Anda di halaman 1dari 18

MODUL

HUKUM BISNIS
(FEB 513)

MODUL SESI 5
HUKUM PERIKATAN DAN PERJANJIAN

DISUSUN OLEH
ELISTIA, SE, MM

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


2020

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 0 / 18
HUKUM PERIKATAN

A. Pendahuluan
Perikatan dan perjanjian adalah suatu hal yang berbeda. Perikatan dapat
lahir dari suatu perjanjian dan Undang-undang. Suatu perjanjian yang dibuat dapat
menyebabkan lahirnya perikatan bagi pihak-pihak yang membuat perjanjian
tersebut. Perikatan adalah terjemahan dari istilah bahasa Belanda “verbintenis”.
Istilah perikatan ini lebih umum dipakai dalam literature hukum di Indonesia.
Perikatan artinya hal yang mengikat orang yang satu terhadap orang yang lain.
Hal yang mengikat itu menurut kenyataannya dapat berupa perbuatan.
Perikatan dan perjanjian adalah suatu hal yang berbeda. Perikatan dapat
lahir dari suatu perjanjian dan Undang-undang. Suatu perjanjian yang dibuat dapat
menyebabkan lahirnya perikatan bagi pihak-pihak yang membuat perjanjian
tersebut. Perikatan adalah terjemahan dari istilah bahasa Belanda “verbintenis”.
Istilah perikatan ini lebih umum dipakai dalam literature hukum di Indonesia.
Perikatan artinya hal yang mengikat orang yang satu terhadap orang yang lain.
Hal yang mengikat itu menurut kenyataannya dapat berupa perbuatan.

B. Pengertian Perikatan
Perikatan dalam bahasa Belanda disebut “ver bintenis”. Istilah perikatan
ini lebih umum dipakai dalam literatur hukum di Indonesia. Perikatan dalam hal
ini berarti ; hal yang mengikat orang yang satu terhadap orang yang lain. Hal yang
mengikat itu menurut kenyataannya dapat berupa perbuatan, misalnya jual beli
barang. Dapat berupa peristiwa, misalnya lahirnya seorang bayi, meninggalnya
seorang. Dapat berupa keadaan, misalnya; letak pekarangan yang berdekatan,
letak rumah yang bergandengan atau letak rumah yang bersusun (rusun). Karena
hal yang mengikat itu selalu ada dalam kehidupan bermasyarakat, maka oleh
pembentuk undang-undang atau oleh masyarakat sendiri diakui dan diberi „akibat
hukum‟.
Perikatan dalam pengertian luas Dalam bidang hukum kekayaan,
misalnya perikatan jual beli, sewa menyewa, wakil tanpa kuasa (zaakwaarneming),
pembayaran tanpa utang, perbuatan melawan hukum yang merugikan orang lain.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 1 / 18
Dalam bidang hukum keluarga, misalnya perikatan karena perkawinan, karena
lahirnya anak dan sebagainya. Dalam bidang hukum waris, misalnya perikatan
untuk mawaris karena kematian pewaris, membayar hutang pewaris dan
sebagainya. Dalam bidang hukum pribadi, misalnya perikatan untuk mewakili
badan hukum oleh pengurusnya, dan sebagainya.
Perikatan dalam pengertian sempit Membahas hukum harta kekayaan
saja, meliputi hukum benda dan hokum perikatan, yang diatur dalam buku II
KUHPdt di bawah judul Tentang Benda. Peraturan Hukum Perikatan
Perikatan diatur dalam buku III KUH Perdata dari pasal 1233-1456 KUH Perdata.
Buku III KUH Perdata bersifat :
a. Terbuka, maksudnya perjanjian dapat dilakukan oleh siapa saja asal tidak
bertentangan dengan undang- undang.
b. Mengatur, maksudnya karena sifat hukum perdata bukan memaksa tetapi
disepakati oleh kedua belah pihak.
c. Melengkapi, maksudnya boleh menambah atau mengurangi isi perjanjian
karena tergantung pada kesepakatan.

C. Dasar Hukum Perikatan


Dasar hukum perikatan berdasarkan KUHP perdata terdapat tiga sumber
adalah sebagai berikut.
a. Perikatan yang timbul dari persetujuan (perjanjian).
b. Perikatan yang timbul undang-undang.
Perikatan yang berasal dari undang-undang dibagi lagi menjadi undang-undang
saja dan undang-undang dan perbuatan manusia. Hal ini tergambar dalam Pasal
1352 KUH Perdata :”Perikatan yang dilahirkan dari undang-undang, timbul dari
undang-undang saja (uit de wet allen) atau dari undang-undang sebagai akibat
perbuatan orang” (uit wet ten gevolge van‟s mensen toedoen)
i. Perikatan terjadi karena undang-undang semata
Perikatan yang timbul dari undang-undang saja adalah perikatan yang letaknya di
luar Buku III, yaitu yang ada dalam pasal 104 KUH Perdata mengenai kewajiban
alimentasi antara orang tua dan anak dan yang lain dalam pasal 625 KUH Perdata
mengenai hukum tetangga yaitu hak dan kewajiban pemilik-pemilik pekarangan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 2 / 18
yang berdampingan. Di luar dari sumber-sumber perikatan yang telah dijelaskan
di atas terdapat pula sumber-sumber lain yaitu : kesusilaan dan kepatutan (moral
dan fatsoen) menimbulkan perikatan wajar (obligatio naturalis), legaat (hibah
wasiat), penawaran, putusan hakim. Berdasarkan keadilan (billijkheid) maka hal-
hal termasuk dalam sumber – sumber perikatan.
ii. Perikatan terjadi karena undang-undang akibat perbuatan manusia
c. Perikatan terjadi bukan perjanjian, tetapi terjadi karena perbuatan melanggar
hukum (onrechtmatige daad) dan perwakilan sukarela ( zaakwarneming).

D. Macam-Macam Perikatan
a. Perikatan bersyarat ( Voorwaardelijk )
Suatu perikatan yang digantungkan pada suatu kejadian dikemudian hari, yang
masih belum tentu akan atau tidak terjadi.
b. Perikatan yang digantungkan pada suatu ketetapan waktu ( Tijdsbepaling )
Perbedaan antara perikatan bersyarat dengan ketetapan waktu adalah di perikatan
bersyarat, kejadiannya belum pasti akan atau tidak terjadi. Sedangkan pada
perikatan waktu kejadian yang pasti akan datang, meskipun belum dapat
dipastikan kapan akan datangnya.
c. Perikatan yang membolehkan memilih ( Alternatief )
Dimana terdapat dua atau lebih macam prestasi, sedangkan kepada si berhutang
diserahkan yang mana yang akan ia lakukan.
d. Perikatan tanggung menanggung ( Hoofdelijk atau Solidair )
Dimana beberapa orang bersama-sama sebagai pihak yang berhutang berhadapan
dengan satu orang yang menghutangkan atau sebaliknya. Sekarang ini sedikit
sekali yang menggunakan perikatan type ini.
e. Perikatan yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi tergantung pada
kemungkinan bias atau tidaknya prestasi dibagi. Pada hakekatnya
tergantung pada kehendak kedua belak pihak yang membuat perjanjian.
f. Perikatan tentang penetapan hukuman ( Strafbeding )
Suatu perikatan yang dikenakan hukuman apabila pihak berhutang tidak menepati
janjinya. Hukuman ini biasanya ditetapkan dengan sejumlah uang yang

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 3 / 18
merupakan pembayaran kerugian yang sejak semula sudah ditetapkan sendiri oleh
pihak-pihak pembuat janji.

E. Unsur-unsur Perikatan
1. Hubungan hukum
Maksudnya adalah bahwa hubungan yang terjadi dalam lalu lintas masyarakat,
hukum melekatkan hak pada satu pihak dan kewajiban pad apihak lain dan apabila
salah satu pihak tidak menjalankan kewajibannya, maka hukum dapat
memaksakannya.
2. Harta kekayaan
Maksudnya adalah untuk menilai bahwa suatu hubungan hukum dibidang harta
kekayaan, yang dapat dinilai dengan uang. Hal ini yang membedakannya dengan
hubungan hukum dibidang moral (dalam perkembangannya, ukuran penilaian
tersebut didasarkan pada rasa keadilan masyarakat).
•Para pihak adalah Pihak yang berhak atas prestasi = kreditur, sedangkan yang
wajib memenuhi prestasi = debitur.
•Prestasi (pasal 1234 KUH Perdata), prestasi yaitu :
a. Memberikan sesuatu.
b. Berbuat sesuatu.
c. Tidak berbuat sesuatu.

F. Asas-Asas Dalam Hukum Perikatan


1. Asas Kebebasan Berkontrak : Ps. 1338: 1 KUH Perdata.
Asas Kebebasan Berkontrak terlihat di dalam Pasal 1338 KUHP Perdata yang
menyebutkan bahwa segala sesuatu perjanjian yang dibuat adalah sah bagi para
pihak yang membuatnya dan berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya.
2. Asas Konsensualisme : 1320 KUHPerdata.
Asas konsensualisme artinya bahwa perjanjian itu lahir pada saat tercapainya
kata sepakat antara para pihak mengenai hal-hal yang pokok dan tidak
memerlukan sesuatu formalitas. Dengan demikian, azas konsensualisme lazim
disimpulkan dalam Pasal 1320 KUHP Perdata.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 4 / 18
3. Asas Kepribadian : 1315 dan 1340 KUHPerdata.
• Pengecualian : 1792 KUHPerdata1317 KUHPerdata
• Perluasannya yaitu Ps. 1318 KUHPerdata.
4. Asas Pacta Suntservanda® asas kepastian hukum: 1338: 1
KUHPerdata.
• Pengecualian : 1792 KUHPerdata 1317 KUHPerdata
• Perluasannya yaitu Ps. 1318 KUHPerdata.
4. Asas Pacta Suntservanda® asas kepastian hukum: 1338: 1 KUHPerdata.

G. Bentuk Perikatan
1. Perikatan bersyarat (Pasal 1253 – 1267 KUHPer)
Perikatan bersyarat adalah perikatan yang digantungkan pada suatu peristiwa
yang masih akan datang dan masih belum tentu akan terjadi.
Ada 2 macam perikatan bersyarat :
a. perikatan dengan syarat tangguh – perikatan ini baru lahir jika
peristiwa yang dimaksud atau disyaratkan itu terjadi. Perikatan lahir pada detik
terjadinya peristiwa tersebut.
Contoh : saya berjanji akan menyewakan rumah saya kalau saya dipindahkan
keluar negeri. Artinya saya baru akan menyewakan rumah jika saya dipindahkan
keluar negeri, jika saya tidak dipindahkan, maka tidak ada perikatan untuk
menyewakan rumah saya.
b. perikatan dengan syarat batal – perikatan yang sudah ada akan
berakhir jika peristiwa yang dimaksud itu terjadi.
Contoh : saat ini saya menyewakan rumah saya kepada A dengan ketentuan sewa-
menyewa ini akan berakhir jika anak saya yang ada di luar negeri pulang ke tanah
air.
Suatu perjanjian adalah batal jika pelaksanaannya semata-mata tergantung pada
kemauan orang yang terikat (debitur). Suatu syarat yang berada dalam kekuasaan
orang yang terikat disebut juga syarat potestatif. Perjanjian seperti itu tidak
memiliki kekuatan hukum apapun (artinya tidak dapat dipaksa pemenuhannya).
Contoh : saya berjanji untuk menghadiahkan sepeda saya kepada Ali jika suatu
saat saya menghendakinya.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 5 / 18
Suatu perjanjian juga batal jika syaratnya tidak mungkin terlaksana,
bertentangan dengan kesusilaan, atau sesuatu yang dilarang UU.
Contoh : saya berjanji akan memberi Amat sebuah rumah jika berhasil
menurunkan bintang dan bulan ke bumi atau kalau ia berhasil membakar
rumahnya Ali atau kalau ia melakukan sebuah perbuatan zina. Maka perjanjian itu
tidak mempunyai kekutan hukum apapun.
Jika suatu perjanjian digantungkan pada syarat bahwa suatu peristiwa akan terjadi
pada waktu tertentu, maka syarat itu harus dianggap tidak terpenuhi jika batas
waktu itu sudah lewat dan peristiwa tersebut tidak terjadi.
Suatu syarat batal selalu berlaku surut hingga saat lahirnya perjanjian. Syarat batal
adalah suatu syarat yang apabila terpenuhi , menghentikan perjanjian yang sudah
ada dan membawa segala sesuatu kembali pada keadaan semula seolah-olah tidak
pernah ada perjanjian (Pasal 1265 KUHPer). Artinya, si berpiutang wajib
mengembalikan apa yang sudah diterimanya, apabila peristiwa yang dimaksudkan
itu terjadi.

2. Perikatan dengan ketetapan waktu (Pasal 1268 – 1271 KUHPerdata


Perikatan ini tidak menangguhkan lahirnya perikatan, hanya
menangguhkan pelaksanaannya, ataupun menentukan lama waktu berlakunya
suatu perjanjian atau perikatan itu.
Contoh : saya akan menyewakan rumah saya per 1 Januari 2012 atau sampai 1
Januari 2012, maka perjanjian itu adalah suatu perjanjian dengan ketetapan waktu.
Contoh lainnya: saya akan menjual rumah saya dengan ketentuan bahwa penghuni
yang sekarang meninggal dunia. Memang hampir sama dengan perjanjian
bersyarat tetapi perjanjian tadi adalah perjanjian dengan ketetapan waktu karena
hal orang meninggal adalah sesuatu yang pasti akan terjadi di masa depan.
Sementara perjanjian bersyarat adalah sesuatu yang belum pasti akan terjadi di
masa depan.

3. Perikatan manasuka (alternatif) (pasal 1272 – 1277 KUHPerdata


Dalam perikatan manasuka si berutang(debitur) dibebaskan menyerahkan
salah satu dari dua barang atau lebih yang disebutkan dalam perjanjian, tetapi ia

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 6 / 18
tidak boleh memaksa si berpiutang untuk menerima sebagian dari barang yang
satu dan sebagian lagi dari barang yang lain. Hak memilih barang ini ada pada si
berutang, jika hak ini tidak secara tegas diberikan oleh si berpiutang.
Contoh : saya mempunyai tagihan seratus ribu rupiah pada seorang petani.
Sekarang saya mengadakan suatu perjanjian dengannya bahwa ia akan saya
bebaskan dari utangnya jika ia menyerahkan kudanya atau 100kg berasnya.
Apabila 1 dari 2 barang itu musnah atau tidak dapat lagi diserahkan, maka
perikatan itu menjadi perikatan murni atau perikatan bersahaja.
Jika semua barang itu hilang atau musnah akibat si berutang, maka si berutang
wajib membayar harga barang yang hilang terakhir
Jika hak pilih ada pada si berutang, dan salah satu barang hilang atau musnah
bukan akibat salahnya si berutang, si berpiutang wajib mendapat barang yang satu
lagi.
Jika salah satu barang hilang akibat salahnya si berutang, maka si
berpiutang boleh memilih barang yang satu lagi atau harga barang yang sudah
hilang.
Jika kedua barang hilang atau salah satu hilang akibat kesalahan si berutang, maka
si berpiutang boleh memilih sesuai pilihannya.
Asas-asas di atas berlaku juga jika barang lebih dari dua ataupun perikatan untuk
melakukan suatu perbuatan.

4. Perikatan tanggung-menanggung atau solider (Pasal 1278 – Pasal 1295


KUHPer)
Adalah perikatan yang terdapat beberapa orang di salah satu pihak (lebih
dari satu debitur atau lebih dari satu kreditur).
Dalam hal terdapat lebih dari satu debitur maka tiap-tiap debitur itu dapat dituntut
untuk memenuhi seluruh utang. Dengan sendirinya pembayaran yang dilakukan
oleh salah seorang debitur, membebaskan debitur lainnya.
Dalam hal beberapa orang di pihak kreditur, maka tiap-tiap kreditur berhak
menuntut pembayaran seluruh utang. Pembayaran yang dilakukan kepada seorang
kreditur, membebaskan si berutang terhadap kreditur-kreditur lainnya.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 7 / 18
5. Perikatan yang dapat dibagi dan yang tidak dapat dibagi (Pasal 1296-
1303 KUHPer)
Dapat atau tidak dapat dibaginya suatu perikatan adalah tergantung dari
apakah barang nya dapat dibagi atau tidak serta penyerahannya dapat dibagi atau
tidak.
Meskipun barang atau perbuatan yang dimaksudkan sifatnya dapat dibagi, tetapi
jika penyerahan atau pelaksanaan perbuatan itu tidak dapat dilakukan sebagian-
sebagian, maka perikatan itu harus dianggap tidak dapat dibagi.

6. Perikatan dengan ancaman hukuman (Pasal 1304 – 1312 KUHPerdata


Perikatan dimana si berutang untuk jaminan pelaksanaan perjanjiannya,
diwajibkan melakukan sesuatu apabila perikatan awalnya tidak terpenuhi. Atau
dengan kata lain, perikatan yang ada hukumannya jika debitur tidak melakukan
kewajibannya.
Contoh : A melakukan suatu perjanjian dengan B yang berprofesi sebagai
kontraktor untuk membangun sebuah apartemen. Pembangunan itu dalam
perjanjian harus selesai selama 2 tahun. Jika terlambat B akan dikenakan denda
untuk mengganti kerugian yang diderita A sebesar 20juta rupiah per bulan
keterlambatannya.
Perikatan dengan ancaman hukuman walaupun mirip dengan perikatan
manasuka (karena ada dua prestasi yang harus dipenuhi), sangatlah berbeda satu
sama lain, karena dalam perikatan dengan ancaman hukuman sebenarnya
prestasinya hanya satu, kalau ia lalai melakukan prestasi tersebut barulah muncul
prestasi yang ditentukan sebagai hukuman.
Hukuman yang ditentukan biasanya sangatlah berat, bahkan terlampau berat.
Menurut Pasal 1309 KUHPer, hakim bisa saja mengubah hukuman tersebut, bila
perikatan awalnya sudah dilakukan sebagian.
Ataupun jika perikatannya belum dilakukan sama sekali, hakim dapat
menggunakan Pasal 1338 ayat 3 dimana suatu perjanjian harus dilaksanakan
dengan itikad baik.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 8 / 18
Hapusnya Perikatan
Perikatan itu bisa hapus jika memenuhi kriteria-kriteria sesuai dengan Pasal 1381
KUH Perdata. Ada 7 (tujuh) cara penghapusan suatu perikatan adalah sebagai
berikut :
1. Pembaharuan utang (inovatie)
2. Perjumpaan utang (kompensasi)
3. Pembebasan utang
4. Musnahnya barang yang terutang
5. Kebatalan dan pembatalan perikatan-perikatan.
6. Syarat yang membatalkan
7. Kadaluwarsa

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 9 / 18
HUKUM PERJANJIAN

A. Pengertian Perjanjian
Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang
lainnya atau dimana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.
Perikatan merupakan suatu yang sifatnya abstrak sedangkan perjanjian adalah
suatu yang bersifat kongkrit. Dikatakan demikian karena kita tidak dapat melihat
dengan pancaindra suatu perikatan sedangkan perjanjian dapat dilihat atau dibaca
suatu bentuk perjanjian ataupun didengar perkataan perkataannya yang berupa
janji.
Dalam Pasal 1313 KUHPerdata, perjanjian adalah suatu perbuatan di mana
satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih.
para ahli hukum mempunyai pendapat yang berbeda-beda mengenai pengertian
perjanjian,
Abdulkadir Muhammad mengemukakan bahwa perjanjian adalah suatu
persetujuan dengan dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk
melaksanakan suatu hal mengenai harta kekayaan.
Menurut J.Satrio perjanjian dapat mempunyai dua arti, yaitu arti luas dan
arti sempit, dalam arti luas suatu perjanjian berarti setiap perjanjian yang
menimbulkan akibat hukum sebagai yang dikehendaki oleh para pihak termasuk
didalamnya perkawinan, perjanjian kawin, dll, dan dalam arti sempit perjanjian
disini berarti hanya ditujukan kepada hubungan-hubungan hukum dalam lapangan
hukum kekayaan saja, seperti yang dimaksud oleh buku III kitab undang-undang
hukum perdata.

B. Asas Perjanjian
Ada 7 jenis asas hukum perjanjian yang merupakan asas-asas umum yang harus
diperhatikan oleh setiap pihak yang terlibat didalamnya.
a. Asas sistem terbukan hukum perjanjian
Hukum perjanjian yang diatur didalam buku III KUHP merupakan hukum
yang bersifat terbuka. Artinya ketentuan-ketentuan hukum perjanjian yang

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 10 / 18
termuat didalam buku III KUHP hanya merupakan hukum pelengkap yang
bersifat melengkapi.
b. Asas Konsensualitas
Asas ini memberikan isyarat bahwa pada dasarnya setiap perjanjian yang
dibuat lahir sejak adanya konsensus atau kesepakatan dari para pihak yang
membuat perjanjian.
c. Asas Personalitas
Asas ini bisa diterjemahkan sebagai asas kepribadian yang berarti bahwa
pada umumnya setiap pihak yang membuat perjanjian tersebut untuk
kepentingannya sendiri atau dengan kata lain tidak seorangpun dapat
membuat perjanjian untuk kepentingan pihak lain.
d. Asas Itikad baik
Pada dasarnya semua perjanjian yang dibuat haruslah dengan itikad baik.
Perjanjian itikad baik mempunyai 2 arti yaitu :
1. Perjanjian yang dibuat harus memperhatikan norma-norma kepatutan
dan kesusilaan.
2. Perjanjian yang dibuat harus didasari oleh suasana batin yang memiliki
itikad baik.
e. Asas Pacta Sunt Servada
Asas ini tercantum didalam Pasal 1338 ayat 1 KUHP yang isinya “Semua
Perjanjian yang di buat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi
mereka yang membuatnya. Asas ini sangat erat kaitannya dengan asas
sistem terbukanya hukum perjanjian, karena memiliki arti bahwa semua
perjanjian yang dibuat oleh para pihak asal memnuhi syarat-syarat sahnya
perjanjian sebagaimana yang diatur di dalam pasal 1320 KUHP sekalipun
menyimpang dari ketentuan-ketentuan Hukum Perjanjian dalam buku III
KUHP tetap mengikat sebagai Undang-Undang bagi para pihak yang
membuat perjanjian.
f. Asas force majeur
Asas ini memberikan kebebasan bagi debitur dari segala kewajibannya
untuk membayar ganti rugi akibat tidak terlaksananya perjanjian karena
suatu sebab yang memaksa.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 11 / 18
g. Asas Exeptio non Adiempletie contractus
Asas ini merupakan suatu pembelaan bagi debitur untuk dibebaskan dari
kewajiban membayar ganti rugi akibat tidak dipenuhinya perjanjian,
dengan alasan bahwa krediturpun telah melakukan suatu kelalaian.

C. Syarat Sahnya Perjanjian


Suatu kontrak dianggap sah (legal) dan mengikat, maka perjanjian tersebut
harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Menurut ketentuan pasal 1320 KUHP
Perdata, ada empat syarat yang harus dipenuhi untuk sahnya suatu perjanjian,
yaitu :
a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya. Syarat pertama merupakan
awal dari terbentuknya perjanjian, yaitu adanya kesepakatan antara para
pihak tentang isi perjanjian yang akan mereka laksanakan. Oleh karena itu
timbulnya kata sepakat tidak boleh disebabkan oleh tiga hal, yaitu adanya
unsur paksaan, penipuan, dan kekeliruan. Apabila perjanjian tersebut
dibuat berdasarkan adanya paksaan dari salah satu pihak, maka perjanjian
tersebut dapat dibatalkan.
b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan. Pada saat penyusunan
kontrak, para pihak khususnya manusia secara hukum telah dewasa atau
cakap berbuat atau belum dewasa tetapi ada walinya. Di dalam KUH
Perdata yang disebut pihak yang tidak cakap untuk membuat suatu
perjanjian adalah orang-orang yang belum dewasa dan mereka yang
berada dibawah pengampunan.
c. Mengenai suatu hal tertentu. Secara yuridis suatu perjanjian harus
mengenai hal tertentu yang telah disetujui. Suatu hal tertentu disini adalah
objek perjanjian dan isi perjanjian. Setiap perjanjian harus memiliki objek
tertentu, jelas, dan tegas. Dalam perjanjian penilaian, maka objek yang
akan dinilai haruslah jelas dan ada, sehingga tidak mengira-ngira.
d. Suatu sebab yang halal. Setiap perjanjian yang dibuat para pihak tidak
boleh bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum, dan
kesusilaan. Dalam akta perjanjian sebab dari perjanjian dapat dilihat pada
bagian setelah komparasi, dengan syarat pertama dan kedua disebut syarat

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 12 / 18
subjektif, yaitu syarat mengenai orang-orang atau subjek hukum yang
mengadakan perjanjian, apabila kedua syarat ini dilanggar, maka
perjanjian tersebut dapat diminta pembatalan. Juga syarat ketiga dan
keempat merupakan syarat objektif, yaitu mengenai objek perjanjian dan
isi perjanjian, apabila syarat tersebut dilanggar, maka perjanjian tersebut
batal demi hukum. Namun, apabila perjanjian telah memenuhi unsur-unsur
sahnya suatu perjanjian dan asas-asas perjanjian, maka perjanjian tersebut
sah dan dapat dijalankan.

Causa dalam hukum perjanjian adalah isi dan tujuan suatu perjanjian yang
menyebabkan adanya perjanjian itu. Berangkat dari causa ini maka yang harus
diperhatikan adalah apa yang menjadi isi dan tujuan sehingga perjanjian tersebut
dapat dinyatakan sah. Yang dimaksud dengan causa dalam hukum perjanjian
adalah suatu sebab yang halal. Pada saat terjadinya kesepakatan untuk
menyerahkan suatu barang, maka barang yang akan diserahkan itu harus halal,
atau perbuatan yang dijanjikan untuk dilakukan itu harus halal. Jadi setiap
perjanjian pasti mempunyai causa, dan causa tersebut haruslah halal. Jika
causanya palsu maka persetujuan itu tidak mempunyai kekuatan. Isi perjanjian
yang dilarang atau bertentangan dengan undang-undang atau dengan kata lain
tidak halal, dapat dilacak dari peraturan perundang-undangan, yang biasanya
berupa pelanggaran atau kejahatan yang merugikan pihak lain sehingga bisa
dituntut baik secara perdata maupun pidana.
Adapun isi perjanjian yang bertentangan dengan kesusilaan cukap sukar
ditentukan, sebab hal ini berkaitan dengan kebiasaan suatu masyarakat sedangkan
masing-masing kelompok masyarakat mempunyai tata tertib kesusilaan yang
berbeda-beda.
Secara mendasar perjanjian dibedakan menurut sifat yaitu:
1. Perjanjian Konsensuil
Adalah perjanjian dimana adanya kata sepakat antara para pihak saja,
sudah cukup untuk timbulnya perjanjian.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 13 / 18
2. Perjanjian Riil
Adalah perjanjian yang baru terjadi kalau barang yang menjadi pokok
perjanjian telah diserahkan.

3. Perjanjian Formil
Adalah perjanjian di samping sepakat juga penuangan dalam suatu bentuk
atau disertai formalitas tertentu. Perikatan hapus:
a. Pembayaran.
b. Penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau
penitipan.
c. Pembaruan utang.
d. Perjumpaanutangataukompensasi.
e. percampuran utang, karena pembebasan utang, karena
musnahnya barang yang terutang.
f. Kebatalan atau pembatalan.
g. Berlakunya suatu syarat pembatalan, karena lewat waktu.

Tiap perikatan dapat dipenuhi oleh siapa pun yang berkepentingan, seperti
orang yang turut berutang atau penanggung utang. Suatu perikatan bahkan dapat
dipenuhi oleh pihak ketiga yang tidak berkepentingan, asal pihak ketiga itu
bertindak atas nama dan untuk melunasi utang debitur, atau asal ia tidak
mengambil alih hak-hak kreditur sebagai pengganti jika ia bertindak atas namanya
sendiri.

D. Macam – Macam Perjanjian


Macam-macam perjanjian obligator adalah sebagai berikut :
a. Perjanjian dengan Cuma-Cuma dan perjanjian dengan beban. Perjanjian
dengan Cuma-Cuma ialah suatu perjanjian dimana pihak yang satu
memberikan suatu keuntungan kepada yang lain tanpa menerima suatu
manfaat bagi dirinya sendiri. (Pasal 1314 ayat (2) KUHPerdata).
Perjanjian dengan beban ialah suatu perjanjian dimana salah satu pihak

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 14 / 18
memberikan suatu keuntungan kepada pihak lain dengan menerima suatu
manfaat bagi dirinya sendiri.
b. Perjanjian sepihak dan perjanjian timbal balik. Perjanjian sepihak adalah
suatu perjanjian dimana hanya terdapat kewajiban pada salah satu pihak
saja. Perjanjian timbal balik ialah suatu perjanjian yang memberi
kewajiban dan hak kepada kedua belah pihak.
c. Perjanjian konsensuil, formal dan, riil. Perjanjian konsensuil ialah
perjanjian dianggap sah apabila ada kata sepakat antara kedua belah pihak
yang mengadakan perjanjian tersebut. Perjanjian formil ialah perjanjian
yang harus dilakukan dengan suatu bentuk teryentu, yaitu dengan cara
tertulis. Perjanjian riil ialah suatu perjanjian dimana selain diperlukan
adanya kata sepakat, harus diserahkan.
d. Perjanjian bernama, tidak bernama dan, campuran. Perjanjian bernama
adalah suatu perjanjian dimana Undang Undang telah mengaturnya dengan
kententuan-ketentuan khusus yaitu dalam Bab V sampai bab XIII
KUHPerdata ditambah titel VIIA. Perjanjian tidak bernama ialah
perjanjian yang tidak diatur secara khusus. Perjanjian campuran ialah
perjanjian yang mengandung berbagai perjanjian yang sulit
dikualifikasikan.

E. Pelaksanaan Perjanjian
Pengaturan mengenai pelaksanaan kontrak dalam KUHP menjadi bagian
dari pengaturan tentang akibat suatu perjanjian, yaitu diatur dalam pasal 1338
sampai dengan pasal 1341 KUHP. Pada umumnya dikatakan bahwa yang
mempunyai tugas untuk melaksanakan kontrak adalah mereka yang menjadi
subjek dalam kontrak itu.
Pembelokan pelaksanaan kontrak sehingga menimbulkan kerugian yang
disebabkan oleh kesalahan salah satu pihak konstruksi tersebut dikenal dengan
sebutan wanprestasi atau ingkar janji.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 15 / 18
Latihan Soal

1. Berikan penjelasan apa yang dimaksud dengan Hukum Perikatan dan


Hukum Perjanjian dan jelaskan contohnya masing - masing

2. Permasalahan apa saja yang terjadi dalam Hukum Perjanjian dan Hukum
Perikatan dalam Ekonomi, dan berikan penjelasan solusinya.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 16 / 18
DAFTAR PUSTAKA

Mashudi, 1995, Hukum Perikatan, Bandung: Mandar Maju,

ASSER Mr. C., 2001, Hukum Perdata, Jakarta: Dian Rakyat

SH Siti Soetami A., 1992, Pengantar Tata Hukum Indonesia, Jakarta: PT

ERESCO Anggota IKAPI

H.Hum Djumadi, S.H., 2004, Hukum Perburuhan Perjanjian Kerja, Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada

Subekti, 2003, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta: PT Intermasa

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 17 / 18

Anda mungkin juga menyukai