E2B022002
MAGISTER KENOTARIATAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2022
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Hukum Zone, “Hibah menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata”,
http://hukumzone.blogspot.com/2016/05/hibah-menurut-kitab-undang-undang-hukum.html,
Diaksestanggal 27 November 2022, Pukul 22.15 WIB.
2
R Subekti, Aneka Perjanjian, PT Citra Aditya Bakti, Jakarta, 1995, hlm. 94-95
sendiri. Penghibahan itu dilakukan ketika si pemberi hibah itu masih hidup,
dengan tujuan untuk menghindari percekcokan yang akan terjadi diantara
anakanaknya itu apabila ia telah meninggal dunia. Penghibahan itu terjadi
kemungkinan juga sebagai akibat karena kekhawatiran si pemberi hibah
sebab ibu dari anak-anaknya itu adalah ibu sambung atau ibu tiri, atau juga
karena dikalangan anak-anaknya itu terdapat anak angkat yang mungkin
disangkal keanggotaannya sebagai ahli waris.3
3
Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia,Prenada Media
Group, Jakarta, 2008, hlm 132
4
Herlien Budiono, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan, Citra
Aditya, Bandung 2008, hlm. 375.
kepada penghadap dan saksisaksi yang dilakukan oleh Notaris yang membuat
akta tersebut. Pembacaan akta tidak dapat diwakili oleh orang lain atau
didelegasikan pembacaan akta tersebut kepada pegawai kantor Notaris
melainkan harus dilakukan oleh Notaris sendiri. Tujuan pembacaan akta ini
adalah agar para pihak saling mengetahui isi dari akta tersebut yang mana isi
dari akta itu merupakan kehendak para pihak yang membuat perjanjian,
pembacaan akta ini juga dilakukan agar pihak yang satu tidak merasa
dirugikan apabila terdapat keterangan serta bunyi akta yang memberatkan
atau merugikan pihak lain.5
B. Rumusan Masalah
7
Bernadus Nagara, “Pembagian Harta Gono-Gini Atau Harta Bersama Setelah Perceraian
Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974”, Jurnal Lex Crimen, Vol. V No. 7, (September,
2016), hal. 52-53.
Santi, maka perjanjian pembelian rumah untuk Laila tersebut dapat dibatalkan
oleh Albert melalui Notaris yang bersangkutan.
PENUTUP
Kesimpulan
8
Siti Nurhidayati, “Akibat Hukum Pembatalan Akta Perjanjian Bagi Hasil (Studi Putusan
Nomor 873 PK/Pdt/2017)”, Jurnal Hukum dan Kemasyarakatan Al-Hikmah, Vol. 1 No. 2,
(Desember, 2020), hal. 18.
Penyelesaian terhadap harta kekayaan keluarga dalam proses perceraian
apabila ada harta yang diberikan kepada orang lain bisa dilakukan dengan cara
pembatalan perjanjian pengalihan atas harta kekayaan keluarga tersebut seperti
halnya pada kasus Ahmad membelikan rumah di kawasan real estate seharga
Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) untuk selingkuhannya yang bernama
Laila dengan menggunakan harta bersama dengan istrinya yang bernama Santi,
dalam membuat perjanjian pembelian rumah untuk Laila tersebut tanpa disertai
persetujuan dari Santi, maka karena perjanjian tersebut melanggar syarat
subjektif berupa tanpa adanya persetujuan dari Santi sehingga sepatutnya
perjanjian tersebut dapat dibatalkan oleh Albert selaku anak dari Ahmad dan
Santi melalui Notaris yang bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA