Pemeriksaan Pajak untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Penyusunan Peta Kepatuhan dan Daftar Sasaran Prioritas Penggalian Potensi (DSP3)
A.
(Bagian E, angka romawi II, SE-15/PJ/2018)
1 Setiap awal tahun, Kepala KPP bersama-sama dengan Kepala Seksi Pemeriksaan, Kepala Seksi Pengawasan 1. DSP3 Penyusunan Peta Kepatuhan dan
dan Konsultasi II, III, dan IV, Kepala Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan, Kepala Seksi Pengolahan Data dan 2. Kertas Kerja Analisis WP Usulan Daftar Sasaran Prioritas Penggalian
Informasi (PDI) serta Supervisor Fungsional Pemeriksa Pajak menyusun peta kepatuhan atas Wajib Pajak yang DSP3 Potensi (DSP3)
terdaftar pada KPP tersebut berdasarkan Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU)/sektor/subsektor/industri, letak 3. Berita Acara Pembuatan Peta
geografis, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan/atau fakta lapangan. Kepatuhan dan Pembahasan DSP3
2 Peta kepatuhan dan DSP3 disusun paling lambat pada akhir Januari setiap tahunnya dengan menggunakan
contoh format dan kertas kerja sebagaimana terdapat dalam Lampiran 1.1 SE-15/PJ/2018
3 Peta kepatuhan dan DSP3 harus dilampiri dengan Berita Acara Pembuatan Peta Kepatuhan dan DSP3 dan
ditandatangani oleh Kepala KPP, Kepala Seksi Pemeriksaan, Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, III,
dan IV, Kepala Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan, Kepala Seksi PDI serta Supervisor Fungsional Pemeriksa
Pajak. Berita Acara Pembuatan Peta Kepatuhan dan DSP3 dibuat dengan menggunakan contoh format
sebagaimana terdapat dalam Lampiran I.2 SE-15/PJ/2018
Penyusunan Peta Kepatuhan dan Daftar Sasaran Prioritas Pemeriksaan Pajak (DSPP)
B.
(Bagian E, angka romawi II, SE-15/PJ/2018) dan Penugasan Pemeriksaan berdasarkan DSPP
1 Berdasarkan DSP3, Kepala KPP menentukan Wajib Pajak yang akan menjadi DSPP dengan mempertimbangkan 1. DSPP Penyusunan Peta Kepatuhan dan
antara lain target penerimaan dari pemeriksaan dan penagihan, riwayat pemeriksaan Wajib Pajak yang 2. Surat/Nota Dinas pengiriman Daftar Sasaran Prioritas Penggalian
bersangkutan, tunggakan pemeriksaan di KPP, beban kerja Pemeriksa Pajak, dan efek jera (deterrent effect) dari DSPP ke Kanwil DJP atasannya Potensi (DSP3)
Wajib Pajak yang akan diperiksa 3. Analisis variabel yang digunakan
dalam penentuan WP
2 Wajib Pajak yang masuk dalam DSPP adalah Wajib Pajak yang diusulkan untuk dilakukan pemeriksaan rutin
dengan kriteria pemeriksaan Wajib Pajak yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran
pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C dan Pasal 17D Undang-Undang KUP atau Pasal 9 ayat (4c)
Undang-Undang PPN, Wajib Pajak menyampaikan SPT yang menyatakan rugi, Wajib Pajak yang melakukan
perubahan tahun buku, perubahan metode pembukuan, dan/atau penilaian kembali aktiva tetap, dan/atau Wajib
Pajak yang diusulkan pemeriksaan khusus berdasarkan analisis risiko, dengan ruang lingkup pemeriksaan
seluruh jenis pajak (all taxes).
3 DSPP tersebut merupakan dasar bagi Kepala KPP untuk mengusulkan pemeriksaan rutin dengan kriteria
sebagaimana dimaksud pada angka 2) dan/atau pemeriksaan khusus dengan ruang lingkup pemeriksaan seluruh
jenis pajak (all taxes), kepada Kepala Kanwil DJP yang selanjutnya akan dilakukan pembahasan oleh Komite
Perencanaan Pemeriksaan Tingkat Kanwil DJP dan Komite Perencanaan Pemeriksaan Tingkat Pusat;
4 DSPP dibuat dengan menggunakan contoh format sebagaimana terdapat dalam Lampiran I.3 SE-15/PJ/2018
5 DSPP harus dilampiri dengan Berita Acara Pembuatan Peta Kepatuhan dan DSP3 dan disampaikan kepada
Kepala Kanwil DJP atasannya;
6 Penyampaian DSPP kepada Kepala Kanwil DJP dilakukan secara periodik dalam tiga tahap dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Tahap I: pengiriman DSPP dilakukan paling lambat akhir Februari;
b. Tahap II: pengiriman DSPP dilakukan paling lambat akhir Mei;
c. Tahap III: pengiriman DSPP dilakukan paling lambat akhir Agustus;
7 Terhadap Wajib Pajak yang tidak masuk ke dalam DSPP akan menjadi sasaran prioritas kegiatan pengawasan
oleh KPP atau menjadi usulan pemeriksaan khusus dengan ruang lingkup pemeriksaan satu atau beberapa jenis
pajak;
8 Petunjuk Pengusulan Pemeriksaan Rutin Berdasarkan DSPP
2) Wajib Pajak yang menyampaikan SPT Tahunan PPh yang Menyatakan Rugi; dan
3) Wajib Pajak yang melakukan perubahan tahun buku, perubahan metode pembukuan atau melakukan
penilaian kembali aktiva tetap
dilakukan oleh Kepala KPP kepada Kepala Kanwil DJP atasannya melalui DSPP yang disampaikan sesuai
dengan tahapan penyampaian DSPP.
b. DSPP disertai dengan analisis variabel yang digunakan dalam penentuan Wajib Pajak yakni indikasi
ketidakpatuhan tinggi, indikasi modus ketidakpatuhan Wajib Pajak, identifikasi nilai potensi, dan identifikasi
kemampuan Wajib Pajak untuk membayar, serta ditambahkan dengan informasi terkait beban kerja
pemeriksa pajak pada KPP pengusul,
b. DSPP yang disampaikan oleh Kepala KPP ditindaklanjuti oleh Kanwil DJP atasannya untuk dilakukan validasi
dan pembahasan melalui Komite Perencanaan Pemeriksaan Tingkat Kanwil DJP;
c. Berdasarkan hasil pembahasan Komite Perencanaan Pemeriksaan Tingkat Kanwil DJP, atas usulan
Pemeriksaan Rutin ditindaklanjuti dengan cara:
1) Komite Perencanaan Pemeriksaan Tingkat Kanwil DJP meneruskan usulan penugasan Pemeriksaan
Rutin melalui Kepala Kanwil DJP kepada Direktur Pemeriksaan dan Penagihan untuk kemudian
dilakukan pembahasan oleh Komite Perencanaan Pemeriksaan Tingkat Pusat; atau
2) Komite Perencanaan Pemeriksaan Tingkat Kanwil DJP menolak usulan Pemeriksaan Rutin dalam hal
usulan tersebut tidak sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, dan mengembalikan usulan
Pemeriksaan Rutin tersebut kepada KPP Pengusul;
d. Berdasarkan DSPP yang diterima dari Kepala Kanwil DJP, Direktur Pemeriksaan dan Penagihan melakukan
validasi dan pembahasan melalui Komite Perencanaan Pemeriksaan Tingkat Pusat;
e. Berdasarkan hasil pembahasan oleh Komite Perencanaan Pemeriksaan Tingkat Pusat, atas usulan
Pemeriksaan Rutin ditindaklanjuti oleh Direktur Pemeriksaan dan Penagihan dengan cara:
1) Atas usulan yang disetujui oleh Komite Perencanaan Pemeriksaan Tingkat Pusat, Direktur Pemeriksaan
dan Penagihan melakukan penerbitan penugasan Pemeriksaan Rutin paling lambat pada awal Mei, awal
Agustus dan awal November dengan menggunakan contoh format sebagaimana terdapat dalam
Lampiran I.6 SE-15/PJ/2018
2) Atas usulan yang ditolak oleh Komite Perencanaan Pemeriksaan Tingkat Pusat, Direktur Pemeriksaan
dan Penagihan membuat penolakan Pemeriksaan Rutin kepada unit pengusul paling lambat 5 (lima) hari
kerja sejak tanggal Berita Acara Pembahasan dengan menggunakan contoh format sebagaimana
terdapat dalam Lampiran I.7 SE-15/PJ/2018
c) Kepala Kanwil DJP mengirimkan usulan DSPP Pemeriksaan Khusus berdasarkan analisis risiko
seluruh jenis pajak kepada Direktorat P2 paling lambat pada akhir Maret, akhir Juni, dan akhir
September;
a. Penugasan pemeriksaan rutin berdasarkan Daftar Nominatif dengan kriteria SPT yang menyatakan lebih
bayar, Wajib Pajak melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi atau pembubaran usaha,
atau Wajib Pajak Orang Pribadi akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya, Wajib Pajak tidak
menyampaikan SPOP PBB, dengan ruang lingkup pemeriksaan satu atau seluruh jenis pajak;
2) Wajib Pajak menyampaikan SPT Masa PPN yang menyatakan lebih bayar restitusi (SPT Masa PPN
Lebih Bayar Restitusi) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B Undang-Undang KUP;
b. Daftar Nominatif dibuat oleh Kepala Seksi Pemeriksaan berdasarkan Daftar Persediaan Wajib Pajak atau
Daftar Persediaan Objek Pajak yang akan dilakukan Pemeriksaan Rutin setiap saat dengan
mempertimbangkan tunggakan pada KPP dan beban kerja per Pemeriksa Pajak;
c. Kepala Seksi Pemeriksaan melakukan pengecekan terhadap SPT Tahunan PPh Lebih Bayar dan/atau SPT
Masa PPN Lebih Bayar dengan menggunakan contoh formulir sebagaimana terdapat dalam Lampiran II.46
SE-15/PJ/2018
d. Pengusulan Daftar Nominatif dilakukan kepada Kepala KPP setelah SPT Tahunan PPh atau SPT Masa PPN
direkam pada aplikasi SIDJP;
e. Terhadap Wajib Pajak yang diusulkan untuk diperiksa, yang ruang lingkup pemeriksaannya melebihi 1 (satu)
Tahun Pajak, maka usulan tersebut harus diperinci per Tahun Pajak;
f. Dalam hal Wajib Pajak menyampaikan SPT Masa PPN Lebih Bayar Restitusi terdapat kompensasi dari
Masa-Masa Pajak sebelumnya pada tahun yang sama, maka dalam Daftar Nominatif harus diperinci menjadi
2 (dua) usulan, yaitu:
1) 1 (satu) usulan untuk Masa Pajak yang menyatakan Lebih Bayar Restitusi; dan
2) 1 (satu) usulan untuk Masa Pajak lainnya yang menyatakan Lebih Bayar Kompensasi.
4 Petunjuk Pelaksanaan Penugasan Pemeriksaan Rutin Berdasarkan Daftar Nominatif
3) Apabila dalam Daftar Nominatif yang disampaikan terdapat usulan yang tidak memenuhi persyaratan untuk
dilakukan Pemeriksaan Rutin, Kepala KPP membuat Penolakan Pemeriksaan Rutin dengan menggunakan
contoh formulir sebagaimana terdapat dalam Lampiran II.49 SE-15/PJ/2018
7 Prosedur Pengusulan Pemeriksaan Khusus Berdasarkan Keterangan Lain Berupa Data Konkret
a. Usulan dibuat oleh AR yang melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan dan disetujui oleh Kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi atau Kepala Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan atasannya untuk selanjutnya
disampaikan kepada Kepala Seksi Pemeriksaan;
b. Usulan dibuat oleh AR dan dilampiri dengan lembar analisis data konkret yang diantaranya berisi uraian
mengenai kegiatan pengawasan yang telah dilakukan kepada Wajib Pajak terkait data konkret tersebut,
uraian eksistensi Wajib Pajak, serta uraian potensi atas data konkret, dengan menggunakan contoh formulir
sebagaimana terdapat dalam Lampiran II.52 SE-15/PJ/2018
c. Berdasarkan usulan tersebut dan hasil pembahasan sebelumnya yang telah dilakukan dengan Kepala KPP
serta Kepala Seksi yang memperoleh data konkret, Kepala Seksi Pemeriksaan membuat konsep nota dinas
persetujuan Pemeriksaan Khusus berdasarkan keterangan lain berupa data konkret;
d. Kepala KPP menyetujui usulan konsep nota dinas persetujuan sebagaimana dimaksud pada huruf c dengan
menandatangani Nota Dinas tersebut. Nota dinas persetujuan tersebut sebagai dasar penerbitan Nomor
Pengawasan Pemeriksaan (NP2);
e. Kepala KPP menyampaikan surat pemberitahuan Pemeriksaan Khusus berdasarkan keterangan lain berupa
data konkret kepada Kepala Kanwil DJP dan dilampiri dengan Risalah Pembahasan Data Konkret sesuai
dengan contoh formulir sebagaimana terdapat dalam Lampiran II.53 SE-15/PJ/2018
f. Berdasarkan persetujuan sebagaimana dimaksud pada huruf d selanjutnya Kepala Seksi Pemeriksaan
membuat konsep SP2;
g. Administrasi sehubungan dengan Pemeriksaan Khusus berdasarkan keterangan lain berupa data konkret
dilakukan oleh Kepala Seksi Pemeriksaan.
h. Pemeriksaan Khusus Berdasarkan Keterangan Lain Berupa Data Konkret dilakukan dengan menguji dan
melakukan klarifikasi atas data yang dimiliki, sehingga tidak perlu membuat Audit Plan dan melakukan
peminjaman dokumen.
i. Jika ditemukan data lain di luar data konkret yang sudah diterbitkan skp untuk Masa Pajak dan jenis pajak
yang sama, maka atas data baru tersebut termasuk ke dalam data baru yang diusulkan Pemeriksaan Ulang
8 Pemeriksaan Khusus satu atau beberapa jenis pajak berdasarkan analisis risiko mandiri
a. Pemeriksaan Khusus satu atau beberapa jenis pajak dilakukan berdasarkan:
1) analisis risiko mandiri yang dibuat oleh AR yang melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan terhadap
Wajib Pajak, Pejabat Fungsional Pemeriksa Pajak, atau pegawai dari seksi lainnya sebagai seksi
pengusul pada KPP;
2) analisis risiko mandiri yang dibuat oleh pegawai pada Bidang Pemeriksaan, Penagihan, Intelijen, dan
Penyidikan (PPIP), Pejabat Fungsional Pemeriksa Pajak, atau pegawai dari bidang lainnya sebagai
pengusul pada Kanwil DJP;
5) Hasil analisis risiko satu jenis pajak berupa data PPN Dalam Negeri yang berasal dari mekanisme PK-PM
dan tidak berasal dari PPN dengan mekanisme penyetoran sendiri seperti PPN atas impor atau Kegiatan
Membangun Sendiri, agar diusulkan untuk dilakukan Pemeriksaan Khusus berdasarkan analisis risiko
dengan ruang lingkup seluruh jenis pajak.
3) Usulan Pemeriksaan Khusus disampaikan kepada Kepala Kanwil DJP dengan menggunakan contoh
formulir sebagaimana terdapat dalam Lampiran II.56 SE-15/PJ/2018 dan dilampiri dengan analisis risiko
3 Untuk pemeriksaan (selain data konkret) yang dilakukan sejak tanggal 21 April 2017 dan/atau sejak
diterbitkannya PER-07/PJ/2017 dan SE-10/PJ/2017, berlaku perubahan/penambahan ketentuan terkait persiapan
pemeriksaan sebagai berikut (huruf E nomor 2 SE-10/PJ/2017):
4 a. Mengumpulkan dan mempelajari data WP yang dilakukan di dalam kantor dengan cara:
1) wawancara dengan AR yang melakukan pengawasan terhadap WP yang akan dilakukan pemeriksaan Berita Acara Hasil Wawancara
dalam hal diperlukan dan menuangkannya pada Berita Acara Hasil Wawancara;
2) mengumpulakan data internal/eksternal dan informasi lainnya (data kependudukan, data internet, data
validasi alamat melalui 108, dan/atau data bidang usaha dan contact person dari database B2B, ORBIS,
OSIRIS/ORIANA)
d. Pemeriksa Pajak menyiapkan sarana dan prasarana sebelum pemeriksaan dimulai, meliputi:
1) Menginventaris dan memastikan berkas WP yang akan dilakukan pemeriksaan telah lengkap;
2) Kelengkapan berkas WP harus menyesuaikan dengan risiko yang telah diidentifikasi pada rencana
pemeriksaan dan memperhatikan teknik pemeriksaan minimal (SE-04/PJ/2012)
3) Mempersiapkan sarana pemeriksaan (kartu tanda pengenal pemeriksa pajak dan formulir-formulir
4) Menyiapkan sarana dan prasarana pendukung pemeriksaan dalam hal diperlukan (misal: tenaga ahli,
aplikasi pendukung, dan data pembanding transaksi)
B1. Pembuatan Nota Dinas Penunjukan Supervisor/ Nota Dinas Penyusunan Rencana Pemeriksaan dan lampirannya (SE-126/PJ/2010)
29 Kepala UP2 (Kepala KPP) menunjuk supervisor untuk menyusun usulan Rencana Pemeriksaan setelah Nota Dinas Penyusunan Rencana
menerima Surat Persetujuan/Instruksi/Penugasan Pemeriksaan atau Lembar Penugasan Pemeriksaan (LP2) Pemeriksaan
menggunakan format pada Lampiran I SE-126/PJ/2010;
30 Nota Dinas Penunjukan Supervisor harus disertai dengan berkas WP yang diperlukan dalam penyusunan usulan
rencana pemeriksaan, antara lain: SPT, Laporan Keuangan minimal 2 (dua) tahun terakhir atau sesuai data yang
tersedia, Profil WP, Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) sebelumnya, dan data lain yang relevan. Berkas tersebut
dilampirkan dalam nota dinas menggunakan formulir Daftar Berkas Wajib Pajak yang Dipinjamkan dalam Rangka
Pemeriksaan sebagaimana contoh dalam Lampiran II SE-126/PJ/2010
B.2. Pembuatan KKP Identifikasi Masalah dan Usulan Rencana Pemeriksaan (PER-23/PJ/2013, SE-126/PJ/2010)
19 Berdasarkan nota dinas penunjukan supervisor (dan lampirannya), Supervisor menyusun KKP Identifikasi KKP Identifikasi Masalah
Masalah untuk menentukan pos-pos SPT atau turunannya yang akan diperiksa dan perlu dilakukan pengujian
menggunakan format pada lampiran III SE-126/PJ/2010;
20 Supervisor menyusun Usulan Rencana Pemeriksaan berdasarkan KKP Identifikasi Masalah menggunakan format Usulan Rencana Pemeriksaan
pada lampiran IV SE-126/PJ/2010 kemudian menyampaikan kepada Kepala UP2 paling lambat 7 (tujuh) hari
kerja setelah Nota Dinas Penunjukan Supervisor diterima (Romawi II angka 10 SE-126/PJ/2010);
22 Dalam hal ditemukan kondisi yang berbeda antara Rencana Pemeriksaan dengan pelaksanaan pemeriksaan,
Supervisor menyusun Usulan Perubahan Rencana Pemeriksaan sebagaimana contoh dalam Lampiran V SE-
126/PJ/2016. Usulan Perubahan Rencana Pemeriksaan memuat antara lain: uraian pemeriksaan yang diubah,
rencana pemeriksaan sebelumnya, rencana pemeriksaan yang dimutakhirkan, dan alasan perubahan.
24 Kepala UP2 harus memberikan persetujuan atas Usulan Perubahan Rencana Pemeriksaan paling lambat 3 (tiga)
hari kerja setelah Usulan Perubahan Rencana Pemeriksaan diterima (Romawi III angka 3 SE-126/PJ/2010);
25 Dalam hal Kepala UP2 tidak menyetujui Usulan Perubahan Rencana Pemeriksaan, Kepala UP2 harus
memberikan catatan/alasan pada formulir Perubahan Rencana Pemeriksaan dan pemeriksaan tetap dilanjutkan
sesuai dengan Rencana Pemeriksaan sebelumnya (Romawi III angka 3 SE-126/PJ/2010);
27 Program Pemeriksaan yang harus disusun ada 2 (dua), yaitu Rencana Program Pemeriksaan dan Realisasi
Program Pemeriksaan. Program Pemeriksaan merupakan bagian dari KKP (huruf A angka 8-9 SE-04/PJ/2012);
2) Rencana Program Pemeriksaan dapat disampaikan kepada Kepala UP2 bersamaan dengan Usulan Konsep Rencana Program
Rencana Pemeriksaan; Pemeriksaan
3) Rencana Program Pemeriksaan harus ditandatangani oleh Kepala UP2 sebelum penyampaian Surat Rencana Program Pemeriksaan
Pemberitahuan Pemeriksaan (huruf B angka 3 SE-04/PJ/2012);
4) Dalam hal terdapat perubahan Rencana Pemeriksaan berupa penambahan pos-pos SPT/pos-pos
turunannya maka harus dibuat Perubahan Rencana Program Pemeriksaan yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Rencana Program Pemeriksaan
5) Perubahan Rencana Program Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada angka 4 disampaikan kepada
Kepala UP2 bersamaan dengan Usulan Perubahan Rencana Pemeriksaan. Perubahan rencana program
pemeriksaan ditandatangani oleh Kepala UP2 paling lama 1 (satu) hari kerja setelah persetujuan usulan
perubahan rencana pemeriksaan (huruf B angka 5-6 SE-04/PJ/2012);
6) Apabila suatu Teknik Pemeriksaan yang dipilih dan/atau buku, catatan, dan dokumen yang harus Catatan/keterangan berupa alasan
dipinjam tidak dapat dilakukan atau diputuskan untuk tidak dilakukan dalam pemeriksaan maka dalam KKP
Pemeriksa Pajak harus mendokumentasikan alasannya dalam KKP pengujian pos SPT/pos turunan
terkait (huruf B angka 11 SE-04/PJ/2012);
7) Rencana Program Pemeriksaan dan Perubahan Rencana Program Pemeriksaan dibuat dengan
menggunakan format KKP pada Lampiran II dan III SE-04/PJ/2012;
2) Dalam hal terdapat metode, teknik, dan/atau prosedur pemeriksaan yang tidak dilakukan maka
alasannya harus dicantumkan dalam Realisasi Program Pemeriksaan.
3) Realisasi Program Pemeriksaan dibuat dengan menggunakan format KKP pada Lampiran IV SE-
04/PJ/2012;
B.4. Penerbitan Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) dan Surat Pemberitahuan/Surat Panggilan (SOP KPP50-0011)
28 Kepala UP2 (Kepala KPP) menerbitkan Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) dan Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan Lapangan setelah usulan Rencana Pemeriksaan (audit plan) dan Program Pemeriksaan (audit
program) yang telah disetujui dengan prosedur sebagai berikut:
a Pelaksana Seksi Pemeriksaan membuat konsep Surat Perintah Pemeriksaan dan Surat Pemberitahuan konsep Surat Perintah Pemeriksaan
Pemeriksaan Lapangan. Surat Perintah Pemeriksaan harus dibuat sesuai dengan
Persetujuan/Instruksi/Penugasan dalam Lembar Penugasan Pemeriksaan konsep Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan Lapangan
b Kepala Seksi Pemeriksaan meneliti, memaraf, dan menyampaikan konsep Surat Perintah Pemeriksaan atau
Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan kepada Kepala KPP;
c Kepala KPP menyetujui, menandatangani, dan menyampaikan konsep SP2 dan Surat Pemberitahuan Surat Perintah Pemeriksaan Penerbitan Surat Perintah Pemeriksaan
Pemeriksaan Lapangan kepada Kepala Seksi Pemeriksaan; dan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan
Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan
Lapangan
d Kepala Seksi Pemeriksaan menugaskan Pelaksana Seksi Pemeriksaan untuk menatausahakan dan Bukti penyampaian Surat Perintah
menyampaikan dokumen tersebut kepada Tim Pemeriksa Pajak. Pemeriksaan Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan Lapangan kepada Tim
Pemeriksa Pajak
C. Pelaksanaan Pemeriksaan
C.1. Penyampaian Surat Pemberitahuan Pemeriksaan /Surat Panggilan serta Pertemuan dengan Wajib Pajak
29 Dalam melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, Pemeriksa Pajak
wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan (SPPL) kepada WP dalam rangka
pemeriksaan lapangan (Pasal 11a PMK-17/PMK.03/2013 s.t.d.d. PMK-184/PMK.03/2015);
31 a Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan disampaikan melalui faksimili, pos dengan bukti pengiriman Bukti pengiriman SPPL dan Surat
surat atau jasa pengiriman lainnya dengan bukti pengiriman. Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan Panggilan Dalam Rangka
disampaikan bersamaan dengan Surat Panggilan kepada Wajib Pajak (Pasal 1 ayat (2) dan (3) PER- Pertemuan Sehubungan dengan
07/PJ/2017); Pemeriksaan Lapangan Penyampaian Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan Lapangan
Penyampaian Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan Lapangan
b Untuk memastikan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan dan Surat Panggilan diterima oleh WP,
Pemeriksa melakukan konfirmasi kepada WP melalui telepon, email, atau saluran komunikasi lainnya (huruf
E angka 3.a.4 SE-10/PJ/2017);
c Surat Panggilan kepada WP merupakan surat yang digunakan Pemeriksa Pajak untuk memanggil WP ke
kantor DJP sebagai prosedur awal pemeriksaan lapangan yang memuat paling sedikit (Pasal 2 ayat (1) dan
(2) PER-07/PJ/2017):
1) waktu, tempat, dan maksud dilaksanakannya pertemuan antara Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak; dan
2) buku, catatan, dan dokumen yang harus dibawa oleh Wajib Pajak
d Surat Panggilan dibuat sesuai dengan contoh format sebagaimana tercantum dalam lampiran (Bagian A dan
B) PER-07/PJ/2017;
e Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan disampaikan kepada Wajib Pajak dalam jangka waktu paling
lama 15 (lima belas) hari kerja setelah tanggal SP2 (huruf F angka 1.h.1) SE-10/PJ/2017 dan SOP
KPP00-0046);
(2) WP yang menghadiri pertemuan dapat didampingi oleh pihak lain, antara lain: pegawai atau
konsultan pajak yang memahami kegiatan usaha atau pekerjaan bebas WP (Pasal 3 ayat (3)
dan (4) PER-07/PJ/2017);
(3) Kepala UP2 (Kepala KPP) harus hadir mendampingi Tim Pemeriksa Pajak dalam
pemanggilan WP pertama kali di Kantor DJP terutama untuk pemeriksaan khusus atau
pemeriksaan rutin dengan ruang lingkup pemeriksaan seluruh jenis pajak (angka 3 S-
561/PJ.04/2017 tanggal 22 Juni 2017 tentang Penegasan atas Peran Kepala UP2 sebagai
Pengendali Mutu Pemeriksaan sehubungan dengan Pelaksanaan PER-07/PJ/2017 dan SE-
10/PJ/2017)
(4) Pertemuan antara pemeriksa pajak dengan WP harus dilakukan (Pasal 3 ayat (2) PER-
07/PJ/2017) :
(a) pada waktu dan tempat sesuai dengan surat panggilan; dan
(b) di ruangan khusus yang memiliki alat perekam suara (audio) dan gambar (visual)
(4) waktu pertemuan ditentukan paling lama 5 (lima) hari kerja sejak diterbitkannya Surat
Panggilan di kantor Unit Pelaksanaan Pemeriksaan (UP2) atau Kantor DJP selain UP2
dengan mempertimbangkan lokasi WP (Pasal2 ayat (3) PER-07/PJ/2017 dan huruf E angka
3.b.4 SE-10/PJ/2017);
(5) Dalam hal WP hadir sesuai dengan Surat Panggilan, Pemeriksa Pajak (Pasal 4 ayat (1)
PER-07/PJ/2017): Pertemuan dengan WP di Kantor DJP
(a) menandatangani dokumen pakta integritas bersama dengan WP yang diperiksa dan Pakta Integritas
diketahui oleh Kepala UP2. Pakta Integritas dibuat sesuai dengan contoh format pada Bagian
D lampiran PER-07/PJ/2017;
(b) melakukan permintaan keterangan kepada WP yang diperiksa sesuai Pasal 29 ayat (3) Berita Acara Pemberian Keterangan
huruf c UU KUP yang paling sedikit harus meminta penjelasan atas hal-hal sbb: (a) identitas
WP, (b) proses bisnis WP, (c) pembukuan atau pencatatan yang dilakukan WP dan
dokumentasinya, (d) informasi mengenai pelanggan dan supplier utama WP, (e) transaksi-
transaksi yang bersifat khusus; atau (f) klarifikasi terhadap data yang ditemukan pemeriksa
pajak dengan data pada SPT.
