Anda di halaman 1dari 19

PP No.

37 Tahun 1998 Tentang


Peraturan Jabatan PPAT – Dirubah :
PP – RI No: 24 Tahun 2016

Peraturan Jabatan PPAT PP. Peraturan Jabatan PPAT PP


No. 37 Tahun 1998 No. 24 Tahun 2016

Bab 1 Bab 1
Ketentuan Umum Pasal 1 Ketentuan Umum Pasal 1

1. PPAT adalah pejabat umum yang diberi kewengan 1. Tidak Dirubah


untuk membuat akta – akta otentik mengenai
perbuatan hukum hukum tertentu mengenai hak atas
tanah atau Hak Milik atas satuan rumah susun.

2. PPAT sementara adalah pejabat pemerintah yang 2. Tidak Dirubah


ditunjuk karena jabatanya untuk melaksanakan tugas
PPAT daerah membuat akta PPAT di daerah yang
belum cukup terdapat PPAT.

3. PPAT Khusus adalah pejabat Badan Pertanahan 3. Tidak Dirubah


Nasional yang ditunjuk karena jabatannya untuk
melaksanakan tugas PPAT dengan membuat akta
PPAT tertentu khusus dalam rangka pelaksanakan
program atau tugas pemerintah tertentu.
4. Akta PPAT adalah akta yang dibuat oleh PPAT 4. Tidak Dirubah
sebagai bukti telah dilakasanakan perbuatan hukum
tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik atas
Satuan Rumah Susun.
5. Protokol PPAT adalah kumpulan dokumen yang 5. Tidak Dirubah
harus disimpan dan dipelihara oleh PPAT yang
terdiri dari daftar akta, akta asli, warkah pendudukng
akta, arsip laporan, agenda dan surat – surat lainnya.
6. Warkah adalah dokumen yang dijadikan dasar 6. Tidak Dirubah
pembuatan akta PPAT.
7. Formasi PPAT adalah jumlah maksimum PPAT yang 7. Dihapus
diperbolehkan dalam satu daerah kerja PPAT.
8. Daerah kerja PPAT adalah suatu wilayah yang 8. Tidak Dirubah
menunjukkan kewengan seorang PPAT untuk

1
membuat akta mengenai hak atas tanah dan hak milik
atas satuan rumah susun yang terletak didalamnya.

9. Menteri adalah Menteri yang bertanggungjawab 9. Tidak Dirubah


dibidang agrarian/pertanahan.

Bab II Bab II
Tugas Pokok Dan Kewenangan PPAT Tugas Pokoknya Dan Kewenangan PPAT
Pasal 2 Pasal 2
1) PPAT bertugas pokok melaksanakan sebagian 1) Dihapuskan
kegiatan pendaftaran tanah dengan membuat akta
sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan hukum
tertentu mengenai ha katas tanah atau Hak Milik atas
satuan rumah susun, yang akun dijadikan dasar bagi
pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang
diakibatnya oleh perbuatan hukum itu.
2) Perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat
2) Dihapuskan
(1) adalah sebagai berikut :
a. Jual Beli
b. Tukar Menukar
c. Hibah
d. Pemasukan ke dalam perusahaan (inbreng)
e. Pembagian Hak Bersama
f. Pemberian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai atas
tanah Hak Milik
g. Pemberian Hak Tanggungan
h. Pemberian kuasa membebankan
Pasal 3 Pasal 3

1) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana 1) Dihapuskan


dimaksud dalam Pasal 2 seorang PPAT mempunyai
kewenangan membuat akta otentik mengenai semua
perbuatan hukum sebagaiaman dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (2) mengenai hak atas tanah dan Hak
Milik Atas satuan rumah susun yang terletak di
dalam daerah kerjanya.
2) PPAT khusus hanya berawenang membuat akta 2) Dihapuskan
mengenai perbuatan hukum yang disebut secara
khusus dalam penunjukannya.

Pasal 4 Pasal 4

2
1) PPAT hanya berwenang membuat akta mengenai hak 1) Dihapuskan
atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun
yang terletak didalam daerah kerjanya.
2) Akta tukar menukar, akta pemasukan ke dalam 2) Dihapuskan
perusahaan dan akta pembagian hak bersama
mengenai beberapa hak atas tanah dan hak milik atas
satuan rumah susun yang tidak semuanya terletak di
dalam daerah kerja seorang PPAT dapat dibuat oleh
PPAT yang daerah kerjanya bmeliputi salah satu
bidang tanah atau satuan rumah susun yang haknya
menjadi obyek perbuatan hukum dalam akta.
Bab III Bab III
Pengangkatan dan Pemberhentian PPAT Pengangkatan dan Pemberhentian PPAT
Pasal 5 Pasal 5

1) PPAT diangkat dan diberhentikan oleh menteri. 1) Dihapuskan


2) PPAT diangkat untuk suatu daerah kerja tertentu 2) Dihapuskan

3) Untuk melanyani masyarakat dalam pembuatan akta 3) Dihapuskan


PPAT di daerah yang belum cukup terdapat PPAT
atau untuk melayani golongan masyarakat tertentu
dalam pembuatan akta PPAT tertentu, Menteri dapat
menujuk pejabat – pejabat di bahwa ini sebagai
PPAT Sementara atau PPAT Khusus :
a. Camat atau Kepala Desa untuk melayani
pembuatan akta daerah yang belum cukup terdapat
PPAT, sebagai PPAT sementara;
b. Kepala Kantor Pertanahan untuk melayani
pembuatan akta PPAT yang diperlukan dalam
rangka pelaksanaan Program – program pelanyanan
masyarakat atau untuk melayani pembuatan akta
PPAT tertentu bagi Negara sahabat berdasarkan
asas resiprositas sesuai pertimbangan dari
Departemen Luar Negeri, sebagai PPAT Khusus.

Pasal 6 Pasal 6
Syarat – syarat untuk dapat diangkat menjadi PPAT Diubahnya Syarat – syarat ketentuan Pasal 6 sehingga
adalah : berbunyi sebagai berikut:
a. Berkewarganegara Indonesia; a. Warga Negara Indonesia;

3
b. Berusia sekurang – kurangnya 30(Tiga Puluh) Tahun; b. Berusia paling rendah 22 (Dua Puluh) tahun;
c. Berkelakuan baik yang dinyatakan dengan surat c. Berkelakuan baik yang dinyatakan dengan surat
keterangan yang dibuat oleh Instansi Kepolisian keterangan yang dibuat oleh Instansi Kepolisian
setempat; setempat;

d. Belum pernah dihukum penjara karena melakukan d. Tidak pernah dijatuhi pidana berdasarkan putusan
kejahatan berdasarkan putusan Pengadilan yang telah pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
memperoleh kekuatan hukum tetap; tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara 5 (Lima) Tahun atau Baik;

e. Sehat jasmani dan Rohani; e. Sehat Jasmani dan Rohani


f. Lulusan program pendidikan spesialis notariat atau f. Berijasah sarjana hukum dan lulusan jenjang strata dua
program pendidikan khusus PPAT yang kenotariatan atau lulusan program pendidikan khusus
diselenggarakan oelh lembaga pendidikan tinggi; PPAT yang diselanggarakan oleh kementrian yang
menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang
agrarian/pertanahan;

g. Lulus Ujian yang diselenggarakan oleh kantor Menteri g. Lulusan ujian yang diselenggarakan oleh kementrian
Negara Agraria/Badan Pertanahan Nasional. yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang
Agraria/pertanahan;
h. Telah menjalani magang atau nyata – nyata telah
bekerja sebagai karyawan pada kantor PPAT paling
sedikit 1(satu) tahun, setelah lulus pendidikan
kenotariatan.
Pasal 7 Pasal 7
Diubahnya ketentuan Pasal 7 sehingga berbunyi sebagai
berikut:

1) PPAT dapat merangkap jabatan sebagai Notaris, 1) PPAT dapat merangkap jabatan sebagai Notaris di
konsultan atau Penasihat Hukum. tempat kedudukan Notaris.

2) PPAT dilarangan merangkap jabatan atau profesi: 2) PPAT dilarang merangkap jabatan atau Profesi:
a. Pengacara atau Advokat; a. Advokat, Konsultan atau Penasehat Hukum
b. Pegawai Negeri, atau Pegawai Badan Usaha Milik b. Pegawai Negeri, Pegawai Badan Usaha Milik
Negara/Daerah. Negara, Pegawai Badan Usaha Milik Daerah,
Pegawai Swasta;
c. Pejabat Negara atau Pegawai Pemerintah dengan
perjanjian Kerja(PPPK);
d. Pimpinan pada sekolah, Perguruan Tinggi Negeri,
atau Perguruan Tinggi Swasta;
e. Surveyor Berlisensi;

4
f. Penilai Tanah;
g. Mediator;dan/atau
h. Jabatan lainnya yang dilarang oleh Peraturan
Perundang – undangan.”

Pasal 8 Pasal 8
Diubahnya ketentuan pasal 8 sehingga berbunyi sebagai
berikut:
1) PPAT berhenti menjabat sebagai PPAT karena; 1) PPAT berhenti menjabat sebagai PPAT karena;
a. Meningal Dunia; atau a. Meninggal dunia;
b. Telah mencapai usia 65(enam puluh lima) Tahun; b. Telah mencapai usia 65(enam puluh lima) Tahu; atau
dan c. Diberhentikan oleh Menteri sesuai ketentuan dalam
c. Diangkat dan mengangkat sumpah jabatan atau peraturan pemerintah ini.
melaksanakan tugas sebagai Notaris dengan tempat
kedudukan diKabupaten/Kotamadya Daerah Tinggal
II yang lian daripada daerah kerjanya sebagai PPAT;
dan
d. Diberhentikan oleh Menteri.
2) PPAT sementara dan PPAT Khusus berhenti 2) Ketentuan usia sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
melaksanakan tugas PPAT apabila tidak lagi huruf b dapat diperpanjang paling lama 2 tahun sampai
memegang jabatan sebagaimana dimaksud dalam pasal dengan usia 67(enam puluh tujuh) tahun dengan
5 ayat (3) huruf a dan b, atau diberhentikan oleh mempertimbangkan kesehatan yang bersangkutan.
Menteri.

3) PPAT sementara dan PPAT khusus berhenti


melaksanakan tugas PPAT apabila tidak lagi
memegang jabatan sebagaimana dimaksud dalam pasal
5 ayat (3) huruf a dan b, atau diberhentikan oleh
menteri.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai perpanjang masa
jabatan dan pengangkat kembali PPAT sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dengan peraturan
menteri.
Pasal 9 Pasal 9
Diubahnya ketentuan pasal 9 sehingga berbunyi sebagai
berikut:

PPAT yang berhenti menjabat sebagai PPAT karena 1) PPAT yang merangkap jabatan sebagai Notaris di
diangkat dan mengangkat sumpah jabatan Notaris di Kabupaten/Kotamadya selain pada tempat kedudukan
Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II yang sebagai PPAT wajib mengajukan pindah tempat

5
laindaripada daerah kerjanya sebagaimana dimaksud kedudukan PPAT pada tempat kedudukan Notaris atau
dalam pasal 8 ayat (1) huruf c dapat diangkat kembali berhenti sebagai Notaris pada tempat kedudukan yang
menjadi PPAT dengan wilayah kerja berbeda tersebu.
Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II tempat 2) Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dari tata cara
keduduknnya sebagai Notaris, apabila formasi PPAT perpindah PPAT diatur dengan Peraturan Menteri.”
untuk daerah kerja tersebut belum penuh.

Pasal 10 Pasal 10
Diubahnya ketentuan pasal 10 sehingga berbunyi sebagai
berikut :
1) PPAT diberhentikan dengan hormat dari jabatannya 1) PPAT yang diberhentikan oleh Menteri sebagaimana
karena : dimaksud dalam pasal 8 ayat (1) huruf c, terdiri atas:
a. Permintaan sendiri; a. Diberhentikan dengan hormat;
b. Tidak lagi mampu menjalakan tugasnya karena b. Diberhentikan dengan tidak hormat;dan
keadaan kesehatan badan atau kesehatan jiwanya, c. Diberhentikan sementara.
setelah dinyatakan oleh tim pemeriksa kesehatan
yang berwenang atas permintaan Menteri atau
pejabat yang ditunjuk;
c. Melakukan pelanggaran ringan terhadap larangan
atau kewajiban sebagai PPAT;
d. Diangkat sebagai pegawai Negeri sipil atau ABRI.

2) PPAT diberihentikan dengan tidak hormat dari 2) PPAT diberhentikan dengan hormat sebagaimana
jabatannya, karena: dimaksud pada ayat (1) huruf a, karena :
a. Melakukan pelanggaran berat terhadap larangan atau a. Permitaan sendiri;
kewajiban sebagai PPAT; b. Tidak lagi mampu menjalankan tugasnya karena
b. Dijatuh hukuman kurungan/penjara karena keadaan kesehatan badan atau kesehatan jiwanya,
melakukan kejahatan perbuatan pidana yang diancam setelah dinyatakan oleh tim permeriksa kesehatan
dengan hukuman kurungan atau penjara selama – yang berwenang atas permintaan Menteri/Kepala
lamanya 5 (lima) tahun atau lebih berat berdasarkan atau Pejabat yang ditunjuk;
putusan pengadilan yang sudah memperoleh c. Merangkap Jabatan sebagaimana dimaksud dalam
kekuatan hukum tetap. pasal 7 ayat (2);
d. Dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap;dan/atau
e. Berada dibawah pengampuan secara terus menerus
lebih dan 3 (tiga) tahun.
3) Pemberhentian PPAT karena alasan sebagaimana 3) PPAT diberihentikan dengan tidak hormat
dimaksud pada ayat (1) huruf c dan ayat (2) dilakukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, karena:
setelah PPAT yang bersangkutan diberi kesempatan a. Melakukan pelanggaran berat terhadap larangan atau

6
untuk mengajukan pembalasan diri kepada Menteri. kewajiban sebagai PPAT; dan/atau
b. Dijatuh pidana penjara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjaran 5 (lima) tahun atau lebih.
4) PPAT yang berhenti atas permintaan sendiri dapat 4) PPAT diberhentikan sementara sebagaiamana
diangkat kembali menjadi, apabila formasi PPAT dimaksud pada ayat (1) huruf c, karena :
untuk daerah kerja tersebut belum penuh. a. Sedang dalam pemeriksaan pengadilan sebagai
terdakwa suatu perbuatan pidana yang diancam
dengan hukuman kurungan atau penjara selama –
lamanya 5 (lima) tahun atau lebih berat;
b. Tidak melaksanakan jabatan PPAT secara nyata
untuk jangka waktu 60 (enam puluh) hari terhitung
sejak tanggal pengambilan sumpah;
c. Melakukan pelanggaran ringan terhadap larangan
atau kewajiban sebagai PPAT;
d. Diangkat dan mengakat sumpah jabatan atau
melaksanakan tugas sebagai Notaris dengan tempat
kedudukan di Kabupaten/Kotamadya yang lain dari
pada tempat kedudukan sebagai PPAT;
e. Dalam proses pailit atau penundaan kewajiban
pembayaran utang;
f. Berada di bawah pengampuan; dan/atau
g. Malakukan perbuatan tercela.

