Anda di halaman 1dari 5

SURAT EDARAN

NOMOR SE-126/PJ/2010
 
TENTANG

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMERIKSAAN (AUDIT PLAN) UNTUK


MENGUJI KEPATUHAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN
 
DIREKTUR JENDERAL PAJAK
 
Sesuai dengan Pasal 5 huruf a Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-9/PJ/2010 tanggal
1 Maret 2010 tentang Standar Pemeriksaan untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan Kewajiban
Perpajakan, pelaksanaan pemeriksaan harus didahului dengan persiapan yang baik, sesuai
dengan tujuan pemeriksaan, dan mendapat pengawasan yang seksama. Salah satu bagian penting
dalam persiapan pemeriksaan adalah penyusunan Rencana Pemeriksaan.
Rencana Pemeriksaan merupakan rencana kerja pemeriksaan yang disusun oleh Supervisor dan
harus ditelaah serta disetujui oleh Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan (UP2) yang antara lain
berisi identitas Wajib Pajak (WP), identitas Tim Pemeriksa Pajak, dan uraian rencana
pemeriksaan.
Untuk memberikan pedoman tentang penyusunan rencana pemeriksaan, dengan ini diberikan
Pedoman Penyusunan Rencana Pemeriksaan (Audit Plan) untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan
Kewajiban Perpajakan sebagai berikut:
I. KETENTUAN UMUM
  (1) Pemeriksa Pajak wajib menyusun Rencana Pemeriksaan.
  (2) Rencana Pemeriksaan harus disusun oleh Supervisor secara cermat berdasarkan
pertimbangan profesional.
  (3) Rencana Pemeriksaan harus disusun sebelum Surat Perintah Pemeriksaan (SP2)
diterbitkan.
  (4) Rencana Pemeriksaan disusun setelah mempelajari dan menganalisis data WP yang
tersedia. Hasil analisis tersebut dituangkan dalam Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP)
sebagai pendukung Rencana Pemeriksaan.
  (5) Rencana Pemeriksaan harus disusun untuk pemeriksaan seluruh jenis pajak/all taxes
maupun pemeriksaan satu atau beberapa jenis pajak.
  (6) Rencana Pemeriksaan harus disusun untuk pemeriksaan WP Domisili maupun
pemeriksaan WP Lokasi.
  (7) Rencana Pemeriksaan dapat diperbaiki atau diubah oleh Supervisor setelah SP2
diterbitkan apabila Pemeriksa Pajak menemukan kondisi yang berbeda antara Rencana
Pemeriksaan dengan pelaksanaan pemeriksaan.
  (8) Perubahan Rencana Pemeriksaan tetap harus memperhatikan jangka waktu penyelesaian
pemeriksaan.
  (9) Rencana Pemeriksaan dan Perubahan Rencana Pemeriksaan harus ditelaah dan mendapat
persetujuan Kepala UP2.
     
II. PROSEDUR PENYUSUNAN RENCANA PEMERIKSAAN
(1) Kepala UP2 harus membuat Nota Dinas Penunjukan Supervisor untuk menyusun usulan
Rencana Pemeriksaan setelah menerima instruksi/persetujuan/penugasan pemeriksaan
atau Lembar Penugasan Pemeriksaan (LP2) dengan menggunakan format pada Lampiran
I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.
(2) Nota Dinas Penunjukan Supervisor harus disertai dengan berkas WP yang diperlukan
dalam penyusunan usulan Rencana Pemeriksaan, antara lain Surat Pemberitahuan (SPT),
Laporan Keuangan minimal 2 (dua) tahun terakhir atau sesuai data yang tersedia, Profil
WP, Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) sebelumnya, dan data lain yang relevan.
(3) Berkas sebagaimana dimaksud dalam angka 2 dirinci dalam Daftar Berkas Wajib Pajak
Yang Dipinjamkan Dalam Rangka Pemeriksaan, yang merupakan lampiran Nota Dinas
Penunjukan Supervisor, dengan format sebagaimana pada Lampiran II yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.
(4) Berdasarkan nota dinas sebagaimana dimaksud dalam angka 1, Supervisor menyusun
KKP Identifikasi Masalah untuk menentukan pos-pos SPT atau turunannya yang akan
diperiksa dan perlu dilakukan pengujian. KKP Identifikasi Masalah merupakan KKP
Pendukung dari Rencana Pemeriksaan.
(5) Penyusunan KKP Identifikasi Masalah sebagaimana dimaksud dalam angka 4
didasarkan pada data dan/atau informasi yang tersedia, antara lain:
  a. KKP Perbandingan Data Keuangan Wajib Pajak minimal 2 (dua) tahun terakhir atau
sesuai dengan data yang tersedia, yaitu:
    1 dalam hal Wajib Pajak menyelenggarakan pembukuan:
) a)Neraca Komparatif; dan
b Laba Rugi Komersial Komparatif dan/atau SPT Tahunan PPh Badan/Orang
) Pribadi Komparatif.
2)dalam hal Wajib Pajak menyelenggarakan pencatatan:
a)Harta dan Kewajiban Komparatif; dan
b)Peredaran Bruto Komparatif dan/atau SPT Tahunan Orang Pribadi Komparatif;
  b. informasi dari Profil Wajib Pajak yang telah disusun oleh Account Representative;
  c. LHP sebelumnya; dan/atau
  d. data lain yang relevan yang meliputi alat keterangan, analisis risiko, hasil analisis dan
pengembangan IDLP, dan/atau informasi intern dan ekstern yang tersedia
(6) Penyusunan KKP Identifikasi Masalah sebagaimana dimaksud dalam angka 4 dilakukan
dengan langkah-langkah antara lain sebagai berikut:
  1) lakukan analisis rasio data keuangan yang terkait dengan pos-pos SPT;
  2) lakukan analisis trend dan benchmark dengan industri atau perusahaan sejenis;
  3) lakukan ekualisasi antara pos SPT PPh Badan/Orang Pribadi dengan objek pajak
lainnya; dan/atau
  4) lakukan analisis keterkaitan antara alat keterangan, analisis risiko yang dibuat oleh
Account Representative, hasil analisis dan pengembangan IDLP, dan informasi intern
dan ekstern yang tersedia.
(7) KKP Identifikasi Masalah disusun dengan menggunakan format pada Lampiran III yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.
(8) Berdasarkan KKP Identifikasi Masalah, Supervisor menyusun Usulan Rencana
Pemeriksaan.(
(9) Usulan Rencana Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam angka 8 antara lain berisi:
  a. Identitas WP yang berisi gambaran umum WP;
  b.Identitas Tim Pemeriksa Pajak yang berisi susunan tim dan jumlah SP2 yang sedang
dikerjakan; dan
c.Uraian rencana pemeriksaan yang berisi:
  1) Kriteria pemeriksaan, yang terdiri atas Pemeriksaan Rutin dan Pemeriksaan
Khusus;
2) Jenis pemeriksaan, yang terdiri atas Pemeriksaan Kantor dan Pemeriksaan
Lapangan;
3) Ruang lingkup pemeriksaan, yang terdiri atas seluruh jenis pajak (all taxes), PPh
Badan/Orang Pribadi, Pemotongan dan Pemungutan PPh, PPN, dan jenis pajak
lainnya;
4) Identifikasi masalah, yang memuat resume dari KKP Identifikasi Masalah;
5) Tanggal selesai pemeriksaan adalah rencana tanggal batas akhir penyelesaian
pemeriksaan, yaitu tanggal LHP yang harus memperhatikan jangka waktu
penyelesaian pemeriksaan sebagaimana diatur dalam ketentuan yang berlaku;
6) Tanggal jatuh tempo penyelesaian permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak;
7) Tenaga ahli yang dibutuhkan dalam pemeriksaan;
8) Sarana pendukung yang diperlukan dalam pemeriksaan, misalnya software audit
tools, dan lain-lain;
9) Pos-pos SPT yang akan diperiksa:
  a)yang dimaksud dengan pos-pos SPT yang akan diperiksa adalah pos-pos di dalam
SPT atau pos turunannya yang ditentukan akan diperiksa baik SPT Masa maupun
SPT Tahunan;
b pos turunan adalah komponen atau elemen yang mendukung suatu pos, termasuk
) akun neraca;
c)dalam hal pemeriksaan meliputi beberapa atau seluruh jenis pajak, maka setiap
jenis pajak harus diperiksa;
d untuk jenis pajak PPh Badan atau PPh Orang Pribadi, pos Peredaran
) Usaha/Penghasilan Bruto harus diperiksa;
e)Pemeriksa dapat memilih pos turunan dari Pos Peredaran Usaha/Penghasilan
Bruto sebagaimana dimaksud dalam huruf d);
f) meskipun pemeriksa dapat memilih pos-pos yang akan diperiksa dalam setiap
jenis pajak, pengujian atas keabsahan seluruh kredit pajak tetap harus dilakukan;
g penentuan pos-pos SPT yang akan diperiksa didasarkan pada identifikasi masalah
) yang merupakan hasil analisis data keuangan dan data lainnya;
h penulisan pos-pos SPT yang akan diperiksa dengan pos turunannya dipisahkan
) dengan garis miring (/). sebagai contoh:
  (1 PPh Badan : Dalam hal Pemeriksa Pajak menentukan untuk memeriksa
) Penjualan Ekspor sebagai pos turunan dari Pos Peredaran Usaha, ditulis
sebagai berikut : Peredaran Usaha/Penjualan Ekspor.
(2 PPh Pasal 23 : Dalam hal Pemeriksa Pajak menentukan untuk memeriksa
) objek PPh Pasal 23 atas Biaya Sewa Harta, ditulis sebagai berikut : Objek PPh
Pasal 23/Sewa.
10 penentuan lokasi dan kewajiban perpajakan lokasi yang akan diperiksa berdasarkan
) hasil identifikasi masalah yang telah dilakukan.
(10)Usulan Rencana Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam angka 8 harus disampaikan
kepada Kepala UP2 paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah Nota Dinas Penunjukan
Supervisor diterima.
(11)Kepala UP2 harus menelaah dan memberikan persetujuan atas usulan Rencana
Pemeriksaan paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah usulan Rencana Pemeriksaan
diterima.
(12)Kepala UP2 harus menerbitkan SP2 setelah usulan Rencana Pemeriksaan disetujui.
(13)Dalam hal terdapat permintaan pemeriksaan WP Lokasi, Pemeriksa WP Domisili harus
melampirkan salinan Rencana Pemeriksaan dalam surat permintaan pemeriksaan WP
Lokasi sebagai dasar bagi Pemeriksa WP Lokasi dalam menyusun Rencana
Pemeriksaannya.
(14)Dalam hal Rencana Pemeriksaan yang dibuat oleh Pemeriksa WP Lokasi berbeda
dengan Rencana Pemeriksaan WP Domisili, maka salinan Rencana Pemeriksaan WP
Lokasi harus dikirimkan kepada Pemeriksa WP Domisili paling lambat 3 (tiga) hari kerja
sejak disetujuinya Rencana Pemeriksaan WP Lokasi.
(15)Rencana Pemeriksaan disusun dengan menggunakan format KKP sebagaimana pada
Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.
(16)Contoh Identifikasi Masalah dan Rencana Pemeriksaan dapat dilihat pada Lampiran VIA
dan Lampiran VIB yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.
 
III. PROSEDUR PENYUSUNAN PERUBAHAN RENCANA PEMERIKSAAN
  (1 Jika ditemukan kondisi yang berbeda antara Rencana Pemeriksaan dengan pelaksanaan
) pemeriksaan, Supervisor menyusun Usulan Perubahan Rencana Pemeriksaan.
(2 Usulan Perubahan Rencana Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 berisi
) antara lain:
  1) Uraian rencana pemeriksaan yang diubah;
  2) Rencana pemeriksaan sebelumnya;
  3) Rencana pemeriksaan yang dimutakhirkan; dan
  4) Alasan perubahan.
(3 Kepala UP2 harus memberikan persetujuan atas Usulan Perubahan Rencana Pemeriksaan
) paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah Usulan Perubahan Rencana Pemeriksaan diterima.
(4 Dalam hal Kepala UP2 tidak menyetujui Usulan Perubahan Rencana Pemeriksaan, Kepala
) UP2 harus memberikan catatan/alasan pada formulir Perubahan Rencana Pemeriksaan
dan pemeriksaan tetap dilanjutkan sesuai dengan Rencana Pemeriksaan sebelumnya.
(5 Dalam hal terjadi Perubahan Rencana Pemeriksaan WP Domisili, maka Pemeriksa WP
) Domisili harus mengirimkan salinan Perubahan Rencana Pemeriksaan kepada Pemeriksa
WP Lokasi, paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah disetujuinya Perubahan Rencana
Pemeriksaan WP Domisili, demikian pula sebaliknya
(6 Perubahan Rencana Pemeriksaan disusun menggunakan formulir KKP sebagaimana pada
) Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.
(7 Contoh Perubahan Rencana Pemeriksaan dapat dilihat pada Lampiran VIC yang
) merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.
   
IV. KETENTUAN PENUTUP
Sejak ditetapkannya Surat Edaran ini, semua ketentuan dalam Surat Edaran Direktur Jenderal
Pajak yang mengatur tentang pemeriksaan dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan dalam Surat Edaran ini.

Anda mungkin juga menyukai