HIJRAH tawuran dengan anak-anak dari sekolah lain di
tempat umum, bahkan terkadang ada yang berani
menyerang langsung kepihak sekolah lawan setelah Kediri, 5 Juni 2015 bel pulang dibunyikan. Dan inilah yang terjadi pada Embun pagi masih sangat pekat. Pandangan sekolahku, siang itu... mata pun menjadi sangat terbatas. Namun suasana SMK Budi Luhur, sekolahku yang siang itu pengajian kitab ba’da shubuh di serambi masjid tiba-tiba diserang secara mendadak oleh anak-anak begitu ramai dan penuh sesak oleh para santri putra. dari SMK Tri Darma. Semua anak SMK Budi Luhur Seolah-olah semua yang hadir ingin mendengarkan pun lari kocar-kacir karena tiada persiapan. Anak- kata-kata mutiara dari kitab yang dibaca oleh Kyai. anak dari SMK Tri Darma datang dengan Sekitar seribu dua ratusan santri putra dan putri bersenjatakan gir dan parang menyerang membabi khusyuk mendengarkan pengajian pagi itu. Akan buta. Akibatnya anak-anak SMK Budi Luhur lari tetapi tidak dengan diriku. Pikiranku masih buyar berpencar menuju ke komplek perumahan disekitar karena masih merasa kesal mengapa aku dibuang sekolah agar selamat dari serangan. oleh ayah ke pesantren. Puluhan anak-anak dari SMK Tri Darma lari Cita-citaku begitu mudah dilupakan oleh ayah. mengejar kami. Nahas nasib temanku, Ridwan. Dia Hatiku masih bergejolak ingin membalas serangan pun siang itu ditemukan dalam keadaan babak belur kelompok sebelah atas diriku dan teman-teman yang terluka parah bersimbah darah terkena sebatan membuat rekan sekaligus sahabatku yang bernama parang. Tak kurang dari 5 titik ditubuhnya terdapat Ridwan tergolek lemah diruang ICU Rumah Sakit luka menganga yang membuat setiap orang yang dr. Ihsanul Haq. Bukan aku tidak suka mendengar melihat hilang selera makannya. Atas kejadian ini pengajian dari Kyai. Akan tetapi bagiku semua pihak keluarga Ridwan dan sekolah pun pengajian itu sama saja. Dulu ayah juga sering menyalahkan kami semua, yaitu anak-anak yang mengadakan pengajian rutin di rumah dengan sering terlibat dalam tawuran. Kami ditahan oleh mengundang seorang ustadz yang menurutku hal itu pihak berwenang serta dikeluarkan dari sekolah. sangat lah membosankan. Akhirnya dengan sangat Aku merasa kalut karena terlibat dalam rela, aku putuskan untuk tidur begitu pengajian kitab serangan itu dan pihak sekolah pun mengetahui ba’da shubuh ini dimulai. bahwa aku adalah salah satu siswa yang hobby Ahmad adalah panggilan hijrahku ( dan tawuran. Bahkan rekaman cctv sekolah pun menjadi menurutku nama ini sangatlah keren ). Aku dipaksa saksi atas peristiwa yang terjadi siang itu. Al-hasil, kedua orang tuaku untuk masuk ke pesantren karena aku ikut ditahan oleh pihak berwenang dan kenakalan remajaku sudah dianggap kelewat batas. dikeluarkan pula dari SMK Budi Luhur. Mungkin karena hobi tawuranku inilah yang Sebenarnya bukan kali ini saja aku berurusan membuat ayah memutuskan untuk mengirimku jauh dengan polisi. Ayah atau ibu pun sering dipanggil dari rumah dengan harapan aku dapat berubah. oleh pihak sekolah maupun kepolisian hanya untuk Entahlah, mungkin ayah ingin diriku menjadi membebaskan aku. Akan tetapi tawuran sudah seorang super hero layaknya batman, ironman menjadi