Anda di halaman 1dari 78

PERATURAN JABATAN

PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH

Oleh :
Dr. M.TARTIB,SH, S.H.,M.Si.,M.Kn.

MAGISTER KENOTARIATAN
UNIBERSITAS BATAM
DASAR HUKUM
 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998
Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah
 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998
Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta
Tanah
 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2006 Tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998
Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah
 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2006 Tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998
Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah
SEJARAH PERATURAN JABATAN PPAT

PPAT sudah dikenal sejak berlakunya Peraturan


Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran
Tanah (sebelum digantikan dengan PP 24/1997)

PP 10/1961 merumuskan PPAT sebagai Pejabat yang


berfungsi membuat akta yang bermaksud memindahkan
hak atas tanah, memberikan hak baru atau membebankan
hak atas tanah

Fungsi PPAT selanjutnya lebih ditegaskan lagi dalam


Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan atas Tanah Beserta Benda benda Yang
Berkaitan Dengan Tanah (UUHT) dan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah (PP 24/1997)
Pasal 1 angka 4 UUHT :
“Pejabat Pembuat Akta Tanah, yang selanjutnya disebut PPAT,
adalah pejabat umum yang diberi wewenang untuk membuat
akta pemindahan hak atas tanah, akta pembebanan hak atas
tanah, dan akta pemberian kuasa membebankan Hak
Tanggungan menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku”

Pasal 1 angka 24 PP 24/1997 :


“Pejabat Pembuat Akta Tanah, selanjutnya disebut PPAT
adalah Pejabat umum yang diberi kewenangan untuk
membuat akta-akta tanah tertentu”

Pasal 6 ayat (2) PP 24/1997 :


“Dalam melaksanakan pendaftaran tanah, Kepala Kantor
Pertanahan dibantu oleh PPAT dan Pejabat lain yang
ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu
menurut Peraturan Pemerintah ini dan peraturan perundang-
undangan yang bersangkutan”
Pasal 7 PP 24/1997 :
(1) PPAT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) diangkat
dan diberhentikan oleh Menteri.
(2) Untuk desa-desa dalam wilayah yang terpencil Menteri dapat
menunjuk PPAT Sementara.
(3) Peraturan jabatan PPAT sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Pemerintah tersendiri.

Ketentuan Pasal 7 ayat (3) PP 24/1997 tersebut menjadi


dasar lahirnya Peraturan Jabatan PPAT
Konsiderans Menimbang Peraturan Pemerintah Nomor 37
Tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat
Akta Tanah (PP 37/1998) menyebutkan :
“bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 7 Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah perlu mengatur
jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah dengan suatu Peraturan
Pemerintah.”
PPAT memiliki pernanan yang cukup besar dalam bidang
pelayanan masyarakat dan peningkatan sumber penerimaan
negara
Tetapi...

PPAT baru diatur dalam Peraturan Perundang-Undangan


secara khusus pada tanggal 5 Maret 1998, pada saat
ditetapkan dan diundangkan PP 37/1998

Selanjutnya sebagai ketentuan pelaksanaan PP 37/1998


ditetapkanlah Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 1999
tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PMNA 4/1999)

Apakah PMNA 4/1999 tersebut masih berlaku sampai saat ini?


PMNA 4/1999 selanjutnya dinyatakan tidak berlaku dengan
ditetapkannya Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 1 Tahun 2006 Tentang Ketentuan Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang
Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (Perkaban
1/2006) pada tanggal 16 Mei 2006
Pasal 71 Perkaban 1/2006

Dalam pelaksanaan Perkaban 1/2006 masih terdapat kendala


dalam rangka pemenuhan kebutuhan PPAT sehingga pada
tanggal 26 Oktober 2009 ditetapkan Peraturan Kepala Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2009 Tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2006 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 37 Tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan Pejabat
Pembuat Akta Tanah untuk merevisi beberapa Pasal dalam
Perkaban 1/2006
Untuk meningkatkan peranan Pejabat Pembuat Akta
Tanah serta untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat atas pendaftaran tanah dalam rangka
mendukung program kebijakan deregulasi bidang
agraria/pertanahan dalam rangka percepatan pelaksanaan
Paket Kebijakan Ekonomi Pemerintah di era Presiden
Jokowi, maka diundangkanlah Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang
Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah
pada tanggal 27 Juni 2016
Ruang lingkup Perubahan PP 37/1998 yang dituangkan
dalam PP 24/2016 tersebut meliputi:
1. Persyaratan untuk dapat diangkat PPAT antara lain
usia calon PPAT dan kewajiban magang sebelum
calon PPAT di angkat.
2. Penambahan masa kerja PPAT semula 65 (enam puluh
lima) tahun dapat diperpanjang menjadi 67 (enam
puluh tujuh) tahun.
3. Penambahan jenis pemberhentian terhadap PPAT.
4. Perluasan daerah kerja semula 1 (satu) wilayah kerja
kabupaten/kota menjadi 1 (satu) wilayah kerja
provinsi.
5. Penambahan larangan rangkap jabatan.
Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang
Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah
sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun
1998 Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta
Tanah

=
PERATURAN JABATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA
TANAH (PJ PPAT)
PPAT (Ps. 1 angka 1 PJ PPAT)
PPAT
PPAT Sementara (Ps. 1 angka 2 PJ PPAT)

PPAT Khusus (Ps. 1 angka 3 PJ PPAT)

Pejabat Pembuat Akta Tanah, selanjutnya disebut PPAT, adalah


pejabat umum yang diberi kewenangan untuk membuat akta-akta
otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas
tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun.
PPAT Sementara adalah Pejabat Pemerintah yang ditunjuk karena
jabatannya untuk melaksanakan tugas PPAT dengan membuat akta
PPAT di daerah yang belum cukup terdapat PPAT Camat /
Kepala Desa (vide Ps. 5 ayat (3) huruf a PJ PPAT)
PPAT Khusus adalah Pejabat Badan Pertanahan Nasional yang
ditunjuk karena jabatannya untuk melaksanakan tugas PPAT dengan
membuat akta PPAT tertentu khusus dalam rangka pelaksanaan
program atau tugas Pemerintah tertentu Kepala Kantor
Pertanahan (vide Ps. 5 ayat (3) huruf b PJ PPAT)
... PPAT, adalah pejabat umum yang diberi kewenangan untuk
membuat akta-akta otentik... Produk PPAT = Akta PPAT

Akta PPAT??

