Pusat Kegiatan Jalan Arteri Jalan Arteri Jalan Kolektor Jalan Lokal

Nasional (PKN) Primer (JAP) Primer (JAP) Primer (JKP) Primer (JLP)

Pusat Kegiatan Jalan Arteri Jalan Kolektor Jalan Kolektor Jalan Lokal

Wilayah (PKW) Primer (JAP) Primer (JKP) Primer (JKP) Primer (JLP)

Pusat Kegiatan Jalan Kolektor Jalan Kolektor Jalan Lokal Jalan Lokal

Lokal (PKL) Primer (JKP) Primer (JKP) Primer (JLP) Primer (JLP)

Pusat Kegiatan
Jalan Lokal Jalan Lokal Jalan Lokal Jalan Lokal
Lingkungan
Primer (JLP) Primer (JLP) Primer (JLP) Primer (JLP)
(PKLingk)

DED Bangunan Pelengkap Jalan |D - 8


Keterangan: Jalan lingkungan primer menghubungkan antarpusat kegiatan di dalam kawasan perdesaan
dan jalan di dalam lingkungan kawasan perdesaan.

Sumber: Pasal 10 PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan

JALAN ARTERI
PKN PRIMER (JAP) PKN

JALAN JALAN
LOKAL KOLEKTOR JALAN ARTERI JALAN ARTERI
PRIMER PRIMER PRIMER (JAP) PRIMER (JAP)
(JLP) (JKP)

PKW JALAN
JALANKOLEKTOR
KOLEKTOR PKW
PRIMER
PRIMER(JKP)
(JKP)

JALAN KOLEKTOR JALAN KOLEKTOR


PRIMER (JKP) PRIMER (JKP)

JALAN JALAN LOKAL


PKL PRIMER (JLP) PKL
LOKAL
PRIMER
(JLP)
JALAN LOKAL JALAN LOKAL
PRIMER (JLP) PRIMER (JLP)

JALAN LOKAL
PKLing PRIMER (JLP) PKLing

Keterangan:
PKN : Pusat Kegiatan Nasional
JALAN LINGKUNGAN PRIMER:
PKW : Pusat Kegiatan Wilayah
DI DALAM KAWASAN PERDESAAN
PKL : Pusat Kegiatan Lokal
PKLing : Pusat Kegiatan Lingkungan

Gambar D.2. Ilustrasi Hirarki Fungsi Pada Sistem Jaringan Jalan Primer
(Sumber: PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan)

Gambar D.3. Ilustrasi Hirarki Jaringan Jalan Antar Kota


(Sumber: PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan)

DED Bangunan Pelengkap Jalan |D - 9


2.6. Hirarki Fungsi Jalan Pada Jaringan Jalan Sekunder
Sesuai pasal 8 PP No. 34 Tahun 2006, sistem jaringan jalan sekunder melayani distribusi
barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan yang menghubungkan secara
menerus kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder
kedua, fungsi sekunder ketiga dan seterusnya sampai ke persil. Lebih lanjut pada pasal 9 (5)
PP No. 34 Tahun 2006, fungsi jalan pada sistem jaringan sekunder dibedakan atas jalan arteri
sekunder (JAS), jalan kolektor sekunder (JKS), jalan lokal sekunder (JLS) dan jalan lingkungan
sekunder (JLingkS). Adapun kawasan yang dihubungkan oleh masing-masing fungsi jalan
sekunder disampaikan pada pasal 11 PP No. 34 Tahun 2006.

Tabel D.3. Matriks Hubungan Fungsi Jalan Pada Sistem Jaringan Jalan Sekunder
Kawasan Kawasan Kawasan
Kawasan
Sekunder Sekunder Sekunder Perumahan
Primer
Kesatu Kedua Ketiga
Jalan Arteri
Kawasan
Sekunder t.a t.a t.a
Primer
(JAS)
Kawasan Jalan Arteri Jalan Arteri Jalan Arteri Jalan Lokal
Sekunder Sekunder Sekunder Sekunder t.a Sekunder
Kesatu (JAS) (JAS) (JAS) (JLS)
Kawasan Jalan Arteri Jalan Kolektor Jalan Kolektor Jalan Lokal
Sekunder t.a Sekunder Sekunder Sekunder Sekunder
Kedua (JAS) (JKS) (JKS) (JLS)
Kawasan Jalan Kolektor Jalan Lokal Jalan Lokal
Sekunder t.a t.a Sekunder Sekunder Sekunder
Ketiga (JKS) (JLS) (JLS)
Jalan Lokal Jalan Lokal Jalan Lokal
Perumahan
t.a Sekunder Sekunder Sekunder t.a
(JLS) (JLS) (JLS)
Keterangan: Jalan lingkungan sekunder menghubungkan antarpersil dalam kawasan perkotaan.
t.a = tidak diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP)
Sumber: Pasal 11 PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan

DED Bangunan Pelengkap Jalan |D - 10


F1
Kawasan
Primer

JALAN ARTERI JALAN ARTERI


SEKUNDER (JAS) SEKUNDER (JAS)

F 2,1 F 2,1
Kawasan JALAN ARTERI Kawasan
Sekunder SEKUNDER (JAS) Sekunder
I I

JALAN JALAN ARTERI JALAN ARTERI


LOKAL SEKUNDER (JAS) SEKUNDER (JAS)
SEKUNDER
(JLS)
F 2,2 F 2,2
Kawasan JALAN KOLEKTOR Kawasan
Sekunder SEKUNDER (JKS) Sekunder
II II

JALAN KOLEKTOR JALAN KOLEKTOR


SEKUNDER (JKS) SEKUNDER (JKS)
JALAN
LOKAL
SEKUNDER F 2,3 F 2,3
JALAN LOKAL
(JLS) Kawasan Kawasan
SEKUNDER (JLS)
Sekunder Sekunder
III III

JALAN LOKAL
SEKUNDER (JLS)

Perumahan

JALAN LINGKUNGAN SEKUNDER:


Menghubungkan antar persil
di dalam kawasan perkotaan

Gambar D.4. Ilustrasi Hirarki Fungsi Jalan Pada Sistem Jaringan Jalan Sekunder
(Sumber: PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan)

Gambar D.5. Hirarki Jaringan Jalan di Dalam Kota


(Sumber: Dep. Pekerjaan Umum, 2004)

DED Bangunan Pelengkap Jalan |D - 11


Sebagaimana disampaikan pada Tabel D.3, terdapat beberapa hubungan antar kawasan
yang tidak diatur (diberikan tanda t.a) pada PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan. Tidak
diaturnya hubungan ini dapat dipersepsikan bahwa: (1) Daerah dapat menetapkan fungsi
jalan yang menghubungkan antar kawasan tersebut, atau kemungkinan besar yang lebih
tepatnya, bahwa (2) sebaiknya hubungan antar kawasan tersebut dilakukan sesuai hirarki
jalan yang telah ditetapkan melalui hirarki kawasan yang lebih tinggi. Contohnya, hubungan
antara Kawasan Sekunder Kedua, Kawasan Sekunder Ketiga, dan Perumahan ke Kawasan
Primer, sebaiknya dilakukan melalui jalan arteri sekunder (JAS) yang menghubungkan
Kawasan Sekunder Kesatu dengan Kawasan Primer. Demikian, jiga hubungan antara Kawasan
Sekunder Ketiga dengan Kawasan Sekunder Kesatu sebaiknya melalui Jalan Arteri Sekunder
(JAS) yang menghubungkan Kawasan Sekunder Kedua (yang ada pada hirarki diatas Kawasan
Sekunder Ketiga yang bersangkutan) dengan Kawasan Sekunder Kesatu.

2.7. Persyaratan Teknis Jalan Sesuai Fungsinya


A. Persyaratan Teknis Jalan Primer
Pada Tabel D.4 disampaikan persyaratan teknis jalan pada jaringan jalan primer sesuai
dengan klasifikasi fungsinya yang diatur dalam pasal 13 s.d pasal 16 PP No. 34 Tahun 2006
tentang Jalan. Persyaratan teknis ini harus dipenuhi oleh setiap ruas jalan yang ditetapkan
sebagai bagian dari jaringan jalan primer agar fungsinya dapat optimal sesuai dengan fungsi
hubungan yang diperankan/diembankan masing-masing ruas jalan pada sistem distribusi
nasional/antar kota.

