MODUL
PEMOTONGAN DAN
PEMUNGUTAN PAJAK
PENGHASILAN
Oleh:
DUDI WAHYUDI
Widyaiswara Madya Pusdiklat Pajak
PERNYATAAN DISCLAIMER
Seluruh informasi dan data yang disediakan dalam modul ini adalah bersifat
umum dan disediakan untuk tujuan pendidikan saja. Dengan demikian, tidak
dianggap sebagai suatu acuan hukum.
i
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
KATA PENGANTAR
Besar harapan kami, modul ini dapat bermanfaat bagi peserta pelatihan baik
selama dalam proses pembelajaran di kelas maupun dalam kegiatan pekerjaan
sehari-hari di tempat bekerja. Untuk menyempurnakan lagi modul ini, sumbang
saran terhadap modul ini sangat kami hargai.
Penyusun
ii
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
4. Latihan ................................................................................................... 9
5. Rangkuman............................................................................................ 9
iii
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
11. PPh Pasal 21 Anggota Dewan Komisaris dan Dewan Pengawas, Mantan
Pegawai dan Penarikan Dana Pensiun ................................................ 73
12. PPh Pasal 21 Uang Pesangon dan Uang Manfaat Pensiun yang
Dibayarkan Sekaligus .......................................................................... 76
13. PPh Pasal 21 PNS, Anggota TNI/Polri dan Pejabat Negara ................. 81
iv
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
6. Rangkuman........................................................................................ 146
6. Rangkuman........................................................................................ 169
8. Rangkuman........................................................................................ 189
v
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
3. Dasar Pengenaan, Tarif dan Penghitungan PPh Pasal 4 ayat (2) ...... 196
6. Rangkuman........................................................................................ 249
7. Rangkuman........................................................................................ 266
LAMPIRAN
vi
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
DAFTAR TABEL
Tabel 3 PPh Pasal 22 Penjualan Bahan Bakar Minyak, Gas dan Pelumas ...... 131
vii
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
DAFTAR GAMBAR
viii
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
DAFTAR LAMPIRAN
ix
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
x
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
xi
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
2. Prasyarat Kompetensi
Modul ini disusun bagi Peserta Pelatihan Teknis Pajak Dasar (PTPD) dalam
lingkungan Direktorat Jenderal Pajak. Setelah mengikuti pelatihan, peserta harus
memiliki Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sebagai berikut.
1
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
4. Relevansi Modul
2
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
1. Indikator Keberhasilan:
Sama seperti PPh terutang yang bersifat tidak final, PPh terutang yang
bersifat final pun pelunasannya melalui pembayaran sendiri dan melalui
pemotongan dan pemungutan. Sebagai misal PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas
penghasilan persewaan tanah/bangunan, dikenal dua jenis pelunasan yaitu
pemotongan dan pembayaran sendiri. Begitu juga dengan PPh yang bersifat final
berdasarkan Pasal 15 Undang-undang PPh, terdapat dua jenis pelunasan yaitu
pemotongan dan pembayaran sendiri. Sementara itu PPh yang bersifat final
3
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Gambar 1
Pelunasan Pajak Penghasilan
4
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Jika tidak dilakukan suatu jenis pemotongan atau pemungutan atas suatu
penghasilan, maka kemungkinannya penghasilan tersebut dikenakan pemotongan
atau pemungutan PPh yang lain, atau memang tidak dikenakan pemotongan atau
pemungutan PPh. Hal ini berarti juga bahwa atas suatu penghasilan yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak, terdapat kemungkinan dikenakan satu jenis
pemotongan atau pemungutan PPh, atau tidak dikenakan pemotongan atau
pemungutan PPh. Dengan demikian, tidak mungkin satu penghasilan dikenakan
lebih dari satu jenis pemotongan atau pemungutan PPh.
5
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
pengumpulan pajak ini sebagian diberikan kepada pihak ke-3 yang ditunjuk
sebagai pemotong dan pemungut PPh;
c. Sistem pelunasan pajak menjadi lebih sederhana. Dengan sistem pembayaran
sendiri PPh, maka muncul masalah kepatuhan Wajib Pajak untuk melunasi
PPh. Dengan sistem pemotongan dan pemungutan PPh, masalah ini bisa
dikurangsi sehingga menjadi lebih sederhana; dan
d. Biaya pengumpulan pajak menjadi lebih murah. Hal ini disebabkan tugas
Fiskus untuk mengawasi Wajib Pajak menjadi lebih mudah sehingga biaya
untuk mengawasi Wajib Pajak menjadi berkurang. Pengawasan kepada
jumlah pemotong atau pemungut yang sedikit tentunya lebih murah biayanya
dibandingkan melakukan pengawasan kepada Wajib Pajak langsung yang
jumlahnya sangat banyak.
a. Cash flow Wajib Pajak akan terganggu karena adanya pemotongan dan
pemungutan PPh yang umumnya dilakukan di muka;
b. Bagi pemotong dan pemungut PPh, kewajiban pemotongan dan pemungutan
PPh menambah beban baik beban berupa biaya yang harus dikeluarkan untuk
melakukan kewajiban tersebut, maupun beban berupa waktu yang harus
dikorbankan untuk melakukan kewajiban tersebut. Wajib Pajak juga
dihadapkan kepada risiko apabila dianggap tidak watuh terhadap kewajiban
pemotongan dan pemungutan PPh;
6
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Witholding tax kepada Wajib Pajak dalam negeri dan BUT lazimnya
dilakukan untuk jenis penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan pekerjaan
serta penghasilan sehubungan dengan modal atau passive income berupa
dividen, bunga, sewa dan royalti. Namun demikian, di Indonesia, cakupan objek
pemotongan dan pemungutan PPh cukup luas, tidak hanya penghasilan imbalan
sehubungan dengan pekerjaan dan penghasilan dari modal saja, tetapi juga
termasuk penghasilan jasa dan kegiatan usaha perdagangan dan industri tertentu.
7
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
8
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
4. Latihan
5. Rangkuman
9
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
6. Test Formatif 1
Pilihlah jawaban “B” jika pernyataan di bawah ini benar, dan pilihlah jawaban
“S” jika pernyataan di bawah ini salah.
10
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Rumus:
11
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Bila Anda mencapai penguasaan diatas 70% atau lebih, Anda dapat
meneruskan ke Kegiatan Belajar 2, apabila belum supaya memperdalam terlebih
dahulu Kegiatan Belajar 1.
12
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
1. Indikator Keberhasilan
j. Menghitung PPh Pasal 21 atas uang pesangon dan uang manfaat pensiun
yang dibayarkan sekaligus.
13
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
2. PPh Pasal 21 yang bersifat final atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh Pejabat Negara, PNS, anggota TNI, anggota Polri dan
pensiunannya berupa penghasilan selain penghasilan yang bersifat
tetap dan teratur tiap bulan seperti honorarium dengan nama dan
dalam bentuk apapun yang menjadi beban APBN atau APBD,
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2010.
14
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri, wajib dilakukan
oleh:
c. dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan
pembayaran lain dengan nama apa pun dalam rangka pensiun;
c. Wajib Pajak yang penghasilannya dipotong PPh Pasal 21 adalah Wajib Pajak
orang pribadi dalam negeri.
Apabila salah satu syarat di atas tidak terpenuhi maka PPh Pasal 21 tidak
dapat diterapkan.
15
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
a. pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan, baik merupakan pusat
maupun cabang, perwakilan atau unit yang membayar gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun,
sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh
pegawai atau bukan pegawai;
c. dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan badan-
badan lain yang membayar uang pensiun dan tunjangan hari tua atau jaminan
hari tua;
d. orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta
badan yang membayar:
16
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
c. pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang semata-mata mempekerjakan orang pribadi untuk
melakukan pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan bukan dalam rangka
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
a. pegawai;
11
Pasal 2 ayat (2) PMK 252/PKM.03/2008
17
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
b. penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari
tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya;
1) tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris;
3) olahragawan
6) pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem
aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial
serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan;
7) agen iklan;
12) distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan
sejenis lainnya;
18
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
a. Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing,
dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan
bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan warga negara
Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain
di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut, serta Negara yang bersangkutan
memberikan perlakuan timbal balik;
12
Pasal 4 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008
13
Pasal 5 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008
19
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
d. penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian,
upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan
secara bulanan;
e. imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee,
dan imbalan sejenis dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan;
f. imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama
dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun.
b. Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final; atau
14
Pasal 8 Ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008
20
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
c. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan
hari tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari tua atau badan
penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi kerja;
d. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga
amal zakat yangdibentuk atau disahkan oleh Pemerintah, atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia
yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari lembaga keagamaan yang
dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah;
Pegawai adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, baik
sebagai pegawai tetap atau pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas berdasarkan
perjanjian atau kesepakatan kerja baik secara tertulis maupun tidak tertulis, untuk
melaksanakan suatu pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan tertentu dengan
memperoleh imbalan yang dibayarkan berdasarkan periode tertentu, penyelesaian
21
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
pekerjaan, atau ketentuan lain yang ditetapkan pemberi kerja, termasuk orang
pribadi yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri atau badan usaha milik
negara atau badan usaha milik daerah.15
Berdasarkan definisi di atas, pegawai bisa dibagi menjadi dua jenis, yaitu
pegawai tetap dan pegawai tidak tetap. Pengertian pegawai tetap sendiri adalah
sebagai berikut:16
15
Pasal 1 angka 9 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008
16
Pasal 1 angka 10 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008
17
Pasal 9 ayat (1) huruf a Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008
18
Pasal 13 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008
19
Pasal 10 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008
22
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Tabel 1
Tarif Pasal 17 Ayat (1) Huruf a
b. Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana pensiun
yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau badan
penyelenggara tunjangan hari tua atau jaminan hari tua yang dipersamakan
dengan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan.
Besarnya PTKP ditentukan oleh Pasal 7 ayat (1) UU PPh dan Peraturan
Menteri Keuangan yang mengubahnya. Untuk tahun 2016 dan setelahnya,
besarnya PTKP berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
101/PMK.010/2016 adalah sebagaimana disajikan dalam Tabel 2.
20
Pasal 10 ayat (3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008
21
Pasal 10 ayat (3) Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-16/PJ/2016
23
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
bagian tahun kalender ditentukan berdasarkan keadaan pada awal bulan dari
bagian tahun kalender yang bersangkutan.
Tabel 2
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Gambar 2
Penghitungan PPh Pasal 21 Pegawai Tetap
24
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Misalkan Eka Cahya pada tahun 2018 bekerja pada perusahaan PT Abadi
dengan memperoleh gaji setahun Rp 90.000.000,00 dan membayar iuran pensiun
sebesar Rp 2.400.000,00 setahun. Eka menikah tetapi belum mempunyai anak.
Penghitungan PPh Pasal 21 terutang untuk tahun 2018 adalah sebagai berikut :
Penghasilan Bruto
- Gaji 90.000.000
Pengurang
a. Biaya Jabatan 5% x 90.000.000 4.500.000
b. Iuran Pensiun 2.400.000
Jumlah Pengurang 6.900.000
Penghasilan Neto 83.100.000
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
a. Wajib Pajak sendiri 54.000.000
b. Status kawin 4.500.000
Jumlah PTKP 58.500.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) 24.600.000
PPh Pasal 21 terutang
5% x 24.600.000 1.230.000
Dengan demikian PPh Pasal 21 terutang yang harus dipotong oleh PT Abadi
terhadap gaji Eka Cahya dalam tahun 2018 adalah Rp 1.230.000,00.
a. Penghitungan setiap bulan kecuali masa Desember dan masa pajak terakhir
Penghitungan masa atau bulanan ini menjadi dasar pemotongan PPh Pasal
21 yang terutang untuk setiap Masa Pajak, yang dilaporkan dalam SPT Masa
PPh Pasal 21, selain Masa Pajak Desember atau Masa Pajak di mana pegawai
tetap berhenti bekerja. Penghitungan ini selanjutnya disebut penghitungan
masa atau penghitungan setiap bulan.
25
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Walaupun PPh Pasal 21 terutang untuk satu tahun, tetapi dalam prakteknya
gaji, tunjangan dan lainnya pada umumnya dibayarkan setiap bulan atau pada
bulan-bulan tertentu. Sesuai prinsip “pay as you earn”, PPh Pasal 21 pun mengatur
bahwa pemotongan dilakukan sesuai dengan saat dibayarkan atau terutangnya
penghasilan. Dengan demikian, karena gaji dan penghasilan lain dibayarkan
dalam periode tertentu, maka PPh Pasal 21 pun dipotong sesuai dengan
pembayaran tersebut, misalkan bulanan.
26
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
d. Setelah diperoleh PPh terutang dengan menerapkan Tarif Pasal 17 ayat (1)
huruf a UU PPh terhadap Penghasilan Kena Pajak, selanjutnya dihitung PPh
Pasal 21 sebulan, yang harus dipotong dan/atau disetor ke kas negara, yaitu
sebesar:
27
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
a. Apabila pajak yang terutang oleh pemberi kerja tidak didasarkan atas masa
gaji sebulan, maka untuk penghitungan PPh Pasal 21, jumlah penghasilan
tersebut terlebih dahulu dijadikan penghasilan bulanan dengan
mempergunakan faktor perkalian sebagai berikut: 1) Gaji untuk masa
seminggu dikalikan dengan 4; dan 2) Gaji untuk masa sehari dikalikan dengan
26
b. hasil pembagian rapel tersebut ditambahkan pada gaji setiap bulan sebelum
adanya kenaikan gaji, yang sudah dikenakan pemotongan PPh Pasal 21;
c. PPh Pasal 21 atas gaji untuk bulan-bulan setelah ada kenaikan, dihitung
kembali atas dasar gaji baru setelah ada kenaikan;
d. PPh Pasal 21 terutang atas tambahan gaji untuk bulan-bulan dimaksud adalah
selisih antara jumlah pajak yang dihitung dengan cara sebagaimana dimaksud
pada huruf c dikurangi jumlah pajak yang telah dipotong sebagaimana
dimaksud pada huruf b.
28
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
yang sifatnya tidak tetap dan biasanya dibayarkan sekali setahun. Penghitungan
PPh Pasal 21 atas penghasilan tidak teratur adalah sebagai berikut.
c. selisih antara PPh Pasal 21 menurut penghitungan huruf a dan huruf b adalah
PPh Pasal 21 atas penghasilan tidak teratur berupa tantiem, jasa produksi, dan
sebagainya.
Berikut adalah contoh penghitungan PPh Pasal 21 untuk masa pajak selain
masa pajak Desember.
Misalkan Eko Cahyono pada tahun 2018 bekerja pada perusahaan PT Abadi
dengan memperoleh gaji sebulan Rp 9.000.000,00 dan membayar iuran pensiun
sebesar Rp 200.000,00 sebulan. Eko menikah tetapi belum mempunyai anak.
Penghitungan PPh Pasal 21 setiap bulannya pada tahun 2018, selain masa pajak
Desember adalah sebagai berikut.
29
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Misalkan Eko Cahyono pada di atas baru mulai bekerja pada bulan Maret
2087. Penghitungan PPh Pasal 21 setiap bulannya pada tahun 2018, selain bulan
Desember adalah sebagai berikut.
6.7. PPh Pasal 21 Masa Pajak Desember dan Masa Pajak Terakhir
(Penghitungan Tahunan)
Masa Pajak Desember adalah masa pajak terakhir dari tahun kalender. Pada
masa pajak ini seluruh penghasilan yang dibayarkan kepada pegawai tetap sudah
diketahui. Untuk itu, pada masa pajak Desember inilah dilakukan perhitungan PPh
Pasal 21 terutang untuk satu tahun kalender. Hal yang sama berlaku untuk masa
pajak terakhir pegawai bekerja.
a. Hitung PPh Pasal 21 terutang atas seluruh penghasilan yang diterima atau
diperoleh dari pemotong pajak dalam tahun kalender yang bersangkutan, baik
penghasilan yang teratur maupun yang tidak teratur.
30
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
b. PPh Pasal 21 terutang yang harus dipotong untuk bulan Desember atau bulan
tertentu untuk pegawai tetap yang berhenti bekerja sebelum bulan Desember
adalah sebesar selisih antara PPh Pasal 21 terutang atas seluruh penghasilan
teratur dan tidak teratur yang diterima dari pemotong pajak dalam tahun
kalender yang bersangkutan, sebagaimana dimaksud pada huruf a, dengan
PPh Pasal 21 yang telah dipotong dalam tahun kalender yang bersangkutan
sampai dengan bulan sebelumnya.
c. Dalam hal jumlah PPh Pasal 21 yang telah dipotong sampai dengan bulan
sebelumnya tersebut lebih besar daripada PPh Pasal 21 terutang atas seluruh
penghasilan teratur dan tidak teratur yang diterima dari pemotong pajak dalam
tahun kalender yang bersangkutan, misalnya dalam hal pegawai berhenti
bekerja pada pertengahan tahun, atas kelebihan pemotongan PPh Pasal 21
tersebut dikembalikan kepada pegawai tetap yang berhenti bekerja bersamaan
dengan pemberian bukti pemotongan PPh Pasal 21. Atas kelebihan
pemotongan PPh Pasal 21 untuk pegawai tetap yang bersangkutan, pemotong
pajak dapat memperhitungkan dengan PPh Pasal 21 terutang atas
penghasilan pegawai tetap lainnya dalam Masa Pajak yang sama, sehingga
jumlah PPh Pasal 21 yang harus disetor oleh pemotong pajak untuk Masa
Pajak tersebut telah mempertimbangkan jumlah kelebihan pemotongan PPh
Pasal 21 yang telah diberikan oleh pemotong pajak kepada pegawai tetap yang
berhenti bekerja.
Untuk pegawai tetap yang kewajiban pajak subjektifnya sudah ada sejak
awal tahun, namun mulai bekerja setelah bulan Januari atau berhenti bekerja
sebelum bulan Desember, PPh Pasal 21 terutang dihitung berdasarkan jumlah
seluruh penghasilan yang diterima atau diperoleh, baik yang bersifat teratur
maupun tidak teratur, selama pegawai tetap yang bersangkutan bekerja pada
pemotong pajak.
31
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Contoh 1
Gaji 8.000.000
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja 40.000
Premi Jaminan Kematian 24.000
Penghasilan Bruto 8.064.000
Pengurang
a. Biaya Jabatan 5% x 8.064.000 403.200
b. Iuran Pensiun 200.000
c. Iuran Jaminan Hari Tua 160.000
32
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Contoh 2
Tanti Agustin adalah seorang karyawati dengan status menikah tanpa anak,
bekerja pada PT Dharma Utama dengan gaji sebulan sebesar Rp8.500.000,00.
Tanti Agustin membayar iuran pensiun ke dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan sebesar Rp50.000,00 sebulan. Berdasarkan
surat keterangan dari Pemerintah Daerah (Pemda) tempat Tanti Agustin
berdomisili yang diserahkan kepada pemberi kerja, diketahui bahwa suaminya
tidak mempunyai penghasilan apapun. Pada bulan Juli 2018 selain menerima
pembayaran gaji juga menerima pembayaran atas lembur (overtime) sebesar
Rp2.000.000,00. Penghitungan PPh Pasal 21 bulan Juli 2018 adalah sebagai
berikut:
Gaji 8.500.000
Lembur (overtime) 2.000.000
Penghasilan Bruto 10.500.000
Pengurang
a. Biaya Jabatan 5% x 10.500.000 500.000
33
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Maksimal Rp500.000
b. Iuran Pensiun 50.000
Jumlah Pengurang 550.000
Penghasilan Neto sebulan 9.950.000
Penghasilan Neto setahun (12 x 9.950.000) 119.400.00
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
a. Wajib Pajak sendiri 54.000.000
b. Status kawin 4.500.000
Jumlah PTKP 58.500.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) 60.900.000
Penghasilan Kena Pajak dibulatkan 60.900.000
PPh Pasal 21 setahun
5% x 50.000.000 2.500.000
15% x 10.900.000 1.635.000
4.135.000
PPh Pasal 21 sebulan
4.135.000 : 12 344.583
Contoh 3
34
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Contoh 4
Indradi pada tahun 2018 bekerja sebagai pegawai tetap pada perusahaan
PT Rejo Indonusa dengan memperoleh gaji yang dibayar harian sebesar
Rp250.000,00. Indradi berstatus kawin dan mempunyai seorang anak. PT Rejo
Indonusa masuk program BPJS Ketenagakerjaan, di mana premi Jaminan
Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan Kematian dibayar oleh pemberi kerja
dengan jumlah masing-masing setiap bulan sebesar 1,00% dan 0,30% dari gaji.
PT Rejo Indonusa membayar iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70%
dari gaji dan Indradi membayar iuran pensiun Rp35.000,00 dan Jaminan Hari Tua
sebesar 2,00% dari gaji.
35
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Contoh 5
Retto pada tahun 2018 bekerja pada perusahaan PT Jaya Abadi dengan
memperoleh gaji sebulan Rp5.750.000,00 dan membayar iuran pensiun sebesar
Rp200.000,00. Retto menikah tetapi belum mempunyai anak. Pada bulan Juni
2018 Retto menerima kenaikan gaji, menjadi Rp6.750.000,00 sebulan dan berlaku
surut sejak 1 Januari 2018. Dengan adanya kenaikan gaji yang berlaku surut
tersebut maka Retto menerima rapel sejumlah Rp5.000.000,00 (selisih gaji yang
seharusnya diterima untuk masa Januari s.d. Mei 2018). Untuk menghitung PPh
Pasal 21 atas uang rapel tersebut, terlebih dahulu dihitung kembali PPh Pasal 21
untuk masa Januari s.d. Mei 2018 atas dasar penghasilan setelah ada kenaikan
gaji.
36
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Gaji 5.750.000
Pengurang
a. Biaya Jabatan 5% x 5.750.000 287.500
b. Iuran Pensiun 200.000
Jumlah Pengurang 487.500
Penghasilan Neto sebulan 5.262.500
Penghasilan Neto setahun (12 x 5.262.500) 63.150.000
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
a. Wajib Pajak sendiri 54.000.000
b. Status kawin 4.500.000
Jumlah PTKP 58.500.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) 4.650.000
PPh Pasal 21 setahun
5% x 4.650.000 232.500
PPh Pasal 21 setiap bulan untuk Januari s.d. Mei
232.500 : 12 19.375
Gaji 6.750.000
Pengurang
a. Biaya Jabatan 5% x 6.750.000 337.500
b. Iuran Pensiun 200.000
Jumlah Pengurang 537.500
Penghasilan Neto sebulan 6.212.500
Penghasilan Neto setahun (12 x 6.212.500) 74.550.000
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
a. Wajib Pajak sendiri 54.000.000
b. Status kawin 4.500.000
Jumlah PTKP 58.500.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) 16.050.000
PPh Pasal 21 setahun
5% x 16.050.000 802.500
PPh Pasal 21 setiap bulan untuk Januari s.d. Mei
232.500 : 12 66.875
PPh Pasal 21 Januari s.d. Mei seharusnya adalah
37
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
5 x 66.875 334.375
PPh Pasal 21 Januari s.d. Mei yang sudah dipotong
5 x 19.375 96.875
PPh Pasal 21 atas uang rapel 237.500
6.8.5. PPh Pasal 21 Atas Penghasilan Tidak Teratur (bonus, THR, jasa
prroduksi, tantiem, gratifikasi dan penghasilan lain yang
sifatnya tidak tetap dan umumnya diberikan sekali dalam
setahun)
Contoh 6
Sudiro (tidak kawin) bekerja pada PT Qolbu Jaya dengan memperoleh gaji
sebesar Rp5.000.000,00 sebulan. Pada bulan Maret 2018 Sudiro memperoleh
bonus sebesar Rp8.000.000,00, sehingga pada bulan Maret 2018 Sudiro
memperoleh penghasilan berupa gaji sebesar Rp5.000.000,00 dan bonus sebesar
Rp8.000.000,00. Setiap bulannya Sudiro membayar iuran pensiun ke dana
Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan sebesar
Rp80.000,00.
Penghasilan setahun
Gaji 12 x 5.000.000 60.000.000
Bonus 8.000.000
Jumlah penghasilan bruto 68.000.000
Pengurang
a. Biaya Jabatan 5% x 68.000.000 3.400.000
b. Iuran Pensiun 12 x 80.000 960.000
Jumlah Pengurang 4.360.000
Penghasilan Neto setahun 63.640.000
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
a. Wajib Pajak sendiri 54.000.000
Jumlah PTKP 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) 9.640.000
38
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Penghasilan setahun
Gaji 12 x 5.000.000 60.000.000
Jumlah penghasilan bruto 60.000.000
Pengurang
a. Biaya Jabatan 5% x 60.000.000 3.400.000
b. Iuran Pensiun 12 x 80.000 960.000
Jumlah Pengurang 3.960.000
Penghasilan Neto setahun 56.040.000
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
a. Wajib Pajak sendiri 54.000.000
Jumlah PTKP 54.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) 2.040.000
PPh Pasal 21 setahun
5% x 2.040.000 102.000
Contoh 7
39
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Contoh 8
40
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Contoh 9
41
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Contoh 10
Lewis Oshea (K/3) mulai bekerja Mei 2015 dan berhenti bekerja sejak 1 Juni
2018 meninggalkan Indonesia ke negara asalnya (kehilangan kewajiban pajak
subjektif). Selama tahun 2018 menerima gaji perbulan sebesar Rp15.000.000,00.
