Anda di halaman 1dari 36

Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016

ISSN : 2356-4164

HUKUM PERJANJIAN
(DALAM PERSPEKTIF PERJANJIAN KARYA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN
BATUBARA)

Hartana
Direktur Utama PT. Bumi Kencana Eka Sejahtera
Kandidat Doktor Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Email : hartana_palm@yahoo.com

ABSTRAK
Konsensualitas merupakan prinsip atau asas fundamental dalam hukum
perjanjian dimana suatu persetujuan dapat terjadi karena persesuaian kehendak
(konsensus) para pihak. Pada umumnya suatu persetujuan dapat dibuat “bebas
bentuk” dan tidak formal atau perjanjian sudah terjadi dan bersifat mengikat sejak
tercapai kesepakatan (konsensus) antara kedua belah pihak mengenai suatu obyek
perjanjian.
Pasal 33 Ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 merumuskan bahwa “Bumi dan air
dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Berdasar ketentuan tersebut, mineral dan batubara yang merupakan sumber
daya alam dikuasai oleh negara dan pengelolaannya harus memberi nilai tambah
bagi perekonomian nasional guna mencapai kemakmuran dan kesejahteraan
rakyat. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pengelolaan pertambangan mineral
dan batubara oleh Negara harus berazaskan manfaat, keadilan dan keseimbangan
serta keberpihakan kepada kepentingan bangsa sesuai ketentuan Undang-Undang
No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Pemerintah
selaku aparatur negara mengatur dan menentukan penyelenggaraan, perubahan,
penggunaan, persediaan dan pemeliharaan cadangan batubara serta menentukan
dan mengatur hubungan hukum mengenai pertambangan batubara serta
hubungan hukum antara orang-orang dengan sumber daya batubara.
Secara yuridis, hubungan hukum sebagaimana dimaksud di atas dapat
dituangkan dalam suatu bentuk perjanjian yang merupakan konsensus para pihak,
yaitu Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (“PKP2B”) dan
Kontrak Karya (“KK”). Kedua bentuk perjanjian ini telah ada pada saat
diundangkannya UU No. 4 Tahun 2009 dan tetap berlaku sampai dengan masa
berakhirnya kontrak/perjanjian tersebut sebagaimana ketentuan tentang
peralihan pada UU No. 4 Tahun 2009 dan wajib melakukan penyesuaian selambat-
lambatnya 1 (satu) tahun sejak UU No. 4 Tahun 2009 tersebut diundangkan.

Kata kunci : Hukum Perjanjian, Pertambangan, Perjanjian Karya


Pengusahaan Pertambangan Batubara

ABSTRACT
Konsensualitas a principle or fundamental principle in contract law where an
agreement may occur because of a rapprochement will (consensus) of the parties. In
general, an agreement can be made "free form" and not formal or agreement has
occurred and is binding since reached an agreement (consensus) between the two

Jurnal Komunikasi Hukum Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja | 147


Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
ISSN : 2356-4164

sides regarding a particular object of the agreement. Article 33 Paragraph (3) of the
Constitution of 1945.
Based on these provisions, mineral and coal are natural resources controlled by
the state and its administration must provide added value to the national economy in
order to achieve prosperity and welfare. To achieve these objectives, the management
of mineral and coal by the State should be based on the principle of benefit, justice
and balance as well as siding with the interests of the nation according to the
provisions of Law No. 4 Year 2009 on Mineral and Coal Mining. Government as the
state apparatus govern the implementation, change, use, supply and maintenance of
coal reserves as well as to determine and regulate the legal relations concerning coal
mining as well as the legal relationship between those with coal resources.
Legally, the legal relationship as referred to above can be contained in a form
which is the consensus agreement of the parties, namely the Work Agreement for
Coal Mining ("PKP2B") and a Contract of Work ("COW"). Both forms of this
agreement have been there at the time of the enactment of Law No. 4 of 2009 and
remain valid until the expiration of the contract / agreement on the transitional
provisions such as the Law No. 4 of 2009 and shall make adjustments no later than 1
(one) year since the Act No. 4 of 2009 was enacted.

Keywords: Contract Law, Mining, Coal Mining Agreement

Latar Belakang pagar yang melindungi kepentingan


Manusia dalam kehidupannya para pihak apabila terjadi sesuatu hal
selaku makhluk sosial selalu yang tidak diinginkan, diantaranya
berhubungan dan berinteraksi antar perselisihan tentang adanya itikad
manusia lainnya dengan meliputi baik, wanprestasi yang kesemuanya
beberapa aspek, diantaranya aspek berujung pada timbulnya sengketa.
sosial, budaya dan hukum, termasuk Terutama dalam hal ini adalah
perdata. Dalam makalah ini, perjanjian pertambangan batubara
pembahasan lebih diarahkan pada yang mempunyai sifat dan
aspek hukum perdata, khususnya karakteristik perjanjian yang
hukum perjanjian tentang kompleks.
pengusahaan pertambangan Sebelumnya perlu dipahami
batubara. Berbicara tentang terlebih dahulu pengertian dari
pertambangan khususnya tambang Hukum, yaitu peraturan-peraturan
batubara tentu tidak lepas dari yang teratur, tersusun baik dan
masalah bisnis, dimana pada saat ini bersifat mengikat masyarakat serta
bisnis yang dilakukan manusia adalah bertujuan untuk menciptakan tatanan
selalu berkembang dan diharapkan masyarakat yang tertib, damai dan
selalu terus berkembang mengikuti adil dengan ditunjang adanya
perkembangan zaman. Sehingga kepastian hukum sehingga
perlu dipertanyakan bagaimana suatu kepentingan individu dan masyarakat
hubungan usaha atau bisnis antar dapat terlindungi sebagaimana tujuan
manusia dituangkan ke dalam sebuah normatif dari suatu negara adalah
perjanjian yang bisa mengakomodir untuk mewujudkan situasi negara
segala kepentingan mereka termasuk yang kondusif. Indonesia merupakan
adanya batasan-batasan sebagai negara hukum dimana setiap tata

Jurnal Komunikasi Hukum Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja | 148


Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
ISSN : 2356-4164

cara pelaksanaan kehidupan orang lain atau lebih”. Perjanjian juga


didalamnya berlandaskan hukum, adalah satu peristiwa dimana
baik tertulis maupun tidak seseorang berjanji kepada orang lain
tertulis/abstrak yang dalam atau keduanya berjanji untuk
pelaksanaannya dijalankan secara melaksanakan sesuatu hal,
bersama oleh pemerintah dan rakyat. merupakan terjemahan dari bahasa
Sementara pengertian perjanjian Belanda yaitu “overeenskomst” (J.
adalah implementasi dari poin-poin Satrio, 2001). Para pihak dalam
hubungan usaha atau bisnis antar perjanjian yang akan diadakan dan
manusia yang dituangkan secara telah sepakat tentang apa yang
tertulis dalam lembar perjanjian dan mereka sepakati berupa janji-janji
telah memiliki kesepakatan para yang di perjanjikan dengan sesuatu
pihak. Perjanjian memiliki hubungan hal yang harus dilaksanakan
erat dengan perikatan sebagaimana dinamakan ‘prestasi’, dapat berupa
Buku III KUHPerdata Pasal 1233 yang menyerahkan suatu barang,
menyebutkan tentang terjadinya melakukan suatu perbuatan dan
perikatan yang mengemukakan tidak melakukan suatu perbuatan.
bahwa perikatan timbul dari Adapun perjanjian tersebut
persetujuan atau undang-undang (R. merupakan suatu Undang-undang
Setiawan, 1994). bagi mereka yang membuatnya,
Menurut Subekti, perjanjian dalam artian para pihak telah terikat
merupakan bentuk konkrit dari sehingga harus tunduk serta wajib
perikatan sedangkan perikatan bertindak dan bersikap sesuai dengan
merupakan bentuk abstrak dari perjanjian tersebut. Perikatan yang
perjanjian, hal ini dapat diartikan lahir dari perjanjian sebagaimana
adanya hubungan hukum antara dua KUHPerdata Buku III, pasal 1338
pihak yang isinya adalah hak dan terdapat ketentuan tentang azas
kewajiban, suatu hak untuk menuntut “kebebasan berkontrak” (pacta sunt
sesuatu dan sebaliknya suatu servanda) yaitu dalam membuat
kewajiban untuk memenuhi tuntutan suatu perjanjian adalah bebas dalam
tersebut (R. Subekti, 1992). menterjemahkan poin-poin
Pengaturan tentang perikatan kesepakatan asalkan tidak melanggar
secara khusus terdapat dalam ketentuan, tidak melanggar
KUHPerdata Buku II bagian umum ketentuan undang-undang dan tidak
dari Bab I sampai dengan Bab IV, melanggar ketertiban umum dan
misalnya tentang bagaimana lahirnya kesusilaan sebagaimana Pasal 1337
dan hapusnya perikatan, macam- KUH Perdata (J. Satrio), sehingga
macam perikatan dan sebagainya dapat diterjemahkan bahwa: ”Semua
(Kitab Undang-undang Hukum perjanjian yang telah dibuat secara
Perdata). sah mengikat para pihak sebagai
Pasal 1313 Bab II Buku III Undang-undang” (Kitab Undang-
KUHPerdata memberikan pengertian undang Hukum Perdata), dan secara
tentang perjanjian: “Suatu perbuatan hukum sehingga jika perjanjian telah
dengan mana satu orang atau lebih timbul, para pihak yang terikat
mengikatkan dirinya terhadap satu didalamnya dituntut untuk

Jurnal Komunikasi Hukum Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja | 149


Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
ISSN : 2356-4164

melaksanakannya dengan baik implementasinya menganut 3 (tiga)


layaknya undang-undang bagi asas hukum, yaitu :
mereka (Kitab Undang-undang 1. Asas Hukum Terbuka, hukum
Hukum Perdata) : perjanjian memberikan
1. Perjanjian yang dibuat oleh kebebasan kepada masyarakat
para pihak secara sah berlaku untuk mengadakan perjanjian
sebagai undang-undang bagi yang berisi apa saja sepanjang
mereka yang membuatnya. tidak melanggar ketertiban
2. Perjanjian yang telah dibuat umum dan kesusilaan.
tidak dapat ditarik kembali Mengandung suatu pengertian
kecuali adanya kesepakatan bahwa perjanjian-perjanjian
dari para pihak atau karena khusus yang diatur dalam
adanya alasan yang dibenarkan undang-undang hanyalah
oleh undang-undang. perjanjian-perjanjian yang telah
3. Perjanjian harus dilaksanakan dikenal umum di dalam
dengan itikad baik. masyarakat pada waktu
Menurut KUHPerdata, bila salah KUHPerdata dibentuk.
satu pihak tidak menjalankan 2. Asas Konsensualitas, asas ini
pelaksanaan perjanjian dan tidak menyatakan bahwa perjanjian
memenuhi kewajiban sebagaimana sudah terjadi dan bersifat
tertuang dalam perjanjian ataupun mengikat sejak tercapai
telah memenuhi kewajibannya kesepakatan (konsensus) antara
namun tidak sebagaimana yang kedua belah pihak mengenai
ditentukan, maka perbuatannya obyek perjanjian. Dapat
tersebut dikategorikan sebagai ditetapkan apa yang menjadi hak
wanprestasi. dan kewajiban dari masing-
Terjadinya prestasi, masing pihak, sebagai contoh
wanprestasi dan keadaan memaksa adalah transaksi jual beli.
dikarenakan adanya hukum Perjanjian telah timbul sejak
perikatan yang menurut Buku III penjual melakukan penawaran
KUHPerdata menyebutkan bahwa atas suatu barang dan penawaran
suatu hubungan hukum (kekayaan itu kemudian disetujui oleh
harta benda) terjadi antara dua orang pembeli.
yang memberi hak pada yang satu 3. Asas Hukum Pelengkap,
untuk menuntut sesuatu dari yang beberapa pasal dalam Hukum
lainnya, sedangkan orang lainnya Perjanjian dikatakan sebagai
diwajibkan untuk memenuhi hukum pelengkap, karena pasal-
tuntutan tersebut, hal ini pasal ini melengkapi perjanjian-
sebagaimana definisi dari Subekti perjanjian yang dibuat secara
(1980). Oleh karena sifat hukum yang tidak lengkap. Biasanya orang
termuat dalam Buku III KUHPerdata yang mengadakan suatu
selalu berupa tuntut-menuntut maka perjanjian tidak mengatur secara
Buku III KUHPerdata juga dinamakan terperinci semua persoalan yang
perhutangan, (Sri Soedewi Masjhoen berkaitan dengan perjanjian itu.
Sofran, 1987) dimana dalam

Jurnal Komunikasi Hukum Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja | 150


Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
ISSN : 2356-4164

UUD 1945 Pasal 33 Ayat (3) antara orang-orang dengan


menyebutkan bahwa “Bumi dan air bumi, air dan ruang angkasa.
dan kekayaan alam yang terkandung 3. Menentukan dan mengatur
di dalamnya dikuasai oleh negara dan hubungan-hubungan hukum
dipergunakan untuk sebesar-besarnya mengenai bumi, air dan ruang
kemakmuran rakyat” (Undang- angkasa.
undang Dasar 1945, Pasal 33 ayat 3) Berdasar ketentuan tersebut,
Perumusan pasal ini berbeda dengan batubara sebagai salah satu sumber
pemahaman negara lain tentang daya alam yang terkandung dalam
prinsip kepemilikan sumber daya bumi Negara Republik Indonesia,
alam berupa kekayaan alam yang negara berwenang atas
terkandung di dalamnya yang penguasaannya untuk sebesar-
menganut pemahaman bahwa besarnya kemakmuran rakyat dan
pemilik dari tambang yang Pemerintah selaku aparatur negara
ditemukan dalam wilayah area mengatur dan menentukan
tambang dari seseorang adalah penyelenggaraan perubahan,
dimiliki oleh orang tersebut. penggunaan, persediaan dan
Indonesia merupakan negara yang pemeliharaan cadangan batubara,
kaya akan bahan galian (tambang) serta menentukan dan mengatur
meliputi emas, perak, tembaga, hubungan-hubungan hukum
minyak, gas bumi, batubara dan lain- mengenai pertambangan batubara
lain dimana bahan galian tersebut serta hubungan hukum antara orang-
dikuasai oleh negara. orang dengan sumber daya batubara.
Peran negara dalam hal ini Bentuk penguasaan negara atas
adalah pemerintah, wajib batubara lebih lanjut dituangkan
melaksanakan optimalisasi dan dalam peraturan perundang-
pemanfaatan potensi sumber daya undangan di bidang pertambangan.
alamnya secara berkelanjutan serta UU No. 11 Tahun 1967 tentang
seoptimal mungkin bagi kepentingan Ketentuan-ketentuan Pokok
rakyat dengan mempertimbangkan Pertambangan adalah peraturan
aspek ekonomi, sosial dan perundangan di bidang
lingkungan. pertambangan sebagai pelaksana
Sementara pengertian hak amanat ketentuan Pasal 33 ayat (3)
menguasai oleh Negara sebagaimana UUD 1945 yang telah diundangkan
terdapat dalam UU No. 5 Tahun 1960 selama lebih kurang empat
tentang Peraturan Dasar Agraria dasawarsa, walaupun dalam praktik
(“UUPA”) (UU No. 5 Tahun 1960, cukup menuai berbagai
Peraturan Dasar Agraria (“UUPA”) permasalahan, telah memberikan
1. Mengatur dan sumbangan yang penting bagi
menyelenggarakan perubahan, pembangunan nasional. Dalam
penggunaan, persediaan dan perkembangan lebih lanjut, undang-
pemeliharaan bumi, air dan undang tersebut yang materi
ruang angkasa tersebut. muatannya bersifat sentralistik sudah
2. Menentukan dan mengatur tidak sesuai lagi dengan
hubungan-hubungan hukum perkembangan situasi sekarang dan

Jurnal Komunikasi Hukum Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja | 151


Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
ISSN : 2356-4164

tantangan di masa depan. Di samping Berkenaan dengan hal tersebut


itu, pembangunan pertambangan di atas, Pemerintah pada akhirnya
harus menyesuaikan diri dengan dengan persetujuan DPR
perubahan lingkungan strategis, baik mengesahkan UU No. 4 Tahun 2009
bersifat nasional maupun tentang Pertambangan Mineral Dan
internasional. Tantangan utama yang Batubara yang dapat memberikan
dihadapi oleh pertambangan mineral landasan hukum bagi langkah-
dan batubara adalah pengaruh langkah pembaruan dan penataan
globalisasi yang mendorong kembali kegiatan pengelolaan dan
demokratisasi, otonomi daerah, hak pengusahaan pertambangan mineral
asasi manusia, lingkungan hidup, dan batubara.
perkembangan teknologi dan Pemberlakuan UU No. 4 Tahun
informasi, hak atas kekayaan 2009 memiliki dampak positif, di
intelektual serta tuntutan antaranya dapat memberikan
peningkatan peran swasta dan keberpihakan kepada perusahaan
masyarakat. pertambangan nasional dari hulu
Masalah pertambangan mineral sampai ke hilir. Konsep manajemen
dan batubara (minerba) selama ini Wilayah Umum Pertambangan
merupakan hal yang tak pernah (“WUP”) yang melibatkan Pemerintah
selesai, mulai dari persoalan tumpang Pusat, Pemerintah Daerah dan DPR
tindih, wilayah Kuasa Pertambangan diharapkan dapat mengatasi masalah
sampai masalah transfer pricing tumpang tindih lahan dengan sektor
(http://www.hukumonline.com). lain seperti kehutanan dan pertanian.
Sektor pertambangan Selain itu, ketentuan pelelangan
khususnya pertambangan batubara, dalam mendapatkan Izin Usaha
mengalami masa puncak kejayaan Pertambangan (“IUP”) akan
pada era 2004 sampai dengan akhir memberikan peluang bagi
2006 seiring dengan melambungnya perusahaan pertambangan yang
harga minyak bumi dan motivasi dari profesional dan serius. Dampak
berbagai pihak untuk mencari dan positif lainnya adalah UU No. 4 Tahun
memaksimalkan sumber energi selain 2009 memberikan prioritas khusus
minyak dan gas bumi. Batubara kepada BUMN untuk mengusahakan
dijuluki juga sebagai emas hitam pada wilayah pencadangan negara melalui
masa itu sehingga para pengusaha IUP Khusus. Selain itu, ketentuan
dari skala kecil sampai besar, baik tentang keharusan mengolah di
domestik maupun internasional dalam negeri merupakan peluang
berbondong-bondong terjun ke bisnis bagi perusahaan pertambangan
batubara. Saat ini, meskipun harga dalam negeri untuk melakukan
batubara tidak sefantastis pada era pengolahan dan pemurnian hasil
2004 sampai dengan akhir 2006, tambang dari pemegang IUP lain.
namun pengusahaan batubara di Mineral dan batubara yang
Indonesia masih tetap dianggap merupakan sumber daya alam
bisnis yang sangat prospektif di dikuasai oleh negara, oleh karenanya
kalangan pengusaha. pengelolaannya harus memberi nilai
tambah bagi perekonomian nasional

Jurnal Komunikasi Hukum Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja | 152


Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
ISSN : 2356-4164

guna mencapai kemakmuran dan diundangkan kecuali mengenai


kesejahteraan rakyat. Untuk penerimaan negara.
mencapai tujuan di atas, maka 3. Pengecualian terhadap
pengelolaan pertambangan mineral penerimaan negara
dan batubara harus berazaskan sebagaimana dimaksud pada
manfaat, keadilan dan keseimbangan huruf b adalah upaya
serta keberpihakan peningkatan penerimaan
kepada kepentingan bangsa sesuai negara.
ketentuan Undang-Undang No. 4
Tahun 2009 tentang Pertambangan Dari penjelasan Latar Belakang
Mineral dan Batubara. di atas, maka yang menjadi
Secara eksplisit UU No. 4 Tahun Identifikasi Masalah dalam makalah
2009 menghormati keberadaan ini adalah sebagai berikut:
Perjanjian Karya Pengusahaan 1. Apa maksud dan pengertian
Pertambangan Batubara (“PKP2B”) dari hukum dan perjanjian?
dan Kontrak Karya (“KK”) yang telah 2. Apa jenis-jenis dan pengertian
ada pada saat diundangkannya UU dari hukum perjanjian,
No. 4 Tahun 2009 dengan tetap terutama Perjanjian Karya
diberlakukannya KK dan PKP2B Pengusahaan Pertambangan
sampai dengan masa berakhirnya Batubara (PKP2B)?
kontrak/perjanjian tersebut 3. Bagaimana penerapan hukum
sebagaimana ketentuan tentang perjanjian di Indonesia secara
peralihan pada UU No. 4 Tahun 2009 umum serta jika ditinjau dalam
dan wajib melakukan penyesuaian perspektif Perjanjian Karya
selambat-lambatnya 1 (satu) tahun Pengusahaan Pertambangan
sejak UU No. 4 Tahun 2009 tersebut Batubara (PKP2B)?
diundangkan pada tanggal 12 Januari
2009 (UU No. 4 Tahun 2009, Tinjauan Pusataka
Pertambangan Mineral Dan Batubara, Perjanjian Dalam Hukum Perdata
pasal 169) : Dalam hukum asing dijumpai
1. Perjanjian Karya Pengusahaan istilah overeenkomst (bahasa
Pertambangan Batubara Belanda), contract/ agreement
(PKP2B) yang telah ada (bahasa Inggris), dan sebagainya
sebelum berlakunya Undang- yang merupakan istilah yang dalam
Undang ini tetap diberlakukan hukum kita dikenal sebagai ”kontrak”
sampai jangka waktu atau ”perjanjian”. Umumnya
berakhirnya dikatakan bahwa istilah-istilah
kontrak/perjanjian. tersebut memiliki pengertian yang
2. Ketentuan yang tercantum sama, sehingga tidak mengherankan
dalam PKP2B sebagaimana apabila istilah tersebut digunakan
dimaksud pada huruf a secara bergantian untuk menyebut
disesuaikan selambat- sesuatu konstruksi hukum.
lambatnya 1 (satu) tahun sejak Istilah kontrak atau perjanjian
Undang-undang ini dapat kita jumpai di dalam KUHP,
bahkan didalam ketentuan hukum

Jurnal Komunikasi Hukum Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja | 153


Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
ISSN : 2356-4164

tersebut dimuat pula pengertian perbuatan, 2) antara sekurang-


kontrak atau perjanjian. Disamping kurangnya dua orang (jadi dapat
istilah tersebut, kitab undang-undang lebih dari dua orang), perbuatan
juga menggunakan istilah perikatan, tersebut melahirkan perikatan
perutangan, namun pengertian dari diantara dua pihak yang berjanji
istilah tersebut tidak diberikan. tersebut.
Pengertian perjanjian yang Adapun yang menjadi unsur
dikemukakan oleh Yahya Harahap perjanjian adalah sebagai berikut:
adalah: “Perjanjian mengandung a) Ada para pihak
pengertian atau suatu hubungan b) Ada persetujuan antara pihak-
hukum kekayaan harta benda antara pihak tersebut
dua orang atau lebih, yang memberi c) Ada tujuan yang akan dicapai
kekuatan hak atau sesuatu untuk d) Ada prestasi yang akan
memperoleh prestasi atau sekaligus dilaksanakan
kewajiban pada pihak lain untuk e) Ada bentuk tertentu,baik lisan
menunaikan kewajiban pada pihak maupun tulisan
lain untuk memperoleh suatu f) Ada syarat-syarat tertentu.
prestasi”.
Sedangkan menurut Tahir 1. Syarat Sah Perjanjian
Tungadi bahwa, “Perjanjian adalah Menurut KUH Perdata
persetujuan atau sepakat untuk Sahnya suatu perjanjian
menimbulkan, merubah atau dikelompokkan dalam dua kelompok,
menghapuskan hubungan hukum di yaitu syarat subyektif dan syarat
lapangan hukum harta benda”. obyektif. Syarat subyektif yaitu syarat
Pembahasan Hukum Perjanjian yang menyangkut para pihak dan
dalam makalah ini tidak terlepas dari apabila syarat subyektif dalam suatu
konsep perjanjian yang berlaku di perjanjian tidak terpenuhi maka
Indonesia yang bersumber dari Kitab perjanjian tersebut dapat dibatalkan
Undang-undang Hukum Perdata. Hal (vernietigbaar), selama perjanjian
ini disebabkan kesepakatan para yang mengandung cacat subyektif
pihak yang dituangkan dalam suatu belum dibatalkan, maka ia tetap
perjanjian merujuk kepada ketentuan mengikat para pihak layaknya
pasal-pasal dalam Kitab Undang- perjanjian yang sah.
undang Hukum Perdata Buku Ketiga Sedangkan syarat obyektif
tentang Perikatan sebagaimana adalah syarat yang menyangkut
dijelaskan dalam pasal 1313 KUH obyek perjanjian sebagaimana dalam
Perdata yang menyatakan Perjanjian Pasal 1320 KUHPerdata, dengan
adalah suatu perbuatan dimana satu ketentuan:
orang atau lebih mengikatkan dirinya a) Adanya kesepakatan dari
terhadap satu orang atau lebih. Oleh pihak-pihak yang
karena itu, tidak salah jika Kartini membuat perjanjian.
Muljadi dan Gunawan Widjaja dalam b) Adanya kemampuan
bukunya Perikatan yang Lahir dari untuk membuat
Perjanjian menyebutkan suatu perjanjian.
perjanjian adalah: 1) suatu

Jurnal Komunikasi Hukum Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja | 154


Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
ISSN : 2356-4164

c) Adanya obyek atau hal Pembahasan


tertentu yang 1. Pengertian Hukum dan
diperjanjikan. Perjanjian
d) Tidak dilarang oleh a. Pengertian Hukum
undang-undang atau Menurut Van Kant,
adanya sebab yang halal. (http://www.scribd.com) hukum
Apabila suatu perjanjian tidak ialah keseluruhan peraturan hidup
memenuhi syarat obyektif dari suatu yang bersifat memaksa untuk
perjanjian maka akibat hukumnya melindungi kepentingan manusia
adalah perjanjian tersebut batal demi didalam masyarakat. Peraturan
hukum (null and void) (J. Satrio). dalam menjalankan kehidupan
2. Jenis pengusahaan diperlukan untuk melindungi
pertambangan batubara di kepentingan dengan tertib.
Indonesia Menurut Utrecht, hukum adalah
Terdapat 2 (dua) skema himpunan peraturan (baik berupa
pengusahaan pertambangan batubara perintah maupun larangan) yang
berdasarkan UU No. 11 Tahun 1967 mengatur tata tertib dalam suatu
dan PP No. 32 Tahun 1969 (PP No. 32 masyarakat dan seharusnya ditaati
Tahun 1969) : oleh anggota masyarakat yang
a) Perjanjian Karya bersangkutan. Oleh karena itu,
Pengusahaan Pertambangan pelanggaran petunjuk hidup tersebut
Batubara (PKP2B) dapat menimbulkan tindakan dari
Kontrak kerja sama pihak pemerintah
pengusahaan pertambangan antara Menurut Wiryono Kusumo,
Instansi Pemerintah/Perusahaan hukum adalah keseluruhan peraturan
Negara selaku pemegang Kuasa baik yang tertulis maupun tidak
Pertambangan dan pengusaha tertulis yang mengatur tata tertib
sebagai kontraktor. dalam masyarakat dan terhadap
b) Kuasa Pertambangan (KP) pelanggarnya umumnya dikenakan
Wewenang yang diberikan sanksi. Sedangkan tujuan dari hukum
kepada badan/perseorangan untuk adalah untuk mengadakan
melaksanakan usaha pertambangan. keselamatan, kebahagiaan, dan
Dimana dalam perkembangan ketertiban dalam masyarakat.
selanjutnya, ketentuan pengusahaan Menurut Mochtar
pertambangan diatur dalam UU No. 4 Kusumaatmadja, hukum merupakan
Tahun 2009 tentang Pertambangan keseluruhan asas-asas dan kaidah-
Mineral Dan Batubara yang dapat kaidah yang mengatur kehidupan
memberikan landasan hukum bagi manusia dalam masyarakat, dan juga
langkah-langkah pembaruan dan mencakupi lembaga-lembaga
penataan kembali kegiatan (institutions) dan proses-proses
pengelolaan dan pengusahaan (processes) yang mewujudkan
pertambangan mineral dan batubara. berlakunya kaidah-kaidah itu dalam
kenyataan.
Menurut Soetandyo
Wignyosoebroto,

