KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah yang
berjudul “Perpecahan USSR” ini tepat pada waktunya. Kami mengharapkan makalah ini
dapat memberikan informasi dan menambah wawasan pengetahuan kepada kita semua.
.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, tidak lepas dari
kesalahan dan kekurangan Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 2
2.1 Kapitalisme................................................................................................. 2
2.2 Krisis Global............................................................................................... 3
2.3 Munculnya Gorbachef................................................................................ 3
2.4 Ketidak Puasan Publik................................................................................ 5
3.1 Kesimpulan................................................................................................. 7
3.2 Saran........................................................................................................... 7
Daftar Pustaka................................................................................................... 8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Harta benda dapat memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan penunjang manusia.
Dengan adanya harta benda berbagai kebutuhan hidup seperti makanan, pakaian, tempat
tinggal, transportasi, rekreasi, penunjang beribadah dan sebagainya dapat dipenuhi. Dalam
perkawinan kedudukan harta benda disamping sarana untuk memenuhi kebutuhan tersebut di
atas, juga berfungsi sebagai pengikat perkawinan. Tetapi banyak juga ditemukan keluarga
yang memiliki banyak harta benda dalam perkawinan menjadi sumber masalah dan penyebab
terjadinya perselisihan dan perceraian suami isteri. Oleh sebab itu perlu ditinjau dari beberapa
segi agar hal yang tidak baik dapat dihindari.
Ada aspek lain yang perlu ditinjau dari segi hukum karena status harta benda sebagai
salah satu simbol duniawi sering membawa mala petaka yang fatal antara suami isteri. Hal ini
terjadi karena sangat banyak di antara pasangan suami isteri tidak mengerti dengan
perkawinan yang sedang dijalaninya secara benar. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami
akan menjelaskan mengenai Kedudukan Harta Dalam Perkawinan dan beberapa hal yang
berkaitan dengannya. Walaupun makalah kami jauh dari kesempurnaan, tetapi kami berharap
semoga dapat bermanfaat untuk kita semua.
B. PERMASALAHAN
Dari latar belakang tersebut, kami menemukan beberapa permasalahan yang akan
kami coba ulas dalam makalah ini. Permasalahan tersebut antara lain :
1. Apa saja jenis harta dalam perkawinan?
2. Apa itu harta bersama dan apa yang tidak termasuk harta bersama?
3. Bagaimana yang terjadi dengan harta perkawinan jika terjadi perceraian, perlukah
dibuat perjanjian kawin?
4. Bagaimanakah pemanfaatan harta benda dalam perkawinan?
iv
D. PEMBATASAN MASALAH
Agar mengena pada sasaran, kami membatasi permasalahan yang akan kami bahas dalam
makalah ini meliputi :
1. Harta benda dalam perkawinan
2. Harta bersama dan Harta bawaan
3. Akibat Perceraian Terhadap Harta Perkawinan
4. Perjanjian Perkawinan
5. Pemanfaatan Harta dalam Perkawinan
v
BAB II
PEMBAHASAN
vi
istri berhak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta
perolehannya masing-masing dan jika ada kesepakatan lain yang dibuat dalam
perjanjian perkawinan maka penguasaan harta perolehan dilakukan sesuai dengan isi
perjanjian. Demikian juga jika terjadi perceraian.
vii
hukumnya masing-masing adalah hukum Agama, hukum adat, dan hukum-hukum lainnya.
Oleh karena itu, bagi pemeluk agama Islam berlakulah peraturan yang ditetapkan itu dalam
kompilasi hukum Islam.
Bagi umat Katolik pada dasarnya tidak ada perceraian dalam agama. Namun dalam
praktiknya, pasangan Katolik tetap dapat bercerai secara perdata, walaupun secara Katolik
perceraian tersebut dianggap tidak sah. Dalam hal yang demikian, perceraian dan pembagian
harta bersama berpedoman pada ketentuan-ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(“KUHPer”).
Berdasarkan Pasal 126 KUHPer, harta bersama bubar demi hukum salah satunya
karena perceraian. Lalu, setelah bubarnya harta bersama, kekayaan bersama mereka dibagi
dua antara suami dan isteri, atau antara para ahli waris mereka, tanpa mempersoalkan dan
pihak mana asal barang-barang itu (Pasal 128 KUHPer).
