Anda di halaman 1dari 92

Pembangunan Gudang dan Ruang Koperasi

Dinas Kesehatan Provinsi Banten Spesifikasi Teknis

4. Pemasangan
Batu Kosong
Batu tanpa adukan (aanstamping setinggi 10 cm) harus dipasang tegak lurus dan rapat
dan
diisi pasir pada rongga-rongga batu.
Pasangan Batu
Pekerjaan pasangan batu dilaksanakan sesuai dengan ukuran dan bentuk-bentuk yang
ditunjukkan dalam gambar-gambar. Tiap-tiap batu harus dipasang penuh dengan
adukan
sehingga semua hubungan batu melekat satu sama lain dengan sempurna.
Setiap batu harus dipasang di atas lapisan adukan dan diketok ke tempat-tempatnya
hingga teguh. Adukan harus mengisi penuh rongga-rongga antara batu
untuk
mendapatkan masa yang kuat dan integral, dan dibeberapa sisi luar dan dalam.
Batu yang akan dipasang, bentuk jadi bidang luar harus sesuai gambar rancangan atau
petunjuk Konsultan Pengnawas. Bila terdapat angker baja maka harus
dibungkus
campuran beton dengan adukan 10 cm mengelilinginya.
Pemadatan tanah di bawah pasangan batu kali harus sedikitnya mencapai 80 %
compacted
terhadap standar proctor.

PASAL 2.

PEKERJAAN LOGAM

2.1. LOGAM ARSITEKTUR

2.1.1. Lingkup Pekerjaan


Meliputi semua pekerjaan logam tidak berbesi (non ferros metal) dan baja tak berkarat
(stainless steel dan kuningan) dengan segala kelengkapan pemasangannya,
seperti yang
tertera pada gambar, ataupun yang tidak dipersyaratkan secara khusus dalam
persyaratan ini.
Termasuk di sisni adalah :
1. Alat perlengkapan pintu dan jendela.
2. Floor drain.
3. Panel listrik.
4. Perlengkapan penerangan
5. Rangka partisi.
6. Grill-grill untuk menutup saluran.
7. Dan hal-hal lain, seperti tertera pada gambar.
2.1.2. Standar Pekerjaan
Hal | 3

Pembangunan Gudang dan Ruang Koperasi

Dinas Kesehatan Provinsi Banten Spesifikasi Teknis

Pekerjaan fabrikasi metal harus dikerjakan oleh kontraktor yang mempunyai


spesialisasi
dalam pekerjaan metal tsb dan paling sedikit mempunyai pengalaman 5
tahun dengan
menunjukkan pekerjaan yang memuaskan.
Semua bahan yang digunakan harus memenuhi standar mutu bahan yang ditetapkan
dalam
British dan Amerika Standard, dan mendapat persetujuan dari Pengawas.
2.1.3. Penyimpanan
Material harus disimpan baik, sehingga meminimalkan kemungkinan yang
terjadinya
korosit/karat.
Material harus diperlakukan sedemikian sehingga tidak menimbulkan cacat atau
gelembung
yang merusak penampilan yang diinginkan.
Jika terdapat ketidak sempurnaan bahan, harus dilaporkan pada Pengawas, dan
prosudur
perbaikannya harus dikonsultasikan pada Pengawas, untuk mendapat persetujuan.
2.1.4. Perancangan
Bahan-bahan yang akan dipasang harus sesuai dengan gambar perancangan atau bila
belum
ditentukan harus lebih dahulu dibuat gambar shop drawing mendapat persetujuan
Konsultan
Pengawas dalam bentuk dan warnanya, untuk selanjutnya dipakai sebagai standard
dalam
pekerjaan.
2.1.5. Pelaksanaan
Semua bentukan yang dilas yang akan tampak, harus diratakan dan difinish sehingga
sama
dengan permukaan sekitarnya.
Semua pengikat yang lain seperti “clip” keling dan lain-lain yang tampak harus
sama
finishing dan warnanya dengan bahan yang diikatnya. Di samping itu, pengikat yang
bertemu
dengan pekerjaan plesteran, harus ditekuk membentuk “plester key”.
Lubang-lubang untuk sekrup dan baut harus dibor.
Hubungan-hubungan yang langsung berhubungan dengan udara luar harus
dibentuk
sedemikian sehingga tidak menampung air.
Perlengkapan dan alat penyambung/pengikat harus dari bahan dan finish yang sama
dengan
bahan induknya.
Angker ke dalam tembok/kolom praktis dan rimg balok untuk alat dari alminium harus
dari
baja tak berkarat (satinless steel), khusus untuk pemasangan kusen pintu/jendela.
Penyambungan paku keling untuk bahan-bahan aluminium harus dari bahan aluminium.
2.2. MACAM-MACAM LOGAM
2.2.1. Lingkup Pekerjaan
Hal | 4
Pembangunan Gudang dan Ruang Koperasi

Dinas Kesehatan Provinsi Banten Spesifikasi Teknis

Bagian ini meliputi pengadaan bahan, tenaga, peralatan dan perlengkapan serta
pemasangan
dari semua pekerjaan logam tahan karat seperti dilihat dalam gambar. Yang termasuk
macam-
macam logam disini adalah grill untuk menutup saluran, railing tangga, angkur,
rangka
Clading Alumunium Composit , flashing dan lainya seperti tertera pada gambar.
2.2.2. Pengendalian pekerjaan
Sesuai dengan:
 NI-3-1970
 SII-0193-1978
2.2.3. Pelaksanaan
Semua bahan yang akan tampak bila memakai las, harus diratakan dan difinish sehingga
sama
dengan permukaan sekitarnya. Pengecatan dilaksanakan oleh tukang yang Ahli dan
disetujui
oleh Konsultan Pengawas.
2.3. LOGAM TAHAN KARAT(STAINLESS STEEL)
2.3.1. Lingkup Pekerjaan
Bagian ini meliputi pengadaan bahan, tenaga, peralatan dan perlengkapan serta
pemasangan
dari semua pekerjaan logam tahan karat yang terlihat dalam gambar.
2.3.2. Pengendalian Pekerjaan
Seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan salah satu standar yang disebut dalam:
 BS
 JIS
 ASTM
 Dan standar lain yang berlaku untuk pekerjaan ini.
2.3.3. Bahan-bahan
 Pipa logam tahan karat (stailees steel) type glossy dengan ukuran seperti tertera dalam
gambar.
 Sealant.
2.3.4. Contoh
Pemborong harus menyerahkan contoh baja tahan karat (stainless steel) dengan
panjang
minimal 40 cm yang dilengkapi dengan brosur/persyaratan teknis kepada
Konsultan
Pengawas.
2.3.5. Pelaksanaan
Hal | 5

Download
of 122

All materials on our website are shared by users. If you have any questions about
copyright issues, please report us to resolve them. We are always happy to assist you.

SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN GEDUNG


by indra-hoedaya
on Dec 13, 2015
Report
Category:
DOCUMENTS

Download: 160
Comment: 0
90
views

Share1

Comments

Description

Spesifikasi Teknis Pekerjaan Bangunan Gedung


Download Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung
Transcript

BAB I Pembangunan Gudang dan Ruang Koperasi Dinas Kesehatan Provinsi Banten
Spesifikasi Teknis DAFTAR ISI iDAFTAR ISI 1SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR
1PASAL 1. PEKERJAAN PASANGAN 11.1. PEKERJAAN BATU BATA 11.1.1. Lingkup
Pekerjaan 11.1.2. Pengendalian Pekerjaan 11.1.3. Bahan-bahan 21.1.4. Pekerjaan dan
Penyimpanan 21.1.5. Pelaksanaan 21.1.6. Perlindungan 21.2. PASANGAN BATU
KALI/BATU PECAH 21.2.1. Lingkup Pekerjaan 21.2.2. Pengendalian Pekerjaan 21.2.3.
Bahan-bahan 3PASAL 2. PEKERJAAN LOGAM 32.1. LOGAM ARSITEKTUR 32.1.1. Lingkup
Pekerjaan 42.1.2. Standar Pekerjaan 42.1.3. Penyimpanan 42.1.4. Perancangan 42.1.5.
Pelaksanaan 52.2. MACAM-MACAM LOGAM 52.2.1. Lingkup Pekerjaan 52.2.2.
Pengendalian pekerjaan 52.2.3. Pelaksanaan 52.3. LOGAM TAHAN KARAT(STAINLESS
STEEL) 52.3.1. Lingkup Pekerjaan 52.3.2. Pengendalian Pekerjaan 52.3.3. Bahan-bahan
62.3.4. Contoh 62.3.5. Pelaksanaan 6PASAL 3. PEKERJAAN KAYU 63.1. PEKERJAAN KAYU
KASAR 63.1.1. Lingkup Pekerjaan 63.1.2. Pengendaliaan Pekerjaan 63.1.3. Bahan-bahan
63.1.4. Pengikat-pengikat 73.1.5. Perlindungan 73.1.6. Penyimpanan 73.1.7. Gambar
Rancangan Pembuatan 73.2. PEKERJAAN KAYU HALUS 73.2.1. Lingkup Pekerjaan 73.2.2.
Pengendalian Pekerjaan 73.2.3. Bahan-bahan 83.2.4. Perlindungan 83.2.5. Penyimpanan
83.2.6. Pekerjaan dan Peralatan 83.2.7. Kebersihan Kerja 83.2.8. Finishing 9PASAL 4.
PEKERJAAN ATAP 94.1. GENTENG METAL 94.1.1. Lingkup pekerjaan 94.1.2. Pengendalian
pekerjaan 94.1.3. Bahan-bahan 94.1.4. Contoh 94.1.5. Pelaksanaan 104.2. PEKERJAAN
TaLANG DAN FLASHING 104.2.1. Lingkup Pekerjaan 104.2.2. Pengendalian Pekerjaan
104.2.3. Bahan-bahan 104.2.4. Contoh Bahan 114.2.5. Pelaksanaan 114.2.6. Pengujian
114.3. PEMASANGAN PELAPIS KEDAP AIR (WATER PROOFING) 114.3.1. Umum 114.3.2.
Pengendalian Pekerjaan 114.3.3. Bahan-bahan 124.3.4. Contoh Bahan 124.3.5.
Pemasangan 124.3.6. Pengujian 124.3.7. Jaminan 124.4. CAULKING DAN SEALANT
124.4.1. Lingkup Pekerja 134.4.2. Pengendalian Pekerjaan 134.4.3. Bahan-bahan 134.4.4.
Contoh bahan 134.4.5. Pelaksanaan 14PASAL 5. PEKERJAAN KUSEN PINTU, JENDELA,
PARTISI DAN KACA 145.1. KUSEN PINTU DAN JENDELA ALMUNIUM 145.1.1. Lingkup
Pekerjaan 145.1.2. Pengendalian Pekerjaan 145.1.3. Bahan-bahan 155.1.4. Gambar
Rancangan Pembuatan 155.1.5. Pelaksanaan 165.1.6. Pengujian 165.2. PINTU DAN
JENDELA 165.2.1. Lingkup Pekerjaan 175.2.2. Bahan-bahan 175.2.3. Pelaksanaan 175.2.4.
Pemasangan 175.3. PEKERJAAN PARTISI 175.3.1. Lingkup Pekerjaan 175.3.2.
Pengendalian Pekerjaan 175.3.3. Bahan-bahan 185.3.4. Contoh Bahan 185.3.5. Gambar
Rencana Pembuatan 185.3.6. Pelaksanaan 185.4. PEKERJAAN KACA 185.4.1. Lingkup
Pekerjaan 185.4.2. Pengendalian Pekerjaan 185.4.3. Bahan-bahan 195.4.4. Pelaksanaan
195.5. ALAT PERLENGKAPAN PINTU DAN JENDELA 195.5.1. Lingkup Pekerjaan 195.5.2.
Pengendalian Pekerjaan 195.5.3. Bahan-bahan 195.5.4. Contoh Bahan 205.5.5.
Pemasangan 20PASAL 6. PEKERJAAN FINISHING 206.1. PLESTER DAN ACIAN 206.1.1.
Lingkup Pekerjaan 206.1.2. Pengendalian Pekerjaan 206.1.3. Bahan-bahan 216.1.4.
Perancangan 216.1.5. Pelaksanaan 226.2. PEMASANGAN UBIN KERAMIK DAN GRANITO
TILE 226.2.1. Lingkup Pekerjaan 226.2.2. Pengendalian Pekerjaan 226.2.3. Bahan-bahan
236.2.4. Pemasangan 236.2.5. Kebersihan Kerja 236.3. PEMASANGAN GRANIT 236.3.1.
Lingkup Pekerjaan 236.3.2. Pengendalian Pekerjaan 246.3.3. Bahan-bahan 256.3.4.
Gambar Kerja 256.3.5. Pelaksanaan 266.4. PEKERJAAN LANGIT-LANGIT 266.4.1. Lingkup
Pekerjaan 266.4.2. Pengendalian Pekerjaan 266.4.3. Bahan-bahan 266.4.4. Penyimpanan
266.4.5. Pelaksanaan 276.5. PEKERJAAN CAT 276.5.1. Lingkup Pekerjaan 276.5.2.
Pengendalian Pekerjaan 276.5.3. Bahan-bahan 276.5.4. Persetujuan Ahli 276.5.5.
Pelaksanaan 286.6. PEKERJAAN CLADING ALUMUNIUM COMPOSIT 286.6.1. Lingkup
Pekerjaan 286.6.2. Pengendalian Pekerjaan 286.6.3. Bahan-bahan 286.6.4. Gambar
Rancangan Pembuatan 286.6.5. Pelaksanaan 296.6.6. Perlindungan 296.6.7. Masa
Pemeliharan 29PASAL 7. PEKERJAAN KHUSUS 297.1. PERLENGKAPAN TOILET 297.1.1.
Lingkup Pekerjaan 297.1.2. Contoh Bahan 297.1.3. Pemasangan 307.1.4. Penyimpanan
307.1.5. Pelaksanaan 307.1.6. Perlindungan 31SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN SIPIL
31PASAL 8. U M U M 318.1. STANDAR YANG BERLAKU 318.2. MEREK-MEREK DAGANG
328.3. DATA UMUM LAPANGAN KERJA 328.3.1. Titik-titik Ukur 328.3.2. Data Fisik 328.4.
PEMBERITAHUAAN UNTUK MEMULAI PEKERJAAN 328.5. PERINTAH UNTUK
PELAKSANAAN 338.6. PERSIAPAN PEKERJAAN 338.7. PENUNDAAN LINGKUP
PEKERJAAN 338.8. PENYESUAIAN DOKUMEN 33PASAL 9. PEKERJAAN PERSIAPAN DAN
PEMBERSIHAN 349.1. PENGUKURAN 349.2. PEMBERSIHAN AWAL 349.3. PEMBUANGAN
LAPISAN TANAH ATAS 349.4. PEMBERSIHAN SELAMA PELAKSANAAN 35PASAL 10.
PEKERJAAN DEWATERING 36PASAL 11. PEKERJAAN GALIAN,TIMBUNAN DAN
STABILISASI TANAH 3611.1. LINGKUP PEKERJAAN. 3611.2. PENGGALIAN 3711.3.
PENIMBUNAN DAN PENIMBUNAN KEMBALI 3911.4. PERLINDUNGAN TERHADAP AIR
3911.5. PERSYARATAN. 40SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR 40PASAL 12.
PEKERJAAN KONSTRUKSI BETON 4012.1. BETON COR DITEMPAT 4012.1.1. Lingkup
Pekerjaan 4012.1.2. Pengendalian Pekerjaan. 4112.1.3. Material. 4312.1.4. Syarat-syarat
pelaksanaan. 4512.2. BETON READY MIX 4512.2.1. Uraian Umum 45PASAL 13.
PEKERJAAN BAJA 4513.1. LINGKUP PEKERJAAN. 4613.2. SYARAT-SYARAT TEKNIS:
4613.3. PERSYARATAN BAHAN. 4613.3.1. Penjelasan Umum . 4713.3.2. Bahan-bahan.
4713.4. PERSYARATAN PELAKSANAAN. 4713.4.1. Pengelasan. 4813.4.2. Sambungan.
4813.4.3. Pemasangan. 4913.4.4. Gambar Pelaksanaan. 4913.4.5. Pengecatan. 4913.5.
PERSYARATAN PENGUJIAN. 4913.6. PERALATAN. 50PASAL 14. TIANG PANCANG 5014.1.
UMUM 5014.1.1. Uraian 5014.1.2. Tiang Uji (Test Pile) 5014.1.3. Pengujian Pembebanan
(Loading Test) 5214.1.4. Jaminan Mutu 5214.1.5. Toleransi 5214.1.6. Pengajuan Kesiapan
Kerja 5314.1.7. Penyimpanan dan Perlindungan Bahan 5314.1.8. Mutu Pekerjaan dan
Perbaikan Atas Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan 5314.2. TIANG PANCANG
BETON PRACETAK 5314.2.1. Umum 5414.2.2. Penyambungan 5414.2.3. Perpanjangan
Tiang Pancang 5414.2.4. Sepatu Tiang Pancang 5514.2.5. Pembuatan dan Perawatan
5514.2.6. Pengupasan Kepala Tiang Pancang 5614.3. PEMANCANGAN TIANG 5614.3.1.
Umum 5714.3.2. Penghantar Tiang Pancang (Leads) 5814.3.3. Bantalan Topi Tiang
Pancang Panjang (Followers) 5814.3.4. Tiang Pancang Yang Naik 5814.3.5. Pemancangan
Dengan Pancar Air (Water Jet) 5814.3.6. Tiang Pancang Yang Cacat 5914.3.7. Catatan
Pemancangan (Calendering) 5914.3.8. Rumus Dinamis untuk Perkiraan Kapasitas Tiang
Pancang 59PASAL 15. PEKERJAAN PONDASI BORED PILE 5915.1. KUALITAS DAN
PELAKSANAAN 6015.2. POSISI DARI BORED PILE 6015.3. LAPORAN PELAKSANAAN
TIANG PONDASI 61PASAL 16. PEKERJAAN BEKISTING 6116.1. URAIAN UMUM 6116.2.
PENGENDALIAN PEKERJAAN 6116.3. BAHAN-BAHAN 6216.4. PEMASANGAN 6216.5.
PEMBONGKARAN BEKISTING 6216.6. PEKERJAAN PERANCAH. 6316.7. PEMBONGKARAN
PERANCAH : 63SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN ELEKTRIKAL 63PASAL 17. UMUM 6317.1.
LINGKUP PEKERJAAN 6317.2. GAMBAR-GAMBAR RENCANA 6417.3. GAMBAR-GAMBAR
KERJA (SHOP DRAWINGS) 6417.4. GAMBAR-GAMBAR SESUAI PELAKSANAAN (AS BUILT
DRAWING) 6417.5. STANDAR DAN PERATURAN 6417.6. TENAGA KERJA 6417.7. BAHAN
DAN PERALATAN 6517.8. PENGUJIAN. 6517.8.1. Pengujian pertama. 6517.8.2. Pengujian
akhir. 6517.8.3. Catatan Pengujian. 6517.8.4. Biaya Pengujian. 6617.8.5. Ijin. 6617.9.
PENDIDIKAN DAN LATIHAN. 6617.10. DOKUMEN YANG HARUS DISERAHKAN. 66PASAL
18. PEKERJAAN SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK 6618.1. LINGKUP PEKERJAAN 6618.1.1.
Panel-Panel Daya Tegangan Rendah. 6718.1.2. Kabel-kabel Daya Tegangan Rendah.
6718.1.3. Instalasi Daya dan Instalasi Penerangan. 6718.1.4. Sistem Pengebumian
Pengaman. 6718.1.5. Peralatan Penunjang Instalasi. 6718.1.6. Panel-panel Kontrol.
6718.1.7. Penyambungan sumber catu daya listrik PLN sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. 6718.2. KEMAMPUAN OPERASI SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK. 6718.2.1. Pada
keadaan normal. 6818.2.2. Pada keadaan darurat. 6818.3. PERSYARATAN PEKERJAAN
PANEL TEGANGAN RENDAH 6818.3.1. Konstruksi Box Panel. 6918.3.2. Busbar dan
Terminal Penyambungan. 6918.3.3. Circuit Breaker : 6918.3.4. Alat Ukur / indikator.
7018.3.5. Pemasangan Panel. 7018.3.6. Gambar Skema Rangkaian Listrik. 7118.4.
PERSYARATAN PEKERJAAN KABEL TEGANGAN RENDAH 7118.4.1. Ketentuan Umum.
7118.4.2. Persyaratan Pemasangan. 7218.4.3. Pemasangan kabel di dalam bangunan.
7218.5. PERSYARATAN TEKNIS PERALATAN INSTALASI 7218.5.1. Outlet Daya. 7318.5.2.
Rigid Conduit. 7418.5.3. Flexible Conduit. 7418.5.4. Rak Kabel. 7418.6. SISTEM
PEMBUMIAN UNTUK PENGAMAN. 7418.6.1. Ketentuan Umum. 7418.6.2. Konstruksi.
7518.6.3. Pemasangan. 7518.6.4. Sistem. 76PASAL 19. SISTEM PENERANGAN 7619.1.
LINGKUP PEKERJAAN 7619.2. LAMPU DAN ARMATUR PENERANGAN DALAM 7619.3.
SAKLAR 7719.4. KABEL INSTALASI PENERANGAN 7719.5. PERALATAN PENUNJANG
INSTALASI PENERANGAN 7719.5.1. Kotak / Doos Inbow Untuk Saklar. 7719.5.2. Rigid
Conduit, Flexible Conduit, dan Rak Kabel. 78PASAL 20. SISTEM EMERGENCY DIESEL
GENSET 7820.1. LINGKUP PEKERJAAN 7820.2. OPERASI SISTEM EMERGENCY 7820.3.
UNIT DIESEL GENERATING SET 7920.4. RATING DAN KLASIFIKASI 7920.5. DIESEL ENGINE
8020.5.1. Konstruksi. 8020.5.2. Sistem Pendingin. 8020.5.3. Sistem Start. 8120.5.4. Sistem
Pernapasan (Intake/Respration). 8120.5.5. Sistem Pembuangan (Exhaust Gas). 8120.5.6.
Sistem Pelumasan (Lubrication). 8220.5.7. Sistem Pengaturan Putaran (Speed Control)
8220.5.8. Sistem Bahan Bakar. 8220.5.9. Sistem Pengisi Batere Otomatis (Battery
Charger). 8220.5.10. Kontrol dan Instrumentasi. 8220.6. ALTERNATOR. 8320.6.1.
Konstruksi. 8320.6.2. Penguatan Medan. 8320.6.3. Data Teknis. 8320.7. PANEL KONTROL
GENERATOR 8320.7.1. Konstruksi. 8420.7.2. Fungsi. 8420.7.3. Peralatan Ukur. 8420.7.4.
Peralatan Alarm. 8520.7.5. Pentanahan. 8520.8. PERALATAN BAHAN BAKAR. 8520.8.1.
Tanki Harian (daily tank) 8620.8.2. Pompa bahan bakar 8620.9. START-UP, TESTING DAN
COMMISSIONING. 86PASAL 21. PEKERJAAN PENANGKAL PETIR 8621.1. LINGKUP
PEKERJAAN. 8721.2. Standar dan Peraturan. 8721.3. BAHAN-BAHAN, PERALATAN DAN
TENAGA PELAKSANA 8721.3.1. Kepala Penangkal (air terminal). 8721.3.2. Penghantar
Pentanahan (Down Conductor). 8721.3.3. Sistim Pentanahan. 8821.4. PEMASANGAN
8821.5. PENGUJIAN DAN PEMERIKSAAN 88PASAL 22. PEKERJAAN SISTEM TATA SUARA
(SOUND SYSTEM) 8822.1. LINGKUP PEKERJAAN 8822.1.1. Umum. 8922.1.2. Sentral Tata
Suara. 8922.1.3. Instalasi. 8922.1.4. Speaker. 8922.2. TUJUAN PENGGUNAAN 9022.3.
KEMAMPUAN OPERASI 9022.4. PERALATAN SENTRAL SISTEM TATA SUARA 9022.4.1.
Power Amplifier. 9122.4.2. Mixer Pre Amplifier. 9122.4.3. Cassette Deck. 9122.4.4. Chime
Generator. 9122.4.5. Dynamic Microphone. 9222.4.6. Rack sistem tata suara. 9222.4.7.
Speaker Selector. 9222.5. TERMINAL BOX SISTEM INSTALASI 9222.6. KABEL INSTALASI
94PASAL 23. PEKERJAAN SISTEM KOMUNIKASI TELEPHON 9423.1. LINGKUP PEKERJAAN
9423.2. P A B X 9423.2.1. Battery 9523.2.2. Handset. 9523.3. OUTLET TELEPHON 9623.4.
KABEL INSTALASI TELEPHON 9623.5. TERMINAL BOX TELEPON. 9623.6. PENGUJIAN
DAN PEMERIKSAAN 96PASAL 24. SISTEM PENGINDRA KEBAKARAN 9724.1. LINGKUP
PEKERJAAN 9724.2. PANEL KONTROL (MASTER CONTROL FIRE ALARM, MCFA) 9824.3.
PERALATAN PENGINDERA KEBAKARAN 9824.3.1. Manual pull station (PS) 9824.3.2.
Detector asap (smoke sensor) 9824.3.3. Sensor temperatur (thermal sensor). 9824.3.4.
Bell Alarm 9924.3.5. Lemari Panel 9924.3.6. Kabel Daya dan Kabel Kontrol 9924.3.7.
Sumber Daya Listrik 9924.4. PENGUJIAN 100PASAL 25. REFERENSI MERK 101SPESIFIKASI
TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL 101PASAL 26. pekerjaan plumbing 10126.1. Penjelasan
Umum 10126.2. Lingkup Pekerjaan 10126.3. KRITERIA PERANCANGAN 10226.4. SISTEM
PENYEDIAAN AIR BERSIH 10226.5. SISTEM PEMBUANGAN AIR KOTOR 10226.6. BAHAN
103PASAL 27. SISTEM SUMUR BOR DALAM 10327.1. UMUM 10327.2. RUANG LINGKUP
10327.3. KWANTITAS DAN KUALITAS 10327.4. Gambar Kerja (Shop Drawings) 10427.5.
BAHAN-BAHAN 10427.5.1. Larutan Pengeboran (Driling Fluids) 10427.5.2. Pipa Casing
10527.5.3. Pipa Saringan (Well Screen) 10527.5.4. Batu kerikil Penutup Saringan (Gravel
Pack) 10527.5.5. Penyekatan antara Pipa naik dan Pipa Casing 10527.5.6. Pompa
10527.6. PELAKSANAAN PEMBUATAN SUMUR 10527.6.1. Umum 10627.6.2. Catatan
Pemboran 10627.6.3. Subsurface Geophysical Methode Test 10627.6.4. Pemasangan
Pipa Casing, Pipa Naik Dan Pipa Saringan 10627.6.5. Peletakan Kerikil (Gravel Packing)
10727.7. PROSEDUR DAN PERALATAN PENGETESAN 10727.8. PENGETESAN SUMUR
10827.8.1. Step Draw Down Test 10827.8.2. Time Drawdown Test 10827.8.3. Time
Recovery Test 10927.9. Keterangan Gambar 111PASAL 28. SISTEM PENANGGULANGAN
BAHAYA KEBAKARAN 11128.1. LINGKUP PEKERJAAN 11128.2. Standar dan Kode
11128.3. Portable Fire Extinguisher 11228.4. Automatic Fire Sprinkler System 11228.5.
Standpipe dan Hose System 11228.6. Hydrant Halaman (External Hydrant) 11328.7.
BAHAN DAN PERALATAN 11428.8. SISTEM PENGINDERAAN KEBAKARAN 114PASAL 29.
SISTEM TATA UDARA DAN VENTILASI 11429.1. Penjelasan Umum 11529.2. Lingkup
pekerjaan 11529.3. Standar dan Kode 11529.4. Bahan 115PASAL 30. SISTEM
TRASPORTASI DALAM BANGUNAN 11530.1. Lingkup pekerjaan 11630.2. Standar, kode
dan acuan 11630.3. Bahan 116PASAL 31. REFERENSI MERK 119PASAL 32. CACAT-CACAT
PEKERJAAN. 119PASAL 33. PEKERJAAN TAMBAH KURANG 120PASAL 34. PERSYARATAN
TEKNIS UMUM PELAKSANAAN 12034.1. GAMBAR-GAMBAR RENCANA 12034.2.
GAMBAR-GAMBAR KERJA (SHOP DRAWINGS) 12034.3. GAMBAR-GAMBAR SESUAI
PELAKSANAAN (AS BUILT DRAWING) 12034.4. STANDAR DAN PERATURAN SPESIFIKASI
TEKNIS PEKERJAAN ARSITEKTUR PASAL 1. PEKERJAAN PASANGAN 1.1. PEKERJAAN
BATU BATA 1.1.1. Lingkup Pekerjaan Bagian ini meliputi hal-hal mengenai pengadaan
bahan-bahan dan pemasangan semua pekerjaan pasangan batu bata seperti yang
tertera pada gambar-gambar. Pelaksanaan pemasangan harus benar-benar mengikuti
garis-garis ketinggian, bentuk-bentuk seperti yang terlihat dalam gambar-gambar
persyaratan disini. 1.1.2. Pengendalian Pekerjaan Persyaratan-persyaratan standar
mengenai pekerjaan ini tertera pada : · PUBI · NI-3-1982 · NI-19-1973 · SII-0021-1978 ·
NII-88-1972 · NI-10-1978. 1.1.3. Bahan-bahan Bata harus baru, terbakar, keras, terbuat
dari tanah liat terpilih sesuai dengan persyaratan-persyaratan dalam NI-10-1973.
Bilamana tidak terdapat bahan yang sesuai standar tersebut diatas, maka Ahli dapat
menentukan jenis-jenis lain yang ada dipasaran lokal dengan persyaratan-persyaratan
yang ditentukannya. Adukan /spesi untuk seluruh dinding bata harus berupa campuran
1 semen : 5 pasir. Spesi khusus berupa “trasram” dengan campuran 1 semen : 2 pasir
digunakan mulai permukaan beton sloof setinggi 20 cm diatas permukaan lantai,
sedangkan untuk dinding-dinding kamar mandi/WC setinggi 160 cm. Beton untuk sloof,
kolom praktis dan ring balok, dengan kualitas beton yang disyaratkan. Contoh bahan
yang diusulkan untuk dipakai harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas dan
persetujuan atas bahan-bahan tersebut harus sudah didapat sebelum bahan yang
dimaksud dapat dibawa ke lapangan kerja untuk dipasang. Pengambilan contoh atas
bahan-bahan yang telah beada di lapangan akan dilakukan sewaktu-waktu sesuai
dengan kebutuhan Konsultan Pengawas guna keperluan Pengujian. Bahan yang tidak
sesuai dengan Bab 1.1.2. di atas, akan ditolak dan harus segera disingkirkan dari
lapangan dalam waktu 2 x 24 jam. 1.1.4. Pekerjaan dan Penyimpanan Bahan untuk
pekerjaan pasangan harus disimpan dengan cara-cara yang disetujui Konsultan
Pengawas, untuk menghidarkan dari segala hal yang dapat mengakibatkan kerusakan
terhadap barang tersebut. 1.1.5. Pelaksanaan Pemasangan batu bata harus dipasang
tegak, dan lajur penaikannya diukur tepat dengan tiang lot, dan kecuali bilamana tidak
diperlihatkan dalam gambar-gambar maka setiap lajur naik, bata harus putus
sambungan dengan lajur dibawahnya. Sebelum dipasang, bata harus direndam sampai
gelembung airnya habis. Beton untuk sloof, kolom praktis dan ringbalok dipasang untuk
setiap luas dinding maksimum 12 m2 dengan pembesian sesuai dengan persyaratan
penulangan kolom praktis. 1.1.6. Perlindungan Sesuai jam kerja, seluruh lajur pasangan
batu bata yang belum selesai, harus ditutupi (dilindungi) dengan kertas semen, atau
dengan cara-cara lain yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. 1.2. PASANGAN BATU
KALI/BATU PECAH 1.2.1. Lingkup Pekerjaan Bagian ini meliputi pengadaan dan
pemasangan batu kali/batu pecah sesuai dengan gambar dan Persyaratan Teknis ini.
1.2.2. Pengendalian Pekerjaan Pekerjaan ini harus sesuai dengan NI-3-1970. 1.2.3.
Bahan-bahan 1. Batu Bahan untuk pasangan batu kali/batu pecah kecuali dipersyaratkan
lain harus sesuai dengan NI-3-1970, dan cara pengerjaannya harus dilakukan menurut
cara terbaik yang dikenal di sini. Batu-batu harus keras dengan permukaan kasar tanpa
cacat/retak dengan ukuran maksimal 25 x 25 x 25 cm. 2. Pasir Alas galian pondasi harus
diurug dengan pasir setebal 10 cm dan dipadatkan dengan alat timbris tangan terbuat
dari logam, atau stamper. 3. Adukan Adukan yang dipakai terdiri dari campuran 1 semen
: 5 pasir. 4. Pemasangan Batu Kosong Batu tanpa adukan (aanstamping setinggi 10 cm)
harus dipasang tegak lurus dan rapat dan diisi pasir pada rongga-rongga batu.
Pasangan Batu Pekerjaan pasangan batu dilaksanakan sesuai dengan ukuran dan
bentuk-bentuk yang ditunjukkan dalam gambar-gambar. Tiap-tiap batu harus dipasang
penuh dengan adukan sehingga semua hubungan batu melekat satu sama lain dengan
sempurna. Setiap batu harus dipasang di atas lapisan adukan dan diketok ke tempat-
tempatnya hingga teguh. Adukan harus mengisi penuh rongga-rongga antara batu
untuk mendapatkan masa yang kuat dan integral, dan dibeberapa sisi luar dan dalam.
Batu yang akan dipasang, bentuk jadi bidang luar harus sesuai gambar rancangan atau
petunjuk Konsultan Pengnawas. Bila terdapat angker baja maka harus dibungkus
campuran beton dengan adukan 10 cm mengelilinginya. Pemadatan tanah di bawah
pasangan batu kali harus sedikitnya mencapai 80 % compacted terhadap standar
proctor. PASAL 2. PEKERJAAN LOGAM 2.1. LOGAM ARSITEKTUR 2.1.1. Lingkup Pekerjaan
Meliputi semua pekerjaan logam tidak berbesi (non ferros metal) dan baja tak berkarat
(stainless steel dan kuningan) dengan segala kelengkapan pemasangannya, seperti yang
tertera pada gambar, ataupun yang tidak dipersyaratkan secara khusus dalam
persyaratan ini. Termasuk di sisni adalah : 1. Alat perlengkapan pintu dan jendela. 2.
Floor drain. 3. Panel listrik. 4. Perlengkapan penerangan 5. Rangka partisi. 6. Grill-grill
untuk menutup saluran. 7. Dan hal-hal lain, seperti tertera pada gambar. 2.1.2. Standar
Pekerjaan Pekerjaan fabrikasi metal harus dikerjakan oleh kontraktor yang mempunyai
spesialisasi dalam pekerjaan metal tsb dan paling sedikit mempunyai pengalaman 5
tahun dengan menunjukkan pekerjaan yang memuaskan. Semua bahan yang digunakan
harus memenuhi standar mutu bahan yang ditetapkan dalam British dan Amerika
Standard, dan mendapat persetujuan dari Pengawas. 2.1.3. Penyimpanan Material harus
disimpan baik, sehingga meminimalkan kemungkinan yang terjadinya korosit/karat.
Material harus diperlakukan sedemikian sehingga tidak menimbulkan cacat atau
gelembung yang merusak penampilan yang diinginkan. Jika terdapat ketidak
sempurnaan bahan, harus dilaporkan pada Pengawas, dan prosudur perbaikannya harus
dikonsultasikan pada Pengawas, untuk mendapat persetujuan. 2.1.4. Perancangan
Bahan-bahan yang akan dipasang harus sesuai dengan gambar perancangan atau bila
belum ditentukan harus lebih dahulu dibuat gambar shop drawing mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas dalam bentuk dan warnanya, untuk selanjutnya dipakai
sebagai standard dalam pekerjaan. 2.1.5. Pelaksanaan Semua bentukan yang dilas yang
akan tampak, harus diratakan dan difinish sehingga sama dengan permukaan sekitarnya.
Semua pengikat yang lain seperti “clip” keling dan lain-lain yang tampak harus sama
finishing dan warnanya dengan bahan yang diikatnya. Di samping itu, pengikat yang
bertemu dengan pekerjaan plesteran, harus ditekuk membentuk “plester key”. Lubang-
lubang untuk sekrup dan baut harus dibor. Hubungan-hubungan yang langsung
berhubungan dengan udara luar harus dibentuk sedemikian sehingga tidak
menampung air. Perlengkapan dan alat penyambung/pengikat harus dari bahan dan
finish yang sama dengan bahan induknya. Angker ke dalam tembok/kolom praktis dan
rimg balok untuk alat dari alminium harus dari baja tak berkarat (satinless steel), khusus
untuk pemasangan kusen pintu/jendela. Penyambungan paku keling untuk bahan-
bahan aluminium harus dari bahan aluminium. 2.2. MACAM-MACAM LOGAM 2.2.1.
Lingkup Pekerjaan Bagian ini meliputi pengadaan bahan, tenaga, peralatan dan
perlengkapan serta pemasangan dari semua pekerjaan logam tahan karat seperti dilihat
dalam gambar. Yang termasuk macam-macam logam disini adalah grill untuk menutup
saluran, railing tangga, angkur, rangka Clading Alumunium Composit , flashing dan
lainya seperti tertera pada gambar. 2.2.2. Pengendalian pekerjaan Sesuai dengan: · NI-3-
1970 · SII-0193-1978 2.2.3. Pelaksanaan Semua bahan yang akan tampak bila memakai
las, harus diratakan dan difinish sehingga sama dengan permukaan sekitarnya.
Pengecatan dilaksanakan oleh tukang yang Ahli dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.
2.3. LOGAM TAHAN KARAT(STAINLESS STEEL) 2.3.1. Lingkup Pekerjaan Bagian ini
meliputi pengadaan bahan, tenaga, peralatan dan perlengkapan serta pemasangan dari
semua pekerjaan logam tahan karat yang terlihat dalam gambar. 2.3.2. Pengendalian
Pekerjaan Seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan salah satu standar yang disebut
dalam: · BS · JIS · ASTM · Dan standar lain yang berlaku untuk pekerjaan ini. 2.3.3. Bahan-
bahan · Pipa logam tahan karat (stailees steel) type glossy dengan ukuran seperti tertera
dalam gambar. · Sealant. 2.3.4. Contoh Pemborong harus menyerahkan contoh baja
tahan karat (stainless steel) dengan panjang minimal 40 cm yang dilengkapi dengan
brosur/persyaratan teknis kepada Konsultan Pengawas. 2.3.5. Pelaksanaan Semua bahan
yang memakai las, harus sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam “AWS Standard”.
Tenaga yang melakukan pekerjaan ini, harus mempunyai “Sertifikat Keahlian Las” yang
dikeluarkan oleh lembaga-lembaga pemerintah atau swasta yang diakui. Setiap
hubungan halus, rapih dan rata. Dalam pemasangan harus diusahakan agar pekerjaan
terlindungi, sehingga permukaan tampak sesuai dengan aslinya. PASAL 3. PEKERJAAN
KAYU 3.1. PEKERJAAN KAYU KASAR 3.1.1. Lingkup Pekerjaan Bagian ini meliputi
pengadaan dan pemasangan rangka kayu, usuk, reng kelos-kelos dan pekerjaan kayu
kasar yang tidak tampak, sesuai yang tertera dalam gambar dan petunjuk Konsultan
Pengawas. 3.1.2. Pengendaliaan Pekerjaan Seluruh pekerjaan sesuai dengan : · NI-5-
1961. 3.1.3. Bahan-bahan Kayu Kamper Medan atau yang setaraf dan mempunyai kelas
keawetan ll serta kelas kuat sesuai NI-5. 3.1.4. Pengikat-pengikat Pengikat berupa paku,
mur baut, kawat, sekrup dan lain-lain harus digalvanisir sesuai NI-5 bab lV pasal 14, 15
dan 17. 3.1.5. Perlindungan Semua kayu yang akan dipasang harus dari kualitas terbaik
dan telah melalui proses pengeringan dan pengawetan. Kadar air rata-rata setelah
terpasang mencapai 10 – 12 % dan disertai sertifikat tanda uji dari labotorium yang
berwenang. 3.1.6. Penyimpanan Kayu disimpan ditempat yang disediakan, lepas dari
tanah dan kelembaban, diatur menurut ukuran dan jenis. Peletakan sewaktu
penyimpanan harus diusahakan agar tidak terjadi lengkungan-lengkungan karena
beratnya sendiri. Tempat penyimpanan secukupnya. 3.1.7. Gambar Rancangan
Pembuatan Semua ukuran harus diteliti, disesuaikan dengan keadaan dilapangan. Bila
terjadi penyimpangan terhadap gambar, maka Pemborong harus mengajukan gambar
kerja (shop drawings) untuk disetujui Konsultan Pengawas sebelum pelaksanaan. 3.2.
PEKERJAAN KAYU HALUS 3.2.1. Lingkup Pekerjaan Bagian ini mencakup hal-hal
mengenai pengadaan dan pengerjaan kayu yang tampak seperti untuk lisplank, lis
langit-langit dan sesuai yang tertera pada gambar-gambar dan petunjuk Konsultan
Pengawas. 3.2.2. Pengendalian Pekerjaan Seluruh Pekerjaan kayu harus mengikuti
persyaratan dalam : · NI-5-1970 3.2.3. Bahan-bahan Kayu halus yang dimaksud adalah
kayu solid dan kayu lapis hasil olahan pabrik sebagai komponen interior yang terlihat.
Kayu pada umumnya harus kering, baik kering alami maupun kering karena hasil proses
(dry kiln) dan harus disertai sertifikat tanda pengawetan sebelum dibawa kelapangan.
Kadar air maksimal sadalah 12 % untuk tebal kayu sampai dengan 7 cm dan 20 % untuk
tebal kayu diatas 7 cm serta harus disertai sertifikat tanda uji dari labotorium yang
berwenang. Permukaan harus rata, lurus, harus mampat, berserat baik, bebas dari mata
kayu dan lubang-lubang yang retak tidak berbubuk atau berserangga serta tidak
terdapat texture yang tidak diinginkan. 3.2.3.1. Kayu Solid Kayu solid merupakan
komponen finishing interior yang terlihat (exposed), memakai jenis kayu “ Jati ” kualitas
terbaik, kelas kuat ll, kelas awet l dan kadar air 12 %. 3.2.3.2. Pengikat-pengikat Pengikat
berupa paku, mur baut, kawat, sekrup dan lain-lain harus digalvanisir sesuai dengan NI
bab lV pasal 14, 15 dan 17. 3.2.3.3. Contoh-contoh Pemborong harus mengajukan
contoh bahan yang akan dipakai untuk mendapatkan persetujuan dari Konsultan
Pengawas. 3.2.4. Perlindungan Sebelum pemasangan, kayu-kayu harus sudah melalui
proses pengeringan dan pengawetan sesuai spesifikasi dan petunjuk Konsultan
Pengawas. 3.2.5. Penyimpanan Kayu Halus harus disimpan di tempat yang lepas dari
tanah dan terlindungi cuaca (hujan dan panas dengan perubahan suhuh yang besar)
serta mendapat aliran udara yang cukup. Dengan demikian kayu halus tersebut tidak
rusak atau menjadi terlalu kering selama penyimpanan, transit ataupun pada waktu
pemasangan. 3.2.6. Pekerjaan dan Peralatan Harus dilaksanakan oleh tukang kayu
terbaik dengan standar pengerjaan yang disetujui oleh pengawas. 3.2.7. Kebersihan
Kerja Semua serpihan kayu/kayu yang tidak terpakai harus secara tetap dan berkala
dibersihkan dari tempat kerja. Semua lubang, cacat-cacat bekas paku/baut, permukaan
sambungan dan lain-lain harus ditutup dengan dempul/sealer hingga rapih kembali.
3.2.8. Finishing Bahan untuk finishing mempergunakan cat Duco. Atau melamic sesuai
petunjuk ahli dilapangan PASAL 4. PEKERJAAN ATAP 4.1. GENTENG METAL 4.1.1.
Lingkup pekerjaan Bagian ini meliputi pengadaan dan pemasangan genteng metal
sesuai yang tertera dalam gambar. 4.1.2. Pengendalian pekerjaan Harus sesuai
pentunjuk pabrik pembuat genteng metal dan Konsultan Pengawas. 4.1.3. Bahan-bahan
4.1.3.1. Genteng Metal Genteng metal harus standar mutu kelas 1 dan harus seragam
dalam warna dan ukuran. Genteng metal yang digunakan setaraf produksi “PT.Tata
Logam Lestari” tipe Multi Roof. Warna harus disetujui Konsultan Pengawas secara
tertulis. 4.1.3.2. Usuk dan Reng kayu Usuk ukuran 5X7 cm dengan jarak 50 cm, Reng
ukuran 3X4 cm dengan jarak 38,5 cm 4.1.4. Contoh Sebelum dilakukan pemasangan di
lapangan, Pemborong harus menyerahkan contoh bahan kepada Konsultan Pengawas
untuk mendapat persetujuan. Bila terdapat bahan yang dipasang tidak sesuai dengan
contoh yang diberikan dan yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas, maka segala
konsekuensi penolakan atas bahan merupakan tanggung jawab Pemborong tanpa
penggantian kerugian dan tuntutan pekerjaan tambah. 4.1.5. Pelaksanaan Genteng
metal di pasang diatas reng yang sebelumnya dilapisi Alumunium Foil (Sisalasi) produk
terbaik. Pemesanan silasasi harus sesuai petunjuk pabrik dan Konsultan Pengawas serta
bebas dari kerusakan akibat ketidak-rapihan pemasangan. Bagian yang rusak akibat
pekerjaan yang tidak memenuhi syarat rapat air dan tidak rapih harus dibongkar dan
dirapihkan sampai memuaskan dan disetujui Konsultan Pengawas tanpa tambahan
biaya apapun. Untuk pemasangan genteng yang harus dipotong. Pemotongan harus
rata dan menggunakan alat potong yang khusus untuk itu. Penyambungan harus
memakai sel karet khusus untuk pemasangan genteng metal yang harus dilubangi bagi
kebutuhan dan sambungan khusus, seperti untuk pipa talang dan pipa sambungan
instalasi lainnya. Pemborongan harus mengadakan pengujian bila diminta oleh
Konsultan Pengawas untuk menjamin bahwa pelaksanaan pekerjaan telah benar-benar
memenuhi syarat rapat air, tanpa mengakibatkan kebocoran terutama pada tempat-
tampat yang ditunjuk untuk itu dan biaya untuk pengujian ini sepenuhnya merupakan
tanggung jawab pemborong. 4.2. PEKERJAAN TaLANG DAN FLASHING 4.2.1. Lingkup
Pekerjaan Meliputi pengadaan bahan, peralatan dan pengerjaan pipa talang dan
flashing, serta sistem drainase diluar bangunan sesuai gambar dan persyaratan. 4.2.2.
Pengendalian Pekerjaan · NI– 3 – 1982 · SII – 0137 – 80 · SII– 0344 – 82 4.2.3. Bahan-
bahan 1. Pipa talang tegak (vertikal) untuk saluran pembuangan air hujan digunakan
pipa PVC produksi “Maspion” atau yang setaraf dan disetujui Konsultan Pengawas/Ahli.
Warna cat akan ditentukan Konsultan Pengawas. 2. Pipa buangan bawah lantai/tanah
dari pipa PVC, jenis untuk saniter (kelas AW), untuk pipa talang tegak menggunakan
kelas medium. 3. Pipa talang dilengkapi dengan klem setiap jarak 1 m yang khusus
untuk jenis PVC merek Maspion atau yang setaraf dan disetujui Konsultan Pengawas. 4.
Alat perekat/penyambung pipa PVC sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh pabrik
pembuat pipa. 5. Saringan air hujan digunakan bahan logam kuningan atau tembaga
sesuai gambar perancang dan petunjuk Konsultan Pengawas. 4.2.4. Contoh Bahan
Sebelum diadakan pemasangan dilapangan, pemborong harus memberikan contoh
bahan yang akan dipakai untuk disetujui oleh Konsultan Pengawas. 4.2.5. Pelaksanaan 5.
Talang Berikan sealant pada lubang pipa talang yaitu S-Dine Joiner “W” atau yang
setaraf. 6. Flashing Flashing digunakan pada pertemuan-pertemuan vertikal dan
ditempat dimana diperlukan kerapatan air. 4.2.6. Pengujian Pengujian talang harus
dilakukan sampai Konsultan Pengawas mendapat kepastian bahwa pekerjaan tersebut
bebas dari keretakan dan kebocoran. 4.3. PEMASANGAN PELAPIS KEDAP AIR (WATER
PROOFING) 4.3.1. Umum Bagian ini meliputi seluruh pengadaan dan pemasangan
bahan termasuk kelengkapannya untuk pekerjaan pelapis kedap air pada atap beton,
toilet, pitlift dan sebagaimana dijelaskan dalam gambar-gambar. Yang dimaksud
dengan kelengkapan adalah: · Screed untuk membentuk kemiringan permukaan ·
Flashing dan sealing · Flashing penyekat pada daerah pertemuan dengan pipa, konduit
dan komponen struktural yang terdapat pada daerah pengerjaan water proofing. 4.3.2.
Pengendalian Pekerjaan Sesuai rekomendasi/instruksi pemasangan dari pabrik bahan
ybs, dikerjakan oleh akhli dan dengan petunjuk dari Konsultan Pengawas. 4.3.3. Bahan-
bahan 6. Pelapisan kedap air type membrane tebal 3 mm yang dilapisi dengan pasir
silica pada permukaannya. 7. Pelapisan kedap air ini tidak boleh pecah-pecah atau
berubah bentuk oleh karena pengaruh sinar matahari. 8. Lapisan kedap air yang
terbentuk harus dapat ditembusi uap air dari beton tanpa terjadi gelembung-
gelembung udara yang dapat merusak lapisan kedap air itu sendiri, lapisan ini juga
harus menolak sebagian besar dari sinar matahari. 4.3.4. Contoh Bahan Pemborong
harus mengajukan contoh dari bahan yang akan dipakai untuk mendapatkan
persetujuan konsultan pengawas. 4.3.5. Pemasangan Sebelum pemasangan, pemborong
harus memeriksa seluruh keadaan permukaan yang akan dikenakan bahan ini dan harus
memperbaiki kondisi permukaan yang dianggap dapat merusak lapisan kedap air ini.
Permukaan beton yang akan diberi lapisan kedap air harus rata, monolit, bersih dan
kering. Cara pemasangan sesuai dengan buku petunjuk/brosur bahan serta dilaksanakan
dengan baik. Flashing pada setiap pengakhiran lembaran pada dinding vertikal.
Sedangkan Caulking dan Sealing dilakukan pada semua sambungan atau antar
hubungan komponen bangunan, baik vertikal maupun horisontal. Tidak dikehendaki
sambungan dengan paku. Sambungan antar lembaran waterprofing dibuat overlap,
dengan lebar yang sesuai dengan yang disyaratkan pabrik pembuat. Lapisan didaerah
sudut ditumpukan pada strip mortar pengisi 45 derajat dengan lebar min 2.5 cm. Cara
pemasangan yang disyaratkan yaitu dengan cara pemanasan dengan api. Perlindungan
terhadap lapisan waterproofing harus dilakukan untuk menghindari cacat akibat
benturan, atau cabikan pekerjaan lain. Jika akan dibuat beton di atasnya, harus dibuat
lapisan screed proteksi setebal 2 cm. 4.3.6. Pengujian Pengujian dan pemeriksaan
lapisan dapat diajukan pada daerah yang ditentukan pengawas, dan perbaikan
pekerjaan ybs ditanggung sepenuhnya oleh pemborong. 4.3.7. Jaminan Sistim pelapis
kedap air yang dipilih harus dapat memberi jaminan dari produsen/pabrik pembuat
terhadap mutu bahan dan pelaksanaannya selama minimal 5 tahun. Sertifikat jaminan
terhadap kemungkinan kebocoran harus diberikan oleh pemborong kepada Konsultan
Pengawas sebelum bahan itu digunakan. 4.4. CAULKING DAN SEALANT 4.4.1. Lingkup
Pekerja Meliputi semua pekerjaan yang berkenaan dengan pemasangan
sealant/caulking, termasuk kelengkapan pemasangan seperti backing strip dsb. Caulking
dan sealant dipergunakan pada join antar material berbeda pada interior maupun
exterior, untuk pekerjaan kaca, pekerjaan kusen aluminium dan pekerjaan-pekerjaan
seperti yang ditunjukkan dalam gambar-gambar atau petunjuk Konsultan Pengawas.
4.4.2. Pengendalian Pekerjaan Seluruh pekerjaan ini harus sesuai dengan persyaratan : ·
Nl-3 · ASTM D-828 · ASTM E-96 · TAPPl T-803 · TAPPl T-407 4.4.3. Bahan-bahan 7.
Neoprene: dipakai pada hubungan antara kaca dengan rangka aluminium. 8. S-Dine
Sealant 4100 (polysulfide) atau setaraf: untuk hubungan antara 2 bahan yang berlainan.
Bahan-bahan ini harus bersifat tidak menngisap, tidak membekas dan sealant yang
tampak tebalnya 1 cm dengan diberi lapisan pengisi (backing strip) yang bersifat sama
untuk mencapai ketebalan yang dibutuhkan. Sebagai bahan pembersih untuk
memasang sealant, dipakai “Xylol”, “Xylene”, atau Toluene. 4.4.4. Contoh bahan Contoh
bahan dan spesifikasi dari bahan yang akan dipakai harus diajukan kepada pengawas
untuk mendapat persetujuan. Pada saat diterima di site Material harus dalam keadaan
utuh pada kemasannya jelas merek dan tanggal kadaluarsanya, tertera contoh warnanya
dan disimpan di tempat dengan kondisi yang tidak menimbulkan material rusak. 4.4.5.
Pelaksanaan Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh kontraktor khusus pekerjaan ini dan
berpengalaman sekurangnya 5 tahun dan telah menunjukkan hasil pekerjaan sejenis
yang memuaskan. 4.4.5.1. Persiapan Bagian yang akan di caulking atau seal harus
dibersihkan dari kotoran dan debu, cat lainnya. Bagian yang sifatnya porous dibersihkan
dengan cara vacum atau blasting. Keseluruhan permukaan harus kering dan bebas dari
oli/minyak. Tipe dan konsistensi harus sesuai yang disyaratkan pabrik. Daerah
bersebelahan dengan bagian yang akan di seal atau caulked harus dilindungi sehingga
baik hasil seal atau caulkingnya rapih dan bersih. PASAL 5. PEKERJAAN KUSEN PINTU,
JENDELA, PARTISI DAN KACA 5.1. KUSEN PINTU DAN JENDELA ALMUNIUM 5.1.1.
Lingkup Pekerjaan Semua pekerjaan kusen pintu dan kusen jendela dari alumunium
dengan perlengkapannya yang diperlukan sesuai penjelasan dalam gambar-gambar.
5.1.2. Pengendalian Pekerjaan Semua pekerjaan kusen dan pintu alumunium harus
dikerjakan menurut instruksi pabrik/produsen dan standar-standar antara lain: · The
Aluminium Association (AA) · Architectural Aluminium Manufactures Association (AAMA)
· American Society for Testing Materials (ASTM) 5.1.3. Bahan-bahan 5.1.3.1. Kusen dan
Pelat Aluminium Kusen dan pelat aluminium yang digunakan adalah produksi “INDO
EXTRUSIONS” atau yang setaraf. Kadar campuran : Architectural Billet 45 (AB45) atau
yang setaraf dengan karakteristik kekuatan sebagai berikut : · Ulitmate strength 28000
p.s.i · Yield strength 22000 p.s.i · Shear strength 17000 p.s.i Anodizing : Ketebalan lapisan
di seluruh permukaan aluminium adalah 18-20 mikron dengan warna yang akan
ditentukan kemudian oleh Konsultan Pengawas. Hadware (perlengkapan) : Kontraktor
mengajukan daftar hadware kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan
persetujuan sebelum memulai pekerjaan, sesuai yang dijelaskan pada Pasal 5.5
spesifikasi ini. Accessories : Lihat Pasal 5.5. Jaminan : Harus diberikan jaminan tertulis
dari tipe campuran (alloy) dan ketebalan “anozing”. Pemborong harus dapat
memperlihatkan bukti-bukti keaslian barang-barang/bahan dengan “Certificate of
Origin” dari pabrik yang disetujui Konsultan Pengawas. 5.1.3.2. Sealant Sesuai dengan
Pasal 4.4. Pada persyaratan teknis ini. 5.1.3.3. Kaca Sesuai dengan Pasal 5.4. Pada
persyaratan teknis ini. 5.1.3.4. Karet sealer Harus sesuai ukuran dan bentuknya dengan
pintu, jendela dan kaca yang dimaksud dan harus dari mutu yang terbaik, dan sesuai
dengan yang dijelaskan pada Bab 4D. 5.1.4. Gambar Rancangan Pembuatan Pemborong
diminta untuk mempersiapkan gambar kerja dengan ukuran- ukuran yang disesuaikan
di lapangan. Pemborong diminta untuk merencanakan sistem pemasangan dengan
memperhiyungkan keamanan terhadap defleksi yang bisa terjadi akibat bentangan,
tekanan angin dan sebagainya, sesuai dengan rekomendasi pabrik dan peraturan-
peraturan muatan yang berlaku. 5.1.5. Pelaksanaan 5.1.5.1. Pengerjaan a. Semua
pengerjaan harus dilaksanakan oleh tukang-tukang terbaik dengan standar pengerjaan
disetujui Konsultan Pengawas. b. Pemakaian alat-alat terbaik. c. Pemasangan
sambungan harus tepat tanpa cela sedikitpun. d. Semua detail pertemuan harus runcing,
halus dan rata, bersih dari goresan-goresan, serta cacat-cacat yang mempengaruhi
permukaan alumunium. 5.1.5.2. Pemasangan a. Pemasangan harus sesuai dengnan
gambar-gambar dan persyaratan teknis ini. b. Setiap sambungan dengan dinding atau
benda yang berlainan sifatnya harus diberi sealant. c. Tanda-tanda dan cacat akibat
proses anozing, yaitu “rack” atau “gipper” yang timbul di permukaan aluminium harus
dihilangkan. 5.1.5.3. Perlindungan a. Semua aluminium harus dilindungi dengan “lacquer
film” atau bahan yang lain yang disetujui oleh Konsultan Pengawas ketika dibawa ke
lapangan. b. Perlindungan tersebut harus dibuka dimana diperlukan ketika aluminium
akan dikerjakan. c. Tepi-tepi kusen harus dilindungi dengan plastic tape atau zinc
chromate primer (pernis transparan) ketika pekerjaan plester dilaksanakan. Bagian-
bagian lain dapat tetap dilindungi dengan “lacquer film” sampai pekerjaan selesai. d.
Penggunaan pernis pada permukaan yang akan diberi caulking atau sealant tidak
diperkenalkan. 5.1.5.4. Weather Seal Pemasangan kusen harus dilengkapi dengan
weather seal (backing strip) di dalam dan di luar sebagai lapisan pengisi, sebelum
sealant dipasang. 5.1.6. Pengujian 5.1.6.1. Jendela tipikal a. Semua jendela tipikal
dikerjakan lebih dahulu termasuk pemasangan kaca dan sealant. b. Contoh (sample)
produksi aluminium tersebut harus ditest pada sebuah labotorium yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas dan test itu meliputi: · Ketebalan lapisan · Staining · Berat · Test
korosi c. Konsultan Pengawas akan menguji kekuatan, kualitas pekerjaan dan kedap air
dari kusen tersebut. d. Pekerjaan aluminium yang lain boleh dilanjutkan setelah
pekerjaan disetujui oleh Konsultan Pengawas. 5.1.6.2. Masa Pemeliharaan a. Bila sampai
akhir masa pemeliharaan, Konsultan Pengawas berpendapat bahwa curah hujan masih
kurang untuk menguji kedapan air, maka Konsultan Pengawas berhak menguji jendela
dengan penyemprotan air secara kontinyu. b. Bila terjadi keretakan, kebocoran dan
sebagainya akibat hujan maupun penyemprotan, harus diperbaiki kembali sehingga
sempurna, tanpa biaya tambahan. 5.2. PINTU DAN JENDELA 5.2.1. Lingkup Pekerjaan
Semua pekerjaan pintu dan jendela aluminium dengan perlengkapan yang diperlukan
sesuai penjelasan dalam gambar atau sesuai petunjuk Konsultan Pengawas. 5.2.2.
Bahan-bahan 9. Rangka aluminium untuk pintu dan jendela yang ditunjukkan dalam
gambar adalah merupakan ide dasar Ahli, yang selanjutnya harus dilengkapi gambar
kerja oleh Pemborong sesuai dengan jenis profil aluminium yang akan digunakan.
Aluminium yang akan digunakan adalah produksi “INDO EXTRUSION”. 10. Kaca, sesuai
Bab 5D. Pada persyaratan teknis ini. 11. Perlengkapan pintu dan jendela sesuai bab 5E.
Pada persyaratan teknis. 5.2.3. Pelaksanaan Lakukan pengukuran seteliti mungkin
ditempat pemasangan, laporan kelainan-kelainan yang terjadi pada Konsultan
Pengawas agar mendapat petunjuk lanjutan dan persetujuan sebelum pemasangan.
5.2.4. Pemasangan Daun pintu harus mempunyai kerenggangan terhadap kusen dalam
batas-batas sebagai berikut: Tunggal Ganda Sisi engsel 1,5-2 mm 1,5-2 mm Sisi kunci
1,5-2 mm 2,5 mm Ambang atas 1,5 mm 1,5 mm Ambang bawah 2 mm 2 mm 5.3.
PEKERJAAN PARTISI 5.3.1. Lingkup Pekerjaan Meliputi pengadaan dan pemasangan
seluruh partisi seperti yang tertera pada gambar-gambar. 5.3.2. Pengendalian Pekerjaan
Seluruh pekerjaan sesuai petunjuk Kosultan Pengawas di lapangan. 5.3.3. Bahan-bahan
12. Rangka yang dipakai sesuai gambar. 13. Papan Gipsum tebal 12 mm setaraf merek
“Jaya Board”. 14. Glass wool untuk peredam suara, tebal 5 cm atau atas petunjuk
Konsultan Pengawas. 15. Pengikat berupa paku, mur, baut, kawat, sekrup dan lain-lain
harus di-galvanisir sesuai dengan Nl-5 Bab Vl pasal 14, 15 dan 17. 16. Kaca sesuai Bab
5D. Pada persyaratan teknis ini. 17. Kunci sesuai Bab 5E. Pada persyaratan teknis ini. 18.
Cat yang digunakan setaraf dulux produksi “ICI” 5.3.4. Contoh Bahan Pemborong harus
memberikan contoh-contoh bahan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan
persetujuan. 5.3.5. Gambar Rencana Pembuatan Serahkan gambar rencana pembuatan
kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan sebelum pembuatan
dimulai. 5.3.6. Pelaksanaan Pemborong harus melakukan pengukuran seteliti mungkin di
tempat pemasangan. Hindari sedapat mungkin toleransi sambungan-sambungan pada
rangka. Laporkan kelainan-kelainan yang terjadi kepada Konsultan Pengawas agar
mendapat persetujuan sebelum pemasangan dilakukan. 5.4. PEKERJAAN KACA 5.4.1.
Lingkup Pekerjaan Dalam lingkup ini meliputi pengadaan dan pemasangan kaca seperti
yang tertera dalam gambar-gambar. 5.4.2. Pengendalian Pekerjaan · NI-3-1970 ·
Keterangan Produsen · Persyaratan teknis 5.4.3. Bahan-bahan Kaca rayben tebal 6 mm
dan kaca jenis “clear glass” (kaca bening) tebal 5 mm dipasang pada tempat-tempat
sesuai gambar pelaksanaan. Kaca-kaca tersebut harus mempunyai toleransi ketebalan
maksimal 3%, setaraf dengan produksi PT ASAHI MAS, Jakarta. Kaca cermin dari kualitas
utama tebal 6 mm dipasang pada tempat sesuai gambar perancangan. 5.4.4.
Pelaksanaan Kecuali dinyatakan lain oleh Konsultan Pengawas, kaca-kaca didatangkan
ke lapangan pekerjaan sudah dalam siap pasang. Sebelum pemasangan Pemborong
harus mengambil ukuran-ukuran yang tepat dari lubang-lubang/bukaan-bukaan kusen
yang bersangkutan, sehingga perubahan ukuran kaca di lapangan yang harus dibuat
karena tidak dilakukannya pengukuran terlebih dahulu, menjadi tanggung jawab
Pemborong sepenuhnya. 5.5. ALAT PERLENGKAPAN PINTU DAN JENDELA 5.5.1. Lingkup
Pekerjaan Lingkup pekerjaan ini meliputi pengadaan dan pemasangan dari semua alat-
alat penggantung dan kunci-kunci yang dipakai dalam pekerjaan ini. 5.5.2. Pengendalian
Pekerjaan Semua alat perlengkapan pintu dan jendela yang akan dipakai harus sesuai
dengan persyaratan Nl-3-1970 pasal 48, serta instruksi pabrik/produsen. 5.5.3. Bahan-
bahan 19. Bahan untuk kunci-kunci (handle, plate, lock, Keys) maupun penggantung
adalah merek “CISA” atau yang setaraf dengan sistem master key. Bila pemborong
mengusulkan merek lain, maka harus dari produk yang setaraf dan disetujui ahli. 20.
Logam dasar dan “finish” yang ditentukan sebagai berikut: Logam Dasar Finish
Perunggu atau kuningan Chrominium kilat atau dof 5.5.4. Contoh Bahan Pemborong
harus menyerahkan daftar alat penggantung dan kunci dalam tiga rangkap untuk
meminta persetujuan Ahli. Daftar tersebut harus mempunyai bentuk sebagai berikut: ·
No. Referensi, Nama Barang, Nama Produsen dan No. Katalog dari yang diusulkan. · Di
samping daftar itu, contoh dari setiap perlengkapan harus diajukan untuk disetujui Ahli.
5.5.5. Pemasangan Engsel atas dipasang tidak lebih dari 28 cm (as) dari atas pintu.
Engsel bawah dipasang tidak lebih dari 35 cm dari permukaan lantai. Engsel antara
dipasang ditengah kedua engsel atas dan bawah. Kunci dan pegangan pintu dipasang
setinggi lebih kurang 100 cm (as) dari atas permukaan lantai. PASAL 6. PEKERJAAN
FINISHING 6.1. PLESTER DAN ACIAN 6.1.1. Lingkup Pekerjaan Bagian ini meliputi seluruh
pekerjaan plester dan acian seperti yang dijelaskan dalam ambar-gambar perancangan
dan petunjuk pengawas dilapangan. 6.1.2. Pengendalian Pekerjaan Seluruh pekerjaan
dan bahan harus sesuai dengan persyaratan dalam: · NI-2-1971 · NI-3-1982 · NI-8-1972 ·
ASTM C 90-72 · ASTM B 615-72 6.1.3. Bahan-bahan Semua bahan yang digunakan
dalam pekerjaan terdiri dari: 21. Pasir Pasir yang dipakai harus kasar, tajam, bersih dan
bebas dari tanah liat, lumpur atau campuran-campuran lain sesuai dengan: · NI-3 pasal
14 · NI-2 Bab 3.3 22. Portland Cement Portland Cement yang dipakai harus baru, tidak
ada bagian yang membatu dan dalam zak yang tertutup seperti disyaratkan dalam Nl-8.
Hanya sebuah merek dari satu jenis semen yang boleh dipakai dalam pekerjaan. 23. Air
Air harus bersih segar dan bebas dari bahan-bahan yang merusak seperti: minyak, asam
dan unsur organik. Pemborong harus menyediakan air kerja atas biaya sendiri. 6.1.4.
Perancangan 6.1.4.1. Campuran Adukan dan Pletser Perbandingan campuran dan
pengetesannya dapat dilaksanakan dalam waktu 1 minggu dan tidak ada penambahan
waktu lagi untuk itu. a. Pletser/adukan dengan campuran 1 pc : 5 ps digunakan pada
daerah-daerah seluruh dinding bata seperti ditunjukkan dalam gambar. b.
Pletser/adukan dengan campuran 1 pc : 2 ps digunakan pada daerah-daerah basah
untuk kedap air, seperti daerah toilet setinggi 160 cm dari lantai dan daerah lainnya
setinggi 20 cm dari lantai sebagaimana ditunjukkan dalam gambar. c. Pletser/adukan
harus dicampur dengan bahan “additive” untuk mencegah keretakan yang tak
diinginkan dan terlebih dahulu mendapat persetujuan ahli. 6.1.4.2. Acian Acian dibuat
dalam campuran 1 pc : 2 air (volume) dan digunakan hanya pada dinding-dinding yang
akan di cat. 6.1.5. Pelaksanaan 6.1.5.1. Umum Pergunakan mesin-mesin pengaduk
(molen) dan peralatan yang memadai. Bersihkan semua permukaan yang akan dipletser
dan disiram air hingga jenuh. Pekerjaan plesteran harus rata sesuai perintah Konsultan
Pengawas, dengan tebal plesteran kecuali bila dinyatakan lain adalah 20 mm dengan
toleransi minimal 15 mm dan maksimal 25 mm. 6.1.5.2. Pencampuran Membuat
campuran adukan/plester tanpa mesin pengaduk hanya dapat dilaksanakan bila ada izin
dari Konsultan Pengawas. 6.1.5.3. Pelaksanaan Adukan/Plesteran 24. Adukan pasangan
bata : lihat Pasal 1. Pasangan Bata 25. Plesteran 2.1. Plesteran ke dinding bata biasa a.
Bersihkan permukaan dinding bata dari noda-noda debu, minyak, cat dan bahan-bahan
lain yang dapat mengurangi daya ikat plester. Basahkan sebelum pekerjaan dimulai. b.
Pasang lapisan plester setebal yang diisyaratkan (20 mm), ratakan dengan roskam
kayu/almunium dengan panjang minimal 1,2 m. basahkan terus selama kurang lebih 3
hari 2.2. Plesteran Permukaan Beton a. Bersihkan permukaan beton dari sisa-sisa
bekisting, debu, minyak-minyak, cat dan bahan lain yang dapat mengurangi daya ikat
plesteran. Kasarkan permukaan beton dengan cara dicipping. Basahi beton dengan air
hingga jenuh. Tunggu sampai aliran air berhenti. b. Pasangkan acian setebal 2-3 mm,
kasarkan permukaan kemudian pasangkan plester sebelum acian mengering. c. Bila
acian diperlukan, laksanakan sesuai Bab “Plester dan Acian”. 6.2. PEMASANGAN UBIN
KERAMIK DAN GRANITO TILE 6.2.1. Lingkup Pekerjaan Ini meliputi pengadaan dan
pemasangan ubin keramik dan Granito Tile seperti yang ditunjukkan dalam gambar.
6.2.2. Pengendalian Pekerjaan Seluruh Pekerjaan disesuaikan menurut standar: · NI-2-
1971 · NI-3-1970 · NI-8-1972 · SII-0241-1970 6.2.3. Bahan-bahan 26. Ubin Keramik dan
Granito Tile · Bahan keramik dan Granito Tile harus dari kualitas 1. Warna dan pola-pola
akan ditentukan kemudian oleh Ahli. · Ubin keramik pada daerah toilet: dipakai keramik
ukuran 20x20 cm dan dinding 20x25 cm, border ukuran 10x20 produk ROMAN kwalitas
1 atau yang setara, warna akan ditentukan kemudian. · Ubin keramik 30x30 cm produk
ROMAN kwalitas 1, atau yang setara dipasang sesuai gambar. · Untuk tangga keramik
harus dipasang step nosing/anti slip. · Ubin Granito Tile ukuran 30x30 produk “Granito”
atau yang setara dipasang sesuai gambar. 27. Bahan Perekat Bahan perekat ubin
keramik/porselen yang akan dipergunakan untuk pemasangan pada dinding dan lantai
adalah Portland Cement biasa disaring/ayak dengan ayakan halus dan disetujui
Konsultan Pengawas. 28. Contoh-contoh Sebelum dilakukan pemasangan, Pemborong
harus memberikan contoh data teknis bahan-bahan yang akan dipakai untuk disetujui
oleh Konsultan Pengawas 29. Penyimpangan Ketika tiba di site bahan keramik tile harus
dalam keadaan dalam pak tertutup dan bersegel, dan disimpan di ruang yang kering
dan tertutup. 6.2.4. Pemasangan · Sebelum lapisan ubin keramik dipasang, permukaan
dinding/lantai beton/bata harus diberi plester yang rata dan padat. Untuk lantai atas
beton, tiap 12 m2 lantai harus dibuat expansion joint yang gambar kerjanya diajukan
kepada pengawas untuk persetujuan sebelum pelaksanaan. · Pemasangan ubin keramik
harus rata dan toleransi nat 1,5-2 mm arah horizontal maupun vertikal tapi tidak
kumulatif. · Pengisi celah antara ubin digunakan acian portland cement putih dengan
diberi warna sesuai ubin yang dipasang yang dicampur dengan pasta khusus pengisi
nat/celah untuk keramik dan atas persetujuan Konsultan Pengawas. · Pemotongan
keramik harus menggunakan alat khusus potong keramik. · Apabila terdapat fixture
saniter pada bidang tile tersebut, maka pemotongan harus rapih dan diselesaikan/ditrim
dengan rapih. · Pemasangan harus dilakukan oleh tukang yang ahli untuk pekerjaan ini.
Konsultan Pengawas berhak menolak tukang yang dianggap tidak mampu/ahli untuk
pekerjaan dimaksud dan Pemborong harus segera mengganti dengan tukang yang
sesuai dan ahli serta disetujui oleh Konsultan Pengawas. · Keramik yang sudah terpasang
(dilantai) tidak boleh dibebani/diinjak sebelum berumur 7 hari. Keramik harus dilindungi
dengan plastik selama periode konstruksi. 6.2.5. Kebersihan Kerja Segera sesudah
pemasangan keramik, semua arena harus dibersihkan dari semen tersisa atau material
lain yang mengotori dengan menggunakan alat dan bahan khusus untuk pekerjaan ini.
6.3. PEMASANGAN GRANIT 6.3.1. Lingkup Pekerjaan Bagian ini meliputi pengadaan dan
pemasangan granit pada dinding eksterior dan interior sebagaimana yang dijelaskan
dalam gambar atau petunjuk Konsultan Pengawas. 6.3.2. Pengendalian Pekerjaan Semua
pekerjaan granit harus sesuai dan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang di tetapkan
dalam : · NI - 3 - 1970 · SII - 0379 - 80 · Dan stantar-standar lain yang berlaku untuk
pekerjaan ini. 6.3.3. Bahan-bahan 6.3.3.1. Granit Granit yang digunakan adalah ex China.
Tipe dan warna akan ditentukan kemudian oleh ahli. 6.3.3.2. Material Bantu 30. Angkur
Angkur penyangga/pemegang (angkur utama) maupun angkur penguat, harus terbuat
dari logam yang tahan karat (non ferrour metal). Angkur penyangga harus mampu
menahan berat granit dan apabila dianggap perlu pemborong harus menyerahkan
perhitungan yang membuktikan bahwa angkur tersebut mampu menahan beban granit.
Tiap lembar granit yang dipasang tegak atau miring pada dinding, harus dipegang
paling sedikit oleh empat angkur penyangga. · Pengisi celah antara dua segmen granit
harus menggunakan bahan Epoxe Tile Grouting yang setara dengan “Superbon”
produksi Hoechse dengan warna yang disetujui oleh konsultan pengawas. Clah/nat
antara segmen granit harus dibuat serapat mungkin tidak lebih dari 1,0mm. 31. Bahan
perekat/lem. · Pemasangan granit pada bagian tertentu yang harus menggunakan
bahan perekat, harus mendapatkan izin dan persetujuan dari Konsultan Pengawas. ·
Bahan perekat yang digunakan harus mempunyai daya lekat (bonding strength) tidak
kurang dari 40 kg/cm2 pada usia 7 hari. Bahan perekat yang digunakan ialah setara
“Araldite Tile Expose Mortar”. · Pemborong harus membuktikan kekuatan bahan perekat
yang akan digunakan dengan mengadakan percobaan-percobaan yang disaksikan oleh
Konsultan Pengawas. 6.3.3.3. Contoh bahan Pemborong harus menyerahkan contoh
bahan-bahan yang akan digunakan kepada Konsultan Pengawas selambat-lambatnya 2
(dua) minggu sebelum bahan didatangkan ke lapangan, untuk mendapatkan
persetujuan penggunaanya. 6.3.3.4. Penyimpanan Saat pengangkutan granit harus di
pak sedemikian sehingga tidak mengakibatkan bahan cacat atau retak. Penyimpanan
granit harus tersusun vertikal dengan platform kayu setinggi 10 cm dari tanah. 6.3.4.
Gambar Kerja Pemborong harus membuat dan menyerahkan gambar kerja (shop
drawing) yang dibuat berdasarkan penelitian dan pengukuran di lapangan untuk
mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas sebelum pelaksanaan pekerjaan.
Gambar kerja harus memperlihatkan ukuran potongan granit yang akan digunakan
berikut detail-detailnya angkur, dowel, grout, serta harus memperlihatkan cara
pemasangan-nya. 6.3.5. Pelaksanaan 6.3.5.1. Persyaratan Kerja 32. Tenaga Ahli Pekerjaan
harus dilaksanakan oleh tenaga ahli yang terlatih dan berpengalaman. 33. Peralatan
Pemborong harus menempatkan peralatan yang berupa alat pemotong, alat penghalus
gerinda, alat bevel sudut/bulat, alat poles/polis dan alat yang standar untuk
penyesuaian ukuran di lapangan. 34. Pemeriksaan Keadaan Lapangan Sebelum
Dilakukan pemesana/pengiriman material, Pemborong harus melaksanakan
pemeriksaan kondisi lapangan untuk mengetahui dengan tepat ukuran-ukuran yang
diperlukan. Kesalahan pengukuran yang mengakibatkan tidak dapat digunakannya
material yang didatangkan, sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemborong. 35. Mutu
Pekerjaan Konsultan Pengawas berhak untuk meminta penggantian material atau
meminta untuk membongkar pekerjaan yabg tidak dapat diterima mutunya akibat
kecerobohan cara pelaksanaan. Pekerjaan pembongkaran dan penggantian material
tersebut, sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemborong. 6.3.5.2. Perlindungan
Terhadap Pekerjaan dan Pembersihannya Pemborong bertanggung jawab melindungi
semua pekerjaan terhadap pengaruh pekerjaan lain yang berlangsung disekitarnya.
Perlindungan khusus terhadap minyak dan bahan-bahan kimia lain yang dapat
mempengaruhi granit tersebut. Perlindungan antara lain dilakukan dengan cara
menutup dengan plastik selama konstruksi berlangsung. 6.4. PEKERJAAN LANGIT-
LANGIT 6.4.1. Lingkup Pekerjaan Bagian ini meliputi seluruh pekerjaan langit-langit
termasuk semua kelengkapannya, seperti profil akhir, sudut ataupun rangka
penggantungnya, sesuai dengan yang tertera pada gambar. 6.4.2. Pengendalian
Pekerjaan Sesuai petunjuk pabrik/produsen bahan langit-langit dan Konsultan
Pengawas di lapangan. 6.4.3. Bahan-bahan · Papan Gipsum tebal 6mm produk “Jaya
Board” atau yang setara. Khusus untuk toilet, gipsum yang digunakan harus tahan
terhadap lembab. Pada kedua sisi terpanjang papan gipsum harus memiliki sudut agak
melandai di permukaan luarnya untuk menghasilkan permukaan langit-langit yang rata
dan menyambung. Cornis/lis gipsum tipenya akan ditentukan kemudian oleh ahli di
lapangan. · Alumunium lineal, di pasang pada langit-langit pada bagian luar sesuai
gambar.Produk yang digunakan setara “LUXALON”. 6.4.4. Penyimpanan Bahan-bahan
harus disimpan dengan cara yang disetujui oleh Konsultan Pengawas guna menghindari
dari segala hal yang dapat mengakibatkan kerusakan terhadap bahan yang akan
dipergunakan. 6.4.5. Pelaksanaan Sebelum pelaksanaan dimulai Pemborong harus
menyerahkan contoh langit-langit beserta data teknis bahan yang akan digunakan
untuk mendapat persetujuan dari Ahli. Pemborong harus menyerahkan rencana
penggantungan langit-langit kepada Konsultan Pengawas untuk persetujuannya melalui
gambar kerja. Sambungan-sambungan, lubang-lubang (acces panel) untuk pekerjaan
lain sekitar (listrik, mekanikal) pekerjaan langit-langit tsb berikut penguat-penguatnya
harus disiapkan. Seluruh rangka langit-langit digantung pada plat atau balok beton
dengan mengunakan penggantung dari metal dan dibuat sedemikian rupa sehingga
seluruh rangka dapat melekat dengan baik dan kuat tanpa adanya perubahan bentuk.
Pada saat pemasangan rangka langit-langit harus diperhitungkan peil ketinggian
finishing langit-langit terhadap langit sesuai dengan gambar perancangan. Pemasangan
panel gipsum ke permukaan rangka merupakan sekrup yang telah ditentukan dengan
mesin tangan pengencang sekrup. Jarak antar sekrup lebih kurang 50-65 mm.
Pertemuan antara sambungan memanjang panel gipsum harus ditutup dengan lapisan
dempul gipsum dan direkatkan pita kertas berporous untuk kemudian dilapisi kembali
dengan lapisan dempul gipsum. Setelah lapisan dempul tersebut kering, sambungan
diamplas agar permukaan rata dan bersih. Rangka merupakan konstruksi utama,
sebelum dipasang harus diperiksa dan diteliti sebaik-baiknya sehingga setelah dipasang
akan rapih, kaku dan kuat. Penguat-penguat tertentu dapat ditambahkan untuk lebih
memperkuat konstruksi, asal tidak mengganggu bentuk luar dan harus disetujui terlebih
dahulu oleh Konsultan Pengawas. Langit-langit boleh dipasang setelah semua instalasi
yang berada diatas langit-langit selesai terpasang, berikut lampu-lampu. Bila langit-
langit yang terpasang kemudian dibongkar karena adanya perbaikan-perbaikan, maka
semua biaya ditanggung oleh Pemborong. Pelaksanaan di lapangan mengikuti
persyaratan dalam gambar dan petunjuk Konsultan Pengawas. 6.5. PEKERJAAN CAT
6.5.1. Lingkup Pekerjaan Bagian ini meliputi pengadaan cat dan pengecatan pada
seluruh permukaan dinding, langit-langit sesuai petunjuk Konsultan Pengawas. 6.5.2.
Pengendalian Pekerjaan Seluruh pekerjaan harus sesuai dengan standar sebagai berikut:
· NI-3-1970 · NI-4 6.5.3. Bahan-bahan Cat serta pelapis-pelapis lain yang akan digunakan
disini, adalah “DULUX” produksi ICI atau pabrik yang setaraf. Semua cat dasar dan cat
akhir yang digunakan dalam pekerjaan ini harus dari satu pabrik. Warna-warna akan
ditentukan oleh Ahli kemudian. Cat dinding luar harus memenuhi persyaratan tahan
terhadap cuaca. 6.5.4. Persetujuan Ahli Semua cat yang dipakai harus mendapat
persetujuan Konsultan Pengawas sebelum boleh dipakai didalam pekerjaan. Cat
didatangkan kelapangan pekerjaan dalam kaleng-kaleng asli dari pabrik, lengkap
dengan cap perusahaan, merek dan sebagainya. 6.5.5. Pelaksanaan Laksanakan
pengecatan atas semua permukaan sesuai dengan aturan pakai yang dijelaskan oleh
pabrik pembuat cat. Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Pengawas aturan
pemakaian cat dari pabrik pembuat cat yang disetujui Konsultan Pengawas. Apabila
diperlukan, Kontraktor harus melakukan konsultasi kepada pabrik/pengawas teknis
pabrik sebagai yang disarankan dan disetujui Konsultan Pengawas. 6.6. PEKERJAAN
CLADING ALUMUNIUM COMPOSIT 6.6.1. Lingkup Pekerjaan Bagian ini meliputi
pengadaan bahan dan pemasangan Alumunium Composit sesuai gambar dan petunjuk
konsultan pengawas. 6.6.2. Pengendalian Pekerjaan Sesuai petunjuk produsen
Alumunium Composit dan petunjuk Konsultan Pengawas di lapangan. 6.6.3. Bahan-
bahan Alumunium Composit yang digunakan merek “ALPOLIC” atau yang setara,
dengan ketebalan 6mm, warna akan ditentukan kemudian oleh ahli. Rangka sesuai
dengan gambar atau petunjuk konsultan pengawas di lapangan. 6.6.4. Gambar
Rancangan Pembuatan Pemborong diminta untuk mempersiapkan gambar kerja (Shop
Drawing) dengan ukuran sesuai di lapangan dan mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas. Pemborong diminta untuk merencanakan sistem pemasangan dengan
memperhitungkan keamanan terhadap defleksi yang bisa terjadi akibat bentangan,
tekanan angin, dan sebagainya. Sesuai dengan rekomendasi produsen Alumunium
Composit dan peraturan-peraturan muatan yang berlaku. 6.6.5. Pelaksanaan Semua
pekerjaan harus dilaksanakan oleh tenaga yang ahli dan berpengalaman dalam
pemasangan Alumunium Composit. Pemasangan harus sesuai gambar dan persyaratan
teknis dari produk Alumunium Composit. Setiap celah/nat antara Alumunium Composit
atau hubungan dengan dinding harus diberi sialant. Cacat-cacat akibat kecerobohan
pelaksanaan harus diganti dan menjadi tanggung jawab pemborong. 6.6.6.
Perlindungan Semua Alumunium Composit harus dilindungi dengan “Laquer Film” atau
bahan lain sesuai pabrik pembuat ketika dibawa ke lapangan. Bahan pelindung baru
boleh dibuka setelah selesai dipasang atau sesuai petunjuk Konsultan Pengawas di
lapangan. 6.6.7. Masa Pemeliharan Bila akhir masa pemeliharaan Konsultab Pengawas
berpendapat bahwa curah hujan masih kurang untuk menguji kekedapan air, maka
Konsultan Pengawas berhak menguji dengan cara penyemprotan air ke bidang
pemasangan Alumunium Composit. Bila terjadi retakan atau kebocoran akibat hujan
maupun penyemprotan, maka harus diperbaiki kembali sehingga sempurna, tanpa biaya
tambahan. PASAL 7. PEKERJAAN KHUSUS 7.1. PERLENGKAPAN TOILET 7.1.1. Lingkup
Pekerjaan Meliputi semua pekerjaan yang berkaitan dengan pemasangan perangkat
toilet, termasuk segala kelengkapannya, sehingga perangkat tersebut dapat berfungsi
baik. Semua perlengkapan tsb harus mempunyai kontruksi yang bersifat saling
melengkapi dan menghasilkan kontruksi yang kokoh. Kecuali disetujui lain, semua
perlengkapan harus merupakan produk dari satu perusahaan. Warna akan ditentukan
kemudian. 7.1.2. Contoh Bahan Sebelum Pelaksanaan dimulai, contoh dari semua bahan
dan data teknisnya harus diajukan untuk disetujui Konsultan Pengawas. Data teknis
tersebut harus menunjukkan tipe, dimensi, warna dan data lainnya yang menunjukkan
cara pemasangan. 7.1.3. Pemasangan Pemasangan harus sesuai dengan gambar detail
arsitektur dan disetujui Konsultan Pengawas. Gambar shop drawing sebelum
pelaksanaan harus diajukan, yang menunjukkan detail dari lay out, perkuat pemasangan
dan detail lainnya kepada pengawas untuk persetujuan. 7.1.4. Penyimpanan Semua
perangkat sanitair dan fiting/fixture pelengkapnya harus diterima di lapangan dalam
keadaan utuh dan disimpan di temapat yang kering dan terlindung dari kerusakan
sebelum pemasangan. 7.1.5. Pelaksanaan Semua perangkat harus dipasang sesuai
dengan petunjuk pemasangan dari pabrik. Apabila pelaksanaannya akan lain, harus
mendapatkan persetujuan dari pengawas. Semua join harus kedap air, udara dan gas.
7.1.6. Perlindungan Kontraktor harus melakukan perlindungan untuk semua perangkat
sanitair sampai pekerjaan selesai. Adanya kerusakan/cacat pada sanitair harus diganti
dengan biaya kontraktor. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN SIPIL PASAL 8. U M U M 8.1.
STANDAR YANG BERLAKU Semua pekerjaan dalam Kontrak ini harus dilaksanakan
dengan mengikuti dan memenuhi persyaratan-persyaratan teknis yang tertera dalam
persyaratan Normalisasi Indonesia (NI), Standar Industri Indonesia (SII) dan Peraturan-
peraturan Nasional maupun Peraturan-peraturan setempat lainnya yang berlaku atas
jenis-jenis pekerjaan yang bersangkutan antara lain : SII PERATURAN PELAKSANAAN
PEMBANGUNAN JALAN RAYA (DIRJEN BINA MARGA) NI – 2 (1971) PERATURAN BETON
BERTULANG INDONESIA SK SNI T-15 TH 1991 TATA CARA PERHITUNGAN STRUTUR
BETON UNTUK BANGUNAN GEDUNG PPBBI THN. 1984 PERATURAN PERENCANAAN
BANGUNAN BAJA INDONESIA NI – 3 (1970) PERATURAN UMUM UNTUK BAHAN
BANGUNAN DI INDONESIA NI – 8 (1972) PERATURAN SEMENT PORLAND INDONESIA
NO.1 / ST / B.M / ’ 72 PERATURAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN RAYA NI
PMI PERATURAN UMUM DARI DINAS KESELAMATAN KERJA PERATURAN PERBURUHAN
INDONESIA Untuk pekerjaan-pekerjaan yang belum termasuk dalam standar-standar
yang tersebut diatas, maupun standar-standar Nasional lainnya, maka diperlakukan
standar-standar Internasional yang berlaku atas pekerjaan-pekerjaan tersebut atau
setidak-tidaknya berlaku standar-standar persyaratan teknis dari negara-negara asal
bahan/pekerjaan yang bersangkutan. 8.2. MEREK-MEREK DAGANG Kecuali ditentukan
lain, maka nama-nama atau merek-merek dagang dari bahan disebutkan dalam
Persyaratan Teknis ini ditunjukkan untuk maksud-maksud perbandingan terutama
dalam hal mutu, model, bentuk, jenis dan sebagainya, dan hendaknya tidak diartikan
sebagai persyaratan (merek) yang mengikat. Pemborong boleh mengusulkan merek-
merk lainnya yang setara dalam mutu, model, bentuk, jenis dan sebagainya setelah
mendapat persetujuan dari Konsultan Pegawas. 8.3. DATA UMUM LAPANGAN KERJA
8.3.1. Titik-titik Ukur Seluruh titik ukur sehubungan dengan pekerjaan ini didasarkan
pada ukuran setempat, yaitu titik-titik ukur yang ada di lapangan proyek seperti yang
disetujui oleh Konsultan Pengawas. 8.3.2. Data Fisik Data-data sehubungan dengan
ketinggian-ketinggian tanah yang ada, tinggi muka air tanah, dan lain-lain diterapkan
pada gambar-gambar dimaksudkan sebagai informasi umum bagi Pemborong dalam
melaksanakan pekerjaan. Keterangan sifat-sifat tanah serta ketinggian tanah yang
diperlihatkan dalam gambar-gambar hendaknya tidak dianggap hal yang pasti atas
dasar penyusunan harga penawaran. Untuk itu Pemborong melihat dan memeriksa
sendiri keadaan tanah di tempat pekerjaan. Penawaran yang diserahkan Pemborong,
harus sudah meliputi semua biaya untuk pelaksanaannya sesuai dengan ketinggian-
ketinggian dan sifat-sifat yang ditentukan pada gambar-gambar atau hasil peninjauan
ke tempat pekerjaan. Setelah dibuat Kontrak tidak dibenarkan adanya ganti rugi yang
diakibatkan karena kesalahan taksiran tentang jarak angkut, kubikasi dan macam tanah.
8.4. PEMBERITAHUAAN UNTUK MEMULAI PEKERJAAN Dalam keadaan apapun tidak
dibenarkan untuk memulai pekerjaan yang sifatnya permanen tanpa terlebih dahulu
mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas. Pemberitahuan yang lengkap dan jelas
harus terlebih dahulu disampaikan kepada Konsultan Pengawas dan dalam jangka
waktu yang cukup sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan itu, agar Konsultan
Pengawas mempunyai waktu yang cukup, bila dipertimbangkan bahwa perlu
mengadakan penelitian dan pengujian terlebih dahulu atas persiapan pekerjaan
tersebut. 8.5. PERINTAH UNTUK PELAKSANAAN Bila Pemborong tidak berada di tempat
pekerjaan dimana Konsultan Pengawas bermaksud untuk memberikan petunjuk-
petunjuknya, maka petunjuk-petunjuk tersebut harus diikuti dan dilaksanakan oleh
Pelaksana atau orang-orang yang ditunjuk untuk itu oleh Pemborong. 8.6. PERSIAPAN
PEKERJAAN Selama masa pembangunan, semua konstruksi penahan sementara baik
untuk konstruksi baja maupun konstruksi lain, harus diperhitungkan terhadap
kemungkinan terjadinya faktor-faktor alam, misalnya : angin, gempa bumi. Pemborong
bertanggung jawab atas keamanan dan keselamatan pekerja apabila terjadi faktor-
faktor diatas, selama masa pelaksanaan. Pada pekerjaan-pekerjaan yang akan dilakukan
setelah pekerjaan lain selesai harus dilaksanakan tanpa merusak fisik konstruksi dan
tanpa mengakibatkan pengurangan kestabilan konstruksi pekerjaan lain tersebut baik
langsung maupun tidak langsung 8.7. PENUNDAAN LINGKUP PEKERJAAN Apabila
terjadi suatu keadaan dimana bangunan tidak dapat dibangun sekaligus secara utuh,
maka konstruksi yang telah dibangun harus dibuat aman dan stabil terhadap beban
tetap dan beban sementara. Guna memperlancar tahap pelaksanaan yang selanjutnya,
maka Pemborong harus juga mempelajari kemungkinan adanya sambungan dengan
konstruksi yang akan datang tersebut. Pemborong harus menyediakan sarana
penyambungan dengan konstruksi selanjutnya (termasuk stek-stek, angker-angker, dan
lain-lain) dan sarana tersebut harus dilindungi terhadap kerusakan yang mungkin terjadi
sebelum pelaksanaan selanjutnya dimulai. 8.8. PENYESUAIAN DOKUMEN Pada waktu
pelaksanaan Pemborong harus menyesuaikan kembali dokumen-dokumen
pelaksanaannya dengan dokumen perencanaan, termasuk antara lain kualitas, sistem
dan jenis konstruksi. Penambahan /pengurangan volume kerja dengan seizin pemilik
bangunan, dapat diperhitungkan kemudian. Hal tersebut dituangkan menjadi dokumen
baru, yang memuat gambar-gambar lengkap sesuai dengan pelaksanaan (as built
drawing) dan telah mendapat pengesahan dari Konsultan Pengawas serta diserahkan
kepada Pemberi Tugas pada saat serah terima ke-1. PASAL 9. PEKERJAAN PERSIAPAN
DAN PEMBERSIHAN 9.1. PENGUKURAN Pemborong harus memulai pekerjaan-
pekerjaannya dari garis-garis dasar dan patok-patok yang telah disetujui oleh Konsultan
Pengawas dan bertanggung jawab penuh atas pengukuran-pengukuran yang dibuatnya.
Kontrakor harus menyediakan semua bahan, peralatan dan tenaga keja, termasuk juru-
juru ukur (surveyor) yang dibutuhkan sehubungan dengan pengukuran dan pematokan
untuk setiap bagian pekerjaan yang memerlukannya. Pemborong diwajibkan untuk
memelihara patok-patok serta tugu-tugu ukur utama selama masa pelaksanaan. Pada
keadaan dimana ada penyimpangan dari Gambar Pelaksanaan Pemborong harus
mengajukan 3 (tiga) Gambar Penampang dari daerah yang di patok itu. Konsultan
Pengawas akan membubuhkan tanda tangan persetujuan atau pendapat/revisi pada
suatu lembar gambar tersebut dan mengembalikannya kepada Pemborong. Setelah
diperbaiki, Pemborong harus mengajukan kembali gambar yang oleh Ahli diminta untuk
direvisi. Gambar tersebut harus digambar kembali dikertas kalkir untuk memungkinkan
direproduksi. Setelah disetujui, maka Pemborong akan menyerahkan pada Ahli gambar
kalkir asli dan 3 (tiga) lembar hasil reproduksinya. Ukuran maupun huruf yang dipakai
dalam gambar tersebut harus sesuai dengan ketentuan Ahli. 9.2. PEMBERSIHAN AWAL
Pemborong harus membersihkan dan menyingkirkan semua semak-semak, rumput-
rumput didalam daerah pekerjaan. Dalam pembersihan ini semua akar-akar harus
dimusnahkan dan disingkirkan sehingga nantinya dapat diyakini semak-semak dan
rumput-rumput tidak tumbuh kembali. Lubang-lubang bekas penyingkiran dan akar-
akar harus diisi kembali atau ditimbun lagi dengan bahan-bahan yang cocok dan
memenuhi syarat kemudian dipadatkan kembali. Sampah-sampah dan bahan-bahan lain
yang tidak akan dipergunakan harus di bakar dalam daerah yang lapang sehingga
selama pembakaran tidak akan merusak atau membahayakan daerah sekitarnya. Semua
bara api hasil pembakaran harus dipadamkan sebelum ditinggalkan. 9.3. PEMBUANGAN
LAPISAN TANAH ATAS Pembuangan lapisan tanah atas (top soil) dilakukan pada daerah
(tempat) dimana nanti akan dibangun konstruksi jalan atau jembatan sedalam ( 20 cm
atau ketebalannya disesuaikan dengan kondisi lapisan tanah atas di tempat
pekerjaan.Tanah hasil kupasan harus dibuang dari daerah pekerjaan. 9.4. PEMBERSIHAN
SELAMA PELAKSANAAN · Pihak Kontraktor harus melakukan pembersihan rutin untuk
menjamin daerah kerja, jembatan-jembatan, kantor darurat dan hunian, tetap terbebas
dari tumpukan-tumpukan bahan sisa, sampah, dan terbebas dari kotoran-kotoran
lainnya yang dihasilkan darioperasi pekerjaan lapangan dan harus tetap memelihara
daerah kerja dalam keadaan bersih setiap waktu. · Menjamin bahwa sistem drainase
terbebas dari kotoran-kotoran dan terbebas dari bahan-bahan lepas dan tetap
berfungsi setiap waktu. · Kontraktor harus menjaga / mengeringkan secara teratur
rambu-rambu lalu lintas dan sejenisnya, sehingga terbebas dari kotoran-kotoran dan
bahan-bahan lainnya. · Buang bahan sisa, kotoran-kotoran dan sampah-sampah pada
tempat yang telah ditentukan dan sesuai dengan peraturan-peraturan / perundangan
yang berlaku secara Nasional dan Peraturan Pemerintah Daerah setempat dan harus
mentaati Undang-Undang Anti Pencemaran. · Jangan membuang bahan sisa yang
mudah menguap seperti misalnya cairan mineral, minyak atau minyak cat kedalam
selokan jalan atau kedalam saluran yang ada. · Juga tidak diperkenankan menumpuk /
membuang bahan sisa kedalam sungai-sungai atau saluran air. · Jika Kontraktor
memperhatikan bahwa saluran drainase samping atau bagian lain dari sistem drainase
dipakai, baik oleh karyawan Kontraktor atau orang lain, untuk pembuangan yang lain-
lain diluar air permukaan, pihak Kontraktor harus segera melaporkan hal yang terjadi ke
Direksi Teknik dan segera mengambil tindakan yang perlu sesuai petunjuk Direksi
Teknik untuk mencegah terjadinya pencemaran lebih lanjut. 2.5. PEMBERSIHAN AKHIR ·
Pada saat selesainya pekerjaan lapangan, daerah proyek harus tetap dijaga
kebesihannya dan siap untuk dipakai oleh Pemilik. Pihak Kontraktor harus memulihkan
daerah proyek yang tidak merupakan bagian pekerjaan untuk perbaikan, seperti
dijelaskan dalam Dokumen Kontrak sesuai dengan aslinya. · Pada saat pembersihan
akhir, seluruh perkerasan, kerb-keb dan jembatan-jembatan harus diperiksa kembali
karena kemungkinan ada kerusakan fisik yang ditemukan sebelum pembersihan akhir.
Daerah kerja yang diperkeras dan seluruh daerah fasilitas umum yang diperkeras yang
terletak di dekat daerah lokasi kerja harus di sikat bersih. Seluruh permukaan-
permukaan harus dibersihkan dengan garu dan sampah-sampahnya harus dibuang
seluruhnya. PASAL 10. PEKERJAAN DEWATERING Pada setiap pekerjaan pelaksanaan,
baik pada tahap persiapan sampai dengan penyelesaian konstruksi, bilamana
pemborong mendapatkan ganguan/permasalahan dilapangan oleh karena adanya air
tanah atau air permukaan yang berlebih pada area konstruksi yang mengganggu
pelaksanaan, maka kontraktor harus menyediakan alat pengering/pompa dengan
kapasitas yang memadai. Dalam proses pelaksanaan pengeringan/pemompaan air
tanah pemborong harus meminta petunjuk kepada konsultan Pengawas, Agar supaya
diperhatikan bahwa bangunan yang ada disekitarnya harus dipastikan tidak terganggu
oleh adanya pekerjaan pengeringan air/dewatering. Perubahan kondisi bangunan yang
ada disekitarnya karena pekerjaan ini menjadi tanggung jawab pemborong. PASAL 11.
PEKERJAAN GALIAN,TIMBUNAN DAN STABILISASI TANAH 11.1. LINGKUP PEKERJAAN.
Pekerjaan galian berupa pembuatan lubang di tanah untuk keperluan : · Pembuatan
segala macam pondasi untuk bagian / unsur semua gedung. · Pembuatan saluran-
saluran terbuka dan tertutup dengan perlengkapannya. · Pembuatan septicktank dan
rembesannya. Pekerjaan timbuan meliputi : · Semua pekerjaan yang membutuhkan
penimbunan, pemadatan dan perataan kembali, baik dengan tanah maupun dengan
pasir, sehingga diperoleh permukaan baru. · Penutupan kembali lubang bekas galian. ·
Urugan tanah humus untuk tanaman 11.2. PENGGALIAN · Penggalian tanah dilakukan
untuk mencapai/membentuk elevasi permukaan tanah rencana seperti yang
dipersyaratkan atau diperlihatkan dalam gambar-gambar. · Penggalian mencakup
pemindahan tanah serta batuan-batuan bahan lain yang dijumpai dalam pengerjaannya.
· Kecuali dinyatakan lain oleh Konsultan Pengawas maka penggalian untuk pondasi
harus mempunyai lebar yang cukup untuk dapat memasang maupun memindahkan
rangka/bekisting yang diperlukan. · Kalau ternyata dijumpai kondisi yang tidak
memuaskan pada kedalaman yang diperlihatkan dalam gambar-gambar maka
penggalian harus diperdalam, diperbesar atau diubah sampai disetujui Konsultan
Pengawas untuk mana pekerjaan ini akan dinilai sebagai pekerjaan tambah. · Kalau
terjadi kesalahan dalam penggalian tanah sehingga mencapai kedalaman yang melebihi
apa yang tertera dalam gambar atau yang dapat disetujui oleh Konsultan Pengawas,
maka kelebihan diatas harus di timbun kembali dengan pasir yang dipadatkan tanpa
pembebanan biaya tambahan kepada Pemilik. · Pada pekerjaan penggalian untuk
mencapai/membentuk permukaan tanah rencana, maka Pemborong harus
mengusahakan dan meyakini bahwa pada pekerjaan galian tersebut tidak
merusak/mengganggu bangunan atau konstruksi yang sudah ada. 11.3. PENIMBUNAN
DAN PENIMBUNAN KEMBALI Pekerjaan penimbunan dan penimbunan kembali terdiri
dari pekerjaan penimbunan tanah serta pemadatannya yang bertujuan membentuk
ketinggian tanah sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam gambar rencana
seperti dimensi-dimensi, ketinggian, kemiringan arah-arah aliran atau petunjuk-
petunjuk lain yang diberikan oleh Perencana. · Material Timbunan Material untuk
timbunan harus terdiri dari material-material yang sesuai untuk itu, bebas dari kotoran-
kotoran, tumbuh-tumbuhan atau bahan-bahan lain yang dapat merusak pekerjaan dan
semuanya itu telah disetujui oleh Konsultan Pengawas. Material yang dalam keadaan
basah dimana dalam keadaan kering dapat dipakai, harus dikeringkan terlebih dahulu
baru digunakan untuk timbunan. Material lebih atau material yang tidak dapat dipakai
untuk keperluan timbunan harus dibuang/dikeluarkan dari daerah pekerjaan dan utnuk
itu tidak akan diberikan pembayaran tambahan. · Perbaikan Tanah Dasar Sebelum
pekerjaan konstruksi timbunan dimulai pada daerah tempat yang telah selesai
dibersihkan dan dikupas Pemborong harus mengerjakan pengisian lobang-lobang yang
disebabkan pencabutan akar-akar pohon dengan menggunakan material yang baik
sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas dan harus segera dilakukan perataan pada
permukaan tanah tersebut. Sebelum pekerjaan penimbunan dimulai, bila perlu
Konsultan Pengawas dapat memerintahkan untu memadatkan tanah permukaan yang
telah dibersihkan itu yang kepadatan sesuai dengan ketentuaan yang disyaratkan. ·
Penghamparan dan Pemadatan Material untuk timbunan yang didapat dan yang telah
disetujui oleh Konsultan Pengawas akan dihamparkan pada lapis-lapis horizontal
dengan tebal yang sama dan meliputi lebar yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas
dan sesuai dengan yan tercantum pada gambar perencanaan. Lapisan dari material
lepas selain dari material batu-batuan tebalnya harus tidak lebih dari 20 cm, kecuali
kalau tersedia alat pemadat (compaction-equipment) yang dapat memadatkan lapisan
lebih tebal dari 20 cm, sam[pai mencapai kepadatan yang merata untuk seluruh
tebalnya. Dalam hal ini Pemborong tidak dibatasi untuk menghampar dan memadatkan
material bukan batu-batuanmdengan tebal lapisan-lapisan yang diinginkan. Setelah
mengatur kadar air dapat dicapai kepadatan yang maksimum, material lepas harus
segera dipadatkan hingga mencapai kepadatan seperti yang ditentuakan. Harus
diusahakan agar lebar timbunan baru dapat menampung alat pemadat yang
dipergunakan. Pada pengukuran hasil pekerjaan timbunan hanya volume tanah yang
diperlukan untuk seluruh timbunan yang dihitung. · Percobaan Pemadatan Sebelum
dimulai pekerjaan pemadatan yang sesungghnya Pemborong harus mengadakan
percobaan pemadatan atas petunjuk Konsultan Pengawas, pada jalur dengan panjang
tertentu, dengan alat-alat dan material yang ama seperti material yang akan digunakan
pada pekerjaan pemadatan sesungguhnya. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk
menentukan kadar air optimum yang akan dipakai dan hubungan antara jumlah
penggilasan dengan kepadatan yang dapat dicapai untuk macam material timbunan
tertentu. Tidak diadakan pembayaran tersendiri untuk percobaan ini, sudah termasuk
dalam penawaran Pemborong. · Kepadatan yang Disyaratkan Kepadatan yang harus
dicapai untuk konstruksi timbunan adalah 90 % kepadatan kering maksimum sesuai
dengan pengujian standar ASTM D – 1556. Pada pelaksanaan pemadatan, lapisan
berikutnya tidak boleh dihampar sebelum lapisan terdahulu selesai dipadatkan dan
sudah diperiksa oleh Konsultan Pengawas. · Kadar Air. Material timbunan yang tidak
mengandung kadar air yang cukup untuk dapat mecapaikepadatan yang dikehendaki,
harus ditambah air dengan alat penyemprot (sprinklers) dan dicampur sampai merata
(homogen). Material timbunan yang mengandung kadar air lebih tinggi seharusnya
tidak boleh dipadatkan sebelum cukup dikeringkan dan disetujui oleh Konsultan
Pengawas untuk dipakai. Cara-cara pengeringan tanah basah tersebut dapat dengan
cara digelar atau cara lain yang umum dipakai. Pekerjaan pemadatan tanah timbunan
harus dilaksanakan pada kadar air optimum sesuai dengan sifat alat pemadat yang
tersedia. Pada pelaksanaan Pemborong harus mengambil langkah-langkah yang perlu
agar pada pekerjaan tersebut air hujan dapat mengalir dengan lancar dan harus
dipersiapkan kemungkinan adanya pengerutan atau pengembangan (swelling) tanah. ·
Material Campuran untuk Timbunan. Bila material timbunan tersebut terdiri dari sifat-
sifat yang sangat berbeda seperti lempung, kapur atau pasir dan didapat dari sumber
asal yang berbeda-beda, maka harus dihamparkan lapis demi lapis menurut macamnya,
lebar dan tebalnya akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas. Batu-batuan lempung
dan material yang berupa bongkah-bongkah besar harus dihancurkan dan tidak
bolehkan adanya pengumpulan bongkah-bongkah tersebut pada kaki timbunan. ·
Penyelesaian Tanah Dasar. Bila diakibatkan oleh penurunan timbunan memerlukan
tambahan material tidak lebih dari tebal 30 cm sehingga dicapai kembali permukaan
yang ditentukan bagian atas dari konstruksi timbunan harus digaruk sebelum material
tambahan itu dihampar. Permukaan air akan dicapai harus diperbaiki kembali sesuai
dengan keperluan kemiringan melintang dan sebagainya menurut ketentuan yang
disyaratkan. Talud samping harus dibentuk sedemikian sesuai dengan gambar
pelaksanaan dan petunjuk Konsultan Pengawas. Pemborong bertanggung jawab atas
stabilitas dari timbunan dan harus mengganti bagian-bagian yang rusak yang menurut
Konsultan Pengawas mengakibatkan karena kecerobahan atau keteledoran dari
Pemborong dan atau akibat dari aliran air tapi disebabkan oleh gerakan tanah dasar
timbunan. Selama pelaksanaan timbunan harus tetap dijaga bentuknya dan diusahakan
agar terhindar dari bahaya air. Bila material yang sudah tidak memenuhi syarat
digunakan untuk konstruksi timbunan, maka Pemborong harus membongkar dan
menggantikannya dengan material yang sesuai, untuk hal ini tidak diadakan tambahan
biaya. 11.4. PERLINDUNGAN TERHADAP AIR Selama pekerjaan berlangsung Pemborong
harus dengan segala cara yang disetujui Konsultan Pengawas, menjamin agar tidak
terjadi genangan-genangan air yang dapat menggangu/merusak semua pekerjaan
galian ataupun urugan. 11.5. PERSYARATAN. · Pekerjaan galian harus dilaksanakan
setelah papan patok (bouwplank) dengan penandaan as/sumbu selesai diperiksa dan
disetujui Pengawas/Direksi. · Dalamnya galian pada lubang pondasi harus mencapai
tanah yang keras, atau sesuai dengan gambar kerja. Dasar galian harus sesuai dengan
gambar kerja dan harus bersih dari kotoran. Galian miring harus mampu mencegah
longsornya tanah. · Segala resiko akibat pekerjaan galian tanah menjadi tangung jawab
Pemborong. · Pemindahan tanah bekas galian harus diangkut ke tempat penimbunan
yang ditentukan dan tidak mengganggu kelancaran dan keselamatan kerja. SPESIFIKASI
TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR PASAL 12. PEKERJAAN KONSTRUKSI BETON 12.1. BETON
COR DITEMPAT 12.1.1. Lingkup Pekerjaan Penyediaan dan pendayagunaan semua
tenaga kerja, bahan-bahan, instalasi konstruksi dan perlengkapan-perlengkapan untuk
semua pembuatan dan mendirikan semua baja tulangan, bersama dengan semua
pekerjaan pertukangan / keahlian lain sesuai yang diperlukan. Semua pekerjaan beton
tidak bertulang, antara lain untuk neut kaki kusen, pengisi lubang angker, pinggiran kaki
sudut. Semua pekerjaan beton tumbuk, antara lain untuk rabat dan lantai kerja. Semua
pekerjaan beton bertulang yang menurut sifat kontruksinya merupakan struktur
termasuk pondasi, sloof pengaku, balok lingkar (ring balk), kolom-kolom pengaku pada
dinding 1/2 bata. Semua pekerjaan yang dilakukan sebelum, selama dan setelah
pengecoran yaitu : 9. Pembuatan cetakan 8. Persiapan dan pemasangan penulangan /
stek-stek 9. Pengecoran. 10. Pemeliharaan. 11. Pembukaan cetakan. 12. Pembuatan
benda-benda uji. 12.1.2. Pengendalian Pekerjaan. Pemborong harus bertanggung jawab
atas instalasi semua alat yang terpasang, selubung-selubung dan sebagaimana yang
tertanam dalam beton. Pengendalian pekerjaan ini sesuai dengan yang tercantum
Peraturan Beton Indonesia (PBI-1971) dan SKSNI-T 15. 1991. Ukuran-ukuran (dimensi)
dari bagian-bagian beton bertulang yang tidak tercantum dalam gambar-gambar
rencana pelaksanaan arsitektur adalah ukuran-ukuran dalam garis besar. Ukuran-ukuran
yang tepat, begitu pula besi penulangnya ditetapkan dalam gambar-gambar struktur
kontruksi beton bertulang. Jika terdapat selisih dalam ukuran antara kedua macam
gambar itu, maka ukuran yang berlaku harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan
Perencana / Konsultan untuk mendapatkan ukuran sebenarnya. Jika karena keadaan
pasaran besi penulangan perlu diganti dengan kelangsungan pelaksanaan, maka jumlah
luas penampang tidak boleh kurang dengan memperhatikan syarat-syarat lainnya yang
termuat dalam PBI-71 dan SKSNI T 15 –1991. Dalam hal ini harus mendapatkan
persetujuan dari Pengawas. Peraturan-peraturan beton yang berlaku untuk semua
pekerjaan beton yang tercantum dalam PBI - 71 NI.2 dan SKSNI T 15 –1991. 12.1.3.
Material. 12.1.3.1. Portland Cement (PC). · Mutu Semen. Semen portland harus
memenuhi persyaratan Standard Indonesia atau NI-8 untuk butir pengikat awal,
kekekalan bentuk, kekuatan aduk dan susunan kimia. Semen yang hampir mengeras
hanya boleh digunakan jika ada petunjuk dari Pengawas / Konsultan. · Penyimpanan
Semen. Penyimpanan semen harus dilaksanakan dalam tempat penyimpanan dan dijaga
agar semen tidak lembab, dengan lantai terangkat bebas dari tanah dan ditumpuk
sesuai dengan syarat-syarat penumpukan semen dan menurut urutan pengiriman.
Semen yang telah rusak karena terlalu lama disimpan sehingga mengeras atau
tercampur bahan lain, tidak boleh digunakan dan harus disingkirkan dari tempat
pekerjaan. Semen harus dalam sak-sak yang utuh dan terlindung baik dari pengaruh
cuaca, dengan ventilasi secukupnya dan dipergunakan sesuai dengan urutan
pengiriman. 12.1.3.2. Agregat Halus (Pasir). Jenis dan syarat campuran agregat harus
memenuhi syarat-syarat dalam PBI-71, Bab 3. · Mutu Pasir. Butir-butir tajam, keras,
bersih, dan tidak mengandung lumpur dan bahan-bahan organis. · Ukuran. - Sisa di atas
ayakan 4 mm harus minimal 2 % berat. - Sisa di atas ayakan 2 mm harus minimal 10 %
berat. - Sisa di atas ayakan 0,25 mm harus minimal 80 % - 90 % berat. 12.1.3.3. Agregat
Kasar (Koral/Batu Pecah). · Mutu Koral. Butir-butir keras, bersih dan tidak berpori, jumlah
butir-butir pipih maksimal 20 % berat, tidak pecah atau hancur serta tidak mengandung
zat-zat reaktif alkali · Ukuran Sisa diatas ayakan 31,5 mm harus 0 % berat, sisa diatas
ayakan 4 mm harus berkisar 90 % - 98 % berat. Selisih antara sisa-sisa kumulatif diatas
dua ayakan yang berurutan, adalah maksimal 60 % dan minimal 10 % berat. ·
Penyimpanan. Pasir dan kerikil atau batu pecah harus disimpan sedemikian rupa
sehingga terlindung dari pengotoran oleh bahan-bahan lain. 12.1.3.4. Air. Air untuk
pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam-
garam, bahan organis atau bahan lain yang dapat merusak beton serta baja dengan
atau jaringan kawat baja. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat
diminum. Pengawas dapat memerintahkan untuk diadakan pengujian contoh air di
Lembaga Pemeriksaan bahan-bahan yang diakui apabila terdapat keragu-raguan
mengenai mutu air tersebut. Biaya pengujian contoh air tersebut untuk keperluan
pelaksanaan proyek ini adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemborong.
12.1.3.5. Besi Tulangan. Besi penulangan beton harus disimpan dengan cara-cara
sedemikian rupa sehingga bebas dari hubungan langsung dengan tanah lembab
ataupun basah. Baik besi penulangan rata (Round Bars) maupun besi-besi penulangan
bergelombang (Deformed Bars) harus disimpan berkelompok berdasarkan ukurannya
masing-masing dan sesuai dengan persyaratan dalam NI-2, pasal 3.7. Besi Penulangan
yang dipergunakan harus sesuai dengan persyaratan sebagai berikut : 10. Penulangan
dengan diameter sampai dengan 12 mm, menggunakan baja mutu U-24 (Round Bars)
atau U24 dengan tegangan leleh Fy = 2400 kg/cm2 11. Penulangan dengan diameter
lebih besar dari 12 mm, menggunakan baja mutu U-40 (Deformed Bars) atau U32
dengan tegangan leleh Fy = 3200 kg/cm2 12. Besi yang akan digunakan harus bebas
dari karat dan kotoran lain. Apabila terdapat karat pada bagian permukaan besi, maka
besi harus dibersihkan dengan cara disikat atau digosok tanpa mengurangi diameter
penampang besi, atau menggunakan bahan cairan sejenis “Vikaoxy Off” atau yang
setaraf yang disetujui Pengawas. Pengawas dapat memerintahkan untuk diadakan
pengujian terhadap benda uji yang diambil dari besi yang akan digunakan, dan harus
dilaksanakan pada Lembaga Pemeriksaan bahwa bahan yang diakui serta yang disetujui
Pengawas. Semua biaya sehubungan dengan pengujian tersebut diatas sepenuhnya
menjadi tanggungan Pemborong. 12.1.3.6. Kawat Pengikat. Kawat pengikat harus
berukuran minimal diameter 1 mm seperti yang disyaratkan dalam NI-2 pasal 3.7.
12.1.3.7. Additive. Untuk mempercepat pengerasan beton atau bila slump yang
disyaratkan tinggi, beton harus menggunakan bahan additive yang disetujui Pengawas.
Additive untuk campuran beton kedap air (Concrete Water Profing Admixture) yang
digunakan setaraf dengan “Febroof” produksi FEB atau Caltide produksi “Cement-Aids”.
Semua perubahan desain mix atau penambahan semen content akibat penambahan
additive, sepenuhnya menjadi tanggungan Pemborong dan tidak ada biaya tambahan
untuk hal tersebut. 12.1.4. Syarat-syarat pelaksanaan. 12.1.4.1. Adukan Beton Adukan
beton harus diadakan “Trial Mix” sebelumnya dan disamping itu mutu beton harus
sesuai dengan standard dalam PBI-71 dan SKSNI T-15/1991, untuk pondasi sumuran K-
200 dengan fc’ = 150 kg/cm2, dan K-300 digunakan untuk pile cap, sloof, balok, kolom,
dan pelat lantai dengan kekuatan fc’ = 250 kg/cm2. Pekerjaan tidak boleh dimulai
sebelum diperiksa dan disetujui Pengawas mengenai kekuatan / kebersihannya. Semua
biaya pengujian tersebut menjadi beban Pemborong. Perbandingan aduk harus sesuai
dengan mutu yang diminta K 200 dan K 300 untuk semua pekerjaan struktural. Angka
dalam perbandingan adukan menyatakan takaran dalam isi yang ditakar dalam keadaan
kering tanpa digetarkan. Pemakaian jenis adukan sesuai dengan pasal 4.2. PBI-71 NI.2,
12.1.4.2. Pengujian / Pemeriksaan Mutu Beton. Pengujian mutu beton ditentukan
melalui pengujian sejumlah benda uji kubus beton 15x15 cm atau silinder sesuai
standard PBI-71. Kekentalan adukan beton diperiksa dengan pengujian “slump”, dimana
nilai slump tersebut harus dalam batas-batas yang disyaratkan dalam PBI-71. 12.1.4.3.
Tebal Penutup Beton Minimal. Bila tidak disebutkan lain, tebal penutup beton harus
sesuai dengan persyaratan PBI 1971 dan SKSNI T-15.1991. Perhatian khusus perlu
dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup beton, untuk itu tulangan harus dipasang
dengan penahan jarak yang terbuat dari beton dengan mutu paling sedikit sama
dengan mutu beton yang akan dicor. Penahan-panahan jarak dapat berbentuk blok-
blok persegi atau gelang-gelang yang harus dipasang minimal 4 (empat) buah tiap
meter persegi cetakan atau lantai kerja. Penahan-penahan jarak harus tersebar merata.
12.1.4.4. Slump Slump yang diijinkan untuk beton dalam keadaan mix yang normal
adalah 7,5 – 15 cm. Slump yang terjadi di luar batas tersebut diatas akan ditolak.
12.1.4.5. Pengecoran. Beton harus dicor sesuai dengan persyaratan dalam PBI-71.
Pengawas harus menerima pemberitahuan minimal 2 x 24 jam sebelum pengecoran
dilakukan, agar dapat dilakukan pemeriksaan dan persetujuan dapat diberikan pada
waktunya. Bila tidak disebutkan lain, atau persetujuan Pengawas, tinggi jatuh dari beton
yang dicor jangan melebihi 1 meter. Sebelum pengecoran dimulai, Pemborong harus
menyiapkan stek-stek maupun angker-angker yang diperlukan dalam kolom-kolom,
balok-balok beton yang akan berhubungan dengan dinding bata, dan kecuali
dinyatakan lain pada gambar maka stek-stek dan angker-angker dipasang dengan jarak
setiap 1 (satu) meter. Pengadukan beton harus dilakukan dengan mesin pengaduk
(beton molen) sekurang-kurangnya 3 (tiga) menit setelah semua bahan-bahan
dimasukkan kedalam drum pengaduk. Setelah selesai pengadukan, adukan beton harus
memperlihatkan susunan dan warna yang sama. Adukan beton harus dicor dalam waktu
maksimal 1 jam setelah pengadukan dengan mesin pengaduk (beton molen). Bila
adukan beton digerakkan kontinu secara mekanis, jangka waktu ini dapat diperpanjang
sampai dengan 2 jam. Beton yang telah mengeras, kotoran-kotoran dan bahan-bahan
lain harus dibuang dari dalam cetakan Mesin Pengaduk (Beton Molen). Penulangan
harus dimatikan pada posisinya, diperiksa sebelum pengecoran dimulai, agar
pemeriksaan dan persetujuan dapat diberikan pada waktunya. Pada saat pengecoran,
lapisan-lapisan beton ini harus dipadatkan dengan penggetar (Internal Concrete
Vibrator) dan dibantu dengan penyendokan dan pengrojokan. Tidak diperbolehkan
melakukan pengetokan pada cetakan beton. Dalam hal ini, Vibrator tidak boleh dipakai
untuk memasukkan beton ke dalam cetakan dan kecepatan vibrator dalam adukan
harus tetap dan lebih besar dari 7.000 impuls/menit. 12.1.4.6. Perawatan Beton Secara
umum harus memenuhi persyaratan dalam PBI-71, NI-pasal 6.6. Beton setelah dicor
dilindungi terhadap proses pengeringan yang belum saatnya dengan cara
mempertahankan kondisi dimana kehilangan kelembaban adalah minimal dan suhu
yang konstan dalam jangka waktu yang diperlukan untuk proses hydrasi semen serta
pengerasan beton. Perawatan beton segera dimulai setelah pengecoran beton selesai
dilaksanakan dan harus berlangsung terus-menerus selama paling sedikit 2 (dua)
minggu jika tidak ditentukan lain. Suhu beton pada awal pengecoran harus
dipertahankan supaya tidak melebihi 30 C. Dalam jangka waktu tersebut, cetakan dan
acuan beton pun harus tetap dalam keadaan basah. Apabila cetakan dan acuan beton
dibuka sebelum selesai masa perawatan, maka selama sisa waktu tersebut pelaksanaan
perawatan tetap dilakukan dengan membasahi permukaan beton terus menerus dengan
menutupi dengan karung-karung basah atau dengan cara lain yang disetujui Pengawas.
12.2. BETON READY MIX 12.2.1. Uraian Umum Pemborong boleh mempergunakan
adukan beton dari ready mix plant, maka harus dipilh yang mempunyai kapasitas serta
alat pengangkut yang mencukupi untuk menjamin pengiriman yang sesuai dengan
kecepatan pengecoran yang dituntut. Cara penyerahan dan penanganan adukan harus
sedemikian, sehingga tidak akan menimbulkan kerusakan pada konstruksinya dan
adukannya sendiri. Konsultan Pengawas bisa menangguhkan pengadaan dan
pengecoran adukan bilamana peralatan yang dipersiapkan oleh Pemborong dianggap
tidak mencukupi, sampai peralatan tersebut ditambah sesuai dengan jumlah yang telah
disetujui.Pengangkutan adukan beton dari mixing plant sampai ketempat pengecoran
harus mempergunakan transit mixer atau alat pengangkut lain yang bisa diterima oleh
Konsultan Pengawas. Ketentuan teknis lain tentang beton ready mix ini harus sesuan
dengan penjelasan sub pasal 5.1 BETON COR DITEMPAT PASAL 13. PEKERJAAN BAJA
13.1. LINGKUP PEKERJAAN. Yang dimaksud Pekerjaan Struktur Baja adalah. · Pengadaan
semua bahan, tenaga, peralatan, perlengkapan serta pemasangan dari semua pekerjaan
baja dan yang bersifat strukturral maupun yang non struktural. · Semua pekerjaan
pengadaan bagian-bagian kontruksi baja, seperti pelat-pelat profil-profil, rifet-rifet,
baud-baud, angker-angker, dan lain-lain menurut kebutuhan dan sesuai dengan
gambar kerja dan uraian pelaksanaan dan persyaratan pekerjaan. · Semua pekerjaan
pembuatan bagian-bagian kontruksi baja, seperti sambungan-sambungan pengelasan
baik las sudut maupun las tumpul, sambungan-sambungan bagian rivet atau baud dan
lain-lain sesuai dengan gambar kerja dan uraian pekerjaan dan persyaratan pekerjaan. ·
Semua pekerjaan pemasangan dan penyelesaian kontruksi baja, seperti pemasangan
dudukan kuda-kuda, pemasangan semua elemen-elemen rangka baja, pengecatan dan
lain-lain sesuai dengan gambar kerja dan uraian pelaksanaan dan persyaratan pekerjaan.
13.2. SYARAT-SYARAT TEKNIS: Pemborong wajib mengecek semua ukuran-ukuran yang
tertera di gambar dengan gambar-gambar arsitek dan keadaan lapangan. Selain itu
pemborong wajib membuat shop drawing dan harus memintakan persetujuan
Konsultan Pengawas. Perhitungan detail dan sambungan dari bagian-bagian kontruksi
baja yang tidak tercantum dalam gambar desain harus dilengkapi oleh kontraktor dan
harus dinyatakan pada gambar pelaksanaan. Untuk itu pemborong harus memintakan
persetujuan Konsultan Pengawas sebelum memulai pekerjaan tersebut. Perubahan
bahan dan perubahan detail berhubung alasan-alasan tertentu yang berat dan dapat
diterima, harus diajukan dan diusulkan untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi dan
Perencana. Semua perubahan-perubahan yang disetujui ini dapat dilaksanakan tanpa
adanya biaya tambahan yang mempengaruhi kontrak, kecuali untuk perubahan yang
mengakibatkan pekerjaan tambah kurang akan diperhitungkan sebagai pekerjaan
tambah kurang. Pemborong bertanggung jawab terhadap semua kesalahan-kesalahan
detailing, fabrikasi dan ketetapan penyetelan / pemasangan semua bagian-bagian
konstruksi baja. Seluruh Pekerjaan harus dilakukan di work shop. Pekerjaan perubahan
dan pekerjaan tambahan di lapangan pada waktu pemasangan yang diakibatkan oleh
kurang teliti dan kelalaian Pemborong harus dilaksanakan atas biaya Pemborong.
Kurang tepatan pemasangan karena kesalahan fabrikasi harus dibetulkan, diperbaiki
atau diganti dengan yang baru, namun atas biaya Pemborong. Pekerjaan perbaikan
komponen yang rusak tidak sempurna akibat pengangkutan di site atau sebab lain,
harus dilakukan di pabrik atau work shop. Pemborong tidak diperkenankan mendirikan
work shop di dalam lokasi proyek. Pelurusan komponen batang baja yang bengkok
harus mengikuti prosedur yang tepat untuk tidak merubah sifat-sifat bahannya. 13.3.
PERSYARATAN BAHAN. 13.3.1. Penjelasan Umum . Yang dimaksud dengan bahan disini
ialah semua bahan-bahan baja (profil, plat, rivet, bolt), bahan cat yang digunakan dalam
pelaksanaan sebagai tertera dalam uraian pekerjaan dan persyaratan pelaksanaan ini
dan gambar kerja. Semua bahan baja harus yang berkualitas baik dan sesuai dengan
syarat-syarat yang tercantum dalam PUBB-83, PPBBI-83, PBI-71, AV dan lain-lain. Semua
baja yang dipergunakan baru boleh dipesan setelah Direksi menyetujui gambar kerja
dengan persetujuan tertulis. Semua bahan yang dipesan harus disertai dengan sertifikat
dari pabrik pembuatnya. Semua elemen-elemen baja harus memberikan daya pikul yang
sama pada semua potongan. 13.3.2. Bahan-bahan. 13.3.2.1. Baja Profil Untuk struktur
kuda-kuda utama digunakan baja profil doube angle (L) (dimensi sesuai gambar).
Material yang dipakai adalah ST-37 (tegangan leleh = 2400 kgf/cm2). Untuk struktur
kuda-kuda lainnya digunakan baja profil IWF (dimensi sesuai gambar). Material yang
dipakai adalah ST-37 (tegangan leleh = 2400 kgf/cm2) Pembuatan profil baja dapat
dilakukan dengan cor / roll atau pengelasan pelat. Jika digunakan pengelasan plat, maka
standard pekerjaan las yakni harus memenuhi kriteria/standar pengelasan dengan
“Elektroda E70 sampai dengan E100”. 13.3.2.2. Baud Baud yang digunakan adalah Baut
Mutu tinggi (HTB) A 325, keuali disebutkan lain oleh Pengawas, maka dipakai M 30 ST-
52 dan M 20 ST-44 (sesuai gambar) atau yang setara dengan itu dan harus mendapat
persetujuan dari Konsultan Pengawas. 13.3.2.3. Pelat Penyambung Material yang
digunakan adalah ST-37 (tegangan leleh = 2400 kgf/cm2), dimensi sesuai gambar.
13.3.2.4. Cat Untuk mengecat struktur baja dipakai cat dasar Meni atau yang setaraf
dengan itu, 1 lapis. Untuk lapisan finishing struktur baja dipakai Cat Hijau atau yang
setaraf dengan itu 2 lapis, warna ditentukan oleh Direksi. 13.4. PERSYARATAN
PELAKSANAAN. 13.4.1. Pengelasan. Pengelasan harus dikerjakan oleh Tenaga Ahli dan
berpengalaman. Pemborong wajib menyerahkan sertifikat keahlian dari masing-masing
tukang lasnya. Semua pekerjaan pengelasan harus dikerjakan dengan rapi tanpa
menimbulkan kerusakan-kerusakan pada bahan bajanya. Elektroda las yang
dipergunakan harus disimpan pada tempat yang dapat tetap menjamin posisi dan sifat-
sifat dari elektroda tersebut selama masa penyimpanan . Pengelasan harus menjamin
pengaliran yang rata dari cairan elektroda tersebut. Teknik / cara pengelasan yang
dipergunakan harus memperlihatkan mutu dan kualitas dari las yang dikerjakan.
Permukaan dari daerah yang akan dilas harus bebas dari kotoran-kotoran, cat-cat,
minyak-minyak, karat-karat dan kotoran dalam ukuran kecil harus dibersihkan. Terutama
kotoran yang memberi pengaruh besar pada kawat listrik, permukaan yang akan di las
juga harus bersih dari aspal. Pemberhentian las, harus pada tempat yang ditentukan dan
harus dijamin tidak akan berputar atau membengkok. Setelah pengelasan maka sisa-sisa
/ kerak-kerak las harus dibersihkan dengan baik. 13.4.2. Sambungan. Sambungan-
sambungan yang dibuat harus dapat memikul gaya-gaya yang bekerja, selain berguna
untuk tempat pengikatan dan untuk menahan lenturan batang. Lubang baut harus lebih
besar 0,5 mm dari pada diameter luar baut. Jika baut dikerjakan di work shop, maka cara
melubangi boleh langsung dengan alat penggerek. Jika baut dilaksanakan di lapangan,
cara melubangi harus dengan dilubangi sebagian di work shop dilanjutkan di lapangan
dengan alat penggerek. Semua pelubang / pengebor untuk baut ketat harus dapat
dikerjakan sesudah bagian-bagian / profil-profil yang berhubungan tersebut dikerjakan.
Pembuatan lubang untuk baut tidak diperkenankan menggunakan las, tetapi harus
dengan alat bor. Daerah -daerah yang berbatasan antara profil dengan lubang rivet /
bagian baut / rivet itu sendiri harus dapat memikul gaya-gaya dan dapat cepat
meneruskan gaya tersebut. 13.4.3. Pemasangan. Pemasangan pelat landas kuda-kuda
dengan baut angkur harus disetujui oleh Konsultan Pengawas. Pemborong wajib
memeriksa ketetapan posisi angker-angker baut tersebut. Dasar bidang atas beton dan
bidang bawah pelat pemegang angkur harus dalam satu bidang yang rata betul.
“Erection” komponen-komponen baja harus mempergunakan alat pengangkat mekanis
(crane) atau manual dengan persetujuan Konsultan Pengawas. Tali pengikat dan penarik
yang dipakai pada waktu “erection” harus dari kabel baja. Penyimpangan pertemuan
sumbu perletakkan kuda-kuda dengan balok tempat perletakkan kap boleh bergeser 1,5
cm dari kedudukan pada gambar kerja ke arah horizontal. Toleransi dari kelurusan
batang maupun komponen batang tidak boleh lebih dari 1/1000 panjang batang /
komponen batang. Perkaitan komponen-komponen baja minimum harus dilakukan
pada landasan yang rata waterpass dan tidak mudah bergerak. 13.4.4. Gambar
Pelaksanaan. Harus selalu dibuat gambar pelaksanaan dari semua komponen struktur
baja berdasarkan desain yang ada dan harus memintakan persetujuan tertulis dari
Direksi. Gambar pelaksanaan ini harus memberikan semua data-data yang diperlukan
termasuk keterangan produksi bahan, keterangan pemasangan. 13.4.5. Pengecatan.
Semua bahan struktur baja harus dicat, sebelum dicat semua permukaan baja harus
bersih dari kotoran-kotoran ataupun minyak-minyak. Pembersihan dapat dilakukan
dengan mechanical wirl brush. Sebelum mulai pengecatan Pemborong harus
memberitahukan kepada Konsultan Pengawas. untuk mendapatkan persetujuan. Cat
dasar pertama adalah merk yang telah ditentukan pada persyaratan bahan dilakukan
satu kali di work shop dan satu kali di lapangan. Cat finish dilakukan di lapangan setelah
semua konstruksi terpasang selesai. Pada batang-batang yang saling berimpit dan jarak
antaranya sempit, terlebih dahulu harus dicat dasar sebelum batang-batang tersebut
digabung. Cat dasar yang rusak pada waktu perakitan harus segera dicat ulang sesuai
persyaratan cat yang digunakan. Untuk lubang-lubang high strengh baut dan unfinished
baut sesudah dibersihkan, permukaan baja dilapisi satu kali dengan cat yang ditentukan
sebelum pemasangan dan satu kali setelah selesai baut dipasang. 13.5. PERSYARATAN
PENGUJIAN. Semua bahan yang dilakukan dan pekerjaan-pekerjaan baja harus
dimungkinkan untuk diperiksa atau ditest baik di work shop maupun di lapangan oleh
Konsultan MK dan semua biaya ditanggung Pemborong. Untuk sambungan-sambungan
baud dan las dilakukan pemeriksaan visual, kecuali pengelasan dengan full penetration
harus dilakukan pemeriksaan dengan radiografic test atau X-ray test. Konsultan MK
berhak minta kepada pemborong untuk melakukan radiografic test / X-ray test untuk
bagian-bagian tertentu pada konstruksi baja. Semua biaya untuk pengetasen tersebut
ditanggung oleh Pemborong. 13.6. PERALATAN. Peralatan yang dipergunakan untuk
mengelas harus memakai type yang sesuai dengan yang dibutuhkan, sehingga
penyambungan dengan lainnya dapat memuaskan. Mesin las tersebut harus mencapai
kapasitas 25 - 40 volt dan 200 - 1000 amphere. PASAL 14. TIANG PANCANG 14.1.
UMUM 14.1.1. Uraian Pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini akan mencakup tiang
pancang yang disediakan dan dipancang atau ditempatkan sesuai dengan Spesifikasi ini,
dan sedapat mungkin mendekati Gambar menurut penetrasi atau ke dalamannya
sebagaimana yang diperintah-kan oleh Direksi Pekerjaan. Tiang pancang uji dan/atau
pengujian pembebanan diperlu-kan untuk menentukan jumlah dan panjang tiang
pancang yang akan dilaksanakan. Jenis tiang pancang yang akan digunakan harus
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar. 14.1.2. Tiang Uji (Test Pile) Direksi Pekerjaan
dapat memerintahkan untuk melaksanakan tiang uji, bilamana diang-gap perlu untuk
mengetahui dengan pasti daya dukung dari jenis pondasi pada bangunan. Kontraktor
akan melengkapi dan melaksanakan tiang uji pada lokasi yang ditentukan oleh Direksi
Pekerjaan. Semua pengujian tiang uji harus dilaksanakan dengan pengawasan Direksi
Pekerjaan. Bilamana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, tiang uji harus diuji dengan
pengujian pembebanan sesuai dengan ketentuan dari Pasal 7.6.1.(3) dari Spesifikasi ini.
Setelah mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan, pemancangan tiang uji harus
dilanjutkan sampai diperintahkan untuk dihentikan. Pemancangan tiang uji melampaui
ke dalaman telah ditentukan diperlukan untuk menunjukkan bahwa daya dukung tiang
pancang masih terus meningkat. Kontraktor selanjutnya harus melengkapi sisa tiang
pancang dalam struktur yang belum diselesaikan. Dalam menentukan panjang tiang
pancang, Kontraktor harus mengikuti daftar panjang tiang pancang yang diperkirakan
untuk sisa panjang yang harus diselesaikan dalam struktur. Jumlah tiang pancang yang
diuji akan ditentukan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi jumlah ini tidak kurang dari satu atau
tidak lebih dari empat untuk setiap bangunan. Tiang uji dapat dilaksanakan di dalam
atau di luar keliling pondasi, dan dapat menjadi bagian dari pekerjaan yang permanen.
14.1.3. Pengujian Pembebanan (Loading Test) Percobaan pembebanan harus dilakukan
dengan cara yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Kontraktor harus menyerahkan detil
gambar peralatan pembebanan yang akan digunakannya kepada Direksi Pekerjaan
untuk mendapat persetujuan. Peralatan tersebut harus dibuat sedemikian hingga
memungkinkan penambahan beban tanpa menyebabkan getaran terhadap tiang uji.
Bilamana cara yang disetujui ini membutuhkan tiang (jangkar) tarik, tiang tarik semacam
ini harus dari jenis dan diameter yang sama dengan pipa yang permanen dan harus
dilaksanakan di lokasi pipa permanen tersebut. Tiang dan selongsong pipa yang
dinding-dindingnya tidak mempunyai kekuatan yang cukup untuk menahan beban
percobaan bila dalam keadaan kosong, harus diberi penulangan yang diperlukan dan
beton yang dicor sebelum dilakukan pembebanan. Beban-beban untuk pengujian
pembebanan tidak boleh diberikan sampai beton mencapai kuat tekan minimum 95 %
dari kuat tekan beton berumur 28 hari. Bilamana Kontraktor menghendaki lain,
Kontraktor dapat menggunakan semen dengan kekuatan awal yang tinggi (high-early-
strength-cement), jenis III atau IIIA untuk beton dalam tiang pengujian pembebanan
dan untuk tiang tarik. Peralatan yang disetujui dan cocok untuk mengukur beban tiang
dan penurunan tiang pancang dengan akurat dalam setiap peningkatan beban harus
disediakan oleh Kontraktor Peralatan tersebut harus mempunyai kapasitas kerja tiga kali
beban rancangan untuk tiang yang akan diuji yang ditunjukkan dalam Gambar. Titik
referensi untuk mengukur penurunan (settlement) tiang pancang harus dipindahkan dari
tiang uji untuk menghindari semua kemungkinan gangguan yang akan terjadi. Semua
penurunan tiang pancang yang dibebani harus diukur dengan peralatan yang memadai,
seperti alat pengukur (gauges) tekanan, dan harus diperiksa dengan alat pengukur
elevasi. Peningkatan lendutan akan dibaca segera setelah setiap penambahan beban
diberikan dan setiap interval 15 menit setelah penambahan beban tersebut. Beban yang
aman dan diijinkan adalah 50 % beban yang telah diberikan selama 48 jam secara terus
menerus menyebabkan penurunan tetap (permanent settlement) tidak lebih dari 6,5
mm yang diukur pada puncak tiang. Beban pengujian harus dua kali beban rancangan
yang ditunjukkan dalam Gambar. Beban pertama yang harus diberikan pada tiang
percobaan adalah beban rancangan tiang pancang. Beban pada tiang pancang
dinaikkan sampai mencapai dua kali beban rancangan dengan interval tiga kali
penambahan beban yang sama. Setiap penambahan beban harus dalam interval waktu
minimum 2 jam, kecuali jika tidak terdapat penambahan penurunan kurang dari 0,12
mm dalam interval waktu 15 menit akibat penam- bahan beban sebelumnya. Bilamana
kekuatan tiang uji untuk mendukung beban pengujian diragukan, penambahan beban
harus dikurangi sampai 50 % masing-masing beban pengujian, sesuai dengan perintah
Direksi Pekerjaan agar kurva keruntuhan yang halus dapat digambar. Beban pengujian
penuh harus dipertahankan pada tiang uji dalam waktu tidak kurang dari 48 jam.
Kemudian beban ditiadakan dan penurunan permanen dibaca. Bilamana diminta oleh
Direksi Pekerjaan, pembebanan diteruskan melebihi 2 kali beban rancangan dengan
penambahan beban setiap kali 10 ton sampai tiang runtuh atau kapasitas peralatan
pembebanan ini dilampaui. Tiang pancang dapat dianggap runtuh bila penurunan total
akibat beban melebihi 2,5 cm atau penurunan permanen melebihi 6,5 mm. Setelah
pengujian pembebanan selesai dilaksanakan, beban-beban yang digunakan harus
disingkirkan, dan tiang pancang, termasuk tiang tarik dapat digunakan untuk struktur
bilamana oleh Direksi Pekerjaan dianggap masih memenuhi ketentuan untuk digunakan.
Tiang uji yang tidak dibebani harus digunakan seperti di atas. Jika setiap tiang pancang
setelah digunakan sebagai tiang uji atau tiang tarik dianggap tidak memenuhi
ketentuan untuk digunakan dalam struktur, harus segera disingkirkan bilamana
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, atau harus dipotong sampai di bawah permukaan
tanah atau dasar pondasi telapak, mana yang dapat dilaksanakan. Jumlah dan lokasi
tiang uji untuk pengujian pembebanan akan ditentukan oleh Direksi Pekerjaan. Untuk
tiang dengan diameter lebih dari 600 mm jumlah ini tidak boleh kurang dari satu dan
tidak lebih dari tiga untuk setiap jembatan; untuk tiang dengan diameter kurang dari
dan sampai dengan 600 m jumlah tiang tidak boleh kurang dari satu untuk setiap 30
tiang. Kontraktor harus membuat laporan untuk setiap pengujian pembebanan. Laporan
ini harus meliputi dokumen-dokumen berikut ini : · Denah pondasi · Lapisan (stratifikasi)
tanah · Kurva kalibrasi alat pengukur tekanan · Gambar diameter piston dongkrak ·
Grafik pengujian dengan absis untuk beban dalam ton dan ordinat untuk penurunan
(settlement) dalam desimal mm. · Tabel yang menunjukkan pembacaan alat pengukur
tekanan dalam atmosfir, beban dalam ton, penurunan dan penurunan rata-rata dimana
semua itu merupakan fungsi dari waktu (tanggal dan jam). Bilamana kapasitas daya
dukung yang aman dari setiap tiang pancang, diketahui kurang dari beban rancangan,
maka tiang pancang harus diperpanjang atau diperbanyak sesuai dengan yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. 14.1.4. Jaminan Mutu Mutu bahan yang dipasok,
kecakapan kerja dan hasil penyelesaian harus dipantau dan dikendalikan seperti yang
ditetapkan dalam Standar Rujukan dari Spesifikasi ini. 14.1.5. Toleransi a. Lokasi Kepala
Tiang Pancang Tiang pancang harus ditempatkan sebagaimana yang ditunjukkan dalam
Gambar. Penggeseran lateral kepala tiang pancang dari posisi yang ditentukan tidak
boleh melampaui 75 mm dalam segala arah. b. Kemiringan Tiang Pancang
Penyimpangan arah vertikal atau kemiringan yang disyaratkan tidak boleh lebih
melampaui 20 mm per meter (yaitu 1 dalam 50). 14.1.6. Pengajuan Kesiapan Kerja
Sebelum memulai suatu pekerjaan pemancangan, Kontraktor harus mengajukan kepada
Direksi Pekerjaan hal-hal sebagai berikut : · Program yang terinci untuk pekerjaan
pemancangan. · Rincian metode yang diusulkan untuk pemancangan atau penurunan
tiang ber-sama dengan peralatan yang akan digunakan. · Perhitungan rancangan,
termasuk rumus penumbukan, yang menunjukkan kapa-sitas tiang pancang bilamana
penumbukan menggunakan peralatan yang diusul-kan oleh Kontraktor. · Usulan untuk
pengujian pembebanan tiang pancang. Usulan ini mencakup metode pemberian beban,
pengukuran beban dan penurunan serta penyajian data yang diusulkan. Persetujuan
tertulis dari Direksi Pekerjaan untuk pengajuan tersebut di atas harus diper-oleh terlebih
dahulu sebelum memulai setiap pekerjaan pemancangan. 14.1.7. Penyimpanan dan
Perlindungan Bahan Semen, agregat dan baja tulangan harus disimpan sebagaimana
yang disyaratkan dalam Spesifikasi ini. Unit-unit beton bertulang atau pratekan dan
unit-unit baja harus ditempatkan bebas dari kontak langsung dengan permukaan tanah
dan ditempatkan pada penyangga kayu di atas tanah keras yang tidak akan turun baik
musin hujan maupun kemarau, akibat beban dari unit-unit tersebut. Bilamana unit-unit
tersebut disusun dalam lapisan-lapisan, maka tidak melebihi dari 3 lapisan dengan
penyangga kayu dipasang di antara tiap lapisan. Penyangga untuk setiap lapisan harus
dipasang di atas lapisan yang terdahulu. Untuk gelagar dan tiang pancang, penyangga
harus dipasang pada jarak tidak lebih dari 20 % dari ukuran panjang unit, yang diukur
dari setiap ujung. 14.1.8. Mutu Pekerjaan dan Perbaikan Atas Pekerjaan Yang Tidak
Memenuhi Ketentuan · Bilamana toleransi yang diberikan sebagaimana tersebut diatas
telah dilampaui, maka Kontraktor harus menyelesaikan setiap langkah perbaikan yang
dianggap perlu oleh Direksi Pekerjaan dengan biaya sendiri. · Setiap tiang pancang yang
rusak akibat cacat dalam (internal) atau pemancangan tidak sebagaimana mestinya,
dipancang keluar dari lokasi yang semestinya atau dipancang di bawah elevasi yang
ditunjukkan dalam Gambar atau ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki atas
biaya Kontraktor. · Pekerjaan perbaikan, seperti yang telah ditentukan oleh Direksi
Pekerjaan dan dikerjakan atas biaya Kontraktor, akan mencakup, tetapi tidak perlu
dibatasi berikut ini : a. Penarikan kembali tiang pancang yang rusak dan penggantian
dengan tiang panjang baru atau lebih panjang, sesuai dengan yang diperlukan. b.
Pemancangan tiang panjang kedua sepanjang sisi tiang pancang yang cacat atau
pendek. Perpanjangan tiang pancang dengan cara penyam-bungan, seperti yang telah
disyaratkan di bagian lain dari Seksi ini, untuk memungkinkan penempatan kepala tiang
pancang yang sebagaimana mestinya dalam pur (pile cap). 14.2. TIANG PANCANG
BETON PRACETAK 14.2.1. Umum Tiang pancang harus dirancang, dicor dan dirawat
untuk memperoleh kekuatan yang diperlukan sehingga tahan terhadap pengangkutan,
penanganan, dan tekanan akibat pemancangan tanpa kerusakan. Tiang pancang segi
empat harus mempunyai sudut-sudut yang ditumpulkan. Pipa pancang berongga
(hollow piles) harus digunakan bilamana panjang tiang pancang yang luar biasa
diperlukan. Baja tulangan harus disediakan untuk menahan tegangan yang terjadi akibat
pengang-katan, penyusunan dan pengangkutan tiang pancang maupun tegangan yang
terjadi akibat pemancangan dan beban-beban yang didukung. Selimut beton tidak
boleh kurang dari 40 mm dan bilamana tiang pancang terekspos terhadap air laut atau
pengaruh korosi lainnya, selimut beton tidak boleh kurang dari 50 mm. 14.2.2.
Penyambungan Penyambungan tiang pancang harus dihindarkan bilamana
memungkinkan. Bilamana perpanjangan tiang pancang tidak dapat dihindarkan,
Kontraktor harus menyerahkan metode penyambungan kepada Direksi Pekerjaan untuk
mendapat persetujuan. Tidak ada penyambungan tiang pancang sampai metode
penyambungan disetujui secara tertulis dari Direksi Pekerjaan. 14.2.3. Perpanjangan
Tiang Pancang Perpanjangan tiang pancang beton pracetak dilaksanakan dengan
penyambungan tum-pang tindih (overlap) baja tulangan. Beton pada kepala tiang
pancang akan dipotong hingga baja tulangan yang tertinggal mempunyai panjang
paling sedikit 40 kali diameter tulangan. Perpanjangan tiang pancang beton harus
dilaksanakan dengan menggunakan baja tu-langan yang sama (mutu dan diameternya)
seperti pada tiang pancang yang akan diper-panjang. Baja spiral harus dibuat dengan
tumpang tindih sepanjang 2 kali lingkaran penuh dan baja tulangan memanjang harus
mempunyai tumpang tindih minimum 40 kali diameter. Bilamana perpanjangan
melebihi 1,50 m, acuan harus dibuat sedemikian hingga tinggi jatuh pengecoran beton
tak melebihi 1,50 m. Sebelum pengecoran beton, kepala tiang pancang harus
dibersihkan dari semua bahan lepas atau pecahan, dibasahi sampai merata dan diberi
adukan semen yang tipis. Mutu beton yang digunakan sekurang-kurangnya harus beton
K400. Semen yang digunakan haruslah dari mutu yang sama dengan yang dipakai pada
tiang panjang yang akan disambung, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan.
Acuan tidak boleh dibuka sekurang-kurangnya 7 hari setelah pengecoran. Perpanjangan
tiang pancang akan dirawat dan dilindungi dengan cara yang sama seperti tiang
pancang yang akan disambung. Bilamana tiang pancang akan diperpanjang setelah
operasi pemancangan sedang berjalan, kepala tiang pancang direncanakan tertanam
dalam pur (pile cap), maka perpanjangan baja tulangan yang diperlukan harus seperti
yang ditunjukkan dalam Gambar. Bilamana tidak disebutkan dalam Gambar, maka
panjang tumpang tindih baja tulangan harus 40 kali diameter untuk tulangan
memanjang, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan. 14.2.4. Sepatu Tiang
Pancang Tiang pancang harus dilengkapi dengan sepatu yang datar atau mempunyai
sumbu yang sama (co-axial), jika dipancang masuk ke dalam atau menembus jenis tanah
seperti batu, kerikil kasar, tanah liat dengan berangkal, dan tanah jenis lainnya yang
mungkin dapat merusak ujung tiang pancang beton. Sepatu tersebut dapat terbuat dari
baja atau besi tuang. Untuk tanah liat atau pasir yang seragam, sepatu tersebut dapat
ditiadakan. Luas ujung sepatu harus sedemikian rupa sehingga tegangan dalam beton
pada bagian tiang pancang ini masih dalam batas yang aman seperti yang disetujui oleh
Direksi Pekerjaan. 14.2.5. Pembuatan dan Perawatan Tiang pancang dibuat dan dirawat
sesuai dengan ketentuan dari Pasal 7.1 dari Spesifikasi ini. Waktu yang diijinkan untuk
memindahkan tiang pancang harus ditentukan dengan menguji empat buah benda uji
yang telah dibuat dari campuran yang sama dan dirawat dengan cara yang sama seperti
tiang pancang tersebut. Tiang pancang tersebut dapat dipindahkan bilamana pengujian
kuat tekan pada keempat benda uji menunjukkan kekuatan yang lebih besar dari
tegangan yang terjadi pada tiang pancang yang dipindahkan, ditambah dampak
dinamis yang diperkirakan dan dikalikan dengan faktor keamanan, semuanya harus
berdasarkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Ruas tiang pancang yang akan
terekspos untuk pemandangan yaitu tiang-tiang rangka pendukung, harus diselesaikan
sesuai dengan Pasal 7.1.5.(3). Tidak ada tiang pancang yang akan dipancang sebelum
berumur paling sedikit 28 hari atau telah mencapai kekuatan minimum yang
disyaratkan. Acuan samping dapat dibuka 24 jam setelah pengecoran beton, tetapi
seluruh tiang pancang tidak boleh digeser dalam waktu 7 hari setelah pengecoran
beton, atau lebih lama sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
Perawatan harus dilaksanakan selama 7 hari setelah dicor dengan mempertahankan
tiang pancang dalam kondisi basah selama jangka waktu tersebut. Selama operasi
pengangkatan, tiang pancang harus didukung pada titik seperempat panjangnya atau
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana tiang pancang
tersebut akan dibuat 1,5 m lebih panjang dari pada panjang yang disebutkan dalam
Gambar, Direksi Pekerjaan akan memerintahkan menggunakan baja tulangan dengan
diameter yang lebih besar dan/atau memakai tiang pancang dengan ukuran yang lebih
besar dari yang ditunjukkan dalam Gambar. Setiap tiang harus ditandai dengan tanggal
pengecoran dan panjangnya, ditulis dengan jelas dekat dekat kepala tiang pancang.
Kontraktor dapat menggunakan semen yang cepat mengeras untuk membuat tiang
pencang. Kontraktor harus memberitahu secara tertulis kepada Direksi Pekerjaan atas
penggunaan jenis dan pabrik pembuat semen yang diusulkan. Semen yang demikian
tidak boleh digunakan sebelum disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Periode dan ketentuan
perlindungan sebelum pemancangan harus sebagaimana yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan. 14.2.6. Pengupasan Kepala Tiang Pancang Beton harus dikupas
sampai pada elevasi yang sedemikian sehingga beton yang terting-gal akan masuk ke
dalam pur (pile cap) sedalam 50 mm sampai 75 mm. Untuk tiang pancang beton
bertulang, baja tulangan yang tertinggal setelah pengupasan harus cukup panjang
sehingga dapat diikat ke dalam pur (pile cap) dengan baik seperti yang ditunjuk-kan
dalam Gambar. Untuk tiang pancang beton pratekan, kawat pra-tegang yang tertinggal
setelah pengupasan harus dimasukkan ke dalam pur (pile cap) paling sedikit 600 mm.
Penjangkaran ini harus dilengkapi, jika perlu, dengan baja tulangan yang dicor ke dalam
bagian atas tiang pancang. Sebagai alternatif, pengikatan dapat dihasilkan dengan baja
tulangan lunak yang dicor ke dalam bagian atas dari tiang pancang pada saat
pembuatan. Pengupasan tiang pancang beton harus dilakukan dengan hati-hati untuk
mencegah pecahnya atau kerusakan lainnya pada sisa tiang pancang. Setiap beton yang
retak atau cacat harus dipotong dan diperbaiki dengan beton baru yang direkatkan
sebagaimana mestinya dengan beton yang lama. Sisa bahan potongan tiang pancang,
yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan, tidak perlu diamankan, harus dibuang
sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan. 14.3. PEMANCANGAN TIANG 14.3.1. Umum
Tiang pancang dapat dipancang dengan setiap jenis palu, asalkan tiang pancang
tersebut dapat menembus masuk pada ke dalaman yang telah ditentukan atau
mencapai daya dukung yang telah ditentukan, tanpa kerusakan. Bilamana elevasi akhir
kepala tiang pancang berada di bawah permukaan tanah asli, maka galian harus
dilaksanakan terlebih dahulu sebelum pemancangan. Perhatian khusus harus diberikan
agar dasar pondasi tidak terganggu oleh penggalian di luar batas-batas yang
ditunjukkan dalam Gambar. Kepala tiang pancang baja harus dilindungi dengan
bantalan topi atau mandrel dan kepala tiang kayu harus dilindungi dengan cincin besi
tempat atau besi non-magnetik sebagaimana yang disyaratkan dalam Spesifikasi ini.
Palu, topi baja, bantalan topi, katrol dan tiang pancang harus mempunyai sumbu yang
sama dan harus terletak dengan tepat satu di atas lainnya. Tiang pancang termasuk
tiang pancang miring harus dipancang secara sentris dan diarahkan dan dijaga dalam
posisi yang tepat. Semua pekerjaan pemancangan harus dihadiri oleh Direksi Pekerjaan
atau wakilnya, dan palu pancang tidak boleh diganti dan dipindahkan dari kepala tiang
pancang tanpa persetujuan dari Direksi Pekerjaan atau wakilnya. Tiang pancang harus
dipancang sampai penetrasi maksimum atau penetrasi tertentu, sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, atau ditentukan dengan peng-ujian pembebanan
sampai mencapai ke dalaman penetrasi akibat beban pengujian tidak kurang dari dua
kali beban yang dirancang, yang diberikan menerus untuk sekurang-kurangnya 60 mm.
Dalam hal tersebut, posisi akhir kepala tiang pancang tidak boleh lebih tinggi dari yang
ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan setelah pemancangan tiang pancang uji. Posisi tersebut dapat lebih tinggi jika
disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana ketentuan rancangan tidak dapat dipenuhi,
maka Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan untuk menambah jumlah tiang pancang
dalam kelompok tersebut sehingga beban yang dapat didukung setiap tiang pancang
tidak melampaui kapasitas daya dukung yang aman, atau Direksi Pekerjaan dapat
mengubah rancangan bangunan bawah jembatan bilamana dianggap perlu. Alat
pancang yang digunakan dapat dari jenis gravitasi, uap atau diesel. Untuk tiang
pancang beton, umumnya digunakan jenis uap atau diesel. Berat palu pada jenis gravi-
tasi sebaiknya tidak kurang dari jumlah berat tiang beserta topi pancangnya, tetapi
sama sekali tidak boleh kurang dari setengah jumlah berat tiang beserta topi
pancangnya, dan minimum 2 ton untuk tiang pancang beton. Untuk tiang pancang baja,
berat palu harus dua kali berat tiang beserta topi pancangnya. Tinggi jatuh palu tidak
boleh melampaui 2,5 meter atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan. Alat pancang dengan jenis gravitasi, uap atau diesel yang disetujui, harus
mampu memasukkan tiang pancang tidak kurang dari 3 mm untuk setiap pukulan pada
15 cm dari akhir pemancangan dengan daya dukung yang diinginkan sebagaimana
yang ditentukan dari rumus pemancangan yang disetujui, yang digunakan oleh
Kontraktor. Enerji total alat pancang tidak boleh kurang dari 970 kgm per pukulan,
kecuali untuk tiang pancang beton sebagaimana disyaratkan di bawah ini. Alat pancang
uap, angin atau diesel yang dipakai memancang tiang pancang beton harus mempunyai
enerji per pukulan, untuk setiap gerakan penuh dari pistonnya tidak kurang dari 635
kgm untuk setiap meter kubik beton tiang pancang tersebut. Penumbukan dengan
gerakan tunggal (single acting) atau palu yang dijatuhkan harus dibatasi sampai 1,2
meter dan lebih baik 1 meter. Penumbukan dengan tinggi jatuh yang lebih kecil harus
digunakan bilamana terdapat kerusakan pada tiang pancang. Contoh-contoh berikut ini
adalah kondisi yang dimaksud : · Bilamana terdapat lapisan tanah keras dekat
permukaan tanah yang harus ditem-bus pada saat awal pemancangan untuk tiang
pancang yang panjang. · Bilamana terdapat lapisan tanah lunak yang dalam sedemikian
hingga penetrasi yang dalam terjadi pada setiap penumbukan. · Bilamana tiang pancang
diperkirakan sekonyong-konyongnya akan mendapat penolakan akibat batu atau tanah
yang benar-benar tak dapat ditembus lainnya. Bilamana serangkaian penumbukan tiang
pancang untuk 10 kali pukulan terakhir telah mencapai hasil yang memenuhi ketentuan,
penumbukan ulangan harus dilaksanakan dengan hati-hati, dan pemancangan yang
terus menerus setelah tiang pancang hampir berhenti penetrasi harus dicegah, terutama
jika digunakan palu berukuran sedang. Suatu catatan pemancangan yang lengkap harus
dilakukan sesuai dengan Pasal 14.7.7. Setiap perubahan yang mendadak dari kecepatan
penetrasi yang tidak dapat dianggap sebagai perubahan biasa dari sifat alamiah tanah
harus dicatat dan penyebabnya harus dapat diketahui, bila memungkinkan, sebelum
pemancangan dilanjutkan. Tidak diperkenankan memancang tiang pancang dalam jarak
6 m dari beton yang berumur kurang dari 7 hari. Bilamana pemancangan dengan
menggunakan palu yang memenuhi ketentuan minimum, tidak dapat memenuhi
Spesifikasi, maka Kontraktor harus menyediakan palu yang lebih besar dan/atau
menggunakan water jet atas biaya sendiri. 14.3.2. Penghantar Tiang Pancang (Leads)
Penghantar tiang pancang harus dibuat sedemikian hingga dapat memberikan
kebebasan bergerak untuk palu dan penghantar ini harus diperkaku dengan tali atau
palang yang kaku agar dapat memegang tiang pancang selama pemancangan. Kecuali
jika tiang pancang dipancang dalam air, penghantar tiang pancang, sebaiknya
mempunyai panjang yang cukup sehingga penggunaan bantalan topi tiang pancang
panjang tidak diperlukan. Penghantar tiang pancang miring sebaiknya digunakan untuk
pemancangan tiang pancang miring. 14.3.3. Bantalan Topi Tiang Pancang Panjang
(Followers) Pemancangan tiang pancang dengan bantalan topi tiang pancang panjang
sedapat mung-kin harus dihindari, dan hanya akan dilakukan dengan persetujuan
tertulis dari Direksi Pekerjaan. 14.3.4. Tiang Pancang Yang Naik Bilamana tiang pancang
mungkin naik akibat naiknya dasar tanah, maka elevasi kepala tiang pancang harus
diukur dalam interval waktu dimana tiang pancang yang berdekatan sedang dipancang.
Tiang pancang yang naik sebagai akibat pemancangan tiang pancang yang berdekatan,
harus dipancang kembali sampai ke dalaman atau ketahanan semula, kecuali jika
pengujian pemancangan kembali pada tiang pancang yang berdekatan menunjukkan
bahwa pemancangan ulang ini tidak diperlukan. 14.3.5. Pemancangan Dengan Pancar
Air (Water Jet) Pemancangan dengan pancar air dilaksanakan hanya seijin Direksi
Pekerjaan dan de-ngan cara yang sedemikian rupa hingga tidak mengurangi kapasitas
daya dukung tiang pancang yang telah selesai dikerjakan, stabilitas tanah atau
keamanan setiap struktur yang berdekatan. Banyaknya pancaran, volume dan tekanan
air pada nosel semprot haruslah sekedar cukup untuk melonggarkan bahan yang
berdekatan dengan tiang pancang, bukan untuk membongkar bahan tersebut. Tekanan
air harus 5 kg/cm2 sampai 10 kg/cm2 tergantung pada kepadatan tanah. Perlengkapan
harus dibuat, jika diperlukan, untuk mengalirkan air yang tergenang pada permukaan
tanah. Sebelum penetrasi yang diperlukan tercapai, maka pancaran harus dihentikan
dan tiang pancang dipancang dengan palu sampai penetrasi akhir. Lubang-lubang
bekas pancaran di samping tiang pancang harus diisi dengan adukan semen setelah
pemancangan selesai. 14.3.6. Tiang Pancang Yang Cacat Prosedur pemancangan tidak
mengijinkan tiang pancang mengalami tegangan yang berlebihan sehingga dapat
mengakibatkan pengelupasan dan pecahnya beton, pembe-lahan, pecahnya dan
kerusakan kayu, atau deformasi baja. Manipulasi tiang pancang dengan memaksa tiang
pancang kembali ke posisi yang sebagaimana mestinya, menurut pendapat Direksi
Pekerjaan, adalah keterlaluan, dan tak akan diijinkan. Tiang pancang yang cacat harus
diperbaiki atas biaya Kontraktor sebagaimana disyaratkan dalam Pasal 14.1.10 dan
sebagaimana yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana pemancangan ulang untuk
mengembalikan ke posisi semula tidak memungkin-kan, tiang pancang harus dipancang
sedekat mungkin dengan posisi semula, atau tiang pancang tambahan harus dipancang
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. 14.3.7. Catatan Pemancangan
(Calendering) Sebuah catatan yang detil dan akurat tentang pemancangan harus
disimpan oleh Direksi Pekerjaan dan Kontraktor harus membantu Direksi Pekerjaan
dalam menyimpan catatan ini yang meliputi berikut ini : jumlah tiang pancang, posisi,
jenis, ukuran, panjang aktual, tanggal pemancangan, panjang dalam pondasi telapak,
penetrasi pada saat penumbukan terakhir, enerji pukulan palu, panjang perpanjangan,
panjang pemotongan dan panjang akhir yang dapat dibayar. 14.3.8. Rumus Dinamis
untuk Perkiraan Kapasitas Tiang Pancang Kapasitas daya dukung tiang pancang harus
diperkirakan dengan menggunakan rumus dinamis (Hiley). Kontraktor dapat
mengajukan rumus lain untuk mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan. efWH W +
n2Wp Pu = --------------------------- X ------------- S + (C1 + C2 + C3)/2 W + P dimana :
Pu : Kapasitas daya dukung batas (ton) Pa : Kapasitas daya dukung yang diijinkan (ton)
ef : Efisiensi palu ef = 1,00 untuk palu diesel ef = 0,75 untuk palu yang dijatuhkan
dengan tali dan gesekan katrol W : Berat palu atau ram (ton) Wp : Berat tiang pancang
(ton) n : Koefisien restitusi n = 0,25 untuk tiang pancang beton H : Tinggi jatuh palu (m)
H = 2 H’ untuk palu diesel (H’ = tinggi jatuh ram) S : Penetrasi tiang pancang pada saat
penumbukan terakhir, atau “set” (m) C1 : Tekanan sementara yang diijinkan untuk
kepala tiang dan pur (m) C2 : Tekanan sementara yang diijinkan untuk deformasi elastis
dari batang tiang pancang (m) C3 : Tekanan sementara yang diijinkan untuk gempa
pada lapangan (m) N : Faktor Keamanan Nilai C1 + C2 + C3 harus diukur selama
pemancangan. PASAL 15. PEKERJAAN PONDASI BORED PILE 15.1. KUALITAS DAN
PELAKSANAAN Bored Pile direncanakan untuk mempunyai dasar pada kedalaman +
6m dibawah permukaan tanah asli., dimana nilai tanah conus (qc)
150 kg/cm2. Apabila terjadi keragu-raguan mengenai kondisi tanah dasar pondasi,
Pemborong harus mengadakan test sederhana untuk meyakinkan kondisi tersebut
sebelum penggalian dimulai. Pondasi bored pile terdiri dari beton biasa
dan penulangan baja yang proporsi dan ukurannya sesuai dengan gambar kerja.
Kualitas beton bored pile adalah K 200 dengan fc’ = 150 kg/cm2. Pemborong harus
mengecek kembali kondisi kedalaman rencana dengan kedalaman yang ada, dimana
yang diperhitungkan adalah kondisi bored pile yang terpasang.
Pengeboran harus mendapatkan lubang yang lurus vertikal dan selama pengeboran
sampai dengan penyelesaian pengecoran beton, Pemborong harus
mencegah timbulnya kelongsoran-kelongsoran tanah pada daerah lubang penggalian
dan sekitarnya. Pengeboran berhenti sampai kedalaman yang telah ditentukan dalam
gambar dan persetujuan Konsultan Pengawas. Pemasangan pembesian harus bersih
dari lumpur/air laut dan dijaga agar tidak menempel pada tepi
lubang galian, sehingga pada waktu pengecoran terbungkus oleh beton. Pengecoran
harus dilaksanakan pada keadaan dasar pondasi bersih dari longsoran tanah atau
lumpur/genangan air dan disetujui oleh Konsultan Pengawas. Selama Proses
pengecoran bord piled harus dicegah adanya getaran-getaran yang dapat
mengakibatkan kerusakan pada beton tiang bored piled. Sebelum dihubungkan
dengan Pile Cap atau Tie Beam, beton tiang bor bagian atas harus merupakan beton
yang murni dan tidak bercampur dengan lumpur dan kotoran-kotoran lain, yang hasil
akhirnya akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas. 15.2. POSISI DARI BORED PILE
Kedudukan tiang bor harus memenuhi toleransi posisi sebagai berikut : Posisi bored
pile tidak boleh mempunyai deviasi lebih dari 75 mm dari posisi tiang bored pile
yang ditentukan gambar rencana. Posisi vertikal dari
tiang sumuran, perbandingan deviasi lateral terhadap panjang tidak boleh lebih dari 1
: 20. Bila deviasi yang terjadi lebih besar dari pada syarat-syarat di atas, segala
perbaikan (pembuatan) harus dilakukan dan menjadi beban Pemborong. 15.3.
LAPORAN PELAKSANAAN TIANG PONDASI Pemborong harus memberikan laporan bagi
setiap sumuran dalam waktu 24 jam setelah akhir pengecoran kepada Konsultan
PENGAWAS, yang terdiri dari : · Ukuran : 1. Panjang dan diameter lubang bor. 2. Ground
level pondasi bored pile. 3. Panjang Tiang. 4. Deviasi pada centre dari posisi rencana 5.
Panjang dan detail dari pada pembesian : apabila terdapat penyimpangan dari design
semula maka akan diadakan penelitian kembali. · Ground Condition. 1. Lapisan dasar
pendukung bored pile 2. Hasil test yang dilakukan pada tanah dalam lubang 3. Tinggi
muka air tanah 4. Kekuatan atau mutu kubus beton. 5. Tanggal pelaksanaan, waktu
pelaksanaan. 6. Catatan lain, hal-hal khusus yang terjadi pada waktu pelaksanaan
7. Volume beton yang tercor. PASAL 16. PEKERJAAN BEKISTING 16.1. URAIAN UMUM
Bekisting harus direncanakan, dilaksanakan dan diusahakan sedemikian rupa agar pada
waktu pengecoran dan pembongkaran tidak mengakibatkan cacat, gelombang maupun
perubahan bentuk, ukuran, ketinggian serta posisi dari beton yang dicetak. Perencanaan
pelaksaan, serta pembongkaran bekisting harus sesuai dengan cara-cara yang
disarankan dan permukaan bekisting yang berhubungan dengan beton harus benar-
benar bersih sebelum penggunaannya. Jarak balok atau tiang penyangga harus
dipasang dengan jarak yang cukup sehingga dapat mencegah lendutan dan perubahan
bentuk bahan-bahan bekisting. Bekisting beserta sambungan-sambungannya harus
dapat mencegah terjadinya kebocoran adukan selama pengecoran. Lubang-lubang
pembukaan sementara harus disediakan didaam bekisting untuk memungkin
pembersihan bekisting. Bekisting yang langsung berhubungan dengan tanah dan tidak
dapat di bongkar harus dipakai dari pasangan bata atau bahan yang kedap, kuat dan
tidak mudah lapuk. 16.2. PENGENDALIAN PEKERJAAN Seluruh bekisting harus mengikuti
persyaratan dalam normalisasi di bawah ini : NI – 2 (PBI 1971) NI – 3 SK SNI T-15 1991
16.3. BAHAN-BAHAN Bahan bekisting harus terbuat dari kayu jenis “Plywood” tebal 9
mm denga rangka kuat atau jenis lain yang setarap yang disetujui oleh Konsultan
Pengawas. 16.4. PEMASANGAN Pemborong baru diperbolehkan untuk mulai
melakasanakan pekerjaan setelah mendapat persetujuan atas rencana bekisting yang
dibuatnya. 16.5. PEMBONGKARAN BEKISTING Bekisting harus dibongkar dengan cara
yang sedemikian rupa sehingga dapat menjamin keselamatan penuh atas struktur-
struktur yang dicetak. 16.6. PEKERJAAN PERANCAH. Perancah adalah kontruksi yang
mendukung bekisting dan beton yang belum mengeras. Pemborong harus mengajukan
rencana gambar perancah tersebut untuk persetujuan Pengawas. Segala biaya yang
perlu sehubungan dengan perencanaan dan pengerjaan perancah harus tercakup dalam
perhitungan biaya-biaya harga satuan perancah. Perancah harus merupakan suatu
konstruksi yang kuat, kokoh dan terhindar dari bahaya pengerusan dan penurunan,
sedangkan kontruksinya sendiri juga harus kokoh terhadap pembebanan yang akan
ditanggungnya, termasuk gaya-gaya pratekan dan gaya-gaya sentuhan yang mungkin
ada. Sebelum perancah dipasang tanah pendukung perancah harus dipadatkan
sehingga cukup kuat untuk mendukung perancah beserta semua beban-beban yang
dipikul diatasnya. Pemborong harus memperhitungkan dan membuat langkah-langkah
persiapan yang perlu sehubungan dengan lendutan perancah akibat gaya-gaya yang
bekerja padanya sedemikian rupa hingga pada akhir pekerjaan beton, permukaan dan
bentuk konstruksi beton sesuai dengan kedudukan (peil) dan bentuk seharusnya.
Perancah harus dibuat dari kayu Dolken yang bermutu baik, brancing-brancing yang
digunakan harus cukup kaku sehingga terjamin stabilitasnya untuk memikul acuan
beserta berat sendiri, lantai maupun beban-beban konstruksi dan lain-lain. Bila sebelum
atau selama pekerjaan pengecoran beton berlangsung perancah itu menunjukan tanda-
tanda penurunan yang besar sehingga menurut pendapat Pengawas hal itu akan
menyebabkan kedudukan (peil) akhir yang tidak sesuai dengan gambar rencana atau
dapat membahayakan dari segi konstruksi, maka Pengawas dapat memerintahkan untuk
membongkar pekerjaan beton yang sudah dilaksanakan dan mengharuskan Pemborong
untuk memperkuat perancah tersebut sehingga dianggap cukup kuat. Gambar rencana
perancah dan sistem pondasi atau sistem lainnya secara detail (termasuk
perhitungannya) harus diserahkan kepada Pengawas untuk persetujuannya, dan
pekerjaan pengecoran beton tidak boleh dilakukan sebelum gambar rencana tersebut
disetujui. Perancah harus tetap terpasang selama konstruksi dilaksanakan. 16.7.
PEMBONGKARAN PERANCAH : 36. Secara Umum. Pembongkaran perancah baru dapat
dilaksanakan apabila konstruksi sudah cukup umur dan dianggap sudah mencapai
kekuatan menahan beban. 37. Secara Khusus. Konstruksi perancah dapat dilepas bila
konstruksi yang didukung telah cukup dan seluruh pekerjaan tahap struktur telah
selesai. Pembongkaran konstruksi perancah ini harus mendapat persetujuan Pengawas.
Adapun persetujuan Pengawas ini tidak melepaskan tanggung jawab Pemborong bila
terjadi keretakan-keretakan pada konstruksi. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
ELEKTRIKAL PASAL 17. UMUM 17.1. LINGKUP PEKERJAAN Pekerjaan ini mencakup
pengadaan bahan, peralatan, tenaga kerja, pemasangan, pengujian-pengujian dan
perbaikan-perbaikan selama masa pemeliharaan untuk pekerjaan instalasi listrik, seperti
disaratkan dalam gambar-gambar perencanaan dan spesifikasi teknik pekerjaan
elektrikal. Dalam pekerjaan ini harus sudah termasuk juga perlengkapan dan alat bantu
yang diperlukan agar sistem dapat beroperasi dengan baik sesuai yang diinginkan
dalam spesifikasi teknis ini. Pekerjaan tersebut terdiri dari : 38. Sistem Distribusi Tenaga
Listrik 39. Sistem Penerangan 40. Sistem Penangkal Petir 41. Sistem Tata Suara 42.
Sistem Telepon 43. Sistem Fire Alarm 17.2. GAMBAR-GAMBAR RENCANA Gambar-
gambar rencana adalah gambar yang menunjukan tata letak secara umum dari
peralatan yaitu lampu-lampu, panel-panel, kabel, detail peralatan, cara pemasangan dan
ketentuan-ketentuan lain. Gambar ini dibuat oleh Konsultan Perancang dan digunakan
untuk pelelangan. 17.3. GAMBAR-GAMBAR KERJA (SHOP DRAWINGS) Pemborong harus
menyerahkan gambar kerja 14 hari sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai. Gambar
kerja adalah gambar rencana setelah disesuaikan dengan kondisi di lapanagan dan
perubahan-perubahan (jika ada) yang diminta oleh Pemberi Tugas. Perubahan dapat
juga diusulkan oleh Pengawas Lapangan, Perencana atau Pemborong dan perubahan ini
harus disetujui oleh Pemberi Tugas. Gambar kerja yang tidak berubah dari gambar
rencana harus terlebih dahulu disetujui oleh Konsultan Pengawas, sedangkan gambar
kerja yang berubah dari gambar rencana harus disetujui terlebih dahulu oleh Konsultan
Pengawas dan Pemberi Tugas. 17.4. GAMBAR-GAMBAR SESUAI PELAKSANAAN (AS
BUILT DRAWING) Pemborong harus membuat catatan yang cermat dari pelaksanaan
dan penyesuaian-penyesuaian di lapangan.Catatan-catatan tersebut harus dituangkan
dalam 1 set gambar lengkap sebagai gambar-gambar sesuai pelaksanaan di lapangan
(As Built Drawing). Pemborong harus menyerahkan As Built Drawing kepada Konsultan
Pengawas setelah pekerjaan yang bersangkutan selesai, dalam rangkap 3. Gambar-
gambar ini beserta dokumen pendukung lainnya menjadi persyaratan untuk serah
terima pekerjaan yang pertama. 17.5. STANDAR DAN PERATURAN Seluruh pekerjaan
instalasi listrik harus dilaksanakan mengikuti Standar dalam PUIL terbitan terakhir atau
standart lain yang diakui di Indonesia. Kabel listrik yang digunakan harus sesuai dengan
standar SII dan SPLN atau standar lainnya yang diakui di Indonesia sera mendapat
rekomendasi dari LMK. Surat Ijin Bekerja sebgai Instalasi listrik dengan kelas yang sesuai
dengan pekerjaan ini dan masih berlaku harus dimiliki secara sah oleh Pemborong, satu
copy dari surat ijin tersebut harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas. Hal-hal
khusus mengenai standar dan peraturan dapat dilihat di masing-masing sub pekerjaan.
17.6. TENAGA KERJA Pemborong harus menempatkan secara penuh waktu (full time)
seorang koordinator yang ahli dalam bidangnya, berpredikat baik, berpengalaman
dalam pekerjaan yang serupa dan dapat sepenuhnya mewakili Pemborong. Setiap
bagian pekerjaan (instalasi listrik, tata suara dll) harus dipimpin oleh seorang tenaga
Pelaksana yang ahli dibidangnya masing-masing. 17.7. BAHAN DAN PERALATAN Bahan-
bahan dan peralatan yang dipasang harus dalam keadaan baru dan sesuai dengan yang
dimaksud pada gambar rencana dan spesifikasi teknik.Pemborong harus menyerahkan
contoh dari bahan-bahan yang akan dipasang kepada Konsultan Pengawas 14 hari
sebelum pemasangan dan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.Perubahan-bahan
yang disyaratkan pada gambar dan spesifikasi teknik harus disetujui oleh Pemberi Tugas
dan Konsultan Pengawas, jika terdapat bahan atau peralatan yang tidak disebutkan
dengan tegas type dan mereknya pada gambar rencana maupun spesifikasi teknik maka
bahan atau peralatan tersebut harus disetujui oleh Pemberi Tugas dan Konsultan
Pengawas. Semua biaya yang berkenaan dengan penyerahan dan pengembalian
contoh-contoh ini adalah tanggung jawab Pemborong. Jika dianggap perlu, Konsultan
Pengawas dapat meminta saran kepada Konsultan Perencana untuk penentuan bahan
atau peralatan. 17.8. PENGUJIAN. 17.8.1. Pengujian pertama. Pengujian pertama adalah
pengujian setiap sub sistem, diselenggarakan setelah pekerjaan sub sistem tersebut
selesai. Pengujian sub sistem terdiri dari : · Pengujian sambungan - sambungan ·
Pengujian tahanan isolasi · Pengujian pentanahan · Pengujian Operasional sub sistem
untuk bahan-bahan tertentu yang dianggap perlu. · Konsultan Pengawas dapat meminta
dilakukan pengujian pada Laboratorium atau badan independent. Beaya yang
diperlukan untuk pengujian tersebut ditanggung oleh pemborong. 17.8.2. Pengujian
akhir. Pengujian akhir adalah pengujian (start up dan comissioning) yang melibatkan
koordinasi seluruh sistem harus diselenggarakan setelah seluruh sistem harus
diselenggarakan setelah seluruh pekerjaan dalam proyek ini selesai. Sebelum pengujian
dilaksanakan, Pemborong harus mengajukan jadwal dan prosedur pengujian kepada
Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan. 17.8.3. Catatan Pengujian.
Pemborong harus membuat catatan (record) mengenai hasil pengujian dan 2 copy
diserahkan kepada Konsultan Pengawas. 17.8.4. Biaya Pengujian. Seluruh pengujian butir
1, 2 dan3 diselengarakan oleh Pemborong dan segala biaya untuk itu ditanggung oleh
Pemborong. 17.8.5. Ijin. Kecuali disebutkan lain, biaya penyambungan daya PLN dan
uang jaminan langganan menjadi tanggungan Pemborong. 17.9. PENDIDIKAN DAN
LATIHAN. Pemborong harus memberikan pendidikan dan latihan kepada setidak-
tidaknya satu orang atau sebanyak-banyaknya tiga orang yang ditentukan oleh Pemberi
Tugas. Pendidikan dan latihan ini meliputi pengoperasian, perawatan, dan
penanggulangan kerusakan kecil untuk semua peralatan elektrikal arus kuat dan arus
lemah. Semua biaya pendidikan dan latihan menjadi tanggungan pemborong. 17.10.
DOKUMEN YANG HARUS DISERAHKAN. 44. Gambar pelaksanaan (as built drawing)
yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas. 45. Brosure Peralatan dan Bahan yang
terpasang beserta alamat supplier. 46. Daftar spare part yang diserahkan kepada
pemberi tugas. 47. Garansi Pabrik untuk peralatan-peralatan yang dipasang. 48.
Sertifikat pengujian Pabrik 49. Petunjuk operasi dan perawatan peralatan. 50. Detail
diagram dan rankaian peralatan eletronika. 51. Dokumen lain yang relevan dengan
pekerjaan ini, yang diminta oleh Konsultan Pengawas atau Pemberi Tugas. PASAL 18.
PEKERJAAN SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK 18.1. LINGKUP PEKERJAAN Item-item pekerjaan
yang harus dilaksanakan adalah sebagai berikut : 18.1.1. Panel-Panel Daya Tegangan
Rendah. Pekerjaan ini meliputi Low Voltage Main Distribution Panel (LV-MDP), Sub
Distribution Panel (SDP), panel-panel daya (PP), dan panel-panel penerangan (LP),
termasuk seluruh peralatan-peralatan bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan
sistem. 18.1.2. Kabel-kabel Daya Tegangan Rendah. Pekerjaan ini meliputi kabel dari
genset ke panel kontrol genset, kabel-kabel yang digunakan untuk menghubungkan
panel satu dengan panel lainnya serta harus termasuk seluruh peralatan-peralatan bantu
yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem instalasi listrik. 18.1.3. Instalasi Daya dan
Instalasi Penerangan. Pekerjaan ini meliputi seluruh instalasi listrik yang digunakan
untuk menghubungkan panel-panel (PP dan LP) dengan outlet-outlet daya, fixture
penerangan, dan peralatan-peralatan listrik lainnya seperti AC, Exhaust Fan, motor-
motor listrik pada peralatan sistem mekanikal serta peralatan-peralatan lain sesuai
dengan gambar perencanaan dan buku persyaratan teknis. 18.1.4. Sistem Pengebumian
Pengaman. Yang termasuk di dalam pekerjaan sistem pengebumian meliputi batang
elektroda pengebumian, kabel atau bar copper conductor, termasuk seluruh peralatan-
peralatan bantu yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem. 18.1.5. Peralatan
Penunjang Instalasi. Pekerjaan ini meliputi conduit, sparing, doos outlet daya, doos
saklar, doos penyambung, doos pencabangan, elbow, flexible conduit, klem dan
peralatan-peralatan lain yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem distribusi listrik
meskipun peralatan-peralatan ini tidak disebutkan dan digambarkan dengan jelas di
dalam gambar perencanaan. 18.1.6. Panel-panel Kontrol. Yang termasuk di dalam
pekerjaan ini meliputi panel kontrol start-stop dan monitor untuk peralatan AC, Pompa
bahan bakar, Submersible Pump dan lain-lain seperti yang tercantum di dalam gambar
perencanaan atau buku spesifikasi teknis. Tergantung pada pembagian lingkup
pekerjaan kontrak, item pekerjaan ini dapat dimasukan dalam pekerjaan elektrikal atau
mekanikal. 18.1.7. Penyambungan sumber catu daya listrik PLN sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. 18.2. KEMAMPUAN OPERASI SISTEM DISTRIBUSI LISTRIK. 18.2.1. Pada
keadaan normal. Seluruh beban dilayani oleh sumber catu daya listrik utama yang
berasal dari jaringan Tegangan Menengah PLN (20 kV, 3 fasa, 50 Hertz). 18.2.2. Pada
keadaan darurat. Pada saat sumber catu daya utama dari PLN mengalami gangguan,
secara otomatis sebagian kebutuhan daya di layani oleh sumber catu daya cadangan
yang berasal dari Diesel Generating Set. Genset dioperasikan secara manual, sedangkan
perpindahan beban dan pemutusan ACB Coupling dilakukan secara otomatis dengan
ATS 18.3. PERSYARATAN PEKERJAAN PANEL TEGANGAN RENDAH 18.3.1. Konstruksi Box
Panel. Panel harus terbuat dari plat baja, dengan rangka yang terbuat dari besi siku atau
besi plat yang dibentuk dan diberi cat dasar dengan meni tahan karat serta difinish
dengan cat bakar warna abu-abu. Ketebalan plat baja : Panel Dinding Pintu --------------
-------------------------------------------------------------- 1. LVMDP, 2,0 mm 3,0 mm 2.
SDP dan PP, LP 1,6 mm 2,0 mm --------------------------------------------------------------
-------------- Dalam box panel harus disediakan sarana pendukung kabel yang
diketanahkan (grounding) dan bus bar pentanahan, yang berfungsi untuk dudukan
ujung kabel pentanahan. Untuk pemasangan kabel incoming dan outgoing harus
disediakan terminal penyambung yang disusun rapi dan ditempatkan pada lokasi yang
tempat dalam arti kata pada bagian panek dimana kabel incoming itu masuk dan kabel
outgoing itu keluar dari panel. Pada circuit breaker, sepatu kabel, kabel incoming dan
outgoing serta terminal penyambung kabel harus diberi indikadi/label/sign plates
mengenai nama beban atau kelompok beban yang dicatu daya listriknya. Label itu harus
terbuat dari plastik atau plat aluminium, kabel harus terpasang jelas dan tidak mudah
lepas. Panel mempunyai tutup bagian dalam dan pintu luar. Pintu bagian dalam
dipasang dengan menggunakan skrup. Pada pintu luar dipasang handle pintu dan
kunci. Pada bagian atas panel (dari abang atas sampai dengan 12 cm di bawah abang
atas panel atau disesuaikan dengan kebutuhan) harus disediakan tempat untuk
pemasangan lampu indikator, fuse dan alat-alat ukur. Bagian tersebut merupakan
bagian terpisah dari pintu panel dan diskrup ke pintu panel. Ukuran panel di dalam
gambar perencanaan tidak mengikat, dapat disesuaikan dengan ukuran komponen dan
peralatan penunjang yang dipilih serta standard pabrik pembuat. Pada pintu luar panel
bagian dalam harus digambarkan diagram sistem intalasi panel tersebut secara lengkap
dan baik serta harus dilaminasi. 18.3.2. Busbar dan Terminal Penyambungan. Panel harus
sesuai untuk sistem 3 phasa, 4 kawat dan mempunyai 5 busbar dimana busbar
pentanahan terpisah. Busbar dari bahan tembaga yang digalvanisasi dengan bahan
perak. galvanisasi ini, termasuk pula bagian-bagian yang menempel pada busbar,
seperti sepatu kabel dan lain-lain. Pemasangan kabel (untuk semua ukuran luas
penampang kabel) pada busbar harus menggunakan sepatu kabel. Pemasangan pada
MCB, MCCB, dan terminal untuk kabel dengan ukuran lebih besar dari 10 mm2 harus
menggunakan sepatu kabel. Busbar dan terminal penyambungan harus disusun dan
dipegang oleh isalator dengan baik, sehingga mampu menahan electro mechanical
force akibat arus hubung singkat terbesar yang mungkin terjadi. 18.3.3. Circuit Breaker :
Circuit Breaker yang digunakan dari jenis MCB dan MCCB. Beberapa MCCB (sesuai
gambar) dilengkapi dengan thermal overcurrent release dan elektromagnetic
overcurrent release yang rating amperetrip-nya dapat diatur (adjustable) . Outgoing
circuit breaker dari Low Voltage Main Distribution Panel (LV-MDP) harus dilengkapi
dengan proteksi kehilangan arus satu phasa. Circuit Breaker untuk proteksi motor-motor
listrik harus menggunakan Circuit Breaker yang rancang khusus untuk pengaman motor
(Circuit Breaker tipe M ). Breaking capacity dan rating CB yang digunakan harus sebesar
yang tercantum dalam gambar perencanaan. Semua Circuit Breaker harus dapat
diindentifikasi dengan jelas. Indentifikasi ini meliputi Breaking Capacity, rating ampere
serta Ampere Trip dari Circuit Breaker tersebut. Pemasangan MCB harus menggunakan
Omega Rail sedangkan pemasangan MCCB dan komponen-komponen lain, seperti
magnetic contactor, time switch dan lain-lain harus mengunakan dudukan plat yang
cukup kuat. Pemasangan komponen-komponen tersebut harus rapi dan kokoh sehingga
tidak akan lepas oleh gangguan mekanis. Jika di dalam gambar perencanaan dinyatakan
ada spare, maka spare tersebut harus terpasang secara lengkap. Semua Circuit Breaker
harus diberi label/signplate yang terbuat dari Alumunium mengenai nama beban atau
kelompok beban yang dicatu daya listriknya. Label itu harus terbuat dari Alumunium,
label harus jelas dan tidak mudah lepas. 18.3.4. Alat Ukur / indikator. a. Panel LV-MDP
dilengkapi dengan alat-alat ukur, seperti : - Ampere meter - Cosphi meter - Frequensi
meter - Trafo arus - kWh meter - Indicator lamp & mini fuse Panel-panel lain dilengkapi
dengan indikator lamp. b. Volt meter dilengkapi dengan selector switch yang
mempunyai mode 7 (tujuh) posisi : - 3 kali phasa terhadap netral - 3 kali phasa terhadap
phasa - 1 posisi OFF c. Ampere meter yang digunakan mempunyai range pengukuran
sesuai dengan rating incoming Circuit Breaker. d. Pengukuran arus yang besar
menggunakan trafo arus yang dirancang khusus untuk pengukuran. Rating trafo arus
harus sesuai dengan rating Ampere meter yang digunakan dan tahan menerima impact
short circuit terbesar yang mungkin terjadi. e. Lampu indikator yang digunakan adalah :
- Warna hijau untuk phasa R - Warna kuning untuk phasa S - Warna merah untuk phasa
T - Lampu-lampu indikator harus diproteksi dengan menggunakan mini fuse. f.
Amperemeter dan Voltmeter harus menggunakan tipe Moving iron rectangular dengan
kelas alat 2,0 dan mempunyai dimensi minimal 72 mm x 72 mm. 18.3.5. Pemasangan
Panel. Panel jenis Free Standing dipasang pada lantai kerja dengan lokasi seperti pada
gambar perencanaan. Pemasangan panel harus menggunakan dudukan konstruksi baja
dan harus diperkuat dengan mur baut atau dynabolt sehingga tidak akan berubah posisi
oleh gangguan mekanis. Panel jenis wall mounting dipasang flush mounting pada
dinding tembok dengan lokasi sesuai gambar perencanaan. Pemasangan panel pada
dinding harus diperkuat dengan penahan dari besi siku dan baut tanam (anchor bolt)
sehingga tidak akan rusak oleh gangguan mekanis. Box panel dan semua material yang
bersipat konduktif yang berada disekitar panel listrik harus dihubungkan ke sistem
pembumian pengaman. 18.3.6. Gambar Skema Rangkaian Listrik. Panel harus dilengkapi
dengan gambar skema rangkaian listrik, lengkap dengan keterangan mengenai bagian
instalasi yang diatur oleh panel tersebut.Gambar skema rangkaian listrik dibuat dengan
baik, dilaminasi plastik dan ditempelkan pada pintu luar panel bagian dalam. 18.4.
PERSYARATAN PEKERJAAN KABEL TEGANGAN RENDAH 18.4.1. Ketentuan Umum.
Ukuran luas penampang kabel untuk jaringan instalasi listrik tegangan rendah yang
digunakan minimal harus sesuai dengan gambar perencanaan. Kabel listrik yang
digunakan harus mempunyai rated voltage sebesar 600 Volt / 1000 Volt. Tahanan isolasi
kabel yang digunakan harus sedemikian rupa sehingga arus bocor yang terjadi tidak
melebihi 1 mA untuk setiap 100 M panjang kabel. Kabel-kabel yang digunakan adalah
kabel PVC dengan jenis kabel yang sesuai dengan fungsi dan lokasi pemasangannya
seperti tabel dibawah ini : ______________________________________________________ No.
Pemakaian Jenis Kabel ______________________________________________________ 1. Instalasi
penerangan dan daya dalam bangunan NYM 2. Instalasi penerangan diluar bangunan
NYY 3. Kabel daya utama di dalam bangunan NYY
______________________________________________________ Pada kabel instalasi harus dapat
dibaca mengenai merk, jenis, ukuran luas penampang, rating tegangan kerja dan
standard yang digunakan. Pada ujung kabel-kabel daya utama harus diberi label/ sign-
plate yang terbuat dari aluminium atau plastik mengenai nama beban yang dicatu daya
listriknya atau nama sumber yang mencatu daya kabel/ beban tersebut. 18.4.2.
Persyaratan Pemasangan. Pemasangan kabel instalasi tegangan rendah harus
memenuhi peraturan PLN dan PUIL atau peraturan-peraturan lain yang diakui di negara
Republik Indonesia. Kabel harus diatur dengan rapi dan terpasang dengan kokoh
sehingga tidak akan lepas atau rusak oleh gangguan mekanis. Pembelokan kabel harus
diatur sedemikian rupa sehingga jari-jari pembelokan tidak boleh kurang dari 15 kali
diameter luar kabel tersebut atau harus sesuai dengan rekomendasi dari pabrik
pembuat kabel. Setiap ujung kabel-kabel daya utama harus dilengkapi dengan sepatu
kabel tipe press, ukuran sesuai dengan ukuran luas penampang kabel serta dililit
dengan excelcior tape dan difinish dengan bahan isolasi ciut panas yang sesuai. Tidak
diperbolehkan melakukan penyambungan kabel kecuali untuk pencabangan pada kabel
instalasi daya dan instalasi penerangan atau jika panjang kabel yang diperlukan melebihi
panjang standart gulungan dari pabrik. Penyambungan kabel untuk pencabangan harus
dilakukan didalam junction box atau metal doos sesuai dengan persyaratan. Penarikan
kabel harus menggunakan peralatan-peralatan bantu yang sesuai dan tidak boleh
melebihi strength dan stress maximum yang direkomendasikan oleh pabrik pembuat
kabel. Sebelum dilakukan pemasangan / penyambungan, bagian ujung awal dan ujung
akhir dari kabel daya harus dilindungi dengan 'sealing end cable', sehingga bagian
konduktor maupun bagian isolasi kabel tidak rusak. 18.4.3. Pemasangan kabel di dalam
bangunan. · Pemasangan pada rak kabel. - Kabel harus diatur rapi - Kabel daya utama
harus diperkuat dengan klem kabel atau tali kabel ke rak kabel pada setiap jarak
minimal 40 cm. - Untuk kabel instalasi daya dan penerangan harus dilindungi dengan
conduit yang dikuatkan dengan tali kabel ke rak kabel tiap jarak minimal 40 cm. - Tidak
diperkenankan adanya sambungan kabel di dalam conduit kecuali di dalam kotak
sambung atau kotak cabang. - Kabel dari conduit ke fixture penerangan harus dilindungi
dengan flexible conduit. · Pemasangan kabel dalam dinding. - Kabel harus dilindungi
dengan sparing. - Sparing (pipa pelindung kabel yang ditanam ) sebelum ditutup
tembok harus disusun rapi dan di klem pada setiap jarak 60 cm. - Jika sparing tersebut
berjumlah cukup banyak, maka perkuatan tersebut harus dilakukan dengan
menggunakan kombinasi antara klem dan kawat ayam sehingga tersusun rapi dan
kokoh. - Kabel instalasi yang datang dari conduit menuju sparing harus dilindungi
dengan flexible conduit serta pertemuan antara conduit / sparing dengan flexible
conduit harus dilakukan dengan klem. - Jika pada panel listrik terdapat MCB spare maka
jumlah conduit harus ditambah minimal sebanyak jumlah MCB spare. - Kabel instalasi
yang datang dari conduit menuju sparing harus dilindungi dengan flexible conduit serta
pertemuan antara conduit / sparing dengan flexible conduit harus dilakukan dengan
klem. 18.5. PERSYARATAN TEKNIS PERALATAN INSTALASI 18.5.1. Outlet Daya. Outlet
Daya dan plug yang digunakan harus memenuhi standard SII dan SPLN atau standard-
standard lain yang outlet daya dan plug harus mempunyai spesifikasi sebagai berikut :
Rating tegangan : 500 Volt Rating arus : minimal 10 A, kecuali di ruang kontrol 16 A.
Tipe pemasangan : recessed Outlet daya dan plug harus mempunyai label yang
menunjukkan merk pabrik pembuat, standard produk, tipe dan rating arus serta
tegangannya. Outlet daya dipasang pada dinding atau partisi harus menggunakan metal
doos dengan ketinggian pemasangan 30 cm dari permukaan lantai kecuali ditentukan
oleh Perencana Interior. Tata letak outlet daya sesuai dengan Gambar Perencanaan dan
harus dikoordinasikan dengan tata letak furnitures atau dikoordinasikan dengan
Konsultan Pengawas. 18.5.2. Rigid Conduit. Rigid Conduit yang dipasang secara exposed
dan conduit-conduit yang ditanam di dalam tembok atau beton (sparing-sparing) harus
terbuat dari pipa PVC type high impact. Conduit dan sparing harus mempunyai ukuran
diameter dalam sebesar 1,5 cm kali dari total diameter luar kabel yang dilindunginya
dengan ukuran minimum sebesar 3/4". Conduit untuk keperluan instalasi listrik
(penerangan dan daya) menggunakan warna hitam, sedangkan conduit instalasi arus
lemah (fire alarm, tata suara, dll) menggunakan warna putih. Conduit untuk masing-
masing instalasi arus lemah dibedakan dengan memberi tanda dengan cat pada tiap
jarak 1 meter. Pemakaian conduit di sini dimaksudkan untuk finishing seluruh instalasi
daya, instalasi penerangan dan instalasi lainnya. Oleh karena itu pemasangannya harus
dilakukan serapi mungkin dan dikoordinasikan dengan pekerjaan Finishing Arsitektur.
Pemasangan pipa conduit di atas plafond harus dikoordinasikan dengan penggunaan
jalur untuk utilitas lain seperti instalasi telepon, fier alarm, sound system, maupun
peralatan mekanikal seperti duct dan pipa. Pemasangan harus rapi, kokoh dan tidak
saling mempengaruhi. Pemasangan pipa conduit atau sparing tidak boleh merusak atau
mengganggu instalasi utilitas lainnya. Dalam hal jalur pipa conduit pada gambar di
perkirakan tidak mungkin lagi untuk di laksanakan, maka kontraktor wajib mencari jalur
lain sehingga pelaksanaan mudah dan tidak mengganggu utilitas lain, tetapi tetap harus
sesuai dengan persyaratan. Pertemuan antara pipa sparing yang muncul dari dalam
dinding dengan pipa conduit di atas plafond harus menggunakan metal doos dan
diantara metal doos tersebut dipasang flexible conduit. Pemasangan flexible conduit
tersebut harus dilakukan dengan cara klem. Setiap sparing maupun conduit maximum
hanya dapat diisi dengan 1 (satu) kabel berinti banyak atau satu pasang kabel untuk
phasa, netral dan grounding, baik untuk kabel daya maupun untuk kabel lain. Pada
keadaan tertentu konsultan pengawas dapat meminta penambahan jumlah sparing
untuk conduit yang ditanam di dalam beton. Secara umum pemborong harus
menambahkan minimal satu pipa sparing untuk sekelompok pipa sparing. 18.5.3.
Flexible Conduit. Flexible conduit digunakan untuk melindungi kabel instalasi
penerangan dan daya : - Yang ke luar dari conduit dan masuk ke dalam sparing. - Yang
ke luar dari conduit ke titik-titik lampu - Yang ke luar dari conduit ke mesin-mesin atau
beban-beban yang lainnya. - Pembelokan instalasi. Ukuran conduit harus mempunyai
diameter dalam minimum 1,5 kali total diameter luar kabel yang di lindunginya. Flexible
conduit yang di gunakan harus tahan karat dan cukup kuat untuk menahan gangguan-
gangguan mekanis yang mungkin terjadi. 18.5.4. Rak Kabel. Rak kabel di gunakan untuk
menyangga kabel-kabel daya, kabel-kabel instalasi daya dan kabel-kabel instalasi
penerangan. Rak kabel tersebut terbuat dari besi siku dan besi plat dengan ukuran dan
konstruksi seperti tercantum di dalam Gambar Perencanaan. Rak kabel harus
mempunyai penggantung yang dapat diatur (adjustable) yang terbuat dari batang besi
diameter minimal 10 mm yang ujungnya diulir. Semua bagian rak kabel dan
penggantungnya harus dicat meni tahan karat dan dicat finish. Penggantung rak kabel
di pasang pada plat beton dengan anchor bolt dan harus kuat untuk menyangga rak
kabel dan isinya serta harus tahan pula untuk menahan gangguan-gangguan mekanis
lainnya. 18.6. SISTEM PEMBUMIAN UNTUK PENGAMAN. 18.6.1. Ketentuan Umum. Yang
di maksud dengan sistem pembumian untuk pengaman adalah pembumian dari badan-
badan peralatan listrik atau benda-benda di sekitar instalasi listrik yang bersifat
konduktif dimana pada keadaan normal benda-benda tersebut tidak bertegangan,
tetapi dalam keadaan gangguan seperti hubung singkat phasa ke badan peralatan
kemungkinan benda-benda tersebut menjadi bertegangan. Sistem pembumian ini
bertujuan untuk keamanan / keselamatan manusia dari bahaya tegangan sentuh pada
saat terjadinya gangguan. Semua badan peralatan atau benda-benda disekitar peralatan
yang bersipat konduktif harus dihubungkan dengan sistem pumbumian ini. Ketentuan -
ketentuan lain harus sesuai dengan PUIL, PLN dan standard-standard lain yang diakui di
Negara Republik Indonesia. 18.6.2. Konstruksi. Sistem pembumian terdiri dari grounding
rod, kabel penghubung antara benda-benda yang di ketanahkan dan peralatan bantu
lain yang dibutuhkan untuk kesempurnaan sistem ini. Grounding rod dari sistem
pembumian terbuat dari batang tembaga diameter minimal 3/4”, dengan konstruksi
seperti Gambar Perencanaan. Konduktor penghubung antara peralatan yang ditanahkan
dengan grounding rod terbuat dari 'bare copper conductor' atau kabel berisolasi sesuai
dengan Gambar Perencanaan. 18.6.3. Pemasangan. Grounding rod harus ditanam
langsung dalam tanah dengan bagian grounding rod yang tertanam di dalam tanah
minimum sepajang 6 M dan masing-masing titik grounding rod mempunyai tahanan
tidak lebih dari 3 Ohm. Grounding rod harus di tempatkan di dalam bak kontrol yang
tertutup. Tutup bak kontrol harus mudah dibuka dan dilengkapi dengan handle. Bak
kontrol ini mempunyai pungsi sebagai tempat terminal penyambung dan tempat
pengukuran tahanan pembumian grounding rod. Ukuran bak kontrol harus sesuai
dengan Gambar Perencanaan. Hantaran pembumian harus dipasang sempurna dan
cukup kuat menahan gangguan mekanis. Penyambungan bagian-bagian hantaran
pembumian yang tertanam di dalam tanah harus menggunakan sambungan las
sedangkan penyambungan dengan peralatan yang diketanahkan harus menggunakan
mur-baut atau sesuai dengan Gambar Perencanaan. Penyambungan hantaran
pembumian dengan grounding rod harus menggunakan mur-baut berukuran M-10
sebanyak tiga titik. Penyambungan ini dilakukan di dalam bak kontrol. Ukuran hantaran
pembumian harus sesuai dengan yang tercantum di dalam Gambar Perencanaan. 18.6.4.
Sistem. Terdapat beberapa sistem pembumian yaitu : - Pembumian jaringan tegangan
rendah - Pembumian instalasi sistem penangkal petir - Pembumian peralatan di ruang
genset. Setiap sistem pembumian mempunyai kabel hantaran dan bak kontrol yang
terpisah. Tata letak sistem pembumian harus sesuai dengan Gambar Perencanaan.
Masing-masing titik pentanahan dihubungkan secara elektrik sehingga membentuk ring
pentanahan dengan kabel BCC 50 mm2. PASAL 19. SISTEM PENERANGAN 19.1.
LINGKUP PEKERJAAN Pekerjaan ini mencakup pengadaan bahan dan peralatan,
pemasangan, pengujian-pengujian, dan perbaikan-perbaikan selama masa
pemeliharaan, meliputi : - Lampu dan armaturenya - Saklar - Kabel instalasi - Peralatan
penunjang instalasi dan alat bantu 19.2. LAMPU DAN ARMATUR PENERANGAN DALAM
Lampu dan armaturnya harus sesuai dengan yang dimaksudkan pada gambar rencana,
dan memenuhi persaratan sbb : · Armatur lampu harus terbuat dari metal dan harus
mempunyai terminal pentanahan. · Semua lampu fluorecent dan lampu discharge
lainnya harus dilengkapi dengan Power Factor Correction Capasitor yang cukup untuk
mencapai power factor minimal 85 %. · Diffuser / reflektor lampu harus terbuat dari
gelas, metal atau acrylic yang cukup kuat terhadap kenaikan temperature dan beban
mekanis dari diffuser itu sendiri. · Reflector harus mempunyai lapisan pemantul cahaya
dengan derajat pemantulan yang tinggi. · Box tempat ballast, kapasitor, dudukan stater
dan terminal block harus cukup besar dan dibuat sedemikian rupa sehingga panas yang
ditimbulkan tidak mengganggu kelangsungan kerja dan umur teknis komponen lampu
itu sendiri. Box harus mempunyai lobang ventilasi yang cukup. · Kabel-kabel dalam box
harus diberi saluran atau klem tersendiri sehingga tidak menempel pada ballast atau
kapasitor. · Box terbuat dari pelat baja, tebal minimal 0,7 mm dicat dasar anti karat dan
dicat akhir dalam oven dengan warna putih. · Ballast yang digunakan harus dari jenis
single lamp ballast (satu ballast untuk satu tabung lampu fluorescent) dan harus dari
satu merk. · Instalasi semua lampu (termasuk lampu pijar) harus dilengkapi juga dengan
pemasangan kabel pentanahan. 19.3. SAKLAR Saklar yang digunakan harus sesuai
dengan standard PLN atau SII atau standard- standard lain yang berlaku dan diakui di
Indonesia. Saklar harus mempunyai spesifikasi sebagai berikut : · Rating tegangan : 500
Volt · Rating arus : 10 A · Tipe : recessed, single gang atau double gang. Saklar lampu
harus mempunyai label yang menunjukkan merk pabrik pembuat, standard produk, tipe
dan rating arus serta tegangannya. Saklar harus dipasang pada dinding atau partisi
dengan ketinggian 140 cm dari permukaan lantai. Pemasangan saklar harus
menggunakan metal doos. Tata letak saklar harus sesuai dengan Gambar Perencanaan
dan di koordinasikan dengan Perencana Interior atau Konsultan Pengawas. 19.4. KABEL
INSTALASI PENERANGAN Persyaratan kabel instalasi penerangan mengikuti persyaratan
yang disebutkan pada Sub Bab Kabel Tegangan Rendah. 19.5. PERALATAN PENUNJANG
INSTALASI PENERANGAN 19.5.1. Kotak / Doos Inbow Untuk Saklar. Kotak dari bahan
baja dengan kedalaman minimal 35 mm. Kotak harus mempunyai terminal pentanahan.
Saklar terpasang pada kotak (box) dengan menggunakan baut. Pemasangan dengan
cakar yang mengembang tidak diperbolehkan. Sambungan kabel harus dibuat dengan
baikmenggunakan konus penyambungan (las dop) plastik atau konektor lain yang
disetujui konsultan pengawas. Sambungan kabel hanya boleh dilakukan dalam kotak
penyambungan (junction box). Didalam pipa conduit tidak boleh terdapat sambungan
kabel. 19.5.2. Rigid Conduit, Flexible Conduit, dan Rak Kabel. Ketentuan pada Sub Bab ini
sama dengan ketentuan yang relevan pada Sub Bab Peralatan Penunjang Instalasi Daya.
Conduit pelindung kabel adalah pipa PVC khusus untuk instalasi listrik. Conduit, Elbow,
Socket, Juction box, dan accsessories lainnya harus sesuai satu dengan lainnya serta dari
merk yang sama. Diameter minimal pipa adalah 3/4". Kabel antara box junction atau
conduit dan armatur harus dilindungi dengan flexible conduit. PASAL 20. SISTEM
EMERGENCY DIESEL GENSET 20.1. LINGKUP PEKERJAAN Pekerjaan pengadaan dan
pemasangan sistem diesel electric generating set secara lengkap berikut segala sesuatu
/ kelengkapan yang diperlukan untuk dapat mengoperasikan mesin tersebut. Pekerjaan
sistem penyediaan bahan bakar secara lengkap berikut pemipaan, pompa pemindah
bahan bakar dari storage tank ke daily tank dan panel start-stopnya. Pekerjaan sistem
exhaust knalpot, exhaust radiator beserta sistem peredaman noisenya (silencer). Panel
kontrol generator lengkap yang berfungsi untuk : - menghidupkan diesel, -
memindahkan beban listrik dari PLN ke sumber daya cadangan dan sebaliknya, -
memberikan alarm jika terdapat kegagalan fungsi. Penyediaan spare part, tools dan
operation manual book. Pekerjaan sipil seperti pondasi, cable threnches, rangka
penyangga tangki dsb. Pekerjaan perkabelan dan pentanahan sistem. Mengurus ijin-ijin
ke badan yang berwenang (PLN). Pekerjaan sistem ventilasi Ruang genset. Pekerjaan
testing dan commissioning sistem catu daya cadangan secara lengkaptermasuk
pengujian kebocoran, pengujian tekanan, start-up, pengujian pembebanan dan
pengujian sistem pemindahan beban dan sistem kontrol operasi. 20.2. OPERASI SISTEM
EMERGENCY Genset dihidupkan dan dimatikan secara manual. Pemindahan beban dari
PLN ke genset dan sebaliknya serta pemutusan AC coupling dilakukan secara otomatis
dengan ATS. Dapat memberi alarm bila terjadi kegagalan dalam usaha mengidupkan
mesin diesel & kegagalan pemindahan beban. Memindahkan kembali beban ke PLN jika
PLN hidup / normal kembali dengan selang waktu yang dapat distel antara 5 sampai
dengan 15 menit setelah PLN hidup / normal. Genset tidak boleh mati / berhenti
beroperasi / rusak walaupun beban yang bekerja hanya 10% dari nominal bebannya.
20.3. UNIT DIESEL GENERATING SET 1. Jenis. Harus dari jenis PACKAGED DIESEL -
ELECTRIC GENERATING SET dengan JACKET WATER COOLED RADIATOR MOUNTED
DIESEL ENGINE. 2. Keagenan. Unit diesel harus didatangkan dari negara asal
pembuatnya oleh agen-tunggal resmi di Indonesia secara lengkap berikut segala
sertifikat uji dan kelengkapan lainnya yang merupakan standar pabrik dan peralatan
optional yang disetujui. 3. Layanan Purna Jual. Agen harus memberikan jaminan
ketersediaan suku cadang untuk jangka waktu minimal 5 tahun, dan memiliki
kemampuan untuk memberikan layanan purna jual, yang dikuatkan dengan surat
kesanggupan. 20.4. RATING DAN KLASIFIKASI 1. Rating adalah full continous outuput
pada kondisi kerja sebagai berikut : Duty : penggerak alternator listrik Drive : directly
coupled Speed : 1500 rpm nominal Engine Power : minimal 800 HP pada 1500 rpm
Altitude : 80 M di atas muka laut Suhu Udara : 30 - 45 oC RH : 70 - 95 % 2. Generator
Output : Tegangan : 400V/230V + 5% Fasa : 3 Frekuensi : 50 Hz Daya Netto : 150 kVA 3.
Harus mampu beroperasi sebagai continous duty, untuk itu harus mampu dibebani 10%
di atas rantingnya selama 1(satu) jam pada kecepatan nominal tanpa terjadi
"overheating" pada engine maupun alternator dan mampu beroperasi pada beban
nominal terus menerus selama 24 jam. 4. Diutamakan dari jenis mesin dengan jumlah
silinder 6 (enam) atau lebih. 5. Mampu dibebani sebesar nominal daya outputnya dan
PF=0.8 pada waktu 10(sepuluh) detik setelah cranking yang berhasil. 6. Dilengkapi
"starting aids" sesuai standar/ketentuan manufacturer sehingga persyaratan tersebut
diatas dapat dipenuhi. 20.5. DIESEL ENGINE 20.5.1. Konstruksi. Engine harus dari jenis
high speed stationery diesel engine khusus untuk penggerak sistem pembangkit listrik.
Engine Features, harus mengikuti ketentuan berikut : - Heavy duty disel engine - Jacket
Water Cooled Base frame boleh produk lokal dengan konstruksi sesuai dengan
konstruksi asal dari pabrik pembuat unit mesin diesel dan dilengkapi dengan surat
pernyataan dan jaminan kekuatan dari perwakilan perdagangan unit mesin tersebut.
20.5.2. Sistem Pendingin. Pendingin mengunakan sistem Cylinder jacket water cooled
dengan bantuan penukar panas radiator. Harus mampu mendinginkan bagian-bagian
engine secara baik. Air pendingin disirkulasikan dengan cooling water pump dari jenis
neoprene impeller pump atau secara yang ditransmisi roda gigi, sistem dilengkapi
dengan cooling water flow control yang akan memberi peringatan bila terjadi kondisi
aliran air pendingin terhenti dan control tersebut mematikan mesin. Water temperatur
pada sisi engine outlet tidak boleh melebihi 93 oC (200 oF). Harus disediakan kran air
(faucet) untuk memudahkan pengisian air radiator. Harus dari heavy duty heat
exchanger. Harus mampu mengeluarkan kalor sebesar 1.8 kali dari kalor yang dihasilkan
oleh mesin diesel pada kondisi normalnya. Dilengkapi dengan "Jacket Water Heater"
dikontrol oleh "adjustable thermostat", temperatur dijaga konstan 90 oF pada saat tiap
start. Dilengkapi "intake air silencer". Dilengkapi dengan nois silencer pada sisi hilir
sesuai gambar dengan konstruksi mengikuti ketentuan SMACNA. 20.5.3. Sistem Start.
Sistem starter menggunakan DC Electric Motor. Sistem pengisian batere menggunakan
cara yaitu pengisian dari alternator mesin bila diesel dalam keadaan operasi dan sistem
pengisian secara otomatis dari batere charger. Kapasitas batere harus disesuaikan untuk
melakukan 12 kali cranking masing-masing selama 10 detik. Persayaratan batere : - Jenis
batere : lead acid - Plat per cell : 29 - Rated voltage : 24 V - Kapasitas : minimum 200 AH
pada 80 oF - Instrumentasi : batere voltage indicator batere charging indicator electrolyt
hydrometer 20.5.4. Sistem Pernapasan (Intake/Respration). Harus melalui saringan udara
dengan kemampuan saring terkecil untuk partikel 50 micron. Dapat melalui aftercooler.
20.5.5. Sistem Pembuangan (Exhaust Gas). Exhaust piping harus disesuaikan dengan
persyaratan yang dikeluarkan Engine Manufacturer dan disertai dengan perhitungan
untuk penentuan redaman muffler dan back pressure, data teknis tentang combustion
characteristic harus dilampirkan. Sambungan exhaust pipe dengan Engine Exhaust Port
harus menggunakan flexible joint yang memiliki kemampuan geser sebesar 25 mm.
Pada bagian pemipaan yang dapat terjangkau oleh orang atau lebih rendah dari 2.10 m
harus dilapisi dengan bahan isolasi seperti asbes tali tebal 10mm sehingga suhu
permukaan tidak melebihi 30 derajat celcius pada suhu engine exhaus port sebesar 565
oC (1000 oF) dan dilapisi jacketing. Pemipaan harus dibuat miring dengan slope sebesar
0,5% kearah menjauhi engine dan dilengkapi dengan drain cock dan condensation trap.
Seluruh bagian pemipaan dan muffler harus digantung dengan konstruksi gantungan
seperti pada gambar. Muffler harus dari jenis recidential muffler dengan besarnya
perendaman noise minimal adalah 30 dB. Muffler harus dipasang sedekat mungkin dari
engine exhaust port, jarak minimum terdekat yang diperkenankan adalah 1 meter.
Konstruksi minimal mengikuti gambar perencanaan. Pemipaan yang menembus dinding
atau lantai dan semacamnya harus tidak menyebabkan atau mendapat tekanan / tarikan
dan getaran. Pemipaan, penggantung, penjepit dan semacamnya harus dicat dengan cat
alumunium atau cat khusus yang tahan temperatur sampai dengan 500 oC. 20.5.6.
Sistem Pelumasan (Lubrication). · Minyak pelumas harus disirkulasikan dengan bantuan
positive displacement oil pump dari jenis rotary atau gear pump. · Harus dilengkapi oil
filter. · Pompa harus digerakkan oleh putaran poros mesin diesel, boleh melalui reduksi
roda gigi. · Harus dilengkapi dengan lubricant oil pressure control yang akan memberi
peringatan bila kondisi tekanan minyak pelumas mengalami penurunan hingga dibawah
batas terendah yang diperbolehkan dan kontrol tersebut akan menghentikan kerja
mesin diesel. 20.5.7. Sistem Pengaturan Putaran (Speed Control) · Harus menggunakan
electrical governor sesuai petunjuk / standart manufacturer. · Harus mengatur putaran
sehingga karakteristik supply gaya listrik yang tercantum pada persyaratan alternator
dapat dipenuhi. 20.5.8. Sistem Bahan Bakar. · Bahan-bahan yang dipergunakan diesel
Fuel Oil (Minyak Solar). · Spesifikasi bahan bakar sesuai dengan persyaratan PERTAMINA
setempat. · Pengiriman bahan bakar dari Daily Tank ke injector menggunakan fuel
injection pump built in pada engine. · Dilengkapi built in fuel strainer sisi hulu pompa
dan water separator. · Strainer harus mampu menyaring partikel yang lebih besar dari 10
micron. · Persyaratan lebih lanjut mengikuti persyaratan pekerjaan Mekanikal. 20.5.9.
Sistem Pengisi Batere Otomatis (Battery Charger). · Harus dari jenis Float type Battery
Charger. · Charger dihubungkan kejala-jala dan dilengkapi dengan sistem pengaturan
yang secara otomatis akan melakukan charging bila tegangan turun hingga mencapai
95% dari tegangan nominal. 20.5.10. Kontrol dan Instrumentasi. Harus dilengkapi
dengan switch pengaman otomatic terhadap : - Temperatur air yang melebihi safe
working limit. - Tekanan minyak pelumas dibawah safe working limit. - Kecepatan
melebihi 110% nominal. - Kelengkapan minimal engine mounted instrumen panel : -
Pengukur suhu air - Pengukur suhu minyak pelumas - Pengukur tekanan minyak
pelumas - Pengukur tekanan bahan bakar 20.6. ALTERNATOR. 20.6.1. Konstruksi.
Merupakan generator sinkron dengan rotor silinder yang dilengkapi dengan damper
cage dan reactive current conpensator. Direncanakan untuk daerah tropis sehingga
mampu beroperasi normal pada suhu 35 oC dan kelembaban udara sampai 90%. 20.6.2.
Penguatan Medan. Secara Excitation dari exciter yang dipasang satu as dengan rotor.
Catuan arus medan secara brushless, dapat dikontrol secara otomatis dari rangkaian
electronic. 20.6.3. Data Teknis. a. Daya out-put 150 KVA (nominal) b. Tegangan out-put
400 V / 220 V, 3 Phasa dengan minimum 4 kawat dan tegangan dapat diatur dalam
batas ketepatan 5%. c. Frequensi 50 Hz. d. Isolasi kelas F. e. Effisiensi diatas 90% pada
variasi beban mulai dari 50% hingga 110% pembebanan nominal. f. Urutan phasa U-V-
W searah jarum jam. g. Pengaturan tegangan tidak lebih dari 1% baik pada saat
alternator dingin panas, pada saat PF = 0,8 maupun PF =1. h. Total maximum distorsi
gelombang, tegangan open circuit antara phasa tidak lebih dari 2%. i. Response pada
beban penuh dan PF = 0,8 tegangan output mencapai steady pada toleransi + 2% dapat
dipenuhi dalam waktu 0,25 detik. j. Overload secara kontinyu maupun sesaat, harus
dapat menahan overload current sampai 300% selama 1,5 detik dan 150% selama 120
detik. k. Interferensi radio pada jarak 1 meter tidak lebih dari 60 dB (A). l. Pendingin
harus secara axial dengan suatu fan dan dilengkapi filter udara dan alarm atau peralatan
generator tripping dalam hal filter jenuh atau terjadi kenaikan temperatur pada stator.
m. Exciter ditempatkan dalam arah aliran udara pendinginan. 20.7. PANEL KONTROL
GENERATOR 20.7.1. Konstruksi. Panel kontrol generator merupakan floor standing
indoor instalation type. Panel terbuat dari steel plate dengan ketebalan minimal 3 mm
dicat dasar tahan karat dan cat finish warna abu-abu. Panel kontrol mempunyai pintu
yang dilengkapi dengan kunci dan operating handle yang berada pada sisi sebelah luar
pintu. Panel kontrol dilengkapi dengan gambar, diagram yang memperlihatkan
hubungan komponen panel kontrol dengan peralatan-peralatan yang dikontrolnya dan
dilengkapi dengan lampu-lampu indikator yang ditempatkan pada diagram tersebut
diatas. 20.7.2. Fungsi. Panel kontrol generator harus dapat melakukan fungsi-fungsi
kontrol sebagai berikut - Pengaturan start - stop mesin diesel. - Pengatur kecepatan,
beban dan lain-lain sesuai ketentuan pada pasal-pasal terdahulu. - Pengaturan diatas
harus dapat dilakukan secara manual dan otomatik sehingga harus disediakan mode
selector switch untuk operasi manual dan otomatik. 20.7.3. Peralatan Ukur. a. Pada panel
kontrol disediakan peralatan-peralatan alat ukur listrik seperti : - AC Volmeter kelas 2 -
AC Amperemeter kelas 2 - Frequensi meter kelas 2 - kW meter kelas 2 - kWH meter b.
Protective Relay dan Pemutus Daya.Panel kontrol dilengkapi dengan peralatan-
peralatan proteksi seperti : - Reverse Power - Short circuit - Overload - Ground Vault
(Earth Leakge Current) - Gangguan - gangguan lainnya sesuai standard dan optional
dari pabrik yang relevan. - Pemutus daya menggunakan MCCB dari jenis High Breaking
Capacity sebesar minimal 50 kA. 20.7.4. Peralatan Alarm. Panel dilengkapi dengan
peralatan-peralatan visual (lampu) dan audio (sirene) yang menunjukkan untuk
gangguan-gangguan sebagai berikut : - Gangguan pada batere - Over temperatur -
Over speed - Reverse power - Over current - Kegagalan cranking dan kegagalan
pemindahan beban - Dan lain-lain sesuai standard dan optional pabrik yang relevan.
20.7.5. Pentanahan. Panel kontrol generator harus dilengkapi dengan kabel pentanahan
dan dihubungkan dengan sistem pentanahan gedung. Disediakan titik-titik pentanahan
di ruang genset dengan BCC 50 mm. 20.8. PERALATAN BAHAN BAKAR. 20.8.1. Tanki
Harian (daily tank) Dibuat dengan kapasitas dan dimensi seperti pada gambar. Tanki
dibuat dalam negeri (ex lokal) dengan syarat-syarat pembuatan sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Dinding dibuat dengan konstruksi las. Tukang las yang
digunakan harus memenuhi persyaratan (kualifikasi) sebagai tukang las dan memiliki
sertifikat yang dikeluarkan oleh DEPNAKER setempat. Tebal dinding tanki tidak boleh
lebih tipis dari 2 mm atau setara dengan US gauge 15. Tanki harus dilengkapi dengan
cleaning access, yaitu lubang berpenutup. Penutup tersebut dipasang pada dinding
tanki dengan konstruksi mur baut serta diberi packing agar tidak bocor. Konstruksi tanki
harus memenuhi persyaratan-persyaratan dari ASME standard PERTAMINA dan
DEPNAKER. Kelengkapan Tanki : - Delivery line ke mesin diesel. - Fuel level - Return line
- Over flow line - Drain valve - Cleaning access - Tank ventilation - Magnetic floating
switch dan sight glass Seluruh pekerjaan besi/baja harus dicat Kapasitas tangki minimal
500 ml dan cukup untuk operasi genset selama 8 jam. Persyaratan lebih lanjut mengikuti
persyaratan pekerjaan Mekanikal. 20.8.2. Pompa bahan bakar Pompa bahan barar
digunakan untuk memompa bahan bakar dari lantai dasar (elevasi jalan raya). Pompa
diletakkan di ruang genset. Disediakan pipa dari pompa ke tangki harian dan dari
pompa ke jalan (melalui dinding luar bangunan). Pompa harus memiliki head yang
cukup dengan waktu pengisian tangki tidak lebih dari 15 menit. 20.9. START-UP,
TESTING DAN COMMISSIONING. Harus dilakukan oleh tenaga ahli yang ditunjuk oleh
Manufacturer (pabrik pembuat unit packaged diesel generating set) atau tenaga ahli
yang telah pernah mendapat pendidikan khusus dan memiliki sertifikat untuk Start-up
dan commissioning mesin tersebut. Pengujian dilakukan untuk mesin, alternator, sistem
catu daya cadangan keseluruhan. Harus menggunakan 2 (dua) macam beban pengujian,
yaitu dummy load dan beban gedung sesungguhnya. Selama pengujian semua
parameter yang terindikasikan pada alat ukur dicatat, termasuk oil dan fuel
consumption. PASAL 21. PEKERJAAN PENANGKAL PETIR 21.1. LINGKUP PEKERJAAN.
Pekerjaan ini mencakup pengurusan perizinan, pengadaan bahan dan alat-alat,
pemasangan, pengujian-pengujian, dan perbaikan-perbaikan selama masa
pemeliharaan Untuk suatu sistem penangkal petir yang lengkap.Pekerjaan tersebut
terdiri dari : a. Terminal udara (kepala penangkal petir). b. Penghantar pentanahan c.
Terminal pentanahan d. Kotak sambung e. Pekerjaan lain yang menunjang pekerjaan-
pekerjaan diatas. f. Izin instalasi dari instansi yang berwenang 21.2. Standar dan
Peraturan. Seluruh pekerjaan harus diselenggarakan mengikuti standar dan peraturan
yang berlaku (Departemen Tenaga Kerja). Disamping itu harus ditaati pula peraturan
dan hukum setempat yang ada hubungannya dengan pekerjaan ini, antara lain : 1. PUIL
(Peraturan Umum Instalasi listrik) 2. PUIPP (Peratran Umum Instalasi Penangkal Petir)
21.3. BAHAN-BAHAN, PERALATAN DAN TENAGA PELAKSANA Bahan dan peralatan yang
akan dipasang harus dalam keadaan baik dan baru, sesuai dengan yang
dimaksudkan.Contoh bahan, brosur dan gambar kerja (shop drawings) harus diserahkan
kepada Konsultan Pengawas 30 hari sebelum pemasangan. Tenaga-tenaga pelaksana
harus dipilih yang sudah berpengalaman dan mampu menangani pekerjaan instalasi ini
secara aman, kuat dan rapih. 21.3.1. Kepala Penangkal (air terminal). Kepala penangkal
menggunakan jenis non radiaktif, type EF atau Pevectron. Radius perlindungan dan
tinggi pemasangan minimal seperti yang disebutkan di gambar perencanaan. Pada
bagian mempunyai terminal penyambungan dengan down conductor. Kepala
penangkal terpasang pada batang penyangga dari pipa baja galvanized dengan
diameter 2" dan panjang sesuai dengan gambar. Batang tersebut harus dipasang
dengan kuat pada dudukannya di bangunan, jika diperlukan dapat digunakan kawat
treckstank. Kepala penangkal seluruhnya dihubungkan secara listrik melalui penghantar
tembaga berdiameter minimal 50 mm2. 21.3.2. Penghantar Pentanahan (Down
Conductor). Penghantar pentanahan yang dipakai adalah penghantar tembaga (kabel
NYA 1x50 mm2 atau BCC 50 mm2). Untuk penghantar BCC harus dimasukkan dalam
pipa PVC. Pada setiap 1 meter pipa PVC atau kabel tersebut harus diklem dengan kuat,
aman secara listrik dan rapih. 21.3.3. Sistim Pentanahan. Sistim pentanahan
dipasang/diletakkan sesuai dengan yang ditunjukkan pada gambar. Sistim pentanahan
ini terdiri dari terminal pentanahan dan elektroda pentanahan. Elektroda pentanahan
dari batang tembaga dengan diameter tidak kurang dari 3/4" dan harus dimasukkan
kedalam tanah secara vertikal dengan kedalaman minimal 6 meter. Batang tembaga
harus dilindungi terhadap korosi dengan serbuk arang disekitar batang tembaga.
Terminal pentanahan terletak dalam bak kontrol khusus untuk keperluan pengecekan
tahanan secara berkala. Tahanan pentanahan maksimum 3 ohm. 21.4. PEMASANGAN
Cara-cara pemasangan sistem penangkal petir ini harus sesuai dengan gambar, dan
harus mengikuti petunjuk-petunjuk Konsultan Pengawas. Batang kepala penangkal petir
dipasang pada ujung pipa galvanized yang dilengkapi dengan ulir. Dengan baut yang
kuat, pengantar tembaga telanjang (bare conductor) dihubungkan pada batang kepala
penangkal petir. Kotak sambung dipasang menempel pada dinding setinggi + 200 Cm
dari permukaan lantai. Elektroda pentanahan ditanam kedalam tanah dengan jarak
minimal 300 cm dari dinding saluran penghantar. Box kontrol dan terminal penyambung
mengikuti ketentuan pada sub bab Sistem Pembumian Untuk Pengaman. 21.5.
PENGUJIAN DAN PEMERIKSAAN Sistem penangkal petir akan diperiksa oleh Konsultan
Pengawas untuk memastikan dipenuhinya persyaratan ini. Semua bagian dari instalasi
ini harus diperiksa oleh Konsultan Pengawas terlebih dahulu sebelum tertutup atau
tersembunyi. Setiap bagian yang tidak sesuai dengan persyaratan dan gambar-gambar
harus segera diganti, tanpa membebankan biaya tambahan pada Pemberi Tugas. Untuk
mengetahui baik atau tidaknya sistem penangkal petir yang dipasang, maka harus
diadakan pengetesan terhadap instalasinya maupun terhadap sistem pentanahannya,
dengan metoda Grounding Resistant Test :yaitu dengan mengukur tahanan pentanahan
memggunakan methoda standar. PASAL 22. PEKERJAAN SISTEM TATA SUARA (SOUND
SYSTEM) 22.1. LINGKUP PEKERJAAN 22.1.1. Umum. Lingkup pekerjaan ini termasuk
pengadaan semua material, peralatan, tenaga kerja dan lain-lain untuk pemasangan,
pengetesan, commissioning dan pemeliharaan yang sempurna untuk seluruh sistem tata
suara seperti dipersyaratkan di dalam buku ini dan seperti ditunjukan di dalam Gambar
Perencanaan. dalam pekerjaan ini harus termasuk juga pekerjaan-pekerjaan lain yang
berhubungan dengan pekerjaan ini yang tidak mungkin disebutkan secara terinci di
dalam buku ini tetapi dianggap perlu untuk kesempurnaan fungsi dan operasi sistem
tata suara. 22.1.2. Sentral Tata Suara. Meliputi pengadaan dan pemasangan : - Mixer pre
amplifier - power amplifier - microphone/remote microphone - BGM mode unit - power
supplay unit - audio mixer - Cassette deck - Chime generator - Monitoring panel -
Speaker selector - Blower / fan - Rak sentral tata suara - Alat-alat bantu dan alat-alat
penunjang lainnya 22.1.3. Instalasi. Yang termasuk kedalam pekerjaan instalasi meliputi
pekerjaan terminal-terminal box tata suara, wiring tata suara lengkap dengan
conduitnya, attenuator serta kelengkapan-kelengkapan lainnya yang dibutuhkan untuk
kesempurnaan kerja sistem tata suara. 22.1.4. Speaker. Yang termasuk kedalam
pekerjaan ini meliputi ceiling speaker, grille, matching transformer dan peralatan bantu
untuk pemasangan speaker. 22.2. TUJUAN PENGGUNAAN Sistem tata suara yang
digunakan pada area kantor, lobby dan selasar mempunyai fungsi sebagai : - Back
Ground Music - Paging and Messaging - Emergency Call Terdapat sistem tata suara
khusus untuk area Galeri dan untuk Ruang serbaguna. Selain itu terdapat sistem tata
suara untuk panggilan sopir (car call) di lantai basement. Pemasangan sistem tata suara
ini diatur sedemikian rupa, sehingga mempunyai urutan prioritas seperti tersebut
dibawah ini : - Emergency Call - Paging and Messaging - Back Ground Music Sistem tata
suara disusun dalam rak yang ditempatkan di Ruang Kontrol. Dalam kondisi biasa,
sistem tata suara digunakan sebagai back ground music yang dilayani dari ruang
kontrol. 22.3. KEMAMPUAN OPERASI Untuk keperluan paging dan massaging dan untuk
keperluan tertentu lainnya, sistem tata suara harus mempunyai kemampuan : a.
Menghentikan back ground music yang sedang berlangsung. b. Mengambil alih fungsi
seluruh speaker yang terpasang di dalam bangunan untuk keperluan paging dan
messaging atau emergency call, walaupun pada saat itu sedang difungsikan sebagai
sarana back ground music. c. Mengembalikan fungsi sistem tata suara ke keadaan
semula, yaitu sebelum dioperasikan untuk paging dan messaging atau emergency call.
d. Tingkat kuat suara untuk paging dan messaging dapat diset secara terpusat dari
sentral sistem tata suara. e. Nada-nada yang mengawali paging dan messaging serta
emergency call harus mempunyai nada-nada yang cukup spesifik (berbeda dengan
sumber audio lainnya). 22.4. PERALATAN SENTRAL SISTEM TATA SUARA 22.4.1. Power
Amplifier. Power Amplifier yang digunakan mempunyai output daya (rms) seperti yang
ditunjukan di dalam Gambar Perencanaan. Fully Transistorized Power Amplifier
mempunyai pengatur tingkat kuat suara (Volume Control), Indicator Lamp, Over Load
dan Short Circuit Protection, baik pada input power supply maupun beban dan
mempunyai data teknis sebagai berikut : - Distorsi : lebih kecil dari 3 % THD pada rating
power outputnya - Load Voltage : 50, 70 & 100 V - Freq response : 50 - 14.000 Hz _+ 3
db - Power supply : 220V AC, 50 Hz & 24V DC - Ambient Temp. range : 0 - 60 oC,
amplifier harus tetap bekerja normal pada daerah temperature tersebut. 22.4.2. Mixer
Pre Amplifier. Mixer Pre Amplifier ini di lengkapi dengan Filter dan Switching Unit.
Switching Unit untuk switching urutan prioritas secara remote. Switching Unit tidak
boleh menimbulkan noise untuk sistem tata suara. Data Teknis, Mixer Pre Amplifier. -
Distorsi : lebih kecil dari 1 % THD pada rating power outputnya. - Freq. Response : 20 -
20.000 Hz _+ 3 DB - Power Supply : 220V AC, 50 Hz dan 24V DC - Input : Impedansi
sensitivitas sesuai dengan setiap input sumber audio yang digunakan, sehingga dapat
bekerja dengan match. Input disesuaikan dengan kebutuhan dan dilengkapi dengan
spare input sebanyak 1 atau lebih untuk masing-masing jenis module input. 22.4.3.
Cassette Deck. Fully Transistorized Cassette Deck dilengkapi dengan Play Button, Push
Button, Rewind Button, Forward Button, Lampu Indikator, Head Phones Jack dan lain-
lain. Untuk Cassette Deck dapat digunakan dari merk yang berbeda dengan peralatan
Sistem Tata Suara lainnya. Data Teknis : - Freq Response : 40 - 15.000 Hz + 3 dB (with
normal tape) 40 - 12.000 Hz + 1 dB (with chrom tape) - S/N Ratio : Better than 50 dB -
WOW/Flutter : 0,1 % (WRMS) maximum - Tape Speed Accuracy : 1 % - Power Supplay :
220V AC , 50 Hz Kabel penghubung dari Cassette Deck ke Mixer Pre Amplifier
menggunakan stereo to Mono Consversion Cable Device. Cassette Deck ditempatkan
pada rak sistem tata suara. 22.4.4. Chime Generator. Chime Generator dapat diaktifkan
secara remote dari Emergency Microphone. Mempunyai nada-nada yang dapat
diprogam untuk keperluan diatas. Power Supply 220V AC, 50 Hz dan 24V DC. 22.4.5.
Dynamic Microphone. Data data teknis. - Type : Dynamic 3 position voicing switch
(0FF/VOCAL/MUSIC) - Freq. Response : 50 - 18.000 Hz - Polar Pattern : Cardioid -
Impedance : 250 Ohms balanced - Output Level : Power level - 56 dB, - Perlengkapan :
storage bag, stand mounting, adaptor, removeable, wind screen, mic cable 4,5 m dan 20
m, penyangga mic meja. - Dilengkapi dengan saklar remote untuk remote paging
amplifier 22.4.6. Rack sistem tata suara. Data teknis : - Dimensi : disesuaikan dengan
merk sound system yang dipilih. - Bahan terbuat dari pelat baja dengan ketebalan 1,6
mm, dicat tahan karat dan off-white finish ; - Perlengkapan : - Blower : AC mains 50 Hz,
manual/off/auto switch control, 1500 ml/min ventilation, dapat digunakan untuk intake
maupun exhaust. - Main power switch control : 220 V, 50 Hz, 1-phasa. - Main junction
panel for AC mains 50 Hz dengan : 8 switched outlet 1 kVA dan 5 unswitched outlet 1
kVA - Blank and perforated panel dengan dimensi sesuai merk terpilih. - Monitor panel
dengan speaker dan audio level meter 22.4.7. Speaker Selector. Switch minimal 6 Zone
selector speaker 1 all zone lengkap dengan remote control fasility. Jumlah disesuaikan
kebutuhan 22.5. TERMINAL BOX SISTEM INSTALASI Terminal box terbuat dari plat baja
dengan ketebalan minimum 2 mm. Kontruksi las, dicat bakar dengan meni tahan karat
dan cat finish dengan warna abu-abu atau ditentukan kemudian oleh Perencana Interior.
Kapasitas terminal box disesuaikan dengan Gambar Perencanaan. Terminal box
dipasang flush mounting pada dinding. Terminal box dilangkapi dengan pintu, kunci
dan handle. Penyambungan kabel instalasi sistem tata suara di dalam terminal box
dilakukan dengan menggunakan terminal penyambungan dari jenis 'screw type'. 22.6.
KABEL INSTALASI Kabel yang digunakan harus sesuai dengan standard SII dan SPLN
standard-standard lain yang diakui di negara Republik Indonesia serta mendapat
rekomendasi Ukuran luas penampang dan jumlah inti kabel yang digunakan minimal
harus sesuai dengan Gambar Rencana. Pada kabel harus dapat dibaca mengenai merk,
jenis ukuran luas penampang, rating tegangan kerja dan standart yang digunakan. Kabel
instalasi Sistem Tata Suara menggunakan kabel PVC jenis NYMHY (tegangan kerja 500
Volt). Kabel instalasi dipasang di dalam sparing / conduit yang diklem pada rak kabel
atau ditanam dalam dinding dengan pipa PVC. Kabel yang digunakan untuk attenuator
dihubungkan sedemikian rupa sehingga sistem dapat bekerja dengan satu pasang
kabel. Jika pemasangan kabel ini paralel dengan kabel daya listrik, maka harus
mempunyai jarak minimum 30 cm. Diagram satu garis sistem tata suara di dalam
Gambar Perencanaan tidak mengikat dan penambahan alat diperbolehkan. Penyatuan
atau pemisahan peralatan diperbolehkan sesuai merk yang dipilih, sepanjang fungsi dan
kemampuan operasi yang ditentukan dapat dipenuhi. Penambahan alat harus
disesuaikan dengan kemampuan peralatan yang ada pada setiap produk yang dipilih,
sehingga pengoperasian dari Sistem Tata Suara tersebut tetap berada kemampuan
puncak. Kontraktor Sistem Tata Suara berkewajiban men-chek dan menyesuaikan kabel
instalasi agar dapat bepungsi dan bekerja dengan baik dan sesuai dengan persyaratan
teknis dan rekomendasi dari produk sistem tata suara yang terpilih. Conduit instalasi
tata suara menggunakan pipa PVC diameter minimal 3/4" warna putih, dan diberi tanda
(bisa dengan cat) untuk membedakan dengan pipa-pipa untuk keperluan utilitas
lainnya. Persyaratan teknis mengenai instalasi penunjang seperti conduit, sparing, rak
kabel dan lain lain sama dengan persyaratan yang relevan pada Sub Bab Peralatan
Penunjang Instalasi daya listrik dan penerangan. PASAL 23. PEKERJAAN SISTEM
KOMUNIKASI TELEPHON 23.1. LINGKUP PEKERJAAN Lingkup pekerjaan ini termasuk
pengadaan semua material peralatan, tenaga dan lain-lain untuk pemasangan,
pengetesan, commissioning dan pemeliharaan yang sempurna untuk seluruh sistem
komunikasi telepon seperti di persyaratkan di dalam buku ini dan seperti ditunjukan di
dalam Gambar Perencanaan.Di dalam pekerjaan ini harus termasuk juga pekerjaan-
pekerjaan penunjang dan peralatan bantu yang diperlukan untuk kesempurnaan fungsi
dan operasi sistem komunikasi telepon. Pekerjaan ini mencakup penyediaan dan
pemasangan : - Sistem PABX/Key Telephone - Kotak kontak telepon untuk pemasangan
dinding (wall outlet) - Kabel dan pipa instalasi telepon - Kabel feeder telepon -
Lightning arrester - Pekerjaan lain yang menunjang pekerjaan-pekerjaan tersebut diatas.
23.2. P A B X PABX harus mampu memberikan fasilitas-fasilitas berikut ini: - Internal
dialing - Automatic out going dialing - Consultation - Automatic transfer - Repeat
return to attendant - Direct inward dialing - Night answering - Restricted service PABX
yang dipakai adalah dari tipe yang mempunyai kapasitas minimal sesuai gambar
rencana. PABX harus dibuat dengan sistem modular. Semua modul harus dapat
dipasang dan diganti dengan mudah dalam waktu singkat. 23.2.1. Battery Battery yang
digunakan harus memenuhi hal-hal sbb : a. Bateray. - Voltage : 48 V DC - Type :
NiCD - Ketahanan : 8 jam (sekitar 600 AH) - Battery rack : plat metal anti karat. b.
Automatic Battery Charger. Harus dapat mengisi bateray dari kondisi kosong sampai
penuh dalam dalam 60 jam). Peralatan ini harus dilengkapi dengan pengaman arus
lebih. c. Rectifier. Mengubah tegangan 220 V AC menjadi 48 V DC dengan kapasitas
minimum 100 A. d. Surge Protection Unit. - Peak pulse current : 60 kA - max. line rated
voltage : 275 VAC - Max. DC Voltage : 369 V - Inductor : air core, non
saturrable - Arrestor : * Strike Voltage : 90 V * Arc Voltage : kurang dari 20 V * Peak
Current : 20 KA e. Stabilizer. - Kapasitas : 5000 W - Voltase : 220 V - Frequency : 50
Hz - Variasi voltase : 15 % 23.2.2. Handset. Handset digunakan jenis multifunction desk
top dengan push button dial type, merk Siemens, Panasonics atau setara. Pada setiap
unit handset disediakan kabel penghubung dari handset ke outlet telephone dengan
panjang minimal 2 meter dan memiliki socket yang sesuai dengan outlet telephone
yang dipilih. 23.3. OUTLET TELEPHON Outlet telepon dinding dipasang rata dinding
pada ketinggian 30 cm dari permukaan lantai. Outlet telephon dinding menggunakan
square metal box yang dilapisi anti karat. Tutup roset dapat terbuat dari plastik atau
metal. Pemasangan outlet telepon harus diperkuat sehingga tidak mudah lepas oleh
gangguan mekanis. Sedangkan cara pemasangannya disesuaikan dengan rekomendasi
dari produk yang dipilih. 23.4. KABEL INSTALASI TELEPHON Penyaluran kabel didalam
dinding, antara rumah kabel, MDF kabinet , Telephone Terminal Box (TTB), outlet dan
lain sebagainya harus melalui pipa / conduit dari PVC. Tidak diperbolehkan melakukan
penyambungan / pencabangan didalam pipa conduit, penyambungan / pencabangan
hanya dilakukan di dalam TTB. Kabel instalasi telepon menggunakan kabel PVC
berukuran 0,6 mm2 dengan jumlah kabel per pesawat sesuai merk PABX terpilih. Kabel
instalasi dipasang didalam pipa sparing/conduit yang di klem pada rak kabel. Konduktor
kabel instalasi telepon mempunyai inti solid yang terbuat dari bahan tembaga. Pipa-
pipa pelindung kabel instalasi telepon harus dibedakan dari pipa-pipa pelindung kabel
untuk keperluan instalasi yang lain dengan cara membedakan warnanya atau
menandainya dengan cat. Persyaratan teknis mengenai instalasi penunjang seperti
conduit, sparing, rak kabel dan lain-lain sama dengan persyaratan penunjang untuk
instalasi sistem catu daya listrik dan penerangan. 23.5. TERMINAL BOX TELEPON.
Terminal box telepon terbuat dari plat baja dengan ketebalan minimum 2 mm. Kontruksi
las, dicat dengan meni tahan karat dan cat finish dengan warna abu-abu, ayau
ditentukan kemudian oleh Perencana Interior. Kapasitas terminal box disesuaikan
dengan Gambar Perencanaan. Terminal box telepon dipasang flush mounting pada
dinding. Terminal box telepon dilengkapi dengan pintu, kunci handle. Penyambungan
kabel instalasi telepon di dalam terminal box dilakukan dengan menggunakan terminal
penyambungan dari jenis 'sambungan jepit'. 23.6. PENGUJIAN DAN PEMERIKSAAN
Pemborong harus melakukan semua pengujian untuk mendemonstrasikan bahwa
bekerjanya kabel dan material yang telah selesai terpasang memang benar-benar
memenuhi persyaratan ini. Pemborong harus menyediakan, atas tanggungan sendiri
semua peralatan dan personil yang perlu untuk melakukan percobaan. Pekerjaan
pemasangan dianggap selesai bila telah ditest oleh PT. TELKOM dan dinyatakan baik.
PASAL 24. SISTEM PENGINDRA KEBAKARAN 24.1. LINGKUP PEKERJAAN Pekerjaan ini
mencakup pengadaan bahan, alat-alat pemasangan, pengujian-pengujian dan
perbaikan perbaikan selama masa pemeliharaan untuk pekerjaan berikut : a. Peralatan
Pengindera kebakaran, meliputi : - Panel kontrol (Master control for fire alarm, MCFA)
lengkap dengan display dan indicator lamp. - Pengindera asap (smoke sensor) -
Pengindera panas (thermal sensor) - Bell alarm - Manual pull station - Power Supply,
berikut battery dan battery charger. b. Instalasi sistem pengindera kebakaran meliputi : -
Kabel instalasi - Pipa dan peralatan bantu instalasi - Rak kabel c. Pekerjaan-pekerjaan
lain yang menunjang pekerjaan tersebut di atas. 24.2. PANEL KONTROL (MASTER
CONTROL FIRE ALARM, MCFA) MCFA adalah bagian dari sistem yang berfungsi
menerima signal-signal dari "manual pull station", pengindera panas dan pengindera
asap, serta memberikan signal alarm. Kapasitas MCFA minimal sesuai yang tercantum
pada gambar perencaaan. Harus bekerja dengan tenaga listrik tegangan 220 Volt, 50 Hz,
phasa tunggal. MCFA harus dilengkapi dengan battery sebagai sumber daya darurat
serta battery charger. Sumber daya darurat harus bisa mengambil alih beban secara
otomatis, dan dapat melayani kebutuhan daya listrik secara penuh selama 8 (delapan)
jam. Kegagalan pelayanan daya utama harus diketahui di MCFA dengan adanya lampu
indikasi dan buzzer khusus untuk menunjukan hal tersebut. Battery charger dari type
jembatan thyristor phasa tunggal, battery harus jenis nickel cadmium. Battery dan
battery charger merupakan satu kesatuan dalam satu kotak lengkap dengan volt meter
dan amper meter. Kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam rangkaian pengindera atau
lainnya (hubung singkat, hubungan tanah, sirkit terputus dan sebagainya) harus
ditunjukan oleh MCFA). Kesalahan-kesalahan tersebut tidak boleh menyebabkan bell
berbunyi, sehingga menyebabkan orang-orang menjadi panik. Bell harus berbunyi
hanya pada saat betul-betul terjadi kebakaran. Apabila terjadi kebakaran disatu device,
maka bell harus berbunyi hanya terpasang diatas lantai yang bersangkutan dan yang
terpasang diatas panel. Apabila terjadi kebakaran dan dianggap tidak bisa dikendalikan,
harus disediakan alat untuk untuk general alarm yang membunyikan bell diseluruh zone.
Kabinet MCFA dibuat dari plat baja, tebal 2.0 mm dicat di luar dan dalam dengan cat
dasar tahan karat dan dicat finish merah menyala. Kabinet MCFA harus mempunyai
pintu dimana terpasang : - Tombol untuk menguji - Tombol reset - Lampu penunjuk
adanya kesalahan - Buzzer penunjuk adanya kesalahan - Lampu penunjuk zone MCFA
harus dilengkapi juga dengan terminal output yang dapat memberikan signal alarm
untuk tiap-tiap lantai kepada peralatan kontrol lainnya maupun kepada line telepon
security. 24.3. PERALATAN PENGINDERA KEBAKARAN 24.3.1. Manual pull station (PS)
Titik panggil manual atau tombol pecah adalah alat yang bekerja secara manual dan
alarmnya tidak dapat dioperasikan sepanjang kaca penghalangnya belum pecah.
Manual station ditempatkan ditempat-tempat yang letaknya mudah terjangkau (sesuai
gambar rencana) dan dipasang setinggi 155 cm diatas permukaan lantai. 24.3.2.
Detector asap (smoke sensor) Smoke sensor yaitu sensor yang bekerja berdasarkan
batas konsentrasi asap tertentu. Smoke sensor yang dipakai harus dari jenis sensor asap
optik, yaitu sensor yang bekerja dengan prinsip berkurangnya cahaya oleh asap pada
konsentrasi tertentu dan harus dapat bekerja pada konsentrasi asap minimum 4%.
24.3.3. Sensor temperatur (thermal sensor). Thermal sensor adalah sensor panas yang
akan aktif pada suhu yang dapat diatur antara 56 oC - 64 oC. Thermal sensor
menggunakan dual thermistor untuk mendeteksi suhu dan kenaikan suhu ruangan.
24.3.4. Bell Alarm Bell untuk menunjukan zone harus jenis "vibrating bell" yang bisa
menghasilkan bunyi berdering tidak kurang dari 90 db, pada jarak 1 meter. Mekanisme
kerja bell harus sepenuhnya di dalam box penutupnya dan harus kedap debu dan air.
Pada tiap bell dilengkapi flash light yang akan menyala berkedip bersamaan dengan bell
berbunyi. 24.3.5. Lemari Panel Lemari panel harus dari jenis untuk penggunaan kasar
(berat), tahan karat dan terbuat dari pelat baja dengan ketebalan 2 mm dilengkapi
dengan kerangka yang kuat. Lemari panel harus dilengkapi dengan diagram-diagram
rangkaian yang menunjukan hubungan dan cara kerja dari peralatan-peralatannya.
Lemari panel harus ditanahkan langsung melalui terminal pentanahan yang telah
tersedia. 24.3.6. Kabel Daya dan Kabel Kontrol Kabel daya dan kontrol harus dari jenis
kabel tahan panas (heat resistant) dan tidak merambatkan api (flame retardant). Kabel
daya dan kabel kontrol harus dari kabel tegangan kerja 500 V. Jenis dan ukuran kabel
kontrol harus sesuai dengan rekomendasi pabrik pembuat fire alarm device. 24.3.7.
Sumber Daya Listrik Sumber daya listrik utama untuk peralatan kontrol diperoleh dari
sumber daya PLN. Untuk kebutuhan daya listrik apabila sumber utama terputus harus
disediakan battery yang dapat melayani kebutuhan daya listrik selama 8 (delapan) jam
dilengkapi dengan battery charger. 24.4. PENGUJIAN Pengujian sistem diselenggarakan
setelah seluruh pekerjaan ini selesai. Pengujian untuk sistem pengindera kebakaran
terbagi menjadi dua bagian : - Pengujian instalasi : - Continuity test - Insulation test -
Pengujian kerja sistem Sebelum pengujian dilaksanakan Pemborong harus mengajukan
jadwal dan prosedur pengujian kepada Pengawas untuk mendapatkan persetujuannya
selama pengujian Pemborong harus memperlihatkan bahwa semua peralatan dapat
bekerja secara memuaskan, sesuai dengan yang dimaksud dalam Bab ini. Pemborong
harus membuat catatan (record) mengenai hasil pengujian dan 4 (empat) copies
diserahkan kepada Pengawas. Seluruh pengujian diselenggarakan oleh Pemborong dan
segala biaya untuk itu ditanggung oleh Pemborong. PASAL 25. REFERENSI MERK No.
ITEM PEKERJAAN MERK 1. Generator set CATERPILLAR, PERKIN 2. PABX PHILLIPS,
NATIONAL 3. Kabel Tegangan Rendah KABEL METAL, KABELINDO. 4. Pabrikan panel
tegangan rendah SIER, SIMETRI PABRIKAN LOKAL SETARA. 5. ACB, MCCB, MCB MERLIN
GERIN, AEG, ABB. 6. Rak kabel (cable tray) INTERRACK, THREE STAR. 7. Conduit pipa PVC
EGA, CLIPSALS. 8. Armature lampu PHILIPS, (Komponen = PHILLIPS) ARTOLITE,
PENTALITE. 10. Outlet listrik, saklar, grid switch MK, NATIONAL, CLIPSAL. 11. Peralatan
tata suara NATIONAL, PHILIPS, TOA. 12. Outlet telephon MK, CLIPSAL, NATIONAL. 13.
Kabel telephon KABELINDO, KABEL METAL. 14. MDF, terminal strip KRONE. 15. Peralatan
fire alarm GENT, NATIONAL. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN MEKANIKAL PASAL 26.
pekerjaan plumbing 26.1. Penjelasan Umum Beberapa pertimbangan yang dilakukan
dalam kaitannya dengan perencanaan sistem plambing di sini adalah : 52. Penggunaan
untuk toilet, tempat wudlu, cuci tangan dapur, cuci mobil dan penyiraman tanaman. 53.
Penggunaan untuk keperluan penanggulangan kebakaran. 26.2. Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan sistem Plumbing adalah : 54. Sistem Penyediaan Air Bersih 55. Sistem
Pembuangan Air Kotor 56. Sistem Pembuangan Air Hujan 26.3. KRITERIA
PERANCANGAN Perancangan dari sistem plumbing dan penyediaan air bersih untuk
bangunan ini di dasarkan atas kriteria-kriteria sebagai berikut: 57. Pedoman Plumbing
Indonesia 58. Jumlah keseluruhan unit beban Plumbing (Fixtures Unit) 59. Asumsi beban
puncak adalah satu jam 60. Tekanan sisa pada outlet tertinggi pada jaringan pipa
distribusi kira-kira 8 psi 61. Kecepatan air dalam pipa maksimal 6 ft/detik 62. Peraturan
menteri kesehatan RI No.173/Menkes/Per/VIII/77 63. Distribusi air bersih pada
umumnya dilakukan secara gravitasi, melalui pipa tertutup dan di catu dari tangki atas
64. Pengoperasian peralatan Plumbing diasumsikan selama 12 jam 65. Kapasitas tangki
atas 1,5 x Volume air yang diperlukan pada saat terjadi beban puncak 66. Penyediaan air
untuk penanggulangan kebakaran selama 0,5 jam pengoperasian pompa utama 26.4.
SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH Sumber utama penyediaan air bersih diperoleh dari
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) atau sumur dalam (Deep Well), yang ditampung
dalam tangki air bawah tanah berkapasitas 100 m3 yang dilengkapi dengan meter air
Gate Valve dan katup apung dengan bantuan pompa Domestik. Pemindahan air dari
tangki bawah tanah ke dalam tangki atas melalui pipa tertutup. Kapasitas tangki atas 2 x
3 m3 (persediaan 30 menit pada kebutuhan puncak). Tangki atas dilengkapi control
muka air (Level Control) yang dipasang di tangki bawah tanah untuk mematikan unit
pompa agar tidak dapat bekerja bila muka air sudah mencapai batas ketinggian
minimum tertentu. Tangki atas dilengkapi control muka air (batas atas dan batas bawah)
sehingga pompa domestik dapat mengisi tangki secara otomatis. Pendistribusian ke
semua outlet dilakukan secara gravitasi. Rangkaian sistem Plumbing dipasang katup
kendali di setiap cabang utama (setiap lantai) untuk memberi kemungkinan adanya
pemeliharaan dan atau perbaikan pipa beserta kelengkapannya tanpa mengganggu
sistem utama penyediaan air bersih dan cabangnya pada lantai-lantai yang lain. Standar
kualitas air minum harus memenuhi standar WHO 26.5. SISTEM PEMBUANGAN AIR
KOTOR Dari setiap peralatan plumbing (Plumbing Fixture) di setiap lantai, buangan air
kotor disalurkan melalui pipa tertutup dan dihubungkan dengan beberapa pipa tengak
utama yang terletak di dalam shaft. Buangan air kotor selanjutnya dialirkan ke
Septictank secara gravitasi, melalui pipa tertutup, untuk seterusnya ke bidang resapan
“effluent” yang keluar disalurkan ke saluran kota. Kesemua jalur buangan air kotor
dilengkapi dengan pipa-pipa Vent yang akan mengalirkan udara/uap yang berbau
keluar bangunan di atap. 26.6. BAHAN Untuk sistem Plumbing ini dipergunakan bahan-
bahan sebagai berikut: · Pipa distribusi air bersih: Carbon Steel, Galvanized · Pipa
buangan air kotor utama (tegak): PVC · Pipa buangan air kotor (mendatar) tiap lantai:
PVC · Pipa buangan udara busuk (Vent): PVC PASAL 27. SISTEM SUMUR BOR DALAM
27.1. UMUM Pekerjaan instalasi / pembuatan susmur dalam (deep well) dilaksanakan
oleh usaha peneboran sumur dalam dari Direktorat Geologi Tata Lingkungan.
Disamping rencana kerja dan sayat-syarat teknis yang tercantum dalam “uraian dan
syarat-syarat pelaksanaan” ini, berlaku pula : A.V. : (Al gemene Voorwarden voor de
uitvoring by aanneming van openbare warken) Peraturan dan persyaratan lain yang
berlaku di Indonesia yan dikeluarkan oleh PAM dan Direktorat Geologi Tata Lingkungan
mengenai Sumur Artesis. Peraturan dan persyaratan lainnya yang dikeluarkan oleh Dinas
Keselamatan Kerja. Ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh pabrik di mana
peralatan-peralatan dan bahan-bahan yang digunakan. Peraturan Mentri Kesehatan R.I
tentang syarat-syarat & lokasi pengeboran. Kontraktor harus memasukkan laporan
harian mengenai kemajuan pekerjaan. 27.2. RUANG LINGKUP Pekerjaan ini meliputi
pengadaan, pembuatan dan pemasangan konstruksi disini: Pengeboran, pekerjaan
Jambang (Casing), reaming, pekerjaan pemasangan saringan (screen), pemasangan
kerikil (gravel packing), dan pemompaan uji, pemasangan pompa Submersible dan
perlengkapan, perpopaan dan perlengkapan listrik yang diperlukan, termasuk ijin
pengeboran. 27.3. KWANTITAS DAN KUALITAS Sumur Dalam tersebut harus
menyediakan air sebanyak minimal 180 1/menit, dengan kualitas yang memenuhi
persyaratan kesehatan seperti yang ditetapkan dalam peraturan Mentri Kesehatan R.I.
No. 01/BIRHUKMAS/I/75 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum.
Kontraktor harus memberikan jaminan tertulis atas debit air yang diahsilkan dari sumur
dan konstruksi sumur dan kinsturksi sumur yang di buat, minimal biaya analisa kualitas
air baik phisik maupun kimiawi ke laboratorium menjadi tanggungan Kontraktor. 27.4.
Gambar Kerja (Shop Drawings) Kontraktor Wajib menyiapkan gambar kerja yang
menyeluruh dan menyerahkan 3 (tiga) copy untuk Konsultan Pengawas yang dikirimkan
14 (empat belas) hari sebelum pelaksanaan , untuk mendapatkan persetujuan Akhli.
Kontraktor wajib mencantumkan semua informasi sembugan-sambungan, termasuk
detail-detail pemasangan dan dimensi lai nya. Setelah mendapat persetujuan, tidak
boleh diadakan perubahan gambar kecuali dengan persetujuan Akhli. Tanggungjawab
Atas Kesalahan-Kesalahan Kontraktor harus bertanggung jawab atas semua kesalahan-
kesalahan dalam detail pembuatan dan pemasangan yang tidak sempurna dari semua
bagian-bagian pengeboran ini. Contoh Bahan Bahan yang akan dipergunakan sebelum
pemakaiannya, harus diperlihatkan kepada konsultan Pengawas, berupa contoh, untuk
disetujui. Pegajuan contoh untuk persetujuan Konsultan Pengawas / Akhli harus
diserahkan dalam waktu secepat mungkin sesuai dengan jadwal pekerjaan yang telah
disetujui. Contoh-contoh tersebut memperlihatkan kualitas standar. 27.5. BAHAN-
BAHAN Bahan-bahan yang diperlukan untuk pekerjaan pengeboran sumur dalam ini,
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 27.5.1. Larutan Pengeboran (Driling Fluids)
Dalam hal Kontraktor menggunakan alat bor tipe Rotary maka harus dipakai larutan
pengeboran. Untuk pengukuran sifat dari larutan pengeboran, Kontraktor harus
menyediakan alat peng-ukur yang di perlukan. Pemeliharaan larutan pengeboran
dengan karakteristik dan kontrolnya menjadi tanggung jawab Kontraktor. 27.5.2. Pipa
Casing Semua pipa casing dan accessories yang disediakan Kontraktor harus dalam
keaadaan baru. Bahan harus dari baja dan harus memenuhi standar AWWA, ASTM, atau
API yang lazim digunakan untuk pipa casing. Casing dari material lain harus disetujui
oleh Konsultan Pengawas. Sambungan pipa casing dapat dilakukan dengan cara:
Pengelasan dengan las listrik yang memenuhi standar “American Welding Society”
Dengan sambungan ulir (Threaded and Coupled Joints) Pembungkus Semen (Cement
Grout) Bagian antar lubang bor dnegn dinding luar/upper casing, diisi dengan
pembungkus semen (Cement grout). Pembungkus sement dibuat dengan campuran 1
sak 25 liter air, untuk mengurangi penyusutan dapat ditambahkan “Bentonite”
(maksimum 2% dari berat semen) atau cement aid lainnya. 27.5.3. Pipa Saringan (Well
Screen) Saringan yang akan dipasang harus disetujui jenisnya oleh konsultan pengawas.
Bahan saringan adalah baja tah karat / stainless steel (lowcarbon steel) tipe “Countinous
Slot”, staraf dengan Johnsonscreen” atay “Sure-screen” atau jenis dan merk lain yang
disetujui oleh Konsultan Pegawas / Akhli. Panjang pipa saringan 1 m di atas laposan
aquifer. Jumlah dan lokasi saringan tertgantung dari banyaknya aquifer yagn diperoleh
dan harus sepengetahuan konsultan Pengawas / Akhli. Untuk itu akan ada pekerjaan
tamabah kurang, yagn harus dijelaskan oleh Kontraktor dalam surat penawaran. Ujung
bawah dari pipa sumuran di sambung dengan blank pipe, yaitu pipe yang ujungnya
ditutup dengan panjang minimal 6m. 27.5.4. Batu kerikil Penutup Saringan (Gravel Pack)
Batu kerikil yang fipakao harus bersih, tidak menganfung kotoran-kotoran/debu, keras,
padat/tidak rapuh, berwarna hitam dengan bentuk bundar Ø 0,5 – 1 cm dengan
uniformity coefficient tidak lebih dari 2,0. sebelum sipergunakan kerikil harus direndam
dalam larutan kaporit 5% selama 30 menit. 27.5.5. Penyekatan antara Pipa naik dan Pipa
Casing Penyekatan antara kedua macam pipa di atas dapat dilakukan dengan “Lead Slip
Packer”. 27.5.6. Pompa Jenis pompa Turbin Submersible Multistage kapasitas minimal
180 l/menit total head minimal 70 mka dengan effisiensi minimum 60%. Head pompa
harus disesuaikan dengan kondisi yang ada, dan mampu memompa air sampai dengan
tangki bawah tanah. Pompa harus dilengkapi dengan peralatan deteksi muka air di
dalam sumur dalam (untuk proteksi pompa), deteksi muka air di dalam tangki bawah
(atas dan bawah), untuk pengoperasian secara otomatis. 27.6. PELAKSANAAN
PEMBUATAN SUMUR 27.6.1. Umum Kontraktor akan melakukan pemboran pada tempat
yang ditunjuk oleh Pemberi Pekerjaan. Kedalaman sumur bor 150 m di bawah muka
tanah, sampai dijumpai lapisan atau lapisan-lapisan aquiter pembawa air yang
memenuhi persyaratan debit seperti yang direncanakan. Dalam hal kedalaman sumur
bor yang lebih atau kurang dari 150 m, akan ada pelerjaan tambah kurang, yang harus
dijelaskan oleh Kontraktor dalam Surat Penawaran Kontraktoran Pekerjaan. Diameret
lobang sumur 250 mm (10”), diameter jambang (casing) 150 mm (6”) diameter pipa naik
75 mm (3”). Lubang sumur harus vertikal dan deviasi vertikal yang diperkenankan
maximal 20 mm per 100 m diukur dari lubang sumur bor dan dicek setelah casing
selesai dipasang. Pengeboran harus dilakukan dengan cara “hydraulic rotary drilling”.
Dalam hal ini Kontraktor dapat melakukan pengeboran sekaligus daro muka tanah
sampai kedalaman yang disyaratkan, tanpa mengubah diameter jambang di atas, jika
ditemui lapisan keras yang tidak dapat dilakukan dengan cara di atas, Kontraktor dapat
menggunakan cara lain seperti : “Core drilling” atau “standar boring method” dan lain-
lain. Jambangan bagian atas (uper casing ), dipasang mulai 90 cm di bawah muka tanah
dengan panjang ± 30 – 60 m dan minimal 5 m di atas lapisan aquifer pertama yang
dapat dimanfaatkan (potential). Lapisan aquifer pertama yang dapat dimanfaatkan .
27.6.2. Catatan Pemboran Kontraktor harus membuat “catatan” selama pelaksanaan
pekerjaan dan mengumpulkan contoh-contoh lapisan batuan yang dibor. Catatan
mengenai waktu pemboran (drilling time log) harus selalu disimpan di site (lokasi
pemboran) yang sewaktu-waktu dapat diperiksa oleh Pemberi Pekerjaan. Kontraktor
harus juga menyerahkan suatu well log yang dibuat secara teliti. Dilengkapi dengan
foto-foto pelaksanaan yang mencakup situasi site/daerah loksi setiap sumur bor
sebelum, sewaktu, setelah selesai dikerjakan dengan ukuran photo 9 x 12 cm. 27.6.3.
Subsurface Geophysical Methode Test Sub surface geophysical methode test
dimaksudkan untuk mengetahui secara tepat perubahan susunan batuan, sufat relatif
porositas dan permeabilitas, Ionic concentration dan lain-lain. Hasil dari pengukuran ini
digambarkan dalam profil atau penampang kolom. Test ini dilakukan dengan : Vertical
Electric Logging. Dimaksudkan untuk mengukur spontanious potensial dan sifat relatif
tahanan jenis pengamatan cutting (well log litology description) untuk penempatan
saringan screen tepat pada lapisan aquifer yang berpotensi. Pekerjaan ini dilaksanakan
setelah kedalaman pemboran tercapai sesuai dengan kontrak dan sebelum pemasangan
casing. Hasil evaluasi dari vertikal electric logging ini agar segera dilaporkan letak
kedalaman, tebal dan jumlah total dari saringan yang akan dipasang. 27.6.4.
Pemasangan Pipa Casing, Pipa Naik Dan Pipa Saringan Kontraktor harus melaksanakan
pemasangan pipa-pipa tersebut di atas, sesuai dengan cara umum yang biasa
dipraktekan dalam pembuatan sumur dalam. Pemberi Pekerjaan berhak untuk
menentukan lain dari cara pemasangan pipa tersebut jika dipandang perlu, berdasarkan
pertimbangan teknis. 27.6.5. Peletakan Kerikil (Gravel Packing) Ruang antara lubang bor,
pipa naik dan pipa saringan diisi dengan kerikil seperti terlihat dalam gambar terlampir.
Cara pengisian kerikil kedalam lubang bor haris dengan pipa pengantar (casing). 27.7.
PROSEDUR DAN PERALATAN PENGETESAN Untuk persiapan pengetesan Kontraktor
harus menyediakan : 67. Drum-drum kosong volume 200 l/buah. 68. Alat-alat ukur debit
dan stop watch. 69. Elektroda pengukuran ketinggian muka air dalam casing. 70.
Formula pencatatan pelaksanaan pengetesan kwantitas. Sebelum penyelesaian
pemasangan pipa naik/pipa jambang dan saringan screen harus selalu diamati. Lapiran
rencana penyelesaian sumur dalam sehingga Konsultan Pengawas mengadakan
pemeriksaan dan mendapatkan persetujuan. Setelah lapisan air yang didapat selama
pengeboran harus di uji kualitas dan kuantitasnya. Untuk kualitas diuji pada
Laboratorium PAM setempat. Untuk kuantitas (debit) diuji dengan minimal pemompaan
selama 3 (tiga) jam terus menerus dan dilakukan setelah pemasangan saringan (screen),
untuk mencegah kerusakan pada submersible pump. Sertifikat pengujian air pada setiap
lapis harus dilaporkan kepada Konsultan Pengawas rangkap 3 (tiga)/copy. Pada setiap
perbedaan lapisan tanah garus dilakukan pengambilan contoh tanah yang dimasukan
kedalam tabung, untuk menjaga agar contoh tanah yang dimasukan kedalam tabung,
untuk menjaga agar contoh tanah tersebut tidak rusak. Pengujian akhir debit air harus
minimal terpenuhi sesuai yang disyaratkan dan air yang telah didapat, dibuktikan
dengan sertifikat dari Laboratorium PAM setempat. Pada waktu pengujian terakhir,
Kontraktor harus mencatat tinggi permukaan air (TPA) sebelum pemompaan dan juga
TPA yang diakibatkan setelah pemompaan (pompa mati). Tahap selanjutnya Kontraktor
harus membuat: Kurva TPA pada pemompaan terus-menerus, yang dilakukan selama 3 x
24 jam. Kurva TPA pada saat pompa mati. 27.8. PENGETESAN SUMUR Sumur akan diuji
hasilnya dengan cara-cara seperti persyaratan di bawah. Untuk hal ini disyaratkan agar
semua Kontraktor menggunakan pompa submersible yang berkapasitas minimum 200
l/menit. Banyak air yang dipompa dari sumur akan diukur dengan alat ukur yang
disediakan oleh Kontraktor. Demikian pula muka air di dalam sumur harus selalu diukur
secara teliti. Letak pompa untuk mengetes sumur sedemikian sehingga didapat hasil
maksimal dari sumur, seperti yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas. Pemompaan uji
terdiri dari step draw down test dan time recovery test. Konsultan Pengawas akan
menentukan lamanya pemompaan uji sampai tercapai hasil memuaskan. 27.8.1. Step
Draw Down Test Kapasitas pemompaan bertahap 1,2 dan 3 l/detik. Tiap tahap lamanya
pemompaan dua jam atau lebih. Prosedur pengukuran: Sebelum pompa dijalankan,
muka air statis di dalam sumur harus diukur dan dicatat. Pada saat mulai dilakukan
pemompaan maka besarnya debit pemompaan diatur seteliti mungkin sesuai dengan
yang dikehendaki. Setelah kapasitas pemompaan tertentu dicapai maka muka air dalam
sumur akan diukur setiap 1 menit selama 5 menit, tiap 5 menit antara 5 sampai 60 menit
kemudian tiap 10 menit antara 60 sampai 120 menit. Segera setelah tahap pertama
pemompaan uji selesai dilakukan, maka kapasitas pemompaan dinaikan ke tahap
pemompaan berikutnya dan prosedur ini terus diikuti sampai tahap terakhir selesai.
Apabila pompa mengalami kerusakan sewaktu pengetesan sedang berlangsung maka
diperlukan waktu secukupnya dimana water level telah cukup pulih kembali dan
kemudian test diulang dari muka. 27.8.2. Time Drawdown Test Kapasitas pemompaan
tergantung dari kapasitas maksimum yang dapat dicapai. Lamanya test 3 x 24 jam.
Prosedur pengukuran: Ukur muka air statis di dalam sumur. Pemompaan ini lamanya 3 x
24 jam. Untuk waktu 2 jam pertama agar diikuti cara pengukuran seperti step drawdon
test tersebut di atas, dan kemudian pengukuran muka air di dalam sumur dilakukan tiap
selang 30 menit pada waktu pemompaan di mulai dan jam-jam waktu dilakukan
pengukuran muka air harus dicatat dengan betul. 27.8.3. Time Recovery Test Segera
setelah time drawdown terst selesai dan pada pemompaan tepat berhenti, maka time
recovery test dilakukan selama 15 menit pertama, pengukuran terhadap kenaikan muka
air di dalam sumur bor dilakukan tiap selang 1 menit, selama 2 jam berikut pengukuran
muka air tiap selang 30 menit. Test ini terus dilakukan sampai muka air sama atau
hampir sama seperti sebelum dimulainya time drawdown test tersebit di atas. CATATAN
TEST Setelah selesainya pengetesan sumur, Kontraktor harus menyerahkan catatan test
kepada Konsultan Pengawas termasuk semua copy catatan harian pelaksanaan
pekerjaan. PEMBUANGAN AIR Selama pengetesan sumur, Kontraktor harus membuang
air ke dalam saluran air pembuang terdekat atau ketempat lain yang telah disetujui
Konsultan Pengawas. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk mencegah agar air
buangan tidak merusak jalan, bangunan dan lain-lain. Pembuangan air diusahakan agar
tidak masuk kembali ke dalam sumur bor secara lambsung atau tidak langsung.
PENUTUP SUMUR Bagian atas dari upper casing, dimana diletakan fitting dan accesories
pompa, dibuat dari beton bertulang dengan ukuran dan bentuk sesuai yang terlihat
pada gambar. PEMELIHARAAN DAN PEMBERSIHAN LAPANGAN Selama pelaksanaan
pekerjaan Kontraktor harus memelihara keadaan lapangan sehingga tidak terjadi
kerusakan-kerusakan yang merugikan. Alat-alat dan barang-barang yang akan
dipergunakan dalam pekerjaan harus dijaga oleh Kontraktor dengan baik, karena
kerusakan/kehilangan barang tersebut akan memperlambat pekerjaan. Setelah
selesainya pengetesan sumur, Kontraktor harus membersihkan benda-benda yang
tinggal di dalam lubang sumur, dengan carayang biasa dilakukan dalam pekerjaan
pembuatan sumur dalam (bailing atau sand pumping) Pada waktu ditinggalkan, maka
Kontraktor harus mengusahakan agar lapangan dalam keadaan bersih dan tempat
parkir diperbaiki sampai seperti keadaan semula. 27.9. Keterangan Gambar 71. Riser
pipes Riser pipes berfungsi untuk mengalirkan air dari pompa permukaan tanah, selain
itu juga untuk menopang pompa. Terbuat dari Galvanized Iron Pipe (G. I. P) dengan
sambungan flange yang dilubangi untuk memasukan kabel listik dan water level
electrode. 72. Discharge Elbow Digunakan untuk menghubungkan riser pipe dengan
valves sistem pemipaan, yang antara lain terdiri dari compound gauge dan automatic air
vent. Flange pada pipa suction (pipa hisap) dan check valve harus mempunyai tekanan
kerja 10 kg/cm2. 73. Check valve Berfungsi untuk mencegah aliran balik, bila valve ini
tidak berfungsi dengan baik dapat menyebabkan kerusakan pada pompa & motornya.
74. Sluice Valve Katup yang mengatur debit pemompaan. 75. Automatic Air Vent Katup
yang secara otomatis terbuka pada waktu pompa mulai berjalan dan memungkinkan
udara masuk setelah pompa mati/tidak bekerja. 76. Compound Gauge Menunjukan
tekanan pengaliran pompa. 77. Well Cover Salah satu fasilitas yang menopang berat
pompa dan riser pipes serta mempunyai lubang untuk kabel-kabel yang diperlukan. 78.
Submersible cable kabel listrik dengan isolasi vinil berbentuk pipah dapat dengan
mudah dipasang dan tidak akan mudah rusak. 79. Low Water Lever Electrode Dilengkapi
untuk pompa supaya bekerja otomatis dan mencegah terjadinya penghisapan pada
waktu muka air turun/kering. Alat ini harus off pada ketinggian 1 m dari TPA minimum.
PASAL 28. SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN 28.1. LINGKUP
PEKERJAAN Lingkup Pekerjaan dari sistem penanggulangan bahaya kebakaran adalah
80. Portable Fire Extinguisher 81. Outomatic Fire Sprinkler System 82. Pipa Utama dan
Hose System 83. External Hydrant 28.2. Standar dan Kode Standar dan kode yang
digunakan adalah sebagai berikut : 84. Departemen Pekerjaan Umum No. 02/KPTS/1985
85. Peraturan Pemerintah Daerah 86. Keputusan Gubernur 87. National Fire Protection
Association (NFPA) 88. NFPA 10 – Portable Fire Extinguisher 89. NFPA 13 – Instalation of
Splinkler System 90. NFPA 14 – Instalation of Standpipe and Hose System 91. NFPA 20 –
Instalation of Centrifugal Pumps 28.3. Portable Fire Extinguisher Unit-unit Fire Hose
Cabinet dipasang di tiap lantai, dengan masing-masing unit melayani kira-kira 250 m2.
Unit ini dilengkapi dengan selang air Ø 25 mm sepanjang 30 m dan katup. Unit-unit Fire
Hose Cabinet dilayani oleh suatu sistem pipa tertutup dan pompa utama Setiap unit
tabung penanggulangan kebakaran (Portable Fire Extinguisher) mencakup 200 m2 luas
lantai Tekanan pada ujung Nozzle/hose kira-kira 45 m.k.a/hose kira-kira 45 m.k.a Jarak
antara masing-masing Fire Extinguisher 20 meter Ukuran dan jenis Fire Extinguisher
Daerah umum : 2 Kg dari Multipurpose Dry Chemical Powder Ruang Panel & dapur : 25
Kg dari Co2 Ruang Mekanikal : 6,8 Kg dari Co2 Penempatan Fire Extinguisher harus
mudah dijangkau dan terlihat. 28.4. Automatic Fire Sprinkler System Batas daerah
proteksi untuk 1 (satu) Splinkler riser Light hazard : 520.00 ft2 (4.831 m2) Ordinary
hazard : 520.00 ft2 (4.831 m2) Luas maksimal daerah layanan untuk 1 (satu) Kepala
Sprinkler (Sprinkler Head) Light hazard : 225 ft2 (20.9 m2) Ordinary hazard : 130 ft2 (12.1
m2) Jarak maksimal antara Kepala Sprinkler Light hazard : 15 ft2 (4.6 m2) Ordinary
hazard : 15 ft2 (4.6 m2) Jarak dari Sprinkler terhadap dinding tidak lebih dari angka-
angka diatas Tekanan sisa minimal pada Kepala Sprinkler 15 psi Fire Sprinkler yang
terpasang dalam bangunan beroperasi secara Full Outomatic mengikuti standar dan
kode yang dipakai dalam spesifikasi ini. Setiap daerah dibagi dalam zoning dan dapat
diawasi dan dimonitor dengan Flow Switch. Pada lokasi tertentu harus disediakan
fasilitas pengujian aliran pada sistem perpipahannya. 28.5. Standpipe dan Hose System
Penyediaan Box Hose Berdiameter 65 mm dan Hose Valve 40 mm dan Nozzle pada rak.
Hose Station dibagi dalam bangunan 9,2 meter dari Nozzle berdekatan dengan Hose 30
m. Penempatan Standpipe diletakan disamping garis miring dekat tangga masing-
masing/setiap lantai. Hose Station dalam dibagi dalam grup dengan masing-masing
grup disediakan dengan peralatan Reducing Pressure dimana setiap batas tekanan yang
mengalir pada setiap Hose maksimal 6,9 bar (100 psi). Klasifikasi Servis Kelas III,
kombinasi penghuni dan Fire Departement Service Residual Pressure minimum 65 psi
(4,5 bars) pada Remote Point Daerah layanan minimum 1 (satu) Hose Box untuk 800 m2
luas lantai Maksimal panjang 275 ft (83 m) per Zone 28.6. Hydrant Halaman (External
Hydrant) Pipa utama di luar bangunan dibuat loop tertutup dilengkapi dengan katup
pengisolir (Isolation Valve). Jarak antara satu Box Hydrant dengan Box Hydrant yang lain
tidak lebih dari 90 m. Catu air dan sistem pemipaannya dikombinasikan untuk melayani
Sprinkler, Pipa tegak, dan Outdoor Hydrant. 28.7. BAHAN DAN PERALATAN a. Pipa dan
Fittings : Black Steel sesuai standar ASTM A53 schedule 40 b. Pipa Overflow, Drain &
Pipa tak Bertekanan : GIP Medium Class Catatan : Untuk mencegah korosi, pipa-pipa,
fitting, dan penggantung pipa dicat. Pipa di bawah tanah harus dilindungi terhadap
korosi. c. Sprinkler Jenis : Otomatis dengan Orifice Standar 13 mm (½“), solder Fillet atau
Bulb. Faktor koefisien aliran (K) : 5.6 Temperatur Ratings : 79° C – 107° C Ruangan lain :
57° C – 74° C d. Katup Isolasi Katup dari jenis Gate dengan Ulir di luaran Globe,
dilengkapi dengan sebuah NC Switch yang akan terbuka (Off) bila katup dalam keadaan
tertutup sebagian atau penuh. Bahan : Badan : Baja Piringan : Kuningan sesuai
spesifikasi/standar ASTN B62. e. Katup Kontrol Utama (Alarm Check Valve) Bila ada
sebuah atau lebih kepala Sprinkler terpecah, maka aliran air yang terjadi harus mampu
mengaktifkan Alarm Suara. Bahan Badan : Baja Clapper : Kuningan Perlengkapan : Water
Motor, Retarding Chamber, Weatherproof Alarm Goong. f. Flow Alarm Switch Jenis Vane
(Vane Type Water Flow Switch) terdiri atas Vane Sadle, Electric Switches dan Housing
Assembly. g. Hydrant Halaman (Outdoor Hydrant) Ukuran kotak : 1000 x 800 x 200 mm
dilengkapi dengan dudukan Bahan kotak : Mild Steel Plate, ketebalan 1,5 mm
Perlengkapan : Ø 65 mm x 30 meter Hose Linen Ø 65 mm Hose Valve Ø 65 mm Variable
jet dan Spray Nozzle Hose Rack h. Hydrant Gedung (Indoor Hydrant Box) Ukuran kotak :
1000 x 800 x 180 mm Bahan kotak : Mild Steel Plate, ketebalan 1,5 mm Perlengkapan : Ø
40 mm x 30 meter Hose Linen Ø 65 mm dan Ø 40 mm Hose Valve Ø 40 mm Variable jet
dan Spray Nozzle Hose Rack i. Sambungan Untuk Pemadam Kebakaran (Siamese)
Ukuran : 100 mm x 65 x 65 mm Jenis : Free Standing Type dengan Chromium Plate
Finish atau Cast Iron dengan pengecatan anti korosi. j. Pompa Kebakaran (Fire Pumps)
Pompa Utama Jenis : Centrifugal Horizontal Split Cast, Positive Suction Kapasitas :
Pompa kebakaran utama harus mampu beroperasi pada titik dengan kapasitas
maksimal 150% dari kapasitas nominal dan Head maksimal 65% dari Head nominal.
Head : Akan dihitung kemudian Pompa Jockey Jenis : Horizontal Regenerative Turbin
atau Centrifugal End Suction. 28.8. SISTEM PENGINDERAAN KEBAKARAN Peralatan
instalasi terdiri atas: 92. Master Control Fire Alarm (MCFA) 93. Manual Station 94. Rate of
Rise Fixed Temperature Detector 95. Alarm Bell PASAL 29. SISTEM TATA UDARA DAN
VENTILASI 29.1. Penjelasan Umum Sistem tata udara digunakan untuk memberikan
kondisi lingkungan kerja yang nyaman bagi pegawai dan kondisi lingkungan yang
memenuhi syarat bagi perlengkapan elektronik dan komputer 29.2. Lingkup pekerjaan
96. Sistem Tata Udara (Air Conditioning) 97. Sistem Ventilasi 29.3. Standar dan Kode
Standar dan kode yang digunakan adalah sebagai berikut : 98. American Society of
Heating Refrigation Air Conditioning Engineer (ASHRAE) 99. Sheet Metal & Air
Conditioning National Association (SMACNA) 100. National Fire Protection Association
(NFPA) 101. Departemen PU/Cipta Karya 102. Peraturan-Peraturan Pemda 29.4. Bahan
NO NAMA PERALATAN DATA/MODEL 1. Multi dan single Floor type-out door Split Unit,
AHU, FCU Cassete type-indoor 2. Exhaust/Intake Fan Wall mounted type 3. Exhaust Fan
Celling type (Ruang Toilet) General Type Wall Mounted 4. Celling Fan Fixed celling
Mounted type (With-Speed Control) 5. Range Hood Fan Special for Keitchen Unit type
PASAL 30. SISTEM TRASPORTASI DALAM BANGUNAN 30.1. Lingkup pekerjaan Yang
termasuk dalam lingkup pekerjaan ini adalah 103. Passanger Elevator 104. Service Lift
30.2. Standar, kode dan acuan 105. peraturan umum instalasi listrik (PUIL) 1987 106.
Pedoman Pengawasan Instalasi Lift Listrik No. 3 Tahun 1978 107. Peraturan Depnaker.
108. ANSI A17.1 Safety Code for Elevator 109. Japan Industrial Standard (JIS) 30.3. Bahan
NO NAMA PERALATAN DATA/MODEL 1. Passenger Lift kapasitas 10 orang 2. Service Lift
kapaisitas 1000 kg. PASAL 31. REFERENSI MERK SISTEM PLAMBING NO NAMA
PERALATAN MODEL 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Monoblock/closet Duduk komplit Closet
jongkok Wastafel Accessories Wastafel Urinal Accessories Urinal Faucet/kran air dia. Y 20
C ½ “ Floor Drain Clean Out Pipa air bersih -Galvanis Pipa air kotor - PVC SII 1246-85
Type A & SII 1448-85 - GRANDA - C. 420/S.516 - RAPI C - CE-8 & 5530 V1 - PLAZA - L
230/L 220 - Westbrook - U-57 M H 51 H58 GIP Medium class 10 kg/cm2 SISTEM
PEMIPAAN NO NAMA PERALATAN KELAS 1. 2. GSP PIPE PIPA PVC SII BSP SKEDUL 40
MEDIUM CLASS SII 1246-85 TYPE A & b SII 1448-85 SISTEM PEMADAM KEBAKARAN
NO NAMA PERALATAN KELAS 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Pompa Hydrant (PK)
NFPA Standar Diesel NFPA Standar Pompa Jockey (PJ) Flexible joint Preasure Switch
Preasure Gauge Level Water Control Fire Hose cabinet Sprinkle Gate Valve, Strainer dsb
Frie Hose Box Hydrant pilar, Siamese Frie Extinguisher Horizontal end suction pump
Multi stage Horizontal Vertical pump Short type All- Flanged, flex Jenis karet pejal
Preasure Setting Fanal, Honey well, Dial Dia. Dia. 75 Kg/cm2. Psi Probe Elctroda control
Locally Fabricated (Indoor dengan nozzle 1 ½ “) (size:100cmx20cmx80cm) Standar -
Orifice Ø10 mm - Hydrant valve - Hose Ø 2” 30 M - Nozzle Ø 2” - Hose Rack Tekanan
kerja 10 kg/cm2 Locally Fabricated (Size: 80x22x100 cm) (Outdoor dengan nozzle 2 ½ “)
Coupling fixed standar Nozzle Two way way type Siamese connection Multipurpose Dry
2,6 kg Chemicial Graviner, Gloria, Yamato. SYSTEM AIR CONDITIONER DAN VENTILASI
NO NAMA PERALATAN MODEL/TYPE 1. 2. 3. 4. 5. Multi dan single Split Unit, AHU, FCU
Exhaust/Intake Fan Exhaust Fan (ruang Toilet) Ceiling Fan Range Hood Fan Floor Type-
out door Cassete Type-indoor Wall mounted type General Type Wall Mounted Fixed
Ceiling Mounted Type (With-Speed Control) Special for Kitchen Unit type SISTEM
TRANSPORTASI NO NAMA PERALATAN MODEL/TYPE 1. 2. Passenger Lift Service Lift
Kapasitas 10 orang Kapasitas 1000 kg PASAL 32. CACAT-CACAT PEKERJAAN. Bila
penyelesaian pekerjaan, bahan yang digunakan atau keahlian dalam pengerjaan setiap
bagian pekerjaan tidak memenuhi persyaratan-persyaratan dalam Persyaratan Teknis,
maka bagian pekerjaan tersebut harus digolongkan sebagai cacat pekerjaan. Semua
pekerjaan yang digolongkan demikian harus dibongkar dan diganti sesuai dengan yang
dikehendaki oleh Pengawas. Seluruh Pembongkaran dan pemulihan pekerjaan yang
digolongkan cacat tersebut serta biaya yang timbul akibat hal itu seluruhnya menjadi
beban Pemborong. PASAL 33. PEKERJAAN TAMBAH KURANG Bila terjadi perubahan
persyaratan teknis atau penambahan pondasi sumuran pada tempat-tempat
tertentu, karena keadaan setempat yang diluar dugaan dan diluar gambar dan
persyaratan teknis khusus yang tercantum dalam Perjanjian Pemborongan,
maka akan ada perubahan pekerjaan tambah atau kurang yang
akan disesuaikan dengan kenyataan dalam pelaksanaan dan
diperhitungkan berdasarkan harga satuan dalam Perjanjian Pemborongan. Semua
perubahan kerja harus atas perintah tertulis dari pihak Konsultan PENGAWAS.
Demikian juga dalam pengujian, sejauh mana kegagalan pengujian tidak disebabkan
oleh kelalaian pemborong, dan dilaksanakan dengan data yang ada, maka kegagalan
ini bukan menjadi tanggung jawab Pemborong dan Pemberi Tugas akan membayar
kegagalan ini sesuai dengan harga satuan dalam Surat Perjanjian Pemborongan. PASAL
34. PERSYARATAN TEKNIS UMUM PELAKSANAAN 34.1. GAMBAR-GAMBAR RENCANA
Gambar-gambar rencana adalah gambar yang menunjukan tata letak secara umum dari
Gambar ini dibuat oleh Konsultan Perancang dan digunakan untuk pelelangan. 34.2.
GAMBAR-GAMBAR KERJA (SHOP DRAWINGS) Pemborong harus menyerahkan gambar
kerja 14 hari sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai. Gambar kerja adalah gambar
rencana setelah disesuaikan dengan kondisi di lapanagan dan perubahan-perubahan
(jika ada) yang diminta oleh Pemberi Tugas. Perubahan dapat juga diusulkan oleh
Pengawas Lapangan, Perencana atau Pemborong dan perubahan ini harus disetujui oleh
Pemberi Tugas. Gambar kerja yang tidak berubah dari gambar rencana harus terlebih
dahulu disetujui oleh Konsultan Pengawas, sedangkan gambar kerja yang berubah dari
gambar rencana harus disetujui terlebih dahulu oleh Konsultan Pengawas dan Pemberi
Tugas. 34.3. GAMBAR-GAMBAR SESUAI PELAKSANAAN (AS BUILT DRAWING)
Pemborong harus membuat catatan yang cermat dari pelaksanaan dan penyesuaian-
penyesuaian di lapangan.Catatan-catatan tersebut harus dituangkan dalam 1 set
gambar lengkap sebagai gambar-gambar sesuai pelaksanaan di lapangan (As Built
Drawing).Pemborong harus menyerahkan As Built Drawing kepada Konsultan Pengawas
setelah pekerjaan yang bersangkutan selesai, dalam rangkap 3. Gambar-gambar ini
beserta dokumen pendukung lainnya menjadi persyaratan untuk serah terima pekerjaan
yang pertama. 34.4. STANDAR DAN PERATURAN Seluruh pekerjaan dilaksanakan
mengikuti Standar dan Peraturan yang berlaku dan Keputusan-keputusan yang
dikeluarkan oleh Instansi/Departemen/Konsultan yang terkait dan berwenang. Hal-hal
khusus mengenai standar dan peraturan dapat dilihat di masing-masing sub pekerjaan.
Hal | i

Anda mungkin juga menyukai