5) PPAT yang diberhentikan sementara sebagaimana


dimaksud pada ayat (4) huruf a, berlaku sampai ada
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.

6) Pembuatan PPAT karena alasan sebagaimana


dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4)
dilakukan setelah PPAT yang bersangkutan diberi
kesempatan untuk mengajukan pembelaan diri kepada
Menteri.
7) PPAT yang berhenti atas permintaan sendiri dapat
diangkat kembali menjadi PPAT.
8) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pemberhentian PPAT diatur dengan Peraturan

7
Menteri.”
Pasal 11 Pasal 11

1) PPAT dapat diberhentikan untuk sementara dari


jabatanya sebagai PPAT karena sedang dalam
pemeriksaan pengadilan sebagai terdakwa suatu
perbuatan pidana yang diancam dengan hukuman
kurungan atau penjara selama – lamanya 5 (lima)
Dihapuskan
Tahun atau lebih berat.

2) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) berlaku sampai pada putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Bab IV Bab IV
Daerah Kerja PPAT Daerah Kerja PPAT
Pasal 12 “Pasal 12
Diubahnya ketentuan ayat (1) pasal 12 dan ditambah 1
(satu) ayat yakni ayat (3) sehingga berbunyi sebagai
berikut :
1) Daerah kerja PPAT adalah satu wilayah kerja Kantor 1) Daerah kerja PPAT adalah satu wilayah provisi.
Pertanahan Kabupaten/Kotamadya.
2) Daerah kerja PPAT sementara dan PPAT khusus 2) Daerah kerja PPAT sementara dan PPAT khusus
meliputi wilayah kerjanya sebagai pejabat Pemerintah meliputi wilayah kerjanya sebagai pejabat Pemerintah
yang menjadi dasar penujuknya. yang menjadi dasar penujukannya.

3) Ketentuan lebih lanjut mengenai daerah kerja PPAT


diatur dengan Peraturan Menteri.”

Di antara Pasal 12 dan Pasal 13 disisikan 2 (dua) pasal,


yakni Pasal 12 A dan Pasal 12 B, Sehingga berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 12A
Diantara pasal 12 dan pasal 13 disisipkan 2(dua) pasal,
yakni Pasal 12 A dan Pasal 12 B, sehingga berbunyi
sebagai berikut :
PPAT mempunyai tempat kedudukan di
Kabupaten/Kotamadya di Provinsi yang menjadi bagian
dari daerah kerja.”

Pasal 12 B

8
1) PPAT dapat berpindah tempat kedudukan dan daerah
kerja.

2) Dalam hal PPAT akan berpindah tempat kedudukan ke


Kabupaten/Kotamadya tempat kedudukan PPAT.

3) Dalam hal PPAT akan berpindah tempat kedudukan ke


Kabupaten/Kotamadya pada daerah kerja yang sama
atau berpindah daerah kerja, wajib mengajukan
permohonan perpindahan tempat kedudukan atau
daerah kerja kepada Menteri.”
Pasal 13 Pasal “13
Diubahnya ketentuan pasal 13 sehingga berbunyi
sebagai berikut :

1) Apabila suatu wilayah Kabupaten/Kotamadya dipecah 1) Dalam hal terjadi pemerkaran Kabupaten/Kotamadya
menjadi 2 (dua) atau lebih wilayah yang mengakibatkan terjadinya perubahan tempat
Kabupaten/Kotamadya, maka dalam waktu 1 (satu) kedudukan PPAT, maka tempat kedudukan PPAT
tahun sejak diundangkan Undang – undang tentang tetap sesuai dengan tempat kedudukan yang tercantum
pemebentukan Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat dalam keputusan pengangkan PPAT atau PPAT yang
II yang baru PPAT yang daerah kerjanya adalah bersangkutan mengajukanya permohonan pindah
Kabupaten/Kotamadya semula harus memilih salah tempat kedudukan yang sesuai.
satu wilayah Kabupaten/Kotamadya sebagai daerah
kerjanya, dengan ketentuan bahwa apabila pemilih
tersebut tidak dilakukan pada waktunya, maka mulai
1(satu) tahun sejak diundangkan Undang – undang
pembentukan Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat
II baru tersebut daerah kerja PPAT yang bersangkutan
hanya meliputi wilayah Kabupaten/Kotamadya letak
Kantor PPAT yang bersangkutan.
2) Pemilih daerah kerja sebagaimana dimaksud pada ayat 2) Dalam hal terjadi pemekan provisi yang
(1) berlakunya dengan sendirinya mulai 1 (satu) tahun mengakibatkan terjadinya perubahan daerah kerja
sejak diundangkannya Undang – undang pembentukan PPAT, maka daerah kerja PPAT tetap sesuai dengan
Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II yang baru. daerah kerja yang tercantum dalam keputusan
pengangkatan PPAT atau PPAT yang bersangkutan
mengajukan permohonan pindah daerah kerja.
3) PPAT yang bersangkutan wajib mengajukan
permohonan secara tertulis kepada Menteri mengenai
perubahan tempat kedudukannya PPAT atau daerah
kerja PPAT karena alasan sebagaimana dimaksud pada

9
ayat (1) dan ayat (2) dalam jangka waktu paling lama
90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak tanggal
Undang – undang mengenai pemekaran wilayah
diundangkan.

