Anda di halaman 1dari 2

Cerpen Bertema Tentang Kejujuran

Budi adalah seorang buruh pabrik di sebuah perusahaan pembuat makanan ringan yang sedang
mengalami kesusahan dalam hidupnya. Ibu Budi sedang mengidap penyakit kanker dan salah
satu anak Budi akan menginjakkan kakinya pada pendidikan tinggi yang tentunya memakan
biaya banyak. Kesusahan ini membuat Budi tidak bisa berkonsentrasi dalam pekerjaannya
padahal sudah beberapa bulan belakangan ini Budi adalah pegawai terbaik, hingga hari ini Budi
salah memasukkan penyedap makanan ke dalam salah satu mesin yang membuat seluruh jalur
produksi makanan ringan hari ini menjadi rusak dan tidak ada produk yang bisa diciptakan hari
ini.

“BUDI!” ucap seorang laki-laki dari kejauhan, Budi langsung tersentak dan menjatuhkan seluruh
penyedap makanan yang sedang Ia bawa ke lantai. “Eh, iya Pak Santo?” kata Budi,” ke ruangan
saya, SEKARANG!”. Dengan tergesa-gesa dan gelisah Budi langsung ke ruangan Pak Santo
yang merupakan seorang manajer personalia di perusahaan tersebut. Ruangan terbuka dan Budi
menemukan Pak Santo yang duduk di meja kerjanya dengan muka tegas dan marah. Budi
membuka percakapan, “Maaf Pak, saya akhir-akhir ini tidak bisa berkonsentrasi karena masalah
keluarga dan juga dana”, Pak Santo menjawab, “Masalah keluarga bukan urusan saya dan juga
masalah keluarga bukan menjadi masalah perusahaan ini”. Budi yang terkejut mendengar
perkataan Pak Santo berusaha menjawab, “Maaf Pak, tidak akan saya ulangi lagi kesalahan
saya”. Pak Santo berdiri dan mendekati Budi, “Budi, katakan omong kosong tersebut di
perusahaan lain, kamu saya pecat!”. Mendengar hal tersebut, Budi langsung berkaca-kaca dan
berkata, “Baik Pak Santo, memang hal ini sepenuhnya kesalahan saya, saya doakan Bapak
sukses dan sehat selalu bagi Bapak dan juga keluarga”.

Budi kembali ke gudang pabrik untuk mengemasi barang, Sambil menahan tangis, Budi berjalan
tertatih-tatih ke parkiran sepeda motor dan ketika Ia ingin memasukkan barangnya ke bagasi
motor, di ekor matanya ia melihat sebuah amplop berwarna coklat dan ia langsung menghampiri
amplop tersebut. Diangkatnya amplop tersebut sambil melihat ke kiri dan ke kanan untuk melihat
siapa yang menjatuhkan amplop tersebut.

Sambil diiringi rasa bingung, Budi mengemudikan motornya kembali ke rumah. Hingga tiba-tiba
ia jatuh karena ada lubang di tengah jalan yang ia tidak lihat. Budi jatuh dan seluruh isi amplop
juga berserakan keluar. Dengan begitu kaget dan panik, Budi melihat begitu banyak uang dan
juga ada satu jam tangan keluaran Swiss. Melihat hal tersebut, Budi langsung memutuskan
kembali ke perusahaan untuk memberikan amplop kepada satpam sehingga bisa dikembalikan
apabila ada yang mencari amplop tersebut.
Sesampainya di parkiran perusahaan, Budi melihat seorang laki-laki tam pan mengenakan jas
yang sedang panik dan kebingungan bersama seorang satpam. Budi menghampiri kedua laki-laki
tersebut dan mengatakan, “Ada apa Pak kelihatannya panik sekali?”. Laki-laki tampan tersebut
mengatakan, “Amplop saya, amplop saya tadi pagi sepertinya terjatuh dan amplop tersebut
berisikan penarikan kas perusahaan”. Budi terkejut dan mengeluarkan amplopnya sambil
berkata, “Maksud Bapak amplop inikah?”, kebingungan laki-laki tampan tersebut mengatakan,
“Iya amplop ini, Bapak dapat dari mana?”, “Saya tadi ketemu di dekat parkiran motor ketika
ingin pulang Pak, dan tadi saya di tengah jalan memutuskan untuk memberikan amplop ini
kepada satpam tapi untunglah ketemu yang punya secara langsung” kata Budi sambil tersenyum.
Laki-laki tersebut mengulurkan tangan sambil berkata, “Saya Lio, pemilik perusahaan ini kalau
tidak salah saya pernah lihat Bapak bukan ya?”, “Sebuah kehormatan Pak, perkenalkan Pak saya
Budi mantan pegawai Bapak”, “Mantan? Kamu dipecat?”, “Iya Pak, baru saja hari ini karena
saya mengacaukan jalur produksi, saya tidak bisa berkonsentrasi Pak akhir-akhir ini karena
masalah keluarga.” Pak Lio tersenyum dan tersentuh karena ketulusan hati Budi, akhirnya ia
berkata, “Pak Budi, saya berhutang budi kepada Bapak, mulai hari ini Bapak saya jadikan asisten
dan Bapak coba ceritakan seluruh masalah Bapak semuanya akan saya bantu”. Mendengar hal ini
Budi langsung nangis dan memeluk Pak Lio sambil berterima kasih. Akhirnya Ibu Budi bisa
mendapatkan perawatan rumah sakit di rumah sakit terbaik di Jakarta dan anak Budi bisa
bersekolah di universitas luar negeri dengan bantuan Pak Lio.

Anda mungkin juga menyukai