PPh Pasal 21 atas gaji setiap bulan, selain bulan Mei sebagai bulan terakhir,
adalah sebagai berikut.
42
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Contoh 11
Adi Putro adalah seorang pegawai dari PT Lautan Otomata dengan status
menikah dan mempunyai 3 orang anak. Dia menerima gaji Rp6.500.000,00
sebulan dan PPh ditanggung oleh pemberi kerja. Tiap bulan ia membayar iuran
pensiun ke dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan sebesar Rp 150.000,00. Penghitungan PPh Pasal 21 untuk bulan Juli
2018 dalam hal Adi Putro hanya menerima pembayaran gaji saja adalah:
Dalam hal PPh Pasal 21 atas gaji pegawai ditanggung oleh pemberi kerja,
pajak yang ditanggung pemberi kerja tersebut termasuk dalam pengertian
kenikmatan dan bukan merupakan penghasilan pegawai yang bersangkutan.
Namun demikian, apabila pemberi kerja adalah Wajib Pajak yang dikenakan Pajak
Penghasilan yang bersifat final atau Wajib Pajak yang dikenakan Pajak
Penghasilan berdasarkan norma penghitungan khusus (deemed profil), maka
kenikmatan berupa pajak yang ditanggung pemberi kerja ditambahkan ke dalam
penghasilan dari pegawai yang bersangkutan
43
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Contoh 12
44
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Contoh 13
Perhitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong setiap bulan untuk bulan
Januari-Juni 2018 adalah sebagai berikut:
Perhitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong setiap bulan untuk bulan
Juli-November 2018 adalah sebagai berikut:
45
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Dengan demikian, PPh Pasal 21 yang dipotong dari bulan Januari sampai
dengan Nopember adalah sebagai berikut:
46
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Contoh 14
47
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
6.9.3. Masa Pajak Terakhir Bagi Pegawai Tetap yang Kewajiban Pajak
Subjektifnya Tidak Setahun Penuh
Contoh 15
Lewis Oshea (K/3) mulai bekerja Mei 2016 dan berhenti bekerja sejak 1 Juni
2018 dan meninggalkan Indonesia ke negara asalnya (kehilangan kewajiban pajak
subjektif). Selama tahun 2018 menerima gaji perbulan sebesar Rp15.000.000,00.
Pada bulan April 2018, Lewis OShea menerima bonus sebesar Rp20.000.000,00.
PPh Pasal 21atas gaji setiap bulan, selain bulan Mei sebagai bulan terakhir,
adalah sebagai berikut.
48
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Pengurang
a. Biaya Jabatan
5% x 15.000.000 = 750.000 500.000
Jumlah Pengurang 500.000
Penghasilan Neto sebulan 14.500.000
Penghasilan Neto setahun (12 x 14.500.000) 174.000.000
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
a. Wajib Pajak sendiri 54.000.000
b. Status Kawin 4.500.000
c. Tambahan 3 orang anak 13.500.000
Jumlah PTKP 72.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) 102.000.000
PPh Pasal 21 setahun
5% x 50.000.000 2.500.000
15% x 52.000.000 7.800.000
Jumlah 10.300.000
PPh Pasal 21 sebulan
10.300.000 : 12 858.333
PPh Pasal 21 atas bonus pada bulan April dihitung dengan cara PPh 21
terutang atas jumlah penghasilan teratur dan tidak teratur setahun dikurangi
dengan PPh Pasal 21 terutang atas penghasilan teratur setahun. Besarnya PPh
Pasal 21 setahun atas penghasilan teratur dan tidak teratur adalah sebagai
berikut.
49
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Jumlah 13.300.000
50
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
PPh Pasal 21 atas penghasilan bulan Mei sebagai masa terakhir dihitung
sebagai berikut.
Contoh 16
51
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
52
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
53
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
52.500 : 7 7.500
PPh Pasal 21 Juni sampai dengan September
Rp7.500 x 4 30.000
54
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
55
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Jumlah 90.000
PPh Pasal 21 terutang di Jakarta dan
Bandung
67.500
PPh Pasal 21 terutang di Garut 22.500
PPh Pasal 21 telah dipotong Okober s.d. Desember 22.500
PPh Pasal 21 kurang (lebih) dipotong Nihil
Penghitungan PPh Pasal 21 atas uang pensiun bulanan yang diterima atau
diperoleh penerima pensiun dibedakan menjadi penghitungan pada tahun pertama
pensiun dan penghitungan tahun-tahun selanjutnya. Pada tahun pertama pensiun,
PPh Pasal 21 setiap bulannya dihitung dengan cara sebagai berikut.
a. Terlebih dahulu dihitung penghasilan neto sebulan yang diperoleh dengan cara
mengurangi penghasilan bruto dengan biaya pensiun, kemudian dikalikan
banyaknya bulan sejak pegawai yang bersangkutan menerima pensiun sampai
dengan bulan Desember;
d. PPh Pasal 21 atas uang pensiun dalam tahun yang bersangkutan dihitung
dengan cara mengurangi PPh Pasal 21 sebagaimana dimaksud pada huruf c
dengan PPh Pasal 21 yang terutang dari pemberi kerja sebelum pegawai yang
bersangkutan pensiun sesuai dengan yang tercantum dalam bukti
pemotongan PPh Pasal 21 sebelum pensiun;
e. PPh Pasal 21 atas uang pensiun bulanan adalah sebesar PPh Pasal 21
sebagaimana dimaksud pada huruf d dibagi dengan banyaknya bulan
sebagaimana dimaksud pada huruf a.
56
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
a. terlebih dahulu dihitung penghasilan neto sebulan yang diperoleh dengan cara
mengurangi penghasilan bruto dengan biaya pensiun;
Berikut ini adalah contoh penghitungan PPh Pasal 21 atas pegawai tetap
pada tahun terakhir sebelum pensiun, PPh Pasal 21 uang pensiun bulanan pada
tahun pertama pensiun, dan PPh Pasal 21 uang pensiun bulanan pada tahun-
tahun selanjutnya.
Hari Irawan, berstatus kawin dengan 2 (dua) orang anak yang masih menjadi
tanggungan, bekerja sebagai pegawai tetap pada PT Nusa Indah Gemilang
dengan gaji sebulan sebesar Rp 13.000.000,00. Hari Irawan setiap bulan
membayar iuran pensiun sebesar Rp250.000,00 ke Dana Pensiun Artha Mandiri
yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan. Berdasarkan ketentuan
yang berlaku di PT Nusa Indah Gemilang terhitung mulai 1 Juli 2018, Hari Irawan
akan memasuki masa pensiun.
57
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Pada saat Hari Irawan berhenti bekerja dan memasuki masa pensiun, maka
pemberi kerja memberikan bukti potongan PPh Pasal 21 (1721-A1) dengan data
sebagai berikut.
Misalkan, mulai bulan Juli 2018 Hari Irawan memperoleh uang pensiun dari
Dana Pensiun Artha Mandiri sebesar Rp6.000.000,00 sebulan. Berikut adalah
penghitungan PPh Pasal 21 atas uang pensiun bulanan pada tahun pertama
pensiun (2018) yang dilakukan oleh Dana Pensiun.
58
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Penghitungan kembali PPh Pasal 21 oleh Dana Pensiun Artha Mandiri untuk
dicantumkan dalam formulir 1721-A1:
59
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Upah harian adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai
yang terutang atau dibayarkan secara harian. Upah mingguan adalah upah atau
imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang terutang atau dibayarkan
secara mingguan. Upah satuan adalah upah atau imbalan yang diterima atau
diperoleh pegawai yang terutang atau dibayarkan berdasarkan jumlah unit hasil
pekerjaan yang dihasilkan. Upah borongan adalah upah atau imbalan yang
diterima atau diperoleh pegawai yang terutang atau dibayarkan berdasarkan
penyelesaian suatu jenis pekerjaan tertentu.
60
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
8.1. Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas, Pemagang dan
Calon Pegawai yang Menerima Upah Harian, Upah Mingguan,
Upah Satuan, Upah Borongan, Uang Saku Harian atau Mingguan
Penghitungan PPh Pasal 21 Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas,
Pemagang dan Calon Pegawai yang menerima imbalan berupa upah harian,
mingguan, upah satuan, upah borongan, uang saku harian atau mingguan adalah
sebagai berikut:
a. Tentukan jumlah upah/uang saku harian, atau rata-rata upah/uang saku yang
diterima atau diperoleh dalam sehari:
b. Dalam hal upah/uang saku harian atau rata-rata upah/uang saku harian belum
melebihi Rp450.000,00, dan jumlah kumulatif yang diterima atau diperoleh
dalam bulan kalender yang bersangkutan belum melebihi Rp4.500.000,00,
maka tidak ada PPh Pasal 21 yang harus dipotong
c. Dalam hal upah/uang saku harian atau rata-rata upah/uang saku harian telah
melebihi Rp450.000,00, dan sepanjang jumlah kumulatif yang diterima atau
diperoleh dalam bulan kalender yang bersangkutan belum melebihi
Rp4.500.000,00, maka PPh Pasal 21 yang harus dipotong adalah sebesar
upah/uang saku harian atau rata-rata upah/uang saku harian setelah dikurangi
Rp450.000,00, dikalikan 5%
d. Dalam hal jumlah upah kumulatif yang diterima atau diperoleh dalam bulan
kalender yang bersangkutan telah melebihi Rp4.500.000,00 dan kurang dari
Rp 10.200.000,00, maka PPh Pasal 21 yang harus dipotong adalah sebesar
upah/uang saku harian atau rata-rata upah/uang saku harian setelah dikurangi
PTKP sehari, dikalikan 5%
e. Dalam hal jumlah upah kumulatif yang diterima atau diperoleh dalam satu
bulan kalender telah melebihi Rp 10.200.000,00, maka PPh Pasal 21 dihitung
61
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
dengan menerapkan Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atas jumlah upah
bruto dalam satu bulan yang disetahunkan setelah dikurangi PTKP, dan PPh
Pasal 21 yang harus dipotong adalah sebesar PPh Pasal 21 hasil perhitungan
tersebut dibagi 12
Gambar 3
PPh Pasal 21 Pegawai Tidak Tetap
Nurcahyo dengan status belum menikah pada bulan Januari 2018 bekerja
sebagai buruh harian PT Cipta Mandiri Sejahtera. Ia bekerja selama 10 hari dan
menerima upah harian sebesar Rp450.000,00.
Sampai dengan hari ke-10, karena jumlah kumulatif upah yang diterima
belum melebihi Rp4.500.000,00 maka tidak ada PPh Pasal 21 yang dipotong.
62
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
63
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
8.2. Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas, Pemagang dan
Calon Pegawai yang Menerima Upah yang Dibayarkan Secara
Bulanan
Penghitungan PPh Pasal 21 atas upah bulan Januari 2018 adalah sebagai
berikut.
64
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
5% x 1.500.000 75.000
PPh Pasal 21 sebulan
75.000 : 12 6.250
a. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris;
c. olahragawan
f. pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik komputer dan sistem
aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial serta
pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan;
22
Pasal 1 angka 12 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008
23
Pasal 1 angka 21 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008
65
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
g. agen iklan;
24
Pasal 9 ayat (1) huruf a Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008
25
Pasal 10 ayat (2) huruf c Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008
26
Pasal 12 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008
66
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
a. Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh diterapkan atas jumlah penghasilan
bruto untuk setiap pembayaran yang didasarkan pada penyelesaian suatu
pekerjaan atau jasa yang menurut maksudnya tidak bersifat
berkesinambungan;
b. Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh diterapkan atas jumlah kumulatif
penghasilan bruto sebagai imbalan atas pekerjaan atau jasa yang menurut
maksudnya bersifat berkesinambungan, baik berdasarkan kontrak atau
perjanjian tertulis atau berdasarkan keadaan yang sebenarnya;
Namun demikian, berdasarkan Pasal 16 ayat (1) dan (2) Peraturan Dirjen
Pajak Nomor PER-16/PJ/2016, ketentuan penghitungan PPh Pasal 21 atas bukan
pegawai adalah sebagai berikut:
67
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
a. Dalam hal Bukan Pegawai memberikan jasa kepada Pemotong PPh Pasal 21
dan/atau PPh Pasal 26 mempekerjakan orang lain sebagai pegawainya maka
besarnya jumlah penghasilan bruto adalah sebesar jumlah pembayaran
setelah dikurangi dengan bagian gaji atau upah dari pegawai yang
dipekerjakan tersebut, kecuali apabila dalam kontrak/perjanjian tidak dapat
dipisahkan bagian gaji atau upah dari pegawai yang dipekerjakan tersebut
maka besarnya penghasilan bruto tersebut adalah sebesar jumlah yang
dibayarkan;
b. Dalam hal Bukan Pegawai memberikan jasa kepada Pemotong PPh Pasal 21
dan/atau PPh Pasal 26 melakukan penyerahan material atau barang maka
besarnya jumlah penghasilan bruto hanya atas pemberian jasanya saja,
27
Pasal 10 ayat (5) dan (6) Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-16/PJ/2016
68
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Berikut ini adalah contoh perhitungan PPh Pasal 21 atas bukan pegawai
yang mendapatkan imbalan berkesinambungan dan tidak mendapatkan
pengurangan PTKP.
69
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Nopember 43.000.000
Desember 40.000.000
Berikut ini adalah contoh penghitungan PPh Pasal 21 bagi bukan pegawai
yang mendapatkan imbalan berkesinambungan dan mendapatkan pengurangan
PTKP.
Ety Rahmawati adalah petugas dinas luar asuransi dari PT Tabaru Life.
Suami Ety Rahmawati telah terdaftar sebagai Wajib Pajak dan mempunyai NPWP,
dan yang bersangkutan bekerja pada PT Kersamanah. Ety Rahmawati telah
menyampaikan fotokopi kartu NPWP suami, fotokopi surat nikah dan fotokopi kartu
keluarga kepada pemotong pajak. Ety Rahmawati hanya memperoleh penghasilan
dari kegiatannya sebagai petugas dinas luar asuransi, dan telah menyampaikan
surat pernyataan yang menerangkan hal tersebut kepada PT Tabaru Life. Pada
70
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
tahun 2018, penghasilan yang diterima oleh Ety Rahmawati sebagai petugas dinas
luar asuransi dari PT Tabaru Life adalah sebagai berikut:
Bulan Penghasilan 50% dari PTKP Penghasilan Penghasilan Tarif PPh Pasal
Bruto Penghasilan Kena Pajak Kena Pajak Ps. 21
Bruto Kumulatif 17 Terutang
71
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Dalam hal Ety Rahmawati tidak dapat menunjukkan fotokopi kartu NPWP
suami, fotokopi surat nikah dan fotokopi kartu keluarga dan Ety Rahmawati sendiri
tidak memiliki NPWP, maka perhitungan PPh Pasal 21 dilakukan sebagaimana
contoh tersebut namun tidak memperoleh pengurangan PTKP setiap bulan, dan
jumlah PPh Pasal 21 yang terutang adalah sebesar 120% dari PPh Pasal 21 yang
seharusnya terutang dari yang memiliki NPWP.
Berikut ini adalah contoh PPh Pasal 21 atas bukan pegawai yang menerima
imbalan bersifat tidak berkesinambungan.
Dalam hal Nasrudin tidak memiliki NPWP maka besarnya PPh Pasal 21 yang
terutang menjadi sebesar:
72
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Peserta kegiatan adalah orang pribadi yang terlibat dalam suatu kegiatan
tertentu, termasuk mengikuti rapat, sidang, seminar, lokakarya (workshop),
pendidikan, pertunjukan, olahraga, atau kegiatan lainnya dan menerima atau
memperoleh imbalan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam kegiatan
tersebut.
PPh Pasal 21 atas peserta kegiatan dihitung dengan menerapkan tarif Pasal
17 ayat (1) huruf a UU PPh atas jumlah penghasilan bruto untuk setiap kali
pembayaran yang bersifat utuh dan tidak dipecah, yang diterima oleh peserta
kegiatan.
5% x 50.000.000 2.500.000
15% x 150.000.000 22.500.000
Jumlah 25.000.000
11. PPh Pasal 21 Anggota Dewan Komisaris dan Dewan Pengawas, Mantan
Pegawai dan Penarikan Dana Pensiun
73
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
5% X Rp50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
Victoria Endah bekerja pada PT Fajar Wisesa. Pada tanggal 1 Januari 2018
telah berhenti bekerja pada PT Fajar Wisesa karena pensiun. Pada bulan Maret
2018 Victoria Endah menerima jasa produksi tahun 2017 dari PT Fajar Wisesa
sebesar Rp55.000.000,00
5% X Rp 50.000.000,00 Rp 2.500.000,00
74
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
a. atas penarikan dana sebesar Rp20.000.000,00 pada bulan April 2018 terutang
PPh Pasal 21 sebesar 5% x Rp20.000.000,00 = Rp 1.000.000,00.
b. atas penarikan dana sebesar Rp15.000.000,00 pada bulan Juni 2018 terutang
PPh Pasal 21 sebesar 5% x Rp15.000.000,00 = Rp750.000,00
5% X Rp 15.000.000,00 Rp 750.000,00
75
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Jumlah Rp 2.250.000,00
12. PPh Pasal 21 Uang Pesangon dan Uang Manfaat Pensiun yang
Dibayarkan Sekaligus
Ketentuan tentang PPh Pasal 21 atas uang pesangon dan uang pensiun
yang dibayarkan sekaligus diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun
2009 berdasarkan mandat Pasal 21 ayat (5) Undang-undang Pajak Penghasilan.
Adapun tatacaranya diatur oleh Peraturan Menteri Keuangan Nomor
16/PMK.03/2010 tentang Tata Cara Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21
Atas Penghasilan Berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan
Hari Tua, dan Jaminan Hari Tua Yang Dibayarkan Sekaligus.
c. Tunjangan Hari Tua, yaitu penghasilan yang dibayarkan sekaligus oleh badan
penyelenggara tunjangan hari tua kepada orang pribadi yang telah mencapai
usia pensiun.
d. Jaminan Hari Tua, yaitu penghasilan yang dibayarkan sekaligus oleh badan
penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja kepada orang pribadi yang berhak
dalam jangka waktu yang telah ditentukan atau keadaan lain yang ditentukan.
76
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
77
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Dalam hal pemberi kerja mengalihkan Uang Pesangon secara bertahap atau
berkala kepada Pengelola Dana Pesangon Tenaga Kerja, Pegawai dianggap
belum menerima hak atas Uang Pesangon dan pemberi kerja tidak melakukan
pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas pengalihan Uang Pesangon
tersebut.
Dalam hal terdapat bagian penghasilan yang terutang atau dibayarkan pada
tahun ketiga dan tahun-tahun berikutnya, pemotongan PPh Pasal 21 dilakukan
dengan menerapkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak
Penghasilan atas jumlah bruto seluruh penghasilan yang terutang atau dibayarkan
kepada Pegawai pada masing-masing tahun kalender yang bersangkutan.
PPh Pasal 21 yang dipotong tersebut tidak bersifat final dan dapat
diperhitungkan sebagai pembayaran pajak pendahuluan atau kredit pajak. Atas
pemotongan PPh Pasal 21 ini juga berlaku ketentuan pemotongan 20% lebih tinggi
bagi penerima penghasilan yang tidak memiliki NPWP.
78
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
PPh Pasal 21 yang dipotong oleh Pemotong Pajak untuk setiap Masa Pajak
wajib disetor ke Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan, paling
lama 10 hari setelah Masa Pajak berakhir. Pemotong Pajak wajib melaporkan
pemotongan dan penyetoran PPh Pasal 21 untuk setiap Masa Pajak yang
dilakukan melalui penyampaian Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 21 ke
Kantor Pelayanan Pajak tempat Pemotong Pajak terdaftar, paling lama 20 (dua
puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir. Dalam hal tanggal jatuh tempo bertepatan
dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, penyetoran dan
pelaporan PPh Pasal 21 dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.
Contoh 1
Pirman Nurjaman bekerja sebagai pegawai tetap pada PT. Asgar Manah
sejak tahun 1980. PT. Asgar Manah telah mengikutkan program pensiun untuk
seluruh pegawainya dengan membentuk Dana Pensiun PT. Asgar Manah. Pada
bulan Januari 2010, Pirman Nurjaman terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
menerima pembayaran Uang Pesangon sebesar Rp 600.000.000,00 dari PT.
Asgar Manah.
79
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
0% x Rp 50.000.000,00 = Rp 0,00
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
Jumlah = Rp 87.500.000,00
Penghitungan PPh Pasal 21 yang terutang atas 20% dari manfaat pensiun
yang dibayarkan secara sekaligus:
0% x Rp 50.000.000,00 = Rp 0,00
Jumlah Rp 500.000,00
Contoh 2
0% x Rp 50.000.000,00 = Rp 0,00
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
Jumlah Rp 23.500.000,00
80
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
Jumlah = Rp 13.000.000,00
81
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Terdapat dua jenis penghasilan yang diterima oleh Pejabat Negara, PNS,
anggota TNI, anggota Polri, dan pensiunannya yang menjadi beban APBN atau
APBD, yaitu:
a. penghasilan tetap dan teratur setiap bulan yang menjadi beban APBN atau
APBD; dan
PPh Pasal 21 yang terutang atas penghasilan tetap dan teratur setiap bulan
yang menjadi beban APBN atau APBD ditanggung oleh Pemerintah atas beban
APBN atau APBD. Penghasilan tetap dan teratur setiap bulan yang menjadi beban
APBN atau APBD meliputi penghasilan tetap dan teratur bagi:
82
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
a. gaji dan tunjangan lain yang sifatnya tetap dan teratur setiap bulan;
atau
b. PNS, Anggota TNI, dan Anggota POLRI, untuk gaji dan tunjangan lain yang
sifatnya tetap dan teratur setiap bulan yang ditetapkan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
c. Pensiunan, untuk uang pensiun dan tunjangan lain yang sifatnya tetap dan
teratur setiap bulan yang ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Termasuk dalam pengertian gaji, uang pensiun, dan tunjangan lain adalah
gaji, uang pensiun, dan tunjangan ke-13 (ketiga belas).
Dasar pengenaan PPh Pasal 21 atas penghasilan tetap dan teratur setiap
bulan adalah Penghasilan Kena Pajak, yaitu penghasilan neto dikurangi
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
Bagi Pejabat Negara, PNS, Anggota TNI, atau Anggota POLRI, penghasilan
netoa dalah jumlah seluruh penghasilan tetap dan teratur setiap bulan dikurangi
dengan:
b. iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh Pejabat Negara, PNS,
Anggota TNI, atau Anggota POLRI kepada dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau badan penyelenggara tunjangan
hari tua atau jaminan hari tua yang dipersamakan dengan dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.
83
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
PPh Pasal 21 yang terutang adalah tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-
undang PPh dikalikan Penghasilan Kena Pajak di mana Penghasilan Kena Pajak
dibulatkan ke bawah hingga ribuan rupiah penuh.
Tarif PPh Pasal 21 atas honorarium atau imbalan lain dengan nama apa pun
yang menjadi beban APBN atau APBD, adalah sebagai berikut:
a. sebesar 0% dari penghasilan bruto bagi PNS Golongan I dan Golongan II,
Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat Tamtama dan Bintara,
dan Pensiunannya;
b. sebesar 5% dari penghasilan bruto bagi PNS Golongan III, Anggota TNI dan
Anggota POLRI Golongan Pangkat Perwira Pertama, dan Pensiunannya;
c. sebesar 15% dari penghasilan bruto bagi Pejabat Negara, PNS Golongan IV,
Anggota TNI dan Anggota POLRI Golongan Pangkat Perwira Menengah dan
Perwira Tinggi, dan Pensiunannya.
84
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
85
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
PPh Pasal 21 yang dipotong, wajib disetor oleh pemotong pajak ke Kantor
Pos atau bank yang ditunjuk Menteri Keuangan, dalam jangka waktu sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Pemotong pajak juga, wajib melaporkan
pemotongan dan penyetoran PPh Pasal 21 untuk setiap Masa Pajak yang
dilakukan melalui penyampaian SPT Masa PPh Pasal 21 ke Kantor Pelayanan
Pajak tempat pemotong pajak terdaftar, dalam jangka waktu sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Contoh 1
Fitria Ratna Wardika adalah PNS golongan III/d, pada bulan Maret 2011
menerima honorarium sebagai nara sumber sebuah seminar yang sumber
dananya berasal dari APBN sebesar Rp. 5.000.000,00.