Akta PPAT adalah akta yang dibuat oleh PPAT sebagai bukti
telah dilaksanakannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak
atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun (Ps. 1
angka 4 PJ PPAT)

Akta PPAT = Akta Otentik??

Yurisprudensi Mahkamah Agung tanggal 22 Maret


1972 no 937 K/Sip/1970
TUGAS POKOK DAN KEWENANGAN PPAT
PPAT bertugas pokok melaksanakan sebagian
kegiatan pendaftaran tanah dengan membuat akta
sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan hukum
tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik
Atas Satuan Rumah Susun, yang akan dijadikan
dasar bagi pendaftaran perubahan data
pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan
hukum itu. (Ps. 2 ayat (1) PP 37/1998)

Perbuatan hukum tertentu :


a. jual beli;
b. tukar menukar;
c. hibah;
d. pemasukan ke dalam perusahaan (inbreng);
e. pembagian hak bersama;
f. pemberian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai atas
tanah Hak Milik;
g. pemberian Hak Tanggungan;
h. pemberian kuasa membebankan Hak Tanggungan.
PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PPAT

PPAT diangkat dan diberhentikan oleh Menteri


Agraria dan Tata Ruang (Ps. 5 ayat (1) PJ PPAT jo. Ps. 1
angka 9 PJ PPAT jo. Ps. 1 ayat (2) Perpres 17/2015) jo. Ps. 2
Perpres 17/2015)

Ps. 5 ayat (1) PP 37/1998 :


“PPAT diangkat dan diberhentikan oleh Menteri”

Ps. 1 angka 9 PP 24/2016 :


“Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang agraria/pertanahan”
HISTORIS :
Sebelum diubah dengan PP 24/2016, Ps. 1 angka 9 PP 37/1998
menyatakan : “Menteri adalah Menteri yang bertanggungjawab dibidang
agraria/ pertanahan”
Ps. 1 ayat (2) Perpres 7/2015 :
“Kementerian Agraria dan Tata Ruang dipimpin oleh
Menteri.”

Ps. 2 Perpres 7/2015 :


Kementerian Agraria dan Tata Ruang mempunyai
tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang agraria/pertanahan dan tata ruang untuk
membantu Presiden dalam menyelenggarakan
pemerintahan negara
Syarat Pengangkatan PPAT TERBARU!!!
Catatan : Referensi
lama harap disesuaikan
Ps. 6 ayat (1) PP 24/2016 :

Syarat untuk dapat diangkat menjadi PPAT adalah:


a. Warga Negara Indonesia;
b. berusia paling rendah 22 (dua puluh dua) tahun;
c. berkelakuan baik yang dinyatakan dengan surat keterangan
yang dibuat oleh Instansi Kepolisian setempat;
d. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;
e. sehat jasmani dan rohani;
f. berijazah sarjana hukum dan lulusan jenjang strata dua
kenotariatan atau lulusan program pendidikan khusus PPAT
yang diselenggarakan oleh kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agraria/
pertanahan;
f. Lulus ujian yang diselenggarakan oleh kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
agraria/pertanahan; dan
g. telah menjalani magang atau nyata-nyata telah bekerja
sebagai karyawan pada kantor PPAT paling sedikit 1
(satu) tahun, setelah lulus pendidikan kenotariatan.

Pasal 6 ayat (2) PP 24/2016 :


Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara ujian, magang, dan
pengangkatan PPAT diatur dengan Peraturan Menteri

Peraturan Menteri :
1. Sampai dengan 31 Desember 2017 berlaku Peraturan Menteri
Agraria dan Tata Ruang / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor
31 Tahun 2016 TentangTata Cara Ujian, Magang Dan Pengangkatan
Pejabat Pembuat Akta Tanah
2. Mulai 1 Januari 2018 berlaku Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 10 Tahun 2017
Tentang Tata Cara Ujian, Magang, Pengangkatan dan Perpanjangan
Masa Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah
PERBANDINGAN SYARAT PENGANGKATAN PPAT
Pasal 6 PP 37/1998 Pasal 6 PP 24/2016
a. berkewarganegaraan a. Warga Negara Indonesia
Indonesia
b. berusia sekurang-kurangnya b. berusia paling rendah 22
30 (tiga puluh) tahun; (dua puluh dua) tahun;
c. berkelakuan baik yang c. berkelakuan baik yang
dinyatakan dengan surat dinyatakan dengan surat
keterangan yang dibuat oleh keterangan yang dibuat oleh
Instansi Kepolisian setempat Instansi Kepolisian setempat;
d. belum pernah dihukum e. tidak pernah dijatuhi pidana
penjara karena melakukan penjara berdasarkan putusan
kejahatan berdasarkan pengadilan yang telah
putusan Pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum
telah memperoleh kekuatan tetap karena melakukan
hukum tetap tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara 5
(lima) tahun atau lebih;
e. sehat jasmani dan rohani e. sehat jasmani dan rohani
Pasal 6 PP 37/1998 Pasal 6 PP 24/2016
f. lulusan program pendidikan f. berijazah sarjana hukum dan
spesialis notariat atau program lulusan jenjang strata dua
pendidikan khusus PPAT yang kenotariatan atau lulusan
diselenggarakan oleh lembaga program pendidikan khusus
pendidikan tinggi PPAT yang diselenggarakan
oleh kementerian yang
menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang agraria/
pertanahan;
g. lulus ujian yang diselenggarakan g. Lulus ujian yang diselenggarakan
oleh Kantor Menteri Negara oleh kementerian yang
Agraria/Badan Pertanahan menyelenggarakan urusan
Nasional. pemerintahan di bidang
agraria/pertanahan; dan
h. telah menjalani magang atau
nyata-nyata telah bekerja
sebagai karyawan pada kantor
PPAT paling sedikit 1 (satu)
tahun, setelah lulus pendidikan
kenotariatan
Rangkap Jabatan TERBARU!!!
Catatan : Referensi lama
Rangkap Jabatan PPAT harap disesuaikan

BOLEH TIDAK BOLEH


Merangkap jabatan sebagai a. advokat, konsultan
Notaris di tempat kedudukan atau penasehat hukum;
Notaris b. pegawai negeri, pegawai badan
usaha milik negara, pegawai
badan usaha milik daerah,
pegawai swasta;
c. pejabat negara atau Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian
Kerja (PPPK);
d. pimpinan pada sekolah, perguruan
tinggi negeri, atau perguruan
Jika dirangkap?
tinggi swasta;
Termasuk kategori e. surveyor berlisensi;
PELANGGARAN RINGAN f. penilai tanah;
(vide Penjelasan Pasal 10 g. mediator; dan/atau
ayat (4) huruf c PP 24/2016 h. jabatan lainnya yang dilarang oleh
peraturan perundang-undangan.
Bagaimana jika tempat kedudukan Notaris berbeda
dengan tempat kedudukan PPAT?

1. PPAT yang merangkap jabatan sebagai Notaris di kota /


kabupaten selain pada tempat kedudukan sebagai PPAT
wajib mengajukan pindah tempat kedudukan PPAT pada
tempat kedudukan Notaris
2. Berhenti sebagai Notaris (jika tidak bersedia
menyesuaikan dengan tempat kedudukan Notaris)
Pemberhentian PPAT

PPAT Berhenti Menjabat

BERHENTI DEMI HUKUM DIBERHENTIKAN


 Meninggal dunia Ps. 8 ayat  Dengan hormat Ps. 10
 Telah mencapai (1) huruf b  Dengan tidak hormat ayat (1)
& c PP PP 24/2016
usia 65 thn 24/2016  Sementara

Usia 65 thn dapat


diperpanjang s/d 67 thn
dengan mempertimbangkan
kesehatan PPAT ybs
(Ps. 8 ayat (2) PP 24/2016)
HISTORIS :
Pada PP 37/1998 tidak terdapat ketentuan mengenai perpanjangan
masa jabatan
Pemberhentian Dengan Hormat
a. permintaan sendiri;
b. tidak lagi mampu menjalankan tugasnya
karena keadaan kesehatan badan atau
kesehatan jiwanya, setelah dinyatakan
oleh tim pemeriksa kesehatan yang
berwenang atas permintaan
Menteri/Kepala atau pejabat yang
ditunjuk; Ps. 10 ayat
(2) PP
c. merangkap jabatan sebagaimana 24/2016
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2);
d. dinyatakan pailit berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap; dan/atau
e. berada di bawah pengampuan secara
terus menerus lebih dan 3 (tiga) tahun.
Pemberhentian Dengan Tidak Hormat

a. melakukan pelanggaran berat terhadap


larangan atau kewajiban sebagai PPAT;
dan/atau
b. dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan Ps. 10 ayat (3)
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan PP 24/2016
hukum tetap karena melakukan tindak
pidana yang diancam dengan pidana penjara
5 (lima) tahun atau lebih.
Pemberhentian Sementara
a. sedang dalam pemeriksaan pengadilan sebagai
terdakwa suatu perbuatan pidana yang diancam
dengan hukuman kurungan atau penjara
selama-lamanya 5 (lima) tahun atau lebih berat;
b. tidak melaksanakan jabatan PPAT secara nyata
untuk jangka waktu 60 (enam puluh) hari
terhitung sejak tanggal pengambilan sumpah;
c. melakukan pelanggaran ringan terhadap
larangan atau kewajiban sebagai PPAT; Ps. 10
d. diangkat dan mengangkat sumpah jabatan atau ayat (4)
melaksanakan tugas sebagai Notaris dengan PP 24/2016
tempat kedudukan di kabupaten/kota yang lain
daripada tempat kedudukan sebagai PPAT;
e. dalam proses pailit atau penundaan kewajiban
pembayaran utang;
f. berada di bawah pengampuan; dan/atau
g. melakukan perbuatan tercela.
Jenis Pelanggaran Berat

1. membantu melakukan permufakatan jahat yang


mengakibatkan sengketa atau konflik pertanahan;
2. melakukan pembuatan akta sebagai permufakatan jahat
yang mengakibatkan sengketa atau konflik pertanahan;
3. melakukan pembuatan akta di luar wilayah kerjanya
kecuali karena pemekaran kabupaten/kota, pemekaran
provinsi, atau membuat akta tukar menukar, akta
pemasukan ke dalam perusahaan, atau akta pembagian
bersama mengenai beberapa hak atas tanah/Hak Milik
Atas Satuan Rumah Susun yang tidak semuanya terletak
dalam wilayah kerjanya;
4. memberikan keterangan yang tidak benar di dalam akta
yang mengakibatkan sengketa atau konflik pertanahan;
5. membuka kantor cabang atau perwakilan atau bentuk
lainnya di dalam dan/atau di luar wilayah kerjanya;
6. melanggar sumpah jabatan sebagai PPAT;
7. membuat akta PPAT tanpa dihadiri oleh para pihak;
8. membuat akta mengenai hak atas tanah/Hak Milik Atas
Satuan Rumah Susun yang obyeknya masih sengketa;
9. PPAT tidak membacakan akta yang dibuatnya di hadapan
para para pihak,
10. PPAT membuat akta di hadapan para pihak yang
berwenang melakukan perbuatan hukum sesuai akta
yang dibuatnya; dan/atau
11. PPAT membuat akta dalam masa dikenakan sanksi
pemberhentian dengan hormat, pemberhentian
sementara, atau dalam keadaan cuti.

Vide Penjelasan Pasal 10


ayat (3) huruf a PP 24/2016
Jenis Pelanggaran Ringan

1. memungut uang jasa melebihi ketentuan


peraturan perundang-undangan;
2. dalam waktu 2 (dua) bulan setelah berakhirnya
cuti tidak melaksanakan tugasnya kembali;
3. tidak menyampaikan laporan bulanan mengenai
akta yang dibuatnya; dan/atau
4. merangkap jabatan.

Vide Penjelasan Pasal 10


ayat (4) huruf c PP 24/2016
Daerah Kerja PPAT
Pasal 12 PP 24/2016 :
(1) Daerah kerja PPAT adalah satu wilayah provinsi.
(2) Daerah kerja PPAT Sementara dan PPAT Khusus
meliputi wilayah kerjanya sebagai Pejabat
Pemerintah yang menjadi dasar penunjukannya.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai daerah kerja PPAT
diatur dengan Peraturan Menteri.

Belum Bisa Dilaksanakan meskipun dalam Pasal II angka


6 PP 24/2016 disebutkan “Peraturan Pemerintah Ini Mulai
Berlaku Pada Tanggal Diundangkan”,, dengan alasan
Peraturan Menteri sebagaimana disebut dalam Pasal 12
Ayat (3) PP 24/2016 BELUM DIUNDANGKAN”
Tempat Kedudukan PPAT TERBARU!!!
Catatan : Referensi lama
harap disesuaikan

Pasal 12A :
PPAT mempunyai tempat kedudukan di kabupaten/ kota di
provinsi yang menjadi bagian dari daerah kerja.