H. Hilman Hadikusuma menjelaskan dalam buku “Hukum Perkawinan Indonesia
Menurut: Perundangan Hukum Adat Hukum Agama” (hlm. 189), akibat hukum yang
menyangkut harta bersama berdasarkan Pasal 37 UU Perkawinan ini diserahkan kepada para
pihak yang bercerai tentang hukum mana dan hukum apa yang akan berlaku, dan jika tidak
ada kesepakatan antara mantan suami-istri, hakim dapat mempertimbangkan menurut rasa
keadilan yang sewajarnya.
Selain itu, akibat perceraian terhadap harta bersama juga dapat ditentukan oleh hukum
adat yang digunakan para pihak, apabila para pihak menggunakan hukum adat untuk
mengatur akibat perceraian.
4. PERJANJIAN PERKAWINAN
Seringkali pihak isteri dirugikan dan mengalami ketidakadilan dalam pembagian harta
bersama. Ketidakadilan ini terkait dengan masalah pembakuan peran suami isteri dalam
Undang-Undang No. 1 thn 1974 tentang Perkawinan (UUP) yang menyatakan bahwa suami
adalah kepala keluarga dan isteri ibu rumah tangga. UUP juga telah menempatkan isteri
sebatas pengelola rumah tangga (domestik) dengan aturan yang mewajibkan isteri mengatur
urusan rumah tangga sebaik-baiknya. Dampaknya, banyak isteri yang tidak memiliki
kesempatan bekerja dan mencari nafkah sendiri sehingga tidak bisa mengolah ketrampilan
yang dimilikinya untuk memperoleh penghasilan. Dalam hal ini, para isteri mengalami
ketergantungan ekonomi terhadap suaminya. Bagaimana jika kemudian terjadi perceraian?
Isteri yang telah "dirumahkan" tentu akan mengalami kesulitan untuk mandiri secara
viii
ekonomi. Beban isteri pun semakin berat jika dalam perkawinan sudah lahir anak-anak yang
menjadi tanggungannya.Jadi perlu sekali dibuat suatu kesepakatan perjanjian sebelum
perkawinan yang bebas dari tekanan dan ancaman agar jika terjadi sesuatu yang tidak adil
maka setidaknya istri mendapat setengah bagian harta gono gini sesuai dengan hukum yang
berlaku.
Jika Anda tidak menghendaki harta kekayaan yang Anda peroleh selama masa
perkawinan menjadi harta bersama, Anda harus membuat perjanjian perkawinan pada waktu
atau sebelum perkawinan dilangsungkan. Hal-hal yang dapat diatur dalam perjanjian
perkawinan ,diantaranya, adalah :
a) Ketentuan pembagian harta bersama termasuk prosentase pembagian harta bersama jika
terjadi perceraian;
b) Pengaturan atau penanganan urusan keuangan keluarga selama perkawinan berlangsung;
c) Pemisahan harta selama perkawinan berlangsung, artinya harta yang anda peroleh dan
harta suami terpisah sama sekali.
Membuat perjanjian perkawinan adalah hal yang penting untuk mencegah terjadinya
ketidakadilan dalam pembagian harta bersama sebaiknya di sahkan didepan notaris dan
dicatatkan di KUA untuk agama islam dan non islam di Kantor Catatan Sipil.
ix
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan
kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas. Karena kami hanyalah manusia
biasa yang tak luput dari kesalahan Dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat
diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
2. Saran
Untuk mencegah munculnya kezaliman dalam rumah tangga akibat pembagian harta
bersama yang tidak tepat, maka ada baiknya jika setiap harta yang tumbuh dari masing-
masing harta bersama tersebut didaftarkan. Agar kepada masyarakat yang ingin melakukan
pernikahan supaya membuat perjanjian mengenai pembagian harta bersama, agar ketika
terjadi perceraian tidak terjadi perselisihan dalam pembagian harta bersama. Pemerintah
diharapkan dapat melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang ketentuan pembagian
harta bersama menurut hukum positif dan hukum islam
x
DAFTAR PUSTAKA
xi