kegiatanku, bahkan hobbyku. ataupun yang lain. Tetapi hal itu tidak begitu aku Aku tidak begitu saja menyerang anak-anak pedulikan. Toh aku hanya setahun di pesantren dan dari sekolah lain. Aku memiliki banyak alasan setelah itu aku akan kembali lagi ke Jakarta. meskipun tindakanku tetap tidak dibenarkan. Apakah kalian akan diam saja ketika melihat salah Jakarta, 5 Mei 2015 satu teman yang satu sekolah dengan kita di pukuli Jakarta, kota metropolitan sekaligus ibukota tanpa ada alasan ? Apakah kalian tidak marah kalau negara inilah kota kelahiranku. Di kota ini nyaris ada teman wanita yang satu sekolah dengan kita tidak ada perbedaan antara siang dengan malam. dilecehkan oleh anak sekolah lain ? Menurut kami, Semua sama saja, bahkan kehidupan malam jauh itu semua sangatlah keterlaluan dan harus segera lebih glamour dengan berhiaskan lampu-lampu dibalas secepat mungkin. Mungkia cara kami yang gedung pencakar langit dan jalanan yang begitu salah dan memang salah ! Mau sampai pengadilan eksotic. Sudah menjadi kebiasaan saat pulang PBB pun, kami tetap salah. Jangankan dimata polisi, sekolah, saya dan teman-teman akan mengadakan dalam pandangan orang tua kami yang sangat sejuk, tak terasa air mataku mulai menetes satu per menyayangi kami, tindakan kami tetap salah. satu. Dihadapan ibu, aku tidak gengsi untuk Aku harusnya bersyukur karena ayahku meneteskan air mata karena aku tahu betapa adalah seorang perwira Angkatan Darat. Aku selalu sayangnya ibu kepadaku dan aku ingin selalu di bisa bebas ketika berurusan dengan polisi atas sayang ibu. Aku bukan anak manja, tapi aku anak jaminan dari ayah. Akan tetapi kali ini ayah benar- yang butuh ridho orang tua. benar marah. Ayah memutuskan untuk tetap menghukumku karena sudah keterlaluan. Aku bisa Jakarta, 25 Mei 2015 dikeluarkan dari tahanan dengan jaminan asalkan “ Assalamu ‘alaikum ”, ucapku berpamitan menerima persyaratan yang ada. Bukan itu saja, kepada ibu dan sanak keluargaku. semua fasilitas untukku disita oleh ayah mulai “ Wa’alaikumussalam warohmatullohi mobil, motor, handphone dll... semua dalam wabarokatuh ”, jawab mereka serentak. gengaman ayah. Mobil mitsubishi expander yang kunaiki “ Kalau Dika mau berubah dan masuk bersama Pak Temin ( sopir pribadi ayah ) dan ayah pesantren milik saudara ayah minimal 1 tahun, ayah mulai menjauh dari kerumunan ibu dan sanak akan kembalikan semuanya, bagaimana ? ”, kata keluargaku. Kulihat ibu meneteskan air mata satu ayah. persatu sebelum air mata beliau tumpah melepas “ Nggak mau! Yaelah, kan Dika udah kelas 2 kepergianku ke pesantren. Selalu kuingat pesan SMK dan sebentar lagi selesai. Ngapain ke beliau bahwa dalam segala hal jagalah niat hati pesantren segala ! ”, jawabku tegas. semata-mata karena Alloh. Meskipun rencana “ Baiklah kalau kamu menolak, ayah beri menyantren tidak lama, tapi sebab keikhlasan, maka waktu 15 detik. Jika kamu tetap dalam pendirianmu semua akan dicukupi oleh Alloh dan akan barokah. yang egois itu, maka ayah tidak mau menjaminmu Setelah berjalan mulai pagi hari, akhirnya dari tuntutan 1 tahun penjara itu ”, kata ayah tak menjelang Sholat ‘Ashar kami pun sudah sampai di kalah tegas. Kediri via tol Jakarta-Nganjuk. Setelah ‘ashar kami “ Waduh....., 1 tahun penjara atau 1 tahun sowan kepada Kyai Abdulloh sekaligus mengganti pesantren ya ? Gimana nih ? ”, kataku dalam hati namaku dari Andika diganti oleh Kyai Abdulloh sambil berfikir keras. dengan Ahmad. Dan malam itu juga setelah isya’ “ Satu..! dua..! “, ayah mulai menghitung. ayah kembali ke Jakarta. “ Empat belas..... ! Li..... ! “, ayah tetap “ Dika jangan macam-macam di Kediri. menghitung tanpa ampun. Kalau buat masalah lagi, ayah tidak segan-segan “ Ii.. iya Yah ! Dika mau ! ”, sahutku lemas mengirim kamu ke papua ”, nasihat ayah ketika tak kuasa menghindar. berpamitan. “ Bagus ! sekarang temui ibu didepan biar “ Iya.. ayah ”, jawabku ayah berbicara dengan pihak kepolisian ”, kata ayah tegas. Kediri, 06 Juni 2015 Aku pun berjalan keruang depan dengan Sudah 12 hari aku berada di pesantren. Aku lemas, pikiran tak karuan dan tak bisa jarang masuk kelas, baik pagi, siang ataupun malam. membayangkan bagaimana nasibku nanti di Aku hanya menghabiskan waktu di kamar dengan pesantren. Setelah urusan dikepolisian selesai, kami tidur, membaca majalah dan menulis. Aku masih sekeluarga pun pulang. Ibu membelai-belai kepalaku diberi kelongaran oleh pesantren karena sebagian sambil menasihatiku. Sebetulnya aku tak mau pengurus tahu bahwa aku adalah saudara jauh Kyai menyusahkan banyak orang apalagi orang tuaku yang sedang dalam masa perbaikan diri. Namun terutama ibuku. Aku paling tidak mampu melihat siang itu seorang ustadz menemuiku dikamar. ibuku sedih. Seberapapun ganasnya diriku ketika “ Hei Ahmad !.., sakit apa kamu ? Masih tawuran, tapi kalau sudah menghadapi ibuku, orang santri baru kau sudah mulai belajar berbohong ! yang dengan segala kelembutannya telah cepat masuk ke kelasmu…! ”, perintah ustadz melahirkanku, aku tak mampu apa-apa bahkan tersebut kepadaku menatap wajah ibu yang menyejukkan itupun aku “ Ooo… saya cuma capek !... sumpek !... tak mampu. Mendengar nasihat ibu yang begitu kagak betah Ustadz ”, jawabku “ Di sini pagi ngaji, siang ngaji, malam ngaji, “ Master, saya serahkan Ahmad kepada anda kapan mainnya... ? ”, sambungku supaya diajarkan beladiri sesuai ajaran Islam, agar “ Ooo… kamu mau main ?... mau tawuran dia paham siapa musuhnya dan siapa temannya “, lagi ya... ”, kata ustadz tersebut. kata Ustadz Zainal kepada Master Nurdin yang “ Sewot dah ustadz ini... Tahu masalahku sudah mahir berbahasa Indonesia. kemarin “, gumamku dalam hati ngedumel. Aku masih berdiri tertegun menatap para Belum sempat aku menjawab, ustadz tadi santri yang asyik berlatih pedang. Sementara itu mengajaku pergi entah kemana. Aku harap diajak ke Ustadz Zainal masih asyik berbincang juga dengan stasiun agar bisa pulang ke Jakarta secepatnya. Aku Master Nurdin. Pada saat itu timbullah keinginan pun menuruti perintah ustadz yang aku pun belum dalam hatiku dengan menggebu-gebu untuk belajar mengenalnya, seolah-olah aku sudah terhipnotis memainkan pedang disini. oleh dirinya. Tak terasa satu bulan lebih aku sudah berada Siang itu aku di ajak berkeliling desa sekitar di pesantren. Aku sudah mulai terbiasa dengan suara pesantren. Kemudian kami menuju sebuah lapangan para ustadz yang