Catatan:
Contoh 2
86
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Walaupun PPh Pasal 21 yang bersifat final yang dipotong Rp. 0,00,
Bendahara pemerintah wajib membuat bukti pemotongan PPh Pasal 21 Final
paling lama akhir bulan Maret 2011.
PPh Pasal 21/26 terutang bagi Penerima Penghasilan pada saat dilakukan
pembayaran atau pada saat terutangnya penghasilan yang bersangkutan. PPh
Pasal 21/26 terutang bagi Pemotong PPh Pasal 21/26 untuk setiap Masa Pajak
yaitu pada akhir bulan dilakukannya pembayaran atau pada akhir bulan
terutangnya penghasilan yang bersangkutan.
Berikut ini adalah hak dan kewajiban pemotong PPh Pasal 21/26.
87
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
d. Dalam hal dalam suatu bulan terjadi kelebihan penyetoran pajak atas PPh
Pasal 21/26 yang terutang, kelebihan penyetoran tersebut dapat
diperhitungkan dengan PPh Pasal 21/26 yang terutang pada bulan berikutnya
melalui SPT Masa PPh Pasal 21/26.
e. Pemotong PPh Pasal 21/26 harus memberikan bukti pemotongan PPh Pasal
21 atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai Tetap atau
penerima pensiun berkala paling lama 1 (satu) bulan setelah tahun kalender
berakhir. Dalam hal Pegawai Tetap berhenti bekerja sebelum bulan Desember,
bukti pemotongan PPh Pasal 21 harus diberikan paling lama 1 (satu) bulan
setelah yang bersangkutan berhenti bekerja.
f. Pemotong PPh Pasal 21/26 harus memberikan bukti pemotongan PPh Pasal
21 atas pemotongan PPh Pasal 21 selain Pegawai Tetap dan penerima
pensiun berkala, serta bukti pemotongan PPh Pasal 26 setiap kali melakukan
pemotongan PPh Pasal 26. Dalam hal dalam 1 (satu) bulan kalender, kepada
satu penerima penghasilan dilakukan lebih dari 1 (satu) kali pembayaran
penghasilan, bukti pemotongan PPh Pasal 21/26 dapat dibuat sekali untuk 1
(satu) bulan kalender. Bentuk formulir pemotongan PPh Pasal 21 dan/atau
PPh Pasal 26 ditetapkan dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.
Berikut adalah hak dan kewajiban penerima penghasilan yang dipotong PPh
Pasal 21/26.
88
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Kecuali PPh Pasal 21 yang bersifat final yang diatur tersendiri dalam
Peraturan Pemerintah, jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong merupakan kredit
pajak bagi penerima penghasilan yang dikenakan pemotongan untuk tahun pajak
yang bersangkutan.
Jumlah pemotongan PPh Pasal 21 atas selisih penerapan tarif sebesar 20%
lebih tinggi bagi Pegawai Tetap atau penerima pensiun berkala sebelum memiliki
NPWP yang telah diperhitungkan dengan PPh Pasal 21 terutang untuk bulan-
bulan selanjutnya pada tahun kalender berikutnya tidak termasuk kredit pajak.
Dalam hal Wajib Pajak yang telah dipotong PPh Pasal 21 dengan tarif yang
lebih tinggi mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP maka PPh Pasal 21 yang
telah dipotong tersebut dapat dikreditkan dalam SPT Tahunan PPh Wajib Pajak
Orang Pribadi untuk tahun pajak yang bersangkutan. Dalam hal Wajib Pajak
menyampaikan SPT Tahunan PPh yang menyatakan jumlah lebih bayar maka
penyampaiannya harus dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun
sejak berakhirnya tahun pajak yang bersangkutan.
PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 yang dipotong oleh Pemotong PPh
Pasal 21/26 untuk setiap Masa Pajak wajib disetor ke kantor pos atau bank yang
ditunjuk oleh Menteri Keuangan, paling lama 10 (sepuluh) hari setelah Masa Pajak
berakhir.
Dalam hal tanggal jatuh tempo penyetoran PPh Pasal 21/26 bertepatan
dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, penyetoran dan
pelaporan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
89
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
melalui penyampaian SPT Masa PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 ke Kantor
Pelayanan Pajak tempat Pemotong PPh Pasal 21/26 terdaftar, paling lama 20 (dua
puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.
Dalam hal tanggal jatuh pelaporan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26
bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional,
penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 dapat dilakukan
pada hari kerja berikutnya.
SPT Masa PPh Pasal 21/26 berbentuk dokumen elektronik atau formulir
kertas.28 SPT Masa PPh Pasal 21/26 berbentuk elektronik wajib oleh pemotong
PPh Pasal 21/26 yang memenuhi syarat sebagai berikut.
28
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 9/PMK.03/2018
90
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
a. Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (Tidak Final) atau Pasal 26 - (Formulir 1721-
VI);
b. Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 (Final) - (Formulir 1721-VII);
c. Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 bagi Pegawai Tetap atau Penerima Pensiun
atau Tunjangan Hari Tua/Jaminan Hari Tua Berkala - (Formulir 1721-A1);
d. Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 Bagi PNS atau Anggota TNI
atau Anggota Polri atau Pejabat Negara atau Pensiunannya - (Formulir 1721-
A2);
SPT Masa PPh Pasal 21/26 dalam bentuk formulir kertas (hard copy) tidak
perlu dilampiri dengan:
a. Formulir 1721-I dalam hal tidak ada pemotongan PPh Pasal 21 bagi Pegawai
Tetap, Penerima Pensiun/THT/JHT Berkala serta bagi PNS, Anggota
TNI/Polri, Pejabat Negara dan Pensiunannya
b. Formulir 1721-II dalam hal tidak ada pemotongan PPh Pasal 21 (Tidak Final)
dan Pasal 26 dengan menggunakan Formulir 1721-VI
c. Formulir 1721-III dalam hal tidak ada pemotongan PPh Pasal 21 (Final) dengan
menggunakan Formulir 1721-VII
d. Formulir 1721-IV dalam hal tidak ada penyetoran dan pemindahbukuan PPh
Pasal 21 dan Pasal 26 dengan menggunakan SSP dan Bukti Pbk
e. Formulir 1721-V dalam hal Pemotong wajib menyampaikan SPT Tahunan;
f. Formulir 1721-VI
91
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
g. Formulir 1721-VII
h. Formulir 1721-A1
i. Formulir 1721-A2.
Contoh bentuk dan tatacara pengisian SPT Masa PPh Pasal 21 disajikan
dalam lampiran modul ini.
Wajib Pajak badan yang diwajibkan untuk menyampaikan SPT Masa PPh
Pasal 21/26 dalam bentuk dokumen elektronik wajib menyampaikan SPT Masa
PPh Pasal 2/26 melalui saluran tertentu.
Pemotong PPh Pasal 21/26 wajib melaporkan PPh Pasal 21 dan/atau PPh
Pasal 26 yang dipotong dengan menyampaikan SPT Masa paling lama 20 hari
setelah Masa Pajak berakhir. Dalam hal batas akhir pelaporan sebagaimana
bertepatan dengan hari libur, pelaporan dapat dilakukan paling lambat pada hari
kerja berikutnya. Hari libur yaitu hari Sabtu, hari Minggu, hari libur nasional, hari
yang diliburkan untuk penyelenggaraan Pemilihan Umum, atau cuti bersama
secara nasional.
Kewajiban menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21/26 tidak berlaku dalam
hal jumlah PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 yang dipotong pada Masa Pajak
yang bersangkutan nihil, kecuali nihil tersebut dikarenakan adanya Surat
Keterangan Domisili (Certificate Of Domicile). Dalam hal jumlah PPh Pasal 21
dan/atau PPh Pasal 26 yang dipotong pada Masa Pajak Desember nihil, kewajiban
pelaporan PPh Pasal 21/26 tetap berlaku.
92
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Berikut ini adalah contoh pengisian SPT Masa PPh Pasal 21/26.
NPWP : 01.234.567.8-014.000
Alamat : Jl. Pasar Minggu Raya No. 567, Pasar Minggu, Jakarta Selatan
12520
Berikut adalah data pegawai tetapnya pada bulan Desember 2018. Tidak ada
pegawai tetap yang berhenti ataupun masuk pada pertengahan tahun.
93
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Berikut ini adalah bukti potong yang dibuat oleh PT BUANA JAYA atas
imbalan kepada selain pegawai tetap. Bukti potong untuk selain pegawai tetap
dibuat setiap kali dilakukan pemotongan. Dalam contoh ini, karena dilakukan
pemotongannya bulan Desember, bukti potong dibuat bulan Desember.
94
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
95
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Berikut ini adalah bukti potong yang dibuat oleh PT BUANA JAYA untuk pegawai
tetapnya. Bukti potong untuk pegawai tetap dibuat sekali setahun dalam formulir
1721-A1.
96
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
97
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
98
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
99
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Berikut adalah induk SPT Masa PPh Pasal 21/26 untuk masa pajak Desember
2018.
100
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
SPT Masa PPh Pasal 21 masa pajak Desember 2018 dilampiri dengan:
a. Formulir 1721-I untuk satu masa pajak, untuk melaporkan pemotongan PPh
Pasal 21 untuk pegawai tetap bulan Desember 2018;
b. Formulir 1721-I untuk satu tahun pajak, untuk melaporkan pemotongan PPh
Pasal 21 untuk pegawai tetap tahun 2018. Formulir ini tidak dibuat di masa
pajak selain Desember.
c. Formulir 1721-II untuk melaporkan pemotongan PPh Pasal 21 selain pegai
tetap yang tidak final dan pemotongan PPh Pasal 26;
d. Formulir 172I-IV untuk melaporkan penyetoran PPh Pasal 21/26 melalui SSP
atau bukti pemindahbukuan;
e. SSP lembar ke-3.
101
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
102
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
103
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
104
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
105
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
106
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
16. Latihan
Latihan 1
Tentukan apakah atas penghasilan di bawah ini terutang PPh Pasal 21 atau
tidak? Berikan alasannya.
e. Rian, bekerja sebagai tenaga pembukuan paruh waktu pada Koperasi Makmur
Bersama.
g. Pariyem, bekerja sebagai pembantu rumah tangga pada Bapak Brojo, seorang
Direktur sebuah perusahaan di Jakarta.
i. Joko, bekerja sebagai tukang bangunan pada Tuan Abrori, seorang PNS pada
Pemda Kota Depok.
Latihan 2
107
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Latihan 3
108
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Mulai bulan September 2018, Ahmad Hilmy mendapat kenaikan gaji karena
mendapatkan promosi jabatan. Gaji Ahmad Hilmy mulai bulan September 2018
adalah Rp12.000.000,00 sebulan.
a. Hitunglah PPh Pasal 21 yang dipotong untuk bulan Januari sampai dengan
Agustus 2018.
b. Hitunglah PPh Pasal 21 yang dipotong untuk bulan September sampai dengan
Nopember 2018.
c. PPh Pasal 21 yang dipotong untuk bulan Desember 2018.
d. Buatlah bukti potong 1721-A1 untuk Ahmad Hilmy untuk tahun 2018.
Latihan 4
a. Hitunglah PPh Pasal 21 yang dipotong atas gaji bulan Januari sampai dengan
Juli 2018.
b. Hitunglah PPh Pasal 21 yang dipotong (lebih dipotong) atas gaji bulan Agustus
2018.
c. Buatlah bukti potong 1721-A1 untuk Herman Rivano untuk tahun 2018.
109
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Hari Tua setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji sedangkan Herman Rivano
membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji setiap bulan.
a. Hitunglah PPh Pasal 21 yang dipotong atas gaji bulan Oktober dan November
2018.
b. Hitunglah PPh Pasal 21 yang dipotong (lebih dipotong) atas gaji bulan
Desember 2018.
c. Buatlah bukti potong 1721-A1 untuk Herman Rivano untuk tahun 2018.
Latihan 6
PT Indo Jaya mengunakan jasa Trisyono, SE, Ak, BKP (telah berNPWP)
sebagai konsultan pajaknya untuk menangani kewajiban-kewajiban pajak PT Indo
Jaya selama tahun 2018. Pembayaran imbalan jasa konsultasi dilakukan selama
tiga kali yaitu tanggal 1 Juni 2018 Rp65.000.000,00; tanggal 1 Oktober 2018
sebesar Rp40.000.000,00; dan tanggal 10 Januari 2019 Rp40.000.000,00.
Trisyono berstatus K/1 pada tanggal 1 Januari 2018, dan berstatus K/2 pada
tanggal 1 Januari 2019.
a. Hitunglah PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh PT Indo Jaya untuk ketiga
pembayaran tersebut!
b. Buatlah bukti potong PPh Pasal 21 atas pemotongan PPh di atas!
Latihan 7
Buatlah bukti potong untuk bulan Oktober apabila upah dibayarkan setiap
hari!
Latihan 8
110
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Berikut ini adalah kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah pada bulan Juli 2018.
a. mengadakan lomba penulisan karya tulis ilmiah untuk guru-guru SMA dan
SMK di Jawa Tengah. Keluar sebagai pemenang pertama adalah Ibu Titik
Widiastuti, PNS golongan IV-a, dengan mendapat hadiah Rp30.000.000,00.
Pemenang kedua adalah Bapak Hani Hadiatno, seorang guru non PNS,
dengan mendapat hadiah Rp20.000.000,00. Sedangkan pemenang ketiga
adalah Ibu Endang Harini, guru PNS golongan III-c, dengan mendapat hadiah
Rp10.000.000,00.
Latihan 9
Dikdik Haryadi (K/2) telah bekerja sebagai pegawai tetap pada PT Serua
Indah sejak tahun 1995. Sejak tanggal 1 Januari 2019 Dikdik Haryadi berhenti
bekerja karena terkena Pemutusan Hubungan Kerja. Uang pesangon dibayarkan
111
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
NPWP : 02.345.678.9-035.000
Alamat : Jl. Budi Raya No. 123, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11530
Nomor Telpon : 021 - 5356789
Alamat Email : sakti.jaya@gmail.com
Nama Pimpinan : Gunawarman
Berikut adalah data pembayaran gaji, tunjangan dan lainnya kepada
pegawai tetapnya pada bulan Januari 2018.
112
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
a. Menghitung PPh Pasal 21 yang harus dipotong untuk bulan Januari sampai
dengan November 2018;
b. Menghitung PPh Pasal 21 yang harus dipotong untuk bulan Desember 2018;
c. Membuat bukti potong 1721-A1 untuk seluruh pegawai tetap;
d. Membuat bukti potong selain pegawai tetap bulan Desember 2018; dan
e. Menyusun SPT Masa PPh Pasal 21 dan SSP bulan Desember 2018.
17. Rangkuman
113
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
penghasilan bruto pegawai tetap berupa gaji, tunjangan, uang lembur, THR, bonus
dan sebagainya termasuk premi asuransi yang ditanggung pemberi kerja dikurang
dengan biaya jabatan dan iuran pensiun yang dibayar pegawai tetap.
PPh Pasal 21 atas imbalan jasa kepada bukan pegawai dihitung dengan
cara menerapkan tarif Pasal 17 terhadap 50% penghasilan bruto (tidak
berkesinambungan) atau kumulatif 50% penghasilan bruto (berkesinambungan).
Apabila penerima penghasilan memenuhi syarat memiliki NPWP dan tidak
memiliki penghasilan lainnya, maka PPh Pasal 21 dihitung dengan cara
menerapkan tarif Pasal 17 terhadap kumulatif penghasilan kena pajak di mana
penghasilan kena pajak adalah 50% penghasilan bruto dikurangi PTKP.
Terdapat juga PPh Pasal 21 yang bersifat final yang diatur khusus dengan
Peraturan Pemerintah. Yang pertama adalah penghasilan honorarium pejabat
negara, PNS, anggota TNI/Polri, dan pensiunannya yang dikenakan PPh Pasal 21
yang bersifat final sesuai dengan golongannya. Yang kedua adalah penghasilan
berupa uang pesangon dan uang manfaat pensiun yang dibayarkan sekaligus
dengan tarif progresif mulai 0% sampai dengan 25%.
114
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
115
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
tanggal 5 Januari 2018. Istri Komar memiliki usaha penjualan batik di Tanah
Abang. Status PTKP dan penghitungan PPh Pasal 21 Komar adalah...
a. K/1
b. K/2
c. K/I/1
d. K/I/2
Ardi Pratama adalah pegawai tetap PT Indo Nusa sejak April 2017. Gaji dan
tunjangan setiap bulan adalah Rp12.000.000,00. Iuran pensiun Rp200.000,00 per
bulan ditanggung oleh PT Indo Nusa dan Rp300.000,00 per bulan dipotong dari
gaji Ardi Pratama. Pada awal tahun 2017, Ardi Pratama berstatus menikah dan
memiliki 1 orang anak sebagai tanggungan.
7. PPh Pasal 21 untuk bulan April 2017 untuk Ardi Pratama adalah...
a. Rp200.000,00
b. Rp210.000,00
c. Rp445.833,00
d. Rp475.833,00
8. PPh Pasal 21 terutang tahun 2017 untuk Ardi Pratama adalah...
a. Rp1.800.000,00
b. Rp1.890.000,00
c. Rp1.916.667,00
d. Rp3.566.667,00
9. PPh Pasal 21 untuk bulan Desember 2017 adalah...
a. Lebih dipotong Rp1.916.667
b. Lebih dipotong Rp1.676.667
c. Kurang dipotong Rp200.000,00
d. Kurang dipotong Rp210.000,00
10. Reno Romadhon bekerja pada PT Sahara Raya sejak tahun 2010. Pada tahun
2017 Reno berstatus tidak menikah tanpa tanggungan dan mendapat gaji dan
tunjangan sebulan Rp8.000.000,00 sebulan. Pada bulan Juni 2017 Reno
mendapatkan THR sebesar Rp12.000.000,00. Apabila iuran pensiun yang
dibayar oleh Reno setiap bulan Rp200.000,00 maka besarnya PPh Pasal 21
yang harus dipotong atas THR adalah...
116
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
a. Rp39.583,00
b. Rp475.000,00
c. Rp500.000,00
d. Rp1.500.000,00
11. Apabila dalam soal sebelumnya Reno berhenti bekerja sejak 1 Agustus 2017
dan pindah kerja kepada perusahaan lain, maka PPh Pasal 21 untuk bulan Juli
2017 adalah...
a. Dipotong Rp659.583,00
b. Dipotong Rp184.583,00
c. Nihil
d. Lebih dipotong Rp1.207.500,00
12. Penghitungan PPh Pasal 21 yang disetahunkan dilakukan apabila pegawai
tetap...
a. pindah tugas ke cabang perusahaan lain
b. pindah kerja ke perusahaan lain
c. berhenti bekerja kemudian tidak bekerja lagi sampai akhir tahun
d. berhenti bekerja karena memasuki usia pensiun
13. Sodikun dengan status belum menikah pada bulan Januari 2018 bekerja
sebagai buruh harian CV Mahadana Sejahtera. la bekerja selama 16 hari dan
menerima upah harian sebesar Rp400.000,00. Pernyataan yang benar di
bawah ini adalah…
a. PPh Pasal 21 yang harus dipotong hari pertama adalah Rp12.500,00
b. PPh Pasal 21 yang harus dipotong hari ke-10 adalah Rp20.000,00
c. PPh Pasal 21 yang harus dipotong hari ke-12 adalah Rp150.000,00
d. PPh Pasal 21 yang harus dipotong selama bulan Januari 2018 adalah
Nihil
14. Suminta bekerja pada perusahaan elektronik dengan dasar upah harian yang
dibayarkan secara bulanan. Dalam bulan Januari 2018. Suminta bekerja 20
hari kerja dan upah sehari adalah Rp 300.000,00. Suminta belum menikah dan
tidak memiliki tanggungan. PPh Pasal 21 yang harus dipotong atas upah bulan
Januari 2018 adalah...
a. Nihil
b. Rp75.000,00
c. Rp150.000,00
117
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
d. Rp300.000,00
15. Atas imbalan kepada pegawai tidak tetap dikenakan tarif Pasal 17 Undang-
undang Pajak Penghasilan apabila upah sebulan lebih dari...
a. Rp3.000.000,00
b. Rp4.500.000,00
c. Rp7.200.000,00
d. Rp10.200.000,00
16. Tuan Joko Pramono adalah seorang penulis terkenal. Pada bulan Desember
2017 memberikan workshop penulisan yang diselenggarakan Yayasan
Lentera Kata. Atas imbalan sebagai narasumber worksop tersebut Joko
Pramono diberikan honor sebesar Rp20.000.000,00. PPh Pasal 21 yang harus
dipotong adalah…
a. Nihil
b. Rp500.000,00
c. Rp1.000.000,00
d. Rp2.000.000,00
17. dr. Hasandi adalah dokter spesialis yang menjadi pembicara dalam sebuah
seminar kesehatan yang diadakan oleh Yayasan Medika. Honorarium yang
diterima dr. Hasandi adalah sebesar Rp20.000.000,00. PPh Pasal 21 yang
harus dipotong oleh Yayasan Medika adalah :
a. Rp500.000,00
b. Rp1.000.000,00
c. Rp2.000.000,00
d. Rp3.000.000,00
18. PT Indo Sepatu berencana untuk mengundang Robby Sudarwis, seorang
mantan pesepakbola professional di Indonesia untuk mendemonstrasikan
kepiawaiannya mengolah si kulit bundar dan memberikan coaching clinic.
Acara ini dilakukan dalam rangka mempromosikan sepatu olahraga
produksinya. Robby Sudarwis sendiri berstatus menikah dengan tanggungan
2 orang. Atas imbalannya, PT Indo Sepatu akan memberikan honor sebesar
Rp100.000.000,00. PPh Pasal 21 yang harus dipotong PT Indo Sepatu atas
honor tersebut adalah...
a. Rp1.625.000,00
b. Rp2.500.000,00
118
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
c. Rp5.000.000,00
d. Rp10.000.000,00
19. dr. Armanto (K/1) merupakan dokter spesialis jantung yang melakukan praktik
di Rumah Sakit Jantung Sehat dengan perjanjian bahwa atas setiap jasa
dokter yang dibayarkan oleh pasien akan dipotong 20% oleh pihak rumah sakit
sebagai bagian penghasilan rumah sakit dan sisanya sebesar 80% dari jasa
dokter tersebut akan dibayarkan kepada dr. Armanto pada setiap akhir bulan.
dr. Armanto terdaftar sebagai Wajib Pajak pada KPP Pratama Pondok Aren.
Di rumahnya di daerah Pondok Aren, dr. Armanto juga membuka praktek
dokter spesialis jantung.
Dalam tiga bulan pertama tahun 2018, jasa dokter yang dibayarkan pasien di
RS Jantung Sehat atas tindakan dr. Armanto adalah sebagai berikut:
a. Rp10.500.000,00
b. Rp5.250.000,00
c. Rp3.500.000,00
d. Rp1.750.000,00
20. Ronny Sihite menjuarai lomba cipta lagu yang diselenggarakan oleh Yayasan
Karya Cipta Nusantara dan mendapatkan hadiah uang tunai
Rp100.000.000,00. PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh Yayasan Karya
Cipta Nusantara adalah...
a. Rp2.500.000,00
b. Rp5.000.000,00
c. Rp10.000.000,00
d. Rp15.000.000,00
21. Ayu Ratnawati (K/1) bekerja pada PT Raharja. Pada tanggal 1 Januari 2018
telah berhenti bekerja pada PT Multi Utama karena telah memasuki usia
pensiun. Pada bulan Maret 2018 Ayu menerima jasa produksi tahun 2017 dari
119
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
120
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Rumus :
Jumlah Soal
Bila Anda mencapai penguasaan diatas 70% atau lebih, Anda dapat
meneruskan ke Kegiatan Belajar 3, apabila belum supaya memperdalam terlebih
dahulu Kegiatan Belajar 2.
121
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
1. Indikator Keberhasilan:
b. menjelaskan pemungut, objek dan tarif PPh Pasal 22 dengan benar; dan
Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPh Pasal 22) adalah salah satu bentuk
pemotongan/pemungutan Pajak Penghasilan (witholding tax) yang berlaku di
Indonesia. Penghasilan yang menjadi objek pemungutan PPh Pasal 22 adalah
penghasilan yang berasal dari transaksi pembelian dan penjualan barang-barang
tertentu yang ditetapkan. Penetapan ini dilakukan oleh Menteri Keuangan.
b. badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari Wajib Pajak yang melakukan
kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain; dan
c. Wajib Pajak badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas penjualan
barang yang tergolong sangat mewah.
122
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Pemungutan pajak atas penjualan barang yang sangat mewah oleh Wajib
Pajak badan tertentu akan dikenakan terhadap pembelian barang yang memenuhi
kriteria tertentu sebagai barang yang tergolong sangat mewah baik dilihat dari jenis
barangnya maupun harganya, seperti kapal pesiar, rumah sangat mewah,
apartemen dan kondominium sangat mewah, serta kendaraan sangat mewah.
29
Pasal 22 ayat (2) Undang-undang Pajak Penghasilan
123
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
2. PPh Pasal 22 Atas Ekspor Komoditas Tambang Batubara, Mineral Logam, dan
Mineral Bukan Logam
5. PPh Pasal 22 Badan Usaha Industri Semen, Kertas, Baja, Otomotif, Dan
Farmasi
7. PPh Pasal 22 Penjualan Bahan Bakar Minyak, Bahan Bakar Gas, Dan
Pelumas
124
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Pemungut PPh Pasal 22 atas impor barang adalah Bank Devisa dan
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Wajib Pajak yang dipungut PPh Pasal 22
adalah Importir. Besarnya PPh Pasal 22 atas impor ini adalah:
a. 10% dari Nilai Impor untuk impor barang tertentu sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I Peraturan Menteri Keuangan Nomor 110/PMK.010/2018;
b. 7,5% dari Nilai Impor untuk impor barang barang tertentu lainnya sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri Keuangan Nomor
110/PMK.010/2018;
c. 2,5% dari Nilai Impor untuk impor barang selain barang tertentu dan barang
tertentu lainnya yang menggunakan Angka Pengenal Impor (API) kecuali
impor kedelai, gandum dan tepung terigu;
d. 0,5% dari Nilai Impor untuk impor barang berupa kedelai, gandum dan tepung
terigu sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 110/PMK.010/2018 yang menggunakan Angka Pengenal
Impor (API);
e. 7,5% dari Nilai Impor untuk impor barang selain barang tertentu dan barang
tertentu lainnya yang tidak menggunakan Angka Pengenal Impor (API);
dan/atau
f. 7,5% dari harga jual lelang untuk barang yang tidak dikuasai.
PPh Pasal 22 impor barang, terutang dan dilunasi bersamaan dengan saat
pembayaran Bea Masuk. Dalam hal pembayaran Bea Masuk ditunda atau
dibebaskan dan tidak termasuk dalam pengecualian dari pemungutan Pajak
Penghasilan Pasal 22, PPh Pasal 22 terutang dan dilunasi pada saat penyelesaian
dokumen pemberitahuan pabean atas impor.
Nilai impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan Bea
Masuk yaitu Cost Insurance and Freight (CIF) ditambah dengan Bea Masuk dan
pungutan lainnya yang dikenakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan kepabeanan di bidang impor.
Contoh:
125
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
US$20.000. Ongkos angkut adalah 5% dari FOB dan biaya asuransi adalah 2%
dari FOB. Bea masuk atas mesin cetak adalah 20%. PPN yang dikenakan adalah
10% dan PPnBM 40%. Kurs Menteri Keuangan pada saat impor tersebut adalah
Rp13.500 untuk US$ 1. Besarnya PPh Pasal 22 impor atas impor mesin cetak
tersebut adalah:
Besarnya PPh Pasal 22 yang dikenakan adalah 1,5% dari nilai ekspor
sebagaimana tercantum dalam Pemberitahuan Ekspor Barang. PPh Pasal 22
terutang dan dilunasi bersamaan dengan saat penyelesaian dokumen
pemberitahuan pabean atas ekspor.
Contoh:
126
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Wajib Pajak yang dipungut PPh Pasal 22 adalah Wajib Pajak yang menerima
pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh Bendahara
Pemerintah/Kuasa Pengguna Anggaran/pejabat penerbit SPM (Rekanan
Pemerintah).
Besarnya PPh Pasal 22 yang harus dipungut adalah 1,5% dari harga
pembelian tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN). PPh Pasal 22 terutang
dan dipungut pada saat pembayaran.
Contoh :
127
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
a. Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan;
c. badan usaha tertentu yang dimiliki secara langsung oleh Badan Usaha Milik
Negara, meliputi PT Pupuk Sriwidjaja Palembang, PT Petrokimia Gresik, PT
Pupuk Kujang, PT Pupuk Kalimantan Timur, PT Pupuk Iskandar Muda, PT
Telekomunikasi Selular, PT Indonesia Power, PT Pembangkitan Jawa-Bali, PT
Semen Padang, PT Semen Tonasa, PT Elnusa Tbk, PT Krakatau Wajatama,
PT Rajawali Nusindo, PT Wijaya Karya Beton Tbk, PT Kimia Farma Apotek,
PT Kimia Farma Trading & Distribution, PT Badak Natural Gas Liquefaction,
PT Tambang Timah, PT Terminal Petikemas Surabaya, PT Indonesia Comnets
Plus, PT Bank Syariah Mandiri, PT Bank BRI Syariah, dan PT Bank BNI
Syariah.
Dalam hal badan usaha tertentu yang dimiliki langsung oleh BUMN
melakukan perubahan nama badan usaha, badan usaha tertentu tersebut tetap
ditunjuk sebagai pemungut Pasal 22. Dalam hal badan usaha tertentu tersebut
tidak lagi dimiliki secara langsung oleh BUMN, badan usaha tertentu dimaksud
tidak lagi ditunjuk sebagai pemungut Pasal 22.
128
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Contoh:
Pemungut PPh Pasal 22 adalah badan usaha yang bergerak dalam bidang
usaha industri semen, industri kertas, industri baja, industri otomotif, dan industri
farmasi, atas penjualan hasil produksinya kepada distributor di dalam negeri.
Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri adalah industri baja yang
merupakan industri hulu, termasuk industri hulu yang terintegrasi dengan industri
antara dan industri hilir.
b. 0,25% dari DPP PPN atas penjualan semua jenis semen di dalam negeri;
c. 0,45% dari DPP PPN penjualan semua jenis kendaraan bermotor beroda dua
atau lebih di dalam negeri;
e. 0,3% dari DPP PPN atas penjualan semua jenis obat di dalam negeri.
129
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Contoh:
Contoh:
130
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Pemungut PPh Pasal 22 adalah produsen atau importir bahan bakar minyak,
bahan bakar gas, dan pelumas. Objek pemungutan PPh Pasal 22 adalah
penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas. Wajib Pajak yang
dipungut PPh Pasal 22 adalah Wajib Pajak yang melakukan pembelian bahan
bakar minyak, bahan bakar gas dan pelumas dari produsen atau importirnya.
Besarnya PPh Pasal 22 yang harus dipungut oleh produsen atau importir
bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas atas penjualan bahan bakar
minyak, bahan bakar gas, dan pelumas adalah sebagai berikut.
Tabel 3
PPh Pasal 22 Penjualan Bahan Bakar Minyak, Gas dan Pelumas
PPh Pasal 22 terutang dan dipungut pada saat penerbitan surat perintah
pengeluaran barang (delivery order).
Contoh :
131
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Pemungut PPh Pasal 22 adalah industri atau eksportir yang bergerak dalam
sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan. PPh Pasal
22 dikenakan atas pembelian bahan-bahan berupa hasil kehutanan, perkebunan,
pertanian, peternakan, dan perikanan yang belum melalui proses industri
manufaktur, untuk keperluan industrinya atau ekspornya. Wajib Pajak yang
dipungut PPh Pasal 22 adalah Wajib Pajak yang melakukan penjualan kepada
adalah industri atau eksportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan,
pertanian, peternakan, dan perikanan untuk keperluan industrinya atau ekspornya.
Contoh:
Pemungut PPh Pasal 22 ini adalah industri atau badan usaha yang
melakukan pembelian komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral
132
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
bukan logam, dari badan atau orang pribadi pemegang izin usaha pertambangan.
Izin usaha pertambangan adalah sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang pertambangan mineral dan batubara.
PPh Pasal 22 yang dikenakan atas pembelian batubara, mineral logam, dan
mineral bukan logam, dari badan atau orang pribadi pemegang izin usaha
pertambangan oleh industri atau badan usaha adalah sebesar 1,5% dari harga
pembelian tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai. PPh Pasal 22 terutang dan
dipungut pada saat pembelian.
Contoh:
PPh Pasal 22 yang harus dipungut oleh PT PALM OIL INDONESIA adalah
1,5% x Rp560.000.000,00 = Rp8.400.000,00.
Contoh:
133
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
b. Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan/atau Pajak
Pertambahan Nilai:
7) peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah;
134
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
8) barang pindahan;
10) barang yang diimpor oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
yangditujukan untuk kepentingan umum;
14) buku ilmu pengetahuan dan teknologi, buku pelajaran umum, kitab suci,
buku pelajaran agama, dan buku ilmu pengetahuan lainnya;
15) kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau dan kapal
angkutan penyeberangan, kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap
ikan, kapaltongkang, dan suku cadangnya, serta alat keselamatan
pelayaran dan alat keselamatan manusia yang diimpor dan digunakan oleh
Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional atau Perusahaan Penangkapan
Ikan Nasional, Perusahaan Penyelenggara Jasa Kepelabuhan Nasional
atau Perusahaan Penyelenggara Jasa Angkutan Sungai, Danau dan
Penyeberangan Nasional, sesuai dengan kegiatan usahanya;
16) pesawat udara dan suku cadangnya serta alat keselamatan penerbangan
dan alat keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan dan
pemeliharaan yang diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Angkutan
Udara Niaga Nasional, dan suku cadangnya, serta peralatan untuk
perbaikan atau pemeliharaan pesawat udara yang diimpor oleh pihak yang
ditunjuk oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional yang digunakan
dalam rangka pemberian jasa perawatan dan reparasi pesawat udara
kepada Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional;
135
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
17) kereta api dan suku cadangnya serta peralatan untuk perbaikan
ataupemeliharaan serta prasarana perkeretaapian yang diimpor dan
digunakan oleh badan usaha penyelenggara sarana perkeretaapian umum
dan/atau badanusaha penyelenggara prasarana perkeretaapian umum,
dan komponen atau bahan yang diimpor oleh pihak yang ditunjuk oleh
badan usaha penyelenggara sarana perkeretaapian umum dan/atau badan
usaha penyelenggara prasarana perkeretaapian umum yang digunakan
untuk pembuatan kereta api, suku cadang, peralatan untuk perbaikan atau
pemeliharaan, serta prasarana perkeretaapian yang akan digunakan oleh
badan usaha penyelenggara sarana perkeretaapian umum dan/atau badan
usaha penyelenggara prasarana perkeretaapian umum;
19) barang untuk kegiatan hulu minyak dan gas bumi yang importasinya
dilakukan oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama; dan/atau
136
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
3) pembayaran untuk:
137
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
7) pembelian batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam dari badan
atau orang pribadi pemegang izin usaha pertambangan yang telah
dipungut PPh Pasal 22 atas pembelian barang dan/atau bahan-bahan
untuk keperluan kegiatan usaha oleh badan usaha tertentu.
i. Penjualan emas batangan oleh badan usaha yang melakukan penjualan emas
batangan kepada Bank Indonesia.
138
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
barang yang tergolong sangat mewah baik dilihat dari jenis barangnya maupun
harganya, seperti kapal pesiar, rumah sangat mewah, apartemen dan
kondominium sangat mewah, serta kendaraan sangat mewah.
Ketentuan yang mengatur hal ini adalah Peraturan Menteri Keuangan Nomor
253/PMK.03/2008 yang diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
90/PMK.03/2015. Ketentuan teknis di bawahnya adalah Peraturan Dirjen Pajak
Nomor PER-19/PJ/2015 yang diubah dengan PER-24/PJ/2015.
Pemungut PPh Pasal 22 atas penjualan barang yang sangat mewah adalah
Wajib Pajak badan yang melakukan penjualan barang yang tergolong sangat
mewah. Barang yang tergolong sangat mewah adalah:
c. rumah beserta tanahnya, dengan harga jual atau harga pengalihannya lebih
dari Rp5.000.000.000,00 atau luas bangunan lebih dari 400m2;
f. kendaraan bermotor roda dua dan tiga, dengan harga jual lebih dari
Rp300.000.000,00 atau dengan kapasitas silinder lebih dari 250cc.
139
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
b. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, ke kas negara melalui Kantor Pos, bank
devisa,atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
140
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Atas pemungutan PPh Pasal 22 yang lain, PPh Pasal 22 wajib disetor oleh
pemungut ke kas negara melalui Kantor Pos, bank devisa, atau bank yang ditunjuk
oleh Menteri Keuangan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP).
Pemungut Pajak wajib menerbitkan Bukti Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal
22 dalam rangkap 3 (tiga), yaitu:
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan pemungut pajak lainnya wajib
melaporkan hasil pemungutannya dengan menggunakan Surat Pemberitahuan
(SPT) Masa ke Kantor Pelayanan Pajak. Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 22
dan pelaporan pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22, dilakukan sesuai jangka
waktu sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan yang
mengatur mengenai penentuan tanggal jatuh tempo pembayaran, penyetoran dan
pelaporan pemungutan pajak.
a. PPh Pasal 22 atas impor harus dilunasi bersamaan dengan saat pembayaran
Bea Masuk dan dalam hal Bea Masuk ditunda atau dibebaskan, PPh Pasal 22
141
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
b. PPh Pasal 22 atas impor yang dipungut oleh Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai, harus disetor dalam jangka waktu 1 (satu) hari kerja setelah dilakukan
pemungutan pajak.
e. PPh Pasal 22 yang pemungutannya dilakukan oleh Wajib Pajak badan tertentu
sebagai Pemungut Pajak harus disetor paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
a. Wajib Pajak badan tertentu sebagai Pemungut Pajak wajib melaporkan PPh
Pasal 22 yang dipungut dengan menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 22
paling lama 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.
142
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
5. Latihan
Latihan 1
a. Menjual beberapa unit TV kepada Dinas Kominfo Pemkot Depok dengan harga
Rp55.000.000,00 termasuk PPN
c. Menjual beberapa unit kursi meja kepada cabang Bank Syariah Mandiri Ciputat
sebesar Rp8.800.000,00 termasuk PPN
143
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Untuk setiap transaksi di atas, tentukanlah apakah terutang PPh Pasal 22.
Jika terutang, tentukan besarnya PPh Pasal 22 terutang. Jelaskan juga
mekanisme pemungutan PPh Pasal 22 nya.
Latihan 2
Berikut ini adalah beberapa transaksi yang terjadi pada bulan November
2018.
a. PT Indo Oil (importir BBM) menjual sejumlah bahan bakar minyak kepada PT
Baja Indonesia, sebuah perusahaan industri baja, senilai Rp500.000.000,00.
d. Bapak Ansari, pemilik perkebunan sawit, menjual beberapa ton tandan buah
segar sawit kepada PT Indo CPO, perusahaan pengolah kelapa sawit menjadi
Crude Palm Oill (CPO), dengan harga jual Rp900.000.000,00.
144
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
dikenakan adalah 10%. Kurs Menteri Keuangan yang berlaku pada saat impor
adalah Rp13.000/$. Peralatan elektronik ini termasuk jenis barang tertentu.
g. Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan membayar tagihan listrik bulan lalu
kepada PT PLN senilai Rp 120.000.000,00.
145
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
r. PT. Indo Rubber, perusahaan pengolah karet membeli sejumlah karet dari
pedagang pengumpul senilai Rp40.000.000.000,00.
6. Rangkuman
146
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
1. impor barang
2. ekspor komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam
yang dilakukan oleh eksportir, kecuali yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang
terikat dalam perjanjian kerjasama pengusahaan pertambangan dan Kontrak
Karya;
5. penjualan hasil produksi kepada distributor dalam negeri oleh badan usaha
industri semen, kertas, baja, otomotif, dan farmasi;
7. penjualan bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas oleh produsen
atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas;
147
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
10. penjualan emas batangan di dalam negeri oleh badan usaha yang menjual
emas batangan; dan
11. penjualan barang yang sangat mewah oleh Wajib Pajak badan yang menjual
barang sangat mewah.
7. Test Formatif 3
Pilihlah satu jawaban yang menurut Anda paling tepat. Asumsikan pihak-
pihak dalam soal telah memiliki NPWP, kecuali dinyatakan lain.
148
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
c. Rp21.150.000,00
d. Rp35.250.000,00
4. PT Anugrah Jaya melakukan kontrak penjualan komputer kepada Dinas
Pendidikan Pemkot Tangerang Selatan senilai Rp1.100.000.000,00 (termasuk
PPN). Penagihan dilakukan tanggal 2 Oktober 2018 dan pembayaran
dilakukan tanggal 25 Oktober 2018. Besarnya PPh Pasal 22 yang dipungut
Bendahara Dinas Pendidikan dan saat pemungutannya adalah...
a. Rp15.000.000,00; 2 Oktober 2018
b. Rp15.000.000,00 25 Oktober 2018
c. Rp16.500.000,00; 2 Oktober 2018
d. Rp16.500.000,00 25 Oktober 2018
5. PT Sinar Sentosa menjual sejumlah unit pendingin ruangan kepada PT Daya
Sejahtera (perusahaan BUMN) dengan harga beli tanpa PPN
Rp500.000.000,00. Besarnya PPh Pasal 22 dan pemungut PPh Pasal 22
adalah...
a. Rp7.500.000,00; PT Sinar Sentosa
b. Rp7.500.000,00; PT Daya Sejahtera
c. Rp13.750.000,00; PT Sinar Sentosa
d. Rp13.750.000,00; PT Daya Sejahtera
6. PT Niaga Mobilindo adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri
otomotif. Pada tanggal 25 Mei 2018 menjual beberapa unit kendaraan
bermotor hasil produksinya kepada distibutornya yaitu PT Abadi Jaya senilai
Rp20.000.000.000,00. Pada tanggal yang sama PT Niaga Mobilindo juga
membeli baja senilai Rp10.000.000.000,00 dari PT Heksaguna Steel, sebuah
perusahaan Industri baja. Manakah pernyataan berikut ini yang benar?
a. PT Niaga Mobilindo memungut PPh Pasal 22 Rp60.000.000,00 dan
dipungut PPh Pasal 22 sebesar Rp45.000.000,00
b. PT Niaga Mobilindo memungut PPh Pasal 22 Rp90.000.000,00 dan
dipungut PPh Pasal 22 Rp30.000.000,00
c. PT Niaga Mobilindo memungut PPh Pasal 22 Rp50.000.000,00 dan
dipungut PPh Pasal 22 Rp30.000.000,00
d. PT Niaga Mobilindo memungut PPh Pasal 22 Rp90.000.000,00 dan tidak
dipungut PPh Pasal 22
149
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
150
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
151
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Rumus :
Bila Anda mencapai penguasaan diatas 70% atau lebih, Anda dapat
meneruskan ke Kegiatan Belajar 4, apabila belum supaya memperdalam terlebih
dahulu Kegiatan Belajar 3.
152
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
1. Indikator Keberhasilan:
c. menjelaskan objek, tarif dan dasar pengenaan PPh Pasal 23 dengan benar;
dan
a. badan pemerintah,
c. penyelenggara kegiatan,
Wajib Pajak orang pribadi yang dapat ditunjuk sebagai Pemotong PPh Pasal
23 adalah Akuntan, Arsitek, Dokter, Notaris, Pejabat Pembuat Akte Tanah (PPAT)
kecuali PPAT tersebut adalah Camat, pengacara, dan konsultan, yang melakukan
pekerjaan bebas, serta Orang pribadi yang menjalankan usaha yang
menyelenggarakan pembukuan. Penunjukkan sebagai Pemotong PPh Pasal 23
dilakukan penerbitan Surat Keputusan Penunjukan sebagai Pemotong Pajak
153
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Wajib Pajak yang dapat dipotong PPh Pasal 23 adalah Wajib Pajak dalam
negeri dan Bentuk Usaha Tetap yang menerima penghasilan objek PPh Pasal 23
dari Pemotong PPh Pasal 23.
2.1.3.1. Dividen
Perlu ditegaskan bahwa tidak semua dividen yang memenuhi definisi di atas
adalah objek PPh Pasal 23. Ada dividen yang juga bukan merupakan objek pajak
sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f Undang-undang Pajak
Penghasilan 1984. Terdapat juga dividen yang merupakan objek pemotongan lain
sebagaimana diatur dalam Pasal 17 ayat (2c) dan Pasal 26 ayat (1) huruf a
Undang-undang Pajak Penghasilan 1984.
2.1.3.2. Bunga
30
KEP-50/PJ//1994
154
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Seperti halnya dividen, tidak semua bunga juga menjadi objek pemotongan
PPh Pasal 23. Ada jenis bunga yang bukan merupakan objek pajak sehingga tidak
boleh dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (3)
huruf h Undang-undang Pajak Penghasilan. Jenis bunga yang lain seperti bunga
deposito dan tabungan menjadi objek pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) final. Ada
juga bunga yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 26 jika penerimanya
adalah Wajib Pajak luar negeri sebagaimana diatur dalam Pasal 26 ayat (1) huruf
b Undang-undang Pajak Penghasilan.
2.1.3.3. Royalti
1. hak atas harta tak berwujud, misalnya hak pengarang, paten, merek
dagang, formula, atau rahasia perusahaan;
2. hak atas harta berwujud, misalnya hak atas alat-alat industri, komersial,
dan ilmu pengetahuan. Yang dimaksud dengan alat-alat industri, komersial
dan ilmu pengetahuan adalah setiap peralatan yang mempunyai nilai
intelektual, misalnya peralatan-peralatan yang digunakan di beberapa
industri khusus seperti anjungan pengeboran minyak (drilling rig), dan
sebagainya;
155
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Perlu diperhatikan bahwa untuk imbalan royalti ini ada kemungkinan juga
merupakan objek pemotongan PPh Pasal 26 jika penerima penghasilannya adalah
Wajib Pajak luar negeri.
Contoh untuk kasus PPh Pasal 23 ini misalnya sebuah yayasan lingkungan
hidup memberikan penghargaan kepada perusahaan yang memiliki kepedulian
kepada lingkungan sekitarnya. Apabila bentuk penghargaan ini diberikan dalam
bentuk uang atau barang yang memiliki nilai naka penghargaan ini menjadi objek
pemotongan PPh Pasal 23 karena penerimanya adalah Wajib Pajak badan dalam
negeri. Besarnya PPh Pasal 23 adalah 15% dikalikan jumlah bruto nilai
penghargaan.
2.1.3.6. Jasa
156
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Imbalan sewa guna usaha dengan hak opsi yang dibayarkan kepada Wajib
Pajak yang bergerak di bidang pembiayaan dengan sewa guna hak opsi, tidak
dipotong PPh Pasal 23.
c. Dividen Sebagaimana Dimaksud Dalam Pasal 4 Ayat (3) Huruf f UU PPh Dan
Dividen Yang Diterima Oleh Orang Pribadi Sebagaimana Dimaksud Dalam
Pasal 17 Ayat (2c) UU PPh
157
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang
disetor.
Bagian laba yang dimaksud adalah bagian laba yang tidak termasuk objek
pajak berupa bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan,
perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak
investasi kolektif.
f. Penghasilan Yang Dibayar Atau Terutang Kepada Badan Usaha Atas Jasa
Keuangan Yang Berfungsi Sebagai Penyalur Pinjaman Dan/Atau Pembiayaan
Yang Diatur Dengan Peraturan Menteri Keuangan.
158
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Terdapat dua jenis tarif PPh Pasal 23 yaitu tarif PPh Pasal 23 15% dan tarif
PPh Pasal 23 2%. Dasar pengenaan PPh Pasal 23 adalah jumlah bruto.
Tarif PPh Pasal 23 sebesar 15% dari jumlah bruto diterapkan atas
penghasilan berupa dividen, bunga, royalti dan hadiah, penghargaan, bonus, dan
sejenisnya. Tarif PPh Pasal 23 sebesar 2% diterapkan atas objek Pajak
Penghasiilan berupa sewa dan imbalan sehubungan dengan penggunaan harta
serta imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi,
jasa konsultan, dan jasa lain.
Dalam hal Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan tidak
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), besarnya tarif pemotongan adalah
lebih tinggi 100% (seratus persen) daripada tarif 15% atau 2% di atas (menjadi
30% atau 4%).31
Contoh 1
2% x Rp10.000.000,00 = Rp200.000,00
Apabila Tuan Johansyah tidak memiliki NPWP, maka PPh Pasal 23 yang
harus dipotong oleh CV Pratama adala:
31
Pasal 23 ayat (1a) Undang-undang PPh
159
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Contoh 2:
Contoh:
160
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
2% x Rp30.000.000,00 = Rp600.000,00
Untuk jasa selain jasa katering, pengertian jumlah bruto adalah seluruh
jumlah penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang dibayarkan,
disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan
pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk
usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak
dalam negeri atau bentuk usaha tetap, tidak termasuk:
161
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Dalam hal tidak terdapat bukti, jumlah bruto sebagai dasar pemotongan PPh
Pasal 23 adalah sebesar keseluruhan pembayaran kepada penyedia jasa, tidak
termasuk Pajak Pertambahan Nilai.
