TANAH
Menimbang: Menimbang:
a. bahwa untuk menjamin kepastian hukum hak- hak a. bahwa untuk meningkatkan peranan Pejabat
atas tanah, Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 Pembuat Akta Tanah serta untuk meningkatkan
Tentang Peraturan Dasar Pokok- pokok Agraria pelayanan kepada masyarakat atas pendaftaran
memerintahkan kepada Pemerintah untuk tanah, perlu melakukan perubahan terhadap
melaksanakan pendaftaran tanah; beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan
Pejabat Pembuat Akta Tanah;
Mengingat: Mengingat:
1. Pasal 5 ayat (2) Undang-undang Dasar 1945; (1) Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960, (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok
Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043); (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 2043);
3. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985 Tentang
Rumah Susun (Lembaran Negara Tahun 1985 (3) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor tentang Pendaftaran Tanah (Lembaran Negara
3318); Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
4. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Nomor 3696);
Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda (4) Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998
Yang Berkaitan Dengan Tanah (Lembaran Negara tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta
Tahun 1996 Nomor 42, Tambahan Lembaran Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Negara Nomor 3632); Tahun 1998 Nomor 52, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3746).
MEMUTUSKAN: MEMUTUSKAN:
Menetapkan: Menetapkan:
BAB I Pasal I
Pasal 1 Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan: Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud
dengan:
3. PPAT Khusus adalah pejabat Badan Pertanahan 3. PPAT Khusus adalah pejabat Badan Pertanahan.
Nasional yang ditunjuk karena jabatannya untuk Nasional yang ditunjuk karena jabatannya untuk
melaksanakan tugas PPAT dengan membuat akta melaksanakan tugas PPAT dengan membuat akta
PPAT tertentu khusus dalam rangka pelaksanaan PPAT tertentu khusus dalam rangka pelaksanaan
program atau tugas Pemerintah tertentu. program atau tugas Pemerintah tertentu.
4. Akta PPAT adalah akta yang dibuat oleh PPAT 4. Akta PPAT adalah akta yang dibuat oleh PPAT
sebagai bukti telah dilaksanakannya perbuatan sebagai bukti telah dilaksanakannya perbuatan
hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak
Milik Atas Satuan Rumah Susun. Milik Atas Satuan Rumah Susun.
BAB II
TUGAS POKOK DAN KEWENANGAN PPAT
Pasal 2
a. Jual beli;
b. Tukar menukar;
c. Hibah;
Pasal 3
Pasal 4
(1) PPAT hanya berwenang membuat akta mengenai TETAP
hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan
Rumah yang terletak di dalam daerah kerjanya.
Penjelasan:
Pada dasarnya PPAT hanya berwenang
membuat akta mengenai tanah atau satuan rumah
susun yang terletak dalam daerah kerjanya,
kecuali kalau ditentukan lain menurut Pasal
ini. Pelanggaran terhadap ketentuan ini
mengakibatkan aktanya tidak sah dan tidak
dapat digunakan sebagai dasar pendaftaran.
(2) Akta tukar menukar, akta pemasukan ke dalam
perusahaan, dan akta pembagian hak bersama
mengenai beberapa hak atas tanah dan Hak Milik
Atas Satuan Rumah Susun yang tidak semuanya
terletak di dalam daerah kerja seorang PPAT
dapat dibuat oleh PPAT yang daerah kerjanya
meliputi salah satu bidang tanah atau satuan
rumah susun yang haknya menjadi obyek
perbuatan hukum dalam akta.
Penjelasan:
Pengecualian yang dimaksud pada ayat ini
dapat dilakukan oleh PPAT tanpa izin terlebih
dahulu.
BAB III
PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN
PPAT
Pasal 5
Penjelasan:
Karena fungsinya di bidang pendaftaran
tanah yang penting bagi masyarakat yang
memerlukan, maka fungsi tersebut harus
dilaksanakan di seluruh wilayah negara.
Oleh karena itu di wilayah yang belum
cukup terdapat PPAT, Camat perlu ditunjuk
sebagai pejabat yang melaksanakan
fungsi tersebut. Yang dimaksud dengan
daerah yang belum cukup terdapat PPAT
adalah daerah yang jumlah PPATnya
belum memenuhi jumlah formasi yang
ditetapkan Menteri sesuai ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14. di
Daerah yang sudah cukup terdapat PPAT
dan merupakan daerah tertutup untuk
pengangkatan PPAT baru, camat yang baru
tidak lagi ditunjuk sebagai PPAT
Sementara.
