Nim : 312310119
Tema : Sahabat
Jenis : Cerpen
Hi ini kisahku...
Aku mempunyai seorang sahabat yang aku anggap seperti saudara. Kenapa? Karena
namanya sama seperti namaku, yaitu “Mimi”. Namun, kami memiliki sifat yang jauh
berbeda, bahkan bisa dikatakan sama sekali tidak ada kemiripan dan bisa dikatakan juga
bahwa kami adalah satu magnet dengan kutub yang berbeda. Banyak yang sudah kami alami
berdua. Mulai dari masalah percintaan, masalah keluarga, kesalahan paham yang terjadi pada
hubungan kami, percintaan segitiga, dan lain sebagainya.
Tapi, perbedaan tersebut tidak membuat kami pecah hingga memutuskan hubungan
persahabatan, bahkan malah membuat kami menerima dan melengkapi satu sama lain. Saat
pertama kalinya aku meninggalkan dia sendirian, dan aku lupa mengucapkan selamat tinggal
kepadanya sembari berpamitan dengan mengatakan bahwa aku sebentar lagi akan pergi
melanjutkan sekolahku di jenjang perguruan tinggi. Sebenarnya, aku tidak ingin
meninggalkannya sendirian, karena aku merasa khawatir dia tidak bisa menjaga dirinya
sendiri.
Suatu ketika, aku sedang berada di rumah sambil mengerjakan tugas kampus. Tiba- tiba,
suara handphone-ku berbunyi, menandakan seseorang mengirim pesan singkat di aplikasi
WhatsApp kepadaku. Di saat aku mengecek notifikasi tersebut, ternyata pesan itu dikirim
oleh sahabat karibku. Pesan tersebut berbunyi,
Pada saat itu, untuk pertama kalinya, aku melihat dia menangisiku. Padahal aku orang
yang tidak mau melihat dia menangis. Tapi, aku sendirilah yang membuatnya menangis. Dia
mengatakan, “Aku enggak tau, kenapa tiba-tiba saja aku rindu denganmu. Sekarang aku tidak
mempunyai teman jalan-jalan dan aku banyak berdiam diri di rumah semenjak kamu pergi,
Mi?”.
Aku tersenyum melihatnya dari layar handphone, ingin sekali aku mengusap air
matanya. Tapi, aku hanya mampu mengatakan, “Bukannya teman yang lain ada, ya?“ ucapku.
“Mereka tidak bisa menjadi dirimu dan kamu juga tidak akan bisa digantikan oleh siapapun,”
jawabnya sambil berlinang air mata yang semakin deras.
Air mata ini mengalir turun dengan sendirinya, hingga merembes ke pipi, padahal aku
sudah sekuat mungkin untuk tidak menangis di depannya, dan aku pun mengatakan, “Tunggu
aku pulang, mungkin beberapa bulan ke depan yaa sayangku...” ucapku waktu itu, walaupun
aku tidak tahu kapan aku pulang kampung dan akan menempati janjiku padanya.
“Kamu janji kan, akan pulang kampung secepatnya, Mi?” ucapnya dengan wajah yang ceria
bahkan dengan sedikit senyum yang sangat manis.
Melihat dia tersenyum, aku sedikit lega bahwa aku berhasil membuat dia tidak .
”Gitu dong... senyum... enggak usah nangis lagi. Masaj cewek cantik dan manis nangis sih!?
Malu dong sama kucing,” ucapku dengan nada sedikit tertawa dan tersenyum kecil.
“kamu bisa aja, tapi emang benar kok kalau aku itu cantik, manis, dan putih.” Dengan ke-
PD-annya dia tertawa terbahak-bahak.
Tapi emang benar sih, dia itu orangnya manis, cantik, imut, pendek, dan satu lagi, kalau
dipikir-pikir dia itu buaya. Sama kayak aku, tapi aku masih dalam dosis yang normal.
Singkat cerita, sudah dua bulan aku di kota.Aku memutuskan untuk pulang kampung
karena ada hal yang perlu aku urus di kampungku. Sepanjang perjalanan, aku membayangkan
menghabiskan waktu bersama sahabatku. Diperjalanan menuju pulang, banyak cobaan yang
aku alami, mulai dari ban motor yang kempes, hujan deras, dan untuk pertama kalinya aku
pulang kampung sendirian.
Namun, semua itu terbayarkan karena aku bisa menepati janjiku padanya. Aku bisa
kumpul bareng keluarga dan pastinya menghabiskan satu hari bersama sahabatku. Kami
berdua punya prinsip dalam persahabatan kami, jika kami berjanji harus menepati janji
tersebut karena pepatah mengatakan janji adalah hutang bukan.
Tema : Ayah
Jenis : Cerpen
My Hero
Sedikit cerita tentang Ayahku, dia orangnya baik hati, pekerja keras, murah senyum,
harmonis, bertanggung jawab, dan yang terpenting Aku anak kesayangannya. Pada siang hari
pukul 11:00 WIB di rumah yang sangat sederhana, terjadilah masalah kecil antara aku dan
ibuku hanya karena aku tidak membantunya memasak makan siang.
“Mimi, kamu ini cuman beresin Rumah saja!” ucap ibuku dengan nada yang jengkel.
“Kamu ini, jam 9 udah tidur aja kerjaannya,” ucap ibu jengkel.
Di saat aku diam dan tidak menjawab, tiba-tiba saja ayahku datang memenangkan ku,
dia mengatakan, “Jangan marahin anak saya, dia juga tadi mengerjakan pekerjaan rumah
bukan?” ucap ayahku
“Kamu menangi aja dia terus, nanti kalau dia enggak bisa masak, gimana.?” ucap ibuku
“bukan mau menghakimi mu, tapi untuk masalah masak, kita bisa kerja sama bukan, biar
cepat selesai”. ucap ayah ku.
Pada saat itu., aku hanya diam dan tersenyum melihat tingkah laku orang tuaku, apalagi
ibu dengan muka cemberutnya yang tidak bisa dikondisikan. Dengan keahlian ayah ku dia
menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk memasak makanan yang sederhana
namun sangat berharga, karena ayahku itu jarang sekali memasak apalagi hanya untuk
memenangiku biar aku tidak dimarahin ibuku.
Saat aku melihat ayah memasak, ayah juga melihat ku dengan senyum indahnya dia
mengatakan.
“enak dong, siapa dulu yang masak” jawab ayahku dengan senyum manisnya
Tak terasa kami berdua memasak dan belajar begitu gembira dan menyenangkan, ayahku
mengajarkan dengan pelan dan mudah dipahami gimana cara memasak sambal udang yang
enak dan benar.
Selesai kami masak, langsung saja, kamu sajikan di meja makan dengan beberapa lauk
dan pauk. Ibu ku saat itu juga datang dari arah belakang rumah dan menuju kearah kami dia
mengatakan.
“siapa yang masak sambal udang ini?” dengan melihat kami berdua yang sedang diam seribu
bahasa. ”kenapa kalian berdua diam?” ucap ibu ku dengan nada kesalnya.
Ayah pun menjawab dengan senyum “itu kami berdua yang masak” jawab ayahku.
“Aku tidak percaya Mimi membantumu memasak makanan ini?” ucap ibu dengan keraguan
atas apa yang dikatakan ayah padanya.
“melakukan sesuatu tidak perlu disebarkan atau diabadikan?” Ucap ayah ku dengan pelan
agar ibuku mengerti apa yang dia sampaikan.
“maksud aku begini sayang, contoh nya masa kamu setiap melakukan ibadah harus kamu
umbar, bahwa kamu sudah melakukan itu” ucap ayahku melanjutkan.
“jangan pernah menilai orang dari luarnya saja sayang, apalagi berburuk sangka kepada
orang lain itu tidak boleh.” Jawab ayahku dengan senyum dan sedikit tertawa
“Ayo ibu, ayah kita makan bersama, Mimi sudah siapin semuanya.” Ucapku dengan gembira.
Mereka berdua sama-sama mengatakan “ayo kita makan” ucap mereka berdua sambil
berpelukan.
Disaat itu juga, aku menyadari bahwa aku bangga mempunyai orang tua seperti
mereka yang selalu support system, memberi semangat, harmonis dan yang penting adalah
mereka berdua menyayangi anak-anaknya.
Tema : Dia
Jenis : Cerpen
Penjaga Hati
Aku masih ingat pertama kali bertemu dengannya. Suatu hari, aku sedang membuka
aplikasi Instagram. disaat itu, aku melihat satu akun yang sangat tidak asing dikarenakan
temanku mengikuti akunnya. Ingin rasanya aku minta pertemanan dengannya tapi diri ini
terlalu gengsi untuk melakukan hal itu.
Tepat pada hari selanjutnya, aku memutuskan untuk memberanikan diri meminta
pertemanan dengannya di Instagram. Dan betapa beruntungnya aku, ternyata akunku diikuti
balik sama dia saat itu juga. Pada saat bersamaan hatiku merasa senang dan sibuk melihat isi
profil dan postingannya.
Pada tanggal 15 November 2022, kami memulai ongbrol lewat aplikasi Instagram.
Dikarenakan story Instagram-nya yang galau, dan aku membalas story tersebut Dengan
berkata.
“Jangan mengubah warna mu demi dia yang tidak pernah melihat warna mu, Biarkan saja
nanti akan bersinar sendirinya dengan orang yang tepat” ucapku waktu itu.
Mulai dari balasan story Instagram, Kami mengobrol dan ternyata kami memiliki banyak
kesamaan. Kami sama-sama suka joging, suka berenang, dan sama-sama sedang berproses
untuk masa depan. Kami cepat menjadi teman dan sering menghabiskan waktu bersama.
Singkat cerita, kami sudah tukaran nomor WhatsApp dan Semakin lama aku
mengenalnya, semakin aku menyadari bahwa dia adalah orang yang istimewa. Aku mulai
jatuh cinta padanya, tetapi aku tidak berani mengakui perasaanku. Aku takut dia tidak akan
merasakan hal yang sama.
Sedikit cerita tentang dia, tepat pada 5 Desember 2019, dia menginjak umur 19 tahun.
Dia adalah keturunan cindo( cina dan Indonesia) mempunyai ciri khas mata sipit dan logat
Riau yang sangat kental. Tipikal dengan orang penampilan rambut hitam potongan yang
wajar dan rapi. Tinggi badan 165cm. Berpakaian suka memakai baju kaos. Kepribadiannya
yang periang, penyayang, dan selalu mengerti keadaanku, sifatnya yang baik, ramah, setia,
taat agama dan satu lagi gantengnya jangan ketinggalan.
Suatu hari, kami berdua janjian untuk joging bersama, dilapangan GOR Pangsuma. Pada
saat Kami berlari berdua dan berhenti dibawah pohon dia mengungkapkan perasaannya
padaku, dia menatapku lembut dan berkata. ”aku mencintaimu”. Mendengar ucapan dari
mulutnya, hati ini sangat senang dan tidak menyangka dia juga mencintaiku.
“Yang penting saling mengerti saling support system apapun yang aku lakukan “ jawabku
“boleh dong tapi ini engga bercanda kan?” jawabku dengan sedikit tersenyum kiku dan
tersipu malu.
“engga ada yang bercanda. Ini, perasaan bukan untuk bercanda ya!” ucapnya Dengan serius
“Bener ni kan jadian sekarang kita ih?.” Dengan mukanya yang kebingungan dan penuh
tanda tanya.
“iya sayang” ucapku dengan sedikit tersipu malu dan sambil tersenyum untuk mengeluarkan
kata-kata itu pertama kali padanya.
Hanya saat itulah kami bertemu dikarenakan dia sedang menyiapkan cita-citanya
menjadi TNI Al dan susahnya diberi izin untuk keluar dan karena alasan itulah kenapa sampai
sekarang kami menjalani hubungan LDR-an walaupun cuman sungai jawi – jeruju. Kami
berjanji untuk tetap berhubungan dan untuk selalu saling mencintai. Namun, jarak yang
memisahkan kami dan susahnya pertemuan tidak membuat kami goyah. Intinya dalam
hubungan LDR-an kita harus saling percaya satu sama yang lain, saling support system dan
mendukung apapun yang dilakukan jika hal itu positif, tidak ada kebohongan dalam
hubungan dan yang terpenting diakuinya kita sebagai pasangan disaat orang lain menanyakan
status kita.
Nadhif Basmalah lagumu seindah orang yang bersamaku sekarang dan lirik lagu mu
mengabarkan dia dan hubungan kami pada saat ini
Lagu ini dapat menjadi inspirasi bagi kita semua untuk mencintai dan menyayangi orang-
orang yang kita cintai dengan tulus dan setia.
Cinta tidak hanya tentang pasangan tapi juga orang tua yang terpenting dalam hidup kita.