Anda di halaman 1dari 35

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

DIREKTORAT PEMERIKSAAN DAN PENAGIHAN

Modul-04/PJ.042/2013
2013
UNTUK KEPENTINGAN DINAS
Modul Pemeriksaan – Industri Makanan &Minuman 2013

DISCLAIMER
Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan dalam rangka peningkatan kapasitas dan
kompetensi pegawai Direktorat Jenderal Pajak khususnya Pemeriksa Pajak dalam memahami
proses bisnis dari bidang industri makanan dan minuman.
Materi dalam modul ini bersumber dari berbagai literatur, nara sumber, ketentuan formal,
pengalaman tim penyusun dan sumber lainnya.
Informasi/ bahan-bahan ajar yang ada dalam modul ini hanya untuk kepentingan internal
Direktorat Jenderal Pajak, digunakan sebagai bahan ajar dan bukan dimaksudkan sebagai
aturan dalam pemeriksaan pajak atau pelaksanaan tugas.

PENGHARGAAN
Ucapan terima kasih diberikan kepada tim penyusun atas segala jerih payah dalam
penyampaian informasi/ bahan yang berharga ini, sehingga tersusun modul ini. Semoga hasil
karya ini menjadi bagian amal baik bagi tim penyusun dan membawa manfaat bagi
penggunanya.

TIM PENYUSUN

Penanggungjawab :
Freddy Dwi Artanto - Kepala SubDirektorat Teknik dan Pengendalian Pemeriksaan

Ketua Tim :
Sirmu - Kepala Seksi Teknik Pemeriksaan

Penyusun :
Tim Kanwil DJP Jawa Barat I

Editor :
Akhmad Karyadi – Pemeriksa Pajak
Ramot Immanuel A L Tobing- Pelaksana Seksi Evaluasi dan Kinerja Pemeriksaan

Hak Cipta 2013, Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan


Direktorat Jenderal Pajak

i
Modul Pemeriksaan – Industri Makanan &Minuman 2013

KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
yang selalu memberikan limpahan rahmat, semangat, dan kekuatan untuk selalu dapat
meningkatkan kapasitas pegawai Direktorat Jenderal Pajak khususnya para Pemeriksa
Pajak. Sehingga diharapkan hal tersebut dapat mendukung pelaksanaan tugas
Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan dan optimalisasi penerimaan pajak yang
merupakan tugas utama Direktorat Jenderal Pajak.
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-184/PMK.01/2010
tanggal 11 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan,
Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan memiliki tugas untuk merumuskan serta
melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pemeriksaan. Dalam
pelaksanaan tugas, kami berkomitmen untuk selalu bekerja dengan menjunjung tinggi
nilai-nilai Kementerian Keuangan, yaitu integritas, profesionalisme, sinergi, pelayanan,
dan kesempurnaan.
Salah satu upaya untuk menjaga komitmen tersebut adalah dengan
meningkatkan kapasitas Pemeriksa Pajak melalui serangkaian pendidikan dan pelatihan
berjenjang maupun In House Training (IHT) yang didukung oleh modul pembelajaran
yang materinya berasal dari hasil kajian kebutuhan bahan ajar disesuaikan dengan
perkembangan proses bisnis dunia usaha, telaahan proses bisnis sektor-sektor tertentu,
dan dinamika peraturan perundang-undangan perpajakan. Penyediaan modul
pembelajaran diharapkan dapat mendukung pelaksanaan tugas.
Kami berharap, modul ataupun bahan ajar ini tidak hanya digunakan dalam
rangka mendukung pemeriksaan. Namun, dapat dipergunakan lebih luas dalam rangka
penggalian potensi perpajakan secara umum oleh semua pegawai Direktorat Jenderal
Pajak.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kami sampaikan
kepada Tim Penyusun yang telah menuntaskan tugasnya, ikhlas meluangkan waktu dan
mencurahkan tenaga, pengalaman serta pikiran sehingga modul ini dapat tersusun
dengan baik. Semoga segala upaya Tim Penyusun menjadi amal kebaikan, dan modul
ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

ii
Modul Pemeriksaan – Industri Makanan &Minuman 2013

DAFTAR ISI

DISCLAIMER ................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................... iii
BAB I ............................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Gambaran Umum Produk Makanan dan Minuman ............................................... 1
1.2 Sekilas Perkembangan Industri Makanan dan Minuman ...................................... 2
BAB II .............................................................................................................................. 4
PROSES BISNIS ............................................................................................................ 4
2.1 Kegiatan Industri................................................................................................... 4
2.1.1 Pengadaan Bahan Baku ................................................................................... 4
2.1.2 Proses Produksi ................................................................................................ 5
2.1.3 Pemasaran hasil produksi ................................................................................ 8
2.2 Sistem Akuntansi ................................................................................................ 10
2.2.1 Analisis Perkiraan pada Laporan Keuangan dan SPT ..................................... 10
2.2.2 Analisis Perkiraan Penghasilan ....................................................................... 11
2.2.3 Analisis Biaya .................................................................................................. 12
BAB III .......................................................................................................................... 18
PERATURAN DAN DATA TERKAIT ............................................................................. 18
3.1 Peraturan yang Terkait dengan Industri Makanan Dan Minuman........................ 18
3.2 Potensi Perpajakan............................................................................................. 19
3.3 Perijinan ............................................................................................................. 21
3.4 Industri Terkait .................................................................................................... 22
BAB IV ......................................................................................................................... 23
PERSIAPAN DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN .......................................................... 23
4.1 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan ........................................................................ 23
4.1.1 Prosedur Pemeriksaan Atas Peredaran Usaha ............................................... 23
4.1.2 Prosedur Pemeriksaan atas Harga Pokok Penjualan ..................................... 23

iii
Modul Pemeriksaan – Industri Makanan &Minuman 2013

4.1.3 Prosedur Pemeriksaan Pengurang Penghasilan Bruto .................................... 23


4.1.4 Prosedur Pemeriksaan atas Pendapatan di Luar Usaha ................................. 26
4.1.5 Pengujian/Equalisasi Dengan Pajak Terkait .................................................... 26
4.2. Prosedur Pemeriksaan Lainnya yang Perlu Diperhatikan ................................... 27
BAB V .......................................................................................................................... 30
PENUTUP ..................................................................................................................... 30
CONTOH KASUS ......................................................................................................... 30

iv
Modul Pemeriksaan – Industri Makanan &Minuman 2013

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Produk Makanan dan Minuman


Berdasarkan PP No. 48 tahun 2001 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Badan Pengawas Makanan dan
minuman dan Makanan, maka produk makanan dan minuman dapat dikategorikan
dalam beberapa jenis, antara lain :
a. Produk pangan khusus dan olahan tertentu termasuk pangan berklaim, pangan
dengan target konsumen khusus bayi dan balita, penderita penyakit tertentu, ibu
hamil dan menyusui serta pangan diet khusus,
b. Produk susu dan hasil olahannya,
c. Produk susu fermentasi, susu pasteurisasi, es krim,
d. Produk daging, unggas dan hasil olahannya,
e. Produk pangan berasam rendah dalam kaleng, buah/sayur dan hasil olahannya
dalam kaleng,
f. Produk pangan hasil rekayasa genetik, iradiasi dan pangan organik,
g. Minuman beralkohol,
h. Minuman ringan, minuman serbuk, sirup,
i. Coklat bubuk, coklat instan, coklat padat, selai/ jam dan sejenisnya,
j. Air minum dalam kemasan (AMDK),
k. Tepung terigu,
l. Hasil olahan tepung terigu,
m. Tepung beras, tepung ketan, tepung jagung dan tepung lainnya selain tepung
terigu, kelapa, buah, sayur, gula, minyak, lemak, dan hasil olahannya.
n. Madu, kopi, teh, garam,rempah-rempah, bumbu, saos, kecap, kacang-kacangan,
biji-bijian, bahan tambahan pangan, agar-agar serbuk dan oat.

