LANDASAN HUKUM
Sasaran dan tujuan yang ingin dicapai dari sistem Manajemen K3 adalah menciptakan sistem keselamatan
dan kesehatan dilokasi kerja dengan melibatkan unsur yang terlibat seperti : manajemen, tenaga kerja,
kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan
penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
PT. ..............................sebagai salah satu Perusahaan yang bergerak di bidang jasa kontruksi untuk pekerjaan
Sipil dan Arsitek memiliki komitmen yang tinggi dalam keselamatan dan kesehatan kerja, dan sebagai strategi
Perusahaan dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai berikut :
Peningkatan kemampuan Sumber Daya Manusia dibidang keselamatan dan kesehatan kerja
Memberi jaminan Kesehatan kerja kepada Karyawan / Tenaga Kerja ;
Mewujudkan Tempat Kerja yang Aman dan Nyaman
Mematuhi Perundang-undangan yang berlaku untuk keselamatan kerja ;
Mengutamakan fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja pada setiap pekerjaan ;
Penerapan Sistem Keselamatan dan kesehatan Kerja ;
Pengendalian Terhadap barang Berbahaya.
Hal ini wajar karena PT. ..............................sebagai kontraktor di bidang konstruksi memahami pentingnya
keselamatan dan kesehatan kerja, karena dengan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang baik
maka indikator keberhasilan perusahaan akan jasa konstruksi disebut : Biaya, Mutu, Waktu dan Lingkungan
umum, dapat terpenuhi,
Selain itu PT. ..............................memahami dasar hukum yang berkaitan dengan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan sebagai berikut :
Untuk melaksanakan Undang-undang keselamatan dan kesehatan kerja dan sistim manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja, maka PT. ..............................membentuk struktur organisasi K3 yang diimplementasi dalam
setiap pelaksanaan pekerjaan, Yaitu :
1
1.1 Struktur Organisasi Keselamatan dan kesehatan kerja di Proyek :
Kepala Proyek
Pelaksana K3 dan Pembantu pelaksana K3
Staff Administrasi dan Keuangan Proyek serta Staff Administrasi Teknik Proyek.
Pelaksana dan Pembantu pelaksana.
Pelaksana K3 terdiri dari: Managemen / Pimpinan / Supervisor / Pengawas dan Pelaksana K3 / OH&S
Manager di Proyek, mempunyai tugas dan fungsi :
Memahami peraturan yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja ;
Membuat sistem prosedur dalam upaya penanganan keselamatan dan kesehatan kerja
Menetapkan standar baku keselamatan dan kesehatan kerja dalam proyek;
Melakukan identifikasi resiko yang akan timbul dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja;
Melakukan evaluasi terhadap kebutuhan untuk keselamatan dan kesehatan kerja;
Melakukan rapat evaluasi dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja;
mengevaluasi kebutuhan peralatan untuk keselamatan dan kesehatan kerja;
Menyusun form keselamatan dan kesehatan kerja untuk masing-masing item pekerjaan;
Memastikan semua tenaga kerja dalam posisi aman sesuai prosedur Kerja sebagai pedoman;
Melakukan evaluasi terhadap semua kondisi yang berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan
kerja.
Memberikan kepastian terhadap tenaga kerja telah dilengkapi dengan alat pelindung keselamatan.
Mengidentifikasi awal penyebab kecelakaan kerja dan melakukan tindakan awal penyelamatan..
Memberikan informasi kepada tenaga kerja mengenai resiko akibat melanggar keselamatan dan
kesehatan kerja.
1.5 Tugas dan Fungsi Karyawan dan Personil Pemasok / Sub Kontraktor Proyek :
Bekerja sesuai prosedur kerja aman seperti yang tertulis dalam Manual K3 / OH&S ini.
Memakai alat pelindung diri pada sat akan bekerja sebagaimana yang dianjurkan oleh Pelaksana.
Melaporkan suatau kondisi tidak aman kepada atasannya.
Menjaga lingkungan tempat kerja sebagaimana seharusnya.
1.6 Tugas dan Fungsi Pelaksana Keselamatan dan Kesehatan Kerja / OH&S Manager :
2
Memilih pengetahuan yang baik tentang Peraturan Undang-Undang K3 / OH&S Indonesia, standar
keselamatan dan kesehatan kerja bidang industri dan memastikan penerapannya dengan benar setiap
saat.
Memastikan bahwa "Prosedur Kerja Aman" berlaku efektif, diketahui, dimengerti, dan diterapkan.
Memastikan perbaikan diterapkan dengan seharusnya.
Menyediakan laporan bulanan untuk jajaran manajemen yang memuat analisis gejala statistik dan
informasi berikut :
Ringkasan tentang semua kecerdasan
Semua insiden penting
Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja
Memberikan program Induksi Keselamatan dan kesehatan kerja kepada "Karyawan Baru".
Melakukan inspeksi lapangan secara terus menerus untuk mengidentifikasi tindakan dan keadaan
yang tidak aman, dan memberitahu jajaran pimpinam tentang hal-hal yang tak bisa ditanggulangi
dengan segera.
Menyampaikan saran berharga lini manajemen tentang masalah keselamatan dan kesehatan kerja,
termasuk standar-standar yang berlaku dibidang legislatif maupun industri.
Membantu penyelidikan pergerakan dan mengumpulkan laporan lengkap tepat pada waktunya.
Membantu Pelatihan K3 / OH&S bagi semua tingkat karyawan.
3
Penekanannya adalah pada kemampuan karyawan untuk melakukan pekerjaannya yang biasa
pada saat giliran kerjanya.
Untuk pegawai / personil Inti Proyek diwajibkan untuk diperiksa oleh Dokter Periksa yang ditunjuk
oleh Perusahaan atau Kepala Divisi / Wilayah / Proyek dan dapat pula diperiksa oleh Dokter Klinik
Perusahaan di Kantor Pusat.Pemeriksaan awal dan berkala serta pengawasan yang menyeluruh akan
membuktikan apakah program kesehatan dan keselamatan dan kesehatan kerja serta sarana fisik yang
ada sudah memenuhi standar.
Pemeriksaaan dan pengawasan Kesehatan ini untuk mengukur kinerja Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perusahaan dan Proyek yang bersangkutan.
4
2.4 Pemeriksaan dan pengawasan dilaksanakan :
Berdasarkan petunjuk standar yang jelas dan pasti.
Dengan memakai observasi, wawancara, contoh, pengawasan fisik dan tinjauan datadata
dokumentasi.
Oleh kelompok yang tidak memiliki kepentingan pribadi atau mendapat tekanan dari luar, yang dapat
memberikan pendapat yang objektif dan "tak berprasangka".
Program pemeriksaan akan disusun setiap tahun.
Hal-hal yang tidak sesuai akan diperhatikan dan diperbaiki.
5
2.6.3 Alat Pelindung Diri merupakan :
2.6.3.1 Persyaratan Karyawan / Tenaga Kerja Proyek untuk memakai dan menjaga Alat-alat
Pelindung Diri dan meminta perlengkapan baru jika alat-alat yang ada sudah tidak
memenuhi syarat.
2.6.3.2 Tanggung Jawab Supervisor / Pengawas untuk memastikan Alat-alat Pelindung Diri
telah dipakai sesuai tingkatnya, baik oleh dirinya sendiri maupun oleh karyawan /
tenaga kerja-nya dan harus mempromosikan praktek keselamatan dan kesehatan kerja
dengan memberikan contoh yang baik.
2.6.4 Pemberian Alat Pelindung Diri :
2.6.4.1 Jenis dan Macam Kebutuhan Alat Pelindung Diri dibuat oleh Tim P2 K3 atau
Pelaksana K3 dan Kepala Proyek beserta Manager yang terkait dari hasil Identifikasi
Bahaya dan Sasaran dan Program Keselamatan & Kesehatan Kerja ( sesuai dari basil
tahap pada nomor item 3.4 dan 3.5 tersebut diatas )
2.6.4.2 Kebutuhan Alat Pelindung Diri diajukan permintaannya oleh Manager yang terkait dan
diketahui oleh Pelaksana K3 .
2.6.5 Syarat-syarat Alat Pelindung Diri :
2.6.5.1 Enak dipakai
2.6.5.2 Tidak menggangu kerja
2.6.5.3 Memberikan perlindungan yang efektif sesuai dengan jenis bahaya ditempat kerja.
2.6.6 Pengadaan atau Pembelian Alat Pelindung Diri dilaksanakan oleh Manager Logistik Proyek
sesuai permintaan tersebut diatas.
2.6.7 Manager Logistik dan Pelaksana K3 menyerahkan / membagikan / medistribusikan Alat-alat
Pelindung Diri kepada setiap Karyawan / Tenaga Kerja dengan form Daftar Distribusi APD( FM-
DDA ) dengan tanpa dipungut biaya, didalam formulir tersebut tercantum catatan yang benar
tentang :
2.6.7.1 Nomor karyawan / tenga kerja
2.6.7.2 Nama karyawan / tenaga kerja Pekerjaannya
2.6.7.3 Jenis Peralatan APD yang diterima
2.6.7.4 Tanda Terima dan persetujuan atas ketentuan yang berlaku
2.6.7.5 Tanggal didistribusikan
6
Topi pengaman tidak boleh digambari, dicat kemauan sediri dan dihindari dari terkena
bahan kimia.
2.6.8.2 Pelindung Mata yaitu Spectacle goggles / Kacamata biasa dan Goglles / Kacamata
Khusus.
Penjelasan :
- Lapangan fabrikasi dinyatakan sebagai daerah tempat pelindung mata harus
dikenakan, kecuali saat berada dikendaraan, kantor atau daerah bebas Alat
Pelindung Diri.Hanya pelindung mata yang memenuhi standar keselamatan
internasional yang boleh dipakai. Kacamata teduh atau pelindung mata tanpa tutup
disisi kiri dan kanan tidak diizinkan dipakai. Contoh standar pelindung mata yang
disetujui adalah USA ANSI Z87.1 1988.Semua karyawan / tenaga kerja yang
menggerinda atau membersikan dengan piringan kawat baja harus memakai
kacamata pengaman dan pelindung wajah. Saat melakukan pekerjaan di ruangan
tertutup, kacamata anti debu (monogogle) harus dipakai.Karyawan / tenaga kerja
harus memakai kacamata anti debu dan pelindung wajah saat menggunakan sabun
pembersih yang berbahaya, cairan korosif atau bahan lain yang berbahaya.
- Pelindung mata yang resmi untuk proses pemotongan harus digunakan saat
melakukan proses memotong menggunakan oksigen (oxy-cutting).
- Semua karyawan / tenaga kerja harus memakai lensa kacamata pengaman bening.
Perkecualian hanya diberikan kepada penderek dan para operator crane crawler dan
pettibone. Mereka boleh memakai lensa kacamata bening atau gelap.
- Kacamata sesuai resep dokter akan diberikan kepada karyawan yang mengalami
cacat mata. Kacamata baca tidak disediakan perusahaan.
- Kacamata yang tidak mendapat kacamata sesuai resep dokter tidak akan mendapat
kacamata pengaman yang standar.
- Tiap anggota dijajaran supervisi harus memberikan contoh yang baik kepada semua
karyawan untuk mematuhi aturan pelindung mata.
7
2.6.8.4 Pelindung Tangan seperti Sarung Tangan
- Sarung tangan (biasa) atau yang panjang (menutupi lengan bawah) harus dipakai
mana ada resiko terluka
- Sarung tangan bahan kimia harus dipakai apabila menangani produk-produk dari
minyak, solar, zat asam, bahan kimia dan bahan cairan-cairan berberbaya yang
lainnya.
- Sarung tangan dari kulit atau yang panjang harus dipakai untuk melindungi tangan
dari panas, barang-barang yang dapat terperangkap atau terjepit diantara putaran.
2.6.8.5 Pelindung Pernapasan dari Debu, Asap, Gas Kimia dan Udara Menyengat yang biasa
disebut Respirator / Masker
Penjelasan :
- Pelindung pernapasan yang sudah disetujui harus dipakai bilamana terdapat benda-
benda diudara yang berbahaya untuk kesehatan.
- Alat pernapasan udara terpisah harus dipakai ketika masuk ketempat yang kurang
oksigen.
- Alat pernapasan dengan pemasukan udara tersendiri atau tameng harus diapai
ketika melakukan penyemprotan atau pengecetan didaerah tertutup.
- Alat pernapasan harus dipakai hanya oleh personil yang terlatih. Karyawan / tenaga
kerja tertentu harus dilatih untuk memilih dan memakai, pelindung pernapasan
sesuai dengan persyaratan pabrik., cat atau produk lain yang akan dipakai.
2.6.8.6 Pelindung Alat Pendengaran / Terlinga Ear Plug / Sumbat Telinga dan Ear Muff /
Tutup Telinga
Penjelasan :
Pelindung Pendengaran / Telinga harus dipakai oleh semua karyawan yang terpapar
kebisingan 85 db (A) atau lebih dari 8 jam penuh.
Penutup telinga harus dipakai dipembangkit tenaga listrik dan tempat-tempat yang
bising karena mesin.
Penyumbat telinga (yang sekali pakai saja atau yang dapat dipakai berulang) harus
dipakai :
8
2.6.8.7 Pelindung di Tempat Ketinggian meliputi Safety Belt atau Sabuk Pengaman, tali
pengaman (ada 3 jenis yang berbeda) yaitu: Jaring Angkat, Sabuk Penunjang dan
Sabuk Pengikat dan perlengkapan khusus lainnya sesuai keperluan.
Penjelasan :
- Safety Belt, Sabuk Pengaman, Tali Pelindung Tubuh dan Tali Pengaman yang
disetujui harus dipakai dan terikat sebagaimana seharusnya jika ada resiko jatuh
pada ketinggian dua meter atau lebih.
- Safety Belt / Sabuk Pengaman harus digunakan dan terikat dengan pengaman
dengan tepat bila bekerja dan tidak dipagari dengan pegangan tangga.
- Safety Belt / Sabuk Pengaman (atau tipe parasut) harus dipakai oleh semua
karyawan yang bekerja pada jacket jacket yang tinggi.
- Safety Belt / Sabuk Pengaman harus dipakai dan terikat ketika bekerja didalam
keranjang derek dan saat menggunakan alat pengangkat mekanis.
- Safety Belt / Sabuk Pengaman harus terpasang ketat dipinggang dan tali pengaman
panjangnya tidak boleh lebih dari 1,2 m.
- Tali pengaman harus terikat untuk mengamankan pemakainya dan tidak boleh
berada dibawah pinggang.
- Safety Belt / Sabuk Pengaman penuh tipe parasut harus selalu dipakai searah
dengan gerakan kumparan (Sala Block). Perlengkapan ini harus dipakai oleh
mereka yang bekerja didaerah beresiko tinggi.
- Sala Block atau gerak kumparan harus menempel pada bagian yang kokoh dengan
perisai diatas pemakai.
- Alat-alat pelindung pencegah jatuh harus diperiksa sebelum digumakan.
Perlengkapan yang tidak layak pakai tidak boleh digunakan.
- Safety Belt / Sabuk Pengaman, sabuk tipe parasut dan tali pengaman harus
disimpan dan dijaga agar jangan sampai kena minyak, pelumas atau benda lain
yang bisa membuatnya kotor.
- Alat-alat pencegah jatuh yang pernah terbentur beban yang keras harus segera
dimusnahkan.
2.6.8.8 Pelindung Badan terdiri dari Pakaian Kerja Biasa dan Pakaian Kerja Khusus (tahap
api / radiasi / zat kimia, dll ), jika diperlukan.
Penjelasan :
- Pakaian pelindung yang sesuai harus dipakai setiap saat.
- Celana pendek tidak diperkenankan dipakai saat melakukan pekerjaan apapun dan
saat berada didaerah konstruksi.
- Pakaian yang longgar atau robek tidak boleh dipakai saat bekerja dengan
perlengkapan dan perkakas yang berputar.
9
- Perhiasan seperti kalung atau cincin sebaiknya tidak dipakai saat bekerja karena
bisa membahayakan si pemakai.
- Udara yang dimampatkan, oksigen atau gas yang dimampatkan sama sekali tidak
boleh dipakai untuk "menghembus" pakaian kerja.
- Baju pelampung harus dipakai ketika berdiri atau bekerja di bagian luar pegengan
tangga pada tongkang material atau bila tongkang tidak dilengkapi pegangan
tangga.
- Semua pekerjaan pemuatan (deck, jacket), semua orang ditongkang harus memakai
baju pelampung, meskipun pegangan tangga terpasang.
- Tanah, lantai dan atau bagasi penyimpanan tempat barang / material yang akan ditumpuk haruslah
dalam keadaan kuat dan bebas dari ganguan yang dapat menyebabkan rusak atau berkurangnya
mutu dan menyusut / berkurangnya volume bahan / material yang disimpan.
- Bahan-bahan yang berbentuk pipa atau bejana bulat harus diberi ganjal diantara sisi luarnya agar
tidak menggelinding.
- Sedapat mungkin, pelihara keseragaman dalam hal ukuran, bentuk, berat, dan sebagainya diletakan
dan dikelompokan bahan yang sejenis, seukuran dan satu bentuk, serta diberi tanda identifikasi
dengan tulisan atau label pada tempat, tumpukkan dan atau pada bahan yang mewakilinya
10
Jenis Bahan Berbahaya dan Beracun dapat dibedakan menjadi 4 golongan, yaitu :
1. Beracun
2. Sangat Beracun
3. Sangat Reaktif
4. Mudah Meledak
- Bahan Berbahaya dan Beracun harus disimpan dalam kontainer / wadah / tempat yang baik, kuat
tidak bocor, kering, tidak mudah terbakar dan diletakan di tempat penyimpanan didaerah yang
berventilasi baik, tanpa dipasang peralatan sprinkler air, terpisah dengan bahan lain dan ditempel
Label B3 dan atau Label Material Safety Data Sheet ( MSDS)-nya.
- Bahan Kimia Berbahaya yang Sangat Reakif dan Mudah Meledak harus dijaga tetap kering, diletakan
pada posisi peletakan yang benar dan jauh dari bahan-bahan dan sumber yang dapat menyala. Bahan-
bahan tidak boleh berhubungan dengan air atau udara.
- Kontainer / wadah / tempat penyimpanannya harus dijaga terhadap kerusakan fisik dan harus berhati-
hati bilamana memindahkan bahan selama kegiatan produksi.
- Lokasi Penyimpanan atau gudang dicegah dan dipelihara kebersihannya kotoran debu agar tidak
terakumulasi terutama di daerah-daerah kerja dan dibersihakan khususnya pada selang-selang
penghisap / pipa-pipa udara.
- Ventilasi udara harus dipelihara agar dalam kondisi baik setiap saat.
- Hanya perkakas kedap percikan (kuningan dan tembaga) yang boleh dipakai untuk membuka
drum karbid dan untuk pembersihannya.
- Makan,minum dan merokok didaerah kerja penyimpanan tidak dibenarkan.
- Praktek-praktek yang sehat harus dilakukan setelah menangani bahan-bahan ini.
- Pencatatan Penerimaan dan Pengeluaran Bahan Berbahaya dan Berracun harus dipisahkan
dan dicatatan pada lembar Laporan Persediaan Barang ( FM-NK-MU-04 03-01 ) tersendiri
agar mudah di monitor jumlah penggunaannya setiap saat.
c) Penanganan Peralatan Produksi
- Penanganan dan pemeliharaan peralatan produksi harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur Sumber
Daya Peralatan (P-NK-MU-OS-01) dan Instruksi Kerja yang telah ditetapkan sesuai manual
peralatannya yang ada.
- Pelaksana Peralatan harus membuat Daftar Peralatan untuk semua Alat Produksi yang ada dan
digunakan diproyek, yang dapat dilihat jumlah, Jenis, kondisi dan masa. berlakunya surat ijin operasi
alat sesuai peraturan yang berlaku.
- Untuk Alat Ukur harus dibuat Daftar Alat Ukur yang dapat dilihat jenis, jumlah, kondisi dan masa
kalibrasinya.Pelaksana Peralatan harus membuat dan mengeluarkan daftar pemeriksaan untuk setiap
jenis peralatan.Para operator peralatan harus memeriksa semua hat perlengkapan yang tertera pada
daftar sebelum mereka memakainya.
- Daftar pemeriksaan harus ditandai dengan tanda (v) sebagai tanda "OK" atau "memerlukan perhatian".
Keterangan harus dicatat di bagian bawah halaman tersebut. Hal-hal yang memerlukan perhatian harus
segera dilaporkan ke Pelaksana Peralatan melalui operator Foreman atau Supervisor peralatan tersebut.
- Pelaksana Peralatan harus mengevaluasi memastikan kondisi peralatan dan menyatakan jika
peralatan harus :
- Digunakan hanya untuk keperluan terbatas atau hanya untuk tingkat pengoperasian lebih ringan,
11
- Diberi label "Berbahaya, Jangan Dioperasikan".
- Pelaksana Peralatan harus memberitahukan jenis dan jumlah peralatan yang memerlukan perhatian
kepada Superintendent / Pelaksana Lapangan, juga memberikan keterangan singkat tentang masalah
yang ada.
- Pelaksana Peralatan atau staf petugas yang mewakili harus mengumpulkan salinan tiap daftar
pemeriksaan peralatan setiap minggu dan menyerah-kannya ke Bagian Pemeliharaan untuk ditinjau
ulang serta untuk pengambilan langkah tindakan lanjutan.
- Dari hasil pemeriksaan dan data alat, Pelaksana Peralatan membuat Daftar Pemeriksaan dan harus
diberitahukan kepada Kepala Pelaksana / Site Manager masalah yang tidak dapat diselesaikan,
peralatan yang macet atau tidak berfungsi dan yang memerlukan perbaikan total.
- Pelaksana Peralatan berkewajiban untuk membuat laporan-laporan peralatan rutin sesuai dengan
ketentuan sistem manajemen peralatan yang telah ditetapkan oleh Biro Logistik dan Peralatan
Pelaksana Peralatan berkewajiban dan bertanggung jawab untuk :
- Memonitor dan memastikan kondisi alat dalam keadaan layak operasi.
- Mengadakan perawatan alat secara periodik dan kondisi khusus alat sesuai dengan standar pedoman
pengopearasian peralatannya.
- Perijinan penggunaan atau pengoperasian alat dan operatornya sesuai persyaratan dan peraturan yang
berlaku.
- Mengawasi dan mengatur operasi alat agar resiko terjadinya kecelakaan akibat operasi alat dapat
dicegah.
- Para operator crane harus diberi pengarahan oleh supervisor mereka sebagai bagian dari Analisis
Keselamatan dan kesehatan kerja.
- Pertimbangan terhadap factor-faktor keselamatan dan kesehatan kerja harus dievaluasi ulang jika
sudut sling melebihi 60 derajat.
- Karena pertimbangan akan berat dan pusat gaya berat, maka semua muatan harus dicek sebelum
diangkat. Pastikan peralatan pengangkat bekerja sesuai dengan kapasitasnya.
12
- Jangan mengukur muatan dengan pengait, kecuali memang dirancang demikiandan pengait memang
untuk dipakai keperluan itu.
- Gunakan sling berkaki banyak, bukan gabungan sling, dari kaki tunggal. Jangan mengangkat beban
memakai satu dari sling kaki banyak sebelum kaki-kaki yang tidak terpakai diikat dengan aman.
- Sebelum melakukan pengangkatan, pastikan bahwa sling tidak melilit, terpelintir atau kusut, dan telah
dipasang pada muatan secara benar. Salah mengaitkan muata, muatan miring atau tidak seimbang,
mengangkat dengan tali pemikul beban yang terpelintir atau kusut, dapat membebani sling melebihi
kapasitasnya.
- Saat mengangkat atau menurunkanmuatan hindari adanya sentakan mendadak pada muatan. Sentakan
atau tarikan mendadak pada saat pengangkatan akan membebani sling dan menyebabkan berat beban
bertambah dari yang sebenarnya. Naikkan sling secara perlahan sampai tali tidak kendur lagi.
- Gunakan sling yang sesuai dengan jenis dan berat beban yang diangkat.
- Buang semua barang-barang yang lepas, yang mengganggu, sebelum muatan dipindahkan.
- Jangan meninggalkan muatan tergantung diudara tanpa operator yang menjaga crane. Tempatkan
muatan serendah mungkin, tapi cukup tinggi dari yang ada di bawahnya.
- Jangan memasang segel melintang pada muatan. Mata sling harus masuk pada per dari segel.
- Tali penggerak atau tali baja yang sudah diapkir tidak boleh digunakan untuk membuat sling.
- Periksalah pengait dan palang pengamannya sesering mungkin. Jagalah agar palang pengaman selalu
bersih dan terlumasi dengan baik.
- Jangan menggerek dua atau lebih muatan yang terpisah-pisah sekali angkat, walaupun berat muatan
seluruhnya tidak melebihi nilai kapasitas derek.
- Jika bukaan pengait lebih dari 15% dari yang seharusnya (diukur dari titik yang terdekat) atau terputar
lebih dari 10 derajat dari pengait yang tak bengkok, pengait tersebut tidak boleh digunakan.
- Matikan semua mesin pada saaat diminyaki, diisi bahan bakar, dicek airnya atau disetel bagian-
bagiannya yang bergerak.
- Operator Crane harus mengecek daftar pemeriksaan kelayakan crane sebelum pekerjaan dimulai.
- Semua sling segel dan pengait harus diberi kode warna. Kode warna akan diumukan setiap tahun.
- Hanya karyawan yang berwenang yang diperbolehkan mengoperasikan semua mesin konstruksi,
termasuk alat pengangkat dan peralatan bergerak. Operator yang berwenang harus memakai surat izin
yang sesuai dengan peralatan yang digunakannya.
- Semua bagian berbahaya atau mesin-mesin/ alat-alat yang bergerak harus diamankan atau diberi
penghalang. Setiap selesai perbaikan , penghalang tersebut harus dipasang kembali.
- Supervisor akan memberitahu dan menginstruksikan semua karyawan bawahannya tentang prosedur
pelaksanaan kerja yang aman.
- Foreman, atau penggantinya, bertanggung jawab untuk melakukan inspeksi sebelum setiap giliran
kerja dimulai. Inspeksi dilakukan terhadap semua alat pengangkat ; seperti tali, kabel, sling, dan
sebagainya, yang akan dipakai selama giliran kerja.
- Peralatan bergerak harus diarahkan oleh seorang penunjuk jalan di tempat-tempat yang padat dan
sempit.
13
- Keranjang kerja yang bisa jatuh sendiri dilarang untuk digunakan.
- Crane yang bloknya bisa jatuhbebas diberi stiker kabin yang tepat, tidak boleh digunakan untuk
mengangkat atau menurunkan keranjang kerja.
- Crane tidak boleh dipakai jika ada angin kencang atau bila ada instruksi dari Pelaksana Peralatan.
- Kondisi landasan harus diperiksa untuk kelayakan sebelum crane mobil dijalankan.
- Kaki-kaki penopang (bila ada) harus dikeluarkan pada pengangkatan-pengangkatan yang tetap
ditempat.
4.2 Forklift
- Hanya operator dengan tanda pengenal yang sah yang boleh mengoperasikan forklift.
- Alarm yang dibunyikan waktu mundur harus terpasang di semua forklift (kecuali forklift berkapasitas
½ ton dan memakai kaca spion yang terang)
- Tidak seorangpun kecuali operator, diperbolehkan menaiki forklift, kecuali diizinkan untuk membawa
karyawan penunjuk jalan.
- Operator harus tahu bila ada permukaan yang tidak rata atau rintangan di lapangan. Penunjuk jalan
harus ditunjuk untuk membantu operator jika memakai forklit didaerah yang sempit dan padat.
- Garpu harus diturunkan ketanah ketika forklift diparkir.
- Dianjurkan selalu membawa muatan sedekat mungkin dengan permukaan tanah.
- Pakailah lampu saat bekerja di malam hari.
4.3 Alat Penarik Dengan Tekanan Udara Dan Alat Yang Digerakkan Tangan
Harus dilengkapi dengan :
- Kunci penghalang atau roda gigi pengunci untuk mencegah muatan berputar kembali saat diderek.
- Rem tangan
- Pengaman
14
- Palang pengaman harus dipasang pada pengait derek atau pengait harus dililit dengan benar saat
mengangkat orang. Setiap segel harus dililit.
- Keranjang pengangkut orang hanya boleh diisi dengan material, peralatan, serta orang yang bertugas
sedikit mungkin, sesuai keperluan pekerjaan. Material dan peralatan harus dalam keadaan aman.
- Jika diperlukan, tali pengaman harus dipakai untuk mengontrol gerakan keranjang.
- Tiap karyawan harus dilindungi dengan sabuk pengaman saat berada di dalam keranjang. Tangan
harus selalu diletakkan di pegangan agar tidak terjepit.
- Komunikasi antara operator crane dengan karyawan yang ada di dalam kernjang harus selalu terjaga
dengan baik. Radio, pengamatan langsung atau juru isyarat tambahan untuk memberikan aba-aba bisa
ditugaskan untuk mejamin keselamatan dan kesehatan kerja.
- Hanya operator yang sungguh-sungguh berkompeten yang diperbolehkan mengangkat orang dalam
keranjang. Keranjang hanya bisa digerakkan setelah adanya instruksi yang jelas diterima.
- Keranjang yang tidak aman tidak boleh dipakai.
- Personil yang tidak memakai sabuk pengaman tidak boleh diangkat.
15
- Ketahui beban kerja aman yang tertera pada alat takel atau tali temali yang digunakan. Jangan sampai
melebihi batas maksimum.
- Hitung berat badan sebelum diikat.
- Pakailah sarung tangan ketika memegang tali kawat.
- Periksalah semua perangkat keras, peralatan, alat takel dan sling sebelum digunakan dan kembalikan
peralatan yang rusak kepada Rigging Superintendent.
- Jangan memakai sling yang kusut atau rusak.
- Semua sling harus diberi tanda pengenal dengan nomor identifikasi dan batas , maksimum kapasitas
pada sebuah pelat logam atau cincin yang terkait secara permanent. Tempelkan pada kumparan.
- Jangan menyeret tali sling dari bawah beban.
- Jauhkan semua tali daerah kerja yang menggunakan api pemotong dan pengelas listrik.
- Balok pengangkat harus ditandai dengan jelas data beratnya dan beban kerja yang dirancang, dan
hanya bisa dipakai sesuai fungsi yang telah dirancang.
- Tambang kerekan tidak boleh dililitkan di sekeliling muatan. Muatan harus dihubungkan ke pengait
dengan sling atau tali yang lain, sesuai dengan beban yang akan diangkat.
- Jangan membuat perbaikan yang bersifat sementara pada sling. Sling yang rusak harus dikembalikan
kepada Rigging Superintendent.
- Jangan mengangkat beban dengan satu kaki dari sling berkaki banyak sampai kaki-kaki yang tidak
digunakan itu sudah diikat.
- Jangan mengungkit muatan dengan pengait jika tidak dirancang untuk itu.
- Bila memakai dua atau lebih sling untuk mengangkat satu beban pastikan semua sling terbuat dari
bahan yang sama.
- Hindari sentuhan antara sling dengan cairan pelarut atau bahan-bahan kimia.
- Sling yang melilit dan tertekuk dan tidak dapat diperbaiki, tidak boleh digunakan.
- Jangan memakai tali kerekan yang diapkir sebagai bahan untuk sling.
- Jangan melilitkan tali kawat disekeliling pengait, putaran yang tajam atau kecil akan merusak sling.
- Hindari pembengkokan di bagian matanya.
- Ketika mengangkat barang yang kaku dengan sling berkaki tiga atau empat, dua dari kakinya harus
bisa memanggul beban secara keseluruhan.
- Bila menggunakan kait bermata, jangan menekan mata terlalu rapat ke arah beban, karena sekali
talinya tegang akan mengakibatkan tambang itu rusak.
- Jangan berdiri atau memasuki jarak lentingan tali atau berada di bawah muatan.
16
- Pasang tanda peringatan "Berbahaya, Peralatan Mudah Meledak".
- Bersihkan peralatan yang telah digunakan secara menyeluruh dan dikembalikan ke kotak anti-
debunya.
- Dilarang bermain-maindengan alat ini. Tindakan demikian dapat diancam pemecatan.
4.8 Kode-Kode Isyarat Untuk Penderekan
- Hanya satu orang yang boleh memberikan aba-aba penderekan, kecuali memang diperlukan adanya
tambahan orang untuk menjadi perantara pemberian aba-aba.
- Sedapat mungkin, gunakan pengarahan secara visual.
- Pengarahan lewat radio bisa digunakan untuk penderekan dengan banya keran, didaerah yang gelap
dan sebagainya, asalkan tidak ada komunikasi radio lain yang dapat menggangu pesan-pesan itu.
- Operator crane dilarang melaksanakan kerja jika isyarat yang diterima tidak jelas.
- Radio dan baterai harus dirawat. Baterai harus diisi secara teratur.
17
- Personil kantor disarankan untuk tidak memiringkan kursi kebelakang, kecuali
kursi tersebut memang dirancang untuk bisa dimiringkan.
- Ketika menaiki tangga, kedua tangan personil tidak boleh penuh dengan bawaan,
satu tangan harus selalu bebas untuk memegang pegangan tangga.
- Kerapian dan kebersihan harus selalau dirawat dengan baik; cairan yang tumpah
harus segera dibersihkan; kertas dan benda lain yang mudah terbakar jangan
sampai menumpuk, menjadi ancaman bahaya kebakaran; hal-hal yang
menyebabkan risiko tersandung, seperti : kawat listrik dan ubin yang rusak harus
diangkat.
- Korek api atau rokok yang masih menyala tidak boleh dilempar ke keranjang
sampah kertas.
- Tabung pemadam kebakaran harus selalu diletakkan di tempatnya.
- Personil kantor harus memahami tipe dan cara pemakaian alat pemadam kebakaran
di tempatnya.
18
- Pelaksana K3 harus memonitor, memeriksa dan melakukan penelitian secara acak
apakah seluruh ruang / tempat kerja telah memenuhi prosedur dan persyaratan yang
ditentukan serta melaporkan hal-hal yang menyimpang kepada Kepala Proyek.
4.9.4.2.3 Kontrol Debu
Memelihara kebersihan kantor dari kotoran dan debu. Diusahakan mengurangi
pengaruh debu, dilakukan dengan :
Menyiram air jika halaman depan Kantor Proyek kering dan berdebudan
dengan manual atau memakai truk air, secara rutin.
Dengan mempertimbangkan personil yang sedang bekerja, kecepatan
kendaraan di lapangan harus dibatasi sampai 25 km/jam.
4.9.4.2.4 Kontrol Kebisingan
Tempat / Ruangan Kerja yang berdekatan atau terdapat Alat Produksi yang
mengeluarkan suara bising ( seperti Genset, Pile Hamer, Gerinda dll ) harus
diperiksa atau diukur itensitas kebisingannya agar diketahui tingkat kebisingannya.
Jika tingkat kebisingan melebihi dari Nilai Ambang Batas ( NAB ) Normal dapat
dipersyaratkan wajib pakai Alat Pelindung Diri Pendengaran yang harus digunakan
oleh karyawan / tenaga kerja atau tamu yang berada di daerah / tempat / ruang kerja
tersebut.
Dan jika akan menggangu atau menimbulkan protes Masyarakat sekitarnya, maka
perlu diupayakan :
Menurunkan tingkat intensitas kebisingan pada sumber atau alat produksinya
dengan menempatkan alat peredam pada sumber getarannya.
Pengaturan waktu operasi, jika memungkinkan
Penempatan penghalang pada jalan transmisi secara baik dengan cara
mengisolasi mesin / sumbernya.
19
Pelaksana K3 wajib memberi peringatan dan sangsi yang tegas kepada setiap karyawan / tenaga kerja
yang tidak melaksanakan kewajibannya yang berhubungan dengan ketidak displinan mentaati peraturan
keselamatan dan kesehatan kerja di proyek.
Sanksi yang diberikan kepada karyawan / tenaga kerja yang tidak mentaati peraturan K3 dapat berupa :
Peringatan tertulis pertama s/d. ketiga.
Hukuman administrasi bagi personil karyawan tetap yang bersangutan.
Larangan bekerja kembali di proyek.
Pemberian denda finansial dan lainnya yang disepakati oleh Wakil Pekerja, Pelaksana K3 dan Kepala
Proyek.
5.4. Rapat Koordinasi K3 / OH&S.
5.4.1. RAPAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
- Rapat Mingguan Keselamatan dan kesehatan kerja diadakan setiap hari Senin, sebelum
dilaksanakan giliran kerja siang dan malam. Semua karyawan / tenaga kerja dan kontraktor
diharuskan hadir.
- Tujuan dari rapat ini adalah sebagai sarana komunikasi antara karyawan / tenaga kerja dan wakil
manajemen tentang berbagai topik keselamatan dan kesehatan kerja dan untuk meningkatkan
kesadaran dan kecakapan dalam masalah keselamatan.
- Karyawan / tenaga kerja diberi kesempatan untuk mengungkapkan kepedulian mereka terhadap
masalah keselamatan dan bersama Supervisor / Pengawas dan Pelaksana K3 dapat merumuskan
jalan keluarnya.
- Masalah yang tidak dapat diselesaikan akan dicatat dan diserahkan kepada Bagian Keselamatan
dan kesehatan kerja untuk diproses lebih lanjut.
Pelaksana K3 Divisi / Wilayah dalam hal ini Wakil Manajemen Harian ISO Divisi / Wilayah (
WMH ISO - Divisi / Wilayah ) membagikan laporan kepada seluruh anggota Tim P2K3 yang
hadir tentang kecenderungan kecelakaan yang terjadi dalam periode ini serta melaporkan
masalah-masalah lain yang ada di lapangan / proyek dan Unit Kerja yang ada di Divisi / Wilayah.
WMH ISO - Divisi / Wilayah sebagai Anggota Tim P2K3 akan menyampaikan hasil Rapat P2K3
Divisi / Wilayah dan permasalah yang belum selesai dipecahkan kepada Ketua Tim P2K3 -
Kantor Pusat untuk diambil tindakan.
Berbagai masalah didiskusikan untuk dicarikan jalan keluarnya.
Masalah yang tidak dapat dipecahkan dibawa ke Rapat Umum P2K3 Kantor Pusat atau Rapat
Tinjauan Manajemen.
20
5.4.3. RAPAT PANITIA PEMBINA KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA ( P2K3 ) -
KANTOR PUSAT
Para anggota Dewan Keselamatan dan kesehatan kerja Senior atau Tim P2K3 Kantor Pusat
mengadakan Rapat Umum P2K3 setiap 3 ( tiga ) bulan sekali untuk membahas masalah yang
tidak bisa dipecahkan tingkat Unit Kerja / Proyek dan yang memerlukan masukan dari
manajemen tingkat atas, serta kegiatan-kegiatan K3 yang dilakukan.
Rapat Umum P2K3 ini dapat dilaksanakan bersamaan dengan Rapat Tinjauan Manajemen
Mutu, K3 dan OHSAS yang diadakan 2 ( dua ) kali dalam satu tahun. Anggota Dewan / Tim
P2K3 Kantor Pusat terdiri dari wakil-wakil setingkat Superintendent / Staf Inti Unit Kerja /
Pelaksana K3 di Kantor Pusat / Divisi dan Kepala Proyek dengan seorang Sekretaris yang
mempunyai kompetensi sebagai Ahli K3 Umum dan Wakil Ketuanya adalah Kepala Biro
Korporasi serta diketuai oleh salah satu Anggota Direksi yang ditunjuk Oleh Direktur Utama.
Anggota Dewan Keselamatan dan kesehatan kerja Senior / Tim P2K3 harus :
Menyediakan masukan untuk menetapkan, memperbaharui sesuai keperluan dan memastikan
bahwa pelaksanaan kerja telah memenuhi Prosedur Keselamatan dan kesehatan kerja di
lapangan dan isi Buku Pedoman Keselamatan dan kesehatan kerja.
Meninjau masalah yang tidak diselesaikan oleh Komite Keselamatan dan kesehatan kerja dan
membantu memberikan dukungan yang penting agar kesimpulan yang memuaskan dapat
dicapai.
Mengidentifikasikan dan mengimplementasikan semua persyaratan pelatihan dan peningkatan
keselamatan dan kesehatan kerja.
Memberikan peringatan tentang peraturan keselamatan dan kesehatan kerja yang ada.
Meninjau hal-hal dibawah ini setiap bulan :
- Ringkasan kecelakaan yang terjadi.
- Kejadian penting.
- Berbagai hasil inspeksi terencana.
- Masalah-maslah dari pelanggan yang belum dipecahkan.
Mengidentifikasi semua gejala positif dan negatif yang ada dan merekomendasikan tindakan
perbaikan yang harus dilakukan atau mengungkapkannya kepada mereka yang bertanggung
jawab.
Setiap bulan memberikan masukkan untuk “Tujuan Keselamatan dan kesehatan kerja” di
lapangan.
Meninjau ulang dan memberikan rekomendasi untuk menyelesaikan masalah yang
diungkapkan oleh Pemeriksaan keselamatan dan kesehatan kerja Perusahaan dan Pemeriksa
dari Klien/ pelanggan.
Mengevaluasi “Peralatan Perlindungan Diri” yang dipakai oleh karyawan dan memastikan
perlengkapan dengan standar yang berlaku telah disediakan dan bias digunakan setiap waktu.
Mendiskusikan setiap “Masalah Umum” dan menyimpan notulen setiap rapat.
Secara aktif ikut meningkatkan program keselamatan dan kesehatan kerja dengan cara
memberikan contoh yang baik kepada semua karyawan / tenaga kerja agar bisa dijadikan
teladan.
Membuat Laporan Kinerja K3 Bulanan untuk Unit Kerjanya kepada Tim Panitia Pembina
Keselamatan & Kesehatan Kerja (Tim P2K3 ) Kantor Pusat.
Tim P2K3 Kantor Pusat berwenang dan berkewajiban menghimpun data dari setiap Unit Kerja
dan Proyek untuk bahan pembuatan Laporan Kegiatan K3 periodik setiap 3 ( tiga ) bulan kepada
Instansi yang berwenang, yaitu : Suku Dinas Tenaga Kerja & Transmigarsi Kotamadya Jakarta
Timur dan tembusannya kepada :
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, c.q Ditjen.Binawas Tega Kerja di Jakarta.
Manajemen / Direksi PT. Nidya Karya (Persero)
21
6. Pelaporan Keselamatan dan Kesehatan Kerja :
Pelaksana K3 / OH&S Manager berkewajiban untuk membuat pelaporan - pelaporan tentang kejadian, kegiatan,
perkembangan dan kinerja Keselamatan & Kesehatan Kerja kepada Kepala Proyek dan Biro Korporasi c.q
Bagian Mutu dan Keselamatan dan kesehatan kerja / Sekretaris Tim P2K3 Kantor Pusat serta kepada Instansi
yang terkait, yaitu : Dinas Tenaga Kerja setempat.
6.1.1 Laporan Kejadian Kecalaan Kerja dibuat sesuai formulir LAPORAN KECELAKAAN KERJA
( FM-LKKK ) terlampir.
6.1.2 Laporan Kejadian Penyakit Kerja dibuat setelah ada indikasi atau rekomendasi dari Dokter
Periksa atau Dokter Perusahaan dan diketahui oleh Kepala Unit atau kepala Proyek sesuai
formulir LAPORAN KESEHATAN KARYAWAN ( FM-LKK ) terlampir.
6.2.1 Setelah adanya Laporan Kecelakaan Kerja ( FM-LKKK ) dan Laporan Penyakit Akibat Kerja (
FM-LKK ) dari Kepala Unit / Proyek, maka Tim P2K3 ( Anggota Ahli K3 Umum ), bersama
Pelaksana K3 dan Kepala Proyek melakukan proses Penyelidikan Kecelakaan Kerja dengan
menggunakan formulir LAPORAN PENYELIDIKAN KECELAKAAN KERJA ( FM-LPKK),
terlampir.
6.2.2 Hasil Laporan Penyelidikan Kecelakaan Kerja dari Lapangan atau Tempat Kejadian dilaporkan
kepada Manajemen datam hal ini kepada Ketua Tim P2K3 Kantor Pusat, untuk selanjutnya
dimintakan Arahan Upaya Penanganan dan Rehabilitasi Akibat Kecelakaan Kerja tersebut, serta
Tindakan Pencegahan apa yang harus dilakukan dalam rangka peningkatan kinerja penerapan
Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja / OHSAS untuk waktu yang akan datang.
Laporan Peiodik Hasil Kinerja K3 Proyek yang harus dilakukan oleh Pelaksana K3 dan Kepala Proyek,
yaitu antara lain tidak terbatas pada :
22
Laporan Sumber Bahaya K3 → formulir DAFTAR LAPORAN SUMBER BAHAYA
KESELAMATAN dan KESEHATAN KERJA ( FM-DLSB )
Laporan Kejadian Nyaris Celaka ( Near Miss ) → formulir LAPORAN KEJADIAN
NYARIS CELAKA ( NEAR MISS ) ( FM-LKNC )
Laporan Kondisi Peralatan Penunjang K3 dan Kebersihan
Laporan Pemantauan Alat Pelindung Diri yang digunakan Proyek →formulir
PEMANTAUAN APD ( FM-APD )
Laporan Peralatan yang di Kalibrasi 4 formulir DAFTAR PERLATAN yang
DIKALIBRASI ( FM-KA )
Laporan Hasil Tindakan Pencegahan Kecelakaan Kerja
Laporan Hasil Inspeksi K3 :
Laporan Hasil Inspeksi Sistem Hidran → formulir DAFTAR INSPEKSI SISTEM
HIDRAN (FM-DISH)
Laporan Hasil Inspeksi Alat Pemadan Api Ringan → formulir DAFTAR INSPEKSI
ALAT PEMADAM API RINGAN ( FM-DIAPAR )
Laporan Hasil Inspeksi Keselamatan & Kesehatan Kerja → formulir LAPORAN
INSPEKSI K3 ( FM-LIK3 ).
23
METODE
KESELAMATAN KERJA
Pekerjaan pembangunan Fasilitas Pelabuhan Laut Arar-Sorong akan dijelaskan sesuai sub Bab yang tercantum
dalam Dokumen Lelang dan lebih detail akan dijelaskan pada masing-masing item pekerjaan.
Ruang lingkup Pekerjaan pembangunan Fasilitas Pelabuhan Laut Arar-Sorong, adalah sebagai berikut :
I. PEKERJAAN PERSIAPAN
A. Pekerjaan Dermaga ;
B. Pekerjaan Trestle ;
A. Couseway
B. Pekerjaan Areal Darat :
1). Pekerjaan Talud Pelindung Lereng
2). Pekerjaan Timbunan
3). Pekerjaan Pengaspalan Jalan Lingkungan
C. Pekerjaan Gedung (Kantor Pelabuhan)
D. Pekerjaan Jalan Lingkungan
E. Pekerjaan Bangunan Pos Jaga
F. Pekerjaan Bangunan Gudang
G. Pekerjaan Lapangan Penumpukan
H. Pekerjaan Areal Parkir
I. Pekerjaan Pembangunan Rumah Genset
J. Pekerjaan Pembangunan Reservoar air
K. Pekerjaan Jalan penghubung
L. Pekerjaan Penerangan
24
I. PEKERJAAN PERSIAPAN
1) Proses Kerja
Sebagaimana penjelasan dalam metode keselamatan, bahwa mobilisasi untuk pekerjaan di Arar /
Sorong dilakukan melalui 3 (tiga) tempat yaitu lokasi Kalimantan Barat, Lokasi Gorontalo dan lokasi
Manokwari. Langkah yang dilakukan dalam melakukan mobilisasi sebagai berikut :
* Peralatan yang akan digunakan dilakukan persiapan dan dilakukan running test di workshop baik
di Kalimantan Barat, Lokasi Gorontalo dan lokasi Manokwari. Tujuannya adalah untuk memberi
jaminan bahwa kondisi peralatan dalam kondisi baik dan siap untuk dioperasionalkan.
* Setelah melakukan pengecetakan dan pengetesan peralatan dan dipastikan dalam kondisi baik,
maka diangkut ke pelabuhan terdekat dengan menggunakan crane dan truck tronton
* Selanjutnya peralatan diangkut ke lokasi proyek Pembangunan Fasilitas Pelabuhan Laut Arar /
Sorong dengan menggunakan Kapal LCT.
3) Solusi keselamatan:
4) Peralatan Keselamatan :
Untuk mencapai solusi keselamatan, maka diperlukan peralatan keselamatan dan kesehatan kerja
sebagai berikut :
25
B. Barak Pekerja, Gudang dan Bengkel, Volume = 150 m2
1) Proses kerja :
* Melakukan pengukuran oleh Kontraktor dan Direksi untuk menentukan lokasi pembuatan barak
kerja, gudang dan bengkel kerja.
* Kemudian membuat Bowplank pada lokasi penumpukan material kayu untuk dilakukan pabrikasi
di sekitar lokasi untuk membuat rangka sesuai dengan shop drawing yang telah disetujui oleh
direksi
* Balok kayu kemudian diangkat dari lokasi penumpukan material untuk dipabrikasi disekitar
lokasi untuk membuat rangka sesuai dengan shop drawing yang telah disetujui oleh direksi
* Setelah rangka berdiri, kemudian dilanjutkan dengan pemasangan rangka atap dan pemasangan
atap.
* Kemudian dipasang dinding, pintu dan jendela sesuai dengan shop drawing yang telah disetujui
* Terjadi luka pada kapala akibat terjadi benturan benda keras / tertimpa material.
* Terjadi luka pada kaki akibat tertusuk benda tajam/paku.
* Terjadi lecet akibat pemakaian alat-alat kerja
* Kemungkinan jatuh dari ketinggian pada waktu memasang rangka, dinding dan atap.
3) Solusi Keselamatan :
1) Proses Kerja
* Sebelum Pelaksanaan Pekerjaan Beton, Pihak kontraktor membuat Mix Design untuk mutu beton
yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan, yang dilaksanakan di Laboratorium Beton.
* Setelah diperoleh hasil mix design, pihak kontraktor, kemudian meminta persetujuan direksi
terhadap hasil mix design tersebut, untuk kemudian dijadikan pedoman dalam pekerjaan beton
selanjutnya.
* Dalam Pelaksaanaan pekerjaan beton, sebagai pengendalian mutu, maka setiap akan
melaksanakan pengecoran harus dilakukan pengukuran slump test untuk mangukur kekentalan
26
campuran dan pengambilan sample kubus beton nantinya dilakukan pengetesan kubus beton di
laboratorium Beton.
3) Solusi Keselamatan
4) Langkah Antisipasi
5) Peralatan Keselamatan :
* Helm Pengaman
* Kaca mata Pengaman
* Masker
* Sepatu Safety
* Kaos Tangan
* Pihak kontraktor dengan persetujuan direksi memasang Instalasi listrik pada Lokasi kerja yang
dipagari, Barak Pekerja, Gudang dan disekitar lokasi proyek yang ditentukan oleh direksi
* Penerangan hanya dilakukan pada malam hari selama masa kerja berlangsung
27
2) Prediksi Resiko Kecelakaan Kerja
* Tersengat aliran listrik
* Kebakaran akibat hubungan arus pendek
3) Solusi Kesalamatan
4) Langkah Antisipasi
5) Peralatan Keselamatan :
* Helm pengaman
* Sepatu safety
* Kaos Tangan
* Pemadam Kebakaran
* Pihak kontarktor dan direksi mengadakan pengukuran untuk menentukan areal lokasi proyek
yang akan dipagari.
* Tukang kayu dan Pekerja pembuat tiang pagar dan menanam dengan jarak tiang 2 meter, dengan
kedalaman tertanam sekitar ,05 meter.
* Setelah kemudian ditumpu dengan balok penopang dan dipasangi balok melintang.
* Setelah itu kemudian dipasangi seng gelombang dan dicat dengan warna yang telah ditentukan
sebelumnya oleh direksi.
28
3) Solusi Keselamatan Kerja :
4) Langkah antisipasi :
* Dalam pelaksanaan, maka tenaga harus memperhatikan dengan benar lokasi penumpukan
material di daerah aman dari hilir mudik pekerja lain.
* Setiap tenaga kerja harus menggunakan helm pengaman, sepatu boot, dan kaos tangan.
5) Peralatan Keselamatan :
* Helm pengaman
* Sepatu safety
* Kaos tangan
29
3) Solusi Keselamatan Kerja :
4) Langkah Antisipasi :
* Setiap tenaga kerja harus menggunakan Helm Pengaman,Sepatu Boot,dan kaos tangan
30
3. Solusi Keselamatan Kerja :
4. Langka Antisipasi :
* Penggunaan alat berat Harus memperhatikan Prosuder Pengoperasian dan memperhatikan
Kapasitas alat .
5. Peralatan keselamatan
* Peralatan di workshop meliputi : helm, pengaman, sepatu safety, kacamat safety, kacamata las,
sarung tangan, sarung tangan las.
* Perlatan pengangkutan meliputi : helm pengaman, sepatu safety, kaos tangan.
* Perlatan di kapal ekspedisi, berupa sekoci pengaman, jaket pelampung, pemadam kebakaran, dll
31
4. Langkah Antisipasi :
* Penggunaan alat berat harus memperhatikan prosedur pengoperasian dan memperhatikan
kapasitas alat.
* Tenaga Kerja yang terlibat dalam pekerjaan tersebut harus menggunakan peralatan keselamatan
dan kesehatan kerja
5. Peralatan Keselamatan
* Helm pengaman
* Sepatu Safety
* Kacamata Safety
* Kaos Tangan
* Pekerja mengambil material dari gudang dan mempersiapkan peralatan las listrik dan las potong
* Mandor dan tukang las kemudian menggambar dan memotong plat.
* Plat yang telah dipotong kemudian disambung dengan nas untuk membentuk sepatu tiang.
* Sepatu tiang yang telah terbentuk kemudian dilas dengan tiang untuk kemudian diangkut ke
lokasi pemancangan
4. Langkah Pencegahan
* Penggunaan alat berat harus memperhatikan prosedure pengoperasian dan memperhatikan
kapasitas alat.
* Tenaga Kerja yang terlibat dalam pekerjaan tersebut harus menggunakan peralatan keselamatan
dan kesehatan kerja
32
5. Peralatan Keselamatan
* Helm pengaman
* Sepatu Safety
* Kacamata Safety
* Kaos Tangan
D. Pemancangan Tiang
1. Proses kerja
* Setelah tiang pancang diangkut ke lokasi pancang, maka kemudian ponton pancang diarahkan ke
titik pancang dengan menggunakan winch tangan yang di jangkarkan pada lima arah yang saling
bersilangan.
* Surveyor memandu dari dua arah untuk menentukan titik pancang sesuai koordinat dalam gambar
rencana.
* Setelah posisi tiang benar-benar sudah tepat pada titik pemancangan, maka hammer akan
diturunkan untuk membebani tiang dan selanjutnya prose pemancangan dilanjutkan.
* Setelah pemancangan tiang dianggap telah diperoleh perlawanan tanah yang diperkirakan telah
cukup keras dengan melihat tinggi jatuh hammer dan penetrasi tiang, maka pencatatan dari final
set dilakukan dengan cara kalendering.
* Kalendering dilakukan 3 kali dengan masing-masing 10 pukulan untuk mendapatkan data final
setting yang akurat.
33
4. Langkah Pencegahan
* Crane pemancangan harus menggunakan peralatan standar yang terdiri dari helm pengaman, kaos
tangan dan sepatu safety.
* Crane pamancang harus menggunakan peralatan pelindung mata (kaca mata safety) untuk
menghindari percikan minyak dan oli dari alat pancang mengenai mata
* Crane pemancang harus menggunakan alat pelindung telinga untuk mengurangi kebisingan akibat
suara ledakan-ladakan hammer dan tumbukan hammer dan tiang.
* Crane pemancang harus menggunakan safety belt ketika memanjat leader. Hammer kalau ada
bagain hammer atau yang sling yang tersangkut.
* Dalam pencatatan pemancangan (pile driving record/kalendering) dilakukan, Crew pemancang
yang bertugas harus menggunakan jas hujan untuk melindungi dari percikan bahan bakar (solar
dan olie)
5. Peralatan Keselamatan :
* Helm Pengaman
* Kacamata Pengaman
* Masker
* Sepatu Safety
* Kaos Tangan.
* Tahap penyambungan pipa dilakukan didarat sehingga diperoleh panjang tiang yang sudah
ditentukan sesuai panjang leader dari ponton
* Penyambungan dilakukan oleh tenaga ahli las yang berpengalaman dengan memenuhi
persyaratan Spesifikasi (welding Procedure Specification – WPS )
* Penyambungan tiang pipa juga akan dilakukan di laut setelah pemancangan tiang 24 meter
dengan persyaratan penyambungan yang sama
* Pipa –pipa yang telah disambung kemudian dites pengelasan penyambungannya dengan
persyaratan bahwa semua sambungan harus kuat dan tidak bocor
34
3. Solusi keselamatan Kerja
4. Langkah Pencegahan
* Peralatan las harus dalam keadaan baik ,
* Tiang pancang yang akan dilas harus dalam keadaan bersih dari kotoran seperti solar oli ,karat
,dll.
* Tenaga kerja harus orang yang terlatih dalam pekerjaan pengelasan
* Tenaga kerja harus menggunakan perlengkapan keselamatan kerja yang dipersiapkan
5. Peralatan Keselamatan :
* Sepatu safety
* Kaca mata las
* Pelindung muka
* Masker
* Baju pelampung
* Pemadam kebakaran
35
- Kaos Tangan
- Sepatu Boot
- Helm Pengaman
* Sebelum pemasangan geotextile akan terlebih dahulu dilakukan pekerjaan pemasangan cerucuk.
Ini bertujuan agar daya dukung pada lapisan Sub Grade dapat lebih stabil, sehingga timbunan
tidak akan mengalami penurunan/settlemen yang significant.
* Setelah pemasangan cerucuk maka dapat langsung dikerjakan pemasangan geotextile.
C. Pekerjaan Penimbunan
1. Proses Kerja
* Untuk pekerjaan penimbunan pasir tahap pertama yang dikerjakan adalah pengadaan material
kelokasi dengan menggunakan dump truck ( pasir dimasukkan kedalam dump truck dengan
menggunakan Exavator)
* Material pasir yang sudah tiba dilokasi diratakan dengan menggunakan Motor Grader atau
dengan Buldozer.
* Setelah material diratakan tahap selanjutnya adalah pemadatan dengan menggunakan PTR .
* Untuk proses penimbunan tanah tahapan pekerjaannya sama dengan penimbunanlapisan pasir.
36
4. Peralatan Keselamatan
* Masker
* Kaca mata
* Kaos tangan
* Sepatu Boot
* Helm Pengaman
Pada tahapan pekerjaan lapisan surface resiko kerja yang dapat terjadi adalah :
* iritasi mata dan gangguan pernafasan akibat debu pada pada saat dibersihkan dengan
menggunakan air compressor.
* Terlukanya kaki atau anggota tubuh lainnya yang diakibatkan terkene oleh aspal panas (prime
coat – taek coat) pada saat proses pengaspalan.
* terlukanya anggota tubuh lainnya yang diakibatkan oleh alat kerja lainnya.
* Tergelincirnya alat berat pada saat pemadatan lapisan aspal.
4. Peralatan Keselamatan
* Masker
* Kaca mata
* Kaos tangan
* Sepatu Boot
* Helm Pengaman
37
E. PEKERJAAN GEDUNG (KANTOR PELABUHAN)
I. Pekerjaan persiapan
A. Pembersihan lokasi
1. Proses kerja :
* Melakukan pembersihan lokasi sehingga aman dan nyaman pada saat pelaksanaan
pekerjaan.
* Pembersihan dilakukan di seluruh lahan yang akan dipergunakan untuk proses pekerjaan
termasuk membuat akses ke proyek.
* Membuat pagar pembatas antara lokasi kerja dengan daerah sekitarnya.
* Pagar pembatas dibuat dengan seng dan di bangun sekeliling lokasi proyek.
3. Langkah Pencegahan :
* Menggunakan peralatan kerja yang berfunsi untuk melindungi diri seperti sepatu dan
sarung tangan.
* Menghindari kesalahan prosedur pemakaian alat.
* Memberikan pengetahuan kepada pekerja tentang keselamatan kerja.
* Tidak menggunakan alat yang rusak yang dapat menimbulkan kecelakaan.
4. Peralatan Keselamatan :
* Menggunakan pakaian kerja lengkap yang berfunsi untuk melindungi diri dari kecelakaan
seperti sepatu boot, helm dan sarung tangan.
* Memakai sarung tangan untuk menghindari terjadinya luka dan tertusuk benda-benda
tajam.
* Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.
B. Pemasangan bowplank
1. Proses Kerja :
* Melakukan pengukuran areal dengan menggunakan theodolite.
* Membuat tonggak-tonggak yang ditancapkan ketanah pada beberapa titik di luar bangunan.
* Menghubungkan titik-titik tersebut dengan benang atau dengan papan sehingga
diketahui titik-titik ukur posisi denah bangunan dan ketinggian elevasi antar lantai.
38
2. Resiko Kecelakaan Kerja :
* Kecelakaan yang terjadi akibat dari gigitan serangga.
* Kecelakaan akibat terkena alat yang digunakan untuk membuat patok-patok/bowplank
seperti terkena palu.
* Kecelakaan akibat tertusuk kayu atau terkena pecahan beling pada waktu pembuatan
bowplank.
3. Langkah Pencegahan :
* Menggunakan peralatan kerja yang berfungsi untuk melindungi diri seperti sepatu dan
sarung tangan.
* Menghindari kesalahan prosedur pemakaian alat.
* Memberikan pengetahuan kepada pekerja tentang keselamatan kerja.
* Tidak menggunakan alat yang rusak yang dapat menimbulkan kecelakaan.
* Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan
prosedur kerja.
4. Peralatan Keselamatan :
* Menggunakan sepatu boot untuk menghindarkan terjadinya kecelakaan akibat tertusuk
benda-benda tajam seperti pecahan kaca ataupun seng.
* Memakai sarung tangan untuk menghindari terjadinya luka dan tertusuk benda-benda
tajam.
* sedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.
3. Langkah Pencegahan :
* Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki dari luka akibat tertusuk benda-benda tajam.
* Memakai sarung tangan untuk menghindari luka akibat pecahan kaca atau benda tajam
lainnya.
39
* Membuat penahan tanah untuk menghindari terjadinya longsor.
* Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan
prosedur kerja.
4. Peralatan Keselamatan :
* Menggunakan sepatu boot untuk menghindarkan terjadinya luka pada kaki.
* Memakai sarung tangan agar tidak terluka akibat tertusuk benda tajam.
* Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.
3. Langkah Pencegahan :
* Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.
* Memakai sarung tangan untuk menghindari luka akibat tergores butiran pasir.
* Meningkatkan kewaspadaan pada saat membuang pasir kedalam lubang galian.
* Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan
prosedur kerja.
* Memakai helm pengaman.
4. Peralatan Keselamatan :
* Menggunakan helm pengaman.
* Memakai sepatu kerja.
* Memakai sarung tangan.
* Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.
40
C. Pemasangan batu pondasi
1. Proses Kerja :
* Sebelum memulai pengerjaan pondasi terlebih dahulu dibuat bekisting untuk pondasi
* Setelah dibuat bekisting kemudian dilakukan pemasangan batu untuk pondasi.
* Pemasangan batu untuk pondasi digunakan campuran sesuai dengan rencana kerja.
3. Langkah Pencegahan :
* Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.
* Memakai sarung tangan untuk menghindari luka terkena batu.
* Meningkatkan kewaspadaan pada saat membuang pasir kedalam lubang galian.
* Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan
prosedur kerja.
* Memakai helm pengaman.
4. Peralatan Keselamatan :
* Menggunakan helm pengaman.
* Memakai sepatu kerja.
* Memakai sarung tangan.
* Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.
41
3. Langkah Pencegahan :
* Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.
* Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.
* Meningkatkan kewaspadaan pada saat bekerja.
* Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan
prosedur kerja.
* Memakai helm pengaman.
4. Peralatan Keselamatan :
* Menggunakan helm pengaman.
* Memakai sepatu kerja.
* Memakai sarung tangan.
* Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.
3. Langkah Pencegahan :
* Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.
* Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.
* Meningkatkan kewaspadaan pada saat bekerja.
* Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan
prosedur kerja.
4. Peralatan Keselamatan :
* Menggunakan helm pengaman.
* Memakai sepatu kerja.
* Memakai sarung tangan.
* Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.
42
B. Pekerjaan Kolom
1. Proses Kerja :
* Membuat bekisting untuk pekerjaan kolom.
* Membuat rangkaian tulangan besi yang akan digunakan untuk pekerjaan kolom.
* Melakukan pengecoran.
* Pengecoran dilakukan sesuai dengan mutu yang telah ditentukan.
* Setelah pengecoran pengecoran mengering kemudian bekisting dibuka.
3. Langkah Pencegahan :
* Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.
* Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.
* Meningkatkan kewaspadaan pada saat bekerja.
* Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan
prosedur kerja.
4. Peralatan Keselamatan :
* Menggunakan helm pengaman.
* Memakai sepatu kerja.
* Memakai sarung tangan.
* Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.
C. Pekerjaan Ringbalk
1. Proses Kerja :
* Membuat bekisting untuk pekerjaan Ringbalk.
* Membuat rangkaian tulangan besi yang akan digunakan untuk pekerjaan Ringbalk.
* Melakukan pengecoran.
* Pengecoran dilakukan sesuai dengan mutu yang telah ditentukan.
* Setelah pengecoran pengecoran mengering kemudian bekisting dibuka.
43
* Kemungkinan kecelakaan akibat jatuh daru ketingggian.
3. Langkah Pencegahan :
* Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.
* Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.
* Meningkatkan kewaspadaan pada saat bekerja.
* Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan
prosedur kerja.
4. Peralatan Keselamatan :
* Menggunakan helm pengaman.
* Memakai sepatu kerja.
* Memakai sarung tangan.
* Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.
3. Langkah Pencegahan :
* Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.
* Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.
* Meningkatkan kewaspadaan pada saat bekerja.
* Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan
prosedur kerja.
44
4. Peralatan Keselamatan :
Menggunakan helm pengaman.
Memakai sepatu kerja.
Memakai sarung tangan.
Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.
3. Langkah Pencegahan :
* Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.
* Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.
* Meningkatkan kewaspadaan pada saat bekerja.
* Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai
dengan prosedur kerja.
4. Peralatan Keselamatan :
* Menggunakan helm pengaman.
* Memakai sepatu kerja.
* Memakai sarung tangan.
* Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.
45
B. Plesteran dan acian
1. Proses Kerja :
* Membuat marking.
* Membuat kepalaan.
* Melakukan screeding.
* Plesteran dan acian dilakukan dengan cara menggosok permukaan tembok dengan alat
roskan dan kertas semen.
3. Langkah Pencegahan :
* Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.
* Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.
* Memakai helm proyek pada saat bekerja.
* Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan
prosedur kerja.
4. Peralatan Keselamatan
* Menggunakan helm pengaman.
* Memakai sepatu kerja.
* Memakai sarung tangan.
* Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.
46
2. Resiko Kecelakaan Kerja
* Luka pada tangan akibat kena peralatan kerja.
* Luka pada anggota tubuh akibat terkena serpihan kayu.
* Kemungkinan kecelakaan akibat kesalahan penggunaan alat serut kayu, gergaji mesin,
mesin amplas dll.
3. Langkah Pencegahan :
* Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.
* Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.
* Memakai helm proyek pada saat bekerja.
* Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan
prosedur kerja.
* Mengecek kelayakan pada alat yang digunakan.
4. Peralatan Keselamatan
* Menggunakan helm pengaman.
* Memakai sepatu kerja.
* Memakai sarung tangan.
* Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.
3. Langkah Pencegahan :
* Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.
* Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.
* Memakai helm proyek pada saat bekerja.
47
* Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan
prosedur kerja.
* Mengecek kelayakan pada alat yang digunakan.
4. Peralatan Keselamatan
* Menggunakan helm pengaman.
* Memakai sepatu kerja.
* Memakai sarung tangan.
* Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.
3. Langkah Pencegahan :
* Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.
* Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.
* Memakai helm proyek pada saat bekerja.
* Memakai masker/kaca mata pelindung.
* Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan
prosedur kerja.
* Mengecek kelayakan pada alat yang digunakan.
4. Peralatan Keselamatan
* Menggunakan helm pengaman.
* Memakai sepatu kerja.
* Memakai sarung tangan.
* Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.
* Masker / kaca mata pelindung.
48
VI. Pekerjaan Atap
A. Nok
1. Proses Kerja :
* Membuat design nok.
* Mempersiapkan kayu yang digunakan pada pemasangan atap.
* Melakukan pemasangan rangka atap kayu pada lokasi.
3. Langkah Pencegahan :
* Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.
* Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.
* Memakai helm proyek pada saat bekerja.
* Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan
prosedur kerja.
* Mengecek kelayakan pada alat yang digunakan.
4. Peralatan Keselamatan
* Menggunakan helm pengaman.
* Memakai sepatu kerja.
* Memakai sarung tangan.
* Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.
B. Papan reuter
1. Proses Kerja :
* Membuat design papan reuter.
* Mempersiapkan kayu yang digunakan pada pemasangan reuter.
* Melakukan pemasangan rangka papan reuter pada lokasi.
49
2. Kecelakaan Kerja
* Luka pada tangan akibat kena peralatan kerja.
* Luka pada anggota tubuh akibat terkena serpihan kayu.
* Kemungkinan kecelakaan akibat kesalahan penggunaan alat serut kayu, gergaji mesin,
mesin amplas dll.
* Jatuh dari atap bangunan.
* Tertimpa material kayu pada saat pemasangan rangka papan reuter.
3. Langkah Pencegahan :
* Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.
* Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.
* Memakai helm proyek pada saat bekerja.
* Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan
prosedur kerja.
* Mengecek kelayakan pada alat yang digunakan.
4. Peralatan Keselamatan
* Menggunakan helm pengaman.
* Memakai Memakai sepatu kerja.
* sarung tangan.
* Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.
C. Gording
1. Proses Kerja :
* Membuat design gording.
* Mempersiapkan kayu yang digunakan pada pemasangan gording.
* Melakukan pemasangan gording pada lokasi.
50
3. Langkah Pencegahan :
* Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.
* Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.
* Memakai helm proyek pada saat bekerja.
* Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan
prosedur kerja.
* Mengecek kelayakan pada alat yang digunakan.
4. Peralatan Keselamatan
* Menggunakan helm pengaman.
* Memakai sepatu kerja.
* Memakai sarung tangan.
* Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.
D. Gunungan / Gavel
1. Proses Kerja :
* Membuat design gunungan/gavel.
* Mempersiapkan kayu yang digunakan pada gunungan/gavel.
* Melakukan pemasangan rangka gunungan/gavel pada lokasi.
3. Langkah Pencegahan :
* Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.
* Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.
* Memakai helm proyek pada saat bekerja.
* Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan
prosedur kerja.
* Mengecek kelayakan pada alat yang digunakan.
51
4. Peralatan Keselamatan
* Menggunakan helm pengaman.
* Memakai sepatu kerja.
* Memakai sarung tangan.
* Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.
E. Mirplat
1. Proses Kerja :
* Membuat design mirplat.
* Mempersiapkan kayu yang digunakan pada pemasangan mirplat.
* Melakukan pemasangan rangka mirplat pada lokasi.
3. Langkah Pencegahan :
* Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.
* Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.
* Memakai helm proyek pada saat bekerja.
* Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan
prosedur kerja.
* Mengecek kelayakan pada alat yang digunakan.
4. Peralatan Keselamatan
* Menggunakan helm pengaman.
* Memakai sepatu kerja.
* Memakai sarung tangan.
* Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.
52
E. Usuk dan Reng
1. Proses Kerja :
* Membuat design usuk dan reng.
* Mempersiapkan kayu yang digunakan pada pemasangan usuk dan reng.
* Melakukan pemasangan usuk dan reng.pada lokasi.
3. Langkah Pencegahan :
* Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.
* Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.
* Memakai helm proyek pada saat bekerja.
* Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan
prosedur kerja.
* Mengecek kelayakan pada alat yang digunakan.
4. Peralatan Keselamatan
* Menggunakan helm pengaman.
* Memakai sepatu kerja.
* Memakai sarung tangan.
* Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.
F. Rangka atap
1. Proses Kerja :
* Membuat design rangka atap.
* Mempersiapkan kayu yang digunakan pada pemasangan atap.
* Melakukan pemasangan rangka atap kayu pada lokasi.
53
2. Resiko Kecelakaan Kerja
* Luka pada tangan akibat kena peralatan kerja.
* Luka pada anggota tubuh akibat terkena serpihan kayu.
* Kemungkinan kecelakaan akibat kesalahan penggunaan alat serut kayu, gergaji mesin,
mesin amplas dll.
* Jatuh dari atap bangunan.
* Tertimpa material kayu pada saat pemasagan rangka atap.
3. Langkah Pencegahan :
* Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.
* Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.
* Memakai helm proyek pada saat bekerja.
* Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan
prosedur kerja.
* Mengecek kelayakan pada alat yang digunakan.
4. Peralatan Keselamatan
* Menggunakan helm pengaman.
* Memakai sepatu kerja.
* Memakai sarung tangan.
* Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.
54
3. Langkah Pencegahan :
* Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.
* Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.
* Memakai helm proyek pada saat bekerja.
* Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan
prosedur kerja.
* Mengecek kelayakan pada alat yang digunakan.
4. Peralatan Keselamatan
* Menggunakan helm pengaman.
* Memakai sepatu kerja.
* Memakai sarung tangan.
* Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.
H. Lisplank
1. Proses Kerja :
* Membuat design lisplank
* Mempersiapkan kayu yang digunakan pada pemasangan lisplank.
* Melakukan pemasangan rangka lisplank pada lokasi.
3. Langkah Pencegahan :
* Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.
* Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.
* Memakai helm proyek pada saat bekerja.
* Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan
prosedur kerja.
* Mengecek kelayakan pada alat yang digunakan.
55
4. Peralatan Keselamatan
* Menggunakan helm pengaman.
* Memakai sepatu kerja.
* Memakai sarung tangan.
* Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.
3. Langkah Pencegahan :
* Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.
* Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.
* Memakai helm proyek pada saat bekerja.
* Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan
prosedur kerja.
* Mengecek kelayakan pada alat yang digunakan.
* Memakai masker pengaman.
4. Peralatan Keselamatan
* Menggunakan helm pengaman.
* Memakai sepatu kerja.
* Memakai sarung tangan.
* Masker pengaman.
* Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja
56
B. Lantai Kerja
1. Proses Kerja :
* Menarik benang dengan menggunakan waterpass/selang agar pengurugan rata.
* Melakukan pengurugan pasir sesuai dengan tebal yang telah ditentukan.
* Melakukan perataan dengan menggunakan sekop ataupun cangkul.
3. Langkah Pencegahan :
* Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.
* Memakai sarung tangan untuk menghindari luka akibat tergores butiran pasir.
* Meningkatkan kewaspadaan pada saat membuang pasir kedalam lubang galian.
* Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan
prosedur kerja.
* Memakai helm pengaman.
4. Peralatan Keselamatan
* Menggunakan helm pengaman.
* Memakai sepatu kerja.
* Memakai sarung tangan.
* Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.
C. Keramik
1. Proses Kerja :
* Menentukan peil lantai dan screeding.
* Memilih dan menentukan jenis keramik dan aksesoris.
* Mempersiapkan keramik dan aksesoris lainnya yang digunakan pada saat pemasangan
lantai.
* Melakukan pemasangan keramik pada lokasi.
57
2. Resiko Kecelakaan Kerja
* Luka pada tangan akibat kena peralatan kerja.
* Luka pada anggota tubuh akibat terkena serpihan material.
* Kemungkinan kecelakaan akibat kesalahan penggunaan alat pemotong keramik.
3. Langkah Pencegahan :
* Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.
* Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.
* Memakai helm proyek pada saat bekerja.
* Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan
prosedur kerja.
* Mengecek kelayakan pada alat yang digunakan.
* Memakai masker pengaman.
4. Peralatan Keselamatan
* Menggunakan helm pengaman.
* Memakai sepatu kerja.
* Memakai sarung tangan.
* Masker pengaman.
* Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja
D. Lis Dinding
1. Proses Kerja :
* Selain pemasangan keramik pada lantai diikuti juga dengan pemasangan lis dinding pada
tepi-tepi dinding.
* Pemasangan lis dinding dengan menggunakan keramik yang sama dengan memotong
keramik sesuai dengan kebutuhan.
* Lis bertujuan untuk membuat keramik rata pada tiap sudut dinding
3. Langkah Pencegahan :
* Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.
* Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.
58
* Memakai helm proyek pada saat bekerja.
* Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan
prosedur kerja.
* Mengecek kelayakan pada alat yang digunakan.
* Memakai masker pengaman.
4. Peralatan Keselamatan
* Menggunakan helm pengaman.
* Memakai sepatu kerja.
* Memakai sarung tangan.
* Masker pengaman.
* Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja
E. Aksesori
1. Proses Kerja :
* Menentukan jenis aksesori yang dibutuhkan seperti closet, kran, shower dll.
* Melakukan pemasangan aksesori sesuai dengan prosedur pekerjaan.
* Pekerjaan dilakukan oleh tenaga yang terampil memasang aksesoris tersebut.
3. Langkah Pencegahan :
* Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.
* Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.
* Memakai helm proyek pada saat bekerja.
* Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan
prosedur kerja.
* Mengecek kelayakan pada alat yang digunakan.
* Memakai masker pengaman.
4. Peralatan Keselamatan
* Menggunakan helm pengaman.
* Memakai sepatu kerja.
59
* Memakai sarung tangan.
* Masker pengaman.
* Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja
3. Langkah Pencegahan :
* Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.
* Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.
* Memakai helm proyek pada saat bekerja.
* Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan
prosedur kerja.
* Mengecek kelayakan pada alat yang digunakan.
* Memakai masker pengaman.
4. Peralatan Keselamatan
* Menggunakan helm pengaman.
* Memakai sepatu kerja.
* Memakai sarung tangan.
* Masker pengaman.
* Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja
60
B. Instalasi Air
1. Proses Kerja :
* Menentukan titik-titik pemasangan instalasi air.
* Memilih dan menentukan jenis alat-alat yang digunakan.
* Mempersiapkan alat dan aksesoris lainnya yang digunakan pada saat pemasangan instalasi.
* Melakukan pemasangan instalasi air pada lokasi.
3. Langkah Pencegahan :
* Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.
* Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.
* Memakai helm proyek pada saat bekerja.
* Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan
prosedur kerja.
* Mengecek kelayakan pada alat yang digunakan.
4. Peralatan Keselamatan
* Menggunakan helm pengaman.
* Memakai sepatu kerja.
* Memakai sarung tangan.
* Masker pengaman.
* Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja
61
2. Resiko Kecelakaan Kerja
* Luka pada tangan akibat kena peralatan kerja.
* Terkena percikan cat pada mata.
* Kemungkinan kecelakaan akibat kesalahan penggunaan alat yang digunakan
* Jatuh dari steiger
3. Langkah Pencegahan :
* Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.
* Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.
* Memakai helm proyek pada saat bekerja.
* Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan
prosedur kerja.
* Mengecek kelayakan pada alat yang digunakan.
4. Peralatan Keselamatan
* Menggunakan helm pengaman.
* Memakai sepatu kerja.
* Memakai sarung tangan.
* Masker pengaman.
* Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.
B. Pembersihan
1. Proses Kerja :
* Setelah semua item pekerjaan selesai di perlukan pembersihan lokasi kerja
* Pembersihan dilakukan dengan membersihkan sisa-sisa hasil dari pekerjaaan sebelumnya.
62
3. Langkah Pencegahan :
* Memakai sepatu kerja untuk melindungi kaki.
* Memakai sarung tangan untuk melindungi tangan dari luka.
* Memakai helm proyek pada saat bekerja.
* Melakukan pengawasan terhadap pekerja yang tidak melakukan pekerjaan sesuai dengan
prosedur kerja.
* Mengecek kelayakan pada alat yang digunakan.
4. Peralatan Keselamatan
* Menggunakan helm pengaman.
* Memakai sepatu kerja.
* Memakai sarung tangan.
* Masker pengaman.
* Tersedianya peralatan kesehatan (P3K) jika terjadi kecelakaan pada lokasi kerja.
63