Anda di halaman 1dari 20

FASILITASI PENINGKATAN KINERJA PDAM SEHAT DALAM RANGKA KEMITRAAN

HALAMAN JUDUL

WORKSHOP-I
FASILITASI PENINGKATAN KINERJA PDAM SEHAT
DALAM RANGKA KEMITRAAN

LAPORAN PROCEEDING

Direktorat Pengembangan Air Minum


Direktorat Jenderal Cipta Karya
Kementerian Pekerjaan Umum

Tahun 2015

PT Cipta Sanita Mandiri


FASILITASI PENINGKATAN KINERJA PDAM SEHAT DALAM RANGKA KEMITRAAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, bahwa Laporan Proceeding
penyelenggaraan “WORKSHOP FASILITASI PENINGKATAN KINERJA PDAM
SEHAT DALAM RANGKA KEMITRAAN” dapat disusun dan disampaikan sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan.
Laporan Proceeding ini berisikan pendahuluan dan hasil workshop peningkatan
kinerja PDAM Sehat. Pada pendahuluan, dijelaskan mengenai latar belakang,
maskud dan tujuan, keluaran, metode dan penyelenggaraan workshop, peserta
serta informasi waktu dan tempat diselenggarakannya workshop. Sedangkan,
hasil workshop menjelaskan tentang proses diskusi, kesimpulan dan tindak lanjut
dari workshop peningkatan kinerja PDAM Sehat.
Bagi semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian Laporan
Proceeding ini, kami ucapkan terima kasih. Semoga kegiatan ini dapat
memberikan manfaat bagi pembangunan sektor pengembangan air minum di
Indonesia.

PT. CIPTA SANITA MANDIRI


Jakarta, September 2015
Direktur Utama

(Ir. Suryanto)

LAPORAN PROCEEDING
FASILITASI PENINGKATAN KINERJA PDAM SEHAT DALAM RANGKA KEMITRAAN

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................................... 1-0
1.1 LATAR BELAKANG .......................................................................................................... 1-1
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN ................................................................................................. 1-1
1.3 KELUARAN........................................................................................................................ 1-2
1.4 METODE DAN PROSES PENYELENGGARAAN WORKSHOP ................................ 1-2
1.5 PESERTA WORKSHOP ................................................................................................... 1-3
1.6 WAKTU DAN TEMPAT WORKSHOP .......................................................................... 1-4
BAB 2 HASIL WORKSHOP .................................................................................................................... 2-0
2.1 DISKUSI ............................................................................................................................. 2-1
2.2 KESIMPULAN.................................................................................................................... 2-9
2.3 RENCANA TINDAK........................................................................................................ 2-10
LAMPIRAN .............................................................................................................................................................

LAPORAN PROCEEDING
BAB 1 PENDAHULUAN

PENDAHULUAN
FASILITASI PENINGKATAN KINERJA PDAM SEHAT DALAM RANGKA KEMITRAAN

1.1 LATAR BELAKANG


Penyediaan air minum melalui sistem perpipaan di Indonesia sebagian besar
dilayani oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) milik pemerintah kabupaten
kota. Namun, saat ini masih banyak PDAM yang belum berkinerja Sehat. Terkait
kinerja PDAM ini, berdasarkan hasil penilaian kinerja PDAM yang telah dievaluasi
oleh BPPSPAM tahun 2014, dari 359 PDAM yang dinilai kinerjanya, sebanyak
182 PDAM (51%) berstatus Sehat, 103 PDAM (29%) berstatus Kurang Sehat dan
74 PDAM (20%) berstatus Sakit.
Sebagai salah satu badan usaha penyedia air minum dengan sistem perpipaan di
kabupaten/kota, maka kinerja PDAM patut mendapatkan perhatian. Dengan
kinerja PDAM yang sehat, diharapkan PDAM dapat memberikan pelayanan yang
prima kepada pelanggan serta mampu mengembangkan pelayanannya dengan
memanfaatkan pembiayaan dari berbagai sumber. Atas dasar pertimbangan
tersebut, maka diperlukan pembinaan terhadap PDAM mengenai pentingnya
kinerja Sehat PDAM.
Dalam hal pembinaan Pemerintah terhadap PDAM, diperlukan pendekatan yang
efektif dan strategis. Efektif dalam arti mengetahui titik kritis pembinaan kepada
berbagai keragaman PDAM dan strategis yang artinya mempunyai daya
pemecahan persoalan yang tepat.
Untuk itu, Direktorat Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum melalui Subdit
SPAM Khusus pada TA 2015 melaksanakan kegiatan Fasilitasi Peningkatan
Kinerja PDAM Sehat dalam Rangka Kemitraan yang dimaksudkan untuk
mengidentifikasi dan menganalisis aspek mendasar yang membentuk kinerja
PDAM Sehat serta memperoleh benchmark model sebagai landasan pembinaan
PDAM.
Salah satu bagian dari pelaksanaan kegiatan Fasilitasi Peningkatan Kinerja PDAM
Sehat dalam Rangka Kemitraan adalah penyelenggaraan workshop, selain
kegiatan kunjungan lapangan. Penyelenggaraan workshop akan dilaksanakan
sebanyak 2 kali, yaitu:
1. Workshop I dengan agenda penyampaian pengelompokkan PDAM
berdasarkan benchmark dengan prinsip kepengusahaan yang sehat serta
formulasi pola pembinaan yang tepat untuk masing-masing kelompok.
2. Workshop II dengan agenda penyampaian hasil pengembangan pola
pembinaan terhadap PDAM sesuai dengan kelompok masing-masing dan
rekomendasi programnya.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN


A. Maksud
Maksud pelaksanaan Workshop I kegiatan Fasilitasi Peningkatan Kinerja PDAM
Sehat dalam Rangka Kemitraan ini adalah untuk memperoleh pola pembinaan

LAPORAN PROCEEDING
FASILITASI PENINGKATAN KINERJA PDAM SEHAT DALAM RANGKA KEMITRAAN

berdasarkan kelompok PDAM ‘Sehat’ dengan pendekatan benchmark


berdasarkan prinsip kepengusahaan yang sehat.
B. Tujuan
Tujuan dari dilaksanakannya Workshop I Fasilitasi Peningkatan Kinerja PDAM
Sehat dalam Rangka Kemitraan ini adalah menyampaikan hasil pengelompokan
PDAM Sehat dengan pendekatan benchmark berdasarkan prinsip kepengusahaan
serta menyusun dan menyepakati pola pembinaan PDAM berdasarkan kelompok
masing-masing.

1.3 KELUARAN
Keluaran yang diharapkan dari penyelenggaraan Workshop I Fasilitasi
Peningkatan Kinerja PDAM Sehat dalam Rangka Kemitraan adalah:
1. Hasil benchmarking berdasarkan prinsip kepengusahaan
2. Pengelompokkan PDAM Sehat berdasarkan hasil benchmarking
3. Pola pembinaan terhadap PDAM Sehat sesuai dengan kelompok masing-
masing

1.4 METODE DAN PROSES PENYELENGGARAAN WORKSHOP


Pelaksanaan kegiatan workshop-I ini bersifat terbatas, karena peserta yang
diundang hanya melibatkan Pemerintah Pusat terkait dengan peningkatan kinerja
PDAM, serta keenam PDAM yang dikaji. Metode kegiatan workshop ini
dilaksanakan dalam bentuk pemaparan materi workshop dan diskusi. Dalam
proses diskusi/curah pendapat, diharapkan setiap peserta workshop-I dapat
memberikan tanggapan dan masukan konstruktif dalam pendekatan menyepakati
pengelompokkan PDAM dan pola pembinaannya.
Penyelenggaraan workshop-I ini dilakukan melalui kerja sama antara Tim Teknis
Sub Direktorat SPAM Khusus dan Tim konsultan, melalui Beberapa proses antara
lain:
1. Tahap Penyusunan Model Benchmark dan Pengelompokkan PDAM
Berdasarkan Benchmark
Model benchmark yang disusun terbagi menjadi 3, yaitu benchmark laba
terhadap pelanggan, benchmark biaya usaha dan benchmark produktivitas.
Penyusunan model benchmark tersebut, didasarkan pada data kinerja PDAM
Tahun 2011-2013 yang diperoleh dari Buku Kinerja PDAM yang disusun oleh
BPPSPAM. Setelah didapat hasil dari benchmark tersebut, maka seluruh
PDAM Sehat dikelompokkan berdasarkan kategori gabungan dari ketiga
benchmark.

LAPORAN PROCEEDING
FASILITASI PENINGKATAN KINERJA PDAM SEHAT DALAM RANGKA KEMITRAAN

2. Tahap Penyusunan Formulasi Pola Pembinaan untuk Masing-masing Kelompok


PDAM
Penyusunan formulasi pola pembinaan merupakan rumusan pola umum yang
ditunjukkan bagi PDAM Sehat, berdasarkan analisis benchmark yang telah
dilakukan.
3. Tahap Persiapan Penyelenggaraan Workshop-I
Tahap persiapan penyelenggaraan workshop-I ini meliputi:
a. Penyusunan materi yang akan disampaikan kepada peserta workshop,
b. Penyusunan konsep teknis kegiatan workshop
c. Pembuatan susunan acara workshop
d. Penetapan narasumber dan peserta workshop
e. Persiapan tempat dan waktu penyelenggaraan workshop
f. Persiapan peralatan pendukung, seperti seminar kit, spanduk, camera
untuk dokumentsi, dan handout materi
4. Tahap Pelaksanaan Workshop-I
Tahap pelaksanaan workshop-I ini merupakan tahapan penyampaian hasil-
hasil analisis yang telah dilakukan, serta rumusan pola pembinaan PDMA
sehat yang telah disusun. Pada tahap ini para peserta workshop memberikan
tanggapan dan masukan terhadap hasil analisis dan rumusan pola pembinaan
yang disampaikan. Setelah itu, hasil dari workshop dijadikan sebagai
masukan untuk membuat konsep laporan akhir dan rekomendasi program.
5. Finalisasi dan Penyempurnaan dari Workshop-I
Tahap ini merupakan tahap dari tindak lanjut diselenggarakannya workshop-
I guna penyempurnaan pola pembinaan dan konsep laporan final, serta input
untuk pelaksanaan workshop-II.