Pasal 12B
(1) PPAT dapat berpindah tempat kedudukan dan daerah kerja.
(2) Dalam hal PPAT akan berpindah alamat kantor yang masih
dalam kabupaten/kota tempat kedudukan PPAT, wajib
melaporkan kepada Kepala Kantor Pertanahan
kabupaten/kota tempat kedudukan PPAT.
(3) Dalam hal PPAT akan berpindah tempat kedudukan ke
kabupaten/kota pada daerah kerja yang sama atau berpindah
daerah kerja, wajib mengajukan permohonan perpindahan
tempat kedudukan atau daerah kerja kepada Menteri.”
Pemekaran Wilayah TERBARU!!!
Catatan : Referensi lama
harap disesuaikan

Pemekaran Kabupaten/Kota atau Provinsi diatur dalam


Pasal 13 PP 24/2016
KABUPATEN/KOTA
menyebabkan perubahan tempat Pasal 13
kedudukan PPAT, maka PPAT: ayat (1) PP
1. Kedudukannya tetap sesuai SK 24/2016
2. Mengajukan permohonan
pindah
PEMEKARAN
PROVINSI
menyebabkan perubahan daerah Pasal 13
kerja PPAT, maka PPAT: ayat (2) PP
1. Daerah kerjanya tetap sesuai SK 24/2016
2. Mengajukan permohonan
pindah
Permohonan perubahan tempat kedudukan PPAT atau
daerah kerja PPAT karena pemekaran wilayah diajukan
kepada Menteri dalam jangka waktu paling lama 90
(sembilan puluh) hari terhitung sejak tanggal Undang-
Undang mengenai pemekaran wilayah diundangkan
(Ps. 13 ayat (3) PP 24/2016)

Pada kurun waktu 90 hari tersebut PPAT dapat membuat


akta di tempat kedudukan yang baru atau yang lama (Ps.
13 ayat (4) PP 24/2016)
Formasi Jabatan TERBARU!!!
Catatan : Referensi lama
harap disesuaikan

PP 24/2016 menghapus ketentuan mengenai formasi


jabatan PPAT

Calon PPAT bebas memilih dimana tempat


kedudukannya dengan mempertimbangkan dimana
tempat kedudukan Notarisnya berada
Dihapuskannya ketentuan mengenai formasi
jabatan PPAT mempermudah calon PPAT yang
sudah menjabat Notaris untuk menyesuaikan
tempat kedudukannya

HISTORIS :
Sebelum dihapus dengan PP 24/2016, Ps. 14 angka PP 37/1998
menentukan bahwa formasi jabatan PPAT ditetapkan oleh Menteri dan
apabila formasi pada suatu daerah sudah terpenuhi maka oleh Menteri
wilayah tersebut dinyatakan tertutup untuk pengangkatan PPAT.
Sumpah Jabatan PPAT TERBARU!!!
Catatan : Referensi lama
harap disesuaikan

PPAT dan PPAT Sementara sebelum menjalankan


jabatannya wajib mengangkat sumpah jabatan PPAT di
hadapan Menteri atau pejabat yang ditunjuk (Ps. 15 ayat
(1) PP 24/2016)

PPAT Khusus dan PPAT yang pindah


karena terjadi pemekaran wilayah belum
menjalankan jabatannya wajib mengangkat MENGAPA??
sumpah jabatan PPAT di hadapan tidak
perlu mengangkat sumpah
(Ps. 15 ayat (2) & (3) PP 24/2016)

HISTORIS :
Sebelum diubah dalam PP 24/2016, Ps. 15 ayat (1) PP 37/1998
menentukan bahwa sebelum melaksanakan jabatannya PPAT wajib
mengangkat sumpah jabatan PPAT dihadapan Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kotamadya
Lafal Sumpah Jabatan PPAT Pasal 34 ayat (1)
Perkaban 1/2006
“Demi Allah Saya Bersumpah”
“Bahwa Saya, untuk diangkat menjadi PPAT, akan setia dan taat
sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945 dan Pemerintah Republik
Indonesia”.
“Bahwa Saya, akan mentaati peraturan perundang-undangan di bidang
pertanahan dan yang berkaitan dengan ke-PPAT-an serta peraturan
perundang-undangan lainnya”.
“Bahwa Saya, akan menjalankan jabatan Saya dengan jujur, tertib, cermat
dan penuh kesadaran, bertanggung jawab serta tidak berpihak”.
“Bahwa Saya, akan selalu senantiasa menjunjung tinggi kehormatan
negara, pemerintah dan martabat PPAT”.
“Bahwa Saya, akan merahasiakan isi akta-akta yang dibuat dihadapan
Saya dan protokol yang menjadi tanggung jawab Saya, yang menurut
sifatnya atau berdasarkan peraturan perundang-undangan harus
dirahasiakan”.
“Bahwa Saya, untuk diangkat dalam jabatan Saya sebagai PPAT secara
langsung atau tidak langsung dengan dalih atau alasan apapun juga, tidak
pernah memberikan atau berjanji untuk memberikan sesuatu kepada
siapapun juga, demikian juga tidak akan memberikan atau berjanji
memberikan sesuatu kepada siapapun juga’.
Pelaksanaan Jabatan PPAT TERBARU!!!
Catatan : Referensi lama
harap disesuaikan

Dalam waktu 60 (enam puluh) hari setelah pengambilan


sumpah jabatan PPAT wajib:
a. Menyampaikan :
1. Alamat kantornya
2. Contoh tanda tangan
3. Contoh paraf
4. Teraan cap/stempel jabatannya
Kepada : Ps. 19 ayat (1)
1. Kakanwil BPN PP 24/2016
2. Bupati/Walikota Yang meliputi
3. Ketua PN daerah kerja
PPAT
4. Kepala Kantor BPN
b. Melaksanakan jabatan secara nyata
HISTORIS :
Sebelum diubah dalam PP 24/2016, Ps. 19 ayat (1) PP 37/1998
menentukan bahwa kewajiban laporan kepada beberapa instansi diatas &
kewajiban menjalankan jabatan secara nyata adalah 1 (satu) bulan
setelah pengambilan sumpah
Kantor PPAT

PPAT wajib mempunyai hanya satu kantor, yaitu di tempat


kedudukannya dan harus berkantor yang sama dengan
tempat kedudukan Notaris (apabila merangkap sebagai
Notaris)
(Ps. 20 ayat (1) dan (1a) PP 24/2016)