Tabel D.4. Persyaratan Teknis Jalan Primer


No Fungsi Jalan Persyaratan Teknis
1 Arteri Primer 1. Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60
km/jam dan lebar badan jalan paling sedikit 11 meter.
2. Mempunyai kapasitas yang lebih besar daripada volume lalu
lintas rata-rata (V/C < 1)
3. Lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalulintas
ulang alik, lalulintas lokal, dan kegiatan lokal
4. Jumlah jalan masuk dibatasi sedemikian rupa sehingga
persyaratan butir (1), (2), (3) terpenuhi
5. Persimpangan sebidang dengan pengaturan tertentu harus
memenuhi ketentuan pada butir (1), (2), dan (3) terpenuhi
6. Tidak boleh terputus ketika memasuki kawasan perkotaan
2 Kolektor Primer 1. Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40
km/jam dan lebar badan jalan paling sedikit 9 meter.
2. Mempunyai kapasitas yang lebih besar daripada volume lalu
lintas rata-rata (V/C < 1)

DED Bangunan Pelengkap Jalan |D - 12


3. Jumlah jalan masuk dibatasi dan direncanakan sehingga
ketentuan butir (1), (2), (3) terpenuhi
4. Persimpangan sebidang dgn pengaturan tertentu harus
memenuhi ketentuan butir (1),(2),(3)
5. Tidak boleh terputus ketika memasuki kawasan perkotaan
3 Lokal Primer 1. Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20
km/jam dan lebar badan jalan paling sedikit 7,5 meter
2. Tidak boleh terputus ketika memasuki kawasan perdesaan
4 Lingkungan 1. Jika diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda 3 (tiga)
Primer atau lebih, maka didesain berdasarkan kecepatan rencana
paling rendah 15 km/jam dan lebar badan jalan minimal 6,5 m
2. Jika tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda 3
(tiga) atau lebih harus mempunyai lebar badan jalan paling
sedikit 3,5 meter.
Sumber: pasal 13 s.d pasal 16 PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan

B. Persyaratan Teknis Jalan Sekunder


Pada Tabel D.5 disampaikan persyaratan teknis jalan pada jaringan jalan sekunder sesuai
dengan klasifikasi fungsinya yang diatur dalam pasal 17 s.d pasal 20 PP No. 34 Tahun 2006
tentang Jalan. Persyaratan teknis ini harus dipenuhi oleh setiap ruas jalan yang ditetapkan
sebagai bagian dari jaringan jalan sekunder agar fungsinya dapat optimal sesuai dengan
fungsi hubungan yang diperankan/diembankan masing-masing ruas jalan pada sistem
distribusi dalam kawasan perkotaan.
Tabel D.5 Persyaratan Teknis Jalan Sekunder

No Fungsi Jalan Persyaratan Teknis


1. Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30
km/jam dan lebar badan jalan paling sedikit 11 meter.
2. Mempunyai kapasitas yang lebih besar daripada volume lalu
lintas rata-rata (V/C < 1)
1 Arteri sekunder
3. Lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas
lambat.
4. Persimpangan sebidang dengan pengaturan tertentu harus
dapat memenuhi ketentuan butir (1), (2) dan (3)
1. Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20
km/jam dan lebar badan jalan paling sedikit 9 meter
2. Mempunyai kapasitas yang lebih besar daripada volume lalu
Kolektor lintas rata-rata (V/C < 1)
2
sekunder 3. Lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas
lambat
4. Persimpangan sebidang dengan pengaturan tertentu harus
memenuhi ketentuan ketentuan butir (1), (2) dan (3)
Didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10
3 Lokal sekunder
km/jam dan lebar badan jalan paling sedikit 7,5 meter.

DED Bangunan Pelengkap Jalan |D - 13


No Fungsi Jalan Persyaratan Teknis
1. Jika diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda 3 (tiga)
atau lebih, maka didesain berdasarkan kecepatan rencana
paling rendah 10 km/jam dan lebar badan jalan paling sedikit
Lingkungan
4 6,5 meter
sekunder
2. Jika tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda 3
(tiga) atau lebih harus mempunyai lebar badan jalan paling
sedikit 3,5 meter.
Sumber: pasal 17 s.d pasal 20 PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan

2.8. Hubungan Antara Fungsi Dengan Status Suatu Ruas Jalan


Secara prosedural pada pasal 62 PP No. 34 Tahun 2006 disiratkan bahwa untuk dapat
menetapkan status jalan diperlukan masukan mengenai ketetapan fungsi jalan. Hal ini
diperjelas lagi dalam pasal 25 s/d pasal 30 PP No. 34 Tahun 2006 dimana untuk setiap status
jalan ditetapkan ruas-ruas jalan yang menjadi bagiannya berdasarkan hirarki fungsinya. Pada
Tabel D.6 disampaikan hubungan status jalan dengan fungsi jalan yang dilingkupinya
sedangkan Gambar menampilkan skema hubungan sistem jaringan, fungsi dan status jalan.

Tabel D.6. Pemetaan Hubungan Antara Fungsi Dengan Status Ruas Jalan
No Status jalan Fungsi jalan yang dilingkupi

a. jalan arteri primer;


1 Jalan Nasional b. jalan kolektor primer yang menghubungkan antaribukota provinsi;
c. jalan tol; dan
d. jalan strategis nasional
a. jalan kolektor primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan
ibukota kabupaten atau kota;
b. jalan kolektor primer yang menghubungkan antaribukota kabupaten
2 Jalan Provinsi atau kota;
c. jalan strategis provinsi; dan
d. jalan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta, kecuali jalan masuk ke status
jalan Nasional.
a. jalan kolektor primer yang tidak termasuk jalan nasional dan jalan
provinsi;
b. jalan lokal primer yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan
Jalan ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat desa,
3 antaribukota kecamatan, ibukota kecamatan dengan desa, dan
Kabupaten
antardesa;
c. jalan sekunder yang tidak termasuk jalan provinsi dan jalan sekunder
dalam kota; dan
d. jalan strategis kabupaten.
4 Jalan Kota jalan umum pada jaringan jalan sekunder di dalam kota

5 Jalan Desa jalan lingkungan primer dan jalan lokal primer yang tidak termasuk jalan
kabupaten di dalam kawasan perdesaan, dan merupakan jalan umum

DED Bangunan Pelengkap Jalan |D - 14


No Status jalan Fungsi jalan yang dilingkupi

yang menghubungkan kawasan dan/atau antarpermukiman di dalam


desa
Sumber: pasal 25 s/d pasal 30 PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan

Secara lebih gamblang, pada Tabel D.7 disampaikan pemetaan mengenai hubungan antara
penetapan fungsi dan status jalan

Tabel D.7. Hubungan Antara Ketepan Fungsi dengan Ketepatan Status Jalan

FUNGSI JALAN STATUS JALAN

SISTEM FUNGSI PENETAPAN STATUS PENETAPAN

(1) Arteri Primer Jalan NASIONAL


(2) Kolektor Primer yg (Termasuk
menghubungkan Kepmen PU strategis Kepmen PU
antar ibukota Nasional dan
provinsi Jalan TOL)

(1) Kolektor Primer yg Jalan PROVINSI Keputusan


tidak (termasuk jalan Gubernur
menghubungkan strategis
Sistem
antar ibukota provinsi)
Jaringan Jalan
provinsi
PRIMER
(1) Lokal Primer Jalan Keputusan
(2) Lingkungan Primer KABUPATEN Bupati
(termasuk
Keputusan strategis
Gubernur Kabupaten dan
jalan sekunder
dalam wilayah
Kabupaten

(1) Arteri Sekunder Jalan KOTA Keputusan


Sistem (2) Kolektor Sekunder Walikota
Jaringan Jalan (3) Lokal Sekunder
SEKUNDER (4) Lingkungan
Sekunder
(1) Arteri Primer Jalan NASIONAL
(2) Kolektor Primer yg (Termasuk
menghubungkan Kepmen PU strategis Kepmen PU
antar ibukota Nasional dan
Sistem provinsi Jalan TOL)
Jaringan Jalan
PRIMER (1) Kolektor Primer yg Jalan PROVINSI Keputusan
tidak (termasuk jalan Gubernur
Keputusan
menghubungkan strategis
Gubernur
antar ibukota provinsi)
provinsi

DED Bangunan Pelengkap Jalan |D - 15


FUNGSI JALAN STATUS JALAN

SISTEM FUNGSI PENETAPAN STATUS PENETAPAN

(1) Lokal Primer Jalan Keputusan


(2) Lingkungan Primer KABUPATEN Bupati
(termasuk
strategis
Kabupaten dan
jalan sekunder
dalam wilayah
Kabupaten

(1) Arteri Sekunder Jalan KOTA Keputusan


Sistem (2) Kolektor Sekunder Walikota
Jaringan Jalan (3) Lokal Sekunder
SEKUNDER (4) Lingkungan
Sekunder
Sumber: PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan - diolah

DED Bangunan Pelengkap Jalan |D - 16


Data Teknis D | Pemahaman terhadap KAK

Gambar D.6. Skema Hubungan Sistem Jaringan, Fungsi dan Status Jalan
Sumber: UU No. 38 Tahun 2004

DED Bangunan Pelengkap Jalan |D - 17


Data Teknis D | Pemahaman terhadap KAK

3. PEMAHAMAN TERHADAP PERSONIL SERTA FASILITAS PENDUKUNG


Personil yang disyaratkan dalam KAK menurut pandangan konsultan sudah mewakili
seluruh lingkup pekerjaan baik di kantor maupun di lapangan, seluruh kegiatan
konsultan akan dapat diselesaikan dengan baik karena personil yang diajukan sesuai
dengan kriteria yang disyaratkan dalam KAK.
Fasilitas yang disediakan atau dianggarkan sebagian besar sudah memenuhi kebutuhan
konsultan dalam menjalankan pekerjaan.
Daftar peralatan yang dimiliki CV. MEGA MANTRA MANUNGGAL sebagai penunjang
Kegiatan DED Bangunan Pelengkap Jalan diuraikan pada Tabel D.8.

Tabel D.8. Daftar Peralatan

No. JENIS PERALATAN JUMLAH MERK/TYPE KONDISI LOKASI BUKTI


(%) SEKARANG KEPEMILIKAN

1 2 3 4 6 7 8

1 Total Station 1 Leica,TC-1100, 413330 95 Bandung Sewa

a. Battery TS 2 Leica, GEB-87 95 Bandung Sewa

b. Charger 1 Leica, GKL- 22 95 Bandung Sewa

c. Memory Card 1 Leica, PCM-CIA 95 Bandung Sewa

d. Reflektor Single 2 Leica, GDF-22/GRT-44 95 Bandung Sewa

e. Prisma 1 Leica, GPR-1/GPH-1 95 Bandung Sewa

f. Stick / Pole 2 Leica, GLS-11 95 Bandung Sewa

g. Statif 3 GST-20 /Kayu 192878 95 Bandung Sewa

2 Theodolit T0 2 unit Wild 125485/YP 95 Bandung Sewa

3 Waterpass 1 unit Wild NAK-2,381448/EM 95 Bandung Sewa

4 Theodolit T2 1 unit Wild 22032 95 Bandung Sewa

5 GPS e-Track 1 unit Garmin 100 Kantor Ada

6 Bor Tangan 1 unit Iwa Auger 95 Bandung Sewa

7 Bor Mesin 1 unit Tone UD5 95 Bandung Sewa

8 Bor Mesin 1 unit Tone Tass 95 Bandung Sewa

DED Bangunan Pelengkap Jalan |D - 18


Data Teknis D | Pemahaman terhadap KAK

Ada
9 Digital Kamera 1 unit Olympus 100 Kantor

Ada
10 Handycam 1 unit Sony 95 Kantor

Ada
11 Komputer 1 unit Pentium IV 240 GHz 100 Kantor

Ada
12 Komputer 1 unit Pentium IV 2.26 GHz 100 Kantor

Ada
13 Note Book 1 unit ECS AMD Athlon 4 1,1 GHz 100 Kantor

Ada
14 USB 2.0 512 MB 1 My Flash 100 Kantor

Ada
15 USB 2.0 256 MB 1 RS 232 100 Kantor

Ada
16 USB 2.0 1 GB 2 Kingstone 100 Kantor

Ada
17 Printer 1 Epson Stylus Color 500 100 Kantor

Ada
18 Printer 1 Canon 6100 100 Kantor

Ada
19 Printer 1 Epson Stylus C-45 100 Kantor

Ada
20 Printer 1 Cannon iX 5000 100 Kantor

Ada
21 Printer Multifunction 1 Cannon MP160 100 Kantor

Ada
22 Plotter 1 HP 100 Bandung

23 Plotter 1 HP 100 Bandung Sewa

24 Mesin Tik IBM 1 IBM 100 Kantor Milik Sendiri

25 Meja Tulis/ Kursi 16 Olympic 100 Kantor Milik Sendiri

26 Lemari Arsip 7 Olympic 100 Kantor Milik Sendiri

27 Telepon 2 - 100 Kantor Milik Sendiri

28 Mesin Fax 1 Murata 95 Kantor Milik Sendiri

29 Infocus 1 Canon 100 Kantor Milik Sendiri

30 Kendaraan 1 Daihatsu Sigra 90 Kantor Milik Sendiri

31 Kendaraan 1 Mitsubishi Xpander 90 Kantor Milik Sendiri

DED Bangunan Pelengkap Jalan |D - 19


Data Teknis E | Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Metodologi
Pelaksanaan Pekerjaan

1. LATAR BELAKANG
Sarana dan prasarana transportasi merupakan faktor penting dalam menunjang pengembangan
wilayah. Jalan dan jembatan merupakan jalur yang menghubungkan beberapa titik wilayah
sehingga dapat menjadi akses perpindahan barang dan orang dari satu tempat ke tempat yang
lain. Jadi pembangunan jaringan jalan dan jembatan sebagai urat nadi perekonomian yang
diharapkan mampu menghubungkan lintas jalan primer, sekunder, dan lokal.
Dalam rangka keberlanjutan pembangunan yang terintegrasi di berbagai sektor yang telah
dilakukan pemerintah Kabupaten Bogor, salah satu komponen prasarana yang sangat penting
adalah pengembangan prasara jalan yang efisien dengan kualitas yang baik. Dan untuk
menunjang fungsi jalan baik berkaitan dengan keamanan konstruksi, maupun berkaitan dengan
keamanan dan keselamatan pengguna jalan, maka jalan harus dilengkapi dengan bangunan
pelengkap dan perlengkapan jalan dan merupakan satu kesatuan dari konstruksi jalan secara
keseluruhan. Bangunan pelengkap jalan merupakan bangunan yang dibuat dalam rangka
pengamanan konstruksi jalan dari pengaruh dan kondisi alam sekitarnya terutama air. Sedangkan
perlengkapan jalan berkaitan dengan lalu lintas baik secara langsung maupun tidak langsung.
Berkaitan dengan hal tersebut Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Bogor
dengan bantuan jasa Konsultan membuat perencanaan teknik jalan sederhana (simplified design)
yang berfokus kepada bangunan pelengkap jalan baik untuk jalan baru maupun peningkatan,
yang dilaksanakan pada tahun Anggaran 2023.
Dari beberapa hal yang sudah dipaparkan, CV. MEGA MANTRA MANUNGGAL sebagai Konsultan
Enjiniring yang memiliki cukup pengalaman dalam bidang Transportasi berniat untuk mengikuti
proses seleksi yang diadakan di lingkungan Satuan Kerja Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang Kabupaten Bogor pada Paket Pekerjaan “DED Bangunan Pelengkap Jalan”.

DED Bangunan Pelengkap Jalan | E - 1


Data Teknis E | Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

2. MAKSUD DAN TUJUAN


Pada intinya maksud dari pekerjaan DED Bangunan Pelengkap Jalan ini adalah membantu
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Bogor untuk melaksanakan pekerjaan
perencanaan teknis jalan pada wilayah Kabupaten Bogor, agar Konsultan perencana memiliki
acuan kerja memuat masukan, asas kriteria dan persyaratan proses yang harus dipenuhi dan
diinterprestasikan sebagai pedoman bagi konsultan perencana dalam melaksanakan pekerjaan
untuk mewujudkan hasil perencanaan teknis jalan yang berkualitas, efisien, efektif, serasi dan
selaras dengan lingkungan.
Tujuan perencanaan ini adalah membuat perencanaan teknik jalan sederhana (simplified design)
yang berfokus kepada bangunan pelengkap jalan baik perencanaan konstruksi baru maupun
peningkatan yang berwawasan lingkungan sesuai dengan rencana menggunakan standar
prosedur yang berlaku guna tercapainya mutu pekerjaan perencanaan, tercapainya penyelesaian
penanganan masalah-masalah yang sifatnya khusus serta memenuhi tingkat perekonomian yang
tinggi sehingga tingkat pelayanan jalan yang diinginkan dapat tercapai.

3. TARGET / SASARAN
Selaras dengan maksud dan tujuan tersebut di atas, maka sasaran pokok dari pekerjaan ini adalah
untuk mendapatkan suatu produk dokumen lengkap perencanaan teknis bangunan pelengkap
jalan. Dokumen ini harus dapat diaplikasikan dengan baik dan tepat guna sehingga mendukung
tercapainya pelaksanaan fisik yang tepat waktu, struktur yang berkualitas, berfungsi baik, dan
dapat dipertanggungjawabkan baik biaya maupun teknis, serta dapat dirasakan manfaatnya bagi
masyarakat.

4. METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN


4.1 Aspek Dasar Pelaksanaan Pekerjaan
Agar pekerjaan konsultasi dapat mencapai sasaran sesuai dengan maksud dan tujuan
diadakannya kegiatan studi ini, sebagaimana yang diuraikan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK),
maka di dalam melaksanakan pekerjaan ini, konsultan akan memberikan tekanan khusus pada
beberapa aspek yang diyakini mempunyai fungsi yang sangat penting untuk mencapai hasil yang
sebaik-baiknya. Aspek-aspek yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Pemilihan Metode yang Tepat Guna
Mengingat waktu pengerjaan yang disediakan relatif sangat singkat yaitu selama 90 (Sembilan
Puluh) hari kalender, maka untuk dapat menyelesaikan pekerjaan ini dengan baik, Konsultan
akan memilih metode kerja yang tepat guna dan efesien, sehingga pekerjaan konsultansi ini
dapat selesai tepat waktu sesuai yang diisyaratkan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK).

DED Bangunan Pelengkap Jalan | E - 2


Data Teknis E | Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

b. Manajemen Pelaksanaan Terpadu


Pekerjaan ini terdiri dari serangkaian kegiatan yan berbeda satu dengan yang lain tetapi kegiatan-
kegiatan tersebut saling terkait dan saling mendukung. Selain itu, ada kegiatan yang memiliki
unsur ketergantungan kepada hasil kegiatan lain. Oleh karena itu, pelaksanaan berbagai kegiatan
tersebut harus terencana dengan baik dan terpadu.
c. Kerjasama dengan Pemberi Tugas
Aspek lainnya yang penting adalah aspek kerjasama yang baik dengan pemberi tugas. Hal ini
penting agar pelaksanaan pekerjaan ini berjalan dengan lancar dan tidak menimbulkan salah
pengertian antara pihak Konsultan dan pihak Pemberi tugas. Mengenai maksud dan tujuan
pekerjaan.
d. Ketelitian
Konsultan menyadari bahwa pada hakekatnya tidak pernah ada sesuatu yang memiliki ketepatan
secara sempurna, tetapi dalam mengerjakan sesuatu harus berusaha semaksimal mungkin untuk
mencapai penelitian yang akurat. Oleh karena itu, Konsultan akan menerapkan sistem kontrol
yang ketat pada setiap tingkatan pekerjaan konsultansi, sehingga dapat diperoleh hasil pekerjaan
yang memuaskan.
e. Keahlian Personil
Konsultan menyadari sepenuhnya bahwa penggunaan suatu sistem atau metode yang baik
tidaklah cukup bila tidak didukung oleh personil yang cakap dan ahli. Oleh karena itu Konsultan
telah memilih satu tim tenaga ahli yang cakap dan memiliki pengalaman yang cukup banyak
dalam mengerjakan pekerjaan konsultansi yang sejenis.
f. Koordinasi dengan Instansi Terkait
Dalam rangka menyeleraskan pekerjaan ini dengan pekerjaan-pekerjaan instansi lain yang
mungkin ada dan berkaitan dengan proyek ini. Konsultan menyadari perlunya ada kerjasama
sepenuhnya, oleh karena itu, dalam pelaksanaan pekerjaan ini konsultan akan mencari informasi
serta menghubungi instansi terkait (bila ada) dan mendiskusikannya dengan pejabat yang
bersangkutan.
METODOLOGI

PROJECT SDM

KOORDINASI

Gambar E.1. Aspek yang menjadi perhatian dalam pelaksanaan pekerjaan

DED Bangunan Pelengkap Jalan | E - 3


Data Teknis E | Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

4.2 Pelaksanaan Pekerjaan


Untuk memenuhi substansi pekerjaan yang disyaratkan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja
dalam Pekerjaan DED Bangunan Pelengkap Jalan pada Gambar E.2. disampaikan tahapan
pelaksanaan pekerjaan ini.

PERSIAPAN

 Administrasi dan personil


 Pemantapan metodologi, rencana kerja dan
rencana survei
 Kajian data sekunder, peraturan terkait dan
studi terdahulu

A
SURVEI PENDAHULUAN
- Peta-peta dasar
- Estimasi panjang jalan
- Koordinasi instansional
- Data Sekunder: Data-data jalan dan
lalulintasnya, Data Vehicle Damage Factor,
Data curah hujan, Data tata guna lahan, dll.

TAHAPAN SURVEYING

SURVEI TOPOGRAFI
SURVEI GEOTEKNIK
- Pengukuran titik control horizontal &
- Pengambilan Sampel Tanah
vertikal
- Pengujian Tanah & Material
- Pengukuran situasi
- Dll.
- Pengukuran penampang
memanjang & melintang
- Pengukuran-pengukuran khusus
- Pemasangan patok
B

ANALISIS HASIL SURVEI

PENYUSUNAN DRAFT RENCANA TEKNIS

A : Tahap Persiapan
FINALISASI PEKERJAAN
B : Tahap Pengumpulan Data
C

Penyempurnaan Detail Dokumen


C : Tahap Analisis & Finalisasi Perencanaan
Dokumen Lelang

Gambar E.2. Tahapan Kegiatan Pekerjaan

DED Bangunan Pelengkap Jalan | E - 4


Data Teknis E | Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

4.3 Tahap Persiapan


Di dalam tahap persiapan ini dilakukan beberapa kegiatan sebagai awal (inisiation) dari seluruh
rangkaian kegiatan yang direncanakan. Hasil tahap persiapan ini akan sangat mempengaruhi
proses yang dilakukan dalam tahap-tahap selanjutnya.
Secara umum terdapat 4 (empat) kegiatan utama di dalam tahap persiapan ini, yakni:
(1) Pemantapan metodologi, maksud dari kegiatan ini adalah:
a. Merencanakan secara lebih detail tahap-tahap pelaksanaan kegiatan berikutnya, untuk
mengefisienkan penggunaan waktu dan sumber daya.
b. Memantapkan metoda analisis yang akan digunakan, hal ini penting untuk ditetapkan
karena akan mempengaruhi kebutuhan data, penyediaan waktu analisis dan kualitas hasil
penelitian secara keseluruhan.
(2) Studi literatur yang berguna untuk:
a. Menelaah sejumlah metoda yang pernah dilakukan di beberapa lokasi yang berbeda.
b. Memaksimalkan kemungkinan penggunaan data dan model yang pernah dikembangkan
di wilayah studi yang sama untuk memperkaya bahasan dan validasi dari model yang
dikembangkan dalam studi.
(3) Review peraturan terkait yang bermanfaat untuk:
a. Menyusun konsep pengembangan sistem transportasi wilayah terpadu yang disesuaikan
dan dipadukan dengan konsep yang ada di dalam TATRANAS, Rencana Jaringan Jalan
dan kebijakan pengembangan sistem transportasi lainnya.
b. Mengetahui recana tata ruang baik dalam skala nasional, provinsi dan kota/kabupaten
sebagai masukan dalam pengembangan model dan alternatif sistem jaringan jalan yang
dikembangkan.
(4) Identifikasi awal kondisi dan permasalahan pada ruas jalan secara keseluruhan yang ada pada
lokasi pekerjaan.

4.4 Tahap Pengumpulan Data


Pada tahap ini akan dilakukan pengumpulan data, baik data dari sumber sekunder (instansi
terkait) maupun data primer yang diperoleh dari survei di lapangan.

4.4.1 Persiapan Survei


Persiapan survei ini dilakukan untuk merencanakan secara detail pelaksanaan survei yang
berkaitan dengan:
(1) Pemilihan metoda survei
(2) Penyiapan formulir survei sesuai dengan metoda survei yang digunakan
(3) Penyiapan sumberdaya survei dan penyusunan jadwal pelaksanaan survei
DED Bangunan Pelengkap Jalan | E - 5
Data Teknis E | Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

4.4.2 Kebutuhan Data


Secara umum data yang dibutuhkan diperoleh melalui survei langsung di lokasi pekerjaan. Namun
ada beberapa data dan informasi yang harus diperoleh pada beberapa instansi untuk menunjang
pada tahapan analisis dalam pekerjaan ini.

4.4.3 Survei Pendahuluan


Kegiatan yang perlu dilakukan sebelum melaksanakan Survei Pendahuluan adalah pengumpulan
data sekunder yang bertujuan untuk :
- Mempersiapkan dan mengumpulkan data-data awal,
- Menetapkan desain sementara dari data awal untuk dipakai sebagai panduan saat survei
pendahuluan.
Jenis kegiatan saat pengumpulan data-data awal meliputi :
a. Mempersiapkan peta-peta dasar berupa:
- Peta tata guna lahan,
- Peta topografi skala 1:250.000 s/d 1:25.000 atau yang lebih besar,
- Peta Geologi skala 1:250.000 s/d 1:25.000
Data-data tersebut akan digunakan untuk menentukan trase jalan secara garis besar dari
beberapa alternatif trase relokasi jalan (bila ada).
b. Membuat estimasi panjang jalan, jumlah dan panjang jembatan (bila ada), box
culvert/gorong-gorong dan bangunan pelengkap jalan lainnya yang mungkin akan terdapat
pada rute jalan tersebut.
c. Koordinasi dengan beberapa instansi yang terkait dalam pekerjaan ini.
d. Mengumpulkan dan mempelajari laporan-laporan yang berkaitan dengan wilayah yang
dipengaruhi atau mempengeruhi jalan yang akan direncanakan.
e. Mengumpulkan data sekunder minimal meliputi :
- Data kelas, fungsi dan status jalan yang akan didesain
- Data volume lalu lintas minimal 3 tahun terakhir dari koridor ruas jalan yang mewakili.
- Data Vechicle Damage Factor yang dianggap mewakili.
- Data curah hujan 10 tahun terakhir.
- Data tata guna tanah.

Survey pendahuluan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :


a. Menentukan awal dan akhir proyek yang tepat untuk mendapatkan overlaping yang baik dan
memenuhi syarat geometrik. Penyedia jasa akan mengambil data sejauh 200 meter sebelum
dan sesudah titik awal dan akhir pekerjaan.
DED Bangunan Pelengkap Jalan | E - 6
Data Teknis E | Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

b. Mengidentifikasi medan secara stationing/urutan jarak dengan pengelompokan kondisi :


medan datar, rolling, perbukitan, pegunungan /bukit curam dalam bentuk tabelaris.
c. Mengidentifikasi/memperkirakan secara tepat penerapan desain geometrik (alinemen
horisontal dan vertikal) dengan membuat pengukuran dan sketsa desain secara khusus untuk
lokasi-lokasi yang dianggap sulit untuk memastikan trase jalan memenuhi persyaratan
geometrik.
d. Dalam perkiraan desain alinemen horisontal dan vertikal akan memperhitungkan kebutuhan
perencanaan untuk lokasi : galian/timbunan, bangunan pelengkap jalan, gorong-gorong dan
jembatan (oprit jembatan), persimpangan yang dibuat berupa : sketsa dan tabelaris secara
full stationing.
e. Inventarisasi stasiun-stasiun pengamatan curah hujan pada daerah rencana trase jalan
melalui stasiun-stasiun pengamatan yang telah ada ataupun pada Jawatan Meteorologi
setempat.
f. Menganalisis secara visual keadaan tanah dasar serta kondisi perkerasan jalan, bahu serta
saluran samping pada daeerah rencana trase jalan.
g. Mengumpulkan data yang diperlukan untuk kemungkinan diperlukan pemasangan jembatan,
gorong-gorong dan bangunan pelengkap lainnya.
h. Pembuatan foto-foto perihal butir a sampai dengan g untuk pelaporan dan panduan
pelaksanaan survey detail selanjutnya.
i. Mengumpulkan data berupa informasi mengenai harga satuan.
j. Mengumpulkan informasi sumber material (quarry) yang diperlukan untuk pekerjaan
konstruksi dan mengestimasi volume serta memetakannya.
k. Membuat laporan lengkap perihal butir a sampai dengan j dan memberikan saran-saran yang
diperlukan untuk pekerjaan konstruksi dengan membandingkan alternatif trase jalan relokasi
yang diambil (bila ada).

4.4.4 Survei Topografi


Maksud dari survei Topografi adalah untuk memperoleh gambaran dari kondisi yang sebenarnya
pada koridor lokasi pekerjaan. Survei Topografi meliputi beberapa tahapan pekerjaan, yaitu:
a. Pekerjaan pengukuran yang terdiri dari :
- Pengukuran titik kontrol horizontal (poligon) dan vertikal (waterpass),
- Pengukuran situasi,
- Pengukuran panampang memanjang dan melintang,
- Pengukuran-pengukuran khusus,
- Pemasangan patok

DED Bangunan Pelengkap Jalan | E - 7


Data Teknis E | Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

b. Pekerjaan perhitungan dan penggambaran


c. Pekerjaan digitasi on screen dan plotting.
Survei Topografi yang dilaksanakan berdasarkan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
 Pekerjaan dilaksanakan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ada dalam kerangka acuan
kerja.
 Konsultan melengkapi tim yang ditugaskan ke lapangan dengan peralatan yang sesuai untuk
memperoleh hasil yang sempurna. Tim survei topografi terdiri atas satu orang ahli Geodesi
yang terpercaya dan bertanggung jawab serta kompeten dalam bidangnya.
 Sebelum melaksanakan pekerjaan konsultan melakukan konsultasi dengan pihak Direksi.
 Pengukuran, pencatatan data, perhitungan dan penggambaran peta dilakukan dengan
metoda yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku dan dengan ketelitian yang
tinggi agar tidak ditemui kesulitan dalam penafsiran dan penggunaan hasil akhir.

4.4.5 Inventarisasi Jalan dan Bangunan Pelengkap Jalan


Inventarisasi Jalan dilakukan dengan mencatat kondisi setiap 200 m selama berkendaraan. Untuk kondisi
tertentu pencatatan dapat dilakukan dengan interval jarak yang berbeda. Data yang diperlukan dari
pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
a. Lebar perkerasan yang ada (dalam meter),
b. Jenis bahan perkerasan yang ada.
c. Kondisi daerah samping jalan serta sarana utilitas yang ada seperti saluran samping, gorong-
gorong, bahu, kondisi drainase samping, jarak pagar/bangunan/tebing ke pinggir perkerasan.
d. Lokasi awal dan akhir pemeriksaan akan dicatat dengan jelas dan sesuai dengan lokasi yang
ditentukan untuk setiap jenis pemeriksaan.
e. Data yang diperoleh akan dicatat dalam format inventarisasi jalan (Highway Geometrik Inventory)
per 200 meter.
f. Foto Dokumentasi akan dibuat minimal 1 foto per 200 meter. Foto-foto ini akan ditempel pada
format standar dengan mencantumkan hal-hal yang diperlukan seperti nomor dan nama ruas jalan,
arah pengambilan foto, dan tinggi petugas yang memegang nomor STA.
Inventarisasi jembatan bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai eksisting jembatan yang
terdapat pada ruas jalan yang ditinjau.
Informasi yang akan diperoleh dari pemeriksaan ini adalah :
a. Nama, lokasi, tipe dan kondisi jembatan.
b. Dimensi jembatan yang meliputi bentang, lebar, ruang bebas, dan jenis lantai.
c. Perkiraan volume pekerjaan jika diperlukan pekerjaan perbaikanatau pemeliharaan.
d. Data yang diperoleh akan dicatat ke dalam format standar.
e. Foto dokumentasi akan dibuat paling sedikit 2 lembar untuk setiap jembatan yang diambil dari
arah melintang dan memanjang. Foto akan ditempel pada format standar yang telah disetujui oleh

DED Bangunan Pelengkap Jalan | E - 8


Data Teknis E | Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

pengguna jasa.

4.4.6 Survei Material/Geoteknik


Maksud dilakukannya kegiatan ini adalah untuk memberikan informasi secara menyeluruh mengenai :
a. Tingkat stabilitas badan jalan dan lingkungan di sekitarnya.
b. Analisis jenis tanah dasar serta rencana subgrade hubungannya dengan analisis perkerasan jalan
lainnya.
c. Lokasi sumber material yang ada di sekitar lokasi proyek tersebut, menyangkut jenis, komposisi,
kondisi beserta perkiraan jumlah dan lain-lainnya, yang dapat digunakan sebagai bahan konstruksi
yang proporsional untuk pekerjaan struktur jalan dimaksud, dan akan dibuat petanya untuk
dimasukan kedalam gambar rencana.

Kegiatan dan ketentuan teknis penyelidikan geoteknik ini dilakukan pada lokasi yang diperlukan sesuai
persetujuan pengguna jasa, kegiatannya meliputi :

4.4.6.1 Pengambilan Contoh Tanah Tak Terganggu


Ketentuan pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
a. Dilakukan dengan cara bor tangan menggunakan tabung contoh tanah (splite tube untuk tanah keras
atau piston tube untuk tanah lunak per daerah galian/bukit.
b. Setiap contoh tanah akan diberi identitas yang jelas (nomor sumur uji, lokasi, kedalaman).
c. Pemboran tangan dilakukan pada setiap lokasi yang diperkirakan akan ditimbun (untuk perhitungan
penurunan) dengan ketinggian timbunan lebih dari 4 meter.
d. Pada setiap lokasi yang diperkirakan akan digali (untuk perhitungan stabilitas lereng) dengan
kedalaman galian lebih dari 6 meter, dengan interval sekurang-kurangnya 100 meter dan/atau setiap
perubahan jenis tanah dengan kedalaman sekurang-kurangnya 4 meter.
e. Setiap pengambilan contoh tanah akan disertai foto yang jelas yang terlihat identitas nomor sumur uji
dan lokasi.
f. Semua contoh tanah akan diamankan baik selama penyimpanan di lapangan maupun dalam
pengangkutan ke laboratorium.

4.4.6.2 Pengujian Tanah di Laboratorium


Tes laboratorium dilakukan pada sample tanah yang representatif untuk satu jenis satuan tanah yang
dilakukan sesuai Tabel E.1.