1.5 PESERTA WORKSHOP


A. Peserta:
1. Tingkat Pusat:
a. Direktorat SMI, Ditjen. Perbendaharaan, Kementerian Keuangan
b. Deputi Bidang Akuntan Negara, BPKP
c. Direktorat BUMD, BLUD dan Barang Milik Daerah, Ditjen. Bina Keuangan
Daerah, Kementerian Dalam Negeri
d. Direktorat Pengembangan SPAM, DJCK Kementerian PUPR
e. BPPSPAM
f. Perbankan
g. Perpamsi
h. Forum Pelanggan Air Minum Nasional

LAPORAN PROCEEDING
FASILITASI PENINGKATAN KINERJA PDAM SEHAT DALAM RANGKA KEMITRAAN

2. Tingkat kabupaten/kota (6 lokasi yang menjadi lokasi contoh):


a. Bupati Bantaeng
b. Bupati Bantul
c. Bupati Gresik
d. Walikota Denpasar
e. Walikota Palangkaraya
f. Walikota Tebing Tinggi
g. PDAM Kab. Bantaeng
h. PDAM Kab. Bantul
i. PDAM Kab. Gresik
j. PDAM Kota Denpasar
k. PDAM Kota Palangkaraya
l. PDAM Kota Tebing Tinggi
B. Narasumber
1. Kasubdit SPAM Khusus, Dit. PSPAM, DJCK, Kementerian PUPR
2. Ir. Cece Sutapa, M.Eng
3. Tim Konsultan PT. Cipta Sanita Mandiri

1.6 WAKTU DAN TEMPAT WORKSHOP


Pelaksanaan Workshop-I Fasilitasi Peningkatan Kinerja PDAM Sehat dalam
Rangka Kemitraan diselenggarakan pada:
Hari/Tanggal : Senin/28 September 2015
Waktu : 13.00 – 17.30 WIB
Tempat : Ruang Sapta Taruna
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Jl. Pattimura No. 20 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12110
Agenda : - Pembahasan Hasil Pengelompokkan PDAM Sehat dengan
Pendekatan benchmark berdasarkan prinsip kepengusahaan
- Pola pembinaan yang tepat bagi PDAM Sehat

LAPORAN PROCEEDING
FASILITASI PENINGKATAN KINERJA PDAM SEHAT DALAM RANGKA KEMITRAAN

BAB 2 HASIL WORKSHOP

HASIL WORKSHOP

LAPORAN PROCEEDING
FASILITASI PENINGKATAN KINERJA PDAM SEHAT DALAM RANGKA KEMITRAAN

2.1 DISKUSI
Agus Sunara (Perpamsi)
 Perpamsi pernah melakukan benchmarking. Misalnya dengan
membandingkan jumlah pelanggan yang sama dan sumber air yang sama,
sehingga kita bisa melihat tingkat efisien dan produktivitas PDAM dari segi
operasional, keuangan, pelayanan sampai SDM.. Sebaliknya untuk jumlah
pelanggan yang sama tetapi sumber air yang berbeda, itu akan memakan
biaya energi yang berbeda pula. Sebaiknya ini dijadikan referensi untuk
melakukan benchmarking terhadap PDAM untuk mempertajam analisis.
 Contoh PDAM Tebing Tinggi, kinerja dalam kehilangan air memang tinggi
bukan berarti kinerja secara keseluruhan. Cakupan pelayanan tinggi, namun
Angka pertumbuhan pelanggan Tebing Tinggi menurun, hal ini dikhawatirkan
dengan angka prediksi.
 Angka pertumbuhan pelanggan Tebing Tinggi itu relatif menurun, namun jika
dilihat cakupan pelayanannya Tebing Tinggi itu sudah tinggi. Namun ada juga
PDAM yang cakupannya menurun tetapi pertumbuhan pelanggannya relatif
tinggi, hal tersebut umumnya terjadi karena menggunakan asumsi. Karena
idealnya adalah jika pertumbuhan pelanggan tinggi, maka cakupan
pelayanan pun meningkat, kecuali jika ada pemutusan pelanggan secara
besar-besaran.
Muhammad (PDAM Gresik)
 Penilaian kinerja menggunakan analisis benchmarking seharusnya
dikelompokkan berdasarkan sumber air bakunya, karena sumber air baku
sangat membedakan kinerja suatu PDAM.
Contoh: PDAM Surabaya dan Sampang
Sumber air baku PDAM Sampang berasal dari air bawah tanah, sedangkan
PDAM Surabaya sumber air bakunya berasal dari air permukaan (sungai).
Sehingga biaya energi PDAM Surabaya sangat tinggi. Terlebih lagi tarif
listrik untuk PDAM dikenakan tarif industri, sehingga hal tersebut sangat
mempengaruhi biaya produksi PDAM.
 Selain itu, bagi PDAM untuk menaikkan tarif air itu sangat sulit dilakukan,
karena hal tersebut dipengaruhi oleh suasana politik.
 Kajian yang telah dilakukan oleh konsultan menggunakan data tahun 2011-
2013, jika data yang digunakan adalah data terbaru (misalnya data Tahun
2014), maka kondisi PDAM yang telah dipaparkan pun akan berubah.
Adi Siwa (PDAM Bantaeng)
 Rugi/Laba dapat dilihat dari dua hal, yaitu pendapatan dan cashflow.
Rugi/laba yang telah dikaji dilihat dari pendapatan atau cashflow?