PPAT tidak dibenarkan membuka kantor cabang atau


perwakilan atau bentuk lainnya yang terletak di luar dan
atau di dalam daerah kerjanya dengan maksud
menawarkan jasa kepada masyarakat.
(Ps. 46 ayat (3) Perkaban 1/2006)

PPAT wajib memasang papan nama dan menggunakan


stempel yang bentuk dan ukurannya ditetapkan oleh
Menteri
(Ps. 20 ayat (2) PP 24/2016)
Kantor PPAT wajib dibuka setiap hari kerja
kecuali pada hari libur resmi dengan jam
kerja paling kurang sama dengan jam kerja
Kantor Pertanahan setempat.
Apabila dianggap perlu PPAT dapat
membuka kantornya di luar jam kerja
dalam rangka memberikan pelayanan Ps. 47
pembuatan akta pada masyarakat. Perkaban
1/2006
PPAT yang sedang melaksanakan cuti dan
tidak menunjuk PPAT Pengganti, kantor
PPAT yang bersangkutan wajib dibuka setiap
hari kerja untuk melayani masyarakat dalam
pemberian keterangan, salinan akta yang
tersimpan sebagai protokol PPAT.
Stempel Jabatan PPAT

Stempel jabatan PPAT diterakan pada :


1. Setiap tanda tangan PPAT
2. Akta
3. Salinan akta
Ps. 48
4. Surat
Perkaban
5. Dokumen lain yang merupakan 1/2006
produk dari PPAT yang
bersangkutan.

a. Bentuk Stempel :
Bulat, terdapat 2 (dua) lingkaran, di tengah lingkaran
dalam untuk nama PPAT atau PPAT Pengganti atau
tulisan Camat atau Kepala Desa.

b. Tulisan...
...Kepala Desa.
b. Tulisan dalam stempel :
1. untuk PPAT atau PPAT Pengganti, lingkaran luar bagian
atas ditulis “PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH” atau “PPAT
PENGGANTI” dan lingkaran luar bagian bawah ditulis
daerah kerja nama Kabupaten/Kota yang dibatasi dengan
gambar bintang;
2. untuk PPAT Sementara, lingkaran luar bagian atas ditulis
“PPAT SEMENTARA” dan lingkaran luar bagian bawah
ditulis daerahkerja PPAT Sementara “Kecamatan atau Desa”
yang dibatasi dengan gambar bintang;
3. warna tinta stempel : Merah.
c. Ukuran :
1. bulatan luar dengan garis tengah 31/2 cm, dibuat dalam
garis lingkar rangkap yang sebelah luar agak menebal
sedangkan yang di dalam dengan garis lebih tipis dan
bergaris tengah lebih kecil. Jarak antara kedua bulatan
adalah 1 mm.
2. bulatan...
...1 mm.

2. bulatan dalam dengan garis tengah 2 cm, dibuat dengan


garis lingkar tunggal.
3. di antara bulatan luar dan dalam, di bagian tengah bawah
terdapat 2 (dua) lukisan bintang bersudut 5 (lima) dengan
ukuran garis tengah 3 mm.
4. Dalam ruang bulatan terdapat ruang yang dibatasi oleh 2
(dua) garis lurus mendatar sejajar dengan jarak satu sama
lain 1 1/2 cm yang ditulis dengan huruf kapital :
a) Nama PPAT atau PPAT Pengganti; atau
b) tulisan Camat; atau
c) tulisan Kepala Desa.
5. Sebelah atas maupun bawah dari ruang angka 4 di atas
terlukis garis-garis tegak lurus dengan jarak antara garis
satu dengan yang lainnya sebesar 1 mm.
Papan Nama PPAT
Bentuk dan Ukuran Papan Nama Jabatan PPAT
dan PPAT Sementara yang dijabat oleh Camat
dan/atau Kepala Desa : Ps. 49
a. Ukuran : 100 x 40 cm atau 150 x 60 cm Perkaban
atau 200 x 80 cm 1/2006
b. Warna : Dasar dicat putih, tulisan hitam
c. Bentuk huruf : Cetak kapital (huruf besar),
untuk nama dipergunakan huruf yang
lebih besar.

Apabila pemasangan papan nama tidak bisa


dilakukan karena kesulitan tempat, maka
pemasangan papan jabatan dilakukan pada
tempat yang memungkinkan dan dapat dibaca
oleh umum sepanjang masih dalam lingkungan
gedung tempat kantor PPAT dimaksud.
Kop Surat PPAT

Kop surat jabatan PPAT dibuat dengan ketentuan


sebagai berikut : Ps. 50
Perkaban
a. kop surat jabatan PPAT dicantumkan di
1/2006
bagian atas sebelah kiri dari kertas surat
dan sampul dinas PPAT
b. tidak dibenarkan menulis jabatan lain
kecuali jabatan PPAT
c. kop surat jabatan PPAT dibuat dengan
warna hitam.
Kewajiban PPAT
Ps. 45 Perkaban 1/2006

a. menjunjung tinggi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945,


dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. mengikuti pelantikan dan pengangkatan sumpah jabatan
sebagai PPAT;
c. menyampaikan laporan bulanan mengenai akta yang
dibuatnya kepada Kepala Kantor Pertanahan, Kepala
Kantor Wilayah dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi
dan Bangunan setempat paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya;
d. menyerahkan protokol PPAT dalam hal :
1. PPAT yang berhenti menjabat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 ayat (1) dan ayat (2) kepada PPAT di
daerah kerjanya atau kepada Kepala Kantor
Pertanahan;