Direktorat Pemeriksaan & Penagihan Halaman 1


Modul Pemeriksaan – Industri Makanan &Minuman 2013

1.2 Sekilas Perkembangan Industri Makanan dan Minuman

Pertumbuhan ekonomi (PDB) Indonesia pada Triwulan II-2011 dibandingkan


Triwulan II-2011 (y-on-y) mengalami pertumbuhan sebesar 6,49%. Pertumbuhan ini
didukung oleh semua sektor, antara lain sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar
10,65%, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 9,57%, sektor Bangunan
sebesar 7,4%, dan sektor Industri Pengolahan Non Migas sebesar 6,61% (Sumber :
Kementerian Perindustrian, 7 Agustus 2011).

Kontribusi sektor Industri Pengolahan Non Migas pada Triwulan II-2011


mengalami pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan Triwulan I-2011 maupun periode
yang sama pada tahun 2010. Cabang industri yang memberikan kontribusi tertinggi
terhadap pertumbuhan ekonomi adalah industri makanan dan minuman (mamin)
sebesar 34,71%.

Berdasarkan data GAPMMI (Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman


Indonesia), terdapat trend pertumbuhan industri makanan dan minuman dalam negeri,
yang dapat dilihat dari peningkatan volume penjualan sejak tahun 2007 sampai dengan
tahun 2010. Ironisnya total volume impor produk mamin juga mengalami peningkatan,
sejalan dengan masuknya Indonesia menjadi bagian integral dari perekonomian regional
dan perekonomian global melalui berbagai perjanjian bilateral dan multilateral seperta
ASEAN – China Free Trade Area.

Bentuk badan hukum dari sebagian besar industri makanan dan minuman di
Indonesia adalah dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT), baik dengan status
penyertaan modal dalam negeri (PMDN) ataupun melalui joint venture yaitu gabungan
penyertaan modal dalam negeri dengan modal asing (PMA).

Perusahaan yang didirikan dengan PMDN dapat dikategorikan menjadi


perusahaan pabrikan (manufacture company) dan industri rumahan (home industri).
Perbedaan keduanya adalah umumnya semua proses di perusahaan manufaktur
melibatkan berbagai peralatan dan mesin-mesin modern, sebaliknya di industri rumahan
lebih mengutamakan penggunaan tenaga kerja (labour) dan peralatan yang sederhana
dalam proses produksinya. Hal tersebut tentu sangat berdampak dalam hasil

Direktorat Pemeriksaan & Penagihan Halaman 2


Modul Pemeriksaan – Industri Makanan &Minuman 2013

produksinya, dimana perusahaan manufaktur cenderung menghasilkan produk dalam


skala besar (jumlah banyak) dan industri rumahan menghasilkan produk dalam jumlah
yang terbatas sesuai dengan kapasitas modal yang dimilikinya.

Perusahaan yang didirikan dengan PMA biasanya merupakan anak perusahaan


dari perusahaan makanan dan minuman di luar negeri yang mempunyai hak
paten/royalty terhadap produk-produk tertentu, atau yang secara langsung dan tidak
langsung sangat tergantung dengan induknya baik secara manajemen maupun ikatan-
ikatan tertentu. Dalam hal ini unsur hubungan istimewa menjadi dominan dan sangat
berpengaruh terhadap setiap aspek kegiatan perusahaan mulai dari manajerial sampai
dengan kebijakan penentuan harga maupun pemasarannya.

Berdasarkan sertifikasi yang dikeluarkan oleh Badan Pengawas Makanan dan


minuman dan Makanan (BPOM) berdasarkan cara produksi makanan yang baik, industri
makanan dan minuman dapat diklasifikasikan menjadi industri besar, industri
menengah, dan industri kecil.

Direktorat Pemeriksaan & Penagihan Halaman 3


Modul Pemeriksaan – Industri Makanan &Minuman 2013

BAB II

PROSES BISNIS

2.1 Kegiatan Industri

Kegiatan produksi industri makanan dan minuman di Indonesia diawasi oleh


Direktorat Jenderal Pengawasan Makanan dan minuman dan Makanan Departemen
Kesehatan. Instansi tersebut menerapkan standar Cara Pembuatan Makanan dan
minuman yang Baik (CPOB) atau dikenal sebagai Good Manufacturing Practices (GMP).
Setiap perusahan makanan dan minuman akan dinilai kelayakan proses produksinya
sesuai standar tersebut dan diberikan sertifikasi sesuai hasil penilaian.
Kegiatan operasi pokok dari industri makanan dan minuman, sebagaimana
industri manufaktur, meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. pengadaaan bahan baku,
b. pelaksanaan proses produksi, dan
c. pemasaran hasil produksi.

2.1.1 Pengadaan Bahan Baku


Bagi perusahaan makanan dan minuman dengan penanaman modal asing,
bahan baku biasanya diperoleh/diimpor dari perusahaan induk di luar negeri.
Sedangkan pengadaan bahan penolong serta pengemasan pada umumnya
dapat diperoleh dari dalam negeri.

Bahan baku yang dibutuhkan biasanya bukan berupa bahan mentah melainkan
sudah dalam bentuk bahan setengah jadi, dalam arti sudah melalui suatu proses
produksi sampai level tertentu.

Bahan baku yang sudah setengah jadi tersebut oleh perusahan makanan dan
minuman di Indonesia dimasukkan dalam proses produksi dengan ditambah
bahan penolong untuk menghasilkan suatu produk. Karena bahan bakunya

Direktorat Pemeriksaan & Penagihan Halaman 4


Modul Pemeriksaan – Industri Makanan &Minuman 2013

sudah berupa bahan setengah jadi, dalam proses produksi, tingkat rendemennya
sangat rendah atau bahkan dapat dikatakan tidak terdapat rendemen.

Namun demikian, terdapat beberapa perusahaan makanan dan minuman yang


dalam proses produksinya masih menggunakan bahan baku yang masih mentah,
sehingga dalam proses produksi ini, tingkat rendemen-nya cukup besar.

2.1.2 Proses Produksi


Proses produksi yang digunakan biasanya menggunakan ban berjalan dan telah
dilakukan secara otomatis mulai dari penyiapan bahan baku, proses produksi itu
sendiri (proses pencampuran, pencetakan), sampai dengan packing atau
pembungkusan.

Masing-masing jenis makanan dan minuman mempunyai jenis dan kataristik


tersendiri dalam proses produksinya walaupun ada beberapa jenis makanan dan
minuman yang mempunyai proses produksi yang hampir sama. Adanya
karakteristik dan proses produksi yang berbeda-beda ini menyebabkan masing-
masing perusahaan juga mempunyai perbedaan dalam proses produksinya. Ada
perusahaan yang sangat sederhana dalam proses produksinya dalam arti proses
produksi tidak memerlukan teknologi yang tinggi yaitu hanya melakukan proses
pencampuran (mixing) saja. Namun, ada pula perusahaan yang membutuhkan
teknologi tinggi dalam proses produksinya, misalnya untuk membuat makanan
dan minuman tertentu dibutuhkan proses pencampuran dalam kondisi suhu
dibawah 100 derajat C dalam ruangan hampa udara.

Suatu bahan baku tertentu dapat digunakan untuk memproduksi beberapa


macam makanan dan minuman melalui proses pencampuran dengan bahan
pembantu yang berlainan. Misalnya ekstrak XX tersebut dicampur dengan bahan
baku A jadi minuman AXX, sedangkan ekstrak XX tersebut apabila dicampur
dengan bahan baku B akan menjadi minuman BXX.
Dengan adanya karakteristik yang berbeda-beda, proses produksi yang cukup
rumit, bahan baku yang dapat digunakan untuk memproduksi beberapa jenis
makanan dan minuman/produk, serta semakin berkembangnya teknologi proses

Direktorat Pemeriksaan & Penagihan Halaman 5


Modul Pemeriksaan – Industri Makanan &Minuman 2013

produksi; pemeriksa pajak harus memahami benar kegiatan produksi dari wajib
pajak yang diperiksa.

Contoh proses produksi dapat digambarkan sebagai berikut:

Proses produksi 1

Bahan
Baku A

Proses Makan Packing Gudang


Bahan
Produksi an X
Baku B

Bahan
Baku C

Direktorat Pemeriksaan & Penagihan Halaman 6


Modul Pemeriksaan – Industri Makanan &Minuman 2013

Proses Produksi 2

Bahan
Baku G

Proses
Pemisah
an

Bahan Bahan
Bahan Bahan Baku G2 Baku B
Baku A Baku G1

Proses
Proses Produksi
Produksi

Maka
Maka nanZ
nanY

Packing
Packing

Gudang
Gudang

Direktorat Pemeriksaan & Penagihan Halaman 7


Modul Pemeriksaan – Industri Makanan &Minuman 2013

2.1.3 Pemasaran hasil produksi

 Distribusi /Pemasaran Produk Makanan dan Minuman


Penjualan hasil produksi makanan dan minuman dari perusahaan makanan
dan minuman di Indonesia pada umumnya untuk konsumsi/pasaran dalam
negeri. Namun ada juga sebagian hasil produksi yang dijual ke luar
negeri/diekspor. Jalur distribusi pemasaran makanan dan minuman untuk
penjualan lokal dilakukan melalui Distributor atau Pedagang Besar dengan
cara penjualan putus yang didukung dengan kontrak. Distributor kemudian
akan menyalurkannya ke supermarket, pasar dan atau toko makanan dan
minuman yang kemudian dijual kepada konsumen. Sedangkan untuk
penjualan ekspor biasanya dikirimkan kepada perusahaan induknya atau
groupnya, disamping juga diekspor kepada pihak ketiga.

Dalam kontrak jasa perantara dengan Distributor / Pedagang Besar berisi


tentang hak dan kewajiban. Ada suatu klausul tertentu yang cukup unik yaitu
adanya kewajiban bagi distributor untuk mengiklankan atau mengenalkan
produk produsen makanan dan minuman dengan beberapa cara salah
satunya berupa pemberian suatu bonus atau imbalan kepada toko makanan
dan minuman bila dapat menjual produk tertentu dalam jumlah tertentu.

Proses pemasaran produk makanan dan minuman-makanan dan minumanan


mempunyai karakteristik tertentu. Untuk pemasaran atau memperkenalkan
produk makanan dan minuman dapat dilakukan secara umum kepada publik
baik melalui media cetak maupun media elektronika.

 Biaya Pemasaran
Di dalam proses pemasaran makanan dan minuman akan timbul biaya-biaya
baik yang terkait langsung maupun tidak langsung dalam penjualan hasil
produksi. Biaya pemasaran untuk produk makanan dan minuman biasanya
berupa biaya iklan melalui media massa antara lain : koran, majalah, televisi,
radio dan billboard.

Direktorat Pemeriksaan & Penagihan Halaman 8


Modul Pemeriksaan – Industri Makanan &Minuman 2013

Selain biaya iklan, biaya yang biasanya timbul di dalam jalur distribusi /
pemasaran produk makanan dan minuman, adalah :
- Biaya Seminar dan Ekshibisi / Pameran
Biaya ini merupakan pengeluaran untuk memperkenalkan produk
perusahaan baik produk baru maupun produk lama, seperti antara lain :
Honor dan akomodasi peserta,
Sewa tempat, sewa stan dan pemasangan banner/baliho
Biaya presentasi dan lain-lain.
- Bonus
Bonus merupakan penghargaan berupa uang (black bonus) atau barang
kepada distributor dan atau retailer (supermarket/pasar/toko) yang telah
berprestasi dalam pencapaian target yang telah ditetapkan.
- Promotion Materials
Biaya ini merupakan contoh makanan dan minuman yang diberikan
kepada distributor dan atau retailer dalam rangka memperkenalkan
produknya.

Perusahaan Yang Terkait Dalam Pemasaran Makanan dan minuman-


Makanan dan minumanan adalah :

Produsen Distributor Konsumen


MAMIN MAMIN RETAI
LER

Dari gambar tersebut diatas terlihat bahwa rantai produk/makanan dan


minuman yang dihasilkan oleh produsen makanan dan minuman tidak
langsung didistribusikan ke konsumen akhir (pemakai) tetapi melalui jalur
pemasaran yang melibatkan unit pemasaran baik yang berasal dari internal
perusahaan maupun dari pihak lain.

Direktorat Pemeriksaan & Penagihan Halaman 9


Modul Pemeriksaan – Industri Makanan &Minuman 2013

2.2 Sistem Akuntansi

Sebelum memulai pemeriksaan, pemeriksa harus terlebih dahulu memahami


sistem akuntansi perusahaan makanan dan minuman, baik mengenai pengendalian
internalnya maupun akun-akunnya. Pada perusahaan makanan dan minuman karena
sifatnya yang spesifik ini maka terdapat akun-akun yang khusus atau spesifik pula.
Dengan memahami pengendalian intern maka pemeriksa dapat mengetahui atau
memperkirakan kelemahan-kelemahan yang ada dan dapat memprediksikan hal-hal
yang mungkin dapat terjadi sehubungan dengan peraturan perpajakannya.
Pengendalian internal yang baik dicirikan antara lain adanya pemisahan fungsi
antara pencatatan, penyimpanan, dan otorisasi. Sistem yang ada telah disusun dan
dijalankan dimana metode dan ketentuan untuk melindungi harta, mencek kecermatan
dan keandalan pencatatan/akuntansi, meningkatkan efisiensi usaha, dan mendorong
ditaatinya kebijakan manajemen yang telah digariskan.

2.2.1 Analisis Perkiraan pada Laporan Keuangan dan SPT


Dengan memahami akun/perkiraan pada perusahaan makanan dan minuman akan
diperoleh gambaran yang cukup baik mengenai kegiatan perusahaan dan
bagaimana pencatatan perusahaan sehubungan dengan kegiatannya. Dalam bagian
ini kita juga dapat memperoleh gambaran beberapa akun khusus yang biasanya
terdapat pada perusahaan produsen makanan dan minuman. Untuk itu perlu
dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Lakukan analisis Laporan Keuangan dan SPT untuk menentukan pos-pos yang
perlu dilakukan penelitian yang mendalam dan untuk penerapan audit sampling.
b. Perhatikan laporan pemeriksaan pajak terdahulu (jika ada), lakukan pencatatan
masalah-masalah dan temuan-temuan pada pemeriksaan terdahulu tersebut,
serta ketetapan pajak yang belum dibayar.

