Tokoh :
Sinopsis :
Budi sudah dua kali melihat Ayahnya membayar uang parkir motor pada lokasi yang
berbeda sebesar Rp 1000. Seharusnya tarif parkir adalah Rp 500 tetapi tidak juga diberi
kembalian. Budi pernah mencoba meminta kembalian sampai ia mengancam akan
melaporkan tukang parkir kepada KPK.
Budi berpikir bahwa tukang parkir banyak yang berlaku tidak jujur begitu juga dengan
ayahnya. Akhirnya Budi tahu, ayahnya merupakan tukang parkir yang jujur dan ia
merasa bangga menjadi anak seorang tukang parkir.
Naskah :
Terlihat Budi sepulang sekolah melepas sepatunya sambil membaca koran yang ada di
atas meja. Koran tersebut berisi berita mengenai KPK.
Tampak Pak Kardi sedang keluar dari toko bangunan lalu bunyi peluit tukang parkir
terdengar. Pak Kardi meminta Budi membawakan barang bawaannya.
Budi : Baik Pak (terdengar suara peluit kemudian Pak Kardi memberikan selembar
uang Rp.1000 kepada tukang parkir. Tukang parkir tidak memberikan kembalian hingga
akhirnya Pak Kardi bergegas pergi menggunakan motornya. Budi melihat ayahnya yang
tidak mendapat uang kembalian parkir)
Budi : Tapi tukang parkir itu tidak jujur Yah. Parkir hanya Rp 500 bukan Rp 1000.
Pak Kardi : Sudah…sudah. Kamu ini masih kecil belum tahu apa-apa.
Pak Kardi sedang membersihkan motornya kemudian Budi keluar dari dalam rumah
dan menghampiri ayahnya.
Budi : KPK itu siapa Yah? Kepala daerah kok banyak yang ditangkap.
Pak Kardi : KPK itu aparat negara, kepala daerah yang ditangkap itu karena mereka
menggunakan uang rakyat yang bukan haknya.
Budi : Berarti tukang parkir kemarin juga menggunakan bukan haknya. Apa perlu kita
laporkan ke KPK Yah?
Pak Kardi : (tertawa) Kamu tahu apa soal KPK. Sudah mandi sana keburu sore nanti.
Pak Kardi dan Budi keluar dari toko buku sambil mengambil uang dari sakunya tapi
tidak menemukan uang receh.
Setelah membayar parkir, Pak Kardi mengajak Budi pergi namun Budi hanya terdiam.
Budi : Sebentar Yah, tukang parkir ini tidak jujur. Mau saya laporkan ke KPK saja.
Tukang Parkir : (mendengar perkataan Budi). Maksud kamu apa bicara seperti itu?
Pak Kardi : Sudah Pak sudah…Seharusnya saya yang protes karena tidak diberi uang
kembalian parkir.
Penjual Buku : (mendekati Pak Kardi) Ada apa pak? Saya perhatikan kok ada
keributan.
Budi : Ini Pak, uang parkir ayah saya tidak diberi kembalian oleh tukang parkir.
Penjual Buku : Oh begitu ya, maaf ya Pak Parkir. Bukannya saya mau ikut campur tapi
lebih baik jangan mengambil yang bukan hak kita. Tidak bagus bertindak korupsi.
Pak Kardi : Terima kasih pak atas penjelasannya. Saya pamit dulu.
EXT. Teras rumah Pak Kardi pada sore hari
Budi : Budi mau minta maaf, gara-gara Budi ayah jadi bertengkar dengan tukang parkir.
Pak Kardi : Bud, tidak semua tukang parkir itu tidak jujur. Seperti ayahmu ini yang
berusaha tidak mengambil hak orang lain meskipun hanya seorang tukang parkir.
Pak Kardi : Makanya nanti kamu harus jadi orang yang jujur agar dipercaya banyak
orang.
Budi : Tapi Budi bangga jadi anak tukang parkir yang jujur jadi tidak takut ditangkap
KPK.