2. PPAT Sementara...
...Pertanahan;

2. PPAT Sementara yang berhenti sebagai PPAT


Sementara kepada PPAT Sementara yang
menggantikannya atau kepada Kepala Kantor
Pertanahan;
3. PPAT Khusus yang berhenti sebagai PPAT Khusus
kepada PPAT Khusus yang menggantikannya atau
kepada Kepala Kantor Pertanahan.
e. membebaskan uang jasa kepada orang yang tidak mampu,
yang dibuktikan secara sah;
f. membuka kantornya setiap hari kerja kecuali sedang
melaksanakan cuti atau hari libur resmi dengan jam kerja
paling kurang sama dengan jam kerja Kantor Pertanahan
setempat;
g. berkantor hanya di 1 (satu) kantor dalam daerah kerja
sebagaimana ditetapkan dalam keputusan pengangkatan
PPAT;
h. menyampaikan...
...PPAT

h. menyampaikan alamat kantornya, contoh tanda tangan,


contoh paraf dan teraan cap/stempel jabatannya kepada
Kepala Kantor Wilayah, Bupati/ Walikota, Ketua
Pengadilan Negeri dan Kepala Kantor Pertanahan yang
wilayahnya meliputi daerah kerja PPAT yang
bersangkutan dalam waktu 1 (satu) bulan setelah
pengambilan sumpah jabatan;
i. melaksanakan jabatan secara nyata setelah pengambilan
sumpah jabatan;
j. memasang papan nama dan menggunakan stempel yang
bentuk dan ukurannya ditetapkan oleh Kepala Badan;
k. lain-lain sesuai peraturan perundang-undangan.
Hak PPAT

a. cuti;
b. memperoleh uang jasa (honorarium) dari
pembuatan akta
c. memperoleh informasi serta
perkembangan peraturan Ps. 36
perundang- undangan pertanahan; Perkaban
d. memperoleh kesempatan untuk 1/2006
mengajukan pembelaan diri sebelum
ditetapkannya keputusan pemberhentian
sebagai PPAT.
Cuti PPAT
PPAT dapat melaksanakan cuti :
a. cuti tahunan paling lama 2 (dua) minggu
setiap tahun takwim;
b. cuti sakit termasuk cuti melahirkan,
untuk jangka waktu menurut keterangan Ps. 37 ayat
dari dokter yang berwenang; (1)
c. cuti karena alasan penting dapat Perkaban
diambil setiap kali diperlukan dengan 1/2006
jangka waktu paling lama 9 (sembilan)
bulan dalam setiap 3 (tiga) tahun takwim.
Untuk dapat melaksanakan cuti PPAT yang
baru diangkat dan diangkat kembali harus
sudah membuka kantor PPATnya minimal
3 (tiga) tahun.
CUTI

Kurang dari 3 bulan s/d Lebih dari Ps. 30 ayat (2)


3 bulan 6 bulan 6 bulan PP 37/1998

Persetujuan Persetujuan Persetujuan


Kepala Kepala Kepala
Kantor Kantor Badan
Pertanahan Wilayah
Akta PPAT
Ps. 20 ayat (1) PP 37/1998:
Akta PPAT dibuat dengan bentuk yang ditetapkan
oleh Menteri diatur dalam Perkaban 8/2012
(lihat lampiran perkaban)

Sampul Akta
 Jenis kertas sampul adalah kertas karton (contoh : BW/BC/TIK)
150 s.d. 250 gram;
 Ukuran kertas sampul 29.7 cm x 42 cm (A3)
 Warna sampul putih
 Sampul depan diberikan kop PPAT dan ditulis judul akta misal
”AKTA JUAL BELI”
 Penulisan judul akta dengan huruf Bookman Old Style,
ukuran 28 dan warna hitam
 Tinta yang dipergunakan berwarna hitam dan tidak
mudah luntur
Formulir Akta
 Jenis kertas HVS 80 s/d 100 gram
 Ukuran kertas 29.7 cm x 42 cm (A3)
 Warna kertas putih
 Setiap halaman formulir akta dicetak diketik dengan huruf
Bookman Old Style, ukuran 12 dan warna hitam
 Setiap lembar formulir akta diketik bolak-balik tiap
halaman
 Tinta yang dipergunakan berwarna hitam dan tidak mudah
luntur.

Pada setiap halaman akta PPAT diberi paraf oleh PPAT,


para pihak dan para saksi di bagian pojok kanan bawah
halaman akta PPAT
Untuk menjada keakuratan data, dalam akta PPAT sebaiknya
dihindari adanya perbaikan/pencoretan/penggantian/
penambahan (renvooi)

Apabila terjadi :
1. Perbaikan/penggantian, maka kata/frasa/kalimat yang
salah dicoret dan diberi paraf oleh para penandatangan akta
2. Penambahan kata/frasa/kalimat, dilakukan di :
a. ruang kosong lembaran akta dengan diberi paraf
penandatangan akta, atau
b. Lembar kertas yang ditambahkan pada akta,
mencantumkan nomor akta disetiap halaman yang
ditambahkan dan diberi paraf oleh penandatangan akta
Semua jenis akta PPAT diberi satu nomor urut Ps. 21 ayat
yang berulang pada permulaan tahun takwim (2) PP
37/1998
Akta PPAT dibuat dalam bentuk asli dalam 2 (dua)
lembar yaitu:
1. lembar pertama sebanyak 1 (satu) rangkap
disimpan oleh PPAT yang bersangkutan, dan
2. lembar kedua sebanyak 1 (satu) rangkap atau
lebih menurut banyaknya hak atas tanah atau Ps. 21 ayat
Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang (3) PP
menjadi obyek perbuatan hukum dalam akta, 37/1998
yang disampaikan kepada Kantor
Pertanahan untuk keperluan pendaftaran
peralihan hak dan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dapat diberikan salinannya.

Khusus untuk SKMHT lembar kedua disampaikan


kepada pemegang kuasa untuk dasar pembuatan
APHT
Akta PPAT wajib :
1. Dibacakan/dijelaskan isinya kepada para
pihak
2. Dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2 Ps. 22
(dua) orang saksi PP 37/1998
3. Ditandatangani seketika itu juga oleh para
pihak, saksi-saksi dan PPAT.

MENGAPA???

Perhatikan!!!
Untuk pemenuhan sifat otentik dari akta, pembacaan akta dilakukan
sendiri oleh PPAT, Penandatanganan para pihak, saksi dan oleh PPAT,
dilakukan segera setelah pembacaan akta
(Lihat Penjelasan Pasal 22 PJ PPAT)
PPAT dilarang membuat akta untuk :
1. PPAT sendiri
2. Suami atau isterinya,
3. Keluarganya sedarah atau semenda, dalam garis
lurus tanpa pembatasan derajat dan dalam
Ps. 23
garis ke samping sampai derajat kedua
PP 37/1998
4. Menjadi pihak dalam perbuatan hukum yang
bersangkutan, baik dengan cara bertindak
sendiri maupun melalui kuasa, atau menjadi
kuasa dari pihak lain.
PPAT melaksanakan tugas pembuat akta PPAT di
kantornya dengan dihadiri oleh para pihak dalam
perbuatan hukum yang bersangkutan atau kuasanya
sesuai peraturan perundang-undangan.
Ps. 52
PPAT dapat membuat akta di luar kantornya hanya Perkaban
apabila salah satu pihak dalam perbuatan hukum atau 1/2006
kuasanya tidak dapat datang di kantor PPAT karena
alasan yang sah, dengan ketentuan pada saat
pembuatan aktanya para pihak harus hadir dihadapan
PPAT di tempat pembuatan akta yang disepakati
Pembuatan Akta PPAT