Hasil permintaan keterangan digunakan sebagai dasar bagi pemeriksa pajak untuk
melakukan pengujian di tempat WP dan dituangkan dalam Berita Acara Pemberian
Keterangan sesuai dengan contoh format pada Bagian C lampiran PER-07/PJ/2017;
Dalam hal WP hadir namun menolak membantu kelancaran pemeriksaan, pemeriksa pajak
membuat catatan penolakan tersebut dalam Berita Acara Pemberian Keterangan (Huruf E
angka 3.c.7) SE-10/PJ/2017;
(1) BA Pemberian Keterangan dalam pertemuan dengan WP dijadikan dasar bagi Pemeriksa
Pajak untuk dapat melakukan pengujian di tempat WP;
(2) Dalam hal WP tidak hadir memenuhi Surat Panggilan yang disampaikan bersamaan dengan
Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan, maka pemeriksaan harus dilanjutkan dengan
melakukan pengujian di tempat WP;
(3) Pengujian di tempat WP dapat dilakukan di hari yang sama atau berbeda sejak pertemuan
dengan WP di kantor DJP, dengan mempertimbangkan risiko WP, lokasi WP, dan SDM yang
dibutuhkan;
(4) Pengujian di tempat WP dilakukan secara mendadak (surprise audit) dan dilaksanakan dalam
jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak pertemuan dengan WP, serta dapat dilakukan
lebih dari satu kali dalam hal diperlukan data atau informasi tambahan;
(5) Pelaksanaan pengujian di tempat WP dilakukan oleh Tim Pemeriksa Pajak dan apabila Surat Tugas untuk bantuan pegawai
diperlukan dapat dibantu oleh Pegawai DJP lain yang ditunjuk melalui Surat Tugas dari dan Tenaga Ahli
Kepala UP2 atau Tenaga Ahli yang ditunjuk melalui ST Tenaga Ahli dengan ketentuan bahwa
segala tindakan dan/atau kegiatan yang dilakukan oleh Pegawai DJP lainnya atau Tenaga
Ahli tsb berada di bawah kendali Tim Pemeriksa Pajak;
(6) Pada saat melakukan pengujian di tempat WP, Tim Pemeriksa Pajak didampingi oleh petugas Surat Tugas untuk Petugas yang
yang ditunjuk oleh Kepala UP2 melalui ST untuk melakukan pendampingan pengujian di ditunjuk mendampingi Tim
tempat WP, yang bertugas untuk: Pemeriksa Pajak
(a) memastikan tata cara pemeriksaan telah dijalankan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
(b) memastikan WP dapat melaksanakan hak-haknya sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
(c) memastikan pemeriksaan terselenggara sesuai dengan tata kelola pemerintahan yang
baik; dan
(d) setelah melakukan tugas pendampingan, petugas yang ditunjuk menyusun dan Laporan Pendampingan Pengujian
menyampaikan laporan kepada Kepala UP2 menggunakan format Laporan Pendampingan di Tempat Wajib Pajak
Pengujian di Tempat Wajib Pajak sesuai S-561/PJ.04/2017 tanggal 22 Juni 2017 tentang
Penegasan atas Peran Kepala UP2 sebagai Pengendali Mutu Pemeriksaan sehubungan
dengan Pelaksanaan PER-07/PJ/2017 dan SE-10/PJ/2017 ;
(7) Dalam rangka mengendalikan mutu pemeriksaan dan memastikan Tim Pemeriksa melakukan
prosedur pengujian di tempat WP secara tepat dan objektif, Kepala UP2 (Kepala KPP) harus
melakukan pendampingan kepada Tim Pemeriksa minimal satu kali saat pengujian di tempat
WP dalam rangka pemeriksaan khusus dan pemeriksaan rutin dengan ruang lingkup
pemeriksaan seluruh jenis pajak. Pendampingan tersebut diutamakan pada saat pertama kali
melakukan pengujian di tempat WP (golden time). Dalam hal pendampingan telah dilakukan
oleh Kepala UP2 (Kepala KPP), maka tidak perlu menunjuk petugas pendamping lagi (angka
4 dan 5 S-561/PJ.04/2017 tanggal 22 Juni 2017 tentang Penegasan atas Peran Kepala UP2
sebagai Pengendali Mutu Pemeriksaan sehubungan dengan Pelaksanaan PER-07/PJ/2017
dan SE-10/PJ/2017)
(7) Saat melakukan pengujian di tempat WP, Pemeriksa harus melakukan hal-hal antara lain:
(10) Dalam hal WP bersikap tidak kooperatif, yaitu tidak memenuhi ketentuan sebagaimana BA Penyegelan
dimaksud dalam Pasal 29 ayat (3) huruf b UU KUP berupa tidak memberikan kesempatan
untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna
kelancaran pemeriksaan dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 29 ayat (3) huruf a UU
KUP, Pemeriksa Pajak dapat melakukan penyegelan sebagaimana diatur dalam PMK-
17/PMK.03/2013 s.t.d.d. PMK-184/PMK.03/2015.
Pemeriksa harus menentukan apakah akan (a) menghitung besarnya penghasilan kena pajak
secara jabatan dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto atau (b)
mengusulkan Pemeriksaan Bukti Permulaan.
d Setelah melakukan pertemuan dengan WP, Pemeriksa Pajak wajib membuat berita acara hasil pertemuan, BA Hasil Pertemuan dengan Wajib
yang ditandatangani oleh Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak (Pasal 11 Pajak
huruf e dan Pasal 27 ayat (5) PMK-17/PMK.03/2013 s.t.d.d. PMK-184/PMK.03/2015);
Dalam hal Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak menolak menandatangani berita acara hasil
pertemuan sebagaimana dimaksud, Pemeriksa Pajak membuat catatan mengenai penolakan tersebut pada
berita acara hasil pertemuan. Dalam hal Pemeriksa Pajak telah menandatangani berita acara hasil
pertemuan dan membuat catatan mengenai penolakan penandatanganan berita acara sebagaimana
dimaksud, pertemuan tersebut dianggap telah dilaksanakan.
e. Pemeriksa Pajak menyampaikan Kuesioner Pemeriksaan pada saat pertemuan dengan Wajib Pajak (Pasal Kuesioner Pemeriksaan
11 huruf h PMK-17/PMK.03/2013 s.t.d.d. PMK-184/PMK.03/2015);
35 Dalam hal WP, wakil, atau kuasa dari WP yang dilakukan Pemeriksaan Lapangan untuk menguji kepatuhan Surat Pernyataan Penolakan
Wajib Pajak menyatakan menolak untuk dilakukan pemeriksaan (termasuk menolak menerima Surat Pemeriksaan
Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan namun menyatakan menolak untuk dilakukan pemeriksaan), maka WP,
wakil, atau kuasa dari WP harus menandatangani surat pernyataan penolakan pemeriksaan (Pasal 36 ayat (1)
dan Pasal 37 ayat (1) PMK-17/PMK.03/2013 s.t.d.d. PMK-184/PMK.03/2015);
36 Dalam hal WP, wakil, atau kuasa dari WP menolak menandatangani surat pernyataan penolakan pemeriksaan, Berita Acara Penolakan
Pemeriksa Pajak membuat berita acara penolakan pemeriksaan yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak. Pemeriksaan
(Pasal 36 ayat (2) dan Pasal 37 ayat (2) PMK-17/PMK.03/2013 s.t.d.d. PMK-184/PMK.03/2015);
C.3. Peminjaman Buku, Catatan, dan/atau Dokumen serta Permintaan Keterangan kepada Pihak Ketiga
37 Dalam pelaksanaan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan kewajiban perpajakan (baik Pemeriksaan Lapangan
maupun Kantor), Wajib Pajak Wajib memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku, catatan, dan/atau dokumen
yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan lain, dan dokumen lain, termasuk data yang dikelola secara
elektronik yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak,
atau objek yang terutang pajak (Pasal 14 ayat (1a) dan ayat (2b) PMK-17/PMK.03/2013 s.t.d.d. PMK-
184/PMK.03/2015);
b Dalam hal pemeriksaan lapangan telah menggunakan ketentuan sesuai PER-07/PJ/2017, WP harus
memenuhi permintaan buku, catatan, dan dokumen yang diperlukan pemeriksa pajak sebagaimana
tercantum dalam surat panggilan (Pasal 3 ayat (5) PER-07/PJ/2017);
c Jika buku, catatan, dan/atau dokumen termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain Surat Permintaan Peminjaman
yang diperlukan belum ditemukan atau diberikan kepada Wajib Pajak, Pemeriksa Pajak membuat Surat Buku, Catatan, dan/atau Dokumen
Permintaan Peminjaman Buku, Catatan, dan/atau Dokumen yang wajib dipinjamkan (Pasal 28 ayat (1b)
PMK-17/PMK.03/2013 s.t.d.d. PMK-184/PMK.03/2015);
41 Buku, catatan, dan/atau dokumen termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain wajib
diserahkan kepada Pemeriksa Pajak paling lama 1 (satu) bulan sejak Surat Permintaan Peminjaman Buku,
Catatan, Dokumen disampaikan (Pasal 28 ayat (3) PMK-17/PMK.03/2013 s.t.d.d. PMK-184/PMK.03/2015);
42 Setiap penyerahan buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen dari Wajib Pajak berkaitan dengan
pemenuhan Surat Permintaan Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen, baik yang diserahkan sebagian atau
secara bertahap atau seluruhnya, Pemeriksa membuat Bukti Peminjaman/Pengembalian Buku, Catatan, dan
Dokumen (Pasal 28 ayat (4) PMK-17/PMK.03/2013 s.t.d.d. PMK-184/PMK.03/2015);
43 Dalam hal buku, catatan, dan/atau dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain
yang dipinjam belum dipenuhi dan jangka waktu 1 (satu) bulan belum terlampaui, Pemeriksa Pajak dapat
menyampaikan peringatan secara tertulis paling banyak 2 (dua) kali, yaitu (Pasal 28 ayat (6) PMK-
17/PMK.03/2013 s.t.d.d. PMK-184/PMK.03/2015) :
a Surat Peringatan I setelah 2 (dua) minggu sejak tanggal penyampaian Surat Permintaan Peminjaman Buku, Surat Peringatan I
Catatan, dan Dokumen;
b Surat Peringatan II setelah 3 (tiga) minggu sejak penyampaian Surat Permintaan Peminjaman Buku, Catatan, Surat Peringatan II
dan Dokumen
44 Setiap surat peringatan yang disampaikan harus dilampiri dengan Daftar Buku, Catatan, dan Dokumen yang Bukti Peminjaman/Pengembalian
belum dipinjamkan dalam rangka pemeriksaan (Pasal 28 ayat (7) PMK-17/PMK.03/2013 s.t.d.d. PMK- Buku, Catatan, dan Dokumen
184/PMK.03/2015);
b Perolehan data elektronik untuk pemeriksaan pajak yang telah menggunakan ketentuan sesuai PER-
07/PJ/2017 dan SE-10/PJ/2017 diatur sebagai berikut:
Peminjaman dan pengembalian
1) Dalam hal WP menyelenggarakan pembukuan secara elektronik, Pemeriksa Pajak harus memperoleh BA Perolehan Data, Catatan, catatan, buku, dokumen dalam rangka
data yang diperlukan dalam bentuk elektronik dan menyimpan data tersebut menggunakan media dan/atau Dokumen yang dikelola pemeriksaan
penyimpanan elektronik yang tidak dapat diubah, melakukan imaging file-file yang diunduh, melakukan secara elektronik
hashing file image tersebut, serta membuat BA Perolehan Data, Catatan, dan/atau Dokumen yang
dikelola secara elektronik dengan merinci nama file, ukuran file, dan hash value file image tersebut;
2) Pemeriksa Pajak dapat meminta bantuan tenaga e-auditor dalam hal terdapat kendala untuk
memperoleh data secara elektronik;
3) Dalam hal pemeriksa pajak tidak dapat melakukan peminjaman data dalam bentuk elektronik, atau BA Pelaksanaan Peminjaman Buku,
pemeriksa pajak tidak dapat melakukan pengolah data karena keterbatasan database pengolahan data Catatan, dan Dokumen non
yang dimiliki, atau karena alasan lain yang menyebabkan pemeriksa pajak untuk melakukan peminjaman elektronik
buku, catatan, atau dokumen non elektronik, maka Pemeriksa Pajak menuangkannya dalam BA
Pelaksanaan Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen non elektronik;
4) Pemeriksa Pajak di KPP di lingkungan Kanwil DJP WP Besar, KPP di lingkungan Kanwil DJP Jakarta
Khusus, dan di KPP Madya, harus melaksanakan e-audit dalam pelaksanaan pemeriksaannya sesuai
dengan SE-25/PJ/2013 tentag pedoman e-audit.
b Dalam hal buku, catatan, dan/atau dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan Surat Pernyataan yang menyatakan
lain yang diminta oleh Pemeriksa Pajak tidak dimiliki atau tidak dikuasai WP, maka WP harus membuat bahwa buku, catatan, dan/atau
Surat Pernyataan yang menyatakan bahwa buku, catatan, dan/atau dokumen,termasuk data yang dikelola dokumen,termasuk data yang
secara elektronik serta keterangan lain yang diminta oleh Pemeriksa Pajak tidak dimiliki atau tidak dikuasai dikelola secara elektronik serta
oleh Wajib Pajak (Pasal 29 ayat (1) PMK-17/PMK.03/2013 s.t.d.d. PMK-184/PMK.03/2015); keterangan lain yang diminta oleh
Pemeriksa Pajak tidak dimiliki atau
tidak dikuasai oleh Wajib Pajak
Surat Pernyataan yang menyatakan
bahwa buku, catatan, dan/atau
dokumen,termasuk data yang
dikelola secara elektronik serta
keterangan lain yang diminta oleh
Pemeriksa Pajak tidak dimiliki atau
c Dalam hal buku, catatan, dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain tidak dikuasai oleh Wajib Pajak
perlu dilindungi kerahasiaannya, Wajib Pajak dapat mengajukan permintaan agar pelaksanaan
Pemeriksaan dapat dilakukan di tempat Wajib Pajak dengan menyediakan ruangan khusus (Pasal 29 ayat (2)
PMK-17/PMK.03/2013 s.t.d.d. PMK-184/PMK.03/2015);
47 Apabila jangka waktu 1 (satu) bulan sebagaimana dimaksud terlampaui dan Wajib Pajak tidak atau tidak Berita Acara Tidak Dipenuhinya
sepenuhnya meminjamkan buku, catatan, dan/atau dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik permintaan peminjaman buku,
serta keterangan lain yang diminta, Pemeriksa Pajak harus membuat Berita Acara Tidak Dipenuhinya catatan, dan dokumen
permintaan peminjaman buku, catatan, dan dokumen yang dilampiri dengan rincian daftar buku, catatan, dan
dokumen yang wajib dipinjamkan namun belum diserahkan oleh Wajib Pajak (Pasal 30 ayat (1) PMK-
17/PMK.03/2013 s.t.d.d. PMK-184/PMK.03/2015);
48 Dalam hal Wajib Pajak telah meminjamkan seluruh buku, catatan, dan/atau dokumen, termasuk data yang Berita Acara Pemenuhan seluruh
dikelola secara elektronik serta keterangan lain yang diminta, Pemeriksa Pajak harus membuat Berita Acara peminjaman buku, catatan dan
Pemenuhan seluruh peminjaman buku, catatan dan dokumen (Pasal 30 ayat (2) PMK-17/PMK.03/2013 s.t.d.d. dokumen
PMK-184/PMK.03/2015);
49 Dalam hal Wajib Pajak tidak atau tidak sepenuhnya meminjamkan buku, catatan, dan/atau dokumen, termasuk
data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain yang diminta berdasarkan berita acara tidak
dipenuhinya permintaan peminjaman buku, catatan, dan dokumen sebagaimana dimaksud, Pemeriksa Pajak
harus menentukan dapat atau tidaknya melakukan pengujian dalam rangka menghitung besarnya
penghasilan kena pajak berdasarkan bukti kompeten yang cukup sesuai standar pelaksanaan Pemeriksaan
(Pasal 31 ayat (1) PMK-17/PMK.03/2013 s.t.d.d. PMK-184/PMK.03/2015);
50 Dalam hal Pemeriksaan dilakukan terhadap Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas atau Wajib Pajak badan, dan Pemeriksa Pajak tidak dapat melakukan pengujian dalam rangka menghitung
besarnya penghasilan kena pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penghasilan kena pajak dapat
dihitung secara jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan (Pasal 31 ayat (2)
PMK-17/PMK.03/2013 s.t.d.d. PMK-184/PMK.03/2015);
51 Dalam hal Penghasilan Kena Pajak tidak dihitung secara jabatan, Pemeriksa Pajak dapat meminjam tambahan
buku, catatan, dan/atau dokumen serta keterangan lain selain yang sudah dipinjam (Pasal 31 ayat (3)
PMK-17/PMK.03/2013 s.t.d.d. PMK-184/PMK.03/2015);
52 Permintaan keterangan atau bukti yang berkaitan dengan pemeriksaan yang sedang dilakukan terhadap Wajib
Pajak kepada pihak ketiga :
a Pemeriksa Pajak melalui Kepala UP2 dapat meminta keterangan dan/atau bukti kepada pihak ketiga Permintaan Tertulis atas data pihak
sbeagimana dimaksud dalam Pasal 35 UU KUP secara tertulis sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan ketiga
yang mengatur mengenai tata cara permintaan keterangan kepada pihak ketiga (Pasal 40 PMK-
17/PMK.03/2013 s.t.d.d. PMK-184/PMK.03/2015);
b Berikut ketentuan terkait permintaan keterangan kepada Pihak Ketiga sesuai huruf E angka 4 SE-10/PJ/2017:
1) Terdapat dua kelompok pihak ketiga terkait dengan permasalahan kerahasiaan, yaitu:
a) Bank yang kerahasiaannya ditiadakan dalam hal terdapat izin dari OJK berdasarkan permintaan
tertulis dari Menteri Keuangan; dan
b) Pihak ketiga lainnya seperti pemasok (supplier), pelanggan, akuntan publik, notaris, konsultan pajak,
kantor administrasi, yang kerahasiaannya ditiadakan berdasarkan permintaan Direktur Jenderal
Permintaan Keterangan kepada Pihak
Pajak yang telah dilimpahkan kepada Kepala UP2.
Ketiga
2) Dalam hal persyaratan untuk melakukan permintaan keterangan secara tertulis telah berhasil
dikumpulkan dan diperoleh, maka Pemeriksa Pajak harus segera melakukan prosedur permintaan
keterangan secara tertulis kepada pihak ketiga yang terkait dengan WP yang dilakukan pemeriksaan;
3) Termasuk ke dalam permintaan keterangan secara tertulis adalah pembukaan rahasia nasabah
penyimpan yang dilakukan secara elektronik melalui Aplikasi Buka Rahasia (AKASIA) berdasarkan PMK
235/PMK.03/2016;
4) Permintaan keterangan secara tertulis kepada Bank melalui pembukaan rahasia nasabah penyimpan
pada saat pelaksanaan pemeriksaan dilakukan dalam hal WP tidak memberikan surat kuasa dari WP
kepada Pemeriksa Pajak untuk meminta keterangan atau bukti dari bank tentang keadaan keuangan
nasabah penyimpan pada bank ybs atau berdasarkan pertimbangan pemeriksa pajak.
56 Apabila jangka waktu perpanjangan pengujian Pemeriksaan Lapangan telah berakhir, SPHP harus disampaikan
kepada Wajib Pajak dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak berakhirnya jangka waktu
perpanjangan tersebut (Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 22 ayat (2) PMK-17/PMK.03/2013 s.t.d.d. PMK-
184/PMK.03/2015);
57 Dalam hal Pemeriksaan Lapangan dilakukan berdasarkan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
pajak, jangka waktu pemeriksaan harus tetap memperhatikan jangka waktu penyelesaian permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B UU KUP (Pasal 19 ayat (2)
PMK-17/PMK.03/2013 s.t.d.d. PMK-184/PMK.03/2015);
D. Penyelesaian Pemeriksaan
D.1. Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan
58 Pemberitahuan hasil pemeriksaan dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut (Pasal 41 dan 42 PMK- Penyelesaian Pemeriksaan
17/PMK.03/2013 s.t.d.d. PMK-184/PMK.03/2015);:
a Hasil Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan harus diberitahukan kepada Surat Pemberitahuan Hasil
Wajib Pajak melalui penyampaian SPHP yang dilampiri dengan daftar temuan hasil Pemeriksaan yang Pemeriksaan
disampaikan oleh Pemeriksa Pajak secara langsung atau melalui faksimili;
Daftar Temuan Pemeriksaan Pajak
c Dalam hal SPHP disampaikan secara langsung dan Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak menolak Surat Penolakan menerima SPHP
untuk menerima SPHP, Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak harus menandatangani surat
penolakan menerima SPHP;
d Dalam hal Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak menolak menandatangani surat penolakan Berita Acara Penolakan Menerima
menerima SPHP sebagaimana dimaksud, Pemeriksa Pajak membuat berita acara penolakan menerima SPHP
SPHP yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak;
e Wajib Pajak dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya SPHP harus memberikan tanggapan Tanggapan Tertulis atas Hasil
tertulis atas hasil Pemeriksaan. Tanggapan tersebut disampaikan Wajib Pajak secara langsung atau melalui Pemeriksan
faksimili. Tanggapan Wajib Pajak disampaikan dalam bentuk:
1) lembar pernyataan persetujuan hasil pemeriksaan dalam hal Wajib Pajak menyetujui seluruh hasil Lembar Pernyataan Persetujuan
Pemeriksaan atau Hasil Pemeriksaan
2) surat sanggahan, dalam hal Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh hasil Pemeriksaan. Surat
Surat Sanggahan
Sanggahan
f Wajib Pajak dapat mengajukan memperpanjang jangka waktu pemberian tanggapan paling lama 3 (tiga) hari Surat pemberitahuan tertulis bahwa
kerja terhitung sejak jangka waktu sebagaimana dimaksud Pasal 42 ayat (2) PMK-17/PMK.03/2013 s.t.d.d. jangka waktu penyampaian
PMK-184/PMK.03/2015 berakhir. Untuk melakukan perpajangan, WP harus menyampaikan pemberitahuan tanggapan diperpanjang
tertulis sebelum jangka waktu (7 hari sejak SPHP diterima WP) tersebut berakhir;
g Wajib Pajak yang menyetujui seluruh hasil pemeriksaan harus menandatangani Surat Tanggapan Hasil Surat Tanggapan Hasil
Pemeriksaan beserta Lembar Pernyataan Persetujuan Hasil Pemeriksaan dan Berita Acara Persetujuan Hasil Pemeriksaan, Lembar Pernyataan
Pemeriksaan dan menyerahkannya kembali kepada Kepala UP2 Pelayanan Pajak Persetujuan Hasil Pemeriksaan, dan
Berita Acara Persetujuan Hasil
Pemeriksaan
h Dalam hal Wajib Pajak tidak menyampaikan tanggapan tertulis atas SPHP, Pemeriksa Pajak membuat berita Berita Acara Tidak Disampaikannya
acara tidak disampaikannya tanggapan tertulis atas SPHP yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak. Tanggapan Tertulis atas SPHP
b Undangan harus disampaikan kepada Wajib Pajak (dapat) secara langsung atau melalui faksimili dalam
jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak:
1) diterimanya tanggapan tertulis atas SPHP dari Wajib Pajak sesuai jangka waktu penyampaian tanggapan
tertulis atas SPHP; atau
2) berakhirnya jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (3) PMK-17/PMK.03/2013 s.t.d.d.