Direktorat Pemeriksaan & Penagihan Halaman 10


Modul Pemeriksaan – Industri Makanan &Minuman 2013

2.2.2 Analisis Perkiraan Penghasilan


a. Penjualan (Sales)

Pengakuan pendapatan pada umumnya diakui bila risiko yang signifikan dan
kekuasaan atas kepemilikan produk telah berpindah kepada pembeli, dan tidak
ada ketidak-pastian yang signifikan yang mungkin terjadi.

 Gross Sales

Gross Sales adalah penjualan kotor dari produk yang dihasilkan yaitu makanan
dan minuman-makanan dan minumanan, baik tunai maupun kredit.
Pencatatan pendapatan/penjualan ini pada umumnya diakui pada waktu barang
telah dikirimkan dan diterima oleh pembeli dalam hal ini Distributor / Pedagang
Besar dan telah dibuatkan Faktur Penjualannya.
Penjualan kepada Distributor ini biasanya adalah penjualan putus, sehingga
risiko yang terjadi setelah penjualan adalah ditanggung oleh pembeli (Distributor
/ Pedagang Besar).

 Discount on Sales

Discount on Sales adalah potongan penjualan yang diberikan oleh perusahaan


kepada pembeli (Distributor / Pedagang Besar) karena antara lain pembelian
dalam jumlah (partai) besar, riwayat/kondite pembayaran yang baik dari
Distributor / Pedagang Besar, dan adanya program khusus dari pemerintah.

Discount on Sales ini dicatat atau dicantumkan dalam Faktur Pajak yang
diterbitkan oleh perusahaan sebagai pengurang penjualan.

b. Pendapatan lain-lain (Other Income)


 Reimbursement of Cost
Perkiraan ini adalah tagihan kembali atas biaya-biaya yang telah dikeluarkan
sehubungan dengan kegiatan perusahaan. Pada umumnya pendapatan ini
adalah bagian biaya yang harus ditanggung pihak lain misalnya Induk
Perusahaan. Biaya-biaya ini antara lain biaya pemasaran, sponsorship,
penelitian dan pengembangan.

Direktorat Pemeriksaan & Penagihan Halaman 11


Modul Pemeriksaan – Industri Makanan &Minuman 2013

2.2.3 Analisis Biaya

a. Harga Pokok Penjualan (Cost Of Sales)

 Cost of Materials Used


Biaya atas penggunaan material sehubungan dengan proses produksi.

 Operating Expenses Allocated to Production


Bagian biaya operasi (biaya tidak langsung) yang dialokasikan kepada harga
pokok penjualan, hal ini digunakan untuk menghitung harga jualnya dan
membandingkan antara harga pokok dengan harga jual guna kepentingan
manajemen.
 Good in Process
Barang dalam proses, yaitu barang belum siap dijual atau setengah jadi karena
adanya cut off akuntansi.
 Finished Goods
Barang jadi yang siap untuk dijual.
Biasanya perhitungan harga pokok penjualan disajikan sbb:

Cost of materials used XXX


Operating Expenses allocated to production XX
Total Production Cost XXXXX
Good In Process (Beginning Balance) X
Good In Process (Ending Balance) (XX)
Finished Goods (Beginning Balance) X
Finished Goods (Ending Balance) (XX)
Cost Of Sales XXX

b. Biaya-biaya Operasi (Operating Expenses)

 Seminar dan Ekshibisi / Pameran

Biaya ekshibisi adalah biaya memperkenalkan produk baru, biasanya dilakukan


dengan cara membuat launching (peluncuran). Kegiatan ini biasanya dilakukan

Direktorat Pemeriksaan & Penagihan Halaman 12


Modul Pemeriksaan – Industri Makanan &Minuman 2013

pada waktu memperkenalkan produk baru dipasar. Launching atau peluncuran


produk baru ini dapat dilakukan sendiri oleh perusahaan atau dengan meminta
jasa dari pihak ketiga, biasanya Event Organizer. Bila menggunakan jasa event
organizer juga tergantung dari perjanjiannya masing-masing. Ada yang
membayar secara paket yaitu semua dikelola oleh Event Organizer dari
akomodasi kedatangan peserta, penginapan, uang saku, sampai dengan
kegiatan launching tersebut. Namun ada pula yang menggunakan jasa event
organizer hanya khusus untuk kegiatan launchingnya, sedangkan pembayaran
akomodasi, penginapan dan uang saku dilakukan oleh pihak perusahaan
produsen makanan dan minuman tersebut.

 Sponsorship

Yaitu biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan adanya kegiatan tertentu


dimana perusahaan ikut menyumbang sejumlah dana dengan perjanjian dapat
mempromosikan produknya pada acara tersebut. Misalnya ada event
pertandingan sepakbola dan perusahaan sebagai salah satu sponsornya,
dengan perjanjian peserta sepakbola harus mengenakan kostum dengan logo
perusahaan makanan dan minuman tersebut atau sesuai dengan hak-hak
tertentu yang tercantum dalam perjanjian sponsorshipnya.

 Royalty and Technical Assistance Fees

Royalty adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sehubungan dengan


hak yang diterima. Hak dalam hal ini adalah hak untuk memproduksi produk
tertentu dan memasarkannya. Royalty dalam hal ini ada dua macam yaitu royalty
sehubungan dengan formula atau campuran/cara memproduksi produk/makanan
dan minuman dan royalty sehubungan dengan penggunaan merek dagang atas
produk tertentu. Perhitungan biaya royalty ini bermacam-macam sesuai dengan
perjanjiannya. Namun pada umumnya perhitungan royalty sehubungan dengan
cara produksi (formula) biasanya dihubungkan dengan jumlah penjualan produk
tersebut dan lama barunya produk tersebut dipasaran.

Sedangkan Technical Assistance Fees adalah biaya asistensi yang dilakukan


oleh pihak pemilik royalty sehubungan dengan cara produksi yang dilakukan oleh

Direktorat Pemeriksaan & Penagihan Halaman 13


Modul Pemeriksaan – Industri Makanan &Minuman 2013

perusahaan produsen makanan dan minuman tersebut. Asistensi ini dapat


dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung. Asistensi yang dilakukan
secara langsung adalah dengan adanya petugas/pegawai dari pemilik royalty
mendatangi pabrik dan melakukan pengawasan dan supervisi terhadap proses
produksinya, sedangkan asistensi secara tidak langsung adalah hanya dengan
melakukan hubungan jarak jauh. Biasanya perjanjian biaya royalty sehubungan
dengan formula dan Technical Assistance Fees digabungkan menjadi satu, atau
dalam satu paket.

 Promotional Materials

Yaitu biaya yang dikeluarkan atau dibebankan sehubungan dengan pembelian


barang yang akan digunakan untuk promosi. Barang-barang ini biasanya
merupakan barang sesuai dengan pesanan perusahaan, karena dalam barang
promotional ini biasanya ada logo atau keterangan mengenai perusahaan atau
merek dari produk. Barang-barang promotional ini antara lain jam tangan, pulpen,
kaos, atau topi. Barang-barang ini akan diberikan kepada distributor atau
konsumen secara cuma-cuma.

 Proffesional Fees

Yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan atau dibebankan sehubungan dengan jasa


yang diterima. Jasa yang khusus dengan bidang makanan dan minuman ini
adalah jasa pembicara/keynote speaker dalam acara launching produk yang
biasanya dilakukan oleh salah satu staf dari pemilik royalty produk tersebut.

 Contract Labour

Yaitu biaya kepegawaian sehubungan dengan pegawai tidak tetap perusahaan,


antara lain untuk marketing atau account representative.

 Advertising and Promotions

Yaitu biaya yang dikeluarkan atau dibebankan sehubungan dengan kegiatan


promosi dan iklan. Dalam akun ini biasanya terdiri dari biaya untuk iklan baik di
media cetak atau elektronika, uang dan atau natura yang diberikan sebagai

Direktorat Pemeriksaan & Penagihan Halaman 14


Modul Pemeriksaan – Industri Makanan &Minuman 2013

imbalan kepada supermarket, pasar dan toko makanan dan minuman, dan biaya-
biaya lainnya sehubungan dengan kegiatan promosi. Dalam biaya ini kadang-
kadang ada pula biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan sewa stan dalam
seminar/pameran.

 Annual Meeting and Conference

Biaya yang dikeluarkan atau dibebankan sehubungan dengan kegiatan


pertemuan tahunan dan konferensi yang dilakukan oleh perusahaan. Dalam
melaksanakan kegiatan pemasaran atau promosinya ada beberapa perusahaan
melakukannya dengan cara mengadakan pertemuan tahunan baik untuk
pegawainya maupun dengan distributor, asosiasi atau perkumpulan yang
merupakan target penjulan produk tertentu. Tema yang digunakan/dipakai adalah
temu keluarga (Family Gathering) untuk merekatkan hubungan antar pegawai
dan penderita penyakit tertentu. Kegiatan yang dilakukan antara lain wisata,
outbound, pertemuan biasa, dan tukar menukar pengalaman. Seluruh biaya
ditanggung oleh perusahaan (produsen makanan dan minuman).
 Provision for Allowance for Inventory Obsolescence

Pencadangan biaya sehubungan dengan kemungkinan adanya barang rusak


atau kedaluarsa. Produk makanan dan minuman mempunyai tanggal kedaluarsa
(expired date) sehingga biasanya perusahaan mencadangkan (misalnya dalam
prosentase tertentu) adanya kemungkinan barang jadi yang kedaluarsa atau
rusak baik yang ada di gudang maupun dalam proses.
Perusahaan biasanya telah melakukan koreksi fiskal positif atas biaya ini.

c. Biaya Lain-lain (Other Expenses)

 Realization of Provision for Discontinued and Expired Products

Pengakuan biaya atau kerugian sehubungan dengan adanya barang yang


kedaluarsa atau rusak. Sebelum dilakukan penghapusan atau pemusnahan
terhadap barang-barang kedaluarsa ini, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan
oleh Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dan dibuatkan berita
acaranya. Pemusnahan barang-barang kedaluarsa tersebut juga harus

Direktorat Pemeriksaan & Penagihan Halaman 15


Modul Pemeriksaan – Industri Makanan &Minuman 2013

disaksikan oleh instansi yang berwenang (BPOM) dan dibuatkan berita acaranya
pula.

 Provision for Annual Conference

Karena kegiatan konferensi tahunan dilaksanakan secara berkala maka ada


beberapa perusahaan yang mencadangkan biaya atas kegiatan ini.

2.2.4 Analisis Lainnya Yang Perlu Diperhatikan

a. Riset dan Pengembangan


Riset dan pengembangan yang dilakukan perusahaan makanan dan minuman
dapat dilakukan sendiri maupun dengan meminta jasa pihak ketiga. Bagi
perusahaan yang telah memiliki laboratorium sendiri dapat melakukan riset dan
pengembangan sendiri, walaupun tidak menutup kemungkinan perusahaan
tersebut selain melakukan riset sendiri juga meminta jasa pihak ketiga untuk
melakukan penelitian tertentu.

Jenis-jenis penelitian yang dilakukan sehubungan dengan produk pada


umumnya adalah :
1. Riset untuk menciptakan produk baru
2. Riset untuk mengembangkan produk lama menjadi lebih baik
3. Riset untuk mengetahui manfaat atau kelebihan/kelemahan produk (menguji
makanan dan minuman).

Riset nomor 1 dan 2 pada umumnya dilakukan pada laboratorium milik sendiri,
sedangkan riset nomor 3 selain dapat dilakukan di laboratorium sendiri juga
dapat meminta jasa pihak ketiga.

Untuk perusahaan yang merupakan anak perusahaan dari perusahaan asing


biasanya biaya untuk meneliti kemampuan/keampuhan makanan dan
minuman/produk ini di Indonesia dananya disediakan oleh pihak induk
perusahaan. Selain itu ada pula biaya bersama riset dan pengembangan yaitu

Direktorat Pemeriksaan & Penagihan Halaman 16


Modul Pemeriksaan – Industri Makanan &Minuman 2013

pembebanan biaya riset dan pengembangan oleh induk perusahaan kepada


anak perusahaan.

b. Mempelajari Layout Pabrik dan Gudang


Tujuan dari mempelajari layout pabrik dan gudang adalah untuk mengetahui
gambaran secara umum tentang:
 Jenis produk apa saja yang dihasilkan, sehingga tidak ada produk yang tidak
diketahui dan tidak dilaporkan.
 Cara penyimpanan dan pengeluaran barang dalam gudang, sehingga semua
barang yang dikeluarkan dari gudang telah dicatat dalam akuntansinya.
 Alur produksi, sehingga dapat diyakini bahwa pengamanan terhadap
asset/barang perusahaan terjamin.

Untuk tujuan tersebut di atas, perlu dilakukan beberapa hal sebagai berikut.
 Minta dan pelajari layout atau peta proses produksi dari pabrik dan gudang
penyimpanannya.
 Lakukan tinjauan ke pabrik
 Minta jenis produk dan bandingkan dengan keadaan dilapangan
 Lakukan tinjauan ke gudang
 Mintakan kartu gudang dan bandingkan dengan saldo per akhir tahun.

c. Pengumpulan Data dari Pihak Ketiga


Tujuan dari pengumpulan data pihak ketiga adalah untuk mengetahui kebenaran
laporan, misalnya berita acara pemusnahan barang kedaluarsa. Untuk meyakini
jumlah/jenis produknya perlu dilakukan konfirmasi dengan BPOM.

Direktorat Pemeriksaan & Penagihan Halaman 17


Modul Pemeriksaan – Industri Makanan &Minuman 2013

BAB III

PERATURAN DAN DATA TERKAIT

3.1 Peraturan yang Terkait dengan Industri Makanan Dan


Minuman
No. Uraian Keterangan
1. Undang Undang Republik Indonesia No.5 Tentang Perindustrian
Tahun 1984
2. Undang Undang Republik Indonesia No. Tentang Ijin Usaha Industri
13 Tahun 1999
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Tentang Kebijakan Industri Nasional
No.28 Tahun 2008
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tentang Keamanan mutu dan Gizi Pangan
No.28 Tahun 2004
5. Peraturan Menteri Negara Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kawasan
LingkunganHidup No.03 Tahun 2010 Industri
6. Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
RepublikIndonesia Kesehatan No.722/MENKES/PER/IX/1988 Tentang
No.1168/MENKES/PER/X/1999 Bahan Tambahan Makanan
7. Keputusan Menteri Kesehatan Tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasaboga
RepublikIndonesia
No.715/MENKES/SK/V/2003
8. Keputusan Kepala Badan Tentang Penggunaan Chitosan Dalam Produk
PengawasanObat Dan Makanan Republik Pangan
IndonesiaNo.HK.00.05.53.6581
9. Peraturan Kepala Badan PengawasanObat Tentang Pencatuman Informasi Asal Bahan
Dan Makanan Republik Indonesia Tertentu, kandungan Alkohol dan Batas
No.HK.03.1.23.06.10.5166 Kadaluwarsa Pada Penandaan/Label Obat, Obat
Tradisional, Suplemen Makanan dan Pangan
10. Peraturan Menteri Perdagangan Republik Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Indonesia No.14/M-DAG/PER/3/2010 Perdagangan No.17/M-DAG/PER/5/2009 Tentang
Tata Cara Penetapan Harga Patokan Ekspor Atas
Barang Ekspor yang Dikenakan Bea keluar