PPAT menolak untuk membuat akta, jika:


a. mengenai bidang tanah yang sudah terdaftar
atau hak milik atas satuan rumah susun,
kepadanya tidak disampaikan sertifikat asli
hak yang bersangkutan atau sertifikat yang
diserahkan tidak sesuai dengan daftar-daftar
yang ada di Kantor Pertanahan
b. mengenai bidang tanah yang belum terdaftar, Ps. 39
kepadanya tidak disampaikan: PP 24/1997
1) surat bukti hak lama atau surat keterangan
Kepala Desa/Kelurahan yang menyatakan
bahwa yang bersangkutan menguasai
bidang tanah tersebut selama 20 tahun
2)surat keterangan yang menyatakan
bahwa bidang tanah yang bersangkutan
belum besertifikat dari Kantor
Pertanahan, atau untuk tanah yang terletak
di daerah yang jauh dari kedudukan Kantor
Pertanahan, dari pemegang hak yang
bersangkutan dengan dikuatkan oleh
Kepala Desa/Kelurahan
c. salah satu atau para pihak yang akan
Ps. 39
melakukan perbuatan hukum yang
PP 24/1997
bersangkutan atau salah satu saksi tidak
berhak atau tidak memenuhi syarat untuk
bertindak demikian
d. salah satu pihak atau para pihak bertindak
atas dasar suatu surat kuasa mutlak yang
pada hakikatnya berisikan perbuatan hukum
pemindahan hak
e. untuk perbuatan hukum yang akan dilakukan
belum diperoleh izin Pejabat atau instansi
yang berwenang, apabila izin tersebut
diperlukan menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku
f. obyek perbuatan hukum yang bersangkutan
sedang dalam sengketa mengenai data fisik dan
atau data yuridisnya
Ps. 39
g. tidak dipenuhi syarat lain atau dilanggar PP 24/1997
larangan yang ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan yang bersangkutan.

Penolakan untuk membuat akta tersebut


diberitahukan secara tertulis kepada pihak-
pihak yang bersangkutan disertai alasannya.
Pembuatan Akta PPAT

Sebelum pembuatan akta PPAT wajib


melakukan pemeriksaan kesesuaian/
keabsahan sertipikat dan catatan lain pada
Kantor Pertanahan setempat dengan
menjelaskan maksud dan tujuannya
Ps. 54
Dalam pembuatan akta PPAT tidak Perkaban
diperbolehkan memuat kata-kata “sesuai atau 1/2006
menurut keterangan para pihak” kecuali
didukung oleh data formil
PPAT berwenang menolak pembuatan akta,
yang tidak didasari data formil

PPAT...
...formil

PPAT tidak diperbolehkan membuat atas


sebagian bidang tanah yang sudah terdaftar
atau tanah milik adat, sebelum diukur oleh
Kantor Pertanahan dan diberikan Nomor
Identifikasi Bidang Tanah (NIB)

Ps. 54
Dalam pembuatan akta, PPAT wajib
Perkaban
mencantumkan : 1/2006
1. NIB dan atau nomor hak atas tanah,
2. Nomor Surat Pemberitahuan Pajak
Terhutang (SPPT) PBB
3. Penggunaan dan pemanfaatan tanah sesuai
dengan keadaan lapangan.
Buku Daftar Akta PPAT

PPAT wajib membuat daftar akta dengan


menggunakan 1 (satu) buku daftar akta untuk
semua jenis akta yang dibuatnya, yang di dalamnya
dicantumkan secara berurut nomor semua akta yang
dibuat berikut data lain yang berkaitan dengan
pembuatan akta
Ps. 26 PP
Buku daftar PPAT diisi setiap hari kerja PPAT dan
37/1998 jo.
ditutup setiap akhir hari kerja yang sama dengan
Ps. 56
garis tinta hitam dan diparaf oleh PPAT pada kolom Perkaban
terakhir dibawah garis penutup. 1/2006
Apabila pada hari kerja yang bersangkutan tidak
terdapat akta yang dibuat, maka dicantumkan kata
“Nihil”, disamping tanggal pencatatan dimaksud.
Pada akhir kerja terakhir setiap bulan, daftar akta
PPAT ditutup dengan garis merah dan tanda tangan
serta nama jelas PPAT
Penjilidan Akta dan Warkah Pendukung Akta

Akta otentik, surat dibawah tangan, atau


dokumen lainnya yang dipakai sebagai dasar
bagi penghadap sebagai pihak dalam perbuatan Ps. 58
hukum yang dibuatkan aktanya dinyatakan Perkaban
dalam akta yang bersangkutan dan dilekatkan 1/2006
atau dijahitkan pada akta yang disimpan oleh
PPAT
Ps. 25 PP
Dijilid satu bulan sekali dalam 1 (satu) sampul 37/1998 jo.
yang berisi 50 (lima puluh) akta Ps. 59
Perkaban
Warkah yang merupakan dokuman yang 1/2006
dijadikan dasar pembuatan akta, selain akta
otentik, surat dibawah tangan, atau dokumen Ps. 60
lainnya dijilid tersendiri satu bulan sekali Perkaban
dalam bundel warkah pendukung yang masing- 1/2006
masing berisi warkah pendukung untuk 25 (dua
puluh lima) akta
Kewajiban PPAT Berkaitan Dengan Akta
PPAT wajib menyampaikan akta PPAT dan dokumen-
dokumen lain yang diperlukan untuk keperluan
pendaftaran akta perbuatan hukum yang dibuatnya
kepada Kepala Kantor Pertanahan paling lambat 7
(tujuh) hari kerja sejak ditandatangani akta yang
bersangkutan

PELANGGARAN ATAS KETENTUAN TERSEBUT


MERUPAKAN PELANGGARAN ADMINISTRATIF
(Ps 61 Perkaban 1/2006)
Laporan Bulanan PPAT
PPAT wajib mengirim laporan bulanan
mengenai akta yang dibuatnya, yang diambil
daribuku daftar akta PPAT selambat-
lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya
kepada :
1. Kepala Kantor Pertanahan Ps. 26 ayat
2. Kepala Kantor Wilayah (3) PP
3. Kepala Kantor Pelayanan PBB 37/1998 jo.
Ps. 58
4. Kepala Kantor Pelayanan Pajak
Perkaban
1/2006
Pengiriman laporan bulanan dapat
diantarkan langsung atau dapat juga
melalui jasa pengiriman tercatat
Protokol PPAT

