Anda di halaman 1dari 3

NAMA : Ariya Agung Sedayu_2000003032

Arti Persahabatan

Pagi selalu menjadi awal dari kegiatan sehari-hari para pemuda generasi masa depan
untuk menuntut ilmu ke sekolah, membawa harapan, cita-cita serta semangat baru dalam
balutan angan penuh tekad yang telah terbangun dari lelapnya tidur malam.

“Kamu sarapan dulu nak, sebelum berangkat sekolah,” ucap Ibu Bimo mengingatkan
“Baik Ibu! Aku mau bawa bekal juga buat nanti di makan saat jam istirahat, biar sebagian
uang jajan ku bisa ditabung,” jawab Bimo sambil tersenyum

Bimo adalah seorang siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di daerah tempatnya
tinggalnya, seorang remaja yang memiliki cita-cita besar untuk menjadi seorang Dokter di
masa depan nanti. Semua keinginannya ia kumpulkan dalam tabungan kecil yang diharapkan
nanti bisa membantu kedua orang tuanya untuk membiayai sekolah kedokterannya.
Terdengar dari kejauhan suara klakson motor ayahnya berdentum begitu keras seolah
memanggil agar Bimo segera berangkat sekolah bersama ayahnya.
Saat sudah sampai di sekolah Bimo sudah ditunggu oleh sahabatnya Aldo yang duduk
di teras kelas sendirian sambil membawa tas dipunggungnya. Menatap dengan senyuman lalu
berdiri menghampiri Bimo yang baru saja datang. Aldo dan Bimo telah menjalin
persahabatan begitu lama sejak mereka pertama kali masuk SMA, mereka tak begitu punya
banyak teman yang dapat dijadikan sahabat karena menurut mereka kualitas lebih penting
daripada kuantitas. Memiliki satu sahabat yang benar-benar tulus jauh lebih membuat bahagia
daripada mempunyai banyak teman namun hanya berpura-pura.

“Bimo, ayo kita masuk kelas sama-sama, aku sudah menunggu mu dari tadi,” ucap Aldo
dengan wajah ceria
“Ayo Aldo, terimakasih ya sudah menunggu ku,” jawab Bimo dengan senyuman

Lonceng pun berbunyi pertanda jam pelajaran akan segera dimulai. Semua pelajar
mulai memasuki kelasnya masing-masing dan duduk ditempat yang telah disediakan. Bimo
dan Aldo duduk bersebelahan tepat di depan meja gurunya, mereka dari awal memang
memilih menjadi yang terdepan agar dapat mendengar dan memahami pelajaran dengan
lebih jelas.
Waktu berlalu dan jam istirahat telah tiba, semua pelajar keluar menuju kantin
sekolah untuk melepaskan lelah dan penat setelah berjam-jam belajar di dalam kelas, namun
Aldo terlihat diam sendirian di kelasnya saat semua teman-temannya pergi berbelanja. Bimo
yang melihatnya langsung menanyakan penyebab sahabatnya itu tidak pergi ke kantin untuk
beristirahat sambil memakan makanan ringan atau sekedar membeli minuman dingin untuk
menyegarkan tenggorokan.

“Hei Aldo, kenapa diam sendirian disini? Kamu tidak ikut ke kantin bersama ku?” tanya
Bimo
“Tidak Bimo, uang saku ku tadi pagi sepertinya jatuh di jalan saat aku menuju sekolah,
karena sejak tadi aku mencarinya namun tak ketemu juga,” jawab Aldo dengan wajah sedih

Bimo berusaha membantu Aldo untuk mencari uangnya yang terjatuh. Mereka
menggeledah tas milik Aldo, memeriksa dibawah meja, meraba kantong baju dan celana
hingga berkeliling di sekitar sekolah namun hasilnya sia-sia karena uang Aldo tak ditemukan
juga. Mereka yang tampak lelah kemudian duduk disebuah bangku taman dekat lapangan
sekolah, menghela nafas dalam-dalam dengan keringat yang mulai membasahi sekujur tubuh
mereka.

“Sudahlah Aldo sepertinya memang uang itu bukan rezeki mu, tapi tenang saja, pakai uang
ku dulu! Ayo kita ke kantin sama-sama, kamu pasti lelah kan. Aku juga bawa banyak bekal
buat kita makan nanti.”
“Apa tidak apa-apa? Kamu kan harus menggunakan uang itu untuk menabung! Kamu belanja
saja, maaf kalau aku hanya merepotkan mu saja nanti dan membuat mu membantu ku
mencari di tengah terik matahari begini.”

Bimo terdiam sejenak memandangi raut wajah Aldo yang terlihat sedih dan murung.
Wajah ceria yang tadi pagi menghiasi hari perlahan memudar. Waktu jam istirahat mereka
pun sebentar lagi akan usai dengan lelah yang terus merekah. Bimo mengusap keringatnya
sejenak dengan tisu yang selalu tersimpan di kantongnya lalu memberikan Aldo beberapa
lembar tisu miliknya untuk membersihkan keringat di wajah Aldo.

“Kamu itu sahabat ku! Saat kamu sedih aku juga akan sedih dan saat kamu bahagia aku pun
juga akan bahagia. Lagi pula kamu butuh tenaga juga nanti buat pelajaran selanjutnya,
pokoknya apa yang akan ku makan itu juga yang akan kamu makan, sebagai sahabat kita
harus melalui susah maupun senang bersama-sama,” jawab Bimo sambil merangkul pundak
Aldo.
Aldo tersenyum mendengar perkataan Bimo dengan bercampur perasaan haru karena
begitu bersyukur dan beruntungnya memiliki sahabat seperti Bimo. Mereka pun beranjak dari
tempat duduknya lalu bersama-sama menuju kantin untuk menghapus lelah dan kesedihan
menjadi keceriaan yang penuh tawa dan senyuman. Sebuah ikatan dua orang sahabat yang
mengajarkan arti dari sebuah persahabatan yang sesungguhnya. Selalu menemani disaat suka
maupun dalam duka.

Anda mungkin juga menyukai