Berdasarkan pertimbangan untuk
memenuhi pelayanan kepada masyarakat
di daerah-daerah terpencil, yang
masyarakatnya akan merasakan kesulitan
apabila harus pergi ke Kantor Kecamatan
untuk melaksanakan transaksi mengenai
tanahnya, Menteri juga dapat menunjuk
Kepala Desa untuk melaksanakan PPAT.
Penjelasan:
Program-program pelayanan
masyarakat ini adalah misalnya program
pensertifikatan tanah yang memerlukan
adanya akta PPAT terlebih dahulu karena
tanah yang bersangkutan belum atas
nama pihak yang menguasainya.
Pekerjaan yang dilakukan oleh PPAT
Khusus ini adalah pekerjaan pelayanan
dan karena itu pembuatan akta dimaksud
tidak dipungut biaya.
Dalam praktek hubungan Internasional
seringkali suatu negara memberikan
kemudahan kepada negara lain diberbagai
bidang, termasuk di bidang pertanahan.
Atas dasar tersebut dipandang perlu ada
ketentuan untuk memberi kemungkinan
Indonesia memberikan kemudahan yang
sama di bidang perubahan data
pendaftaran hak atas tanah kepunyaan
negara asing.
Pasal 6 Pasal 6
Syarat untuk dapat diangkat menjadi PPAT adalah: (1) Syarat untuk dapat diangkat menjadi PPAT
adalah:
a. Kewarganegaraan Indonesia;
a. Warga Negara Indonesia;
b. Berusia sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh b. berusia paling rendah 22 (dua puluh dua)
tahun); tahun;
c. berkelakuan baik yang dinyatakan dengan
surat keterangan yang dibuat oleh Instansi
Kepolisian setempat;
d. tidak pernah dijatuhi pidana penjara
c. Berkelakuan baik yang dinyatakan dengan
berdasarkan putusan pengadilan yang telah
surat keterangan yang dibuat oleh Instansi memperoleh kekuatan hukum
tetap karena melakukan tindak pidana
Kepolisian setempat; yang diancam dengan pidana penjara 5
(lima) tahun atau lebih;
d. Belum pernah dihukum penjara karena e. sehat jasmani dan rohani;
melakukan kejahatan berdasarkan putusan f. berijazah sarjana hukum dan lulusan jenjang
Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan strata dua kenotariatan atau lulusan program
hukum tetap; pendidikan khusus PPAT yang
e. Sehat jasmani dan rohani; diselenggarakan oleh kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di
f. Lulusan program pendidikan spesialis notariat bidang agraria/pertanahan;
atau program pendidikan khusus PPAT yang g. Lulus ujian yang diselenggarakan oleh
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan tinggi; kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang agraria/pertanahan;
g. Lulus ujian yang diselenggarakan oleh Kantor dan
Menteri Negara Agraria/Badan Pertanahan h. telah menjalani magang atau nyata- nyata
Nasional. telah bekerja sebagai karyawan pada kantor
PPAT paling sedikit 1 (satu) tahun, setelah
lulus pendidikan kenotariatan.
Pasal 7 Pasal 7
(1) PPAT dapat merangkap jabatan sebagai Notaris, (1) PPAT dapat merangkap jabatan sebagai Notaris
Konsultan atau Penasihat Hukum. di tempat kedudukan Notaris.
(2) PPAT dilarang merangkap jabatan atau profesi: (2) PPAT dilarang merangkap jabatan atau profesi:
a. advokat, konsultan atau penasehat hukum;
a. Pengacara atau advokat; b. pegawai negeri, pegawai badan usaha milik
negara, pegawai badan usaha milik daerah,
b. Pegawai negeri, atau pegawai Badan
pegawai swasta;
Usaha Milik Negara/Daerah.