Direktorat Pemeriksaan & Penagihan Halaman 18


Modul Pemeriksaan – Industri Makanan &Minuman 2013

3.2 Potensi Perpajakan


Adapun potensi pajak yang harus diperhatikan dalam kegiatan pemeriksaan di sektor
makanan dan minuman khususnya pada produsen makanan dan minuman adalah
sebagai berikut:

No. Tahap Kegiatan Obyek Pajak Jenis Pajak

1. Perijinan pendirian Ganti Rugi Tanah PBB/ BPHTB


pabrik

- Pembelian (impor/lokal)
2. Pembelian bahan baku PPh Ps.22, PPh Ps.23
- Penyimpanan
dan PPN ( Jasa Luar
- Pengangkutan
Negeri )

3 Proses Produksi :

3.a Biaya Tenaga Kerja Pembayaran Gaji, bonus, PPh Ps.21


upah borongan/harian

3.b Biaya Packing/Kemasan Pembebanan jumlah biaya, PPh Ps. 9 (1) UU No 36


dan penggunaan jasa Th. 2008, PPh Ps. 23,
maklon PPN

3.c Royalty Tidak ada pegawai dari PPN Jasa Luar Negeri,
pemilik royalty yang datang PPh Ps. 26

3.d Technical Assistance Tidak ada pegawai yang PPN Jasa Luar Negeri,
Fees datang PPh Ps. 26

- Biaya Penyusutan
3.e Atas Aset PPh Ps. 23. PPh Ps. 25
- Biaya pemeliharaan

3.f Penghapusan barang Biaya/kerugian yang ditang- PPh Ps. 9 (1) UU No 36


produksi kedaluarsa gung bersama antara, Th. 2008
Produsen makanan dan

Direktorat Pemeriksaan & Penagihan Halaman 19


Modul Pemeriksaan – Industri Makanan &Minuman 2013

minuman, dan Distributor /


Pedagang Besar

4. Pemasaran :

4.a Ekshibisi, Seminar, a. Dilaksanakan sendiri PPh Ps. 21, Ps. 9 UU


Launching Produk, No 36 Th. 2008
b. Diborongkan kepada
promosi
pihak ketiga PPh Ps. 21, PPh Ps.23,
Ps. 9 UU No 36 Th.
2008

4.b Pemberian imbalan kpd. Pemberian imbalan kpd PPh Ps.21, Ps. 23
Retailer, konsultan supermarket, pasar, atau
toko yang telah mencapai
target penjualan tertentu
untuk produknya atau
konsultan.

4.c Sponsorship Dalam bentuk sewa PPh Ps. 23

4.d Promotional Materials Pemberian barang-barang PPN


promosi secara gratis

- Penjualan Ekspor PPN, PPh Pasal 25,


4.e Penjualan
- Penjualan Impor PPN atas Penjualan
- Penjualan aktiva tetap aktiva tetap yang
yang menurut semula menurut semula tidak
tidak untuk untuk diperjualbelikan
diperjualbelikan

Biaya PPh Pasal 25


5. Kerugian penurunan nilai

Direktorat Pemeriksaan & Penagihan Halaman 20


Modul Pemeriksaan – Industri Makanan &Minuman 2013

3.3 Perijinan
Untuk melindungi masyarakat dari produk pangan olahan yang membahayakan
kesehatan konsumen, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan berbagai peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan keamanan pangan. Salah satunya
adalah peraturan mengenai kewajiban pendaftaran produk pangan olahan seperti
yang tercantum dalam PP No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan dan
PP No. 48 tahun 2001 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan
Pajak yang Berlaku pada Badan Pengawas Makanan dan minuman dan Makanan.
Institusi pemerintah yang bertanggungjawab terhadap peredaran produk pangan
olahan di seluruh Indonesia adalah Badan Pengawasan Makanan dan minuman dan
Makanan (Badan POM) RI.

Semua produk makanan dan minuman yang akan dijual di wilayah Indonesia, baik
produksi lokal maupun impor, harus didaftarkan dan mendapatkan nomor
pendaftaran dari Badan POM, sebelum boleh diedarkan ke pasar. Peraturan ini
berlaku bagi semua produk pangan yang dikemas dan menggunakan label sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagi Badan POM, nomor
pendaftaran ini berguna untuk mengawasi produk-produk yang beredar di pasar,
sehingga apabila terjadi kasus akan mudah ditelusuri siapa produsennya.

Apabila kita melihat pada produk-produk makanan dan minuman yang beredar di
supermarket, toko, warung dan pasar, maka nomor pendaftaran dapat kita temukan
di bagian depan label produk pangan tersebut dengan kode SP, MD atau ML yang
diikuti dengan sederetan angka. Nomor SP adalah Sertifikat Penyuluhan, merupakan
nomor pendaftaran yang diberikan kepada pengusaha kecil dengan modal terbatas
dan pengawasan diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kodya, sebatas
penyuluhan. Nomor MD diberikan kepada produsen makanan dan minuman
bermodal besar yang diperkirakan mampu untuk mengikuti persyaratan keamanan
pangan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Sedangkan nomor ML, diberikan
untuk produk makanan dan minuman olahan yang berasal dari produk impor, baik
berupa kemasan langsung maupun dikemas ulang.

Direktorat Pemeriksaan & Penagihan Halaman 21


Modul Pemeriksaan – Industri Makanan &Minuman 2013

Bagi produsen yang mempunyai beberapa lokasi pabrik yang berlainan, namun
memproduksi produk yang sama, maka nomor MD yang diberikan adalah
berdasarkan kode lokasi produk. Sehingga dapat terjadi suatu produk pangan yang
sama, akan tetapi mempunyai nomor MD yang berbeda karena diproduksi oleh
pabrik yang berbeda. Akhir-akhir ini semakin banyak produsen yang menggunakan
jasa produksi dari pabrik lain, atas istilah tol manufaktur atau maklon. Dalam kasus
ini, nomor MD adalah diberikan kepada pobrik yang memproduksi produk tersebut.
Sehingga apabila produsen tersebut akan mengalihkan produksinya ke pabrik lain,
maka harus mendaftar ulang kembali ke Badan POM.

3.4 Industri Terkait


Industri yang memiliki keterkaitan erat dengan industri makanan dan minuman
adalah industri kemasan. Berdasarkan data dari Indonesian Packaging Federation
(IPF), dapat disimpulkan bahwa pemakai terbesar produk kemasan adalah industri
makanan dan minuman yang mencapai hampir 70% dari total produk kemasan.
Sehingga industri kemasan akan ikut bertumbuh seiring dengan pertumbuhan
industri penggunanya.

Direktorat Pemeriksaan & Penagihan Halaman 22


Modul Pemeriksaan – Industri Makanan &Minuman 2013

BAB IV

PERSIAPAN DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN

4.1 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan

4.1.1 Prosedur Pemeriksaan Atas Peredaran Usaha


Prosedur pemeriksaan atas penjualan pokok/utama dapat dikatakan sama dengan
prosedur pemeriksaan pada umumnya sesuai Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-
01/PJ.7/1990 Tentang Pedoman Pemeriksaan Pajak.