Contoh 1
2% x Rp20.000.000,00 = Rp400.000,00.
Contoh 2
Pemotongan PPh Pasal 23 atas jasa penyedia tenaga kerja tersebut adalah
sebagai berikut:
2% x Rp4.000.000,00 = Rp80.000,00
b. Dalam hal tidak ada bukti pendukung, seperti daftar pembayaran gaji dan
kontrak kerja atas rincian tagihan di atas, maka jumlah bruto sebagai dasar
162
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
2% x Rp44.000.000,00 = Rp880.000,00
Contoh 3
2% x Rp.100.000.000,00 = Rp2.000.000,00
b. Dalam hal tidak ada faktur pembelian kepada CV Palugada atas rincian
tagihan biaya bahan tambahan, maka jumlah bruto sebagai dasar
pemotongan PPh Pasal 23 adalah sebesar Rp120.000.000,00 sehingga
PPh Pasal 23 yang harus dipotong oleh PT Karet Rubber atas pembayaran
kepada PT Mode Pakaian adalah sebesar:
2% x Rp 120.000.000,00 = Rp2.400.000,00
Saat pemotongan PPh Pasal 23 diatur dalam Pasal 15 ayat (3) PP Nomor
94 Tahun 2010. Berdasarkan ketentuan tersebut, Pemotongan PPh Pasal 23
dilakukan pada akhir bulan dibayarkannya penghasilan, akhir bulan disediakan
163
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
a. untuk perusahaan yang tidak go public, adalah saat dibukukan sebagai utang
dividen yang akan dibayarkan, yaitu pada saat pembagian dividen diumumkan
atau ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Tahunan. Demikian pula apabila perusahaan yang bersangkutan dalam tahun
berjalan membagikan dividen sementara (dividen interim), maka Pajak
Penghasilan Pasal 23 Undang-Undang Pajak Penghasilan terutang pada saat
diumumkan atau ditentukan dalam Rapat Direksi atau pemegang saham
sesuai dengan Anggaran Dasar perseroan yang bersangkutan.
164
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
PPh Pasal 23 yang dipotong oleh Pemotong PPh Pasal 23 harus disetor
paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.32
Dalam hal tanggal jatuh tempo penyetoran PPh Pasal 23 di atas bertepatan
dengan hari libur, pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan paling
lambat pada hari kerja berikutnya. Pengertian hari libur adalah hari Sabtu, hari
Minggu, hari libur nasional, hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan Pemilihan
Umum, atau cuti bersama secara nasional.33
Setiap Pemotong PPh Pasal 23 wajib mengisi SPT Masa PPh Pasal 23
dan/atau Pasal 26 dengan benar, lengkap, dan jelas, serta menyampaikannya ke
kantor Direktorat Jenderal Pajak yang ditentukan. Kewajiban ini tidak berlaku
apabila jumlah PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 yang dipotong pada Masa Pajak
yang bersangkutan nihil, kecuali nihil tersebut dikarenakan adanya Surat
Keterangan Bebas (SKB), Surat Keterangan Domisili (SKD) dan/atau seluruh PPh
Pasal 23 dan/atau Pasal 26 yang terutang ditanggung oleh Pemerintah (DTP).36
SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 terdiri dari dua bentuk yaitu
berbentuk formulir kertas (hardcopy) dan berbentuk dokumen elektronik. SPT
Masa berbentuk dokumen elektronik harus disampaikan oleh pemotong PPh Pasal
23 yang:
32
Pasal 2 ayat (7) PMK 242/PMK.03/2014
33
Pasal 9 ayat (1) dan (2) PMK 242/PMK.03/2014
34
Pasal 10 ayat (1) PMK 243/PMK.03/2014
35
Pasal 12 ayat (1) dan (2) PMK 243/PMK.03/2014
36
Pasal 2 PER-04/PJ/2017
165
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau Pasal 26 dalam bentuk elektronik dapat
disampaikan oleh Pemotong Pajak dengan menggunakan Aplikasi e-Bupot 23/26
yang tersedia di laman milik Ditjen Pajak atau saluran tertentu yang ditetapkan
oleh Dirjen Pajak.38 Untuk dapat menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 23 dan/atau
Pasal 26 dengan menggunakan Aplikasi e-Bupot 23/26, Pemotong Pajak terlebih
dahulu harus memiliki Sertifikat Elektronik.39
5. Latihan
Latihan 1
37
Pasal 6 ayat (1) PER-04/PJ/2017
38
Pasal 6 ayat (2) PER-04/PJ/2017
39
Pasal 7 ayat (1) PER-04/PJ/2017
166
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Latihan 2
Berikut ini adalah beberapa transaksi yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang
berbeda. Dari setiap transaksi tersebut, tentukan apakah terutang PPh Pasal 23
atau tidak. Jika terutang PPh Pasal 23, tentukan siapa yang melakukan
pemotongan, siapa Wajib Pajak yang dipotong, dan berapa besar PPh yang
dipotong. Jika tidak terutang PPh Pasal 23, jelaskan alasannya.
1. PT SAKTI menyewa 2 unit mesin fotocopy dari CV BAKTI selama satu bulan
mulai tanggal 15 Oktober 2018 sampai dengan 14 Nopember 2018 dengan
nilai sewa Rp20.000.000,00. Pembayaran sewa dilakukan di muka pada
tanggal 15 Oktober 2018.
2. PT BUDI RAYA memutuskan dalam RUPS tanggal 10 April 2018 untuk
membagikan dividen tunai kepada pemegang sahamnya. PT INDOJAYA,
pemegang saham 30% mendapatkan dividen Rp300.000.000,00. CV
INDORETAIL, pemegang saham 10% mendapatkan dividen
Rp100.000.000,00. Koperasi Karyawan PT BUDI RAYA, pemegang saham
5%, mendapatkan dividen Rp50.000.000,00. Yayasan Makmur Sentosa,
pemegang saham 5%, mendapatkan dividen Rp50.000.000,00.
3. PT SEJAHTERA RAYA adalah sebuah BUMD milik Pemerintah Daerah
Provinsi Jawa Barat. Pada bulan Mei 2018 PT SEJAHTERA RAYA
membagikan dividen kepada pemegang sahamnya yaitu Pemda Jawa Barat
(pemegang saham 80%) sebesar Rp400.000.000,00 dan PT ANDALAN
(pemegang saham 20%) sebesar Rp100.000.000,00.
4. Dinas Koperasi Pemkab Bogor melakukan penilaian terhadap koperasi-
koperasi yang ada di wilayah Kabupaten Bogor. Berdasarkan hasil penilaian,
Koperasi Karya Utama dinobatkan sebagai Koperasi terbaik di wilayah
Kabupaten Bogor sehingga berhak mendapatkan hadiah berupa sebuah
kendaraan minibus senilai Rp200.000.000,00.
5. PT SEPATU JAYA, pabrikan sepatu, melakukan kontrak pinjaman dari Bank
BCA untuk menambah modal kerjanya. Pada tanggal 1 Desember 2018, PT
SEPATU JAYA melakukan pembayaran pokok pinjaman kepada BANK BCA
sebesar Rp10.000.000,00 ditambah bunga Rp500.000,00.
167
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
6. Tuan Johny adalah seorang pengusaha restoran yang selama ini dikenakan
PPh Final berdasarkan PP 46 Tahun 2013. Pada bulan Nopember 2018,
membayar gaji bulan Oktober kepada seorang karyawannya Rp5.000.000,00
(status TK/0). Di sampaing itu, Tuan Johny juga membayar jasa konsultan
pajak Amir, Hasan dan Rekan Rp20.000.000,00 untuk pengurusan mengikuti
program Tax Amnesty.
7. Bendahara Pengeluaran Pusdiklat Pemasyarakatan membayar kontrak jasa
katering senilai Rp500.000.000,00 kepada CV ANEKA RASA dengan rincian,
Rp400.000.000,00 untuk bahan baku makanan, Rp60.000.000,00 untuk upah
tenaga kerja untuk menyiapkan makanan di Pusdiklat Tenaga Kerja, dan
Rp40.000.000,00 untuk imbalan jasa kepada CV ANEKA RASA.
8. PT TEKNIKA adalah perusahaan pabrikan suku cadang kendaraan bermotor.
Pada suatu saat PT TEKNIKA membuat kontrak Sewa Guna Usaha dengan
hak opsi dengan PT LESORINDO, sebuah perusahaan pembiayaan, untuk
pengadaan sebuah mesin bubut. PT LESORINDO membeli mesin bubut dari
PT BUBUT JAYA yang selanjutnya PT BUBUT JAYA menyerahkan mesin
bubut langsung kepada PT TEKNIKA. Sehubungan dengan kontrak tersebut,
pada bulan Desember 2018, PT TEKNIKA melakukan pembayaran kepada PT
LESORINDO Rp7.000.000,00 yang terdiri dari pokok sewa guna usaha
Rp5.000.000,00 dan sisanya berupa bunga.
9. PT SINAR MULIA membuat kontrak sewa guna usaha tanpa hak opsi dengan
PT LESINDO untuk penyediaan sebuah mobil box untuk keperluan pengiriman
hasil produksi PT SINAR MULIA. Pada bulan Desember 2018, PT SINAR
MULIA melakukan pembayaran Rp7.000.000,00 kepada PT LESINDO.
10. PT KORINDO UTAMA sedang mengalami masalah likuiditas keuangan. Untuk
mengatasi masalah tersebut, PT KORINDO UTAMA melakukan kontrak
peminjaman dana dari Tuan SUKANTO sebagai pemegang sahamnya, dan
dari PT TURAH JAYA. Pada bulan Nopember 2018, PT KORINDO melakukan
pembayaran cicilan pinjaman kepada Tuan SUKANTO Rp10.0000.000,00
(termasuk bunga Rp500.000,00) dan kepada PT TURAH JAYA
Rp20.000.000,00 (termasuk bunga Rp1.000.000,00).
11. CV LENTERA RAYA adalah perusahaan penerbitan buku. Pada bulan
Desember 2018 membayar royalti Rp10.000.000,00 kepada Tuan Heru
168
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
6. Rangkuman
PPh Pasal 23 hanya dapat dikenakan terhadap Wajib Pajak dalam negeri
dan Bentuk Usaha Tetap. Pemotongan PPh Pasal 23 hanya dapat dilakukan
pemotong PPh Pasal 23 yaitu badan pemerintah, subjek pajak badan dalam
negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan
luar negeri lainnya serta Wajib Pajak orang pribadi yang ditunjuk.
Apabila ketiga hal di atas terpenuhi, maka pemotongan PPh Pasal 23 dapat
dilakukan oleh pemotong PPh Pasal 23 terhadap penerima penghasilannya.
Besarnya PPh Pasal 23 yang harus dipotong adalah 15% dari jumlah bruto untuk
169
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
penghasilan berupa dividen, bunga, royalti dan hadiah atau penghargaan. PPh
Pasal 23 sebesar 2% dari jumlah bruto dikenakan atas penghasilan berupa sewa
dan jasa.
7. Test Formatif 4
Pilihlah satu jawaban yang menurut Anda paling tepat. Asumsikan pihak-
pihak dalam soal telah memiliki NPWP, kecuali dinyatakan lain.
170
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
171
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
d. Rp45.000.000,00
9. PT Inti Persada membagikan dividen kepada para pemegang sahamnya yaitu
Yayasan Jala Senadipa Rp100.000.000,00 dan Tuan John Lee, warga negara
dan tinggal di Hongkong Rp200.000.000,00. PPh pasal 23 yang harus
dipotong oleh PT Inti Persada adalah...
a. Nihil
b. Rp15.000.000,00
c. Rp30.000.000,00
d. Rp45.000.000,00
10. PT Cipta Perkasa melakukan kontrak sewa guna usaha dengan hak opsi
dengan PT Wahana Finansia, sebuah perusahaan sewa guna usaha. Pada
bulan Juni 2018, PT Cipta Perkasa membayar angsuran sewa guna usaha
berupa pokok Rp10.000.000,00 dan bunga Rp2.000.000,00. Pernyataan yang
benar di bawah ini adalah…
a. PT Cipta Perkasa tidak perlu memotong PPh Pasal 23
b. PT Cipta Perkasa memotong PPh Pasal 23 sebesar Rp40.000,00
c. PT Cipta Perkasa memotong PPh Pasal 23 sebesar Rp200.000,00
d. PT Cipta Perkasa memotong PPh Pasal 23 sebesar Rp240.000,00
11. Pernyataan yang benar tentang tarif dan dasar pengenaan PPh Pasal 23
atas imbalan jasa manajemen adalah...
a. Tarif PPh Pasal 23 atas jasa manajemen adalah 2% dari jumlah bruto
b. Tarif PPh Pasal 23 atas jasa manajemen adalah 2% dari perkiraan
penghasilan neto
c. Tarif PPh Pasal 23 atas jasa manajemen adalah 15% dari jumlah bruto
d. Tarif PPh Pasal 23 atas jasa manajemen adalah 15% dari perkiraan
penghasilan neto
12. Tarif PPh Pasal 23 untuk Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP adalah….%
lebih tinggi dibandingkan Wajib Pajak yang memiliki NPWP
a. 20%
b. 50%
c. 100%
d. 120%
172
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Rumus :
173
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Bila Anda mencapai penguasaan diatas 70% atau lebih, Anda dapat
meneruskan ke Kegiatan Belajar 5, apabila belum supaya memperdalam terlebih
dahulu Kegiatan Belajar 4.
174
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
1. Indikator Keberhasilan:
Pada dasarnya terdapat dua jenis pelunasan Pajak Penghasilan yaitu (a)
melalui pembayaran sendiri, dan (b) melalui pemotongan/pemungutan. Pelunasan
PPh melalui pembayaran sendiri pada umumnya berbentuk pembayaran angsuran
PPh Pasal 25 setiap bulan dan pelunasan akhir tahun melalui mekanisme Pasal
29 UU PPh. Namun demikian, bagi Wajib Pajak luar negeri non BUT, tidak terdapat
mekanisme pelunasan melalui pembayaran sendiri karena Wajib Pajak ini tidak
memiliki kewajiban NPWP dan penyampaian SPT seperti Wajib Pajak dalam
negeri dan Bentuk Usaha Tetap. Satu-satunya pelunasan oleh Wajib Pajak luar
negeri non BUT adalah melalui pemotongan/pemungutan (witholding). PPh Pasal
26 adalah bentuk pemotongan PPh terhadap Wajib Pajak luar negeri non BUT ini.
175
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 adalah penerapan dari azas sumber yang
dianut dalam ketentuan Pajak Penghasilan di Indonesia. Berdasarkan azas
sumber, penghasilan yang bersumber dari Indonesia yang dinikmati oleh orang
atau badan di luar Indonesia, bisa dikenakan pajak di Indonesia. Bentuk
pemajakannya adalah dengan sistem witholding tax yang bersifat final yang diatur
dalam Pasal 26 Undang-undang Pajak Penghasilan.
PPh Pasal 26 ayat (1) adalah PPh Pasal 26 pada umumnya yaitu
pemotongan PPh terhadap Wajib Pajak luar negeri yang menerima atau
memperoleh penghasilan dari Indonesia. Bentuk penghasilan yang dipotong pada
umumnya hampir sama dengan objek pemotongan PPh Pasal 21 dan PPh Pasal
23. Bedanya, penerima penghasilan PPh Pasal 26 adalah Wajib Pajak luar negeri.
a. Badan Pemerintah
Subjek pajak dalam negeri dapat subjek pada orang pribadi maupun subjek
pajak badan dalam negeri. Berdasarkan Pasal 2 ayat (3) huruf a Undang-undang
176
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan, Subjek Pajak orang pribadi dalam negeri adalah orang pribadi
yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia lebih
dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu
tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di
Indonesia.
c. Penyelenggara kegiatan
BUT adalah bagian dari Subjek Pajak luar negeri yang melakukan kegiatan
di Indonesia sehingga menerima atau memperoleh penghasilan yang bersumber
dari Indonesia. Walaupun termasuk Wajib Pajak luar negeri, pemenuhan hak dan
177
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
kewajiban BUT disamakan dengan pemenuhan hak dan kewajiban Wajib Pajak
dalam negeri.
Pengertian BUT bisa kita temukan dalam Pasal 2 ayat (5) Undang-undang
Pajak Penghasilan, yaitu bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang
tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak
lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas)
bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia
untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat
berupa tempat kedudukan manajemen, cabang perusahaan, kantor perwakilan,
gedung kantor, pabrik, bengkel dan lain-lain.
Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya selain BUT yang ada di Indonesia
juga merupakan pemotong PPh Pasal 23. Contohnya adalah Representative
Office (RO) dari perusahaan-perusahaan asing.
Pengertian Wajib Pajak luar negeri bisa kita temukan dalam Pasal 2 ayat (4)
huruf b Undang-undang Pajak Penghasilan 1984. Pada ketentuan ini Subjek Pajak
(juga Wajib Pajak) luar negeri selain BUT adalah orang pribadi yang tidak
bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih
dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan
tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh
penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.
Jadi, Wajib Pajak luar negeri seperti ini mendapatkan penghasilan dari
Indonesia tanpa perlu melakukan kegiatan usaha di Indonesia melalui BUT.
Misalnya warga negara Singapura yang memiliki saham PT Indotelkom yang
menerima penghasilan berupa dividen dari PT Indotelkom.
178
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Di sisi lain, pengenaan Pajak Penghasilan terhadap Wajib Pajak BUT adalah
hampir sama dengan Wajib Pajak dalam negeri melalui sistem self assesment
pelaporan SPT Tahunan.
a. dividen;
Perhatikan bahwa objek PPh Pasal 26 ayat (1) ini adalah mirip dengan objek
pemotongan PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23 ditambah penghasilan lain yaitu
premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya serta keuntungan pembebasan
utang. Yang membedakannya dengan PPh Pasal 26 adalah bahwa penerima
penghasilan yang dipotong PPh Pasal 26 adalah Wajib Pajak luar negeri selain
BUT, sedangkan PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23 adalah Wajib Pajak dalam negeri
dan BUT.
Tarif PPh Pasal 26 adalah tarif tunggal 20% dengan dasar pengenaan pajak
nya adalah jumlah bruto yang dibayarkan kepada Wajib Pajak luar negeri.
Misalkan PT ABC di Indonesia membayarkan dividen kepada Tuan X di negara Y
179
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
sebesar Rp100 Juta, maka PPh Pasal 26 yang harus dipotong adalah 20% x
Rp100 Juta = Rp20 Juta.
180
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Pembeli saham perseoran bisa Wajib Pajak dalam negeri, bisa juga Wajib
Pajak luar negeri. Penghasilah dari penjualan saham di dalam negeri yang
diperoleh atau diterima WPLN selain BUT, dipotong PPh Pasal 26 oleh pembeli
yang ditunjuk sebagai pemotong pajak dan kepadanya diberikan bukti
pemotongan PPh Pasal 26. Perseroan yang sahamnya dijual hanya mencatat akta
pemindahan hak atas saham yang dijual apabila kepadanya dibuktikan oleh WPLN
bahwa PPh Pasal 26 yang terutang telah dibayar lunas dengan menyerahkan
fotokopi bukti pemotongan PPh Pasal 26 dengan menunjukkan aslinya.
Dalam hal pembelinya adalah WPLN, maka yang ditunjuk sebagai pemungut
pajak adalah Perseroan yang sahamnya dijual.
181
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Bagian ini menguraikan PPh Pasal 26 atas penghasilan dari penjualan atau
pengalihan harta berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
82/PMK.03/2009.
182
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
pesiar, dan/atau pesawat terbang ringan di Indonesia, yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak Luar Negeri selain Bentuk Usaha Tetap.
4.2.4. Pengecualian
Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Luar Negeri yang menerima atau
memperoleh penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta yang besarnya
tidak melebihi Rp10.000.000,00 untuk setiap jenis transaksi, dikecualikan dari
pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 26. Pengecualian pengenaan PPh Pasal
26 juga bisa dilakukan berdasarkan ketentuan P3B. Terhadap Wajib Pajak Luar
Negeri yang berkedudukan di negara-negara mitra P3B Indonesia, pemotongan
PPh Pasal 26 hanya dilakukan apabila berdasarkan P3B yang berlaku, hak
pemajakannya ada pada pihak Indonesia.
183
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
a. 50% (lima puluh persen) dari jumlah premi yang dibayar atas premi dibayar
tertanggung kepada perusahaan asuransi di luar negeri baik secara
langsung maupun melalui pialang
b. 10% (sepuluh persen) dari jumlah premi yang dibayar atas premi yang
dibayar oleh perusahaan asuransi yang berkedudukan di Indonesia kepada
perusahaan asuransi di luar negeri baik secara langsung maupun melalui
pialang
c. 5% (lima persen) dari jumlah premi yang dibayar atas premi yang dibayar
oleh perusahaan reasuransi yang berkedudukan di Indonesia kepada
perusahaan asuransi di luar negeri baik secara langsung maupun melalui
pialang
Apabila kita mengalikan tarif PPh Pasal 26 sebesar 20% terhadap perkiraan
penghasilan neto, maka tarif efektifnya adalah sebagai berikut :
1. 10% (sepuluh persen) dari jumlah premi yang dibayar atas premi dibayar
tertanggung kepada perusahaan asuransi di luar negeri baik secara
langsung maupun melalui pialang
2. 2% (dua persen) dari jumlah premi yang dibayar atas premi yang dibayar
oleh perusahaan asuransi yang berkedudukan di Indonesia kepada
perusahaan asuransi di luar negeri baik secara langsung maupun melalui
pialang
3. 1% (satu persen) dari jumlah premi yang dibayar atas premi yang dibayar
oleh perusahaan reasuransi yang berkedudukan di Indonesia kepada
perusahaan asuransi di luar negeri baik secara langsung maupun melalui
pialang
184
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Penghasilan Wajib Pajak luar negeri dari penjualan atau pengalihan saham
antara kepada Wajib Pajak Dalam Negeri, dipotong pajak oleh pembeli Wajib
185
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Pajak Dalam Negeri dan kepada Wajib Pajak Luar Negeri tersebut diberikan bukti
pemotongan PPh Pasal 26.
Apabila pembeli saham adalah Wajib Pajak luar negeri, maka pihak yang
dtunjuk sebagai pemungut pajak adalah badan yang didirikan atau berkedudukan
di Indonesia yang sahamnya diperjualbelikan oleh pemegang saham Wajib
Pajak Luar Negeri di luar Bursa Efek; dan badan tersebut harus mencatat akta
pemindahan hak atas saham yang dijual.
Terhadap penjual yang berstatus sebagai Wajib Pajak Luar Negeri yang
merupakan penduduk dari Negara yang telah mempunyai Persetujuan
Penghindaran Pajak Berganda (P3B) dengan Indonesia, pemotongan PPh Pasal
26 hanya dilakukan apabila hak pemajakan berdasarkan P3B berada pada pihak
Indonesia.
PPh Pasal 26 yang dipotong oleh Pemotong PPh harus disetor paling lama
tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.40 Dalam hal
tanggal jatuh tempo penyetoran PPh Pasal 26 bertepatan dengan hari libur,
penyetoran pajak dapat dilakukan paling lambat pada hari kerja berikutnya. Hari
libur adalah hari Sabtu, hari Minggu, hari libur nasional, hari yang diliburkan untuk
penyelenggaraan Pemilihan Umum, atau cuti bersama secara nasional.41
Pemotongan PPh Pasal 26 dilaporkan dalam SPT Masa PPh Pasal 21/26
atau SPT Masa PPh Pasal 23/26. Penyampaian SPT dilakukan paling paling lama
40
Pasal 2 ayat (7) PMK 242/PMK.03/2014
41
Pasal 9 ayat (1) dan 2 PMK 242/PMK.03/2014
186
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.42 Dalam hal batas akhir
pelaporan bertepatan dengan hari libur, pelaporan dapat dilakukan paling lambat
pada hari kerja berikutnya. Hari libur adalah hari Sabtu, hari Minggu, hari libur
nasional, hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan Pemilihan Umum, atau cuti
bersama secara nasional.43
7. Latihan
Latihan 1
Berikut ini adalah beberapa transaksi yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang
berbeda. Dari setiap transaksi tersebut, tentukan apakah atas transaski tersebut
dipotong PPh Pasal 26 atau tidak. Jika terdapat pemotongan PPh Pasal 26,
tentukan siapa yang melakukan pemotongan, siapa Wajib Pajak yang dipotong,
dan berapa besar PPh yang dipotong. Jika tidak dipotong PPh Pasal 26, jelaskan
alasannya. Asumsikan tidak ada P3B yang berlaku dalam setiap transaksi.
42
Pasal 10 ayat (1) PMK 243/PMK.03/2014
43
Pasal 12 ayat (1) dan (2) PMK 243/PMK.03/2014
187
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
5. Tuan BRAMA adalah seorang pengusaha restoran yang selama ini dikenakan
PPh Final berdasarkan PP 23 Tahun 2018. Pada bulan Nopember 2018,
membayar jasa pembuatan aplikasi pemesanan online kepada Tuan
Nakamoto, seorang warga negara Jepang, sebesar $10.000 via Paypal. Kurs
yang berlaku Rp13.400 (kurs tengah BI), dan Rp13.500 (kurs Menteri
Keuangan).
Latihan 2
PT ABC adalah perusahaan PMA dan terdaftar sebagai Wajib Pajak pada
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) PMA Tiga. Induk perusahaan PT ABC adalah ABC
Ltd yang merupakan perusahaan yang berkedudukan di Singapura. ABC Ltd
memiliki 90% saham PT ABC dan sisanya dimiliki oleh Tuan Wijaya, seorang WNI
yang tinggal di Jakarta. Pada bulan Juli 2018 terdapat transaksi-transaksi sebagai
berikut:
188
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
c. Pada tanggal 23 Juli 2018, ABC Ltd menjual 20% kepemilikan saham pada PT
ABC kepada PT XYZ senilai US$2.000.000. Nilai buku perusahaan pada akhir
tahun 2017 adalah US$6.000.000.
d. Pada tanggal 25 Juli 2018 PT ABC membayarkan jasa konsultan pajak kepada
Tuan Amin Handoko, SE, Ak., senilai Rp30.000.000 atas imbalan pemberian
jasa konsultasi perpajakan untuk masa Januari sampai dengan Juni 2018.
Pertanyaan:
1. Berapakah PPh Pemotongan dan Pemungutan yang terutang oleh PT ABC
dalam bulan Juli 2018? Jawaban harus dirinci berdasarkan jenis PPh
Pemotongan dan Pemungutannya.
3. Jelaskan tentang jatuh tempo penyetoran dan pelaporan PPh pemotongan dan
pemungutan atas transaksi-transaksi di atas!
8. Rangkuman
189
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Pemotong PPh Pasal 26 ayat (1) adalah badan pemerintah, subjek pajak
dalam negeri, penyelenggara kegiatan, BUT dan perwakilan perusahaan luar
negeri lainnya. Penghasilan yang menjadi objek pemotongan PPh Pasal 26 ayat
(1) adalah dividen, bunga, royalti dan sewa, imbalan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa dan kegiatan, hadiah dan penghargaan, pensiun dan pembayaran
berkala lainnya, premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya dan keuntungan
pembebasan utang.
Jenis penghasilan yang terakhir adalah premi asuransi yang diterima atau
diperoleh perusahaan asuransi luar negeri. PPh Pasal 26 yang dipotong oleh
pemotong PPh Pasal 26 adalah sebesar 20% dari perkiraan penghasilan neto.
190
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Besarnya perkiraan penghasilan neto adalah 50% untuk perusahaan asuransi luar
negeri yang menerima premi asuransi dari tertanggung, 10% dari perusahaan
asuransi, dan 5% dari perusahaan asuransi. Pemotong PPh Pasal 26 adalah
tertanggung, perusahaan asuransi, dan perusahaan reasuransi yang
membayarkan premi asuransi kepada perusahaan asuransi luar negeri.
9. Test Formatif 5
Pilihlah satu jawaban yang menurut Anda paling tepat. Asumsikan tidak
terdapat P3B dalam setiap transaksi dalam soal.
191
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
b. PT Budhi Sakti memotong PPh Pasal 26 untuk tahun 2018 dan memotong
PPh Pasal 21 untuk tahun 2019
c. PT Budhi Sakti memotong PPh Pasal 21 untuk tahun 2018 dan memotong
PPh Pasal 26 untuk tahun 2019
d. PT Budhi Sakti memotong PPh Pasal 21 untuk tahun 2018 dan tahun
2019
3. Naraporn Company, sebuah perusahaan berkedudukan di Thailand, menjual
sejumlah buah durian kepada PT Maju Jaya di Jakarta. Atas penghasilan yang
diterima oleh Naraporn Company...
a. Tidak dikenakan PPh Pasal 26
b. Dikenakan PPh Pasal 26 sebesar 20% dari harga jual
c. Dikenakan PPh Pasal 26 sebesar 10% dari harga jual
d. Dikenakan PPh Pasal 26 sebesar 5% dari harga jual
4. Besarnya PPh Pasal 26 atas penghasilan berupa bunga yang diterima oleh
Wajib Pajak luar negeri selain BUT adalah...
a. 10% dari penghasilan bruto
b. 20% dari penghasilan bruto
c. 10% dari perkiraan penghasilan neto
d. 20% dari perkiraan penghasilan neto
5. PT Cahaya Terang membayar premi asuransi kepada Huangwa Insurance
Company yang berkedudukan di Tiongkok. Besarnya PPh Pasal 26 yang
harus dipotong oleh PT Cahaya Terang adalah...
a. 20% dari jumlah premi
b. 10% dari jumlah premi
c. 2% dari jumlah premi
d. 1% dari jumlah premi
6. Pernyataan manakah di bawah ini yang benar?
a. Semua Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri merupakan pemotong
PPh Pasal 26
b. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri bukan pemotong PPh Pasal 26
c. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sebagai pengusaha dapat
menjadi pemotong PPh Pasal 26 apabila ditunjuk
d. Semua Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dapat menjadi pemotong
PPh Pasal 26 apabila ditunjuk
192
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
193
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Rumus :
Bila Anda mencapai penguasaan diatas 70% atau lebih, Anda dapat
meneruskan ke Kegiatan Belajar 6, apabila belum supaya memperdalam terlebih
dahulu Kegiatan Belajar 5.
194
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
1. Indikator Keberhasilan:
b. menjelaskan dasar pengenaan, tarif dan penghitungan PPh Pasal 4 ayat (2)
dengan benar; dan
195
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
dipotong/dipungut atau dibayar sendiri tidak dapat dikreditkan lagi dalam SPT
Tahunan oleh Wajib Pajak.
a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan
surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi
kepada anggota koperasi orang pribadi;
Penentuan jenis penghasilan yang dikenakan PPh yang bersifat final serta
penentuan tarif, dan dasar pengenaannya diatur oleh Peraturan Pemerintah.
196
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Tidak termasuk penghasilan yang dikenakan PPh yang bersifat final adalah
penghasilan yang diterima atau diperoleh dari jasa pelayanan penginapan
beserta akomodasinya. Yang dimaksud dengan "jasa pelayanan penginapan"
antara lain kamar, asrama untuk mahasiswa/pelajar, asrama atau pondok pekerja,
dan rumah kos.
197
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Bangun Guna Serah adalah bentuk perjanjian kerja sama yang dilakukan
antara pemegang hak atas tanah dan investor, yang menyatakan bahwa
pemegang hak atas tanah memberikan hak kepada investor untuk mendirikan
Bangunan selama masa perjanjian dan mengalihkan kepemilikan Bangunan
tersebut kepada pemegang hak atas tanah setelah investor mengoperasikan
Bangunan tersebut atau sebelum investor mengoperasikannya. Investor adalah
orang pribadi atau badan yang diberikan hak untuk mendirikan suatu Bangunan
dan menggunakan atau mengusahakan Bangunan berdasarkan perjanjian
Bangun Guna Serah selama masa perjanjian Bangun Guna Serah.
Contoh:
198
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Contoh
199
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
= Rp21.500.000,00
Yang dimaksud dengan "nilai pasar" adalah estimasi sejumlah uang yang
dapat diperoleh dari hasil penukaran suatu aset atau kewajiban pada tanggal
penilaian, antara pembeli yang berminat membeli dengan penjual yang berminat
menjual, dalam suatu transaksi bebas ikatan (tidak memiliki hubungan istimewa),
yang pemasarannya dilakukan secara layak, dimana kedua pihak masing-masing
bertindak atas dasar pemahaman yang dimilikinya, kehati-hatian, dan tanpa
paksaan.
Yang dimaksud dengan "nilai jual objek pajak Bangunan" adalah nilai jual
objek pajak yang menjadi dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
200
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Besarnya tarif PPh atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi adalah
sebagai berikut:
201
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Tabel 4
Tarif PPh Final Jasa Konstruksi
202
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
44
Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2016
203
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
PPh yang bersifat final dikenakan atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh orang pribadi atau badan dari:
Hak atas tanah dan/atau bangunan adalah semua hak atas tanah dan/atau
bangunan antara lain dapat berupa:
1. hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, dan hak pakai,
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang mengenai peraturan dasar
pokok-pokok agraria;
2. hak milik atas satuan rumah susun dan kepemilikan bangunan gedung
satuan rumah susun sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
mengenai rumah susun.
204
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Pengenaan PPh yang bersifat final ini dilakukan atas penghasilan yang
diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dari pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan, serta penghasilan yang timbul dari perjanjian pengikatan jual
beli beserta perubahannya, baik dalam kegiatan usahanya maupun di luar
usahanya. PPh yang bersifat final wajib dibayar atau dipungut Pajak
Penghasilannya pada saat terjadinya transaksi dan pengenaan Pajak Penghasilan
tersebut bersifat final.
3.3.2.1. Tarif
PPh yang terutang adalah tarif dikalikan dasar pengenaan. Terdapat tiga
jenis tarif PPh final atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan, yaitu tarif 2,5%, tarif 1% dan tarif 0%.
a. Tarif 2,5% dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan dikenakan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan selain pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
berupa Rumah Sederhana atau Rumah Susun Sederhana yang dilakukan oleh
Wajib Pajak yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan.
b. Tarif 1% dari jumlah bruto nilai pengalihan dikenakan atas penghasilan dari
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan berupa Rumah Sederhana dan
Rumah Susun Sederhana yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang usaha
pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan.
c. Tarif 0% dikenakan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan kepada pemerintah, badan usaha milik negara yang mendapat
penugasan khusus dari Pemerintah, atau badan usaha milik daerah
yang mendapat penugasan khusus dari kepala daerah, sebagaimana
dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai pengadaan tanah
bagi pembangunan untuk kepentingan umum.
205
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Dasar pengenaan PPh atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan adalah jumlah bruto pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunan. Nilai pengalihan hak ini adalah:
Besarnya PPh atas penghasilan dari perjanjian pengikatan jual beli atas
tanah dan/atau bangunan beserta perubahannya berdasarkan tarif 2,5%, 1% atau
0% dari jumlah bruto, yaitu:
206
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
a. nilai yang sesungguhnya diterima atau diperoleh, dalam hal pengalihan tanah
dan/atau bangunan dilakukan melalui pengalihan yang tidak dipengaruhi
hubungan istimewa; atau
b. nilai yang seharusnya diterima atau diperoleh, dalam hal pengalihan tanah
dan/atau bangunan dilakukan melalui pengalihan yang dipengaruhi hubungan
istimewa.
207
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Dalam hal terdapat pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan melalui
perjanjian atau kerja sama antara pemilik tanah dan/atau bangunan dan orang
pribadi atau badan lain yang secara substansi merupakan pembeli hak atas tanah
dan/atau bangunan, serta selanjutnya orang pribadi atau badan lain tersebut
mengalihkan hak atas tanah dan/atau bangunan tersebut kepada pihak ketiga,
perjanjian atau kerja sama tersebut merupakan perjanjian pengikatan jual beli
yang dikenai Pajak Penghasilan.
Penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan yang
memiliki tanah dan/atau bangunan dari orang pribadi atau badan lain yang secara
substansi merupakan pembeli, merupakan penghasilan dari perjanjian pengikatan
jual beli beserta perubahannya yang diterima atau diperoleh pihak penjual yang
namanya tercantum dalam perjanjian pengikatan jual beli pada saat perjanjian
dimaksud pertama kali ditandatangani.
Penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan lain yang
secara substansi merupakan pembeli hak, merupakan penghasilan penghasilan
yang diterima atau diperoleh pihak pembeli yang namanya tercantum dalam
208
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Contoh 1
Tuan Hisyam Faraz menjual rumah tokonya kepada Nyonya Mita seharga
Rp1.000.000.000,00. Pada tanggal 9 Oktober 2016 ditandatangani PPJB dengan
cara tiga kali cicilan, masing-masing sebesar:
Pada tanggal 16 Februari 2017, Akta Jual Beli (AJB) ditandatangani kedua
pihak. Pajak Penghasilan (PPh) yang harus dibayar oleh Tuan Hisyam ke Kas
Negara adalah:
209
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Contoh 2
Pada tanggal 1 Februari 2017, Tuan Ghifari menjual rumah secara tunai di
bawah tangan dengan Tuan Indra Adi, dengan harga Rp2.000.000.000,00. Atas
transaksi penjualan rumah tersebut, Tuan Indra Adi tidak membuat PPJB dengan
Tuan Ghifari, namun menerima surat kuasa dari Tuan Ghifari untuk menjual dan
surat kuasa untuk menandatangani AJB.
Pada tanggal 5 Juli 2017, Tuan Indra Adi menjual rumah tersebut kepada
Ny. Patryangga dengan harga Rp2.200.000.000,00 dan menerima seluruh
pembayaran pada saat itu juga. Pada tanggal 6 Juli 2017, penandatanganan AJB
oleh Tuan Indra Adi (berdasarkan surat kuasa menjual dan surat kuasa
menandatangani AJB dari Tuan Ghifari), Ny. Patryangga dan PPAT.
a. Surat kuasa menjual dan surat kuasa untuk menandatangani AJB pada
dasarnya merupakan PPJB. Oleh karena itu, PPh yang terutang pada tanggal
1 Februari 2017, sebesar 2,5% x Rp2.000.000.000,00 = Rp50.000.000,00
wajib dibayar ke Kas Negara oleh Tuan Ghifari paling lambat tanggal 15 Maret
2017.
b. PPh terutang pada saat pengalihan dari tuan Indra Adi kepada Ny. Patryangga
sebesar 2,5% x Rp2.200.000.000,00 = Rp55.000.000,00 wajib dibayar ke Kas
Negara oleh Tuan Indra Adi paling lambat sebelum AJB ditandatangani oleh
Pejabat Pembuat Akta Tanah/PPAT.
Contoh 3
Salah satu klausul dalam perjanjian kerja sama yaitu PT Modal Kuat
menerima seluruh pembayaran dari pembeli rumah dan surat kuasa untuk
menandatangani PPJB dan AJB (untuk memecah sertifikat).
210
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
a. Atas pembayaran yang diterima PT Modal Kuat dari Tuan Fadhia pada tanggal
1 Februari 2017, terutang PPh sebesar 2,5% x Rp200.000.000,00 =
Rp5.000.000,00 yang wajib dibayar ke Kas Negara oleh PT Modal Kuat paling
lambat tanggal 15 Maret 2017.
b. Atas pembayaran yang diterima Tuan Dani dari PT Modal Kuat pada tanggal
2 Februari 2017, terutang PPh sebesar 2,5% x Rp100.000.000,00 =
Rp2.500.000,00 yang wajib dibayar ke Kas Negara oleh Tuan Dani paling
lambat tanggal 15 Maret 2017.
c. Atas pembayaran dari Bank ABC kepada PT Modal Kuat pada tanggal 6 Maret
2017, terutang PPh sebesar 2,5% x Rp400.000.000,00 = Rp 10.000.000,00
yang wajib dibayar ke Kas Negara oleh PT Modal Kuat paling lambat sebelum
AJB ditandatangani PPAT.
d. Atas pembayaran yang diterima Tuan Dani dari PT Modal Kuat pada tanggal
8 Maret 2017, terutang PPh sebesar 2,5% x Rp200.000.000,00 =
Rp5.000.000,00 yang wajib dibayar ke Kas Negara oleh Tuan Dani paling
lambat tanggal 17 April 2017 (Tanggal 15 dan 16 April 2017 merupakan hari
libur sehingga jatuh tempo pembayaran menjadi hari berikutnya).
Contoh 4
211
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Juli 2016, dan 7 September 2016. Pada tanggal 8 September 2016, AJB
ditandatangani kedua pihak dan PPAT.
PPh yang harus dibayar ke Kas Negara oleh PT Agresif Bangun adalah:
Contoh 5
a. Penghasilan atas 8 kali cicilan yang sudah dibayar berdasarkan PPJB antara
PT Developer Maju dan Tuan Teguh terutang PPh berdasarkan PP Nomor 48
Tahun 1994 s.t.d.t.d PP Nomor 71 Tahun 2008. PPh terutang untuk masing-
masing cicilan sebesar 5% x Rp50.000.000,00 = Rp2.500.000,00 wajib dibayar
ke Kas Negara oleh PT Developer Maju paling lambat tanggal 15 pada bulan
berikutnya setelah bulan diterimanya pembayaran.
b. PPh terutang atas penghasilan dari perubahan PPJB yang diterima oleh Tuan
Teguh pada tanggal 7 September 2016 sebesar 2,5% x Rp450.000.000,00 =
212
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Rp11.250.000,00 wajib dibayar ke Kas Negara oleh Tuan Teguh paling lambat
tanggal 17 Oktober 2016 (Tanggal 15 Oktober dan 16 Oktober merupakan hari
libur sehingga jatuh tempo pembayaran menjadi hari berikutnya).
c. Penghasilan atas 4 kali cicilan yang dibayar oleh Tuan Taufik kepada PT
Developer Maju mulai tanggal 1 Oktober 2016 terutang PPh masing-masing
sebesar 2,5% x Rp50.000.000,00 = Rp 1.250.000,00 yang wajib dibayar ke
Kas Negara oleh PT Developer Maju paling lambat tanggal 15 pada bulan
berikutnya setelah bulan diterimanya pembayaran.
3.4. PPh Atas Dividen yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak
Orang Pribadi Dalam Negeri
Dasar hukum yang mengatur pengenaan PPh yang bersifat final Pasal 4 ayat
(2) Undang-undang PPh atas penghasilan berupa dividen yang diterima oleh Wajib
Pajak orang pribadi dalam negeri adalah Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2009 tentang Pajak Penghasilan Atas Dividen Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib
Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri, dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
111/PMK.011/2010 sebagai ketentang pelaksanaannya.
Atas penghasilan berupa dividen yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
orang pribadi dalam negeri dikenai Pajak Penghasilan sebesar 10% dari jumlah
bruto dan bersifat final. Pengertian dividen adalah dividen, dengan nama dan
dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada
pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.
213
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
b. Wajib Pajak bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di
Indonesia yang atas bunga atau diskonto obligasi yang diterimanya dikenai
Pajak Penghasilan berdasarkan tarif umum.
Yang dimaksud dengan 0bligasi adalah surat utang dan surat utang negara,
yang berjangka waktu lebih dari 12 bulan. Bunga Obligasi adalah imbalan yang
diterima dan/atau diperoleh pemegang Obligasi dalam bentuk bunga dan/atau
diskonto.
a) 15% bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap; dan
b) 20% atau sesuai dengan tarif berdasarkan P3B bagi Wajib Pajak luar
negeri selain bentuk saha tetap, dari jumlah bruto bunga sesuai dengan
masa kepemilikan Obligasi;
a) 15% bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap; dan
b) 20% atau sesuai dengan tarif berdasarkan P3B bagi Wajib Pajak luar
negeri selain bentuk usaha tetap dari selisih lebih harga jual atau nilai
nominal di atas harga perolehan Obligasi, tidak termasuk bunga berjalan;
a) 15% bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap; dan
214
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
b) 20% atau sesuai dengan tarif berdasarkan P3B bagi Wajib Pajak luar
negeri selain bentuk usaha tetap, dari selisih lebih harga jual atau nilai
nominal di atas harga perolehan Obligasi;
4) bunga dan/atau diskonto dari obligasi yang diterima dan/atau diperoleh Wajib
Pajak reksadana yang terdaftar pada Otoritas Jasa Keuangan sebesar:
Contoh 1
Pada tanggal 1 Juli 2011, PT. ABC (emiten) menerbitkan Obligasi dengan
kupon (interest bearing bond) sebagai berikut :
Penghitungan bunga dan Pajak Penghasilan yang bersifat final (PPh final)
yang terutang oleh PT. XYZ pada saat jatuh tempo bunga tanggal 31 Desember
2011 adalah sebagai berikut:
PPh dipotong oleh emiten atau kustodian yang ditunjuk sebagai agen
pembayaran (cash settlement).
Keterangan :
215
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
nominal (at discount) atau di atas nilai nominal (at premium). Pada hakekatnya
selisih harga beli di bawah atau di atas nilai nominal tersebut merupakan
penyesuaian tingkat bunga Obligasi yang diperhitungkan ke dalam harga
perolehan.
Contoh 2
Pada tanggal 31 Maret 2012, PT. XYZ menjual seluruh Obligasi yang
dimilikinya kepada PT. PQR melalui perusahaan efek PT. MNO Sekuritas di over
the counter (OTC), dengan harga jual Rp10.400.000,00 per lembar termasuk
bunga berjalan.
Penghitungan bunga berjalan, diskonto, dan PPh final yang terutang oleh
PT. XYZ pada saat penjualan Obligasi tanggal 31 Maret 2012 adalah sebagai
berikut :
= Rp4.000.000
= Rp10.000.000
karena dikenakan PPh final dengan tarif yang sama, bunga berjalan dan diskonto
dapat dihitung sekaligus yaitu :
= Rp14.000.000
Contoh 3
PT. PQR memiliki Obligasi yang dibelinya dari PT. XYZ tersebut hingga
tanggal 31 Desember 2014. Maka pada setiap tanggal jatuh tempo bunga selama
masa kepemilikan Obligasi tersebut, PT. PQR terutang PPh final sebesar 15%
atas bunga yang diterima atau diperolehnya (lihat contoh 1) yang dipotong oleh
emiten atau kustodian yang ditunjuk sebagai agen pembayaran
Contoh 4
216
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Pada tanggal 31 Desember 2014, PT. PQR setelah menerima bunga dari
emiten menjual seluruh Obligasi yang dimilikinya kepada PT. CDE melalui Bank
Pundi Nasional selaku perantara dengan harga jual Rp10.500.000,00 per lembar.
Penghitungan bunga, diskonto, dan PPh final yang terutang oleh PT. PQR
pada saat jatuh tempo bunga atau saat penjualan Obligasi tanggal 31 Desember
2014 adalah sebagai berikut:
PPh final dipotong oleh emiten atau kustodian yang ditunjuk sebagai agen
pembayaran.
= Rp5.000.000
Keterangan :
Pengertian diskonto dalam peraturan ini tidak hanya terbatas pada realisasi
selisih harga perolehan perdana di bawah (at discount) nilai nominal Obligasi,
melainkan mencakup selisih lebih harga jual di atas harga perolehan Obligasi.
Contoh 5
Pada tanggal 31 Mei 2016, PT. CDE menjual seluruh Obligasi yang
dimilikinya kepada Dana Pensiun Sejahtera Mandiri (telah mendapat persetujuan
Menteri Keuangan) langsung tanpa melalui perantara dengan harga jual
Rp10.666.667 per lembar termasuk bunga.
Penghitungan bunga berjalan, diskonto, dan PPh yang terutang oleh PT.
CDE pada saat penjualan Obligasi tanggal 31 Mei 2016 adalah sebagai berikut :
217
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
= Rp1.000.001
Keterangan:
Contoh 6
Pada tanggal 1 Juli 2016 (jatuh tempo Obligasi), Dana Pensiun Sejahtera
Mandiri menerima pelunasan seluruh Obligasi yang dimilikinya beserta imbalan
bunga sesuai masa kepemilikan (1 bulan) dari PT. ABC, emiten Obligasi tersebut.
Penghitungan bunga, diskonto, dan PPh final yang terutang oleh Dana
Pensiun Sejahtera Mandiri pada saat jatuh tempo/ pelunasan Obligasi tanggal 1
Juli 2016 adalah sebagai berikut:
PPh final tidak terutang oleh dana pensiun yang memenuhi syarat sesuai
dengan ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 7/PMK.011/2012.
Contoh 7
Pada tanggal 1 Januari 2011, PT. ABC menerbitkan Obligasi tanpa bunga
(non-interest bearing debt securitiest) berjangka waktu 10 tahun (jatuh tempo
tanggal 1 Januari 2021) dengan nilai nominal sebesar Rp10.000.000,00.
Penerbitan perdana Obligasi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).
PT. GHI membeli 100 lembar Obligasi tanpa bunga tersebut dengan harga
perdana sebesar Rp6.000.000,00 per lembar.
218
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Pada tanggal 31 Agustus 2014, PT. GHI menjual 50 lembar Obligasi tersebut
di Bursa Efek Indonesia melalui perusahaan efek PT. MNO Sekuritas kepada PT.
JKL seharga Rp7.000.000,00 per lembar.
Penghitungan diskonto dan PPh final yang terutang oleh PT. GHI adalah
sebagai berikut:
b. 10% dari jumlah bruto bunga untuk penghasilan berupa bunga simpanan lebih
dari Rp240.000,00 per bulan.
219
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
adalah bunga simpanan yang diterima anggota koperasi orang pribadi yang
merupakan bagian dari sisa hasil usaha.
Maka yang dikenakan PPh 10% adalah bunga bulan Januari sebesar
10% x Rp 250.000,00 = Rp 25.000,00 dan untuk bulan Februari dan Maret
RP 0,00
Atas penghasilan berupa hadiah undian dengan nama dan dalam bentuk
apapun dipotong atau dipungut Pajak Penghasilan yang bersifat final. Besarnya
Pajak Penghasilan yang wajib dipotong atau dipungut atas penghasilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 adalah 25% dari jumlah bruto hadiah
undian.
Pengenaan PPh yang bersifat final atas penghasilan berupa bunga deposito,
tabungan dan sertifikat Bank Indonesia didasarkan pada Pasal 4 ayat (2) Undang-
220
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Namun demikian, pengenaan PPh final ini tidak berlaku terhadap orang
pribadi Subjek Pajak dalam negeri yang seluruh penghasilannya dalam 1 (satu)
tahun Pajak termasuk bunga dan diskonto tidak melebihi PTKP. Orang pribadi
tersebut dapat mengajukan permohonan restitusi atas pajak yang telah dipotong.
Ditegaskan pula bahwa setoran pelunasan Ongkos Naik Haji adalah bukan
merupakan deposito atau tabungan.
Secara umum, PPh final yang terutang atas penghasilan berupa bunga
deposito dan tabungan serta diskonto SBI ini adalah berdasarkan tarif 20% dari
jumlah bruto bagi Wajib Pajak dalam negeri dan BUT. Bagi, Wajib Pajak luar negeri
non BUT, tarif yang dikenakan adalah tarif 20% atau tarif berdasarkan P3B.
221
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
ditempatkan di dalam negeri pada bank yang didirikan atau bertempat kedudukan
di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia. Adapaun tarif yang
dikenakan adalah:
1. Tarif 10% dari jumlah bruto, untuk deposito dengan jangka waktu 1
(satu) bulan;
2. Tarif 7,5% dari jumlah bruto, untuk deposito dengan jangka waktu
3 (tiga) bulan;
3. Tarif 2,5% dari jumlah bruto, untuk deposito dengan jangka waktu
6 (enam) bulan; dan
1. Tarif 7,5% dari jumlah bruto, untuk deposito dengan jangka waktu
1 (satu) bulan;
a. bunga dari deposito dan tabungan serta diskonto SBI sepanjang jumlah
deposito dan tabungan serta SBI tersebut tidak melebihi Rp 7.500.000, dan
bukan merupakan jumlah yang dipecah-pecah;
b. bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di
Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia;
c. bunga deposito dan tabungan serta diskonto SBI yang diterima atau diperoleh
Dana Pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan
222
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
d. bunga tabungan pada bank yang ditunjuk Pemerintah dalam rangka pemilikan
rumah sederhana dan sangat sederhana, kaveling siap bangun untuk rumah
sederhana dan sangat sederhana, atau rumah susun sederhana sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, untuk dihuni sendiri.
a. nilai nominal pada saat jatuh tempo dengan harga perolehan di Pasar Perdana
atau di Pasar Sekunder; atau
223
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
b. harga jual di Pasar Sekunder dengan harga perolehan di Pasar Perdana atau
di Pasar Sekunder, tidak termasuk Pajak Penghasilan yang dipotong.
a. 20% dari diskonto SPN, bagi Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha
Tetap (BUT); dan
b. 20% atau tarif sesuai ketentuan P3B dari diskonto SPN, bagi Wajib Pajak
penduduk/berkedudukan di luar negeri.
Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dari
transaksi penjualan saham di bursa efek dipungut Pajak Penghasilan yang bersifat
final sebesar 0,1% dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan.
Selain dikenakan 0,1% dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan, pemilik
saham pendiri dikenakan tambahan Pajak Penghasilan sebesar 0,5% dari nilai
saham perusahaan pada saat penutupan bursa diakhir tahun 1996. Untuk saham
perusahaan yangdiperdagangkan di bursa efek setelah 1 Januari 1997, maka nilai
saham ditetapkan sebesar harga saham pada saat penawaran umum perdana.
Wajib Pajak pemilik saham pendiri yang tidak memenuhi ketentuan, atas
224
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Yang dimaksud dengan pendiri adalah orang pribadi atau badan yang
namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham Perseroan Terbatas atau
tercantum dalam Anggaran Dasar Perseroan Terbatas sebelum Pernyataan
Pendaftaran yang diajukan kepada Badan Pengawas Pasar Modal (sekarang
OJK) dalam rangka penawaran umum perdana (intial public offering) menjadi
efektif. Termasuk dalam pengertian pendiri adalah orang pribadi atau badan yang
menerima pengalihan saham dari pendiri karena:
a. warisan;
b. hibah yang memenuhi syarat Pasal 4 ayat (3) huruf a angka 2 Undang-undang
PPh;
c. cara lain yang tidak dikenakan Pajak Penghasilan pada saat pengalihan
tersebut.
a. saham yang diperoleh pendiri yang berasal dari kapitalisasi agio yang
dikeluarkan setelah penawaran umum perdana (intial public offering);
a. saham yang diperoleh pendiri yang berasal dari pembagian dividen dalam
bentuk saham;
b. saham yang diperoleh pendiri setelah penawaran umum perdana (intial public
offering) yang berasal dari pelaksanaan hak pemesanan efek terlebih dahulu
(right issue), waran, obligasi konversi dan efek konversi lainnya;
225
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong oleh Pemotong Pajak Penghasilan harus
disetor paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir, kecuali ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan.45 PPh Pasal 4 ayat (2)
yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak harus disetor paling lama tanggal 15
(lima belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir, kecuali ditetapkan lain
oleh Menteri Keuangan.46
PPh Pasal 4 ayat (2) atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan yang dipotong/dipungut atau yang harus dibayar sendiri oleh
Wajib Pajak, harus disetor sebelum akta, keputusan, perjanjian, kesepakatan atau
risalah lelang atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan ditandatangani
oleh pejabat yang berwenang.47
Wajib Pajak orang pribadi atau badan, baik yang melakukan pembayaran
pajak sendiri maupun yang ditunjuk sebagai Pemotong atau Pemungut PPh, wajib
melaporkan PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong ataupun PPh Pasal 4 ayat (2)
yang dibayar sendiri, dengan menyampaikan SPT Masa paling lama 20 (dua
45
Pasal 2 ayat (1) PMK 242/PMK.03/2014
46
Pasal 2 ayat (2) PMK 242/PMK.03/2014
47
Pasal 2 ayat (3) PMK 242/PMK.03/2014
48
Pasal p ayat (1) dan (2) PMK 242/PMK.03/2014
226
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.49 Dalam hal batas akhir pelaporan
bertepatan dengan hari libur, pelaporan dapat dilakukan paling lambat pada hari
kerja berikutnya. Hari libur adalah hari Sabtu, hari Minggu, hari libur nasional, hari
yang diliburkan untuk penyelenggaraan Pemilihan Umum, atau cuti bersama
secara nasional.50
49
Pasal 10 ayat (1) PMK 243/PMK.03/2014
50
Pasal 12 ayat (1) dan (2) PMK 243/PMK.03/2014
227
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
b. memberikan Bukti Pemotongan PPh Final kepada orang atau badan yang
menyewakan pada saat dilakukannya pemotongan PPh;
d. melaporkan Pajak Penghasilan yang telah dipotong dan disetor kepada Kepala
Kantor Pelayanan Pajak tempat penyewa terdaftar sebagai Wajib Pajak,
selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya setelah bulan pembayaran
atau terutangnya sewa.
Dua pihak yang terlibat dalam kegiatan jasa konstruksi adalah Pengguna
Jasa konstruksi dan Penyedia Jasa konstruksi. Pengguna Jasa adalah orang
pribadi atau badan termasuk bentuk usaha tetap yang memerlukan layanan jasa
228
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
konstruksi. Penyedia Jasa adalah orang pribadi atau badan termasuk bentuk
usaha tetap, yang kegiatan usahanya menyediakan layanan jasa konstruksi baik
sebagai perencana konstruksi, pelaksana konstruksi dan pengawas konstruksi
maupun sub-subnya.
Terdapat dua jenis pelunasan PPh final atas penghasilan usaha jasa
konstruksi yaitu pelunasan melalui pemotongan oleh Pengguna Jasa, dan
pelunasan melalui pembayaran sendiri oleh Penyedia Jasa. Pemotongan oleh
Pengguna Jasa dilakukan kalau Pengguna Jasa merupakan pemotong pajak.
Pemotong Pajak memberikan tanda bukti pemotongan kepada Penyedia Jasa
yang dipotong Pajak Penghasilan setiap melakukan pemotongan. Pelunasan
dilakukan melalui pembayaran sendiri apabila Pengguna Jasa bukan merupakan
pemotong pajak.
Dalam hal terdapat selisih kekurangan PPh yang terutang berdasarkan Nilai
Kontrak Jasa Konstruksi dengan PPh berdasarkan pembayaran yang telah
dipotong atau disetor sendiri, selisih kekurangan tersebut disetor sendiri oleh
Penyedia Jasa. Namun demikian, dalam kondisi Nilai Kontrak Jasa Konstruksi
tidak dibayar sepenuhnya oleh Pengguna Jasa, atas Nilai Kontrak Jasa Konstruksi
yang tidak dibayar tersebut tidak terutang PPh yang bersifat final, dengan syarat
Nilai Kontrak Jasa Konstruksi yang tidak dibayar tersebut dicatat sebagai piutang
yang tidak dapat ditagih yang memenuhi ketentuan Pasal 6 ayat (1) huruf h
Undang-Undang PPh. Dalam hal piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
dapat ditagih kembali, tetap dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final.
Pajak Penghasilan yang dipotong oleh Pengguna Jasa disetor ke kas negara
dengan menggunakan SSP atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan
SSP,melalui Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan, paling
lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah dilakukan pemotongan pajak, sedangkan
bila Pengguna Jasa bukan pemotong pajak, PPh disetor sendiri oleh Penyedia
Jasa ke kas negara melalui Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri
Keuangan, paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah penerimaan
pembayaran.Dalam hal tanggal jatuh tempo penyetoran bertepatan dengan hari
229
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, maka saat penyetoran dapat
dilakukan pada hari kerja berikutnya.
Terdapat dua jenis pelunasan untuk PPh terutang atas pengalihan hak atas
tanah dan/atau bangunan, yaitu melalui penyetoran sendiri dan melalui
pemungutan.
Dalam hal penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
kepada BUMN atau BUMD dikenai tarif 0%, orang pribadi atau badan yang
menerima atau memperoleh penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau
bangunantidak perlu mengisi SSP.
Bagi orang pribadi atau badan yang usaha pokoknya melakukan pengalihan
hak atas tanah dan/atau bangunan, PPh terutang pada saat diterimanya sebagian
atau seluruh pembayaran atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan.
PPh terutang dihitung berdasarkan jumlah setiap pembayaran termasuk uang
230
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
muka, bunga, pungutan, dan pembayaran tambahan lainnya yang dipenuhi oleh
pembeli, sehubungan dengan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
tersebut. PPh yang terutang wajib dibayar oleh orang pribadi atau badan yang
bersangkutan ke bank/pos persepsi paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya
setelah bulan diterimanya pembayaran.
4.3.1.2. Pemungutan
231
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan SSP atas nama orang
pribadi atau badan yang menerima pembayaran atau yang melakukan tukar-
menukar. Kewajiban bendahara pemerintah atau pejabat berikutnya adalah
menyampaikan laporan mengenai pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
kepada Direktur Jenderal Pajak.
Dalam hal penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan
kepada pemerintah dikenai tarif 0%, bendahara pemerintah atau pejabat tidak
perlu mengisi SSP.
a. pihak penjual yang namanya tercantum dalam perjanjian pengikatan jual beli
pada saat perjanjian dimaksud pertama kali ditandatangan, atau
b. pihak pembeli dan namanya tercantum dalam perjanjian pengikatan jual beli
sebelum terjadinya perubahan atau adendum atas perjanjian pengikatan jual
beli tersebut.
232
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
sepanjang perjanjian pengikatan jual beli atas tanah dan/atau bangunan dimaksud
diakhiri dengan pembuatan akta pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan.
Pihak penjual hanya menandatangani perubahan atau adendum perjanjian
pengikatan jual beli apabila kepadanya dibuktikan bahwa kewajiban penyetoran
PPh telah dipenuhi dengan menyerahkan fotokopi SSP atau hasil cetakan sarana
administrasi lain yang disamakan dengan SSP yang bersangkutan, yang telah
dilakukan penelitian oleh Kantor Pelayanan Pajak. Pihak penjual berkewajiban
untuk menyampaikan laporan perubahan atau adendum perjanjian pengikatan jual
beli atas pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan kepada Direktur
Jenderal Pajak.
Pihak penjual yang tidak memenuhi ketentuan, dikenai sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tempat terutang Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak yang usaha pokoknya
melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, adalah di lokasi tanah
dan/atau bangunan berada. Bagi orang pribadi atau badan selain Wajib Pajak
yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan,
Pajak Penghasilan terutang di tempat tinggal orang pribadi yang bersangkutan
atau tempat kedudukan badan di mana SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib
Pajak badan yang bersangkutan diadministrasikan.
233
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Orang pribadi atau badan yang wajib menyetor sendiri Pajak Penghasilan
yang terutang wajib melaporkan penghasilan yang diterima atau diperoleh dan
Pajak Penghasilan yang telah dibayar dalam suatu Masa Pajak melalui SPT Masa
Pajak Penghasilan Final Pasal 4 ayat (2), paling lama 20 hari setelah Masa Pajak
berakhir ke:
a. Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi lokasi tanah dan/atau
bangunan yang bersangkutan, bagi Wajib Pajak yang usaha pokoknya
melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan; atau
b. Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal orang
pribadi atau tempat kedudukan badan dimana SPT Tahunan PPh
diadministrasikan, bagi orang pribadi atau badan selain Wajib Pajak yang
usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan.
Untuk Subjek Pajak Luar Negeri, penyampaian SPT Masa dianggap telah
dilakukan apabila Wajib Pajak telah melakukan penyetoran dan tanggal
penyampaian SPT Masa sesuai tanggal validasi Nomor Transaksi Penerimaan
Negara yang tercantum pada SSP atau sarana administrasi lain yangdisamakan
dengan SSP.
BUMN atau BUMD yang mendapat penugasan khusus dari pemerintah atau
kepala daerah harus:
a. membuat daftar pihak yang mengalihkan hak atas tanah dan/atau bangunan
dan tanah dan/atau bangunan yang akan dialihkan dimaksud disertai
dengan fotokopi surat penugasan dimaksud dan menyampaikan kepada
pejabat yang berwenang menandatangani akta pengalihan hak sebagai
pengganti SSP; dan
234
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Orang pribadi atau badan yang wajib menyetor sendiri Pajak Penghasilan
yang terutang atas perjanjian pengikatan jual beli tanah/bangunan wajib
melaporkan penghasilan yang diterima atau diperoleh dan Pajak Penghasilan
yang telah dibayar dalam suatu Masa Pajak melalui SPT Masa Pajak Penghasilan
Final Pasal 4 ayat (2), paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir ke:
a. Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi lokasi tanah dan/atau
bangunan yang bersangkutan, bagi Wajib Pajak yang usaha pokoknya
melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan; atau
b. Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal orang
pribadi atau tempat kedudukan badan dimana SPT Tahunan PPh
diadministrasikan, bagi orang pribadi atau badan selain Wajib Pajak yang
usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan.
Untuk Subjek Pajak Luar Negeri, penyampaian SPT Masa dianggap telah
dilakukan apabila Wajib Pajak telah melakukan penyetoran dan tanggal
penyampaian SPT Masa sesuai tanggal validasi Nomor Transaksi Penerimaan
Negara yang tercantum pada SSP atau sarana administrasi lain yangdisamakan
dengan SSP.
235
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
a. Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi lokasi tanah dan/atau
bangunan yang bersangkutan, bagi penjual yang usaha pokoknya melakukan
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan; atau
b. Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal orang
pribadi atau tempat kedudukan badan dimana Surat Pemberitahuan Tahunan
Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan yang bersangkutan diadministrasikan,
bagi penjual selain yang usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas
tanah dan/atau bangunan.
4.4. PPh Atas Dividen yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak
Orang Pribadi Dalam Negeri
Pelunasan PPh final yang terutang (10% dari jumlah bruto) dilakukan melalui
mekanisme pemotongan. Pihak pemotong pajak adalah pihak yang membayar
dividen atau pihak lain yang ditunjuk selaku pembayar dividen. Pihak yang
membayar atau pihak lain yang ditunjuk wajib memberikan tanda bukti
pemotongan PPh Final Pasal 4 ayat (2) kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam
negeri yang dipotong Pajak Penghasilan setiap melakukan pemotongan.
236
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
2) perusahaan efek, dealer, atau bank, selaku perantara, atas bunga dan/atau
diskonto Obligasi yang diterima atau diperoleh penjual Obligasi pada saat
transaksi; dan/atau
3) perusahaan efek, dealer, bank, dana pensiun, dan reksadana, selaku pembeli
Obligasi langsung tanpa melalui perantara, atas bunga dan/atau diskonto
Obligasi yang diterima atau diperoleh penjual Obligasi pada saat transaksi.
a. jatuh tempo bunga, untuk penghasilan bunga yang dihitung berdasarkan masa
kepemilikan penuh sejak tanggal jatuh tempo bunga terakhir;
237
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
238
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, penyetoran dapat
dilakukan pada hari kerja berikutnya.
PPh yang telah dipotong oleh koperasi wajib disetor ke kas negara melalui
Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan dengan menggunakan
SSP, paling lama tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir. Dalam
hal tanggal jatuh tempo penyetoran bertepatan dengan hari libur termasuk hari
Sabtu atau hari libur nasional, penyetoran dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
239
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Pihak bertindak selaku pemotong pajak adalah Bank dan Bank Indonesia.
Dalam hal bank melakukan pemotongan Pajak Penghasilan atas bunga Deposito
dengan tarif khusus untuk bunga deposito yang berasal dari Devisa Hasil Ekspor,
bank bersangkutan wajib melampirkan fotokopi dokumen berupa laporan
penerimaan Devisa Hasil Ekspor melalui bank devisa, pada saat penyampaian
laporan SPT Masa Pajak Penghasilan Final Pasal 4 ayat (2).
a. Penerbit SPN (emiten) atau kustodian yang ditunjuk selaku agen pembayar,
atas Diskonto yang diterima pemegang SPN saat jatuh tempo;
b. Perusahaan efek (broker) atau bank selaku pedagang perantara (dealer), atas
Diskonto yang diterima atau diperoleh penjual SPN pada saat transaksi di
Pasar Sekunder;
240
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
c. Perusahaan efek (broker), bank, dana pensiun, dan reksadana selaku pembeli
SPN tanpa melalui pedagang perantara, atas Diskonto yang diterima atau
diperoleh penjual SPN pada saat transaksi di Pasar Sekunder.
a. Bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia;
b. Dana Pensiun yang pendirian/pembentukannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan;
c. Reksadana yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan, selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau
pemberian izin usaha.
241
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
4.11. PPh Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh
Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
Atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam
negeri yang memiliki peredaran bruto tertentu, dikenai PPh yang bersifat final
dalam jangka waktu tertentu. Tarif PPh yang bersifat final sebesar 0,5% dengan
dasar pengenaan adalah jumlah peredaran bruto setiap bulan. Pengenaan PPh
yang bersifat final ini berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018
(PP 23/2018). Batasan peredaran bruto tertentu adalah peredaran bruto yang tidak
melebihi Rp 4,8 Milyar dalam satu Tahun Pajak.
242
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
a. penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dari jasa
sehubungan dengan pekerjaan bebas;
b. penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar negeri yang pajaknya terutang
atau telah dibayar di luar negeri;
c. penghasilan yang telah dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tersendiri; dan
d. penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak
a. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara,
akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, PPAT, penilai, dan aktuaris;
b. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang
sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati,
pemain drama, dan penari;
c. olahragawan;
d. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
e. pengarang, peneliti, dan penerjemah;
f. agen iklan;
g. pengawas atau pengelola proyek;
h. perantara;
i. petugas penjaja barang dagangan;
j. agen asuransi;
k. distributor perusahaan pemasaran berjenjang atau penjualan langsung dan
kegiatan sejenis lainnya.
Wajib Pajak yang dicakup dalam PP 23/2018 ini adalah Wajib Pajak orang
pribadi dan Wajib Pajak badan berbentuk koperasi, persekutuan komanditer, firma,
atau perseroan terbatas, yang menerima atau memperoleh penghasilan dengan
peredaran bruto tidak melebihi Rp 4,8 Milyar dalam satu Tahun Pajak.
Namun demikian, Wajib Pajak di bawah ini tidak termasuk Wajib Pajak yang
dikenai PPh final berdasarkan PP 23/2018, yaitu:
a. Wajib Pajak memilih untuk dikenai PPh berdasarkan ketentuan umum Undang-
Undang Pajak Penghasilan;
243
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
b. Wajib Pajak badan berbentuk CV atau firma yang dibentuk oleh beberapa
Wajib Pajak orang pribadi yang memiliki keahlian khusus menyerahkan jasa
sejenis dengan jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas;
c. Wajib Pajak badan memperoleh fasilitas Pajak Penghasilan berdasarkan; dan
d. Wajib Pajak berbentuk Bentuk Usaha Tetap.
Jangka waktu tertentu pengenaan PPh yang bersifat final adalah paling lama
7 Tahun Pajak bagi Wajib Pajak orang pribadi, 4 Tahun Pajak bagi Wajib Pajak
badan berbentuk koperasi, persekutuan komanditer, atau firma, dan 3 Tahun
Pajak bagi Wajib Pajak badan berbentuk perseroan terbatas (PT). Jangka waktu
tersebut terhitung sejak:
a. Tahun Pajak Wajib Pajak terdaftar, bagi Wajib Pajak yang terdaftar sejak
berlakunya PP 23/208, atau
b. Tahun Pajak berlakunya PP 23/2018, bagi Wajib Pajak yang telah terdaftar
sebelum berlakunya PP 23/2018.
a. disetor sendiri oleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu; atau
b. dipotong atau dipungut oleh Pemotong atau Pemungut Pajak dalam hal Wajib
Pajak bersangkutan melakukan transaksi dengan pihak yang ditunjuk sebagai
Pemotong atau Pemungut Pajak. Pemotong atau Pemungut Pajak adalah
Wajib Pajak yang dikenai kewajiban untuk melakukan pemotongan dan/atau
pemungutan pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang Pajak Penghasilan.
5. Latihan
Latihan 1
2. Jelaskan ruang lingkup, tarif dan dasar pengenaan PPh final Pasal 4 ayat (2)
atas penghasilan jasa konstruksi! Apakah mungkin terdapat penghasilan jasa
konstruksi yang dikenakan PPh Pasal 23? Jelaskan!
244
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
4. Apakah atas SHU yang diterima oleh anggota koperasi dikenakan PPh final
10%? Jelaskan!
7. Jelaskan aspek pemotongan atau pemungutan PPh atas Wajib Pajak yang
dikenakan PPh yang bersifat final berdasarkan PP Nomor 23 Tahun 2018!
Latihan 2
Tentukan apakah transaksi di bawah ini terutang PPh yang bersifat final
Pasal 4 ayat (2) atau tidak. Jika tidak terutang PPh Pasal 4 ayat (2), jelaskan
alasannya. Jika terutang PPh Pasal 4 ayat (2), hitunglah PPh terutang dan jelaskan
cara pelunasannya!
b. Tuan Rojakun menjual sebidang tanah miliknya kepada PT Abadi Jaya. Harga
yang disepakati adalah Rp800.000.000,00 sedangkan nilai NJOP adalah
Rp600.000.000,00.
245
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
h. Koperasi Makmur Jaya, membagikan SHU tahun 2017 kepada Tuan Andung
Suryo, anggota koperasi, sebesar Rp10.000.000,00 dan juga memberikan
bunga simpanan koperasi bulan Januari 2018 sebesar Rp300.000,00.
Latihan 3
246
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
b. Mekanisme pelunasannya;
Latihan 4
1. Tentukanlah PPh Final yang harus dipotong pada saat pembayaran bunga
dan pada saat jatuh tempo!
2. Jika pada tanggal 1 Juli 2018 PT XYZ menjual obligasinya kepada PT PQR
melalui Bank Mandiri dengan harga Rp95.000.000 (termasuk bunga berjalan),
hitunglah PPh final yang terutang pada tanggal:
a. 1 Juli 2018, dan
b. 30 September 2018
Latihan 5
247
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
kepada Sukarta dan Sumpena berupa bunga simpanan bulan Desember 2017 dan
sisa hasil usaha koperasi tahun 2017.