4) Dalam masa peralihan selama 90 (Sembilan puluh)


hari sebagaimana dimaksud pada ayat (3), PPAT yang
bersangkutan berwenang membuat akta mengenai hak
atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun yang
terletak di tempat kedudukanya yang baru maupun
yang lama.

5) Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara


permohonan perpindahan tempat kedudukan atau
daerah kerja diatur dengan Peraturan Menteri.
Pasal 14 Pasal 14

1) Formasi PPAT ditetapkan oleh Menteri.


2) Apabila Formasi PPAT untuk suatu daerah kerja PPAT Dihapuskan
sudah terpenuhi, maka Menteri menetapkan wilayah
tersebut tertutup untuk pengangkatan PPAT.

Bab V Bab V
Sumpah Jabatan PPAT Sumpah Jabatan PPAT
Pasal 15 Pasal 15
Diubahnya ketentuan pasal 15 sehingga berbunyi sebagai
berikut :

1) Sebelum menjalankan jabatannya PPAT dan PPAT 1) PPAT dan PPAT sementara menjalankan jabatanya
sementara wajib mengakat sumpah jabatan PPAT di wajib menangkat sumpah jabatan PPAT di hadapan
hadapan Kepala Kantor Pertanahan Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
Kabupaten/Kotamadya di daerah kerja PPAT yang
bersangkutan.
2) PPAT Khusus sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 2) PPAT khusus sebagaimana dimaksud dalam pasal 5
ayat (3) huruf b tidak perlu menangkat sumpah jabatan ayat (3) huruf b perlu mengakat sumapah jabatan
PPAT. PPAT.

3) PPAT yang daerah kerjanya disesuaikan karena 3) PPAT yang tempat kedudukan/daerah kerjanya
pemecah wilayah Kabupaten/Kotamadya sebagaiman disesuaikan karena pemekaran wilayah
dimaksud dalam pasal 13 tidak perlu mengangkat Kabupaten/Kotamadya atau Provinsi sebagaimana
sumpah jabatan PPAT untuk melasanakan tugasnya di dimaksud dalam pasal 13 ayat (1) dan ayat (2) tidak
daerah kerjanya yang baru. perlu mengangkat sumpah jabatan PPAT untuk

10
melaksanakan tugasnya di tempat kedudukan/daerah
kerjanya yang baru.”

Pasal 16 Pasal 16
1) Untuk keperluan penggakatan sumpah sebgaimana
dimaksud dalam pasal 15 PPAT wajib melapor kepada
Kepala Kantor Pertanahan mengenai pengakatan
sebagai PPAT.
2) Apabila laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak dilakukan dalam jangka waktu 3(tiga) bulan
berhitung sejak tanggal ditetapkannya surat keputusan
pengakatan tersebut batal demi hukum.

3) Kepalan Kantor Pertanahan melaksanakan


pengambilan sumpah jabatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).

4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat Dihapuskan


(2), dan ayat (3) juga berlaku untuk camat yang karena
jabatannya ditunjuk sebagai PPAT sementara.
5) Pengambil sumpah jabatan sebagai PPAT bagi Kepala
Desa dilakukan Oleh dan atas prakarsa Kepala Kantor
Pertanahan di Kantor Kepala desa yang bersangkuatan
setelah Kepala Kantor Pertanahan menerima tembusan
penujakan Kepala Desa tersebut sebagai PPAT
sementara.

Pasal 17 Pasal 17

1) Sumpah jabatan PPAT sementara dituangkan dalam


suatu berita acara yang ditandatangani oelh PPAT atau Dihapuskan
PPAT sementara yang bersangkutan, Kepala Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kotamadya dan para saksi.

2) Bantuk, susunan kata – kata berita acara pengambilan


sumpah/janji diatur oleh Menteri.

Pasal 18 Pasal 18
1) PPAT atau PPAT sementara yang belum mengucapkan
sumpah jabatan sebagaimana dimaskud dalam pasal 15
.dilarang menjalankan jabatannya sebagai PPAT.

