Anda di halaman 1dari 10

Standarisasi

A. Pengertian

Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan, disusun berdasarkan
konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat kesehatan,
keselamatan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama keseragaman /
kesatuan bahasa teknik, serta berdasarkan pengalaman, perkembangan masa kini dan
masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar- besarnya.

Standarisasi adalah proses merumuskan, menetapkan, meninjau kembali standar, yang


dilaksanakan dengan kerja sama semua pihak.

Standarisasi Profesi adalah suatu kriteria mengenai kemampuan dalam pengetahuan,


ketrampilan dan sikap professional dari keahlian spesialistik minimal yang harus
dikuasai oleh seorang spesialis profesi tertentu.

B. Tujuan Standarisasi
Standardisasi sebagai suatu unsur penunjang pembangunan mempunyai peran
penting dalam usaha optimasi pendayagunaan sumber daya dan seluruh kegiatan
pembangunan. Perangkat standardisasi termasuk juga perangkat pembinaan dan
pengawasan sangat berperan dalam peningkatan perdagangan dalam negeri dan
internasional,pengembangan industri nasional, serta perlindungan terhadap pemakai
(operator maupun masyarakat). Tujuan akhir kegiatan standardisasi adalah terwujudnya
jaminan mutu. Dengan demikian standardisasi dapat digunakan sebagai alat kebijakan
pemerintah untuk menata struktur ekonomi secara lebih baik dan memberikan
perlindungan kepada umum. Standardisasi juga digunakan oleh Pemerintah untuk
menunjang tercapainya tujuan-tujuan strategis antara lain peningkatan ekspor,
peningkatan daya saing produk dalam negeri terhadap barang-barang impor, dan
peningkatan efisiensi nasional.
C. Standarisasi Nasional
Badan Standardisasi Nasional (BSN) merupakan Lembaga Pemerintah Non
Departemen dengan tugas pokok mengembangkan dan membina kegiatan standardisasi
dan penilaian kesesuaian di Indonesia. Badan ini mengambil alih fungsi dari Dewan
Standardisasi Nasional (DSN). Sistem Standardisasi Nasional (SSN) merupakan dasar

dan pedoman pelaksanaan setiap kegiatan standardisasi di Indonesia yang harus diacu
oleh semua instansi teknis sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1991
tentang Standardisasi Nasional Indonesia dan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 1991
tentang Penyusunan, Penerapan dan Pengawasan Standardisasi Nasional Indonesia.
D. Standarisasi Internasional
Organisasi Internasional untuk Standardisasi (bahasa Inggris: International
Organization for Standardization disingkat ISO atau Iso) adalah badan penetap
standar internasional yang terdiri dari wakil-wakil dari badan standar nasional setiap
negara. Pada awalnya, singkatan dari nama lembaga tersebut adalah IOS, bukan ISO.
Tetapi sekarang lebih sering memakai singkatan ISO, karena dalam bahasa Yunani isos
berarti sama (equal). Penggunaan ini dapat dilihat pada kata isometrik atau isonomi.
Didirikan pada 23 Februari 1947, ISO menetapkan standar-standar industrial dan
komersial dunia. ISO, yang merupakan lembaga nirlaba internasional, pada awalnya
dibentuk untuk membuat dan memperkenalkan standardisasi internasional untuk apa
saja. Standar yang sudah kita kenal antara lain standar jenis film fotografi, ukuran kartu
telepon, kartu ATM Bank, ukuran dan ketebalan kertas dan lainnya. Dalam menetapkan
suatu standar tersebut mereka mengundang wakil anggotanya dari 130 negara untuk
duduk dalam Komite Teknis (TC), Sub Komite (SC) dan Kelompok Kerja (WG).
Meski ISO adalah organisasi nonpemerintah, kemampuannya untuk menetapkan
standar yang sering menjadi hukum melalui persetujuan atau standar nasional
membuatnya lebih berpengaruh daripada kebanyakan organisasi non-pemerintah lainnya,
dan dalam prakteknya ISO menjadi konsorsium dengan hubungan yang kuat dengan
pihak-pihak pemerintah. Peserta ISO termasuk satu badan standar nasional dari setiap
negara dan perusahaan-perusahaan besar.
ISO bekerja sama dengan Komisi Elektroteknik Internasional (IEC) yang
bertanggung jawab terhadap standardisasi peralatan elektronik.
Penerapan ISO di suatu perusahaan berguna untuk:

Meningkatkan citra perusahaan

Meningkatkan kinerja lingkungan perusahaan

Meningkatkan efisiensi kegiatan

Memperbaiki manajemen organisasi dengan menerapkan perencanaan, pelaksanaan,


pengukuran dan tindakan perbaikan (plan, do, check, act)

Meningkatkan penataan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan dalam hal


pengelolaan lingkungan

Mengurangi resiko usaha

Meningkatkan daya saing

Meningkatkan komunikasi internal dan hubungan baik dengan berbagai pihak yang
berkepentingan

Mendapat kepercayaan dari konsumen/mitra kerja/pemodal

E. Standardisasi Profesi dalam Teknologi Informasi


SAAT ini Teknologi Informasi (TI) berkembang sangat pesat. Secara tidak
langsung dinamika industri di bidang ini juga meningkat dan menuntut para
profesionalnya rutin dan berkesinambungan mengikuti aktifitas menambah ketrampilan
dan pengetahuan baru.
Perkembangan industri TI ini membutuhkan suatu formalisasi yang lebih baik dan
tepat mengenai pekerjaan profesi yang berkaitan dengan keahlian dan fungsi dari tiap
jabatannya.
Hal ini menimbulkan kebutuhan untuk dibentuknya suatu standar profesi di bidang
tersebut. Para profesional TI, sudah sejak lama mengharapkan adanya suatu standard
kemampuan yang kontinyu dalam profesi tersebut.
Jika dikaji lebih lanjut, standard yang tepat dan teliti untuk profesi ini hanya akan
memiliki sedikit relevansi jika tidak adanya proses yang menjamin kemutakhiran
pengetahuan profesi TI.
Secara logis dapat dikatakan, seseorang yang memenuhi persyaratan pengetahuan
dan ketrampilan beberapa tahun lalu, belum tentu dapat memenuhi persyaratan sebagai
profesional TI di masa kini.
South East Asia Regional Computer Confideration (SEARCC) merupakan suatu
forum/badan yang beranggotakan himpunan praktisi IT (Information Technology) yang
terdiri dari 13 negara. SEARCC dibentuk pada Februari 1978, di Singapore oleh 6 ikatan
komputer dari negara-negara: Hong Kong, Indonesia, Malaysia, Philipine, Singapore
danThailand.
Indonesia

sebagai

anggota

South

East

Asia

Regional

Computer

Confideration(SEARCC) telah aktif turut serta dalam berbagai kegiatan yang


dilaksanakan oleh SEARCC . Salah satunya adalah SRIG-PS (Special Regional Interest

Group on Profesional Standardisation), yang mencoba merumuskan standardisasi


pekerjaan didalam dunia Teknologi Informasi.
SRIG-PS diharapkan memberikan hasil sebagai berikut:
a. Terbentuknya Kode Etik untuk praktisi TI
b. Klasifikasi pekerjaan dalam bidang Teknologi Informasi
c. Panduan metoda sertifikasi dalam TI
d. Promosi dari program yang disusun oleh SRIG-PS ditiap negara anggota SEARCC
IPKIN selaku perhimpunan masyarakat komputer dan Informatika di Indonesia
telah membuat beberapa langkah untuk memasyarakatkan standardisasi profesinya.
Langkah-langkah yang telah disusun tersebut ada beberapa pentahapan :
1. Penyusunan kode etik profesional Teknologi Informasi,
2. Penyusunan klasifikasi pekerjaan (Job) Teknologi Informasi,
3. Penerapan mekanisme sertifikasi untuk profesional Teknologi Informasi,
4. Penerapan sistem akreditasi untuk pusat pelatihan dalam upaya pengembangan profesi,
5. Penerapan mekanisme re-sertifikasi.
Untuk memasyarakatkan standarisasi profesi TI, diperlukan media promosi yang dapat
berupa radio, majalah, internet atau bahkan televisi. Terlebih lagi adalah penting untuk
mempromosikan standard ini kepada institusi pendidikan, terutama bagian kurikulum
karena pendidikan dalam bidang TI harus disesuaikan agar cocok dengan standard yang
akan diterapkan dalam industri.
Promosi ini memiliki berbagai sasaran dan pada tiap-tiap sasaran mempunyai tujuan
yang ingin dicapai:
Pemerintah, untuk memberi saran dan pembuat kebijakan sebagai usaha
pengembangan Sumber Daya Manusia khususnya di bidang TI.
Pemberi kerja, untuk membangkitkan kesadaran diantara para pemberi kerja tentang
nilai-nilai dari standard profesional dalam meningkatkan kualitas profesional TI.
Profesional TI, untuk mendorong agar profesional TI melihat nilai-nilai standard
dalam profesi dan karir mereka.
Institusi dan Penyusun kebijakan pendidikan, untuk memberi saran pada pembentukan
kurikulum agar dapat memenuhi kebutuhan dan standard profesional TI.
Masyarakat umum, untuk menyadarkan pada masyarakat umum bahwa standard
profesional adalah penting dalam menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas.

