Anda di halaman 1dari 158

MATERI PPAT (RECAP)

Pengertian PPAT
• PPAT adalah pejabat umum yang diberi wewenang untuk membuat
akta-akta autentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai
hak – hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun (Pasal 1
angka 1 PP 37/1998 Jo. PP 24/2016)
PPAT tidak bisa lepas dari hukum tanah/ UUPA dan KUH
Perdata (khusus terkait Perikatan dan Perjanjian)
Dasar :
• Sila ke 5 Pancasila (idelologi/falasafah bangsa)
• Alinea ke-4 pembukaan UUD NRI 1945 (negara melindungi segenap bangsa, memajukan
kesejahteraan umum, dst berdasarkan Pancasila)
• Pasal 33 ayat (3) UUD NRI 1945 (bumi, air, dan kekayaan alam dst)
• Pasal 28 huruf h ayat (4) UUD NRI 1945 ( Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi
dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun)
• UUPA – Pasal 19 ayat (1) (dilaksanakan pendaftaran tanah di seluruh RI untuk kepastian
hukum dan 26 (1) jual beli, penukaran, penghibahan, dan perbuatan hukum lain yang
dimaksudkan untuk pemindahan hak serta pengawasannya oleh peraturan pemerintah
UUPA (UU 5/1960) PP 24/1997, PP 10/1961 (Pendaftaran tanah)
• Pasal 5 PP 24/1997 : instansi pemerintah yang menyelenggarakan
pendaftaran tanah adalan Badan Pemerintahan Nasional/ Kemnetrian
ATR
• Pasal 6 ayat (1) Dilaksanakan oleh Kepala Badan Pertanahan (BPN)
Kota/Kabupaten setempat
• Pasal 6 ayat (2) Dibantu sebagiannya oleh PPAT yang diatur dengan PP
24/2016 jo. PP 37/1998 ttg PPAT
• Pasal 7 PP 24/1997 ttg akta tanah perku mengatur jabatan PPAT
dengan suatu peraturan pemerintah yaitu PP 37/1998 jo. PP 24/2016
DEFINISI PPAT
• Ps. 1 ayat (4) UU No. 4/1996 : PPAT adalah pejabat umum yang diberi
wewenang untuk membuat akta pemindahan hak atas tanah, akta
pembebanan hak tanggungan menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku
• Ps. 1 ayat (5) PP 4/1996 : PPAT adalah pejabat umum yang diberi
kewenangan untuk membuat akta-akta tanah
• Ps. 1 angka 1 Peraturan Jabatan PPAT (PJPPAT) : PPAT adalah pejabat
umum yang diberi wewenang untuk membuat akta-akta otentik
mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau
hak milik atau satuan rumah susun
• Dengan demikian untuk menjamin kepastian hukum atas terjadinya
suatu perbuatan hukum peralihan dan pembebanan oleh para pihak
atas tanah harus dibuat dengan bukti yang sempurna yaitu harus
dibuat dalma suatu akta otentik
• Hal ini dimaksud untuk menjamin hak dan kewajiban serta akibat
hukum atas perbuatan hukum atas tanah oleh para pihak
• PPAT hanya berwenang untuk membuat akta atas tanah/hak milik
atas satuan rumah susun (HMASRS) yang terletak di wilayah kerjanya.
• Pasal 12 PP 24/2016 wewenang PPAT : se provinsi ( namun juknis dan
juklaknya belum ada sehingga sulit dan belum dapat dilakukan
• Pengecualian (Ps. 4 ayat (2) PP 37/1998 jo. PP 24/2016) : akta tukar
menukar, akta pemasukan ke dalam perusahaan dan akta pembagian
hak bersama yang sebagian tanahnya/hak milik atas satuan rumah
susun-nya terletak di luar wilayah kerja PPAT yang bersangkutan
KEWENANGAN PPAT : AKTA YANG DIBUAT OLEH
PPAT (Ps. 3 ayat (1) jo. Ps 2 ayat (2) PP 37/1998
1. Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT)
2. Akta Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT)
3. Akta Jual Beli (AJB)
4. Akta Pembagian Hak Bersama (APHB)
5. Akta Hibah
6. Akta Tukar Menukar
7. Akta Pemberian HGB/Hak Pakai di atas Hak Milik
8. Akta Pemasukan ke Dalam Perusahaan (Inbreng)
PPAT
• PPAT harus berwenang sepanjang mengenai orang-orang untuk
kepentingan siapa akta tersebut dibuat
• PPAT harus berwenang sepanjang mengenai tempat dimana akta itu
dibuat
• PPAT harus berwenang sepanjang yang menyangkut akta yang
dibuatnya
• PPAT harus berwenang sepanjang mengenai wakti]u pembuatan akta
itu
Ps 6 ayat (2) PP 24/1997
• Ps. 5 dan Ps. 6 ayat (1) PP 24/1997 : Membantu PBN dalam
melaksanakan pendaftaran tanah (asas publisitas) baik untuk pertama
kalinya maupun untuk memelihara data fisik dan data yuridis (adanya
perbuatan hukum pemindahan hak yang aktanya dibuat oleh ppat
dalam ranga RECHT KADASTER
BERDASARKAN AMANAT :
• Ps. 19 ayat (1) UU 5/1960 : Untuk menjamin kepastian hukum oleh
pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah RI
menurut ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah
• Ps. 26 ayat (1) UU 5/1960 : Jual beli, penukaran , penghibahan, dll
diatur oleh PP (PP 10/1961 jo. PP 24/1997 ttg Pendaftaran Tanah)
KEGIATAN :
1. Kegiatan PENDAFTARAN TANAH UNTUK PERTAMA KALINYA :
berupa pengumpulan, pengelolaan, pembukuan, dan penyajian
data fisik dan data yuridis
2. Kegiatan PEMELIHARAAN DATA YURIDIS DAN DATA FISIK
PEMELIHARAAN DATA PENDAFTARAN
TANAH OLEH PPAT :
• Kegiatan pemeliharaan data pendaftaran tanah dilakukan jika terjadi perubahan fisik
dan data yuridis atas obyek tanah yang telah terdaftar.
a. Perubahan data fisik meliputi : 1. Pemecahan bidang tanah, 2. Pemisahan sebagian
atau beberapa bagian dari bidang tanah dan 3. Penggabungan dua atau lebih bidang
tanah
b. Perubahan data yuridis meliputi : 1. Peralihan karena jual beli, tukar menukar, hibah,
pemasukan dalam perusahaan, dan perbuatan pemindahan hak lainnya, 2. Peralihan
hak karena warisan, 3. Peralihan hak karena penggabungan /peleburan badan
hukum, 4. Pembebanan Hak Tanggungan (HT), 5. Peralihan Hak Tanggungan (HT), 6.
Perubahan data pendaftaran tanah berdasarkan putusan pengadilan/penetapan
pengadilan, 7. Perubahan nama akibat pemegang hak ganti nama, 8. Perpanjangan
jangka waktu hak atas tanah, 9. Hapusnya hak atas tanah Ps. 18 UUPA dicabut untuk
kepentingan umum (HPL, HMSRS, dan HT), 10. Pembagian Hak Bersama, 11. Lain-lain
yang merupakan kewenangan PPAT dan bukan merupakan kewenangan pejabat lain
Pejabat-pejabat lain yang membantu Kepala Kantor Pertanahan
Kab/Kota untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu dalam
pendaftaran tanah :
1. PPAT
2. Pejabat pembuat ikrar wakaf (PPAIW) ; Kepala KUA/ Notaris (UU
41/2004) PP 42/2006 ditunjuk Menteri Agama
3. Pejabat dari Kantor Lelang (Notaris)
4. Panitia Adjudikasi (panitia/kepala BPN & Tim yang melaksanakan
pendaftaran tanah tertuang dalam surat keputusan tidak terbatas
pada PTSL pendaftaran tanah sistematis lengkap namun melingkupi
seluruh proyek pendaftaran tanah yang dilakukan oleh pemerintah
Ex : Tim Adjudikasi dalam pendaftaran tanah pasca tsunami di aceh dll.
TUGAS POKOK PPAT
• Melaksanakan ada kata “SEBAGIAN” (ps. 6 ayat (2) pp 24/1997 ttg
pendaftaran tanah)
• Ps. 2 ayat (1) PP 37/1998 : Kegiatan pendaftaran tanah dengan
membuat akta sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan hukum
tertentu mengenai hak atas tanah/hak milik atas satuan rumah susun,
yang dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran
tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum tersebut
KEWENANGAN PPAT
• MEMBUAT AKTA AUTENTIK SEBAGAIMANA DALAM PS 1868 KUH
PERDATA (Bentuk Ditentukan UU & Hrs dihadapan Pejabat yang
Berwenang)
• Ps 3 ayat (1) PP 37/98 jo. Ps 3 ayat (1) per. Ka BPN No. 1/2006 :
membuat akta autentik mengenai perbuatan hukum tertentu
mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun,
yang meliputi perbuatan hukum pemindahan hak, pembebanan hak,
pemberian hak, dan pemberian kuasa membebankan hak tanggungan
atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun yang terletak di
dalam daerah
FUNGSI DAN TANGGUNG JAWAB PPAT
1. Membuat akta yang berfungsi sebagai :
• Bukti telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas
tanah atau hak milik atas satuan rumah susun
• Dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang
diakibatkan oleh perbuatan hukum itu
• Akta PPAT wajib dibuat sesuai dengan Perkaban (peraturan kepala badan
pertanahan nasional) No. 8/2012, sehingga dapat dijadikan dasar yang kuat
untuk pendaftaran pemindahan hak atas tanah dan pembebanan hak yang
bersangkutan
• Menyampaikan akta PPAT dan dokumen pendukung akta kepada kepala
kantor pertanahan dalam waktu 7 hari kerja
SEJARAH PPAT
PPAT dikenal sejak berlakunya PP 10/1961 ttg pendaftaran tanah
(sebagai peraturan pelaksanaan Ps. 19 ayat (1) UU 5/1960 ) disebut
dengan istilah PEJABAT
Ps. 19 PP 10/1961 :
“ Setiap perjanjian yang bermaksud memindahkan hak atas tanah,
memberikan sesuatu hak baru atas tanah, menggadaikan tanah atau
meminjam uang dengan hak atas tanah sebagai tanggungan, harus
dibuktikan dengan suatu akta yang dibuat oleh dan di hadapan
Pejabat yang ditunjuk oleh Menteri (selanjutnya dalam PP ini disebut
PEJABAT). Akta tersebut bentuknya ditetapkan oleh Menteri Agraria”
• Penyebutan secara eksplisit PPAT pertama kali ditemukan dalam Surat Edaran
Menteri Pertanian dan Agraria Nomor/1/2/8, tgl 21 April 1962, perihal
Penjelasan Pasal 5 Peraturan Menteri Agraria Nomor 10/1961 :
“…… apabila untuk suatu kecamatan belum ditunjuk seorang pejabatan khusus
maka Asisten Wedana “ambsthalve” menjadi PPAT..”
• Pembuat akta di hadapan Pejabat harus menggunakan formulir yang
tercetak/formular yang diketik dengan ukuran kertas tertentu & harus
mendapat persetujuan Kepala Jawatan Pendaftaran Tanah dan formular
tercetak yang hanya dapat dibeli di kantor-kantor pos (sebelum perkaban no
8/2012 ttg perubahan perkaban no 3/1997)
MACAM-MACAM PPAT
• PPAT (PP 24/2016 jo. PP 37/1998)
• PPAT sementara ( camat/kepala desa)
• PPAT khusus ( Ka. KP (Kepala Kantor Pertanahan)
PPAT SEMENTARA
• PPAT Sementara adalah Pejabat Pemerintah yang ditunjuk (bukan
diangkat) karena jabatannya untuk melaksanakan tugas PPAT di
daerah yang belum cukup terdapat PPAT (Camat/Kepala Desa jika
dalam suatu wilayah tersebut belum ada PPAT
• Kewenangan : Akta Jual Beli (AJB), Hibah, APHB
PPAT KHUSUS
• Ps 3 ayat (2) PP 37/1998 jo. PP 24 / 2016 : PPAT khusus (Kepala Kantor
Pertanahan) dimana hanya berwenang membuat akta mengenai
perbuatan hukum yang disebut secara khusus dalam penunjukannya
• KEWENANGANNYA :
- Pelepasan Hak atas tanah kepada Negara dll sesuai penunjukan
- Melayani pembuatan akta PPAT yang diperlukan dalam rangka
pelaksanaan program-program pelayanan masyarakat atau untuk
melayani pembuatan akta PPAT tertentu bagi negara sahabat
berdasarkan asas resiprositas sesuai pertimbangan dari Departemen
Luar Negeri, sebagai PPAT Khusus
Pasal 1 angka 7 : Formasi di Hapus & Ps. 1
angka 9 di ubah PP 24/2016
• Definisi :
• Akta PPAT adalah akta yang dibuat oleh PPAT sebagai bukti telah
dilaksanakannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah
atau hak milik atas satuan rumah susun
• Protokol PPAT adalah kumpulan dokumen yang harus disimpan dan
dipelihara oleh PPAT yang terdiri dari daftar akta, akta asli, warkah
pendukung akta, arsip laporan, agenda dan surat-surat lainnya
DEFINISI
• Warkah adalah dokumen yang dijadikan dasar Pembuatan akta PPAT
• Daerah kerja PPAT adalah suatu wilayah yang menunjukan
kewenangan seorang PPAT untuk membuat akta mengenai hak atas
tanah dan hak milik atas satuan ruma susun yang terletak di dalamnya
:
1). Daerah kerja PPAT adalah semua wilayah Prov
2). Daerah kerja PPAT Sementara dan PPAT Khusus meliputi wilayah
kerjanya sebagai Pejabat Pemerintah yang menjadi dasar
penunjukannya
3). Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang agrarian/pertanahan
Pasal 5 PP 37/1998
(1) PPAT diangkat dan diberhentikan oleh Menteri
(2) PPAT diangkat untuk suatu daerah kerja tertentu
(3) Untuk melayani masyrakat dalam pembuatan akta PPAT di daerah
yang belum cukup terdapat PPAT atau untuk melayani golongan
masyarakat tertentu dalam pembuatan akta PPAT tertenti. Menteri
dapat menunjuk pejabat-pejabat di bawah ini sebagai PPAT
Sementara atau PPAT Khusus.
Ps. 6 PP 24/2016 Pengangkatan PPAT
Syarat untuk dapat diangkat menjadi PPAT adalah :
1. WNI
2. Berusia paling rendah 30 Tahun (PP 30/1998) dan 22 tahun (PP 24/2016)
3. Berkelakuan baik yang dinyatakan dengan surat keterangan yang dibuat oleh instansi kepolisian
setempat
4. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan Pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5
tahun/lebih
5. Sehat jasmani dan rohani
6. Berijazah sarjana hukum dan lulusan jenjang S2 Kenotariatan/lulusan program Pendidikan khusus PPAT
yang diselenggarakan oleh Kementrian yang menyelenggarakan urursan pemerintah di bidang
agrarian/pertanahan
7. Lulus ujian yang diselenggarakan oleh kemetrian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang agrarian/pertanahan
8. Telah menajalani magang / nyata-nyata telah bekerja sebagai karyawan pada kantor PPAT paling sedikit
1 tahun setelah lulus Pendidikan kenotariatan
DI ANTARA Ps. 12 & Ps 13 DALAM PP 24/2016
DISISIPKAN 2 PASAL YAKNI PASAL 12 A dan PAASAL 12
B
• Pasal 12 A
PPAT mempunyai tempat kedudukan di kabupaten/kota di provinsi yang
menjadi bagian dari daerah kerjanya
• Pasal 12B
(1) PPAT dapat berpindah tempat kedudukan dan daerha kerja
(2) Dalam hal PPAT akan berpindah alamat kantor yang masih dalam kab/kota
tempat kedudukan PPAT wajib melaporkan kepada Kepala Kantor
Pertanahan Kab/Kota tempat kedudukan PPAT
(3) Dalam hal PPAT akan berpindah tempat kedudukan ke kab/kota pada
daerah kerja yang sama atau berpindah daerah kerja, wajib mengajukan
permohonan perpindahan tempat kedudukan/daerah kerja kepada
Menteri
PASAL 13

• Jika terjadi pemekaran PPAT kedudukan kerjanya sesuai dengan S.K.


Pengangkatan kecuali mengajukan permohonan pindah kerja
Ps. 7 PP 24/2016 YANG DAPAT DIRANGKAP DAN
YANG TIDAK BOLEH DIRANGKAP JABATAN
Sebelumnya :
PPAT dapat merangkap jabatan sebagai Noaris, Konsultan atau
Penasihat Hukum

Diubah :
PPAT dapat merangkap jabatan sebagai Notaris di tempat kedudukan
notaris.
PPAT dilarang :
- merangkap jabatan/ profesi sebagai advokat/penasihat hukum
- Pegawai Negeri/Pegawai Badan Usaha Milik Negara, Pegawai Badan
Usaha Milik Daerah, Pegawai Swasta
- Pejabat negara/pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK)
- Pimpinan pada sekolah, perguruan tinggi negeri ataupun swasta
- Surveyor berlisensi
- Penilai Tanah
- Mediator
- Jabatan lainnya yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan
Ps 8 PP 24/2016
(1) PPAT berhenti menjabat sebagai PPAT karena : a. Meninggal dunia,
b. telah mencapai usia 65 tahun, c. diberhentikan oleh Menteri
sesuai ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini
(2) Ketentuan usia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat
di perpanjang paling lama 2 (dua) tahun sampai dengan usia 67
taun dengan mempertimbangkan Kesehatan yang bersangkutan
(3) PPAT Sementara dan PPAT khusus berhenti melaksanakan tugas
PPAT apabila tidak lagi memegang jabatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (3) huruf a, dan b, atau diberhentikan oleh
Menteri
Ps 10 Ayat (1) PP 24/2016
(1) PPAt yang diberhentikan oleh Menteri sebagaimana dimaksud Pasal
8 ayat (1) huruf c, terdiri atas :
a. diberhentikan dengan hormat
b. diberhentikan dengan tidak hormat
c. diberhentikan sementara
Ps 10 Ayat (2) PP 24/2016
PPAT diberhentikan dengan hormat sebagaimana dimaksud pada ayta (1) huruf
a, karena :
a. Permintaan sendiri
b. Tidak lagi mampu menjalankan tugasnya karena keadaan, Kesehatan badan
atau Kesehatan jiwanya setelah dinyatakan oleh tim pemeriksa Kesehatan
yang berwenang atas permintaan Menteri/Kepala atau pejabat yang
ditunjuk
c. Merangkap jabatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (2)
d. Dinayatkan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuataan hukum dan/atau
e. Berada di bawah pengampuan secara terus menerus lebih dari 3 tahun
Ps 10 Ayat (3) PP 24/2016
PPAT diberhentikan dengan tidak hormat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b, karena :
a. Melakukan pelanggaran berat terhadap larangan atau kewajiban
sebagai PPAT dan / atau dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena
melakukan tindak pidana penjara 5 tahun atau lebih
Ps 10 Ayat (4) PP 24/2016
PPAT diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
karena :
a. Sedang dalam pemeriksaan pengadilan sebagai terdakwa suatu perbuatan
pidana yang diancam dengan hukuman kurungan/penjara selama-lamanya 5
tahun /lebih berat
b. Tidak melaksanakan jabatan PPAT secara nyata untuk jangka waktu 60 hari
terhitung sejak tanggal pengambilan sumpah
c. Melakukan pelanggaran ringan terhadap larangan /kewajiban sebagai PPAT
d. Diangkat dan mengangkat sumpah jabatan/melaksanakan tugas sebagai
Notaris dengan tempat kedudukan di kab/kota yang lain daripada tempat
kedudukan sebagai PPAT
e. Dalam proses pailit / penundaan kewajiban pembayaran utang
f. Berada di bawah pengapuan dan/atau Melakukan perbuatan tercela
Ps 10 Ayat (5) & Ayat (6) PP 24/2016
(5) PPAT yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) huruf a, berlaku sampai ada putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuataan hukum tetap
(6) Pemberhentian PPAT karena alas an sebagaimana dimaksud pada
ayat (2). Ayat (3) , dan ayat (4) dilakukan setelah PPAT yang
bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri
Ps 15 PP 24/2016
(1) PPAT dan PPAT Sementara sebelum menjalankan jabatannya wajib
mengangkat sumpah jabatan PPAT di hadapan Menteri atau pejabat
yang ditunjuk
(2) PPAT Khusus dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf b tidak perlu
mengangkat sumpah jabatan PPAT
(3) PPAT yang tempat kedudukan/daerah kerjannya disesuaikan karena
pemekaran wilayah kab/kota/prov sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (1) dan ayat (2) tidak perlu mengangkat sumpah
jabatan PPAT untuk melaksanakan tugasnya di tempat kedudukan
/daerah kerjanya yang baru
SUMPAH JABATAN PPAT/PPAT
SEMENTARA
• Diucapkan di hadapan Kepala Kantor Pertanahan :
Kabupaten/Kota (Ps 15 ayat (1) PP 37/1998 jo. Ps. 15 PP 24/2016)
• Kapan Sumpah Harus Diucapkan :
Untuk keperluan pengangkatan P kepada Kepala Kantor Pertanahan PPAT
wajib melapor mengenai pengangkatannya sebagai PPAT selambat-
lambatnya dalam waktu 3 bulan terhditung sejak tanggal ditetapkannya
surat keputusan pengangkatan yang bersangkutan sebagai PPAT (Ps. 16
ayat (1) PPJPPAT
JIKA, HAL TERSEBUT TIDAK DILAKUKAN MAKA PENGANGKATAN PPAT
TERSEBUT BATAL DEMI HUKUM
• Ketentuan tersebut juga berlaku untuk Camat yang karena jabatannya
ditunjuk sebagai PPAT Sementara
Sedangkan untuk Kepala Desa yang ditunjuk sebagai PPAT oleh Menteri
(Ka.BPN) pengambilan sumpah dilakukan oleh dan atas nama Prakarsa Kepala
Kantor Pertanahan setelah KA.KP menerima tembusan penunjukan Kepala
Desa tersebut sebagai PPAT Sementara ( Ps. 16 ayat (5) PP 37/1998)
• Pengaturan terkait PPAT Sementara dilatarbelakangi oleh pertimbangan
pada waktu itu Sebagian besar PPAt dijabat oleh Camat yang karena
jabatannya menjalankan sementara jabatan PPAT agar memudahkan
pelaksanaan jabatannya, termasuk petunjuk pengisian formulir atau blanko
akta tsb. Pengaturan tsb masih dipertahankan ole PMA/KBPN Nomor 3/1997
ttg ketentuan pelaksanaan PP 24/1997 sampai dengan keluar PBPN RI No
8/2012 tanggal 27 Desember 2012 yang berlaku mulai tanggal 2 Januari
2013.
• Camat (PPAT Sementara) bisa melakukan kewenangan PPAT jika dalam suatu
kecamatan tidak terdapat satu PPAT
SUMPAH PPAT DIHADAPAN KEPALA
BPN (BUNYI SUMPAH PPAT)
Saya bersumpah :
• Bahwa saya, untuk diangkat sebagai PPAT akan setia dan taat
sepenuhnya kepada Pancasila, UUD NRI 1945, dan Pemerintah RI
• Bahwa saya, akan menaati peraturan Per-UU-an di bidang Pertanahan
dan yang berkaitan dengan ke PPAT-an serta Peraturan Per-UU-an
lainnya
• Bahwa saya, akan menjalankan jabatan saya dengan jujur, tertin,
cermat dan penuh kesadaran, bertanggung jawab serta tidak berpihak
• Bahwa saya, akan selalu senantiasa menjunjung tinggi Kehormatan
Negara, Pemerintah, dan Martabat PPAT
LANJUTAN SUMPAH
• Bahwa saya, akan merahasiakan isi akta-akta yang dibuat dihadapan
saya dan protokol yang menjadi tanggung jawab saya yang menurut
sifatnya dan menurut peraturan per-UU-an harus dirahasiakan
• Bahwa saya, untuk di angkat Jabatan saya sebagai PPAT secara
langsung atau tidak langsung dengan dalih atau alas an apapun juga,
tidak pernah memberikan atau berjanji untuk memberikan sesuatu
kepada siapapun juga, demikian juga tidak akan memberikan atau
berjanji memberikan sesuatu kepada siapapun juga.
Ps. 19 PP 24/2016 KEWAJIBAN DAN PELAKSANAAN
JABATAN PPAT SETELAH MEMPEROLEH
PENGANGKATAN SEBAGAI PPAT
(1) Dalam waktu 60 hari setelah pengambilan sumpah jabatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, PPAT wajib :
a. Menyampaikan alamat kantornya, contoh tanda tangan,
contoh paraf, dan teraan cap/stemple jabatannya kepada Kepala
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional, Bupati/Walikota, Ketua
Pengadilan Negeri dan Kepala Kantor Pertanahan yang wilayahnya
meliputi daerah kerja PPAT yang bersangkutan dan
b. Melaksanakan jabatannya secara nyata
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dikecualikan bagi PPAT Khusus
KEWAJIBAN PPAT DIANTARANYA
• Mengikuti pelantikan dan pengangkatan sumpah jabatan PPAt
• Menjunjung tinggi Pancasila, UUD NRI 1945, dan NKRI
• Menyampaikan laporan bulanan mengenai akta yang dibuatnya kepada
Kepala Kantor Pertanahan, Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Kantor
Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan setempat paling lambat tanggal 10
bulan berikutnya
• Menyerahkan protocol PPAT dalam hal PPAT yang berhenti menjabat
kepada PPAt di daerah kerjannya
• Membebaskan uang jasa kepada orang yang tidak mampu
• Membuka kantornya setiap hari kerja kecuali sedang melaksanakan cuti
atau hari libur resmi dengan jam kerja paling kurang sama dengan jam
LANJUTAN KEWAJIBAN PPAT
• Berkantor hanya di 1 kantor dalam daerah kerja sebagaimana ditetapkan
dalam keputusan pengangkatan PPAT
• Menyampaikan alamat kantornya, contoh tanda tangan, contoh paraf
dan teraan cap/stemple jabatannya kepada Kepala Kantor Wilayah
Bupati/Walikota, Ketua Pengadilan Negeri dan Kepala Kantor Pertanahan
yang wilayahnya meliputi daerah kerja PPAT yang bersangkutan dalam
waktu 1 bulan setelah pengambilan sumpah jabatan
• Melaksanakan jabatan secara nyata setelah pengambilan sumpah
jabatan
• Memasang papan nama dan menggunakan stemple yang bentuk dan
ukurannya ditetpkan oleh Kepala Badan
• PPAT Pengganti : wajib mengucapkan sumpah ( Ps 31 ayat (2) PP
37/1998)
• PPAT KHUSUS : Tidak perlu mengucapkan sumpah jabatan (Ps. 15 ayat
(2) PP 37/1998)
• PPAT/PPAT SEMENTARA YANG BELUM MENGUCAPKAN SUMPAH
JABATAN DILARANG MENJALANKAN JABATANNYA SEBAGAI PPAT (Ps.
18 ayat (2) PPJPPAT)
• PPAT yang belum mengucapkan sumpah dilarang membuat akta
PPAT apabila larangan tersebut dilanggar maka akta yang dibuat
tidak sah dan tidak dapat dijadikan dasar bagi pendaftaran
perubahan data pendaftaran tanah (Ps. 18 ayat (2) PPJPPAT)
KANTOR PPAT
• PPAT harus berkantor di satu akntor dalam daerah kerjanya (Ps. 20
ayat (1) PP 37/1998, Ps 46 ayat (1) Per. Ka. BPN 1/2006), Ps. 20 PP
24/2016)
• Dalam hal PPAT merangkap jabatan Notaris maka Kantor tempatnya
melaksanakan tugas jabatan Notaris menjadi Kantor PPAT (Ps. 46 ayat
(2) Per.Ka.BPN 1/2006)
JAM KERJAPAT
• Ayat (3) Per.Ka.BPN 1/2006 : PPAT dilarang mempunyai kantor cabang
atau perwakilan bentuk lain yang terletak diluar atau di dalam daerah
kerja nya dengan maksud menawarkan jasa kepada masyarakat
• Ps 47 ayat (1) Per.Ka.BPN 1/2006 : Kantor PPAT harus dibuka setiap
hari, kecuali hari libur resmi dengan jam kerja sebagaimana jam kerja
Kantor Pemerintah di wilayah setempat
STEMPEL PPAT
• Ps. 20 ayat (2) PP 37/1998 jo. Ps. 48 ayat (1) Per.Ka.BPN 1/2006 : PPAT
wajib menggunakan stemple yang bentuk dan ukuranya ditetapkan
oleh Menteri (Ka.BPN) dan stempel tersebut diterakan pada setiap
akta, Salinan akta, surat dan dokumen lain yang merupakan produk
PPAT yang bersangkutan
BENTUK DAN UKURAN STEMPEL
• Bentuk bulat terdapat 2 lingkaran dalam bentuk nama PPAT atau PPAT
Pengganti atau tulisan Camat atau Kepala Desa
• Tulisan dalam stempel :
1. Untuk PPAT/PPAT Pengganti lingkaran bagian luar atas ditulis Pejabat
Pembuat Akta Tanah atau PPAT Pengganti dan lingkaran bulat bagian
bawah di tulis daerah kerja nama kabupaten/kota yang dibatasi dengan
gambar bintang
2. Untuk PPAT SEMENTARA (Perlakuannya sama) ditulis stemple PPAT
SEMENTARA dan lingkaran bagian bawah ditulis daerah kerja sementara :
KECAMATAN/DESA yang dibatasi dengan bintang
• Warna tinta stemple merah
UKURAN STEMPEL
1. Bulatan luar dengan garis tengah 3,5 cm dibuat dalam garis lingkar rengkap yang
sebelah luar menebal sedangkan yang didalam dengan garis lebih tipis dan
bergaris tengah lebih kecil. Jarak antara ke dua bulatan adalah 1 mm
2. Bulatan dalam dengan garis tengah 2 cm, dibuat dengan garis lingkar tunggal
3. Diantara nulatan luar dan dalam dibagian tengah bawah terdapat 2 lukisan
bintang bersudut 5 dengan ukuran garis tengah 3mm
4. Dalam ruang bulatan terdapat ruang yang dibatasi oleh 2 garis lurus mendatar
sejajar dengan jarak satu sama lain 1,5 cm yang ditulis dengan huruf capital sbb :
Nama PPAT / PPAT Pengganti/ Camat/ Tulisan Kepala Desa
Sebelah atas maupun sebelah bawah dari ruang angka 4 di atas terlukis daris-garis
tegak lurus dengan jarak antara garis satu dengan yang lainnya 1mm
UKURAN PAPAN NAMA PPAT
• 100 x 40 cm atau 150 x 60 cm , atau 200 x 180 cm
• Warna dasar hitam putih tulisan hitam
• Bentuk huruf : kapital
• Papan nama dipasang di lingkungan kantor PPAT yang mudah dilihat
umum
LARANGAN PPAT BERDASARKAN
PJPPAT
Pasal 18 :
(1) PPAT dilarang menjalankan tugasnya sebelum mengucapkan sumpah
jabatan
(2) Apabila dilanggar maka akta tidak sah
Pasal 23 :
PPAT dilarang membuat akta apabila PPAT sendiri, suami atau istrinya,
keluarganya sedarah atau semenda dalam garis lurus tanpa pembatasan
derajat dan dalam garis kesamping sampai derajat kedua, menjadi pihak
dalam perbuatan hukum yang bersangkutan baik dalam cara bertindak
sendiri maupun melalui kuasa atau menjadi kuasa dari pihak lain
Pasal 30 :
PPAT dilarang meninggalkan kantornya lebih dari 6 hari kerja berturut-turut
kecuali dalam rangka menjalankan cuti
Ps. 28 PPAT DIBERHENTIKAN DENGAN
HORMAT DAN TIDAK HORMAT
1. PPAT diberhentikan oleh Menteri terdiri atas :
a. Diberhentikan dengan hormat
b. Diberhentikan dengan tidak hormat
c. Diberhentikan sementara
PPAT DIBERHENTIKAN DENGAN
HORMAT KARENA :
a. Permintaan sendiri
b. Tidak lagi mampu menjalankan tugasnya karena keadaan Kesehatan
badan/Kesehatan jiwanya setelah dinyatakan oleh tim pemeriksa
Kesehatan yang berwenang atas permintaan Menteri/Kepala atau
pejabat yang ditunjuk
c. Merangkap jabatan sebagaimana dimaksud dalam Ps 7 ayat (2)
d. Dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap
e. Berada di bawah pengampuan secara terus menerus lebih dari 3 tahun
f. Melakukan pelanggaran ringan terhadap kewajiban atau larangan PPAT
g. Diangkat sebagai PNS/ anggota POLRI
PPAT DIBERHENTIKAN DENGAN TIDAK
HORMAT KARENA :
a. Melakukan pelanggaran berat terhadap larangan atau kewajiban
sebagai PPAT
b. Dijatuhi pidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak
pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 tahun atau lebih
berat
c. Melanggar Kode Etik Profesi
KATEGORI PELANGGARAN BERAT :
a. Membantu melakukan permufakatan jahat yang mengakibatkan
sengketa/konflik pertanahan
b. Melakukan pembuatan akta sebagai permufakatan jahat yang
mengakibatkan sengketa/konflik pertanahan
c. Melakukan pembuatan akta diluar wilayah jabatannya (ps 4 dan ps
6 ayat (3))
d. Memberikan keterangan yang tidak benar di dalam akta yang
mengakibatkan konflik pertanahan
e. Membuka kantor cabang baik di dalam maupun di luar wilayah
kerjanya
f. Melanggar sumpah jabatan PPAT
g. Pembuatan akta yang dilakukan PPAT sedang para pihak yang
melakukan perbuatan hukum tidak hadir dihadapannya
h. Pembuatan akta oleh PPAT yang diketahui obyeknya dan penghadap
sedang dalam sengketa sehingga tidak berhak melakukan perbuatan
hukum yang dibuktikan dengan akta
i. PPAT tidak membacakan akta dihadapan para pihak
j. PPAT membuat akta dihadapan para pihak yang tidak berwenang
melakukan perbuatan hukum sesuai akta yang dibuatnya
k. PPAT membuat akta dalam masa cuti
Lain-lain yang ditentuakn oleh Kementrian ATR
PPAT DIBERHENTIAKN SEMENTARA
(DALAM KODE ETIK) KARENA
a. Sedang dalam pemeriksaan pengadilan sebagai terdakwa suatu perbuatan
pidana yang diancam dengan hukuman kurungan atau penjara selama-lamanya
5 tahun atau lebih berat
b. Tidak melaksanakan jabatan PPAT secara nyata untuk jangka waktu 60 hari
terhitung sejak tanggal pengambilan sumpah
c. Melakukan pelanggaran ringan terhadap larangan atau kewajiban sebagai PPAT
d. Diangkat dengan mengangkat sumpah jabatan/melaksanakan tugas sebgai
notaris dengan tempat kedudukan di kab/kota (prov) yang lain daripada tempat
kedudukan sebagai PPAT
e. Dalam proses pailit
f. Berada di bawah pengampuan
g. Melakukan perbuatan tercela
• PPAT yang diberhentikan sementara (ps 4 huruf a) berlaku sampai ada
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuataan hukum tetap
• Pemberhentian PPAT karena alasan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), ayat (3), ayat (4) dilakukan setelah PPAT yang bersangkutan diberi
kesempatan untuk mengajukan pembelaan diri kepada Menteri
Ps. 33 PP 24/2016 PEMBINAAN DAN
PENGAWASAN
• Pasal 1
(1) Menteri melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan tugas PPAT
(2) Tata cara pembinaan dan pengawasan PPAT sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri (PP
2/2018, diundangkan tgl 20 Maret 2018)
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PPAT
• Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas PPAT dilakukan oleh
Menteri ATR, Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Kantor Pertanahan dan
berdasarkan PP 2/2018 dibentuk MP3D (Majelis Pembina dan Pengawas PPAT)