LAPORAN PROCEEDING
FASILITASI PENINGKATAN KINERJA PDAM SEHAT DALAM RANGKA KEMITRAAN

Cece Sutapa (Moderator)


Workshop ini mengundang Pemerintah Daerah tujuannya supaya Pemda dapat
memahami kondisi PDAM yang menjadi tanggung jawabnya.
Anang Muftiadi (Pemateri)
 Terima kasih untuk Bpk Agus Sunara untuk informasinya mengenai benchmark
yang telah dilakukan oleh Perpamsi.
 Benchmark Biaya Usaha yang telah dilakukan sudah mempertimbangkan
berbagai hal, termasuk sumber air baku masing-masing PDAM. Seluruh data
yang digunakan untuk pengolahan berasal dari buku kinerja PDAM yang
diterbitkan oleh BPPSPAM. Tidak hanya sekedar informasi utama, tetapi
termasuk informasi lain yang terletak di bawah tabel informasi kinerja PDAM
juga kami gunakan. Komponen biaya yang kami gunakan yaitu, Biaya Energi,
Biaya Bahan Kimia, Biaya Pemeliharaan, Biaya Adm. Umum terhadap
Pendapatan, Kehilangan Air dan Kepadatan Penduduk.
 Sebenarnya konsultan telah mendapatkan data yang berasal dari Perpamsi
untuk penggunaan sumber air baku, namun data tersebut tidak lengkap,
hanya sebagian PDAM yang memiliki data sumber air baku. Setelah
berdiskusi dengan tim ahli dan tim teknis, maka diperoleh kesepakatan bahwa
jenis sumber air baku berpengaruh terhadap biaya energi dan bahan kimia.
Sehingga kami tidak menggunakan variabel sumber air baku, karena sudah
dapat terwakili oleh biaya energi dan bahan kimia. Tetapi, berdasarkan
kajian yang telah dilakukan, ada PDAM yang memiliki sumber air baku yang
sama namun salah satu dari PDAM tersebut mengalami kerugian yang besar.
Menurut hasil pengolahan yang dilakukan, faktor yang paling signifikan itu
bukan besar atau tidaknya variabel tersebut, tetapi merupakan faktor yang
paling berpengaruh.
 Untuk kondisi PDAM yang kami tampilkan dalam paparan, itu berdasarkan
buku kinerja PDAM oleh BPPSPAM, dengan mengubah nilai kinerja 1-5
menjadi sangat rendah - rendah - sedang- cukup tinggi - tinggi.
 Seperti yang telah dikatakan oleh Bpk. Cece, yaitu perlu adanya kepedulian
pemerintah baik daerah maupun pusat untuk meningkatkan kinerja PDAM di
Indonesia.
 Jika kita mengambil contoh suatu PDAM berdasarkan hasil benchmark
mempunyai informasi laba kecil, biaya usaha efisien dan produktivitas rendah
maka secara rasional dapat dikatakan bahwa kunci utama dalam
meningkatkan kinerja PDAM tersebut ada pada faktor tarif (pricing),
sedangkan untuk pengembangan PDAM dapat dilakukan dengan
meningkatkan jumlah atau kompetensi SDM atau aset yang dimiliki.

LAPORAN PROCEEDING
FASILITASI PENINGKATAN KINERJA PDAM SEHAT DALAM RANGKA KEMITRAAN

Muhammad (PDAM Gresik)


Data yang digunakan dalam analisis benchmark adalah data yang sudah lama,
yaitu 2013. Hasilnya akan berbeda bila data yang digunakan adalah data
terbaru, atau minimal data tahun kemarin yaitu 2014.
Anang Muftiadi (Pemateri)
Data yang kami gunakan berdasarkan Buku Kinerja PDAM yang diterbitkan oleh
BPPSPAM, sehingga itu di luar kapasitas kami untuk memperoleh data terbaru.
Meike Kencanawulan (Kasubdit SPAM Khusus)
 Buku kinerja PDAM terbaru (tahun 2015) belum dikeluarkan oleh BPPSPAM.
Kami menggunakan buku terbitan Tahun 2014 yang isinya adalah data Tahun
2013. Sedangkan untuk menggunakan data Tahun 2014 akan diterbitkan
pada Tahun 2015, dan ini belum diterbitkan oleh BPPSPAM. Sehingga kita
memiliki kendala keterbatasan data PDAM seluruh Indonesia.
 Namun untuk kebutuhan self-assesment dengan menggunakan data terbaru
yang dimiliki PDAM. Caranya adalah dengan menggunakan model-model
yang telah dibuat lalu masukkan variabel-variabel (dengan data terbaru)
sehingga akan diperoleh hasil terbaru pula.
 Data yang digunakan saat ini, hanya untuk membuat model untuk self-
assesment.
Anang Muftiadi (Pemateri)
 Dengan data kinerja terbaru yang dimiliki PDAM, maka masing-masing PDAM
dapat memasukkan data tersebut sesuai dengan variabel-variabel yang
digunakan untuk model. Hasil yang diperoleh dapat digunakan untuk melihat
posisi PDAM terbaru.
 Terkait rugi/laba itu merupakan informasi yang bagus untuk kami.
Eliza (BPPSPAM)
 Evaluasi kinerja PDAM yang kami lakukan berdasarkan hasil kompilasi dari
audit BPKP. Untuk data Tahun 2014 sudah kami peroleh. Kami berharap pada
Bulan November data terbaru sudah dapat dipublikasikan.
 Pada tahun ini terdapat 358 PAM yang dievaluasi, dan beberapa PDAM
mengalami penurunan kinerja. Sebanyak 9 PDAM Sehat menjadi Kurang
Sehat dan satu PDAM Sehat menjadi Sakit, yaitu Kabupaten Fak-Fak. Faktor
utama penurunan kinerja PDAM Kabupaten Fak-Fak adalah ketersediaan air
baku. Dikarenakan banyaknya saat ini daerah yang mengalami discontinue
air baku, sehingga ketersediaan air baku dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam melakukan benchmark.