Protokol PPAT adalah kumpulan dokumen


yang harus disimpan dan dipelihara oleh
PPAT yang terdiri dari :
1. Daftar akta
2. Akta asli Ps. 1 angka 5
3. Warkah pendukung akta PJ PPAT
4. Arsip laporan
5. Agenda
6. Surat-surat lainnya

Warkah adalah dokumen yang dijadikan dasar pembuatan


akta PPAT (Ps. 1 angka 6 PJ PPAT)

PPAT...
...PJ PPAT)

PPAT yang berhenti menjabat karena


diberhentikan dengan hormat dan
diberhentikan dengan tidak hormat diwajibkan
menyerahkan protokol PPAT kepada PPAT di
daerah kerjanya
PPAT Sementara yang berhenti sebagai PPAT
Sementara menyerahkan protokol PPAT kepada
PPAT Sementara yang menggantinya Ps. 27 PP
24/2016
PPAT Khusus yang berhenti sebagai PPAT
Khusus menyerahkan protokol PPAT kepada
PPAT Khusus yang menggantinya
Untuk protokol PPAT Sementara dan PPAT
Khusus, apabila tidak ada PPAT penerima
protokol maka protokol PPAT diserahkan
kepada Kepala Kantor Pertanahan setempat

Apabila...
...setempat

Apabila PPAT meninggal dunia, salah seorang ahli


waris/keluarganya atau pegawainya wajib
melaporkannya kepada Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kotamadya setempat dalam jangka
waktu 30 (tiga puluh) hari sejak PPAT meninggal
dunia
Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya
melaporkan meninggalnya PPAT berdasarkan
laporan atau karena pengetahuan yang diperoleh dari Ps. 28 PP
sumber lain kepada Kepala Kantor Wilayah Badan 37/1998
Pertanahan Nasional Propinsi disertai usul
penunjukan PPAT yang akan diserahi protokol
PPAT yang meninggal dunia.
Ahli waris, keluarga terdekat atau pihak yang
menguasai protokol PPAT yang meninggal dunia
wajib menyerahterimakan protokol PPAT yang
bersangkutan kepada PPAT yang ditunjuk Kepala
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi.
Honorarium PPAT
Uang jasa (honorarium) PPAT dan PPAT Sementara,
termasuk uang jasa (honorarium) saksi tidak boleh
melebihi 1% (satu persen) dan harga transaksi yang
tercantum di dalam akta.
PPAT dan PPAT Sementara wajib memberikan jasa
Ps. 32 PP
tanpa memungut biaya kepada seseorang yang tidak 24/2016
mampu.
Di dalam melaksanakan tugasnya, PPAT dan PPAT
Sementara dilarang melakukan pungutan lebih dari 1%
PPAT Khusus melaksanakan tugasnya tanpa
memungut biaya.

SANKSI ADMINISTRATIF JIKA DILANGGAR


HISTORIS :
Sebelum diubah dalam PP 24/2016, pada Ps. 32 PP 37/1998 tidak ada
sanksi atas pelanggaran terhadap ketentuan honorarium
PPAT Pengganti TERBARU!!!
Catatan : Referensi lama
harap disesuaikan

Selama PPAT diberhentikan untuk sementara atau


menjalani cuti maka tugas dan kewenangan PPAT
dapat dilaksanakan oleh PPAT pengganti atas
permohonan PPAT yang bersangkutan Ps. 31
ayat (1)
dan ayat
PPAT pengganti diusulkan oleh PPAT yang
(2) PP
bersangkutan dan diangkat oleh pejabat yang 24/2016
berwenang menetapkan pemberhentian sementara
atau persetujuan cuti di dalam keputusan
mengenai pemberhentian sementara atau
keputusan persetujuan cuti yang bersangkutan
serta diambil sumpahnya oleh Kepala Kantor
Pertanahan Setempat
Persyaratan...
...setempat

Persyaratan untuk menjadi PPAT pengganti :


a. telah lulus program pendidikan kenotariatan Ps. 31
dan telah menjadi pegawai kantor PPAT paling ayat (3)
sedikit selama 1 (satu) tahun, atau; PP
24/2016
b. telah lulus program pendidikan khusus PPAT
yang diselenggarakan oleh kementerian

HISTORIS :
Sebelum diubah dalam PP 24/2016, syarat untuk dapat menjadi PPAT
Pengganti sebagaimana ditentukan dalam Ps. 31 ayat (3) PP 37/1998
adalah lulusan Sarjana Hukum dan telah menjadi pegawai kantor PPAT
selama 2 (dua) tahun
Pembinaan Dan Pengawasan PPAT

Menteri melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap


pelaksanaan tugas PPAT (Ps. 33 PP 24/2016)

Menteri Agraria Dan Tata Ruang


Organisasi Profesi PPAT Dan Kode Etik PPAT
Untuk menjaga martabat dan kehormatan profesi
PPAT dan/atau PPAT Sementara wajib dibentuk
organisasi profesi PPAT dan/atau PPAT Sementara.
Organisasi profesi PPAT dan/atau PPAT Sementara
wajib menyusun 1 (satu) Kode Etik Profesi PPAT
yang berlaku secara nasional untuk ditaati semua Ps. 69
anggota PPAT dan PPAT Sementara. Perkaban
1/2006
Penyusunan Kode Etik Profesi PPAT dilakukan oleh
organisasi profesi PPAT secara bersama-sama dan
Kode etik profesi PPAT yang telah disusun
disahkan oleh Kepala Badan sebagai pedoman
bersama untuk pengembangan profesi PPAT.

Organisasi Profesi PPAT = Ikatan


Pejabat Pembuat Akta Tanah (IPPAT)
Kode Etik PPAT disahkan melalui Kepmen
ATR/BPN No 112/KEP-4.1/IV/2017
Perhatian!!!

PPAT bertanggung jawab secara pribadi atas pelaksanaan


tugas dan jabatannya dalam setiap pembuatan akta.

Selalu terapkan prinsip kehati-hatian dalam


menjalankan tugas jabatan PPAT dan selalu
memperhatikan ketentuan dalam Peraturan
Perundang-Undangan yang ada
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai