Anda di halaman 1dari 6

Dipertigaan jalan, langit sore tampak menggelap, terlihat seorang pemuda

mengenakan topi krem sedang menunggu pelanggannya, juga karanjing (Red:


Keranjang) diatas gandengan motor bebek yang digunakan untuk menampung
dagangannya dengan baliho bertulisan “Es Cendol Dawet + Susu”.

Yaa.. itu Perdi, ia belum juga pulang padahal mentari tinggal beberapa jam lagi
menutup hari, apalagi di langit, awan kian mengumpul menjadi gumpalan hitam
pertanda air hujan akan turun.

Saya yang jalan-jalan, menyempatkan singgah melepas kepenatan lalu mencicipi


cendol dawet-nya, Cendol yang ada di termos tersisa beberapa gelas lagi
perkiraanku, sebab ketika ia membuka termosnya hanya sedikit yang tersisa, ia pun
mulai meracik Cendol Dawet sedikit gula dan susu, lalu kunikmati di kursi yang telah
disediakan “Rasanya nikmat, apa lagi habis jalan jauh begini, haus yang terasa lega
semua” akhirnya cendol buatan pardi jadi obatnya kali ini.

Dari rumah Pardi cukup menempuh perjalanan sekitar 10 km dari Wonomulyo untuk
mangkal dan menjual cendolnya di pertigaan dekat Kodim Polewali Mandar

“ Wahh Sudah lama mas!! saya sudah menjelang dua tahun berjualan disini, kalau
saya tidak datang mas pelanggang saya banyak yang cariin saya. Saya punya
pelanggang tetap disini” pardi sedikit tersenum.

Dok : pangkalan pardi, tempat iya menjual es


cendol dawet
Dari Atlit hingga Mendapat beasiswa
Kini Pardi berusia 20 tahun, seandainya tidak putus sekolah mungkin ia sudah duduk
di bangku perkuliahan, ia pernah jadi Atlit Takraw semasa sekolah.

“Dulu saya pemain takraw mas, saya sering mewakili daerah saya, ke jawa, sumatra
kalau disini saya sering latihan, terahir pertandingan saya tahun 2020 awal, lohh,,ya
saya dapat beasiswa gara-gara itu mas”

Keahlian pardi dalam bidang olahraga sering mewakili daerahnya Polewali Mandar
dan menjuarai beberapa pertandingan saat dirinya masih sehat. Hal itulah yang
menjadikan dirinya mendapatkan beasiswa dan melanjutkan Sekolah Menengah
Atas SMA di Mamuju pusat ibu kota Sulawesi Barat.

Di sekolahan, Pardi tak sendiri dari kampungnya Wononomulyo, ia berdua dengan


temannya sekolah di sana. Awalnya pardi punya banyak kawan di sekolah, ia dan
temannya tinggal di asrama Atlit, semasa itu ia terus berlatih Sampai akhirnya
mengalami cidera dan harus melakukan perawatan saraf tulang belakang yang
dialaminya dilapangan takraw 2 tahun lalu. Sampai saat ini iya selalu melakukan
kontrol kesehatannya di rumah sakit umum di daerahnya.

Pardi Putus Sekolah


Saat pardi pertama kali masuk sekolah ia dan temannya selalu bersama. Pardi
akhirnya terpisah kelas ketika ia dan temannya mengambil jurusan yang berbeda. Ia
mengambil IPS sedang temannya IPA. Pardi akhirnya mengalami hal yang tak ia duga
duga sama sekali dalam hidupnya, Ia putus sekolah lantaran memukul teman
sekelasnya. Awalnya pardi tidak terlalu menghiraukan, ia mendapatkan bulian
lantaran perbedaan, namun akhirnya ia geram lantaran tak tahan lagi perkataan
teman sekalasnya

“di kelas itu cuman saya yang suku jawa mas, awalnya semua baik-baik tapi lama
kelamaan saya merasa tidak enak, mereka banyak mas dia kayak pereman sekolah,
Saya dibuli di kata-katain” ucap pardi dengan nada yang agak pelan saat mengingat
kembali kejadian yang dialaminya

“Saya pukul dia mas dari belakang, soalnya saya tak tahan lagi, tidak satu dua kali
tapi berkali kali saya di Bulyying. Dia berani mas karna punya orang dalam bersama
dengan teman-temannya mengata-ngatain saya, saat dengan ucapannya itu juga
saya tidak masuk lagi sekolah selama sepekan, lalu saya ambil surat pindah pulang ”.
Ucap pardi setelah kejadian itu dan mengabarkan bahwa dirinya pindah lantaran
bullying yang dialami di kelasnya berujung pada pemukulan. Ia akhirnya berhenti
melanjutkan sekolah dan beasiswa-nya hangus percuma begitu saja

“Seandainya tidak putus sekolah saya mas, saya lanjut kuliah di jakarta ambil jurusan
olahraga” Perdi yang sedikit menyayangkan iya putus sekolah

Mulai usaha sendiri


Hujan tampaknya mulai turun, dagangan yang dibawanya juga habis terjual. Pardi
bergegas mengemasi semua barang-barang ke motor bebek miliknya namun hujan
turun cukup cepat dan lebat . Saya yang masih bersama pardi mengajaknya
berteduh di bawah gardu penjualan Coto Makassar yang tutup karna hari minggi
yaa.. hari libur

Hujan menyentuh tanah melepaskan aroma yang khas, cerita Pardi semakin
mengalir juga

Doc: perdi saat berteduh di warung penjual


coto Makassar

“Akhirnya saya pengangguran mas, lama di rumah main game pengeluaran saya
banyak soalnya saya TOP UP terus” ungkap pardi. (Red: Top up adalah istilah yang
dipakai untuk menambah level game) begitu pardi tak sekolah lagi dan nganggur di
rumahnya
Dok : pangkalan pardi, tempat iya menjual es
cendol
“Saya dawet bapak, ikut ikut kerja di Makassar, apa namanya itu kayak kerja
ikut adeknya
di pengolahan besi tua daur ulang besi, na disitu kerjanya tidak kuat saya. Terus
diajak juga sepupu kerja di penjual minuman es teler tapi dekat juga sama tempat
kerja saya yang pertama mas” pardi yang membicarakan pengalamannya selama
bekerja di Makassar.
“Saya terispirasi dari situ mas kerjanya enak sekali padahal cuman kasi masuk es tapi
untungnya banyak mas” di tempat kerja keduanyalah ia mendapat ide menjual
cendol dawet. Ia pulang lalu mencobanya, waktu itu yang ia meminta modal awal
untuk memulai usahanya

Saya minta modal ke mama saya 2 juta alhamdulullah tidak sampai satu bulan sudah
ku kembalikan modal yang saya pinjam ke mama. Sampai sekarang saya menjual
sudah menjelang dua tahun lebih”

Waktu itu saya ditanya mama kalau dagangannya laris terus mau buka cabang, wah
mas saya ga berani buka cabang apa lagi pasti rekrut kariawan saya bingung mau
upah bagaimana, buat sendiri juga masih kurang mas apa lagi saya main game gini
habis Top Up uangku”

“yang saya anu itu kalau teman saya beli, malu saya, saya kan gampang sekali malu
orang-nya, terus kok hasilnya setiap hari dapat lima ratus ribu, kotornya to, ahh
lumayan ini saya kerja terus itu dua minggu sudah kembali modal, sekitar lima bulan
di bulan puasa itu alhamdulillah beli motor beat stret saya, terus hape udah ganti
sampai tiga kali ini”

“Awalnya saya tak yakin jualan begini mas, ahh!! Paling hasilnya berapa sihh, saya
anggap sepele toh, cuman saya berani” dengan nada tegas perdi meyakinkan dirinya

Bullying : teror Seumur hidup yang sulit untuk dilupakan


Masih Banyaknya Kasus Bullying Berujung Korban Meninggal. Kasus bullying di dunia
pendidikan masih terjadi di sepanjang tahun 2021. Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI) mencatat, sepanjang tahun 2021 ada 17 kasus yang melibatkan
peserta didik dan pendidik.

Kata “Bullying” bagi beberapa orang di Indonesia mungkin sudah terdengar tidak
asing lagi. Beberapa dari mereka juga mungkin sudah paham apa itu
tindakan bullying.

Bullying adalah sebuah tindakan atau perilaku menyakiti orang lain dalam bentuk
fisik, verbal, dan emosional. Bullying dilakukan oleh seseorang atau sebuah
kelompok orang yang merasa bahwa dirinya memiliki kelebihan seperti bentuk fisik
yang lebih kuat dari korban Tujuan dari tindakan tersebut adalah membuat korban
menjadi menderita dan juga membuat korban memiliki tekanan pada psikologisnya.

Bullying dalam bentuk fisik adalah perilaku menyakiti fisik orang lain. Selain
itu bullying dalam bentuk verbal adalah perilaku seperti mengolok ataupun
mengejek. Sedangkan bullying mental dapat berupa tindakan pengucilan. Banyak
sekali kejadian bullying yang kerap ditemui. Hal tersebut sering kali terjadi pada usia
anak-anak yang masih sekolah, baik SD, SMP, maupun SMA.

Sayangnya kasus bullying ini menurut beberapa orang dianggap cukup sepele.


Mereka mengatakan bahwa tindakan dari pelaku bully dilakukan atas candaan
bersama  teman. Akan tetapi tindakan tersebut tidak wajar bagi korban dan dapat
memberikan dampak yang sangat buruk bagi korban.

Banyak dari pihak sekolah terkait memberikan kebijakan dengan cara menyelesaikan
masalah bullying ini secara kekeluargaan. Hal tersebut banyak mendapat kecaman
dari beberapa masyarakat karena menurutnya hal tersebut tidak layak di selesaikan
dengan cara kekeluargaan.

Jika cara itu dilakukan, takutnya akan menambah kasus serupa apabila tidak
diimbangi dengan sanksi yang berat kepada pelaku bullying.
Di dalam Undang-Undang telah mengatur tentang tindakan bullying di lingkungan
pendidikan pada Pasal 54 UU 35/2014 yang berbunyi sebagai berikut:
1) bahwa anak di dalam dan di lingkungan satuan pendidikan wajib
mendapatkan perlindungan dari tindak kekerasan fisik, psikis, kejahatan
seksual dan kejahatan lainnya yang dilakukan oleh pendidik, tenaga
kependidikan, sesama peserta didik, dan/pihak lain,
2) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pendidik,
tenaga kependidikan, aparat pemerintah dan/masyarakat.

Perlindungan dalam kasus bullying ini dirasa masih kurang, kebanyakan kasus tidak


ditindakanlanjuti terkait sanksi. Pelaku hanya memberikan permohonan maaf atas
perlakuannya setelah itu kasus tersebut dianggap selesai.

Sayang sekali peraturan-peraturan yang telah ditetapkan untuk mengatur hidup


bernegara di Indonesia ini masih lemah dalam penegakannya. Peran dari
pemerintah dirasa masyarakat masih kurang optimal dalam kasus bullying ini.
Meskipun pelaku seringnya di bawah umur namun sanksi tetap saja sanksi. Mereka
harus mendapatkan sanksi karena mereka telah melakukan tindakan yang menyakiti
korban.
Kenali Faktor Bullying
Untuk mengurangi kasus bullying, setidaknya kita harus paham betul mengenai
faktor mengapa bullying itu dilakukan pada seseorang yang notabene adalah teman
sendiri.

Pertama, pelaku bullying bisa jadi adalah korban yang pernah merasakan pahitnya
di-bully, tetapi tidak mampu mengekspresikan kesedihan, menceritakan, atau
bahkan melawan perbuatan yang dialaminya sehingga ketika dia melakukan
bullying pada orang lain, sebenarnya karena pelampiasan semata.

Kedua, yaitu pengakuan. Alasan seseorang melakukan bullying berikutnya adalah


karena ingin mencari pengakuan di kelompoknya. Pengakuan atas power yang
dimiliki, baik itu dari segi fisik, finansial, ataupun yang lainnya. Untuk mendapatkan
pengakuan dari orang-orang disekitarnya, termasuk si korban, pelaku akhirnya
melakukan tindak perundungan atau bullying.

Ketiga, adanya reward dan ketiadaan punishment yang tegas untuk pelaku
bullying. Ketika para pelaku bullying mendapatkan pengakuan, orang-orang di
sekitarnya akan merasa takut dan pelaku justru menganggap itu sebagai "reward"
ditambah dengan ketiadaan punishment yang tegas, terutama jika pelakunya adalah
mereka yang berada di bawah umur.

Dengan demikian, pembentukan karakter pada remaja sangat penting. Para orang
tua sudah sepatutnya menaruh perhatian penting kepada anak-anak mereka, mulai
dari membatasi penggunaan media sosial hingga pergaulan yang dirasa tidak patut.
Punishment juga sesekali perlu diberikan baik oleh orang tua maupun para guru
ketika mendapati anak atau siswanya menjadi pelaku bullying serta tidak pernah
menganggap remeh bullying atau perundungan yang ada di sekitar kita. Kasus di
atas adalah tamparan bagi kita semua untuk semakin menyadari bahwa kasus
bullying merupakan kasus yang perlu ditangani secara serius.

CATATAN: Bahan Bacaan

Anda mungkin juga menyukai