Tabel E.1. Pengujian Tanah di Laboratorium


No. Pengujian keterangan
1 Kadar Air ASTM D 2216-92
2 Atterberg limit Test SNI 03-1967-1990

DED Bangunan Pelengkap Jalan | E - 9


Data Teknis E | Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

SNI 03-1966-1990
3 Hidrometer SNI 03-3422-1994
4 Berat Jenis ASTM D 854-92
5 Berat Isi SNI-1742-1989
6 Compaction (Proctor) SNI 03-1742-1989
SNI 03-1743-1989
7 CBR SNI 03-1744-1989
8 Unconfined Comp Test -
9 Direct Shear SNI 03-2813-1992
ASTM D 3080-90
10 Consolidation -

4.4.6.3 Teknis Penyelidikan Material


Material untuk konstruksi yang diperiksa adalah : tanah untuk timbunan, batu pecah dan pasir. Pengujian
lapangan dan pekerjaan laboratorium dilaksanakan sesuai ketentuan yang tercantum pada Tabel E.2.
Tabel E.2. Ketentuan Penyelidikan Tanah
No Uraian keterangan
I Pengujian Lapangan :
Bor tangan kedalaman 4 meter ASTM D 4719
1
Jumlah : 1 titik per sumber
2 Undisturbed Jumlah : 2 karung @ 50 kg/ sumber
II Pengujian Laboratorium (bahan tanah)
1 Kadar air ASTM D 2216-92
Atterberg limit test SNI 03-1967-1990
2
SNI 03-1966-1990
3 Hidrometer SNI 03-3422-1994
4 Berat jenis ASTM D 854-92
5 Berat isi SNI-1742-1989
Compaction (Proctor) SNI 03-1742-1989
6
SNI 03-1743-1989
7 CBR SNI 03-1744-1989
III Pengujian Laboratorium (batu pecah)
1 Abrasi SNI 03-2417-1991
2 Analisis gradasi SNI 03-1968-1990
3 CBR SNI 03-1744-1989
4 Apparent specific gravity & absorbtion -

DED Bangunan Pelengkap Jalan | E - 10


Data Teknis E | Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

IV Pengujian Laboratorium (bahan pasir)


1 Analisis gradasi SNI 03-1968-1990

Untuk point II, III dan IV akan dilakukan minimal 3 kali pengujian setiap sumber

4.5 Tahap Analisis Data


4.5.1 Analisis Data Topografi
Analisis data topografi yang diperlukan meliputi :
(1) Situasi di sekitar lokasi
(2) Koordinat horizontal dan vertikal
(3) Daerah galian dan timbunan
(4) Kontur setiap interval 1 meter

4.5.2 Analisis Data Geoteknik/Material


Analisis data geoteknik material yang akan dilakukan meliputi :
(1) Klasifikasi tanah
(2) Nilai aktif tanah
(3) CBR
(4) Kajian galian dan timbunan
(5) Kajian penurunan tanah
(6) Penetuan lapisan dan tebal bahan sebagai tanah dasar
(7) Lokasi material, volume, dan rekomendasi terhadap material yang ada berdasarkan hasil laboratorium

4.6 Tahap Perencanaan Teknis


Mengacu pada KAK kegiatan DED Bangunan Pelengkap Jalan, fokus kegiatan perencanaan dalam
kegiatan ini adalah pada bangunan Dinding Penahan Tanah (DPT). Dinding penahan tanah adalah suatu
konstruksi yang berfungsi untuk menahan tanah lepas atau alami dan mencegah keruntuhan tanah yang
miring atau lereng yang kemantapannya tidak dapat dijamin oleh lereng tanah itu sendiri. Tanah yang
tertahan memberikan dorongan secara aktif pada struktur dinding sehingga struktur cenderung akan
terguling atau akan tergeser
Dinding penahan tanah berfungsi untuk menyokong tanah serta mencegahnya dari bahaya kelongsoran.
Baik akibat beban air hujan, berat tanah itu sendiri maupun akibat beban yang bekerja di atasnya

4.6.1 Jenis Dinding Penahan Tanah (DPT)


Berdasarkan cara untuk mencapai stabilitasnya, maka dinding penahan tanah dapat digolongkan dalam
beberapa jenis yaitu dinding gravitasi, dinding kantilever, dinding counterfort, dinding buttress. Beberapa
jenis dinding penahan tanah antara lain :

DED Bangunan Pelengkap Jalan | E - 11


Data Teknis E | Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

A. Dinding Penahan Tanah Tipe Gravitasi (gravity wall)


Dinding ini dibuat dari beton tidak bertulang atau pasangan batu, terkadang pada dinding jenis ini dipasang
tulangan pada permukaan dinding untuk mencegah retakan permukaan akibat perubahan temperature.

Gambar E.3. DPT Tipe Gravitasi

B. Dinding Penahan Tanah Tipe Kantilever (cantilever retaining wall)


Dinding ini terdiri dari kombinasi dinding dengan beton bertulang yang berbentuk huruf T. Stabilitas
konstruksinya diperoleh dari berat sendiri dinding penahan dan berat tanah di atas tumit tapak (hell).
Terdapat 3 bagian struktur yang berfungsi sebagai kantiliver, yaitu bagian dinding vertikal (steem), tumit
tapak dan ujung kaki tapak (toe). Biasanya ketinggian dinding ini tidak lebih dari 6 – 7 meter.

Gambar E.4. DPT Tipe Kantilever

DED Bangunan Pelengkap Jalan | E - 12


Data Teknis E | Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

C. Dinding Penahan Tanah Tipe Counterfort


Dinding ini terdiri dari dinding beton bertulang tipis yang di bagian dalam dinding pada jarak tertentu
didukung oleh pelat/dinding vertikal yang disebut counterfort (dinding penguat). Ruang di atas pelat
pondasi diisi dengan tanah urug. Apabila tekanan tanah aktif pada dinding vertikal cukup besar, maka
bagian dinding vertikal dan tumit perlu disatukan. Counterfort berfungsi sebagai pengikat tarik dinding
vertikal dan ditempatkan pada bagian timbunan dengan interfal jarak tertentu. Dinding counterfort akan
lebih ekonomis digunakan bila ketinggian dinding lebih dari 7 meter.

Gambar E.5. DPT Tipe Counterfort

D. Dinding Penahan Tanah Tipe Buttress


Dinding buttress hampir sama dengan dinding counterfort, hanya bedanya bagian counterfort diletakkan
di depan dinding. Dalam hal ini, struktur counterfort berfungsi memikul tegangan tekan. Pada dinding ini,
bagian tumit 10 lebih pendek dari pada bagian kaki. Stabilitas konstruksinya diperoleh dari berat sendiri
dinding penahan dan berat tanah di atas tumit tapak. Dinding ini dibangun pada sisi dinding di bawah
tertekan untuk memperkecil gaya irisan yang bekerja pada dinding memanjang dan pelat lantai. Dinding
ini lebih ekonomis untuk ketinggian lebih dari 7 meter. Kelemahan dari dinding ini adalah penahannya yang
lebih sulit daripada jenis lainnya dan pemadatan dengan cara rolling pada tanah di bagian belakang adalah
jauh lebih sulit.

DED Bangunan Pelengkap Jalan | E - 13


Data Teknis E | Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Gambar E.6. DPT Tipe Buttress

E. Dinding Penahan Tanah Tipe Turap (Sheet Pile)


Sheet pile atau turap banyak digunakan untuk menahan tekanan tanah aktif lateral tanah pada timbunan
maupun untuk membendung air (coverdam). Sheet pile umumnya terbuat dari bahan material beton pra
tegang (prestrees concrete) dan baja.
Sheet pile juga cocok untuk dipasang pada konstruksi bangunan tinggi yang memiliki basement. Sheet pile
sering digunakan sebagai dinding penahan dikarenakan mudah dalam menggunakannya dengan biaya
pemasangan yang lebih murah. Selain itu, sheet pile memiliki ketahanana yang sangat tinggi terhadap
lingkungan sekitarnya.
Sheet pile berbentuk ramping yang mengandalkan tahanan jepit pada saat ditancapkan ke kedalaman
tanah. Proses pemasangannya dapat dikombinasikan dengan sistem angkur/anchord. Sementara itu
kedalaman tancap sheet pile sendiri dapat mencapai elevasi sampai tanah keras.

Gambar E.7. DPT Tipe Turap

DED Bangunan Pelengkap Jalan | E - 14


Data Teknis E | Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

F. Dinding Penahan Tanah Tipe Bronjong


Konstruksi dinding penahan bronjong (gabion retaining wall) adalah konstruksi yang berupa kumpulan
blok-blok yang disusun secara vertikal ke atas dengan step-step meyerupai terasering/tanga-tangga. Blok-
blok tersebut terbuat dari anyaman kawat logam galvanis yang kemudian diisi dengan agregat kasar berupa
batu kali.
Selain berfungsi untuk menahan tekanan tanah, dinding penahan gabion ini juga berfungsi untuk
memperbesar konsentrasi resapan air ke dalam tanah (infiltrasi).

Gambar E.8. DPT Tipe Bronjong

G. Dinding Penahan Tanah Blok Beton (Block Concrete Retaining Walls)


Dinding penahan tanah tipe blok beton adalah kumpulan blok-blok beton masif padat yang disusun secara
vertikal ke atas dengan menggunakan sistem pengunci/locking antar blok. Blok beton tersebut dibuat
secara rancangan berstandar dengan proses fabrikasi berupa beton precast dan kemudian proses
pemasangannya dilakukan di lokasi.

DED Bangunan Pelengkap Jalan | E - 15


Data Teknis E | Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Gambar E.9. DPT Tipe Blok Beton

H. Diaphragm Wall
Diaphragm walls dilakukan dengan dengan sistem penggalian parit dengan bantuan lumpur pengeboran
(bentonite slurry/polymer). Diagram wallas terdiri dari dua jenis, yaitu
 Diaphragm walls cast in situ. Sesuai dengan namanya, diaphragm wall cast in situ dibuat dengan
tahapan akhir berupa pengecoran langsung dengan beton ready mix pada keranjang besi yang
telah dibuat sebelumnya.
 Diaphragm walls precast. Tahap akhir dari pengerjaan diaphragm walls precast ini diisi dengan
panel beton (beton pracetak). Pekerjaan ini terbatas maksimal ketinggian 18 meter dikarenakan
terkendala masalah transportasi saat membawa beton pracetaknya.

DED Bangunan Pelengkap Jalan | E - 16


Data Teknis E | Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Gambar E.10. Diapraghm Wall

I. Contiguous Bored Pile dan Soldier Pile


Contiguous bored pile yaitu struktur dinding penahan tanah yang terdiri dari kombinasi rangkaian bored
pile dan bentonite cement pile yang saling bertautan. Contiguous pile ini bersifat sementara (temporary)
dan kedap air.
Sedangkan soldier piles merupakan struktur dinding penahan tanah yang tidak kedap air terdiri dari
rangkaian bored pile yang diberi jarak tertentu.

DED Bangunan Pelengkap Jalan | E - 17


Data Teknis E | Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Gambar E.11. Contiguous bored pile

J. Revetment
Revetment adalah struktur dinding penahan tanah sederhana yang berfungsi untuk memperkuat dan
melindungi tanah dari gerusan aliran sungai atau ombak pantai. Konstruksi jenis ini dapat dibuat dari kayu,
beton atau bebatuan.
Pada dasarnya revetment ini memiliki fungsi untuk memproteksi atau mengurangi risiko yang timbul akibat
adanya efek gerusan/erosi yang dapat merusak kestabilan lereng/tanggul.

Gambar E.12. Revetment

DED Bangunan Pelengkap Jalan | E - 18


Data Teknis E | Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

K. Tumpuan Jembatan
Yaitu dinding dengan perluasan dinding tumpuan ( wing wall) untuk menahan urugan jalan masuk
(approach fill) dan juga menahan erosi.
Pengetahuan mengenai dinding penahan tanah (retaining walls) memang penting dipahami sebelum Anda
menerapkannya pada konstruksi yang akan dikerjakan. Melalui ulasan di atas, dinding penahan tanah
memang penting penggunaannya dan diperlukan dalam konstruksi seperti underpass dan basement.
Pemasangan retaining walls ini dapat mencegah terjadi longsor akibat beban yang terus-menerus diterima
oleh tanah.
Dari penjelasan di atas tentunya dari masing-masing dinding penahan tanah memiliki karakteristik yang
berbeda-beda berdasarkan pada fungsi dan kegunaannya. Seorang insinyur sipil harus mampu mengetahui
karakteristik jenis-jenis konstruksi dinding penahan serta kegunaannya dalam praktik konstruksi di
lapangan. Semoga penyampaian terkait artikel ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Gambar E.13. Revetment

4.6.2 Beban Bekerja pada Dinding Penahan Tanah


Beban adalah sebuah gaya yang dipikul oleh struktur bangunan. Jenis-jenis beban yang bekerja pada
bangunan struktur antara lain:

A. Beban Mati
Beban mati adalah beban dengan besar yang konstan dan berada pada posisi yang sama setiap saat. Beban
ini terdiri dari berat sendiri struktur dan beban lain yang melekat pada struktur secara permanen.

B. Beban Hidup
Beban hidup adalah seluruh beban tidak tetap yang dapat mempengaruhi berat bangunan dan atau unsur
bangunan. Jenis beban hidup lain adalah angin, tekanan tanah, tekanan air, beban lumpur, dan beban
yang disebabkan oleh pelaksanaan konstruksi.

DED Bangunan Pelengkap Jalan | E - 19


Data Teknis E | Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

4.6.3 Tekanan Hidrostatis


Gaya tekan air atau gaya hidrostatis adalah gaya horisontal akibat air di hulu dan hilir bendung. Tekanan
hidrostatis adalah fungsi kedalaman di bawah permukaan air, dan bekerja tegak lurus terhadap muka
bangunan.

Gambar E.14. Tekanan Air DPT


Pair = 0,5 . γw . H 2

Momen akibat tekanan hidrostatis dapat dinyatakan:


Mair = Pair x H/3
dengan :
Pair = Tekanan air aktif (kN/m)
Mair = Momen tekanan air (kNm)
γw = Berat volume air (kN/m³)

4.6.4 Gaya Angkat (Uplift)


Pada konstruksi-konstruksi di daerah yang tergenang air atau muka air tanah yang tinggi, maka akan
terjadi adanya tekanan hidrostatis yang mengurangi besarnya angka keamanan (SF). Tekanan air akan
mempengaruhi gaya vertikal dan menyebabkan tahanan terhadap guling semakin kecil, sehingga
kemungkinan terjadinya guling semakin tinggi.

DED Bangunan Pelengkap Jalan | E - 20


Data Teknis E | Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Gambar E.15. Pengaruh Gaya Angkat terhadap DPT

U1 = B . h2 . γw
U2 = 0.5 . B . h2 . γw
ΣU = U1 + U2
Momen akibat gaya angkat (uplift) dapat dinyatakan:
Mu1 = U1 . a1
Mu2 = U . a2
ΣMu = Mu1 + Mu2
dengan:
ΣU = Gaya angkat/ uplift (kN)
B = Lebar dinding (m)
γw = Berat volume air (kN/m3)
ΣMu = Momen uplift (kNm)

4.7 Tahap Perhitungan Volume Dan Biaya Pekerjaan


Anggaran biaya merupakan turunan (derivasi) dari metode dan tahapan pelaksanaan konstruksi yang
dipilih. Oleh sebab itu dalam menyusun anggaran biaya ini harus memperhatikan metoda konstruksi yang
dipergunakan.
Pada bagian ini akan disampaikan secara kuantitatif, estimasi biaya-biaya dalam pembangunan fasilitas
dan utilitas pada ruas jalan penghubung lintas selatan.

DED Bangunan Pelengkap Jalan | E - 21


Data Teknis E | Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Secara umum pembahasan akan dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu:


 Harga Satuan dan Bahan
 Analisis Biaya Pekerjaan
 Estimasi Rencana Anggaran Biaya Pelaksanaan

4.7.1 Harga Satuan dan Bahan


Harga satuan upah dan bahan, merupakan besaran harga yang berlaku umum digunakan dalam
pembangunan fasilitas dan utilitas jalan. Untuk mendapatkan data dan masukan yang akurat dalam
pelaksanaan estimasi biaya, akan diupayakan data terbaru dan berdekatan dengan waktu pelaksanaan
pekerjaan.

4.7.2 Analisis Harga Satuan Pekerjaan


Harga satuan pekerjaan menjelaskan secara rinci tentang besaran harga tiap satuan pekerjaan, yang lebih
lanjut akan berkaitan langsung dengan volume pekerjaan yang telah dianalisis termasuk hasil Tingkat
Komponen Dalam Negeri (TKDN) kondtruksi yang digunakan. Besaran harga satuan pekerjaan yang
dianalisis, meliputi jenis pekerjaan yang berkaitan dengan lingkup kegiatan pelaksanaan pekerjaan fisik.
Beberapa aspek berpengaruh terhadap harga satuan pekerjaan, adalah mencakup:
 Harga satuan upah dan bahan
 Biaya pemilikan dan operasi alat
 Kemampuan sumber daya manusia dalam melaksanakan pekerjaan terkait
 Metoda pelaksanaan pekerjaan
Disamping itu, untuk mengoptimumkan hasil analisis, akan diupayakan beberapa alternatif yang mungkin
dilakukan, dengan tujuan untuk mereduksi harga pekerjaan. Bentuk alternatif dapat berupa metoda
pelaksanaan maupun jenis material yang akan digunakan, yaitu material setempat, atau yang berdekatan
dengan lokasi pekerjaan.

4.7.3 Estimasi Harga Rencana Anggaran Biaya


Sesuai dengan lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan pada Pekerjaan “ DED Bangunan

Pelengkap Jalan” , dimana titik berat pada kegiatan ini adalah perencanaan Dinding Penahan Tanah
(DPT). Analisis volume pekerjaan dilakukan berdasarkan hasil desain yang akan dilakukan.

5 PROGRAM KERJA
Untuk memenuhi target waktu dan substansi yang disyaratkan, rencana kerja yang dipersiapkan oleh
Konsultan dalam melaksanakan Pekerjaan ”DED Bangunan Pelengkap Jalan” akan dibagi dalam
beberapa tahap pelaksanaan.
Secara umum tahapan pelaksanaan pekerjaan ini terdiri dari: Tahap Persiapan, Tahap Survei Pendahuluan,
Tahap Pengumpulan Data, Tahap Analisis dan Tahap Finalisasi. Penyusunan tahapan pekerjaan ini
disesuaikan dengan kebutuhan pelaporan dalam studi ini, dimana tujuan dari setiap tahapan dijelaskan
pada bagian berikut ini.

DED Bangunan Pelengkap Jalan | E - 22


Data Teknis E | Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

1. Tahap Persiapan: ditunjukkan untuk menyelesaikan masalah administrasi dan menyiapkan kerangka
pelaksanaan pekerjaan berupa penyusunan dan pemantapan metodologi, persiapan pengumpulan data
sekunder, studi literatur dan pengenalan awal lokasi pekerjaan. Hasil Tahap Persiapan ini akan disampaikan
pada Laporan Pendahuluan.

2. Tahap Pengumpulan Data: ditujukan untuk memperoleh data primer dan sekunder yang dibutuhkan
dalam pekerjaan pemetaan dan kajian lokasi rawan bencana. Hasil pengumpulan data dan analisis awalnya
akan disampaikan pada Laporan Antara.

3. Tahap Analisis: ditujukan untuk menghasilkan analisis berdasarkan kajian dengan menggunakan data
yang telah tersedia. Pada tahap ini akan dihasilkan gambaran mengenai lokasi studi yang kemudian
dilanjutkan pada tahapan desain perencanaan jalan yang sesuai dengan kondisi di lapangan dan mengacu
pada standard-standard yang berlaku. Hasil dari tahapan analisis akan disampaikan dalam bentuk draft
untuk kemudian dilakukan seminar untuk memperoleh masukan dari pihak-pihak terkait.

4. Tahap Finalisasi: ditujukan untuk melengkapi laporan hasil pekerjaan sesuai dengan hasil
penyempurnaan rekomendasi dari pihak pemberi kerja dan masukan dari berbagai instansi untuk dijadikan
hasil akhir dari pekerjaaan ini. Hasil Tahap Finalisasi ini akan disampaikan pada Laporan Akhir.

Untuk memperoleh gambaran mengenai program kerja, pada Tabel F (Data Teknis-F:Jadwal Pelaksanaan
Pekerjaan) disajikan mengenai Jadwal Rencana Kerja.

6 ORGANISASI DAN PERSONIL


Untuk lebih memperoleh kejelasan tugas, tanggung jawab, serta wewenang/garis komando,
antara tim pelaksana pekerjaan dari Konsultan dengan Pengguna Jasa (Pemberi Tugas), juga
untuk tercapainya tujuan kegiatan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang telah dijadwalkan,
maka konsultan akan membentuk suatu struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan yang efektif
sesuai kebutuhan dengan menetapkan tugas dan tanggung jawab masing-masing personil serta
hubungan kerja antar personil dan pengguna Jasa.
Pembentukan struktur organisasi bertujuan untuk memperjelas garis organisasi dan garis
instruksi baik antara personil yang terlibat dan Pemberi Tugas. Dengan penanggung jawab utama
pekerjaan yaitu Team Leader yang mempunyai wewenang penuh dalam masalah teknis maupun
non teknis.
Adapun tenaga-tenaga yang direncanakan untuk melaksanakan pekerjaan DED Bangunan
Pelengkap Jalan terdiri dari beberapa posisi yang telah berpengalaman cukup pada bidangnya
masing-masing sesuai kebutuhan pelaksanaan pekerjaan tersebut sesuai pada Kerangka Acuan
Kerja.

DED Bangunan Pelengkap Jalan | E - 23


Data Teknis E | Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Direktur Konsultan Team Leader/Ahli Teknik


Jalan Pengguna Jasa/Project
Officer (PO)/PPK

Ahli Teknik Jalan


Ahli Geoteknik
Ahli K3 Konstruksi
Ahli Cost & Quantity

Tenaga Sub Profesional :


Drafter
Surveyor

Tenaga Pendukung :
Operator Komputer
Driver

Gambar E.16. Struktur Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan

Tugas dan tanggung jawab personil yang diusulkan oleh CV. MEGA MANTRA MANUNGGAL dalam
Pekerjaan DED Bangunan Pelengkap Jalan disajikan selengkapnya pada Tabel G (Data
Teknis-G: Komposisi Tim dan Penugasan).

7 APRESIASI DAN INOVASI


Agar pelaksanaan kegiatan memenuhi sasaran yang akan dicapai maka konsultan dalam
melaksanakan pekerjaan DED Bangunan Pelengkap Jalan, akan melakukan beberapa hal
sebagai berikut :
 Mengingat waktu penyelesaian yang ada yaitu 3 (Tiga) bulan, maka koordinasi antara
pemberi tugas, konsultan perlu dilakukan secara sistematis.
 Agar koordinasi berjalan baik, maka setiap 1 (satu) minggu sekali diadakan
koordinasi/asistensi antara pihak Pemberi Tugas dengan Konsultan sehingga bila ada
masalah yang timbul bisa segera diselesaikan.
 Untuk memudahkan sarana informasi baik untuk pengguna jasa maupun penyedia jasa
maka konsultan akan membuat group media komunikasi (whatsapp group/link googledrive),
laporan-laporan, dokumentasi dan surat bila memungkinkan akan diunduh pada milis yang
sudah dibuat.

DED Bangunan Pelengkap Jalan | E - 24


Data Teknis E | Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

8 HASIL KERJA
Dalam melakukan pelayanan jasanya, Konsultan akan selalu berusaha menjaga kepercayaan
pengguna jasa yaitu dengan melaksanakan pekerjaan dalam waktu dan biaya yang telah
ditetapkan serta memberikan kualitas hasil kerja yang sebaik mungkin.
Kegiatan yang dilakukan Konsultan diharapkan menuju pada sasaran dari pekerjaan DED
Bangunan Pelengkap Jalan.

- Perencana
an yang
baik
- Pelaksanaan
yang baik
- Pengawasan
yang jeli

Gambar E.17. Harapan kedepan kondisi infrastruktur transportasi

Dalam rangka memantau serta mengevaluasi setiap tahapan pekerjaan di lapangan, maka
konsultan akan membuat laporan teknis sesuai dengan ketentuan dalam Kerangka Acuan Kerja
(KAK).
Laporan konsultan merupakan informasi mengenai kondisi pekerjaan yang telah dikerjakan sesuai
dengan realisasi pekerjaan di lapangan. Konsultan akan membuat laporan yang akurat dan aktual,
dengan bahasa yang jelas dan diserahkan tepat waktu, karena akan menjadi dasar bagi
Pengguna Jasa untuk mendukung pengambilan keputusan.

DED Bangunan Pelengkap Jalan | E - 25


Data Teknis F | Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

Jadwal
Pelaksanaan Pekerjaan

Sesuai dengan ketentuan yang telah tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja, bahwa
pelaksanaan pekerjaan DED Bangunan Pelengkap Jalan harus dapat diselesaikan dalam
waktu 3 (tiga) bulan kalender terhitung sejak dikeluarkannya Surat Perintah Kerja (SPK)
oleh Pemberi Tugas, maka konsultan merencanakan untuk menyelesaikan pekerjaan ini
sesuai dengan jangka waktu pelaksanaan tersebut dengan rencana jadwal pelaksanaan
pekerjaan seperti disampaikan pada Tabel F.1
Pengaturan jumlah MM dan jadwal penugasan personil disesuaikan dengan kebutuhan
dilapangan dan optimalisasi tenaga maupun biaya. Batasan jangka waktu yang telah
ditetapkan ini berarti ketepatan dan efektifitas kegiatan rencana kerja dan kelancaran
kerjasama tim akan menjadi pola dasar kegiatan utama, sehingga dengan jangka waktu
yang cukup ketat ini, tetap dicapai hasil pekerjaan yang baik, sesuai dengan tujuan dan
persyaratan teknis yang tertuang didalam Kerangka Acuan Kerja. Untuk itu konsultan
perencana akan melakukan upaya yang maksimal agar pekerjan ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya, serta dengan melakukan asistensi dan konsultansi dengan
Pemberi Tugas secara intensif.

DED Bangunan Pelengkap Jalan |F - 1


Data Teknis F | Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

DED Bangunan Pelengkap Jalan |F - 2

Anda mungkin juga menyukai