Latihan 6
Hitunglah PPh final terutang dan jelaskan cara pelunasannya, jatuh tempo
penyetoran dan pelaporannya!
Latihan 7
Salah satu klausul dalam perjanjian kerja sama yaitu CV Griya Asri
menerima seluruh pembayaran dari pembeli rumah dan surat kuasa untuk
menandatangani PPJB dan AJB (untuk memecah sertifikat).
248
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Tentukan PPh terutang atas transaksi di atas. Jelaskan juga tentang tatacara
penyetoran dan pelaporan pajaknya!
6. Rangkuman
Penghasilan berupa hadiah undian dikenakan PPh final dengan tarif 25%
dari jumlah bruto dengan pelunasan melalui pemotongan oleh penyelenggara
undian. Dividen yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam
negeri dikenakan PPh yang bersifat final dengan tarif 10% dengan pelunasan
melalui pemotongan oleh pihak yang membayar dividen. Tarif PPh final 0% dan
249
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
250
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
7. Test Formatif 6
1. PT Guna Abadi menyewa sebuah rumah kepada Bapak Mukidi, seorang PNS
Kementerian Pertanian, untuk tempat tinggal direkturnya. Harga sewa rumah
adalah Rp100.000.000,00 untuk satu tahun masa sewa. Pernyataan di bawah
ini yang benar adalah…
a. PT Guna Abadi memotong PPh final Pasal 4 ayat (2) sebesar
Rp10.000.000,00
b. Bapak Mukidi menyetor sendiri PPh final Pasal 4 ayat (2) sebesar
Rp10.000.000,00
c. PT Guna Abadi memotong PPh final Pasal 4 ayat (2) sebesar
Rp2.000.000,00
d. Bapak Mukidi menyetor sendiri PPh final Pasal 4 ayat (2) sebesar
Rp2.000.000,00
2. PPh final Pasal 4 ayat (2) dalam soal Nomor 1 harus disetorkan ke kas negara
paling lambat…
a. Tanggal 5 bulan berikutnya
b. Tanggal 10 bulan berikutnya
c. Tanggal 15 bulan berikutnya
d. Tanggal 20 bulan berikutnta
3. Tuan Johny Sudiro, seorang karyawan swasta, membayar Rp100.000.000,00
termin pertama pembangunan rumahnya kepada CV Kokoh Jaya, sebuah
perusahaan kontruksi dengan kualifikasi kecil. Pernyataan di bawah ini yang
benar adalah…
a. Tuan Johny Sudiro memotong PPh final Pasal 4 ayat (2)
Rp2.000.000,00
251
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
252
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
d. Atas bunga deposito dikenakan PPh final Pasal 4 ayat (2) sebesar 40%
dari jumlah bruto bunga deposito
7. Tanggal 1 Juli 2018 PT Andalan Wisesa membeli 10 lembar obligasi dengan
kupon dari penerbit obligasi PT Wahana Finance pada saat penerbitan
obligasi. Nilai nominal obligasi adalah Rp100.000.000,00 per lembar dengan
bunga obligasi 8% per tahun dibayarkan setiap tanggal 30 Juni dan 30
Desember. Atas bunga yang diterima oleh PT Andalan Wisesa tanggal 30
Desember 2018...
a. Dipotong PPh final Rp6.000.000,00 oleh PT Wahana Finance
b. Dipotong PPh final Rp8.000.000,00 oleh PT Wahana Finance
c. Disetor sendiri PPh final Rp6.000.000,00 oleh PT Andalan Wisesa
d. Disetor sendiri PPh final Rp8.000.000,00 oleh PT Andalan Wisesa
8. Melanjutkan Soal Nomor 7. Apabila tanggal 1 Oktober 2018 PT Andalan
Wisesa menjual seluruh obligasinya kepada PT Damai Makmur Sentosa
melalui perantara Bank Artha Sejahtera, maka...
a. PPh final dikenakan atas diskonto melalui pemotongan oleh PT Damai
Makmur Sentosa
b. PPh final dikenakan atas diskonto dan bunga berjalan melalui
pemotongan oleh PT Damai Makmur Sentosa
c. PPh final dikenakan atas diskonto melalui pemotongan oleh Bank Artha
Sejahtera
d. PPh final dikenakan atas diskonto dan bunga berjalan melalui
pemotongan oleh Bank Artha Sejahtera
9. PT Harapan Jaya membagikan dividen kepada PT Adi Perkasa, Bapak
Sumardiono yang tinggal di Jakarta, Tianli Ltd yang berkedudukan di Tiongkok,
dan Deva Ravina yang tinggal di Malaysia. Apabila masing-masing mendapat
dividen Rp100.000.000,00 maka...
a. PPh final Pasal 4 ayat (2) yang harus dipotong oleh PT Harapan Jaya
adalah Rp10.000.000,00
b. PPh final Pasal 4 ayat (2) yang harus dipotong oleh PT Harapan Jaya
adalah Rp20.000.000,00
c. PPh final Pasal 4 ayat (2) yang harus dipotong oleh PT Harapan Jaya
adalah Rp30.000.000,00
253
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
d. PPh final Pasal 4 ayat (2) yang harus dipotong oleh PT Harapan Jaya
adalah Rp40.000.000,00
10. Atas pembagian SHU koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi...
a. Tidak dikenakan pemotongan PPh
b. Dikenakan pemotongan PPh Pasal 21
c. Dikenakan pemotongan PPh Pasal 23
d. Dikenakan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2)
11. Tuan Sigit Judanto menjual sejumlah saham PT Telkom Tbk di bursa efek
dengan harga jual Rp1.000.000.000,00. Manakah pernyataan di bawah ini
yang benar?
a. PPh final Rp1.000.000,00 dipotong oleh penyelenggara bursa dan
disetorkan paling lambat tanggal 15 bulan berikutnnya
b. PPh final Rp1.000.000,00 dipotong oleh penyelenggara bursa dan
disetorkan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnnya
c. PPh final Rp5.000.000,00 dipotong oleh penyelenggara bursa dan
disetorkan paling lambat tanggal 15 bulan berikutnnya
d. PPh final Rp5.000.000,00 dipotong oleh penyelenggara bursa dan
disetorkan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnnya
12. Melanjutkan soal Nomor 11. Penyelenggara bursa wajib penyampaikan
laporan kepada Kepala KPP selambat-lambatnya tanggal.....pada bulan yang
sama dengan bulan penyetoran
a. 15
b. 20
c. 25
d. 30
13. PT Serpong Land, perusahaan pengembang perumahan, menjual satu unit
rumah tipe 70 kepada CV Pelangi Nusa seharga Rp1.000.000.000,00. PPh
final Pasal 4 ayat (2) terutang adalah...
a. Nihil
b. Rp10.000.000,00
c. Rp25.000.000,00
d. Rp50.000.000,00
14. Melanjutkan soal Nomor 13. PPh Pasal 4 ayat (2) yang terutang...
a. Disetor sendiri oleh PT Serpong Land sebelum akta ditandatangani
254
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Rumus :
Bila Anda mencapai penguasaan diatas 70% atau lebih, Anda dapat
meneruskan ke Kegiatan Belajar 7, apabila belum supaya memperdalam terlebih
dahulu Kegiatan Belajar 6.
255
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
256
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
1. Indikator Keberhasilan:
257
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
PPh Pasal 15 ini sebenarnya bukan hanya melaui pemotongan saja, tetapi juga
terdapat pelunasan melalui penyetoran sendiri.
Tabel 5
Daftar Peraturan PPh Pasal 15
258
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
259
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
c. menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro
selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya setelah bulan pembayaran
atau terutangnya imbalan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP);
a. menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro
selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikut setelah bulan diterima atau
diperolehnya penghasilan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP)
Final:
Contoh:
260
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
261
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
c. menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro
selambat-lambatnya 10 bulan berikutnya setelah bulan pembayaran atau
terutangnya imbalan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP);
262
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
a. menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro
selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikut setelah bulan diterima atau
diperolehnya penghasilan, dengan menggunakan Surat Setoran Pajak
(SSP)Final;
Dalam hal Wajib Pajak membayar pajak di Luar negeri atas penghasilan
yang diterima atau diperolehnya di luar negeri dari pengangkutan orang dan/atau
barang termasuk penyewaan kapal (PPh Pasal 24), pajak yang dibayar di luar
negeri tersebut dapat diperhitungkan dengan PPh yang terutang, untuk masing-
masing negara setinggi-tingginya 1,2% dari penghasilan yang diterima atau
diperolehnya diluar negeri tersebut.
Contoh:
263
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
264
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
b. menyetor PPh yang terutang ke bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro
selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya setelah bulan pembayaran
atau terutangnya imbalan atau nilai pengganti, dengan menggunakan Surat
Setoran Pajak (SSP);
Contoh:
6. Latihan
Jelaskan dan berikan alasan, apakah transaksi di bawah ini terutang PPh
Pasal 15 atau tidak. Jika terutang PPh Pasal 15, jelaskan besarnya PPh terutang,
sifat pengenaan PPh (final atau tidak final), cara pelunasannya (setor sendiri atau
melalui pemotongan PPh).
a. BUT Marine Line, mendapatkan kontrak charter pengangkutan batu bara dari
pelabuhan di Balikpapan ke pelabuhan di Shanghai, Tiongkok dari PT
265
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
b. BUT Marine Line, mendapatkan kontrak charter dari American Grain Company
untuk mengangkut sejumlah gandum dari pelabuhan di Amerika Serikat ke
pelabuhan di Jakarta. Nilai kontrak sebesar US500.000 dengan kurs menteri
keuangan yang berlaku Rp13.500 per US$ dan kurs BI Rp13.600 per US$.
7. Rangkuman
266
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Seperti pelunasan PPh yang bersifat umum dan PPh yang bersifat final
berdasarkan Pasal 4 ayat (2) Undang-undang Pajak Penghasilan, pelunasan PPh
berdasarkan Pasal 15 ini dilakukan baik dengan pembayaran sendiri maupun
melalui pemotongan Pajak Penghasilan. Pelunasan melalui pemotongan Pajak
Penghasilan dilakukan terhadap penghasilan sewa charter kapal atau pesawat
perusahaan pelayaran dan penerbangan luar negeri, perusahaan pelayaran dalam
negeri dan perusahaan penerbangan dalam negeri. Tarif pemotongan sewa
charter kapal untuk perusahaan pelayaran luar negeri adalah 2,64%, sewa charter
pesawat untuk perusahaan penerbangan luar negeri adalah 2,64%, perusahaan
pelayaran dalam negeri adalah 1,2%, dan perusahaan penerbangan dalam negeri
1,8% dari peredaran bruto sewa charter. Sifat pengenaan Pajak Penghasilan
Pasal 15 ini adalah final, kecuali atas sewa pesawat untuk perusahaan
penerbangan dalam negeri sifat pengenaan PPh-nya tidak final.
8. Test Formatif 7
Pilihlah satu jawaban yang menurut Anda paling tepat. Asumsikan tidak ada
P3B yang berlaku dalam soal-soal di bawah ini.
267
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
a. 1,2%
b. 1,8%
c. 2,4%
d. 2,64%
4. Besarnya pemotongan PPh Pasal 15 atas sewa charter pesawat dari
perusahaan penerbangan luar negeri adalah sebesar....dari peredaran bruto
a. 1,2%
b. 1,8%
c. 2,4%
d. 2,64%
5. Besarnya pemotongan PPh Pasal 15 atas sewa charter kapal laut dari
perusahaan pelayaran dalam negeri adalah sebesar....dari peredaran bruto
a. 1,2%
b. 1,8%
c. 2,4%
d. 2,64%
6. Besarnya pemotongan PPh Pasal 15 atas sewa charter pesawat dari
perusahaan penerbangan dalam negeri adalah sebesar....dari peredaran
bruto
a. 1,2%
b. 1,8%
c. 2,4%
d. 2,64%
7. BUT Panama Line mendapatkan kontrak perjanjian charter kapal laut dari PT
Indo Utama untuk mengangkut sejumlah barang dari Indonesia ke Mexico.
Apabila nilai kontraknya Rp1.000.000.000,00 maka PPh yang harus dipotong
oleh PT Indo Utama adalah...
a. Rp200.000.000,00
b. Rp26.400.000,00
c. Rp18.000.000,00
d. Rp12.000.000,00
8. Melanjutkan soal Nomor 7. PPh yang dipotong harus disetorkan paling
lambat...
a. Tanggal 7 bulan berikutnya
268
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Rumus :
269
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Bila Anda mencapai penguasaan diatas 70% atau lebih, Anda dapat
mengerjakan tes sumatif, apabila belum supaya memperdalam terlebih dahulu
Kegiatan Belajar 7.
270
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
PENUTUP
Anda telah mengikuti semua tahapan kegiatan belajar dari kegiatan belajar
1 sampai dengan kegiatan belajar 7.
Rumus :
Bila Anda mencapai penguasaan diatas 70% atau lebih berarti anda sudah
baik dalam menguasai materi pelajaran ini, apabila belum supaya memperdalam
terlebih harap mempelajari lagi bagian yang dirasakan masih kurang.
271
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
TES SUMATIF
Pilihlah satu jawaban yang menurut Anda paling tepat. Asumsikan semua
pihak dalam soal telah memiliki NPWP dan asumsikan tidak ada P3B yang berlaku
dalam soal jika terkait dengan Wajib Pajak luar negeri.
Johan Fahri adalah pegawai tetap PT Hargana Jaya sejak 1 Juli 2017. Gaji dan
tunjangan setiap bulan adalah Rp11.750.000,00. Premi asuransi Rp250.000,00
per bulan ditanggung oleh PT Hargana Jaya dan Rp350.000,00 per bulan dipotong
dari gaji Johan Fahri. Iuran pensiun Rp200.000,00 per bulan ditanggung oleh PT
Hargana Jaya dan Rp300.000,00 per bulan dipotong dari gaji Johan Fahri. Pada
awal tahun 2017, Johan Fahri berstatus menikah dan tidak memiliki tanggungan.
272
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
PT Dunia Baru menggunakan jasa Amir Yusuf, SE, Ak., mengaudit laporan
keuangan tahun 2017. Atas jasa ini, PT Dunia Baru membayarkan imbalan
jasanya sebanyak 3 kali yaitu tanggal 10 Mei 2017, 10 September 2017 dan 10
Januari 2018 masing-masing sebesar Rp100.000.000,00.
6. PPh Pasal 21 yang harus dipotong atas pembayaran imbalan jasa tanggal 10
September 2017 adalah...
a. Rp2.500.000,00
b. Rp5.000.000,00
c. Rp7.500.000,00
d. Rp15.000.000,00
7. PPh Pasal 21 yang harus dipotong atas pembayaran imbalan jasa tanggal 10
Januari 2018 adalah...
a. Rp2.500.000,00
b. Rp5.000.000,00
c. Rp7.500.000,00
d. Rp15.000.000,00
8. Handoko, seorang PNS golongan III/b di Kementerian Kesehatan,
mendapatkan honor sebagai imbalan sebagai pembicara seminar kesehatan
yang diselenggarakan oleh sebiah LSM di bidang kesehatan. Apabila honor
yang diterima Handoko sebesar Rp10.000.000,00 maka besarnya PPh Pasal
21 yang harus dipotong adalah...
a. Nihil
273
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
b. Rp250.000,00
c. Rp500.000,00
d. Rp1.500.000,00
Pada tahun 2017 Rudi bekerja pada PT Cipta Kreasi dengan mendapat gaji dan
tunjangan setiap bulan Rp15.000.000,00. Sejak tanggal 1 Januari 2018 Rudi tidak
bekerja lagi pada PT Cipta Kreasi karena dikenakan pemutusan hubungan kerja.
Pada tanggal 15 Januari 2018 Rudi mendapatkan uang pesangon
Rp100.000.000,00 dari PT Cipta Kreasi. Pada tanggal 5 Februari 2018 Rudi juga
mendapat bonus sebesar Rp60.000.000,00.
9. PPh Pasal 21 yang haus dipotong oleh PT Cipta Kreasi atas uang pesangon
tersebut adalah…
a. Nihil
b. Rp2.500.000,00
c. Rp5.000.000,00
d. Rp10.000.000,00
10. PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh Cipta Kreasi atas bonus adalah…
a. Rp500.000,00
b. Rp3.000.000,00
c. Rp4.000.000,00
d. Rp9.000.000,00
11. PT Importindo Sejahtera mengimpor sejumlah lampu hias dari Italia dengan
harga FOB US$9.500, asuransi US$100 dan biaya pengangkutan US$400.
Jika tarif bea masuk 5%, kurs tengah BI Rp15.000/US$ dan kurs menteri
keuangan Rp14.500/US$, serta lampu hias tersebut termasuk barang tertentu
(tarif 10%), maka PPh Pasal 22 terutang adalah…
a. Rp14.500.000,00
b. Rp15.000.000,00
c. Rp15.225.000,00
d. Rp15.750.000,00
12. Pembayaran oleh bendahara pemerintah di bawah ini terutang PPh Pasal 22…
a. Pembayaran atas pengadaan lahan
b. Pembayaran atas pembelian bahan bakar minyak
274
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
275
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
c. Rp10.000.000,00
d. Rp15.000.000,00
17. Manakah pernyataan di bawah ini yang benar tentang pembayaran imbalan
jasa oleh Bendahara Pemerintah sebagai pemotong PPh Pasal 23?
a. Semua jenis jasa yang diterima oleh Wajib Pajak dikenakan PPh
Pasal 23
b. Semua jenis jasa yang diterima Wajib Pajak dalam negeri dikenakan
PPh Pasal 23
c. Semua jenis jasa yang diterima oleh Wajib Pajak badan dalam negeri
dikenakan PPh Pasal 23
d. Semua jenis jasa selain jasa konstruksi yang diterima oleh Wajib
Pajak badan dalam negeri dikenakan PPh Pasal 23
18. Atas pembayaran bunga pinjaman oleh CV Usaha Jaya kepada Bank BRI...
a. Tidak dikenakan pemotongan PPh
b. Dikenakan pemotongan PPh sebesar 2% dari jumlah bruto
c. Dikenakan pemotongan PPh sebesar 10% dari jumlah bruto
d. Dikenakan pemotongan PPh sebesar 15% dari jumlah bruto
19. PT Karya Sejati membayarkan imbalan jasa perbaikan sejumlah AC kepada
CV Agung Teknik dengan rincian imbalan jasa perbaikan Rp5.000.000,00 dan
harga suku cadang Rp10.000.000,00. Besarnya PPh Pasal 23 yang harus
dipotong oleh PT Karya Sejati adalah...
a. Rp100.000,00
b. Rp300.000,00
c. Rp750.000,00
d. Rp2.250.000,00
20. PT Jaya Persada membayarkan bunga pinjaman kepada Mauritius Bank,
sebuah bank yang berkedudukan di negara Mauritius. Pernyataan yang benar
adalah...
a. PT Jaya Persada tidak memotong PPh
b. PT Jaya Persada memotong PPh Pasal 23 sebesar 15%
c. PT Jaya Persada memotong PPh Pasal 26 sebesar 15%
d. PT Jaya Persada memotong PPh Pasal 26 sebesar 20%
21. Hongtel Company, perusahaan telekomunikasi yang berkedudukan di
Hongkong, menjual saham PT Telkomindo Jaya kepada Canatel Company,
276
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
277
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
c. Rp20.000.000,00
d. Rp30.000.000,00
25. Tuan Hartono, seorang karyawan swasta, membayar imbalan jasa
pelaksanaan konstruksi kepada CV Konstruksindo, pengusaha konstruksi
berkualifikasi kecil sebesar Rp100.000.000,00. Manakah pernyataan di bawah
ini yang benar?
a. Tuan Hartono memotong PPh Pasal 4 ayat (2) final sebesar
Rp2.000.000,00
b. CV Konstruksindo menyetor sendiri PPh Pasal 4 ayat (2) final sebesar
Rp2.000.000,00
c. Tuan Hartono memotong PPh Pasal 4 ayat (2) final sebesar
Rp4.000.000,00
d. CV Konstruksindo menyetor sendiri PPh Pasal 4 ayat (2) final sebesar
Rp4.000.000,00
26. Koperasi Makmur Sejahtera membayarkan bunga simpanan koperasi bulan
Agustus 2018 kepada anggota koperasi Wage Parmanto sebesar
Rp300.000,00. PPh Pasal 4 ayat (2) yang bersifat final yang harus dipotong
Koperasi Makmur Sejahtera adalah...
a. Nihil
b. Rp6.000,00
c. Rp30.000,00
d. Rp45.000,00
27. CV Aneka Jaya, sebuah perusahaan yang dikenakan PPh final berdasarkan
PP Nomor 23 Tahun 2018, menyerahkan sejumlah barang kepada Dinas
Pendidikan Pemkot Tangerang Selatan. Pernyataan manakah yang paling
benar?
a. Bendahara Dinas Pendidikan Pemkot Tangerang Selatan memungut
PPh Pasal 22 sebesar 0,5%
b. Bendahara Dinas Pendidikan Pemkot Tangerang Selatan memungut
PPh Pasal 22 sebesar 1,5%
c. Bendahara Dinas Pendidikan Pemkot Tangerang Selatan memungut
PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar 0,5%
d. Bendahara Dinas Pendidikan Pemkot Tangerang Selatan memungut
PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar 1,5%
278
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
28. BUT Trans Ocean mendapatkan kontrak charter kapal laut dari PT Kalimantan
Mining untuk mengangkut sejumlah barang tambang dari Balikpapan ke
Jakarta. Apabila nilai kontrak charter kapal laut tersebut bernilai
Rp500.000.000,00 maka...
a. BUT Trans Ocean menyetor sendiri PPh sebesar Rp10.000.000,00
b. PT Kalimantan Mining memotong PPh sebesar Rp10.000.000,00
c. BUT Trans Ocean menyetor sendiri PPh sebesar Rp13.200.000,00
d. PT Kalimantan Mining memotong PPh sebesar Rp13.200.000,00
29. Perusahaan penerbangan PT Marina Air mendapatkan kontrak charter
pesawat dari PT Kilat Expressindo untuk mengangkut sejumlah barang kiriman
dari Jakarta menuju Medan. Apabila nilai kontrak charter pesawat tersebut
Rp200.000.000,00 maka...
a. PPh Pasal 15 bersifat final sebesar Rp3.600.000,00 dipotong oleh PT
Kilat Expressindo
b. PPh Pasal 15 bersifat final sebesar Rp4.000.000,00 dipotong oleh PT
Kilat Expressindo
c. PPh Pasal 15 bersifat tidak final sebesar Rp3.600.000,00 dipotong
oleh PT Kilat Expressindo
d. Tidak dikenakan PPh Pasal 15 atas imbalan charter pesawat tersebut
30. Perusahaan pelayaran dalam negeri PT Samudra Line mendapatkan kontrak
charter kapal laut untuk mengangkut batubara dari Balikpapan ke Surabaya.
Pernyataan di bawah ini yang benar adalah...
a. PPh Pasal 15 sebesar 1,2% dari jumlah bruto dilunasi melaui
penyetoran sendiri
b. PPh Pasal 15 sebesar 1,2% dari jumlah bruto dilunasi melalui
pemotongan
c. Dikenakan pemotongan PPh Pasal 23 sebesar 2% dari jumlah bruto
d. Tidak dikenakan PPh Pasal 15 maupun PPh Pasal 23
279
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Test Formatif 1
1. B 6. S 11. S
2. S 7. S 12. S
3. B 8. B 13. S
4. S 9. S 14. S
5. B 10. B 15. B
Test Formatif 2
Test Formatif 3
1. B 6. D 11. A
2. C 7. C 12. C
3. C 8. A 13. C
4. B 9. B 14. D
5. B 10. B 15. B
280
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Test Formatif 4
1. C 6. D 11. A
2. B 7. C 12. C
3. C 8. C 13. B
4. B 9. B 14. B
5. B 10. A 15. D
Test Formatif 5
1. D 6. A
2. D 7. C
3. A 8. D
4. B 9. C
5. B 10. B
Test Formatif 6
1. A 6. C 11. B
2. B 7. A 12. C
3. B 8. D 13. C
4. D 9. A 14. B
5. A 10. D 15. D
281
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Test Formatif 7
1. C 6. B
2. A 7. B
3. D 8. B
4. D 9. B
5. A 10. C
282
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Test Sumatif
283
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
DAFTAR PUSTAKA
Undang-undang
284
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
285
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
286
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
287
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
288
Modul Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan
Advianto, L.Y Hari Sih, 2014. Modul Pemotongan dan Pemungutan, Jakarta:
Pusdiklat Pajak
Ilyas, Wirawan B dan Richard Burton, 2008. Hukum Pajak Edisi 4, Jakarta:
Salemba Empat
Wahyudi, Dudi, 2011. Panduan Praktis Pemotongan dan Pemungutan Pajak
Penghasilan, Yogyakarta: Leutikaprio
289
LAMPIRAN 1
dan
LAMPIRAN 9