c. pejabat negara atau Pegawai Pemerintah
Penjelasan: dengan Perjanjian Kerja (PPPK);
Untuk menjaga dan mencegah agar PPAT dalam d. pimpinan pada sekolah, perguruan tinggi
menjalankan jabatannya tersebut tidak menimbulkan negeri, atau perguruan tinggi swasta;
akibat yang memberi kesan bahwa pejabat telah
mengganggu keseimbangan kepentingan para pihak. e. surveyor berlisensi;
g. mediator; dan/atau
Pasal 8 Pasal 8
(1) PPAT berhenti menjabat sebagai PPAT karena: (1) PPAT berhenti menjabat sebagai PPAT karena:
b. Telah mencapai usia 65 (enam puluh lima) b. telah mencapai usia 65 (enam puluh lima)
tahun; atau tahun; atau
c. Diangkat dan mengangkat sumpah jabatan c. diberhentikan oleh Menteri sesuai ketentuan
atau melaksanakan tugas sebagai Notaris dalam Peraturan Pemerintah ini.
dengan tempat kedudukan di Penjelasan:
Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II
yang lain daripada daerah kerjanya sebagai Keadaan sebagaimana dimaksud pada huruf a
PPAT; atau dan huruf b menyebabkan yang bersangkutan
berhenti dengan sendirinya sebagai PPAT dan
d. Diberhentikan oleh Menteri. untuk itu tidak diperlukan keputusan
Penjelasan: pemberhentian. Yang bersangkutan tidak berhak
lagi membuat akta.
Keadaan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b,
dan c menyebabkan PPAT yang bersangkutan (2) Ketentuan usia sebagaimana dimaksud pada ayat
berhenti dengan sendirinya sebagai PPAT dan (1) huruf b dapat diperpanjang paling lama 2
untuk itu tidak diperlukan keputusan (dua) tahun sampai dengan usia 67 (enam puluh
pemberhentian. Yang bersangkutan tidak berhak tujuh) tahun dengan mempertimbangkan
lagi membuat akta kesehatan yang bersangkutan.
Pasal 9 Pasal 9
PPAT yang berhenti menjabat sebagai PPAT karena (1) PPAT yang merangkap jabatan sebagai Notaris di
diangkat dan mengangkat sumpah jabatan Notaris di kabupaten/kota selain pada tempat kedudukan
Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II yang lain sebagai PPAT wajib mengajukan pindah tempat
daripada daerah kerjanya sebagaimana dimaksud kedudukan PPAT pada tempat kedudukan Notaris
dalam Pasal 8 ayat (1) huruf c dapat diangkat kembali atau berhenti sebagai Notaris pada tempat
menjadi PPAT dengan wilayah kerja kedudukan yang berbeda tersebut.
Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II tempat
kedudukannya sebagai Notaris, apabila formasi PPAT (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata
untuk daerah kerja tersebut belum penuh. cara perpindahan PPAT diatur dengan Peraturan
Menteri.
Penjelasan:
Pasal 10 Pasal 10
(1) PPAT diberhentikan dengan hormat dari jabatannya (1) PPAT yang diberhentikan oleh Menteri
karena: sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat
(1) huruf c, terdiri atas:
a. Permintaan sendiri;
a. diberhentikan dengan hormat;
b. Tidak lagi mampu menjalankan tugasnya
karena keadaan kesehatan badan atau b. diberhentikan dengan tidak hormat; dan
kesehatan jiwanya, setelah dinyatakan oleh
tim pemeriksa kesehatan yang berwenang c. diberhentikan sementara.
atas permintaan Menteri atau pejabat yang
ditunjuk; (2) PPAT diberhentikan dengan hormat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, karena:
Pasal 11 Pasal 11
(1) PPAT dapat diberhentikan untuk sementara dari dihapus
jabatannya sebagai PPAT karena sedang dalam
pemeriksaan pengadilan sebagai terdakwa suatu
perbuatan pidana yang diancam dengan hukuman
kurungan atau penjara selama-lamanya 5 (lima)
tahun atau lebih berat.
Penjelasan:
Selama diberhentikan untuk sementara
pekerjaan PPAT dapat dilaksanakan oleh
PPAT pengganti.
(2) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berlaku sampai ada
putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap.
BAB IV
DAERAH KERJA PPAT
Pasal 12 Pasal 12
(1) Daerah kerja PPAT adalah satu wilayah kerja (1) Daerah kerja PPAT adalah satu wilayah provinsi.
Kantor Pertanahan
Kebupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II. (2) Daerah kerja PPAT Sementara dan PPAT Khusus
meliputi wilayah kerjanya sebagai Pejabat
(2) Daerah kerja PPAT Sementara dan PPAT Khusus Pemerintah yang menjadi dasar penunjukannya.
meliputi wilayah kerjanya sebagai pejabat
Pemerintah yang menjadi dasar penunjukannya. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai daerah kerja
PPAT diatur dengan Peraturan Menteri.”
Pasal 12A
PPAT mempunyai tempat kedudukan di
kabupaten/kota di provinsi yang menjadi bagian
dari daerah kerja.”
Pasal 12B
PPAT dapat berpindah tempat kedudukan dan
daerah kerja.
Dalam hal PPAT akan berpindah alamat kantor
yang masih dalam kabupaten/kota tempat
kedudukan PPAT, wajib melaporkan kepada
Kepala Kantor Pertanahan kabupaten/kota
tempat kedudukan PPAT.
(1) Apabila suatu wilayah 1. Dalam hal terjadi pemekaran kabupaten/kota yang
Kabupaten/Kotamadya dipecah menjadi 2 (dua) mengakibatkan terjadinya perubahan tempat
atau lebih wilayah kedudukan PPAT, maka tempat kedudukan PPAT
Kabupaten/Kotamadya, maka dalam waktu 1 tetap sesuai dengan tempat kedudukan yang
(satu) tahun sejak diundangkannya Undang- tercantum dalam keputusan pengangkatan PPAT
undang tentang pembentukan atau PPAT yang bersangkutan mengajukan
Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II yang permohonan pindah tempat kedudukan yang
baru PPAT yang daerah kerjanya adalah sesuai.
Kabupaten/Kotamadya semula harus memilih
salah satu wilayah Kabupaten/Kotamadya sebagai 2. Dalam hal terjadi pemekaran provinsi yang
daerah kerjanya, dengan ketentuan apabila mengakibatkan terjadinya perubahan daerah kerja
pemilihan tersebut tidak dilakukan pada PPAT, maka daerah kerja PPAT tetap sesuai
waktunya, maka mulai 1 (satu) tahun sejak dengan daerah kerja yang tercantum dalam
diundangkannya Undang-undang keputusan pengangkatan PPAT atau PPAT yang
pembentukan Kabupaten/Kotamadya bersangkutan mengajukan permohonan pindah
Daerah Tingkat II baru tersebut daerah kerja daerah kerja.
PPAT yang bersangkutan hanya meliputi wilayah
Kabupaten/Kotamadya letak Kantor PPAT yang 3. PPAT yang bersangkutan wajib mengajukan
bersangkutan. permohonan secara tertulis kepada Menteri
mengenai perubahan tempat kedudukan PPAT
Penjelasan: atau daerah kerja PPAT karena alasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
PPAT yang memilih daerah kerja yang tidak dalam jangka waktu paling lama 90 (sembilan
meliputi letak kantornya perlu memindahkan puluh) hari terhitung sejak tanggal Undang-
kantornya ke dalam daerah kerjanya yang Undang mengenai pemekaran wilayah
baru. diundangkan.
(2) Pemilihan daerah kerja sebagaimana dimaksud 4. Dalam masa peralihan selama 90 (sembilan
pada ayat (1) berlaku dengan sendirinya mulai 1 puluh) hari sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
(satu) tahun sejak diundangkannya
PPAT yang bersangkutan berwenang membuat
Undang-undang pembentukan akta mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas
Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II yang
Satuan Rumah Susun yang terletak di tempat
baru. kedudukan yang baru maupun yang lama.
Penjelasan:
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata
Dalam masa peralihan yang lamanya 1 (satu) cara permohonan perpindahan tempat kedudukan
tahun PPAT yang bersangkutan berwenang atau daerah kerja diatur dengan Peraturan
membuat akta mengenai hak atas tanah atau Menteri.”
Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang
terletak di wilayah Daerah Tingkat II yang baru
maupun yang lama.
Pasal 14 Pasal 14
(1) Formasi PPAT ditetapkan oleh Menteri. dihapus.
BAB V
SUMPAH JABATAN PPAT
Pasal 15 Pasal 15
(1) Sebelum menjalankan jabatannya PPAT dan (1) PPAT dan PPAT Sementara sebelum
PPAT Sementara wajib mengangkat sumpah menjalankan jabatannya wajib mengangkat
jabatan PPAT di hadapan Kepala Kantor sumpah jabatan PPAT di hadapan Menteri atau
Pertanahan Kabupaten/Kotamadya di daerah kerja pejabat yang ditunjuk.
PPAT yang bersangkutan.
(2) PPAT Khusus sebagaimana dimaksud dalam
Penjelasan: Pasal 5 ayat (3) huruf b tidak perlu mengangkat
sumpah jabatan PPAT.
PPAT yang pernah diambil sumpahnya dan
kemudian berhenti untuk diangkat sebagai PPAT (3) PPAT yang tempat kedudukan/daerah kerjanya
untuk daerah yang baru juga harus disesuaikan karena pemekaran wilayah
mengangkat sumpah. kabupaten/kota atau provinsi sebagaimana
(2) PPAT Khusus sebagaimana dimaksud dalam dimaksud dalam Pasal 13 ayat
Pasal 5 ayat (3) huruf b tidak perlu mengangkat (1) dan ayat (2) tidak perlu mengangkat sumpah
sumpah jabatan PPAT. jabatan PPAT untuk melaksanakan tugasnya di
tempat kedudukan/daerah kerjanya yang baru.”
(3) PPAT yang daerah kerjanya disesuaikan karena
pemecahan wilayah Ketentuan ayat (1) Pasal 20 diubah dan di antara ayat
(1) dan ayat (2) disisipkan 1 (satu) ayat, yakni ayat ( 1
Kabupaten/Kotamadya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 tidak perlu mengangkat a) sehingga Pasal 20 berbunyi sebagai berikut:
sumpah jabatan PPAT untuk melaksanakan “Pasal 20”
tugasnya di daerah kerjanya yang baru.
(1) PPAT wajib mempunyai hanya satu kantor, yaitu di
tempat kedudukannya.
(2) PPAT yang merangkap jabatan sebagai Notaris,
harus berkantor yang sama dengan tempat
kedudukan Notaris.
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18
PELAKSANAAN JABATANPPAT
Pasal 19 Pasal 19
Dalam waktu 1 (satu) bulan setelah pengambilan (1) Dalam waktu 60 (enam puluh) hari setelah
sumpah jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 pengambilan sumpah jabatan sebagaimana
PPAT wajib: dimaksud dalam Pasal 15, PPAT wajib:
a. Menyampaikan alamat kantornya, contoh tanda a. menyampaikan alamat kantornya, contoh
tangan, contoh paraf, dan teraan cap/stempel tanda tangan, contoh paraf, dan teraan
jabatannya kepada Kepala Kantor Wilayah Badan cap/stempel jabatannya kepada Kepala
Pertanahan Nasional Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional, Bupati/Walikota,
Propinsi, Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Ketua Pengadilan Negeri, dan Kepala
Tingkat II, Ketua Pengadilan Negeri, dan Kepala Kantor Pertanahan yang wilayahnya
Kantor Pertanahan yang meliputi daerah kerja PPAT yang
wilayahnya meliputi daerah kerja PPAT yang bersangkutan; dan
bersangkutan;
penjelasan:
b. Melaksanakan jabatannya secara nyata.
Maksud dari penyerahan contoh tanda
Penjelasan: tangan, contoh paraf, dan teraan
cap/stempel jabatan PPAT adalah agar
Maksud dari penyerahan contoh tanda tangan, paraf pada Kantor Pertanahan setempat
dan stempel jabatan PPAT, adalah agar pada tersedia pembanding jika te{adi perbdaan
Kantor Pertanahan setempat tersedia tanda tangan, paraf, atau teraan
pembandingan jika terjadi perbedaan tanda tangan cap/stempel, apabila terjadi perkara
atau paraf atau stempel, apabila terjadi perkara mengenai keabsahan akta PPAT yang
mengenai keabsahan akta PPAT yang bersangkutan. bersangkutan.
Bagi PPAT Khusus kewajiban tersebut tidak
berlaku. b. melaksanakan jabatannya secara
nyata.
Pasal 20
(1) PPAT harus berkantor di satu kantor dalam (1) PPAT wajib mempunyai hanya satu kantor, yaitu di
daerah kerjanya. tempat Kedudukannya.
Pasal 21
(1) Akta PPAT dibuat dengan bentuk yang TETAP
ditetapkan oleh Menteri.
Penjelasan:
Untuk memenuhi syarat otentisitas suatu akta,
maka akta PPAT wajib ditentukan bentuknya
oleh Menteri.
(2) Semua jenis akta PPAT diberi satu nomor urut
yang berulang pada permulaan tahun takwim.
Pasal 22
Akta PPAT harus dibacakan/dijelaskan isinya kepada TETAP
para pihak dengan dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2
(dua) orang saksi sebelum ditandatangani seketika itu
juga oleh para pihak, saksi-saksi dan PPAT.
Penjelasan:
Untuk pemenuhan otentisitas dari akta, pembacaan akta
dilakukan sendiri oleh PPAT.
Penandatanganan para pihak, saksi dan oleh
PPAT, dilakukan segera setelah pembacaan akta
dimaksud.
Pasal 23
Pasal 25
Pasal 26
(1) PPAT yang berhenti menjabat karena alasan (1) PPAT yang berhenti menjabat karena alasan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)
huruf b, c, dan d, diwajibkan menyerahkan huruf b dan huruf c, diwajibkan menyerahkan
protokol PPAT kepada PPAT di daerah protokol PPAT kepada PPAT di daerah kerjanya.
kerjanya.
Pasal 28
Pasal 29
Pasal 30
Pasal 31 Pasal 31
(1) Selama PPAT diberhentikan untuk sementara (1) Selama PPAT diberhentikan untuk sementara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 atau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1)
menjalani cuti sebagaimana dimaksud dalam huruf c atau menjalani cuti sebagaimana
Pasal 30 tugas dan kewenangan PPAT dapat dimaksud dalam Pasal 30, tugas dan kewenangan
dilaksanakan oleh kewenangan PPAT dapat PPAT dapat dilaksanakan oleh PPAT pengganti
dilaksanakan oleh PPAT pengganti atas atas permohonan PPAT yang bersangkutan.
permohonan PPAT yang bersangkutan.
Pasal 32 Pasal 32
(1) Uang jasa (honorarium) PPAT dan PPAT (1) Uang jasa (honorarium) PPAT dan PPAT
Sementara, termasuk uang jasa (honorarium) Sementara, termasuk uang jasa (honorarium)
saksi tidak boleh melebihi 1 % (satu persen) dari saksi tidak boleh melebihi (satu persen) dan harga
harga transaksi yang tercantum di dalam akta. transaksi yang tercantum di dalam akta.
(2) PPAT dan PPAT Sementara wajib memberikan jasa (2) PPAT dan PPAT Sementara wajib memberikan jasa
tanpa memungut biaya kepada seseorang yang tanpa memungut biaya kepada seseorang yang
tidak mampu. tidak mampu.
(3) Di dalam melaksanakan tugasnya, PPAT dan PPAT (3) Di dalam melaksanakan tugasnya, PPAT dan PPAT
Sementara dilarang melakukan pungutan diluar Sementara dilarang melakukan pungutan di luar
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(4) PPAT Khusus melaksanakan tugasnya tanpa (4) PPAT Khusus melaksanakan tugasnya tanpa
memungut biaya. memungut biaya.
Penjelasan: Penjelasan:
PPAT Khusus melaksanakan tugas pembuatan PPAT Khusus melaksanakan tugas pembuatan
akta PPAT sebagai bagian dari tugasnya di akta PPAT sebagai bagian dari tugasnya di
bidang pendaftaran tanah. Karena itu bidang pendaftaran tanah, maka pembuatan
perbuatan akta tersebut dilakukan dengan akta tersebut dilakukan dengan cuma-cuma.
cuma-cuma.
BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 33 Pasal 33
Menteri melaksanakan pembinaan dan (1) Menteri melaksanakan pembinaan dan pengawasan
pengawasan terhadap pelaksanaan tugas PPAT terhadap pelaksanaan tugas PPAT.
BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 34 Pasal II
(1) PPAT yang pada waktu berlakunya Peraturan (1) PPAT yang merangkap jabatan sebagai konsultan
Pemerintah ini juga menjabat sebagai Notaris atau penasehat hukum wajib memilih jabatan
dengan tempat kedudukan di luar daerah kerjanya sebagai PPAT atau konsultan/penasehat hukum
sebagai PPAT berhenti dengan sendirinya sebagai dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak Peraturan
PPAT 6 (enam) bulan sejak saat berlakunya Pemerintah ini mulai berlaku, dengan ketentuan
Peraturan Pemerintah ini. apabila dalam jangka waktu tersebut pilihan tidak
dilakukan maka diberhentikan dari jabatannya
sebagai PPAT sesuai dengan ketentuan dalam
Peraturan Pemerintah ini.
(2) PPAT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat (2) Pemberhentian PPAT sebagaimana dimaksud
diangkat menjadi PPAT di daerah letak tempat pada angka 1 dilakukan dengan Keputusan
kedudukannya sebagai Notaris apabila formasi Menteri.
PPAT untuk daerah tersebut masih tersedia.
(3) PPAT wajib melakukan penyesuaian tempat
Penjelasan ayat (1) dan (2): kedudukan dan daerah kerja PPAT dalam jangka
waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak
PPAT harus melaksanakan tugasnya di daerah
berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
kerjanya. Hal ini tidak akan secara efektif
dilakukan apabila PPAT tersebut juga
merangkap menjabat sebagai Notaris yang
berkedudukan di luar daerah kerjanya sebagai (4) Semua frasa kabupaten/ kotamadya sebagaimana
PPAT. dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 37
Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat
Namun demikian keadaan ini berlangsung
Pembuat Akta Tanah, harus dimaknai dengan
pada waktu ini. Oleh karena itu keadaan ini
kabupaten/kota.
perlu segera dihentikan. Untuk itu diberi waktu
6 (enam) bulan. (5) Semua ketentuan mengenai formasi sebagaimana
Dalam waktu tersebut PPAT yang dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 37
bersangkutan dapat mengajukan permohonan Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat
berhenti dan permohonan pengangkatan Pembuat Akta Tanah dan peraturan
dengan daerah kerja yang sesuai dengan pelaksanaannya, dicabut dan dinyatakan tidak
kedudukannya sebagai Notaris. Permohonan berlaku;
itu akan dipertimbangkan oleh Menteri apabila
formasi PPAT di daerah kerja yang meliputi (6) Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada
kedudukannya sebagai Notaris masih belum tanggal diundangkan.
penuh.
(7) Agar setiap orang mengetahuinya,
(3) PPAT yang pada waktu berlakunya Peraturan memerintahkan pengundangan Peraturan
Pemerintah ini merangkap jabatan sebagaimana Pemerintah ini dengan penempatannya dalam
dimaksud dalam Pasal Lembaran Negara Republik Indonesia.
7 ayat (2) berhenti dengan sendirinya dari
jabatannya sebagai PPAT 3 (tiga) bulan sejak saat
berlakunya Peraturan Pemerintah ini.
(4) PPAT yang pada saat berlakunya Peraturan
Pemerintah ini mempunyai daerah kerja yang
melebihi wilayah kerja satu Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kotamadya wajib memilih satu
wilayah kerja Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kotamadya sebagai daerah kerjanya
dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sejak
ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini, dengan
ketentuan apabila dalam jangka waktu tersebut
pilihan tersebut tidak dilakukan, maka daerah
kerja PPAT tersebut adalah wilayah kerja Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kotamadya yang meliputi
letak kantornya.
Penjelasan:
Dengan ketentuan ini, maka PPAT yang
selama ini mempunyai wilayah kerja lebih dari
1 (satu) wilayah kerja Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kotamadya,
dalam jangka waktu 2 (dua) tahun setelah
ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini harus
memilih salah satu wilayah kerja Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kotamadya sebagai
wilayah kerjanya, misalnya PPAT di lingkungan
wilayah DKI Jakarta.
Pasal 35
Para calon PPAT yang sudah diuji sebelum berlakunya TETAP
Peraturan Pemerintah ini, dalam jangka waktu 3 (tiga)
bulan setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini
masih tetap dapat diangkat sebagai PPAT berdasarkan
ketentuan yang berlaku sebelumnya
Penjelasan:
Dengan ketentuan ini maka terhadap calon PPAT yang
sudah diuji sebelum berlakunya Peraturan
Pemerintah ini dalam pemrosesannya masih tetap
mempergunakan ketentuan yang lama,
namun apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan
tidak dapat diselesaikan maka mengenai persyaratan
maupun pemrosesannya sepenuhnya berlaku ketentuan
Peraturan Pemerintah ini.
Pasal 36 TETAP
BAB IX
PENUTUP
Pasal 37
TETAP
Ketentuan lebih lanjut untuk melaksanakan Peraturan
Pemerintah ini diatur oleh Menteri.
Pasal 38
Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. TETAP
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Republik Indonesia.
JOKO WIDODO
Ttd. Ttd.