Instansi pemerintah telah mulai melakukan pekerjaan dalam bidang TI.


Bagaimanapun

juga

klasifikasi

pekerjaan

tersebut

masih

belum

dapat

mengakomodasikannya. Terlebih lagi, deskripsi pekerjaan setiap klasifikasi pekerjaan


masih tidak jelas dalam membedakan setiap pekerjaan.
Ada beberapa industri mempunyai klasifikasi pekerjaannya sendiri dan telah
mengembangkan klasifikasi pekerjaan sendiri. Hal ini mengesankan belum adanya
standarisasi sehingga menimbulkan kesulitan bagi para profesional TI.
Komponen pokok yang harus diperhatikan dalam menentukan standard profesi adalah
kompetensi. Kompetensi di sini mencakup :

Pendidikan yang berkaitan dengan profesinya,

Pengetahuan dan ketrampilan dibidang yang bersangkutan,

Working attitude (sikap kerja),

Kemampuan komunikasi dan sosial serta training.


Standard kompetensi itu diharapkan dapat memberikan sumbangan yang sangat

berarti dalam dunia TI. Dengan adanya kebutuhan untuk mewujudkan dan menjaga standard
profesional yang tinggi tersebut, diharapkan standarisasi yang telah terbentuk nantinya akan
memberikan banyak manfaat yang sejalan dengan model Link and Match, serta mendukung
era perdagangan internasional.
Disamping itu, dengan menerapkan model standard yang telah diakui, tenaga TI lokal
akan diakui secara regional. Perusahaan Multinasional akan mengakui keahlian tenaga TI
tersebut. Ini akan memberikan nilai tambah bagi tenaga TI lokal. Berkaitan dengan adanya
freedom of movement dari tenaga kerja, standard nasional yang memenuhi standard regional
ini diharapkan dapat membatasi masuknya profesional TI asing, serta menjadikan lebih
diakuinya kemampuan profesional TI nasional.

Sertifikasi
A. Pendahuluan
Sertifikasi dalah suatu penetapan yang diberikan oleh suatu organisasi profesional
terhadap seseorang untuk menunjukkan bahwa orang tersebut mampu untuk melakukan suatu
pekerjaan atau tugas spesifik. Sertifikasi biasanya harus diperbaharui secara berkala, atau
dapat pula hanya berlaku untuk suatu periode tertentu. Sebagai bagian dari pembaharuan
sertifikasi, umumnya diterapkan bahwa seorang individu harus menunjukkan bukti
pelaksanaan pendidikan berkelanjutan atau memperoleh nilai CEU (continuing education
unit).
Globalisasi (sering juga disebut pasar bebas-red) telah melahirkan berbagai bentuk
kerjasama antar negara, baik di bidang ekonomi maupun di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi, yang berujung pada terjadinya peningkatan mobilitas manusia, barang, dan jasa.
Salah satu bentuk kerjasama antar negara untuk menerapkan pasar bebas adalah AFTA
(ASEAN Free Trade Area) yang telah dimulai tahun 2002, dan APEC (Asia Pacific Economic
Cooperation) yang akan berlaku tahun 2020, serta organisasi WTO (World Trade
Organization) yang akan dilaksanakan kesepakatannya tahun 2010. Bentuk-bentuk pasar
bebas ini, bagi setiap negara akan menjadi ajang persaingan ekonomi tanpa batas dalam
memperebutkan pasar. Setiap negara harus berusaha memenangkan persaingan tersebut demi
eksistensi negara, keselamatan, serta kesejahteraan bangsanya.
Globalisasi mengharuskan setiap negara berupaya meningkatkan daya saing melalui
peningkatan efisiensi dan produktivitas sumber daya alam dan sumber daya manusianya.
Dalam hal ini peranan sumber daya manusia sangatlah penting dan strategis, sehingga
program pendidikan dan pelatihan profesi perlu ditingkatkan dan dilaksanakan oleh semua
pihak di Indonesia.
Kaitannya dengan aspek ketenagakerjaan, globalisasi berimplikasi pada terbukanya
kesempatan kerja di dalam dan di luar negeri. Hal ini sudah mulai dapat dilihat, yaitu
terjadinya arus tenaga kerja warga negara asing pendatang yang mengisi pasar kerja
Indonesia.
Untuk menjawab tantangan global tersebut maka, pemerintah Indonesia mendirikan
Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) . BNSP adalah lembaga independen yang
bertanggung jawab langsung kepada Presiden, dengan tugas menyelenggarakan sertifikasi
tenaga kerja melalui uji kompetensi. Dengan tugas seperti itu, pada dasarnya bnsp adalah