• Pembinaan dan Pengawasan terhadap PPAT yang dilakukan oleh Menteri ATR
sbb :
a. Memberikan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas jabatan PPAT
b. Memberikan arahan kepada semua pemangku kepentingan yang berkaitan
dengan ke PPAT-an
c. Melakukan pembinaan dan pengawasan atau organisasi profesi PPAT agar tetap
berjalan sesuai dengan arah dan tujuannya
d. Menjalankan Tindakan-Tindakan lain yang dianggap perlu untuk memastikan
pelayanan PPAT tetap berjalan sebagaimana mestinya
e. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap PPAT dan PPAT Sementara
• Pembinaan dan pengawasan terhadap PPAT yang dilakukan oleh
Kepala Kantor wilayah, sbb :
a. Menyampaikan dan menjelaskan kebijakan dan peraturan
pertanahan serta petunjuk teknis pelaksanaan tugas PPAT yang
telah ditetapkan oleh Menteri dan peraturan per-UU-an yang
berlaku
b. Mebantu melakukan sosialisasi kebijakan dan peraturan per-Uuan
pertanahan dan teknis
c. Secara periodik bersama MP3D melakukan pengawasan ke kantor
PPAT-PPAT guan memastikan ketertiban adms. pelaksanaan tugas
dan kewajiban sesuai dengan ketentuan per UU-an ke PPAT-an
• Pembinaan dan pengawasan terhadap PPAT yang dilakukan oleh Kepala
Kantor Pertanahan sbb :
a. Membantu menyampaikan dan menjelaskan kebijakan dan peraturan
pertanahan serta petunjuk teknis pelaksanaan tugas PPAT yang telah
ditetapkan oleh Menteri dan Peraturan per UU-an
b. Memeriksa akta yang dibuat oleh PPAT dan memberitahukan secara tertulis
kepada PPAT yang bersangkutan apabila ditemukan akta yang tidak
memenuhi syarat untuk digunakan sebagai dasar pendaftaran haknya
c. Melakuka pemeriksaan mengenai pelaksanaan kewajiban operasional PPAT
d. Pasal 67 (perkaban 1/2006) : Dalam melaksanakan pembinaan dan
pengawasan PPAT sebagaimana dimaksud Kepala Kantor pertanahan dapat
menugaskan staf yang membidangi ke PPAT an
e. Petugas yang ditugaskan untuk melaksanakan pemeriksaan wajib disertai
surat tugas
f. PPAT wajib melayani petugas sebagai dimaksud huruf d tersebut untuk memeriksa
buku daftar akta, hasil penjilidan akta dan bukti-bukti pengiriman akta ke kantor
pertanahan
g. Sebagaimana bukti bahwa daftar akta sudah diperiksa, petugas pemeriksa
mencantumkan parafnya pada setiap halaman yang sudah diperiksa dan pada akhir
halaman yang sudah diperiksa oleh saya …….. Dan membubuhkan tanda tangannya
di bawah tulisan itu
h. Hasil pemeriksaan tersebut dicantumkan dalam risalah pemeriksaan pelaksanaan
kewajiban operasional PPAT dan ditandatangani oleh petugas pemeriksa dan PPAT
yang bersangkutan
i. Apabila dalam melaksanakan tugasnya PPAT mendapat kendala atau hambatan di
kantor pertanahan, PPAT yang bersangkutan dapat menyampaikan permasalahannya
langsung kepada kepala kantor pertanahan yang bersangkutan
j. Apabila permasalahan sebagaimana dimaksud dalam huruf I tidak dapat
diselesaikan oleh kepala kantor pertanahan PPAT yang bersangkutan dapat
melaporkan permasalahannya kepada kepala kantor wilayah setempat atau Menteri
melalui organisasi profesi PPAT
STRUKTUR ATR
ETIKA PROFESI PPAT : PENGERTIAN
DAN NILAI ETIKA
• Kata etika berasal dari 2 kata Yunani yang hampir sama bunyinya, namun
berbeda artinya. Pertama berasal dari kata ethos yang berarti kebiasaan
atau adat, sedangkan yang kedua dari kata ethos, yang artinya perasaan
batin atau kecenderungan batin yang mendorong manusia dalam
perilakunya (akhlak yang baik)
• Menurut KBBI : etika dijelaskan dengan membedakan 3 arti sbg berikut :
1. Ilmu ttg apa yang baik dan apa yang buruk dan ttg hak dan kewajiban
moral (akhlak)
2. Kumpulan asas / nilai yang berkenaan dengan akhlak
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan/masyarakat
• Nilai-Nilai etika harus diletakkan sebagai landasan atau dasar pertimbangan
dalam setiap tingkah laku manusia termasuk kegiatan di bidang keilmuan
• Etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control”
karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk
kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri
• Perkataan etika itu identic dengan perkataan moral, karena moral
menyangkut akhlak manusia, mis : perbuatan seseorang
DEFINISI ETIKA
Menurut Bertens (1994) :
1. Kata etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma moral
yang menjadi pegangan bagi seseorang/suatu kelompok masyarakat
dalam mengatur perilakunya
2. Etika berarti kumpulan asas atau nilai moral yang dimaksud disini
adalah kode etik
3. Etika mempunyai arti lagi : ilmu ttg yang baik atau buruk. Etika disini
sama artinya dengan filsafat morall
ETIKA SECARA UMUM DIBAGI
MENJADI 2 :
1. Etika umum, mengajarkan tentang kondisi-kondisi & dasar-dasar bagaimana
seharusnya manusia bertindak secara etis, bagimana pula manusia bersikap
etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan
bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam meniali baik atau
buruknya uatu Tindakan. Etika umum dapat pula dianalogikan dengan ilmu
pengetahuan yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori
etika.
2. Etika Khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang
kehidupan. Penerapan ini bisa berwujud : bagaimana seseorang bersikap dan
bertindak dalam kehidupannya dan kegiatan profesi khusus yang dilandasi
dengan etika moral. Namun, penerapan itu dapat juga berwujud, bagaimana
manusia bersikap atau melakuakn Tindakan dalam kehidupan terhadap sesame
SKEMA ETIKA
ETIKA SOSIAL MELIPUTI BANYAK
BIDANG ANTARA LAIN :
• Etika terhadap sesama
• Etika keluarga
• Etika profesi (Notaris, PPAT, Jaksa, Dokter, Perawat, dll)
• Etika politik
• Etika lingkungan
• Etika idiologi
• Dari sistematika di atas, kita dapat melihat bahwa etika profesi
merupakan bidang etika khusus atau terapan yang merupakan produk
dari etika social
PENDAPAT FRANS MAGNIS SUSENO
• Menurut Frans Magnis Suseno (1991:70), profesi itu harus dibedakan
dalam 2 jenis yaitu : profesi pada umumnya dan profesi luhur
• Profesi pada umumnya paling tidak ada 2 prinsip yang wajib
ditegakkan : 1. Prinsip agar menjalankan profesinya secara bertanggung
jawab, 2. Hormat terhadap hak-hak orang lain
• Pengertian bertanggung jawab ini menyangkut baik terhadap
pekerjaannya maupun hasilnya, dalam arti yang bersangkutan harus
menjalankan pekerjaannya dengan sebaik mungkin dengan hasil yang
berkualitas. Selain itu, juga dituntut agar dampak pekerjaan yang
dilakukan tidak sampai merusak lingkungan hidup, artinya menghormati
hak orang lain
KEWAJIBAN PPAT yang TERTUANG
DALAM KODE ETIK IPPAT :
a. PPAT dalam menjalankan tugas :
1. PPAT sebagai pejabat umum dalam melaksanakan tugasnya dijiwa
Pancasila, sadar, dan taat kepada hukum Peraturan Jabatan PPAT,
sumpah jabata, kode etik PPAT dan berbahasa Indonnesia yang baik
2. PPAT dalam melakukan profesinya harus memiliki prilaku
professional dan ikut serta dalam pembangunan nasional khususnya
bidang hukum pertanahan Indonesia
3. PPAT berkepribadian baik dan menjujung tinggi martabat dan
kehormatan PPAT, baik di dalam maupun diluar jabatannya
• PPAT dalam menjalankan tugas jabatannya menyadari kewajibannya,
bekerja sendiri, jujur, tidak berpihak, dan dengan penuh rasa
tanggung jawab serta menghindari ketentuan terhadap larangan-
larangannya
• PPAT menjalankan tugas jawabannya menggunakan satu kantor dan
wilayah kerja yang ditetapkan sesuai denagn UU dan tidak
mengadakan kantor cabang perwakilan dan tidak menggunakan
perantara
• PPAT dalam melakukan tugas jabatannya tidak mempergunakan
media yang bersifat promosi
• PPPAT dalam melakukan tugas jabatannya membantu Kepala Kantor
Pertanahan melaksanakan Sebagian kegiatan pendaftaran tanah yang
membuat akta hak atas tanah dan pembebanannya.
• Mengutamakan pengabdian kepada kepentingan masyarakat dan negara
• Memiliki perilaku professional dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan nasional
khususnya di bidang hukum
• Memberikan pelayanan kepada masyarakat membutuhkan jasanya demham sebaik-
baiknya
• Memberikan penyuluhan hukum kepada masyrakat yang memerlukan jasanya
dengan maksud agar masyarakat menyadari dan menghayati hak dan
kewajibanannya sebagai warga negara dan anggota masyarakat
• Bersikap saling menghormati, menghargai, serta mempercayai dalam suasana
kekeluargaan dengan semama rejak sejawat
• Menjaga dan membela kehormatan serta nama baik KORPS IPPAT atas dasar
solidaritas dan sikap tolong menolong secara konstruktif
• Bersikap ramah terhadap setiap pejabat dan mereka yang ada hubungannya dengan
pelaksanaan tugan jabatan
• Melakukan perbuatan-perbuatan lain yang secara umum disebut sebagai kewajiban
untuk ditaati dan dilaksanakan antara lain:
• Namun tidak terbatas pada ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam
:
1. Peraturan per UU an yang mengatur jabatan PPAT
2. Isi sumpah jabatan PPAT
3. AD/ART ataupun keputusan-keputusan lain yang telah ditetapkan oleh
perkumpulan IPPAT misalnya :
a. Membayar iuran uang duka manakala PPAT atau mantan PPAT
meninggal dunia
b. Mentaati ketentuan tentang tarif serta kesepkatan yang dibuat oleh
dan mengikat setiap anggota perkumpulan
PPAT dengan KLIEN
1. PPAT dalam melakukan tugas jabatannya memberikan pelayanan
hukum kepada masyarakat yang memerlukan jasanya dengan sebaik-
baiknya
2. PPAT dalam melakukan tugas jabatannya memberikan penyuluhan
hukum pertanahan untuk mencapai kesadaran hak yang tinggi dalam
masyarakat agar masyarakat menyadari dan menghayati hak dan
kewajibannya sebagai warha negara dengan anggota masyarakat
3. PPAT memberikan jasa kepada masyarakat dengan Honorarium tidak
melebihi ketentuan
4. PPAT memberikan jasanya kepada masyarakat yang kurang mampu
dengan Cuma-Cuma
PPAT DENGAN SESAMA REKAN PPAT :
1. PPAT dengan sesame rekan PPAT hendaklah hormat menghormati
dalam suasana kekeluargaan
2. PPAT dalam melakukan tugas jabatannya tidak melakukan
perbuatan ataupun persaingan yang merugikan sesame rekan PPAT,
baik moral maupun material dan menjatuhkan diri dari usaha-usaha
untuk mencari keuntungan darinya sendiri semata
3. PPAT harus saling menjaga dan membela kehormatannya dan nama
baik korps PPAT atas dasar rasa solidaritas dan sikap tolong
menolong secara konstruktif
LARANGAN-LARANGAN
• Beberapa larangan yang perlu mendapat perhatian antara lain :
1. PPAT dilarang merangkap jabatan atau profesi
a. Pengacara atau advokad
b. Pegawai Negeri, Pegawai BUMN/BUMD
c. dst
2. PPAT/ PPAT Sementara yang belum mengucapkan sumpah jabatan dilarang menjalankan
jabatannya sebagai PPAT
3. PPAT dilarang membuat akta apabila PPAT sendiri, suami atau isterinya, keluarganya
sedarah atau semenda, dalam garis lurus tanpa pembatasan derajat dan garis ke samping
dampai derajat kedua menjadi pihak dalam perbuatan hukum yang bersangkutan, baik
dengan cara bertindak sendiri maupun dengan kuasa atau menjadi kuasa dari pihak lain
4. PPAT dilarang meninggalkan kantornya lebih dari 6 hari kerja berturut-turut kecuali dalam
rangka menjalankan cuti
PASAL II
(1) PPAT yang merangkap jabatan sebagai konsultan atau penasihat hukum
wajib memilih jabatan sebagai PPAT atau konsultan/penasehat hukum
dalam jangka waktu 3 bulan sejak peraturan pemerintah ini mulai
berlaku, dengan ketentuan apabila dalam jangka waktu tersebut pilihan
tidak dilakukan maka diberhentikan dari jabatannya sebagai PPAT sesuai
dengan ketentuan dalam peraturan pemerintah ini, kecuali konsultan
hukum untuk kegiatan nirlaba ex : Yayasan
(2) Pemberhentian PPAT sebagaimana dimaksud dalam angka I dialakukan
dengan keputusan Menteri
• PPAT wajib melakukan penyesuaian tempat kedudukan dan daerah kerja
PPAT dalam jangka waktu paling lama 6 bulan sejak berlakunya PP ini
• Semua ketentuan mengenai formasi PP 37/1998 beserta peraturan
pelaksanaannya dicabut (tidak berlaku)
PEMBERHENTIAN PPAT
PPAT diberhentikan dengan hormat dari jabatannya oleh Kementrian
ATR/Kepala BPN RI karena :
a. Permintaann sendiri
b. Tidak lagi mampu menjalankan tugas karena keadaan Kesehatan badan
atau Kesehatan jiwanya setelah dinyatakan oleh tim pemeriksa Kesehatan
yang berwenang atas permintaan Kepala Badan atau pejabat yang ditunjuk
c. Melakukan pelanggaran ringan terhadap larangan atau kewajiban sebagai
PPAT
d. Diangkat sebagai PNS / Anggota POLRI
e. Lain-lain jabatan yang dilarang peraturan perundang-undangan
PPAT DIBERHENTIKAN DENGAN TIDAK
HORMAT KARENA :
a. Melakukan pelanggaran berat terhadap larangan atau kewajiban
sebagai PPAT
b. Dijatuhi pidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak
pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 tahun atau lebih
berat
c. Melanggar Kode Etik Profesi
PELANGGARAN RINGAN
a. Memungut uang jasa melebihi ketentuan peraturan perundang-
undangan
b. Dalam waktu 2 bulan setelah berakhirnya cuti tidak melaksanakan
tugasnya Kembali
c. Tidak menyampaikan laporan hulanan mengenai akta yag dibuatnya
d. Merangkap jabatan sebagaimana telah diuraikan diatas
e. Lain – lain sebagaimana ditetapkan oleh Kementrian ATR/Kepala
BPN
PELANGGARAN BERAT :
a. Membantu melakukan permufakatan jahat yang mengakibatkan
sengketa/konflik pertanahan
b. Melakukan pembuatan akta sebagai permufakatan jahat yang
mengakibatkan sengketa/konflik pertanahan
c. Melakukan pembuatan akta diluar wilayah jabatannya (ps 4 dan ps
6 ayat (3))
d. Memberikan keterangan yang tidak benar di dalam akta yang
mengakibatkan konflik pertanahan
e. Membuka kantor cabang baik di dalam maupun di luar wilayah
kerjanya
f. Melanggar sumpah jabatan PPAT
g. Pembuatan akta yang dilakukan PPAT sedang para pihak yang
melakukan perbuatan hukum tidak hadir dihadapannya
h. Pembuatan akta oleh PPAT yang diketahui obyeknya dan penghadap
sedang dalam sengketa sehingga tidak berhak melakukan perbuatan
hukum yang dibuktikan dengan akta
i. PPAT tidak membacakan akta dihadapan para pihak
j. PPAT membuat akta dihadapan para pihak yang tidak berwenang
melakukan perbuatan hukum sesuai akta yang dibuatnya
k. PPAT membuat akta dalam masa cuti
Lain-lain yang ditentuakn oleh Kementrian ATR
FUNGSI AKTA PPAT
Akta yang berfungsi sebagai :
• Bukti telah dilakukanya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah
atau hak milik atas satuan rumah susun
• Dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah yang diakibatkan
oleh perbuatan hukum itu
• Akta PPAT wajib dibuat sesuai dengan Perkaban 8/2012 ttg peraturan lain
yang diharuskan. Sehingga dapat dijadikan dasar yang kuat untuk
pendaftaran pemindahan hak atas tanah dan pembebebanan hak yang
bersangkutan
• Menyampaikan akta PPAT dan dokumen pendukung akta kepada kepala
kantor pertanahan dalam waktu 7 hari kerja UNTUK DIDAFTARKAN
• AKTA PPAT (AUTENTIK) Ps. 1868 KUH Perdata
• HAL-HAL HARUS DIPERHATIAKN SEBELUM MEMBUAT AKTA PPAT :
• 1. Pasal 98 ayat (2) Perkaban /1997, Pasal 99 ayat (1) Perkaban 3/1997
• Pasal 96 Perkaban 8/2012 ttg perubahan perkaban 3 th 1997
• Pasal 2 Permen Agraria/Perkaban BPN No. 5 Tahun 2017
• Pasal 2 Per ATR 5 tahun 2017 dan 97 Per ATR/KBPN/ 16/2021
• Pasal 39 PP 24/1997 (larangan kuasa mutlak)
PPAT MENOLAK MEMBUAT AKTA JIKA
a. Mengenai sebidang tanah yang sudah terdaftar atau hak milik atas satuan
ruma susun, kepadanya tidak disampaikan sertipikat asli hak yang
bersangkutan datau sertipikat yang diserahkan tidak sesuai dengan daftar-
daftar yang ada di kantor Pertanahan
b. Mengenai bidang tanah yang belum terdaftar, kepadanya baik disampaikan :
1. Surat bukti hak sebagaimana dimaksud dalma Ps 24 ayat (1) atau surat
keterangan kepala desa/kelurahan yang menyatakan bahwa yang
bersangkutan menguasai bidang tanah tersebut sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24 ayat (2)
2. Surat keterangan yang menyatakan bahwa bidang tanah yang bersangkutan
belum bersertipikat dari Kantor Prtanahan
AKTA PPAT – AUTENTIK Ps. 1868 KUH
PDT, jika (x) maka berlaku Ps 1869 KUH.
Pdt
• Pasal 1866 KUH Pdt menyebutkan : Alat pebuktian meliputi : Bukti tertulis
(surat), bukti saksu, persangkaan, pengakuan dan sumpah
• Pasal 1342 KUH Pdt : jika suatu kata-kata dalam suatu kontak sudah jelas
maka tidak lagi diperkenankan untuk menyimpang dari padanya dengan
jalan penafsiran
• Bentuk dan Sifat Akta Autentik PPAT :
1. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 8/2012 tentang
Perubahan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN RI No.
3/1997
2. Rumusan Pasal 86 PP 18/2021 “Pembuatan akta Pejabat Pembuat Akta
Tanah dapat dilakukan secara elektronik”
PERMEN ATR/KBPN No. 16/2021 HAL-HAL HARUS
DIPERHATIAKN SEBELUM MEMBUAT KATA PPAT :
(1)
Pasal 98
