Disusun Oleh:
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya. serta berbagai upaya, tugas makalah mata kuliah Hukum
Perkawinan yang membahas tentang kedudukan harta dalam pernikahan
Kami menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan
dan masih banyak lagi kekurangan hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan yang saya miliki baik dari segi kualitas maupun kuantitas, oleh karena itu
saya mengharapkan adanya saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk
perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga dengan makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kami sendiri
maupun pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang tersebut, kami menemukan beberapa permasalahan
yang akan kami coba ulas dalam makalah ini. Permasalahan tersebut antara lain :
1. Apa saja jenis harta dalam perkawinan?
2. Apa itu harta bersama dan apa yang tidak termasuk harta bersama?
3. Bagaimana yang terjadi dengan harta perkawinan jika terjadi perceraian,
perlukah dibuat perjanjian kawin?
4. Bagaimanakah pemanfaatan harta benda dalam perkawinan?
C. PEMBATASAN MASALAH
Agar mengena pada sasaran, kami membatasi permasalahan yang akan kami bahas
dalam makalah ini meliputi :
1. Harta benda dalam perkawinan
2. Harta bersama dan Harta bawaan
3. Akibat Perceraian Terhadap Harta Perkawinan
4. Perjanjian Perkawinan
5. Pemanfaatan Harta dalam Perkawinan
BAB II
PEMBAHASAN
4. PERJANJIAN PERKAWINAN
Seringkali pihak isteri dirugikan dan mengalami ketidakadilan dalam
pembagian harta bersama. Ketidakadilan ini terkait dengan masalah pembakuan peran
suami isteri dalam Undang-Undang No. 1 thn 1974 tentang Perkawinan (UUP) yang
menyatakan bahwa suami adalah kepala keluarga dan isteri ibu rumah tangga. UUP
juga telah menempatkan isteri sebatas pengelola rumah tangga (domestik) dengan
aturan yang mewajibkan isteri mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya.
Dampaknya, banyak isteri yang tidak memiliki kesempatan bekerja dan mencari
nafkah sendiri sehingga tidak bisa mengolah ketrampilan yang dimilikinya untuk
memperoleh penghasilan. Dalam hal ini, para isteri mengalami ketergantungan
ekonomi terhadap suaminya. Bagaimana jika kemudian terjadi perceraian? Isteri yang
telah "dirumahkan" tentu akan mengalami kesulitan untuk mandiri secara ekonomi.
Beban isteri pun semakin berat jika dalam perkawinan sudah lahir anak-anak yang
menjadi tanggungannya.Jadi perlu sekali dibuat suatu kesepakatan perjanjian sebelum
perkawinan yang bebas dari tekanan dan ancaman agar jika terjadi sesuatu yang tidak
adil maka setidaknya istri mendapat setengah bagian harta gono gini sesuai dengan
hukum yang berlaku.
Jika Anda tidak menghendaki harta kekayaan yang Anda peroleh selama masa
perkawinan menjadi harta bersama, Anda harus membuat perjanjian perkawinan pada
waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan. Hal-hal yang dapat diatur dalam
perjanjian perkawinan ,diantaranya, adalah :
a) Ketentuan pembagian harta bersama termasuk prosentase pembagian harta
bersama jika terjadi perceraian;
b) Pengaturan atau penanganan urusan keuangan keluarga selama perkawinan
berlangsung;
c) Pemisahan harta selama perkawinan berlangsung, artinya harta yang anda peroleh
dan harta suami terpisah sama sekali.
Membuat perjanjian perkawinan adalah hal yang penting untuk mencegah
terjadinya ketidakadilan dalam pembagian harta bersama sebaiknya di sahkan didepan
notaris dan dicatatkan di KUA untuk agama islam dan non islam di Kantor Catatan
Sipil.
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam
penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas. Karena kami
hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan Dan kami juga sangat
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.lbh-apik.or.id/ pemisahan-harta-perk.htm
2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek, Staatsblad 1847 No.
23);
3. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan;
4. Kompilasi Hukum Islam (Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1991 Tentang
Penyebarluasan Kompilasi Hukum Islam).
5. H. Hilman Hadikusuma “Hukum Perkawinan Indonesia Menurut: Perundangan
Hukum Adat Hukum Agama” Mandar Maju, Bandung, 1990
6. Adi Condro Bawono, S.H., M.H. http://www.hukumonline.com/klinik/detail/
/dampak-perceraian-terhadap-harta-bersama-
7. http://www.ajihoesodo.com/index.php?option= seputar-masalah-harta-bersama-
dalam-tinjauan-hukum.