Jurnal Komunikasi Hukum Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja | 155


Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
ISSN : 2356-4164

(http://mitrahukum.org) tidak ada memaksakan pemenuhan prestasi


konsep tunggal mengenai apa yang tersebut, inilah yang disebut
disebut hukum, karena sebenarnya “afdwangbaarheid”. Pemenuhan
hukum terdiri dari 3 konsep : hukum prestasi dapat dipaksakan kepada
sebagai asas moralitas, hukum debitur melalui alat
sebagai kaidah-kaidah positif yang kekuasaan/pejabat pengadilan
berlaku pada waktu dan tempat dengan mempergunakan prosedur
tertentu dan hukum dikonsepkan sebagaimana ditentukan dalam Kitab
sebagai institusi yang riil dan Undang-undang Hukum Acara
fungsional dalam sistem kehidupan Perdata. Ini berarti secara material
bermasyarakat. hukum perjanjian telah menetapkan
Menurut Hans Kelsen, hukum “hak kekuasaan” kreditur untuk
adalah sebuah ketentuan sosial yang memperoleh prestasi yang
mengatur perilaku mutual antar diperjanjikan. Dan untuk
manusia, yaitu sebuah ketentuan memperoleh hak material atas
tentang serangkaian peraturan yang prestasi, kreditur dilengkapi dengan
mengatur perilaku tertentu manusia “hak kekuasaan melakukan aksi”
dalam hal ini berarti sebuah sistem sebagai upaya hukum terhadap hak
norma, jadi hukum itu sendiri adalah material atas prestasi. Jadi kreditur
ketentuan. diberi hak gugat atau aksi untuk
memperoleh hak material atas
b. Pengertian Perjanjian prestasi dengan mempergunakan
Sementara salah satu dasar upaya hukum yang diatur dalam
teori dan pengertian dari perjanjian hukum acara (process recht) (Yahya
adalah suatu rangkaian dari sebuah Harahap, 1986).
ketentuan yang merupakan salah satu Menurut Prof. Subekti (1996),
bentuk dari norma individual definisi perjanjian: “Suatu peristiwa
mengenai hak sipil yang terkait dimana seseorang berjanji kepada
dengan hukum perdata. Individu seorang lain atau dimana dua orang
melalui perjanjian dimungkinkan ikut itu saling berjanji untuk
dalam proses hukum sehingga diakui melaksanakan sesuatu hal.”
sebagai bagian dari tata aturan Disamping perjanjian, juga
hukum yang memiliki karakter dikenal istilah lain yang berarti
hukum, hal ini sebagaimana kesepakatan para pihak, diantaranya:
pandangan Hans Kelsen di atas yang 1) Persetujuan atau dalam bahasa
menyatakan bahwa hukum adalah Inggris disebut agreement.
suatu ketentuan. Sama seperti yang dimaksud
M. Yahya Harahap oleh perjanjian dalam Pasal
mengemukakan bahwa perjanjian 1313 KUHPerdata, pengertian
(adanya debitur dan kreditur) yang agreement dalam pengertian
bersifat perdata (civiele verbintenis) luas dapat berarti sebagai
melekat prinsip pemaksaan, yaitu kesepakatan yang mempunyai
apabila debitur tidak memenuhi konsekuensi hukum dan juga
prestasi secara sukarela maka kesepakatan yang tidak
kreditur memiliki hak untuk mempunyai konsekuensi

Jurnal Komunikasi Hukum Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja | 156


Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
ISSN : 2356-4164

hukum. Agreement akan “contract/agreement” (Inggris) dan


mempunyai kualitas atau sebagainya, merupakan istilah yang
pengertian perjanjian atau dalam hukum kita dikenal sebagai
kontrak apabila ada akibat ”kontrak” atau ”perjanjian”.
hukum yang dikenakan Umumnya dikatakan bahwa istilah-
terhadap pelanggaran janji istilah tersebut memiliki pengertian
(breach of contract) dalam yang sama, sehingga tidak
agreement tersebut. Dalam mengherankan apabila istilah
pengertian kesepakatan para tersebut digunakan secara bergantian
pihak yang mempunyai untuk menyebut suatu konstruksi
konsekuensi hukum yang hukum.
mengikat, maka agreement Menyimak judul Buku III titel
sama artinya dengan perjanjian kedua tentang “Perikatan-perikatan
(Subekti). Pengertian yang yang lahir dari Kontrak atau
tercakup dalam Pasal 1313 Perjanjian” yang dalam bahasa
KUHPerdata tidak menentukan Belanda berbunyi “Van verbintenissen
bahwa perjanjian tersebut die uit contract of overeenkomst
berbentuk tertulis maupun geboren worden”, dimana pengertian
tidak tertulis. Sehingga ini didukung oleh banyak sarjana,
terminologi “perjanjian” antara lain: Hofmann dan J. Satrio
mencakup kedua bentuk tertulis (1992), Soetojo Prawirohamidjojo
maupun tidak tertulis tersebut. dan Marthalena Pohan (1978),
2) Kontrak, berasal dari kata Mariam Darus Badrulzaman (1996),
bahasa Inggris “contract”. Purwahid Patrik (1994) dan
Adapun pengertian kontrak Tirtodiningrat (R.M. Suryodiningrat,
tidak disebut secara tegas 1985) yang menggunakan istilah
dalam literatur hukum. Kontrak kontrak dan perjanjian dalam
lebih merupakan istilah yang pengertian yang sama.
digunakan dalam perikatan- Subekti (1996) menganggap
perikatan bisnis disamping istilah kontrak mempunyai
Memorandum of Understanding pengertian lebih sempit daripada
(“MoU”) dan Letter of Intent perjanjian/perikatan, karena kontrak
(“LoI”) yang pemakaian ditujukan kepada
istilahnya bersifat khusus untuk perjanjian/perikatan yang tertulis.
perikatan bisnis. Kontrak yang Sedangkan Pothier membedakan
dibuat dalam hubungan bisnis contract dan convention (pacte).
memiliki sifat yang tidak Disebut convention yaitu perjanjian
berbeda dengan perjanjian, antara dua orang atau lebih untuk
yaitu ikatan yang memiliki menciptakan, menghapuskan atau
akibat hukum. merubah perikatan, adapun contract
Dalam KUHPerdata, perjanjian adalah perjanjian yang
disebut juga dengan istilah mengharapkan terlaksananya
“overeenkomst”(Belanda), perikatan.
diterjemahkan dengan perjanjian dan Argumentasi kritis mengenai
atau persetujuan, yaitu penggunaan istilah kontrak atau

Jurnal Komunikasi Hukum Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja | 157


Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
ISSN : 2356-4164

perjanjian disumbangkan oleh Peter Abdul Kadir Muhammad


Mahmud Marzuki (2003) dengan memberikan definisi perjanjian
melakukan perbandingan terhadap sebagai suatu persetujuan dengan
pengertian kontrak atau perjanjian mana dua orang pihak atau lebih
dalam sistem Anglo-American. mengikatkan diri untuk
Sistematika Buku III tentang melaksanakan suatu hal dalam
Verbintenissenrecht (hukum lapangan harta kekayaan (Abdulkadir
Perikatan) mengatur mengenai Muhammad, 2000).
overeenkomst yang kalau Tahir Tungadi memberikan
diterjemahkan ke dalam Bahasa definisi perjanjian sebagai suatu
Indonesia berarti perjanjian. Dalam persetujuan atau sepakat untuk
konsep kontinental, penempatan menimbulkan, merubah atau
pengaturan perjanjian pada Buku III menghapuskan hubungan hukum di
KUHPerdata tentang Hukum lapangan hukum harta benda
Perikatan mengindikasikan bahwa (Tungadi, 1979).
perjanjian memang berkaitan dengan Rutten memberikan definisi
masalah Harta Kekayaan (Vermogen). perjanjian sebagai suatu perbuatan
Pengertian perjanjian ini mirip hukum yang terjadi sesuai dengan
dengan contract pada konsep Anglo- formalitas-formalitas dari peraturan
American yang selalu berkaitan hukum yang ada, tergantung dari
dengan bisnis. Di dalam pola pikir persesuaian pernyataan kehendak
Anglo-American, perjanjian yang dua atau lebih orang-orang yang
bahasa Belanda-nya adalah ditujukan untuk timbulnya akibat
overeenkomst dan dalam Bahasa hukum demi kepentingan salah satu
Inggris disebut agreement pihak atas beban pihak lain atau demi
mempunyai pengertian lebih luas kepentingan dan atas beban masing-
dari contract, karena mencakup hal- masing pihak secara timbal balik”.
hal yang berkaitan dengan bisnis atau Sementara menurut adat,
bukan bisnis. Untuk agreement yang “Perjanjian adalah dimana pemilik
berkaitan dengan bisnis disebut rumah memberikan ijin kepada orang
contract, sedangkan untuk yang tidak lain untuk mempergunakan
terkait dengan bisnis hanya disebut rumahnya sebagai tempat kediaman
agreement. dengan pembayaran sewa dibelakang
Wirjono Prodjodikoro (atau juga dapat terjadi pembayaran
memberikan definisi perjanjian dimuka)”.
sebagai suatu hubungan hukum Pengertian perjanjian menurut
mengenai harta benda antara dua Pasal 1313 KUHPerdata didefinisikan
pihak, dalam mana suatu pihak sebagai suatu perbuatan hukum
berjanji atau dianggap berjanji untuk dengan mana salah satu orang atau
melakukan suatu hal atau untuk tidak lebih mengikatkan dirinya terhadap
melakukan sesuatu hal, sedang pihak satu orang lain atau lebih, oleh
lain berhak menuntut pelaksanaan karenanya Kartini Muljadi dan
janji itu (Wirjono Prodjodikoro, Gunawan Widjaja dalam bukunya
1986). yang berjudul “Perikatan yang Lahir
dari Perjanjian” menyebutkan suatu

Jurnal Komunikasi Hukum Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja | 158


Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
ISSN : 2356-4164

perjanjian adalah : 1) suatu lapangan harta kekayaan antara dua


perbuatan 2) antara sekurang- orang atau lebih dimana salah satu
kurangnya dua orang (jadi dapat pihak berkewajiban dan pihak lainnya
lebih dari dua orang) dan perbuatan berhak atas suatu prestasi.”
tersebut melahirkan perikatan Pasal 1233 Buku III KUHPerdata
diantara dua pihak yang berjanji mengemukakan bahwa perikatan
tersebut. timbul dari persetujuan atau
Merujuk sistematika buku III undang-undang (Agustinus Dawarja
KUHPerdata tentang dan Aksioma Lase) dan
Verbintenissenrecht (Hukum menunjukkan bahwa setiap
Perikatan), berbagai kepustakaan kewajiban yang ada pada suatu
hukum Indonesia memakai perikatan dapat terwujud karena
bermacam-macam istilah untuk dua hal. Pertama, karena ditentukan
menerjemahkan “verbintenis” dan oleh undang-undang dan kedua
“overeenkomst” : karena memang dikehendaki oleh
1) Verbintenis (perikatan) dan para pihak dengan mengadakan
overeenkomst (persetujuan) atau membuat suatu perjanjian.
digunakan oleh Subekti dan Dengan demikian, setiap pihak yang
Tjiptosudibjo (1994). membuat perjanjian dengan pihak
2) Verbintenis (perutangan) dan lainnya secara sadar memang
overeenkomst (perjanjian) bermaksud untuk mengikatkan
digunakan oleh Utrecht (1994). dirinya untuk melaksanakan suatu
3) Verbintenis (perjanjian) dan kewajiban dalam lapangan harta
overeenkomst (persetujuan) kekayaan yang merupakan
digunakan oleh Achmad Ichsan perikatan atau utang bagi dirinya
(1994). terhadap pihak lawannya dalam
Kemudian dapat disimpulkan (R. perjanjian tersebut (Gunawan
Setiawan, 1994): Wijaya dan Kartini Muljadi, 2004).
1) Terdapat 3 (tiga) istilah untuk Pasal 1234 Buku III
Verbintenis, yaitu perikatan, KUHPerdata menyatakan bahwa
perutangan dan perjanjian. “tiap-tiap perikatan adalah untuk
2) Terdapat 2 (dua) istilah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat
Overeenkomst, yaitu perjanjian sesuatu atau tidak untuk berbuat
dan persetujuan. sesuatu”. Pasal 1235 KUHPerdata
Prof. Subekti menjabarkan menyebutkan : “Dalam tiap-tiap
pengertian perikatan: “Suatu perikatan untuk memberikan
perhubungan hukum antara dua sesuatu, termaktub kewajiban si
orang atau dua pihak, berdasarkan berutang untuk menyerahkan
mana pihak yang satu berhak kebendaan yang bersangkutan
menuntut sesuatu hal dari pihak lain, sampai pada saat penyerahan”. Dari
dan pihak yang lain berkewajiban pasal tersebut di atas dapat
untuk memenuhi tuntutan itu.” disimpulkan bahwa dalam suatu
(http://www.jurnalhukum.com). perikatan, pengertian “memberi
Pitlo mendefinisikan perikatan: sesuatu” mencakup pula kewajiban
“Suatu hubungan hukum di dalam untuk menyerahkan barangnya dan

Jurnal Komunikasi Hukum Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja | 159


Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
ISSN : 2356-4164

memeliharanya hingga waktu 3) Tidak berbuat sesuatu, misalnya


penyerahan. perjanjian tindak akan
Istilah “memberikan sesuatu” mendirikan suatu bangunan,
sebagaimana disebutkan di dalam perjanjian tidak akan
Pasal 1235 KUHPerdata tersebut menggunakan merk dagang
dapat mempunyai dua pengertian, tertentu.
yaitu : Prestasi dalam suatu perikatan
1) Penyerahan kekuasaan belaka tersebut harus memenuhi syarat-
atas barang yang menjadi obyek syarat:
perjanjian. 1) Suatu prestasi harus merupakan
2) Penyerahan hak milik atas suatu prestasi yang tertentu
barang yang menjadi obyek atau sedikitnya dapat
perjanjian, yang dinamakan ditentukan jenisnya, sehingga
penyerahan yuridis. tanpa adanya ketentuan, sulit
Wujud prestasi terdiri dari untuk menentukan apakah
“berbuat sesuatu” dan “tidak berbuat debitur telah memenuhi
sesuatu”. Pengertian berbuat sesuatu prestasi atau belum.
adalah melakukan suatu perbuatan 2) Prestasi harus dihubungkan
yang telah ditetapkan dalam dengan suatu kepentingan,
perjanjian, sedangkan tidak berbuat dimana tanpa suatu
sesuatu adalah tidak melakukan kepentingan orang tidak dapat
sesuatu perbuatan sebagaimana juga mengadakan tuntutan.
yang telah ditetapkan dalam 3) Prestasi harus diperbolehkan
perjanjian. Manakala para pihak telah oleh Undang-undang, kesusilaan
menunaikan prestasinya maka dan ketertiban umum.
perjanjian tersebut akan berjalan 4) Prestasi harus dilaksanakan.
sebagaimana mestinya tanpa Pengertian istilah debitur yaitu
menimbulkan persoalan, namun pihak yang wajib memenuhi tuntutan
kadangkala ditemui bahwa debitur atau pihak berhutang dan kreditur
tidak bersedia melakukan atau yaitu pihak yang berhak menuntut
menolak memenuhi prestasi atau pihak berpiutang.
sebagaimana yang telah ditentukan Debitur dikatakan wanprestasi
dalam perjanjian. manakala ia karena kesalahannya
Salah satu unsur dari perikatan sendiri tidak melaksanakan prestasi
adalah adanya suatu isi atau tujuan atau melakukan sesuatu yang
perikatan itu sendiri, yakni suatu menurut perjanjian tidak
prestasi yang terdiri dari : diperbolehkan untuk dilakukan. Jadi
1) Memberikan sesuatu, misalnya wanprestasi adalah tidak
membayar harga, menyerahkan dipenuhinya perikatan hukum, tidak
barang. melakukan apa yang dijanjikannya
2) Berbuat sesuatu, misalnya atau ingkar janji, melanggar
memperbaiki barang yang perjanjian serta melakukan sesuatu
rusak, membangun rumah, yang tidak boleh dilakukannya.
melukis suatu lukisan untuk Perkataan wanprestasi berasal
pemesan. dari bahasa Belanda, yang artinya

Jurnal Komunikasi Hukum Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja | 160


Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
ISSN : 2356-4164

prestasi buruk. Suatu keadaan penetapan. Dengan surat penetapan


dikarenakan kelalaian atau ini juru sita memberitahukan secara
kesalahannya, seorang debitur tidak lisan kepada debitur kapan selambat-
dapat memenuhi prestasi seperti lambatnya dia harus berprestasi. Hal
yang telah ditentukan dalam ini biasa disebut “exploit juru Sita”.
perjanjian (Nindyo Pramono, 2003). 2) Akta sejenis
Menurut R. Subekti, melakukan Akta ini dapat berupa akta
prestasi tetapi tidak sebagaimana dibawah tangan maupun akta
mestinya juga dinamakan notaris.
wanprestasi. Yang menjadi persoalan 3) Tersimpul dalam perikatan itu
adalah sejak kapan debitur dapat sendiri
dikatakan wanprestasi. Mengenai hal Maksudnya sejak pembuatan
tersebut perlu dibedakan wujud atau perjanjian, kreditur sudah
bentuk prestasinya. Bentuk prestasi menentukan saat adanya
sangat menentukan sejak kapan wanprestasi.
seorang debitur dapat dikatakan telah Dalam perkembangannya, suatu
wanprestasi. somasi atau teguran terhadap debitur
Dalam hal wujud prestasinya yang melalaikan kewajibannya dapat
“memberikan sesuatu”, maka perlu dilakukan secara lisan akan tetapi
dipertanyakan apakah di dalam untuk mempermudah pembuktian
perjanjian telah ditentukan atau dihadapan hakim apabila masalah
belum mengenai tenggang waktu tersebut berlanjut ke pengadilan
pemenuhan prestasinya. Apabila maka sebaiknya diberikan peringatan
tenggang waktu pemenuhan prestasi secara tertulis.
sudah ditentukan dalam perjanjian, Dalam keadaan tertentu somasi
maka menurut Pasal 1238 tidak diperlukan untuk dinyatakan
KUHPerdata, debitur sudah dianggap bahwa seorang debitur melakukan
wanprestasi dengan lewatnya waktu wanprestasi yaitu dalam hal adanya
pemenuhan prestasi tersebut. batas waktu dalam perjanjian (fatal
Sedangkan bila tenggang waktunya termijn), prestasi dalam perjanjian
tidak dicantumkan dalam perjanjian, berupa tidak berbuat sesuatu, debitur
maka dipandang perlu untuk terlebih mengakui dirinya wanprestasi.
dahulu memperingatkan debitur guna Seorang debitur dianggap
memenuhi kewajibannya dan jika wanprestasi bila ia telah memenuhi
tidak dipenuhi, maka ia telah ketentuan-ketentuan :
dinyatakan wanprestasi. 1) Tidak melakukan apa yang
Debitur juga dinyatakan telah disanggupi akan dilakukan;
wanprestasi apabila sudah ada 2) Melaksanakan apa yang
somasi (in gebreke stelling). Adapun dijanjikannya, tetapi tidak
bentuk-bentuk somasi menurut pasal sebagaimana dijanjikan;
1238 KUH Perdata adalah (Nindyo 3) Melakukan apa yang dijanjikan
Pramono) : tetapi terlambat;
1) Surat perintah 4) Melakukan sesuatu yang
Surat perintah tersebut berasal menurut perjanjian tidak boleh
dari hakim yang biasanya berbentuk dilakukannya.

Jurnal Komunikasi Hukum Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja | 161


Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
ISSN : 2356-4164

Pendapat lain mengenai syarat- peristiwa B tidak akan terjadi


syarat terjadinya wanprestasi, yaitu: jika tidak ada peristiwa A.
1) Debitur sama sekali tidak b) Adequated Veroorzaking (Von
berprestasi, dalam hal ini Kries)
kreditur tidak perlu menyatakan Menyatakan bahwa suatu
peringatan atau teguran karena peristiwa A adalah sebab dari
hal ini percuma sebab debitur peristiwa B (peristiwa lain). Bila
memang tidak mampu peristiwa A menurut
berprestasi. pengalaman manusia yang
2) Debitur berprestasi tidak normal diduga mampu
sebagaimana mestinya, dalam menimbulkan akibat (peristiwa
hal ini debitur sudah beritikad B).
baik untuk melakukan prestasi, Dari kedua teori diatas maka
tetapi ia salah dalam melakukan yang lazim dianut adalah teori
pemenuhannya. Adequated Veroorzaking karena
3) Debitur terlambat berprestasi, pelaku hanya bertanggung jawab
dalam hal ini debitur masih atas kerugian yang selayaknya
mampu memenuhi prestasi dapat dianggap sebagai akibat dari
namun terlambat dalam perbuatan itu disamping itu
memenuhi prestasi tersebut. teori inilah yang paling mendekati
Apabila debitur melakukan keadilan.
wanprestasi maka ada beberapa Disamping debitur harus
sanksi yang dapat dijatuhkan menanggung hal tesebut diatas, maka
kepada debitur, yaitu : yang dapat dilakukan oleh kreditur
1) Membayar kerugian yang dalam menghadapi debitur yang
diderita kreditur; wanprestasi ada lima kemungkinan
2) Pembatalan perjanjian; sebagai berikut :
3) Peralihan resiko; 1) Dapat menuntut pemenuhan
4) Membayar biaya perkara perjanjian, walaupun
apabila sampai diperkarakan dimuka pelaksanaannya terlambat.
hakim. 2) Dapat menuntut penggantian
Bahwa kerugian yang harus kerugian, berdasarkan Pasal
diganti meliputi kerugian yang dapat 1243 KUH Perdata, ganti rugi
diduga dan merupakan akibat tersebut dapat berupa biaya,
langsung dari wanprestasi, artinya rugi atau bunga.
ada hubungan sebab-akibat antara 3) Dapat menuntut pemenuhan
wanprestasi dengan kerugian yang dan penggantian kerugian.
diderita. Berkaitan dengan hal ini ada 4) Dapat menuntut pembatalan
dua sarjana yang mengemukakan atau pemutusan perjanjian.
teori tentang sebab-akibat yaitu : 5) Dapat menuntut pembatalan
a) Conditio Sine qua Non (Von dan penggantian kerugian.
Buri) Perikatan dapat meliputi dua
Menyatakan bahwa suatu arti, yaitu pada satu sisi sebagai
peristiwa A adalah sebab dari perjanjian yang memang konsekuensi
peristiwa B (peristiwa lain) dan hukumnya sangat tergantung pada

Jurnal Komunikasi Hukum Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja | 162


Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
ISSN : 2356-4164

pihak-pihak yang terikat didalamnya melaksanakan atau terlambat


dan pada sisi lain merupakan melaksanakan prestasi, pihak yang
perikatan yang mempunyai dirugikan akibat dari perbuatan
konsekuensi hukum yang jelas. melawan hukum tersebut berhak
Sekalipun perjanjian sebagai suatu untuk menuntut pemenuhan prestasi
perikatan muncul bukan dari undang- atau penggantian kerugian dalam
undang tetapi memiliki kekuatan bentuk biaya, ganti rugi dan bunga.
hukum yang sama dengan perikatan T. Antony Downes
yang muncul dari undang-undang, mengemukakan bahwa “kontrak”
yaitu berlaku sebagai undang-undang sebagai salah satu konsep besar
bagi mereka yang diikat didalamnya. dalam hukum sangat sulit untuk
Pada dasarnya perikatan dan didefinisikan karena akan
perjanjian adalah sama, yaitu berimplikasi kepada generalisasi
merupakan hubungan hukum antara yang bergantung kepada
pihak-pihak yang diikat didalamnya, pengecualian dan ketidaklengkapan
namun pengertian perikatan lebih (subject to exceptions and incomplete),
luas dari perjanjian sebab hubungan tetap mencoba memberikan
hukum yang ada dalam perikatan pengertian atas “contract” yang
munculnya tidak hanya dari paling tidak dapat memberikan
perjanjian tetapi juga dari aturan indikasi dari ide pokok konsep
perundang-undangan. Hal lain yang tersebut, yaitu “perjanjian yang
membedakan keduanya adalah secara hukum dapat dipaksakan
bahwa perjanjian pada hakekatnya (contracts are legally enforceable
merupakan hasil kesepakatan para agreements)”. Tanggung jawab atas
pihak, jadi sumbernya benar-benar wanprestasi (breach of contract), oleh
kebebasan pihak-pihak yang ada karenanya adalah tanggung jawab
untuk diikat dengan perjanjian atas kegagalan dalam mentaati
sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 ketentuan dalam perjanjian
KUHPerdata. Sedangkan perikatan dimaksud. “Secara hukum dapat
yang mengikat karena diwajibkan dipaksakan” disini berarti bahwa
oleh undang-undang, perbedaan hukum memberikan sanksi atas
pengertian antara perjanjian dan wanprestasi yang membedakannya
perikatan didasarkan karena lebih dengan kesepakatan sosial biasa yang
luasnya pengertian perikatan berada di luar hukum yang hanya
dibandingkan perjanjian. Artinya mengikat secara kewajiban moral
didalam hal pengertian perjanjian atau secara hukum kebiasaan. Lebih
sebagai bagian dari perikatan, maka lanjut ditegaskan bahwa suatu
perikatan akan mempunyai arti perjanjian hanya akan dikategorikan
sebagai hubungan hukum atau sebagai kontrak jika para pihak
perbuatan hukum yang mengikat berkeinginan untuk memiliki
antara dua orang atau lebih, yang konsekuensi hukum yang berasal dari
salah satu pihak mempunyai perjanjian tersebut (T. Antony
kewajiban untuk memenuhi prestasi Downes, 1997).
tersebut. Bila salah satu pihak yang M. Yahya Harahap menyatakan
melakukan perikatan tersebut tidak bahwa perjanjian (verbintenis)

Jurnal Komunikasi Hukum Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja | 163


Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
ISSN : 2356-4164

sebagai suatu hubungan hukum kategori hukum mengatur, yakni


kekayaan/harta benda antara dua sebagian besar (meskipun tidak
orang atau lebih, yang memberi menyeluruh) dari hukum kontrak
kekuatan hak pada satu pihak untuk tersebut dapat disimpangi oleh para
memperoleh prestasi dan sekaligus pihak dengan mengaturnya sendiri.
mewajibkan pihak lain menunaikan Oleh karena itu, hukum kontrak ini
prestasi. Sedangkan “persetujuan” disebut hukum yang mempunyai
atau “overeenkomst” bisa juga disebut sistem terbuka (open system).
“contract” tindakan seseorang atau Sebagai lawan dari hukum mengatur
lebih mengikatkan diri pada adalah hukum yang memaksa
seseorang atau lebih. (dwingend recht, mandatory). Dalam
Tindakan/perbuatan (handeling) hal ini yang dimaksud dengan hukum
yang menciptakan persetujuan, berisi memaksa adalah aturan hukum yang
“pernyataan kehendak” (wils berlaku secara memaksa atau mutlak,
verklaring) antara para pihak. Namun dalam arti tidak dapat disimpangi
perlu diingatkan, sekalipun Pasal oleh para pihak yang terlibat dalam
1313 KUHPerdata menyatakan suatu perbuatan hukum, termasuk
bahwa kontrak atau persetujuan oleh para pihak dalam suatu kontrak.
adalah tindakan atau perbuatan 2) Asas Kebebasan
(handeling), tapi tindakan yang Berkontrak (freedom of contract)
dimaksud dalam hal ini adalah merupakan konsekuensi dari
tindakan atau perbuatan hukum berlakunya asas kontrak sebagai
(rehctshandeling). Sebab tidak semua hukum mengatur. Dalam hal ini yang
tindakan/perbuatan memiliki akibat dimaksudkan dengan asas kebebasan
hukum (rectsgevolg) hanya tindakan berkontrak adalah suatu asas yang
hukum saja yang dapat menimbulkan mengajarkan bahwa dalam suatu
akibat hokum (Yahya Harahap). kontrak para pihak pada prinsipnya
Dalam Kitab Undang Undang bebas untuk membuat atau tidak
Hukum Perdata terdapat asas-asas membuat kontrak, demikian juga
yang perlu mendapat perhatian kebebasanya untuk mengatur sendiri
dalam membuat perjanjian, yaitu: isi kontrak tersebut. Asas kebebasan
1) Asas Kontrak sebagai berkontrak ini dibatasi oleh rambu-
Hukum mengatur (aanvullen recht) rambu hukum sebagai berikut :
adalah peraturan-peraturan hukum a) harus memenuhi syarat sebagai
hukum yang berlaku bagi subjek suatu kontrak
hukum, misalnya para pihak dalam b) tidak dilarang oleh undang-
suatu kontrak. Akan tetapi, ketentuan undang
hukum seperti ini tidak mutlak c) tidak bertentangan dengan
berlakunya, karena jika para pihak kebiasaan yang berlaku
mengatur sebaliknya, maka yang d) harus dilaksanakan dengan
berlaku adalah apa yang diatur oleh itikad baik
para pihak tersebut. Jadi, peraturan
yang bersifat umum mengatur dapat 3) Asas Pacta Sunt
disimpangi oleh para pihak. Pada Servanda
prinsipnya hukum kontrak termasuk

Jurnal Komunikasi Hukum Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja | 164


Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
ISSN : 2356-4164

Istilah ”pacta sunt servanda” belum berpindah, jadi baru terjadi


mempunyai arti bahwa janji itu kontrak obligatoir saja. Hak milik
mengikat, yang dimaksud dengan tersebut baru dapat berpindah
asas kebebasan berkontrak ini ialah setelah adanya kontrak kebendaan
bahwa kontrak yang dibuat secara atau sering disebut serah terima
sah oleh para pihak tersebut secara (levering). Hukum kontrak di
penuh sesuai isi kontrak tersebut. Indonesia memberlakukan asas
Istilah lain dari asas ini adalah ”my obligatoir ini karena berdasarkan
word is my bonds”, yang artinya dalam Kitab Undang-Undang Hukum
bahasa Indonesia bahwa jika sapi Perdata. Kalaupun hukum adat
dipegang talinya, jika manusia tentang kontrak tidak mengakui asas
dipegang mulutnya, mengikat secara obligatoir karena hukum adat
penuh atas kontrak-kontrak yang memberlakukan asas kontrak riil,
dibuat oleh para tersebut oleh hukum artinya suatu kontrak haruslah dibuat
kekuatanya dianggap sama saja secara riil, dalah hal ini harus dibuat
dengan kekuatan mengikat dari suatu secara terang dan tunai. Kontrak
undang-undang. Oleh karena itu, harus dilakukan di depan pejabat
apabila suatu pihak dalam kontrak tertentu, misalnya di depan penghulu
yang telah dibuatnya oleh hukum adat atau ketua adat, yang sekaligus
disediakan ganti rugi atau bahkan juga dilakukan levering-nya. Jika
pelaksaan kontrak secara paksa. hanya sekedar janji saja, seperti
4) Asas Konsensual dalam sistem obligatoir, dalam
Yang dimaksud dengan asas hukum adat kontrak semacam ini
konsensual dari suatu kontrak adalah tidak mempunyai kekuatan sama
bahwa jika suatu kontrak telah sekali.
dibuat, maka dia telah sah dan Suatu perjanjian dianggap sah
mengikat secara penuh, bahkan pada dan mengikat, bila unsur-unsur dan
prinsipnya persyaratan tertulis pun syarat-syarat tertentu dalam
tidak disyaratkan oleh hukum, perjanjian harus terpenuhi.
kecuali untuk beberapa jenis kontrak Unsur-unsur dalam perjanjian
tertentu, yang memang terdiri dari (ejurnal.ung.ac.id) :
dipersyaratkan syarat tertulis. 1) Para pihak
5) Asas Obligatoir 2) Persetujuan antara pihak-
Asas obligatori adalah suatu pihak tersebut
asas yang menetukan bahwa jika 3) Tujuan yang akan dicapai
suatu kontrak telah dibuat, maka 4) Prestasi yang akan
para pihak telah terikat, tetapi dilaksanakan
keterikatan itu hanya sebatas 5) Bentuk tertentu,baik lisan
timbulnya hak dan kewajiban maupun tulisan
semata-mata, sedangkan prestasi 6) Syarat-syarat tertentu.
belum dapat dipaksakan karena Syarat-syarat tertentu terdiri
kontrak kebendaan (zakelijke dari 4 (empat) unsur yang harus
overeenkomst) belum terjadi. Jadi, jika dipenuhi :
terhadap kontrak jual beli misalnya, 1) Adanya kesepakatan dari pihak-
maka dengan kontrak saja, hak milik pihak yang membuat perjanjian

Jurnal Komunikasi Hukum Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja | 165


Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
ISSN : 2356-4164

berupa persetujuan secara 2) Adanya kemampuan untuk


bebas dari pihak-pihak yang membuat perjanjian. Yang
mengadakan perjanjian. dimaksud dengan kemampuan
Kehendak satu pihak haruslah adalah memiliki pengetahuan
juga kehendak pihak yang lain. dan kehendak terhadap hal
Kesepakatan harus diberikan yang diperjanjikan serta
dalam keadaan sadar, bebas dan dianggap mampu
bertanggung jawab. Tiga hal mempertanggung jawabkan apa
yang dapat menyebabkan tidak yang diperjanjikannya. Pada
tercapainya kesepakatan secara dasarnya setiap orang yang
bebas, yaitu paksaan, khilaf dan sudah dewasa dan berakal sehat
penipuan. mampu mengetahui dan
a) Paksaan dapat berupa paksaan menghendaki apa yang
fisik maupun psikis. Paksaan diperjanjikan. Pihak-pihak yang
psikis sudah terjadi apabila ada dianggap tidak mempunyai
ancaman menakuti-nakuti. kemampuan dalam perjanjian
Ancaman yang dimaksud disini menurut pasal 1330
adalah ancaman yang melawan KUHPerdata adalah :
hukum. Apabila tidak melawan a) Anak yang belum dewasa
hukum, seperti ancaman b) Orang-orang yang di bawah
gugatan atas kelalaian, maka pengampuan, yaitu orang yang
tidak dapat dikatakan paksaan tidak sehat akalnya, pemboros,
(Pasal 1324 BW) orang yang lemah ingatannya
b) Kekhilafan terjadi apabila pihak Akibat dari perjanjian yang
yang membuat perjanjian (salah dibuat oleh pihak yang tidak
satu atau keduanya) keliru cakap adalah batal demi hukum
mengenai sifat, harga, dan jenis (Pasal 1446 BW).
obyek yang diperjanjikan. 3) Adanya obyek atau hal tertentu
Kekeliruan di sini haruslah yang yang diperjanjikan. Obyek
tidak diduga dan disadari serta perjanjian harus jelas, apabila
adanya kencenderungan berupa barang maka harus
siapapun yang memberi jenis-jenis, jumlah, dan
persetujuan akan berada dalam harganya. Paling tidak dari
kekeliruan. Atas hal ini dapat keterangan mengenai obyek,
dimintakan pembatalan atas harus dapat ditetapkan apa
perjanjian yang telah dibuat. yang menjadi hak dan
c) Penipuan terjadi apabila salah kewajiban masing-masing
satu pihak memberikan pihak. Suatu perjanjian yang
informasi yang tidak benar tidak menyebutkan obyeknya
mengenai subyek maupun otomatis batal menurut hukum.
obyek yang diperjanjikan 4) Tidak dilarang oleh undang-
dengan tujuan untuk undang atau adanya sebab yang
mempengaruhi pihak lainnya halal. Maksudnya isi perjanjian
untuk memberikan persetujuan tidak boleh bertentangan
(Pasal 1328 BW). dengan perundang-undangan

Jurnal Komunikasi Hukum Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja | 166


Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
ISSN : 2356-4164

yang bersifat memaksa, Penegasan terhadap


ketertiban umum dan pemberlakuan perjanjian yang telah
kesusilaan. memenuhi syarat sahnya perjanjian,
Sahnya causa dari suatu merupakan aturan hukum yang
persetujuan ditentukan pada mengikat kedua belah pihak,
saat perjanjian dibuat. ditegaskan dalam pasal 1338
Perjanjian tanpa causa yang KUHPerdata: suatu perjanjian
halal adalah batal demi hukum, merupakan suatu undang-undang
kecuali ditentukan lain oleh bagi para pembuatnya. Berlakunya
undang-undang. perjanjian sebagai sebuah undang-
Persesuaian kehendak atau undang mengikat bagi para pihak dan
pernyataan kehendak dapat memaksa para pihak untuk
dinyatakan dengan lisan, melaksanakannya.
tulisan/surat dan lain-lain. Pihak Resiko yang akan terjadi pada
yang satu menawarkan atau transaksi pinjam meminjam apabila
memajukan “usul” (proposal), serta tidak ada perjanjian yang jelas, maka
pihak yang lain menerima atau terdapat kemungkinan salah satu
menyetujui usul tersebut. Jadi dalam pihak akan mangkir dari tanggung
persetujuan terjadi jawab untuk membayar
penerimaan/acceptance atau kewajibannya. Inilah salah satu
persetujuan usul. Dengan adanya penyebab mengapa dikeluarkannya
penawaran/usul serta persetujuan hukum perjanjian. Hukum perjanjian
oleh pihak lain atas usul, lahirlah dikeluarkan dengan tujuan agar
“persetujuan” atau “kontrak” yang semua proses kerjasama yang terjadi
melahirkan “ikatan hukum” bagi para dapat berjalan dengan lancar dan
pihak. untuk mengurangin resiko terjadinya
Ewan Mc Kendrick, salah penipuan atau hal apapun yang
seorang sarjana hukum dari sistem beresiko merugikan salah satu pihak.
hukum Common Law, terkait Peranan hukum disini adalah sebagai
penawaran dan penerimaan pengatur atau sebagai penunduk para
mengemukakan bahwa pengadilan pelaku hukum agar tetap bertindak
mengadopsi “mirror image rule” sesuai peraturan yang telah
mengenai terjadinya kontrak. Oleh ditentukan, dan tentunya peraturan
karena itu, harus terdapat penawaran yang dimaksud adalah peraturan
jelas dan tegas yang disandingkan yang berlandaskan UUD, contohnya
dengan penerimaan yang sama jelas Pasal 13 ayat 20 KUHPerdata
dan tegasnya sebagai syarat (Ewan mengenai syarat-syarat sahnya
Mc Kendrick, 2003). perjanjian.
Perjanjian menuntut adanya Hukum perjanjian dilakukan
itikad baik dari para pihak dalam oleh dua pihak yang saling
perjanjian, oleh karena itu perjanjian bekerjasama. Ketika mereka sepakat
yang disebabkan oleh sesuatu yang untuk melakukan kerja dengan
tidak halal, misalnya karena paksaaan disertai beberapa syarat(perjanjian)
atau tipu muslihat tidak memenuhi maka pada saat itu sudah terjadi
syarat sebagai suatu perjanjian. hukum perjanjian. Sebagai contoh

Jurnal Komunikasi Hukum Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja | 167


Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
ISSN : 2356-4164

dan untuk memudahkan dalam perjanjian yang bersifat


penalaran,misalnya pada pasar uang formalitas belaka.
hukum perjanjian dilakukan oleh 3) Perjanjian Berlaku sebagai
kedua belah pihak, yaitu investor dan Undang-undang
emiten. Dikeluarkannya hukum Perjanjian yang telah dibuat dan
perjanjian adalah untuk melindungi sudah disahkan dianggap
investor dari berbagai resiko yang sebagai dasar mengikat kedua
mungkin akan terjadi. Hukum belah pihak untuk bertindak
perjanjian tidak hanya menyangkut sesuai isi perjanjian.
masalah ekonomi. Hukum perjanjian 4) Asas Kepribadian
juga mengatur berbagai kerjasama Perjanjian dibuat hanya
yang menyangkut dua pihak yang melibatkan kedua belah pihak
terkait. Misalnya hubungan antar saja dan tidak ada pihak ketiga
Negara (bilateral maupun yang dirugikan akibat
multilateral), pengalihan kekuasaan, perjanjian tersebut.
mengatur harta warisan, perjanjian 5) Kebebasan Berkontrak, meliputi
kontrak kerja, perjanjian perdamaian. :
Di Indonesia, tidak semua perjanjian a) Kebebasan untuk membuat atau
yang isinya merupakan kesepakan tidak membuat perjanjian
murni antara dua belah pihak. Tetapi b) Kebebasan untuk memilih
ada juga beberapa perjanjian yang dengan siapa akan melakukan
didalamnya terdapat campur tangan perjanjian
pemerintah. c) Kebebasan untuk menetukan
Hukum perjanjian merupakan obyek perjanjian
sesuatu yang terbentuk dengan d) Kebebasan untuk menentukan
mempertimbangkan aspek-aspek bentuk perjanjian
yang akan terkait didalamnya. Apabila azas-azas perjanjian
Hukum perjanjian terbentuk telah terpenuhi, maka hukum
dengan beberapa asas-asas perjanjian dapat dilaksanakan
perjanjian: dengan membuat surat perjanjian
1) Asas Itikad Baik dengan melampirkan identitas kedua
Hukum perjanjian dibentuk belah pihak dan obyek perjanjian
dengan tujuan agar dapat disertai dengan materai. Apabila
memberikan manfaat bagi obyek perjanjian menyangkut
kedua belah pihak. Dengan masalah seperti warisan, jual beli
harapan kedua belah pihak rumah dan atau tanah maka
memberikan seluruh potensi, pengesahannya dilakukan dengan
kemampuan, usaha dan prestasi melibatkan notaris.
mereka sesuai dengan yang
tertera di dalam surat Jenis-jenis dan Pengertian Hukum
perjanjian. Perjanjian Serta Perjanjian Karya
2) Asas Konsensualitas Pengusahaan Pertambangan
Perjanjian telah dinyatakan sah Batubara (PKP2B)
oleh kedua belah pihak dan Perjanjian Obligatoir
bukan merupakan suatu