lembaga pengendali mutu/kualitas tenaga kerja di Indonesia. Keberadaan BNSP kurang lebih
sama dengan Badan Standardisasi Nasional (BSN). Apabila BSN mengendalikan mutu
barang dan jasa, maka BNSP mengendalikan mutu tenaga kerjanya.
Ke dua badan ini akan saling melengkapi, sehingga peningkatan mutu dan
produktivitas nasional Indonesia akan dapat dilakukan lebih cepat. Hal ini penting untuk
peningkatan daya saing indonesia di pasar global.
BNSP adalah lembaga yang independen. Hal ini dicerminkan pada susunan
keanggotaan BNSP yang berjumlah 25 orang, terdiri dari 10 orang dari unsur pemerintah dan
15 orang dari unsur swasta. Kredibilitas BNSP dicerminkan dari persyaratan keanggotaan
yang lebih mementingkan kompetensi dan profesionalisme daripada keperwakilan.
Jaminan bahwa BNSP akan ditangani secara professional juga tercermin dari
kepengurusan yang harus bekerja penuh waktu. Bahkan anggota yang berasal dari unsur
pemerintah, harus melepaskan jabatannya, walau masih tetap berstatus pegawai negeri.
Dalam melaksanakan tugasnya, BNSP dapat memberi lisensi kepada Lembaga Sertifikasi
Profesi (LSP) melalui sistem akreditasi. Hal ini penting, karena bidang dan tingkat profesi
yang harus disertifikasi kompetensinya sangat luas cakupannya. Ke depan, setiap bidang
profesi akan ada LSP nya sendiri-sendiri sebagai kepanjangan tangan BNSP.
LSP melakukan uji kompetensi dan sertifikasi kompetensi atas nama BNSP. uji
kompetensi yang dilakukan oleh LSP, mengacu pada Standar Kompetensi Nasional yang
telah dilakukan oleh BNSP dan ditetapkan dengan Keputusan Menteri yang bertanggung
jawab di bidang ketenagakerjaan. Sebagai kepanjangan tangan BNSP, LSP berada dibawah
kendali dan bertanggung jawab kepada BNSP. Dengan sistem uji kompetensi seperti ini,
jaminan mutu dan kredibilitas sertifikasi akan lebih dapat dipertanggung jawabkan.
Selama ini jaminan mutu tenaga kerja banyak dilakukan melalui sistem ijazah sekolah
atau sertifikat pelatihan. Hal ini berarti antara produsen dan pengendali mutu menjadi satu.
Akibatnya fungsi kendali mutu kurang dapat dilakukan secara efektif. Dampak lebih jauh
adalah terjadinya kekacauan di pasar kerja. Ketidak percayaan antara pencari kerja dan
pengguna tenaga kerja semakin tajam.
Menyikapi hal itu, biasanya pengguna tenaga kerja terpaksa melakukan testing sendiri
(baik dilakukan sendiri maupun dengan cara oulsourching) terhadap sejumlah besar pelamar,
yang memakan biaya tidak sedikit. Setelah itu masih harus melakukan pelatihan pendahuluan
yang juga tidak murah biayanya.
Ke depan, dengan adanya BNSP dan LSP, pengguna tenaga kerja tidak perlu sulitsulit mencari tenaga yang kompeten. Cukup dengan menyebutkan jenis dan tingkat sertifikasi