Judul : Sekolahku
Tokoh :
Sinopsis :
Andi merupakan seorang anak yang mempunyai harapan tinggi untuk melanjutkan
sekolah ke jenjang SMK meskipun ia tinggal di sebuah desa. Faktor ekonomi keluarga
yang serba kekurangan membuat Andi harus ikut bekerja menjadi buruh tani.
Suatu pagi saat Anda bekerja di sawah, ia melihat segerombolan pelajar berseragam
lengkap hendak berangkat ke sekolah. Seketika itu, Andi berkhayal kapan ia bisa
bersekolah seperti anak-anak tersebut.
Pada suatu sore ketika Anda akan pulang dari sawah, terlihat sekelompok orang
berjalan berlawanan arah sambil membawa peralatan pertanian. Andi penasaran dan
terus bertanya-tanya dalam hati.
Saat berpapasan dengan mereka, Andi justru di ajak bergabung. Ternyata mereka
hendak menuju ke sekolah terbuka. untuk masyarakat tanpa batasan umur dan gratis.
Pembelajaran di sekolah terbuka dilakukan sebanyak 3 kali seminggu yaitu pada sore
hari.
Akhirnya Andi ikut bergabung bersama sekolah terbuka hingga akhirnya ia bisa
berkuliah dan meraih cita-citanya selama ini.
Skenario :
Andi membantu ayahnya bekerja di sawah lalu ia melihat segerombolan orang hendak
pergi ke sekolah terbuka
Naskah :
Andi dan ayahnya pergi ke sawah dan sesampainya di sawah, Andi langsung
membantu ayahnya. Terlihat anak-anak berseragam mulai berangkat ke sekolah.
Andi : (Terdiam dan berkhayal sedang bersekolah dan bermain bersama teman-
temannya)
Andi : (Terkejut)
Ayah : Andi, Ayah percaya kelak kamu pasti bisa seperti mereka nanti.
Sepulang dari sawah, Andi bertemu dengan segerombolan orang yang membawa
peralatan pertanian dengan arah berlawanan. Andi heran dan bertanya kepada salah
satu warga.
Andi : Maaf Pak, warga itu mau pergi kemana ya? (Sambil terkaget karena mereka juga
membawa alat tulis)
Andi : Tidak ah, aku kan gak punya uang untuk membayar sekolah.
Taufik : Tidak apa-apa Andi. Kami pun juga tidak memiliki uang.
Taufik mengajak Andi pergi ke sekolah secara bersama-sama saat itu juga. Setibanya
di sekolah, Taufik menjelaskan kepada Andi.
Taufik : Andi, sekolah ini adalah sekolah terbuka untuk semua siswa tanpa batasan
umur. Sekolah ini juga layak seperti sekolah umum. Semua biaya disini gratis dan akan
mendapat alat tulis tanpa harus membayar. Siswa yang lulus juga akan memperoleh
sertifikat.
Andi : Oh begitu ya. Kalau ikut sekolah gratis ini pasti aku bisa mencapai ciat-citaku
nanti.
3 Tahun kemudian, Andi sudah lulus dari sekolah terbuka. Lalu ia melanjutkan
pendidikan di bangku kuliah. Sejak saat itulah impiannya untuk bersekolah akhirnya
tercapai.
Contoh Naskah Film Pendek Persahabatan
Tema : Persahabatan
Karakter pemeran :
Alur Cerita :
Minggu pagi di depan rumah Wulan, berkumpullah Ningrum, Gino, dan Ferdy. Mereka
tampak mengobrol membahas sesuatu sambil menunggu Wulan keluar rumah. Selang
berapa lama, Wulan keluar rumah setelah mendengar suara teman-temannya.
Naskah film pendek :
Wulan : Hai teman-teman, ada apa nih? Tumben sekali kalian pagi-pagi-sudah ngumpul
dan ngerumpi di depan rumahku. Rame banget lagi, sampai terdengar dari dalam
rumah.
Ningrum : Aku tadi niatnya mau manggil kamu dulu, tapi udah terlanjur asyik ngobrol
jadi lupa. Kamu ada acara gak hari ini?
Wulan : Hari ini aku gak ada acara. Kenapa? Mau ngajakin kemana, mau jalan-jalan
ya?