Jurnal Komunikasi Hukum Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja | 168


Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
ISSN : 2356-4164

Perjanjian yang mewajibkan a) Perjanjian bernama adalah


seseorang untuk menyerahkan atau suatu perjanjian dimana
membayar sesuatu, meliputi: Undang Undang telah
1) Perjanjian dengan cuma-cuma mengaturnya dengan
dan perjanjian dengan beban kententuan-ketentuan khusus
a) Perjanjian dengan cuma-cuma yaitu dalam Bab V sampai bab
ialah suatu perjanjian dimana XIII KUHPerdata ditambah titel
pihak yang satu memberikan VIIA.
suatu keuntungan kepada yang b) Perjanjian tidak bernama ialah
lain tanpa menerima suatu perjanjian yang tidak diatur
manfaat bagi dirinya sendiri. secara khusus.
(Pasal 1314 ayat (2) c) Perjanjian campuran ialah
KUHPerdata). perjanjian yang mengandung
b) Perjanjian dengan beban ialah berbagai perjanjian yang sulit
suatu perjanjian dimana salah dikualifikasikan.
satu pihak memberikan suatu
keuntungan kepada pihak lain Perjanjian Non Obligatoir
dengan menerima suatu Perjanjian yang tidak
manfaat bagi dirinya sendiri. mewajibkan seseorang untuk
2) Perjanjian sepihak dan menyerahkan atau membayar
3) perjanjian timbal balik sesuatu, terdiri:
Perjanjian sepihak adalah suatu 1) Zakelijk overeenkomst,
perjanjian dimana hanya terdapat adalah perjanjian yang
kewajiban pada salah satu pihak saja. menetapkan dipidindahkannya
a) Perjanjian timbal balik ialah suatu hak dari seseorang
suatu perjanjian yang memberi kepada orang lain. Misalnya
kewajiban dan hak kepada balik nama hak atas tanah.
kedua belah pihak. 2) Bevifs overeenkomst adalah
4) Perjanjian konsensuil, formal perjanjian untuk membuktikan
dan riil sesuatu.
a) Perjanjian konsensuil ialah 3) Liberatoir overeenkomst
perjanjian dianggap sah apabila adalah perjanjian dimana
ada kata sepakat antara kedua seseorang membebaskan pihak
belah pihak yang mengadakan lain dari suatu kewajiban.
perjanjian tersebut. 4) Vaststelling overenkomst
b) Perjanjian formil ialah adalah perjanjian untuk
perjanjian yang harus dilakukan mengakhiri keraguan mengenai
dengan suatu bentuk tertentu, isi dan luas perhubungan
yaitu dengan cara tertulis. hukum di antara para pihak.
c) Perjanjian riil ialah suatu
perjanjian dimana selain Perjanjian yang dilarang berdasar
diperlukan adanya kata sepakat, UU No. 5 Tahun 1999
harus diserahkan. 1) Perjanjian bersama dan
d) Perjanjian bernama, tidak (Oligopoli dan Monopoli)
bernama dan campuran

Jurnal Komunikasi Hukum Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja | 169


Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
ISSN : 2356-4164

kegiatan yang mengarah pada kontrol pabrik rokok atas


penguasaan pangsa pasar. gudang-gudang pembelian yang
2) Perjanjian bersama untuk cenderung merugikan petani
menetapkan harga (Price tembakau).
Fixing/penetapan harga). 11) Perjanjian integrasi vertikal
3) Perjanjian yang mengakibatkan penguasaan produksi
diskriminasi harga (Price berangkai/ sejenis. (Contoh:
Discrimination/ (satu atau impor gandum, pengolahan
beberapa pembeli mendapatkan gandum, dst).
harga lebih rendah diskriminasi 12) Perjanjian tertutup hanya
harga) atau lebih tinggi dari menerima dan memasok
lainnya). (Exclusive kepada pihak
4) Perjanjian dan kegiatan tertentu. dealing).
penetapan harga di bawah (Jual 13) Perjanjian dengan pihak luar
rugi/Predatory harga pasar negeri yang mengakibatkan
(jual rugi), untuk praktik monopoli.
menyingkirkan pesaing Pricing).
5) Perjanjian harga secara vertikal Perjanjian Karya Pengusahaan
(pemasok menetapkan Resale Pertambangan Batubara (PKP2B)
Price Maintenance harga jual Indonesia sebagai negara
dan dilarang menurunkan kepulauan sangat kaya dengan
harga). sumber daya alam, diantaranya
6) Perjanjian (horizontal) batubara. Batubara merupakan
pembagian wilayah pasar bentukan sedimen senyawa organik
(Pembagian wilayah pasar) alami dari sisa tanaman alam dengan
(contoh dulu : Asosiasi Semen). tingkat berbeda dari lignite.
7) Perjanjian melakukan boikot Batubara digunakan untuk
yang menghalangi (Boikot) pembangkit tenaga listrik, industri
pelaku usaha lain masuk pasar. pabrik dan sebagainya., Batubara
8) Perjanjian (horizontal) untuk sebagai energi alternatif memiliki
menetapkan/ (Kartel) nilai ekonomi strategis untuk
mempengaruhi harga, produksi kehidupan dan kepentingan rakyat
dan pemasaran. Indonesia yang berpotensi
9) Perjanjian membentuk meningkatkan pendapatan negara.
gabungan usaha (lebih besar) Pertambangan di Indonesia
(Trust) untuk memperkuat semakin prospektif dimana Indonesia
anggota pelaku perjanjian, sebagai negara yang memiliki sumber
mengontrol produksi dan daya alam berlimpah menarik minat
pemasaran. pengusaha asing untuk berinvestasi
10) Perjanjian (vertikal) untuk di Indonesia. Hal ini dilakukan dalam
(Oligopsoni) menguasai bentuk kerjasama yang ditawarkan
pembelian dengan oleh pihak asing dalam bentuk
mengendalikan harga dan kontrak / perjanjian.
kuantitas pembelian. (Contoh: Dalam perjanjian perlu
Indikasi awal terlihat dari dipertimbangkan beberapa prinsip,

Jurnal Komunikasi Hukum Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja | 170


Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
ISSN : 2356-4164

yaitu prinsip keseimbangan, prinsip- Penerapan Hukum Perjanjian


prinsip kebebasan kontrak dan Secara Umum Serta Penerapannya
prinsip syarat perbandingan hak dan Dalam Perjanjian Karya
kewajiban dari masing-masing pihak, Pengusahaan Pertambangan
serta beberapa hal yang terkandung Batubara (PKP2B)
dalam BW pasal 1320. Hal berikutnya a. Penerapan Hukum Perjanjian
yang perlu disampaikan adalah Secara Umum
potensi pelanggaran kontrak yang Perjanjian yang berlaku umum
dilakukan oleh salah satu pihak yang di masyarakat saat ini adalah
tidak menjalankan kewajiban sesuai perjanjian obligatoir yang bersifat
kontrak. konsensuil, artinya perjanjian
Peraturan perundang-undangan dianggap sah apabila ada kata
dalam pertambangan sumber daya sepakat antara kedua belah pihak
mineral dan batubara yang saat ini yang mengadakan perjanjian
berlaku di Indonesia adalah UU tersebut.
No. 4 Tahun 2009 tentang 1) Ditinjau Dari Hukum Privat
Pertambangan Mineral dan Batubara (http://lista.staff.gunadarma.ac.id)
atau dikenal dengan UU Minerba. Suatu perjanjian adalah suatu
Dalam kenyataannya tidak semua hal perbuatan dengan mana satu orang
yang terkait dengan usaha atau lebih mengikatkan dirinya
pertambangan sumber daya mineral terhadap satu orang lain/lebih (Pasal
dan batubara sesuai dengan UU 1313 BW). Pengertian perjanjian ini
Minerba dengan masih berlakunya mengandung unsur:
KK (Kontrak Karya) bagi Perusahaan a) Penggunaan kata “Perbuatan”
Pertambangan Mineral dan PKP2B pada perumusan tentang
(Perjanjian Karya Pengusahaan Perjanjian ini lebih tepat jika
Pertambangan Batubara) bagi diganti dengan kata perbuatan
Perusahaan Pertambangan Batubara hukum atau tindakan hukum,
dalam melaksanakan kegiatan karena perbuatan tersebut
pertambangan mereka, padahal UU membawa akibat hukum bagi
No. 11 Tahun 1967 tentang para pihak yang
Ketentuan-Ketentuan Pokok memperjanjikan;
Pertambangan yang melandasi isi b) Satu orang atau lebih terhadap
dari ketentuan yang termaktub dalam satu orang lain atau lebih, Untuk
Kontrak Karya dan PKP2B dinyatakan adanya suatu perjanjian, paling
tidak berlaku lagi. sedikit harus ada dua pihak
Dalam penulisan ini, yang saling berhadapan dan
pembahasan dibatasi hanya untuk saling memberikan pernyataan
pertambangan batubara saja, yang tepat satu sama lain. Pihak
sehingga ketentuan dan peraturan tersebut adalah orang atau
yang dipergunakan adalah ketentuan badan hukum.
tentang Perjanjian Karya c) Mengikatkan dirinya, Di dalam
Pengusahaan Pertambangan perjanjian terdapat unsur janji
Batubara (PKP2B). yang diberikan oleh pihak yang
satu kepada pihak yang lain.

Jurnal Komunikasi Hukum Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja | 171


Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
ISSN : 2356-4164

Dalam perjanjian ini orang d) Membayar biaya perkara jika


terikat kepada akibat hukum sampai berperkara dimuka
yang muncul karena hakim
kehendaknya sendiri. Memperoleh pengakuan
Menurut pasal 1331 (1) wanprestasi tidaklah mudah,
KUHPerdata, semua perjanjian yang sehingga apabila yang bersangkutan
dibuat secara sah berlaku sebagai menyangkal telah dilakukannya
undang-undang bagi mereka yang wanprestasi, dapat dilakukan
membuatnya. Apabila perjanjian yang pembuktian di depan pengadilan
dilakukan obyek/perihalnya tidak dimana sebelumnya dikeluarkan
ada atau tidak didasari pada itikad surat peringatan atau teguran atau
yang baik, maka dengan sendirinya somasi.
perjanjian tersebut batal demi Pedoman penting penafsiran
hukum. Dalam kondisi ini perjanjian suatu perjanjian :
dianggap tidak pernah ada, dan lebih a) Jika kata-kata dalam perjanjian
lanjut para pihak tidak memiliki jelas, maka tidak diperkenankan
dasar penuntutan di depan hakim. menyimpangkan dengan
Sedangkan untuk perjanjian yang penafsiran.
tidak memenuhi unsur subyektif b) Jika mengandung banyak
seperti perjanjian dibawah paksaan penafsiran, maka harus
dan atau terdapat pihak dibawah diselidiki maksud perjanjian
umur atau dibawah pengawasan, oleh kedua pihak, dari pada
maka perjanjian ini dapat dimintakan memegang teguh arti kata-kata.
pembatalan (kepada hakim) oleh c) Jika janji berisi dua pengertian,
pihak yang tidak mampu termasuk maka harus dipilih pengertian
wali atau pengampunya. Dengan kata yang memungkinkan janji
lain, apabila tidak dimintakan dilaksanakan
pembatalan maka perjanjian tersebut d) Jika kata-kata mengandung dua
tetap mengikat para pihak. pengertian, maka dipilih
Prinsipnya, hukum perjanjian pengertian yang selaras dengan
menganut asas konsensualisme sifat perjanjian
artinya bahwa perikatan timbul sejak e) Apa yang meragukan, harus
terjadi kesepakatan antara para pihak ditafsirkan menurut apa yang
sehingga apabila salah satu pihak menjadi kebiasaan.
tidak melaksanakan perjanjian atau f) Tiap janji harus ditafsirkan
wanprestasi, maka akan timbul 4 dalam rangka perjanjian
akibat yang dapat terjadi, yaitu: seluruhnya.
a) Membayar kerugian yang Pasal 1338 ayat (1)
diderita oleh pihak lain berupa KUHPerdata, menyatakan bahwa
ganti-rugi semua kontrak (perjanjian) yang
b) Dilakukan pembatalan dibuat secara sah berlaku sebagai
perjanjian undang-undang bagi mereka yang
c) Peralihan resiko membuatnya. Dari Pasal 1338 ayat
(1) KUHPerdata ini dapat
disimpulkan adanya asas kebebasan

Jurnal Komunikasi Hukum Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja | 172


Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
ISSN : 2356-4164

berkontrak, akan tetapi kebebasan ini karena adanya gempa bumi, banjir
dibatasi oleh hukum yang sifatnya bandang, dan adanya lahar (force
memaksa, sehingga para pihak yang majeur).
membuat perjanjian harus menaati Akibat keadaan memaksa
hukum yang sifatnya memaksa. Suatu absolut (force majeur) :
perjanjian tidak dapat ditarik kembali a) debitur tidak perlu membayar
selain dengan sepakat kedua belah ganti rugi (Pasal 1244 KUH
pihak, atau karena alasan-alasan yang Perdata);
oleh undang-undang dinyatakan b) kreditur tidak berhak atas
cukup untuk itu. pemenuhan prestasi, tetapi
Perjanjian tidak hanya mengikat sekaligus demi hukum bebas
untuk hal-hal yang dengan tegas dari kewajibannya untuk
dinyatakan didalamnya, tetapi juga menyerahkan kontra prestasi,
untuk segala sesuatu yang menurut kecuali untuk yang disebut
sifat perjanjian, diharuskan oleh dalam Pasal 1460 KUH Perdata.
kepatutan, kebiasaan atau undang- c) keadaan memaksa yang relatif
undang. adalah suatu keadaan yang
Suatu perjanjian dikatakan menyebabkan debitur masih
perjanjian berakhir bila: mungkin untuk melaksanakan
a) ditentukan oleh para pihak prestasinya, tetapi pelaksanaan
berlaku untuk waktu tertentu; prestasi itu harus dilakukan
b) undang-undang dengan memberikan korban
menentukan batas berlakunya besar yang tidak seimbang atau
perjanjian; menggunakan kekuatan jiwa
c) para pihak atau undang- yang di luar kemampuan
undang menentukan bahwa dengan manusia atau kemungkinan
terjadinya peristiwa tertentu maka tertimpa bahaya kerugian yang
persetujuan akan hapus; sangat besar. Keadaan memaksa
Peristiwa tertentu yang ini tidak mengakibatkan beban
dimaksud adalah keadaan memaksa resiko apapun, hanya masalah
(overmacht) yang diatur dalam Pasal waktu pelaksanaan hak dan
1244 dan 1245 KUH Perdata. kewajiban kreditur dan debitur.
Keadaan memaksa adalah suatu d) pernyataan menghentikan
keadaan dimana debitur tidak dapat persetujuan (opzegging) yang
melakukan prestasinya kepada dapat dilakukan oleh kedua
kreditur yang disebabkan adanya belah pihak atau oleh salah satu
kejadian yang berada di luar pihak pada perjanjian yang
kekuasaannya, misalnya karena bersifat sementara misalnya
adanya gempa bumi, banjir, lahar dan perjanjian kerja;
lain-lain. Keadaan memaksa dapat e) putusan hakim;
dibagi menjadi dua macam yaitu f) tujuan perjanjian telah tercapai;
keadaan memaksa absolut adalah g) dengan persetujuan para pihak
suatu keadaan di mana debitur sama (herroeping).
sekali tidak dapat memenuhi
perutangannya kepada kreditur, oleh Ditinjau Dari Hukum Publik

Jurnal Komunikasi Hukum Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja | 173


Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
ISSN : 2356-4164

Dalam Hukum Publik, perjanjian b) Rezim hukum internasional,


menunjuk kepada Perjanjian perjanjian internasional harus
Internasional dan memainkan tunduk pada hukum
peranan yang sangat penting dalam internasional dan tidak boleh
mengatur kehidupan dan pergaulan tunduk pada suatu hukum
antar negara. Perjanjian Internasional nasional tertentu. Walaupun
hakekatnya merupakan sumber perjanjian itu dibuat oleh
hukum internasional yang utama negara atau organisasi
untuk mengatur kegiatan negara- internasional namun apabila
negara atau subjek hukum telah tunduk pada suatu hukum
internasional lainnya. nasional tertentu yang dipilih,
Konvensi Wina pada tahun perjanjian tersebut bukanlah
1969 mendefinisikan perjanjian perjanjian internasional.
internasional (treaty) adalah suatu Dalam perjanjian yang ditinjau
persetujuan yang dibuat antar negara dari hukum publik ini, kata sepakat
dalam bentuk tertulis, dan diatur oleh hanya menunjukkan kesaksian
hukum internasional, apakah dalam naskah perjanjian, bukan keabsahan
instrumen tunggal atau dua atau lebih perjanjian. Dan setelah perjanjian itu
instrumen yang berkaitan dan sah, tidak serta merta mengikat para
apapun nama yang diberikan pihak apabila para pihak belum
kepadanya. melakukan ratifikasi.
Pengertian tersebut di atas Tahapan pembuatan perjanjian
mengandung unsur : ini meliputi :
a) Adanya subjek hukum a) Perundingan dimana negara
internasional, yaitu negara, mengirimkan utusannya ke
organisasi internasional dan suatu konferensi bilateral
gerakan-gerakan pembebasan. maupun multilateral.
Pengakuan negara sebagai b) Penerimaan naskah perjanjian
sebagai subjek hukum (adoption of the text) adalah
internasional yang mempunyai penerimaan isi naskah
kapasitas penuh untuk perjanjian oleh peserta
membuat perjanjian-perjanjian konferensi yang ditentukan
internasional tercantum dalam dengan persetujuan dari semua
Pasal 6 Konvensi Wina. peserta melalui pemungutan
Organisasi internasional juga suara.
diakui sebagai pihak yang c) Kesaksian naskah perjanjian
membuat perjanjian dengan (authentication of the text),
persyaratan kehendak merupakan suatu tindakan
membuat perjanjian berasal formal yang menyatakan bahwa
dari negara-negara anggota dan naskah perjanjian tersebut telah
perjanjian internasional yang diterima konferensi.
dibuat merupakan bidang d) Persetujuan mengikatkan diri
kewenangan organisasi (consent to the bound),
internasional tersebut. diberikan dalam bermacam cara
tergantung pada permufakatan

Jurnal Komunikasi Hukum Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja | 174


Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
ISSN : 2356-4164

para pihak pada mempunyai akibat pada negara


waktumengadakan perjanjian, ketiga tanpa persetujuan negara
dimana cara untuk menyatakan tersebut (contoh : Pasal 2 (6) Piagam
persetujuan adalah sebagai PBB yang menyatakan bahwa negara-
berikut: negara bukan anggota PBB harus
o Penandatanganan, pasal 12 bertindak sesuai dengan asas PBB
Konvensi Wina menyatakan: sejauh mungkin bila dianggap perlu
 persetujuan negara untuk untuk perdamaian dan keamanan
diikat suatu perjanjian dapat internasional). Pasal 35 Konvensi
dinyatakan dalam bentuk Wina mengatur bahwa perjanjian
tandatangan wakil negara tersebut; internasional dapat menimbulkan
 bila perjanjian itu sendiri yang akibat bagi pihak ketiga berupa
menyatakannya; kewajiban atas persetujuan mereka
 bila terbukti bahwa negara- dimana persetujuan tersebut
negara yang ikut berunding diwujudkan dalam bentuk tertulis.
menyetujui demikian; Perjanjian ditinjau dalam
 bila full powers wakil-wakil hukum publik dikatakan berakhir
negara menyebutkan demikian atau apabila :
dinyatakan dengan jelas pada waktu a) sesuai dengan ketentuan
perundingan. perjanjian itu sendiri;
Pengesahan, melalui ratifikasi dimana b) atas persetujuan kemudian
perjanjian tersebut disahkan oleh yang dituangkan dalam
badan yang berwenang di negara perjanjian tersendiri;
anggota. c) akibat peristiwa-peristiwa
Pasal 26 Konvensi Wina tertentu yaitu tidak
menyatakan bahwa tiap-tiap dilaksanakannya perjanjian,
perjanjian yang berlaku mengikat perubahan kendaraan yang
negara-negara pihak dan harus bersifat mendasar pada negara
dilaksanakan dengan itikad baik atau anggota, timbulnya norma
in good faith. Pelaksanaan perjanjian hukum internasional yang baru
itu dilakukan oleh organ-organ yaitu perang.
negara yang harus mengambil
tindakan yang diperlukan untuk Penerapan hukum perjanjian
menjamin pelaksanaannya. Daya ikat dalam perspektif Perjanjian Karya
perjanjian didasarkan pada prinsip Pengusahaan Pertambangan
pacta sunt servanda. Batubara (PKP2B)
Berbeda dengan perjanjian Sebagaimana diketahui
dalam lapangan hukum privat yang Perjanjian Karya Pengusahaan
tidak boleh menimbulkan hak dan Pertambangan Batubara (PKP2B)
kewajiban bagi pihak ketiga, adalah Perjanjian antara Pemerintah
perjanjian internasional dapat Republik Indonesia dan Perusahaan
menimbulkan akibat bagi pihak Swasta Asing berdasar UU No. 1
ketiga atas persetujuan mereka, Tahun 1967 tentang Investasi Asing
dapat memberikan hak kepada dan UU No. 11 Tahun 1967 tentang
negara-negara ketiga atau Ketentuan Dasar dan Pertambangan

Jurnal Komunikasi Hukum Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja | 175


Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
ISSN : 2356-4164

Umum, sesuai Pasal 1 Keputusan Pengertian perjanjian karya


Menteri Pertambangan dan Energi pengusahaan pertambangan batubara
No. 1409.K/201/M.PE/1996 tentang dalam pasal 1 Keppres No. 75 Tahun
Perjanjian Karya Pengusahaan 1996, yaitu: ‘perjanjian antara
Pertambangan Batubara (PKP2B). pemerintah dan perusahaan
Perjanjian ini disebut juga kontraktor swasta untuk
perjanjian karya, sebagaimana melaksanakan pengusahaan
terdapat dalam pasal 10 ayat (2) dan pertambangan bahan galian
ayat (3) UU No. 11 Tahun 1967. batubara”.
Namun konstruksi yang Definisi lain tentang perjanjian
dipergunakan dalam ketentuan ini karya pengusahaan pertambangan
tidak hanya perjanjian dalam batubara dapat dilihat dalam pasal 1
pertambangan batubara semata, Keputusan Menteri Pertambangan
tetapi juga pertambangan emas, dan Energi No.
tembaga, perak dan lain-lain. 1409.K/201/M.PE/1996 tentang Tata
Hukum perjanjian ini Cara Pengajuan Pemrosesan
diterapkan untuk mengakomodir Pemberian Kuasa Pertambangan, Izin
Keppres No. 49 Tahun 1981, Prinsip, Kontrak Karya dan Perjanjian
utamanya pasal 1 tentang Ketentuan- Karya Pengusahaan Pertambangan
Ketentuan Pokok Perjanjian Batubara. Dalam ketentuan itu,
Kerjasama Pengusahaan Tambang disebutkan bahwa perjanjian karya
Batubara antara perusahaan pengusahaan pertambangan batubara
Tambang Batubara dan Konstraktor (PKP2B) adalah: ‘ suatu perjanjian
swasta, istilah yang dipergunakan antara Pemerintah Republik
adalah perjanjian kerjasama, yaitu Indonesia dengan perusahaan swasta
perjanjian antara perusahaan negara asing atau patungan antara asing
tambang batubara sebagai pemegang dengan nasional (dalam rangka PMA)
kuasa pertambangan dan pihak untuk pengusahaan batubara dengan
swasta sebagai kontraktor untuk berpedoman kepada UU No. 1 Tahun
pengusahaan tambang batubara 1967 tentang Penanaman Modal
untuk jangka waktu tiga puluh tahun Asing serta UU No. 11 Tahun 1967
berdasarkan ketentuan-ketentuan tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
tersebut dalam Keppres ini. Pertambangan Umum”.
Perjanjian kerjasama ini Unsur-unsur yang terdapat
diadakan antara: dalam Pasal 1 Keppres No. 75 Tahun
a. Perusahaan Negara 1996:
tambang batubara dengan kontraktor a. Para pihak dalam perjanjian ini
b. Obyek pengusahaannya adalah pemerintah dan
adalah batubara perusahaan kontraktor swasta
c. Jangka waktunya b. Obyeknya adalah pengusahaan
adalah tiga puluh tahun pertambangan bahan galian
d. Pelaksanaan perjanjian batubara.
kerjasama ini didasarkan pada Unsur-unsur yang terdapat
Keppres No. 49 Tahun 1981 dalam pasal 1 Keputusan Menteri

Jurnal Komunikasi Hukum Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja | 176


Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
ISSN : 2356-4164

Pertambangan dan Energi No. dilaksanakan berdasarkan


1409.K/201/M.PE/1996 : perjanjian.
a. Adanya perjanjian b. Perusahaan kontraktor swasta
b. Subyek hukumnya adalah menanggung semua resiko dan
Pemerintah Republik Indonesia semua biaya berdasarkan
dengan perusahaan swasta perjanjian dalam melaksanakan
asing atau patungan antara perusahaan pertambangan
asing dengan nasional (dalam batubara.
rangka PMA). Perjanjian Karya Pengusahaan
c. Obyeknya adalah untuk Pertambangan Batubara (PKP2B)
pengusahaan batubara. diperkenalkan pertama kalinya di
d. Pedoman yang digunakan Indonesia pada tahun 1996, sesuai
dalam perjanjian karya adalah dengan Keputusan Presiden No. 75
UU No. 1 Tahun 1967 tentang Tahun 1996 tentang Ketentuan Dasar
Penanaman Modal Asing serta Perjanjian Kerja dari Tambang
UU No. 11 Tahun 1967 tentang Batubara dan Keputusan Menteri
Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan dan Energi No. No.
Pertambangan Umum. 1409.K/ 201/M. PE/Tahun 1996
Dalam Pasal 1 Keppres No. 75 tentang Perjanjian Karya
Tahun 1996, tidak dijelaskan secara Pengusahaan Pertambangan
rinci tentang perusahaan kontraktor Batubara (PKP2B).
swasta yang dapat melakukan Perjanjian Karya Pengusahaan
pengusahaan batubara. Sementara Pertambangan Batubara (PKP2B)
dalam pasal 1 Keputusan Menteri merujuk kepada Pasal 1338 BW yang
Pertambangan dan Energi No. dikenal sebagai kebebasan
1409.K/201/M.PE/1996, perusahaan persetujuan prinsip/kontrak.
kontraktor swasta yang dapat Ditegaskan bahwa para pihak telah
melakukan pengusahaan batubara setuju untuk mengikat satu sama lain
tidak hanya swasta nasional, tapi juga dalam perjanjian itu, dengan
swasta asing dan atau gabungan demikian kesepakatan itu menjadi
antara perusahaan swasta nasional hukum dan mengikat bagi kedua
dengan swasta asing. Persamaan dari belah pihak yang penandatanganan
kedua unsur perjanjian karya ini, tetapi terbatas oleh Pasal 1320
pengusahaan pertambangan batubara BW. Dengan demikian persyaratan
adalah memiliki obyek yang sama, legalisasi Perjanjian Karya
yaitu pengusahaan batubara. Pengusahaan Pertambangan
Prinsip-prinsip dalam Batubara (PKP2B) adalah sama
perjanjian karya pengusahaan dengan persetujuan dan sesuai
pertambangan batubara seperti ketentuan dalam Pasal 1320 BW.
terdapat dalam Pasal 2 dan 3 Keppres Sebagaimana kita ketahui dari
No. 75 Tahun 1996 adalah : pandangan hukum seyogyanya semua
a. Perusahaan kontraktor swasta kegiatan yang berkaitan dengan
bertanggung jawab atas pertambangan mineral dan batubara
pengelolaan pengusahaan haruslah sesuai dengan UUD 1945
penambangan batubara yang Pasal 33 ayat (2) dan (3) dan UU No.

Jurnal Komunikasi Hukum Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja | 177


Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
ISSN : 2356-4164

4 Tahun 2009. Apabila tidak sesuai pengusahaan pertambangan harus


maka kegiatan tersebut bertentangan disesuaikan dengan UU No. 4 Tahun
dengan hukum kecuali memang 2009 paling lambat 1 tahun sejak UU
sudah diatur secara jelas dalam Minerba berlaku.
ketentuan UU yang merupakan pasal-
pasal pengecualian. Simpulan
Kontrak Karya dan PKP2B Berdasarkan hasil pembahasan
diatur dalam UU No. 4 Tahun 2009 diatas, maka dapat disimpulkan
pada Bab XXV tentang Ketentuan beberapa hal sebagai berikut:
Peralihan Pasal 169 yang berbunyi 1. Pada dasarnya tidak akan ada
sebagai berikut : kesepakatan yang mengikat
a. Kontrak Karya dan perjanjian suatu pihak jika tidak ada
karya pengusahaan perjanjian yang disepakati oleh
pertambangan batubara yang masing-masing pihak, sehingga
telah ada sebelum berlakunya perikatan merupakan
UU ini tetap diberlakukan konsekuensi logis dari pada
sampai jangka waktu perjanjian.
berakhirnya kontrak/ 2. Sejatinya hukum perjanjian,
perjanjian. baik hukum privat maupun
b. Ketentuan yang tercantum publik akan sah dan memiliki
dalam pasal kontrak karya dan kekuatan mengikat bagi para
perjanjian karya pengusahaan pihak yang memperjanjikan jika
pertambangan batubara sudah memenuhi syarat-syarat
sebagaimana dimaksud pada yang ditentukan untuk
huruf a disesuaikan selambat- dinyatakan sah, termasuk
lambatnya 1 (satu) tahun sejak dengan pihak ketiga.
UU ini diundangkan kecuali 3. Subjek perjanjian dalam hukum
mengenai penerimaan negara. privat adalah individu atau
Penafsiran dari ketentuan di badan hukum, sementara subjek
atas adalah UU Minerba ini menjamin perjanjian dalam hukum publik
dari segi jangka waktu bahwa adalah subjek hukum
kontrak/ perjanjian yang sudah internasional yaitu negara,
disepakati tidak akan sewaktu-waktu organisasi internasional dan
diputus oleh Pemerintah, sehingga gerakan-gerakan pembebasan.
pelaku usaha bisa tenang 4. Dalam kitab Undang undang
melanjutkan usahanya. Hal ini Hukum Perdata (KUHPerdata)
merupakan penghormatan Pasal 1331 dinyatakan secara
pemerintah terhadap kontrak yang jelas bahwa semua perjanjian
telah dibuat dahulu oleh pemerintah yang dibuat secara sah berlaku
baik dengan Perusahaan sebagai undang undang bagi
Pertambangan Mineral atau dengan mereka yang membuatnya.
Perusahaan Pertambangan Batubara. 5. Perjanjian Karya Pengusahaan
Namun secara terang diatur bahwa Pertambangan Batubara
semua pasal yang terkandung dalam (PKP2B) ditinjau dari hukum
kontrak karya dan perjanjian karya perjanjian, dapat disampaikan

Jurnal Komunikasi Hukum Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja | 178


Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
ISSN : 2356-4164

bahwa perjanjian ini menurut Daftar Pustaka


UU No. 4 Tahun 2009 dianggap Sumber Buku:
masih berlaku hingga berakhir Atiyah, Patrick Selim, 1988. The Rise
periode perjanjian. and Fall of Freedom of
6. Pengaturan hak dan kewajiban Contract. New York: Oxford
dalam Perjanjian Karya University Press.
Pengusahaan Pertambangan Black, Henry Campbell. 1990. Black's
Batubara (PKP2B) dengan Law Dictionary. Sixth Edition,
Pemerintah Indonesia St Paul, Minn West Publising
sebenarnya telah sesuai dengan Co.
ketentuan pasal 1320 Darus, Badrulzaman Mariam, 1996.
KUHPerdata tentang sahnya Kitab Undang-undang
perjanjian yakni sepakat Hukum Perdata Buku III
mereka mengikat diri, cakap Tentang Hukum Perikatan
untuk membuat perjanjian, Dengan Penjelasan. Edisi II.
mengenai hal tertentu, suatu Cet. I. Bandung: Alumni.
sebab yang halal, serta telah Dawarja, Agustinus, 2007.
sesuai dengan asas kebebasan PERJANJIAN - Pengertian
berkontrak, asas kesimbangan, Pokok dan Teknik
dan asas proporsionalitas. Perancangannya.
7. Ketentuan-ketentuan yang Downes, T. Antony, 1997. Textbook on
tercantum dalam perjanjian Contract. Fifth Edition.
karya pengusahaan Published by Blackstone
pertambangan batubara yang Press Ltd.
telah diupayakan untuk Eisenberg, Melvin Aron, 1991. The
disesuaikan dengan UU No. 4 Nature of The Comon Law.
Tahun 2009, dalam Harvard University Press,
kenyataannya masih belum Massachusetts.
dilaksanakan secara optimal Fred R, David, 1997. Strategic
oleh pemerintah sebagai pihak Manegement. Prentice-Hall
yang mewakili Negara dan International, Inc. New
Rakyat Indonesia. Padahal UU Jersey.
Minerba sudah berlaku 4 tahun Friedmann, W, 1960. Legal Theory.
lebih. Amanatnyapun harus Forth Edition. London:
sudah dilakukan setahun Stevens & Sons Limited.
setelah UU No. 4 Tahun 2009 Harahap, M. Yahya, 1986. Segi-Segi
atau tanggal 12 Januari 2010. Hukum Perjanjian. Cetakan
Untuk itu diharapkan Kedua. Bandung: Alumni.
pemerintah segera Ichsan, A, 1994. Hukum Perdata IB,
melaksanakan ketentuan UU dalam R. Setiawan, Pokok-
dengan cara menertibkan Pokok Hukum Perikatan.
ketentuan-ketentuan yang ada Cetakan Kelima. Bandung:
dalam Perjanjian Karya Bina Cipta.
Pengusahaan Pertambangan
Batubara.

Jurnal Komunikasi Hukum Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja | 179


Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
ISSN : 2356-4164

Kendrick, Ewan Mc, 2003. Contract Satrio, 2001. Hukum Perikatan-


Law. Palgrave Macmillan. Perikatan Yang Lahir Dari
Fifth Edition. New York. Perjanjian Buku I.
Meliala, Qirom Syamsudin, 1985. Bandung : PT. Citra Aditya
Pokok-pokok Hukum Bakti.
Perjanjian Beserta _____,1995. Hukum Perikatan -
Perkembangannya . Perikatan Yang Lahir Dari
Yogyakarta: Liberty. Perjanjian Buku II. Bandung:
Muhammad, Abdulkadir, 2000. PT. Citra Aditya Bakti.
Hukum Perdata Indonesia. _____,1992. Hukum Perjanjian
Bandung: PT. Citra Aditya (Perjanjian Pada Umumnya).
Bakti, Bandung. Bandung: PT. Citra Aditya
Pangaribuan simanjuntak, SH., Prof Bakti.
Emmy. 1994. Perusahaan Setiawan, 1994. Pokok-Pokok Hukum
Kelompok. Yogyakarta: Seksi Perikatan, Cetakan Kelima.
Hukum Dagang Fakultas Bandung: Bina Cipta.
Hukum Universitas Gadjah Suryodiningrat, 1985. Azas-azas
Mada Hukum Perikatan. Bandung:
Pramono, Nindyo. Hukum Komersil, Tarsito.
(Jakarta: Pusat Penerbitan Subekti dan Tjitrosudibio R, 1992.
UT, 2003), Cet. 1 KUHPER. Jakarta: PT.
Patrik, Purwahid, 1994. Dasar-dasar Pradnya Paramita.
hukum Perikatan. Bandung: _______________________,1996. Kitab
Mandar Maju. Undang-Undang Hukum
Prawirohamidjojo, Soetojo dkk, 1978. Perdata. Jakarta: Pradnya
Hukum Perikatan. Surabaya: Paramita.
Bina Ilmu. Subekti, 1992. Aspek-Aspek Hukum
Prodjodikoro, Wirjono, 1986. Asas- Perikatan Nasional, Cet. ke-4.
Asas Hukum Perjanjian. Bandung: PT. Citra Aditya
Bandung: PT. Bale. Bakti.
Prodjodikoro and R Wirjono, 1989. _______, 1985. Aneka Perjanjian.
Azas-azas Hukum Perjanjian. Cetakan Ketujuh. Bandung:
Cetakan ke-Sebelas. Alumni.
Bandung: PT. Bale. _______,1995. Aneka Perjanjian.
Pitlo, 1985. Materi Kegiatan Bandung: PT. Citra Aditya
Praktikum Penyusunan Bakti.
Kontrak Nasional, _______. Hukum Perjanjian. Cetakan ke
Laboratorium Fakultas XI. Jakarta: Intermasa.
Hukum, Bandung: _______. Hukum Perjanjian. Cetakan ke
Universitas Padjadjaran. XII. Jakarta: Intermasa.
Santoso, Djohari dan Ali Achmad, _______, 1996. Hukum Perjanjian.
1989. Hukum Perjanjian Cetakan ke XVI. Jakarta:
Indonesia. Yogyakarta: Intermasa.
Perpustakaan FH UII.

Jurnal Komunikasi Hukum Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja | 180


Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
ISSN : 2356-4164

_______, 1992. Pokok-pokok Hukum Undang - Undang No. 5 Tahun 1960


Perdata. Jakarta: PT. Tentang Peraturan Dasar Pokok
Intermasa. – Pokok Agraria.
Suharnoko. Hukum Perjanjian - Teori Undang - Undang No. 11 Tahun 1967
dan Analisa Kasus. Tentang Ketentuan – ketentuan
Suryodiningrat, 1982. Perikatan - Pokok Pertambangan.
perikatan Bersumber Undang - Undang No. 40 Tahun 2007
Perjanjian. Bandung: Tarsito Tentang Perseroan Terbatas.
Sofran, Sri Soedewi Masjhoen, 1987. Undang - Undang No. 4 Tahun 2009
Pengantar Hukum Perdata Tentang Pertambangan Mineral
Internasional Indonesia. dan Batubara .
Bandung: Bina Cipta. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun
Tungadi, Tahir, 1979. Hukum 1969 Tentang Pelaksanaan
Perjanjian. Ujung Pandang: Undang - undang No. 11 Tahun
Universitas Hasanudin. 1967 Tentang Ketentuan –
Wijaya, Gunawan dan Muljadi Kartini, ketentuan Pokok
2004. Jual Beli. Jakarta: PT Pertambangan.
Raja Grafindo Persada.
Wild, Susan Ellis, 2006. Webster`s Sumber Internet:
New World Law Dictionary. http://www.hukumonline.com/berit
Canada: Wiley Publishing. a/baca/hol21259/bumn-kawal-
penyusunan-pp pelaksana-uu-
Sumber Jurnal & Paper: minerba.
Marzuki, Peter Mahmud, 2003. http://hukumonline.com/berita/bac
“Batas-batas Kebebasan a/hol21000/menteri-esdm-
Berkontrak”, Artikel dalam pemerintah-adalah pengatur-
Jurnal Yuridika, Volume 18 No. bukan-pemain.
3. http://www.hukumonline.com/pusat
Susanto, Sri Nur Hari. Penguasaan data/detail/cl6802/node/lt4a0
Daerah Atas Bahan Galian/ a533e31979/ transfer-pricing.
Pertambangan Dalam Perspektif http://www.lexregis.com/?menu=leg
Otonomi Daerah, Disampaikan al_article&id_la=11.
pada Seminar Nasional Aspek http://www.scribd.com/doc/512559
Hukum Penguasaan Daerah 35/bab-I-Definisi-dan-Tujuan-
Atas Bahan Galian, di Fakultas Hukum.
Hukum Undip pada 2 Desember http://sikumendes84.wordpress.com
2009. .
http://mitrahukum.org/devel/wpcon
Sumber Peraturan Perundangan: tent/uploads/2012/09/teori_h
Undang - Undang Dasar 1945 Pasal ukum_soetandyo.
33 Ayat (3). http://herikurniawan19.wordpress.c
Undang - Undang Dasar 1945, om/2012/04/06/hukum-
Tambahan Lembaran Negara, perjanjian.
Lembaran Negara No. 14 Tahun http://budikelanasosrosubroto.blogs
2006. pot.com/2012/06/hukum-

Jurnal Komunikasi Hukum Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja | 181


Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
ISSN : 2356-4164

perikatan-perjanjian - dan-
dagang.html.
http://www.jurnalhukum.com/penge
rtian-perikatan.
http://hanim.blog.unissula.ac.id/201
1/10/07/wanprestasi-
overmacht-dan hapusnya -
perjanjian-pengabdian-
masyarakat.
http://www.legalakses.com/asas-
asas-perjanjian.
http://www.jurnalhukum.com/jenis-
jenis-perjanjian.
http://lista.staff.gunadarma.ac.id/Do
wnloads/files/19365/Hukum+
Perjanjian.
ejurnal.ung.ac.id/index.php/JPI/articl
e.

Jurnal Komunikasi Hukum Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja | 182

Anda mungkin juga menyukai