PMK-184/PMK.03/2015 dalam hal Wajib Pajak tidak menyampaikan tanggapan tertulis atas SPHP
c Dalam hal WP, Wakil, atau Kuasa WP menyampaikan lembar pernyataan persetujuan hasil Pemeriksaan, 1) risalah pembahasan
maka berlaku ketentuan sebagai berikut: 2) berita acara ketidakhadiran Wajib
Pajak dalam Pembahasan Akhir
1) apabila WP hadir sesuai hari dan tanggal tercantum dalam surat undangan, maka Pemeriksa Pajak Hasil Pemeriksaan
membuat: 3) berita acara Pembahasan Akhir
a) risalah pembahasan berdasar lembar pernyataan persetujuan; Hasil Pemeriksaan yang dilampiri
b) BA Hasil Pembahasan Hasil Pemeriksaan, dilampiri dengan Ikhtisar Hasil Pembahasan Akhir yang dengan ikhtisar hasil pembahasan
ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak, WP, Wakil, atau Kuasa WP; akhir
2) apabila Wajib Pajak tidak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan sesuai dengan hari dan 1) risalah pembahasan
tanggal yang tercantum dalam surat undangan, maka Pemeriksa Pajak membuat: 2) BA Ketidakhadiran WP
a) risalah pembahasan berdasarkan lembar pernyataan persetujuan hasil Pemeriksaan, 3) berita acara Pembahasan Akhir
b) BA ketidakhadiran Wajib Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, dan Hasil Pemeriksaan yang dilampiri
c) BA Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang dilampiri dengan ikhtisar hasil pembahasan akhir, dengan ikhtisar hasil pembahasan
yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak. akhir
d Dalam hal WP, Wakil, atau Kuasa WP menyampaikan Surat Sanggahan atas hasil Pemeriksaan, maka
berlaku ketentuan sebagai berikut:
1) apabila WP hadir sesuai hari dan tanggal tercantum dalam surat undangan, maka Pemeriksa Pajak Risalah Pembahasan
melakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan mendasarkan pada surat sanggahan dan
menuangkan hasil pembahasan dalam risalah pembahasan yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa
Pajak, WP, Wakil, atau Kuasa WP;
2) apabila Wajib Pajak tidak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan sesuai dengan hari dan 1) risalah pembahasan
tanggal yang tercantum dalam surat undangan, maka Pemeriksa Pajak membuat: 2) BA Ketidakhadiran WP
a) risalah pembahasan berdasarkan surat sanggahan; 3) berita acara Pembahasan Akhir
b) BA ketidakhadiran Wajib Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, dan Hasil Pemeriksaan yang dilampiri
c) BA acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang dilampiri dengan ikhtisar hasil pembahasan dengan ikhtisar hasil pembahasan
akhir, yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak. akhir
e Dalam hal WP, Wakil, atau Kuasa WP tidak menyampaikan tanggapan tertulis atas hasil Pemeriksaan, maka
berlaku ketentuan sebagai berikut:
1) apabila WP hadir sesuai hari dan tanggal tercantum dalam surat undangan, maka Pemeriksa Pajak risalah pembahasan
melakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan dan menuangkan hasil pembahasan dalam risalah
pembahasan yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak, WP, Wakil, atau Kuasa WP;
2) apabila Wajib Pajak tidak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan sesuai dengan hari dan 1) risalah pembahasan
tanggal yang tercantum dalam surat undangan, maka Pemeriksa Pajak membuat: 2) BA Ketidakhadiran WP
a) risalah pembahasan berdasarkan SPHP yang disampaikan kepada WP, sebagaimana dimaksud 3) berita acara Pembahasan Akhir
dalam Pasal 41 ayat (1) PMK-17/PMK.03/2013 s.t.d.d. PMK-184/PMK.03/2015; Hasil Pemeriksaan yang dilampiri
b) BA ketidakhadiran Wajib Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, dan dengan ikhtisar hasil pembahasan
c) BA acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang dilampiri dengan ikhtisar hasil pembahasan akhir
akhir, yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak.
g Hasil pembahasan akhir dituangkan dalam Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan beserta
lampirannya dan harus ditandatangani oleh Wajib Pajak, Tim Pemeriksa Pajak, dan Kepala UP2. Berita acara
tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari LHP (SE-12/PJ/2016)
h Dalam rangka menjamin Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dilaksanakan secara objektif, pada saat dokumentasi perekaman (recording)
pelaksanaan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan: hasil pembahasan
1) Pemeriksa Pajak harus melakukan perekaman (recording) dengan menggunakan alat bantu perekaman
(audio dan/atau visual) pada saat pelaksanaan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan;
2) Pemeriksa Pajak harus melakukan perekaman (recording) dengan menggunakan alat bantu perekaman
(audio dan/atau visual) pada saat pelaksanaan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan;
3) Hasil perekaman merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari berita acara Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan.
i Dalam hal Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak menolak menandatangani risalah pembahasan Catatan penolakan hasil
sebagaimana dimaksud, dan/atau berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang dilampiri dengan pembahasan pada BA Pembahasan
ikhtisar hasil pembahasan akhir sebagaimana dimaksud, Pemeriksa Pajak membuat catatan mengenai Akhir Hasil Pemeriksaan
penolakan tersebut.
D.3. Pembahasan dengan Tim Quality Assurance (Pasal 45 s.d Pasal 54 PMK-17/PMK.03/2013 s.t.d.d. PMK-184/PMK.03/2015)
1 Dalam hal terdapat hasil Pemeriksaan yang belum disepakati dalam risalah pembahasan sebagaimana dimaksud Permohonan Pembahasan dengan
dalam Pasal 44 ayat (3) atau ayat (5) PMK-17/PMK.03/2013 s.t.d.d. PMK-184/PMK.03/2015 dan Wajib Pajak Tim QA
mengajukan permohonan pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan, berita acara Pembahasan
Akhir Hasil Pemeriksaan yang dilampiri dengan ihtisar hasil pembahasan akhir dibuat setelah pembahasan
dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan dilaksanakan.
2 Dalam hal WP tidak mengajukan permohonan pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan, BA
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang dilampiri dengan ikhtisar hasil pembahasan akhir dibuat berdasarkan
risalah pembahasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (3) atau ayat (5) PMK-17/PMK.03/2013 s.t.d.d.
PMK-184/PMK.03/2015;
3 Pelaksanaan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan antara Wajib Pajak dengan Pemeriksa Pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 44 ayat (3) atau ayat (5) PMK-17/PMK.03/2013 s.t.d.d. PMK-184/PMK.03/2015 serta
pelaksanaan pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan harus mempertimbangkan jangka waktu
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dan pelaporan;
4 Risalah Pembahasan sebagaimana dimaksud dalam PMK-17/PMK.03/2013 s.t.d.d. PMK-184/PMK.03/2015 dan Risalah Tim QA
risalah Tim Quality Assurance Pemeriksaan digunakan oleh Pemeriksa Pajak sebagai dasar untuk membuat
berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang dilampiri dengan ihtisar hasil pembahasan akhir.
D.4. Penandatanganan BA Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan setelah dilakukan pembahasan dengan Tim Quality Assurance (Pasal 55 s.d. Pasal 56 PM
1 Pemanggilan kepada Wajib Pajak untuk menandatangani Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan
dalam rangka pelaksanaan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan:
a Dalam rangka menandatangani BA Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, Pemeriksa Pajak melalui Kepala Surat Panggilan kepada Wajib Pajak
UP2 memanggil WP dengan mengirimkan Surat Panggilan untuk menandatangani BA Pembahasan Akhir untuk menandatangani Berita Acara
Hasil Pemeriksaan; Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan
b Surat Panggilan dapat disampaikan langsung atau dikirimkan melalui faksimili. Tanda terima penyampaian Surat
Panggilan atau bukti pengiriman
c Dalam hal surat panggilan disampaikan secara langsung dan Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak faksimili
surat penolakan menerima surat
menolak untuk menerima surat panggilan tersebut, Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak harus panggilan
menandatangani surat penolakan menerima surat panggilan untuk menandatangani berita acara
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan.
d Dalam hal Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak menolak menandatangani surat pernyataan, Berita acara penolakan menerima
Pemeriksa Pajak membuat berita acara penolakan menerima surat panggilan untuk menandatangani berita surat panggilan
acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak.
e Wajib Pajak harus memenuhi panggilan sebagaimana dimaksud dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari
kerja setelah surat panggilan untuk menandatangani berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan
diterima oleh Wajib Pajak.
f Dalam hal Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak memenuhi panggilan sebagaimana dimaksud, Berita acara Pembahasan Akhir
namun menolak menandatangani berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, Pemeriksa Pajak Hasil Pemeriksaan
membuat catatan mengenai penolakan penandatanganan pada berita acara Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan.
g Dalam hal Wajib Pajak tidak memenuhi panggilan sebagaimana dimaksud, Pemeriksa Pajak membuat Berita Acara Pembahasan Akhir
catatan pada berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan mengenai tidak dipenuhinya panggilan. Hasil Pemeriksaan dengan catatan
D.5. Pelaporan Hasil Pemeriksaan dan Pengembalian Dokumen (Pasal 58 s.d. Pasal 59 PMK-17/PMK.03/2013 s.t.d.d. PMK-184/PMK.03/2015)
1 Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) disusun berdasarkan Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) yang digunakan KKP, konsep LHP
sebagai dasar untuk membuat nota perhitungan (nothit). Nothit digunakan sebagai dasar penerbitan Surat
Ketetapan Pajak atau Surat Tagihan Pajak;
2 Risalah pembahasan, risalah Tim Quality Assurance Pemeriksaan, dan/atau berita acara Pembahasan Akhir
Hasil Pemeriksaan, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari LHP.
3 Pajak yang terutang dalam surat ketetapan pajak dihitung sesuai dengan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, Nota Penghitungan
kecuali:
a dalam hal Wajib Pajak tidak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan tetapi menyampaikan lembar
pernyataan persetujuan hasil Pemeriksaan, pajak yang terutang dihitung sesuai dengan lembar pernyataan
persetujuan hasil Pemeriksaan
b dalam hal Wajib Pajak tidak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan tetapi menyampaikan surat
sanggahan, pajak yang terutang dihitung berdasarkan SPHP dengan jumlah yang tidak disetujui sesuai
dengan surat sanggahan Wajib Pajak
c dalam hal Wajib Pajak tidak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dan tidak menyampaikan
tanggapan tertulis atas SPHP, pajak yang terutang dihitung berdasarkan SPHP dan Wajib Pajak dianggap Pelaporan Hasil Pemeriksaan dan
menyetujui hasil Pemeriksaan. Pengembalian Dokumen
4 Tim Pemeriksa Pajak melengkapi LHP dengan dokumen-dokumen terkait, dan memproses nothit. KKP yang KKP, LHP, Nothit
telah dibuat, kemudian diparaf oleh Tim Pemeriksa Pajak sedangkan LHP ditandatangani oleh Tim Pemeriksa
dan Kepala UP2 Pelayanan Pajak. Pemrosesan nothit untuk diterbitkan surat ketetapan pajak diuraikan di SOP
Tata Cara Penerbitan Surat Ketetapan Pajak
5 Buku, catatan, dan dokumen yang dipinjam harus dikembalikan kepada Wajib Pajak dengan menggunakan bukti Bukti Peminjaman/Pengembalian
peminjaman dan pengembalian buku, catatan dan dokumen paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal LHP. Buku, Catatan dan Dokumen
6 LHP yang sudah ditandatangani Kepala UP2 Pelayanan Pajak kemudian disampaikan ke Seksi Pemeriksaan KKP, LHP, Nothit
untuk diproses dengan SOP Tata Cara Penatausahaan LHP dan Nota Penghitungan
D. Adminstrasi Perekaman dan Pengiriman SKP/STP hasil Pemeriksaan 1. SKP/STP Perekaman dan Pengiriman SKP/STP
D.1 Pengawasan Perekaman SKP dan Nothit di Sistem Informasi (SE-38/PJ/2017 tentang Sistem Pengendalian Intern 2. Bukti Pengiriman SKP/STP hasil pemeriksaan
1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)/Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
a. Menu proses penerbitan SKPKB/SKPKBT terdapat pada sistem informasi DJP.
b. Proses penerbitan SKPKB/SKPKBT dimulai sejak proses pemeriksaan yang dilakukan oleh Fungsional
Pemeriksa Pajak dan/atau Petugas Pemeriksa Pajak.
c. Kepala Kantor dan Supervisor memberikan persetujuan dengan membubuhkan tanda tangan pada
Laporan Hasil Pemeriksaan yang telah disusun oleh Fungsional Pemeriksa Pajak dan/atau Petugas
Pemeriksa Pajak.
d. Pada saat perekaman nota penghitungan yang dilakukan oleh Fungsional Pemeriksa Pajak dan/atau
Petugas Pemeriksa Pajak, sistem informasi DJP melakukan pengecekan validitas untuk memastikan
bahwa nilai yang direkam:
1) tidak bernilai 0 (nol); dan
2) tidak bernilai negatif (-).
dalam hal nilai yang direkam tidak memenuhi syarat tersebut, sistem tidak dapat dilanjutkan ke proses
berikutnya dan harus dilakukan koreksi terlebih dahulu.
e. Dalam melakukan perekaman nota penghitungan SKPKB/SKPKBT Fungsional Pemeriksa Pajak
dan/atau Petugas Pemeriksa Pajak melakukan penelitian untuk memastikan bahwa data yang direkam
telah benar dan sesuai dengan LHP kemudian membubuhkan paraf pada nota penghitungan;
f. Supervisor Fungsional Pemeriksa Pajak atau Petugas Pemeriksa Pajak memberikan paraf dan
persetujuan nota penghitungan SKPKB/SKPKBT pada sistem informasi DJP dengan terlebih dahulu
membandingkan antara dokumen nota penghitungan dengan data yang terekam;
g. Pelaksana Seksi Pelayanan melakukan pencetakan dokumen SKPKB/SKPKBT pada sistem informasi
DJP, dengan terlebih dahulu memastikan:
h. Pelaksana Seksi Pelayanan melakukan penelitian kesesuaian antara jumlah nota penghitungan
SKPKB/SKPKBT, jumlah SKPKB/SKPKBT yang dicetak dengan register SKPKB/SKPKBT serta
membubuhkan tanda tangan pada lernbar register sebelum disampaikan pada seksi terkait;
i. Pelaksana Seksi Penagihan membandingkan kesesuaian jumlah dokumen fisik SKPKB/SKPKBT dengan
jumlah SKPKB/SKPKBT pada register yang diterima dari Seksi Pelayanan dan tercatat pada sistem
informasi DJP. Dalam hal terdapat perbedaan jumlah, Pelaksana Seksi Penagihan menginformasikan ke
Seksi Pelayanan untuk ditindaklanjuti.
j. Dalam hal terdapat nilai SKPKB/SKPKBT yang tidak disetujui Wajib Pajak telah melewati periode 3 (tiga)
bulan sejak tanggal terbit, atau tidak ada permohonan keberatan yang diterima dalam jangka waktu 3
(tiga) bulan sejak tanggal terbit, maka sistem informasi DJP secara otomatis memutakhirkan nilai piutang
pajak setelah Pelaksana Seksi Penagihan melakukan rekalkulasi data tunggakan.
2. STP Pemeriksaan
a. Menu proses penerbitan STP Pemeriksaan hanya terdapat pada sistem informasi DJP
b. Proses penerbitan STP Pemeriksaan dimulai dari penyusunan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) oleh
Fungsional Pemeriksa Pajak dan/atau Petugas Pemeriksa Pajak.
c. Supervisor melakukan penelitian dengan menyandingkan kesesuaian antara dokumen LHP dan data
sistem informasi DJP;
d. Pada saat perekaman nota penghitungan yang dilakukan oleh Fungsional Pemeriksa Pajak dan/atau
Petugas Pemeriksa Pajak, sistem informasi DJP melakukan pengecekan validitas untuk memastikan
bahwa nilai yang direkam:
e. Dalam melakukan perekaman nota penghitungan STP Pemeriksaan, Fungsional Pemeriksa Pajak
dan/atau Petugas Pemeriksa Pajak melakukan penelitian untuk memastikan bahwa data yang direkam
telah benar dan sesuai dengan LHP.
f. Supervisor Fungsional Pemeriksa Pajak dan/atau Petugas Pemeriksa Pajak memberikan paraf pada nota
penghitungan dan persetujuan pada sistem informasi DJP dengan terlebih dahulu membandingkan
antara dokumen nota penghitungan dengan data yang terekam.
g. Pelaksana Seksi Pelayanan melakukan pencetakan dokumen STP Pemeriksaan pada Sistem lnformasi
DJP, dengan terlebih dahulu memastikan:
i. Pelaksana Seksi Penagihan membandingkan kesesuaian jumlah dokumen fisik STP Pemeriksaan
dengan jumlah STP Pemeriksaan pada register yang diterima dari Seksi Pelayanan dan tercatat pada
sistem informasi DJP. Dalam hal terdapat perbedaan jumlah, Pelaksana Seksi Penagihan
menginformasikan ke Seksi Pelayanan untuk ditindaklanjuti.
D.2 Pengiriman SKP kepada Wajib Pajak (Peraturan Menteri Keuangan Nomor 145/PMK.03/2012 sttd Peraturan Ment
1. Surat ketetapan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 harus dikirimkan kepada Wajib Pajak.
2. Pengiriman surat ketetapan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukan:
a. secara langsung;
b. melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
c. melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat.
TABEL RANCANGAN PENGENDALIAN
Tujuan Pengendalian
Memastikan:
(a) dilakukan pertemuan dengan Wajib
Pajak untuk menyatakan kewajiban dan
wewenang Pemeriksa Pajak serta hak dan
kewajiban Wajib Pajak dalam pelaksanaan
Pemeriksaan; dan
(b) pertemuan dilakukan sesuai dengan
ketentuan;
Memastikan:
(a) dilakukan pengujian di tempat WP
dalam hal WP (atau pihak lain sesuai
Pasal 3 ayat (1) PER-07/PJ/2017) tidak
hadir memenuhi panggilan pemeriksa
sebagai prosedur awal pelaksanaan
pemeriksaan lapangan;
(b) pengujian di tempat WP dilakukan
sesuai ketentuan
Jenis Memadai /
Utama / Tidak
Risiko Utama Pengendalian yang ditetapkan Pengendalian Pelaksana Pengendalian Dokumen Pendukung Tidak
Utama
Memadai
Penerbitan SP2 atau pemilihan Wajib Pajak Penyusunan, reviu, dan Manual 1. Kepala KPP 1. DSP3 Utama Memadai
tidak objektif dan tepat sasaran persetujuan atas: 2. Kepala Seksi Pemeriksaan 2. Kertas Kerja Analisis
1. Kertas Kerja Analisis WP 3. Kepala Seksi Pengawasan dan WP Usulan DSP3
Usulan DSP3 Konsultasi II 3. Berita Acara
2. DSP3 3. Kepala Seksi Pengawasan dan Pembuatan Peta
3. Berita Acara Pembuatan Peta Konsultasi III Kepatuhan dan
Kepatuhan dan Pembahasan 4. Kepala Seksi Pengawasan dan Pembahasan DSP3
DSP3 Konsultasi IV
5. Kepala Seksi Ekstensifikasi
dan Penyuluhan
6. Kepala Seksi Pengolahan Data
dan Informasi (PDI)
7. Supervisor Fungsional
Pemeriksa Pajak
8. Account
Representative/Pelaksana
Pengusul/Fungsional Pemeriksa
Pajak
11. Kepala Seksi Pengusul
Penerbitan SP2 atau pemilihan Wajib Pajak Penyusunan, reviu, dan Manual 1. Kepala Kantor 1. DSPP Utama Memadai
tidak objektif dan tepat sasaran persetujuan atas DSPP dan 2. Kepala Subbagian umum 2. Surat/Nota Dinas
pengiriman DSPP ke Kanwil pengiriman DSPP ke
DJP atasannya Kanwil DJP atasannya
SP2 diterbitkan tanpa melalui prosedur 1. Penugasan pemeriksaan rutin Manual 1. Kepala KPP 1. Daftar Nominatif Tidak Utama Tidak
penerbitan instruksi dari Kepala UP2 berdasarkan Dafnom 2. Kepala Seksi Pemeriksaan (Usulan pemeriksaan Memadai
satu atau beberapa
jenis pajak dari KPP ke
Kanwil)
2. instruksi/persetujuan
pemeriksaan khusus
berdasarkan analisis
risiko dari Kanwil atau
Surat Pemberitahuan
Penolakan Usulan
Pemeriksaan dari
Kanwil
3. ND instruksi
pemeriksaan dari
kepala UP2 ke
Supervisor
Proses perencanaan dan persiapan Reviu dan persetujuan atas manual 1) Kepala UP2 atas Rencana 1. Rencana Utama (3) memadai
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan WP tidak Rencana Pemeriksaan (Audit Pemeriksaan; Pemeriksaan;
dilakukan dengan efektif, efisien, dan tidak Plan) dan Rencana Program
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Misal: Pemeriksaan (Audit Program) 2) Kepala UP2 atas Rencana 2. Rencana Program
a) ruang lingkup yang direncanakan tidak sesuai oleh Kepala UP2 Program Pemeriksaan Pemeriksaan
dengan ruang lingkup yang dimaksud dalam
penugasan; 3. Dokumentasi
b) metode dan teknik pemeriksaan yang Penyampaian SPPL
direncanakan tidak sesuai untuk diterapkan atau Surat Panggilan
pada objek pemeriksaan;
c) Rencana Pemeriksaan, dan Program 4. ND Penunjukan
Pemeriksaan tidak dibuat dan/atau dibuat tidak Supervisor
sesuai dengan ketentuan (misal: melewati
ketentuan jangka waktu)
Surat Perintah tidak dibuat sesuai dengan manual Kepala Seksi Pemeriksaan Surat Perintah Tidak Utama Memadai
Reviu dan persetujuan atas
instruksi/ persetujuan/ penugasan yang Pemeriksaan (SP2)
Surat Perintah Pemeriksaan
diberikan, antara lain meliputi beberapa Kepala UP2
kesalahan sebagai berikut: (SP2) oleh Kepala UP2
-tahun pajak tidak sesuai penugasan
-kriteria pemeriksaan tidak sesuai dengan
penugasan
-
1) Surat Permintaan
Peminjaman Buku,
Catatan, dan/atau
1) Supervisor atau Kepala UP2
Dokumen;
(atas Surat Permintaan
Peminjaman Buku, Catatan,
1) Pembuatan dan 2) bukti
dan/atau Dokumen);
persetujuan/penandatanganan peminjaman/pengembal
2) Tim Pemeriksa Pajak (atas
dokumen-dokumen terkait ian buku, catatan, dan
bukti peminjaman/pengembalian
peminjaman dan pengembalian dokumen,
Buku, Catatan, dan/atau
buku, catatan, dan/atau manual Tidak Utama Memadai
Dokumen);
dokumen Wajib Pajak; 3) Surat Pernyataan
2) Perolehan Surat Pernyataan Keaslian Dokumen
Keaslian Dokumen dan/atau dan/atau Data
Data (dokumen fotokopi
dan/atau data yang
dikelola secara
elektronik)
Pengujian dalam rangka pemeriksaan Reviu atas jangka waktu manual Tim Pemeriksa Pajak 1) ND Permohonan Utama (5) Memadai
belum/tidak dilakukan sesuai ketentuan jangka pembuatan SPHP dan dokumen Perpanjangan Jangka
waktu pendukungnya Waktu Pemeriksaan;
2) ND
Persetujuan/Penolakan
Perpanjangan Jangka
Waktu Pemeriksaan;
2) Surat Pemberitahuan
Perpanjangan Jangka
waktu Pemeriksaan;
A. Pembuatan/penyampaian Surat Reviu berjenjang dan manual Tim Pemeriksa Pajak dan Kepala 1) Daftar Temuan dan Utama (6) Memadai
Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) persetujuan atas dokumen UP2 (atas risalah pembahasan, SPHP;
belum/tidak dilakukan sesuai ketentuan, misal: terkait pembahasan akhir hasil BA Ketidakhadiran WP, BA
1) SPHP tidak dibuat dengan benar dan tidak pemeriksaan oleh Tim Pembahasan Akhir, Ikhtisar Hasil 2) Bukti Penyampaian
sesuai dengan hasil pengujian yang dilakukan; Pemeriksa Pajak dan Kepala Pembahasan Akhir); SPHP secara langsung
2) penyampaian SPHP melewati ketentuan UP2 atau melalui faksimili
jangka waktu pengujian
3) Tanggapan Tertulis
B. WP tidak merespon (memberikan tanggapan atas Hasil Pemeriksan;
tertulis) atas hasil pemeriksaan dan/atau WP
memberikan tanggapan tidak sesuai dengan 4) Lembar Pernyataan
ketentuan (misal: tanggapan disampaikan Persetujuan Hasil
melebihi ketentuan jangka waktu) Pemeriksaan;
Pemeriksa Pajak tidak menyerahkan LHP dan Permintaan pembubuhan manual Pemeriksa Pajak, Pelaksana Bukti penyampaian LHP Tidak Utama Memadai
Nothit kepada Seksi Pemeriksaan dan/atau tanggal dan paraf pegawai Seksi Seksi Pemeriksaan dan Nothit
penyerahan dilakukan tidak sesuai dengan Pemeriksaan pada bukti
ketentuan, sehingga proses selanjutnya tidak penyampaian LHP dan Nothit
dapat dilakukan tepat waktu
Perbedaan nilai yang tersaji di Fisik (Nothit dan Penelitian kesesuaian oleh Sistem dan 1. Pelaksana Seksi Pelayanan 1. SKP/STP Utama (7) Memadai
SKP/STP) dengan yang tersaji di sistem Pelaksana Seksi Pelayanan Manual 2. Pelaksana Seksi Pemeriksaan 2. Bukti Pengiriman
informasi antara jumlah nota 3. Fungsional Pemeriksa Pajak SKP/STP
penghitungan SKPKB/SKPKBT, 4. Pelaksana Subbagian Umum
jumlah SKPKB/SKPKBT yang
dicetak dengan register
SKPKB/SKPKBT serta
membubuhkan tanda tangan
pada lernbar register sebelum
disampaikan pada seksi terkait
serta pengawasan pengiriman
SKP/STP ke WP
Tabel Pemantauan Pengendalian Utama (Tabel PPU)
Nama Proses Bisnis Pemeriksaan Pajak untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Atribut Lain
(AL)
Atribut Utama Pengendalian Sensus/Samp Frekuensi
No. Pengendalian Utama Atribut Utama Lainnya (AUL) Kriteria Kepatuhan Cara Pemantauan
(AUP) ling Pemantauan
AL 1 AL 2 AL 3
1 Penyusunan, reviu, dan persetujuan Tanda tangan kepala kantor pada Tanda tangan AR Waskon Tanda tangan Kasi Waskon Tanggal DSP3 disetujui oleh - AUP, AUL, AL 1 Pemantauan ini hanya dilakukan pada periode yang dipantau Tahunan
atas: DSP3 Pengusul dan Kepala Seksi II, III, IV, Kasi Ekstensifikasi Kepala KPP bulan Januari (karena DSP3 hanya dibuat pada akhir bulan Januari
1. Kertas Kerja Analisis WP Usulan Waskon Pengusul atau dan Penyuluhan, Kasi setiap tahunnya)
DSP3 Pelaksana Seksi Pengusul Pemeriksaan, Kasi PDI, dan
2. DSP3 dan Kepala Seksi Pengusul Kepala KPP pada Berita 2 Pastikan apakah unit kerja sudah membuat DSP3 paling lambat
3. Berita Acara Pembuatan Peta atau Fungsional Pemeriksa Acara Pembuatan Peta akhir bulan Januari setiap tahunnya
Kepatuhan dan Pembahasan DSP3 Pajak Pengusul dan Kepatuhan dan Pembahasan
Supervisor Pengusul pada DSP3
kertas kerja analisis WP 3 Apabila Tidak membuat DSP3 maka uraikan dalam temuan
usulan DSP3
c. Cek apakah terdapat tanda tangan Kasi Waskon II, III, IV, Kasi
Ekstensifikasi dan Penyuluhan, Kasi Pemeriksaan, Kasi PDI, dan
Kepala KPP pada Berita Acara Pembuatan Peta Kepatuhan dan
Pembahasan DSP3
5 Buat Kesimpulan
2 Penyusunan, reviu, dan persetujuan Tanda tangan Kepala Kantor pada Tanggal dan tanda tangan tanggal jatuh tempo - - AUP, AUL, AL 1 Pemantauan ini hanya dilakukan pada periode yang dipantau Triwulan
atas DSPP dan pengiriman DSPP ke DSPP Tahap I/II/III pegawai terkait pada surat penyampaian DSPP ke bulan Februari, Mei, dan Agustus (karena DSPP hanya dibuat
Kanwil DJP atasannya pengantar pengiriman DSPP Kanwil paling lambat pada akhir bulan Februari, Mei, dan Agustus)
ke Kanwil
5 Buat Kesimpulan
3 Reviu dan persetujuan atas Rencana Keberadaan dokumen (Rencana Tanggal persetujuan Rencana Keberadaan Nota Dinas Keberadaan Realisasi - AUP, AUL 1 Tentukan populasi yaitu Laporan Hasil Pemeriksaan Pajak (LHP) Bulanan
Pemeriksaan (Audit Plan) dan Rencana Pemeriksaan/Audit Plan dan Rencana Program Pemeriksaan Penunjukan Supervisor/Nota Program Pemeriksaan dan atas pemeriksaan untuk menguji kepatuhan kewajiban perpajakan
Program Pemeriksaan (Audit Program) Program Pemeriksaan/Audit Program) Dinas Penyusunan Rencana tanda tangan Kepala UP2 WP yang diterbitkan pada periode yang dipantau;
oleh Kepala UP2 dan tanda tangan Kepala UP2 (KPP) Pemeriksaan dan tanda (KPP) pada dokumen tersebut
pada dokumen-dokumen tersebut tangan Kepala UP2 (KPP) dalam hal pemeriksaan telah (Tidak termasuk pemeriksaan kantor, pemeriksaan data konkret,
pada dokumen tersebut selesai/ diterbitkan LHP dan pemeriksaan tujuan lain)
7 Buat Kesimpulan
4 Reviu berjenjang dan Persetujuan atas tanda tangan kepala UP2 pada tanda tangan Kepala UP2 tanda tangan WP pada dokumentasi/hasil rekam/bukti tanda tangan pemeriksa AUP, AUL, AL 1 Tentukan populasi yaitu Laporan Hasil Pemeriksaan Pajak (LHP) Bulanan
dokumen pertemuan dengan WP di dokumen SPPL dan surat panggilan pada pakta integritas serta dokumen pakta integritas dan lain yang relevan yang pajak dan kepala UP2 atas pemeriksaan untuk menguji kepatuhan kewajiban perpajakan
Kantor DJP oleh Tim Pemeriksa dan dalam rangka pertemuan di kantor Berita Acara Pemberian BAPK menunjukkan bahwa atas BA ketidakhadiran WP yang diterbitkan pada periode yang dipantau;
Kepala UP2 Keterangan (BAPK) pertemuan dengan WP WP
dilakukan dalam ruangan yang (Tidak termasuk pemeriksaan kantor, pemeriksaan data konkret,
telah dilengkapi oleh perekam dan pemeriksaan tujuan lain)
audio dan visual
3 Dalam hal WP hadir sesuai Surat Panggilan atau hadir tidak sesuai
Surat Panggilan dengan melakukan konfirmasi terlebih dahulu, maka
lakukan pengujian sebagai berikut:
40
5 Reviu atas jangka waktu pembuatan tanda tangan Tim Pemeriksa Pajak dan Tanda tangan/tanggal pada tanda tangan kepala UP2 - - AUP, AUL Bulanan
SPHP dan dokumen pendukungnya Kepala UP2 pada Surat bukti penyampaian SPHP dan pada Nota Dinas persetujuan
Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan Daftar Temuan secara perpanjangan jangka waktu
(SPHP) dan Daftar Temuan langsung kepada WP atau pengujian dalam rangka
melalui faksimili pemeriksaan lapangan
Nama Proses Bisnis Pemeriksaan Pajak untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Atribut Lain
(AL)
Atribut Utama Pengendalian Sensus/Samp Frekuensi
No. Pengendalian Utama Atribut Utama Lainnya (AUL) Kriteria Kepatuhan Cara Pemantauan
(AUP) ling 3 Cek tanda tangan Tim Pemeriksa dan Kepala UP2 pada SPHP dan Pemantauan
Daftar Temuan;
4 Cek keberadaan bukti penyampaian SPHP dan Daftem secara
langsung kepada WP atau melalui faksimili;
6 Buat Simpulan
6 Reviu berjenjang dan persetujuan atas Keberadaan dokumen terkait Tanda tangan Tim Pemeriksa Dokumentasi/hasil Tanggal pembahasan akhir Keberadaan BA AUP, AUL, AL 1 Tentukan populasi yaitu Laporan Hasil Pemeriksaan Pajak (LHP) Bulanan
dokumen terkait pembahasan akhir pembahasan akhir pemeriksaan (Surat dan WP/Wakil/Kuasa WP perekaman (recording) hasil pemeriksaan Ketidakhadiran WP dan atas pemeriksaan untuk menguji kepatuhan kewajiban perpajakan
hasil pemeriksaan oleh Tim Pemeriksa Undangan Pembahasan Akhir Hasil pada Risalah Pembahasan, pembahasan akhir hasil tanda tangan Kepala UP2 WP yang diterbitkan pada periode yang dipantau;
Pajak dan Kepala UP2 Pemeriksaan, Risalah Pembahasan, BA Pembahasan Akhir Hasil pemeriksaan yang menjadi dan Tim Pemeriksa pada
BA Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, dan Ikhtisar bagian tak terpisahkan dari dokumen tersebut (Tidak termasuk pemeriksaan kantor, pemeriksaan data konkret, dan
Pemeriksaan, dan Ikhtisar Hasil Hasil Pemeriksaan BA Pembahasan Akhir Hasil pemeriksaan tujuan lain)
Pemeriksaan) dan tanda tangan Kepala Pemeriksaan
UP2 pada dokumen-dokumen tersebut 2 Cek keberadaan dokumen berikut atas sampel terpilih, yaitu:
(a) Surat Undangan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan;
(b) Risalah Pembahasan;
(c) BA Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan;
(d) Ikhtisar Akhir Hasil Pemeriksaan
(e) Bukti penyampaian SPHP secara langsung / melalui faksimili
8 Buat Simpulan
41
Daftar Uji Pengendalian Utama (DUPU)
1
Nama Proses Bisnis : Pemeriksaan Pajak untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Nomor Pengendalian Utama : 1
Uraian Pengendalian Utama : Penyusunan, reviu, dan persetujuan atas:
1. Kertas Kerja Analisis WP Usulan DSP3
2. DSP3
3. Berita Acara Pembuatan Peta Kepatuhan dan Pembahasan DSP3
Disusun oleh :
Tanggal :
* Pemantauan ini hanya dilakukan pada periode yang dipantau bulan Januari (karena DSP3 hanya dibuat pada akhir bulan Januari setiap tahunnya)
Apakah "kertas kerja analisis WP" usulan DPS3 sudah dibuat dan sudah ditandatangani oleh AR Waskon
Daftar Sasaran Prioritas Penggalian Potensi Apakah unit kerja sudah membuat DSP3 Apakah sudah terdapat Pengusul dan Kepala Seksi Waskon Pengusul (dalam hal usulan dilakukan oleh AR) atau Pelaksana Seksi Apakah "Berita Acara Pembuatan Peta Kepatuhan dan Pembahasan DSP3" sudah dibuat dan
(DSP3) paling lambat akhir bulan Januari setiap tanda tangan kepala Pengusul dan Kepala Seksi Pengusul (dalam hal usulan dilakukan oleh pelaksana seksi terkait) atau Fungsional sudah ditandatangani oleh Kasi Waskon II, III, IV, Kasi Ekstensifikasi dan Penyuluhan, Kasi
No Keterangan Kesimpulan Reperformance / Observasi
tahunnya? kantor pada DSP3? Pemeriksa Pajak Pengusul dan Supervisor Pengusul (dalam hal usulan dilakukan oleh fungsional pemeriksa) Pemeriksaan, Kasi PDI, dan Kepala KPP?
(diisi dengan Unit Kerja) (AUP) (AUP) pada kertas kerja analisis WP usulan DSP3? (AL)
(AUL)
2
Nama Proses Bisnis : Pemeriksaan Pajak untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Nomor Pengendalian Utama : 2
Uraian Pengendalian Utama : Penyusunan, reviu, dan persetujuan atas DSPP dan pengiriman DSPP ke Kanwil DJP atasannya
Disusun oleh :
Tanggal :
*Pemantauan ini hanya dilakukan pada periode yang dipantau bulan Februari, Mei, dan Agustus (karena DSPP hanya dibuat paling lambat pada akhir bulan Februari, Mei, dan Agustus)
1 DSPP bulan Februari/Mei/Agustus √/x √/x √/x √/x √/x √/x √/x √/x √/x
3
Nama Proses Bisnis : Pemeriksaan Pajak untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Nomor Pengendalian Utama : 3
Uraian Pengendalian Utama : Reviu dan persetujuan atas Rencana Pemeriksaan (Audit Plan) dan Rencana Program Pemeriksaan (Audit Program) oleh Kepala UP2
Disusun oleh :
Tanggal :
Apakah dokumen
Apakah dokumen Rencana
Program Pemeriksaan
LHP Tanggal Pengiriman/Bukti Pemeriksaan (Audit Plan) Apakah dokumen Nota Dinas Penunjukan
(Audit Program) Apakah dokumen Realisasi Program Pemeriksaan
Pengiriman Surat tersedia, ditanggali, dan Apakah tanggal persetujuan Rencana Program Supervisor/Nota Dinas Penyusunan Rencana
tersedia, ditanggali, tersedia dan telah ditandatangani oleh Kepala UP2
Tanggal Persetujuan Rencana Program Pemberitahuan ditandatangani oleh Pemeriksaan tidak melebihi tanggal pengiriman SPPL Pemeriksaan tersedia dan telah
No dan ditandatangani (KPP)? Keterangan Kesimpulan Reperformance / Observasi
Pemeriksaan oleh Kepala UP2 (KPP) Pemeriksaan Lapangan Supervisor dan Kepala UP2? ditandatangani oleh Kepala UP2 (KPP)?
oleh Supervisor dan
(SPPL) (melalui fax, pos, (AUL)
Kepala UP2? (AL 2)
atau jasa pengiriman) (AUP) (AL 1)
Nama WP NPWP Nomor LHP Tanggal Kode Pemeriksaan (AUP)
4
Nama Proses Bisnis : Pemeriksaan Pajak untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Nomor Pengendalian Utama : 4
Uraian Pengendalian Utama : Reviu berjenjang dan Persetujuan atas dokumen pertemuan dengan WP di Kantor DJP oleh Tim Pemeriksa dan Kepala UP2
Disusun oleh :
Tanggal :
Apakah Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan (SPPL) Apakah surat panggilan dalam rangka pemeriksaan Apakah dokumen BA Ketidakhadiran Wajib Reperforma
No sudah dibuat dan disampaikan kepada WP? lapangan sudah dibuat dan disampaikan kepada WP? Apakah dokumen Pakta Integritas dan BAPK sudah Apakah terdapat tanda tangan WP/Wakil WP Apakah terdapat dokumentasi/hasil rekam/bukti lain yang relevan yang Pajak sudah dibuat dan sudah Keterangan Kesimpulan nce /
(AUP) (AUL) dibuat dan sudah ditandatangani oleh Kepala UP2 menunjukkan bahwa pertemuan dengan WP dilakukan dalam ruangan Observasi
pada dokumen Pakta Integritas dan BAPK? ditandatangani oleh Kepala UP2 dan Tim
Nama WP NPWP Nomor LHP Tanggal Kode Pemeriksaan dan Tim Pemeriksa? khusus yang telah dilengkapi oleh perekam audio dan visual?
Pemeriksa?
(AL 1)
(AUL) (AL 2)
(AL 3)
Page 42
Daftar Uji Pengendalian Utama (DUPU)
1
Nama Proses Bisnis : Pemeriksaan Pajak untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Nomor Pengendalian Utama : 1
Uraian Pengendalian Utama : Penyusunan, reviu, dan persetujuan atas:
1. Kertas Kerja Analisis WP Usulan DSP3
2. DSP3
3. Berita Acara Pembuatan Peta Kepatuhan dan Pembahasan DSP3
Disusun oleh :
Tanggal :
* Pemantauan ini hanya dilakukan pada periode yang dipantau bulan Januari (karena DSP3 hanya dibuat pada akhir bulan Januari setiap tahunnya)
Apakah "kertas kerja analisis WP" usulan DPS3 sudah dibuat dan sudah ditandatangani oleh AR Waskon
Daftar Sasaran Prioritas Penggalian Potensi Apakah unit kerja sudah membuat DSP3 Apakah sudah terdapat Pengusul dan Kepala Seksi Waskon Pengusul (dalam hal usulan dilakukan oleh AR) atau Pelaksana Seksi Apakah "Berita Acara Pembuatan Peta Kepatuhan dan Pembahasan DSP3" sudah dibuat dan
(DSP3) paling lambat akhir bulan Januari setiap tanda tangan kepala Pengusul dan Kepala Seksi Pengusul (dalam hal usulan dilakukan oleh pelaksana seksi terkait) atau Fungsional sudah ditandatangani oleh Kasi Waskon II, III, IV, Kasi Ekstensifikasi dan Penyuluhan, Kasi
No Keterangan Kesimpulan Reperformance / Observasi
tahunnya? kantor pada DSP3? Pemeriksa Pajak Pengusul dan Supervisor Pengusul (dalam hal usulan dilakukan oleh fungsional pemeriksa) Pemeriksaan, Kasi PDI, dan Kepala KPP?
(diisi dengan Unit Kerja) (AUP) (AUP) pada kertas kerja analisis WP usulan DSP3? (AL)
(AUL)
2
Nama Proses Bisnis : Pemeriksaan Pajak untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Nomor Pengendalian Utama : 2
Uraian Pengendalian Utama : Penyusunan, reviu, dan persetujuan atas DSPP dan pengiriman DSPP ke Kanwil DJP atasannya
Disusun oleh :
Tanggal :
*Pemantauan ini hanya dilakukan pada periode yang dipantau bulan Februari, Mei, dan Agustus (karena DSPP hanya dibuat paling lambat pada akhir bulan Februari, Mei, dan Agustus)
1 DSPP bulan Februari/Mei/Agustus √/x √/x √/x √/x √/x √/x √/x √/x √/x
5
Nama Proses Bisnis : Pemeriksaan Pajak untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Nomor Pengendalian Utama : 5
Uraian Pengendalian Utama : Reviu atas jangka waktu pembuatan SPHP dan dokumen pendukungnya
Disusun oleh :
Tanggal :
1 (dd/mm/yy) (dd/mm/yy) (dd/mm/yy) (dd/mm/yy) (dd/mm/yy) √/x √/x √/x √/x √/x
2 (dd/mm/yy) (dd/mm/yy) (dd/mm/yy) (dd/mm/yy) (dd/mm/yy) √/x √/x √/x √/x √/x
dst. (dd/mm/yy) (dd/mm/yy) (dd/mm/yy) (dd/mm/yy) (dd/mm/yy) √/x √/x √/x √/x √/x
6
Nama Proses Bisnis : Pemeriksaan Pajak untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Nomor Pengendalian Utama : 6
Uraian Pengendalian Utama : Reviu berjenjang dan persetujuan atas SPHP dan dokumen pendukungnya (Daftar Temuan Pemeriksaan Pajak) dan dokumen terkait pembahasan akhir hasil pemeriksaan oleh Tim Pemeriksa Pajak dan Kepala UP2
Disusun oleh :
Tanggal :
Page 43
Daftar Uji Pengendalian Utama (DUPU)
1
Nama Proses Bisnis : Pemeriksaan Pajak untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Nomor Pengendalian Utama : 1
Uraian Pengendalian Utama : Penyusunan, reviu, dan persetujuan atas:
1. Kertas Kerja Analisis WP Usulan DSP3
2. DSP3
3. Berita Acara Pembuatan Peta Kepatuhan dan Pembahasan DSP3
Disusun oleh :
Tanggal :
* Pemantauan ini hanya dilakukan pada periode yang dipantau bulan Januari (karena DSP3 hanya dibuat pada akhir bulan Januari setiap tahunnya)
Apakah "kertas kerja analisis WP" usulan DPS3 sudah dibuat dan sudah ditandatangani oleh AR Waskon
Daftar Sasaran Prioritas Penggalian Potensi Apakah unit kerja sudah membuat DSP3 Apakah sudah terdapat Pengusul dan Kepala Seksi Waskon Pengusul (dalam hal usulan dilakukan oleh AR) atau Pelaksana Seksi Apakah "Berita Acara Pembuatan Peta Kepatuhan dan Pembahasan DSP3" sudah dibuat dan
(DSP3) paling lambat akhir bulan Januari setiap tanda tangan kepala Pengusul dan Kepala Seksi Pengusul (dalam hal usulan dilakukan oleh pelaksana seksi terkait) atau Fungsional sudah ditandatangani oleh Kasi Waskon II, III, IV, Kasi Ekstensifikasi dan Penyuluhan, Kasi
No Keterangan Kesimpulan Reperformance / Observasi
tahunnya? kantor pada DSP3? Pemeriksa Pajak Pengusul dan Supervisor Pengusul (dalam hal usulan dilakukan oleh fungsional pemeriksa) Pemeriksaan, Kasi PDI, dan Kepala KPP?
(diisi dengan Unit Kerja) (AUP) (AUP) pada kertas kerja analisis WP usulan DSP3? (AL)
(AUL)
2
Nama Proses Bisnis : Pemeriksaan Pajak untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Nomor Pengendalian Utama : 2
Uraian Pengendalian Utama : Penyusunan, reviu, dan persetujuan atas DSPP dan pengiriman DSPP ke Kanwil DJP atasannya
Disusun oleh :
Tanggal :
*Pemantauan ini hanya dilakukan pada periode yang dipantau bulan Februari, Mei, dan Agustus (karena DSPP hanya dibuat paling lambat pada akhir bulan Februari, Mei, dan Agustus)
7
Nama Proses Bisnis : Pemeriksaan Pajak untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Nomor Pengendalian Utama : 7
Uraian Pengendalian Utama : Penelitian kesesuaian oleh Pelaksana Seksi Pelayanan antara jumlah nota penghitungan SKPKB/SKPKBT, jumlah SKPKB/SKPKBT yang dicetak dengan register SKPKB/SKPKBT serta membubuhkan tanda tangan pada lernbar register sebelum disampaikan pada seksi terkait serta pengawasan pengiriman SKP/STP ke WP
Disusun oleh :
Tanggal :
LHP
1 √/x √/x
2 √/x √/x
dst. √/x √/x
Page 44
Tabel Observasi Pengendalian Utama (TOPU)
Disusun oleh / tanggal / paraf :
Direviu oleh / tanggal / paraf :
Nama Proses Bisnis : Pemeriksaan Pajak untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Tanggal Dilakukan oleh orang Simpulan /
No. Pengendalian Utama yang Ada Dijalankan? Cara sudah tepat?
(dd/mm/yy) yang tepat? Keterangan
1 Penyusunan, reviu, dan persetujuan atas: √/x √/x √/x
1. Kertas Kerja Analisis WP Usulan DSP3
2. DSP3
3. Berita Acara Pembuatan Peta Kepatuhan dan Pembahasan DSP3
2 Penyusunan, reviu, dan persetujuan atas DSPP dan pengiriman √/x √/x √/x
DSPP ke Kanwil DJP atasannya
3 Reviu dan persetujuan atas Rencana Pemeriksaan (Audit Plan) dan √/x √/x √/x
Rencana Program Pemeriksaan (Audit Program) oleh Kepala UP2
4 Reviu berjenjang dan Persetujuan atas dokumen pertemuan dengan √/x √/x √/x
WP di Kantor DJP oleh Tim Pemeriksa dan Kepala UP2
5 Reviu atas jangka waktu pembuatan SPHP dan dokumen √/x √/x √/x
pendukungnya
6 Reviu berjenjang dan persetujuan atas dokumen terkait pembahasan √/x √/x √/x
akhir hasil pemeriksaan oleh Tim Pemeriksa Pajak dan Kepala UP2
7 Penelitian kesesuaian oleh Pelaksana Seksi Pelayanan antara √/x √/x √/x
jumlah nota penghitungan SKPKB/SKPKBT, jumlah SKPKB/SKPKBT
yang dicetak dengan register SKPKB/SKPKBT serta membubuhkan
tanda tangan pada lernbar register sebelum disampaikan pada seksi
terkait serta pengawasan pengiriman SKP/STP ke WP
* Pengendalian Utama Nomor 7 dapat dilakukan hanya melalui reperformance saja (TRPU)
TABEL REPERFORMANCE PENGENDALIAN UTAMA (TRPU)
Disusun oleh/tanggal/paraf :
Direviu oleh/tanggal/paraf :
Nama Proses Bisnis : Pemeriksaan Pajak untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
SP2
Aspek yang dinilai melalui Nomor Pengendalian Kesimpulan
No Kondisi
Jenis Pemeriksaan Reperformance Utama yang terkait Reperformance
Nama WP Nomor Tanggal (Lapangan/Kantor/Kant
or-Data Konkret)
1 1. Membandingkan nilai yang tersaji pada 7 Akurat/Tidak Akurat
Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP)
pendukung sesuai dengan Nilai yang
2 tersaji di KKP Utama/induk atas seluruh 7 Akurat/Tidak Akurat
pos-pos yang diperiksa
Membandingkan nilai yang tersaji pada Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) pendukung sesuai dengan Nilai yang tersaji di KKP Utama/induk Membandingkan antara SKP/STP fisik dengan yang tersaji di sistem (SIDJP)
LHP
atas seluruh pos-pos yang diperiksa (untuk memastikan keberadaan, kelengkapan, dan kesesuaian SKP/STP yang diterbitkan)
2
3
dst
No Nomor Tanggal
1 Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK17/PMK.03/2013 7-Jan-13
2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK184/ 30-Sep-15
PMK.03/2015
3 Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER23/PJ/2013 11-Jun-13
4 Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-07/PJ/2017 21-Apr-17
5 Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-126/PJ/2010 26-Feb-10
6 Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-04/PJ/2012 15-Feb-12
7 Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-12/PJ/2016 31-Mar-16
8 Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-10/PJ/2017 21-Apr-17
9 Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-28/PJ/2017 23-Oct-17
10 Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-15/PJ/2018 13-Aug-18
11 Surat Direktur P2 Nomor S-561/PJ.04/2017 22 Juni 2017
12 Standard Operating Procedure (SOP) nomor KPP00-0046 24-Nov-14
13 Standard Operating Procedure (SOP) nomor KPP50-0005 24-Nov-14
14 Standard Operating Procedure (SOP) nomor KPP50-00010 30-Dec-10
15 Standard Operating Procedure (SOP) nomor KPP50-0011 16-May-14
16 Standard Operating Procedure (SOP) nomor KPP50-0026 8-Jun-12
17 Standard Operating Procedure (SOP) nomor KPP50-028 8-Jun-12
18 Standard Operating Procedure (SOP) nomor KPP50-0030 16-May-14
19 Standard Operating Procedure (SOP) nomor KPP50-0031 8-Jun-12
20 Standard Operating Procedure (SOP) nomor KPP50-0032 8-Jun-12
21 Standard Operating Procedure (SOP) nomor KPP50-0035 20-Dec-12
22 Standard Operating Procedure (SOP) nomor KPP50-0046 13-Sep-13
23 Standard Operating Procedure (SOP) nomor KPP50-0047 13-Sep-13
24 Standard Operating Procedure (SOP) nomor KPP50-0052 24-Nov-14
25 KPP50-0053 24-Nov-14
26 Standard Operating Procedure (SOP) nomor KPP50-0054 24-Nov-14
27 Standard Operating Procedure (SOP) nomor KPP50-0058 24-Nov-14
28 Standard Operating Procedure (SOP) nomor KPP50-0060 24-Nov-14
Tentang
Tata Cara Pemeriksaan
Tata Cara Pemeriksaan
Standar Pemeriksaan
Pedoman Pemeriksaan Lapangan Dalam Rangka Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Pedoman Penyusunan Rencana Pemeriksaan (Audit Plan) Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Pedoman Penyusunan Program Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Penegasan Atas Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan
Petunjuk Teknis Pemeriksaan Lapangan Dalam Rangka Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan
Pedoman Penyusunan Laporan Hasil Pemeriksaan (Lhp)
Kebijakan Pemeriksaan
Penegasan atas Peran Kepala UP2 sebagai Pengendali Mutu Pemeriksaan sehubungan dengan Pelaksanaan PER-07/PJ/2017 dan SE-10/PJ/2
Tata Cara Pemberitahuan Dan Panggilan Pemeriksaan
Serta Pertemuan Dengan Wajib Pajak
(Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan
Kewajiban Perpajakan)
Tata Cara Pengajuan Usulan Pemeriksaan Di Kantor
Pelayanan Pajak
Tata Cara Penatausahaan Laporan Hasil Pemeriksaan
Pajak Dan Nota Penghitungan Di Kantor Pelayanan
Pajak
Tata Cara Penerbitan Surat Perintah
Pemeriksaan Di Kantor Pelayanan Pajak
Tata Cara Pembahasan Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan (Lhp) Antara Tim Pemeriksa Pajak Dengan Tim Asistensi Analisis Risiko
Tata Cara Pengajuan Usulan Pembatalan Hasil Pemeriksaan Terkait Pasal 36 Ayat (1) Huruf D Uu Kup Di Kpp
Tata Cara Pengajuan Perpanjangan Jangka Waktu Pengujian Pemeriksaan Di Kpp
Tata Cara Persiapan Pemeriksaan Di Kpp
Tata Cara Penghentian Pemeriksaan Di Kpp
Tata Cara Persiapan Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan Kewajiban Perpajakan Di Kpp