Ningrum : Ehh geer, gak kok aku cuma tanya aja. Kamu kan orang sibuk, siapa tau
udah ada jadwal padat hari ini.
Wulan : Nggak ada kok, aku di rumah aja gak ada agenda.
Gino yang dari tadi diam sejak Wulan keluar rumah, tiba-tiba nyeletuk menyampaikan
sebuah ide. Dia dengan antusias meminta teman-temannya untuk mendengarkan
idenya.
Gino : Eh teman-teman, daripada gabut aku ada ide nih! (Sambil tersenyum lebar)
Ferdy : Ide apa, dari tadi diem ternyata mikirin ide ya? (Sambil memukul lengan Gino)
Gino : Dengerin ya, biasanya jam segini kan Ika lewat jalan depan situ tuh. Bagaimana
kalau kita ngerjain dia, pasti seru. Bagaimana setuju? (masih dengan senyum lebar dan
mata penuh harap)
Ferdy : Apa? Ngerjain orang? Ika lagi? Kenapa sih kamu jadi orang kok jahat?!
Wulan : Iya tuh si Gino, kenapa kamu selalu jadi orang jahat? Sukanya jahilin orang
terus. Ika kan teman kita juga, kenapa harus dijahili?
Gino : Lah kalian selama jadi temanku tidak paham juga? Kalau itu adalah hobiku.
Ningrum yang terkenal sebagai anak yang lembut mencoba menasehati Gino agar
sikap dan perilakunya berubah. Ningrum menepuk pundak Gino sambil
memberitahukan bahwa saat ini mereka bukan anak kecil lagi, jadi lebih baik
bersikaplah dewasa.
Ningrum : Gino, kita kan tahu kalau kita itu bukan anak kecil lagi, cobalah bersikap
seperti layaknya orang dewasa. Kejahilanmu itu adalah sikap kekanak-kanakan yang
sudah tidak pantas lagi kamu lakukan. Ayolah sedikit demi sedikit kamu kurangi dan
hilangkan.
Gino merasa tersinggung dengan kata-kata Ningrum, terlebih lagi memang tabiat Gino
adalah orang yang keras kepala. Gino mulai menggerutu.
Wulan : Benar itu kata Ningrum. Ayo lah Gino, tidak seharusnya kamu bersikap seperti
itu. Jadilah orang yang dewasa, kebiasan kamu menjahili orang itu akan merugikan
kamu dan orang lain.
Gino tetap saja menggerutu dan semakin merasa disalahkan. Dia mulai marah dan
tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh teman-temannya.
Melihat sikap Gino yang semakin tidak terkendali, Ferdy ikut andil dalam menasehati
Gino.
Ferdy : No… Kamu itu kalau mau iseng boleh-boleh aja, tapi ada batasnya juga bro
jangan berlebihan. Kenapa sih kamu mau ngerjain Ika? Dia kan anak yang baik. Ika
juga tidak berbuat jahat sama kamu, tidak merugikan kamu.
Wulan : Iya benar itu. Aku kalau lihat Ika justru kasihan. Dia anak yang baik, jualan
keliling buat bantu ibunya. Masa kamu tega mau jahilin dia.
Wulan : Ika itu sudah tidak punya bapak. Dia hidup sehari-hari dengan ibunya yang
hanya jualan kue. Ika harusnya bisa bermain seperti kita, namun waktunya habis untuk
ikut jualan kue keliling.
Ketika wulan cerita tentang kehidupan Ika, barulah Gino tahu bahwa Ika tidak punya
bapak. Setelah merenung beberapa saat, akhirnya Gino mulai luluh dan melupakan niat
untuk menjahili Ika.
Gino : Jadi ika harus jualan setiap hari untuk bantu ibunya. Ok, aku janji tidak akan
jahilin Ika lagi.
Ningrum : Nah gitu dong, itu baru namanya anak baik. Tapi ingat jangan hanya kamu
lakukan pada Ika, pada semua orang juga harus sama. Jangan jahilin orang lagi, dosa
tau.
Gino : Apaan sih kalian, apa-apa dosa! (Sahut Gino dengan muka lemas)
Tokoh :
1. Hendrik
2. Nurdiansyah
3. Hadi
Sinopsis : Hendrik, Hadi dan Nurdiansyah adalah sahabat dekat yang sering berkumpul
bersama. Suatu hari Hendrik mengajak Hadi dan Nurdiansyah untuk menjadi youtuber
dengan membuat film 18 tahun ke atas tetapi akhirnya mereka memutuskan untuk
membuat film pendek lucu.
Saat syuting dimulai, ketiga saling berbagai tugas masing-masing. Memulai proses
syuting justru keanehan mulai terjadi pada mereka hingga kelucuan pun terjadi.
Segmen 1 :
Nurdiansyah dan Had, bersantai di depan rumah sambil mengobrol. Tiba-tiba telepon
Hadi berdering.
Hendrik : Sok jadi anak soleh kamu Had. Aku serius ini. Penting! Kamu dimana
sekarang?
Hadi : Sedang di rumah ini sama Nur. Kamu sok urgen seperti ambulance saja.
Hendrik tiba di rumah Hadi untuk bertemu dengan Hadi dan Nurdiansyah
Hendrik : Ini ide mantap dan mengguncang dunia. (Hadi dan Nur tertawa terbahak-
bahak)
Hadi : Buat film 18 tahun ke atas saja Hen, pasti nanti banyak yang nonton.
Nurdiansyah : Wah kamu parah Had. Jangan mikir mesum terus. Lagi pula kamu Hen,
buat film itu tidak gampang. Butuh peralatan tapi kita tidak punya.
Hendrik : Kita buat film pendek yang lucu aja seperti film komedi.
Hadi: Tidak…Tidak..Susah buat film seperti itu. Bagaimana kalau kita membuat tutorial
aja. BIar kita seperti suhu yang serba tahu.
Nurdiansyah : Pesimis kamu Had. Bikin film lucu-lucuan susahnya dimana sih? Lagi
pula kamu Hen, harus tahu diri karena kita masih serba terbatas. Mana kameranya?
Siapa yang jadi cewek cantiknya? Mana ininya? Mana itunya?
Hendrik : Aku yang punya ide kenapa kalian yang menyalahkan aku? Benar-benar tidak
asik kalian nih. Ayo mulai aja buat filmnya. Sudah tidak sabar nih. Hadi jadi
kameramen, Nur jadi bagian action-action ya.
Segmen 2 :
Mulai syuting
Nurdiansyah : Cut..cut..cut, ah kamu Hen. Kok sudah mulai hallo guys hallo guys saja.
Tunggu dulu aba-aba dari aku. Baru kamu mulai berbicara.
Nurdiansyah : Kamera…action…!
Hadi : Stop…stop..stop..potong dulu. Nur, roll nya mana. Harusnya setelah kamera
kamu bilang rol…action.
Hendrik : Hallo guys, berjumpa lagi dengan saya di channel tutorial cara memakai hijab
anti badai.
Hadi : Apa-apaan ini? Kok ada hijab segala. Kamu kan cowok Hen, masa buat tutorial
pakai hijab.
Nurdiansyah : Kamu aneh Hen. Aku jadi takut berteman sama kamu.
Nurdiansyah : Kamera…roll..action!
Hadi : Sebentar, kameranya belum aku star !
1. Risa
2. Evan
3. Inka
4. Doni,
5. Renald
Alur cerita : Ada lima orang mahasiswa yang sedang berkemah di suatu hutan. Ketika
bangun pagi hari, satu demi satu mereka mulai menghilang secara misterius.
Dua tenda didirikan bersebelahan, hari masih pagi, belum ada yang keluar dari tenda.
Selang beberapa waktu Risa terlihat keluar dari tenda.
Risa : (Berjalan di sekitar tenda dan mulai mungutin sampah yang berserakan di sekitar
tenda)
Inka : (Keluar dari tenda dengan mata yang masih mengantuk) Pagi Ris.
Doni mengangguk dan mulai keluar dari tenda. Sementara Inka berolahraga sebentar
meregangkan otot lalu berjalan masuk hutan.
Risa : Don, kamu gak bangunin Renald? Udah siang nih masak masih molor aja.
Setelah waktu berjalan cukup lama, Risa dan Doni mulai panik ketika Inka dan Evan
belum muncul juga di Camp Area. Tiba-tiba terdengar teriakan histeris, mereka panik
karena itu adalah suara Inka dari dalam hutan.
Inka berlari dari dalam hutan dengan muka panik dan ketakutan sambil teriak “Evan
mati”.
Doni dan Risa hendak menyusul Inka kedalam hutan, namun mendadak muncul sosok
memakai hoodie hitam di belakang Inka. Mereka terdiam. Tanpa terduga sosok ini
menyeret Inka kembali ke dalam hutan. Berbarengan mereka teriak.
Renald mengejar Doni dan Risa, sementara Inka sudah hilang dari pandangan. Mereka
masih bertanya-tanya apa yang terjadi dan siapa sosok berhoodie itu. Masih dengan
nafas terengah-engah Doni mencoba menceritakan pada Renald tentang apa yang
dikatakan Inka bahwa Evan mati.
Renald memberi tanda akan adanya sosok berhoodie yang lewat di dekat mereka.
Bersamaan dengan itu muncul Risa dan merasa lega melihat kedua temannya.
Mendadak sosok berhoodie muncul di depan mereka, refleks Risa berlari dan sosok itu
terus mengejarnya. Doni dan Renald mencoba mengejar, namun Doni terjatuh dan
mereka kehilangan jejak.
Belum bangkit dari jatuhnya, sosok itu tiba-tiba muncul di belakang Doni. Seketika Doni
teriak dan menyuruh Renald untuk lari menjauh.
Secepat kilat, sosok ini menyeret Doni kembali ke dalam hutan. Langkahnya semakin
masuk ke dalam hutan. Sejurus kemudian teriakannya menggema kemudian lenyap.
Contoh Naskah Film Pendek Sedih
Judul : Cerita Sari
Pemeran :
1. Sari
2. Tini
3. Agus
Alur Cerita :
Sari adalah seorang wanita yang mengalah untuk menjadi tulang punggung keluarga.
Terbiasa hidup mandiri tanpa bantuan orang tua, bahkan ketika susah dengan
perlakuan suami.
Riuh tawa sang anak membuat suasana rumah kala itu terlihat sangat bahagia. Sebuah
kehangatan dari suami istri dan anak lelaki yang lucu. Sari masih bergurau dengan
sang anak ketika Agus (suaminya) datang.
Sari yang terkaget hanya diam, masih menunggu penjelasan apa yang dimaksud oleh
suaminya itu.
Agus : Aku cape tiap hari disuruh lembur, sedangkan yang lain tidak. Kapan aku bisa
hidup enak, gaji gede. Yang ada aku Cuma kerja lembur terus.
Sari : Bersyukurlah masih punya pekerjaan, banyak yang tidak seberuntung kita.
Agus merasa bosan dengan bahasa istrinya jika mengeluh tentang pekerjaan.
Keinginannya hanya mau hidup enak, gaji besar, dan kerjaan yang tidak berat.
Agus : Kan kamu kerja, punya gaji kenapa bingung? (Sambil berlalu pergi, merokok di
teras rumah)
Agus hanya mengangguk tanpa berkata apapun. Pagi itu sebelum berangkat kerja Sari
sudah memasak, mencuci, membersihkan rumah. Agus mulai hari ini nganggur di
rumah, jadilah Sari yang bekerja seorang diri.
Sari pulang kerja dan menjemput anaknya yang diasuh oleh bulek.
Tini : Apa benar Agus gak kerja lagi? Lalu gimana kamu menghidupi anakmu?
Sari : Iya bulek, saya sekarang kerja sendiri. Menghidupi anak dan suami.
Sari sampai rumah dengan menggendong anaknya. Begitu masuk melihat Agus tidur
dengan TV masih menyala. Jemuran tidak diangkat walau tadi sempat hujan, jadilah
pakaian menjadi basah lagi. Sari mencoba membangunkan Agus.
Sari : Mas, ayo bangun sudah mau magrib. Itu jemuran kok tadi tidak diangkat padahal
hujan jadinya basah lagi.
Agus : (Masih malas) Mana aku tahu kalau hujan, basah ya jemur lagi. Gitu aja kok
repot.
Agus : Mana ATM kamu, sini aku yang pegang. Aku kepala keluarga jadi aku yang
berhak atas uangmu.
Sari : Jangan dibawa ATM-nya, aku berikan uang saku saja. Banyak kebutuhan yang
harus aku penuhi. Kebutuhan anak kita juga banyak.
Agus : Kamu gak mau nurut sama suami, pokoknya semua uang kamu aku yang
pegang.
Sari : Mas, aku butuh uang buat belanja dan beli keperluan bayi.
Sari : Tidak cukup mas, harga popok saja lebih dari ini.
Agus : Aku tidak mau tahu pokoknya itu yang kamu belanjakan.
Semakin hari perlakukan Agus semakin menjadi-jadi. Sari harus kerja setiap hari
mencukupi hidup anak dan suaminya. Hingga suatu ketika pertengkaran tidak bisa
dihindarkan. Sari dipukul di depan anaknya hingga jatuh, tidak bisa membalas hanya
menangis sesenggukan.
Tini kaget dengan kondisi Sari yang lebam-lebam. Bertanyalah apa yang terjadi. Sari
cerita apa adanya tentang apa yang dialaminya.
Tiba-tiba telpon berbunyi. Sari menerima panggilan itu, terdengar orang berbicara. Sari
terdiam.
Tini : Kenapa?
Tokoh :
1. Dea
2. Ayah Dea
3. Geri
4. Windy
5. Deta
Tokoh Tambahan :
1. Lala
2. Korban
Sinopsis :
Film ini bercerita tentang kehidupan keluarga yang mengalami keterpurukan ekonomi.
Dea adalah seorang remaja yang memiliki tanggung jawab besar terhadap
keluarganya. Sejak ibunya meninggal dunia. Dea harus merawat dua adiknya.
Ayah Dea juga dipecat dari perusahaan tempat sang ayah bekerja sudah sejak 3 bulan
lalu. Sejak saat itulah Dea harus memutar otak agar bisa mencukupi kebutuhan
keluarganya. Kondisi tersebut diperparah dengan ayahnya yang sakit.
Dalam kondisi yang serba kekurangan, Dea tidak pernah menyalahkan Tuhan dan
menganggap ini adalah ujian agar ia lebih kuat dan tegar menjalani hidup. Tetapi suatu
ketika Dea akhirnya terjun ke dunia kriminal akibat himpitan ekonomi.
Akibat keputusan Dea tersebut, justru mengundang masalah baru bagi keluarga Dea.
Ujian kehidupan yang dialami Dea,pasti akan berlalu karena Tuhan memberikan ujian
tidak melebihi kemampuan hamba-Nya. Dea sempat salah menyikapi ujian tersebut
tetapi setelah ujian pasti akan ada kebahagiaan.
Naskah :
Ayah Dea terlihat sedang terbaring karena sakit. Kondisi tersebut membuat Dea tak
tega meninggalkan ayahnya di rumah sehingga Dea memutuskan tidak jadi berangkat
ke sekolah.
Dea : Lala, Geri…Tolong kalian jagain ayah sebentar ya. Kakak mau membeli makanan
untuk kita (sambil mengompres kepala sang ayah)
Dea : Iya dek. Kakak tidak lama kok. Hari ini kakak tidak masuk sekolah dulu karena
ingin menjaga ayah di rumah (sambil tersenyum dan beranjak meninggalkan kamar)
Geri : Kak tunggu…Ini Kak ada surat dari sekolah. Tadi aku lupa mau memberikan ke
Kakak. Kata bu guru, uang SPP harus segera dilunasi karena sebentar lagi ujian Kak.
Kalau tidak membayar nanti aku tidak bisa ikut ujian. Aku tidak tega memberikan surat
ini ke Ayah.
Dea : (Sambil pura-pura tersenyum ke Geri) Tenang aja dek. Kamu tidak usah khawatir.
Nanti Kakak carikan uang agar kamu tetap bisa mengikuti ujian. Kamu tetap belajar
yang rajin ya tidak usah memikirkan masalah biaya.
Pada suatu siang yang terik, Dea berjalan dengan tatapan kosong. Dea masih terus
berpikir cara mendapatkan uang untuk membayar SPP Geri.
Dea : Ya Allah, saya harus mencari uang kemana lagi? (dengan wajah memelas sambil
melihat ke langit)
Saat itu Dea melihat Deta dan Windy yang duduk santai sambil membuka dompet yang
berisi banyak uang.
Windy : Dea…
Windy : Kalau kamu butuh uang banyak, ikut kerja saja sama aku, gimana ?
Dea : Nanti aku pikirkan lagi ya ( sambil berjalan meninggalkan Deta dan Windy)
Dalam hati Dea berkata “ harus cari uang yang banyak agar bisa membiayai sekolah
Lala dan Geri. Tiba-tiba Dea teringat perkataan Windy yang mengajaknya untuk
bekerja.
Dea : Kerja yang kamu tawarkan kemarin jadi apa ya? Aku masih boleh ikut?
Windy : Hari gini mikirin dosa De. Kita harus lebih memikirkan kebutuhan, kalau dosa
pikir belakangan saja. Kamu lagi butuh uang kan?
Dea dan Windy tidak tahu bahwa Geri sudah mendengar percakapan mereka di dekat
pintu.
Sore hari jalan terlihat sepi dan hanya ada seorang perempuan yang berjalan sepulang
kuliah. Perempuan itu terlihat polos dan ternyata menjadi target yang mudah bagi
Windy dan teman-teman.
Seketika itu Deta lalu datang dan segera merogoh tas si korban yang terlihat terbuka
tanpa sepengetahuan si korban. Sesudah dompet dan handphone berhasil diambil oleh
Deta, mereka bertiga segera pergi meninggalkan korban.
Deta dan Windy terlihat sedang menghitung uang dari dompet korban sambil
memegang handphone mahal si korban. Tetapi Dea justru tampak murung dan
menyesal.
Deta : Setelah mengajak Dea, kita dapat untung lebih besar. Hanya dalam beberapa
menit kita bisa mendapat banyak uang.
Windy : De, kamu kenapa? Sudah tenang saja tidak usah mikirin uang lagi.
Penghasilan kita hari ini semuanya buat kamu saja.
Ternyata Geri sudah mengawasi kakaknya. Hal ini membuat Geri marah dan memukul
pohon.
Geri sudah menceritakan semua perbuatan Dea kepada ayahnya. Geri, Lala dan Ayah
duduk di ruang tamu menunggu Dea pulang.
Ayah : Sini kamu duduk De. (dengan wajah kesal dan menahan sakit)
Dea : Ada apa Ayah? (wajah bingung). Geri, ini uang SPPnya buat kamu agar kamu
bisa ikut ujian.
Geri : Geri tidak mau menerima uang ini Kak. Seharusnya Kakak tidak perlu seperti itu
(nada kesal)
Ayah : Ayah kecewa sama kamu De. Geri saja tahu mana yang baik dan yang tidak.
Ayah : Sudah Dea, lebih baik Geri tidak ikut ujian dan kita kelaparan daripada kamu
harus berbuat tercela. Kembalikan barang-barang itu ke pemiliknya.
Ayah : Kamu tidak usah memikirkan kebutuhan kita, Ayah mendapat panggilan kerja.
Maafkan Ayah yang sudah menjadi pengangguran hingga kamu harus menjadi tulang
punggung. Jangan mengulangi perbuatan bodoh itu lagi. Itu berdosa besar.
Saat masih memakai seragam sepulang sekolah, Dea menunggu korban yang pernah
ia jahati. Dea berencana mengembalikan barang-barang milik korban.
Dea : Maaf mbak, saya ingin mengembalikan ini ke mbak. Ini punya mbak kan?
(menyodorkan dompet dan handphone)
Dea : Maafkan saya mbak. Saya salah sudah berbuat jahat kepada mbak.
Korban : Saya sudah ikhlas dan tidak mempermasalahkannya. Saya tahu mungkin
kamu lebih membutuhkannya. Tapi saya terima maaf darimu.
SUMBER : https://wahyublahe.id/contoh-naskah-film-pendek/