HUKUM BISNIS
(FEB 513)
MODUL SESI 5
HUKUM PERIKATAN DAN PERJANJIAN
DISUSUN OLEH
ELISTIA, SE, MM
A. Pendahuluan
Perikatan dan perjanjian adalah suatu hal yang berbeda. Perikatan dapat
lahir dari suatu perjanjian dan Undang-undang. Suatu perjanjian yang dibuat dapat
menyebabkan lahirnya perikatan bagi pihak-pihak yang membuat perjanjian
tersebut. Perikatan adalah terjemahan dari istilah bahasa Belanda “verbintenis”.
Istilah perikatan ini lebih umum dipakai dalam literature hukum di Indonesia.
Perikatan artinya hal yang mengikat orang yang satu terhadap orang yang lain.
Hal yang mengikat itu menurut kenyataannya dapat berupa perbuatan.
Perikatan dan perjanjian adalah suatu hal yang berbeda. Perikatan dapat
lahir dari suatu perjanjian dan Undang-undang. Suatu perjanjian yang dibuat dapat
menyebabkan lahirnya perikatan bagi pihak-pihak yang membuat perjanjian
tersebut. Perikatan adalah terjemahan dari istilah bahasa Belanda “verbintenis”.
Istilah perikatan ini lebih umum dipakai dalam literature hukum di Indonesia.
Perikatan artinya hal yang mengikat orang yang satu terhadap orang yang lain.
Hal yang mengikat itu menurut kenyataannya dapat berupa perbuatan.
B. Pengertian Perikatan
Perikatan dalam bahasa Belanda disebut “ver bintenis”. Istilah perikatan
ini lebih umum dipakai dalam literatur hukum di Indonesia. Perikatan dalam hal
ini berarti ; hal yang mengikat orang yang satu terhadap orang yang lain. Hal yang
mengikat itu menurut kenyataannya dapat berupa perbuatan, misalnya jual beli
barang. Dapat berupa peristiwa, misalnya lahirnya seorang bayi, meninggalnya
seorang. Dapat berupa keadaan, misalnya; letak pekarangan yang berdekatan,
letak rumah yang bergandengan atau letak rumah yang bersusun (rusun). Karena
hal yang mengikat itu selalu ada dalam kehidupan bermasyarakat, maka oleh
pembentuk undang-undang atau oleh masyarakat sendiri diakui dan diberi „akibat
hukum‟.
Perikatan dalam pengertian luas Dalam bidang hukum kekayaan,
misalnya perikatan jual beli, sewa menyewa, wakil tanpa kuasa (zaakwaarneming),
pembayaran tanpa utang, perbuatan melawan hukum yang merugikan orang lain.
D. Macam-Macam Perikatan
a. Perikatan bersyarat ( Voorwaardelijk )
Suatu perikatan yang digantungkan pada suatu kejadian dikemudian hari, yang
masih belum tentu akan atau tidak terjadi.
b. Perikatan yang digantungkan pada suatu ketetapan waktu ( Tijdsbepaling )
Perbedaan antara perikatan bersyarat dengan ketetapan waktu adalah di perikatan
bersyarat, kejadiannya belum pasti akan atau tidak terjadi. Sedangkan pada
perikatan waktu kejadian yang pasti akan datang, meskipun belum dapat
dipastikan kapan akan datangnya.
c. Perikatan yang membolehkan memilih ( Alternatief )
Dimana terdapat dua atau lebih macam prestasi, sedangkan kepada si berhutang
diserahkan yang mana yang akan ia lakukan.
d. Perikatan tanggung menanggung ( Hoofdelijk atau Solidair )
Dimana beberapa orang bersama-sama sebagai pihak yang berhutang berhadapan
dengan satu orang yang menghutangkan atau sebaliknya. Sekarang ini sedikit
sekali yang menggunakan perikatan type ini.
e. Perikatan yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi tergantung pada
kemungkinan bias atau tidaknya prestasi dibagi. Pada hakekatnya
tergantung pada kehendak kedua belak pihak yang membuat perjanjian.
f. Perikatan tentang penetapan hukuman ( Strafbeding )
Suatu perikatan yang dikenakan hukuman apabila pihak berhutang tidak menepati
janjinya. Hukuman ini biasanya ditetapkan dengan sejumlah uang yang
E. Unsur-unsur Perikatan
1. Hubungan hukum
Maksudnya adalah bahwa hubungan yang terjadi dalam lalu lintas masyarakat,
hukum melekatkan hak pada satu pihak dan kewajiban pad apihak lain dan apabila
salah satu pihak tidak menjalankan kewajibannya, maka hukum dapat
memaksakannya.
2. Harta kekayaan
Maksudnya adalah untuk menilai bahwa suatu hubungan hukum dibidang harta
kekayaan, yang dapat dinilai dengan uang. Hal ini yang membedakannya dengan
hubungan hukum dibidang moral (dalam perkembangannya, ukuran penilaian
tersebut didasarkan pada rasa keadilan masyarakat).
•Para pihak adalah Pihak yang berhak atas prestasi = kreditur, sedangkan yang
wajib memenuhi prestasi = debitur.
•Prestasi (pasal 1234 KUH Perdata), prestasi yaitu :
a. Memberikan sesuatu.
b. Berbuat sesuatu.
c. Tidak berbuat sesuatu.
G. Bentuk Perikatan
1. Perikatan bersyarat (Pasal 1253 – 1267 KUHPer)
Perikatan bersyarat adalah perikatan yang digantungkan pada suatu peristiwa
yang masih akan datang dan masih belum tentu akan terjadi.
Ada 2 macam perikatan bersyarat :
a. perikatan dengan syarat tangguh – perikatan ini baru lahir jika
peristiwa yang dimaksud atau disyaratkan itu terjadi. Perikatan lahir pada detik
terjadinya peristiwa tersebut.
Contoh : saya berjanji akan menyewakan rumah saya kalau saya dipindahkan
keluar negeri. Artinya saya baru akan menyewakan rumah jika saya dipindahkan
keluar negeri, jika saya tidak dipindahkan, maka tidak ada perikatan untuk
menyewakan rumah saya.
b. perikatan dengan syarat batal – perikatan yang sudah ada akan
berakhir jika peristiwa yang dimaksud itu terjadi.
Contoh : saat ini saya menyewakan rumah saya kepada A dengan ketentuan sewa-
menyewa ini akan berakhir jika anak saya yang ada di luar negeri pulang ke tanah
air.
Suatu perjanjian adalah batal jika pelaksanaannya semata-mata tergantung pada
kemauan orang yang terikat (debitur). Suatu syarat yang berada dalam kekuasaan
orang yang terikat disebut juga syarat potestatif. Perjanjian seperti itu tidak
memiliki kekuatan hukum apapun (artinya tidak dapat dipaksa pemenuhannya).
Contoh : saya berjanji untuk menghadiahkan sepeda saya kepada Ali jika suatu
saat saya menghendakinya.
A. Pengertian Perjanjian
Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang
lainnya atau dimana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.
Perikatan merupakan suatu yang sifatnya abstrak sedangkan perjanjian adalah
suatu yang bersifat kongkrit. Dikatakan demikian karena kita tidak dapat melihat
dengan pancaindra suatu perikatan sedangkan perjanjian dapat dilihat atau dibaca
suatu bentuk perjanjian ataupun didengar perkataan perkataannya yang berupa
janji.
Dalam Pasal 1313 KUHPerdata, perjanjian adalah suatu perbuatan di mana
satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih.
para ahli hukum mempunyai pendapat yang berbeda-beda mengenai pengertian
perjanjian,
Abdulkadir Muhammad mengemukakan bahwa perjanjian adalah suatu
persetujuan dengan dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk
melaksanakan suatu hal mengenai harta kekayaan.
Menurut J.Satrio perjanjian dapat mempunyai dua arti, yaitu arti luas dan
arti sempit, dalam arti luas suatu perjanjian berarti setiap perjanjian yang
menimbulkan akibat hukum sebagai yang dikehendaki oleh para pihak termasuk
didalamnya perkawinan, perjanjian kawin, dll, dan dalam arti sempit perjanjian
disini berarti hanya ditujukan kepada hubungan-hubungan hukum dalam lapangan
hukum kekayaan saja, seperti yang dimaksud oleh buku III kitab undang-undang
hukum perdata.
B. Asas Perjanjian
Ada 7 jenis asas hukum perjanjian yang merupakan asas-asas umum yang harus
diperhatikan oleh setiap pihak yang terlibat didalamnya.
a. Asas sistem terbukan hukum perjanjian
Hukum perjanjian yang diatur didalam buku III KUHP merupakan hukum
yang bersifat terbuka. Artinya ketentuan-ketentuan hukum perjanjian yang
Causa dalam hukum perjanjian adalah isi dan tujuan suatu perjanjian yang
menyebabkan adanya perjanjian itu. Berangkat dari causa ini maka yang harus
diperhatikan adalah apa yang menjadi isi dan tujuan sehingga perjanjian tersebut
dapat dinyatakan sah. Yang dimaksud dengan causa dalam hukum perjanjian
adalah suatu sebab yang halal. Pada saat terjadinya kesepakatan untuk
menyerahkan suatu barang, maka barang yang akan diserahkan itu harus halal,
atau perbuatan yang dijanjikan untuk dilakukan itu harus halal. Jadi setiap
perjanjian pasti mempunyai causa, dan causa tersebut haruslah halal. Jika
causanya palsu maka persetujuan itu tidak mempunyai kekuatan. Isi perjanjian
yang dilarang atau bertentangan dengan undang-undang atau dengan kata lain
tidak halal, dapat dilacak dari peraturan perundang-undangan, yang biasanya
berupa pelanggaran atau kejahatan yang merugikan pihak lain sehingga bisa
dituntut baik secara perdata maupun pidana.
Adapun isi perjanjian yang bertentangan dengan kesusilaan cukap sukar
ditentukan, sebab hal ini berkaitan dengan kebiasaan suatu masyarakat sedangkan
masing-masing kelompok masyarakat mempunyai tata tertib kesusilaan yang
berbeda-beda.
Secara mendasar perjanjian dibedakan menurut sifat yaitu:
1. Perjanjian Konsensuil
Adalah perjanjian dimana adanya kata sepakat antara para pihak saja,
sudah cukup untuk timbulnya perjanjian.
3. Perjanjian Formil
Adalah perjanjian di samping sepakat juga penuangan dalam suatu bentuk
atau disertai formalitas tertentu. Perikatan hapus:
a. Pembayaran.
b. Penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau
penitipan.
c. Pembaruan utang.
d. Perjumpaanutangataukompensasi.
e. percampuran utang, karena pembebasan utang, karena
musnahnya barang yang terutang.
f. Kebatalan atau pembatalan.
g. Berlakunya suatu syarat pembatalan, karena lewat waktu.
Tiap perikatan dapat dipenuhi oleh siapa pun yang berkepentingan, seperti
orang yang turut berutang atau penanggung utang. Suatu perikatan bahkan dapat
dipenuhi oleh pihak ketiga yang tidak berkepentingan, asal pihak ketiga itu
bertindak atas nama dan untuk melunasi utang debitur, atau asal ia tidak
mengambil alih hak-hak kreditur sebagai pengganti jika ia bertindak atas namanya
sendiri.
E. Pelaksanaan Perjanjian
Pengaturan mengenai pelaksanaan kontrak dalam KUHP menjadi bagian
dari pengaturan tentang akibat suatu perjanjian, yaitu diatur dalam pasal 1338
sampai dengan pasal 1341 KUHP. Pada umumnya dikatakan bahwa yang
mempunyai tugas untuk melaksanakan kontrak adalah mereka yang menjadi
subjek dalam kontrak itu.
Pembelokan pelaksanaan kontrak sehingga menimbulkan kerugian yang
disebabkan oleh kesalahan salah satu pihak konstruksi tersebut dikenal dengan
sebutan wanprestasi atau ingkar janji.
2. Permasalahan apa saja yang terjadi dalam Hukum Perjanjian dan Hukum
Perikatan dalam Ekonomi, dan berikan penjelasan solusinya.
RajaGrafindo Persada