4.1.2 Prosedur Pemeriksaan atas Harga Pokok Penjualan


Prosedur pemeriksaan atas Harga Pokok Penjualan pada umumnya hampir sama
dengan prosedur pemeriksaan pada umumnya antara lain :
 Mintakan laporan penggunaan material di pabrik dan bandingkan dengan
laporan akuntansinya,
 Periksa buku besar dan buku pembantu khususnya pada akun yang
berhubungan dengan Harga Pokok Penjualan, antara lain Inventories,
Provision on Inventories Obsolescence,
 Bandingkan antara pembelian dengan pencatatan inventoriesnya,

4.1.3 Prosedur Pemeriksaan Pengurang Penghasilan Bruto

1. Prosedur Pemeriksaan Biaya Exhibitions


Prosedur pemeriksaan yag dapat dilakukan:
 Periksa akun biaya exhibitions,
 Mintakan dan periksa data-data sehubungan dengan kegiatan peluncuran
produk baru,

Direktorat Pemeriksaan & Penagihan Halaman 23


Modul Pemeriksaan – Industri Makanan &Minuman 2013

 Jika dilakukan dengan jasa event organizer atau pihak ketiga mintakan dan
pelajari perjanjian kegiatan peluncuran produk tersebut,
 Resume biaya-biaya yang ada hubungannya dengan Obyek PPh pasal 21
dan 23
 Bandingkan dengan SPT PPh pasal 21 dan Pasal 23 nya
 Keluarkan biaya-biaya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan kena
pajak

2. Prosedur Pemeriksaan Biaya Sponsorship


Prosedur pemeriksaan yang dapat dilakukan:
 Mintakan dan pelajari perjanjian terhadap kegiatan yang disponsori oleh
perusahaan,
 Bandingkan dengan akun biaya Sponsorship,
 Resume biaya-biaya yang merupakan obyek PPh pasal 21 dan 23,
 Bandingkan dengan SPT PPh Pasal 21 dan Pasal 23 nya.

3. Prosedur Pemeriksaan atas Biaya Royalty dan Technical


Assistance Fees
Prosedur pemeriksaan yang dapat dilakukan:
 Mintakan dan pelajari perjanjian royalty antara perusahaan dengan
pemegang royalty,
 Bandingkan perhitungan royalty sesuai dengan kontrak dengan perhitungan
menurut akuntansinya,`
 Mintakan data-data kedatangan pegawai dalam rangka asistensi produksi,
 Bandingkan dengan SPT PPh Pasal 23, Pasal 26, dan PPN Jasa Luar
Negerinya.

4. Prosedur Pemeriksaan atas Biaya Promotional


Materials
Prosedur pemeriksaan yang dapat dilakukan:
 Periksa akun biaya Promotional Materials,

Direktorat Pemeriksaan & Penagihan Halaman 24


Modul Pemeriksaan – Industri Makanan &Minuman 2013

 Mintakan dan periksa data-data mengenai jenis barangnya dan


pemberiannya kepada siapa,
 Resume biaya-biaya yang merupakan obyek PPN,
 Bandingkan dengan SPT PPN-nya.

5. Prosedur Pemeriksaan atas Biaya Advertising and


Promotions
Prosedur pemeriksaan yang dapat dilakukan:
 Mintakan dan pelajari perjanjian sewa-menyewanya dengan pihak ketiga,
 Resume biaya-biaya yang merupakan obyek PPh Pasal 23,
 Bandingkan dengan SPT PPh Pasal 23nya.

6. Prosedur Pemeriksaan atas Biaya Annual Meeting and


Conference
Prosedur pemeriksaan yang dapat dilakukan:
 Periksa perincian biaya pada akun ini,
 Mintakan dan periksa daftar dan data-data/dokumen sehubungan pengiriman
pegawai atau bukan pegawai untuk mengikuti seminar,
 Bandingkan dengan SPT PPh Pasal 21 dan Pasal 23,
 Resume biaya-biaya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan kena
pajak.

7. Prosedur Pemeriksaan atas Realization of Provision for


Discontinued and Expired Products
Prosedur pemeriksaan yang dapat dilakukan:
 Mintakan dan periksa daftar barang-barang yang dimusnahkan,
 Mintakan dan periksa Berita Acara pemusnahan barang,
 Bandingkan dengan kartu gudangnya, apakah barang-barang yang
dimusnahkan tersebut memang milik perusahaan,

Direktorat Pemeriksaan & Penagihan Halaman 25


Modul Pemeriksaan – Industri Makanan &Minuman 2013

 Lakukan konfirmasi dengan BPOM

4.1.4 Prosedur Pemeriksaan atas Pendapatan di Luar Usaha


Pendapatan di luar usaha berberapa perusahaan dalam industri makanan dan
minuman tidak dapat di generalisasikan. Namun pada umumnya pendapatan di
luar usaha pada industri makanan dan minuman tidak berbeda dengan perusahaan
lain di luar industri makanan dan minuman.
Prosedur pemeriksaan atas perkiraan di luar usaha dapat menggunakan prosedur
pemeriksaan yang berlaku secara umum.

4.1.5 Pengujian/Equalisasi Dengan Pajak Terkait

a. Equalisasi PPN
Lakukan pengujian equalisasi antara perhitungan PPN dalam SPT masa PPN
selama masa yang diperiksa dengan obyek PPN yang dilaporkan pada SPT PPh
Badan baik untuk PPN Masukan maupun PPN Keluaran.

b. Equalisasi PPh Final


Lakukan pengujian equalisasi antara PPh Final yang dilaporkan dalam SPT Masa
PPh Final dengan obyek PPh Final dalam laporan keuangan fiskal yang dilaporkan
dalam SPT PPh Badan.

c. Equalisasi PPh Pasal 21


Lakukan pengujian equalisasi antara PPh pasal 21 yang dilaporkan dalam SPT
Masa dan Tahunan PPh pasal 21 dengan obyek PPh pasal 21 dalam laporan
keuangan fiskal yang dilaporkan dalam SPT PPh Badan.

Direktorat Pemeriksaan & Penagihan Halaman 26


Modul Pemeriksaan – Industri Makanan &Minuman 2013

d. Equalisasi PPh Pasal 23

 Dapatkan kontrak-kontrak atas jasa pada seluruh akun dalam Laporan


Keuangan baik dalam Neraca maupun Laporan Rugi Laba, teliti dan tentukan
nilai/jumlah obyek PPh pasal 23 yang seharusnya.
 Lakukan pengujian equalisasi antara PPh pasal 23 yang dilaporkan dalam SPT
Masa PPh pasal 23 dengan obyek PPh pasal 23 dalam laporan keuangan fiskal
yang dilaporkan dalam SPT PPh Badan, baik untuk PPh pasal 23 wajib pungut
maupun wajib bayar.

e. Equalisasi PPh Pasal 26


Lakukan pengujian equalisasi antara PPh pasal 26 yang dilaporkan dalam SPT
Masa PPh 26 dengan obyek PPh 26 dalam laporan keuangan fiskal yang
dilaporkan dalam SPT PPh Badan.

4.2. Prosedur Pemeriksaan Lainnya yang Perlu


Diperhatikan

a. Prosedur Pemeriksaan atas Transfer Pricing


Berkenaan dengan banyaknya perusahaan makanan dan minuman yang berstatus
PMA, perlu diperhatikan kemungkinan adanya praktek transfer pricing antara
perusahaan makanan dan minuman di Indonesia dengan perusahaan
induknya/principalnya di luar negeri. Praktik transfer pricing tersebut dapat terjadi
pada saat impor bahan baku maupun pada saat ekspor hasil produksi.

