MAKALAH
Disusun Oleh :
SAKA PUTRA GRAH HUTAMA
E2B023013
A.Kronologis Hukum
B.Hubungan Hukum
“harta bawaan dari masing-masing suami dan isteri dan harta benda yang
diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan, adalah di bawah
penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan
lain.”
Hadits Nabi Muhammad SAW antara lain hadits yang diriwayatkan oleh
Ahmad dari hadits Khalid bin ''Adi, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda
yang artinya sebagai berikut:
Dari Ibnu Abbas dan Ibnu 'Umar bahwa Nabi Muhammad SAW
bersabda:
C.Norma Hukum
Istilah norma berasal dari bahasa Yunani nomos atau norm dalam bahasa
Inggris yang berarti model, peraturan atau standar perilaku. Dalam bahasa Arab
berarti kaidah, sedangkan dalam bahasa Indonesia seting disebut pedoman,
patokan atau aturan.1 Norma atau kaidah itu memberi ancangan atau arahan
pada manusia untuk bertindak dan sebagai pegangan dalam bertingkah laku.
Soedjono Dirdjosisworo menjelaskan pengertian norma adalah sebagai
berikut ;
“Norma adalah ketentuan-ketentuan tentang baik buruk perilaku manusia
di tengah pergaulan hidupnya, dengan menentukan perangkat-perangkat
atau penggal-pengal aturan yang bersifat erintah dan anjuran serta
larangan-larangan. Ketentuan larangan-larangan untuk perbuatan-
perbuatan yang apabila dilakukan atau tidak dilakukan dapat
membahaakan kehidupan bersama, sebaliknya perintah-peritah adalah
ditujukan agar dilakukan perbuatan-perbuatan yang dapat memberi
kebaikan bagi kehidupan bersama.2”
1
Budi Pramono, Kompetensi Mengadili Tindak Pidana Umum Yang Dilakukan Oleh Prajurit
Tentara Nasional Indonesia, Surabaya, Untag Press (Disertasi), 2012, hal. 254.
2
Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Raja Grasindo Persada, 2010, hal. 37.
7
barang yang bergerak yang berwujud yang tidak tinggi harganya kalau
dibandingkan dengan besarnya kekayaan si penghibah.
D.Pertanyaan Hukum
1. Bagaimana pengaturan hukum terhadap suami yang menghibahkan rumah
dan tanah kepada istri pada saat perkawinan berlansung?
2. Apakah anak dan mantan istri berhak mendapatkan bagian warisan dari
harta hibah rumah tersebut?
E.Jawaban Hukum
1. Pengaturan Hukum Terhadap Suami Yang Menghibahkan
Rumah Dan Tanah Kepada Istri Pada Saat Perkawinan
Berlansung
Masalah penghibahan antara suami istri dalam ikatan perkawinan,
tidak diatur dalam undang-undang perkawinan sehingga ketika terjadi suatu
perkara atau masalah terkait dengan hal ini, pasal-pasal terkait yang terdapat
dalam KUHPerdata dapat dipergunakan. Pengertian hibah bila merujuk pada
Pasal 1666 KUHPerdata, dapat dipahami sebagai suatu perjanjian dengan
mana si penghibah, di waktu hidupnya, dengan cuma-cuma dan dengan
tidak dapat ditarik kembali, menyerahkan sesuatu benda guna keperluan si
penerima hibah yang menerima penyerahan itu. Dari pasal ini dapat terlihat
unsur "perjanjian" yang mengisyaratkan suatu penghibahan hanya dapat
dilakukan dalam sebuah ikatan perjanjian antara si penghibah dan pihak-
pihak yang menerima hibah. Selain itu juga terdapat unsur "harta benda"
yang merujuk pada benda-benda yang dimiliki si penghibah yang dapat
dihibahkan, baik benda bergerak maupun benda tidak bergerak
(KUHPerdata, Pasal 1667 ayat (1)).
9
Terkait dengan kepemilikan harta benda inı, Pasal 119 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) memberi kemungkinan kepada
calon suami istri untuk mengatur harta yang akan dibawa dalam
perkawinan, menyimpang dari prinsip pokok yang terkandung dalam
ketentuan tersebut, yaitu harta yang dibawa oleh calon suami istri dalam
perkawinan mereka itu, harus menjadi satu harta campuran bulat.
Penyimpangan dimaksud harus dituangkan dalam perjanjian yang disebut
dengan perjanjian perkawinan (Pasal 139 KUHPerdata) dapat dirumuskan
secara tegas tentang adanya penyimpangan itu, dan dapat disimpulkan dari
maksud diadakannya perjanjian tersebut (Pasal 153 KUHPerdata) Hal ini
dipertegas oleh undang-undang perkawinan pada Pasal 29 yang mengatur
mengenai ketentuan tentang perjanjian perkawinan yaitu :
1. Pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan kedua belah
pihak atas persetujuan bersama dapat mengajukan perjanjian
tertulis yang disahkan oleh pegawai pencatat perkawinan, setelah
mana isinya berlaku juga terhadap pihak ketiga tersangkut
2. Perkawinan tersebut tidak dapat disahkan bilamana melanggar
batas-batas hukum, agama dan kesusilaan.
10
F. Kesimpulan
Ketentuan Pasal 1678 KUH Perdata mengenai larangan penghibahan
saat perkawinan berlangsung dapat simpangi jika sebelumnya ada perjanjian
perkawinan yang isinya memperbolehkan dilakukannya penghibahan pada saat
perkawinan berlangsung. Sehingga jika dalam perkawinan antara Ali dan
Moana sebelumnya ada perjanjian perkawinan tersebut maka penghibahan
yang dilakukan oleh Ali kepada Istri keduanya diperbolehkan dan harta
hibahnya berupa rumah berlantai 5 beserta tanah bukan termasuk harta bersama
melainkan harta pribadi milik Moana (Istri Kedua).