Anda di halaman 1dari 110

MODUL

ETIKA PROFESI

Oleh :
MF. ARROZI ADHIKARA

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
JAKARTA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA

BAB 1
ETIKA
Tujuan pembelajaran adalah Mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menjelaskan makna dari etika dalam kehidupan sosial dan profesi
2. Menemukan solusi masalah sehubungan dengan masalah etika dan profesi

Pengertian Etika

Bisa dikatakan bahwa “teori etika” dapat membantu para pengambil keputusan untuk
bisa memberikan penilaian, apakah sebuah keputusan itu sudah etis atau belum. Teori
etika mendasari dan menyediakan sebuah kerangka kemungkinan kepastian benar atau
tidaknya suatu keputusan moral.
Etika (ethics) menurut pengertian yang sebenarnya adalah filsafat tentang moral. Jadi,
etika merupakan ilmu yang membahas dan mengkaji nilai dan norma moral. Etika adalah
suatu perilaku normatif. Etika normatif mengajarkan segala sesuatu yang sebenarnya
benar menurut hukum dan moralitas. Etika mengajarkan sesuatu yang salah adalah salah
dan sesuatu yang benar adalah benar. Sesuatu yang benar tidak dapat dikatakan salah dan
sebaliknya sesuatu yang salah tidak dapat dikatakan benar. Benar dan salah tidak dapat
dicampur adukkan demi kepentingan seseorang atau kelompok. Etika merupakan refleksi
kritis dan rasional mengenai (a) nilai dan norma yang menyangkut bagaimana manusia,
sebagai manusia, harus hidup baik, dan (b) masalah-masalah kehidupan manusia dengan
mendasarkan pada nilai dan norma-norma moral yang umum diterima.
Untuk memahami pengertian etika secara praktis, diperlukan usaha
memperbandingkan etika dengan moralitas. Etika maupun moralitas sering diperlakukan
sama sejajar dalam memberi arti terhadap sebuah peristiwa interaksi antar manusia.
Pertama, etika berasal dari kata Yunani ethos, bentuk jamaknya (ta etha) berarti „adat
istiadat‟. Berarti etika berhubungan dengan kebaikan hidup, kebiasaan atau karakter baik
terhadap seseorang, masyarakat atau terhadap kelompok masyarakat. Kedua, Etika dalam
pengertian kedua ini dimengerti sebagai filsafat moral, atau ilmu yang membahas dan
mengkaji nilai dan norma yang diberikan oleh moralitas dan etika.
Etika dalam pengertian yang lebih luas adalah keseluruhan norma dan penilaian yang
dipergunakan oleh masyarakat untuk mengetahui bagaimana manusia seharusnya
menjalankan kehidupannya.
Etika dalam pengertian yang lebih sempit, sering diacu sebagai seperangkat nilai atau
prinsip moral yang berfungsi sebagai panduan untuk berbuat, bertindak, atau berperilaku.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa etika berkaitan dengan bagaimana manusia
menjalankan kehidupannya, dan menaruh perhatian pada bagaimana (berperilaku untuk)
mencapai kehidupan yang baik dan lebih baik.
Dengan berdasarkan pada sebuah teori etika, keputusan moral yang dilakukan bisa
menjadi beralasan. Dengan kata lain, dengan teori etika keputusan dijauhkan dari suasana
sewenang-wenang dan terhindar dari ketidak pastian hukum dan ketidakpuasan. Sebuah
teori etika tertentu membantu pengambilan keputusan moral. Teori etika menyediakan
justifikasi bagi keputusan yang dilakukan oleh para manajer.

Tujuan Etika

2|T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Dua tujuan etika antara lain menilai perilaku manusiawi berstandar moral, dan
memberikan ketepatan nasehat tentang bagaimana bertindak bermoral pada situasi
tertentu.

Profesionalisme dan Etika


Istilah profesional mengandung makna kualitas yang sangat tinggi (baik), sedangkan
profesi memiliki pengertian pekerjaan yang ditekuni dan menjadi tumpuan hidup, atau
dapat juga berarti bidang pekerjaan yang dilandasi oleh pendidikan keahlian tertentu.
Profesi sering dibedakan menjadi dua jenis, yaitu profesi biasa dan profesi luhur. Suatu
profesi dibanun di atas landasan moral karena seorang profesional memang dituntut
untuk menghasilkan kinerja berstandar kualitas tinggi dan mengutamakan kepentingan
publik.
Profesional (seorang profesional) adalah orang yang menjalani suatu profesi, dan
karenanya, mempunyai tanggung jawab yang tinggi untuk berkarya dengan standar
kualitas tinggi dilandasi dengan komitmen moral yang tinggi pula.
Etika profesi atau etika profesional merupakan pembeda utama antara para
profesional dan orang-orang yang hanya sekadar ahli di bidang yang mereka pilih untuk
ditekuni.

Peranan Etika dalam Profesi Akuntansi


Profesi akuntansi mengandung karakteristik pokok suatu profesi, diantaranya adalah
jasa yang sangat penting bagi masyarakat, pengabdian bangsa kepada masyarakat, dan
komitmen moral yang tinggi.
Masyarakat menuntut untuk memperoleh jasa para akuntan dengan standar kualitas
yang tinggi, dan menuntut mereka untuk bersedia mengorbankan diri. Itulah sebabnya
profesi akuntansi menetapkan standar teknis atau standar etika yang harus dijadikan
sebagai panduan oleh para akuntan, utamanya yang secara resmi menjadi anggota profesi,
dalam melaksanakan tugas-tugas profesionalnya.
Jadi, standar etika diperlukan bagi profesi akuntansi karena akuntan memiliki posisi
sebagai orang kepercayaan dan menghadapi kemungkinan benturan-benturan
kepentingan. Kode etik atau aturan etika profesi akuntansi menyediakan panduan bagi
para akuntan profesional dalam mempertahankan diri dari godaan dan dalam mengambil
keputusan-keputusan sulit.

Etika Profesi dan Etika Kerja


Etika profesi atau etika profesional merupakan suatu bidang etika (sosial) terapan.
Etika profesi berkaitan dengan kewajiban etis mereka yang menduduki posisi yang disebut
profesional. Etika profesi berfungsi sebagai panduan bagi para profesional dalam
menjalani kewajiban mereka memberikan dan mempertahankan jasa kepada masyarakat
yang berstandar tinggi. Dalam kaitannya dengan profesi, etika meliputi norma-norma yang
mentransformasikan nilai-nilai atau cita-cita (luhur) ke dalam praktik sehari-hari para
profesional dalam menjalankan profesi mereka. Norma-norma ini biasanya dikodifikasikan
secara formal ke dalam bentuk kode etik atau kode perilaku profesi yang bersangkutan.
Etika profesi biasanya dibedakan dari etika kerja yang mengatur praktek, hak, dan
kewajiban bagi mereka yang bekerja di bidang yang tidak disebut profesi (non-
profesional). Non-profesional adalah pegawai atau pekerja biasa dan dianggap kurang
memiliki otonomi dan kekuasaan atau kemampuan profesional. Namun demikian, ada
sejumlah pendapat yang menyatakan bahwa tidak ada alasan moral untuk mengeluarkan
etika kerja dari kajian etika profesional karena keduanya tidak terlalu berbeda jenisnya
kecuali yang menyangkut besarnya bayaran yang diterima dari pekerjaan mereka.

3|T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Masyarakat tidak mencemaskan pengambilalihan pekerjaan, tetapi masyarakat
mencemaskan penyalahgunaan kekuasaan/keahlian.
Pembedaan antara etika profesi dan etika kerja lazimnya dilakukan mengingat
aktivitas para profesional seperti dokter, pengacara, dan akuntan, adalah berbeda dengan
pekerja lain umumnya. Para profesional memiliki karakteristik khusus dari segi
pendidikan atau pelatihan, pengetahuan, pengalaman, dan hubungan dengan klien, yang
membedakannya dari dari pekerja non-profesional.

Tahapan Etika Bisnis


Etika bisnis dapat dilaksanakan dalam tiga tahapan: tahap makro, tahap meso, dan
tahap mikro. Ketiga tahap ini membahas kegiatan ekonomi dan bisnis. Ditahap makro,
etika bisnis mempelajari aspek-aspek moral dari sistem ekonomi secara total.
Pada tahap meso (menengah), etika bisnis mempelajari persoalan etika dalam
organisasi. Organisasi di sini dapat diasosiasikan sebagai organisasi perusahaan, serikat
buruh, lembaga konsumen, perhimpunan profesi, dan lain-lain.
Tahap mikro memusatkan perhatiannya pada persoalan individual sehubungan
dengan aktifitas ekonomi atau bisnis. Pada tahap ini dipelajari tanggung jawab etis
karyawan dan majikan, bawahan dan manajer, produsen dan konsumen, pemasok, dan
investor.

Lingkungan Etika Akuntan Profesional

a. Pentingnya Pemahaman Lingkungan Etika


Lingkungan etika adalah arena bagi para akuntan profesional menjalani tugas-tugas
profesionalnya. Lingkungan etika ini meliputi organisasi bisnis dan nonbisnis yang
merupakan sasaran jasa profesional para akuntan, lingkungan bagi organisasi bisnis dan
nonbisnis tersebut, dan masyarakat secara umum, serta organisasi atau kantor yang
mempekerjakan mereka.
Akuntan profesional yang berfungsi menjembatani kepentingan-kepentingan yang
sering berlawanan tersebut harus menyadari dan memahami harapan publik terhadap
bisnis dan organisasi-organisasi lain yang menjadi sasaran jasa profesionalnya aar setiap
akuntan profesional dapat menemukan bagaimana seharusnya menafsirkan aturan-aturan
profesi mereka dan memadukan kearifan intelektual dan kearifan tindakan yang sesuai
dengan standar etika.

b. Celah Kredibilitas dan Harapan


Pemahaman akan perkembangan dan tuntutan lingkungan memungkinkan para
akuntan profesional mengidentifikasi ada tidaknya celah harapan publik (expectation gap)
dan celah kredibilitas (credibility gap), yang selanjutnya memungkinkan mereka untuk
menutup celah tersebut.
Berbagai kasus skandal bisnis dan keuangan yang melibatkan para akuntan
profesional mulai terkuak. Kasus-kasus tersebut dapat mengindikasikan bahwa adanya
pengingkaran oleh sejumlah akuntan terhadap kepercayaan tinggi yang diberikan oleh
masyarakat kepada profesi akuntansi. Ini merupakan ancaman bagi para akuntan yang
bersangkutan dan profesi akintan secara keseluruhan, yang harus disadari sepenuhnya
dan ditanggapi sungguh-sungguh dengan meningkatkan kepatuhan terhadap standar
teknis maupun standar etika yang berlaku.

c. Etika Bisnis dan Akuntan Profesional

4|T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Etika bisnis berarti menemukan dan bertindakdengan cara yang tepat dalam setiap
situasi bisnis. Di dalamnya terdapat dua isu yang berpengaruh dengan etika bisnis,
pertama, sulitnya menentukan tindakan yang benar-benar tepat dari satu situasi ke situasi
lainnya. kedua, keberanian dan keteguhan untuk melaksanakan tindakan yang etis
tersebut.
Ada beberapa alasan tentang betapa pentingnya dari sebuah etika bisnis, yaitu,
pelanggan menuntut perilaku beretika dari bisnis, etika menjadikan iklim kerja lebih baik,
dan pegawai yang makin diberdayakan memerlukan panduan yang lebih jelas.
Faktor pendorong dari peningkatan tuntutan etis, a. globalisasi, b. kompetisi, c.
teknologi, dan d. masalah-masalah lingkungan.

Hukum dan Etika dalam bisnis


Sejumlah pihak meyakini bahwa hukum, bukan etika, ialah satu-satunya panduan relevan
dengan alasan hukum dan etika mengatur dua realitas yang berbeda serta hukum tidak
lain adalah etika bisnis itu sendiri. Tetapi bagi seorang manajer, jika hanya berpanduan
pada hukum saja tidak cukup karena dapat membahayakan, berikut alasan-alasan dalam
mempertimbangkan suatu keputusan, antara lain:

1. Hukum tidak memadai untuk mengatur aspek-aspek tertentu dari aktivitas bisnis
2. Di bidang-bidang baru, hukum sering lamban berkembang
3. Hukum itu sendiri sering menggunakan konsep-konsep moral yang tidak sepenuhnya
didefinisikan
4. Hukum sering tidak tuntas karena memerlukan pengadilan sebagai pengambil
keputusan
5. Suatu alasan pragmatis bahwa hukum merupakan instrument yang tidak begitu efisien
dan semata-mata mendasarkan diri pada hukum mengundang legislasi dan litigasi
yang tidak diperlukan.
Pemahaman akan etika bisnis ini sangat penting bagi seorang akuntan professional
karena bisnis merupakan salah satu bindang penting bagi para akuntan professional
dalam mengerjakan tugasnya. Pemahaman etersebut akan membantu para akuntan dalam
menanggapi dan menangani masalah-masalah etis yang berkaitan dengan praktik-praktik
bisnis yang menjadi sasaran pengkajiandan penilaian mereka.
Prinsip- prinsip yang berlaku dalam etika bisnis ini hampir sama pada prinsip-prinsip
dari etika secara umum.

d. Etika Pelayanan Publik dan Akuntan Profesional


Tuntutan akan efisiensi dan efektivitas organisasi, profesionalisme, dan standar
perilaku yang tinggi kini juga ditujukan pada birokrasi atau administrasi publik yang
bertanggung jawab terhadap pelayanan publik. Aparatur birokrasi semakin dituntut untuk
secara profesional menunujukkan kinerjanya yang berkualitas tinggi, dengan cara-cara
yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip etika.
Bagi akuntan profesional, perhatian terhadap praktik-praktik birokrasi serta isu-isu
etikanya dan perubahan-perubahan yang berlangsung adalah sangat penting dalam rangka
memperoleh pemahaman yang baik mengenai bagaimana akuntan profesional seharusnya
menafsirkan aturan-aturan profesi mereka sehingga dapat menempatkan diri mereka
secara tepat.

Etika Akuntan Profesional


Menurut pasal 4 ayat 1 Undang-Undang nomor 43 tahun 1999 tentang Perubahan
atas Undang-undang nomor 17 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dijelaskan
bahwa pegawai negeri adalah unsur aparatur negara yanag bertugas memberikan

5|T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
pelayanan kepada masyarakat secara professional, jujur, adil dan merata dalam
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan.
Jika dilihat dari pengertian tersebut, maka tak heran bila kerap kali profesi pegawai
negeri dikaitkan dengan profesionalitas dan etika. Profesionalitas merujuk pada
kompetensi teknis pekerjaan itu sendiri yang menuntut hasil dengan standar tinggi.
Sedangkan etika lebih kepada kualifikasi perilaku moral bagi pegawai pelayan publik.
Urgensi kedua hal tersebut adalah untuk menjamin bahwa kebijakan-kebijakan publik
diimplementasikan dan menjadi realitas.
Sikap yang diperlukan :
1. Mempelajari dan menguasai pekerjaan Anda di bidang administrasi publik;
2. Menjadi pakar di bidang spesialisasi yang Anda pilih;
3. Menjadi teladan dalam berperilaku;
4. Memelihara pengetahuan dan keterampilan pada tingkat yang tinggi, menghindari
benturan kepentingan dengan menempatkan nilai pengabdian kepada kepentingan
publik di atas kepentingan pribadi;
5. Mendisiplinkan pelaku kesalahan dan anggota lainnya yang diyakini merusak
reputasi profesi;
6. Mengungkapkan kecurangan dan malpraktik;
7. Secara umum meningkatkan kemampuan Anda melalui berbagai upaya
pengembangan diri, termasuk penelitian, percobaan dan inovasi.
Profesionalisme dalam pelayanan publik memang membutuhkan komitmen yang tinggi
mengingat perilaku pelayan publik adalah terbuka sepanjang waktu dan menjadi sasaran
penilaian publik jika seorang pelayan publik gagal menjalankan tugasnya. Oleh sebab itu,
sebagai pegawai negeri yang bekecimpung dalam pelayanan publik sudah sepantasnya
menjunjung tinggi nilai-nilai profesionalisme yang bersesuaian dengan nilai-nilai etika
sebagai acuan perilaku dalam melayani publik.
1. Memberikan Manfaat Publik
Tujuan sosial yang harus dipenuhi meniadakan dorongan untuk mementingkan diri
sendiridan memperkaya birokrasi serta berusaha menjauhakan diri dari tindakan yang
merugikan dan harus menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan universal seperti
kebebasan HAM.
2. Menegakkan Aturan Hukum
Aturan hukum memberikan perlindungan terhadap penyalahgunaan kekuasaan dan
jabatan juga merupakan prinsip pertama pemerintahan yang demokratis.
3. Menjamin Adanya Tanggung Jawab dan Akuntabilitas Publik
Nilai ini menuntut pegawai negeri untuk menjadi pelindung kepentingan publik,
bersikap jujur, selalu memutakhirkan informasi dan tanggap.
4. Menjadi Teladan
Profesional dalam pelayanan publik berarti memiliki komitmen pengabdian terhadap
publik, pelaksana yang baik, memajukan kepentingan public dan memperbaiki kondisi
kehidupan tanpa mengharap imbalan.
5. Meningkatkan Kinerja
Profesional di lingkungan pelayanan publik (birokrasi) mungkin kurang memiliki
otonomi dan independensi, namun demikian Anda harus selalu berusaha meningkatkan
kinerja Anda dalam berbagai bidang tanggung jawab.
6. Memajukan Demokrasi
Profesional di lingkungan pelayanan publik harus mengadopsi sejumlah nilai baru
yang beberapa di antaranya mungkin berbenturan dan memerlukan priorotisasi.
Selain hal-hal yang telah disebutkan di atas, pegawai negeri juga dituntut untuk
berpegang pada netralitas birokrasi, artinya birokrasi memberikan pelayanan berdasarkan
profesionalisme, bukan berdasarkan kepentingan politik. Birokrasi yang netral, tidak

6|T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
memihak dan objektif diperlukan agar pelayanan dapat diberikan kepada seluruh
masyarakat tanpa memihak pada pihak tertentu.

BAB 2
TEORI DAN KONSEP ETIKA

Tujuan pembelajaran adalah mahasiswa diharapkan mampu:


1. Menjelaskan teori etis dalam lingkungan bisnis
2. Bersikap etis dan memiliki moral yang tinggi
3. Menerapkan perilaku etis , nilai-nilai moral dalam lingkungan masyarakat

Dalam bab ini akan menguraikan 3 teori etika, yaitu:

Utilitarianisme
Teori utilitarianisme mengatakan bahwa suatu kegiatan bisnis adalah baik dilakukan jika
bisa memberikan manfaat kepada sebagian besar konsumen atau masyarakat. Teori
utilitarianisme sebagai teori etika kegunaan suatu tindakan ekonomis, sesuai sekali
dengan prinsip prinsip ekonomis. Teori ini cukup jelas dengan dijelaskan melalui teori cost
benefit analysis yang dipakai dalam konteks ekonomi. Manfaat utilitarianisme mampu
menghitung keuntungan dan kerugian atau kredit dan debet dalam bisnis. Banyak
penganut utilitarianisme mengusahakan melaksanakan perhitungan etis ekonomis
tersebut.

Teleologi
Teori Teleologi sering disebut teori konsekuensialis, menyatakan bahwa nilai moral suatu
tindakan atau praktik ditentukan semata- mata oleh konsekuensi dari tindakan atau

7|T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
praktik tersebut. Benar atau salahnya tindakan dan praktek ditentukan oleh akibat yang
ditimbulkan oleh tindakan dan praktik tersebut.
Ada beberapa jenis teori teleologi, namun yang paling populer karena dipandang paling
realistik adalah teori utilitirian (utilitarianisme) yang benar atau salahnya suatu tindakan
ditentukan oleh baik atau buruknya konsekuensi bagi setiap orang yang dipengaruhi oleh
tindakan tersebut.
Sejalan dengan pendirian utilitirianisme, pengambilan keputusan etis meliputi
langkah – langkah berikut:
a. Menentukan alternatif tindakan yang tersedia pada setiap situasi keputusan
b. Menaksir biaya dan manfaaat dari masing – masing alternatif tindakan bagi setiap orang
yang dipengaruhi oleh tindakan tersebut
c. Memilih alternatif tindakan yang menghasilkan jumlah terbesar manfaat atau jumlah
terkecil biaya.

Deontologi
Teori ini menolak pendirian bahwa konsekuensi merupakan faktor relevan untuk
menentukan apa yang seharusnya kita perbuat. Menurut deontologi, tindakan atau
perbuatan tertentu adalah benar bukan karena manfaat bagi kita sendiri atau orang lain
tetapi karena sifat atau hakikat perbuatan itu sendiri atau kaidah yang diikuti untuk
berbuat.
Tujuh kewajiban moral adalah
a. Kewajiban menepati janji atau kesetiaan (fidelity)
b. Kewajiban ganti rugi (reparation)
c. Kewajiban terima kasih (gratitude)
d. Kewajiban keadilan (justice)
e. Kewajban berbuat baik (beneficence)
f. Kewajiban mengembangkan diri (self improvement)
g. Kewajiban untuk tidak merugikan (non-malificence)

Teori Etika Keutamaan


Keutamaan didefinisikan sebagai penggambaran watak menganai perilaku seseorang dan
memungkinkan nya bertingkah laku baik secara moral. Kebijaksanaan, merupakan suatu
keutamaan seseorang sehingga bermodal hal tersebut seseorang mampu mengambil
keputusan tepat dalam berbagai kondisi. Keadilan merupakan perwujudan nilai
keutamaan lainnya mendorong seseorang mampu memberikan kepada sesama segala
sesuatu yang menjadi haknya. Kerendahan hati adalah keutamaan dimana seseorang tidak
ingin menonjolkan diri, sekalipun situasi mengizinkan. Suka bekerja keras juga nilai
keutamaan yang menjamin seseorang untuk menghindari tindakan bermalas-malasan.
Prestasi bisnis yang baik adalah prestasi bisnis didasari oleh nilai nilai keutamaan. Hidup
yang baik adalah virtuous life: hidup keutamaan, Life is precious, hidup adalah utama dan
sangat berharga maka gunakanlah setiap menit yang ada untuk berbuat sesuatu kebaikan
kepada umat manusia.
3 hal yang mencirikan keutamaan, yaitu:
a. Disposisi artinya keutamaan merupakan suatu kencenderungan tetap
b. Berkaitan dengan kemauan atau kehendak, artinya keutamaan adalah kecenderungan
tetap yang menyebabkan kehendak tetap pada arah tertentu.
c. Pembiasaan diri, artinya keutamaan tidak dimiliki manusia sejak lahir tetapi diperoleh
dengan cara membiasakan diri atau berlatih.

HAK
Setiap insan ekonomis memiliki hak, sejalan dengan itu ia juga memiliki kewajiban secara
ekonomis. Secara moral evaluasi terhadap berbagai peristiwa ekonomis didasari oleh teori
8|T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
hak. Teori hak ini merupakan pendekatan relatif banyak dipakai mengevaluasi baik
buruknya suatu perbuatan atau perilaku seseorang atau sekelompok orang. Teori hak
merupakan aspek dari teori deontologi, karena hak berhubungan dengan kewajiban.
Bahkan hak dan kewajiban seperti dua sisi mata uang logam yang saling melengkapi.
Seseorang biasanya memiliki hak sekaligus kewajiban untuk berlaku sesuatu kepada orang
lain.

Ada beberapa jenis hak yang dapat dibedakan, yaitu


1. Hak legal dan hak moral
Hak legal adalah hak yang diakui dan ditegakkan sebagai bagian dari sistem hukum,
sedangkan hak moral adalah hak yang berasal dari suatu sistem norma moral yang tidak
bergantung kepada adanya sistem hukum.
2. Hak khusus dan hak umum
Hak khusus berkaitan denga individu – individu tertentu, sedangkan hak umum adalah hak
yang melibatkan klaim terhadap setiap orang atau kemanusiaan secara umum.
3. Hak negatif dan hak positif
Umumnya hak negatif berkorelasi dengan kewajiban pada pihak lain untuk tidak bertindak
terhadap kita. Di pihak lain, hak positif adalah hak yang mewajibkan orang lain bertindak
untuk kita.

RELATIVISME
Bila selalu dalam kondisi perilaku normal, maka pada dasarnya setiap orang cenderung
bersedia berperilaku utama atau baik. Mereka yakin bahwa adat-istiadat, agama atau
kepercayaan yang dianutnya dari daerah di mana ia dibesarkan diyakini merupakan adat
istiadat terbaik di banding lain-lainnya. Dengan keadaan ini, maka setiap orang berkondisi
kejiwaan normal tidak dapat membantah peristiwa serupa. Banyak fakta menunjukkan
bahwa hal tersebut merupakan perilaku atau pendapat umum dan menjadi adat istiadat
turun temurun suatu daerah.

PRINSIP ETIKA
Prinsip Otonomi
Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia mengambil keputusan dan bertindak
berdasarkan tuntunan hati nuraninya, kesadarannya sendiri mengenai sesuatu kebaikan
untuk diberian kepada orang lain.

Prinsip Kejujuran
Prinsip kejujuran dalam setiap tindakan atau perikatan bisnis merupakan keutamaan.
Kejujuran diperlukan dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Dalam
perikatan perjanjian dan kontrak tertentu, semua pihak saling percaya satu sama lain,
bahwa masing-masing pihak tulus dan jujur membuat perjanjian dan kontrak, serius, tulus
dan jujur melaksanakan perjanjian. Kejujuran sangat penting artinya bagi kepentingan
masing-masing pihak, kejujuran sangat menentukan keberlanjutan relasi dan
kelangsungan bisnis selanjutnya.

Prinsip Keadilan
Tindakan memberikan keadilan terhadap keterlibatan semua pihak dalam bisnis
merupakan praktek keutamaan. Prinsip keadilan perlu dilakukan agar setiap orang dalam

9|T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
kegiataan bisnis secara internal maupun eksternal perusahaan diperlakukan sesuai
dengan hak dan kewajiban masing-masing.

Menurut Aristoteles ada 3 jenis keadilan khusus, yaitu:


1. Keadilan distributif
Adalah keadilan dalam distribusi manfaat dan beban. Keadilan ini umumnya bersifat
perbandingan .
2. Keadilan kompensasi
Keadilan yang menyangkut masalah pemberian imbalan atau penggantian kepada
seseorang karena kekeliruan atau kesalahan yang menimpa dan merugikannya.
3. Keadilan retributif
Berkaitan dengan pemberian hukuman terhadap pelaku kesalahan

Prinsip Saling Menguntungkan


Kegiatan bisnis perlu memberikan keadaan saling menguntungkan kepada keterlibatan
setiap pihak dalam bisnis, hal tersebut merupakan cerminan prinsip keutamaan. Saling
menguntungkan merupakan cermin integritas moral internal pelaku bisnis atau
perusahaan agar nama baik pribadi atau nama baik perusahaan untuk berbisnis tetap
terjaga, dipercaya dan kompetitif.

ETOS BISNIS
Etos adalah suatu upaya seseorang atau kelompok membiasakan diri menghayati,
menghargai nilai nilai moral yang dianggapnya sesuai dan benar menurut diri maupun
kelompoknya. Moral berfungsi sebagai pilar penunjang kekuatan tindakan bisnis dari
seseorang atau kelompok. Bila mereka melanggar nilai moral tersebut maka dianggap
tidak etis. Diharapkan etos bisnis yang telah disetujui bersama tersebut dapat diwariskan
kepada generasi penerusnya. Etos bisnis sebuah kelompok dengan kelompok bisnis
lainnya dapat berlainan tergantung dari visi, misi yang dimiliki oleh kelompok tersebut.

KEPEDULIAN
Salah satu karateristik pokok sudut pandang etika adalah objektivitas atau ketidak
berpihakan. Ini berarti bahwa setiap hubungan khusus yang kita miliki dengan orang
tertentu (keluarga, teman atau pegawai) harus dikesampingkan ketika menentukan apa
yang seharusnya kita lakukan.

BAB 3
ETHICAL GOVERNANCE

Tujuan Pembelajaran adalah mahasiswa mampu :


1. Untuk memahami tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance).
2. Untuk memahami karakteristik pelaksanan good corporate governace.
3. Untuk memahami prinsip-prinsip dasar dari konsep good corporate governance.
4. Untuk memahami struktur good governance.
5. Untuk mamahami mekanisme dari good governance.
6. Untuk memahami peranan dari pimpinan organisasi dalam penerapan good
governance
7. Untuk memahami maksud dari akuntabilitas.

10 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Good governance merupakan tata kelola yang baik pada suatu usaha yang dilandasi
oleh etika profesional dalam berusaha/berkarya. Pemahaman good governance merupakan
wujud penerimaan akan pentingnya suatu perangkat peraturan atau tata kelola yang baik
untuk mengatur hubungan, fungsi dan kepentingan berbagai pihak dalam urusan bisnis
maupun pelayanan publik. Pemahaman atas good governance adalah untuk menciptakan
keunggulan manajemen kinerja baik pada perusahaan bisnis manufaktur (good corporate
governance) ataupun perusahaan jasa, serta lembaga pelayanan publik/pemerintahan
(good government governance). Pemahaman good governance merupakan wujud respek
terhadap sistem dan struktur yang baik untuk mengelola perusahaan dengan tujuan
meningkatkan produktivitas usaha.
Latar belakang munculnya Good Corporate Governance (GCG) atau dikenal dengan
nama tata kelola perusahaan yang baik muncul tidak semata-mata karena adanya
kesadaran akan adanya konsep GCG namun dilatar belakangi oleh maraknya skandal
perusahaan yang menimpa perusahaan- perusahaan besar.
Salah satu dampak signifikan yang terjadi adalah krisis ekonomi di suatu Negara
dan timbulnya praktisi korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Sebagai akibat tata kelola
perusahaan yang buruk oleh perusahaan besar yang mana mengakibatkan terjadinya
krisis ekonomi dan krisis kepercayaan investor, seperti yang terjadi di amerika awal tahun
2000 dan tahun 2008 yang mengakibatkan runtuhnya perusahaan besar yang ternama
didunia, disamping juga mengakibatkan krisis global dibeberapa belahan Negara didunia.
Sebagai contoh, untuk mengatasi hal tersebut pemerintah amerika mengeluarkan
Sarbanes-oxley tahun 2002, undang- undang tersebut berisi penataan kembali akuntasi
perusahaan publik tata kelola perusahaan dan perlindungan terhadap investor. Oleh
karena hal itu UU ini menjadi acuan awal dalam penjabaran dan menciptakan GCG
diberbagai Negara.

Pengertian Good Governance


Definisi governance menurut UNESCAP (United Nation Economic and Social
Commission for Asia and The Pacific) adalah: "Pemerintahan" berarti: proses pengambilan
keputusan dan proses dengan mana keputusan diimplementasikan (atau tidak
diimplementasikan). Pemerintahan dapat digunakan dalam berbagai konteks seperti
pemerintahan korporat, pemerintahan internasional, pemerintahan nasional dan
pemerintahan lokal.
Good governance memiliki 8 karakteristik utama. yaitu partisipatif, berorientasi
konsensus, akuntabel, transparan,responsif, efektif dan efisien, adil dan inklusif dan
mengikuti aturan hukum. guna menjamin bahwa korupsi dapat diminimalkan, pandangan
kaum minoritas diperhitungkan dan suara-suara yang paling rentan dalam masyarakat
didengar dalam pengambilan keputusan. Hal ini juga berkesesuaian dengan kebutuhan
sekarang dan masa depan masyarakat. Berikut ini adalah penjabaran dari 8 karakteristik
utama dari Good Governence yang disampaikan oleh UNESCAP :

1. Karakteristik pelaksanaan good governance antara lain adalah:


a) Partisipasi yaitu keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan baik
secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang
dapat menyalurkan aspirasinya. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar
kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif.
b) Rule of law yaitu kerangka hukum yang adil dan dilaksanakan tanpa pandang
bulu.
c) Transparansi umumnya dibangun atas dasar kebebasan memperoleh informasi.
Informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat
diperoleh oleh mereka yang membutuhkan.

11 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
d) Responsif yaitu lembaga-lembaga publik harus cepat dan tanggap dalam
melayani stakeholder.
e) Consensus orientasion yaitu berorientasi pada kepentingan masyarakat yang
lebih luas.
f) Equity setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh
kesejahteraan dan keadilan.
g) Efficiency dan effectiveness yaitu pengelolaan sumber daya publik dilakukan
secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif)
h) Accountability adalah pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktivitas
yang dilakukan.
i) Strategic vision yaitu penyelenggaraan pemerintah dan masyarakat harus
memiliki visi jauh kedepan.

A. Prinsip Dasar Konsep Good Governance


Konsep GCG belakangan ini makin mendapat perhatian masyarakat
dikarenakan GCG memperjelas dan mempertegas mekanisme hubungan antara
para pemangku kepentingan didalam suatu organisasi yang mencakup:
a) Hak-hak para pemegang saham
b) Para karyawan dan pihak yang berkepentingan
c) Pengungkapan yang tepat dan akurat
d) Transparasi terkait dengan struktur dan operasi perusahaan
e) Tanggung jawab dewan komisaris dan direksi terhadap perusahaan

1. Prinsip-prinsip dasar yang melandasi konsep GCG


Good Corporate Governance merupakan gabungan prinsip-prinsip dasar
dalam membangun suatu tatanan etika kerja dan kerjasama agar tercapai rasa
kebersamaan, keadilan, optimasi dan harmonisasi hubungan sehingga dapat
menuju kepada tingkat perkembangan yang penuh dalam suatu organisasi atau
badan usaha. Prinsip-prinsip dasar tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut :
a) Vision
Pengembangan suatu organisasi atau badan usaha harus didasarkan pada adanya
visi & strategi yang jelas dan didukung oleh adanya partisipasi dari seluruh
anggota dalam proses pengambilan keputusan, pelaksanaan dan pengembangan
supaya semua pihak akan merasa memiliki dan tanggungjawab dalam kemajuan
organisasi atau usahanya.
b) Participation
Dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan hasil keputusan suatu
organisasi atau badan usaha sedapat-dapatnya melibatkan pihak-pihak terkait
dan relevan melalui sistem yang terbuka dan dengan jaminan adanya hak
berasosiasi dan penyampaian pendapat.
c) Equality
Suatu badan usaha atau organisasi yang baik selalu akan memberi dan
menyediakan peluang yang sama bagi semua anggota atau pihak terkait bagi
peningkatan kesejahteraan melalui usaha bersama di dalam etika usaha yang
baik.
d) Professional
Dalam bahasa sehari-hari professional diartikan “One who engaged in a learned
vocation (Seseorang yang terikat dalam suatu lapangan pekerjaan)”. Dalam
konteks ini professional lebih dikaitkan dengan peningkatan kapasitas
kompetensi dan juga moral sehingga pelayanan dapat dilakukan dengan mudah,
cepat dan akurat.

12 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
e) Supervision
Meningkatkan usaha-usaha supervisi terhadap semua aktivitas usaha atau
organisasi sehingga tujuan bersama dapat dicapai secara optimal, efektif dan
efisien, serta untuk meminimalkan potensi kesalahan atau penyimpangan yang
mungkin timbul.
f) Effective & Efficient
Effective berarti “do the things right”, lebih berorientasi pada hasil, sedangkan
efficient berarti “do the right things”, lebih berorientasi pada proses. Apapun
yang direncanakan dan dijalankan oleh suatu organisasi atau badan usaha harus
bersifat efektif dan efisien.
g) Transparent
Dalam konteks good governance, transparency lebih diartikan membangun
kepercayaan yang saling menguntungkan antara pemerintah atau pengelola
dengan masyarakat atau anggotanya melalui ketersediaan informasi yang mudah
diakses, lengkap dan up to date.
h) Accountability/Accountable
Dalam konteks pembicaraan ini accountability lebih difokuskan dalam
meningkatkan tanggungjawab dari pembuat keputusan yang lebih diarahkan
dalam menjawab kepentingan publik atau anggota.
i) Fairness
Dalam konteks good governance maka fairness lebih diartikan sebagai aturan
hukum harus ditegakan secara adil dan tidak memihak bagi apapun, untuk
siapapun dan oleh pihak manapun.
j) Honest
Policy, strategi, program, aktivitas dan pelaporan suatu organisasi atau badan
usaha harus dapat dijalankan secara jujur. Segala jenis ketidak-jujuran pada
akhirnya akan selalu terbongkar dan merusak.

B. Struktur Good Governance


Struktur governance dapat diartikan sebagai suatu kerangka dalam organisasi
untuk menerapkan berbagai prinsip governance sehingga prinsip tersebut dapat dibagi,
dijalankan serta dikendalikan. Secara spesifik, struktur governance harus didesain
untuk mendukung jalannya aktivitas organisasi secara bertanggung jawab dan
terkendali. Pada dasarnya struktur governance diatur oleh undang-undang sebagai
dasar legalitas berdirinya sebuah entitas.
1. Model Anglo-saxon (single board system) yaitu struktur Good Governance yang tidak
memisahkan keanggotaan dewan komisaris dan dewan direksi.
Struktrur governance akan terdiri dari RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham), Board
of Directors (representasi dari para pemegang saham) serta Executive Managers
(manajemen yang akan menjalankan aktivitas). Dalam system ini anggota dewan
komisaris juga merangkap anggota dewan direksi dan kedua dewan ini disebut
dengan board of directors.
2. Model Continental Europe (Two Board System), yaitu struktur Good Governance yang
dengan tegas memisahkan keanggotaan dewan, yakni antara keanggotaan dewan
komisaris sebagai pengawas dan dewan direksi sebagai eksekutif perusahaan.
Struktur governance terdiri dari RUPS, Dewan Komisaris, Dewan Direktur, dan
Manajemen Eksekutif. Dalam model two board system, RUPS merupakan struktur
tertinggi yang mengangkat dan memberhentikan dewan komisaris yang mewakili
para pemegang saham untuk melakukan kontrol terhadap manajemen. Dewan
komisaris membawahi langsung dewan direksi dalam menjalankan perusahaan.

13 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
C. Mekanisme Good Governance
Mekanisme good governance merupakan suatu aturan main, prosedur dan
hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang
melakukan pengawasan. Mekanisme governance diarahkan untuk menjamin dan
mengawasi berjalannya system governance dalam sebuah organisasi.
Terdapat 2 mekanisme untuk membantu menyamakan perbedaan kepentingan
antara pemegang saham dan manajer dalam rangka penerapan Good Governance, yaitu :
1. Mekanisme Pengendalian Internal, adalah pengendalian perusahaan yang
dilakukan dengan membuat seprangkat aturan yang mengatur tentang
mekanisme bagi hasil, baik yang berupa keuntungan, return maupun resiko-
resiko yang disetujui oleh principal dan agen.

2. Mekanisme Pengendalian Eksternal, adalah pengendalian perusahaan yang


dilakukan oleh pasar. Menurut teori pasar, untuk melakukan pengendalian
perusahaan, pada saat manajer berperilaku menguntungkan dirinya sendiri,
kinerja perusahaan akan menurun yang direfleksikan oleh nilai saham
perusahaan. Pada kondisi ini, manajer kelompok lain akan menggantikan
manajer yang sedang memegang jabatan. Dengan demikian, bekerjanya market
for corporate control bisa menghambat tindakan menguntungkan diri sendiri
oleh manajer.

3. Mekanisme penggendalian lain yang secara luas digunakan dan diharapkan


dapat menyelaraskan tujuan principal dan agen adalah mekanisme melalui
pelaporan keuangan. Melalui laporan keuangan yang merupakan tanggung jawab
manajer, pemilik dapat mengukur, menilai, sekaligus dapat mengawasi kinerja
manajer untuk mengetahui sejauh mana manajer telah bertindak untuk
meningkatkan kesejahteraan pemilik. Laporan keuangan yang dibuat dengan
berdasarkan angka-angka akuntansi diharapkan berperan besar dalam
meminimalkan konflik antara berbagai pihak yang berkepentingan dalam
perusahaan.

D. Peranan Etika Bisinis dalam Penerapan Good Governance


Kepatuhan pada Kode Etik ini merupakan hal yang sangat penting untuk
mempertahankan dan memajukan reputasi perusahaan sebagai karyawan & pimpinan
perusahaan yang bertanggung jawab, dimana pada akhirnya akan memaksimalkan nilai
pemegang saham (shareholder value). Beberapa nilai-nilai etika perusahaan yang sesuai
dengan prinsip-prinsip GCG, yaitu kejujuran, tanggung jawab, saling percaya,
keterbukaan dan kerjasama. Good Corporate Governance atau dikenal dengan nama
Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (selanjutnya disebut “GCG”) muncul tidak semata-
mata karena adanya kesadaran akan pentingnya konsep GCG namun dilatar belakangi
oleh maraknya skandal perusahaan yang menimpa perusahaan-perusahaan besar. Joel
Balkan (2002) mengatakan bahwa perusahaan (korporasi) saat ini telah berkembang
dari sesuatu yang relatif tidak jelas menjadi institusi ekonomi dunia yang amat
dominan. Kekuatan tersebut terkadang mampu mendikte hingga ke dalam
pemerintahan suatu negara, sehingga mejadi tidak berdaya dalam menghadapi
penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh para pelaku bisnis yang berpengaruh
tersebut. Semua itu terjadi karena perilaku tidak etis dan bahkan cenderung kriminal-
yang dilakukan oleh para pelaku bisnis yang memang dimungkinkan karena kekuatan
mereka yang sangat besar disatu sisi, dan ketidakberdayaan aparat pemerintah dalam

14 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
menegakkan hukum dan pengawasan atas perilaku para pelaku bisnis tersebut;
disamping berbagai praktik tata kelola perusahaan dan pemerintahan yang buruk.

Peran/Tanggung Jawab
Direktur Menerapkan kehati-hatian dalam manajemen bisnis
perusahaan dan manajemen resiko etika. Membangun
kode etik dan tata krama perusahaan, menciptakan dan
menguatkan kesadaran bersama akan etika perusahaan
serta memastikan bahwa program etika perusahaan
menyatu dengan strategi bisnis dan operasional
perusahaan.
Eksekutif Fokus pada kepentingan stakeholder, bukan hanya pada
Akuntan/Auditor Internal kepentingan pemegang saham dankeuntungan jangka
Akuntan/Auditor Eksternal pendek semata.

Kode Etik yang efektif seharusnya bukan sekedar buku atau dokumen yang
tersimpan saja. Namun Kode Etik tersebut hendaknya dapat dimengerti oleh seluruh
karyawan & pimpinan perusahaan dan akhirnya dapat dilaksanakan dalam bentuk
tindakan (action). Salah satu contohnya adalah Sarbanes-Oxley Act pada tahun 2002
yang juga menjadi dasar awal konsep GCG di beberapa negara di dunia. Undang-undang
ini berisi mengenai penataan kembali akuntansi perusahaan publik, tata kelola
perusahaan, dan perlindungan terhadap investor.

Berikut ini ringkasan isi pokok dari Sarbanes-Oxley Act:


1. Membentuk independent public company board untuk mengawasi audit
terhadap perusahaan public.
2. Mensyaratkan salah seorang anggota komite audit adalah orang yang ahli
dalam bidang keuangan.
3. Mensyaratkan untuk melakukan full disclosure kepada para pemegang
saham berkaitan dengan transaksi keuangan yang bersifat kompleks.
4. Mensyaratkan Chief Executive Officer (CEO) dan Chief Financial Officer
(CFO) perusahaan untuk melakukan sertifikasi tentang validitas pembuatan
laporan keuangan perusahaannya.
5. Jika diketahui mereka melakukan laporan palsu, mereka akan dipenjara
selama 20 tahun dan denda sebesar US$5 juta.
6. Melarang kantor akuntan publik dari tawaran jasa lainnya, seperti
melakukan konsultasi, ketika mereka sedang melaksanakan audit pada
perusahaan yang sama. Hal ini untuk menghindari adanya benturan
kepentingan (conflict of interest).
7. Mensyaratkan adanya kode etik, terdaftar pada Securities and Exchange
Commission (Bapepam-LK), untuk para pejabat keuangan (financial officer)
Ancaman hukuman 10 tahun penjara untuk pelaku kecurangan wire and
mail fraud.
8. Mensyaratkan mutual fund professional untuk menyampaikan suaranya
pada wakil pemegang saham, sehingga memungkinkan para investor untuk
mengetahui bagaimana saham mereka berpengaruh terhadap keputusan.
9. Memberikan perlindungan kepada individu yang melaporkan adanya
tindakan menyimpang kepada pihak yang berwewenang.

15 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA

E. Pengertian Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah instrumen yang menunjukkan apakah prinsip – prinsip
pemerintahan, hukum, keterbukaan, transparansi, keberpihakan dan kesamaan
dihadapan hukum telah dihargai atau tidak. Akuntabilitas juga hal yang penting untuk
menjamin nilai – nilai secara efisiensi, efektivitas, reabilitas dan prediktibiltas dari
administrasi publik. Dalam peran kepemimpinan, akuntabilitas dapat merupakan
pengetahuan dan adanya pertanggungjawaban terhadap tiap tindakan, produk,
keputusan dan kebijakan termasuk pula di dalamnya administrasi publik
pemerintahanm dan pelaksanaan dalam lingkup peran atau posisi kerja yang mencakup
di dalamnya mempunyai suatu kewajiban untuk melaporkan, menjelaskan dan dapat
dipertanyakan bagi tiap – tiap konsekuensi yang sudah dihasilkan.

F. Elemen Kunci dari Tata Kelola Perusahaan dan Akuntabilitas


Direksi, pemilik perusahaan dan manajemen senior sedang dalam proses menyadari
bahwa mereka dan karyawan mereka perlu memahami bahwa :

1. Organisasi mereka harus bijaksana untuk mempertimbangkan kepentingan


stakeholders jangan hanya shareholders saja;
2. Pengambilan keputusan harus mempertimbangkan nilai – nilai etika. Karena nilai –
nilai organisasi, profesional, dan individu berperan dalam kerangka pengambilan
keputusan maka penting bagi perusahaan untuk membentuk budaya dimana nilai –
nilai etika diciptakan, dipahami, dipupuk dan semua berkomitmen untuk
menjalankannya.
Selain itu. terdapat beberapa elemen kunci lagi dalam tata kelola perusahaan dan
akuntabilitas:
1. Pengembangan, penerapan, dan pengelolaan budaya etis perusahaan
2. Corporate codes of conduct
Dasar dari sebagian besar program etika perusahaan adalah aturan
perusahaan.
3. Kepemimpinan yang etis
Salah satu elemen kunci dalam tata kelola perusahaan dan akuntabilitas
adalah “tone at the top” dan peran pemimpin dalam mengembangkan,
memelihara, mengawasi perusahaan.

Sebuah perusahaan mengembangkan etika budayanya melalui pendekatan


paling sistematis untuk membangun dan memelihara struktur perusahaan.
1. Pembuatan keputusan etika yang praktis
Ketika seorang pembisnis atau akuntan profesional menghadapi suatu
permasalahan etis, maka jalan pertama yang harus ditempuh adalah
bertanggung jawab dan tingkah laku profesional. Berikut adalah dua prinsip
etika yang berdasar pada bagaimana mengusulkan kegiatan yang akan
berpengaruh pada stakeholders dalam membuat keputusan:
a. Pengembangan Motivasi
Belajar dari kasus perkara Enron, Athur Adersen, dan Worldcom yang
pada akhirnya melatar belakangi lahirnya Sarbanes-Oxley Act pada tahun
2002 di Amerika, mempengaruhi penyusunan kepemerintahan yang luas.
b. Kerangka Pembuatan Keputusan Beretika
Suatu keputusan harus dipertimbangkan sesuai etika dan hak jika hal itu
sesuai dengan standar tertentu.

16 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
2. Akuntabilitas kepada stakeholders
Terdapat tiga tipe kewajiban direktur, yakni:
a. Kewajiban kepatuhan, mengharuskan direktur menghindari tindakan yang
melebihi lingkup kekuasaan suatu perusahaan atau hukum.
b. Kewajiban loyalitas, mengharuskan direktur untuk mengambil keputusan atau
tindakan dalam keyakinan yang baik dan tidak mengikuti kepentingan pribadi
melebihi kepentingan perusahaan.
c. Due Care, mengharuskan direktur untuk rajin dan hati-hati dalam mengelola
perusahaan
3. Tata kelola untuk akuntabilitas seluruh stakeholders
Perusahaan bertanggung jawab secara hukum terhadap stakeholders dan
tambahan stakeholders yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan perusahaan,
sehingga perusahaan mengelola perusahaan sesuai dengan kepentingan semua
stakeholders
4. Ancaman untuk tata kelola yang baik dan akuntabilitas
Tiga ancaman penting, yaitu:
a. Kesalahpahaman terhadap tujuan dan fiduciary dut.
b. Kegagalan untuk mengidentifikasi dan mengelola resiko etika
c. Konflik kepentingan

Artikel Murphy
Menurut Patrick E. Murphy dalam jurnalnya yang berjudul Creating Ethical Corporate
Structure terdapat tiga pendekatan yang dapat diterapkan untuk menanamkan prinsip-
prinsip etika ke dalam bisnis, yaitu:
1. Credo perusahaan yang memberikan definisikan dan arahan kepada nilai-nilai
perusahaan.
2. Program etika dimana perusahaan berfokus pada upaya-upaya mengenai isu-isu etis.
3. Kode etik yang memberikan panduan spesifik untuk karyawan di area bisnis fungsional.
Penelitian Murphy tentang etika dalam manajemen menghasilkan kesimpulan yang harus
diingat manajer perusahaan yaitu:
1. Tidak ada pendekatan ideal tunggal untuk etika perusahaan.
Rekomendasinya dimulai dari perusahaan kecil dengan sebuah credo dan juga sebuah
perusahaan besar dengan mempertimbangkan program yang disesuaikan. Hal itu
dimungkinkan untuk mengintegrasikan program-program dan menghasilkan sebuah
hybrid contohnya dalam berurusan dengan insider trading.

2. Manajemen puncak harus berkomitmen.


Manajer senior harus memenangkan rancangan etika tertinggi bagi perusahaan mereka.
Komitmen ini tampak jelas melalui pernyataan keras dan jelas dalam surat CEO, laporan,
dan pernyataan publik

3. Pengembangan suatu struktur tidak cukup untuk perusahaan itu sendiri.


Struktur tidak akan berguna jika tidak didukung oleh proses manajerial. Credo
pertemuan pada Security Pasific dan seminar di Chemical Bank adalah contoh dari
proses yang mendukung struktur.

4. Meningkatkan kesadaran etis dari suatu organisasi tidak mudah


Banyak perusahaan yang telah menghabiskan waktu dan uang untuk mengembangkan,
mendiskusikan, merevisi, dan mengkomunikasikan prinsip-prinsip etika perusahaan.
dan pada kenyataannya itu semua tidak menjamin peningkatan kesadaran etis

17 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA

BAB 4
PENDEKATAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN BISNIS

Tujuan pembelajaran adalah Mahasiswa mampu menjelaskan konsep etika dalam


tanggung jawab keputusan bisnis

PENDAHULUAN
Keputusan adalah pilihan-pilihan dari dua alternative atau lebih. Keputusan biasa nya
diambil ketika terjadi masalah, untuk mengatasi masalah yang terjadi dalam suatu
organisasi atau dalam perusahaan diperlukan suatu kebijakan dalam pengambilan
keputusan yang baik dalam menentukan strategi, sehingga menimbulkan pemikiran
tentang cara-cara baru untuk melanjutkannya. Pengambilan keputusan yang dilakukan
biasanya memiliki beberapa tujuan, seperti tujuan yang bersifat tunggal (hanya satu
masalah dan tidak berkaitan dengan masalah lain) dan tujuan yang bersifat ganda
(masalah saling berkaitan, dapat bersifat kontradiktif ataupun tidak kontradiktif).

A. Pengambilan Keputusan
Keputusan adalah pilihan-pilihan dari dua alternative atau lebih. Keputusan biasa nya
diambil ketika terjadi masalah, untuk mengatasi masalah yang terjadi dalam suatu
organisasi atau dalam perusahaan diperlukan suatu kebijakan dalam pengambilan
keputusan yang baik dalam menentukan strategi, sehingga menimbulkan pemikiran
tentang cara-cara baru untuk melanjutkannya. Proses pengambilan keputusan adalah
bagaimana perilaku dan pola komunikasi manusia sebagai individu dan sebagai anggota
kelompok dalam struktur organisasi.

B. Pendekatan Pengambilan Keputusan, Pendekatan Pengambilan Keputusan Etis,


Pendekatan Filososfi, Analisis Biaya Manfaat
A. Etika.
Seorang pemimpin dalam mengambil keputusan dihadapkan pada dilema etika dan moral.
Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan dampak bagi orang lain.
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “ethos” yang berarti watak atau kebiasaan.
Dalam bahasa seharihari kita sering menyebutnya etiket yang berarti cara bergaul atau
berperilaku yang baik yang sering juga disebut sebagai sopan-santun. Istilah etika banyak
dikembangkan dalam organisasi sebagai norma-norma yang mengatur dan mengukur
perilaku professional seseorang. Secara lengkap etika diartikan sebagai nilai-nilai normatif
atau pola perilaku seseorang atau badan/lembaga/organisasi sebagai suatu bentuk yang
dapat diterima umum dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan dalam konteks
lain secara luas dinyatakan bahwa etika adalah aulia di dari proses dan teori filsafat moral
terhadap kenyataan yang sebenarnya. Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-
unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita.

A. Pengambilan Keputusan
Para indivindu dalam organisasi membuat keputusan (decision) artinya mereka membuat
pilihan-pilihan dari dua alternative atau lebih. Teori-teori pengambilan keputusan
bersangkut paut dengan masalah bagaimana pilhan-pilhan semacam itu dibuat. Beberapa
pengertian keputusan menurut beberapa tokoh (dhino ambargo:2) adalah sebagai berikut:

18 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
a) Menurut Davis (1988) keputusan adalah hasil dari pemecahan masalah yang
dihadapinya dengan tegas. Hal ini berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
mengenai apa yang harus dilakukan dan seterusnya mengenai unsur-unsur perencanaan.
Keputuan dibuat untuk menghadapi masalah-masalah atau kesalahan yang terjadi
terhadap rencana yang telah digariskan atau penyimpangan serius terhadap rencana yang
telah ditetapkan sebelumnya. Tugas pengambilan keputusan tingkatnya sederajat dengan
tugas pengambilan rencana dalam organisasi.
b) Siagian (1996) menyatakan, pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah suatu
pendekatan sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data.
Penentuan yang matang dari altenatif yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang
menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Dari beberapa penjelasan
diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pengambilan keputusan ini adalah sesuatu
pendekatan yang sistematis terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan
data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi, dan mengambil tindakan yang
menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. ada baiknya sebelum kita
mengambil keputusan, kita harus mengacu pada prinsip-prinsip berikut ini:
a) Autonom Isu ini berkaitan dengan apakah keputusan anda menimbulkan kerugian
terhadap orang lain? Setiap keputusan yang Anda ambil tentunya akan mempengaruhi
banyak orang. Oleh karena itu, Anda perlu mempertimbangkan faktor ini ke dalam setiap
proses pengambilan keputusan Anda. Misalnya keputusan untuk merekrut pekerja dengan
biaya murah. Seringkali perusahaan mengeksploitasi buruh dengan biaya semurah
mungkin padahal sesungguhnya upah tersebut tidak layak untuk hidup.
b) Non-malfeasance Apakah keputusan Anda akan mencederai pihak lain? Di
kepemerintahan, nyaris setiap peraturan tentunya akan menguntungkan bagi satu pihak
sementara itu mencederai bagi pihak lain. Begitu pula halnya dengan keputusan bisnis
pada umumnya, dimana tentunya menguntungkan bagi beberapa pihak namun tidak bagi
pihak lain.
c) Beneficence Merupakan keputusan harus dapat menjadi solusi bagi masalah dan
merupakan solusi terbaik yang bisa diambil.
d) Justice Proses pengambilan keputusan mempertimbangkan faktor keadilan, dan
termasuk implementasinya. Di dunia ini memang sulit untuk menciptakan keadilan yang
sempurna namun tentunya kita selalu berusaha untuk menciptakan keadilan yang ideal
dimana memperlakukan tiap orang dengan sejajar.
B. Pendekatan Pengambilan Keputusan Etis Kerangka Kerja Pengambilan Keputusan Etis
Sebagai respons terhadap keputusan yang dapat dipertahankan secara etis, kerangka ini
menyertakan persyaratan tradisional untuk profitabilitas dan legalitas. Serta persyaratan
yang dapat ditampilkan filosofis secara penting dan baru-baru ini dituntut oleh pemangku
kepentingan. Hal ini dirancang untuk meningkatkan pertimbangan etis dengan
menyediakan:
a) Pengetahuan dalam identifikasi dan menganalisis isu-isu penting yang harus
dipertimbangkan dan pertanyaan atau tantangan yang harus diungkap;
b) Pendekatan untuk menggabungkan dan menerapkan keputusan faktor yang relevan ke
dalam tindakan praktis.

Kerangka kerja pengambilan keputusan etis (EDM) menilai etiskalitas keputusan atau
tindakan yang dibuat dengan melihat:
a. konsekuensi atau diciptakan offness baik dalam hal manfaat atau biaya,
b. hak dan kewajiban yang terkena dampak,
c. keadilan yang terlibat,
d. motivasi atau kebajikan yang diharapkan.

19 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
C. Pendekatan filosofi
1) Konsekuensialisme, Utilitarianisme, atau Teleologi
Pelaku Konsekuensialisme sungguh-sungguh dalam memaksimalkan manfaat yang
dihasilkan oleh keputusan. Paham ini berpegang pada prinsip bahwa suatu tindakan itu
benar secara moral jika dan hanya jika tindakan itu memaksimalkan manfaat bersih.
Dengan kata lain, suatu tindakan dan juga keputusan disebut etis jika konsekuensi yang
menguntungkan lebih besar daripada konsekuensi yang merugikan. Utilitarianisme klasik
berkaitan dengan utilitas keseluruhan, mencakup keseluruhan varian, oleh karena itu
hanya dari manfaat parsial dalam pengambilan keputusan etis dalam konteks bisnis,
profesional dan organisasi. Konsekuensialisme dan utilitarianisme berfokus pada hasil
atau akhir dari tindakan, maka disebut juga teleological.
2) Deontologi Berbeda dengan konsekuensialisme, deontologi berfokus pada kewajiban
dan tanggung jawab yang memotivasi suatu keputusan atau tindakan dan bukan pada
konsekuensi dari tindakan. Tindakan yang didasarkan pada pertimbangan kewajiban, hak,
dan keadilan sangat penting bagi professional, direktur, dan eksekutif yang diharapkan
memenuhi kewajibannya. Menambah konsekuensialisme dengan analisis deontologi
secara khusus termasuk perlakuan yang adil akan menjaga terhadap situasi dimana untuk
kepentingan apa pertimbangan konsekuensi yang menguntungkan akan diperbolehkan
untuk membenarkan tindakan ilegal atau tidak etis dalam mencapai tujuan.
3) Virtue Ethics (Etika Kebajikan) Kalau kedua pendekatan tadi menekankan pada
konsekuensi dari tindakan atau tanggung jawab, hak dan prinsip-prinsip sebagai panduan
untuk membenarkan kebiasaan moral, etika kebajikan berkaitan dengan aspek motivasi
dari karakter moral yang ditunjukkan oleh pengambil keputusan. Kebajikan adalah
karakter yang membuat orang bertindak etis dan membuat orang tersebut menjadi
manusia yang bermoral.
D. Analisis Biaya Manfaat Analisis biaya-manfaat (ABM) dapat digunakan untuk:
1. Menentukan proyek apa yang harus dilakukan
2. Untuk memantau kinerja sebuah perusahaan atau proyek Penggunaan analis biaya
manfaat, dibagi menjadi 2 yakni:
1) Organisasi sektor swasta a) Dukungan untuk subsidi pemerintah, hibah atau tarif. b)
Perkiraan dampak pencemaran terhadap masyarakat c) Penilaian waktu karyawan yang
dihabiskan untuk kegiatan publikEvaluasi alokasi sumber daya untuk proyek-proyek atau
kampanye kepentingan umum d) Dukungan untuk klaim kerusakan yang timbul dari
hilangnya nyawa, mata, tungkai dan lain-lain. e) Perhitungan waktu luang.
2) Organisasi sektor publik Evaluasi alternative program social mengarah pada alokasi
sumber daya untuk: a) Program kesehatan b) Program pendidikan c) Fasilitas rekreasi d)
Proyek konservasi e) Proyek-proyek perbaikan transportasi f) Perumusan peraturan
untuk pengendalian polusi

20 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA

BAB 5
PERILAKU ETIKA DALAM PROFESI AKUNTANSI

Tujuan pembelajaran adalah mahasiswa diharapkan mampu melakukan:


1. Menjelaskan perilaku etis akuntan public
2. Menjelaskan Kode etik akuntan
3. Menjelaskan etika akuntan

Etika profesi menjadi tolak ukur kepercayaan masyarakat terhadap suatu profesi.
Apabila etika suatu profesi dilanggar maka harus ada sanksi yang tegas terhadap
pelanggaran yang dilakukan oleh profesi tersebut. Jika tidak maka akan mengakibatkan
kepercayaan masyarakat terhadap profesi tersebut akan berkurang. Sedangkan apabila
suatu profesi dijalankan berdasarkan etika profesi yang ada maka hasilnya tidak akan
merugikan kepentingan umum dan akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
profesi tersebut.
Profesi akuntan sekarang ini dituntut untuk mampu bertindak secara profesional
dan sesuai dengan etika. Hal tersebut karena profesi akuntan mempunyai tanggung jawab
terhadap apa yang diperbuat baik terhadap pekerjaannya, organisasinya, masyarakat dan
dirinya sendiri. Dengan bertindak sesuai dengan etika maka kepercayaan masyarakat
terhadap profesi akuntan akan meningkat.Terlebih saat ini profesi akuntan diperlukan
oleh perusahaan, khususnya perusahaan yang akan masuk pasar modal. Hal ini disebabkan
setiap perusahaan yang hendak ikut serta dalam bursa efek wajib diaudit oleh akuntan
publik.
Untuk mendukung profesionalisme akuntan, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), sejak
tahun 1975 telah mengesahkan “Kode Etik Akuntan Indonesia” yang telah mengalami
revisi pada tahun 1986, tahun 1994 dan terakhir pada tahun 1998. Dalam mukadimah
Kode Etik Akuntan Indonesia tahun 1998 ditekankan pentingnya prinsip etika bagi
akuntan.

Pengertian Dan Ciri-Siri Profesi


Profesi merupakan suatu kombinasi dari suatu sejumlah karekteristik yang memmbentuk
struktur profesi,tanggung jawab, dan hak-hak yang disatupadukan oleh seperangkat nilai,
yakni nilai-nilai yang menentukan bagaimana keputusan diambil dan bagaimana tindakan
ditempuh.
Lima profesi karakreristik yang umumnya dapat yang umumnya dapat di jumpai pada
setiap professi
 Bidang pengetahuan khusus yang diajarkan secara formal dan bersertifikat /berijasah
 Komitmen terhadap tujuan sosial yang menjadi alasan bagi keberadaan profesi
Seorang profesional tidak menuntut keistimewaanprofesional agar dapat
memaksimalkan keberuntunganya, dan lebih dari itu, tanggung jawab
profesionalnyayag utama bukan kepada diri sendiri,majikan atau klien,melainkan
masyarakat

 Kapasitas untuk mengatur diri sendiri, seringkali degan sanksi hukum bagi mereka yang
melanggar norma-norma prilaku yang di sepakati

21 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Untuk memberikan jasa dengan kualitas tinggi. Suatu profesi mengorganisasikan diri
dalam suatu wadah asosiasi yang selanjutnyamenentukan tidak hanya standar teknis
tetapi juga standar etika

 Ijin dari pihak berwenang untuk berpraktik sebagai profesional


karena jasanya sanggat penting bagi masyarakat , biasanya pemerintah berkepentingan
untuk melakukan pengaturan tertentu, khususnya dalam hal pengawasan, antara lain
melalui perizinan dan pemantauan.

 Kedudukan dan prestise yang relatif lebih tinggi di masyarakat


Karakteristik ini sebenarnya merupakan akibat dari empat karakteristik sebelumnya,
yaitu sebutan Profesional dan prestise diatas rata-rata di dalam masyarakat. Profesional
menghadapi tuntutan yang sangat tinggi tidak hanya dari luar tetapi juga dari dalam diri
sendiri. Tuntutan ini menyang kut tidak hanya keahlian, tetapi juga komitmen moral.
Suatu profesi dapat diibaratkan sebagai bangunan; pondasi, kerangka, dan atap.
Fondasi, mendasari setiap profesi haruslah fondasi yang kokoh, berupa pengetahuan
yang di akui yang sangat penting dan esensial bagi kemakmran masyarakat
Kerangka, ini meliputi tiga unsur yaitu (1) proses pendidikan; (2) Proses ujian dan
sertifikasi; (3)tanggung jawab terhadap masyarakat.
Atap, meliputi unsur-unsur (1) asosiasi profesional,(2) kode etik, (3) standar teknis

Kewajiban Profesi dan Sifat Hubungan antara profesional dan Klien


Secara umum tanggung jawab yang di harapkan dari suatu profesional meliputi;

 Kompetensi di bidang keahliaanya


 Objektivitas dalam menawarkan atau memberikan jasa
 Intregritas dalam bertransaksi dengan klien
 Kerahasiaan dalam hubunganya urusan-urusan klien
 Penegakandisiplin kepada para anggota

Kode Etik IAI (Ikatan Akuntan Indonesia)


Kode etik merupakan perangkat prinsip-prinsip moral dan mengatur tentang
perilaku professional. Syarat lain yang harus dipenuhi agar kode etik dapat berhasil
dengan baik adalah bahwa pelaksanaannya diawasi terus menerus. Pada umumnya kode
etik akan mengandung sanksi-sanksi yang dikenakan pada pelanggar kode etik. Kode Etik
Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh anggota
dalam pemenuhan tanggung-jawab profesionalnya.
Kode Etik Akuntan Indonesia mempunyai struktur seperti kode etik AICPA yang
meliputi prinsip etika, aturan etika dan interpretasi aturan. Kode etik Akuntan Indonesia
memuat delapan prinsip etika sebagai berikut : (Mulyadi, 2001:53)
1. Tanggung Jawab profesi Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional,
setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional
dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Sebagai profesional, anggota mempunyai
peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan peran tersebut, anggota mempunyai
tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga harus
selalu bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk
mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat dan
menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif
semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.
2. Kepentingan Publik Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam
kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan
22 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
menunjukan komitmen atas profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah
penerimaan tanggung jawab kepada publik. Profesi akuntan memegang peran yang
penting di masyarakat, dimana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien,
pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan
keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepada obyektivitas dan integritas akuntan
dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib.
Ketergantungan ini menimbulkan tanggung jawab akuntan terhadap kepentingan
publik. Kepentingan publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi
yang dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan
tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan
ekonomi masyarakat dan negara. Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk
membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat
prestasi tertinggi sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai
tingkat prestasi tersebut. Dan semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati
kepercayaan publik. Atas kepercayaan yang diberikan publik kepadanya, Anggota
harus secara terus menerus menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai
profesionalisme yang tinggi. Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik,
setiap anggota harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas
setinggi mungkin.
3. Integritas Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya
pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan
publik dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan
yang diambilnya. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain,
bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa.
Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi.
Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat
yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.
4. Obyektivitas Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Obyektivitasnya adalah
suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip
obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara
intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau
dibawah pengaruh pihak lain.
Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan
obyektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktek publik
memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain
menyiapkan laporan keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit
internal dan bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di industri,
pendidikan, dan pemerintah. Mereka juga mendidik dan melatih orang orang yang
ingin masuk kedalam profesi. Apapun jasa dan kapasitasnya, anggota harus melindungi
integritas pekerjaannya dan memelihara obyektivitas.
5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional Setiap anggota harus melaksanakan jasa
profesionalnya dengan berhati-hati, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai
kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional pada
tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja
memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling mutakhir.
Hal ini mengandung arti bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan
jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi
kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada
publik.

23 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota seharusnya tidak
menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman yang tidak mereka miliki.
Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkat
pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk
memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal penugasan
profesional melebihi kompetensi anggota atau perusahaan, anggota wajib melakukan
konsultasi atau menyerahkan klien kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap
anggota bertanggung jawab untuk menentukan kompetensi masing masing atau
menilai apakah pendidikan, pedoman dan pertimbangan yang diperlukan memadai
untuk bertanggung jawab yang harus dipenuhinya
6. Kerahasiaan Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan
informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional
atau hukum untuk mengungkapkannya. Kepentingan umum dan profesi menuntut
bahwa standar profesi yang berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa
terdapat panduan mengenai sifat sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai
berbagai keadaan di mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional
dapat atau perlu diungkapkan.
Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang
klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya.
Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antar anggota dan klien
atau pemberi jasa berakhir.
7. Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk menjauhi
tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus dipenuhi oleh anggota sebagai
perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain,
staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.
8. Standar Teknis Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan
standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan
dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan
dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan
obyektivitas.
Standar teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of Accountants,
badan pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan.

Kode Etik IAPI (Institut Akuntan Publik Indonesia)


Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) Yaitu badan yang memiliki fungsi untuk
menyusun dan mengembangkan standar profesi dan kode etik profesi akuntan publik yang
berkualitas dengan mengacu pada standar internasional
Institut Akuntan Publik Indonesia adalah organisasi profesi akuntan publik di
Indonesia. IAPI berwenang melaksanakan ujian sertifikasi akuntan publik, penyusunan
dan penerbitan standar professional dan etika akuntan publik, serta menyelenggarakan
program pendidikan berkelanjutan bagi seluruh akuntan publik di Indonesia. Para pelaku
profesi akuntan publik harus mematuhi dan menerapkan seluruh prinsip dasar dan aturan
etika profesi yang diatur dalam Kode Etik Profesi Akuntan Publik.
Kode etik ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian A dan B.
Bagian A: memuat Prinsip Dasar Etika Profesi dan memberikan kerangka konseptual
untuk penerapan prinsip.

24 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
1. Prinsip integritas
Setiap Praktisi harus tegas dan jujur dalam menjalin hubungan profesional dan
hubungan bisnis dalam melaksanakan pekerjaannya.
2. Prinsip objektivitas
Setiap Praktisi tidak boleh membiarkan subjektivitas, benturan kepentingan, atau
pengaruh yang tidak layak (undue influence) dari pihak-pihak lain memengaruhi
pertimbangan profesional atau pertimbangan bisnisnya.
3. Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional
(professional competence and due care).
Setiap Praktisi wajib memelihara pengetahuan dan keahlian profesionalnya pada
suatu tingkatan yang dipersyaratkan secara berkesinambungan, sehingga klien atau
pemberi kerja dapat menerima jasa profesional yang diberikan secara kompeten
berdasarkan perkembangan terkini dalam praktik, perundang-undangan, dan
metode pelaksanaan pekerjaan. Setiap Praktisi harus bertindak secara profesional
dan sesuai dengan standar profesi dan kode etik profesi yang berlaku dalam
memberikan jasa profesionalnya.
4. Prinsip kerahasiaan
Setiap Praktisi wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh sebagai hasil
dari hubungan profesional dan hubungan bisnisnya, serta tidak boleh
mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa persetujuan dari
klien atau pemberi kerja, kecuali jika terdapat kewajiban untuk mengungkapkan
sesuai dengan ketentuan hukum atau peraturan lainnya yang berlaku. Informasi
rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional dan hubungan bisnis tidak boleh
digunakan oleh Praktisi untuk keuntungan pribadinya atau pihak ketiga.
5. Prinsip perilaku profesional
Setiap Praktisi wajib mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku dan harus
menghindari semua tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

Bagian B
Bagian ini memuat Aturan Etika Profesi yang memberikan ilustrasi mengenai penerapan
kerangka konseptual pada situasi tertentu.
1. Ancaman dan Pencegahan
Ancaman
Kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi dapat terancam oleh berbagai situasi,].
a. Ancaman kepentingan pribadi
b. Ancaman telaah pribadi
c. Ancaman advokasi
d. Ancaman kedekatan
e. Ancaman intimidasi
Pencegahan
a. Pencegahan yang dibuat oleh profesi, perundang-undangan atau peraturan
b. Pencegahan dalam lingkungan kerja, pencegahan pada tingkat institusi dan tingkat
perikatan

2. Penunjukkan Praktisi, KAP, atau Jaringan KAP


Sebelum menerima suatu klien baru, setiap praktisi harus mempertimbangkan
potensi terjadinya ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi yang
diakibatkan oleh diterimanya klien tersebut.
3. Benturan Kepentingan

25 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Setiap praktisi harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk
mengidentifikasi setiap situasi yang dapat menimbulkan benturan kepentingan, yang
dapat menjadi ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip etika profesi.
4. Pendapat Kedua
Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika dapat terjadi ketika praktisi
diminta untuk memberikan pendapat kedua mengenai penerapan akuntansi, auditing,
pelaporan, atau standar/prinsip lain untuk keadaan / transaksi tertentu oleh / untuk
kepentingan pihak-pihak selain klien.
5. Imbalan Jasa Profesional dan bentuk Remunerasi Lainnya
Dalam melakukan negoisasi jasa professional yang diberikan, praktisi dapat
mengusulkan jumlah imbalan jasa professional yang sesuia. Namun dapat menjadi
ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi.
6. Pemasaran Jasa Profesional
Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika dapat terjadi ketika praktisi
mendapatkan suatu perikatan melalui iklan/bentuk pemasaran lainnya. Setiap praktisi
tidak boleh mendiskreditkan profesi dalam memasarkan jasa profesionalnya.
7. Penerimaan Hadiah atau Bentuk Keramahtamahan Lainnya
Ancaman dapat terjadi terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi
terutama dalam hal objektifitas praktisi.
8. Penyimpanan Aset Milik Klien
Setiap praktisi tidak boleh mengambil tanggung jawab penyimpanan uang atau
asset lainnya milik klien, kecuali diperbolehkan oleh ketentuan hukum yang berlaku.
9. Objektivitas Semua Jasa Profesional
Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar objektivitas yang dapat terjadi
dari adanya kepentingan dalam, atau hubungan dengan klien maupun direktur, pejabat
atau karyawan.
10. Independensi dalam Perikatan Assurance
Dalam melaksanakan perikatan assurance, kode etik ini mewajibkan anggota tim
assurance, KAP, dan jika relevan, Jaringan KAP, untuk bersikap independen terhadap klien
assurance sehubungan dengan kapasitas mereka untuk melindungi kepentingan publik.

Kode Etik IAMI (Institut Akuntan Manajemen Indonesia)


Organisasi pada umunya menerapkan standar perilaku untuk para manajer dan
pekerjanya. Asosiasi-asosiasi professional juga menetapkan standar etika. Akuntan
manajemen membantu manajer untuk meningkatkan kinerja ekonomis perusahaan.
Kode etik akuntan manajemen di luar negeri
Menurut James W. Brackner, penulis Ethics Column dalam management Accounting,
ada sepuluh nilai inti yang diidentifikasi menghasilkan prinsip-prinsip yang melukiskan
benar dan salah dalam kerangka umum. Sepuluh nilai tersebut adalah:
1. Kejujuran (honesty)
2. Integritas (integrity)
3. Memegang janji (promise keeping)
4. Kesetiaan (fidelity)
5. Keadilan (fairness)
6. Kepedulian terhadap sesama (caring for others)
7. Penghargaan kepada orang lain (respect for others)
8. Kewarganegaraan yang bertanggung jawab (responsible citizenship)
9. Pencapaian kesempurnaan (pursuit of excellence)
10. Akuntabilitas (accountibility)

26 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
IMA (Institute of Management Accountants) mengeluarkan suatu pernyataan yang
menguraikan tentang standar perilaku etis akuntan manajemen. Kode etik IMA
menerapkan standar minimum perilaku yang ditujukan untuk mengarahkan akuntan
manajemen dan menginspirasikan profesionalisme yang sangat tinggi pada semua level
akuntan manajemen. Dengan mematuhi standar ini, akuntan manajemen meningkatkan
derajat profesi mereka dan membantu mengembangkan hubungan kepercayaan dimana
para manajer dan pihak-pihak lainnya dapat secara yakin bergantung pada pekerjaan
mereka.
Akuntan manajemen tidak akan melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan
dengan standar ini atau mereka tidak akan menerima pelaksanaan tindakan-tindakan
tersebut dari orang lain dalam organisasi mereka. Standar tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Kompetensi
Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk
a. Menjaga tingkat kompetensi profesional yang diperlukan dengan terus
menerus mengembangkan pengetahuan dan keahliannya
b. Melakukan tugas-tugas profesionalnya sesuai dengan hukum, peraturan, dan
standar
teknis yang berlaku
c. Menyusun laporan dan rekomendasi yang lengkat serta jelas setelah
melakukan analisis yang benar terhadap informasi yang relevan dan dapat
dipercaya
2. Kerahasiaan
Akuntan manajemen bertanggun jawab untuk:
a. Menahan diri untuk tidak mengungkapkan tanpa ijin informasi rahasia
berkenaan dengan tugas-tugasnya, kecuali diharuskan secara hukum
b. Memberitahu bawahan seperlunya kerahasiaan dari informasi yang berkenaan
denga tugas-tugasnya dan memonitor aktivitas mereka untuk menjaga
kerahasiaan tersebut
c. Menahan diri dari penggunaan informasi rahasia yang berkaitan dengan tugas-
tugasnya untuk tujuan tidak etis dan sah baik secara pribadi maupun melalui
pihak ketiga.
3. Integritas
Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk:
a. Menghindari konflik kepentingan aktual atau terlihat nyata dan mengingatkan
semua
pihak terhadap potensi konflik
b. Menahan diri dari keterlibatan berbagai aktivitas yang akan menimbulkan
kecurigaan terhadap kemampuan mereka untuk melakukan tugasnya secara
etis
c. Menolak pemberian, penghargaan, dan keramah-tamahan yang dapat
mempengaruhi mereka dalam bertugas
d. Menahan diri untuk tidak melakukian penggerogotan terhadap legitimasi
organisasi dan tujuan-tujuan etis, baik secara pasif maupun aktif
e. Mengenali dan mengkomunikasikan berbagai batasan profesional atau kendala
lainnya yang akan menghalangi munculnya penilaian yang bertanggung jawab
atau kinerja sukses dari suatu aktivitas
f. Mengkomunikasikan informasi yang baik atau buruk dan penilaian atau opini
profesional
g. Menahan diri dari keterlibatan dalam aktivitas yang merugikan profesi

27 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA

4 Objektivitas
Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk
a. Mengkomunikasikan informasi dengan adil dan objektif
b. Mengungkapkan semua informasi relevan yang dapat diharapkan
mempengaruhi pemahaman pengguna terhadap laporan, komentar, dan
rekomendasi yang dikeluarkan
5. Resolusi konfik etika
Dalam pelaksanaan standar perilaku etis, akuntan manajemen mungkin
menghadapi masalah dalam mengidentifikasi perilaku yang tidak etis, atau dalam
meyelesaikan konflik etika. Ketika menghadapi isu-isu etika yang penting, akuntan
manajemen harus mengiuti kebijakan yang ditetapkan organisasidalam mengatasi konflik.
Jika kebijakan ini tidak menyelesaikan konflik etika, akuntan manajemen harus
mempertimbangkan tindakan berikut ini:
a. Mendiskusikan masalah tersebut dengan supervisor kecuali jika masalah itu
melibatkan atasannya. Dalam kasus ini, masalah tersebut harus dilaporkan
secepatnya kepada jenjang yang lebih tinggi berikutnya. Jika resolusi akhir yang
memuaskan tidak dapat dicapai pada saat masalah diungkapkan, sampaikan
masalah tersebut manajemen jenjang yang lebih tinggi.
b. Jika atasan langsung merupakan kepala eksekutif pelaksana (CEO), atau
setingkat
wewenang untuk mengatasi mungkin berada di tangan suatu kelompok seperti
komite audit, komite eksekutif, dewan direksi, dewan perwalian, atau pemilik.
Berhubungan dengan jenjang di atas atasan langsung sebaiknya dilakukan
dengan sepengetahuan atasan.
c. Menjelaskan konsep-konsep yang relevan melalui diskusi rahasia dengan
seorang penasihat yang objektif untuk mencapai pemahanan terhadap tindakan
yang mungkin dilakukan

Kode Etik IAI - KASP (Kompartemen Akuntan Sektor Publik)


Untuk akuntansi sektor publik, aturan etika ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
Kompartemen Akuntan Sektor Publik (IAI-KASP). Sampai saat ini, aturan etika ini masih
dalam bentuk exposure draft, yang penyusunannya mengacu pada Standard of Professional
Practice on Ethics yang diterbitkan oleh the International Federation of Accountants (IFAC).
Panduan umum lainnya yang tercantum dalam aturan etika IAI-KASP terdiri dari tiga hal
yaitu panduan good governance dari organisasi/instansi tempat auditor bekerja, panduan
identifikasi pertentangan kepentingan, panduan atas pemberian fasilitas dan hadiah, dan
panduan penerapan aturan etika bagi auditor yang bekerja di luar wilayah hukum aturan
etika. Aturan etika IAI-KASP memuat tujuh prinsip dasar perilaku etis auditor dan empat
panduan umum lainnya berkenaan dengan perilaku etis tersebut.

Prinsip Dasar Perilaku Etis Auditor


1. Integritas
Integritas berkaitan dengan profesi auditor yang dapat dipercaya karena menjunjung
tinggi kebenaran dan kejujuran. Integritas tidak hanya berupa kejujuran tetapi juga sifat
dapat dipercaya, bertindak adil dan berdasarkan keadaan yang sebenarnya.
2. Objektivitas
Auditor yang objektif adalah auditor yang tidak memihak sehingga independensi
profesinya dapat dipertahankan atau dengan kata lain, auditor mengambil keputusan
berdasarkan seluruh bukti yang tersedia, dan bukannya karena pengaruh atau

28 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
berdasarkan pendapat atau prasangka pribadi maupun tekanan dan pengaruh orang
lain.
3. Kompetensi dan Kehati-hatian
Berdasarkan prinsip kompetensi dan kehati-hatian, auditor hanya dapat melakukan
suatu audit apabila ia memiliki kompetensi yang diperlukan atau menggunakan bantuan
tenaga ahli yang kompeten untuk melaksanakan tugas-tugasnya secara memuaskan.
Untuk itu auditor harus selalu meningkatkan pengetahuan dan keahlian profesinya pada
tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa instansi tempat ia bekerja atau
auditan dapat menerima manfaat dari layanan profesinya berdasarkan pengembangan
praktik, ketentuan, dan teknik yang terbaru.
4. Kerahasiaan
Auditor harus mampu menjaga kerahasiaan atas informasi yang diperolehnya dalam
melakukan audit, walaupun keseluruhan proses audit mungkin harus dilakukan secara
terbuka dan transparan. Informasi tersebut merupakan hak milik auditan, untuk itu
auditor harus memperoleh persetujuan khusus apabila akan mengungkapkannya,
kecuali adanya kewajiban pengungkapan karena peraturan perundang-undangan.
Kerahasiaan ini harus dijaga sampai kapanpun bahkan ketika auditor telah berhenti
bekerja pada instansinya.
5. Ketepatan Bertindak
Auditor harus dapat bertindak secara konsisten dalam mempertahankan reputasi
profesi serta lembaga profesi akuntan sektor publik dan menahan diri dari setiap
tindakan yang dapat mendiskreditkan lembaga profesi atau dirinya sebagai auditor
profesional.
6. Standar Teknis dan Profesional
Auditor harus melakukan audit sesuai dengan standar audit yang berlaku, yang meliputi
standar teknis dan profesional yang relevan yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia dan Pemerintah Republik Indonesia. Pada instansi-instansi audit publik,
terdapat juga standar audit yang mereka tetapkan dan berlaku bagi para auditornya,
termasuk aturan perilaku yang ditetapkan oleh instansi tempat ia bekerja.

Panduan Umum Lainnya pada Aturan Etika IAI-KASP


1. Good Governance
Auditor diharapkan mendukung penerapan good governancepada organisasi atau
instansi tempat ia bekerja, yang meliputi prinsip-prinsip berikut: tidak mementingkan
diri sendiri, integritas, objektivitas, akuntabilitas, keterbukaan, kejujuran,
kepemimpinan.
2. Pertentangan Kepentingan
Beberapa hal yang tercantum dalam aturan etika yang dapat mengindikasikan adanya
pertentangan kepentingan yang dihadapi oleh auditor sektor publik, seperti:
a. Adanya tekanan dari atasan, rekan kerja,
b. Adanya tekanan dari pihak luar seperti keluarga atau relasi,
c. Adanya tuntutan untuk bertindak yang tidak sesuai dengan standar,
d. Adanya tuntutan loyalitas kepada organisasi atau atasan yang bertentangan dengan
kepatuhan atas standar profesi,
e. Adanya publikasi informasi yang bias sehingga menguntungkan instansinya,
f. Adanya peluang untuk memperoleh keuntungan pribadi atas beban instansi tempat
ia bekerja atau auditee.
3. Fasilitas dan Hadiah
Auditor dapat menerima fasilitas atau hadiah dari pihak-pihak yang memiliki atau akan
memiliki hubungan kontraktual dengannya dengan mengacu dan memperhatikan

29 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
seluruh peraturan perundang-undangan mengenai tindak pidana korupsi, dengan
melakukan tindakan-tindakan berikut:
a. Melakukan pertimbangan atau penerimaan fasilitas atau hadiah yang normal dan
masuk akal, artinya auditor juga akan menerima hal yang sama pada instansi tempat
ia bekerja apabila ia melakukan hal yang sama.
b. Meyakinkan diri bahwa besarnya pemberian tidak menimbulkan persepsi
masyarakat bahwa auditor akan terpengaruh oleh pemberian tersebut.
c. Mencatat semua tawaran pemberian fasilitas atau hadiah, baik yang diterima
maupun yang ditolak, dan melaporkan catatan tersebut.
d. Menolak tawaran-tawaran fasilitas atau hadiah yang meragukan.

4. Pemberlakuan Aturan Etika Bagi Auditor yang Bekerja di Luar Negeri


Pada dasarnya auditor harus menerapkan aturan yang paling keras
apabila auditor dihadapkan pada dua aturan berbeda yang berlaku ketika ia
bekerja di luar negeri, yaitu aturan etika profesinya di Indonesia dan aturan etika yang
berlaku di luar negeri.

Kode Etik Profesi dalam asosiasi akuntansi lainya


Auditor APIP (aparat pengawasan intern pemerintahan) adalah pegawai negeri
yang mendapat tugas antara lain untuk melakukan audit, karena itu auditor pemerintah
dapat diibaratkan sebagai seseorang yang kaki tangannya terikat pada ketentuan-
ketentuan sebagai pegawai negeri sedangkan kaki kirinya terikat pada ketentuan-
ketentuan profesinya. Auditor APIP yang meliputi auditor auditor dilingkungan BPKP,
Inspektorat jenderal departemen, unit pengawasan LPND, dan inspektorat provinsi,
kabupaten dan kota dalam menjalankan tugas auditnya wajib mentaati kode etik APIP
yang berkaitan dengan statusnya sebagai pegawai negeri dan standar audit APIP
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No
PER/04/M.PAN/03/2008 dan No. PER/05/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008.

SOX, SOA atau Sarbox (Sarbanes – Oxley Act)


Sarbanes-Oxley (Sarbanes-Oxley Act of 2002, Public Company Accounting Reform
and Investor Protection Act of 2002) atau kadang disingkat SOx atau Sarbox adalah hukum
federal Amerika Serikat yang ditetapkan pada 30 Juli2002 sebagai tanggapan terhadap
sejumlah skandal akuntansiperusahaan besar yang termasuk di antaranya melibatkan
Enron, Tyco International, Adelphia, Peregrine Systems danWorldCom. Skandal-skandal
yang menyebabkan kerugian bilyunan dolar bagi investor karena runtuhnya harga saham
perusahaan-perusahaan yang terpengaruh ini mengguncang kepercayaan masyarakat
terhadap pasar saham nasional.
SOX bertujuan untuk mengembalikan kepercayaan investor pasca skandal
akuntansi dan kebangkrutan perusahaan-perusahaan besar di Amerika.
Beberapa ringkasan poin penting di SOX:
1. SOX mendasari dibentuknya PCAOB (Public Company Accounting Oversights
Board
PCAOB bertugas menetapkan standar audit bagi auditor eksternal perusahaan
publik yang terdaftar di SEC. Standar audit tersebut meliputi standar etika dan
independensi, supervisi, rekrutmen dan pengembangan audit staff, dan penerimaan
klien baru atau berkelanjutan (client acceptance and continuation.
PCAOB juga melakukan fungsi pengawasan apakah akuntan publik sudah mematuhi
standar audit. Fungsi pengawasan itu termasuk melakukan investigasi,
menjatuhkan sanksi pencabutan izin akuntan publik, dll.

30 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA

2. Tanggung jawab perusahaan


Chief Excecutive Officer (CEO) dan Chief Financial Officer (CFO) perusahaan harus
membuat pernyataan bahwa laporan keuangan yang dibuat adalah benar. Apabila
ternyata tidak benar, CEO dan CFO dapat dikenakan denda sampai 5 juta dolar dan
hukuman penjara sampai 10 tahun (SOX Section 302). SOX juga mewajibkan
perusahaan untuk mempunyai komite audit independen yang bertugas melakukan
seleksi, menentukan kompensasi, dan mengawasi auditor eksternal (SOX Section
301). Terkait dengan laporan keuangan, perusahaan harus menyajikan (disclose)
semua transaksi off-balance sheet yang bersifat material. Perusahaan juga harus
menyajikan dengan cepat setiap perubahan yang bersifat material dalam kondisi
keuangannya (SOX Section 409). SOX mengatur mengenai perlindungan whistle
blower dengan mengenakan sanksi kriminal atas perusahaan yang menghukum
whistle blower dengan cara apapun. Definisi atau pengertian Whistle blower adalah
orang yang melaporkan terjadinya fraud, korupsi, mis-manajemen, dll. dalam
perusahaan. Apabila ada seseorang yang dengan sengaja menghancurkan,
mengubah, atau menyembunyikan dokumen apapun untuk mencegahnya
digunakan dalam pengadilan, dapat dikenai sanksi kriminal (SOX Section 1102).
Perusahaan juga harus mempunyai kode etik untuk mendorong top management
berlaku jujur, menyajikan laporan keuangan secara akurat dan tepat waktu, dan
mematuhi peraturan yang ada.
3. Tanggung jawab auditor eksternal
Auditor eksternal harus memberikan informasi pada komite audit mengenai
kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh manajemen perusahaan (SOX Section
204). Partner auditor eksternal yang memimpin pelaksanaan audit dan melakukan
review audit harus berganti setiap 5 tahun sekali (SOX Section 203). SOX melarang
auditor eksternal memberikan jasa non-audit tertentu untuk klien auditnya,
misalnya jasa akuntansi, desain/implementasi sistem informasi keuangan,
penilaian (appraisal), internal audit outsourcing, investment banking, broker, dsb
(SOX Section 201). Dalam SOX, auditor diharuskan memeriksa sistem internal
control perusahaan dan mengevaluasi apakah sistem tersebut dapat mendukung
informasi laporan keuangan yang reliable. Auditor kemudian mengeluarkan opini
mengenai sistem internal control tersebut (SOX Section 404). Eksternal auditor
harus independen dari manajemen perusahaan yang diaudit, baik secara
kelihatannya (appearance) ataupun pada kenyataannya (fact). Karena itu, dalam
SOX diatur bahwa CEO, CFO, dan Chief Accounting Officer suatu perusahaan tidak
boleh pernah bekerja sebagai auditor eksternal perusahaan itu sampai sudah lewat
satu tahun sebelumnya. SOX juga melarang perusahaan untuk merekrut karyawan
dari eksternal auditornya (SOX Section 206).

PMK no.17/2008 dan peraturan pemerintah lainya yang relevan


Sejalan dengan tujuan Pemerintah dalam rangka mendukung perekonomian yang
sehat dan efisien, diperlukan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik yang profesional
dan handal melalui pengaturan, pembinaan, dan pengawasan yang efektif dan
berkesinambungan.
Untuk menciptakan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan yang efektif dan
berkesinambungan serta dalam rangka melindungi kepentingan umum, Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002 yang mengatur Jasa Akuntan Publik
sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
359/KMK.06/2003 tidak memadai lagi sehingga dipandang perlu mengatur kembali Jasa
Akuntan Publik dengan mengganti Keputusan Menteri Keuangan dimaksud.

31 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Bidang jasa Akuntan Publik dan KAP adalah atestasi, yang meliputi:
1) jasa audit umum atas laporan keuangan;
2) jasa pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif;
3) jasa pemeriksaan atas pelaporan informasi keuangan proforma;
4) jasa reviu atas laporan keuangan; dan
5) jasa atestasi lainnya sebagaimana tercantum dalam SPAP

Dalam memberikan jasa, Akuntan Publik dan KAP wajib mematuhi:


1) SPAP yang ditetapkan oleh IAPI;
2) Etika Profesi yang ditetapkan oleh IAPI; dan
3) Peraturan perundang-undangan yang berlaku yang berhubungan dengan bidang
jasa yang diberikan

UU Akuntan Publik (UU No. 5 Tahun 2011)


Undang Undang Akuntan Publik diketuk oleh DPR RI pada tangggal 5 April 2011
dan disahkan presiden tanggal 3 Mei 2011. Undang-undang tentang Akuntan Publik antara
lain mengatur tentang regulator profesi, asosiasi profesi, perizinan, hak dan kewajiban,
tanggung jawab, sanksi, dan lain-lain. Saat ini di Indonesia belum ada Undang-undang yang
khusus mengatur mengenai Akuntan Publik. UU terakhir mengenai akuntan adalah UU No.
34 tahun 1954 tentang pemakaian gelar Akuntan.
Adapun latar belakang munculnya UU ini adalah:
 Melindungi kepentingan publik;
 Mendukung perekonomian yang sehat, efisien dan transparan;
 Memelihara integritas profesi Akuntan Publik;
 Melindungi kepentingan profesi Akuntan Publik sesuai dengan standar dan kode
etik profesi.
 Memberikan landasan hukum yang lebih kuat bagi publik, regulator dan profesi
Akuntan Publik;
 Menegaskan keberadaan jasa Akuntan Publik yang telah diakui dalam beberapa
peraturan perundang-undangan di Indonesia.
 Mengatur profesi Akuntan Publik dengan peraturan perundang-undangan setingkat
Undang-undang merupakan praktek lazim di negara lain.
 Adanya tuntutan masyarakat terhadap integritas dan profesionalisme Akuntan
Publik;
 Adanya perkembangan lingkungan sosial, seperti teknologi dan liberalisasi
perdagangan jasa, yang mempengaruhi profesi Akuntan Publik.
Akuntan Publik (AP) merupakan profesi yang lahir dan besar dari tuntutan publik
akan adanya mekanisme komunikasi independen antara entitas ekonomi dengan para
stakeholder terutama berkaitan dengan akuntabilitas entitas yang bersangkutan. Jasa
profesional AP erupakan hak exclusive AP dan hasil pekerjaan AP digunakan oleh publik
(pengguna laporan keuangan) sebagai salah satu bahan dalam pengambilan keputusan
ekonomi. Pengguna hasil pekerjaan AP tidak hanya klien yang memberikan penugasan,
namun juga publik (investor/pemegang saham, kreditor, pemerintah, masyarakat dll).
Oleh karena jasa profesional AP berpengaruh secara luas terhadap publik maka jasa dan
profesi AP perlu diatur dalam suatu Undang-undang.

Profesi sebagai komunitas


Komunitas ini tidak menempati suatu lokasi fisik, melainkan didefinisikan oleh aktivitas
yang dijalani oleh para anggota dan nilai-nilai yang di anut. Selain mewajibkan para
anggota untuk mematuhi stadar teknis dan memutahirkan kecakapan atau kompetensi
teknis selain itu juga standar etika.

32 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA

Sumber-sumber Panduan Etika


1. Kode Etik/ Aturan Perilaku
- Ditetapkan oleh asosiasi profesi dan perusahaan atau organisasi tempat kerja.
2. Hukum dan jurisprudensi

Akuntansi sebagai Profesi


Akuntansi telah memenuhi lima unsur pokok yang mencirikan suatu profesi. Untuk
menjadi akuntan, seseorang harus belajar lama dan keras, menyelesaikan pelajaran (mata
kuliah) akuntansi dan bisnis dalam suatu jumlah minimum yang ditetapkan, lulus ujian
yang panjang dan sulit, memiliki acuan karakter, memperoleh pengalaman profesional
dalam jangka waktu yang cukup, dan mampu menjalani tugas-tugas khusus secara tuntas
dan efisien agar diakui secara khusus. Selain itu, seorang akuntan juga diharuskan untuk
memenuhi persyaratan pendidikan berkelanjutan untuk memutakhirkan kecakapan dalam
rangka mempertahankan status profesionalnya.
Tanggung jawab profesional para akuntan yang utama bukan pada diri sendiri, majikan
(organisasi yang mengarahkan mereka), atau bahkan klien, melainkan kepada masyarakat.
Komponen-komponen yang membentuk struktur profesi dapat dipengaruhi oleh
akuntansi.

Harapan Publik akan Profesionalisme Akuntan


Konsekuensi dari pengakuan atas profesionalismenya sebagai seorang akuntan
adalah seorang akuntan profesional harus memiliki kompetensi atau kemahiran khusus
dalam teknis akuntansi dan memiliki pemahaman yang lebih tinggi daripada pemahaman
orang awam mengenai bidang-bidang yang terkait dengan akuntansi seperti pengendalian
manajemen, perpajakan, dan sistem akuntansi.
Selain itu, para profesional juga diharapkan mematuhi tanggung jawab dan nilai-
nilai profesionalisme pada umumnya, dan mematuhi norma-norma khusus (aturan etika)
yang ditetapkan oleh organisasi profesi tempat mereka bernaung. Penyimpangan dari
norma-norma yang diharapkan ini dapat menyebabkan hilangnya kredibilitas mereka atau
bahkan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap profesi secara keseluruhan.
Karakteristik pokok profesi akuntansi:

33 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA

BAB 6
KODE ETIKA BAGI PROFESI AKUNTANSI

Pentingnya Etika Profesi bagi Akuntan


Alasan yang mendasari setiap profesi menuntut para anggotanya (para profesional)
bertindak atau menjalankan kewajiban profesinya dengan standar etika yang tinggi adalah
kebutuhan akan kepercayaan masyarakat sehubungan dengan kualitas jasa yang
diberikan, terlepas dari individu yang melaksanakannya.

Kerangka Dasar Etika Profesi


Agar efektif, kode etik perlu mengkombinasikan prinsip – prinsip dengan sejumlah
terbatas aturan khusus. Jika kode etik disusun untuk mencakup semua masalah, maka
kode etik tersebut akan terlalu besar. Dengan landasan pemikiran semacam ini, maka kode
etik profesi umumnya meliputi unsur – unsur berikut ini:
1. Pendahuluan dan Tujuan
2. Prinsip dan Standart Pokok
Umumnya kode etik profesi meliputi prinsip dan standar pokok berupa kewajiban bagi
para anggota profesi untuk:
a. Mempertahankan reputasi dan kemampuan dalam memenuhi kepentingan publik
b. Melaksanakan tanggung jawab dengan integritas, objektivitas, independensi,
kompetensi profesional, kehati hatian, menjaga kerahasiaan
c. Tidak terkait dengan informasi yang menyesatkan atau salah saji
3. Aturan Umum
4. Aturan Khusus
5. Disiplin
6. Interpretasi Aturan

Kode Etik Akuntan Publik AS (AICPA)


Kode etik AICPA meliputi 4 komponen, yaitu
1. Prinsip –prinsip etika
Merupakan standar ideal perilaku etis yang dinyatakan secara filosofis. Komponen ini
tidak mengikat.
2. Aturan perilaku
Merupakan standar minimum yang dinyatakan sebagai aturan khusus. Komponen ini
mengikat.
3. Interpretasi aturan perilaku
Komponen ini tidak mengikat tetapi penyimpangannya harus ada alasan yang dapat
diterima.
4. Pengaturan etis
Meliputi penjelasan dan jawaban yang dipublikasikan atas pertanyaan aturan perilaku
yang diajukan oleh para anggota.

Kode Etik Akuntan Manajemen AS (IMA)


Standar etika ini terdiri dari empat kategori perilaku atau tanggung jawab etis, yaitu:

1. Kompetensi
2. Kerahasiaan
34 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
3. Integritas
4. Objektivitas

Kode Etik Akuntan Indonesia


Prinsip – prinsip etika dalam kode etik IAI yaitu:
1. Tanggung jawab profesi
2. Kepentingan umum
3. Integritas
4. Objektivitas
5. Kompetensi dan kehati hatian profesional
6. Kerahasiaan
7. Perilaku profesional
8. Standar teknis

Pengertian Integritas, Objektivitas, dan Independensi


Integritas, mengacu pada kepatuhan yang konsisten terhadap prinsip-prinsip
moral, intelektual, profesional atau keindahan meskipun ada godaan ubtuk meninggalkan
prinsip-prinsip tersebut. Secara singkat integritas ini dapat disimpulkan sebagai
keteguhan hati yang tidak mudah tergoyahkan dan menunjukkan bahwa setiap apa yang
telah fisanggupinya dilaksanakan sesuai prosedur tanpa dipengaruhi oleh orang lain.
Ojektivitas, ialah suatu unsur karakter yang menunjukkan kemampuan seseorang
untuk menyatakan segala sesuatu apa adanya, terlepas dari kepentingan pribadi maupun
pihak lain. Prinsip objektivitas ini mengharuskab untuk bersikap adil, tidak memihak, jujur
secara intelektual, tidak berprasangka, serta bebas dari kepentingan pihak lain.
Independensi, secara umum didefinisikan dengan mengacu pada kebebasan dari
hubungan yang merusak atau tampaknya merusak kemampuan akuntan untuk
menerapkan objektivitas. Kebebasan dari hubungan ini masih terlalu sempit sehungga
independensi dapat di artikan juga sebagai kemampuan untuk bertindak dengan integritas
dan objektivitas.

Independensi dan Profesionalisme


Profesional, merupakan bntuk dari pengalaman dan kemampuan mengenali/
memahami suatu bidang tertentu, seorang profesional tidak akan mensubordinasikan
dirinya kepada orang lain. Setiap tindakan harus disertai dengan independensi sehingga
secara total tindakan itu akan mencapai hasil yang maksimal tetapi dalam kenyataan tidak
semua independensi ini dapat diterapkan dengan mudah, sehingga independensi ini akan
secara maksmal dilaksanakan jika didampingi dengan sebuah profesinalisme.

Independensi dan Akuntan Publik


Secara tradisional para akuntan telah memandang independensi menjadi tiga
tataran, antara lain:
1. agar menggunakan sudut pandang yangtidak bias, seorang auditor harus memiliki
keutamaan-keutamaan berupa kejujuran, objetivitas, dan tanggung jawab.
2. independensi mengacu kepada hubungan antara akuntan dengan klien.
3. independensi berarti akuntan publik harus menghindari setiap hubungan yang dapat
menyebabkan seorang pemerhati patut menduga adanya benturan kepentingan.

Dengan demikian terlihat bahwa padavtataran pertama dan kedua independensi adalah
suatu kondisi mental dan karakter profesional, yang disebut sebagai integritas dan
objektivitas. Untuk tataran ketiga buka pada seorang profesional melainkan pandangan ke
pada seorang prifesional.

35 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Independensi dalam kenyataan
Independensi dalam kenyataans merupakan norma dalam kehidupan sehari-hari
seorang profesional. Sehingga sangat sulit untuk menerapkan independensi ini.

Independensi dalam penampilan


Untuk independensi dalam penampilan ini, independensi dilihat dari sisi pengguna
atau pihak luar, sehingga seorabg berlaku seindependen mungkjn untuk meyakinkan
bahwa seorang auditor tidak berpihak, walaupun demikian masih saja pihak luar atau
pemeriksa masih meragukan hal tersebut.

Beberapa isu Independesi dalam penampilan


1. kompetensi di antara kantor-kantor akuntan;
2. makin besarnya peran jasa konsultasi yang ditawarkan oleh auditor;
3. besar dan tumbuhnya ukuran kantor akuntan;
4. lamanya sebuah kantor akuntan publik telah mengaudit klien tertentu.

Independensi dalam Kode Etik Akuntan Indonesia


Sesuai aturan etika no. 100, independensi auditor memiliki dua dimensi yaitu
independensi dalam kenyataan (in fact) dan i.dependensi dalam penampilan (in
appearance).

Independensi dan Akuntan Manajemen (Intern)


Audito intern atau akuntan manajemen ini harus berintegritas dan objektif dalam
melaksanakab tugas-tugas profesionalnya. untuk mengawasi bekerjanya akuntan
manajemen, di Indonesia telah membentuk badan berupa Satuan Pengawasan Intern aau
SPI. Lazimnya seorang auditor intern independen dengan apa yang ia audit atau tidak
bersangkutan dengan yang diauditnya.

Pengertian Umum Benturan Kepentingan


Dalam pengertiannya, benturan kepentingan tidak semata-mata suatu benturan
antara kepentingan yang berlawanan, meskipun sebenarnya hal ini terkait juga. Secara
lebih tegas, benturan kepentingan merupakan suatu benturan yang terjadi apabila
kepentingan pribadi sesorang mempengaruhi rindakannya untuk memenuhi kepentingan
pihak lain ketika orang tersebut kerkewajiban untuk bertindak demi kepentingan pihak
lain itu.
Klasifikasi Benturan Kepentingan
Semua situasi benturan kepentingan adalah kecurigaan dari segi moral, namun
beberapa diantaranya lebih serius daripada yang lain. Terdapat tig carq untuk
membedakan benturan kepentingan, antara lain:
1. Benturan kepentingan aktual dan potensial
Aktual di sini apabila kepentinan pribadi menyebabkan seseorang bertindak
bertentangan denan pihak lain yang seharusnya dipenuhi opeh orang tersebut. Potensial
apabila terdapat kemungkinan bahwa seseorang akan tidak mampu memenuhi kewajiban
untuk berttindak memenuhi kepentingan pihak lain, sekalipun orang tersebut belum
melakukannya.
2. Benturan kepentingan pribadi dan non-pribadi
Jika seorang akuntan yang kepentingan pribadinya berbenturan dengan kepentingan
klien disebut benturan kepentingan pribadi, sedangkan saat seorang akuntan memberikan
jasanya, maka disbut benturan kepentingan non-pribadi.
3. Benturan kepentingan individu dan organisasi

36 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Dalam hubungan keagenan, lazimnya adalah seorang yang bertindak demi
kepentingan prinsipal. Prinsipal ini bisa individu atau organisasi. Akan tetapi, organisasi
juga dapat bertindak sebagai agen dan karenanya jua bisa merupakan pihak yang
kepentingannya berbenturan.

Bentuk-bentuk Benturan Kepentingan


a. Pertimbangan yang bias
Benturan ini biasanya berupa pertimbangan akuntan yang mementingkan
kepentingan pribadinya sehingga mengabaikan kepentingan klien.
b. Kompetisi langsung
Ini dapat berupa benturan dalam pekerjaan seorang pegawai dengan perusahaannya
di mana sama-sama memiliki kepentingan.
c. Penyalahgunaan kedudukan/posisi
Biasanya dengan kedudukan benturan yang terjadi berupa nepotisme atau
mengedepankan keluarga dengan jabatannya daripada seseorang yang mungkin lebih ahli
yang bukan keluarganya.
d. Pelanggaran kerahasiaan
Pelanggaran ini biasanya untuk mendapatkan kepentingan pribadinya dengan
mengungkapkan rahasia yang merugikan pihak lain.

Benturan Kepentingan dan Akuntan Profesional


Benturan yang terjadi pada Akuntan profesional yaitu kepentingan atau hubungan
yang membuat pertimbangan-pertimbangan seorang akuntan dapat goyah, sehingga
seorang akuntan harus tetap menjag integritas, objektivitas dan independensi nya
terhadap setiap kepentinan dan hubungan.

Jenis-jenis Benturan Kepentingan bagi Akuntan Profesional


1. kepentingan pribadi seorang akuntan berbenturan dengan kepentingan stakeholder
atau orang lain.
2. kepentingan pribadi akuntan dan beberapa stakeholder berenturan dengan stakeholder
lainnya.
3. kepentingan satu klien diutamakan daripada kepentingan klien lainnya.
4. kepentingan satu atau beberapa stakeholder berbenturan dengan satu atau beberapa
stakeholder lainnya.

Kerahasiaan dan Akuntan


Dari sudut pandang etika, kerahasiaan dapat dibenarkan menurut teori utilitarian
maupun deontologi atau teori kewajiban. Dalam perspektif deontologi mempunyai dua
aspek yang dapat dirunut ke kewajiban prima facie yaitu kita mempunyai kewajiban untuk
menepati janji dan kita mempunyai kewajiban untuk tidak merugikan orang lain
khususnya klien dan pihak yang bergantung dengan kita.

Kerahasiaan dan Akuntan Publik


Secara singkat, menjaga kerahasiaan informasi klien merupakan salah satu jenis
tanggung jawab akuntan publik terhadap klien selain tanggung jawab untuk menjaga mutu
pekerjaannya.
Kewajiban menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh selama pelaksanaan
tugas profesional ini merupakan kewajiban tidak hanya akuntan publik, tetapi juga semua
staf dan karyawan yang bekerja di kantor akuntan publik. Dalam hal ini, akuntan publik
bertanggungjawab atas dipatuhinya ketentuan ini oleh staf dan karyawan yang bekerja di

37 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
kantornya. Namun demikian, aturan yang melarang auditor untuk mengungkapkan
informasi rahasia tidak berlaku mutlak. Larangan tersebut tidak dapat digunakan untuk :

1. Membebaskan anggota darikewajibannya memenuhi standar teknis yang ditetapkan


oleh profesi sesuai dengan etika.
2. Mempengaruhi kewajiban anggota untuk mematuhi peraturan peundang-undangan
yang berlaku seperti panggilan resmi untuk penyidikan ileh pejabat pengusut atau
melarang kepatuhan anggota terhadap ketentuan peraturan yang berlaku.
3. menghambat penelaahan praktik profesional anggota berdasarkan kewenangan dari
organisasi profesi.
4. Mengesampingkan anggota mengajukan keberatan terhadap atau menjawab setiap
pertanyaan yang diajukan oleh badan investigasi atau badan penegakan disiplin yang
diakui atau sah.

Lampiran 4-A
Prinsip Etika Ikatan Akuntan Indonesia

 Mukadinah
01. Keanggotaan dalam Ikatan Akuntan Indonesia bersifat sukarela. Dengan menjadi anggota,
seseorang akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga disiplin diri di atas dan melebihi
yang disyaratkan oleh hokum dan peraturan.
02. Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indoensia menyatakan pengakuan
profesi akan tanggung-jawabnya kepada public, pemakai jasa akuntan, dan rekan.
 Prinsip Pertama – Tanggung Jawab Profesi
Dalam melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai professional, setiap anggota harus
senatiasa menggunakan pertimbangan moral dan professional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya.
01. Sebagai professional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Anggota harus
selalu bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk
mengembangkan profesi akuntansi,memelihara kepercayaan masyarakat, dan
menjalankan tanggung jawab profesi dalam dalam mengatur dirinya sendiri.
 Prinsip Kedua – Kepentingan Umum (Publik)
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan
kepada public, menghormati kepercayaan public, dan menunjukkan komitmen atas
profesionalisme.
01. Satu ciri utama dari profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada public. Profesi
akuntan memegang peranan yang penting di masyarakat, di mana public dari profesi
akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai,
investor, dunia bisnis dan keuangan,dan pihak lainnya bergantung pada objektivitas dan
integritas akuntan dalam menjaga berjalannya fungsi bisnis secara tertib.
02. Profesi akuntan dapat tetap berada pada posisi yang penting ini hanya dengan terus
menerus memberikan jasa yang unik ini pada tingkat yang menunjukkan bahwa
kepercayaan masyarakat dipegang teguh.
03. Dalam memmenuhi tanggung jawab profesionalnya, anggota mungkin mengahadapi
tekanan yang saling berbenturan dengan pihak-pihak yang berkepentingan.
04. Mereka yang memperoleh pelayanan dari anggota mengharapkan anggota memenuhi
tanggung jawabnya dengan integritas, objektivitas, keseksamaan professional, dan
kepentingan untuk melayani public.
05. Semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan public.

38 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
06. Tanggung jawab seorang akuntan tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan klien
individual atau pemberi kerja. Dalam melaksanakan tugasnya seorang akuntan harus
mengikuti standar profesi yang dititikberatkan pada kepentingan public, misalnya:
 Auditor independen membantu memelihara integritas dan efisiensi dari laporan
keuangan yang disajikan pada lembaga keuangan.
 Eksekutif keuangan bekerja di berbagai bidang akuntansi manajemen dalam organisasi
dan memberikan kontribusi terhadap efisiensi dan efektivitas dari pengguna
sumberdaya organisasi.
 Auditor intern memberikan keyakinan tentang system pengendalian internal yang baik
untuk meningkatkan keandalan informasi keuangan dari pemberi kerja kepada pihak
luar.
 Ahli pajak membanu membangun kepercayaan dan efisiensi serta penerapan yang adil
dari system pajak
 Konsultan manajemen mempunyai tanggung jawab terhadap kepentingan umum.

 Prinsip Ketiga – Integritas


Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan public, setiap anggota harus memenuhi
tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
01. Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
professional;
02. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk , antara lain, bersikap jujur dan berterus
terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa.
03. Integritas diukur dalam bentuk apa yang benar dan adil.
04. Integritas juga mengharuskan anggota untuk mengikuti prinsip objektivitas dan kehati-
hatian professional.

 Prinsip Keempat – Objektivitas


Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam
pemenuhan kewajiban profesionalnya.
01. Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota.
Prinsip objektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara
intelektual, tidak berprasangka atau bias.
02. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan
objektivitas mereka dalam berbagai situasi.
03. Dalam menghadapi situasi dan praktik yang secara spesifik berhubungan dengan aturan
etika sehubungan dengan objektivitas pertimbangan yang cukup harus diberikan terhadap
factor-faktor berikut:
a. Adakalanya anggota dihadapkan pada situasi yang memungkinkan mereka menerima
tekanan-tekanan yang diberikan padanya.
b. Adakalanya tidak praktis untuk menyatakan dan menggambarkan semua situasi dimana

 Prinsip kelima- kompetensi dan kehati-hatian profesional


Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian, kompetensu
dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan
keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien
atau pemberi kerja memproleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan
perkembangan praktik, legalisasi dan teknik yang paling muktahir
01. Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk memenuhi tanggung jawab
profesionalnya dengan kompetensi dan ketekunan. Hal ini berarti bahwa anggota
mempunyai kewajiban untuk menggunakan keahliannya dengan sebaik-baiknya

39 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
02. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Angggota seyongyanya tidak
menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman yang tidak mereka punyai.
 Pencapaian Kompetensi Profesional
Pencapaian kompetensi profesional pada awalnya memerlukan standar pendidikan umum
yang tinggi, diikuti oleh pendidikan khusus, pelatihan dan ujian profesional dalam subyek-
subyek yang relevan, dan pengalaman kerja. Hal ini harus menjadi pengembangan yang
normal untuk anggota
 Pemeeliharaan Kompetesi Profesional
Kompetensi profesional harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen untuk belajar dan
melakukan peningkatan profesional secara berkesinambungan selama kehidupan
profesional anggrota
03. Kompetensi menunjukan terdapatnya pencapaian dan pemahaman dan pengetahuan yang
memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan
kecerdikan.
04. Anggota harus tekun dalam memenuhi tanggung-jawabnya kepada penerima jasa dan
publik. Ketekunan mengandung arti pemenuhan tanggung-jawab untuk memberikan jasa
dengan segera dan berhati-hati, sempurna dan mematuhi standar teknis etika yang
berlaku
05. Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk merencanakan dan mengwasi
secara seksama kegiatan profesional yang menjadi tanggung jawabnya.

 Prinsi Keenam-Kerahasian
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama
melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi
tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum
untuk mengungkapkannya
01. Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang klien
atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya. Kewajiban
kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antara anggota dan klien berakhir
02. Kerahasisaan harus dijaga oleh anggota kecuali jika persetujuan khusu telah diberikan
atau terdapat kewajiban legal atau profesional untuk mengungkapkan informasi
03. Anggota mem[punyai kewajiban untuk memastikan bahwa staf dibawah pengawasannya
menghormati prinsi p kerahasiaan
04. Anggota tidaklah semata-maat masalah pengungkapan informasi. Kerahasiaan juga
mengharuskan anggota yang memperoleh informasi selama melakukan jasa profesional
tidak menggunakan informasi tersebut untuk keuntungan pribadi
05. Anggota yang mempunyai akses terhadap informasi tentang rahasian penerima jasa tidak
boleh mengungkapkannya ke publik
06. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan
dengan kerahasiaan didefenisikan dan bahwa terdapat panduan mengenai sifat dan luas
kewajiban kerahsiaan mengenai berbagai keasaan dimana informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dapat atau perllu diungkapkan
07. Berikut ini adalah conto-contoh hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan
sejauh mana informasi rahsian dapat diungkapkan.
 Apabila pengungkapan diizinkan
 Pengungkapan diharuskan oleh hukum
 Ketika ada kewajiban atau hak profesional untuk mengungkapkan

 Prinsip ketujuh- Prilaku Profesional


Stiap anggota harus berprilaku profesional yang konsisten dengan reputasi profesi yang
baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
40 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
01. Kewajiban untuk menjauhhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus
dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa,
pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.

 Prinsi Kedelapan- Standar Teknis


Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan
standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan kehati-hatian,
anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama
penugasan tersebut sejalan dengan integritas dan objektivitas
01. Standar teknis dan standar profesional yang harus ditaati anggota adalah standar teknis
yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia , Intenational federation of Accountans,
badan pengatur, dan peraturan perundang-undangan yang relevan.

Lampiran 4-B
Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik

KETERTERAPAN (APPLICABILITY)
Aturan Etika ini harus diterapkan oleh anggota Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen
Akuntan Publik (IAI-KAP) dan staf profesional.

DEFINISI
Klien adalah orang atau badan yang memepekerjakan seseorang atau lebih anggota IAI-
KAP atau KAP tempat anggota bekerja untuk melaksanakan jasa profesional.
Laporan keuangan adalah suatu penyajian data keuangan termasuk catatan yang
menyertainya, bila ada, yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya
ekonomi (aktiva) dan/atau kewajiban suatu entitas pada saat tertentu atas perubahan
atasnya selama satu periode tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umumatau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Data keuangan lainnya yang digunakan untuk mendukung rekomendasi kepada klien atau
yang terdapat dalam dokumen untuk suatu pelaporan yang diatur dalam standar atestasi.
Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akutan publik yang
memperoleh ijin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berusaha di bidang
pemberian jasa profesional dalam praktik akuntan publik.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah wadah organisasi profesional akuntan Indonesia
yang diakui pemerintah.
Ikatan Akuntan Indonesia-Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP) adalah wadah
organisasi para akuntan Indonesia yang menjalankan profesi sebagai akutan publik atau
bekerja di kantor akutan publik.
Anggota adalahsemua anggota IAI-KAP.
Anggota KAP adalah anggota IAI-KAP dan staf profesional yang bekerja pada satu KAP.
Akuntan publik adalah akuntan yang memiliki izin dari Menteri Keuangan atau pejabat
yang berwenang lainnya untuk menjalankan praktik akuntan publik.
Praktik akuntan publik adalah pemberian jasa profesional kepada klien yang dilakukan
oleh anggota IAI-KAP yang dapat berupa jasa audit, jasa atestasi, jasa akuntansi dan
review, perpajakan, perencanaan keuangn perorangn, jasa pendukung litigasi, dan jasa
lainnya yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik.

INDEPENDENSI, INTEGRITAS DAN OBJEKTIVITAS (100)


Independensi (101)
Independen dalam fakta (in fact) maupun dalam penampilan (in appearance).
Integritas dan Objektivitas (102)

41 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh membiarkan faktor
salah saji material (material misstatement) atau mengalihkan (mensubordinasikan)
pertimbangannya kepada pihak lain.

STANDAR UMUM DAN PRINSIP AKUNTANSI (200)


Standar Umum (201)
1) Kompetensi profesional
Anggota KAP hanya boleh melakukan pemberian jasa profesional yang secara layak
(reasonable) diharapkan dapat diselesaikan dengan kompetensi profesional.
2) Kecermatan dan keseksamaan profesional
Anggota KAP wajib melakukan pemberian jasa profesional dengan kecermatan dan
keseksamaan profesional.
3) Perencanaan dan supervisi
Anggota KAP wajib merencanakan dan mensupervisi secara memadai setiap pelaksanaan
pemberian jasa profesional.
4) Data relevan yang memadai
Anggota KAP wajib memperoleh data relevan yang memadai untuk menjadi dasar yan
layak bagi simpulan atau rekomendasi sehubungan dengan pelaksanaan jasa
profesionalnya.
Kepatuhan terhadap Standar (202)
Anggota KAP yang melaksanakan penugasan jasa auditin, atestasi, review kompilasi,
konsultasi manajemen, perpajakan, atau jasa profesional lainnya wajib mematuhi standar
yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan oleh IAI.
Prinsip-prinsip Akuntansi (203)
Anggota KAP tidak diperkenankan:
1) Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan keuangan lain suatu
entitas disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2) Menyatakan bahwa tidak menemukan perlunya modifikasi material yang harus dilakukan
terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.

TANGGUNG JAWAB KEPADA KLIEN (300)


Informasi Klien yang Rahasia (301)
Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang rahasia, tanpa
persetujuan dari klien. Ketentuan ini tidak dimaksudkan untuk :
1) Membebaskan anggota KAP dari kewajiban profesionalnya
2) Mempengaruhi kewajiban anggota KAP
3) Melarang review praktek profesional seorang Anggota sesuai dengan kewenangan IAI
4) Menghalangi Anggota dari pengajuan pengaduan keluhan
Fee Profesioal (302)
1) Besaran Fee
Besarnya fee anggota dapat bervariasi tergantung:
 Risiko penugasan
 Kompleksitas jasa yang diberikan
 Tingkat keahlian
 Struktur biaya KAP
2) Fee Kontinjen
Adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan jasa profesional tanpa fee yang dibebankan.
Fee dianggap tidak kontinjen jika ditetapkan oleh pengadilan. Anggota KAP tidak
diperkenankan untuk menetapkan fee kontinjen apabila mengurangi independensi.

TANGGUNG JAWAB KEPADA REKAN SEPROFESI (400)


42 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Tanggung Jawab kepada Rekan Seprofesi (401)
Anggota wajib memelihara citran profesi, dengan tidak melakukan perkataan dan
perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi.
Komunikasi antar akuntan Publik (402)
Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan akuntan publik pendulu bila mengadakan
perikatan.
Perikatan Atestasi (403)
Akuntan publik tidak diperkenankan mengadakan perikatan Atestasi yang jenisnya sama
dengan yang lebih dahulu.
TANGGUNG JAWAB DAN PRAKTEK LAIN (500)
Perbuatan dan Perkataan yang Mendiskreditkan (501)
Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan yang mencemarkan profesi.
Iklan, Promosi, dan Kegiatan Pemasaran lainnya (502)
Anggota diperkenankan mencari klien melalui pemasangan iklan dan promosi asal tidak
merendahkan citra profesi.
KOMISI DAN FEE REFERAL (503)
1) Komisi
Komisi adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang untuk memperoleh perikatan
2) Fee Referal (rujukan)
Adalah imbalan yang dibayarkan kepada sesama penyedia jasa profesional akuntan publik.
Bentuk Organisasi dan KAP (504)
Anggota hanya dapat berpraktik akuntan publik dalam bentuk organisasi yang diizinkan
oleh peraturan perundang undangan yang berlaku.

43 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA

Kerangka Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia

Tanggung Jawab Profesi


Kepentingan Umum
IAI Pusat
Integritas
Objektivitas Prinsip Etika
Kompetensi
Kehati hatian Profesional
Kerahasiaan
Perilaku Profesional
Standard Teknis

IAI KAP

Aturan Etika

Independensi Standard Tanggung Tanggung Tanggung RAPAT


Integritas umum prinsip jawab kepada jawab kepada jawab dan ANGGOTA
objektivitas akuntansi klien rekan praktek lain
KAP

IAI Pusat

Pengurus IAI
KAP
Interpretasi
aturan etika

Dewan Staf
Tanya dan Jawab

44 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA

BAB 7
KASUS DALAM ETIKA PROFESI

Tujuan pembelajaran adalah mahasiswa mampu untuk :


1. Memahami kasus etis dalam profesi akuntan.
2. Memahami standar perilaku etis dalam profesi akuntan

KASUS LEHMAN BROTHERS DAN KAP ERNST & YOUNG

LATAR BELAKANG MASALAH


Di era globalisasi ini, profesi akuntan publiksangat berperan penting dalam dunia
bisnis.Profesi akuntan publik memiliki tempat yang istimewa karena hampir dibutuhkan
oleh organisasi apapun, baik perusahaan swasta, BUMN/BUMD, perusahaan multinasional,
perusahaan asing, pemerintahan, dan organisasi nirlaba sekalipun.Adanya tuntutan pada
era globalisasi ini, untuk menyajikan laporan keuangan yang dapat
dipertanggungjawabkan kepada para pemakai eksternal maupun internal menjadikan
profesi akuntan publik banyak dibutuhkan oleh para pelaku bisnis . Kondisi yang
demikian, menjadikan seorang akuntan publik dituntut untuk mampu bertindak secaara
profesional sesuai dengan etika profesional audit. Integritas, independen, dan
profesionalisme merupakan suatu keharusanyang dimiliki oleh seorang auditor dalam
menjalankan setiap tugasnya.
Kebutuhan profesi akuntan publikmeningkat seiring dengan perkembangan
banyaknya perusahaan yang sudah go public, dimana perusahaan harus menyajikan
laporan keuangan yang telah diaudit mutlak sebagai standar perusahaango public. Untuk
itu profesi auditor sekarang banyak diburu karena merupakan pekerjaan yang dianggap
menjanjikan. Profesi akuntan publik pun dianggap sebagai profesi yang mempunyai
prospek ke depan yang cerah, baik sebagai auditor pemerintah, auditor independen,
auditor intern, hingga auditor pajak.Sehingga semakin banyak orang yang mendirikan KAP
(Kantor Akuntan Publik). KAPtersebut menyediakan jasa laporan audit keuangan, jasa
audit khusus, jasa atestasi, jasa review laporan keuangan, serta jasa konsultasi dan jasa
konsultasi pajak.
Seiring dengan berkembangnya jasa akuntan publik, banyak KAP yang tidak
mamatuhi kode etik akuntan publik. Dimana kebanyakan dari mereka sudah tidak
independen lagi dalam melakukan tugasnya. Mereka cenderung bekerjasama dengan
kliennya untuk memenuhi kepentingan dari pihak kliennya itu sendiri. Seperti pada kasus
bangkrutnya perusahaan besar di Amerika Serikat, yaitu Lehman Brothers yang turut
menyeret KAP Ernst & Young. KAP Ernst & Youngdiduga tidak teliti memeriksa laporan
keuangan yang disajikan Lehman Brothers dan mengeluarkan hasil audit palsu atas
laporan keuangan Lehman Brothers.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan diuraikan
sebagai berikut :
“Apakah Auditor KAP Ernst & Young Telah Melaksanakan Tugasnya Sesuai dengan
Kode Etik Profesi yang Ada?”

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


DESKRIPSI KASUS
45 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Lehman Brother adalah salah satu bank penyalur kredit pemilikan rumah
(KPR), yang memiliki atau menjamin hampir separuh dari total kredit perumahan di
AS. Pada hari senin tanggal 15 September 2008 Lehman Brother mengumumkan
kebangkrutannya dan bank investasi terbesar keempat AS ini, menyampaikan formulir
kebangkrutan ke United States Bankruptcy Court for the Southern District of New York.
Sebelumnya Pemerintah, Bank Sentral AS serta para pimpinan bank-bank investasi
raksasa sebelumnya telah menggelar pertemuan darurat selama tiga hari berturut-turut
guna mencari solusi untuk Lehman Brothers. Pada sabtu siang tanggal 13 September 2008,
pertemuan yang dihadiri oleh CEO JP Morgan Jamie Dimon, CEO Merril John Thain dan CEO
Citigroup Vikram Pandit dan pertemuan pertemuan berikutnya tidak menghasilkan
apapun.
Hasil temuan tentang skandal kebangkrutan Lehman Brothers pada September 2008
silam, kini mulai terkuak. Laporan temuan setebal 2.200 halaman tersebut merupakan
hasil penelitian lebih dari satu tahun. Tujuannya, untuk menentukan siapa sebenarnya
yang bersalah dibalik runtuhnya Lehman Brothers (Winarto,2010).
Sekedar kilas balik, Lehman Brothers merupakan salah satu investment bank
terbesar di AS yang sudah berusia 150 tahun. Kebangkrutan bank ini merupakan yang
terbesar yang pernah terjadi dalam sejarah perbankan di AS. Bangkrutnya Lehman
Brothers juga merupakan titik awal serangan badai krisis terdahsyat pasca Perang Dunia II
yang melanda tahun 2007 dan 2008 lalu (Nugroho,2010)
Seorang peneliti dari firma hukum Jenner & Block, Anton Valukas, membuka tabir
dibalik runtunnya Lehman Brothers sebagai lembaga keuangan terbesar dalam sejarah
korporasi di Amerika Serikat yang memicu krisis finansial global. Hasilnya waktu itu
cukup parah. Aliran dana kredit dari berbagai bank terhenti. Bank tidak percaya satu sama
lain. Kepercayaan perbankan merosot tajam.
Akibatnya, perusahaan-perusahaan raksasa yang sudah berusia di atas 100 tahun,
seperti Lehman Brothers pun ikut bangkrut. Menyusul General Motors, perusahaan
otomotif terkemuka di dunia yang genap berusia 100 tahun September tahun 2008, juga
telah meminta persetujuan otoritas bisnis AS untuk dibangkrutkan.
Pada 15 September 2008, Lehman Brothers meminta perlindungan atas
kebangkrutan sesuai Bab 11 Undang-undang Kepailitan AS. Kewajiban utang Lehman
Brothers terhadap bank dinyatakan sejumlah 613 miliar dolar AS. Dimana sebesar 155
miliar dolar AS utang obligasi. Sementara total asset Lehman Brothers yang dimiliki hanya
sejumlah 639 miliar dolar AS.
JP Morgan Chase & Co dan Citigroup meminta tambahan penjaminan sebesar 21
miliar dolar AS ketika Lehman mulai terguncang. Laporan itu menyebutkan, pada 11
September 2008 JP Morgan meminta tambahan jaminan 5 miliar dolar AS. Permintaan
jaminan oleh para kreditor Lehman berdampak langsung terhadap likuiditas Lehman. Ini
menjadi penyebab utama kebangkrutan Lehman.
Selain itu, Auditor Ernst & Young sebagai auditor keuangan Lehman Brothers juga
dinilai lalai, dan melaporkan hasil audit palsu soal keuangan lembaga keuangan terbesar
dan bergengsi di AS tersebut. Selain permintaan tambahan kolateral, penumpukan aset
Lehman Brothers juga dibuat terpusat pada kredit kepemilikan kredit rumah bermasalah.
Sehingga ada kasus penyesatan informasi yang material dalam akuntansi Lehman.
Menurut laporan Auditor Ernst & Young, tersirat bahwa Lehman menggunakan rekayasa
akuntansi untuk menutupi utang sebesar 50 miliar dolar AS di pembukuannya. Semua itu
dilakukan untuk menyembunyikan ketergantungan dari utangnya. Para pejabat senior
Lehman, juga auditor mereka Ernst & Young, sadar akan tindakan ini.
Tidak hanya itu, mereka juga menyinggung kemungkinan gugatan hukum terhadap
mantan pimpinan Lehman, Dick Fuld, juga pejabat keuangan Lehman, eksekutif Lehman
lainnya seperti Chris O'Meara, Erin Callan, dan Ian Lowitt. Perusahaan itu dituduh telah

46 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
melakukan skandal akuntansi. Itulah mengapa pemerintah Amerika Serikat tidak membail-
out Lehman Brothers, karena aktiva lehman lebih banyak berbentuk
derivatif.(Winarto,2010)

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan deskripsi kasus diatas dapat dianalisa bahwa KAP Ernst & Young telah
melakukan pelangaran kode etik profesi akuntan publik. Dia dengan sengaja melaporkan
hasil audit palsu soal keuangan Lehman Brothers. Dia mengetahui bahwa Lehman
Brothers menggunakan rekayasa akuntansi untuk menutupi utang sebesar 50 milliar
dollar AS di pembukuannya, yang semua itu dilakukannya untuk menyembunyikan
ketergantungannya dari utang dan KAP Ernst & Young tahu akan tindakan Lehman
Brothers. Bukan itu saja, Ernest & Young tahu bahwa sebenarnya para eksekutif dari
Lehman Brothers salah melakukan penilaian bisnis untuk memanipulasi neraca
perusahaan tetapi dia tetap mengeluarkan opini audit wajar tanpa pengecualian sehingga
tidak terdeteksi adanya krisis di dalam perusahaan Lehman Brothers.Ernst & Young dan
Lehman Brothers melakukan skandal tersebut dengan sadar dan tahu akan akibat
tersebut.
Berdasarkan teori Arens, terdapat 5 prinsip dasar etika profesional, yaitu:
1. Integritas
2. Objektivitas
3. Kompetensi profesional dan kecermatan
4. Kerahasiaan
5. Perilaku Profesional
Berdasarkan analisa diatasdapat disimpulkan, kode etik profesional yang dilanggar
KAP Ernst & Young adalah sebagai berikut:
1. Integritas dan Objektivitas
Aturan Etika Profesi Akuntan Publik (IAI,20000.1-20000.6) menjelaskan
bahwa dalam menjalankan tugasnya, KAP harus mempertahankan
integritas dan objektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan dan
tidak boleh membiarkan salah saji material yang diketahuinya atau
mengalihkan pertimbangannya kepada pihak lain (Sukrisno, 2012:45).
Auditor harus terus terang dan jujur serta melakukan praktek secara adil
dan sebenar-benarnya dalam hubungan profesional mereka (Arens,
2011:71).
Sedangkan objektivitas yaitu di mana para auditor harus tidak
berkompromi dalam memberikan pertimbangan profesionalnya karena
adanya bias, konflik kepentingan atau karena adanya pengaruh dari orang
lain yang tidak semestinya (Arens, 2011:71).
Pada kenyataannya auditor tersebut tidak jujur dalam melakukan penilaian
laporan keuangan Lehman Brothers dimana pada kasus tersebut,
sebenarnya KAP Ernst & Young mengetahui bahwa perusahaan menutupi
utang sebesar 50 milliar dollar AS, tetapi auditor jelas-jelas terbukti
menutupi fakta tersebut dan melakukan skandal dengan kliennya, yaitu
Lehman Brothers.
2. Perilaku Profesional
Para auditor harus menahan diri dari setiap perilaku yang akan
mendiskreditkan profesi mereka, termasuk melakukan kelalaian
(Arens,2011:71).
Pada kasus ini,KAP Ernst & Youngjustru melakukan skandal dengan
Lehman Brothersperihal laporan keuangan yang telah dimanipulasi, di
mana skandal tersebut telah mendiskreditkan profesi mereka dan KAP

47 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Ernst & Young dinilai tidak mempunyai perilaku profesional dalam
menjalankan tugasnya oleh pelaku bisnis yang akan menyewa jasanya
sebagai auditor.
3. Kepentingan Publik
Auditor harus memegang prinsip kepentingan publik, dimana auditor
berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam rangka pelayanan kepada
publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas
profesionalisme (Mulyadi, 2002).
Pada kasus ini, KAP Ernst & Young dianggap tidak memenuhi prinsip
kepentingan publik di atas, karena terdapat pihak-pihak di luar perusahaan
yang merasa dirugikan atas hasil opini auditor tersebut, dimana pada
laporan keuangan tersebut, menunjukkan bahwa perusahaan dalam
keadaan yang baik. Tetapi pada kenyataannya, KAP Ernst & Young
mengetahui bahwa terdapat masalah dalam perusahaan tersebut, dan KAP
justru bekerjasama dengan perusahaan dan malah melakukan kebohongan
kepada publik.

KESIMPULAN
Dari hasil analisis kasus Lehman Brothers tersebut dapat disimpulkan bahwa Ernst &
Young dengan sengaja dan sadar melakukan skandal dengan Lehman Brothers yang
berdampak pada kehancuran mereka sendiri. Lehman Brothers dengan sengaja melakukan
manipulasi laporan keuangan dengan tujuan menutupi kasus hutang sebesar 50 miliar
dollar AS tersebut dan membiarkan para pengguna laporan keuangan tersebut terjerumus
dalam laporan yang sebenarnya tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Sebagai akuntan publik, Ernst & Young sudah tidak lagi menerapkan prinsip dasar etika
profesi. Kode etik yang dilanggar oleh Ernst & Young yaitu integritas dan objektivitas,
perilaku profesional, dan kepentingan publik.

Kode etik profesi perlu diterapkan dalam setiap jenis profesi. Kode etik ini
menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus diterapkan oleh setiap
individu. Dalam prinsip akuntansi, etika akuntan harus lebih dijaga dari pada kepentingan
perusahaan. Tanpa etika, profesi akuntansi tidak akan ada karena fungsi akuntansi adalah
penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh para pelaku bisnis,
dengan berdasarkan kepentingan banyak pihak yang terlibat dengan perusahaan. Dan
bukan didasarkan pada beberapa pihak tertentu saja.
Kewajiban menaati kode etik telah diatur oleh Departemen Keuangan yaitu
Peraturan Menteri Keuangan No. 17 tahun 2008. Peraturan ini mewajibkan akuntan dalam
melaksanakan tugas atas kliennya itu selalu berdasarkan pada SPAP (Standar Profesi
Akuntan Publik) dan kode etik. SPAP dan kode etik yang diterapkan oleh asosiasi profesi
berdasarkan standar Internasional. Terdapat dua tujuan utama dari kode etik:
1) kode etik bertujuan melindungi kepentingan masyarakat dari kemungkinan
kelalaian, kesalahan atau pelecehan, baik disengaja maupun tidak disengaja oleh
anggota profesi.
2) kode etik bermaksud melindungi keluhuran profesi dari perilakuperilaku
menyimpang oleh anggota profesi.
Agar kode etik dapat berfungsi dengan optimal, minimal ada 2 (dua) syarat yang arus
dipenuhi.
1. Kode etik harus dibuat oleh profesinya sendiri.
Kode etik tidak akan efektif apabila ditentukan oleh pemerintah atau instansi di
luar profesi itu.

48 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
2. Pelaksanaan kode etik harus diawasi secara terus-menerus.
Setiap pelanggaran akan dievaluasi dan diambil tindakan oleh suatu dewan yang
khusus dibentuk.

Pentingnya penerapan Etika Profesi merupakan pedoman yang penting dalam berperilaku yang
baik dalam suatu profesi. Belakangan ini banyak sekali pelanggaran dan kecurangan yang timbul
akibat penerapan etika profesi yang tidak maksimal. Banyak kecurangan-kecurangan yang
timbul karena terkikisnya kejujuran dan kebijaksanaan dalam berperilaku.
Disini akan diulas beberapa kasus tentang etika profesi khususnya bidang akuntansi. Hal ini
menjadi menarik karena bidang akuntansi menjadi pondasi ekonomi yang baik dalam negeri
Indonesia ini.

II. Kasus-kasus etika profesi akuntansi :

1. sembilan KAP yang dianggap melakukan koalisi dengan kliennya

Jakarta, 19 April 2001. Indonesia Corruption Watch (ICW) meminta pihak kepolisian mengusut
Sembilan Kantor Akuntan Publik, yang berdasarkan laporan Badan Pengawas Keuangan
(BPKP), diduga telah melakukan kolusi dengan pihak bank yang pernah diauditnya antara tahum
1995 – 1997.

Koordinator ICW Teten Masduki kepada wartawan di Jakarta, Kamis, mengungkapkan,


berdasarkan temuan BPKP, Sembilan dari sepuluh KAP yang melakukan audit terhadap sekitar
36 bank bermasalah ternyata tidak melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar audit.
Hasil audit tersebut ternyata tidak sesuai dengan kenyataannya sehingga akibatnya mayoritas
bank – bank yang diaudit tersebut termasuk di antara bank – bank yang dibekukan kegiatan
usahanya oleh pemerintah sekitar tahun 1999. Kesembilan KAP tersebut adalah AI & R, HT &
M, H & R, JM & R, PU & R, RY , S & S, SD &R, dan RBT & R. “Dengan kata lain,
kesembilan KAP itu telah menyalahi etika profesi. Kemungkinan ada kolusi antara kantor
akuntan publik dengan bank yang diperiksa untuk memoles laporannnya sehingga memberikan
laporan palsu, ini jelas suatu kejahatan,” ujarnya. Karena itu, ICW dalam waktu dekat akan
memberikan laporan kepada pihak kepolisian untuk melakukan pengusutan mengenai adanya
tindak kriminal yang dilakukan kantor akuntan publik dengan pihak perbankan.
ICW menduga, hasil laporan KAP itu bukan sekedar “human error” atau kesalahan dalam
penulisan laporan keungan yang tidak disengaja, tetapi kemungkinan ada berbagai
penyimpangan dan pelanggaran yang coba ditutupi dengan melakukan rekayasa akuntansi.
Teten juga menyayangkan Dirjen Lembaga Keuangan tidak melakukan tindakan administratif
meskipun pihak BPKP telah menyampaikan laporannya, karena itu kemudian ICW mengambil
inisiatif untuk mengekspos laporan BPKP ini karena kesalahan sembilan KAP itu tidak ringan.
“Kami mencurigai. Kesembilan KAP itu telah melanggar standar audit sehingga menghasilkan
laporan yang menyesatkan masyarakat, misalnya mereka memberi laporan bank tersebut sehat
ternyata dalam waktu singkat bangkrut. Ini merugikan masyarakat. Kita mengharapkan ada
tindakan administratif dari Departemen Keuangan misalnya mencabut izin kantor akuntan publik
itu,” tegasnya. Menurut Teten, ICW juga sudah melaporkan tindakan dari kesembilan KAP
tersebut kepada Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan sekaligus meminta
supaya dilakukan tindakan etis terhadap anggotanya yang melanggar kode etik profesi akuntan.

ANALISA:

Dalam kasus diatas, akuntan yang bersangkutan banyak melanggar kode etik profesi akuntan.
Kode etik pertama yang dilanggar yaitu prinsip pertama tentang tanggung jawab profesi.
49 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Prinsip tanggung jawab profesi ini mengandung makna bahwa akuntan sebagai pemberi jasa
professional memiliki tanggung jawab kepada semua pemakai jasa mereka termasuk masyarakat
dan juga pemegang saham. Dalam kasus ini, dengan menerbitkan laporan palsu, maka akuntan
telah menyalahi kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada mereka selaku orang yang
dianggap dapat dipercaya dalam penyajian laporan keuangan.

Kode etik kedua yang dilanggar yaitu prinsip kepentingan publik. Prinsip kepentingan publik
adalah setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan
kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas
profesionalisme.Dalam kasus ini, para akuntan dianggap telah menghianati kepercayaan publik
dengan penyajian laporan keuangan yang direkayasa.

Kode etik yang ketiga yang dilanggar yaitu prinsip integritas. Prinsip integritas yaitu untuk
memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggung
jawab profesionalnya, dengan integritas setinggi mungkin. Dalam kasus ini, sembilan KAP
tersebut tidak bersikap jujur dan berterus terang kepada masyarakat umum dengan melakukan
koalisi dengan kliennya.

Kode etik keempat yang dilanggar yaitu prinsip objektifitas. Prinsip objektifitas yaitu setiap
anggota harus menjaga obyektifitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan
kewajiban profesionalnya. Dalam kasus ini, sembilan KAP dianggap tidak objektif dalam
menjalankan tugas. Mereka telah bertindak berat sebelah yaitu, mengutamakan kepentingan
klien dan mereka tidak dapat memberikan penilaian yang adil, tidak memihak, serta bebas dari
benturan kepingan pihak lain.

2. Kasus pelanggaran Standar Profesional Akuntan Publik

Kasus pelanggaran Standar Profesional Akuntan Publik kembali muncul. Menteri Keuangan pun
memberi sanksi pembekuan. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati membekukan
izin Akuntan Publik (AP) Drs. Petrus Mitra Winata dari Kantor Akuntan Publik (KAP) Drs.
Mitra Winata dan Rekan selama dua tahun, terhitung sejak 15 Maret 2007. Kepala Biro
Hubungan Masyarakat Departemen Keuangan Samsuar Said dalam siaran pers yang diterima
Hukumonline, Selasa (27/3), menjelaskan sanksi pembekuan izin diberikan karena akuntan
publik tersebut melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).

Pelanggaran itu berkaitan dengan pelaksanaan audit atas Laporan Keuangan PT Muzatek Jaya
tahun buku berakhir 31 Desember 2004 yang dilakukan oleh Petrus. Selain itu, Petrus juga telah
melakukan pelanggaran atas pembatasan penugasan audit umum dengan melakukan audit umum
atas laporan keuangan PT Muzatek Jaya, PT Luhur Artha Kencana dan Apartemen Nuansa Hijau
sejak tahun buku 2001 sampai dengan 2004.

Selama izinnya dibekukan, Petrus dilarang memberikan jasa atestasi termasuk audit umum,
review, audit kinerja dan audit khusus. Yang bersangkutan juga dilarang menjadi pemimpin
rekan atau pemimpin cabang KAP, namun dia tetap bertanggungjawab atas jasa-jasa yang telah
diberikan, serta wajib memenuhi ketentuan mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan
(PPL). Pembekuan izin oleh Menkeu tersebut sesuai dengan Keputusan Menkeu Nomor
423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menkeu Nomor 359/KMK.06/2003.

50 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA

Analisa :

Dalam kasus tersebut, sanksi pembekuan izin diberikan karena akuntan publik tersebut
melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Berdasarkan
etika profesi akuntansi, auditor tersebut telah melanggar prinsip keempat, yaitu prinsip
objektivitas. Dimana setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Pelanggaran itu berkaitan dengan
pelaksanaan audit atas Laporan Keuangan PT Muzatek Jaya tahun buku berakhir 31 Desember
2004 yang dilakukan oleh Drs. Petrus Mitra Winata. Selain itu, Petrus juga telah melakukan
pelanggaran atas pembatasan penugasan audit umum dengan melakukan audit umum atas
laporan keuangan PT Muzatek Jaya, PT Luhur Artha Kencana dan Apartemen Nuansa Hijau
sejak tahun buku 2001 sampai dengan 2004. Sebagai seorang akuntan publik, Drs. Petrus Mitra
Winata seharusnya mematuhi Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) yang berlaku. Ketika
memang dia harus melakukan jasa audit, maka audit yang dilakukan pun harus sesuai dengan
Standar Auditing (SA) dalam SPAP. Penelitian terhadap perilaku akuntan telah banyak
dilakukan baik di luar negeri maupun di Indonesia. Penelitian ini dipicu dengan semakin
banyaknya pelanggaran etika yang terjadi. Dari kondisi tersebut banyak peneliti yang ingin
mencari tahu mengenai “faktor – faktor apa saja yang menjadi penentu atau mempengaruhi
pengambilan keputusan tidak etis atau pelanggaran terhadap etika. Trevino (1990) menyatakan
bahwa terdapat dua pandangan mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi tindakan tidak etis
yang dibuat oleh seorang individu. Pertama, pandangan yang berpendapat bahwa tindakan atau
pengambilan keputusan tidak etis lebih dipengaruhi oleh karakter moral individu. Kedua,
tindakan tidak etis lebih dipengaruhi oleh lingkungan, misalnya sistem reward dan punishment
perusahaah, iklim kerja organisasi dan sosialisasi kode etik profesi oleh organisasi dimana
individu tersebut bekerja. Sementara Volker menyatakan bahwa para akuntan profesional
cenderung mengabaikan persoalan etika dan moral bilamana menemukan masalah yang bersifat
teknis, artinya bahwa para akuntan profesional cenderung berperilaku tidak bermoral apabila
dihadapkan dengan suatu persoalan akuntansi.

Selain itu Finn Etal juga menyatakan bahwa akuntan seringkali dihadapkan pada situasi adanya
dilema yang menyebabkan dan memungkinkan akuntan tidak dapat independen. Akuntan
diminta untuk teta independen dari klien, tetapi pada saat yang sama kebutuhan mereka
tergantung kepada klien karena fee yang diterimanya, sehingga seringkali akuntan berada dalam
situasi dilematis. Hal ini akan berlanjut jika hasil temuan auditor tidak sesuai dengan harapan
klien, sehingga menimbulkan konflik audit. Konflik audit ini akan berkembang menjadi sebuah
dilema etika ketika auditor diharuskan membuat keputusan yang bertentangan dengan
independensi dan integritasnya dengan imbalan ekonomis yang mungkin terjadi atau tekanan di
sisi lainnya. Situasi dilematis sebagaimana yang digambarkan di atas adalah situasi yang sangat
sering dihadapi oleh auditor. Situasi demikianlah yang menyebabkan terjadinya pelanggaran
terhada etika dan sangat wajarlah apabila ketika para pemakai laporan keuangan seperti investor
dan kreditur mulai mempertanyakan kembali eksistensi akuntan sebagai pihak independen yang
menilai kewajaran laporan keuangan.

3. Kredit Macet Rp 52 Miliar, Akuntan Publik Diduga Terlibat Selasa, 18 Mei 2010 | 21:37
WIBKOMPAS/ LUCKY PRANSISKA

JAMBI, KOMPAS.com – Seorang akuntan publik yang membuat laporan keuangan perusahaan
Raden Motor untuk mendapatkan pinjaman modal senilai Rp 52 miliar dari BRI Cabang Jambi
pada 2009, diduga terlibat kasus korupsi dalam kredit macet.

51 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Hal ini terungkap setelah pihak Kejati Jambi mengungkap kasus dugaan korupsi tersebut pada
kredit macet untuk pengembangan usaha di bidang otomotif tersebut.

Fitri Susanti, kuasa hukum tersangka Effendi Syam, pegawai BRI yang terlibat kasus itu, Selasa
(18/5/2010) mengatakan, setelah kliennya diperiksa dan dikonfrontir keterangannya dengan para
saksi, terungkap ada dugaan kuat keterlibatan dari Biasa Sitepu sebagai akuntan publik dalam
kasus ini.

Hasil pemeriksaan dan konfrontir keterangan tersangka dengan saksi Biasa Sitepu terungkap ada
kesalahan dalam laporan keuangan perusahaan Raden Motor dalam mengajukan pinjaman ke
BRI.

Ada empat kegiatan data laporan keuangan yang tidak dibuat dalam laporan tersebut oleh
akuntan publik, sehingga terjadilah kesalahan dalam proses kredit dan ditemukan dugaan
korupsinya.

“Ada empat kegiatan laporan keuangan milik Raden Motor yang tidak masuk dalam laporan
keuangan yang diajukan ke BRI, sehingga menjadi temuan dan kejanggalan pihak kejaksaan
dalam mengungkap kasus kredit macet tersebut,” tegas Fitri.

Keterangan dan fakta tersebut terungkap setelah tersangka Effendi Syam diperiksa dan
dikonfrontir keterangannya dengan saksi Biasa Sitepu sebagai akuntan publik dalam kasus
tersebut di Kejati Jambi.

Semestinya data laporan keuangan Raden Motor yang diajukan ke BRI saat itu harus lengkap,
namun dalam laporan keuangan yang diberikan tersangka Zein Muhamad sebagai pimpinan
Raden Motor ada data yang diduga tidak dibuat semestinya dan tidak lengkap oleh akuntan
publik.

Tersangka Effendi Syam melalui kuasa hukumnya berharap pihak penyidik Kejati Jambi dapat
menjalankan pemeriksaan dan mengungkap kasus dengan adil dan menetapkan siapa saja yang
juga terlibat dalam kasus kredit macet senilai Rp 52 miliar, sehingga terungkap kasus
korupsinya.

Sementara itu pihak penyidik Kejaksaan yang memeriksa kasus ini belum mau memberikan
komentar banyak atas temuan keterangan hasil konfrontir tersangka Effendi Syam dengan saksi
Biasa Sitepu sebagai akuntan publik tersebut.

Kasus kredit macet yang menjadi perkara tindak pidana korupsi itu terungkap setelah kejaksaan
mendapatkan laporan adanya penyalahgunaan kredit yang diajukan tersangka Zein Muhamad
sebagai pimpinan Raden Motor.

Dalam kasus ini pihak Kejati Jambi baru menetapkan dua orang tersangka, pertama Zein
Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor yang mengajukan pinjaman dan tersangka Effedi
Syam dari BRI yang saat itu menjabat sebagai pejabat penilai pengajuan kredit.

sumber : http://www.ruqayahimwanah.com/berita-119-etika-profesi-akuntan-publik.html

Analisa :
Ada delapan prinsip etika profesi akutansi, yaitu tanggung jawab profesi, kepentingan publik,
integritas, obyektivitas, kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku
profesional dan standar teknis. Apabila dugaan keterlibatan akuntan publik terhadap kasus
52 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
korupsi dalam mendapatkan pinjaman modal senilai Rp 52 miliar dari bank BRI cabang Jambi
tahun 2009 oleh perusahaan raden motor sehingga menyebabkan kredit macet untuk
pengembangan usaha di bidang otomotif tersebut. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa terdapat
beberapa pelanggaran etika profesi akutansi yang dilanggar oleh akuntan publik, yaitu:
1. Tanggung Jawab Profesi
Akuntan publik tersebut tidak melakukan tanggung jawab secara profesional dikarenakan
akuntan publik tersebut tidak menjalankan tugas profesinya dengan baik dalam hal pembuatan
laporan keungan perusahaan Raden Motor untuk mendapatkan pinjaman modal senilai Rp 52
miliar dari BRI Cabang Jambi pada tahun 2009, sehingga menyebabkan kepercayaan masyarakat
(raden motor) terhadap akuntan publik hilang.
2. Kepentingan Publik.
Akuntan Publik tersebut tidak menghormati kepercayaan publik (raden motor) dikarenakan
melakukan kesalahan dalam laporan keuangan Perusahaan Raden Motor untuk mengajukan
pinjaman ke Bank BRI dengan tidak membuat laporan mengenai empat kegiatan.
3. Objektivitas
Akuntan Publik tidak menjalankan prinsip Objektivitas dengan cara melakukan tindak
ketidakjujuran secara intelektual dengan melakukan kecurangan dalam pembuatan laporan
keuangan perusahaan Raden Motor.
4. Perilaku Profesional
Akuntan Publik berperilaku tidak baik dengan melakukan pembuatan laporan keuangan palsu
sehingga menyebabkan reputasi profesinya buruk dan dapat mendiskreditkan profesinya.
5. Integritas
Akuntan Publik tidak dapat mempertahankan integritasnya sehingga terjadi benturan
kepentingan (conflict of interest). Kepentingan yang dimaksud adalah kepentingan publik dan
kepentingan pribadi dari akuntan publik itu.
6. Standar Teknis
Akuntan Publik tidak menjalankan etika/tugasnya sesuai pada etika profesi yang telah ditetapkan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia-Komparatemen Akutan Publik (IAI-KAP) diantaranya etika
tersebut antara lain:
a. Independensi, integritas, dan obyektivitas
b. Standar umum dan prinsip akuntansi
c. Tanggung jawab kepada klien
d. Tanggung jawab kepada rekan seprofesi
e. Tanggung jawab dan praktik lain

4. Kasus Enron

Enron adalah perusahaan yang sangat bagus. Sebagai salah satu perusahaan yang menikmati
booming industri energi di tahun 1990an, Enron sukses menyuplai energi ke pangsa pasar yang
begitu besar dan memiliki jaringan yang luar biasa luas. Enron bahkan berhasil menyinergikan
jalur transmisi energinya untuk jalur teknologi informasi. Kalau dilihat dari siklus bisnisnya,
Enron memiliki profitabilitas yang cukup menggiurkan. Seiring booming industri energi, Enron
memosisikan dirinya sebagai energy merchants: membeli natural gas dengan harga murah,
kemudian dikonversi dalam energi listrik, lalu dijual dengan mengambil profit yang lumayan
dari markup sale of power atau biasa disebut “spark spread“.

Pada beberapa tahun yang lalu beberapa perusahaan seperti Enron dan Worldcom yang
dinyatakan bangkrut oleh pengadilan dan Enron perusahaan energi terbesar di AS yang jatuh
bangkrut itu meninggalkan hutang hampir sebesar US $ 31.2 milyar, karena salah strategi dan
memanipulasi akuntansi yang melibatkan profesi Akuntan Publik yaitu Kantor Akuntan Publik
Arthur Andersen. Arthur Andersen, merupakan kantor akuntan public yang disebut sebagai “The
big five” yaitu (pricewaterhouse coopers, deloitte & touché, KPMC, Ernest & Young dan

53 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Anderson) yang melakukan Audit terhadap laporan keuangan Enron Corp. Laporan keuangan
maupun akunting perusahaan yang diaudit oleh perusahaan akunting ternama di dunia, Arthur
Andersen, ternyata penuh dengan kecurangan (fraudulent) dan penyamaran data serta syarat
dengan pelanggaran etika profesi.

Akibat gagalnya Akuntan Publik Arthur Andersen menemukan kecurangan yang dilakukan oleh
Enron maka memberikan reaksi keras dari masyarakat (investor) sehingga berpengaruh terhadap
harga saham Enron di pasar modal. Kasus Enron ini menyebabkan indeks pasar modal Amerika
jatuh sampai 25 %.

ANALISA :

Akibat gagalnya Akuntan Publik Arthur Andersen menemukan kecurangan yang dilakukan oleh
Enron maka memberikan reaksi keras dari masyarakat (investor) sehingga berpengaruh terhadap
harga saham Enron di pasar modal. Kasus Enron ini menyebabkan indeks pasar modal Amerika
jatuh sampai 25 %. Perusahaan akuntan yang mengaudit laporan keuangan Enron, Arthur
andersen, tidak berhasil melaporkan penyimpangan yang terjadi dalam tubuh Enron. Di samping
sebagai eksternal auditor, Arthur andersen juga bertugas sebagai konsultan manajemen Enron.
Besarnya jumlah consulting fees yang diterima Arthur Andersen menyebabkan KAP tersebut
bersedia kompromi terhadap temuan auditnya dengan klien mereka.

KAP Arthur Andersen memiliki kebijakan pemusnahan dokumen yang tidak menjadi bagian
dari kertas kerja audit formal. Walaupun penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan
internal Andersen, tetapi kasus ini dianggap melanggar hukum dan menyebabkan kredibilitas
Arthur Andersen hancur. Akibatnya, banyak klien Andersen yang memutuskan hubungan dan
Arthur Andersen pun ditutup. Faktor tersebut adalah merupakan perilaku tidak etis yang sangat
bertentangan dengan good corporate governance philosofy yang membahayakan terhadap
business going cocern.

5. Manipulasi laporan keuangan PT Kereta API Indonesia

Komisaris PT Kereta Api mengungkapkan adanya manipulasi laporan keuangan BUMN tersebut
di mana seharusnya perusahaan merugi namun dilaporkan memperoleh keuntungan.

“Saya tahu bahwa ada sejumlah pos yang sebetulnya harus dinyatakan sebagai beban bagi
perusahaan tetapi malah dinyatakan masih sebagai aset perusahaan. Jadi ada trik akuntansi,” kata
salah satu Komisaris PT Kereta Api, Hekinus Manao di Jakarta, Rabu.

Ia menyebutkan, hingga kini dirinya tidak mau menandatangani laporan keuangan itu karena
adanya ketidakbenaran dalam laporan keuangan BUMN perhubungan itu.

“Saya tahu laporan yang diperiksa oleh akuntan publik itu tidak benar karena saya sedikit
banyak mengerti akuntansi, yang mestinya rugi dibuat laba,” kata penyandang Master of
Accountancy, Case Western Reserve University, Cleveland, Ohio USA tahun 1990.

Akibat tidak ada tanda tangan dari satu komisaris, rapat umum pemegang saham (RUPS) PT
Kereta Api yang seharusnya dilaksanakan sekitar awal Juli 2006 ini juga harus dipending.

Analisa :

ebagai Suatu lembaga, PT Kereta Api Indonesia memang memiliki kewenangan untuk
menyusun laporan keuangannya dan memilih auditor eksternal untuk melakukan proses audit
54 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
terhadap laporan keuangan tersebut. Tetapi, ada hal mendasar yang harus diperhatikannya
sebagai wujud penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). Auditor
eksternal yang dipercayai harus benar-benar memiliki integritas serta prosesnya harus terlaksana
berdasarkan kaidah-kaidah yang telah diakui validitasnya, dalam hal ini Pedoman Standar
Akuntansi Keuangan dan Standar Profesional Akuntan Publik. Selain itu, auditor eksternal wajib
melakukan komunikasi secara benar dengan komite audit yang ada pada PT Kereta Api
Indonesia. Secara tidak langsung, upaya ini menunjang perwujudan tanggung jawab sosial
perusahaan kepada masyarakat luas sebagai salah satu pengampu kepentingan. Seperti halnya
yang telah diketahui bersama, hal ini jelas mempunyai dimensi etis.

III. Kesimpulan

Dari berbagai contoh kasus di atas, dapat disimpulkan bahwa Pengawasan terhadap aktivitas
manajerial dewan direksi yang dilaksanakan oleh dewan komisaris dinilai makin membutuhkan
kontribusi komite audit agar semakin optimal. Selain itu, komite audit diharapkan mampu
menjembatani komunikasi antara dewan direksi dan dewan komisaris guna menciptakan
soliditas manajerial.

Proses audit laporan keuangan memang membuka peluang bahkan pada kondisi tertentu
mensyaratkan pelibatan auditor eksternal. Untuk itu, auditor eksternal yang dipilih haruslah
diakui integritasnya serta prosesnya harus terlaksana berdasarkan kaidah-kaidah yang telah
diakui validitasnya, dalam hal ini Pedoman Standar Akuntansi Keuangan dan Standar
Profesional Akuntan Publik.

Pemberian pemahaman masalah esensial akuntansi dan keuangan yang ada pada seluruh bagian
lembaga dengan proporsi yang tepat adalah penting untuk membangun kesepahaman diantara
seluruh unsur lembaga.

55 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA

BAB 8
ETIKA DALAM AUDITING

Tujuan Pembelajaran adalah mahasiswa mampu memahami dan memiliki wawasan


tentang:
1. Dunia Auditing.
2. Etika dalam dunia Auditing

Menurut bahasa Yunani Kuno, etika berasal dari kata ethikos yang berarti “timbul dari
kebiasaan”. Etika adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang
menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan
penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Etika terbagi
menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika normatif (studi
penentuan nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika.

Auditing adalah suatu proses dengan apa seseorang yang mampu dan independent dapat
menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti dari keterangan yang terukur dari suatu
kesatuan ekonomi dengan tujuan untuk mempertimbangkan dan melaporkan tingkat
kesesuaian dari keterangan yang terukur tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Etika dalam auditing adalah suatu proses yang sistematis untuk memperoleh serta
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan ekonomi, dengan
tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut, serta penyampaian
hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

56 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Tanggung Jawab Auditor

The Auditing Practice Committee, yang merupakan cikal bakal dari Auditing Practices
Board, ditahun 1980, memberikan ringkasan (summary) tanggung jawab auditor:

• Perencanaan, Pengendalian dan Pencatatan. Auditor perlu merencanakan,


mengendalikan dan mencatat pekerjannya.

• Sistem Akuntansi. Auditor harus mengetahui dengan pasti sistem pencatatan dan
pemrosesan transaksi dan menilai kecukupannya sebagai dasar penyusunan laporan
keuangan.

Kepercayaan Publik

Kepercayaan masyarakat umum sebagai pengguna jasa audit atas independen sangat
penting bagi perkembangan profesi akuntan publik. Kepercayaan masyarakat akan
menurun jika terdapat bukti bahwa independensi auditor ternyata berkurang, bahkan
kepercayaan masyarakat juga bisa menurun disebabkan oleh keadaan mereka yang
berpikiran sehat (reasonable) dianggap dapat mempengaruhi sikap independensi tersebut.
Untuk menjadi independen, auditor harus secara intelektual jujur, bebas dari setiap
kewajiban terhadap kliennya dan tidak mempunyai suatu kepentingan dengan kliennya
baik merupakan manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan. Kompetensi dan
independensi yang dimiliki oleh auditor dalam penerapannya akan terkait dengan etika.
Akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis tertinggi mereka
kepada organisasi dimana mereka bernaung, profesi mereka, masyarakat dan diri mereka
sendiri dimana akuntan mempunyai tanggung jawab menjadi kompeten dan untuk
menjaga integritas dan obyektivitas mereka.

Tanggung Jawab Auditor kepada Publik

Profesi akuntan memegang peranan yang penting dimasyarakat, sehingga menimbulkan


ketergantungan dalam hal tanggung-jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Dalam
kode etik diungkapkan, akuntan tidak hanya memiliki tanggung jawab terhadap klien yang
membayarnya saja, akan tetapi memiliki tanggung jawab juga terhadap publik.
Kepentingan publik adalah kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani secara
keseluruhan. Publik akan mengharapkan akuntan untuk memenuhi tanggung jawabnya
dengan sebaik-baiknya serta sesuai dengan kode etik professional AKDA.

Ada 3 karakteristik dan hal-hal yang ditekankan untuk dipertanggungjawabkan oleh


auditor kepada publik, antara lain:

1. Auditor harus memposisikan diri untuk independen, berintegritas, dan obyektif.

2. Auditor harus memiliki keahlian teknik dalam profesinya.

3. Auditor harus melayani klien dengan profesional dan konsisten dengan tanggung jawab
mereka kepada public

Tanggung Jawab Dasar Auditor

57 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Auditor adalah seseorang yang memiliki kualifikasi tertentu dalam melakukan audit atas
laporan keuangan dan kegiatan suatu perusahaan atau organisasi. Tanggung jawab dasar
seorang auditor adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan, Pengendalian dan Pencatatan.

Auditor perlu merencanakan, mengendalikan dan mencatat pekerjannya.

2. Sistem Akuntansi.

Auditor harus mengetahui dengan pasti sistem pencatatan dan pemrosesan transaksi dan
menilai kecukupannya sebagai dasar penyusunan laporan keuangan.

3. Bukti Audit.

Auditor akan memperoleh bukti audit yang relevan dan reliable untuk memberikan
kesimpulan rasional.

Independensi Auditor

Independensi adalah keadaan bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain,
tidak tergantung pada orang lain (Mulyadi dan Puradireja, 2002: 26). Independensi juga
berarti adanya kejujuran dalam diri dalam mempertimbangkan fakta dan adanya
pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam menyatakan hasil
pendapatnya. Sikap mental independen sama pentingnya dengan keahlian dalam bidang
praktek akuntansi dan prosedur audit yang harus dimiliki oleh setiap auditor. Dalam SPAP
(IAI, 2001: 220.1) auditor diharuskan bersikap independen, artinya tidak mudah
dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum (dibedakan
di dalam hal ia berpraktik sebagai auditor intern). Tiga aspek independensi seorang
auditor, yaitu sebagai berikut :

A. Independensi dalam Fakta (Independence in fact) : Artinya auditor harus mempunyai


kejujuran yang tinggi, keterkaitan yang erat dengan objektivitas.

B. Independensi dalam Penampilan (Independence in appearance) : Artinya pandangan


pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit.

C. Independensi dari sudut Keahliannya (Independence in competence) : Independensi


dari sudut pandang keahlian terkait erat dengan kecakapan profesional auditor.

Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk
menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia.

Contoh Kasus

Auditor BPKP Akui Terima Duit dari Kemendikbud

Ferdinan - detikNew

58 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Jakarta – Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Tomi Triono
mengaku menerima duit dari anggaran kegiatan joint audit pengawasan dan pemeriksaan
di Kemendikbud. Tomi mengaku sudah mengembalikan duit ke KPK.

Tomi saat bersaksi untuk terdakwa mantan Irjen Kemendikbud Mohammad Sofyan
mengaku bersalah dengan penerimaan duit dalam kegiatan warsik sertifikasi guru (sergu)
di Inspektorat IV Kemendikbud. Duit yang dikembalikan Rp. 48 juta.

“Saudara dari BPKP, seharusnya melakukan pengwasan,” tegur hakim ketua Guzrizal di
Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (25/07/13).

“Kami bertugas sebagai tim pengendali pusat, jadi harus monitoring. Jadi memang ada
kesalahan,” ujar Tomi yang tidak melanjutkan jawabannya.

Menurutnya ada 10 auditor BPKB yang ikut dalam joint audit. Mereka bertugas untuk 6
program, diantaranya penyusunan SOP warsik, penyusunan monitoring, dan evaluasi
sertifikasi guru.

“Dari hasil audit nasional, kita bikin summary terhadap sertifikasi. Kita simpulkan apa
permasalahan – permasalahan dari sasaran auditnya,” jelas Tomi.

Tomi juga ditanya penuntut umum KPK terkait adanya penyimpangan penggunaan
anggaran dalam joint audit Kemendikbud-BPKP. “Itu memang kesalahan kami,” ujar dia.

Adanya aliran duit ke Auditor BPKP juga terungkap dalam persidangan dengan saksi
Bendahara Pengeluaran Pembantu Inspektorat I Kemendikbud, Tini Suhartini pada 11 Juli
2011.

Sofyan didakwa memperkaya diri sendiri dan orang lain dengan memerintahkan pencairan
anggaran dan menerima biaya perjalanan dinas yang tidak dilaksanakan. Dia juga
memerintahkan pemotongan sebesar 5 persen atas biaya perjalanan dinas yang diterima
para peserta pada program joint audit Inspektorat I, II, III, IV dan investigasi Irjen
Depdiknas tahun anggaran 2009.

Dari perbuatannya, Sofyan memperkaya diri sendiri yakni Rp 1,103 miliar. Total kerugian
negara dalam kasus ini mencapai Rp 36,484 miliar.

Analisis Pelanggaran Kode Etik Auditor atas Kasus di atas:

Auditor BPKP merupakan auditor pemerintah yang merupakan akuntan, anggota Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI), yang dalam keadaan tertentu melakukan audit atas entitas yang
menerbitkan laporan keuangan yang disusun berdasarkan prinsip auntansi yang berlaku
umum (BUMN/BUMD) sebagaimana diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK). Karena itu auditor pemerintah tersebut wajib pula mengetahui dan
menaati Kode Etik Akuntan Indonesia dan Standar Audit sebagai mana diatur dalam
Standar Profesional Akuntan Publik yang ditetapkan oleh IAI.

59 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Kasus diatas menunjukan adanya pelanggaran kode etik oleh seorang auditor dalam kasus
suap kepada auditor dalam kegiatan warsik sertifikasi guru (sergu) di Inspektorat IV
Kemendikbud. Adapun prinsip etika profesional auditor:

1. Tanggungjawab Profesi : Dalam melaksanakan tanggungjawabnya sebagai profesional,


setiap anggota hrus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam
semua kegiatan yang dilaksankannya.

2. Kepentingan Publik : Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam


kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan
komitmen atau profesionalisme.

3. Integritas : Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota


harus memenuhi tanggungjawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.

4. Objektivitas : Setiap anggota harus menjaga objektivitas dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.

5. Kompetensi dan Kehati – hatian Profesional : Setiap anggota harus melaksanakan jasa
profesionalnya dengan kehati – hatian, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai
kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat
yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat
dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan
teknik yang palng mutakhir.

6. Kerahasiaan : Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh


selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan
informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau
hukum untuk mengungkapkannya.

7. Perilaku Profesional : Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi
profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

8. Standar Teknis : Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan
standar teknis dan standar profesional yang relevan.

Dari uraian penjelasan kode etik diatas kasus tersebut tergolong dalam pelanggaran kode
etik prinsip Tanggungjawab Profesi, integritas, objektivitas, perilaku profesional. Hal ini
menunjukan bahwa auditor tersebut tidak bekerja secara prinsip kode etik seorang
auditor, sehingga terjadinya penyimpangan yang melanggar hukum.

Penegakan disiplin atas pelanggaran kode etik profesi adalah suatu tindakan positif agar
ketentuan tersebut dipatuhi secara konsisten. Itulah sebabnya Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara nomor PER/04/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008
meneapkan kebijakan atas pelanggaran kode etik APIP (Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah) ini, antara lain:

Tindakan yang tidak sesuai dengan kode etik tidak dapat diberi toleransi, meskipun
dengan alasan tindakan tersebut dilakukan demi kepentingan organisasi atau
60 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
diperintahkan oleh pejabat yang lebih tinggi. Auditor tidak diperbolehkan untuk
melakukan atau memaksa karyawan lain melakukan tindakan melawan hukum atau tidak
etis. Pimpinan APIP harus melaporkan pelanggaran kode etik oleh auditor kepada
pimpinan organisasi.

Pemeriksaan, investigasi, dan pelaporan pelanggaran kode etik ditangani oleh Badan
Kehormatan Profesiyang terdiri dari pimpinan APIP dengan anggota yang berjumlah ganjil
dan disesuaikan dengan kebutuhan. Anggota Badan Kehormatan profesi diangkat dan
diberhentikan oleh APIP.

Auditor APIP yang terbukti melanggar kode etik akan dikenakan sanksi oleh pimpinan
APIP atas rekomendasi dari Badan Kehormatan Profesi. Bentuk – bentuk sanksi yang
direkomendasikan oleh badab kehormatan profesi, yakni:

1. Teguran tertulis

2. Usulan pemberhentian dari tim audit

3. Tidak diberi penugasan audit selama jangka waktu tertentu

4. Pengenaan sanksi terhadap pelanggaran kode etik oleh pimpinan APIP dilakukan sesuai
dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

http://news.detik.com/read/2013/07/25/190845/2314690/10/auditor-bpkp-akui-
terima-duit-dari-kemendikbud

61 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA

BAB 9
ETIKA DALAM AKUNTANSI KEUANGAN DAN MANAJEMEN

Tujuan Pembelajaran adalah mahasiswa mampu memahami dan memiliki wawasan


tentang:
1. Pemahaman makna laporan keuangan
2. Pengambilan keputusan dari laporan keuangan
3. Menjelaskan persamaan dan perbedaan antara akuntansi keuangan dan akuntansi
manajemen
4. Menjelaskan bagaimana mengetahui etika dalam akuntansi keuangan dan manajemen
5. Mengidentifikasi kriteria standar perilaku akuntan manajemen
6. Mengidentifikasi etika profesional akuntan manajemen

Etika dalam akuntansi keuangan dan manajemen merupakan suatu bidang


keuangan yang merupakan sebuah bidang yang luas dan dinamis. Bidang ini berpengaruh
langsung terhadap kehidupan setiap orang dan organisasi. Ada banyak bidang yang dapat
di pelajari, tetapi sejumlah besar peluang karir tersedia di bidang keuangan. Manajemen
keuangan dengan demikian merupakan suatu bidang keuangan yang menerapkan prinsip-
prinsip keuangan dalam sebuah organisasi untuk menciptakan dan mempertahankan nilai
melalui pengambilan putusan dan manajemen sumber daya yang tepat.
Akuntansi keuangan adalah bagian dari akuntansi yang berkaitan dengan
penyiapan laporan keuangan untuk pihak luar, seperti pemegang saham,
kreditor,pemasok, serta pemerintah. Prinsip utama yang dipakai dalam akuntansi
keuangan adalah persamaan akuntansi di mana aktiva adalah harta yang dimiliki suatu
62 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
perusahaan digunakan untuk operasi perusahaan dalam upaya untuk menghasilkan
pendapatan. Sedangkan modal yaitu selisih antara aktiva dikurang hutang. Akuntansi
keuangan berhubungan dengan masalah pencatatan transaksi untuk suatu perusahaan
atau organisasi dan penyusunan berbagai laporan berkala dari hasil pencatatan tersebut.
Laporan ini yang disusun untuk kepentingan umum dan biasanya digunakan pemilik
perusahaan untuk menilai prestasi manajer atau dipakai manajer sebagai
pertanggungjawaban keuangan terhadap para pemegang saham. Hal penting dari
akuntansi keuangan adalah adanya Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang merupakan
aturan- aturan yang harus digunakan didalam pengukuran dan penyajian laporan
keuangan untuk kepentingan eksternal.
Definisi akuntansi manajemen menurut Chartered Institute of Management
Accountant, yaitu Penyatuan bagian manajemen yang mencakup, penyajian dan penafsiran
informasi yang digunakan untuk perumusan strategi, aktivitas perencanaan dan
pengendalian, pembuatan keputusan, optimalisasi penggunaan sumber daya,
pengungkapan kepada pemilik dan pihak luar, pengungkapan kepada pekerja,
pengamanan asset. Bagian integral dari manajemen yang berkaitan dengan proses
identifikasi penyajian dan interpretasi/penafsiran atas informasi yang berguna untuk
merumuskan strategi, proses perencanaan dan pengendalian, pengambilan keputusan,
optimalisasi keputusan, pengungkapan pemegang saham dan pihak luar, pengungkapan
entitas organisasi bagi karyawan, dan perlindungan atas aset organisasi. Persamaan
akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen prinsip akuntansi yang diterima baik
dalam akuntansi dalam akuntansi keuangan kemungkinan besar juga merupakan prisnsip
pengukuran yang Releven dalam akuntansi manajemen dan menggunakan sistem
informasi operasi yang sama sebagai bahan baku untuk menghasilkan informasi yang
disajikan kepada pemakainya.

Etika Provesi
Etika profesi merupakan karakteristik suatu profesi yang membedakan suatu
profesi dengan profesi lain, yang berfungsi untuk mengatur tingkah laku para anggotanya.
Tanpa etika, profesi akuntan tidak akan ada karena fungsi akuntan adalah sebagai
penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis oleh para pelaku bisnis.
Menurut Magnis-Suseno (1985) etika normatif terbagi atas dua yaitu, tolok ukur
pertanggungjawaban moral meliputi etika wahyu, etika peraturan, etika situasi dan etika
relativisme. Sedangkan etika normatif menuju kebahagiaan meliputi egoisme,
pengembangan diri dan utilitarisme. Disamping itu, Hardjoeno (2002) membagi jenis etika
atas empat kelompok yaitu, etikanormatif, etika peratusran, etika situasi dan etika
relativisme.
Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus memiliki
kode etik sebagai seperangkat prinsip–prinsip moral yang mengatur tentang perilaku
profesional. Kode etik yaitu norma atau asas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu
sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja.

Akuntansi Keuangan
Menurut Sugiarto (2002) Akuntansi keuangan adalah bagian dari akuntansi yang berkaitan
dengan penyiapan laporan keuangan untuk pihak luar, seperti pemegang saham, kreditor,
pemasok, serta pemerintah. Prinsip utama yang dipakai dalam akuntansi keuangan adalah
persamaan akuntansi (Aset = Liabilitas + Ekuitas). Akuntansi keuangan berhubungan
dengan masalah pencatatan transaksi untuk suatu perusahaan atau organisasi dan
penyusunan berbagai laporan berkala dari hasil pencatatan tersebut. Laporan ini yang
disusun untuk kepentingan umum dan biasanya digunakan pemilik perusahaan untuk
menilai prestasi manajer atau dipakai manajer sebagai pertanggung jawaban keuangan

63 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
terhadap para pemegang saham. Hal penting dari akuntansi keuangan adalah adanya
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang merupakan aturan-aturan yang harus digunakan
di dalam pengukuran dan penyajian laporan keuangan untuk kepentingan eksternal.
Dengan demikian, diharapkan pemakai dan penyusun laporan keuangan dapat
berkomunikasi melalui laporan keuangan ini, sebab mereka menggunakan acuan yang
sama yaitu SAK. SAK ini mulai diterapkan di Indonesia pada 1994, menggantikan Prinsip-
prinsi Akuntansi Indonesia tahun 1984.

Akuntansi Manajemen
Akuntansi Manajemen atau Akuntansi Manajerial adalah sistem akuntansi yang berkaitan
dengan ketentuan dan penggunaan informasi akuntansi untuk manajer atau manajemen
dalam suatu organisasi dan untuk memberikan dasar kepada manajemen untuk membuat
keputusan bisnis yang akan memungkinkan manajemen akan lebih siap dalam pengelolaan
dan melakukan fungsi kontrol.
Menurut Chartered Institute of Management Accountants (CIMA), akuntansi
manajemen adalah “proses identifikasi, pengukuran, akumulasi, analisis, penyusunan,
interpretasi, dan komunikasi informasi yang digunakan oleh manajemen untuk
merencanakan, mengevaluasi dan pengendalian dalam suatu entitas dan untuk
memastikan sesuai dan akuntabilitas penggunaan sumber daya tersebut. Akuntansi
manajemen juga meliputi penyusunan laporan keuangan untuk kelompok non-manajemen
seperti pemegang saham, kreditur, badan pengatur dan otoritas pajak “(Istilah resmi
CIMA).
The American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) menyatakan bahwa
akuntansi manajemen sebagai praktik meluas ke tiga bidang berikut :
1. Manajemen Strategi – Memajukan peran akuntan manajemen sebagai mitra
strategis dalam organisasi.
2. Manajemen Kinerja – Mengembangkan praktik pengambilan keputusan bisnis dan
mengelola kinerja organisasi.
3. Manajemen Risiko – Berkontribusi untuk membuat kerangka kerja dan praktik
untuk mengidentifikasi, mengukur, mengelola dan melaporkan risiko untuk
mencapai tujuan organisasi.

Chartered Institute of Management Accountants (CIMA) menyatakan bahwa “Seorang


akuntan manajemen harus mampu menerapkan pengetahuan profesional dan
keterampilannya dalam penyusunan dan penyajian informasi keputusan keuangan dan
lainnya yang berorientasi sedemikian rupa untuk dapat membantu manajemen dalam
merumusakan kebijakan, perencanaan dan pengendalian pelaksanaan pengoperasian.
“Akuntan manajemen oleh karena itu dilihat sebagai “pencipta nilai” antara akuntan.
Mereka jauh lebih tertarik melihat ke depan dan mengambil keputusan yang akan
memengaruhi masa depan organisasi, daripada rekaman sejarah dan kepatuhan (menjaga
nilai) aspek profesi. Pengetahuan dan pengalaman akuntansi manajemen dapat diperoleh
dari berbagai bidang dan fungsi dalam suatu organisasi seperti manajemen informasi,
perbendaharaan, audit efisiensi, pemasaran, penilaian, penetapan harga, logistik, dan
lainnya.
Berbeda dengan Akuntansi keuangan, Akuntansi manajemen adalah :
1. Dirancang dan dimaksukan untuk digunakan oleh pihak manajemen dalam organisasi
sedangkan informasi Akuntansi keuangan dimaksudkan dan dirancang untuk pihak
eksternal seperti kreditur dan para pemegang saham
2. Biasanya rahasia dan digunakan oleh pihak manajemen dan bukan untuk laporan
publik.
3. Memandang ke depan, bukan sejarah.

64 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
4. Dihitung dengan mengacu pada kebutuhan manajer, sering menggunakan sistem
informasi manajemen, bukan mengacu pada standar akuntansi keuangan. Hal ini
disebabkan karena penekanan yang berbeda : informasi akuntansi manajemen
digunakan dalam sebuah organisasi, biasanya untuk pengambilan keputusan.

4. Persamaan dan Perbedaan Antara Akuntansi Keuangan dan Akuntansi


Manajemen
Akuntansi keuangan adalah bagian dari akuntansi yang berkaitan dengan penyiapan
laporan keuangan untuk pihak luar, seperti pemegang saham, kreditor, pemasok, serta
pemerintah. Prinsip utama yang dipakai dalam akuntansi keuangan adalah persamaan
akuntansi di mana aktiva adalah harta yang dimiliki suatu perusahaan digunakan untuk
operasi perusahaan dalam upaya untuk menghasilkan pendapatan. Sedangkan modal yaitu
selisih antara aktiva dikurang hutang. Akuntansi keuangan berhubungan dengan masalah
pencatatan transaksi untuk suatu perusahaan atau organisasi dan penyusunan berbagai
laporan berkala dari hasil pencatatan tersebut. Laporan ini yang disusun untuk
kepentingan umum dan biasanya digunakan pemilik perusahaan untuk menilai prestasi
manajer atau dipakai manajer sebagai pertanggungjawaban keuangan terhadap para
pemegang saham. Hal penting dari akuntansi keuangan adalah adanya Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) yang merupakan aturan- aturan yang harus digunakan didalam
pengukuran dan penyajian laporan keuangan untuk kepentingan eksternal. Dengan
demikian, diharapkan pemakai dan penyusun laporan keuangan dapat berkomunikasi
melalui laporan keuangan ini, sebab mereka menggunakan acuan yang sama yaitu SAK.
SAK ini mulai diterapkan di Indonesia pada 1994, menggantikan Prinsip-prinsip Akuntansi
Indonesia tahun 1984.
Akuntansi manajemen adalah disiplin ilmu yang berkenaan dengan penggunaan informasi
akuntansi oleh para manajemen dan pihak-pihak internal lainnya untuk keperluan
penghitungan biaya produk, perencanaan, pengendalian dan evaluasi, serta pengambilan
keputusan. Definisi akuntansi manajemen menurut Chartered Institute of Management
Accountant, yaitu Penyatuan bagian manajemen yang mencakup, penyajian dan penafsiran
informasi yang digunakan untuk perumusan strategi, aktivitas perencanaan dan
pengendalian, pembuatan keputusan, optimalisasi penggunaan sumber daya,
pengungkapan kepada pemilik dan pihak luar, pengungkapan kepada pekerja,
pengamanan asset.
Bagian integral dari manajemen yang berkaitan dengan proses identifikasi penyajian dan
interpretasi/penafsiran atas informasi yang berguna untuk merumuskan strategi, proses
perencanaan dan pengendalian, pengambilan keputusan, optimalisasi keputusan,
pengungkapan pemegang saham dan pihak luar, pengungkapan entitas organisasi bagi
karyawan, dan perlindungan atas aset organisasi. Akuntansi Manajemen (Managerial
Accounting) berhubungan dengan pengidentifikasian dan pemilihan yang terbaik dari
beberapa alternatif kebijakan atau tindakan dengan menggunakan data historis atau
taksiran untuk membantu pimpinan.
Persamaan akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen prinsip akuntansi yang
diterima baik dalam akuntansi dalam akuntansi keuangan kemungkinan besar juga
merupakan prisnsip pengukuran yang Releven dalam akuntansi manajemen dan
menggunakan sistem informasi operasi yang sama sebagai bahan baku untuk
menghasilkan informasi yang disajikan kepada pemakainya.
Persamaan Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Manajemen
1. Prinsip akuntansi yang lazim diterima baik dalam akuntansi keuangan
kemungkinan besar juga merupakan prinsip pengukuran yang relevan dalam akuntansi
manajemen

65 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
2. Menggunakan Sistem informasi operasi yang sama sebagai bahan baku untuk
menghasilkan informasi yang disajikan kepada pemakainya

Etika dalam Akuntansi Keuangan dan Manajemen


Etika dalam Akuntansi Keuangan dan Akuntansi Manajemen adalah teori tentang tingkah
laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik buruk dan sejauh mana yang dapat
ditentukan oleh akal sehat. Sedangkan akuntansi keuangan adalah seni penyusunan
laporan keuangan untuk memenuhi kebutuhan pihak internal dan pihak external.
Manajemen keuangan dengan demikian merupakan suatu bidang keuangan yang
menerapkan prinsip-prinsip keuangan dalam sebuah organisasi untuk menciptakan dan
mempertahankan nilai melalui pengambilan putusan dan manajemen sumber daya yang
tepat.
Etika dalam akuntansi keuangan dan manajemen merupakan suatu bidang
keuangan yang merupakan sebuah bidang yang luas dan dinamis. Bidang ini berpengaruh
langsung terhadap kehidupan setiap orang dan organisasi. Ada banyak bidang yang dapat
di pelajari, tetapi sejumlah besar peluang karir tersedia di bidang keuangan. Manajemen
keuangan dengan demikian merupakan suatu bidang keuangan yang menerapkan prinsip-
prinsip keuangan dalam sebuah organisasi untuk menciptakan dan mempertahankan nilai
melalui pengambilan putusan dan manajemen sumber daya yang tepat
Adapun beberapa etika yang harus di terapkan oleh para pelaku dalam akuntansi
keuangan dan akuntansi manajemen dapat di jabarkan sebagai berikut :

a. Competance (Kompetensi)
Kompetensi diartikan sebagai kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu
pekerjaan atau tugas yang dilandasi oleh keterampilan dan pengetahuan kerja yang
dituntut oleh pekerjaan tersebut. Arti kata Competance disini adalah setiap praktisi
Akuntansi Manajemen dan Manajemen Keuangan memiliki tanggung jawab untuk :
1. Menjaga tingkat kompetensi profesional sesuai dengan pembangunan
berkelanjutan, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
2. Melakukan tugas sesuai dengan hukum, peraturan dan standar teknis yang
berlaku.
3. Mampu menyiapkan laporan yang lengkap, jelas, dengan informasi yang relevan
serta dapat diandalkan

b. Confidentiality (Kerahasiaan)
Confidentiality atau kerahasiaan adalah pencegahan bagi mereka yang tidak berkepen-
tingan dapat mencapai informasi, berhubungan dengan data yang diberikan ke pihak lain
untuk keperluan tertentu dan hanya diperbolehkan untuk keperluan tertentu tersebut.
Dalam hal kerahasiaan ini Praktisi akuntansi manajemen dituntut untuk :
1. Mampu menahan diri dari mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh
dalam pekerjaan, kecuali ada izin dari atasan atau atas dasar kewajiban hukum.
2. Menginformasikan kepada bawahan mengenai kerahasiaan informasi yang
diperoleh, agar dapat menghindari bocornya rahasia perusahaan. Hal ini
dilakukan juga untuk menjaga pemeliharaan kerahasiaan.
3. Menghindari diri dari mengungkapkan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan pribadi maupun kelompok secara ilegal melalui pihak ketiga.

c. Integrity (Kejujuran)
Integritas adalah adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan. Praktisi akuntansi manajemen dan
manajemen keuangan memiliki tanggung jawab untuk:

66 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
1. Menghindari adanya konflik akrual dan menyarankan semua pihak agar
terhindar dari potensi konflik.
2. Menahan diri dari agar tidak terlibat dalam kegiatan apapun yang akan
mengurangi kemampuan mereka dalam menjalankan tigas secara etis.
3. Menolak berbagai hadiah, bantuan, atau bentuk sogokan lain yang dapat
mempengaruhi tindakan mereka.
4. Menahan diri dari aktivitas negati yang dapat menghalangi dalam pencapaian
tujuan organisasi
5. Mengkomunikasikan informasi yang tidak menguntungkan serta yang
menguntungkan dalam penilaian professional
6. Menahan diri agar tidak terlibat dalam aktivitas apapun yang akan
mendiskreditkan profesi

d. Objectivity (Objekivitas)
Objekivitas pada dasarnya tidak berpihak, dimana sesuatu secara ideal dapat diterima oleh
semua pihak, karena pernyataan yang diberikan terhadapnya bukan merupakan hasil
dari asumsi (kira-kira), prasangka, ataupun nilai-nilai yang dianut oleh subjek tertentu.
1. Mengkomunikasikan atau menyebarkan informasi yang cukup dan objektif
2. Mengungkapkan semua informasi relevan yang diharapkan dapat memberikan
pemahaman akan laporan atau rekomendasi yang disampaikan

6. Kriteria Standar Perilaku Akuntan Manajemen


 Competence (Kompetensi)
Auditor harus menjaga kemampuan dan pengetahuan profesional mereka pada tingkatan
yang cukup tinggi dan tekun dalam mengaplikasikannya ketika memberikan jasanya,
diantaranya menjaga tingkat kompetensi profesional, melaksanakan tugas profesional
yang sesuai dengan hukum dan menyediakan laporan yang lengkap dan transparan
 Confidentiality (Kerahasiaan)
Auditor harus dapat menghormati dan menghargai kerahasiaan informasi yang diperoleh
dari pekerjaan dan hubungan profesionalnya, diantaranya meliputi menahan diri supaya
tidak menyingkap informasi rahasia, menginformasikan pada bawahan (subordinat)
dengan memperhatikan kerahasiaan informasi, menahan diri dari penggunaan informasi
rahasia yang diperoleh.
 Integrity (Kejujuran)
Auditor harus jujur dan bersikap adil serta dapat dipercaya dalam hubungan
profesionalnya. Meliputi menghindari konflik kepentingan yang tersirat maupun tersurat,
menahan diri dari aktivitas yang akan menghambat kemampuan, menolak hadiah,
bantuan, atau keramahan yang akan mempengaruhi segala macam tindakan dalam
pekerjaan, mengetahui dan mengkomunikasikan batas-batas profesionalitas,
mengkomunikasikan informasi yang baik maupun tidak baik, menghindarkan diri dalam
keikutsertaan atau membantu kegiatan yang akan mencemarkan nama baik profesi.
 Whistle Blowing
Merupakan Tindakan yang dilakukan seorang atau beberapa karyawan untuk
membocorkan kecurangan perusahaan kepada pihak lain. Motivasi utamanya adalah
moral. Whistle blowing sering disamakan begitu saja dengan membuka rahasia
perusahaan. Contohnya seorang karyawan melaporkan kecurangan perusahaan yang
membuang limbah pabrik ke sungai.
Whistle blowing dibagi menjadi dua yaitu :
1. Whistle Blowing internal, yaitu kecurangan dilaporkan kepada pimpinan
perusahaan tertinggi, pemimpin yang diberi tahu harus bersikap netral dan
bijak, loyalitas moral bukan tertuju pada orang, lembaga, otoritas, kedudukan,

67 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
melainkan pada nilai moral: keadilan, ketulusan, kejujuran, dan dengan
demikian bukan karyawan yang harus selalu loyal dan setia pada pemimpin
melainkan sejauh mana pimpinan atau perusahaan bertindak sesuai moral
2. Whistle Blowing eksternal, yaitu membocorkan kecurangan perusahaan kepada
pihak luar seperti masyarakat karena kecurangan itu merugikan masyarakat,
motivasi utamanya adalah mencegah kerugian bagi banyak orang, yang perlu
diperhatikan adalah langkah yang tepat sebelum membocorkan kecurangan
terebut ke masyarakat, untuk membangun iklim bisnis yang baik dan etis
memang dibutuhkan perangkat legal yang adil dan baik.

Etika Profesional Akuntan Manajemen


Kebiasaaan beretika adalah sangat penting dalam menjalankan perekonomian kita telah
memicu berbagai perubahan peraturan dan permintaan perundang-undangan baru. Dalam
perekonomian yang baru, digital, dan berbasis kepercayaan, kepentingan sangat dijunjung
tinggi. Kejujuran perusahaan, yang diwujudkan dalam merek dan reputasi, meningkatkan
kepercayaan pelanggan, karyawan dan investor. Pengalaman menunjukkan bahwa aset
semacam ini harus dibangun lama dan penuh pengorbanan, namun cepat dapat hilang
dalam sekejap, dan jika hilang, maka kehilangan segalanya. Akhirnya, untuk kebaikan
semua orang termasuk perusahaan pencetak laba adalah sangat penting untuk
menjalankan bisnis dalam kerangka etika yang membangun dan menjaga kepercayaan.
Ikatan Akuntan Manajemen (Institute of Management Accountant – IMA) di Amerika
Serikat telah mengembangkan kode etik yang disebut Standar Kode Etik untuk Praktisi
Akuntan Manajemen dan Manajemen Keuangan (Standards of Ethical Conduct for
Practitioners of Management Accounting and Financial Management).
Ada empat standar etika untuk akuntan manajemen yaitu:
1. Kompetensi
Artinya, akuntan harus memelihara pengetahuan dan keahlian yang sepantasnya,
mengikuti hukum, peraturan dan standar teknis, dan membuat laporan yang jelas dan
lengkap berdasarkan informasi yang dapat dipercaya dan relevan.
Praktisi manajemen akuntansi dan manajemen keuangan memiliki tanggung jawab untuk:
 Menjaga tingkat kompetensi profesional sesuai dengan pembangunan
berkelanjutan, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
 Melakukan tugas sesuai dengan hukum, peraturan dan standar teknis yang berlaku.
 Mampu menyiapkan laporan yang lengkap, jelas, dengan informasi yang relevan
serta dapat diandalkan.

2. Kerahasiaan (Confidentiality)
Mengharuskan seorang akuntan manajemen untuk tidak mengungkapkan informasi
rahasia kecuali ada otorisasi dan hukum yang mengharuskan untuk melakukan hal
tersebut.
Praktisi manajemen akuntansi dan manajemen keuangan memiliki tanggung jawab untuk:
 Mampu menahan diri dari mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh dalam
pekerjaan, kecuali ada izin dari atasan atau atas dasar kewajiban hukum.
 Menginformasikan kepada bawahan mengenai kerahasiaan informasi yang
diperoleh, agar dapat menghindari bocornya rahasia perusahaan. Hal ini dilakukan
juga untuk menjaga pemeliharaan kerahasiaan.
 Menghindari diri dari mengungkapkan informasi yang diperoleh untuk kepentingan
pribadi maupun kelompok secara ilegal melalui pihak ketiga.

3. Integritas (Integrity)

68 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Mengharuskan untuk menghindari “conflicts of interest”, menghindari kegiatan yang dapat
menimbulkan prasangka terhadap kemampuan mereka dalam menjunjung etika.
Praktisi manajemen akuntansi dan manajemen keuangan memiliki tanggung jawab untuk:
 Menghindari adanya konflik akrual dan menyarankan semua pihak agar terhindar
dari potensi konflik.
 Menahan diri dari agar tidak terlibat dalam kegiatan apapun yang akan mengurangi
kemampuan mereka dalam menjalankan tigas secara etis.
 Menolak berbagai hadiah, bantuan, atau bentuk sogokan lain yang dapat
mempengaruhi tindakan mereka.
 Menahan diri dari aktivitas negati yang dapat menghalangi dalam pencapaian
tujuan organisasi.
 Mampu mengenali dan mengatasi keterbatasan profesional atau kendala lain yang
dapat menghalagi penilaian tanggung jawab kinerja dari suatu kegiatan.
 Mengkomunikasikan informasi yang tidak menguntungkan serta yang
menguntungkan dalam penilaian profesional.
 Menahan diri agar tidak terlibat dalam aktivitas apapun yang akan mendiskreditkan
profesi.

4. Objektivitas (Objectifity)
Mengharuskan para akuntan untuk mengkomunikasikan informasi secara wajar dan
objektif, mengungkapan secara penuh (fully disclose) semua informasi relevan yang
diharapkan dapat mempengaruhi pemahaman user terhadap pelaporan, komentar dan
rekomendasi yang ditampilkan.
Praktisi manajemen akuntansi dan manajemen keuangan memiliki tanggung jawab untuk:
 Mengkomunikasikan atau menyebarkan informasi yang cukup dan objektif.
Mengungkapkan semua informasi relevan yang diharapkan dapat memberikan
pemahaman akan laporan atau rekomendasi yang disampaikan.
 Integritas :
Praktisi akuntansi manajemen dan manajemen keuangan memiliki tanggung
jawab untuk :

Menghindari konflik kepentingan yang nyata atau jelas dan menyarankan


semua pihak dari setiap potensi konflik.

Menahan diri dari aktivitas apapun cenderung mengganggu kemampuan


mereka untuk melakukan tugas mereka secara etis .

Menolak hadiah , bantuan , atau perhotelan yang dapat mempengaruhi atau


tampaknya mempengaruhi tindakan mereka .

Menahan diri dari baik kegiatan atau pasif menumbangkan pencapaian tujuan
yang sah dan etis dari organisasi .

Dan mengenali dan berkomunikasi keterbatasan profesional atau kendala lain


yang akan menghalangi penilaian bertanggung jawab atau kinerja yang sukses
dari suatu kegiatan .

Berkomunikasi tidak menguntungkan serta informasi yang menguntungkan


dan penilaian profesional atau pendapat .

69 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Menahan diri dari setiap tindakan atau mendukung aktivitas apapun yang akan
mendiskreditkan profesi .

 Obyektivitas :
Praktisi akuntansi manajemen dan manajemen keuangan memiliki tanggung
jawab untuk :
Mengkomunikasikan informasi yang akurat dan obyektif

Sepenuhnya mengungkapkan semua informasi yang relevan yang cukup dapat


diharapkan mempengaruhi pemahaman yang dimaksudkan laporan pengguna ,
pengamatan dan rekomendasi.

 Resolusi Konflik Etika :


Dalam menerapkan standar etika , praktisi manajemen akuntansi dan
manajemen keuangan mungkin mengalami masalah dalam mengidentifikasi etis
atau menyelesaikan suatu konflik perilaku etis . Ketika dihadapkan dengan
praktisi etis yang signifikan dari manajemen akuntansi dan manajemen
keuangan harus mengikuti kebijakan yang ditetapkan dari bantalan organisasi
pada resolusi konflik ini . Jika kebijakan ini tidak menyelesaikan konflik etis ,
dokter harus mempertimbangkan keputusan berikut .

Diskusikan masalah ini dengan atasan langsung , kecuali tampak bahwa


superior terlibat , dalam hal ini , masalah harus dipresentasikan pada tingkat
berikutnya yang lebih tinggi dari manajemen . Jika solusi yang memuaskan
tidak dapat dicapai setelah masalah ini pertama kali disajikan , merujuk hal
tersebut ke tingkat berikutnya dari manajemen senior .

Jika atasan langsung adalah CEO atau otoritas setara control diterima dapat
menjadi kelompok seperti komite audit , komite eksekutif , dewan direksi ,
dewan direksi atau pemilik . Kontak dengan tingkat di atas atasan langsung
harus dimulai hanya dengan pengetahuan atas. dengan asumsi bahwa atas tidak
terlibat . Kecuali jika ditentukan secara hukum , komunikasi masalah tersebut
kepada pihak berwenang atau individu yang tidak dipekerjakan atau dilibatkan
oleh organisasi dianggap tidak tepat .

Memperjelas diskusi rahasia yang relevan dengan penasihat tujuan untuk


memperoleh pemahaman yang lebih baik dari kemungkinan evolusi aksi
masalah etika

Konsultasikan pengacara Anda untuk kewajiban hukum dan hak konflik etis .

Jika konflik etika masih ada setelah melelahkan semua tingkat evaluasi internal,
mungkin tidak ada jalan pada isu-isu penting untuk mengundurkan diri dari
organisasi dan mengirimkan memorandum informasi kepada perwakilan yang
tepat organisasi . Setelah pengunduran diri, tergantung pada sifat dari konflik
etis, hal itu juga mungkin tepat untuk memberitahu pihak lain .

70 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA

BAB 10
ETIKA DALAM PERPAJAKAN

Tujuan Pembelajaran adalah mahasiswa mampu memahami dan memiliki wawasan


tentang Perencanaan perpajakan

ETIKA DALAM PRAKTIK PERPAJAKAN


Konsultan Pajak adalah setiap orang yang dengan keahliannya dan dalam lingkungan
pekerjaannya, secara bebas dan profesional memberikan jasa perpajakan kepada Wajib
Pajak dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan perpajakan.

AICPA STATEMENTS ON RESPONSIBILITIES IN TAX SERVICES


Dalam kaitannya dengan etika akuntan pajak, AICPA mengeluarkan Statemet on
Responsibilities in Tax Practice (SRTP). Adapun isinya adalah sebagai berikut:

1. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 1, Tax Return Positions (Posisi


Pengembalian Pajak)
Statemen ini menetapkan standar masa depan yang bisa diterapkan untuk anggota ketika
merekomendasikan tingkat pengembalian pajak dan menyiapkan atau menandatangani
surat pembayaran pajak (termasuk klaim untuk lebih bayar) yang disimpan dengan
mengenakan pajak otoritas. Karena tujuan standar ini, suatu nilai pajak terutang, (a)
mencerminkan tingkat pengembalian pajak seperti yang mana wajib pajak telah secara
rinci membicarakannya dengan anggota atau (b) suatu anggota mempunyai pengetahuan
71 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
semua fakta yang bersifat material dan, atas dasar fakta itu, telah menyimpulkan apakah
posisinya sudah sesuai. Karena tujuan standar ini, suatu wajib pajak adalah klien, pemberi
kerja, atau pihak ketiga lain penerima jasa pajak.

2. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 2, Answers to Questions on Returns


(Jawaban Pertanyaan atas Pengembalian)
Statemen Ini menetapkan standar yang bisa diterapkan untuk anggota ketika
menandatangani suatu pajak kembalian jika atau mempertanyakan kelebihan pajak
kembalian. Istilah questionsincludes meminta informasi untuk pajak kembalian di dalam
perusahaan. Instruksi, atau di dalam peraturan, ya atau tidaknya dinyatakan format suatu
pertanyaan.

3. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 3, Certain Procedural Aspects of


Preparing Returns (Aspek prosedur tertentu dalam menyiapkan Pengembalian)
Dalam menyiapkan atau menandatangani suatu pajak kembalian, suatu anggota dengan
hati jujur boleh mempercayakan, tanpa verifikasi, atas informasi yang diberikan oleh wajib
pajak atau dengan pihak ketiga. Bagaimanapun, suatu anggota mestinya tidak
mengabaikan tentang implikasi yang melengkapi informasi tersebut dan perlu membuat
pemeriksaan yang layak jika informasi nampak seperti ada kesalahan, tidak sempurna,
atau plin-plan baik di bagian depannya atau atas dasar lain fakta tidak diketahui oleh suatu
anggota. Jika hukum perpajakan atau peraturan memaksakan suatu kondisi dengan rasa
hormat, seperti pemeliharaan buku dan arsip atau memperkuat dokumentasi wajib pajak
untuk mendukung pengurangan yang dilaporkan ke kantor pajak, suatu anggota perlu
membuat pemeriksaan yang sesuai untuk menentukan kondisi yang dijumpai untuk
memberi kepuasan kepada wajib pajak. Ketika menyiapkan suatu kembalian pajak, suatu
anggota perlu mempertimbangkan informasi yang benar dari pajak kembalian wajib pajak
lain jika informasi berkait dengan pajak kembalian dan pertimbangannya pajak kembalian
itu. Di dalam menggunakan informasi seperti itu, suatu anggota perlu mempertimbangkan
batasan-batasan yang dikenakan oleh hukum atau aturan manapun yang berkenaan
dengan kerahasiaan.

4. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 4, Use of Estimates (Penggunaan


Estimasi)
Kecuali jika yang dilarang oleh undang-undang atau menurut peraturan, suatu anggota
boleh menggunakan taxpayer’s untuk menaksir persiapan suatu pajak kembalian jika itu
bukanlah praktis untuk memperoleh data tepat dan jika anggota menentukan bahwa
perkiraan yang layak adalah didasarkan pada keadaan dan fakta saat itu yang
diperlihatkan kepada anggota. Jika perkiraan dengan taxpayer’s digunakan, mereka harus
diperlihatkan dengan suatu cara yang tidak menyiratkan ketelitian lebih besar disbanding
yang ada.

5. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 5, Departure From a Position Previously


Concluded in an Administrative Proceeding or Court Decision (Keberangkatan dari suatu
posisi yang sebelumnya disampaikan di dalam suatu kelanjutan administrative atau
keputusan pengadilan)
Pajak Kembalian berkenaan dengan memposisikan suatu item ketika ditentukan di dalam
suatu kelanjutan administratif atau keputusan pengadilan/lingkungan tidak membatasi
suatu anggota merekomendasikan dari suatu pajak yang berbeda, kemudian
memposisikannya kembali, kecuali jika wajib pajak dalam pemeriksaan. Oleh karena itu,
ketika disiapkan dalam bentuk Statement onResponsibilities in Tax Services No.1, pajak
kembalian diposisikan, anggota boleh merekomendasikan sebuah pajak kembalian untuk

72 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
memposisikan atau menyiapkan suatu pajak kembalian yang memerlukan pemeriksaan
dari suatu item ketika disimpulkan untuk suatu kelanjutan administratif atau meramahi
keputusan berkenaan dengan suatu kembali wajib pajak.

6. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 6, Knowledge of Error: Return


Preparation (Pengetahuan Kesalahan: Persiapan Kembalian)
Suatu anggota perlu menginformasikan kepada wajib pajak dengan segera atas suatu
kesalahan di dalam suatu pajak kembalian yang disimpan atau ketika sadar akan kegaalan
suatu taxpayer’s untuk memfile suatu kembalian yang diperlukan. Seorang anggota perlu
merekomendasikan ukuran yang diambil untuk melakukan koreksi, seperti rekomendasi
yang diberi dengan lisan. Anggota tidaklah diwajibkan untuk menginformasikannya untuk
mengenakan pajak otoritas, dan suatu anggota tidak boleh melakukannya tanpa
ijintaxpayer’s, kecuali ketika yang diperlukan di depan hukum. Jika suatu anggota diminta
untuk kembalian untuk tahun sekarang dan wajib pajak belum mengambil tindakan yang
sesuai untuk mengoreksi suatu kesalahan utama di dalam suatu tahun kembalian, anggota
perlu mempertimbangkan apakah untuk menarik dari menyiapkan kembalian itu dan
apakah suatu professional melanjutkan hubungan atau hubungan ketenaga-kerjaan
dengan wajib pajak itu. Jika anggota menyiapkan, seperti itu kembalian tahun ini, anggota
perlu mengambil langkah-langkah layak untuk memastikan bahwa kesalahan itu tidaklah
diulangi.

7. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 7, Knowledge of Error: Administrative


Proceedings (Pengetahuan Kesalahan: Cara kerja administrasi)
Jika suatu anggota sedang mewakili suatu wajib pajak di dalam administratifnya untuk
suatu kembalian yang berisi suatu kesalahan, maka anggota perlu menginformasikannya
kepada wajib pajak itu. Anggota perlu merekomendasikan ukuran yang akan diambil
untuk mengoreksinya, yang mungkin diberi dengan lisan. Suatu anggota bukan diwajibkan
untuk menginformasikan hal itu mengenakan pajak otoritas maupun mengijinkan untuk
melakukannya tanpa ijin tax payer’s, kecuali jika yang diperlukan di depan hukum. Suatu
anggota perlu meminta persetujuan tax payer’s untuk menyingkapkan kesalahan kepada
pajak authority.

8. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 8, Form and Content of Advice to


Taxpayers (Format dan isi nasihat pada klien)
Suatu anggota perlu menggunakan pertimbangan untuk memastikan bahwa petunjuk
pajak yang disajikan ke suatu wajib pajak mencerminkan kemampuan/ wewenang
profesional dan sewajarnya melayani kebutuhan taxpayer’s. Suatu anggota tidaklah
diperlukan untuk mengikuti suatu bentuk standar atau petunjuk dalam berkomunikasi
lisan atau tertulisdalam memberi petunjuk kepada suatu wajib pajak. Suatu anggota perlu
berasumsi bahwa petunjuk pajak yang disajikan ke suatu wajib pajak akan mempengaruhi
cara di mana berbagai hal atau transaksi yang akan dipertimbangkan. Oleh karena itu,
untuk semua petunjuk pajak diberikan kepada suatu wajib pajak, suatu anggota perlu
mengikuti aturan yang baku dalam Statement on Responsibilities in Tax Services No. 1.
Suatu anggota tidak punya kewajiban untuk berkomunikasi dengan suatu wajib pajak
ketika pengembangan yang berikutnya mempengaruhi petunjuk yang sebelumnya
menyajikan berbagai hal penting, kecuali sedang membantu seorang wajib pajak di dalam
menerapkan prosedur atau rencana yang berhubungan dengan petunjuk menyajikan atau
ketika suatu anggota melakukan kewajiban ini dengan persetujuan spesifik.

KODE ETIK KONSULTAN PAJAK


1. Kode Etik IKPI

73 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
1) Kode Etik IKPI adalah kaidah moral yang menjadi pedoman dalam berfikir, bersikap
dan bertindak bagi setiap anggota IKPI.
2) Setiap anggota IKPI wajib menjaga citra martabat profesi dengan senantiasa
berpegang pada Kode Etik IKPI.
3) Kode Etik IKPI juga mengatur sanksi terhadap tidak dipenuhinya kewajiban atau
dilanggarnya larangan oleh anggota IKPI.

2. Dalam hal kepribadian,


Konsultan Pajak Indonesia wajib:
1) Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
2) Patuh pada hukum dan peraturan perpajakan, serta menjunjung tinggi integritas,
martabat dan kehormatan profesi Konsultan Pajak.
3) Melakukan tugas profesi dengan penuh tanggung jawab, dedikasi tinggi dan
independen.
4) Menjaga kerahasiaan dalam menjalankan profesi.
Konsultan Pajak Indonesia dilarang:
1) Melakukan kegiatan profesi lain yang terikat dengan pekerjaan sebagai pegawai
negeri, kecuali dibidang riset, pengkajian dan pendidikan.
2) Meminjamkan ijin praktik untuk digunakan oleh pihak lain.
3) Menugaskan karyawannya atau pihak lain yang tidak menguasai pengetahuan
perpajakan untuk bertindak, memberikan nasehat dan menangani urusan
perpajakan.

3. Dalam hal hubungan dengan teman seprofesi


Konsultan Pajak Indonesia dilarang:
a) Menarik pelanggan yang diketahui atau patut dapat diketahui bahwa pelanggan
tersebut merupakan pelanggan Konsultan Pajak lain.
b) Membujuk karyawan dari Konsultan Pajak lain untuk pindah menjadi karyawannya.
c) Menerima pelanggan pindahan dari Konsultan Pajak lain tanpa memberitahukan
kepada Konsultan Pajak lain tersebut, dan harus secara jelas dan meyakinkan
secara legal bahwa pelanggan tersebut telah mencabut kuasanya dari Konsultan
Pajak lain tersebut.

4. Dalam hal hubungan dengan wajib pajak


Konsultan Pajak Indonesia wajib:
1) Menjunjung tinggi integritas, martabat dan kehormatan dengan memelihara
kepercayaan masyarakat; bersikap jujur dan berterus terang tanpa mengorbankan
rahasia penerima jasa; dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan
perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak boleh menerima kecurangan atau
mengorbankan prinsip; mampu melihat mana yang benar, adil dan mengikuti
prinsip obyektivitas dan kehatihatian.
2) Bersikap profesional: senantiasa menggunakan pertimbangan moral dalam
pemberian jasa yang dilakukan; senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan
dan menghormati kepercayaan masyarakat dan pemerintah; melaksanakan
kewajibannya dengan penuh kehati-hatian, dan mempunyai kewajiban
mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan.
3) Menjaga kerahasiaan dalam hubungan dengan Wajib Pajak: Harus menghormati
dan menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh selama menjalankan jasanya,
dan tidak menggunakan atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa
persetujuan, kecuali ada hak atau kewajiban legal profesional yang legal atau
hukum atau atas perintah pengadilan untuk mengungkapkannya. Anggota

74 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa staf atau karyawan maupun pihak
lain dalam pengawasannya dan pihak lain yang diminta nasihat dan bantuannya
tetap menghormati dan menjaga prinsip kerahasiaan.
Konsultan Pajak Indonesia dilarang:
1) Memberikan petunjuk atau keterangan yang dapat menyesatkan Wajib Pajak
mengenai pekerjaan yang sedang dilakukan.
2) Memberikan jaminan kepada Wajib Pajak bahwa pekerjaan yang berhubungan
dengan instansi perpajakan pasti dapat diselesaikan.
3) Menetapkan syarat-syarat yang membatasi kebebasan Wajib Pajak untuk pindah
atau memilih Konsultan Pajak lain.
4) Menerima setiap ajakan dari pihak manapun untuk melakukan tindakan yang
diketahui atau patut diketahui melanggar peraturan perundang-undangan
perpajakan.
5) Menerima permintaan Wajib Pajak atau pihak lain untuk melakukan rekayasa atau
perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perpajakan.

5. Dalam hal publikasi


Konsultan Pajak Indonesia wajib mengikuti ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1) Nama kantor konsultan pajak yang dicantumkan pada papan nama adalah sesuai
dengan nama yang tercantum dalam ijin praktek dari Menteri Keuangan/Direktur
Jenderal Pajak.
2) Pada papan nama harus dicantumkan nomor ijin praktek Konsultan Pajak.
3) Apabila Konsultan Pajak berbentuk persekutuan, Nomor ijin praktek yang harus
dicantumkan pada papan nama adalah nomor ijin praktek salah seorang dari
anggota persekutuan.
4) Ukuran dan warna papan nama disesuaikan dengan kebutuhan.
5) Konsultan Pajak Indonesia dilarang memasang iklan untuk mendapatkan
pelanggan.

6. Sanksi atas pelanggaran kode etik profesi


Pasal 13 Kode Etik Konsultan Pajak menegaskan:
1) Sanksi terhadap pelanggaran Kode Etik antar lain berupa :
a) Teguran tertulis.
b) Pemberhentian sementara.
c) Pemberhentian tetap.
2) Sebelum sanksi yang tersebut pada ayat (1) di atas diberikan, anggota IKPI yang
bersangkutan harus diberi kesempatan membela diri dalam rapat Majelis Kehormatan
dan anggota tersebut dapat disertai oleh sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang anggota
IKPI lainnya sebagai pendamping.
3) Dalam hal keputusan sanksi pemberhentian tetap, maka keputusan tersebut baru
berlaku setelah yang bersangkutan diberikan kesempatan untuk membela diri di depan
Kongres.
4) Keputusan Kongres merupakan keputusan final dan mengikat.

KEWAJIBAN KONSULTAN PAJAK MENURUT PASAL 10 PERATURAN MENTERI


KEUANGAN NOMOR 98/PMK.03/2005 TANGGAL 13 OKTOBER 2005 TENTANG
PERUBAHAN ATAS PMK NOMOR 485/KMK.03/2003 TENTANG KONSULTAN PAJAK
INDONESIA
Kewajiban Konsultan Pajak:

75 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
a) Konsultan Pajak wajib mematuhi semua peraturan perundang-undangan
perpajakan.
b) Konsultan Pajak wajib menyampaikan kepada Wajib Pajak agar melaksanakan hak
dan kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
c) Dalam mengurus pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan dari
Wajib Pajak, setiap Konsultan Pajak wajib:
 memiliki Izin Praktek Konsultan Pajak yang masih berlaku; dan
 memiliki Surat Kuasa Khusus dari Wajib Pajak dan Surat Pernyataan dengan
bentuk sebagaimana ditetapkan dalam peraturan ini.
d) Konsultan Pajak wajib mematuhi prosedur dan tata tertib kerja yang berlaku di
lingkungan Direktorat Jenderal Pajak dan dilarang melakukan tindakan-tindakan
yang merugikan kepentingan negara.
e) Konsultan Pajak yang telah memiliki Izin Praktek Konsultan Pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) wajib mengikuti penataran/pendidikan
penyegaran perpajakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun yang
diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pajak dan/atau Ikatan Konsultan Pajak
Indonesia.
f) Konsultan Pajak wajib mematuhi Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga dan
Kode Etik Ikatan Konsultan Pajak Indonesia.
g) Konsultan Pajak wajib membuat Laporan Tahunan yang berisi jumlah dan
keterangan mengenai Wajib Pajak yang telah diberikan jasa di bidang perpajakan
dengan menggunakan formulir sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran IV
Peraturan Menteri Keuangan ini dan melampirkan fotokopi Sertifikat
penataran/pendidikan penyegaran perpajakan sebagaimana dimaksud pada huruf
e.
h) Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud pada huruf g disampaikan kepada
Direktur Jenderal Pajak paling lama akhir bulan April tahun takwim berikutnya.
i) Konsultan Pajak dapat mengajukan permohonan penundaan penyampaian Laporan
Tahunan, yang disampaikan secara tertulis untuk paling lama 3 (tiga) bulan."

ETIKA DALAM AKUNTANSI MANAJEMEN


Akuntansi manajemen adalah disiplin ilmu yang berkenaan dengan penggunaan informasi
akuntansi oleh para manajemen dan pihak-pihak internal lainnya untuk keperluan
penghitungan biaya produk, perencanaan, pengendalian dan evaluasi, serta pengambilan
keputusan. Definisi akuntansi manajemen menurut Chartered Institute of Management
Accountant, yaitu Penyatuan bagian manajemen yang mencakup, penyajian dan penafsiran
informasi yang digunakan untuk perumusan strategi, aktivitas perencanaan dan
pengendalian, pembuatan keputusan, optimalisasi penggunaan sumber daya,
pengungkapan kepada pemilik dan pihak luar, pengungkapan kepada pekerja.
Akuntan manajemen mempunyai peran penting dalam menunjang tercapainya tujuan
perusahaan, dimana tujuan tersebut harus dicapai melalui cara yang legal dan etis, maka
para akuntan manajemen dituntut untuk bertindak jujur, terpercaya, dan etis.
Bagi organisasi yang terdesentralisasi, keluaran atau hasil dari sebuah divisi dipakai
sebagai masukan bagi divisi lain. Transaksi antar divisi ini menyebabkan timbulnya suatu
mekanisme transfer pricing. Transfer pricing didefinisikan sebagai suatu harga jual khusus
yang dipakai dalam pertukaran antar divisi untuk pendapatan divisi penjual dan biaya
divisi pembeli. Transfer pricing sering disebut juga intracompany pricing yang merupakan
harga yang diperhitungkan untuk keperluan pengendalian manajemen atas transfer
barang dan jasa antar anggota perusahaan. Bila dicermati secara lebih lanjut, transfer
pricing dapat menyimpang secara signifikan dari harga yang disepakati. Oleh karena itu
76 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
transfer pricing juga sering dikaitkan dengan suatu rekayasa harga secara sistematis yang
bertujuan untuk mengurangi laba yang nantinya akan mengurangi jumlah pajak atau bea
dari suatu negara.
Perlu dibuat beberapa kebijakan dalam usaha untuk membingkai etika transfer pricing.
Kebijakan transfer pricing perlu dibuat secara tersembunyi untuk menghidari pemeriksaan
dari otoritas pajak dan aspek lain selain pajak. Hal yang dibahas dalam transfer pricing
hanya dari segi komersial dan kurang memperhatikan perdagangan dan harga. Pandangan
Neo klasik perusahaan telah terkonsentrasi untuk menentukan harga dalam transaksi
transfer pricing. Kesalahpahaman akuntansi yang umum dalam transfer pricing adalah
masalah biaya internal. Transfer pricing menimbulkan banyak sekali masalah dalam
produksi barang atau jasa pada perusahaan. Bahan baku yang digunakan dapat berupa
bahan baku dengan kualitas yang rendah. Hal ini berpengaruh terhadap kualitas barang
yang dihasilkan. Penghindaran pajak untuk maksimalisasi labanya. Cara yang digunakan
oleh setiap manajer divisi penjual atau pembeli dalam menggunakan alat yang bernama
transfer pricing untuk menunjukan kinerja yang bagus kepada perusahaan. Cara yang
digunakan manajer dapat dengan cara yang baik atau menghalalkan berbagai cara.
Tanggung jawab yang dimiliki oleh seorang akuntan manajemen lebih luas dibandingkan
tanggung jawab seorang akuntan keuangan, yaitu:
a) Perencanaan, menyusun dan berpartisipasi dalam mengembangkan sistem
perencanaan, menyusun sasaran-sasaran yang diharapkan, dan memilih cara-cara
yang tepat untuk memonitor arah kemajuan dalam pencapaian sasaran.
b) Pengevaluasian, mempertimbangkan implikasi-implikasi historical dan kejadian-
kejadian yang diharapkan, serta membantu memilih cara terbaik untuk bertindak.
c) Pengendalian, menjamin integritas informasi finansial yang berhubungan dengan
aktivitas organisasi dan sumber-sumbernya, memonitor dan mengukur prestasi,
dan mengadakan tindakan koreksi yang diperlukan untuk mengembalikan kegiatan
pada cara-cara yang diharapkan.
d) Menjamin pertanggungjawaban sumber, mengimplementasikan suatu sistem
pelaporan yang disesuaikan dengan pusat-pusat pertanggungjawaban dalam suatu
organisasi sehingga sistem pelaporan tersebut dapat memberikan kontribusi
kepada efektifitas penggunaan sumber daya dan pengukuran prestasi manajemen.
e) Pelaporan eksternal, ikut berpartisipasi dalam proses mengembangkan prinsip-
prinsip akuntansi yang mendasari pelaporan eksternal.

ETIKA PROFESIONAL AKUNTAN MANAJEMEN


Kebiasaaan beretika adalah sangat penting dalam menjalankan perekonomian kita telah
memicu berbagai perubahan peraturan dan permintaan perundang-undangan baru. Dalam
perekonomian yang baru, digital, dan berbasis kepercayaan, kepentingan sangat dijunjung
tinggi. Kejujuran perusahaan, yang diwujudkan dalam merek dan reputasi, meningkatkan
kepercayaan pelanggan, karyawan dan investor. Pengalaman menunjukkan bahwa aset
semacam ini harus dibangun lama dan penuh pengorbanan, namun cepat dapat hilang
dalam sekejap, dan jika hilang, maka kehilangan segalanya. Akhirnya, untuk kebaikan
semua orang termasuk perusahaan pencetak laba adalah sangat penting untuk
menjalankan bisnis dalam kerangka etika yang membangun dan menjaga kepercayaan.
Ikatan Akuntan Manajemen (Institute of Management Accountant – IMA) di Amerika
Serikat telah mengembangkan kode etik yang disebut Standar Kode Etik untuk Praktisi
Akuntan Manajemen dan Manajemen Keuangan (Standards of Ethical Conduct for
Practitioners of Management Accounting and Financial Management).
Ada empat standar etika untuk akuntan manajemen yaitu:

1. Kompetensi

77 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Artinya, akuntan harus memelihara pengetahuan dan keahlian yang sepantasnya,
mengikuti hukum, peraturan dan standar teknis, dan membuat laporan yang jelas dan
lengkap berdasarkan informasi yang dapat dipercaya dan relevan.
Praktisi manajemen akuntansi dan manajemen keuangan memiliki tanggung jawab untuk:
 Menjaga tingkat kompetensi profesional sesuai dengan pembangunan
berkelanjutan, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.
 Melakukan tugas sesuai dengan hukum, peraturan dan standar teknis yang berlaku.
 Mampu menyiapkan laporan yang lengkap, jelas, dengan informasi yang relevan
serta dapat diandalkan.

2. Kerahasiaan (Confidentiality)
Mengharuskan seorang akuntan manajemen untuk tidak mengungkapkan informasi
rahasia kecuali ada otorisasi dan hukum yang mengharuskan untuk melakukan hal
tersebut.
Praktisi manajemen akuntansi dan manajemen keuangan memiliki tanggung jawab untuk:
 Mampu menahan diri dari mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh dalam
pekerjaan, kecuali ada izin dari atasan atau atas dasar kewajiban hukum.
 Menginformasikan kepada bawahan mengenai kerahasiaan informasi yang
diperoleh, agar dapat menghindari bocornya rahasia perusahaan. Hal ini dilakukan
juga untuk menjaga pemeliharaan kerahasiaan.
 Menghindari diri dari mengungkapkan informasi yang diperoleh untuk kepentingan
pribadi maupun kelompok secara ilegal melalui pihak ketiga.

3. Integritas (Integrity)
Mengharuskan untuk menghindari “conflicts of interest”, menghindari kegiatan yang dapat
menimbulkan prasangka terhadap kemampuan mereka dalam menjunjung etika.
Praktisi manajemen akuntansi dan manajemen keuangan memiliki tanggung jawab untuk:
 Menghindari adanya konflik akrual dan menyarankan semua pihak agar terhindar
dari potensi konflik.
 Menahan diri dari agar tidak terlibat dalam kegiatan apapun yang akan mengurangi
kemampuan mereka dalam menjalankan tigas secara etis.
 Menolak berbagai hadiah, bantuan, atau bentuk sogokan lain yang dapat
mempengaruhi tindakan mereka.
 Menahan diri dari aktivitas negati yang dapat menghalangi dalam pencapaian
tujuan organisasi.
 Mampu mengenali dan mengatasi keterbatasan profesional atau kendala lain yang
dapat menghalagi penilaian tanggung jawab kinerja dari suatu kegiatan.
 Mengkomunikasikan informasi yang tidak menguntungkan serta yang
menguntungkan dalam penilaian profesional.
 Menahan diri agar tidak terlibat dalam aktivitas apapun yang akan mendiskreditkan
profesi.

4. Objektivitas (Objectifity)
Mengharuskan para akuntan untuk mengkomunikasikan informasi secara wajar dan
objektif, mengungkapan secara penuh (fully disclose) semua informasi relevan yang
diharapkan dapat mempengaruhi pemahaman user terhadap pelaporan, komentar dan
rekomendasi yang ditampilkan.
Praktisi manajemen akuntansi dan manajemen keuangan memiliki tanggung jawab untuk:
 Mengkomunikasikan atau menyebarkan informasi yang cukup dan objektif.
 Mengungkapkan semua informasi relevan yang diharapkan dapat memberikan
pemahaman akan laporan atau rekomendasi yang disampaikan.
78 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA

BAB 11
ETIKA DALAM KANTOR AKUNTAN PUBLIK

Tujuan pembelajaran adalah mahasiswa mampu memahami dan memiliki wawasan


kode etik Akuntansi Indonesia

Etika adalah aturan tentang baik dan buruk. Beretika dalam berbisnis adalah suatu
pelengkap utama dari keberhasilan para pelaku bisnis. Bisnis yang sukses bukan hanya
dilihat dari hasil usaha saja, tetapi juga tercermin dari perilaku serta sepak terjang si
Pelaku Bisnis dalam proses berbisnis.

Namun pada prakteknya banyak perusahaan yang mengesampingkan etika demi


tercapainya keuntungan yang berlipat ganda. Lebih mengedepankan kepentingan –
kepentingan tertentu, sehingga menggeser prioritas perusahaan dalam membangun
kepedulian di masyarakat. Kecenderungan itu memunculkan manipulasi dan
penyelewengan untuk lebih mengarah pada tercapainya kepentingan perusahaan. Praktek
penyimpangan ini terjadi tidak hanya di perusahaan di Indonesia, namun terjadi pula
kasus – kasus penting di luar negeri.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka kode etik sangatlah penting untuk setiap profesi
apapun itu. Kode etik mengatur anggotanya dan menjelaskan hal apa yang baik dan tidak
baik dan mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan sebagai anggota profesi baik dalam
berhubungan dengan kolega, langganan, masyarakat dan pegawai.

Etika Bisnis Kantor Akuntan Publik (KAP)


Ada lima aturan etika yang telah ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).
Lima aturan etika itu adalah :

79 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Independensi, integritas, dan obyektivitas
a) Independensi.
Dalam menjalankan tugasnya anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental
independen di dalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam Standar
Profesional Akuntan Publik yang ditetapkan oleh IAPI. Sikap mental independen tersebut
harus meliputi independen dalam fakta (infacts) maupun dalam penampilan (in
appearance)
b) Integritas dan Objektivitas.
Dalam menjalankan tugasnya anggota KAP harus mempertahankan integritas dan
objektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan tidak boleh
membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau
mengalihkan (mensubordinasikan) pertimbangannya kepada pihak lain.

Standar umum dan prinsip akuntansi


a) Standar Umum.
Anggota KAP harus mematuhi standar berikut ini beserta interpretasi yang terkait yang
dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan IAPI :
 Kompetensi Profesional
Anggota KAP hanya boleh melakukan pemberian jasa profesional yang secara layak
(reasonable) diharapkan dapat diselesaikan dengan kompetensi profesional.
 Kecermatan dan Keseksamaan Profesional
Anggota KAP wajib melakukan pemberian jasa profesional dengan kecermatan dan
keseksamaan profesional.
 Perencanaan dan Supervisi
Anggota KAP wajib merencanakan dan mensupervisi secara memadai setiap pelaksanaan
pemberian jasa profesional.
 Data Relevan yang Memadai
Anggota KAP wajib memperoleh data relevan yang memadai untuk menjadi dasar yang
layak bagi kesimpulan atau rekomendasi sehubungan dengan pelaksanaan jasa
profesionalnya.

b) Kepatuhan terhadap Standar.


Anggota KAP yang melaksanakan penugasan jasa auditing, atestasi, review, kompilasi,
konsultansi manajemen, perpajakan atau jasa profesional lainnya, wajib mematuhi standar
yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan oleh IAPI.

c) Prinsip – Prinsip Akuntansi


Anggota KAP tidak diperkenankan :
 Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan keuangan atau
data keuangan lain suatu entitas disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum atau
 Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material yang harus
dilakukan terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku, apabila laporan tersebut memuat penyimpangan yang
berdampak material terhadap laporan atau data secara keseluruhan dari prinsip-
prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan
IAPI. Dalam keadaan luar biasa, laporan atau data mungkin memuat penyimpangan
seperti tersebut diatas. Dalam kondisi tersebut anggota KAP dapat tetap mematuhi
ketentuan dalam butir ini selama anggota KAP dapat menunjukkan bahwa laporan
atau data akan menyesatkan apabila tidak memuat penyimpangan seperti itu,
dengan cara mengungkapkan penyimpangan dan estimasi dampaknya (bila

80 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
praktis), serta alasan mengapa kepatuhan atas prinsip akuntansi yang berlaku
umum akan menghasilkan laporan yang menyesatkan.

Tanggung jawab kepada klien


a. Informasi Klien yang Rahasia.
Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang rahasia, tanpa
persetujuan dari klien. Ketentuan ini tidak dimaksudkan untuk :
1. Membebaskan anggota KAP dari kewajiban profesionalnya sesuai dengan aturan
etika kepatuhan terhadap standar dan prinsip-prinsip akuntansi
2. Mempengaruhi kewajiban anggota KAP dengan cara apapun untuk mematuhi
peraturan perundang – undangan yang berlaku seperti panggilan resmi penyidikan
pejabat pengusut atau melarang kepatuhan anggota KAP terhadap ketentuan
peraturan yang berlaku
3. Melarang review praktik profesional (review mutu) seorang Anggota sesuai dengan
kewenangan IAPI atau
4. Menghalangi Anggota dari pengajuan pengaduan keluhan atau pemberian komentar
atas penyidikan yang dilakukan oleh badan yang dibentuk IAPI dalam rangka
penegakan disiplin Anggota.
Anggota yang terlibat dalam penyidikan dan review diatas, tidak boleh memanfaatkannya
untuk keuntungan diri pribadi mereka atau mengungkapkan informasi klien yang harus
dirahasiakan yang diketahuinya dalam pelaksanaan tugasnya. Larangan ini tidak boleh
membatasi Anggota dalam pemberian informasi sehubungan dengan proses penyidikan
atau penegakan disiplin sebagaimana telah diungkapkan dalam butir (4) di atas atau
review praktik profesional (review mutu) seperti telah disebutkan dalam butir (3) di atas.

b. Fee Profesional
 Besaran Fee
Besarnya fee Anggota dapat bervariasi tergantung antara lain : risiko penugasan,
kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan
jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan pertimbangan profesional
lainnya. Anggota KAP tidak diperkenankan mendapatkan klien dengan cara menawarkan
fee yang dapat merusak citra profesi.

c. Fee Kontinjen
Fee kontinjen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa profesional tanpa
adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada temuan atau hasil tertentu dimana jumlah
fee tergantung pada temuan atau hasil tertentu tersebut. Fee dianggap tidak kontinjen jika
ditetapkan oleh pengadilan atau badan pengatur atau dalam hal perpajakan, jika dasar
penetapan adalah hasil penyelesaian hukum atau temuan badan pengatur. Anggota KAP
tidak diperkenankan untuk menetapkan fee kontinjen apabila penetapan tersebut dapat
mengurangi indepedensi.

Tanggung jawab kepada rekan seprofesi


a. Tanggung jawab kepada rekan seprofesi.
Anggota wajib memelihara citra profesi, dengan tidak melakukan perkataan dan perbuatan
yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi.
b. Komunikasi antar akuntan publik.
Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan akuntan publik pendahulu bila menerima
penugasan audit menggantikan akuntan publik pendahulu atau untuk tahun buku yang
sama ditunjuk akuntan publik lain dengan jenis dan periode serta tujuan yang berlainan.
Akuntan publik pendahulu wajib menanggapi secara tertulis permintaan komunikasi dari

81 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
akuntan pengganti secara memadai. Akuntan publik tidak diperkenankan menerima
penugasan atestasi yang jenis atestasi dan periodenya sama dengan penugasan akuntan
yang lebih dahulu ditunjuk klien, kecuali apabila penugasan tersebut dilaksanakan untuk
memenuhi ketentuan perundang-undangan atau peraturan yang dibuat oleh badan yang
berwenang.

Tanggung jawab dan praktik lain


a. Perbuatan dan perkataan yang mendiskreditkan.
Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan dan/atau mengucapkan perkataan yang
mencemarkan profesi.

b. Iklan, promosi dan kegiatan pemasaran lainnya.


Anggota dalam menjalankan praktik akuntan publik diperkenankan mencari klien melalui
pemasangan iklan, melakukan promosi pemasaran dan kegiatan pemasaran lainnya
sepanjang tidak merendahkan citra profesi.

c. Komisi dan Fee Referal.


1) Komisi
Komisi adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk lainnya yang diberikan
atau diterima kepada / dari klien / pihak lain untuk memperolah penugasan dari klien /
pihak lain.
Anggota KAP tidak diperkenankan untuk memberikan/menerima komisi apabila
pemberian/penerimaan komisi tersebut dapat mengurangi independensi.
2) Fee Referal (Rujukan).
Fee referal (rujukan) adalah imbalan yang dibayarkan / diterima kepada / dari sesama
penyedia jasa profesional akuntan publik.
Fee referal (rujukan) hanya diperkenankan bagi sesama profesi.

d. Bentuk Organisasi dan Nama KAP


Anggota hanya dapat berpraktik akuntan publik dalam bentuk organisasi yang diizinkan
oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku dan atau yang tidak menyesatkan dan
merendahkan citra profesi.
Aturan – aturan etika ini harus diterapkan oleh anggota IAPI dan staf profesional (baik
yang anggota IAPI maupun yang bukan anggota IAPI) yang bekerja pada satu Kantor
Akuntan Publik (KAP).

B. Tanggung Jawab Sosial KAP Sebagai Entitas Bisnis


Tanggung jawab sosial suatu lembaga bukanlah pemberian sumbangan atau pemberian
layanan gratis. Tanggung jawab sosial kantor akuntan publik meliputi ciri utama dari
profesi akuntan publik terutama sikap altruisme, yaitu mengutamakan kepentingan publik
dan juga memperhatikan sesama akuntan publik dibanding mengejar laba.

C. Krisis Dalam Profesi Akuntansi


Krisis dalam Profesi akuntan publik di Indonesia diperkirakan akan terjadi dalam sepuluh
tahun ke depan, disebabkan karena semakin minimnya SDM akibat kurangnya minat
generasi muda terhadap profesi tersebut.
Berdasarkan data Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), sedikitnya 75% akuntan publik
yang berpraktek di Indonesia berusia di atas 55 tahun. Kondisi ini, tentunya akan
mengancam eksistensi profesi akuntan publik di Tanah Air karena tidak ada regenerasi
kepada kaum muda. Padahal, seiring dengan semakin berkembangnya pertumbuhan
industri di Indonesia, jasa akuntan semakin dibutuhkan. Apabila keadaan ini tidak bisa

82 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
diatasi, maka diperkirakan dalam sepuluh tahun ke depan, profesi akuntan terancam mati.
Padahal semakin ke depan profesi ini akan sangat menjanjikan karena pesatnya
pertumbuhan industri.
Pelaksanaan ekonomi di negeri ini ditunjang fungsi akuntan publik oleh karena itu
pemerintah melalui UU No. 5 Tahun 2011 tentang akuntan publik mengatur peran dan
bagaimana akuntan publik bekerja. Pasalnya, saat ini terjadi ketimpangan dalam dunia
akuntan publik. Dari ±16 ribu perusahaan yang selalu diaudit setiap tahun, 70 persennya
hanya diaduit oleh 4 akuntan publik. Sisanya lebih dari ±400 akuntan publik dan ±600
orang akuntan bekerja.
Undang – Undang itu juga mengatur bagaimana profesi akuntan itu bisa mendapatkan
perhatian dan pembinaan, mulai dari ijin, menentukan standar akuntansi juga mengawasi
kode etik. Izin akuntan publik tetap dari pemerintah, dan kemudian nantinya akan ada
sebuah komite yang dibentuk yang terdiri dari perwakilan pemerintah, asosiasi, dan
emiten yang akan mengawasi dan membina dalam pelaksanaan pekerjaan akuntan publik.
Dengan undang – undang ini juga diharapkan setiap akuntan publik bisa bekerja secara
profesional. Kedepannya Kementerian Keuangan, dalam hal ini adalah Direktorat Jenderal
Pajak mempercayakan audit laporan keuangan perusahaan itu kepada akuntan publik. Jadi
nantinya bagi setiap wajib pajak yang laporan keuangannya sudah diaudit oleh akuntan
publik dan statusnya baik, maka laporan keuangan itu tidak akan diperiksa lagi oleh Ditjen
Pajak karena akuntan publik dipercaya mampu dan dapat memberikan laporan yang
benar sehingga dengan demikian Ditjen Pajak hanya tinggal berfokus pada perusahaan
yang memang bermasalah.

D. Regulasi Dalam Rangka Penegakan Etika KAP


Di Indonesia, melalui Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai (PPAJP – Dep. Keu.),
pemerintah melaksanakan regulasi yang bertujuan melakukan pembinaan dan
pengawasan terkait dengan penegakkan etika terhadap kantor akuntan publik. Hal ini
dilakukan sejalan dengan regulasi yang dilakukan oleh asosiasi profesi terhadap
anggotanya.
Perkembangan terakhir dunia internasional menunjukkan bahwa kewenangan pengaturan
akuntan publik mulai ditarik ke pihak pemerintah, dimulai dengan Amerika Serikat yang
membentuk Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB). PCAOB merupakan
lembaga semi pemerintah yang dibentuk berdasarkan Sarbanes Oxley Act 2002. Hal ini
terkait dengan turunnya kepercayaan masyarakat terhadap lemahnya regulasi yang
dilakukan oleh asosiasi profesi, terutama sejak terjadinya kasus Enron dan Wordcom yang
menyebabkan bangkrutnya Arthur Andersen sebagai salah satu the Big-5 yaitu kantor
akuntan publik besar tingkat dunia. Sebelumnya, kewenangan asosiasi profesi sangat
besar, antara lain:
(i) Pembuatan standar akuntansi dan standar audit
(ii) Pemeriksaan terhadap kertas kerja audit, dan
(iii) Pemberian sanksi.
Regulasi terhadap akuntan publik diperketat disertai dengan usulan penerapan sanksi
disiplin berat dan denda administratif yang besar, terutama dalam hal pelanggaran
penerapan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Di samping itu ditambahkan pula
sanksi pidana kepada akuntan publik palsu (atau orang yang mengaku sebagai akuntan
publik) dan kepada akuntan publik yang melanggar penerapan SPAP. Seluruh regulasi
tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pelaporan keuangan, meningkatkan
kepercayaan publik serta melindungi kepentingan publik melalui peningkatan
independensi auditor dan kualitas audit.

E. Kasus Pelanggaran Etika KAP

83 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Hasil temuan tentang skandal kebangkrutan Lehman Brothers pada September 2008
silam, kini mulai terkuak. Laporan temuan setebal 2.200 halaman tersebut merupakan
hasil penelitian lebih dari satu tahun. Tujuannya, untuk menentukan siapa sebenarnya
yang bersalah dibalik runtuhnya Lehman Brothers (Winarto,2010).
Sekedar kilas balik, Lehman Brothers merupakan salah satu investment bank terbesar di
AS yang sudah berusia 150 tahun. Kebangkrutan bank ini merupakan yang terbesar yang
pernah terjadi dalam sejarah perbankan di AS. Bangkrutnya Lehman Brothers juga
merupakan titik awal serangan badai krisis terdahsyat pasca Perang Dunia II yang
melanda tahun 2007 dan 2008 lalu (Nugroho,2010)
Seorang peneliti dari firma hukum Jenner & Block, Anton Valukas, membuka tabir dibalik
runtunnya Lehman Brothers sebagai lembaga keuangan terbesar dalam sejarah korporasi
di Amerika Serikat yang memicu krisis finansial global.
Hasilnya waktu itu cukup parah. Aliran dana kredit dari berbagai bank terhenti. Bank tidak
percaya satu sama lain. Kepercayaan perbankan merosot tajam.
Akibatnya, perusahaan-perusahaan raksasa yang sudah berusia di atas 100 tahun, seperti
Lehman Brothers pun ikut bangkrut. Menyusul General Motors, perusahaan otomotif
terkemuka di dunia yang genap berusia 100 tahun September tahun 2008, juga telah
meminta persetujuan otoritas bisnis AS untuk dibangkrutkan.
Pada 15 September 2008, Lehman Brothers meminta perlindungan atas kebangkrutan
sesuai Bab 11 Undang-undang Kepailitan AS. Kewajiban utang Lehman Brothers terhadap
bank dinyatakan sejumlah 613 miliar dolar AS. Dimana sebesar 155 miliar dolar AS utang
obligasi. Sementara total asset Lehman Brothers yang dimiliki hanya sejumlah 639 miliar
dolar AS.
JP Morgan Chase & Co dan Citigroup meminta tambahan penjaminan sebesar 21 miliar
dolar AS ketika Lehman mulai terguncang. Laporan itu menyebutkan, pada 11 September
2008 JP Morgan meminta tambahan jaminan 5 miliar dolar AS. Permintaan jaminan oleh
para kreditor Lehman berdampak langsung terhadap likuiditas Lehman. Ini menjadi
penyebab utama kebangkrutan Lehman.
Selain itu, Auditor Ernst & Young sebagai auditor keuangan Lehman Brothers juga dinilai
lalai, dan melaporkan hasil audit palsu soal keuangan lembaga keuangan terbesar dan
bergengsi di AS tersebut.
Selain permintaan tambahan kolateral, penumpukan aset Lehman Brothers juga dibuat
terpusat pada kredit kepemilikan kredit rumah bermasalah. Sehingga ada kasus
penyesatan informasi yang material dalam akuntansi Lehman.
Menurut laporan Auditor Ernst & Young, tersirat bahwa Lehman menggunakan rekayasa
akuntansi untuk menutupi utang sebesar 50 miliar dolar AS di pembukuannya. Semua itu
dilakukan untuk menyembunyikan ketergantungan dari utangnya. Para pejabat senior
Lehman, juga auditor mereka Ernst & Young, sadar akan tindakan ini.
Tidak hanya itu, mereka juga menyinggung kemungkinan gugatan hukum terhadap
mantan pimpinan Lehman, Dick Fuld, juga pejabat keuangan Lehman, eksekutif Lehman
lainnya seperti Chris O’Meara, Erin Callan, dan Ian Lowitt. Perusahaan itu dituduh telah
melakukan skandal akuntansi. Itulah mengapa pemerintah Amerika Serikat tidak membail-
out Lehman Brothers, karena aktiva lehman lebih banyak berbentuk
derivatif.(Winarto,2010)

Pembahasan kasus :
Berdasarkan deskripsi kasus diatas dapat dianalisa bahwa KAP Ernst & Young telah
melakukan pelangaran kode etik profesi akuntan publik. Dia dengan sengaja melaporkan
hasil audit palsu soal keuangan Lehman Brothers. Dia mengetahui bahwa Lehman
Brothers menggunakan rekayasa akuntansi untuk menutupi utang sebesar 50 milliar
dollar AS di pembukuannya, yang semua itu dilakukannya untuk menyembunyikan

84 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
ketergantungannya dari utang dan KAP Ernst & Young tahu akan tindakan Lehman
Brothers. Bukan itu saja, Ernest & Young tahu bahwa sebenarnya para eksekutif dari
Lehman Brothers salah melakukan penilaian bisnis untuk memanipulasi neraca
perusahaan tetapi dia tetap mengeluarkan opini audit wajar tanpa pengecualian sehingga
tidak terdeteksi adanya krisis di dalam perusahaan Lehman Brothers.Ernst & Young dan
Lehman Brothers melakukan skandal tersebut dengan sadar dan tahu akan akibat
tersebut.
Berdasarkan teori Arens, terdapat 5 prinsip dasar etika profesional, yaitu:
1. Integritas
2. Objektivitas
3. Kompetensi profesional dan kecermatan
4. Kerahasiaan
5. Perilaku Profesional
Berdasarkan analisa diatas dapat disimpulkan, kode etik profesional yang dilanggar KAP
Ernst & Young adalah sebagai berikut:
1. Integritas dan Objektivitas
Aturan Etika Profesi Akuntan Publik menjelaskan bahwa dalam menjalankan tugasnya,
KAP harus mempertahankan integritas dan objektivitas, harus bebas dari benturan
kepentingan dan tidak boleh membiarkan salah saji material yang diketahuinya atau
mengalihkan pertimbangannya kepada pihak lain.
Auditor harus terus terang dan jujur serta melakukan praktek secara adil dan sebenar-
benarnya dalam hubungan profesional mereka.
Sedangkan objektivitas yaitu di mana para auditor harus tidak berkompromi dalam
memberikan pertimbangan profesionalnya karena adanya bias, konflik kepentingan atau
karena adanya pengaruh dari orang lain yang tidak semestinya.
Pada kenyataannya auditor tersebut tidak jujur dalam melakukan penilaian laporan
keuangan Lehman Brothers dimana pada kasus tersebut, sebenarnya KAP Ernst & Young
mengetahui bahwa perusahaan menutupi utang sebesar 50 milliar dollar AS, tetapi auditor
jelas – jelas terbukti menutupi fakta tersebut dan melakukan skandal dengan kliennya,
yaitu Lehman Brothers.
2. Perilaku Profesional
Para auditor harus menahan diri dari setiap perilaku yang akan mendiskreditkan profesi
mereka, termasuk melakukan kelalaian.
Pada kasus ini, KAP Ernst & Young justru melakukan skandal dengan Lehman Brothers
perihal laporan keuangan yang telah dimanipulasi, di mana skandal tersebut telah
mendiskreditkan profesi mereka dan KAP Ernst & Young dinilai tidak mempunyai perilaku
profesional dalam menjalankan tugasnya oleh pelaku bisnis yang akan menyewa jasanya
sebagai auditor.
3. Kepentingan Publik
Auditor harus memegang prinsip kepentingan publik, dimana auditor berkewajiban untuk
senantiasa bertindak dalam rangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan
publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
Pada kasus ini, KAP Ernst & Young dianggap tidak memenuhi prinsip kepentingan publik
di atas, karena terdapat pihak – pihak di luar perusahaan yang merasa dirugikan atas hasil
opini auditor tersebut, dimana pada laporan keuangan tersebut, menunjukkan bahwa
perusahaan dalam keadaan yang baik. Tetapi pada kenyataannya, KAP Ernst & Young
mengetahui bahwa terdapat masalah dalam perusahaan tersebut, dan KAP justru
bekerjasama dengan perusahaan dan malah melakukan kebohongan kepada publik.

85 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA

BAB 12
KASUS DALAM ETIKA KANTOR AKUNTAN PUBLIK

Tujuan Pembelajaran adalah mahasiswa mampu memahami dan memiliki wawasan


Memahami praktek dalam Kantor Akuntan Publik

Kasus Pelanggaran Etika KAP

Hasil temuan tentang skandal kebangkrutan Lehman Brothers pada September 2008
silam, kini mulai terkuak. Laporan temuan setebal 2.200 halaman tersebut merupakan
hasil penelitian lebih dari satu tahun. Tujuannya, untuk menentukan siapa sebenarnya
yang bersalah dibalik runtuhnya Lehman Brothers (Winarto,2010).

Sekedar kilas balik, Lehman Brothers merupakan salah satu investment bank terbesar di
AS yang sudah berusia 150 tahun. Kebangkrutan bank ini merupakan yang terbesar yang
pernah terjadi dalam sejarah perbankan di AS. Bangkrutnya Lehman Brothers juga
merupakan titik awal serangan badai krisis terdahsyat pasca Perang Dunia II yang
melanda tahun 2007 dan 2008 lalu (Nugroho,2010)

Seorang peneliti dari firma hukum Jenner & Block, Anton Valukas, membuka tabir dibalik
runtunnya Lehman Brothers sebagai lembaga keuangan terbesar dalam sejarah korporasi
di Amerika Serikat yang memicu krisis finansial global.

Hasilnya waktu itu cukup parah. Aliran dana kredit dari berbagai bank terhenti. Bank tidak
percaya satu sama lain. Kepercayaan perbankan merosot tajam.

Akibatnya, perusahaan-perusahaan raksasa yang sudah berusia di atas 100 tahun, seperti
Lehman Brothers pun ikut bangkrut. Menyusul General Motors, perusahaan otomotif

86 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
terkemuka di dunia yang genap berusia 100 tahun September tahun 2008, juga telah
meminta persetujuan otoritas bisnis AS untuk dibangkrutkan.

Pada 15 September 2008, Lehman Brothers meminta perlindungan atas kebangkrutan


sesuai Bab 11 Undang-undang Kepailitan AS. Kewajiban utang Lehman Brothers terhadap
bank dinyatakan sejumlah 613 miliar dolar AS. Dimana sebesar 155 miliar dolar AS utang
obligasi. Sementara total asset Lehman Brothers yang dimiliki hanya sejumlah 639 miliar
dolar AS.

JP Morgan Chase & Co dan Citigroup meminta tambahan penjaminan sebesar 21 miliar
dolar AS ketika Lehman mulai terguncang. Laporan itu menyebutkan, pada 11 September
2008 JP Morgan meminta tambahan jaminan 5 miliar dolar AS. Permintaan jaminan oleh
para kreditor Lehman berdampak langsung terhadap likuiditas Lehman. Ini menjadi
penyebab utama kebangkrutan Lehman.

Selain itu, Auditor Ernst & Young sebagai auditor keuangan Lehman Brothers juga dinilai
lalai, dan melaporkan hasil audit palsu soal keuangan lembaga keuangan terbesar dan
bergengsi di AS tersebut.

Selain permintaan tambahan kolateral, penumpukan aset Lehman Brothers juga dibuat
terpusat pada kredit kepemilikan kredit rumah bermasalah. Sehingga ada kasus
penyesatan informasi yang material dalam akuntansi Lehman.

Menurut laporan Auditor Ernst & Young, tersirat bahwa Lehman menggunakan rekayasa
akuntansi untuk menutupi utang sebesar 50 miliar dolar AS di pembukuannya. Semua itu
dilakukan untuk menyembunyikan ketergantungan dari utangnya. Para pejabat senior
Lehman, juga auditor mereka Ernst & Young, sadar akan tindakan ini.

Tidak hanya itu, mereka juga menyinggung kemungkinan gugatan hukum terhadap
mantan pimpinan Lehman, Dick Fuld, juga pejabat keuangan Lehman, eksekutif Lehman
lainnya seperti Chris O’Meara, Erin Callan, dan Ian Lowitt. Perusahaan itu dituduh telah
melakukan skandal akuntansi. Itulah mengapa pemerintah Amerika Serikat tidak membail-
out Lehman Brothers, karena aktiva lehman lebih banyak berbentuk
derivatif.(Winarto,2010)

Pembahasan kasus :

Berdasarkan deskripsi kasus diatas dapat dianalisa bahwa KAP Ernst & Young telah
melakukan pelangaran kode etik profesi akuntan publik. Dia dengan sengaja melaporkan
hasil audit palsu soal keuangan Lehman Brothers. Dia mengetahui bahwa Lehman
Brothers menggunakan rekayasa akuntansi untuk menutupi utang sebesar 50 milliar
dollar AS di pembukuannya, yang semua itu dilakukannya untuk menyembunyikan
ketergantungannya dari utang dan KAP Ernst & Young tahu akan tindakan Lehman
Brothers. Bukan itu saja, Ernest & Young tahu bahwa sebenarnya para eksekutif dari
Lehman Brothers salah melakukan penilaian bisnis untuk memanipulasi neraca
perusahaan tetapi dia tetap mengeluarkan opini audit wajar tanpa pengecualian sehingga
tidak terdeteksi adanya krisis di dalam perusahaan Lehman Brothers.Ernst & Young dan
Lehman Brothers melakukan skandal tersebut dengan sadar dan tahu akan akibat
tersebut.

Berdasarkan teori Arens, terdapat 5 prinsip dasar etika profesional, yaitu:

87 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
1. Integritas
2. Objektivitas
3. Kompetensi profesional dan kecermatan
4. Kerahasiaan
5. Perilaku Profesional

Berdasarkan analisa diatas dapat disimpulkan, kode etik profesional yang dilanggar KAP
Ernst & Young adalah sebagai berikut:

1. Integritas dan Objektivitas

Aturan Etika Profesi Akuntan Publik menjelaskan bahwa dalam menjalankan tugasnya,
KAP harus mempertahankan integritas dan objektivitas, harus bebas dari benturan
kepentingan dan tidak boleh membiarkan salah saji material yang diketahuinya atau
mengalihkan pertimbangannya kepada pihak lain.

Auditor harus terus terang dan jujur serta melakukan praktek secara adil dan sebenar-
benarnya dalam hubungan profesional mereka.

Sedangkan objektivitas yaitu di mana para auditor harus tidak berkompromi dalam
memberikan pertimbangan profesionalnya karena adanya bias, konflik kepentingan atau
karena adanya pengaruh dari orang lain yang tidak semestinya.

Pada kenyataannya auditor tersebut tidak jujur dalam melakukan penilaian laporan
keuangan Lehman Brothers dimana pada kasus tersebut, sebenarnya KAP Ernst & Young
mengetahui bahwa perusahaan menutupi utang sebesar 50 milliar dollar AS, tetapi auditor
jelas – jelas terbukti menutupi fakta tersebut dan melakukan skandal dengan kliennya,
yaitu Lehman Brothers.

2. Perilaku Profesional

Para auditor harus menahan diri dari setiap perilaku yang akan mendiskreditkan profesi
mereka, termasuk melakukan kelalaian.

Pada kasus ini, KAP Ernst & Young justru melakukan skandal dengan Lehman Brothers
perihal laporan keuangan yang telah dimanipulasi, di mana skandal tersebut telah
mendiskreditkan profesi mereka dan KAP Ernst & Young dinilai tidak mempunyai perilaku
profesional dalam menjalankan tugasnya oleh pelaku bisnis yang akan menyewa jasanya
sebagai auditor.

3. Kepentingan Publik

Auditor harus memegang prinsip kepentingan publik, dimana auditor berkewajiban untuk
senantiasa bertindak dalam rangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan
publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.

Pada kasus ini, KAP Ernst & Young dianggap tidak memenuhi prinsip kepentingan publik
di atas, karena terdapat pihak – pihak di luar perusahaan yang merasa dirugikan atas hasil
opini auditor tersebut, dimana pada laporan keuangan tersebut, menunjukkan bahwa
perusahaan dalam keadaan yang baik. Tetapi pada kenyataannya, KAP Ernst & Young

88 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
mengetahui bahwa terdapat masalah dalam perusahaan tersebut, dan KAP justru
bekerjasama dengan perusahaan dan malah melakukan kebohongan kepada publik.

BAB 13
ISU DALAM ETIKA BISNIS

Tujuan Pembelajaran adalah mahasiswa mampu memahami dan memiliki wawasan


tentang Isu terbaru dalam Etika Bisnis

Apabila dalam rangka pelaksanaan tugasnya seorang pegawai atau seorang profesional
menghadapi masalah etika, maka panduan pertama yang harus digunakan untuk
menyelesaikan adalah kode etik (atau aturan perilaku) organisasi atau kode etik profesi.
Untuk memberikan pemahaman yang baik tehadap masalah-masalah etika, bab ini juga
memberikan beberapa contoh masalah etika yang banyak dijumpai oleh akuntan
profesional dalam menjalankan pekerjaannya.

Pentingnya Kepekaan Etis


Tak diragukan lagi, sebagian besar dari kita berkeinginan menjadi orang yang beretika dan
bahkan kita beranggapan bahwa kita adalah orang yang berperilaku etis seetis, atau
bahkan lebih etis daripada orang lain. Namun hal ini sering melemahkan kepekaan kita
terhadap isu-isu etis, terutama yang pada mulanya tampak sepele.
Beragam masalah etis berkaitan dengan pekerjaan akuntan profesional dalam berbagai
perannya. Oleh sebab itu, pengetahuan akan tanda-tanda peringatan adanya masalah etika
akan memberikan peluang untuk melindungi diri sendiri dan pada saat yang sama,
membangun suasana etis di lingkungan kerja.
Di antara masalah-masalah etika yang dapat dijumpai oleh akuntan meliputi permintaan
atau tekanan untuk:
a. Melaksanakan tugas-tugas yang bukan merupakan kompetensinya,
b. Mengungkapkan informasi rahasia,

89 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
c. Mengompromikan integritasnya dengan melakukan pemalsuan, penggelapan,
penyuapan dan sebagainya,
d. Mendistorsi objektivitas dengan menerbitkan laporan-laporan yang menyesatkan atau
tidak lengkap.

Seorang akuntan profesional haruslah memiliki kesadaran dan kepekaan etis yang tinggi;
mampu mengenali situasi-situasi yang mengandung isu-isu etis sehingga
memungkinkannya untuk mengambil keputusan atau tindakan yang tepat. Perlu selalu
diingat, bahwa beberapa isu atau dilema etis adalah sederhana dan mudah diselesaikan.
Namun banyak di antara isu-isu tersebut kompleks dan solusinya samar-samar.

Kerangka Analisis Etika


Etika dalam pengertian ilmu atau cabang filsafat tidak memberitahukan kepada kita
mengenai apa yang harus kita lakukan, melainkan mengemukakan suatu kerangka yang
dapat digunakan untuk mengkaji dimensi-dimensi etika pada berbagai isu.

 Penalaran Moral dan Pendekatan Standar Moral

Seseorang melakukan penalaran moral ketika Ia menemukan fakta tertentu, kemudian


membandingkannya dengan standar moral yang relevan dan menentukan apakah fakta
tersebut sesuai atau tidak sesuai dengan standar moral tadi. Dalam hal ini, manfaat
(utilitarian), hak (right), keadilan (justice) dan kepedulian (care) merupakan standar moral
yang banyak digunakan, khusunya di lingkungan bisnis.
Masing-masing standar tersebut dapat digunakan sendiri sendiri. Namun dalam banyak
situasi keputusan, keempat standar tersebut umumnya harus dipenuhi agar suatu
tindakan atau keputusan dapat dikatakan beretika atau bermoral.

Pendekatan Standar Moral untuk Pengambilan Keputusan Etis


STANDAR MORAL PERTANYAAN ATAS KEPUTUSAN
Utilitarian (manfaat): Apakah tindakan/keputusan itu
Memaksimalkan manfaat neto bagi memaksimalkan manfaat sosial dan
masyarakat secara keseluruhan. meminimalkan kerugian sosial?
Hak Individu : Apakah tindakan/keputusan itu konsisten
Menghormati dan melindungi hak-hak dengan hak-hak masing-masing orang?
individu.
Keadilan: Akankah tindakan/keputusan itu
Distribusi yang adil atas manfaat dan beban. menghasilkan distribusi yang adil atas
manfaat dan beban?
Kepedulian: Apakah tindakan/keputusan itu konsisten
Konsintensi dengan tanggung jawab dengan tanggung jawab terhadap masing-
terhadap semua pihak, khususnya yang masing pihak, khususnya yang memiliki
memiliki hubungan khusus atau hubungan khusus?
ketergantungan.

 Analisis Dampak Stakeholder

Dalam analisis dampak stakeholder, seorang pengambil keputusan diminta untuk


memertimbangkan sekelompok pihak yang memiliki kepentingan terhadap organisasi,
yang merupakan pihak-pihak yang akan dipengaruhi oleh keputusan.
Langkah-langkah analisis berikut ini dapat kita terapkan dalam pengambilan keputusan
etis.

90 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
1. Mengenali isu atau dilema etis.

Langkah pertama adalah mengetahui kapan kita menghadapi suatu masalah. Untuk dapat
melakukan ini, kita harus membangun etika pribadi, kesadaran etika atau hati nurani.

2. Mengidentifikasi dan menganalisis unsur-unsur pokok situasi.

Dengan berorientasi pada stakeholder, pertanyaan-pertanyaan berikut membantu kita


untuk mengenali dan memahami berbagai unsur dalam situasi atau isu yang perlu kita
selesaikan:
 Siapa sajakah pihak-pihak yang dapat dipengaruhi secara menguntungkan dan
merugikan?
 Hak-hak atau kepentingan apa saja yang dilanggar?
 Kepentingan-kepentingan apa sajakah yang berbenturan?
 Apa yang menjadi tanggung jawab dan kewajiban kita (saya)?

3. Mengidentifikasi alternatif-alternatif pemecahan/penyelesaian

Dalam akuntansi, misalnya, sejumlah metode tersedia untuk mengukur, mencatat dan
melaporkan transaksi. Metode-metode ini merupakan alternatif-alternatif yang dapat
diambil untuk menyelesaikan masalah.

4. Mengevaluasi alternatif-alternatif pemecahan/penyelesaian.

Dalam hal ini, kita menimbang dampak masing-masing alternatif terhadap berbagai
stakeholder dan menentukan stakeholder mana yang paling diuntungkan atau dirugikan.

5. Memutuskan.

Langkah terakhir adalah memutuskan, yaitu memilih alternatif terbaik atau yang paling
etis, dengan memertimbangkan semua keadaan dan konsekuensi sebagaimana ditimbang
atau diukur dalam tahap keempat.
Contoh Kasus Etika dalam Praktik Akuntansi
Berikut ini adalah beberapa contoh kasus yang berguna untuk mengingatkan kita jika
suatu saat menghadapi kasus serupa.

 Klasifikasi akun laporan keuangan

Misalkan, sebuah perusahaan memiliki beberapa piutang wesel yang di neracanya


merupakan aktiva lancar. Ketertagihan wesel ini dapat dipastikan, namun kemungkinan
akan mengalami penundaan lebih dari satu tahun. Karena keadaan ini, akuntan
perusahaan berkeinginan untuk mereklasifikasikan piutang wesel tersebut menjadi tak-
lancar. Sementara itu, atasan akuntan tersebut menyadari akan terjadinya penundaan
tersebut, tetapi tidak setuju dengan reklasifikasi karena akan mengakibatkan rasio lancar
turun dari 1,5 menjadi 0,8, dan penurunan ini akan berakibat buruk terhadap masa depan
perusahaan karena akan mempengaruhi pandangan kreditor mengenai kemampuan
perusahaan untuk mengamankan pelunasan pinjaman.
Sesuai dengan standar akuntansi, aktiva lancar adalah aktiva yang akan menjadi kas dalam
satu tahun, maka dengan adanya indikasi penundaan tertagihnya piutang lebih dari satu
tahun, jelas bahwa piutang tersebut tidak dapat lagi diklasifikasikan sebagai lancar,
sehingga sudah seharusnya akuntan mereklasifikasinya menjadi piutang tak-lancar.
Jika atasan akuntan tersebut tetap menginginkan untuk tidak mereklasifikasi piutang
tersebut, berarti terjadi benturan etis antara akuntan dan atasannya, maka akuntan yang
bersangkutan harus memutuskan untuk menerima atau tidak keputusan atasannya itu.
91 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
 Pilihan metode pengungkapan

Seorang akuntan (A) dan asistennya (AA) sedang menyusun laporan keuangan. Asisten
akuntan (AA) ingin megungkapkan harga perolehan sekuritas yang tersedia untuk dijual
(available-for-sale securities) dalam tanda kurung di neraca. Sementara itu, akuntan (A),
yang mempertimbangkan penurunan nilai pasar terhadap harga perolehan sekuritas ini,
tidak ingin mengundang perhatian pemakai laporan keuangan terhadap penurunan
tersebut. Ia (A) ingin “menimbun” informasi harga perolehan ini dalam catatan atas
laporan keuangan.
Pilihan A akan menguntungkan manajemen karena hasilnya akan memberikan kesan
adanya kestabilan atau bahkan perbaikan kondisi keuangan. Di pihak lain, pemegang
saham, calon investor, dan kreditor akan memperoleh manfaat dari pengungkapan yang
jelas, akurat dan mudah diakses (pilihan AA). Kedua metode ini diperkenankan oleh
standar akuntansi yang berlaku, sehingga perusahaan dapat memilih salah satu metode
yang mana pun dapat dibenarkan. Akan tetapi, yang mengusik adalah sikap akuntan (A).
karena akuntan seharusnya berusaha demi kejelasan dan meghindari ambiguitas dalam
pelaporan, maka untuk kasus ini, pengungkapan dalam tanda kurung di neraca adalah
metode yang lebih baik, sehingga metode itulah yang seharusnya dipilih, bukan
menyembunyikan informasi di dalam catatan atas laporan keuangan.

 Penggeseran pengakuan pendapatan.

Manajer yang kompensasinya didasarkan pada laba yang dicapai mungkin membukukan
penjualan yang belum terjadi agar mendongkrak laba bersih yang akan dilaporkannya.
Pengakuan dini atas pendapatan ini biasanya terjadi sebelum tahun buku berakhir.
Manajemen mungkin merasionalisasi pengakuan pendapatan semacam ini karena
perusahaan akan merealisasikan penjualan tersebut pada bulan Januari (awal tahun buku
berikutnya); praktik ini hanya menggeser pendapatan tahun yang akan datang ke tahun
sekarang.
Sesuai dengan standar akuntansi, penggeseran tersebut tidak dapat dibenarkan karena
tidak memenuhi kriteria pengakuan pendapatan. Praktik semacam ini melanggar standar
akuntansi dan sekaligus tidak etis karena mengelabui pemakai laporan keuangan demi
menguntungkan diri sendiri. Praktik ini membuka peluang bagi perusahaan dituduh
melakukan kecurangan dalam melaporkan kinerjanya.

 “Slack’ dalam Penganggaran.

Isu-isu etis serius dapat timbul dalam hal suatu anggaran dijadikan basis untuk
memberikan penghargaan kepada para manajer. Misalnya, manajemen puncak sebuah
divisi akan memberikan bonus 10% dari jumlah laba divisi diatas anggaran. Hal ini dapat
menciptakan insentif bagi manajer divisi untuk, misalnya, “membantali” atau menciptakan
“slack” dalam anggaran laba divisi. Bantalan tersebut akan menyebabkan anggara lebih
mudah dicapai, sehingga meningkatkan peluang bagi manajer yang bersangkutan
memeroleh bonus. Orang-orang tertentu mungkin memanfaatkan insentif semacam itu
karena salah satu alasan berikut: (1) mereka akan mendapatkan bagian bonus, atau (2)
mereka merasakan tekanan dari para manajer yang akan memeroleh bonus.
Membantali anggaran atau memanipulasi data realisasi anggaran dengan maksud
memaksimalkan keuntungan pribadi atau orang lain merupakan pelanggaran etika yang
serius. Bagi akuntan manajemen, tindakan tersebut melanggar standar kompetensi,
objektivitas dan integritas.

 Pemberian oleh pihak luar

92 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Seorang pemasok yang sedang mengajukan penawaran kontrak baru, menawari akuntan
manajemen di bagian pembelian perusahaan berupa tiket gratis menonton sepak bola.
Pemasok tersebut tidak memberitahukan tentang kontrak baru ketika memberikan tiket.
Akuntan tadi bukan teman si pemasok. Ia mengetahui bahwa masalah biaya adalah kritis
dalam hubungannya dengan persetujuan kontrak baru dan khawatir bahwa pemasok
tersebut akan menanyakan rincian tentang penawaran yang diajukan oleh pemasok lain
yang menjadi pesaingnya.
Isu-isu etis tidak selalu jelas hitam-putih. Dalam kasus ini si pemasok mungkin tidak
bermaksud untuk mengangkat masalah penawaran yang diajukan. Akan tetapi, munculnya
benturan kepentingan dalam kasus ini cukup bagi perusahaan-perusahaan untuk melarang
para pegawainya menerima pemberian dari para pemasok. Sesuai dengan kode etik,
akuntan dalam kasus ini seharusnya membahas pemberian pemasok tersebut dengan
atasan langsungnya. Jika hal itu disetujui, pemasok harus diberitahu bahwa ajakan
menonton tersebut secara resmi telah disetujui oleh perusahaan dengan syarat mematuhi
semua kebijakan perusahaan

Bisnis melibatkan hubungan ekonomi diantara banyak kelompok orang yang disebut
dengan stakeholder yaitu; pelanggan, pegawai, pemegang saham, pemasok, pesaing,
masyarakat, dan pemerintah.
Dalam hubungan bisnis yang kompleks ini, banyak sekali isu atau masalah etika yang
muncul dan harus dihadapi oleh pelaku bisnis. Isu-isu ini melibatkan hubungan moral di
antara orang-orang (pelaku bisnis). Masalah-masalah atau isu-isu bisnis yang mungkin di
alami oleh para pelaku bisnis baik dalm kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan
profesi/kariernya dapat dikelompokan dalam 5 (lima) jenis, yaitu;

1. Penyuapan (bribery)
2. Koersi atau kekerasan (coercion)
3. Penipuan (deception)
4. Pencurian (theft)
5. Diskriminasi tidak adil /tidak wajar(unfair discrimination)

1. Penyuapan (bribery)
Suap digunakan untuk memanipulasi orang dengan memberi pengaruh. Penyuapan sudah
di definisikan sebagaipenawaran, pemberian, penerimaan, atau permintaan sesuatu yang
berharga dengan maksut mempengaruhi tindakan pejabat dalam menunaikan tugas-tugas
publik atau legal. Barang-barang berharga dalam definisi ini dapat berupa pembayaran
langsung sejumlah uang atau barang.

2. Koersi
Koersi atau kekerasan berarti mengendalikan orang dengan pemaksaan atau ancaman.
Koersi biasanya didefinisikan sebagai tekanan, hambatan, pemaksaan dengan kekeutan
atau senjata atau ancaman. Koersi bisa tersurat (aktual) , langsung atau positif juga bisa
tersirat legal, atau konstruktif.

3. Penipuan
Penipuan manipulasi orang dan organisasi dengan menyesatkan. Penipuan adalah
tindakan mengelabuhi atau membohongi ,penyesatan yang disengaja dengan kata-kata
atau tulisan palsu (bohong), sengaja membuat pernyataan palsu,tersurat atau
tersirat,berkenaan denga fakta saat ini atau masa lalu.

4. Pencurian (theft)

93 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Pencurin teradi apabila seseorang mengambil (untuk memiliki) sesuatu yang bukan
miliknya.,tanpa diketahui oleh si pemilik. Definisi ini tidak berlaku untuk barang yang
hilang karena kompetisi yang sesuai dengan kaidah ekonomi dan budaya.

5. Diskriminasi tidak adil


Diskriminasi tidak adil (unfair discrimination) didefinisikan sebagai perilaku tidak adil
(tidak wajar)atau penolakan keistimewa normal terhadap seseorang karena suku, usia,
kelamin, bangsa, atau agama. Diskriminasi tidak adil berarti memperlakukannya semua
orang secara sama padahal tidak ada perbedaa yang pantas di antara yang mereka yang
diuntugkan dan mereka yang dirugikan.

PERILAKU TIDAK ETIS DAN DAMPAKNYA

Perilaku Dampak bagi pelaku Kumungkinan akibat


perilaku
Penyuapan  Memeper oleh Peningkatan biaya
keuntungan pribadi yang Penurunan mutu produk/
tak semestinya jasa
 Mengubah pilihan
keputusan
Koersi  Takut akan bahaya  Peningkatan biaya
 Mangubah pilihan Penurunan mutu produk/
keputusan jasa
Penipuan  Mengubah pilihan Peningkatan biaya
keputusan  Penurunan mutu produk/
jasa
Pencurian Hilangnya sumberdaya  Peningkatan biaya
 Hilangnya produk/jasa
Diskriminasi tak-adil  Membeli jasa 
mutu Peningkatan biaya
rendah  Penurunan semu atas
 Menjual dibawah harga permintaan
pasar yanh wajar

Kasus-Kasus dalam Etika Profesi Akuntansi


I. Pendahuluan

Pentingnya penerapan Etika Profesi merupakan pedoman yang penting dalam berperilaku
yang baik dalam suatu profesi. Belakangan ini banyak sekali pelanggaran dan kecurangan
yang timbul akibat penerapan etika profesi yang tidak maksimal. Banyak kecurangan-
kecurangan yang timbul karena terkikisnya kejujuran dan kebijaksanaan dalam
berperilaku.

II. Kasus-kasus etika profesi akuntansi :

1. Sembilan KAP yang dianggap melakukan koalisi dengan kliennya

Jakarta, 19 April 2001. Indonesia Corruption Watch (ICW) meminta pihak kepolisian
mengusut Sembilan Kantor Akuntan Publik, yang berdasarkan laporan Badan Pengawas
Keuangan (BPKP), diduga telah melakukan kolusi dengan pihak bank yang pernah
94 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
diauditnya antara tahum 1995 – 1997. Koordinator ICW Teten Masduki kepada wartawan
di Jakarta, Kamis, mengungkapkan, berdasarkan temuan BPKP, Sembilan dari sepuluh KAP
yang melakukan audit terhadap sekitar 36 bank bermasalah ternyata tidak melakukan
pemeriksaan sesuai dengan standar audit. Hasil audit tersebut ternyata tidak sesuai
dengan kenyataannya sehingga akibatnya mayoritas bank – bank yang diaudit tersebut
termasuk di antara bank – bank yang dibekukan kegiatan usahanya oleh pemerintah
sekitar tahun 1999. Kesembilan KAP tersebut adalah AI & R, HT & M, H & R, JM & R, PU & R,
RY , S & S, SD &R, dan RBT & R. “Dengan kata lain, kesembilan KAP itu telah menyalahi
etika profesi. Kemungkinan ada kolusi antara kantor akuntan publik dengan bank yang
diperiksa untuk memoles laporannnya sehingga memberikan laporan palsu, ini jelas suatu
kejahatan,” ujarnya. Karena itu, ICW dalam waktu dekat akan memberikan laporan kepada
pihak kepolisian untuk melakukan pengusutan mengenai adanya tindak kriminal yang
dilakukan kantor akuntan publik dengan pihak perbankan.
ICW menduga, hasil laporan KAP itu bukan sekedar “human error” atau kesalahan dalam
penulisan laporan keungan yang tidak disengaja, tetapi kemungkinan ada berbagai
penyimpangan dan pelanggaran yang coba ditutupi dengan melakukan rekayasa
akuntansi. Teten juga menyayangkan Dirjen Lembaga Keuangan tidak melakukan tindakan
administratif meskipun pihak BPKP telah menyampaikan laporannya, karena itu kemudian
ICW mengambil inisiatif untuk mengekspos laporan BPKP ini karena kesalahan sembilan
KAP itu tidak ringan. “Kami mencurigai. Kesembilan KAP itu telah melanggar standar audit
sehingga menghasilkan laporan yang menyesatkan masyarakat, misalnya mereka memberi
laporan bank tersebut sehat ternyata dalam waktu singkat bangkrut. Ini merugikan
masyarakat. Kita mengharapkan ada tindakan administratif dari Departemen Keuangan
misalnya mencabut izin kantor akuntan publik itu,” tegasnya. Menurut Teten, ICW juga
sudah melaporkan tindakan dari kesembilan KAP tersebut kepada Majelis Kehormatan
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan sekaligus meminta supaya dilakukan tindakan etis
terhadap anggotanya yang melanggar kode etik profesi akuntan.

2. Kasus pelanggaran Standar Profesional Akuntan Publik

Kasus pelanggaran Standar Profesional Akuntan Publik kembali muncul. Menteri


Keuangan pun memberi sanksi pembekuan. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani
Indrawati membekukan izin Akuntan Publik (AP) Drs. Petrus Mitra Winata dari Kantor
Akuntan Publik (KAP) Drs. Mitra Winata dan Rekan selama dua tahun, terhitung sejak 15
Maret 2007. Kepala Biro Hubungan Masyarakat Departemen Keuangan Samsuar Said
dalam siaran pers yang diterima Hukumonline, Selasa (27/3), menjelaskan sanksi
pembekuan izin diberikan karena akuntan publik tersebut melakukan pelanggaran
terhadap Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).

Pelanggaran itu berkaitan dengan pelaksanaan audit atas Laporan Keuangan PT Muzatek
Jaya tahun buku berakhir 31 Desember 2004 yang dilakukan oleh Petrus. Selain itu, Petrus
juga telah melakukan pelanggaran atas pembatasan penugasan audit umum dengan
melakukan audit umum atas laporan keuangan PT Muzatek Jaya, PT Luhur Artha Kencana
dan Apartemen Nuansa Hijau sejak tahun buku 2001 sampai dengan 2004.

Selama izinnya dibekukan, Petrus dilarang memberikan jasa atestasi termasuk audit
umum, review, audit kinerja dan audit khusus. Yang bersangkutan juga dilarang menjadi
pemimpin rekan atau pemimpin cabang KAP, namun dia tetap bertanggungjawab atas jasa-
jasa yang telah diberikan, serta wajib memenuhi ketentuan mengikuti Pendidikan
Profesional Berkelanjutan (PPL). Pembekuan izin oleh Menkeu tersebut sesuai dengan

95 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Keputusan Menkeu Nomor 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menkeu Nomor 359/KMK.06/2003.

Analisa :

Dalam kasus tersebut, sanksi pembekuan izin diberikan karena akuntan publik tersebut
melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).
Berdasarkan etika profesi akuntansi, auditor tersebut telah melanggar prinsip keempat,
yaitu prinsip objektivitas. Dimana setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan
bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
Pelanggaran itu berkaitan dengan pelaksanaan audit atas Laporan Keuangan PT Muzatek
Jaya tahun buku berakhir 31 Desember 2004 yang dilakukan oleh Drs. Petrus Mitra
Winata. Selain itu, Petrus juga telah melakukan pelanggaran atas pembatasan penugasan
audit umum dengan melakukan audit umum atas laporan keuangan PT Muzatek Jaya, PT
Luhur Artha Kencana dan Apartemen Nuansa Hijau sejak tahun buku 2001 sampai dengan
2004. Sebagai seorang akuntan publik, Drs. Petrus Mitra Winata seharusnya mematuhi
Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) yang berlaku. Ketika memang dia harus melakukan
jasa audit, maka audit yang dilakukan pun harus sesuai dengan Standar Auditing (SA)
dalam SPAP. Penelitian terhadap perilaku akuntan telah banyak dilakukan baik di luar
negeri maupun di Indonesia. Penelitian ini dipicu dengan semakin banyaknya pelanggaran
etika yang terjadi. Dari kondisi tersebut banyak peneliti yang ingin mencari tahu mengenai
“faktor – faktor apa saja yang menjadi penentu atau mempengaruhi pengambilan
keputusan tidak etis atau pelanggaran terhadap etika.

Trevino (1990) menyatakan bahwa terdapat dua pandangan mengenai faktor – faktor yang
mempengaruhi tindakan tidak etis yang dibuat oleh seorang individu. Pertama, pandangan
yang berpendapat bahwa tindakan atau pengambilan keputusan tidak etis lebih
dipengaruhi oleh karakter moral individu. Kedua, tindakan tidak etis lebih dipengaruhi
oleh lingkungan, misalnya sistem reward dan punishment perusahaah, iklim kerja
organisasi dan sosialisasi kode etik profesi oleh organisasi dimana individu tersebut
bekerja. Sementara Volker menyatakan bahwa para akuntan profesional cenderung
mengabaikan persoalan etika dan moral bilamana menemukan masalah yang bersifat
teknis, artinya bahwa para akuntan profesional cenderung berperilaku tidak bermoral
apabila dihadapkan dengan suatu persoalan akuntansi.
Selain itu Finn Etal juga menyatakan bahwa akuntan seringkali dihadapkan pada situasi
adanya dilema yang menyebabkan dan memungkinkan akuntan tidak dapat independen.
Akuntan diminta untuk teta independen dari klien, tetapi pada saat yang sama kebutuhan
mereka tergantung kepada klien karena fee yang diterimanya, sehingga seringkali akuntan
berada dalam situasi dilematis. Hal ini akan berlanjut jika hasil temuan auditor tidak sesuai
dengan harapan klien, sehingga menimbulkan konflik audit. Konflik audit ini akan
berkembang menjadi sebuah dilema etika ketika auditor diharuskan membuat keputusan
yang bertentangan dengan independensi dan integritasnya dengan imbalan ekonomis yang
mungkin terjadi atau tekanan di sisi lainnya.
Situasi dilematis sebagaimana yang digambarkan di atas adalah situasi yang sangat sering
dihadapi oleh auditor. Situasi demikianlah yang menyebabkan terjadinya pelanggaran
terhada etika dan sangat wajarlah apabila ketika para pemakai laporan keuangan seperti
investor dan kreditur mulai mempertanyakan kembali eksistensi akuntan sebagai pihak
independen yang menilai kewajaran laporan keuangan.

3. Kredit Macet Rp 52 Miliar, Akuntan Publik Diduga Terlibat


Selasa, 18 Mei 2010

96 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Seorang akuntan publik yang membuat laporan keuangan perusahaan Raden Motor untuk
mendapatkan pinjaman modal senilai Rp 52 miliar dari BRI Cabang Jambi pada 2009,
diduga terlibat kasus korupsi dalam kredit macet.

Hal ini terungkap setelah pihak Kejati Jambi mengungkap kasus dugaan korupsi tersebut
pada kredit macet untuk pengembangan usaha di bidang otomotif tersebut.

Fitri Susanti, kuasa hukum tersangka Effendi Syam, pegawai BRI yang terlibat kasus itu,
Selasa (18/5/2010) mengatakan, setelah kliennya diperiksa dan dikonfrontir
keterangannya dengan para saksi, terungkap ada dugaan kuat keterlibatan dari Biasa
Sitepu sebagai akuntan publik dalam kasus ini.

Hasil pemeriksaan dan konfrontir keterangan tersangka dengan saksi Biasa Sitepu
terungkap ada kesalahan dalam laporan keuangan perusahaan Raden Motor dalam
mengajukan pinjaman ke BRI.

Ada empat kegiatan data laporan keuangan yang tidak dibuat dalam laporan tersebut oleh
akuntan publik, sehingga terjadilah kesalahan dalam proses kredit dan ditemukan dugaan
korupsinya.

“Ada empat kegiatan laporan keuangan milik Raden Motor yang tidak masuk dalam
laporan keuangan yang diajukan ke BRI, sehingga menjadi temuan dan kejanggalan pihak
kejaksaan dalam mengungkap kasus kredit macet tersebut,” tegas Fitri.

Keterangan dan fakta tersebut terungkap setelah tersangka Effendi Syam diperiksa dan
dikonfrontir keterangannya dengan saksi Biasa Sitepu sebagai akuntan publik dalam kasus
tersebut di Kejati Jambi.

Semestinya data laporan keuangan Raden Motor yang diajukan ke BRI saat itu harus
lengkap, namun dalam laporan keuangan yang diberikan tersangka Zein Muhamad sebagai
pimpinan Raden Motor ada data yang diduga tidak dibuat semestinya dan tidak lengkap
oleh akuntan publik.

Tersangka Effendi Syam melalui kuasa hukumnya berharap pihak penyidik Kejati Jambi
dapat menjalankan pemeriksaan dan mengungkap kasus dengan adil dan menetapkan
siapa saja yang juga terlibat dalam kasus kredit macet senilai Rp 52 miliar, sehingga
terungkap kasus korupsinya.

Sementara itu pihak penyidik Kejaksaan yang memeriksa kasus ini belum mau
memberikan komentar banyak atas temuan keterangan hasil konfrontir tersangka Effendi
Syam dengan saksi Biasa Sitepu sebagai akuntan publik tersebut.

Kasus kredit macet yang menjadi perkara tindak pidana korupsi itu terungkap setelah
kejaksaan mendapatkan laporan adanya penyalahgunaan kredit yang diajukan tersangka
Zein Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor.

Dalam kasus ini pihak Kejati Jambi baru menetapkan dua orang tersangka, pertama Zein
Muhamad sebagai pimpinan Raden Motor yang mengajukan pinjaman dan tersangka Effedi
Syam dari BRI yang saat itu menjabat sebagai pejabat penilai pengajuan kredit.

97 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Analisa :
Ada delapan prinsip etika profesi akutansi, yaitu tanggung jawab profesi, kepentingan
publik, integritas, obyektivitas, kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan,
perilaku profesional dan standar teknis. Apabila dugaan keterlibatan akuntan publik
terhadap kasus korupsi dalam mendapatkan pinjaman modal senilai Rp 52 miliar dari
bank BRI cabang Jambi tahun 2009 oleh perusahaan raden motor sehingga menyebabkan
kredit macet untuk pengembangan usaha di bidang otomotif tersebut. Dengan ini dapat
disimpulkan bahwa terdapat beberapa pelanggaran etika profesi akutansi yang dilanggar
oleh akuntan publik, yaitu:

1. Tanggung Jawab Profesi


Akuntan publik tersebut tidak melakukan tanggung jawab secara profesional dikarenakan
akuntan publik tersebut tidak menjalankan tugas profesinya dengan baik dalam hal
pembuatan laporan keungan perusahaan Raden Motor untuk mendapatkan pinjaman
modal senilai Rp 52 miliar dari BRI Cabang Jambi pada tahun 2009, sehingga
menyebabkan kepercayaan masyarakat (raden motor) terhadap akuntan publik hilang.
2. Kepentingan Publik
Akuntan Publik tersebut tidak menghormati kepercayaan publik (raden motor)
dikarenakan melakukan kesalahan dalam laporan keuangan Perusahaan Raden Motor
untuk mengajukan pinjaman ke Bank BRI dengan tidak membuat laporan mengenai empat
kegiatan.
3. Objektivitas
Akuntan Publik tidak menjalankan prinsip Objektivitas dengan cara melakukan tindak
ketidakjujuran secara intelektual dengan melakukan kecurangan dalam pembuatan
laporan keuangan perusahaan Raden Motor.
4. Perilaku Profesional
Akuntan Publik berperilaku tidak baik dengan melakukan pembuatan laporan keuangan
palsu sehingga menyebabkan reputasi profesinya buruk dan dapat mendiskreditkan
profesinya.
6. Integritas
Akuntan Publik tidak dapat mempertahankan integritasnya sehingga terjadi benturan
kepentingan (conflict of interest). Kepentingan yang dimaksud adalah kepentingan publik
dan kepentingan pribadi dari akuntan publik itu.
7. Standar Teknis
Akuntan Publik tidak menjalankan etika/tugasnya sesuai pada etika profesi yang telah
ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia-Komparatemen Akutan Publik (IAI-KAP)
diantaranya etika tersebut antara lain :
a. Independensi, integritas, dan obyektivitas
b. Standar umum dan prinsip akuntansi
c. Tanggung jawab kepada klien
d. Tanggung jawab kepada rekan seprofesi
e. Tanggung jawab dan praktik lain

4. Kasus Enron

Enron adalah perusahaan yang sangat bagus. Sebagai salah satu perusahaan yang
menikmati booming industri energi di tahun 1990an, Enron sukses menyuplai energi ke
pangsa pasar yang begitu besar dan memiliki jaringan yang luar biasa luas. Enron bahkan
berhasil menyinergikan jalur transmisi energinya untuk jalur teknologi informasi. Kalau
dilihat dari siklus bisnisnya, Enron memiliki profitabilitas yang cukup menggiurkan.
Seiring booming industri energi, Enron memosisikan dirinya sebagai energy merchants:

98 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
membeli natural gas dengan harga murah, kemudian dikonversi dalam energi listrik, lalu
dijual dengan mengambil profit yang lumayan dari markup sale of power atau biasa
disebut “spark spread“.

Pada beberapa tahun yang lalu beberapa perusahaan seperti Enron dan Worldcom yang
dinyatakan bangkrut oleh pengadilan dan Enron perusahaan energi terbesar di AS yang
jatuh bangkrut itu meninggalkan hutang hampir sebesar US $ 31.2 milyar, karena salah
strategi dan memanipulasi akuntansi yang melibatkan profesi Akuntan Publik yaitu Kantor
Akuntan Publik Arthur Andersen. Arthur Andersen, merupakan kantor akuntan public
yang disebut sebagai “The big five” yaitu (pricewaterhouse coopers, deloitte & touché,
KPMC, Ernest & Young dan Anderson) yang melakukan Audit terhadap laporan keuangan
Enron Corp. Laporan keuangan maupun akunting perusahaan yang diaudit oleh
perusahaan akunting ternama di dunia, Arthur Andersen, ternyata penuh dengan
kecurangan (fraudulent) dan penyamaran data serta syarat dengan pelanggaran etika
profesi.

Akibat gagalnya Akuntan Publik Arthur Andersen menemukan kecurangan yang dilakukan
oleh Enron maka memberikan reaksi keras dari masyarakat (investor) sehingga
berpengaruh terhadap harga saham Enron di pasar modal. Kasus Enron ini menyebabkan
indeks pasar modal Amerika jatuh sampai 25 %.

ANALISA :

Akibat gagalnya Akuntan Publik Arthur Andersen menemukan kecurangan yang dilakukan
oleh Enron maka memberikan reaksi keras dari masyarakat (investor) sehingga
berpengaruh terhadap harga saham Enron di pasar modal. Kasus Enron ini menyebabkan
indeks pasar modal Amerika jatuh sampai 25 %. Perusahaan akuntan yang mengaudit
laporan keuangan Enron, Arthur andersen, tidak berhasil melaporkan penyimpangan yang
terjadi dalam tubuh Enron. Di samping sebagai eksternal auditor, Arthur andersen juga
bertugas sebagai konsultan manajemen Enron. Besarnya jumlah consulting fees yang
diterima Arthur Andersen menyebabkan KAP tersebut bersedia kompromi terhadap
temuan auditnya dengan klien mereka.

KAP Arthur Andersen memiliki kebijakan pemusnahan dokumen yang tidak menjadi
bagian dari kertas kerja audit formal. Walaupun penghancuran dokumen tersebut sesuai
kebijakan internal Andersen, tetapi kasus ini dianggap melanggar hukum dan
menyebabkan kredibilitas Arthur Andersen hancur. Akibatnya, banyak klien Andersen
yang memutuskan hubungan dan Arthur Andersen pun ditutup. Faktor tersebut adalah
merupakan perilaku tidak etis yang sangat bertentangan dengan good corporate
governance philosofy yang membahayakan terhadap business going cocern.

5. Manipulasi laporan keuangan PT Kereta API Indonesia

Komisaris PT Kereta Api mengungkapkan adanya manipulasi laporan keuangan BUMN


tersebut di mana seharusnya perusahaan merugi namun dilaporkan memperoleh
keuntungan.

“Saya tahu bahwa ada sejumlah pos yang sebetulnya harus dinyatakan sebagai beban bagi
perusahaan tetapi malah dinyatakan masih sebagai aset perusahaan. Jadi ada trik
akuntansi,” kata salah satu Komisaris PT Kereta Api, Hekinus Manao di Jakarta, Rabu.

99 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Ia menyebutkan, hingga kini dirinya tidak mau menandatangani laporan keuangan itu
karena adanya ketidakbenaran dalam laporan keuangan BUMN perhubungan itu.

“Saya tahu laporan yang diperiksa oleh akuntan publik itu tidak benar karena saya sedikit
banyak mengerti akuntansi, yang mestinya rugi dibuat laba,” kata penyandang Master of
Accountancy, Case Western Reserve University, Cleveland, Ohio USA tahun 1990.

Akibat tidak ada tanda tangan dari satu komisaris, rapat umum pemegang saham (RUPS)
PT Kereta Api yang seharusnya dilaksanakan sekitar awal Juli 2006 ini juga harus
dipending.

Analisa :

ebagai Suatu lembaga, PT Kereta Api Indonesia memang memiliki kewenangan untuk
menyusun laporan keuangannya dan memilih auditor eksternal untuk melakukan proses
audit terhadap laporan keuangan tersebut. Tetapi, ada hal mendasar yang harus
diperhatikannya sebagai wujud penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good
corporate governance). Auditor eksternal yang dipercayai harus benar-benar memiliki
integritas serta prosesnya harus terlaksana berdasarkan kaidah-kaidah yang telah diakui
validitasnya, dalam hal ini Pedoman Standar Akuntansi Keuangan dan Standar Profesional
Akuntan Publik. Selain itu, auditor eksternal wajib melakukan komunikasi secara benar
dengan komite audit yang ada pada PT Kereta Api Indonesia. Secara tidak langsung, upaya
ini menunjang perwujudan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat luas
sebagai salah satu pengampu kepentingan. Seperti halnya yang telah diketahui bersama,
hal ini jelas mempunyai dimensi etis.

100 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA

BAB 14
PERKEMBANGAN ETIKA PROFESI

Tujuan pembelajaran adalah mahasiswa mampu memahami dalam Aspek sejarah pada
etika profesi

A. PENTINGNYA ETIKA PROFESI

Apakah etika, dan apakah etika profesi itu ? Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos
(bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu
subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimilki oleh individu ataupun kelompok
untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar,
buruk atau baik.

Menurut Martin (1993), etika didefinisikan sebagai “the discpline which can act as the
performance index or reference for our control system”. Dengan demikian, etika akan
memberikan semacam batasan maupun standar yang akan mengatur pergaulan manusia
di dalam kelompok sosialnya. Dalam pengertiannya yang secara khusus dikaitkan
dengan seni pergaulan manusia, etika ini kemudian dirupakan dalam bentuk aturan
(code) tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip- prinsip
moral yang ada dan pada saat yang dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat untuk
menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-rasional umum (common sense)
dinilai menyimpang dari kode etik. Dengan demikian etika adalah refleksi dari apa yang
disebut dengan “self control”, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan
untuk kepenringan kelompok sosial (profesi) itu sendiri.
101 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA

Selanjutnya, karena kelompok profesional merupakan kelompok yang berkeahlian dan


berkemahiran yang diperoleh melalui proses pendidikan dan pelatihan yang
berkualitas dan berstandar tinggi yang dalam menerapkan semua keahlian dan
kemahirannya yang tinggi itu hanya dapat dikontrol dan dinilai dari dalam oleh rekan
sejawat, sesama profesi sendiri. Kehadiran organisasi profesi dengan perangkat
“built-in mechanism” berupa kode etik profesi dalam hal ini jelas akan diperlukan untuk
menjaga martabat serta kehormatan profesi, dan di sisi lain melindungi masyarakat
dari segala bentuk penyimpangan maupun penyalah-gunaan kehlian (Wignjosoebroto,
1999).

Oleh karena itu dapatlah disimpulkan bahwa sebuah profesi hanya dapat memperoleh
kepercayaan dari masyarakat, bilamana dalam diri para elit profesional tersebut ada
kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin
memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya. Tanpa etika
profesi, apa yang semual dikenal sebagai sebuah profesi yang terhormat akan segera jatuh
terdegradasi menjadi sebuah pekerjaan pencarian nafkah biasa (okupasi) yang sedikitpun
tidak diwarnai dengan nilai-nilai idealisme dan ujung-ujungnya akan berakhir dengan
tidak-adanya lagi respek maupun kepercayaan yang pantas diberikan kepada para elite
profesional ini.

B. PENGERTIAN ETIKA
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat
internasional di perlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya manusia
bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan
dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain.

Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang
terlibat agara mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan
kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan
adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya. Hal
itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat kita.

Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia
dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang
buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang
berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku
manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini :

- Drs. O.P. SIMORANGKIR : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam
berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
- Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah laku
perbuatan manusia dipandang dari seg baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh
akal.
- Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai
dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.

Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika


memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan
102 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak
secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita untuk
mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang pelru kita
pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan
kita, dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek
atau sisi kehidupan manusianya.

Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan baik dan
buruknya prilaku manusia :
1. ETIKA DESKRIPTIF, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional
sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini
sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk
mengambil keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.
2. ETIKA NORMATIF, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola
prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang
bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar
dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.

Etika secara umum dapat dibagi menjadi :

a. ETIKA UMUM, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia


bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori
etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia
dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu
tindakan. Etika umum dapat di analogkan dengan ilmu pengetahuan, yang
membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.
b. ETIKA KHUSUS, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam
bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana saya
mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus
yang saya lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Namun,
penerapan itu dapat juga berwujud : Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang lain
dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang
memungkinkan manusia bertindak etis : cara bagaimana manusia mengambil suatu
keputusan atau tidanakn, dan teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya.

ETIKA KHUSUS dibagi lagi menjadi dua bagian :


a. Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya
sendiri.
b. Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia
sebagai anggota umat manusia.

Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak dapat dipisahkan satu
sama lain dengan tajam, karena kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan sebagai
anggota umat manusia saling berkaitan.

Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik secara langsung
maupun secara kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis terhadpa
pandangan-pandangana dunia dan idiologi-idiologi maupun tanggung jawab umat
manusia terhadap lingkungan hidup.

103 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
Dengan demikian luasnya lingkup dari etika sosial, maka etika sosial ini terbagi atau
terpecah menjadi banyak bagian atau bidang. Dan pembahasan bidang yang paling aktual
saat ini adalah sebagai berikut :
1. Sikap terhadap sesama
2. Etika keluarga
3. Etika profesi
4. Etika politik
5. Etika lingkungan
6. Etika idiologi

Dari sistematika di atas, kita bisa melihat bahwa ETIKA PROFESI merupakan
bidang etika khusus atau terapan yang merupakan produk dari etika sosial.

SISTEM PENILAIAN ETIKA :


• Titik berat penilaian etika sebagai suatu ilmu, adalah pada perbuatan baik atau jahat,
susila atau tidak susila.
• Perbuatan atau kelakuan seseorang yang telah menjadi sifat baginya atau telah
mendarah daging, itulah yang disebut akhlak atau budi pekerti. Budi tumbuhnya dalam
jiwa, bila telah dilahirkan dalam bentuk perbuatan namanya pekerti. Jadi suatu budi
pekerti, pangkal penilaiannya adalah dari dalam jiwa; dari semasih berupa angan-
angan, cita-cita, niat hati, sampai ia lahir keluar berupa perbuatan nyata.
• Burhanuddin Salam, Drs. menjelaskan bahwa sesuatu perbuatan di nilai pada 3 (tiga)
tingkat :

a. Tingkat pertama, semasih belum lahir menjadi perbuatan, jadi masih berupa rencana
dalam hati, niat.
b. Tingkat kedua, setelah lahir menjadi perbuatan nyata, yaitu pekerti.
c. Tingkat ketiga, akibat atau hasil perbuatan tersebut, yaitu baik atau buruk.

Kata hati atau niat biasa juga disebut karsa atau kehendak, kemauan, wil. Dan isi dari
karsa inilah yang akan direalisasikan oleh perbuatan. Dalam hal merealisasikan ini ada
(4 empat) variabel yang terjadi :
a. Tujuan baik, tetapi cara untuk mencapainya yang tidak baik.
b. Tujuannya yang tidak baik, cara mencapainya ; kelihatannya baik.

c. Tujuannya tidak baik, dan cara mencapainya juga tidak baik.


d. Tujuannya baik, dan cara mencapainya juga terlihat baik.

C. PENGERTIAN PROFESI
Profesi
Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal yang berkaitan dengan
bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, sehingga banyak orang
yang bekerja tetap sesuai. Tetapi dengan keahlian saja yang diperoleh dari pendidikan
kejuruan, juga belum cukup disebut profesi. Tetapi perlu penguasaan teori sistematis yang
mendasari praktek pelaksanaan, dan hubungan antara teori dan penerapan dalam
praktek.

Kita tidak hanya mengenal istilah profesi untuk bidang-bidang pekerjaan seperti
kedokteran, guru, militer, pengacara, dan semacamnya, tetapi meluas sampai mencakup
pula bidang seperti manajer, wartawan, pelukis, penyanyi, artis, sekretaris dan
sebagainya. Sejalan dengan itu, menurut DE GEORGE, timbul kebingungan mengenai
104 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
pengertian profesi itu sendiri, sehubungan dengan istilah profesi dan profesional.
Kebingungan ini timbul karena banyak orang yang profesional tidak atau belum tentu
termasuk dalam pengertian profesi. Berikut pengertian profesi dan profesional menurut
DE GEORGE :

PROFESI, adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan
nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. PROFESIONAL, adalah orang yang
mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan
mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau seorang profesional adalah seseorang
yang hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam
suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang
sama sebagai sekedar hobi, untuk senang-senang, atau untuk mengisi waktu luang.
Yang harus kita ingat dan fahami betul bahwa “PEKERJAAN / PROFESI” dan
“PROFESIONAL” terdapat beberapa perbedaan :

PROFESI :
- Mengandalkan suatu keterampilan atau keahlian khusus.
- Dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama (purna waktu).
- Dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah hidup.
- Dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam.

PROFESIONAL :
- Orang yang tahu akan keahlian dan keterampilannya.
- Meluangkan seluruh waktunya untuk pekerjaan atau kegiatannya itu.
- Hidup dari situ.
- Bangga akan pekerjaannya.

CIRI-CIRI PROFESI
Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu :
1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini
dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
2. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap
pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus
meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.
4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu
berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa
keselamatan, keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk
menjalankan suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus.
5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.

Dengan melihat ciri-ciri umum profesi di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa kaum
profesional adalah orang-orang yang memiliki tolak ukur perilaku yang berada di atas rata-
rata. Di satu pihak ada tuntutan dan tantangan yang sangat berat, tetapi di lain pihak ada
suatu kejelasan mengenai pola perilaku yang baik dalam rangka kepentingan
masyarakat. Seandainya semua bidang kehidupan dan bidang kegiatan menerapkan suatu
standar profesional yang tinggi, bisa diharapkan akan tercipta suatu kualitas masyarakat
yang semakin baik.

PRINSIP-PRINSIP ETIKA PROFESI :


1. Tanggung jawab

105 | T E O R I E T I K A
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA
- Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
- Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat
pada umumnya.
2. Keadilan. Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang
menjadi haknya.
3. Otonomi. Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan di beri
kebebasan dalam menjalankan profesinya.

SYARAT-SYARAT SUATU PROFESI :


- Melibatkan kegiatan intelektual.
- Menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.
- Memerlukan persiapan profesional yang alam dan bukan sekedar latihan.
- Memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan.
- Menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen.
- Mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.
- Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
- Menentukan baku standarnya sendiri, dalam hal ini adalah kode etik.

106 | T E O R I E T I K A
PROGRAM STUDI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA

PERANAN ETIKA DALAM PROFESI :


• Nilai-nilai etika itu tidak hanya milik satu atau dua orang, atau segolongan
orang saja, tetapi milik setiap kelompok masyarakat, bahkan kelompok yang
paling kecil yaitu keluarga sampai pada suatu bangsa. Dengan nilai-nilai etika
tersebut, suatu kelompok diharapkan akan mempunyai tata nilai untuk mengatur
kehidupan bersama.
• Salah satu golongan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai yang
menjadi landasan dalam pergaulan baik dengan kelompok atau masyarakat
umumnya maupun dengan sesama anggotanya, yaitu masyarakat profesional.
Golongan ini sering menjadi pusat perhatian karena adanya tata nilai yang
mengatur dan tertuang secara tertulis (yaitu kode etik profesi) dan diharapkan
menjadi pegangan para anggotanya.
• Sorotan masyarakat menjadi semakin tajam manakala perilaku-perilaku
sebagian para anggota profesi yang tidak didasarkan pada nilai-nilai pergaulan yang
telah disepakati bersama (tertuang dalam kode etik profesi), sehingga terjadi
kemerosotan etik pada masyarakat profesi tersebut.
Sebagai contohnya adalah pada profesi hukum dikenal adanya mafia peradilan,
demikian juga pada profesi dokter dengan pendirian klinik super spesialis di
daerah mewah, sehingga masyarakat miskin tidak mungkin menjamahnya.

D. KODE ETIK PROFESI


Kode; yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa kata-kata, tulisan atau benda
yang disepakati untuk maksud-maksud tertentu, misalnya untuk menjamin suatu
berita, keputusan atau suatu kesepakatan suatu organisasi. Kode juga dapat berarti
kumpulan peraturan yang sistematis.

Kode etik ; yaitu norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai
landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja.

MENURUT UU NO. 8 (POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN)


Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam
melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari.

Kode etik profesi sebetulnya tidak merupakan hal yang baru. Sudah lama diusahakan
untuk mengatur tingkah laku moral suatu kelompok khusus dalam masyarakat
melalui ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan akan dipegang teguh oleh
seluruh kelompok itu. Salah satu contoh tertua adalah ; SUMPAH HIPOKRATES, yang
dipandang sebagai kode etik pertama untuk profesi dokter.

107 | E T I K A P R O F E S I
PROGRAM STUDI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA

Hipokrates adalah doktren Yunani kuno yang digelari : BAPAK ILMU KEDOKTERAN.
Beliau hidup dalam abad ke-5 SM. Menurut ahli-ahli sejarah belum tentu sumpah ini
merupakan buah pena Hipokrates sendiri, tetapi setidaknya berasal dari kalangan
murid-muridnya dan meneruskan semangat profesional yang diwariskan oleh dokter
Yunani ini. Walaupun mempunyai riwayat eksistensi yang sudah-sudah panjang,
namun belum pernah dalam sejarah kode etik menjadi fenomena yang begitu
banyak dipraktekkan dan tersebar begitu luas seperti sekarang ini. Jika sungguh
benar zaman kita di warnai suasana etis yang khusus, salah satu buktinya adalah
peranan dan dampak kode-kode etik ini.

Profesi adalah suatu MORAL COMMUNITY (MASYARAKAT MORAL) yang memiliki


cita-cita dan nilai-nilai bersama. Kode etik profesi dapat menjadi penyeimbang segi-
segi negative dari suatu profesi, sehingga kode etik ibarat kompas yang menunjukkan
arah moral bagi suatu profesi dan sekaligus juga menjamin mutu moral profesi itu
dimata masyarakat.

Kode etik bisa dilihat sebagai produk dari etika terapan, seban dihasilkan berkat
penerapan pemikiran etis atas suatu wilayah tertentu, yaitu profesi. Tetapi setelah
kode etik ada, pemikiran etis tidak berhenti. Kode etik tidak menggantikan pemikiran
etis, tapi sebaliknya selalu didampingi refleksi etis. Supaya kode etik dapat berfungsi
dengan semestinya, salah satu syarat mutlak adalah bahwa kode etik itu dibuat oleh
profesi sendiri. Kode etik tidak akan efektif kalau di drop begitu saja dari atas yaitu
instansi pemerintah atau instansi-instansi lain; karena tidak akan dijiwai oleh cita-cita
dan nilai-nilai yang hidup dalam kalangan profesi itu sendiri.

Instansi dari luar bisa menganjurkan membuat kode etik dan barang kali dapat juga
membantu dalam merumuskan, tetapi pembuatan kode etik itu sendiri harus
dilakukan oleh profesi yang bersangkutan. Supaya dapat berfungsi dengan baik, kode
etik itu sendiri harus menjadi hasil SELF REGULATION (pengaturan diri) dari
profesi.

Dengan membuat kode etik, profesi sendiri akan menetapkan hitam atas putih niatnya
untuk mewujudkan nilai-nilai moral yang dianggapnya hakiki. Hal ini tidak akan
pernah bisa dipaksakan dari luar. Hanya kode etik yang berisikan nilai-nilai dan cita-
cita yang diterima oleh profesi itu sendiri yang bis mendarah daging dengannya dan
menjadi tumpuan harapan untuk dilaksanakan untuk dilaksanakan juga dengan tekun
dan konsekuen. Syarat lain yang harus dipenuhi agar kode etik dapat berhasil dengan
baik adalah bahwa pelaksanaannya di awasi terus menerus. Pada umumnya kode etik
akan mengandung sanksi-sanksi yang dikenakan pada pelanggar kode etik.

108 | E T I K A P R O F E S I
PROGRAM STUDI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA

SANKSI PELANGGARAN KODE ETIK :


a. Sanksi moral
b. Sanksi dikeluarkan dari organisasi

Kasus-kasus pelanggaran kode etik akan ditindak dan dinilai oleh suatu dewan
kehormatan atau komisi yang dibentuk khusus untuk itu. Karena tujuannya adalah
mencegah terjadinya perilaku yang tidak etis, seringkali kode etik juga berisikan
ketentuan-ketentuan profesional, seperti kewajiban melapor jika ketahuan teman
sejawat melanggar kode etik. Ketentuan itu merupakan akibat logis dari self
regulation yang terwujud dalam kode etik; seperti kode itu berasal dari niat profesi
mengatur dirinya sendiri, demikian juga diharapkan kesediaan profesi untuk
menjalankan kontrol terhadap pelanggar. Namun demikian, dalam praktek sehari-
hari control ini tidak berjalan dengan mulus karena rasa solidaritas tertanam kuat
dalam anggota-anggota profesi, seorang profesional mudah merasa segan melaporkan
teman sejawat yang melakukan pelanggaran. Tetapi dengan perilaku semacam itu
solidaritas antar kolega ditempatkan di atas kode etik profesi dan dengan demikian
maka kode etik profesi itu tidak tercapai, karena tujuan yang sebenarnya adalah
menempatkan etika profesi di atas pertimbangan-pertimbangan lain. Lebih lanjut
masing-masing pelaksana profesi harus memahami betul tujuan kode etik profesi baru
kemudian dapat melaksanakannya.

Kode Etik Profesi merupakan bagian dari etika profesi. Kode etik profesi merupakan
lanjutan dari norma-norma yang lebih umum yang telah dibahas dan dirumuskan
dalam etika profesi. Kode etik ini lebih memperjelas, mempertegas dan merinci
norma-norma ke bentuk yang lebih sempurna walaupun sebenarnya norma-norma
tersebut sudah tersirat dalam etika profesi. Dengan demikian kode etik profesi adalah
sistem norma atau aturan yang ditulis secara jelas dan tegas serta terperinci
tentang apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan apa yang salah dan
perbuatan apa yang dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh seorang profesional

TUJUAN KODE ETIK PROFESI :


1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
8. Menentukan baku standarnya sendiri.

109 | E T I K A P R O F E S I
PROGRAM STUDI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA

Adapun fungsi dari kode etik profesi adalah :


1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas
yang digariskan.

2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan.
3. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan etika
dalam keanggotaan profesi. Etika profesi sangatlah dibutuhkan dlam berbagai
bidang.
Kode etik yang ada dalam masyarakat Indonesia cukup banyak dan bervariasi.
Umumnya pemilik kode etik adalah organisasi kemasyarakatan yang bersifat
nasional, misalnya Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), kode etik Ikatan Penasehat
HUKUM Indonesia, Kode Etik Jurnalistik Indonesia, Kode Etik Advokasi Indonesia dan
lain-lain. Ada sekitar tiga puluh organisasi kemasyarakatan yang telah memiliki kode
etik.

Suatu gejala agak baru adalah bahwa sekarang ini perusahaan-perusahan swasta
cenderung membuat kode etik sendiri. Rasanya dengan itu mereka ingin
memamerkan mutu etisnya dan sekaligus meningkatkan kredibilitasnya dan karena
itu pada prinsipnya patut dinilai positif.

110 | E T I K A P R O F E S I

Anda mungkin juga menyukai