Dalam melakukan pengujian atas kemungkinan adanya transfer pricing perlu


diperhatikan juga ketentuan/perjanjian mengenai royalty yang harus dibayarkan
kepada pemilik lisensi. Atas kewajiban pembayaran royalty ini adakalanya tidak
dituangkan dalam kontrak tersendiri. Sehingga apabila ditemukan adanya praktik
transfer pricing, sejumlah selisih antara nilai transaksi dengan harga pasar (total
transfer pricing) harus dijabarkan menjadi dua yaitu sebagai pembayaran royalty
dan sebagai pembayaran deviden terselubung.

Direktorat Pemeriksaan & Penagihan Halaman 27


Modul Pemeriksaan – Industri Makanan &Minuman 2013

Pembayaran deviden terselubung tersebut tidak dapat dibiayakan menurut


ketentuan perpajakan dan harus dikoreksi positif. Atas pembayaran royalty dan
deviden terselubung harus dipotong PPh pasal 26 dengan tarif 15%.

Tujuan pemeriksaannya adalah untuk menentukan kewajaran harga pembelian


barang dari perusahaan yang mempunyai hubungan istimewa. Sedangkan langkah
kerja pemeriksaan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
 Dapatkan daftar penyalur dari barang yang dibeli/diimpor.
 Periksa dan teliti daftar tersebut apakah terdapat penyalur yang mempunyai
hubungan istimewa dengan Wajib Pajak dan telusuri ke bukti aslinya.
 Apabila ada, periksa dan teliti apakah nilai pembelian barang barang tersebut
telah dibukukan dengan nilai yang wajar dengan jalan melakukan konfirmasi ke
sumber informasi apabila barang tersebut dijual dipasaran bebas, misalnya:
o Direktorat Hubungan Perpajakan International DJP
o Ditjen Bea dan Cukai, data mengenai harga patokan barang-barang impor
o PDBI (Pusat Data Bisnis Indonesia), data mengenai ikhtisar kegiatan
operasi perusahaan sejenis, harga dari barang yang diimpor.
 Apabila telah diketahui harga/nilai yang wajar, maka lakukan koreksi atas
pembelian bahan baku tersebut.
 Teliti kembali koreksi tersebut apakah koreksi tersebut memenuhi kriteria
sebagai pembayaran royalti dan atau deviden dan lakukan perhitungan PPh
pasal 23/26 yang harus dibayar oleh Wajib Pajak.

b. Prosedur Pemeriksaan atas Biaya Penelitian Pasar


Dalam industri makanan dan minuman dikenal adanya kegiatan penelitian pasar
untuk memperluas pangsa pasar dengan biaya yang cukup material. Biaya
penelitian pasar tersebut akan menimbulkan permasalahan apabila hasil dari
penelitian pasar dipergunakan baik oleh perusahaan anak di Indonesia maupun
oleh perusahaan induknya di luar negeri. Dalam hal ini diperlukan adanya
penilaian atas kewajaran pembebanan biaya penelitian pasar.

Tujuan prosedur pemeriksaan adalah untuk menentukan beban yang proporsional


terhadap biaya pemasaran bersama dan menentukan kewajaran akan biaya

Direktorat Pemeriksaan & Penagihan Halaman 28


Modul Pemeriksaan – Industri Makanan &Minuman 2013

pemasaran yang dapat dibebankan sebagai Pengurang Penghasilan Pajak.


Prosedur pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah:
 Periksa akun biaya pemasaran yang jumlahnya cukup material.
 Pelajari kontrak kerja dengan pihak yang terkait dengan pelaksanaan penelitian
pasar.
 Mintakan hasil penelitian yang dilakukan oleh pihak konsultan untuk
memastikan bahwa hasil penelitian tersebut hanya ditujukan untuk produk dari
Wajib Pajak di Indonesia saja.
 Jika didapatkan bukti bahwa sebagian hasil penelitian pasar dimanfaatkan oleh
pihak lain, maka biaya penelitian pasar harus dibebankan secara porposional
sesuai produk yang dijual.
 Hitung biaya pemasaran yang wajar untuk beban perusahaan.
 Buat kesimpulan atas biaya penelitian pasar yang dibebankan dalam beban
pemasaran dan tentukan nilai yang wajar untuk beban masing-masing
perusahaan.

c. Prosedur Pemeriksaan atas Biaya Packing / Kemasan


Produk makanan dan minuman sangat berkaitan erat dengan produk kemasan,
untuk menjamin tingkat hygenis dan keamanan dari produk, serta untuk menjadi
daya tarik / promosi kepada konsumen. Sehingga dapat diasumsikan bahwa biaya
kemasan akan berbanding lurus dengan Harga Poko Penjualannya.

Tujuan pemeriksaan adalah untuk menentukan apakah kewajiban pemungutan


PPh pasal 21, pasal 23, PPN, dan pembebanan biaya telah sesuai dengan
ketentuan perpajakan yang berlaku. Prosedur pemeriksaan yang harus dilakukan
adalah sebagai berikut:
 Periksa akun biaya packing / kemasan pada bulan-bulan tertentu yang
mengalami kenaikan mencolok
 Minta saldo dan rincian mutasi biaya barang kemasan
 Minta surat jalan dan alur masuk-keluar barang kemasan
 Periksa kontrak / perjanjian, apabilan kegiatan pengemasan di subkontrakkan
kepada pihak ketiga

Direktorat Pemeriksaan & Penagihan Halaman 29


Modul Pemeriksaan – Industri Makanan &Minuman 2013

BAB V

PENUTUP

CONTOH KASUS

Dua contoh kasus yang mungkin terjadi dalam industri makanan dan minuman:
1) PT ABC merupakan perusahaan industri minuman teh dalam kemasan yang terdaftar
di KPP Pratama ABCD. Tim Pemeriksa Pajak melakukan pemeriksaan lapangan pada
perusahaan tersebut. Dari hasil pemeriksaan tidak ditemukan perbedaan signifikan
antara laporan SPT dengan Pembukuan Wajib Pajak. Namun diketahui Wajib Pajak
membuat packing product kepada PT. DEF. Dari hasil konfirmasi pada PT. DEF
diketahui pembelian kemasan produk oleh PT. ABC sebanyak 3 kali dari total penjualan
yang dilaporkan.

2) PT. XYZ merupakan perusahaan yang memproduksi makanan berupa kerupuk


kering. PT. XYZ menjual produksi beberapa toko swalayan besar yang berlokasi di
sekitar Jawa Barat dengan harga per 0,5 Kg nya adalah Rp. 5.000,00. Berdasarkan
keterangan Kepala Produksi diketahui untuk membuat 1 Kg Krupuk Kering
membutuhkan 2 Kg tepung Terigu, 0,5 Kg Udang Kering, 0,2 Kg Baking Soda, dan 0,01
Kg Garam. Dari Hasil pemeriksaan didapat bahwa selama tahun 2011 Wajib Pajak telah
membeli Baking Soda pada suppliernya yaitu PT. SYJ sebesar Rp. 50.000.000,00
(Didapat dari Faktur Pajak Masukan WP dan telah dikonfirmasi dengan jawaban “ADA”)
dan tidak ada persediaan awal maupun akhir. Sedangkan harga per Kg Baking Soda
adalah Rp. 2.000,00. Hasil perhitungan Pemeriksa diketahui pembelian Baking Soda
tersebut sebanyak 25.000 Kg yang berarti dapat menghasilkan 125.000 Kg Kerupuk
Kering. Omset yang didapat oleh Pemeriksa adalah Rp. 1.250.000.000,00

Direktorat Pemeriksaan & Penagihan Halaman 30

Anda mungkin juga menyukai