membangunkan tahajjud para dibalik bukit hijau yang tak terlalu tinggi dan cukup santri, mulai terbiasa dengan mengantri makanan indah sebagai background berfoto selfi jika mau. dan mandi, mulai terbiasa berlatih pedang dan Tiba-tiba aku dikejutkan oleh keadaan disana karena sebagainya. Aku pun mulai rajin berlatih beladiri ternyata di lapangan tersebut sudah banyak santri semenjak mendengar pengajian pagi dari kyai yang membawa busur panah, pedang dan tongkat. bahwa seorang mukmin yang kuat lebih dicintai oleh Mereka tengah sibuk mendengarkan seorang yang Allah dari seorang mukmin yang lemah. Aku juga berdiri dihadapan mereka yang berpakaian serba sudah mulai paham bahwa menyakiti orang muslim hitam, berbadan tegap dan besar serta berwajah itu berdosa besar. Aku mulai menyesali masa-masa seperti orang Arab. tawuranku dulu, kenapa aku berkelahi dengan Aku semakin bingung. Ternyata disini para sesama orang Islam, kenapa berpecah belah dengan santri dilatih bela diri yang cukup lengkap. Untuk saudara Islam. Terkadang dalam tahajjudku aku apa hal tersebut bagi para santri ?... Bukankah tersedu-sedu bahkan air mataku membasahi dadaku seorang santri ketika lulus akan menjadi seorang ketika mengingat kedholimanku. Ya Alloh, saya ustadz ?... Kok diajarkan bela diri semacam salah... Ampunilah hamba, Ya Alloh. petarung aja... Ah… aneh !... Itulah berbagai Setelah melewati masa 40 hari latihan, pertanyaan yang terlintas dalam hati. Owh iya, permainan pedangku mulai dipuji oleh guruku. ustadz yang tadi mengajaku ternyata bernama Bagaimana tidak ! Dulu aku mengayunkan gir, Ustadz Zainal Arifin. Beliau berasal dari daerah parang, samurai secara bebas dengan tujuan yang yang sama denganku yaitu Jakarta. Mungkin beliau penting musuh tumbang. Tetapi saat ini aku khawatir melihat aku yang dulu nakal, suka tawuran mengayunkan pedang dengan penuh bimbingan dan dan suka berantem, boring dengan suasana yang ada pertimbangan sesuai ajaran Islam. sampai akhirnya beliau membawaku ketempat “ Ahmad... ”, sapa Kang Malik amir ( ketua ) latihan ini. kamarku. “ Perkenalkan ini Ahmad, santri baru disini. “ Eh iya Mir... ada apa ? ”, sahutku. Saya ajak kemari supaya ikut belajar bela diri “, kata “ Sejak kapan kamu jadi giat berlatih ? Ustadz Zainal memperkenalkanku kepada para Perasaan dulu kalau dikamar, kamu cuma diam aja santri. tidak pernah bercanda atau ngobrol dengan anak- Sesaat kemudian datanglah seseorang anak yang lain ? ”, tanya Kang Malik. menghampiri kami. Seseorang yang tadi “ Ha.. ha.. ha.. ”, aku tertawa mendengar amir memberikan arahan kepada para santri. Ya... beliau kamarku mengomentari gayaku ketika dulu baru adalah calon guru beladiriku. Para santri biasa masuk asrama. memanggil beliau Master Nurdin. Beliau berasal “ Aku pura-pura aja Mir... biar anak-anak dari negeri Yaman. Akan tetapi istri beliau adalah nggak pada takut hehe... ”, guyonku. orang Indonesia yaitu anak seorang kyai di daerah “ Ah, ada-ada saja kamu Mad. Eh, ngomong- Blitar. ngomong udah berapa lama kamu ikut latihan ? ”, tanya Kang Malik. “ Udah lama juga Mir... Kenapa ? ”, tanyaku. Ayah ibuku adalah orang yang taat beragama, “ Kalau gitu, ayo kita Battle. Biar aku tahu bahkan ayah pernah bilang bahwa apabila dulu kemampuan anggotaku yang pendiamku he... he... “ nggak lulus sekolah militer, maka mau menyantren kata Kang Malik. saja. Karena nggak kesampean, maka akulah yang “ Ha... ha... boleh Mir, tapi rahasiakan jika aku menjadi korban he... he... Begitu pula ibuku, orang menang ”, candaku. yang nggak pernah lepas jilbab kalau keluar rumah Tring...!! Tring...!! tring...!! suara pedang dan sangat jarang sekali keluar rumah. Wajah cantik kami saling beradu seakan-akan tidak ada celah bak selebritis itu hampir tidak pernah terekspose untuk saling bercanda. Ku ayunkan pedang dengan oleh publik sangking jarangnya keluar rumah dan jurus ala seorang kenshin. kalau keluar rumah, ibu biasa pakai masker. Kata “ Wah, lumayan juga kamu Mad...!! Tapi ibu selain untuk kesehatan, biar wajah cantiknya kamu tidak akan bertahan dalam 2 menit untuk cuma untuk ayah seorang. Alamak... Ibuku sangat meladeniku. Lihat ini...!! ”, kata Kang Malik. menjaga pergaulan. Kata nenek, sejak kecil ibu tidak Tring... tring... percikan api pun terhasilkan bergaul dan bermain kecuali dengan teman cewek dari kedua pedang yang saling beradu. saja. Ibu pun sekolah swasta di salah satu madrasah Tring... crak...!! kampung yang memisahkan antara siswa laki-laki Pedangku patah. Amirku pun mengacungkan dan perempuan. ujung pedangnya ke leherku Aku sangat bersyukur karena dikenalkan “ Ahh... aku kalah...!! ”, seruku. agama dengan baik oleh orang tuaku. Mau jadi apa “ He... he... kamu cuma kurang konsentrasi aja aku jika masih suka tawuran. Pasti ayah dan ibu Mad...!! Ingat, pedang bukan sekedar senjata tapi ia sangat kecewa jika aku masih seperti itu. Terlebih juga memiliki rasa. Kenali dulu pedangmu supaya ibu yang selalu menangis jika mendapat kabar berita kamu bisa saling melengkapi dengan dirinya ketika bahwa aku ditahan polisi. Ibu adalah orang yang bertempur ”, kata Kang Malik. pertama yang akan membelaku dari sesuatu yang “ Kamu sudah lumayan Mad... Insya Allah mengancam masa depanku meskipun aku bukan dalam setahun kamu sudah bisa menguasai semua satu-satunya anak ibu. Aku sangat bersyukur bisa tekniknya ”, lanjut Kang Malik. hijrah dari dunia yang kacau menuju rahmat dan kebahagian yang kudapatkan di pesantren. Terima Kediri, 25 September 2015 kasihku untuk ayah dan ibu karena syukurku kepada Seusai pogam ngaji malam pukul 21: 30, ayah Alloh atas anugrahnya kepadaku. menelponku. “ Assalamu ‘alaikum Nak “, sapa Ayah. “ Wa’alaikumus salam warohmatullohi wabarokatuh, Ayah “, jawabku. “ Bagaimana betah Nak ? Maaf Ayah baru nelpon... “, kata ayah. “ Alhamdulillah betah Yah... yang penting uang jajan Ahmad lancar jaya hehe... ”, candaku. “ Ayah dengar kamu sudah mulai pandai bermain pedang. Benarkah itu Nak ? “, tanya ayah. “ Ah... masih pemula Yah. Ahmad belum bisa mengalahkan gelar perwira yang ayah punya kok... ”, candaku lagi. “ Ahmad, gelar jabatan itu cuma titipan yang sewaktu-waktu dapat diambil lagi Nak. Gelar jabatan bukanlah bekal ke negeri akhirat, tetapi iman dan amal shalih kitalah yang akan berguna disana ”, kata ayah. Aku pun setuju dengan pendapat ayah bahwa gelar jabatan bukanlah bekal ke negeri akhirat.