11
2) Apabila larangan sebagaimana dimadsud pada ayat (1) Dihapuskan
dilanggar, maka akta yang dibuat tidak sah dan tidak
dapat dijadikan dasar bagipendaftaran tanah.
Bab VI Bab VI
Pelaksanaan Jabatan PPAT Pelaksanaan Jabatan PPAT
Pasal 19 Pasal 19
Diubahnya Ketentuan Pasal “19 sehingga berbunyi
sebagai berikut:

Dalam waktu 1 (satu) bulan setelah pengambilan sumpah 1) Dalam waktu 60 (enam puluh) hari setelah
jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 PPAT pengambilan sumpah jabatan sebagaimana dimaksud
wajib: dalam pasal 15, PPAT wajib:
a. Menyampaikan alamat kantornya, contoh tanda tangan, a. Menyerahkan alamat kantornya, contoh paraf, dan
contohan paraf, dan teran cap/stempel jabatannya tearaan cap/stempel jabatanya kepada kepala kantor
kepada Kepala Kantor Wilayah Badan Peratahan Wilayah Badan pertanahan Nasional,
Nasional Provisin, Bupati/Walikotamadya Kepala Bupati/Walikotamadya, Ketua Pagadilan Negari, dan
Dearah Tingkat II, Ketua Pengadilan Negeri, dan Kepala Kantor Pertanahan yang wilayahnya meliputi
Kapala Kantor Pertanahan yang wilayahnya meliputi daerah kerja PPAT yang bersangkutan;dan
Daerah kerja PPAT yang bersangkutan; b. Melaksanakan jabatanya secara nyata.
b. Malaksanakan Jabatannya secara nyata.

2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf


a dikecualikan bagi PPAT khusus.”

Pasal 20 “Pasal 20
Diubahnya Ketentauan ayat (1) pasal 20 dan di antara
ayat (1) dan ayat (2) disisipkan 1 (satu) ayat, yakin
ayat (1 a) sehingga Pasal 20 berbunyi sebagai berikut :

1) PPAT harus berkantor di satu kantor dalam daerah 1) (1) PPAT wajib mempunyai hanya satu kantor, yaitu di
kerjanya. tempat kedudukanya.

2) PPAT wajib memasang papan nama dan menggunakan 2) (1a) PPAT yang merangkap jabatan sebagai Notaris,
stempel yang bentuk dan ukuranya ditetapkan oleh harus berkantor yang sama dengan tampat kedudukan
Menteri. Notaris.
3) PPAT wajib memasang papan nama dan menggunakan
stempel yang bentuk dan ukuranya ditetapkan oleh
Menteri.”

Pasal 21 Pasal 21

12
1) Akta PPAT dibuat dengan bentuk yang ditetapkan oleh
Menteri.

2) Semua jenis akta PPAT diberi satu Nomor urut yang


berulang pada permulaan tahun takwin.

3) Akat PPAT dibuat dalam bentuk asli dalam 2 (dua)


lembar yaitu:
a. Lembaran pertaman sebanyak 1 (satu) rangka Dihapuskan
disimpang oleh PPAT yang bersangkutan, dan
b. Lembar kedua sebanyak 1 (satu) rangkap atau lebih
menurut banyaknya hak atas tanah atau hak milik
atas satuan rumah susun yang menjadi obyek
perbuatan hukum dalam akta, yang disampingkan
kepada Kantor pertanahan untuk keperluan
pendaftaran, atau dalam hal akta tersebut mengenai
pemberian kuasa membebankan Hak Tangguan,
disampaikan kepada pemegang kuasa untuk dasar
pembuatan akta Pemberian Hak Tanggungan, dan
kepada Pihak – Pihak yang berkentingan dapat
diberikan salinanya.
Pasal 22 Pasal 22

Akta PPAT harus dibacakan/dijelaskan isinya kepada para


pihak dengan dihadir oleh sekurang – kurangnya 2 (dua) Dihapuskan
orang saksi sebelum ditandatangani seketika itu juga oleh
para pihak, saksi – saksi dan PPAT.

Pasal 23 Pasal 23
1) PPAT dilarang membuat akta, apabila PPAT sendiri,
suami atau istirinya, keluarganya sedarah atau
semenda, dalam garis lurus tanpa pembatasan derajat
dan garis ke samping sampai derajat kedua, menjadi
pihak dalam perbuatan hukum yang bersangkutan, baik
dengan cara bertindak sendiri maupun melalui kuasa, Dihapuskan
atau menjadi kuasa dari pihak lain.

2) Di daerah kecamatan yang hanya terdapat seorang


PPAT yaitu PPAT Sementara dan diwilayah desa yang
Kepala Desanya ditunjuk sebagai PPAT Sementara,
Wakil Camat atau Sekretaris Desa dapat membuat akta
untuk keperluan pihak – pihak sebagiamana dimaksud

13
pada ayat (1) setelah mengucapkan sumpah jabatan
PPAT didepan PPAT Sementara yang bersangkutan.

Pasal 24 Pasal 24
Ketentuan – ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pembuatan akta PPAT diatur dalam peraturan Perundang Dihapuskan
– perundangan mengenai pendaftaran tanah.

Pasal 25 Pasal 25
1) Setiap lembaran akta PPAT asli yang disamping Oleh
PPAT sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat (3)
harus dijilid sebulan sekali dansetiap bulan memuat
lembaran – lembaran akta sisanya.
Dihapuskan

2) Pasal sampul buku akta hasil penjilid akta – akta


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di cantumkan
daftar akta di dalamnya yang memuat lembaran –
lembaran akta sisanya.