LAPORAN PROCEEDING
FASILITASI PENINGKATAN KINERJA PDAM SEHAT DALAM RANGKA KEMITRAAN

Yunanto G.W (Kementerian Keuangan)


 PDAM sangat kesulitan untuk menaikkan tarif. Peran Pemda sangat penting
dalam penyesuaian tarif.
 Dalam sidang kabinet Tahun 2015, Presiden telah memerintahkan untuk
menghapuskan Hutang PDAM tanpa ada penilaian. Sedangkan untuk pajak
yang dikenakan oleh PDAM akan ditanggung oleh negara (SK Wapres). Hal
tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
114/PMK.05/2012 tentang penyelesaian piutang negara yang bersumber
dari penerusan pinjaman luar negeri, rekening dana investasi dan rekening
pembangunan daerah pada PDAM.
 Sekarang kementrian keuangan sedang dalam tahap penghitungan ulang
untuk proses restrukturisasi hutang tersebut. Target penyelesaian laporannya
adalah Bulan Desember.
 Penghapusan Hutang dilakukan pada Hutang Non-Pokok, sedangkan Hutang
pokok tetap dibayarkan oleh PDAM masing-masing.
Alit Mahawintang (PDAM Denpasar)
 PDAM Denpasar masuk dalam kategori Laba Kecil – Biaya Efisien –
Produktivitas Rendah. Untuk lebai kecil, apakah Solusinya harus ada
penyesuaian tarif? sedangkan untuk produktivitas rendah, apakah solusinya
harus menambah SDM? Jika menambah SDM maka akan mengakibatkan
biaya SDM menjadi tinggi.
 PDAM Denpasar sudah mengikuti benchmarking dari Perpamsi sejak Tahun
2000, dan Perpamsi telah membandingkan sumber air baku dengan
pelanggannya. Apakah benchmark yang telah dihitung ini sudah sesuai
dengan seluruh PDAM?
Ewin Putra (PDAM Tebing Tinggi)
 Terima kasih kepada pihak kementrian keuangan, karena PDAM Tebing
Tinggi merupakan salah satu PDAM yang mendapatkan penghapusan hutang
dan pajak untuk PDAM juga ditanggung pemerintah.
 Dalam kinerja PDAM dari BPPSPAM, PDAM Tebing Tinggi termasuk ke dalam
kinerja Sehat. Namun ada risiko yang harus PDAM terima karena status
“Sehat” tersebut, yaitu PDAM tidak dapat memperoleh bantuan dari
kementrian PU. Sementara itu, walaupun PDAM Tebing Tinggi termasuk dalam
kategori kinerja Sehat, tetapi nilai kinerja PDAM Tebing Tinggi itu sangat
mendekati kurang sehat.
Agus Sunara (Perpamsi)
 Berdasarkan hasil benchmark biaya usaha yang telah dilakukan oleh tim
konsultan, biaya energi menjadi faktor yang paling signifikan dalam model
benchmarking, sedangkan kehilangan air menjadi faktor dengan tingkat

LAPORAN PROCEEDING
FASILITASI PENINGKATAN KINERJA PDAM SEHAT DALAM RANGKA KEMITRAAN

signifikan kedua. Seharusnya kehilangan air menjadi faktor yang paling


signifikan dalam pembentukan biaya usaha. Karena dikhawatirkan data
biaya energi yang terdapat dalam Buku Kinerja PDAM oleh BPPSPAM, yaitu
biaya energi per kwh. Jadi yang perlu dipertimbangkan dalam benchmark
biaya usaha adalah nilai kwh/m3 air yang diproduksi, bukan nilai rupiah dari
biaya energi.
 Misalnya, PDAM A dan B mempunyai tingkat efisien yang sama dengan kwh
0,5, tetapi jika dilihat berdasarkan Buku Kinerja PDAM Tahun 2014 maka
PDAM A dan B memiliki biaya energi Rp 500 (0,5 kwh x Rp 1000). Namun,
pada Tahun 2015 PDAM A menjadi tidak efisien karena biaya energinya
menjadi RP 1.100/kwh (0,5 kwh x Rp 1.100 = Rp 550), sedangkan PDAM B
tarif energinya masih sama.
 Jadi, jika dilihat berdasarkan benchmarking biaya usaha maka variabel yang
paling signifikan seharusnya adalah kehilangan air (NRW).
Anang Muftiadi (Pemateri)
 Jika saja data air baku tersedia untuk seluruh PDAM (baik itu sumber,
ketersediaan atau perubahan air baku), maka akan kami perlakukan sebagai
dummy variable dan masuk dalam salah satu komponen benchmarking.
 Model benchmarking ini dapat digunakan untuk data terbaru, dan
diperkirakan dalam waktu 4 tahun model ini tidak terlalu banyak berubah.
Jika PDAM memiliki data terbaru, maka PDAM secara pribadi dapat
memasukkan variabel-variabel yang diperlukan untuk membentuk mengetahui
posisi terbaru, bagaimana peningkatan atau penurunan tiap PDAM itu akan
berbeda-beda. Jika ada penurunan kinerja maka PDAM mampu untuk
mengidentifikasi penyebab dari penurunan kinerja tersebut.
 Hasil workshop ini dapat digunakan sebagai sarana komunikasi antara PDAM
dengan Pemda dalam meningkatkan kinerja PDAM baik dalam rangka
penyesuaian tarif dan lain hal.
 Tingkat signifikan itu merupakan sensitivitas variabel x terhadap y. Jika
tingkat signifikan biaya energi dan kehilangan air tinggi, maka yang perlu
mendapat perhatian utama adalah biaya energi dan kehilangan air. Untuk
membentuk pola pembinaan yang perlu diperhatikan adalah sensitivitas-
sensitivitas dari variabel tersebut.
 PDAM Denpasar menunjukkan kategori biaya yang sudah efisien, maka
PDAM memiliki peluang dalam meningkatkan pendapatan dengan
penyesuaian tarif. Penyesuaian tarif itu tidak harus menaikkan tarif, tetapi
reklasifikasi tarif pun bisa termasuk ke dalam penyesuaian tarif.
 Selain itu, PDAM Denpasar walaupun memiliki produktivitas rendah, namun
terletak hampir berhimpitan dengan garis benchmark. Sehingga termasuk ke
dalam kategori produktivitas SDM atau asetnya rendah. PDAM Denpasar

LAPORAN PROCEEDING
FASILITASI PENINGKATAN KINERJA PDAM SEHAT DALAM RANGKA KEMITRAAN

termasuk dalam produktivitas rendah terutama variabel SDM. Artinya, PDAM


Denpasar masih memiliki peluang untuk meningkatkan produktivitas dengan
cara mengelola SDM, tidak harus menambah jumlah SDM.
Amiranta (PDAM Bantul)
 Model rumusan benchmark ini merupakan “resep” untuk membentuk pola
pembinaan PDAM. Namun PDAM Bantul masih belum memahami rumusan
tersebut. Jadi mohon untuk dijelaskan kembali mengenai penggunaan model
benchmark tersebut.
 Indikator kinerja PDAM Sehat itu, selain laba, efisien dan produktivitas, juga
dipengaruhi oleh biaya energi. Sedangkan biaya energi yang dikeluarkan
PDAM dipengaruhi oleh regulasi mengenai tarif listrik. Sehingga tarif dasar
listrik mempengaruhi PDAM yang memproduksi air dengan sistem pompa.
Tarif dasar listrik dan tarif PDAM saling kejar, artinya jika PDAM menaikkan
tarif air, maka PLN juga menaikkan tarif dasar listriknya. Selain itu, selama
ini PDAM dikenakan tarif dasar listrik untuk kategori tarif industri. Sehingga
tarif energi (listrik) PDAM tergolong tinggi. Kami berharap pemerintah dapat
membantu PDAM, agar tarif dasar listrik PDAM tidak dikategorikan sebagai
tarif industri.
 PDAM Bantul melakukan peningkatan cakupan pelayanan pada daerah yang
belum terlayani oleh PDAM. Akan tetapi permasalahannya adalah topografi
di Bantul, dimana pelanggan PDAM berada di atas dan sumber air baku di
bawah. Kabupaten Bantul memiliki 17 kecamatan yang terpisah. Cakupan
pelayanan meningkat, namun sistem perpompaan yang terbangun tidak
tersentral, sehingga PDAM Bantul harus membangun sistem tersendiri. PDAM
Bantul memiliki ketersediaan air baku yang cukup banyak tetapi karena
topografi Kabupaten Bantul seperti saat ini, mengharuskan PDAM Bantul untuk
mengeluarkan biaya energi lebih besar. Sebagai contoh sistem yang kami
bangun di Kecamatan Imogiri. Di Kecamatan Imogiri terdapat Sekolah Polisi
Negara dan masyarakat sekitar sekolah tersebut belum mendapatkan
layanan air, sehingga PDAM Bantul harus membangun sistem perpompaan
sendiri di daerah tersebut. Dikarenakan sistem perpompaan tersebut maka
pemakaian energi PDAM Bantul 5 kali lebih besar dari sistem perpompaan
biasa. Seharusnya tarif dasar listrik untuk PDAM bisa dibedakan berdasarkan
sistem pengolahan air baku PDAM.
 Alternatif penyesuaian tarif. Sejak Tahun 2006-2015 PDAM Bantul baru
sekali mengalami kenaikan tarif. Pada Tahun 2006, pengajuan tarif PDAM
sudah sampai ke meja Bupati, namun sebelum mendapatkan persetujuan dari
Bupati keesokan harinya terjadi gempa bumi di Kabupaten Bantul. Pada
akhirnya, tarif air PDAM mempertimbangkan kebijakan pemerintah (Bupati,
Gubernur dan atau Pusat) dan pertimbangan kondisional. Pada saat terjadi
gempa bumi di Bantul, PDAM tidak mungkin menaikkan tarif, karena tidak
mendapatkan persetujuan dari Bupati, karena hal terpenting adalah

LAPORAN PROCEEDING
FASILITASI PENINGKATAN KINERJA PDAM SEHAT DALAM RANGKA KEMITRAAN

pelayanan air minum terhadap masyarakat dapat terpenuhi. Pada Tahun


2012 PDAM Bantul baru bisa menaikkan tarif dari Rp 1.500 menjadi Rp
2.000. Namun sampai saat ini di Provinsi DIY, PDAM Bantul memiliki tarif
paling rendah di antara PDAM lainnya. Permasalahan tarif ini juga
mempertimbangkan situasi politik, yaitu Bupati baru tidak mungkin menaikkan
tarif karena alasan peduli rakyat, sehingga PDAM Bantul perlu bersabar jika
ingin menaikkan tarif. Namun, PDAM Bantul akhirnya menggunakan alternatif
penyesuaian tarif dengan reklasifikasi tarif. Reklasifikasi tarif yang dilakukan
adalah dengan menambah klasifikasi pelanggan rumah tangga dan
pelanggan lainnya. Sehingga dapat dibedakan posisi pelanggan terhadap
tarif.
 Peningkatan produktivitas dalam benchmark yang telah dilakukan perlu
adanya rumusan-rumusan yang lebih spesifik dengan berbagai pertimbangan
lain yang mempengaruhi produktivitas.
Nila Intakra (Bank BJB)
Dari pihak perbankan siap mendukung PDAM dalam pembiayaan. Masing-masing
PDAM sudah paham dengan persyaratan untuk melakukan pinjaman dari
perbankan. Dari pengalaman sebelumnya, ada beberapa pengajuan pinjaman
yang tidak dapat di eksekusi dikarenakan penetapan tarif PDAM. Dari penetapan
tarif PDAM kita bisa melihat perkiraan pendapatan PDAM sehingga dari pihak
perbankan akan memutuskan dapat memberikan pinjaman atau tidak. Namun
kenyataan di lapangan tidak seperti yang diperkirakan. Pada akhirnya banyak
pengajuan pinjaman yang dilakukan oleh PDAM tidak disetujui oleh pihak
perbankan.
Akhmad Edwin (BUMD Air, Kementerian Dalam Negeri)
Terkait aset PDAM, untuk meningkatkan kinerja PDAM perlu adanya optimalisasi
aset. Selain itu, perlu juga dilakukan pendataan aset, karena di beberapa daerah
belum mempunyai kepemilikan aset yang jelas. Sebaiknya dilakukan pendataan
ulang aset PDAM.
Yudo Wibowo (Dinas PU Kabupaten Bantul)
 Dengan adanya workshop ini Pemerintah Daerah dapat mengetahui kondisi
PDAM.
 Pemerintah Daerah mendukung PDAM, terkait dengan usulan pemerintah baik
dalam penetapan tarif maupun penyertaan modal. Untuk target Tahun 2019
dengan 100% terlayani akses air minum, Pemda bersama dengan PDAM
mencoba menggali potensi untuk mewujudkan target tersebut, salah satunya
dengan program SPAM Regional. Sehingga, Pemerintah Daerah dapat
melihat kinerja PDAM. Jika PDAM memerlukan dukungan Pemerintah Daerah,
maka pihak Pemda akan mendukung PDAM dalam meningkatkan kinerjanya.

LAPORAN PROCEEDING
FASILITASI PENINGKATAN KINERJA PDAM SEHAT DALAM RANGKA KEMITRAAN

Amirudin Nur (Dinas PU Kabupaten Bantaeng)


 Pemda sangat mendukung beberapa kegiatan yang terkait dengan
pengembangan SPAM, salah satunya pengembangan SPAM Regional.
Dengan bantuan dari APBD, Pemda mendukung pengembangan SPAM yang
dilakukan oleh PDAM.
 Untuk mendukung PDAM, Pemda juga melaksanakan kegiatan yang berkaitan
dengan pengembangan SPAM yaitu sosialisasi yang mengenai pentingnya
menjaga sumber air yang ada.
Asih Kumala dewi (Dinas PU Kabupaten Gresik)
 Untuk kenaikan tarif itu adalah kewenangan Bupati, namun secara umum kami
tetap mendukung PDAM untuk meningkatkan kinerjanya.
 Di Kabupaten Gresik dibentuk Asosiasi HIPPAM, membantu pemerintah
mewujudkan pelayanan air minum untuk masyarakat.
Cece Sutapa (Moderator)
Salah satu yang memerlukan dukungan pemerintah adalah penyesuaian tarif.
Waktu penyesuaian tarif dapat diketahui melalui model benchmark dan pola
pembinaan yang sudah disusun dalam workshop ini.
Anang Muftiadi (Pemateri)
 Jika biaya energi sangat sensitif mempengaruhi kinerja PDAM, kenapa tidak
kita jadikan salah satu rekomendasi alam peningkatan kinerja PDAM. Namun,
penyelesaian persoalan seperti ini, bermula dari internal organisasi PDAM.
Tetapi ini bisa menjadi rumusan pola pembinaan bersama untuk peningkatan
kinerja PDAM, karena biaya energi tergolong tingkat sensitivitas yang tinggi.
 Tarif menjadi persoalan yang sangat besar jika dikaitkan dengan kemitraan
perbankan. Misalnya ada PDAM yang mengalami kerugian dan itu masih
dapat diterima, artinya PDAM rugi dalam hal memberikan pelayanan
kepada pelanggan atau rugi dan mendapat dukungan dari Pemda dalam
bentuk subsidi. Yang merepotkan adalah PDAM yang rugi namun tidak
mendapatkan dukungan dari Pemda atau subsidi, lama kelamaan aset PDAM
akan menurun. Tidak akan bermasalah jika PDAM rugi, selama PDAM masih
dalam batas efisien.
 Pertanyaan buntut BJB: Poin kunci dalam pembiayaan apakah dari
penetapan tarif, bukan dilihat dari laba PDAM? Jika ada PDAM dalam
kondisi laba besar, biaya yang efisien dan cukup produktif apakah
perbankan tertarik untuk memberikan pinjaman?
Nila Intakra (Bank BJB)
Penyetujuan pemberian pinjaman kepada PDAM selama 10 tahun tidak hanya
dilihat dari kondisi laba besar, efisien dan produktif. Namun sejak awal PDAM

LAPORAN PROCEEDING
FASILITASI PENINGKATAN KINERJA PDAM SEHAT DALAM RANGKA KEMITRAAN

harus memberikan komitmen dalam hal penetapan tarif yang sudah jelas.
Kemudian akan dilihat kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada PDAM
di masa mendatang. Jika melihat kondisi PDAM yang sangat sehat, tetap saja
perbankan melihat kelayakan dari asumsi PDAM sehat tersebut. Jadi tidak hanya
dilihat dari hasil benchmark yang telah dilakukan.
Cece Sutapa (Moderator)
 Melalui diskusi ini, terdapat banyak masukan yang berpengaruh terhadap
pola pembinaan yang disusun.
 Subsidi yang dimaksudkan oleh pemateri adalah subsidi pemerintah kepada
masyarakat pelanggan PDAM yang belum mampu membayar air PDAM,
bukan subsidi kepada PDAM secara langsung.

2.2 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan saat workshop, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Model benchmark yang telah disusun akan menjadi referensi untuk Direktorat
Pengembangan SPAM dalam peningkatan kinerja PDAM. Dan model
benchmark yang telah disusun oleh Perpamsi akan dijadikan sebagai
referensi untuk memperkuat model benchmark yang kami susun.
2. Kinerja PDAM yang terkait dengan ketersediaan air baku dan biaya energi
akan menjadi pertimbangan dalam membuat rekomendasi dan pola
pembinaan.
3. Kami akan menjelaskan definisi dari masing-masing kategori benchmark laba,
efisien dan produktivitas, supaya tidak ada kesalahpahaman tentang definisi
tersebut.
4. Persoalan aset PDAM menjadi PR bagi pemerintah pusat, bahwa
pembangunan yang dilakukan menggunakan dana APBN, selesai
pembangunan konstruksi akan dikembalikan kepada daerah, dan ini menjadi
target Direktorat Pengembangan SPAM untuk serah terima aset PDAM.
5. APBN yang masuk dalam rangka mendukung PDAM, itu dimaksudkan untuk
membantu masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Tetapi untuk prosesnya
itu bisa dengan berbagai macam strategi.
6. Dengan model benchmark dan formulasi program, tujuannya adalah untuk
sinkronisasi program-program PDAM yang dibiayai oleh APBN. APBN juga
mendukung program PDAM-PDAM yang hampir sama. Pada akhirnya
kegiatan ini akan mengarah kepada kegiatan-kegiatan PDAM yang akan
dibiayai oleh APBN. Perlu dipahami bahwa dana APBN hanya memenuhi
20% dari kebutuhan investasi untuk pembangunan air minum nasional. Ini
merupakan alasan bahwa PDAM harus mempunyai kinerja sehat dan mantap.
Kegiatan ini juga bertujuan untuk membangun kemitraan PDAM dengan yang
lain, sehingga PDAM tidak bergantung sepenuhnya pada dana APBN.

LAPORAN PROCEEDING
FASILITASI PENINGKATAN KINERJA PDAM SEHAT DALAM RANGKA KEMITRAAN

7. Dengan kegiatan workshop ini merupakan informasi bagi stakeholder PDAM


dalam mendukung peningkatan kinerja PDAM dan pelayanan air minum
kepada masyarakat, karena peran Pemda sangat penting.
8. Kunci utama dalam pelayanan air minum adalah kerja sama antara PDAM
dengan stakeholder dan lembaga terkait kemitraan.

2.3 RENCANA TINDAK


Berdasarkan kegiatan workshop yang telah dilakukan, maka rencana tindak yang
akan dilaksanakan yaitu:
1. Pengembangan model benchmark dan formulasi pola pembinaan kepada
PDAM.
2. Akan dilaksanakan workshop-2 dengan model benchmark dan formulasi pola
pembinaan yang lebih baik.

LAPORAN PROCEEDING
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai