Anda di halaman 1dari 65

PERATURAN JABATAN

PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT)

Dr. M. Sudirman, SH, MH, SpN, MKn, ME. CIM


PEMANTAPAN UJIAN PPAT

PEMANTAPAN UJIAN PPAT


SUDIRMAN LAW TRAINING CENTER (SLTC)-GROUP BIMTES
Kamis, 3 November 2022
Bismillahi Rahmanir Rahim
(Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang)

Assalâmu‘alaikum Warahmatullahi Wabarakâtuh


(Semoga keselamatan, rahmat dan keberkahan dari Allah tercurah untukmu)
Chapter 1

DASAR HUKUM
DASAR HUKUM
PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT)
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37
Tahun 1998 Tentang PERATURAN JABATAN
PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PJ-PPAT).
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Peratumn Pemerintah
Nomor 37 Tahun 1998 TENTANG PERATURAN
JABATAN PF^IABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PJ-
PPAT-P)
DASAR HUKUM
PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT)
 Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Tata Cara Ujian, Magang, Pengangkatan,
Pengangkatan Kembali, Dan Perpanjangan Masa Jabatan Pejabat Pembuat Akta
Tanah mencabut Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 10 Tahun 2017 tentang Tata Cara Ujian, Magang, Pengangkatan Dan
Perpanjangan Masa Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah.
 Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Pembinaan Dan Pengawasan Pejabat
Pembuat Akta Tanah Beserta Lampirannya (dirubah Sebagian oleh Permen No 33
Tahun 2021
 Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 33 Tahun 2021 Tentang Uang Jasa Pejabat Pembuat Akta Tanah.
KETENTUAN TERKAIT PPAT
 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 Tentang
PERATURAN DASAR POKOK-POKOK AGRARIA
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997 Tentang
PENDAFTARAN TANAH
 Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang PENDAFTARAN TANAH
 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 8
Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara
Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997
Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1997 Tentang PENDAFTARAN TANAH
 Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah
KETENTUAN TERKAIT PPAT

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 Tentang CIPTA KERJA


Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2021 Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri
Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang PENDAFTARAN
TANAH
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2021 Tentang HAK
PENGELOLAAN, HAK ATAS TANAH, SATUAN RUMAH SUSUN, DAN
PENDAFTARAN TANAH.
Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 33 Tahun 2021 Tentang UANG JASA PEJABAT PEMBUAT AKTA
TANAH.

Lainnya (Silahkan dilengkapi dan dicek kembali apakah sudah


dirubah dan atau dicabut)
DASAR HUKUM

Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998


Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta
Tanah.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 37
Tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan
Pejabat Pembuat Akta Tanah
Chapter 2

KETENTUAN UMUM
PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT)

pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-


akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai
hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun.
PPAT SEMENTARA

Pejabat Pemerintah yang ditunjuk karena jabatannya


untuk melaksanakan tugas PPAT dengan membuat
akta PPAT di daerah yang belum cukup terdapat PPAT.
PPAT Khusus

pejabat Badan Pertanahan Nasional yang ditunjuk karena jabatannya untuk


melaksanakan tugas PPAT dengan membuat akta PPAT tertentu khusus
dalam rangka pelaksanaan program atau tugas Pemerintah tertentu
Akta PPAT

akta yang dibuat oleh


PPAT sebagai bukti
telah dilaksanakannya
perbuatan hukum
tertentu mengenai
hak atas tanah atau
Hak Milik Atas Satuan
Rumah Susun.
Protokol PPAT

kumpulan dokumen yang harus disimpan dan


dipelihara oleh PPAT yang terdiri dari daftar
akta, akta asli, warkah pendukung akta, arsip
laporan, agenda dan surat-surat lainnya.
Warkah

dokumen yang dijadikan


dasar pembuatan akta PPAT.
Daerah kerja PPAT

suatu wilayah yang menunjukkan kewenangan seorang


PPAT untuk membuat akta mengenai hak atas tanah dan
Hak Milik atas Satuan Rumah Susun yang terletak di
dalamnya.
Menteri

menteri yang menyelenggarakan urusan


pemerintahan di bidang agraria/pertanahan.
Chapter 3

PJ PPAT
TUGAS PPAT

PPAT bertugas pokok melaksanakan sebagian


kegiatan pendaftaran tanah dengan membuat akta
sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan hukum
tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik
Atas Satuan Rumah Susun, yang akan dijadikan
dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran
tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu.
Perbuatan hukum

e. g.
pembagian pemberian
a. jual c. hak Hak
beli; hibah; bersama; Tanggungan;

b. tukar d. f. pemberian h. pemberian


menukar; pemasukan Hak Guna Kuasa
ke dalam Bangunan/Hak membebankan
perusahaan Pakai atas Hak
(inbreng); Tanah Hak Tanggungan.
Milik;
TUGAS POKOK PPAT

Untuk melaksanakan tugas pokok sseorang


PPAT mempunyai kewenangan membuat PPAT khusus hanya berwenang membuat
akta otentik mengenai semua perbuatan akta mengenai perbuatan hukum yang
hukum mengenai hak atas tanah dan Hak disebut secara khusus dalam
Milik Atas Satuan Rumah Susun yang penunjukannya.
terletak di dalam daerah kerjanya.
KEWENANGAN PPAT

PPAT hanya berwenang membuat akta mengenai hak atas


tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang
terletak di dalam daerah kerjanya;

Akta tukar menukar, akta pemasukan ke dalam perusahaan,


dan akta pembagian hak bersama mengenai beberapa hak
atas tanah dan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang
tidak semuanya terletak di dalam daerah kerja seorang
PPAT dapat dibuat oleh PPAT yang daerah kerjanya meliputi
salah satu bidang tanah atau satuan rumah susun yang
haknya menjadi obyek perbuatan hukum dalam akta.
PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN
(1) PPAT diangkat dan diberhentikan oleh Menteri;
(2) PPAT diangkat untuk suatu daerah kerja tertentu;
(3) Untuk melayani masyarakat dalam pembuatan akta PPAT di daerah yang
belum cukup terdapat PPAT atau untuk melayani golongan masyarakat
tertentu dalam pembuatan akta PPAT tertentu, Menteri dapat menunjuk
pejabat-pejabat di bawah ini sebagai PPAT Sementara atau PPAT Khusus :
a. Camat atau Kepala Desa untuk melayani pembuatan akta di daerah yang
belum cukup terdapat PPAT, sebagai PPAT Sementara;
b. Kepala Kantor Pertanahan untuk melayani pembuatan akta PPAT yang
diperlukan dalam rangka pelaksanaan program-program pelayanan
masyarakat atau untuk melayani pembuatan akta PPAT tertentu bagi
negara sahabat berdasarkan asas resiprositas sesuai pertimbangan dari
Departemen Luar Negeri, sebagai PPAT Khusus.
SYARAT DIANGKAT MENJADI PPAT
(1) Syarat untuk dapat diangkat menjadi PPAT adalah:
a. Warga Negara Indonesia;
b. berusia paling rendah 22 (dua puluh dua) tahun;
c. berkelakuan baik yang dinyatakan dengan surat keterangan yang dibuat
oleh Instansi Kepolisian setempat;
d. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak
pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;
e. sehat jasmani dan rohani;
SYARAT DIANGKAT MENJADI PPAT
f. berijazah sarjana hukum dan lulusan jenjang strata dua kenotariatan
atau lulusan program pendidikan khusus PPAT yang diselenggarakan oleh
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
agraria/pertanahan;
g. Lulus ujian yang diselenggarakan oleh kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agraria/pertanahan;
dan
h. telah menjalani magang atau nyata-nyata telah bekerja sebagai karyawan
pada kantor PPAT paling sedikit 1 (satu) tahun, setelah lulus pendidikan
kenotariatan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara ujian, magang dan pengangkatan
PPAT diatur dengan Peraturan Menteri.
MERANGKAP JABATAN
(1) PPAT dapat merangkap jabatan sebagai Notaris di tempat kedudukan Notaris.
(2) PPAT dilarang merangkap jabatan atau profesi:
a. advokat, konsultan atau penasehat hukum;
b. pegawai negeri, pegawai badan usaha milik negara, pegawai badan usaha
daerah, pegawai swasta;
c. pejabat negara atau Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK);
d. pimpinan pada sekolah, perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta;
e. surveyor berlisensi;
f. penilai tanah;
g. mediator; dan/atau
h. jabatan lainnya yang dilarang oleh ketentuan peraturan perundang-undangan.
MERANGKAP JABATAN