Pasal 26 Pasal 26
1) PPAT harus membuat satu buku daftar untuk semua
akta yang dibuatnya.
2) Buku Daftar akta PPAT sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diisi setiap hari kerja PPAT dan ditutup setiap
akhirnya kerja dengan garis tinta yang diparaf oleh
PPAT yang bersangkutan.
3) PPAT wajib mengirim laporan bulanan mengenai akta
yang dibuatnya, yang diambil PPAT sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kepada Kepala Kantor
Pertanahan dan kantor – kantor lain sesuai ketentuan
Undang – undang dan Peraturan Pemerintah yang
berlaku selambat – lambatnya tanggal 10 bulan
berikutnya.

Pasal 27 Pasal 27
Diubahnya ketentuan ayat (1) pasal 27 sehingga
berbunyi sebagai berikut :
1) PPAT yang berhenti menjabat karena alasan 1) PPAT yang berhenti menjabat alasan sebagaimana
sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (1) huruf b, dimaksud dalam pasal 8 ayat (1) huruf b, c, diwajibkan
c, d, diwajibkan menyerahkan protokol PPAT kepada menyerahkan protokol PPAT kepada PPAT di daerah

14
PPAT kepada PPAT di daerah kerjanya. kerjanya.
2) PPAT Sementara yang berhenti sebagai PPAT 2) PPAT Sementara yang berhenti sebagai PPAT
Sementara menyerahkan protokol PPAT kepada PPAT Sementara menyerahkan protokol PPAT kepada PPAT
Sementara yang mengantinya. Sementara yang menggantinya.

3) PPAT khusus yang berhenti sebagai PPAT khusus 3) PPAT khusus yang berhenti sebagai PPAT khusus
menyerahkan protokol PPAT kepada PPAT khusus menyerahkan Protokol PPAT kepada PPAT Khusus
yang mengagantikannya. yang mengganti.
4) Apabila tidak ada PPAT penerima protokol 4) Apabila tidak ada PPAT penerima protokol
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dan (3), Protokol sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3),
PPAT diserahkan kepada Kepala Kantor Pertanahan protokol PPAT diserahkan kepada Kantor Pertanahan
setempat. setempat.
Pasal 28

1) Apabila PPAT meninggal dunia, salah seorang ahli


waris/keluarganya atau pegawainya wajib melaporkan
kepada Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kotamadya melaporkan setempat dalam
jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak PPAT
meninggal dunia.

2) Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya


melaporkan meningalnya PPAT berdasarkan laporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau karena
pengetahuan yang diperolehkan dari sumber lain
kepada Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional Provinsi disertai usul penujukan PPAT yang
akan diserahkan protokol PPAT yang meninggal dunia.
3) Ahli waris, Keluarga terdekata atau pihak yang
menguasai protokol PPAT yang meninggal dunia
wajib menyerahterimakan protokol PPAT yang
bersangkutan kepada PPAT yang ditunjuk Kepala
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi.

Pasal 29
1) PPAT yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah
Badan Pertanahan Nasional Provinsi untuk menerima
protokol yang berhenti menjabat sebagai PPAT wajib
menerima Protokol PPAT tersebut.
2) Serah terima protokol PPAT dituangkan dalam berita
acara serah terima protokol PPAT yang

15
diketahui/disaksukan oleh Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kotamadya setempat.

Pasal 30
1) PPAT dilarang meninggalkan kantornya lebih dari 6
(enam) hari kerja berturut – turut kecuali dalm rangka
menjalankan cuti.

2) Permohonan cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diajukan secara tertulis pejabat yang berwenang yaitu :
a. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya
setempat untuk permohonan cuti kurang dari 3 (tiga)
bulan;
b. Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
Provinsi untuk permohonan cuti lebih dari 3 (tiga)
bulan tetapi kurang dari 6 (enam) bulan;
c. Menteri untuk permohonan cuti lebih 6 (enam) bulan.
3) Ketentuan seabagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) tidak berlaku bagi PPAT Sementara dan PPAT
khusus.

Pasal 31 Pasal 31
Diubah ketentuan ayat (1) dan ayat (3) pasal 31
sehingga berbunyi sebagai berikut :
1) Selema PPAT diberhentikan untuk sementara 1) Selama PPAT diberhenti untuk semetara sebgaimana
sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 atau menjalani dimaksud dalam pasal 10 ayat (1) huruf c atau
cuti sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 tugas dan menjalani cuti sebagaimana dimaksud dalam pasal 30,
kewenangan PPAT dapat dilaksanakan oleh PPAT tugas dan kewenangan PPAT dapat dilaksanakan oleh
pengganti atas permohonan PPAT yang bersangkutan. PPAT penggantian atas permohonan PPAT yang
bersangkutan.
2) PPAT penggantian sebagaimana dimaksud pada ayat 2) PPAT pengantian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(1) diusulkan oleh pejabat yang berwenang diusulkan oleh PPAT yang bersangkutan dan diangkat
menetapakan pemberhentian sementara atau oleh pejabat yang berwenang menetapkan
persetujuan cuti di dalam keputusan mengenai pemberhentian sementara atau persetujuan cuti di
pemberhentian sementara atau keputusan persetujuan dalam keputusan mengenai pemberhentian sementara
cuti yang bersangkutan serta diambil sumpahnya oleh atau keputusan persetujuan cuti yang bersangkutan
Kepala Kantor Pertanahan setempat. serta diambil sumpahnya oleh Kepala Kantor
Pertanahan setempat.
3) Persyaratan untuk menjadi PPAT pengganti adalah 3) Persyaratan untuk menjadi PPAT pengganti terdiri
telah lulus program pendidikan strata satu jurusan atas:

16
hukum dan telah menjadi pegawai kantor PPAT yang a. Telah lulus program pendidikan kenotariatan dan
bersangkutan sekurang – kurangnya selama 2 (dua) telah menjadi pegawai Kantor PPAT paling sedikit
tahun. selama 1 (satu) tahun; dan
b. Telah lulus program pedidikan khusus PPAT yang
diselenggarakan oleh kementrian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
agrarian/pertanahan.”
Pasal 32 Pasal 32
Ditambah 2 (dua) ayat, ketentuan pasal 32. yakni ayat
(5), dan ayat (6) sehingga berbunyi, sebagai berikut :

1) Uang jasa (honorarium) PPAT dan PPAT Sementara, 1) Uang jasa (Honorarium) PPAT dan PPAT Sementara,
termasuk uang jasa (honorarium) saksi taidak boleh termasuk uang jasa (honorarium) saksi tidak boleh
melebihi 1% (satu persen) dari harga transaksi yang melebihi 1 % (satu persen) dari harga transaksi yang
tercantum di dalam akta. tercantum di dalam akta.

2) PPAT dan PPAT Sementara wajib memberikan jasa 2) PPAT dan PPAT Sementara wajib memberikan jasa
tanpa memungut biaya kepada seseorang yang tidak tanpa memungut biaya kepada seseorang yang tidak
mampu. mampu.
3) Di dalam melaksanakan tugasnya, PPAT dan PPAT 3) Di dalam melaksanakan tugasnya, PPAT dan PPAT
Sementara dilarang melakukan pungutan diluar Sementara dilarang melakukan pungutan di Luar
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

4) PPAT Khusus melakukan tugasnya tanpa memungut 4) PPAT Khusus melaksanakan tugasnya tanpa
biaya. memungut biaya.

5) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4)
dikenakan sanksi adminitrasi.
6) Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi adminitrasi
diatur dengan Peraturan Menteri.”
Bab VII Bab VII
Pembinaan dan Pengawasan Pembinaan dan Pengawasan
Pasal 33 Pasal 33
Ditambah 1 (satu) ayat ketentuan, yakni ayat (2)
sehingga berbunyi sebagai berikut :

Menteri melakukan pembinan dan pengawasan terhadap 1) Menteri melaksanakan peminaan dan pengawas
pelaksanaan tugas PPAT. terhadap pelaksanaan tugas PPAT.

2) Tata cara pembinaan dan pengawasan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan

17
Peraturan Menteri.”
Bab VIII Bab VIII
Ketentuan Peralihan Ketentuan Peralihan
Pasal 34 Pasal 34
Tidak ada diubah dan di tambah kan. Dalam Peraturan
Jabatan PPAT Tahun 2016

1) PPAT yang pada waktu berlakunya Peraturan


Pemerintah ini juga menjabat sebagai Notaris dengan
tempat kedudukan di luar daerah kerjannya sebagai
PPAT berhenti dengan sendirinya sebagai PPAT 6
(enam) balun sejak saat berlakunya Peraturan
Pemerintah ini.
2) PPAT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diangkat menjadi PPAT di daerah letak tempat
kedudukanya sebagai Notaris apabila formasi PPAT
untuk daerah tersebut masih tersedia.
3) PPAT yang pada waktu berlakunya Peraturan
Pemerintah ini merangkap jabatan sebagaimana
dimaksud

4) PPAT yang pada saat berlakunya Peraturan Pemerintah


ini mempunyai daerah kerja yang melebihi wilayah
kerja satu Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya
sebagai daerah kerjanya dalam jangka waktu 2 (dua)
tahun sejak ditetapkan Peraturan Pemerintah ini,
dengan ketentuan apabila dalam jangka waktu tersebut
adalah wilayah kerja Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kotamadya yang meliputi letak kantornya.

Pasal 35
Para Calon PPAT yang sudah diuji sebelum berlakunya
Peraturan Pemerintah ini, dalam jangka waktu 3 (tiga)
Bulan setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini masih
tetap dapat diangkat sebagai PPAT berdasarkan ketentuan
yang berlaku sebelumnya.

Pasal 36
Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, semua
Peraturan Perundang – undangan mengenai jabatan PPAT

18
yang telah ada tetap berlaku, sepanjang tidak bertentangan
atau diubah atau diganti berdasarkan Peraturan
Pemerintah ini.
Bab IX
Penutup
Pasal 37

Ketentuan lebih lanjut untuk melaksanakan Peraturan


Pemerintah ini diatur oleh Menteri.

19

Anda mungkin juga menyukai