(1) Untuk membuat akta pemindahan hak atas tanah datau hak milik atas satuan
rumah susun dan mendaftarkannya tidak diperlukan izin pemindahan hak,
kecuali dalam hal sebagai berikut
a. pemindahan hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun
yang didalam sertipikatnya dicatat bahwa hak tersebut hanya boleh
dipindahtangankan apabila telah diperoleh izin dari instansi yang berwenang
b. Pemindahan hak pakai atas Tanah Negara
(2) Dalam hal izin pemindahan hak diperlukan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) , maka izin tersebut harus sudah diperoleh sebelum akta pemndahan hak yang
bersangkutan dibuat
PASAL 111 PERMEN ATR/BPN No. 16/2021 Ps. 111 ayat (1)
HURUF C MENYEBUTKAN SURAT TANDA BUKTI
SEBAGAI AHLI WARIS DAPAT BERUPA :
1. Wasiat dari pewaris
2. Putusan pengadilan
3. Penetapan hakim/ketua pengadilan
4. Surat pernyataan ahli waris yang dibuat oleh para ahli waris dengan
didaksikan oleh 2 orang saksi dan diketahui oleh Kepala Desa/Lurah
dan camat tempat tinggal pewaris pada waktu meninggal dunia
5. Akta keterangan hak mewaris dari noatris yang berkedudukan di
tempat tinggal pewaris pada waktu meninggal dunia
6. Surat keterangan waris dari Balai Harta Peninggalan
PERMEN ATR/BPN No. 16/2021 Ps. 111
ayat (1) HURUF C :
• Permen ATR/BPN No. 16/2021 yang mengubah Pasal 111 ayat (1)
huruf c Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 3 Tahun 1997 tentang ketentuan pelaksanaan peraturan
pemerintah No. 24/1997 tentang pendaftaran tanah dimana Ps. 111
ayat (1) huruf C Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia No. 16/2021 ttg
perubahan ketiga atas Peraturan Menteri negara Agraria / Kepala
Badan Pertanahan Nasional No. 3/1997 ttg ketentuan pelaksanaan PP
24/1997 ttg pendaftaran tanah terkait surat keterangan ahli waris,
disebutkan bahwa yang dibuat dihadapan Notaris bukan lagi surat
keterangan ahli waris tapi akta keterangan hak mewaris.
HAL-HAL HARUS DIPERHATIAKN SEBELUM
MEMBUAT AKTA PPAT : PERMEN ATR/KBPN
No.16/2021
1. PPAT wajib melakukan pemeriksaan kesesuaian/keabsahan sertipikat (data fisik dan
yuridis) dg data elektronik
2. Bidang tanah yang akan dialihkan dan/atau dibebani hak tidak dalam sengketa (Ps. 97
ayat (1))
3. Dalam hal PPAT membuat akta berdasarkan perjanjian pengikatan jual beli (ppjb) yang
dibuat dihadapan notaris dengan tempat kedudukan yang tidak sesuai dengan letak
tanah yang diperjanjikan maka PPAt wajib emneliti kelengkapan dokumen dengan
menerapkan asas kehati-hatian untuk melindungi pemilik sebenarnya dan mengurangi
konflik pertanahan (Ps. 107 A)
4. Hal yang dibebani hak tanggungan (HT) dapat dialihkan dalam hak atas tanah (hat)
dan hak milik atas satuan rumah susun di beban HT maka pendaftaran tanahnya wajib
melampirkan :
a. Persetujuan tertulis dari pemegang HT dan diketahui oleh penerima peralihan hak
dan/atau
PRINSIP YANG HARUS DIPERHATIKAN SEBELUM
MEMBUAT AKTA PPAT (SKMHT & APHT) :
Cek jangka waktu HAT belum berakhir/akan segera berakhir?
Jangan lupa jangka waktu
Pasal 22:
• HAK GUNA USAHA (lama 35 tahun diperpanjang ntuk jangka waktu paling
lama 25 tahun, diperbarui untuk jangka waktu paling lama 35 tahun)
• HAK GUNA BANGUNAN DI ATAS TANAH NEGARA : Pasal 37 ( lama 30 tahun,
diperpanjang 20 tahun diperbarui 35 tahun)
• HAK GUNA BANGUNAN DI ATAS TANAH HAK MILIK : ayat (2) hak guna
bangunan di atas tanah hak milik diberikan untuk jangka waktu paling lama
30 tahun dan dapat diperbarui dengan akta pemberian hak guna bangunan
di atas hak milik
PRINSIP YANG HARUS DIPERHATIKAN SEBELUM
MEMBUAT AKTA PPAT (SKMHT&APHT)
Cek jangka waktu hak atas tanah obyek hak tanggungan dengan Hak Pakai
Pasal 52
(1) Hak pakai di atas tanah negara dan tanah hak pengelolaan dengan
jangka waktu diperikan untuk jangka waktu paling alam 30 tahun
diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 20 tahun dan diperbarui
untuk jangka waktu paling lama 30 tahun
(2) Hak pakai selama dipergunakan diberikan untuk waktu yang tidak
ditentukan selama dipergunakan dan di mafaatkan
(3) Hak pakai dengan jangka waktu di atas tanah hak milik diberikan untuk
jangka waktu paling lama 30 tahun dan dapat diperbarui dengan akta
pemberian hak pakai di atas tanah hak milik
KEWAJIBAN PPAT MELAKUKAN
PENGECEKAN
• Pasal 97 ayat (1) Permen ATR/KBPN No. 16/2021 :
“ Sebelum melaksanakan pembuatan akta Pejabat Pembuat Akta
Tanah wajib :
“ Memastikan keseuaian data fisik dan data yuridis pada sertipikat
dengan data elektronik pada pengkalan data melalui layanan
informasi pertanahan elektronik, dan memastikan dan yakin objek
fisik bidan tanah yang akan dialihkan dan/atau dibebani hak tidak
dalam sengketa”
SKPT (SURAT KETERANGAN
PENDAFTARAN TANAH ELEKTRONIK)
• Dapat dimohon oleh perorangan, badan hukum, KPKNL, dan pihak yang
berkepentingan lainnya
• Penambahan menu lelang sesuai dengan peraturan lelang (PMK No.
213/PMK.06/2020)
• Dapat diajukan melalui aplikasi online maupun loket kantor pertanahan
• Produk layanan adalah data yang sudah valid
• Layanan tetap dapat dilakukan terhadap hak atas tanah yang telah hapus,
jangka waktu sudah berakhir, dibatalkan atau dilepaskan haknya
• SKPT disamping persiapan dan pelaksanaannya juga termasuk penolakan,
pembatalan, dan penutupan berkas permohon.
AKTA PPAT ADALAH PARTIJ ACTA
STRUTUR AKTA PPAT :
1. Kepala Akta (awal akta)
2. Badan akta
3. Kaki Akta (Penutup Akta)
KEPALA AKTA (AWAL AKTA)
a. Kop PPAT/PPAT Sementara/ PPAT Khusus (Notaris tidak KOP)
b. Jenis Akta
c. Nomor Akta, Lembar Pertama/lembar kedua
d. Hari, Tanggal, Bulan dan Tahun (tidak ada waktu seperti akta notaris)
e. Nama Lengkap PPAT, PPAT Sementara/PPAT Khusus
f. Jabatan dari Pejabat yang menerbitkan keputusan
pengangkatan./penunjukan PPAT
g. Tempat kedudukan PPAt/PPAT Sementara dan dasar
pengangkatan/penunjukan PPAT/PPAT Sementara
BADAN AKTA/ISI AKTA
a. Komparisi akta berisi :
1. Nama lengkap
2. Tempat/Tanggal Lahir
3. Kewarganegaraan
4. Pekerjaan, jabatan, kedudukan para penghadap
b. Keterangan mengenai kedudukan bertindak penghadap
ISI AKTA , ANTARA LAIN :
1. Judul akta
2. Nomor Akta
3. Lembar akta (pertama/kedua)
4. Nama PPAT, S.K, daerah kerja, alamat kantor (diawali dengan kalimat para penghadap dinekal
oleh saya/…)
5. Komparisi
6. Obyek perbuatan hukum sbb (Jenis hak atas tanah dan HM Sarusun, tanda bukti haknya, jenis
hak, nomor hak atas tanah/HM Sarusun, SU/GS, NIB, Nomor Obyek Pajak, letak bidang
tanah/Sarusun)
7. Harga
8. Syarat-syarat yang ditentukan oleh para pihak antara lain :
- Kediaman hukum yang dipilih para pihak
- Biaya pembuatan akta, uang saksi
- Segala biaya peralihan hak / pembebanan hak
- Nama lengkap, tempat/tanggal lahir, pekerjaan, jabatan, kedudukan dan tempat tinggal saksi
KAKI AKTA (PENUTUP AKTA)
a. Diawali dengan “ Demikianlah akta ini dibuat di hadapan para pihak
dan …”
b. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, jabatan,
kedudukan, dan tempat tinggal tiap-tiap saksi akta
c. Uraian pembacaan dan penjelasan akta kepada para pihak dan
saksi-saksi
d. Uraian tentang penandatanganan dan tempat penandatanganan
e. Uraian jumlah akta yang dibut 2 rangkap asli
MATERI WEBMINAR
PERBEDAAN
!
 AKTA DI BAWAH TANGAN JIKA DI INGKARI,
MAKA PIHAK YANG DI INGKARI
MEMBUKTIKAN DIRINYA BENAR NAMUN
PERHATIKAN Ps. 1875
 AKTA AUTENTIK JIKA DI INGKARI, MAKA
PIHAK YANG MENGINGKARI YANG MENCARI
BUKTI BAHWA DIRINYA BENAR
 AUTENTIK PEMBUKTIANNYA SEMPURNA
(ACTA PUBLICA PROBANT SESE IPSA)
kecuali Ps. 1871 KUH Perdata (ex. Perj. Kawin
isinya bukan ttg persekutuan harta),Ps. 1872 dan
Ps. 1873 KUH Perdata.
PERBEDAAN AKTA AUTENIK DG AKTA
DI BAWAH TANGAN
SYARAT SAH KONTRAK BISNIS (PS. 1320
KUH PERDATA)
1. SEPAKAT
2. CAKAP DAN WENANG
3. OBYEK TERTENTU
4.CAUSA YANG HALAL
KECUALI :
 PERJANJIAN ASURANSI
HARUS ADA
NOTIFICATION
 PERJANJIAN FORMAL HRS SESUAI DG
FORMALITAS YG DI HARUSKAN UU (EX.
PERJANJIAN PENGAKUAN HUTANG HRS ADA
PERHATIKAN KEWENANGAN
MELAKUKAN PERBUATAN
HUKUM:
1) APAKAH KEWENANGAN SECARA PENUH, UTUH?
2) APAKAH KEWENANGAN SEBAGIAN (HARUS DAPAT
PERSETUJUAN) ?
3) APAKAH BELUM DAN TIDAK
MEMPUNYAI KEWENANGAN?
 KECAKAPAN BERTINDAK (PS. 1329 KUH
PERDATA)
“ TIAP ORG WENANG MEMBUAT PERIKATAN KECUALI
UNDANG-UNDANG MENYATAKAN TDK CAKAP “.
TIDAK CAKAP..
 JIKA TIDAK CAKAP: DLM KEKUASAAN ORGTUA,

SELAMA TDK DITENTUKAN LAIN OLEH UU

 UNTUK ANAK DIBAWAH UMUR(PS. 319 A, 331 KUHPERDATA: 1 WALI)


KECUALI PS. 351,361,366 KUHPERDATA.

 BILA UNTUK MENJUAL ATAU MENJAMINKAN HARTA TETAP, BAIK DLM


KEKUASAAN ORGTUA ATAU PUN WALI, HARUS MENDAPAT IZIN DARI PN
MELALUI PENETAPANNYA
KRITERIA DEWASA
A. Dewasa Menurut hk. Perdata
1. Buat perjanjian 21th (Ps.330 BW)
2. Menikah Lk.18thn, Pr.15thn (Ps.29 BW)
3. Menikah uu perkawinan uu. No.1/1974 di ubah UU No.
16/2019 : 19 th lk-prp
4. Membuat testamen 18thn(BW)
5. Buat perjanjian perburuan 18R (ILO)
B. Dewasa Menurut hk.pidana
1. 16thn (Ps.45 KUHP)
2. Ajukan delik aduan (16thn)
C. Dewasa Menurut UUJN (18 Tahun)
D. Dewasa Menurut UU pemilu
1. Dewasa 17thn (uu.7/2017)D.
E. Dewasa bekerja 18 thu (ILO)
F. Perwalian (ps. 331a,331 b dst)
G. Orang yg diletakkan dibawah
Pengampuan(ps.433,434 ,435,436,437
kuh perdata)
JNG LUPA TAFSIR M.K DLM PENGUJIAN
PS. 433 (PUTUSAN NO.93/PUU-XX/2022)
KATA DUNGU,SAKIT OTAK ATAU MATA GELAP & KATA HARUS BERTENTANGAN UUD
1945 TDK DIMAKNAI DARI PENYANDANG DISABILITAS SHG KETENTUAN PS.433
KUH PERDATA BERBUNYI :SETIAP ORANG DEWASA YG SLL BERADA DLM KEADAAN
DUNGU, SAKIT OTAK ATAU MATA GELAP ADALAH BAGIAN DARI PENYANDANG
DISABILITAS MENTAL/INTELEKTUAL DAPAT BUKAN HARUS DITARUH DI BAWAH
PENGAMPUAN,PUN JIKA IA KADANG2 CAKAP MEMPERGUNAKAN PIKIRANNYA.
SEORANG DEWASA BOLEH DI TARUH DI PENGAMPUAN AKIBAT KEBOROSANNYA
PASAL 36 KUH PERDATA( WALI
PENGAWAS) JO. PS.50 UU NO.1/74
 Perwalian adalah pengawasan thd anak yg di
bAwah umur (krg 18 th), yg tdk berada dibawah
kekuasaan orangtua serta menyangkut
pengurusan benda atau kekayaan anak tersebut
sebagaimana di atur dlm UU.
 Timbulnya suatu perwalian diakibatkan oleh
putusnya perkawinan baik karena kematian
maupun karena suatu putusan pengadilan dan
selalu membawa akibat hukum baik thd
suami/isteri, anak-anak maupun harta
kekayaannya terutama thd anak-anak
dibawah umur. yg msh
KEWAJIBAN YG HARUS
DILAKSANAKAN SEBAGAI WALI :
1. Mengurus harta kekayaan anak yg berada dibawah perwaliannya;
2. Bertanggung jawab atas kerugian yg di timbulkan karena
pengurusan yg buruk
3. Menyelenggarakan pemeliharaan dan pendidikan anak belum dewasa
sesuai harta kekayaannya dan mewakili anak dalam segala tindakan
perdata
4. Mengadakan pencatatan dan inventarisasi harta kekayaan si anak
5. Mengadakan pertanggung jawaban pada akhir tugas sebagai wali Bisa
terjadi suatu kondisi anak di bawah umur dimanfaatkan oleh walinya,
sehingga balai harta peninggalan berperan sebagai wali pengawas kpd
anak-anak dibawah umur, juga terhadap harta kekayaan mereka dari
hal-hal yang bertentangan dg hukum
PERWALIAN
( VOOGDIJ) (PS.330-
418 A)
(PS.330-418 A)
SYARAT :

1. Belum 18 tahun
2. Belum Kawin
3. Tidak berada dalam kekuasaan orang tua
 MACAM PERWALIAN:
1. Bapak/Ibu yang hidup terlama
2. Dengan wasiat
3. Diangkat oleh hakim
 TUGAS PERWALIAN:
1. Mengurus kepentingan diri anak
2. Mengurus harta kekayaan anak

Dicabutnya Kekuasaan sbg ortu & sbg


Wali:
1. Lalai
2. Berkelakuan buruk
PS. 366 KUH PERDATA WALI PENGAWAS
ADALAH BALAI HARTA PENINGGALAN/BHP?

PS. 33 UU NO. 23 TH 2002 JO.UU NO. 35 TH


2014 UTK MNJD WALI ANAK MELALUI
PERMINTAAN PENETAPAN PENGADILAN
BHP MENJLNKAN TUGAS BERWENANG
TERHADAP HARTA
PENINGGALAN/HARTA KEKAYAAN YG
MNDJ HAKA ANAK DLM PERWALIAN,
SEDANG FUNGSI SOSIAL BERADA DLM
WILAYAH DINAS SOSIAL/KEMENTERIAN
SOSIAL.
TIDAK
WENANG
Pasal 433 KUH Perdata:
Setiap orang dewasa, yang selalu berada dalam keadaan
dungu, sakit otak, atau mata gelap harus ditaruh
dibawah pengampuan, pun jika kadang-kadang cakap
mempergunakan pikirannya. Seorang dewasa boleh juga
ditaruh dibawah pengampuan karena keborosannya.
Pasal 436 KUH Perdata:
Segala permintaan akan pengampuan, harus dimajukan
kepada Pengadilan Negeri, yang mana dalam daerah
hukumnya orang yang dimintakan pengampuannya
berdiam.
PENGAMPUA
N
Pasal 462 KUH Perdata:
Setiap anak belum dewasa yang berada dalam
keadaan dungu, sakit otak atau mata gelap, tak boleh
ditaruh dibawah pengampuan, melainkan tetaplah ia
dibawah pengawasan bapaknya, ibunya, atau
walinya.
Dalam perkembangannya, mereka yang berada
dibawah pengampuan bukan hanya mereka yang
menderita gila, mata gelap atau pemboros tetapi juga
mereka yang antara lain menderita autis, stroke berat,
atau penjudi berat.
PASAL 460 KUH Pdt : pengampuan bs berahir (ps. 444
KUH pdt)
PERHATIKAN JIKA
BERKAITAN DENGAN
ORANG YANG SUDAH
MENIKAH :
KELOMPOK HARTA DALAM PERKAWINAN ADA 3 :
 HARTA BERSAMA?
 HARTA PRIBADI ISTERI?
 HARTA PRIBADI SUAMI?
 PERJANJIAN PERKAWINAN?
AKIBAT HUKUM PERKAWINAN
(HARTA) SESUAI DENGAN UU
PERKAWINAN DAN PASAL 35 KUH
PERDATA:
1. Seluruh harta yang didapatkan dalam masa
perkawinan masih berlangsung atau
belum berpisah maka seluruhnya menjadi
milik Bersama
2. Sepanjang tidak ditemukan ketentuan lain
untuk harta bawaan tiap individu sepertI
hadiah (warisan) tetap ada dalam
kuasa tiap individu.
KETENTUAN DI ATAS MEMBEDAKAN
HARTA KEKAYAAN SELAMA
PERKAWINAN MENJADI 3 MACAM
1. Seluruh harta yang diperoleh selama perkawinan masih
berlanjut, biasa dikatakan harta Bersama.
2. Harta bawaan merupakan harta yang ada di tangan tiap
individu
3. Selain dua hal di atas, ada juga harta perolehan sama
dengan harta bawaan, setiap pasangan berhak penuh
atas hukumnya, namun bisa berbeda bila ada ketentuan
lain yang mengaturnya misalnya adanya perjanjian
perkawinan.
BADAN
HUKUM
 Jika BADAN HUKUM : perhatikan Kapasitas
menghadap apakah untuk pribadi atau
mewakili Badan Hukum?
- PT : RUPS (lihat Anggaran
Dasarnya)PERHATIKAN PS. 102 UUPT,
PS.12,PS.13 UUPT
- YAYASAN :DEWAN PEMBINA
(Risalah Rapat) DON’T FORGET PS 5
- KOPERASI : RAPAT ANGGOTA
(Risalah Rapat)
PERHATIKAN LEMBAGA PERWAKILAN & KUASA
ORGAN CV TETAP TTD PERSETUJUAN PASANGAN
KAWIN
JIKA AKTA AUTENTIK
PREMIS AKTA : PERHATIKAN UNSUR
PERJANJIAN/KONTRAK
1.UNSUR ESENSIALIA : UNSUR MUTLAK HARUS ADA, JK TIDAK MAKA
PERJANJIAN TSB TDK MUNGKIN ADA.
EX. KATA SEPAKAT, OBYEK PERJ.CAUSA HALAL DLL.
2.UNSUR NATURALIA ; UNSUR INI DI ATUR OLEH UU TANPA HARUS
DISEBUTKAN DLM PERJ. ITU
EX. CACAT TERSEMBUNYI,AMAN,TDK ADA BEDROG, DWANG DLL
3.UNSUR ACCIDENTALIA : UNSUR YG DITAMBAH OLEH PARA
PIHAK
TDK DIATUR OLEH UU( TEMPAT PENYERAHAN BARANG, PILIHAN HUKUM DLL)
SERING MENJADI SOAL : TDK TELITI DLM KONTRAK BISNIS.
EX : TERKAIT OBYEK HAK ATAS TANAH PERHATIKAN BERIKUT BENDA DI ATASNYA
/ TIDAK? HUKUM TANAH MENGANUT ASAS HORISONTAL SCHEDING
PERHATIKAN JUGA APAKAH PERJANJIAN POKOK / ACCESSOIR
CAUSA YANG HALAL
1. TIDAK BERTETANTANGAN DENGAN PS.
1337 KUH PDT (UU, KETERTIBAN UMUM,
KESUSILAAN YG BAIK)

EX. BUKAN PERJANJIAN SIMULASI /


PENYELUNDUPAN HUKUM
1. EX. PERJANJIAN NOMINEE : JUAL
BELI
TANAH HAK MILIK OLEH WNA DG
MENGGUNAKAN NAMA ORGLAIN(WNI)
DG AKTA AUTENTIK
2. JUAL BELI AKIBAT PENCUCIAN UANG
3. PERJANJIAN PROSTITUSI
4. DLL
DALAM KONTRAK BISNIS
PERHATIKAN SAKSI
Usia 18 th/telah menikah
Cakap
Mengerti bahasa yg digunakan Dpt
membubuhkan ttd dan paraf
Jika akta autentik , saksi Tdk mempunyai hub
pernikahan dg notaris atau hub. Darah(derajat ke 3)
Pengenalan saksi oleh notaris dinyatakan tegas dlm akta.
Tdk terpenuhi ketentuan tsb akta menjd akta
dibawah tangan
FUNGSI SAKSI DLM AKTA
AUTENTIK
1.Menyaksikan para pihak hadir pada
pembacaan akta
2.Menyaksikan dibacakan kontrak
3.Menyaksikan para pihak menyatakan
memahami isi akta & ttd
4.Menyaksikan para pihak,saksi2 dan
pejabat(autenti) tandatangan
akta
5. Menyaksikan perbuatan hukum tsb
PENGHITUNGAN PAJAK
Peralihan Hak Karena Waris
(Pasal 111 Permen ATR/KaBPN No. 16 Tahun 2021)
Pasal 111 ayat 1c Permen ATR/KaBPN No. 16 Tahun 2021, surat tanda bukti sebagai ahli
waris dapat berupa :
1. Wasiat dari pewaris
2. Putusan Pengadilan
3. Penetapan hakim/ketua pengadilan
4. Surat pernyataan ahli waris yang dibuat oleh para ahli waris dengan disaksikan oleh
kepala desa/lurah dan camat tempat tinggal pewaris pada waktu meninggal dunia.
5. Akta keterangan hak mewaris dari Notaris yang berkedudukan di tempattinggal
pewaris pada waktu meninggal dunia; atau
6. Surat Keterangan waris dari Balai Harta Peninggalan.
Proses Peralihan Waris dapat melalui
beberapa cara :
1. Balik Nama Waris
2. Akta Pembagian Hak Bersama (APHB) dari beberapa ahli waris
menjadi salah satu atau beberapa ahli waris
3. Akta Pembagian Hak Waris dari berapa ahli waris menjadi satu
orang penerima warisan
Balik Nama Waris
Sertipikat atas nama PEWARIS, dan dibalik nama ke atas nama ahli
waris
Proses :
- Surat Kematian
- Surat Pernyataan Ahli Waris / Surat Keterangan Ahli Waris
- KTP KK semua ahli waris
- Pajak Waris : PPH & BPHTB Waris
Kewajiban Perpajakan sebelum Membuat Akta

PPh (Pajak Penghasilan)


PP 34 Tahun 2016 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan dari Pengalihan
Hak Atas Tanah dan/atau Bangunan, dan Perjanjian Pengikatan Jual Beli Atas
Tanah dan/atau Bangunan Beserta Perubahannya

Besarnya tarif PPh adalah 2,5% dari jumlah Bruto nilai Pengalihan hak atas tanah
dan/atau bangunan.

BPHTB (Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan)


Pasal 85 ayat (1) & (2) huruf a angka 1) UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Restribusi Daerah serta peraturan daerah setempat.
Jadi Pajak Waris :
BPHTB WARIS :
Harga Pasar – 300jt x 5%
(bila tanah belum bersertipikat, maka pengurangan 60jt)

PPH WARIS :
Harga Pasar x 2,5%
(dapat mengajukan permohonan SKB (Surat Keterangan Bebas) PPH
Waris
Contoh Penghitungan BPHTB Waris:
LT. 160 m2 x Rp. 1.000.000,- = Rp. 160.000.000,-
LB. 100 m2 x Rp. 823.000,- = Rp. 82.300.000,-
= Rp.242.300.000,-
HARGA PASAR ???

NJOP
PPH = 242.300.000 x 2,5% = Rp.6.057.500,- (bisa Nihil
bila diajukan SKB)
BPHTB = (242.300.000-300.000.000) X 5% = NIHIL
Akta Pembagian Hak Bersama (APBH)
Proses harus melalui Balik Nama Waris dulu menjadi nama beberapa
ahli waris , baru dibuat Akta Pemberian Hak Bersama untuk dibalik
nama menjadi atas nama 1 orang atau beberapa orang di sertipikat.
Pajak :
1. Pajak Waris : PPH & BPHTB Waris --> Balik Nama Waris
2. Pajak APHB : PPH & BPHTB APHB --> Balik Nama APHB
Contoh Pajak APHB
3 bersaudara (A, B, C) telah melakukan Balik Nama Waris. Mereka ingin
membalik Nama sertipikat tersebut menjadi nama salah satu diantara 2
anak tersebut yaitu C. Bagaimana Pajak APHB :
Bagian masing-masing saudara : 1/3
Bagian C : 1/3, mendapatkan 2/3 bagian sisanya
PPH : 2/3 x NJOP x 2,5%
BPHTB : (2/3 x NJOP) - 60jt x 5 %
Akta Pembagian Waris
(Pasal 111 ayat (5) Permen ATR No. 16 Tahun 2021)
• Apabila ahli waris lebih dari 1 orang dan pada waktu pendaftaran
peralihan haknya disertai dengan Akta Waris yang memuat
keterangan bahwa Hak Atas Tanah atau HM Sarusun tertuntu jatuh
pada 1 orang penerima warisan, maka pencatatan warisan yang
bersangkutan berdasarkan akta waris tsb.

• Pajak : 1x saja, dengan Pajak Waris


Akta Jual Beli
• Pajak Jual Beli :
BPHTB = (Harga Transaksi / NJOP mana yang lebih tinggi) – 60jt x 5%
PPH = (Harga Transaksi x 2,5%)  idealnya

Tetapi akan ada penelitian tersendiri oleh Kantor Pajak terhadap


Hibah
• Pajak Hibah :
BPHTB = (Harga NJOP / Harga Pasar) – 60jt x 5%
PPH = (Harga Pasar x 2,5%)  idealnya

Anda mungkin juga menyukai