tenaga kerja yang dibutuhkan, tenaga kerja yang dimaksud akan segera didapatkan. Bahkan
cukup hanya menyebutkan kode dari jenis dan tingkat sertifikasi dari tenaga kerja tersebut
Hal itu dapat dilakukan baik melalui media massa maupun melalui lembaga bursa kerja.
Kondisi saat ini SDM Indonesia sering kalah bersaing dengan tenaga kerja asing hanya
karena mereka tidak memiliki sertifikasi. Jika kondisi ini tidak segera diatasi, bisa jadi tenaga
kerja lokal kehilangan lapangan kerja di negeri sendiri. Nantinya, sertifikasi yang dikeluarkan
Lembaga Sertifikasi Profesi Telematika juga dapat digunakan di luar negeri karena akan
mengacu pada standar sertifikasi yang berlaku secara internasional.
B. Manfaat Sertifikasi
Berikut ini merupakan manfaat sertifikasi bagi perusahaan dan individu:
A. Bagi Perusahaan
1. Memberikan keunggulan bersaing yang nyata.
2. Memberikan pelayanan pada tingkat yang lebih tinggi.
3. Meningkatkan produktivitas kerja.
4. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia yang lebih lengkap.
5. Meningkatkan kredibilitas terhadap mitra bisnis dan pelanggan.
6. Memberikan dampak terukur untuk efisensi dan keuntungan bisnis.
7. Menjadi tujuan penting bagi bisnis perusahaan.
B. Bagi Individu
1. SDM yang memiliki sertifikasi lebih loyal dan kurang suka berganti pekerjaan.
2. Sertifikasi adalah suatu cara untuk mempertahankan SDM berkompetensi.
3. Berfungsi sebagai skala pembanding untuk kemampuan teknis.
4. Sertifikasi memungkinkan pemilihan yang lebih baik dalam proses rekruitmen.
5. SDM yang memiliki sertifikasi mampu melakukan fungsi pekerjaan dengan baik.

C. Sertifikasi IT
Kebutuhan SDM di bidang telematika atau teknologi informasi dan komunikasi
semakin meningkat, tidak hanya dari segi kuantitas tapi juga kualitasnya. Karenanya,
penyiapan SDM di bidang TI dan komunikasi ini harus dilakukan sebelum menyiapkan
infrastruktur, sarana, dan prasarana.
Pemerintah melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor:
KEP-149/MEN/V/2005 tentang Akreditasi
menetapkan

Lembaga

Sertifikasi

Profesi

Lembaga

Sertifikasi

Telematika

sebagai

Profesi Telematika
sebagai

pelaksana

pengembangan Standar Kompetensi, Sertifikasi Kompetensi dan Pelaksana akreditasi unitunit Tempat Uji Kompetensi pada suatu bidang profesi dan memiliki tanggung jawab teknis
dan administrasi atas implementasi, pembinaan dan pengembangan standar kompetensi dan
sertifikasi maupun LSP terkait.
Lembaga yang baru terbentuk awal Juni 2005 yang lalu ini dipelopori berdirinya oleh
7 asosiasi yang bergelut di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi. Asosiasi-asosiasi itu
adalah: Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia (Apkomindo), Asosiasi Piranti Lunak
Telematika Indonesia (Aspiluki), Ikatan Pengguna Komputer Indonesia (IPKIN), Masyarakat
Telematika Indonesia (Mastel), Asosiasi Perguruan Tinggi Komputer Indonesia (Aptikom),
serta Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Federasi Teknologi Informasi
Indonesia (FTII).
Pemerintah sebagai salah satu partner LSP Telematika berusaha memfasilitasi asosiasi
dalam mewujudkan standar kompetensi nasional di bidang Teknologi Informasi dan
Komunikasi. Selanjutnya, konsentrasi ini lebih ditujukan untuk meningkatkan keberadaan
masyarakat dalam menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi dengan meningkatkan
e-literacy ( melek komputer-red).
Selain dilakukan badan yang resmi dari pemerintah, standarisasi dan sertifikasi juga
dapat mengikuti standar sertifikasi di industri, yang sering juga disebut vendor certification.
Sertifikasi yang dikeluarkan oleh para vendor biasanya dikelompokkan ke dalam beberapa
spesialisasi, beberapa contoh yang cukup terkenal saat ini antara lain :
1. Cisco
Cisco Certified Network Associate (CCNA)
Cisco Certified Network Professional (CCNP)
Cisco Certified Designing Associate (CCDA)
Cisco Certified Designing Professional (CCDP)

Cisco Security Specialist 1(CSS 1)


2. Microsoft
Microsoft Certified System Engineer (MCSE)
Microsoft Certified System Administrator (MSCA)
Microsoft Certified Solution Developer (MCSD)
Microsoft Certified Database Administrator (MCDBA)
3. Lotus
Certified Lotus Specialist (CLS)
Certified Lotus Professional Application Development (CLP AD)
Certified Lotus Professional System Administration (CLP SA)
4. Oracle
Oracle Certified Professional Database Administrator (OCP DBA)
Oracle Certified Professional Developer (OCP Developer)
5. Internet
Certified Internet Web Master (CIW)
Master CIW Administrator
Master CIW Enterprise Developer

Anda mungkin juga menyukai