PPAT yang merangkap jabatan sebagai Notaris di


Kabupaten/Kota selain pada tempat kedudukan
Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata
sebagai PPAT wajib mengajukan pindah tempat
cara perpindahan PPAT diatur dengan Peraturan
kedudukan PPAT pada tempat kedudukan Notaris
Menteri.
atau berhenti sebagai Notaris pada tempat
kedudukan yang berbeda tersebut.
PPAT BERHENTI MENJABAT SEBAGAI PPAT KARENA

meninggal dunia;

telah mencapai usia 65 (enam


puluh lima) tahun; atau

diberhentikan oleh Menteri


sesuai dengan ketentuan dalam
Peraturan Pemerintah ini.
PPAT BERHENTI MENJABAT SEBAGAI PPAT KARENA
(2) Ketentuan usia dapat diperpanjang paling lama 2 (dua) tahun sampai
dengan usia 67 (enam puluh tujuh) tahun dengan mempertimbangkan
kesehatan yang bersangkutan.
(3) PPAT Sementara dan PPAT Khusus berhenti melaksanakan tugas PPAT
apabila tidak lagi memegang jabatan atau diberhentikan oleh Menteri.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai perpanjangan masa jabatan dan
pengangkatan kembali PPAT diatur dengan Peraturan Menteri.
PPAT yang diberhentikan oleh Menteri terdiri atas:

diberhentikan diberhentikan
diberhentikan
dengan dengan tidak
sementara.
hormat; hormat;
PPAT diberhentikan dengan hormat karena:
a. permintaan sendiri;
b. tidak lagi mampu menjalankan tugasnya karena keadaan kesehatan badan
atau kesehatan jiwanya, setelah dinyatakan oleh tim pemeriksa kesehatan
yang berwenang atas permintaan Menteri/Kepala atau pejabat yang
ditunjuk;
c. merangkap jabatan;
d. dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap; dan/atau
e. berada di bawah pengampuan secara terus menerus lebih dari 3 (tiga) tahun.
PPAT DIBERHENTIKAN DENGAN TIDAK HORMAT KARENA
a. melakukan pelanggaran berat terhadap larangan atau kewajiban sebagai
PPAT; dan/atau
b. dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang
diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
PPAT DIBERHENTIKAN SEMENTARA KARENA
a. sedang dalam pemeriksaan pengadilan sebagai terdakwa suatu perbuatan
pidana yang diancam dengan hukuman kurungan atau penjara paling lama 5
(lima) tahun atau lebih berat;
b. tidak melaksanakan jabatan PPAT secara nyata untuk jangka waktu 60 (enam
puluh) hari terhitung sejak tanggal pengambilan sumpah;
c. melakukan pelanggaran ringan terhadap larangan atau kewajiban sebagai
PPAT;
d. diangkat dan mengangkat sumpah jabatan atau melaksanakan tugas sebagai
Notaris dengan tempat kedudukan di Kabupaten/Kota yang lain daripada
tempat kedudukan sebagai PPAT;
e. dalam proses pailit atau penundaan kewajiban pembayaran utang;
f. berada di bawah pengampuan; dan/atau
g. melakukan perbuatan tercela.
PPAT DIBERHENTIKAN SEMENTARA KARENA
(1) PPAT yang diberhentikan sementara berlaku sampai ada putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
(2) Pemberhentian PPAT karena alasan dilakukan setelah PPAT yang bersangkutan
diberi kesempatan untuk mengajukan pembelaan diri kepada Menteri.
(3) PPAT yang berhenti atas permintaan sendiri dapat diangkat kembali menjadi PPAT.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberhentian PPAT diatur dengan
Peraturan Menteri.
(5) PPAT dapat diberhentikan untuk sementara dari jabatannya sebagai PPAT karena
sedang dalam pemeriksaan pengadilan sebagai terdakwa suatu perbutan pidana
yang diancam dengan hukuman kurungan atau penjara selama-lamanya 5 (lima)
tahun atau lebih berat.
(6) Pemberhentian sementara berlaku sampai ada putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
TEMPAT KEDUDUKAN PPAT
(1) PPAT mempunyai tempat kedudukan di kabupaten/kota di provinsi yang
menjadi bagian dari daerah kerja.
(2) PPAT dapat berpindah tempat kedudukan dan daerah kerja.
(3) Dalam hal PPAT akan berpindah alamat kantor yang masih dalam
kabupaten/kota tempat kedudukan PPAT, wajib melaporkan kepada Kepala
Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota tempat kedudukan PPAT.
(4) Dalam hal PPAT akan berpindah tempat kedudukan ke kabupaten/kota pada
daerah kerja yang sama atau berpindah daerah kerja, wajib mengajukan
permohonan perpindahan tempat kedudukan atau daerah kerja kepada
Menteri.
TEMPAT KEDUDUKAN PPAT
(1) Dalam hal terjadi pemekaran kabupaten/kota yang mengakibatkan terjadinya
perubahan tempat kedudukan PPAT, maka tempat kedudukan PPAT tetap sesuai
dengan tempat kedudukan yang tercantum dalam keputusan pengangkatan PPAT
atau PPAT yang bersangkutan mengajukan permohonan pindah tempat kedudukan
yang sesuai.
(2) Dalam hal terjadi pemekaran provinsi yang mengakibatkan terjadinya perubahan
daerah kerja PPAT, daerah kerja PPAT tetap sesuai dengan daerah kerja yang
tercantum dalam keputusan pengangkatan PPAT atau PPAT yang bersangkutan
mengajukan permohonan pindah daerah kerja.
(3) PPAT yang bersangkutan wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada
Menteri mengenai perubahan tempat kedudukan PPAT atau daerah kerja PPAT
karena alasan dalam jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari terhitung
sejak tanggal Undang-Undang mengenai pemekaran wilayah diundangkan.
TEMPAT KEDUDUKAN PPAT
(4) Dalam masa peralihan selama 90 (sembilan puluh) hari PPAT yang
bersangkutan berwenang membuat akta mengenai hak atas tanah atau Hak
Milik atas Satuan Rumah Susun yang terletak di tempat kedudukan yang
baru maupun yang lama.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara permohonan
perpindahan tempat kedudukan atau daerah kerja diatur dengan Peraturan
Menteri.
SUMPAH JABATAN PPAT
(1) PPAT dan PPAT Sementara sebelum menjalankan jabatannya wajib
mengangkat sumpah jabatan PPAT di hadapan Menteri atau pejabat yang
ditunjuk.
(2) PPAT Khusus tidak perlu mengangkat sumpah jabatan PPAT.
(3) PPAT yang tempat kedudukan/daerah kerjanya disesuaikan karena
pemekaran wilayah kabupaten/kota atau provinsi tidak perlu mengangkat
sumpah jabatan PPAT untuk melaksanakan tugasnya di tempat
kedudukan/daerah kerjanya yang baru.
(4) PPAT atau PPAT Sementara yang belum mengucapkan sumpah jabatan
dilarang menjalankan jabatannya sebagai PPAT.
(5) Apabila larangan dilanggar, maka akta yang dibuat tidak sah dan tidak dapat
dijadikan dasar bagi pendaf-taran perubahan data pendaftaran tanah.
SUMPAH JABATAN PPAT
(1) Untuk keperluan pengangkatan sumpah PPAT wajib melapor kepada Kepala
Kantor Pertanahan mengenai pengangkatannya sebagai PPAT.
(2) Apabila laporan tidak dilakukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan terhitung
sejak tanggal ditetapkannya surat keputusan pengangkatan yang
bersangkutan sebagai PPAT, maka keputusan pengangkatan tersebut batal
demi hukum.
(3) Kepala Kantor Pertanahan melaksanakan pengambilan sumpah jabatan
dalam waktu 1 (satu) bulan setelah diterimanya laporan.
(4) Ketentuan (1), (2), dan (3) juga berlaku untuk Camat yang karena jabatannya
ditunjuk sebagai PPAT Sementara.
(5) Pengambilan sumpah jabatan sebagai PPAT Sementara bagi Kepala Desa
dilakukan oleh dan atas prakarsa Kepala Kantor Pertanahan di Kantor Kepala
Desa yang bersangkutan setelah Kepala Kantor Pertanahan menerima
tembusan penunjukann Kepala Desa sebagai PPAT Sementara.
SETELAH PENGAMBILAN SUMPAH
Dalam waktu 60 (enam puluh) hari setelah pengambilan sumpah jabatan PPAT
wajib:
a. menyampaikan alamat kantornya, contoh tanda tangan, contoh paraf, dan
teraan cap/stempel jabatannya kepada Kepala Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional, Bupati/Walikota, Ketua Pengadilan Negeri, dan Kepala
Kantor Pertanahan yang wilayahnya meliputi daerah kerja PPAT yang
bersangkutan; dan
b. melaksanakan jabatannya secara nyata.
c. Ketentuan huruf a dikecualikan bagi PPAT Khusus.
PPAT WAJIB

PPAT yang merangkap PPAT wajib memasang


PPAT wajib mempunyai jabatan sebagai Notaris, papan nama dan
hanya satu kantor, yaitu di harus berkantor yang sama menggunakan stempel yang
tempat kedudukannya. dengan tempat kedudukan bentuk dan ukurannya
Notaris. ditetapkan oleh Menteri.
PENJELASAN AKTA PPAT
(1) Akta PPAT dibuat dengan bentuk yang ditetapkan oleh Menteri.
(2) Semua jenis akta PPAT diberi satu nomor urut yang berulang pada permulaan
tahun takwim.
(3) Akta PPAT dibuat dalam bentuk asli dalam 2 (dua) lembar, yaitu :
a. lembar pertama sebanyak 1 (satu) rangkap disimpan oleh PPAT yang
bersangkutan, dan
b. lembar kedua sebanyak 1 (satu) rangkap atau lebih menurut banyaknya
hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang menjadi
obyek perbuatan hukum dalam akta, yang disampaikan kepada Kantor
Pertanahan untuk keperluan pendaftaran, atau dalam hal akta tersebut
mengenai pemberian kuasa membebankan Hak Tanggungan,
disampaikan kepada pemegang kuasa untuk dasar pem-buatan Akta
Pemberian Hak Tanggungan, dan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dapat diberikan salinannya.
PENJELASAN AKTA PPAT

Akta PPAT harus dibacakan/dijelaskan isinya kepada para pihak


dengan dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi sebelum
ditandatangani seketika itu juga oleh para pihak, saksi-saksi dan PPAT.
PENJELASAN AKTA PPAT
(1) PPAT dilarang membuat akta, apabila PPAT sendiri, suami atau istrinya,
keluarganya sedarah atau semenda, dalam garis lurus tanpa pembatasan
derajat dan dalam garis ke samping sampai derajat kedua, menjadi pihak
dalam perbuatan hukum yang bersangkutan, baik dengan cara bertindak
sendiri maupun melalui kuasa, atau menjadi kuasa dari pihak lain.
(2) Di daerah Kecamatan yang hanya terdapat seorang PPAT yaitu PPAT
Sementara dan di wilayah desa yang Kepala Desanya ditunjuk sebagai PPAT
Sementara, Wakil Camat atau Sekretaris Desa dapat membuat akta untuk
keperluan pihak-pihak setelah mengucapkan sumpah jabatan PPAT di depan
PPAT Sementara yang bersangkutan.
PENJELASAN AKTA PPAT

Ketentuan-ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara


pembuatan akta PPAT diatur dalam peraturan perundang-
undangan mengenai pendaftaran tanah.
PENJELASAN TERKAIT AKTA PPAT

Setiap lembar akta PPAT asli yang disimpan


Pada sampul buku akta hasil penjilidan
oleh PPAT harus dijilid sebulan sekali dan
akta-akta dicantumkan daftar akta di
setiap jilid terdiri dari 50 lembar akta
dalamnya yang memuat nomor akta,
dengan jilid terakhir dalam setiap bulan
tanggal pembuatan akta dan jenis akta.
memuat lembar-lembar akta sisanya.
BUKU DAFTAR AKTA
(1) PPAT harus membuat satu buku daftar untuk semua akta yang dibuatnya.
(2) Buku daftar akta PPAT diisi setiap hari kerja PPAT dan ditutup setiap akhir
hari kerja dengan garis tinta yang diparaf oleh PPAT yang bersangkutan.
(3) PPAT wajib mengirim laporan bulanan mengenai akta yang dibuatnya, yang
diambil dari buku daftar akta PPAT kepada Kepala Kantor Pertanahan dan
kantor-kantor lain sesuai ketentuan Undang-Undang atau Peraturan
Pemerintah yang berlaku selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya.
PROTOKOL PPAT
(1) PPAT yang berhenti menjabat karena alasan diwajibkan menyerahkan
protokol PPAT kepada PPAT di daerah kerjanya.
(2) PPAT Sementara yang berhenti sebagai PPAT Sementara menyerahkan
protokol PPAT kepada PPAT Sementara yang menggantinya.
(3) PPAT Khusus yang berhenti sebagai PPAT Khusus menyerahkan protokol PPAT
kepada PPAT Khusus yang menggantinya.
(4) Apabila tidak ada PPAT penerima protokol, protokol PPAT diserahkan kepada
Kepala Kantor Pertanahan setempat.
PROTOKOL PPAT
(1) Apabila PPAT meninggal dunia, salah seorang ahli waris/keluarganya atau
pegawainya wajib melaporkannya kepada Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kotamadya setempat dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari
sejak PPAT meninggal dunia.
(2) Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya melaporkan meninggalnya
PPAT berdasarkan laporan atau karena pengetahuan yang diperoleh dari
sumber lain kepada Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
Propinsi disertai usul penunjukan PPAT yang akan diserahi protokol PPAT
yang meninggal dunia.
(3) Ahli waris, keluarga terdekat atau pihak yang menguasai protokol PPAT yang
meninggal dunia wajib menyerahterimakan protokol PPAT yang bersangkutan
kepada PPAT yang ditunjuk kepala Kantor.
PROTOKOL PPAT
(1) PPAT yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
Propinsi untuk menerima protokol yang berhenti menjabat sebagai PPAT
wajib menerima protokol PPAT tersebut.
(2) Serah terima protokol PPAT dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima
protokol PPAT yang diketahui/disaksikan oleh Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kotamadya setempat.
CUTI PPAT
(1) PPAT dilarang meninggalkan kantornya lebih dari 6 (enam) hari kerja
berturut-turut kecuali dalam rangka menjalankan cuti.
(2) Permohonan cuti diajukan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang
yaitu :
a. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya setempat untuk
permohonan cuti kurang dari 3 (tiga) bulan;
b. Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi untuk
permohonan cuti lebih dari 3 (tiga) bulan tetapi kurang dari 6 (enam)
bulan;
c. Menteri untuk permohonan cuti lebih dari 6 (enam) bulan.
(3) Ketentuan pada ayat (1) dan ayat (2) tidak berlaku bagi PPAT Sementara dan
PPAT Khusus.
CUTI PPAT
(1) Selama PPAT diberhentikan untuk sementara atau menjalani cuti, tugas dan
kewenangan PPAT dapat dilaksanakan oleh PPAT pengganti atas permohonan
PPAT yang bersangkutan.
(2) PPAT pengganti diusulkan oleh PPAT yang bersangkutan dan diangkat oleh
pejabat yang berwenang menetapkan pemberhentian sementara atau
persetujuan cuti di dalam keputusan mengenai pemberhentian sementara
atau keputusan persetujuan cuti yang bersangkutan serta diambil
sumpahnya oleh Kepala Kantor Pertanahan setempat.
PERSYARATAN UNTUK MENJADI PPAT PENGGANTI

telah lulus program pendidikan khusus


telah lulus program pendidikan
PPAT yang diselenggarakan oleh
kenotariatan dan telah menjadi pegawai
kementerian yang menyelenggarakan
kantor PPAT paling singkat 1 (satu)
urusan pemerintahan di bidang
tahun; atau
agraria/pertanahan.
HONORARIUM PPAT
(1) Uang jasa (honorarium) PPAT dan PPAT Sementara, termasuk uang jasa
(honorarium) saksi tidak boleh melebihi 1% (satu persen) dari harga transaksi
yang tercantum di dalam akta.
(2) PPAT dan PPAT Sementara wajib memberikan jasa tanpa memungut biaya
kepada seseorang yang tidak mampu.
(3) Di dalam melaksanakan tugasnya, PPAT dan PPAT Sementara dilarang
melakukan pungutan di luar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(4) PPAT Khusus melaksanakan tugasnya tanpa memungut biaya.
(5) Pelanggaran terhadap ketentuan ayat (1) sampai dengan ayat (4) dikenakan
sanksi administrasi.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administrasi diatur dengan Peraturan
Menteri.
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
(1) Menteri melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
tugas PPAT.
(2) Tata cara pembinaan dan pengawasan diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Menteri.
KESIMPULAN
1. PPAT yang merangkap jabatan sebagai Konsultan atau Penasehat Hukum
wajib memilih jabatan sebagai PPAT atau Konsultan/Penasehat Hukum dalam
jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku,
dengan ketentuan apabila dalam jangka waktu tersebut pilihan tidak
dilakukan maka diberhentikan dari jabatannya sebagai PPAT sesuai dengan
ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.
2. Pemberhentian PPAT dilakukan dengan Keputusan Menteri
3. PPAT wajib melakukan penyesuaian tempat kedudukan dan daerah kerja
PPAT dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak berlakunya
Peraturan Pemerintah ini.
4. Semua frasa Kabupaten/Kotamadya sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat
Pembuat Akta Tanah, harus dimaknai dengan Kabupaten/Kota.
5. Semua ketentuan mengenai formasi sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat
Pembuat Akta Tanah dan peraturan pelaksanaannya, dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku;
6. Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Chapter 4

TATA CARA UJIAN, MAGANG, PENGANGKATAN


DAN PERPANJANGAN MASA JABATAN
PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH.
TATA CARA UJIAN, MAGANG, PENGANGKATAN DAN PERPANJANGAN
MASA JABATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH.

Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Tata Cara Ujian, Magang,


Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Pengangkatan, Pengangkatan
Nasional Republik Indonesia Nomor Kembali, Dan Perpanjangan Masa
20 Tahun 2018 Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah
“ADAB DAN ILMU”
Al Adab Qablal 'Ilm Al 'Ilm Qablal 'Amal

Rasulullah bersabda:
“Barangsiapa yang menuntut ilmu syar’i yang semestinya ia lakukan untuk mencari wajah Allah dengan ikhlas, namun ia tidak
melakukannya melainkan untuk mencari keuntungan duniawi, maka ia tidak akan mendapatkan harumnya aroma Surga pada hari
Kiamat.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, Al-Hakim, Ibnu Hibban dan selainnya).

Imam Sufyan Ats-Tsauri:


“Mereka tidak menyuruh anak-anak mereka untuk menuntut ilmu hingga mereka mempelajari adab dan beribadah selama dua puluh tahun.” Imam Ibnul Mubarak
mengatakan:
“Adab itu dua pertiga ilmu”.
Do'a Kafaratul Majelis (Penutup Majelis)

Subhaanakallaahumma wa bihamdika, asyhadu al-laa ilaaha illaa anta, astaghfiruka, wa atuubu ilaik.

Maha Suci Engkau ya Allah, aku memujiMu. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak
disembah kecuali Engkau, aku minta ampun dan bertaubat kepada-Mu.

(HR. Ashhaabus Sunan dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/153.)


Sudirman & Associates Law Firm

Sudirman Law Training Center (SLTC)


“Wa ‘alaikumus salam wa rahmatullahi wabarakatuh”

Salam Hormat

Anda mungkin juga menyukai